Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

PROGRAM STUDI ….. UNIVERSITAS TADULAKO

2023
DAFTAR ISI

BAB I.................................................................................................................................2

PENNDAHULUAN ..........................................................................................................2

1.1 Latar Belakang .........................................................................................................2

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................3

BAB II ...............................................................................................................................4

PEMBAHASAN ................................................................................................................4

2.1 Perjanjian Kerja Waktu Tertentu ( PKWT ) ............................................................4

2.2 Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu ( PKWTT ) ...............................................4

2.3 Outsourcing ..............................................................................................................5

2.4 Analisis ....................................................................................................................5

1. PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu).............................................................5

2. PKTT (Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu)....................................................6

3. Outsourcing ............................................................................................................6

BAB III ..............................................................................................................................7

PENUTUP .........................................................................................................................7

3.1 Kesimpulan ..............................................................................................................7

3.2 Saran ........................................................................................................................7

1
BAB I

PENNDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketenagakerjaan merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam


usaha memajukan pembangunan bangsa karena terkait dengan kesejahteraan
masyarakat. Menurut Suroto dalam Tindaon (2010), tenaga kerja merupakan motor
penggerak dalam pembangunan, yang berperan sebagai sumber daya untuk
menjalankan proses produksi dan distribusi barang/jasa, serta sebagai sasaran untuk
menghidupkan dan mengembangkan pasar. Oleh sebab itu, ketenagakerjaan
dijadikan salah satu prioritas utama pembangunan oleh pemerintah yang tercantum
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009
dan 2010-2014
Tenaga kerja (manpower) merupakan penduduk yang sudah atau sedang
bekerja, yang sedang mencari kerja, dan yang melakukan kegiatan lain seperti
bersekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebut pencari kerja,
bersekolah dan mengurus rumah tangga, walaupun sedang tidak bekerja, mereka
dianggap secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. Secara praktis,
pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan hanya oleh batas umur.
Dimana tiap-tiap negara memberi batasan umur yang berbeda. Survei penduduk
yang dilakukan oleh instansi pemerintahan Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun
2010menggunakan batasan angkatan kerja usia kerja 15tahun ke atas. Definisi
penduduk yang digolongkan bekerja pada sensus penduduk tahun 2010 adalah
mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan melakukan suatu pekerjaan
dengan maksud memperoleh penghasilan atau keuntungan dan lamanya bekerja
paling sedikit dua jam (BPS, 2011). Tidak semua angkatan kerja terlibat dalam
kegiatan ekonomi, tetapi hanya oleh mereka yang bekerja pada suatu sektor
pekerjaan baik pada sektor Pertanian, Pertambangan dan Galian, Industri, Listrik,
air minum, Konstruksi / Bangunan, Perdagangan, Transportasi, Lembaga Keuangan

2
, Jasa.
Perjanjian kerja dalam Bahasa Belanda biasa disebut
Arbeidsovereenkomst, dapat diartikan dalam beberapa pengertian. Pengertian yang
pertama disebutkan dalam ketentuan Pasal 1601a KUHPerdata, mengenai
Perjanjian Kerja disebutkan bahwa: “suatu perjanjian di mana pihak yang satu si
buruh, mengikatkan dirinya untuk di bawah perintahnya pihak yang lain, si majikan
untuk suatu waktu tertentu, melakukan pekerjaan dengan upah”.
Selain itu pengertian mengenai Perjanjian Kerja juga di ketengahkan oleh
seorang pakar Hukum Perburuhan Indonesia, yaitu Bapak Prof. R.Iman Soepomo,
S.H. yang menerangkan bahwa perihal pengertian tentang Perjanjian Kerja, beliau
mengemukakan bahwa: “Perjanjian Kerja adalah suatu perjanjian di mana pihak
kesatu, buruh, mengikatkan diri untuk bekerja dengan menerima upah pada pihak
lainnya, majikan, yang mengikatkan diri untuk mengerjakan buruh itu dengan
membayar upah, Untuk membuat perjanjian kerja, maka ketentuan Pasal 1320
KUHPerdata harus dipenuhi, baik yang berkaitan dengan sepakat mereka yang
mengikatkan diri, kecakapan untuk membuat perjanjian, suatu hal tertentu, dan
suatu sebab yang halal. Secara normatif, ketentuan tentang syarat sahnya perjanjian
yang ada dalam pasal 1320 KUHPerdata diadopsi sepenuhnya oleh Pasal 52 Ayat
(1) UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Hanya saja, karena
keempat syarat sahnya perjanjian yang ada dalam Pasal 1320 KUHPerdata memiliki
keterkaitan dengan asas-asas hukum perdata lainnya, maka pembahasan tentang
syarat sahnya penyusunan perjanjian kerja mengacu kepada KUHPerdata dan UU
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perusahaan x dalam mengimplementasiakan PKWT, PKWTT,


OUTSOURCING menurut uu no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perjanjian Kerja Waktu Tertentu ( PKWT )

PKWT merupakan singkatan dari Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. Ini


adalah jenis perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja yang dilakukan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang
No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan di Indonesia. Dalam PKWT,
hubungan kerja antara pengusaha dan pekerja dibatasi oleh waktu tertentu,
misalnya untuk proyek tertentu, pekerjaan musiman, atau pekerjaan dengan sifat
yang jelas berakhirnya. Sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan
Indonesia, PKWT hanya bisa dilakukan dalam batas waktu tertentu dan harus
memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam undang-undang tersebut, seperti
pembayaran upah yang tidak kurang dari upah minimum, perlindungan terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja, serta hak-hak lainnya yang dijamin oleh undang-
undang. PKWT juga memiliki ketentuan mengenai pemberhentian hubungan
kerja, baik oleh pengusaha maupun pekerja, serta aturan-aturan lain yang berkaitan
dengan hubungan kerja yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu.

2.2 Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu ( PKWTT )

PKWTT merupakan singkatan dari Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu.


Ini adalah jenis perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja yang tidak dibatasi
oleh waktu tertentu sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang
No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan di Indonesia.
Dalam PKWTT, hubungan kerja antara pengusaha dan pekerja tidak
memiliki batasan waktu tertentu, sehingga berlangsung selama kedua belah pihak
masih memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam undang-undang tersebut. Syarat-
syarat tersebut meliputi hak-hak pekerja seperti pembayaran upah yang tidak
kurang dari upah minimum, perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan

4
kerja, serta hak-hak lainnya yang dijamin oleh undang-undang.
PKWTT juga memiliki ketentuan mengenai pemberhentian hubungan kerja
baik oleh pengusaha maupun pekerja, serta aturan-aturan lain yang berkaitan
dengan hubungan kerja yang berlangsung tanpa batasan waktu tertentu.

2.3 Outsourcing

Terkait dengan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan di Indonesia, outsourcing memiliki ketentuan-ketentuan yang
diatur. Salah satu ketentuan penting adalah bahwa perusahaan yang melakukan
outsourcing harus memastikan bahwa pekerja yang diserahkan oleh penyedia jasa
outsourcing juga memperoleh perlindungan hak-haknya sebagaimana diatur
dalam undang-undang ketenagakerjaan, termasuk pembayaran upah yang tidak
kurang dari upah minimum, jaminan sosial, perlindungan terhadap keselamatan
dan kesehatan kerja, dan hak-hak lainnya yang dijamin oleh undang-undang.
Jadi, dalam konteks undang-undang ketenagakerjaan di Indonesia,
outsourcing adalah praktik yang harus mematuhi ketentuan-ketentuan tertentu
untuk melindungi hak-hak pekerja yang terlibat dalam proses tersebut.

2.4 Analisis

Analisis PT. Sulteng Raya Energi (SRE) terkait PKWT, PKTT, dan Outsourcing
berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003

PT. Sulteng Raya Energi (SRE) adalah perusahaan energi yang bergerak di bidang
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Palu, Sulawesi Tengah. Berikut analisis
terkait penerapan PKWT, PKTT, dan outsourcing di SRE berdasarkan UU No. 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan:
1. PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu)

Penggunaan PKWT:SRE dapat menggunakan PKWT untuk pekerjaan yang bersifat


sementara, seperti proyek pembangunan PLTU baru atau pekerjaan musiman.
PKWT harus dibuat secara tertulis dan memuat informasi seperti jangka waktu
pekerjaan, upah, dan hak-hak pekerja.

5
Jangka waktu PKWT maksimal 3 tahun dan dapat diperpanjang 2 kali dengan
jangka waktu paling lama 1 tahun untuk setiap perpanjangan. Ketentuan dalam UU
No. 13 Tahun 2003:Pasal 56 ayat (1) mengatur bahwa PKWT dapat dibuat untuk
pekerjaan yang bersifat sementara. Pasal 59 ayat (1) mengatur bahwa jangka waktu
PKWT maksimal 3 tahun dan dapat diperpanjang 2 kali. Pasal 61 ayat (1) mengatur
bahwa PKWT harus dibuat secara tertulis.

2. PKTT (Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu)

Penggunaan PKTT:SRE dapat menggunakan PKTT untuk pekerjaan yang bersifat


permanen, seperti staf administrasi, operator PLTU, dan teknisi. PKT memberikan
hak yang lebih stabil bagi pekerja dibandingkan PKWT. Ketentuan dalam UU No.
13 Tahun 2003:Pasal 57 ayat (1) mengatur bahwa PKTT dapat dibuat untuk
pekerjaan yang bersifat permanen. Pasal 58 ayat (1) mengatur bahwa PKTT tidak
memiliki jangka waktu tertentu. Pasal 60 ayat (1) mengatur bahwa PKTT dapat
diputus atas beberapa alasan, seperti pengunduran diri pekerja, pensiun, atau
pelanggaran perjanjian kerja.

3. Outsourcing

Penggunaan Outsourcing:SRE dapat menggunakan outsourcing untuk pekerjaan


yang tidak termasuk kegiatan inti perusahaan, seperti cleaning service, security, dan
katering. Penggunaan outsourcing harus sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Ketentuan dalam UU No. 13 Tahun 2003:Pasal 64 ayat (1)
mengatur bahwa perusahaan dapat menyerahkan sebagian pekerjaannya kepada
perusahaan lain (outsourcing). Pasal 66 ayat (1) mengatur bahwa perusahaan
outsourcing harus memiliki izin usaha dari pemerintah. Pasal 67 ayat (1) mengatur
bahwa pekerja outsourcing berhak atas upah yang layak dan perlindungan
keselamatan kerja.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

PT. Sulteng Raya Energi (SRE) dapat menggunakan PKWT, PKTT, dan
outsourcing dalam pengelolaan ketenagakerjaan di perusahaannya dengan tetap
memperhatikan ketentuan dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Penting bagi SRE untuk memastikan bahwa semua pekerja, baik
yang bekerja dengan PKWT, PKTT, maupun outsourcing, mendapatkan hak-
haknya sebagaimana mestinya.

3.2 Saran

1. SRE dapat melakukan audit ketenagakerjaan secara berkala untuk


memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. SRE dapat memberikan pelatihan kepada karyawannya terkait dengan hak-
hak dan kewajibannya sebagai pekerja.

7
Daftar Pustaka

UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Kementerian Ketenagakerjaan


Republik Indonesia: https://www.kemnaker.go.id/

Anda mungkin juga menyukai