Anda di halaman 1dari 16

PERATURAN PERUSAHAAN

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Manajemen Pengupahan


Dosen Pengampu: Sunarto, SE.MM

DISUSUN OLEH:
Kelompok 9
Miftahul Cahya (0202000072)
Miftha Aulia N (0202000083)
Lulu Zahrah (0202000084)
Hasna Mudalifa A (0202000061)
Rizal (0202000143)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI KUSUMA NEGARA


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
2023

i
KATA PENGANTAR

Tiada kalimat yang pantas penulis ucapkan kecuali rasa syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang berjudul "Peraturan
Perusahaan". Tidak lupa pula dukungan baik secara materil dan nonmateril yang
diberikan kepada penulis dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, izinkan
penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Sunarto, SE.MM, selaku dosen mata kuliah Hukum Perburuhan.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 18 Desember 2023

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan .....................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan ...................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................6
2.1 Ketenagakerjaan ......................................................................................6
2.2 Susunan Draft Peraturan Perusahaan.....................................................10
2.3 Masa Berlaku Peraturan Perusahaan .....................................................10
2.4 Hak dan Kewajiban Pekerja Serta Perusahaan ......................................12
2.5 Konsekuensi Peraturan yang Akan Terjadi ...........................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................16
3.1 Kesimpulan............................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap orang tentu saja dituntut untuk mencari nafkah guna
memperoleh penghasilan atau pendapatan yang sangat dibutuhkan untuk
menjamin keberlangsungan hidup. Sebagaimana kita tahu bahwa kehidupan
manusia selalu dihadapkan pada berbagai jenis kebutuhan yang pada
dasarnya dikelompokkan oleh 2 golongan, yaitu:
» Kebutuhan Primer, yaitu kebutuhan yang betapapun keadannya
manusia harus dapat memenuhinya. Dalam hal ini, manakala kebutuhan
primer tidak bisa dipenuhi, akan sangat berbahaya bagi
keberlangsungan hidup manusianya. Pada dasarnya manusia sepakat
bahwa kebutuhan primer itu terdiri dari sandang, pangan dan papan.
» Kebutuhan Sekunder, yaitu kebutuhan-kebutuhan yang baru dapat
dipenuhi manakala kebutuhan primer telah terpenuhi terlebih dahulu
Untuk jenis mata pencaharian itu sendiri tentunya banyak
macamnya. Beda halnya dengan menjadi seorang tenaga kerja. Menjadi
seorang ketenagakerjaan akan terikat oleh ketentuan-ketentuan hukum
yang ada, seperti UU No. 13 Tahun 2003, UU Ciptakerja Kluster
Ketenagakerjaan, dan juga terikat dengan peraturan-peraturan yang dibuat
oleh perusahaan.
Menurut UU No. 13 Tahun 2003 ketenagakerjaan adalah segala hal
yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan
sesudah masa kerja. Sementara tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Adapun
tujuan pembangunan ketenagakerjaan menurut UU No. 13 Tahun 2003
yaitu:
a. memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawi

4
b. mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga
kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah
c. memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan
kesejahteraan
d. meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari ketenagakerjaan?
2. Bagaimana draft peraturan perusahaan?
3. Bagaimana masa berlaku peraturan perusahaan?
4. Apa saja hak dan kewajiban pekerja serta perusahan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mendeskripsikan tentang ketenagakerjaan
2. Mendeskripsikan draft peraturan perusahaan
3. Mengetahui masa berlaku peraturan perusahaan
4. Mengetahui hak dan kewajiban pekerja serta perusahan

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini dapat menambah pengetahuan mengenai ketenagakerjaan
dan hal-hal terkait peraturan Perusahaan.
2. Bagi Pembaca
Makalah ini dapat menambah wawasan mengenai ketenagakerjaan dan
hal-hal terkait peraturan Perusahaan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ketenagakerjaan
Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan menyatakan, “Ketenagakerjaan adalah segala hal
yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama,
sesudah masa kerja.”. Paket Undang-undang ketenagakerjaan ini sendiri
terdiri dari tiga undang-undang, yang meliputi UU No.13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat
Pekerja/Serikat Buruh, dan UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial yang dibahas lengkap pada buku Undang-
Undang Ketenagakerjaan dan Penjelasannya.
Menurut ketentuan UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
beserta peraturan pelaksanaannya, dari peraturan pemerintah, peraturan
menteri, hingga keputusan-keputusan menteri yang terkait, dapat dikatakan
adanya beberapa pengertian ketenagakerjaan, sebagai berikut
Ketenagakerjaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tenaga
kerja pada waktu sebelum, selama, dan setelah selesainya masa hubungan
kerja, Tenaga kerja adalah objek, yaitu setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa, untuk kebutuhan sendiri
dan orang lain, Pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk
orang lain dengan menerima upah berupa uang atau imbalan dalam bentuk
lain dan Pemberi kerja adalah orang perseorangan atau badan hukum yang
memperkerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
Pengertian ketenagakerjaan menurut UU No 13 Tahun 2003 dan UU
Cipta kerja ketenagakerjaan. UU No. 13 tentang ketenagakerjaan berbicara
mengenai ketenagakerjaan, UU No 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan adalah peraturan yang mewadahi. Pemerintah pada
dasarnya telah menyusun instrumen untuk melindungi dan mengatur

6
ketenagakerjaan di Indonesia melalui Undang Undang No 13 Tahun 2003
ini. Itu dilakukan agar tidak merugikan berbagai pihak yaitu tenaga kerja
dan perusahaan yang bersangkutan.
Salah satu instrumen tersebut diwujudkan dalam UU No. 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan. Sebelum kita membahas secara menyeluruh
mengenai UU No. 13 Tahun 2003 ini, perlu diketahui bahwa kini Indonesia
sudah memberlakukan kembali UU Cipta Kerja mengganti Perpu Cipta
Kerja. Undang-undang terbaru ini dirangkum menjadi Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta
Kerja Menjadi Undang-Undang. Namun demikian, UU No. 13 Tahun 2003
masih banyak menjadi referensi banyak perusahaan.
Sebagai pemimpin perusahaan atau HR Manager, penting untuk
memahami ketentuan Undang-Undang ini agar dapat mengaplikasikannya
saat mempekerjakan atau mengatur karyawan di perusahaan.
Ketenagakerjaan berasal dari kata tenaga kerja, yang dalam undang
undang ketenagakerjaan Pasal 1 angka 2 UU No 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan disebutkan bahwa “Tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.”
Sedangkan pengertian dari ketenagakerjaan sesuai dengan Pasal 1
angka 1 Undang Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
adalah “Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan
tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.”
Peraturan & UU Ketenagakerjaan berdasarkan Undang-Undang No.
13 Tahun 2013 tentang ketenagakerjaan dijelaskan bahwa Ketenagakerjaan
adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan tenaga kerja baik pada waktu
sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Peraturan tersebut dilandasi
dengan tujuan sebagai berikut:
1. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawi

7
2. Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga
kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah
3. Memberikan pelindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan
kesejahteraan
4. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya

Pasal 5 UU 13/2013 menegaskan bahwa setiap tenaga kerja memiliki


kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan tanpa adanya
diskriminasi. Lebih lanjut, tenaga kerja dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok yaitu:
a. Tenaga Kerja Terdidik
Tenaga kerja yang mempunyai keahlian pada bidang tertentu atau
khusus yang diperoleh dari bidang pendidikan. Sebagai contoh: dosen,
dokter, guru, pengacara, akuntan dan sebagainya.
b. Tenaga Kerja Terlatih
Tenaga kerja yang memiliki keahlian pada bidang tertentu atau khusus
yang diperoleh dari pengalaman dan latihan. Sebagai contoh: supir,
tukang jahit, montir dan sebagainya.
c. Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih
Tenaga kerja yang mengandalkan tenaga, tidak memerlukan pendidikan
maupun pelatihan terlebih dahulu. Sebagai contoh: kuli, pembantu
rumah tangga, buruh kasar dan sebagainya.

Klasifikasi diatas mendorong pengaturan terkait pelatihan kerja


sebagaimana diatur dalam Bab V UU 13/2013, agar kualifikasi tenaga kerja
Indonesia dapat semakin baik. Dalam pelaksanaan ketenagakerjaan, pelaku
usaha dan tenaga kerja mengikatkan diri dalam suatu hubunga hukum
melalui ikatan atau perjanjian kerja yang sudah disepakati oleh kedua belah
pihak, bersifat tertulis atau lisan dan dilandasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku. Hak dan kewajiban
antara pengusaha dan tenaga kerja juga menjadi perhatian demi

8
menciptakan keamanan dan kenyamanan saat melakukan aktivitas
pekerjaan.
Apabila timbul perselisihan antara pengusaha dan tenaga kerja,
maka hukum yang mengatur adalah Undang Undang No.2 Tahun 2004
tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Setiap bentuk
perselisihan memiliki cara atau prosedur yang berlaku dan harus diikuti oleh
kedua belah pihak baik itu melalui cara berunding, mediasi, konsiliasi,
arbitrase maupun diselesaikan di Pengadilan Hubungan Industrial.

Masalah ketenagakerjaan dapat timbul karena beberapa faktor


seperti pendidikan, kesempatan kerja maupun pertumbuhan ekonomi yang
relatif rendah. Hal ini dialami oleh banyak negara yang termasuk Indonesia,
karena hingga saat ini masih banyak pengangguran atau lebih tepatnya lagi
orang yang tidak dapat bekerja karena minimnya lapangan pekerjaan.
Tiga masalah ketenagakerjaan yang sering terjadi di Indonesia:
1. Banyaknya Pengangguran
Disebabkan karena tingginya jumlah penduduk dan tidak diikuti dengan
lapangan kerja yang cukup, permasalah ini merupakan yang paling
utama di Indonesia. Begitu juga dengan rendahnya kualitas tenaga kerja
dan pertumbuhan ekonomi yang menjadi faktor utama dalam timbulnya
masalah ini.
2. Lapangan Kerja yang Rendah
Timbul akibat jumlah angkatan kerja yang produktif tidak sebanding
dengan jumlah lapangan kerja yang disediakan. Hal ini menjadi salah
satu pemicu masalah pengangguran.
3. Kualitas Tenaga Kerja yang Rendah
Tingkat pendidikan yang rendah baik formal maupun non formal.
Kemampuan ekonomi masyarakat Indonesia tergolong rendah
menyebabkan ketidakmampuan untuk meraih pendidikan yang tinggi.

9
Bicara tentang ketenagakerjaan tentunya masih banyak lagi yang
dapat dijadikan pembahasan. Sekilas pemaparan secara umum mengenai
pengertian, peraturan dan masalah ketenagakerjaan yang ada di Indonesia.

2.2 Susunan Draft Peraturan Perusahaan


Berdasarkan Undang – Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan; Pasal 1, angka (20): ‘Peraturan Perusahaan adalah
peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-
syarat kerja dan tata tertib perusahaan’. Pasal 108 Keenam Peraturan
Perusahaan ayat (1) : ‘Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang wajib membuat peraturan
perusahaan yang mulai berlaku setelah disahkan oleh Menteri atau pejabat
yang ditunjuk’. Ayat (2) : ‘Kewajiban membuat peraturan perusahaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi perusahaan yang
telah memiliki perjanjian kerja bersama’.
Peraturan Perusahaan yang disusun memperhatikan saran dan
pertimbangan dari wakil pekerja/buruh serta tidak boleh bertentangan
dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku. Peraturan
perusahaan sekurang - kurangnya memuat:
1. Hak dan kewajiban pengusaha;
2. Hak dan kewajiban pekerja/buruh;
3. Syarat kerja;
4. Tata tertib perusahaan; dan
5. Jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan.

2.3 Masa Berlaku Peraturan Perusahaan


Masa berlaku peraturan perusahaan paling lama 2 (dua) tahun dan
wajib di perbaharui setelah masa berlakunya habis Ketentuan Undang–
Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tersebut di atas, diatur
lebih lanjut di dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 28 Tahun
2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan

10
Serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama.
Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 28 Tahun 2014
tersebut, bahwa pengesahan peraturan perusahaan dilakukan oleh:
1. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) bidang
ketenagakerjaan kabupaten/kota, untuk perusahaan yang terdapat hanya
dalam satu wilayah kabupaten/kota;
2. Kepala SKPD bidang ketenagakerjaan provinsi, untuk perusahaan yang
terdapat pada lebih dari satu kabupaten/kota dalam satu provinsi;
3. Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Direktur Jenderal), untuk perusahaan yang terdapat pada
lebih dari satu provinsi.

Pembuatan peraturan perusahaan adalah bentuk penerapan tingkat


kepatuhan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia. Di dalam kenyataannya, masih banyak perusahaan
yang belum memenuhi kewajiban membuat peraturan perusahaan, dan
disamping itu terdapat sejumlah perusahaan yang telah membuat peraturan
perusahaan namun belum secara periodik dalam kurun waktu 2 (dua) tahun
melakukan pembaharuan. Hal ini akan merugikan kepentingan
pekerja/buruh menyangkut kepastian hak dan kewajibannya.
Perusahaan yang belum memiliki Peraturan Perusahaan akan
membawa dampak pada sisi hubungan kerja, yang menyangkut hak dan
kewajiban pengusaha dengan pekerja/buruh, berdasarkan norma - norma
yang telah diatur. Sehingga apabila terdapat hak – hak dan atau kewajiban
yang tidak dipenuhi oleh kedua pihak dan atau salah satu pihak, akan
terdapat rujukan guna menyelasaikannya. Contoh beberapa hal yang dapat
diatur dalam Peraturan Perusahaan yaitu tata cara pembayaran upah,
pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, tata cara pengajuan dan jadwal
pemberian cuti, pengaturan libur kerja, dan batas usia pensiun.

11
2.4 Hak dan Kewajiban Pekerja Serta Perusahaan
a. Hak Perusahaan dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan
Secara singkat, perusahaan memiliki hak yang tercantum dalam uraian
Undang-Undang Ketenagakerjaan, yakni dalam UU Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan. Hak-hak tersebut antara lain adalah
sebagai berikut:
» Perusahaan berhak atas hasil dari pekerjaan karyawan
» Perusahaan berhak untuk memerintah/mengatur karyawan atau
tenaga kerja dengan tujuan mencapai target
» Perusahaan berhak melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap
pekerja/buruh/karyawan jika melanggar ketentuan yang telah
disepakati sebelumnya.
Tiga hal di atas adalah sedikit kutipan mengenai hak yang dimiliki
perusahaan atau pengusaha. Jelas setiap pointnya memiliki penjabaran
yang rinci jika dilihat pada regulasi baku yang tertulis.

b. Hak Karyawan/Pekerja
Di sisi lain, karyawan atau pekerja juga memiliki hak yang dicantumkan
dalam regulasi tersebut. Menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan,
karyawan setidaknya memiliki beberapa hak berikut ini:
» Menjadi Anggota Serikat Tenaga Kerja
Dalam regulasi disebutkan bahwa setiap karyawan berhak menjadi
anggota atau membentuk serikat tenaga kerja. Setiap karyawan
diperbolehkan untuk mengembangkan potensi kerja sesuai dengan
minat dan bakat. Karyawan juga mendapatkan jaminan dari
perusahaan dalam hal keselamatan, kesehatan, moral, kesusilaan
serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat berdasarkan
norma serta nilai keagamaan dan kemanusiaan. Hak ini tercantum
dalam UU Nomor 13 tahun 2003 Pasal 104, terkait serikat pekerja
dan UU Nomor 21 tahun 2000 mengenai serikat pekerja.

12
» Jaminan Sosial dan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
Karyawan juga berhak mendapatkan jaminan sosial yang berisi
tentang kecelakaan kerja, kematian, hari tua hingga pemeliharaan
kesehatan. Sekarang ini, implementasi hak karyawan bidang
jaminan sosial dan K3 adalah berupa BPJS. Anda sebagai pemilik
perusahaan atau pemberi kerja wajib mendaftarkan setiap karyawan
sebagai anggota BPJS dalam rangka pemenuhan hak ini. Hak
karyawan yang satu ini tercantum dalam Undang-Undang
Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003, UU Nomor 03 tahun 1992,
UU Nomor 01 tahun 1970, Ketetapan Presiden Nomor 22 tahun
2993, Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1993 dan Peraturan
Menteri Nomor 4 tahun 1993 dan Nomor 1 tahun 2998.
» Menerima Upah yang Layak
Tercantum dalam Permen Nomor 1 tahun 1999 Pasal 1 Ayat 1, UU
Nomor 13 tahun 2003, PP tahun 1981, Peraturan Menteri Nomor 01
tahun 1999 dan paling baru adalah Permenaker Nomor 1 tahun 2017.
» Membuat Perjanjian Kerja atau PKB
Hak karyawan atau pekerja ini tercantum dalam Undang-Undang
Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 dan juga Undang-Undang
Nomor 21 tahun 2000. Karyawan yang telah tergabung dalam serikat
pekerja memiliki hak untuk membuat Perjanjian Kerja yang
dilaksanakan berdasarkan proses musyawarah.
» Hak Atas Perlindungan Keputusan PHK Tidak Adil
Hak ini tercantum dalam Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor
SE 907/Men.PHI-PPHI/X/2004. Setiap karyawan berhak mendapat
perlindungan dan bantuan dari Pemerintah melalui DInas Tenaga
Kerja bilamana mengalami PHK secara tidak adil.
» Hak Karyawan Perempuan seperti Libur PMS atau Cuti Hamil
Secara umum hak ini tercantum dalam UU Nomor 13 tahun 2003
Pasal 76 Ayat 2 yang menyatakan bahwa perusahaan atau pengusaha

13
dilarang mempekerjakan perempuan hamil yang bisa berbahaya bagi
kandungannya dan dirinya sendiri.

Selain poin tersebut, pada Pasal 82 Ayat 2 UU Nomor 13 tahun


2003 juga menyebutkan perihal hak cuti keguguran. Selanjutnya pada UU
Nomor 3 tahun 1992 mengatur tentang hak biaya persalinan yang bisa
didapat oleh karyawan. Pada Pasal 83 UU Nomor 13 tahun 2003 juga masih
membicarakan mengenai hak karyawan perempuan yakni terkait hak
menyusui. Terakhir adalah hak cuti menstruasi yang diatur dalam Pasal 81
UU Nomor 13 tahun 2003.
» Pembatasan Waktu Kerja, Istirahat, Cuti dan Libur
Dalam UU Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 Pasal 79, hak ini
dicantumkan secara jelas. Perusahaan wajib memberi waktu istirahat
dan cuti pada setiap karyawan. Secara jelas misalnya, terkait waktu
istirahat, disebutkan bahwa karyawan memiliki hak untuk
mendapatkan istirahat antara jam kerja minimal setangah jam setelah
bekerja selama empat jam.

Dengan mengetahui hak setiap pihak, tentu bisa menentukan


langkah strategis dan pengambilan keputusan yang melibatkan perusahaan
dan karyawan di dalamnya. Seperti misalnya dalam pengaturan pemberian
hak cuti dan libur, bisa merundingkan serta mendiskusikan hak karyawan
berkenaan dengan cuti dan libur.

2.5 Konsekuensi Peraturan yang Akan Terjadi


Pelanggaran atas ketentuan Pasal 108 ayat (1) UU Ketenagakerjaan
juga mengakibatkan pengusaha dapat dikenakan sanksi pidana denda paling
sedikit Rp5 juta dan paling banyak Rp50 juta. Tindak pidana ini merupakan
tindak pidana pelanggaran. Peraturan perusahaan yang tidak disahkan juga
berpotensi menimbulkan perselisihan kepentingan, sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian

14
Perselisihan Hubungan Industrial (“UU 2/2004”). Menurut Pasal 1 angka 3
UU 2/2004:
Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam
hubungan kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat
mengenai pembuatan, dan atau perubahan syarat-syarat kerja yang
ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama. Dasar Hukum:
» Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
» Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial;
» Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 28 Tahun 2014 tentang Tata
Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan Serta
Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama.

Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh sekurang-kurangnya


10 orang wajib membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku setelah
disahkan oleh Menteri Ketenagakerjaan atau pejabat yang ditunjuk. Namun
kewajiban tersebut tidak berlaku bagi perusahaan yang telah memiliki
perjanjian kerja bersama.
Peraturan perusahaan tersebut disusun oleh dan menjadi tanggung
jawab dari pengusaha yang bersangkutan. Ketentuan di dalamnya tidak
boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
dengan sekurang-kurangnya memuat:
a. hak dan kewajiban pengusaha;
b. hak dan kewajiban pekerja/buruh;
c. syarat kerja;
d. tata tertib perusahaan; dan
e. jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut UU No. 13 Tahun 2003 ketenagakerjaan adalah segala hal
yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan
sesudah masa kerja. Dalam pelaksanaan ketenagakerjaan, pelaku usaha dan
tenaga kerja mengikatkan diri dalam suatu hubunga hukum melalui ikatan
atau perjanjian kerja yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak, bersifat
tertulis atau lisan dan dilandasi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan ketenagakerjaan yang berlaku. Hak dan kewajiban antara
pengusaha dan tenaga kerja juga menjadi perhatian demi menciptakan
keamanan dan kenyamanan saat melakukan aktivitas pekerjaan.

16

Anda mungkin juga menyukai