Disusun oleh:
Muhammad Ihsan Hammami 191130032
Indri Rahmawati Sulaiman 201130010
Muhammad Faqih 201130017
Nia Nuryanti 201130020
Assalamualaikum WR.WB.
Dengan menyebut nama Allah SWT. yang maha penyayang dan maha pengasih. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya-nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-nya kepada kita kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah Hukum Ketenagakerjaan yang berjudul “Para Pihak dalam Hukum Ketenagakerjaan”
dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Hukum Ketenagakerjaan. Selain itu, penulis
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang para pihak
dalam hukum ketenagakerjaan.
Penulis mengucapkan terima-kasih sebesar-besarnya kepada ibu Ika Atikah, S.H.I., M.H,
selaku dosen mata kuliah Hukum Ketenagakerjaan, serta teman-teman yang ikut berkontibusi
dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari ibu dan
para pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kelompok 2
i
ABSTRAK
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
ABSTRAK...........................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
A. Latar belakang.........................................................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................2
A. Para Pihak dalam Hukum Ketenagakerjaan.........................................................................2
1. Pekerja/Buruh......................................................................................................................2
2. Pengusaha.............................................................................................................................4
3. Oranisasi Pekerja/Buruh.....................................................................................................4
4. Organisasi Pengusaha..........................................................................................................5
5. Pemerintah/Penguasa..........................................................................................................7
B. Para Pihak Lainnya dalam Hukum Ketenagakerjaan..........................................................8
1. Arbiter..................................................................................................................................8
2. Mediator...............................................................................................................................9
3. Negosiator...........................................................................................................................10
4. Konsiliator..........................................................................................................................10
5. Pengadilan..........................................................................................................................11
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................13
A. Kesimpulan............................................................................................................................13
B. Saran.......................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Alasan seseorang bertahan hidup untuk memenuhi kebutuhan dengan bekerja.
Sebab, pekerjaan merupakan suatu hal yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana
pihak tersebut terdiri dari perusahaan dengan para pekerja, yang kemudian pekerja
tersebut mendapatkan gaji/upah dari pekerjaan tersebut. Dan perusahaan mendapat
keuntungan dari penjualan atau omset yang dikerjakan oleh para pekerja. Tentunya
pekerjaan itu sendiri diatur oleh hukum yang berlaku di suatu negara tertentu, agar
tidak terjadi perselisihan pada salah satu pihak atau keduanya, sehingga perlu adanya
hukum yang mengaturnya.
B. Rumusan masalah
1. Apa saja pihak dalam hukum ketenagakerjaan?
2. Bagaimana peran para pihak dalam hukum ketenagakerjaan?
3. Apa saja pihak lainnya dalam hukum ketenagakerjaan?
4. Bagaiaman peran para pihak lainnya dalam hukum ketenagakerjaan?
C. Tujuan
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, makalah ini
ditujukan untuk memberikan informasi serta referensi untuk para pembaca mengenai
para pihak dalam hukum ketenagakerjaan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pekerja/Buruh
Sejak zaman Belanda, buruh disebut sebagai orang yang melakukan pekerjaan
kasar, seperti mandor ataupun kuli dan orang belanda memberikan julukan untuk
pekerja kasar atau buruh dengan menyebutnya sebagai orang berkerah biru (Blue
Collar).
Pada seminar Hubungan Perburuhan Pancasila tahun 1074, kata buruh
direkomendasikan untuk diganti dengan sebutan pekerja. Hal itu dikarenakan kata
buruh dianggap kasar dan kurang pantas. Untuk mengganti penyebutan buruh
tidaklah mudah, dikarenakan kita harus melihat Kembali kepada pasal 2 UUD
1945, yang menyebutkan bahwa sejumlah golongan, ialah serikat pekerja ataupun
yang lainnya. Maka dari itu istilah buruh disamakan dengan pekerja, karena
melihat Kembali UUD 1945 yang menjadi dasar hukum yang cukup kuat untuk
pergantian istilah tersebut.
Dalam Undang-Undang tentang ketenagakerjaan yang terdapat dalam Pasal 1
angka 3 No. 13 tahun 2003, penyebutan untuk buruh disandingkan dengan istilah
pekerja, sehingga hal itu menyebabkan menjadi pekerja/buruh. Menurut UU
2
tersebut yang disebut dengan pekerja/buruh, yaitu semua orang yang dalam
melakukan pekerjaanya menerima sejumlah upah ataupun imbalan dalam bentuk
lain.1
Penyebutan istilah bagi buruh dan pekerja itu tidak ada bedanya, hal tersebut
dijelaskan secara yuridis. Kedua kata tersebut sudah digunakan dan digabungkan
menjadi kata “pekerja/buruh”. Sedangkan dalam UU No. 21 Tahun 2000
penyebutan untuk pekerja/buruh ialah “serikat buruh/serikat pekerja”. Kedua
perbedaan tersebut dapat dilihat dalam KUHPerdata yang terdapat dalam buku III
afdeling 4, dimana didalamnya hanya mengatur mengenai pelayanan dan tukang.
Terdapat perbedaan pengertian yang terjadi antara Pekerja/buruh, Swapekerja
dan pegawai, perbedaanya adalah :
a. Pekerja/Buruh
1) Melakukan pekerjaan atas perintah dari pihak lain, yaitu pengusaha atau
majikan
2) Risiko dalam pekerjaan ditanggung oleh pengusaha atau majikan
3) Menerima upah dan gaji atas pekerjaanya
4) Ketentuan sudah diatur dalam Undang-Undang dan Peraturan
Ketenagakerjaan.
b. Swapekerja
1) Melakukan pekerjaan tidak dibawah tekanan atau perintah pihak lain
2) Risiko dalam pekerjaan ditanggung oleh diri sendiri
3) Menerima keuntungan (laba) dalam pekerjaannya
4) Tidak ada aturan secara khusus yang mengatur tentang swapekerja
c. Pegawai
1) Melakukan pekerjaan di bawah atas perintah negara
2) Risiko dalam pekerjaan ditanggung pemerintah
3) Menerima gaji atas pekerjaan yang dilakukannya
4) Ketentuan sudah diatur dalam UU No. 8 Tahun 1972 jo. Dan UU No. 43
Tahun 1999
1
Ariffudin Muda Harahap, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, Medan: Literasi Nusantara, 2020, h. 33-34.
3
2. Pengusaha
Pada Pasa1 ayat 4 UU No.13 Tahun 2003, disebutkan bahwa pemberi kerja
diartikan sebagai perseorangan, 3 pengusaha, badan hukum ataupun badan-badan
lainnya. Dan pada Pasal 1 angka 5, pengusaha diartikan dengan berbagai
pengertian, diantaranya :
a. Orang perseorangan, badan hukum ataupun persekutuan yang berdiri sendiri
dala menjalankan perusahan yang bukan milik pribadi.
b. Orang perseorangam, badan hukum atau persekutuan yang menjalankan
usahanya sendiri
3. Oranisasi Pekerja/Buruh
Organisasi buruh dapat diartikan sebagai suatu lembaga yang telah dibentuk
oleh para pihak yang bekerja, dimana hal tersebut memiliki sifat yang demokratis
yang dibentuk secara sukarela oleh buruh. Dibentuknya organisasi pekerja/buruh
dikarenakan adanya tujuan, diantaranya :
a. Untuk meningkatkan martabat dan derajat para buruh
b. Untuk melindungi kepentingan dan hak dari buruh
c. Untuk meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab para buruh dalam
menjalankan kehidupan bermasyarakat serta bernegara.
Disebutkan dalam Pasal 1 Angka 17 UU No. 23 Tahun 2003 mengenai serikat
pekerja/serikat buruh yang menyatakan bahwa serikat pekerja/serikat buruh
dikatakan sebagai organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja/ buruh,
baik dalam pekerjaan atau diluar pekerjaan yang memiliki sifat terbuka, mandiri,
membela, bersifat bebas dan melindungi kepentingan, hak serta meningkatkan
kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.
Jika dilihat dari pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
serikat pekerja/ serikat buruh memiliki sifat dan makna, sebagai berikut :
2
Ibid. h. 38-39.
4
a. Bebas, yaitu serikat pekerja/serikat buruh yang merupakan suatu organisasi
tidak berada dalam perintah pihak lain dalam melaksanakan hak serta
kewajibannya.
b. Mandiri, yaitu serikat pekerja/serikat buruh yang merupakan pihak yang
independen, dimana tidak melaksanakan dan mengembangkan organisasi dari
pihak manapun
c. Terbuka, yaitu menyamakan antara agama, politik,bangsa dan jenis kelamnin
dalam menerima semua anggota serikat pekerja/serikat buruh.
d. Bertanggung Jawab, yaitu semua serikat pekerja/serikat buruh dalam
melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan dalam organisasi haruslah
bertanggung jawab kepada semua anggota, masyarakat serta negara.
e. Demokrasi, yaitu semua kegiatan dalam organisasi, baik dalam pembentukan,
pemilihan pengurus, sampai melaksanakan hak serta kewajibannya harus
berdasarkan pada prinsip demokrasi.
4. Organisasi Pengusaha
Organisasi pengusaha adalah sebuah wadah bagi pengusaha di Indonesia, yang
mempunyai tujuan untuk meningkatkan perannya dalam bidang ketenagakerjaan,
serta menyelanggarakan dan ikut bertanggung jawab atas kegiatan pada
pembangunan nasional dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Oleh
sebab itu, pengusaha diharuskan untuk tidak mementingkan kepentingannya
sendiri, tetapi juga harus mementingkan kepentingan para pekerja yang menjadi
salah satu bagian produksi yang perlu mendapat perlindungan dari hukum.
Pasal yang mengatur organisasi pengusaha ini terdapat dalam Pasal 105 UU
No.13 Tahun 2002 tentang Ketenagakerjaan, mengenai organisasi pengusaha
menentukan sebagai berikut:
5
KADIN merupakan sebuah wadah bagi pengusaha yang ada di Indonesia
dan bergerak dalam bidang ketenagakerjaan. Dalam proses pembentukannya,
diawali oleh Garis-Garis Besar Haluan Negara yang mengisyaratkan mengenai
pentingnya upaya untuk mendorong, membina, serta meningkatkan peran
seluruh lapisan masyarakat dalam terwujudnya pembangunan nasional,
termasuk didalamnya pengusaha yang ada di Indonesia, yang bekerja sama
menangung beban dan tanggung jawab atas terwujudnya pelaksanaan
pembangunan. KADIN dibentuk oleh pemerintah melalui keputusan Presiden
Nomor 49 Tahun 1973.
Kadin mempunyai dua fungsi diantaranya sebagai berikut:
1) Mempersatukan dan memfokuskan kemampuan usaha, serta kegiatan para
anggotanya demi mencapai tujuan bersama.
2) Mengupayakan aspirasi dan kepentingan anggota, serta menyebarluaskan
informasi kepada anggota.
6
APINDO mempunyai tujuan sebagai berikut:
5. Pemerintah/Penguasa
Dalam ketenagakerjaan pemerintah memiliki peran yang sangat penting, yaitu
untuk mengontrol hukum ketenagakerjaan pada bidang hubungan kerja agar tidak
ada pihak yang dirugikan dan pemerintah juga menentukan keberhasilan dalam
pengelolahan ketenagakerjaan di Indonesia.
Pemerintah memiliki keterlibatan didalam ketenagakerjaan, hal itu dapat
dilihat adanya instasi-instasi yang mengurus dan berwenang dalam tenaga kerja
tersebut. Hal tersebut sudah berlangsung sejak zaan kemerdekaan, hal tersebut
dapat dilihat dari berdirinya kantor Van Arbeid dengan Sbt pada tahun 1921.
Dengan berdirinya kantor tersebut membuat peraturan yang berada di Madura dan
Pulau Jawa tentang ketegakerjaan berjalan dengan baik.
Selanjutnya diawal kemerdekaan perihal mengenai ketenagakerjaan atau
perburuhan menjadi salah satu bagian di kemmentrian sosial yang dinamakan
pemburuhan, dan bagian dari pemburuhan terdiri dari beberapa, diantaranya :
7
Pada tanggal 18 Juni 1974 Menteri sosial telah menetapkan surat penetapan
yang terletak pada Nommor S/15/9 diman dala surat itu berisakan bahwa pada
tanggal 19 Juli 1974 bagian dari perburuhan telah dipindahkan dari keentrian
mmenjadi dinas pemmburuhan yang berdiri sendiri dalm lingkungan kemmentrian
sosial.
1. Arbiter
Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang
bersengketa atau yang ditunjuk oleh pengadilan negeri atau oleh lembaga
4
Ariffudin Muda Harahap, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, Medan: Literasi Nusantara, 2020, h. 43-46
8
arbitrase, untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu yang diserahkan
penyelesaiannya melalui arbitrase. Menurut UU No. 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan alternative penyelesaian sengketa, yang dimaksud dengan arbitrase
adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata diluar peradilan umum yang
didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak
yang bersengeketa.
2. Mediator
Perselisihan hubungan industrial yang bisa diselesaikan melalui Mediasi
adalah semua jenis perselisihan hubungan industrial yang dikenal dalam UU No.
Tahun 2004. Perselisihan hubungan industrial tersebut diselesaikan melalui
musyawarah dengan ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang netral.
Mediator adalah pegawai instansi pemerintah yang bertanggung jawab
dibidang ketenagakerjaan yang memenuhi syarat–syarat sebagai mediator yang
ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerjaan dan Trasmigrasi untuk bertugas
melakukan mediasi dan mempunyai kewajiban memberikan anjuran tertulis
kepada para pihak yang berselisih untuk menyelesaikan perselisihan yang
dilimpahkan kepadanya. Syarat–syarat untuk bisa menjadi mediator adalah:
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Warga negara Indonesia
c. Berbadan sehat menurut surat keterangan dokter
d. Menguasai peraturan perundang–undangan dibidang ketenagakerjaan
e. Berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela
f. Berpendidikan sekurang–kurangnya srata satu(S-1)
g. Syarat lain yang ditetapkan oleh Menteri
Syarat lain yang dimaksudkan dalam huruf (g) adalah syarat yang ditentukan
dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
KEP–92/MEN/VI/2004 tentang pengangkatan dan pemberhentian Mediator serta
tata kerja mediasi. Syarat–syarat tersebut adalah sebagai berikut;
a. Mediator adalah pegawai negeri sipil pada instansi/ dinas yang bertanggung
jawab dibidang ketenagakerjaan
b. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
c. Warga negara Indonesai Berbadan sehat menurut surat ketarangan dokter
d. Mengusai peraturan perundangan–perundangan dibidang ketenagakerjaan
9
e. Beribawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela
f. Berpendidikan sekurang–kurangnya srata(S-1) dan
g. Memiliki letimigasi dari Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
3. Negosiator
Negosiator ialah orang yang melakukan negosiasi atau perundingan.
Sedangkan negosiasi adalah cara untuk mencari penyelesaian masalah melalui
diskusi (musyawarah) secara langsung antara pihak-pihak yang bersengketa dan
hasilnya diterima oleh para pihak tersebut. Negosiasi sering kita dengar dengan
istilah berunding, bermusyawarah, atau bermufakat.
4. Konsiliator
Konsiliasi adalah suatu tindakan atau proses untuk mencapai pemufakatan atau
perdamaian diluar pengadilan. Konsiliasi merupakan penyelesaian sengketa
alternative yang melibatkan seorang pihak ketiga, dimana pihak ketiga yang diikut
5
Andika Dwi Yuliardi, Upaya Arbitrase Dalam Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Didasarkan
Adanya Kesepakatan Para Pihak, Jurnal Perspektif Hukum, Vol.2, No. 1, 2022, h. 149.
10
sertakan untuk menyelesaikan sengketa adalah seorang yang professional dan sudah
dapat dibuktikan kehandalannya.
5. Pengadilan
Pengadilan Hubungan Industrial merupakan pengadilan khusus yang berada
pada lingkungan peradilan umum, yang bertugas dan berwewenang untuk
memeriksa dan memutus;
a. Hakim Agung;
b. Hakim Adhoc pada Mahkamah Agung;
11
c. Panitera.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Para pihak yang terdapat dalam hukum ketenagakerjaan, yaitu buruh/pekerja,
organisasi pekerja/buruh, pengusaha, organisasi pengusaha dan pemerintah.
Pekerja/buruh, yaitu semua orang yang dalam melakukan pekerjaanya menerima
sejumlah upah ataupun imbalan dalam bentuk lain. Pengusaha dapat diartikan sebagai
orang atau perseorangan yang menjalankan perusahan yang miliknya sendiri ataupun
bukan milik sendiri pengurus perusahaan. Pekerja dan pengusaha mempunyai masing-
masing organisasi yang dibentuk dengan tujuan yang sama, yaitu mensejahterahkan
masing-masing pihak. Selain itu, dalam ketenagakerjaan juga terdapat pemerintah,
yang memiliki peran yaitu, untuk mengontrol hukum ketenagakerjaan pada bidang
hubungan kerja agar tidak ada pihak yang dirugikan dan pemerintah juga menentukan
keberhasilan dalam pengelolahan ketenagakerjaan di Indonesia. Dalam hukum
ketenagakerjaan sendiri terdapat pihak lain dalam menyelesaikan sengketa di bidang
ketenagakerjaan, yaitu pengadilan. Selain pengadilan terdapat juga pihak ketiga dalam
menyeleseaikan sengketa. Pihak ketiga tersebut diantaranya yaitu, arbiter, mediator,
negosiator, konsiliator.
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini
akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis
harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Husni, Lalu. 2020. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi 12. Jakarta:
Rajawali Press.
Yuliardi, Andika Dwi. 2022. "Upaya Arbitrase Dalam Penyelesaian Perselisihan Hubungan
IndustrialDidasarkan Adanya Kesepakatan Para Pihak." Jurnal Perspektif Hukum
149.
14