Anda di halaman 1dari 14

PENANAMAN MODAL PASCA LAHIRNYA UNDANG-UNDANG

OMNIBUS LAW

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Penanaman Modal


Dosen Pengampu: Habib Iman Nurdin Sholeh, M.H

Disusun Oleh :

Cahya Firda Audina 33020200120

Siti Nur Lailaturohmah 33020200139

Randy Feromalta 33020200145

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SALATIGA

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nantikan syafa‟atnya di akhirat nanti. Alhamdulillah puji syukur dan syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT atas limpahan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tugas
makalah Hukum Penanaman Modal yang berjudul “Politik Penanaman Modal Pasca
Lahirnya Undang-Undang Omnibus Law”.

Dalam kesempatan ini secara pribadi kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada dosen mata kuliah Hukum Penanaman Modal yang telah membimbing kami dalam
memberi ilmu pengetahuan dan informasi sehingga dapat terselesaikannya makalah ini. Atas
segala informasi yang diberikan, kami hanya dapat mendoakan semoga amal baik beliau
menjadi amal ibadahnya dan semoga mendapat limpahan rohmat yang setimpal dari Tuhan
Yang Maha Esa. Makalah ini merupakan salah satu wujud peran aktif kita sebagai mahasiswa
dalam rangka pengembangan mata kuliah Hukum Penanaman Modal.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak terlepas dari berbagai
kekurangan, maka dengan segala kerendahan hati kami mengharap kritik dan saran dari
semua pihak. Akhirnya kami berharap semoga apa yang telah kami sajikan dalam makalah
ini dapat diambil manfaatnya.

Salatiga, 04 Juni 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

Abstrak ..................................................................................................................................... iii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

A. Latar belakang ................................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2

C. Metode Penelitian ........................................................................................................... 2

BAB II........................................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3

A. Politik Penanaman Modal Pasca UU Omnibus Law ...................................................... 3

B. Bentuk Perlindungan Hukum Omnibus Law Cipta Kerja Terhadap Tenaga Kerja ........ 4

C. Kepastian Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia dalam Perspektif Undang-


undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal ................................................... 7

BAB III ...................................................................................................................................... 9

PENUTUP.................................................................................................................................. 9

A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 9

B. Saran ............................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 10

ii
Abstrak
Salah satu pertimbangan penanam modal melakukan penanaman modal di suatu
negara adalah kepastian hukum. Kepastian hukum meliputi kepastian pengaturan dalam
peraturan perundang-undangan dan kepastian atas penegakan hukum. Omnibus Law
merupakan salah satu konsep menata beberapa regulasi yang saling tumpang tindih dengan
membuat satu regulasi baru. Omnibus Law diperuntukkan untuk menata regulasi demi
adanya kepastian pengaturan dalam peraturan perundang-undangan. Tujuan dilakukannya
penelitian ini untuk mengetahui bagaimana hak pekerja menurut Undang-Undang No. 11
Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja dan bagaimana perlindungan hukum terhadap keselamatan
dan kesehatan kerja menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia, yang dengan
metode penelitian hukum normatif disimpulkan: 1. Dalam UU No. 11 Tahun 2020 Tentang
Cipta Kerja dengan merubah dan menghapus pasal-pasal yang diatur dalam UU No. 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan belum cukup mengatur terkait masalah hak terhadap
tenaga kerja. 2. Perlindungan tenaga kerja yang merupakan wujud pengakuan atas hak
tenaga kerja secara manusia yang harus diperlakukan secara manusiawi sebagaimana, yang
diamanatkan oleh UUD 1945 pasal 28D ayat (1) dengan, “menjamin kepastian hukum
perlindungan dan diperlakukan sama dihadapan hukum” dan juga memerhatikan Prinsip-
prinsip keselamatan dan kesehatan kerja.

Kata Kunci: Ketenagakerjaan; Omnibus Law; Perlindungan Hukum

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hukum ketenagakerjaan di Indonesia sangat dibutuhkan agar warga negaranya
terjamin bisa mendapatkan lapangan kerja serta jaminan hak dan kewajiban. Oleh sebab
itu, tenaga kerja juga membutuhkan perlindungan agar proses produktivitas dan
kenyamanan dalam pekerjaan berjalan dengan baik. Dalam pembukaan UUD NKRI 1945
alinea keempat mengatakan bahwa, “Pemerintah Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia”, dan pasal 27 ayat 2 UUD NRI 1945 mengatakan, “Setiap warga
negara berhak memperoleh pekerjaan serta penghidupan yang layak.
Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan yaitu, memberikan perlindungan bahwa setiap tenaga kerja berhak dan
mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang
layak tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama, dan aliran politik sesuai
dengan minat dan kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan, termasuk perlakuan yang
sama terhadap para penyandang cacat.
Hukum ketenagakerjaan mengatur tentang segala hal yang berhubungan dengan
tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah kerja. Tujuan dari dibentuknya
hukum ketenagakerjaan adalah untuk memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja
secara optimal dan manusiawi, mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan
penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan
daerah, memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan,
meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.
Pada sisi lain, pemberlakuan Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja, mendapat penolakan dari sebagian besar masyarakat Indonesia dengan tingkat
persepsi hukum yang berbeda-beda, dari setiap kluster masyarakat, yakni kluster
akademisi, kluster buruh/pekerja, kluster mahasiswa, kluster guru, dan kluster ulama.
Setiap kluster memiliki persepsi yang berbeda, tetapi semua kluster warga masyarakat
Indonesia tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu menolak kehadiran Undang-

1
Undang Cipta Kerja, terutama semua kluster mempunyai alasan bahwa muatan Undang-
Undang Cipta Kerja, menyangkut regulasi jaminan hak-hak bagi pekerja, sejatinya belum
memberikan jaminan keadilan dan kesejahteraan bagi para pekerja di Indonesia. Undang-
Undang ini menurut para kluster, terutama pengaturan tentang ketenagakerjaan hanya
memihak kepentingan para majikan atau pemilik perusahaan.
Meskipun begitu pro dan kontra yang meramaikan rencana pemerintah tersebut,
di kalangan yang mendukung rencana pemerintah menyatakan bahwa Omnibus Law ini
sebagai solusi yang tepat untuk menjawab persoalan tumpang tindihnya beberapa
peraturan perundang-undangan di Indonesia. Tetapi kalangan penentang atau kontra
menganggap bahwa rencana Omnibus Law tersebut dianggapnya sebagai upaya
mendelegitimasi hak-hak setiap sektor kehidupan bangsa terutama menyangkut tentang
ketenagakerjaan dan sektor lain yang dapat terpengaruh akibat keberlakuannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan mengenai Politik Hukum Penanaman Modal pasca UU
Omnibuslaw ?
2. Bagaimana Perlindungan hukum yang diberikan Pemerintah terhadap tenaga kerja
pasca UU Omnibuslaw ?
3. Apa yang diberikan Pemerintah mengenai Kepastian hukum untuk penanam modal
asing pasca UU Omnibuslaw ?

C. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kajian Pustaka atau library research, yaitu
penelitian yang obyek kajiannya bersumber pada buku-buku dan karya tulis lainnya.
Kegiatan dari penelitian ini berupa membaca serta menganalisis berbagi Literatur yang
ada.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Yakni dengan melakukan studi
kepustakaan yang berisikan informasi tentang data tersebut.
3. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan penulis adalah library research, yaitu study kepustakaan
dengan cara membaca buku-buku dan sejumlah jurnal ilmiah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Politik Penanaman Modal Pasca UU Omnibus Law


Omnibus Law Cipta Kerja membuat Perubahan pada penanaman modal di
Indonesia yaitu tentang penataan perizinan. Dalam Undang-Undang Penanaman Modal
pelayanan perizinan hanya dapat dilakukan melalui satu pintu saja, namun dengan adanya
Omnibus Law ini masalah pelayanan perizinan jadi dipermudah. Selain memperbaiki
pelayanan perizinan Undang- Undang Omnibus Law Cipta Kerja juga mengatur tentang
Persyaratan-Persyaratan investor/ penanam modal, yaitu:

1. Daftar prioritas atas suatu bidang usaha yang didorong untuk berinvestasi, seperti
bidang usaha dengan tekonologi yang tinggi, bidang usaha yang berinvestasi besar,
bidang usaha yang berbasis digital dan padat karya.
2. Didasarkan atas kepentingan nasional, asas kepatuhan dan konvensi internasional
bidang usaha ini tertutup untuk kegiatan investasi, yaitu perjudian dan kasino, industri
pembuatan senjata berbahan kimia, produksi narkotika golongan I, industri pembuat
bahan yang dapat mersak lapisan ozon (BPO). pengambilan karang dari alam terbuka
dan penangkapan spesies ikan tertentu.
3. Menghapus persyaratan dan ketentuan investasi yang ada di dalam Undang- Undang
sektor.
4. Status dari penanam modal asing hanya berkaitan pada batasan kepemilikan saham
asing saja, dan dengan masuknya penanam modal asing di indonesia, lalu sudah
membentuk badan hukum di Indonesia harus tunduk dengan aturan yang berlaku di
Indonesia, dan diperlakukan sama dengan investor dari dalam negeri.
5. UMKM dapat bekerjasama dengan penanam modal/ investor asing.
6. Pengusaha yang memiliki kegiatan usaha berbasis digital atau dapat disebut start up
tidak terkena pembatasan modal Rp 10 Miliar1

1
Yudho Winarto "Pemerintah pastikan bidang usaha ini masuk ke daftar prioritas investasi tersedia. pada
https://nasional kontan.co.id/news/pemerintah pastikan-bidang usaha ini masuk-ke-daftar prioritas-investasi
diunduh pada 1 juni 2023 April pukul 10.03 WIB.

3
UU Cipta Kerja membuat sederhana Mengenai perizinan ialah dengan cara
pengurusan yang relatif pendek, metode yang sangat kompleks dan biaya yang dapat
dikatakan ekonomis.2 Penyederhanaanya adalah sebagai berikut :

1. Pendirian bangunan
UU Cipta Kerja hendak meniadakan seluruh syarat administratif yang tertera
pada syarat status hak atas tanah, status hak milik gedung bangunan serta izin
mendirikan banguan (IMB)."Persyaratan itu diganti dengan keharusan untuk tiap
gedung bangunan buat penuhi standar teknis gedung supaya menyamai fungsi serta
klasifikasi gedung.
2. Perizinan untuk Kegiatan Investasi serta berusaha
Dalam UU Cipta Kerja pula memanage mengenai Perizinan Berbasis Resiko.
Model perizinan semacam ini mewajibkan pengelompokan upaya yang ketentuan
perizinannya hendak mengadaptasi dengan resiko dari upaya itu. Penilaian efek
ditinjau dari aspek kesehatan, keamanan, area, serta ataupun pemanfaatan sumber
daya 3 , dicoba dengan mengkalkulasikan tipe kegiatan upaya, serta atau ataupun
keterbatasan sumber daya Cocok dengan tepercaya pasal 8 Ayat (7) UU Membuat
Kegiatan, aktivitas upaya beresiko besar membutuhkan Permisi mendirikan gedung.
Perihal itu (izin) ialah persetujuan Penguasa Pusat supaya melaksanakan aktivitas
upaya yang harus dipenuhi oleh pelaku upaya saat sebelum upaya itu dijalani ataupun
dikembangkan.

B. Bentuk Perlindungan Hukum Omnibus Law Cipta Kerja Terhadap Tenaga Kerja
Eksistensi omnibus law senyatanya memberikan dampak negatif terhadap tenaga
kerja utamanya buruh atau pekerja. Pemerintah mempersiapkan Undang-undang Cipta
Kerja dengan menggunakan konsep omnibus law, untuk dijadikan sebuah skema
membangun perekonomian agar mampu menarik investor menanamkan modalnya di
Indonesia. Undang-undang Cipta Kerja memiliki beberapa klaster yang salah satu
diantaranya adalah mengatur tentang ketenagakerjaan. Pada klaster ketenagakerjaan
pemerintah berupaya mengharmonisasikan beberapa undang-undang yang tumpang
tindih dan mengakibatkan kerugian khususnya pada tenaga kerja. Pemerintah berupaya
menerapkan omnibus law cipta lapangan kerja. Tetapi tidak diimbangi dengan substansi
regulasi yang mampu menghindari konflik konflik yang telah terjadi selama ini. Undang-

2
BPHN, Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja (2020)
3
Pasal 8 ayat (5) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja.

4
undang Cipta Kerja ini masih memiliki banyak kelemahan masalah ini ada pada
perubahan cuti, pemberian pesangon dan lain-lain. Perubahan tersebut semakin
mempersempit ruang gerak para buruh untuk memperjuangkan hak- haknya.4
Perubahan Sistem Ketenagakerjaan dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020
Tentang Cipta Kerja dari Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan.5
Pertama Upah. Pasal 88 diubah; pasal 89 dihapus: penambahan pasal 88B, 88C,
88D Upah minimum Kabupaten/kota dan sektoral dihapus. Upah minimum ditentukan
dari upah minimum provinsi yang ditetapkan oleh gubernur. Penambahan pasal 88E dan
90B ketentuan upah minimum bagi usaha mikro dan kecil serta industri padat karya
diatur secara terpisah. Dampak ke pekerja Upah minimum bisa lebih rendah dari
sebelumnya sebagaimana yang ditentukan oleh upah minimum kabupaten/kota dan
sektoral upah minimum di usaha mikro dan kecil serta industri padat karya bisa lebih
rendah daripada ketentuan upah minimum yang berlaku.
Kedua kontrak kerja dan alih daya. Pasal 59 dihapus ketentuan sebelumnya yang
membatasi pekerja kontrak atau perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) pada pekerjaan
di luar kegiatan pokok atau proses produksi secara langsung dan bersifat sementara
(maksimal 3 tahun lamanya) dihapus. Pekerja kontrak bisa dilakukan di semua jenis
pekerjaan dan tanpa batas waktu. Pasal 64, 65 dihapus; pasal 66 diubah ketentuan
sebelumnya yang membatasi pemborongan kerja dan kerja outsourcing/alih daya pada
pekerjaan di luar kegiatan pokok atau proses produksi secara langsung dihapus. Semua
jenis pekerjaan termasuk pada kegiatan pokok bisa menggunakan Pekerja outsourcing.
Dampak kerja Memperluas kerja kontrak dan hilangnya jaminan serta kepastian
kerja tetap. Semua jenis pekerjaan bisa menggunakan pekerja kontrak (PKWT) dan kerja
kontrak bisa lebih dari 3 tahun lamanya. Memperluas kerja outsourcing dan hilangnya
jaminan serta kepastian kerja tetap. Semua jenis pekerjaan bisa menggunakan pekerja
outsourcing/alih daya termasuk dalam pekerjaan yang berkaitan secara langsung dengan
proses produksi.
Ketiga hak untuk cuti, Pasal 93 diubah pekerja yang mengambil cuti karena
alasan sakit, haid pada hari pertama dan kedua, menikah, istri melahirkan atau keguguran,
menjalankan ibadah agama, atau karena anggota keluarga meninggal tidak lagi berhak
4
Matompo, O. S., & Izziyana, W. vivid. (2020). Konsep Omnibus Law dan Permasalahan RUU Cipta kerja.
Rechstaat Nieuw, 5(1), 22-29.
5
Nathan, A. (2000). Gonjang-Ganjing Omnibus Law. In Omnibus Law dan Fleksibilisasi Pasar Tenaga Kerja di
Indonesia: Perspektif Makro-ekonomi dan Ketenagakerjaan. Universitas gadjah Mada

5
mendapatkan upah selama cuti (paid leave). Dampak kerja pekerja tidak lagi berhak
mendapatkan upah selama cuti (paid leave) bahkan untuk cuti sakit atau haid. Ketentuan
paid leave bergantung pada kesepakatan dengan pengusaha dan bukan diatur oleh
perundang-undangan. Sangat berdampak pada pekerja perempuan.
Keempat pesangon. Pasal 156 diubah ketentuan pesangon tidak banyak berubah
secara signifikan. Batas maksimal upah penghargaan masa kerja (UMPK) menjadi 21
tahun masa kerja dengan 8 bulan upah. Uang penggantian hak (UPH) tidak lagi diatur
melalui hukum dan hanya berdasarkan kesepakatan kerja. Ketentuan pesangon tidak
banyak berubah secara signifikan. Namun dengan meluasnya kerja fleksibel (kontrak dan
outsourcing) maka pekerja semakin rentan mendapatkan pesangon dengan jumlah
minimal atau bahkan tanpa pesangon sama sekali.
Dampak kerja, Ketentuan pesangon tidak banyak berubah secara signifikan.
Namun dengan meluasnya kerja fleksibel (kontrak dan outsourcing) maka pekerja
semakin rentan mendapatkan pesangon dengan jumlah minimal atau bahkan tanpa
pesangon sama sekali. Aturan yang melindungi hak-hak pekerja yang diatur dalam
Undang-undang Ketenagakerjaan akan dikurang dan bahkan dihapuskan. Pemenuhan
hak-hak pekerja dilimpahkan dalam perjanjian kerja antara pekerja dan pengusaha dan
tidak diatur secara langsung dalam perundang-undangan. Negara yang seharusnya
bertanggung jawab untuk melindungi pekerja dan juga mengatur hubungan industrial
melalui peraturan perundang-undangan secara otomatis melepaskan peranan tersebut.
Hak-hak dan perlindungan bagi pekerja yang sebelumnya sudah diatur dalam Undang-
undang Ketenagakerjaan seperti upah yang layak, cuti, kepastian kerja, dan pesangon
akan diubah atau dihapuskan dalam RUU Cipta Kerja. Dalam Undang-undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Bab 1 pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa:
"Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada
waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja." Dan yang dimaksud dengan tenaga
kerja berdasarkan pasal 1 angka 2 adalah:
"Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
masyarakat."
Terkait dengan penjelasan diatas, ketenagakerjaan tidak hanya membahas
mengenai pembukaan lapangan pekerjaan, akan tetapi juga memperhatikan bagaimana
hak-hak pekerja selama menjalani pekerjaan tersebut. Dalam rangka memberikan
kepastian dan kemudahan bagi pelaku usaha pemerintah melakukan penyederhanaan

6
persyaratan perizinan dalam berusaha untuk meningkatkan investasi dan perluasan
lapangan pekerjaan, omnibus law memang diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi dan
perluasan pembukaan lapangan kerja namun perlindungan dan peningkatan kesejahteraan
terhadap pekerja/buruh bukan menjadi fokus utama dari Undang-undang Ommibus Law
Cipta Kerja.

C. Kepastian Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia dalam Perspektif Undang-


undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Arti pentingnya hukum dikaitkan dengan investasi, penanam modal
membutuhkan adanya kepastian hukum dalam menjalankan usahanya. Artinya, bagi para
penanam modal butuh ada satu ukuran yang menjadi pegangan dalam melakukan
kegiatan investasinya. Sebelum melakukan investasi, investor biasanya mempertanyakan
apakah yang dapat diperoleh dari investasi tersebut di kemudian hari. Untuk itu investor
perlu mendekati kepastian
Seringkali masalah kepastian hukum menjadi penghambat masuknya investasi
Ketidakpastian hukum merupakan bagian dari masalah-masalah yangmenyebabkan iklim
investasi tidak kondusif. Iklim yang kondusif tentunya akansangat mempengaruhi iklim
investasi di Indonesia. Untuk itu, terhadap tiga aspek-aspek substansi hukum, aspek
aparatur hukum, dan aspek budaya hukum harusmencerminkan kepastian hukum.
Substansi peraturan perundang-undangan tumpang tindih. Substansi peraturan
perundang-undangan tidak mencerminkan adanya kepastian hukum karena beberapa
peraturan perundangundangan saling tumpang tindih sehingga membebani investor.
Peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih antara lain contohnya antara
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah dan
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah/Tempat
Tinggal/Hunian oleh Orang asing yang berkedudukan di Indonesia. Berdasarkan PP
Nomor 41 Tahun 1996 disebutkan investor asing diperbolehkan menguasai tanah dan
bangunan di Indonesia dengan status hak pakai selama 25 tahun, bisa diperpanjang 20
tahun dan bisa diperpanjang 25 tabona dengan kata lain masa hak pakai yang
diperbolehkan adalah selama 70 tahun Kedia peraturan ini dinilai menghambat investor
individual asing yang akan berinvestasi di Indonesia, karena untuk memperoleh hak atas
tanah harus melalui prosedur yang terlalu rumit6

6
Sentosa Sembiring, Hukum Investasi (Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2010), hlm. 70.

7
Setelah keluarnya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal memberikan perlakuan yang sama terhadap investor asing dan dalam negeri.
Perlakuan sama bagi modal dalam negeri dan modal asing merupakan asas penting
kebijakan investasi. Pasal 6 ayat (1) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007
menyebutkan bahwa Pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada semua
penanam modal yang berasal dari negara manapun yang melakukan kegiatan penanaman
modal di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya
ayat (2) menyebutkan bahwa perlakuan tersebut tidak berlaku bagi penanam modal dari
suatu negara yang memperoleh hak istimewa berdasarkan perjanjian dengan Indonesia.
Ketentuan ini menyesuaikan dengan prinsip yang dianut oleh Trade Related Investment
Measures-WTO. Ketentuan ini sesuai dengan prinsip WTO "the most favored nations".
yaitu suatu ketentuan yang diberlakukan oleh suatu negara harus diperlakukan pula
kepada semua negara anggota WTO. Ketentuan ini untuk menegakkan prinsip Non
Diskriminasi yang dianut WTO. Prinsip perlakuan nasional (national treatment, non
diskriminasi) mengharuskan negara tuan rumah/penanam modal untuk tidak
membedakan perlakuan antara penanam modal asing dan penanam modal dalam negeri di
negara penerima tersebut,7

7
H. Jack, International Competition in Services: a Constitutional Framework, Washington DC: American
Institute for Public Policy Research, 1998, hal. 27

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan adanya Omnibus Law ini masalah pelayanan perizinan jadi dipermudah.
Selain memperbaiki pelayanan perizinan Undang- Undang Omnibus Law Cipta Kerja
juga mengatur tentang Persyaratan-Persyaratan investor/ penanam modal, yaitu:

1. Daftar prioritas atas suatu bidang usaha yang didorong untuk berinvestasi.
2. Didasarkan atas kepentingan nasional, asas kepatuhan dan konvensi internasional
bidang usaha ini tertutup untuk kegiatan investasi.
3. Menghapus persyaratan dan ketentuan investasi yang ada di dalam Undang- Undang
sektor.
4. Status dari penanam modal asing hanya berkaitan pada batasan kepemilikan saham
asing saja.
5. UMKM dapat bekerjasama dengan penanam modal/ investor asing.
6. Pengusaha yang memiliki kegiatan usaha berbasis digital atau dapat disebut start up
tidak terkena pembatasan modal Rp 10 Miliar.
Undang-undang Cipta Kerja memiliki beberapa klaster yang salah satu diantaranya
adalah mengatur tentang ketenagakerjaan. Pada klaster ketenagakerjaan pemerintah
berupaya mengharmonisasikan beberapa undang-undang yang tumpang tindih dan
mengakibatkan kerugian khususnya pada tenaga kerja. Pemerintah berupaya menerapkan
omnibus law cipta lapangan kerja. Tetapi tidak diimbangi dengan substansi regulasi yang
mampu menghindari konflik konflik yang telah terjadi selama ini.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) sesuai dengan
prinsip WTO "the most favored nations". yaitu suatu ketentuan yang diberlakukan oleh
suatu negara harus diperlakukan pula kepada semua negara anggota WTO.

B. Saran
Dengan selesainya makalah ini kami sadar bahwasannya makalah kami ini masih jauh
dari kata sempurna, karena masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi materi
pembahasan maupun ejaan kata. Maka dari itu kami mengharapkan adanya kritik dan
saran dari pembaca agar dikemudian hari kami dapat menyusun makalah menjadi lebih
baik.

9
DAFTAR PUSTAKA

A, Nathan. 2000. Gonjang-Ganjing Omnibus Law. In Omnibus Law dan Fleksibilisasi Pasar
Tenaga Kerja di Indonesia: Perspektif Makro-ekonomi dan Ketenagakerjaan.
Universitas gadjah Mada.
BPHN. Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja (2020).
H. Jack. 1998. International Competition in Services: a Constitutional Framework.
Washington DC: American Institute for Public Policy Research, hal 27.
O. S , Matompo & Izziyana, W. Vivid. 2020. Konsep Omnibus Law dan Permasalahan RUU
Cipta kerja. Rechstaat Nieuw, 5(1), 22-29.
Pasal 8 ayat (5) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja.
Sembiring, Sentosa. 2010. Hukum Investasi. Bandung : CV. Nuansa Aulia.
Yudho Winarto. "Pemerintah pastikan bidang usaha ini masuk ke daftar prioritas investasi
tersedia. diunduh pada 1 juni 2023 April pukul 10.03 WIB. https://nasional
kontan.co.id/news/pemerintah pastikan-bidang usaha ini masuk-ke-daftar prioritas-
investasi.

10

Anda mungkin juga menyukai