Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PARA PIHAK DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Dosen Pengampu: Ika Atikah, S.H.I., M.H

Disusun oleh:
Muhammad Ihsan Hammami 191130032
Indri Rahmawati Sulaiman 201130010
Muhammad Faqih 201130017
Nia Nuryanti  201130020

HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SULTAN MAULANA HASANUDDIN
BANTEN
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum WR.WB.

Dengan menyebut nama Allah SWT. yang maha penyayang dan maha pengasih. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya-nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-nya kepada kita kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah Hukum Ketenagakerjaan yang berjudul “Para Pihak dalam Hukum Ketenagakerjaan”
dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Hukum Ketenagakerjaan. Selain itu, penulis
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang para pihak
dalam hukum ketenagakerjaan.

Penulis mengucapkan terima-kasih sebesar-besarnya kepada ibu Ika Atikah, S.H.I., M.H,
selaku dosen mata kuliah Hukum Ketenagakerjaan, serta teman-teman yang ikut berkontibusi
dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari ibu dan
para pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Wassalamualaikum WR. WB.

Jakarta, 26 Februari 2023

Kelompok 2

i
ABSTRAK

Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2013 menjelaskan bahwa ketenagakerjaan, yaitu


semua hal yang memiliki hubungan dengan para tenaga kerja. Para pihak yang dimaksudkan
dalam ketenagakerjaan adalah semua pihak yang terkait dengan hukum ketenagakerjaan dan
hal itu bukan hanya tentang para buruh atau pekerja, melainkan para pihak yang dalam
interaksinya sesuai pada posisinya untuk menghasilkan suatu jasa maupun barang Para pihak
yang terdapat dalam hukum ketenagakerjaan, yaitu buruh/pekerja, organisasi pekerja/buruh,
pengusaha, organisasi pengusaha dan pemerintah. Dalam hukum ketenagakerjaan sendiri
terdapat pihak lain dalam menyelesaikan sengketa di bidang ketenagakerjaan, yaitu
pengadilan. Selain pengadilan terdapat juga pihak ketiga dalam menyeleseaikan sengketa
diantaranya, yaitu arbiter, mediator, negosiator, dan konsiliator.

Kata kunci: Hukum, Ketenagakerjaan, Pekerja, Organisasi, Sengketa

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
ABSTRAK...........................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
A. Latar belakang.........................................................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................2
A. Para Pihak dalam Hukum Ketenagakerjaan.........................................................................2
1. Pekerja/Buruh......................................................................................................................2
2. Pengusaha.............................................................................................................................4
3. Oranisasi Pekerja/Buruh.....................................................................................................4
4. Organisasi Pengusaha..........................................................................................................5
5. Pemerintah/Penguasa..........................................................................................................7
B. Para Pihak Lainnya dalam Hukum Ketenagakerjaan..........................................................8
1. Arbiter..................................................................................................................................8
2. Mediator...............................................................................................................................9
3. Negosiator...........................................................................................................................10
4. Konsiliator..........................................................................................................................10
5. Pengadilan..........................................................................................................................11
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................13
A. Kesimpulan............................................................................................................................13
B. Saran.......................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Alasan seseorang bertahan hidup untuk memenuhi kebutuhan dengan bekerja.
Sebab, pekerjaan merupakan suatu hal yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana
pihak tersebut terdiri dari perusahaan dengan para pekerja, yang kemudian pekerja
tersebut mendapatkan gaji/upah dari pekerjaan tersebut. Dan perusahaan mendapat
keuntungan dari penjualan atau omset yang dikerjakan oleh para pekerja. Tentunya
pekerjaan itu sendiri diatur oleh hukum yang berlaku di suatu negara tertentu, agar
tidak terjadi perselisihan pada salah satu pihak atau keduanya, sehingga perlu adanya
hukum yang mengaturnya.

Di Indonesia, hukum ketenagakerjaan awalnya diatur dalam UU No. 14 Tahun


1969 tentang Pokok-Pokok Ketentuan Tenaga Kerja. Kemudian, pada tahun 1997
Undang-Undang ini diganti dengan UU No. 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan.
Namun, dalam Undang-Undang tersebut menuai kontra dari masyarakat, sehingga
diganti dengan UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam sebuah
lingkup ketenagakerjaan tentunya terdapat para pihak yang terkait dalam hukum
ketenagakerjaan. Pihak-pihak tersebut diantaranya, pekerja, pengusaha, organisasi
pekerja/buruh, organisasi pengusaha, pemerintah, serta pihak lain diantaranta arbiter,
mediator, negosiator, konsiliator, dan pengadilan. Dan tentunya, para pihak tersebut
mempunyai masing-masing peran dalam hukum ketenagakerjaan.

B. Rumusan masalah
1. Apa saja pihak dalam hukum ketenagakerjaan?
2. Bagaimana peran para pihak dalam hukum ketenagakerjaan?
3. Apa saja pihak lainnya dalam hukum ketenagakerjaan?
4. Bagaiaman peran para pihak lainnya dalam hukum ketenagakerjaan?

C. Tujuan
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, makalah ini
ditujukan untuk memberikan informasi serta referensi untuk para pembaca mengenai
para pihak dalam hukum ketenagakerjaan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Para Pihak dalam Hukum Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan dalam pengaplikasiannya tentu saja diperlukan para pihak


yang memiliki keterkaitan di dalamnya, dikarenakan didalam ketenagakerjaan
menyangkut seluruh kegiatan tenaga kerja. Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun
2013 menjelaskan bahwa ketenagakerjaan, yaitu semua hal yang memiliki hubungan
dengan para tenaga kerja.
Para pihak yang dimaksudkan dalam ketenagakerjaan adalah semua pihak
yang terkait dengan hukum ketenagakerjaan dan hal itu bukan hanya tentang para
buruh atau pekerja, melainkan para pihak yang dalam interaksinya sesuai pada
posisinya untuk menghasilkan suatu jasa maupun barang. Para pihak yang terdapat
dalam hukum ketenagakerjaan, yaitu buruh/pekerja, organisasi pekerja/buruh,
pengusaha, organisasi pengusaha dan pemerintah.

1. Pekerja/Buruh

Sejak zaman Belanda, buruh disebut sebagai orang yang melakukan pekerjaan
kasar, seperti mandor ataupun kuli dan orang belanda memberikan julukan untuk
pekerja kasar atau buruh dengan menyebutnya sebagai orang berkerah biru (Blue
Collar).
Pada seminar Hubungan Perburuhan Pancasila tahun 1074, kata buruh
direkomendasikan untuk diganti dengan sebutan pekerja. Hal itu dikarenakan kata
buruh dianggap kasar dan kurang pantas. Untuk mengganti penyebutan buruh
tidaklah mudah, dikarenakan kita harus melihat Kembali kepada pasal 2 UUD
1945, yang menyebutkan bahwa sejumlah golongan, ialah serikat pekerja ataupun
yang lainnya. Maka dari itu istilah buruh disamakan dengan pekerja, karena
melihat Kembali UUD 1945 yang menjadi dasar hukum yang cukup kuat untuk
pergantian istilah tersebut.
Dalam Undang-Undang tentang ketenagakerjaan yang terdapat dalam Pasal 1
angka 3 No. 13 tahun 2003, penyebutan untuk buruh disandingkan dengan istilah
pekerja, sehingga hal itu menyebabkan menjadi pekerja/buruh. Menurut UU

2
tersebut yang disebut dengan pekerja/buruh, yaitu semua orang yang dalam
melakukan pekerjaanya menerima sejumlah upah ataupun imbalan dalam bentuk
lain.1
Penyebutan istilah bagi buruh dan pekerja itu tidak ada bedanya, hal tersebut
dijelaskan secara yuridis. Kedua kata tersebut sudah digunakan dan digabungkan
menjadi kata “pekerja/buruh”. Sedangkan dalam UU No. 21 Tahun 2000
penyebutan untuk pekerja/buruh ialah “serikat buruh/serikat pekerja”. Kedua
perbedaan tersebut dapat dilihat dalam KUHPerdata yang terdapat dalam buku III
afdeling 4, dimana didalamnya hanya mengatur mengenai pelayanan dan tukang.
Terdapat perbedaan pengertian yang terjadi antara Pekerja/buruh, Swapekerja
dan pegawai, perbedaanya adalah :
a. Pekerja/Buruh
1) Melakukan pekerjaan atas perintah dari pihak lain, yaitu pengusaha atau
majikan
2) Risiko dalam pekerjaan ditanggung oleh pengusaha atau majikan
3) Menerima upah dan gaji atas pekerjaanya
4) Ketentuan sudah diatur dalam Undang-Undang dan Peraturan
Ketenagakerjaan.
b. Swapekerja
1) Melakukan pekerjaan tidak dibawah tekanan atau perintah pihak lain
2) Risiko dalam pekerjaan ditanggung oleh diri sendiri
3) Menerima keuntungan (laba) dalam pekerjaannya
4) Tidak ada aturan secara khusus yang mengatur tentang swapekerja
c. Pegawai
1) Melakukan pekerjaan di bawah atas perintah negara
2) Risiko dalam pekerjaan ditanggung pemerintah
3) Menerima gaji atas pekerjaan yang dilakukannya
4) Ketentuan sudah diatur dalam UU No. 8 Tahun 1972 jo. Dan UU No. 43
Tahun 1999

1
Ariffudin Muda Harahap, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, Medan: Literasi Nusantara, 2020, h. 33-34.

3
2. Pengusaha
Pada Pasa1 ayat 4 UU No.13 Tahun 2003, disebutkan bahwa pemberi kerja
diartikan sebagai perseorangan, 3 pengusaha, badan hukum ataupun badan-badan
lainnya. Dan pada Pasal 1 angka 5, pengusaha diartikan dengan berbagai
pengertian, diantaranya :
a. Orang perseorangan, badan hukum ataupun persekutuan yang berdiri sendiri
dala menjalankan perusahan yang bukan milik pribadi.
b. Orang perseorangam, badan hukum atau persekutuan yang menjalankan
usahanya sendiri

Pengertian pengusaha dapat diartikan sebagai orang atau perseorangan yang


menjalankan perusahan yang miliknya sendiri ataupun bukan milik sendiri
pengurus perusahaan. Seseorang yang membantu dalam enjalankan perusahan
dengan baik disebut dengan Manajer atau peimpin perusahan dimana orang
tersebut adalah pemegang kekuasaan pertama dari perusahaan tersebut.2

3. Oranisasi Pekerja/Buruh
Organisasi buruh dapat diartikan sebagai suatu lembaga yang telah dibentuk
oleh para pihak yang bekerja, dimana hal tersebut memiliki sifat yang demokratis
yang dibentuk secara sukarela oleh buruh. Dibentuknya organisasi pekerja/buruh
dikarenakan adanya tujuan, diantaranya :
a. Untuk meningkatkan martabat dan derajat para buruh
b. Untuk melindungi kepentingan dan hak dari buruh
c. Untuk meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab para buruh dalam
menjalankan kehidupan bermasyarakat serta bernegara.
Disebutkan dalam Pasal 1 Angka 17 UU No. 23 Tahun 2003 mengenai serikat
pekerja/serikat buruh yang menyatakan bahwa serikat pekerja/serikat buruh
dikatakan sebagai organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja/ buruh,
baik dalam pekerjaan atau diluar pekerjaan yang memiliki sifat terbuka, mandiri,
membela, bersifat bebas dan melindungi kepentingan, hak serta meningkatkan
kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.
Jika dilihat dari pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
serikat pekerja/ serikat buruh memiliki sifat dan makna, sebagai berikut :

2
Ibid. h. 38-39.

4
a. Bebas, yaitu serikat pekerja/serikat buruh yang merupakan suatu organisasi
tidak berada dalam perintah pihak lain dalam melaksanakan hak serta
kewajibannya.
b. Mandiri, yaitu serikat pekerja/serikat buruh yang merupakan pihak yang
independen, dimana tidak melaksanakan dan mengembangkan organisasi dari
pihak manapun
c. Terbuka, yaitu menyamakan antara agama, politik,bangsa dan jenis kelamnin
dalam menerima semua anggota serikat pekerja/serikat buruh.
d. Bertanggung Jawab, yaitu semua serikat pekerja/serikat buruh dalam
melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan dalam organisasi haruslah
bertanggung jawab kepada semua anggota, masyarakat serta negara.
e. Demokrasi, yaitu semua kegiatan dalam organisasi, baik dalam pembentukan,
pemilihan pengurus, sampai melaksanakan hak serta kewajibannya harus
berdasarkan pada prinsip demokrasi.

4. Organisasi Pengusaha
Organisasi pengusaha adalah sebuah wadah bagi pengusaha di Indonesia, yang
mempunyai tujuan untuk meningkatkan perannya dalam bidang ketenagakerjaan,
serta menyelanggarakan dan ikut bertanggung jawab atas kegiatan pada
pembangunan nasional dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Oleh
sebab itu, pengusaha diharuskan untuk tidak mementingkan kepentingannya
sendiri, tetapi juga harus mementingkan kepentingan para pekerja yang menjadi
salah satu bagian produksi yang perlu mendapat perlindungan dari hukum.

Pasal yang mengatur organisasi pengusaha ini terdapat dalam Pasal 105 UU
No.13 Tahun 2002 tentang Ketenagakerjaan, mengenai organisasi pengusaha
menentukan sebagai berikut:

a. Setiap pengusaha berhak membentuk dan menjadi anggota organisasi


pengusaha.
b. Ketentuan mengenai organisasi pengusaha diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Di Indonesia sendiri terdapat dua macam organisasi pengusaha, yaitu:

a. Kamar Dagang Industri (KADIN)

5
KADIN merupakan sebuah wadah bagi pengusaha yang ada di Indonesia
dan bergerak dalam bidang ketenagakerjaan. Dalam proses pembentukannya,
diawali oleh Garis-Garis Besar Haluan Negara yang mengisyaratkan mengenai
pentingnya upaya untuk mendorong, membina, serta meningkatkan peran
seluruh lapisan masyarakat dalam terwujudnya pembangunan nasional,
termasuk didalamnya pengusaha yang ada di Indonesia, yang bekerja sama
menangung beban dan tanggung jawab atas terwujudnya pelaksanaan
pembangunan. KADIN dibentuk oleh pemerintah melalui keputusan Presiden
Nomor 49 Tahun 1973.
Kadin mempunyai dua fungsi diantaranya sebagai berikut:
1) Mempersatukan dan memfokuskan kemampuan usaha, serta kegiatan para
anggotanya demi mencapai tujuan bersama.
2) Mengupayakan aspirasi dan kepentingan anggota, serta menyebarluaskan
informasi kepada anggota.

Untuk mencapai tujuannya, KADIN memiliki beberapa tugas,


diantaranya:

1) Membangun kerjasama yang harmonis para pelaku ekonomi yang terdiri


dari pengusaha besar, menengah, serta pengusaha kecil.
2) Menumbuhkan tingkat kesadaran nasional pengusaha yang bertanggung
jawab sebagai warga Negara dan tanggung jawab sosial sebagai
masyarakat.
b. Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO)
APINDO merupakan organisasi pengusaha yang khusus mengurus
masalah yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. APINDO adalah suatu
wadah kesatuan para pengusaha yang ikut serta untuk mewujudkan
kesejahteraan sosial dalam dunia usaha melalui kerjasama yang terpadu dan
serasi antara pemerintah, pengusaha, dan pekerja, serta lahir atas dasar peran
dan tanggung jawabnya dalam pembangunan nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.3 Setiap pengusaha berhak
menjadi anggota dari APINDO, untuk menjadi anggota APINDO, perusahaan
dapat mendaftar di Dewan Pengurus Kota/Kabupaten (DPK) atau di Dewan
Pengurus Provinsi (DPP) atau di Dewan Pengurus Nasional (DPN).
3
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi 12, Rajawali Pers: Jakarta, 2014, h. 55.

6
APINDO mempunyai tujuan sebagai berikut:

1) Mempersatukan dan membina pengusaha serta memberikan pelayanan


kepentingannya didalam bidang hubungan industrial.
2) Menciptakan dan memelihara keseimbangan, ketenangan dan kegairahan
kerja serta usaha dalam pembinaan hubungan industrial dan
ketenagakerjaan.

Tugas yang dijalankan APINDO sebagai berikut:

1) Menggalang kerjasama dan hubungan baik dengan instansi2 /lembaga


pemerintah dan swsta , baik dalam atau pun luar negeri sepanjang tidak
bertentangan dengan azas dan tujuan APINDO.
2) Memantapkan langkap operasional hubungan industrial pancasila dan
kerjasama tripartit anatara, pengusaha dan pekerja di wilayah kerja
organisasi.
3) Membina sumberdaya manusia sebagai peserta produksi sebagaimana
digarisakan dalam hubungan industrial pancasila.

5. Pemerintah/Penguasa
Dalam ketenagakerjaan pemerintah memiliki peran yang sangat penting, yaitu
untuk mengontrol hukum ketenagakerjaan pada bidang hubungan kerja agar tidak
ada pihak yang dirugikan dan pemerintah juga menentukan keberhasilan dalam
pengelolahan ketenagakerjaan di Indonesia.
Pemerintah memiliki keterlibatan didalam ketenagakerjaan, hal itu dapat
dilihat adanya instasi-instasi yang mengurus dan berwenang dalam tenaga kerja
tersebut. Hal tersebut sudah berlangsung sejak zaan kemerdekaan, hal tersebut
dapat dilihat dari berdirinya kantor Van Arbeid dengan Sbt pada tahun 1921.
Dengan berdirinya kantor tersebut membuat peraturan yang berada di Madura dan
Pulau Jawa tentang ketegakerjaan berjalan dengan baik.
Selanjutnya diawal kemerdekaan perihal mengenai ketenagakerjaan atau
perburuhan menjadi salah satu bagian di kemmentrian sosial yang dinamakan
pemburuhan, dan bagian dari pemburuhan terdiri dari beberapa, diantaranya :

a. Sub bagian dari pusat keselamatan dalam bekerja


b. Sub bagian dari pusat pengawasan pemburuhan

7
Pada tanggal 18 Juni 1974 Menteri sosial telah menetapkan surat penetapan
yang terletak pada Nommor S/15/9 diman dala surat itu berisakan bahwa pada
tanggal 19 Juli 1974 bagian dari perburuhan telah dipindahkan dari keentrian
mmenjadi dinas pemmburuhan yang berdiri sendiri dalm lingkungan kemmentrian
sosial.

Sebelum terjadinya tugas pemburuhan di Kementriann Sosial, terjadi krisis


kabinet,dimana pada krisis cabinet baru tersebut menjadikan pemburuhan menjadi
kementrian pemburuhan. sempat terjadi beberapa perubahan diantaranya adalah
penetapan pemerintah pada Nomor 2 Tahun 1948, Nomor 8 Tahun 1950 dimana
dalam ketetapan tersebut menyebutkan bahwa Kementrian Pemburuhan digantikan
dengan kemmentrian Pembangunan dan Pemuda serta perubahan dan urusan
megenai pemburuhan telah dimasukan kedalam kementrian pemburuhan.

Selanjutnya setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Kementrian


Pemburuan Republik Indonesia, dengan Kemmentrian Pemburuan Indoensia
Jogjakarta digaungkan enjadi Kemmentrian Perburuhan yang diurus oleh Koperasi,
Transmigrasi dan Departemmen Tenaga Kerja. dimana Kementrian Perbuhan
memilki tugas, diantaranya4 :
a. Perluas dan pengembangan tenaga kerja
b. Penggunaan dan penyediaan tenaga kerja
c. Pembinaan hubungan ketenagakerjaan
d. Pembinaan kejuruan dan keahlian tenaga kerja
e. Pembinaan norma-norma mengena keselamatan dan perlindungan kerja
B. Para Pihak Lainnya dalam Hukum Ketenagakerjaan
Dalam hukum ketenagakerjaan sendiri terdapat pihak lain dalam menyelesaikan
sengketa di bidang ketenagakerjaan, yaitu pengadilan. Selain pengadilan terdapat juga
pihak ketiga dalam menyeleseaikan sengketa diantaranya, yaitu arbiter, mediator,
negosiator, dan konsiliator. Berikut penjelasan mengenai para pihak lainnya dalam
hukum ketenagakerjaan.

1. Arbiter
Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang
bersengketa atau yang ditunjuk oleh pengadilan negeri atau oleh lembaga

4
Ariffudin Muda Harahap, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, Medan: Literasi Nusantara, 2020, h. 43-46

8
arbitrase, untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu yang diserahkan
penyelesaiannya melalui arbitrase. Menurut UU No. 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan alternative penyelesaian sengketa, yang dimaksud dengan arbitrase
adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata diluar peradilan umum yang
didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak
yang bersengeketa.

2. Mediator
Perselisihan hubungan industrial yang bisa diselesaikan melalui Mediasi
adalah semua jenis perselisihan hubungan industrial yang dikenal dalam UU No.
Tahun 2004. Perselisihan hubungan industrial tersebut diselesaikan melalui
musyawarah dengan ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang netral.
Mediator adalah pegawai instansi pemerintah yang bertanggung jawab
dibidang ketenagakerjaan yang memenuhi syarat–syarat sebagai mediator yang
ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerjaan dan Trasmigrasi untuk bertugas
melakukan mediasi dan mempunyai kewajiban memberikan anjuran tertulis
kepada para pihak yang berselisih untuk menyelesaikan perselisihan yang
dilimpahkan kepadanya. Syarat–syarat untuk bisa menjadi mediator adalah:
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Warga negara Indonesia
c. Berbadan sehat menurut surat keterangan dokter
d. Menguasai peraturan perundang–undangan dibidang ketenagakerjaan
e. Berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela
f. Berpendidikan sekurang–kurangnya srata satu(S-1)
g. Syarat lain yang ditetapkan oleh Menteri

Syarat lain yang dimaksudkan dalam huruf (g) adalah syarat yang ditentukan
dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
KEP–92/MEN/VI/2004 tentang pengangkatan dan pemberhentian Mediator serta
tata kerja mediasi. Syarat–syarat tersebut adalah sebagai berikut;
a. Mediator adalah pegawai negeri sipil pada instansi/ dinas yang bertanggung
jawab dibidang ketenagakerjaan
b. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
c. Warga negara Indonesai Berbadan sehat menurut surat ketarangan dokter
d. Mengusai peraturan perundangan–perundangan dibidang ketenagakerjaan

9
e. Beribawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela
f. Berpendidikan sekurang–kurangnya srata(S-1) dan
g. Memiliki letimigasi dari Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Tugas kewajiban dan wewenang mediator Setelah menerima pelimpahan,


dalam waktu selambat–lambatnya 7 (tujuh) hari kerja 5 mediator harus
mengadakan penelitan tentang duduknya perkara dan segara mengadakan sidang
mediasi. Dalam hal ini mediator berkewajiban:
a. Memanggil para pihak yang berselisih untuk dapat didengar keterangan yang
diperlukan;
b. Mengatur dan memimpin mediasi
c. Membantu membuat perjanjian bersama, apabila tercapai kesepakatan
d. Membuat anjuran tertulis, apabila tidak tercapai kesepakatan
e. Membuat risalah penyelesaian perselihan hubungan industrial
f. Membuat laporan hasil penyelesaian perselihan hubungan industrial kepada
atasan.

3. Negosiator
Negosiator ialah orang yang melakukan negosiasi atau perundingan.
Sedangkan negosiasi adalah cara untuk mencari penyelesaian masalah melalui
diskusi (musyawarah) secara langsung antara pihak-pihak yang bersengketa dan
hasilnya diterima oleh para pihak tersebut. Negosiasi sering kita dengar dengan
istilah berunding, bermusyawarah, atau bermufakat.

Dapat disimpulkan bahwa negosiasi ialah cara penyelesaian sengketa di luar


pengadilan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bersengketa atau kuasanya
secara langsung, tanpa keterlibatan pihak ketiga sebagai penengah. Para pihak
yang bersengketa secara langsung melakukan perundingan atau tawar menawar
sehingga menghasilkan suatu kesepakatan bersama

4. Konsiliator
Konsiliasi adalah suatu tindakan atau proses untuk mencapai pemufakatan atau
perdamaian diluar pengadilan. Konsiliasi merupakan penyelesaian sengketa
alternative yang melibatkan seorang pihak ketiga, dimana pihak ketiga yang diikut

5
Andika Dwi Yuliardi, Upaya Arbitrase Dalam Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Didasarkan
Adanya Kesepakatan Para Pihak, Jurnal Perspektif Hukum, Vol.2, No. 1, 2022, h. 149.

10
sertakan untuk menyelesaikan sengketa adalah seorang yang professional dan sudah
dapat dibuktikan kehandalannya.

Konsiliator merupakan seorang atau lebih yang memenuhi syarat sebagai


konsiliator yang diterapkan oleh Menteri tenaga kerja,yang bertugas melakukan
konsiliasi dan wajib memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang berselisih
untuk menyelesaikan perselisisihan kepentingan. Dalam perselisishan hubungan
industrial penyelesaian dengan cara konsiliasi diatur pada pasal 1 angka 13 UU No.2
Tahun 2004 tentang penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Untuk menjadi
konsiliator, syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:

a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa


b. Warga Negara Indonesia
c. Berumur sekurang-kurangnya 45 tahun
d. Pendidikan minimal lulusan Strata Satu (S1)
e. Berbadan sehat menurut surat keterangan dokter
f. Berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela
g. Memiliki pengelaman dibidang hugungan industrial sekurang- kurangnya 5
tahun.
h. Menguasai peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan
i. Syarat lain yang ditetapkan oleh pemerintah.

5. Pengadilan
Pengadilan Hubungan Industrial merupakan pengadilan khusus yang berada
pada lingkungan peradilan umum, yang bertugas dan berwewenang untuk
memeriksa dan memutus;

a. Ditingkat pertama mengenai perselisihan hak


b. Ditingkat pertama perselisihan pemutusan hubungan kerja
c. Ditingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan kepentingan
d. Ditingkat pertama dan terakhir perselisihan antar serikat pekerja/buruh dalam
satu perusahaan

Adapun susunan Hubungan industrial pada Mahkamah Agung terdiri dari:

a. Hakim Agung;
b. Hakim Adhoc pada Mahkamah Agung;

11
c. Panitera.

Berdasarkan ketentuan pasal 3 dan pasal 4 peraturan Pemerintah Nomor 41


Tahun 2004 tentang Tata cara Pengangkatan dan Pemberhentian Hakim Adhoc
pengadilam Hubungan Industrial dan Hakim Adhoc pada Mahkamah Agung,
calon Hakim Adhoc pada pengadilan Hubungan Industrila dari unsur
pekerja/buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab dibidang
ketenagakerjaan setempat dan calo hakim Adhoc dari unsur pengusaha diusulkan
oleh organisasi pengusaha setempat kepada Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi melakukan seleksi
administratif serta menetapkan daftar ominsai calon Hakim Adhoc dengan tes
tertulis, yang untuk kemudian yang lulus tertulis dibuatkan penetapan untuk
diajukan kepada Ketua Mahkamah Agung. Hakim Adhoc pada pengadilan
Hubungan Industrial diangkat dengan Keputusan Presiden.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Para pihak yang terdapat dalam hukum ketenagakerjaan, yaitu buruh/pekerja,
organisasi pekerja/buruh, pengusaha, organisasi pengusaha dan pemerintah.
Pekerja/buruh, yaitu semua orang yang dalam melakukan pekerjaanya menerima
sejumlah upah ataupun imbalan dalam bentuk lain. Pengusaha dapat diartikan sebagai
orang atau perseorangan yang menjalankan perusahan yang miliknya sendiri ataupun
bukan milik sendiri pengurus perusahaan. Pekerja dan pengusaha mempunyai masing-
masing organisasi yang dibentuk dengan tujuan yang sama, yaitu mensejahterahkan
masing-masing pihak. Selain itu, dalam ketenagakerjaan juga terdapat pemerintah,
yang memiliki peran yaitu, untuk mengontrol hukum ketenagakerjaan pada bidang
hubungan kerja agar tidak ada pihak yang dirugikan dan pemerintah juga menentukan
keberhasilan dalam pengelolahan ketenagakerjaan di Indonesia. Dalam hukum
ketenagakerjaan sendiri terdapat pihak lain dalam menyelesaikan sengketa di bidang
ketenagakerjaan, yaitu pengadilan. Selain pengadilan terdapat juga pihak ketiga dalam
menyeleseaikan sengketa. Pihak ketiga tersebut diantaranya yaitu, arbiter, mediator,
negosiator, konsiliator.

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini
akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis
harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Ariffudin Muda. 2020. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan. Medan: Literasi


Nusantara.

Husni, Lalu. 2020. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi 12. Jakarta:
Rajawali Press.

Yuliardi, Andika Dwi. 2022. "Upaya Arbitrase Dalam Penyelesaian Perselisihan Hubungan
IndustrialDidasarkan Adanya Kesepakatan Para Pihak." Jurnal Perspektif Hukum
149.

14

Anda mungkin juga menyukai