Anda di halaman 1dari 14

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA PARUH WAKTU UNTUK

MENDAPATKAN HAK CUTI TAHUNAN

Cornelia Indira Kusuma Bahari


Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya,
cornelia.18081@mhs.unesa.ac.id

Emmilia Rusdiana
Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya,
emmiliarusdiana@unesa.ac.id

Abstrak
Pekerja paruh waktu ialah pekerja yang bertugas hanya dalam sebagian waktu dari ketentuan waktu kerja
normal. Ketentuan waktu kerja terdapat pada Pasal 77 UU Ketenagakerjaan jo. UU No. 6 Tahun 2023 yakni 7
jam/hari selama 6 hari atau 8 jam/hari selama 5 hari. Pekerja paruh waktu tidak disebutkan dalam UU
manapun. Apabila ketentuan mengenai pekerja paruh waktu hanya didasarkan pada kesepakatan kerja dapat
memunculkan beberapa permasalahan terkait hak yang akan diperoleh sebagaimana mestinya khususnya
mengenai hak cuti berdasarkan Pasal 79 UU Ketenagakerjaan jo. UU No. 6 Tahun 2023. Adapun tujuan
penelitian adalah untuk menganalisis mengenai pengaturan yang tepat bagi Pekerja Paruh Waktu untuk
mendapatkan hak cuti tahunan serta upaya perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada Pekerja Paruh
Waktu. Metode penelitian menggunakan penelitian yuridis normatif. Pendekatan penulisan menggunakan
pendekatan undang-undang dengan membedah bahan hukum yang dikumpulkan dengan cara studi literatur
yang dianalisis secara preskriptif, serta pendekatan konseptual yang merujuk pada doktrin-doktin hukum
maupun padangan para ahli. Berdasarkan hasil penelitian bahwa kriteria jenis pekerjaan Pekerja Paruh Waktu
memiliki kesamaan sehingga pengaturan hak dan kewajiban bagi Pekerja Paruh Waktu dapat menggunakan
ketentuan sesuai dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT). Mengenai perlindungan hak dasar pekerja
dalam hal ini hak cuti tahunan dapat diberikan kepada Pekerja Paruh Waktu secara proposional sesuai dengan
masa kerja. Adapun perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada Pekerja Paruh Waktu perlu
mewujudkannya dalam bentuk dasar hukum yang jelas dengan meratifikasi Konvensi Jenewa dan menerapkan
di Indonesia dalam bentuk menambahkan substansi pada PP 35 Tahun 2021 sebagai jenis pekerjaan turunan
dari PKWT.
Kata Kunci: Pekerja Paruh Waktu, Cuti, PKWT.

Abstract

Part-time workers are workers who work only part of the time from the normal working hours. Provisions for
working time are contained in Article 77 of the Labor Law jo. UU no. 6 of 2023, namely 7 hours/day for 6 days
or 8 hours/day for 5 days. Part-time workers are not mentioned in any law. If the provisions regarding part-
time workers are only based on a work agreement, it can raise several problems related to the rights to be
obtained properly, especially regarding leave rights under Article 79 of the Labor Law jo. UU no. 6 of 2023.
The purpose of this research is to analyze the proper arrangements for Part-Time Workers to obtain annual
leave rights and legal protection measures that can be given to Part-Time Workers. The research method uses
normative juridical research. The writing approach uses a statutory approach by dissecting legal materials
collected by means of literature studies which are analyzed prescriptively, as well as a conceptual approach
that refers to legal doctrines as well as the views of experts. Based on the results of the study, the criteria for
the type of work of Part-Time Workers have similarities so that the rights and obligations for Part-Time
Workers can use the provisions in accordance with the Specific Time Work Agreement (PKWT). Regarding the
protection of workers' basic rights, in this case the right to annual leave can be given to Part-Time Workers in
proportion to the length of service. As for the legal protection that can be given to part-time workers, it is
necessary to realize it in the form of a clear legal basis by ratifying the Geneva Convention and implementing
it in Indonesia in the form of adding substance to PP 35 of 2021 as a type of work derived from PKWT.
Keywords: Part Time Worker, Leave, PKWT.

130
hubungan hierarki, bahwa pelaku usaha memiliki hak
PENDAHULUAN
untuk memerintah yang harus ditaati pekerjanya (Salim
Negara dalam mewujudkan masyarakat yang 2003). Pasal 1601 huruf (a) Kitab Undang Undang
sejahtera secara merata, adil dan makmur baik secara Hukum Perdata (KUHPerdata) menjelaskan sebagai
materiil maupun immateriil merupakan orientasi dari berikut:
pembangunan nasional salah satunya pada sektor “Suatu perjanjian dimana pihak yang satu si pekerja,
ketenagakerjaan, hubungan antara ketenagakerjaan mengikatkan dirinya untuk dibawah perintahnya pihak
dengan pembangunan berkaitan pada aspek kemampuan yang lain, si pengusaha untuk suatu waktu tertentu untuk
para pekerja yang berkualitas akan meningkatkan proses mengerjakan karyawan itu dengan membayar upah.”
pembangunan pada sebuah negara (Indriani 2016). Selain Berdasarkan Pasal 1 Angka 14 UU
untuk meningkatkan kualitas para pekerja, hal ini Ketenagakerjaan di atas, pada pokoknya perjanjian kerja
berkaitan dengan perlindungan pekerja sesuai dengan adalah sesuatu perjanjian antara pekerja dengan
harkat dan martabatnya yakni untuk menjamin pengusaha yang mengandung syarat-syarat kerja hak
dipenuhinya hak fundamental para pekerja yang tetap serta kewajiban kedua belah pihak. Perjanjian kerja pada
menitikberatkan kemajuan dunia usaha (Sastrohadiwiryo dasarnya wajib mencantumkan ketentuan-ketentuan
2003). mengenai hubungan kerja yakni hak serta kewajiban
Keberadaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun pekerja/buruh dan hak serta kewajiban pengusaha selaku
2003 tentang Ketenagakerjaan (selanjutnya disebut pemberi kerja. Perjanjian kerja ialah permulaan suatu
Undang-Undang Ketenagakerjaan) maupun Undang- hubungan kerja yang terbentuk atas pernyataan
Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan kesanggupan antara pekerja dengan pengusaha.
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor Perjanjian Kerja dapat dilakukan secara lisan maupun
2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang- tulisan sesuai dengan Pasal 51 ayat (1) UU
Undang (selanjutnya disebut Undang-Undang No. 6 Ketenagakerjaan (Nuryanti 2006).
Tahun 2023) sebagai ketentuan hukum bagi pelaksanaan Perjanjian Kerja secara lisan (tidak tertulis)
pembangunan pada sektor ketenagakerjaan, eksistensi dibenarkan eksistensinya, tetapi bagi kepentingan litigasi
hukum ketenagakerjaan sebagai sebuah bagian dari mempunyai kelemahan perihal pembuktian bila mencuat
hukum positif untuk mengatur hubungan antara pekerja perselisihan di esok hari. Perjanjian lisan tidak memiliki
dengan pemberi kerja, pekerja dengan pekerja, maupun kekuatan hukum sebab bukti lisan tidaklah alat bukti
pekerja atau pemberi kerja dengan pemerintah (Ishaq dalam perjanjian serta perjanjian lisan sangat bertumpu
2018). Ketentuan atau kebijakan mengenai pekerja pada kejujuran para pihak yang mulanya saling percaya
merupakan hal penting sebab menurut L. Husni, dkk. guna mengikatkan diri dalam melakukan perbuatan yang
mengemukakan bahwa pekerja atau buruh merupakan berkaitan dengan harta kekayaan (Rahmawati 2017).
tulang punggung sebuah perusahaan, bila dicermati Perjanjian secara lisan sangat lemah dan dianggap
secara filosofis, eksistensi pekerja memiliki peranan yang merugikan salah satu pihak, maka dalam UU
esensial sebab tanpa peranannya aktivitas usaha suatu Ketenagakerjaan tidak mengatur sedangkan untuk
perusahaan tidak dapat dijalankan (Asikin 2016). ketentuan perjanjian secara tertulis terdapat pada Pasal 54
Tolak ukur kesuksesan sebuah perusahaan salah UU Ketenagakerjaan.
satunya dapat dilihat dari aspek tenaga kerjanya, bahwa Perjanjian kerja apabila dilihat dari waktu
relasi antara tenaga kerja dengan perusahaan merupakan berlakunya dapat dikategorikan pada dua kategori yaitu
hubungan yang saling bergantung atau saling Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan Perjanjian
membutuhkan, bahwa perusahaan perlu pekerja untuk Kerja Waktu tidak tertentu (PKWTT) (A. M. Harahap
menjalankan aktivitas usaha dan menggapai sasarannya, 2020). Hal ini sejalan dengan ketentuan pada Pasal 56
dan pekerja perlu perusahaan sebagai sarana aktivitas UU Ketenagakerjaan yang telah diubah pada UU No. 6
mata pencaharian (Asikin 2016). Bila ditinjau menurut Tahun 2023 bahwa Perjanjian kerja terdapat 2 (dua)
hukum keperdataan maupun ketenagakerjaan dapat ketentuan waktu kerja ialah waktu tertentu serta waktu
hubungan antara pekerja dan pemberi kerja (pelaku tidak tertentu. Pekerja Waktu Tertentu (PKWT)
usaha) menunjukkan status kedua pihak tersebut yang merupakan perjanjian kerja yang dilandaskan pada kurun
ditentukan berdasarkan hak dan kewajiban antara pekerja waktu selesainya suatu pekerjaan tertentu. Sebaliknya
dengan pengusaha yang diwujudkan pada perjanjian Perjanjian Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) merupakan
kerja, pemaparan Subekti bahwa perjanjian kerja sebagai perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha
perjanjian yang diadakan oleh pekerja dengan pelaku guna melangsungkan hubungan kerja tetap.
usaha dengan karakteristik terdapat pemberian gaji PKWT berlaku dengan masa kerja paling lama 5
tertentu yang dijanjikan sebelumnya dan terdapat (lima) tahun dengan bergantung pada perjanjian kerja

131
yang telah dibuat oleh pekerja dan pengusaha. Apabila dari pekerja paruh waktu adalah pekerja yang bertugas
aturan Pasal 56 Ayat (1) UU Ketenagakerjaan jo. Pasal hanya dalam sebagian waktu dari ketentuan waktu kerja
59 UU No. 6 Tahun 2023 tersebut diuraikan dapat normal. Perbedaan pekerja paruh waktu dengan pekerja
diketahui bahwa kegiatan pekerjaan tersebut memiliki lepas yang sekarang dikenal dengan (freelancer) yakni
karakteristik sebagai berikut : (Sulaiman and Walli 2019) pekerja tidak terikat oleh kontrak kerja dan hanya
1. Suatu pekerjaan yang dapat diselesaikan dengan berhenti bekerja ketika proyek yang diterima sudah
sekali kerja atau bersifat sementara. selesai. Hal ini berbeda dengan pekerja paruh waktu yang
2. Suatu pekerjaan yang ditaksir penyelesaiannya meski tidak bekerja penuh waktu, pekerja masih terikat
paling lama dalam kurun waktu tiga tahun. kontrak di bawah perusahaan.
3. Suatu pekerjaan sifatnya musiman. Pada umumnya terdapat beberapa hak
4. Suatu pekerjaan berhubungan pada hal-hal baru fundamental para pekerja dengan pemenuhannya harus
yakni, suatu produk atau barang baru, aktivitas baru, dijamin walaupun dalam implementasinya bergantung
ataupun produk yang masih dalam tahap uji coba. kepada kondisi ekonomi maupun sosial budaya suatu
PKWTT ialah sebuah perjanjian kerja dengan masyarakat atau Negara, adapun hak tersebut diantaranya
masa kerja tidak tertentu atau dapat disebut perjanjian sebagai berikut: (Sinaga, Niru Anita; Zaluchu 2017).
dengan masa kerja yang relatif lama (Sulaiman and Walli 1. Hak atas pekerjaan sebagai suatu bagian hak asasi
2019). Ketentuan Pasal 1603 (q) KUHPerdata pada seorang manusia untuk mendapatkan pekerjaan sejalan
pokoknya mengatur bahwa masa kerja pada perjanjian dengan Pasal 27 Ayat (2) UUD 1945.
PKWTT yang rentang waktu masa kerjanya tidak 2. Hak atas upah yang adil sebagai hak yang semestinya
ditentukan dalam perjanjian, tidak ditegaskan dalam didapatkan sejak dimulainya kesepakatan kerja sejalan
peraturan undang-undang, kebiasaan, ataupun dapat dengan Pasal 88 UU Ketenagakerjaan, bahwa upah
terjadi sebab adanya pelanggaran pelaku usaha pada merupakan imbalan atas aktivitasnya menjalankan
aturan yang berlaku, sedangkan dalam Pasal 57 Ayat (2) pekerjaan, maksud dari upah yang adil yakni imbalan
UU Ketenagakerjaan intinya mendeskripsikan tersebut harus sebanding dengan aktivitas
kesepakatan kerja pada waktu tertentu apabila dibuat pekerjaannya.
dengan cara lisan dikategorikan suatu perjanjian kerja 3. Hak untuk berserikat dan berkumpul dipahami sebagai
dengan waktu tidak tertentu (M. A. Harahap 2020). hak pekerja untuk membentuk serikat serta berkumpul
Dalam Pasal 77 UU Ketenagakerjaan yang telah yang memiliki orientasi agar lebih diperhatikan dalam
diubah pada UU No. 6 Tahun 2023 terdapat juga memperjuangkan berbagai hak maupun kepentingan
ketentuan bagi pekerja mengenai waktu kerja yakni : para pekerja.
“(1) 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) 4. Hak atas perlindungan keamanan dan kesehatan,
jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 bahwa hak tersebut merupakan bagian dari hak atas
(satu) minggu.; atau hidup yang perlu dijamin oleh perusahaan sejak awal
(2) 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) pekerja bergabung dan menjadi bagian yang tidak
jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 terpisahkan dalam kebijaksanaan perusahaan.
(satu) minggu.” Bila meninjau kepada hak-hak para pekerja yang
Pada saat ini semakin berkembangnya dunia didasarkan pada pemberian waktu istirahat salah satunya
usaha yang beraneka ragam sehingga membuka pemberian hak cuti yang harus diberikan oleh pihak
lowongan pekerjaan semakin lebar untuk pekerja. perusahaan, hal ini didasarkan pada ketentuan Pasal 79
Pengusaha saat melaksanakan bisnisnya tidak selalu UU Ketenagakerjaan jo. UU No. 6 Tahun 2023 yang
memilih pekerja yang dipekerjakannya dalam waktu tetap mengatur sebagai berikut:
(PKWT) maupun dalam waktu tidak tetap (PKWTT). “(3) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
Namun saat ini pengusaha membuka peluang bagi yang wajib diberikan kepada pekerja/buruh, yaitu cuti
pekerja untuk bekerja paruh waktu sehingga pelajar tahunan, paling sedikit 12 (dua belas) hari kerja setelah
maupun mahasiswa dapat bekerja karena dianggap pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12
memiliki waktu yang mudah untuk disesuaikan. (dua belas) bulan secara terus menerus.;
Secara definitif, pekerja paruh waktu (part time (4) Pelaksanaan cuti tahunan sebagaimana dimaksud
worker) yakni seorang pekerja yang melaksanakan pada ayat (3) diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
pekerjaannya pada sebagian waktu dari ketentuan waktu perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.”
kerja pada umumnya hari kerja normal hal ini didasarkan Cuti sendiri menurut Kamus Besar Bahasa
pada kebutuhan operasional yang lebih memilih pekerja Indonesia (KBBI) adalah meninggalkan pekerjaan untuk
paruh waktu (Sari, Budiartha, and Arini 2020). Selain itu, waktu beristirahat. Dalam Kamus Umum Bahasa
pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian Indonesia, cuti adalah libur beberapa hari lamanya secara

132
resmi tidak bekerja (untuk beristirahat). Tujuan dari cuti pengajuan cuti kepada perusahaan tersebut sehingga
kerja yakni memberi waktu kepada pekerja untuk dapat dikatakan belum optimal (Normiana and Akbal
beristirahat dari rutinitas kerja demi kepentingan pekerja 2015).
dalam menjaga kondisi kedamaian jasmani dan rohani Pekerjaan paruh waktu yang didasarkan pada
pekerja, sehingga ketika kembali bekerja diinginkan aspek operasional perusahaan dalam hal ini dapat
dapat melakukan pekerjaan dengan baik dan tingkat dipahami sebagai kebutuhan masyarakat, seringkali
tekanan pada pekerja dapat berkurang. perkembangan masyarakat yang dinamis menjadi kendala
Hak cuti bagi pekerja perempuan, perlu dalam penerapan hukum sebab perkembangan aturan
dibedakan sebab menyangkut perbedaan biologis maupun hukum tidak sejalan dengan yang terjadi pada
perbedaan sosio-budaya, adapun hak cuti bagi perempuan perkembangan masyarakat, bahwa ketentuan perundang-
tersebut, antara lain sebagai berikut : (A. M. Harahap undangan memiliki peluang yang kecil untuk mengatur
2020) secara komprehensif kehidupan bermasyarakat
1. Hak cuti haid, didasarkan pada Pasal 81 UU kemungkinan adanya keadaan ketika aturan yang berlaku
Ketenagakerjaan mengatur mengenai pekerja di sebuah negara belum dikatakan lengkap sehingga
perempuan tidak diharuskan untuk menjalani kurang menjamin aspek kepastian hukum masyarakat
aktivitas kerjanya di hari pertama dan hari kedua (Mitendra 2018).
masa haid. Dalam Pasal 77 UU No. 6 Tahun 2023 tidak
2. Hak cuti melahirkan, didasarkan pada Pasal 82 UU menyebutkan dan menjelaskan secara khusus mengenai
Ketenagakerjaan menentukan pekerja perempuan pekerja paruh waktu. Pasal 77 UU No. 6 Tahun 2023
mendapatkan hak untuk istirahat selama 1,5 bulan juga tidak memisahkan status pekerja paruh waktu dan
sebelum waktunya untuk melahirkan dan istirahat pekerja penuh, ketentuan mengenai pekerja paruh waktu
selama 1,5 bulan setelah waktunya melahirkan yang diatur dalam ketentuan hukum positif memiliki
anaknya berdasarkan perhitungan tenaga kesehatan. urgensi bahwa seiring perkembangan masyarakat yakni
Hak- hak pekerja paruh waktu serta pekerja waktu pada sektor ketenagakerjaan yaitu kehadiran pekerja
penuh dalam sebagian hal pula sama ialah hak paruh waktu perlu beriringan dengan aturan yang
berorganisasi, hak buat memperoleh jaminan kesehatan melingkupinya sebagai payung hukum yang kelak
serta keselamatan kerja, serta hak buat tidak memperoleh menjadi perlindungan ataupun suatu ketentuan yang
diskriminasi dalam pekerjaan. Perlindungan terhadap mengatur hal-hal mengenai pekerja paruh waktu.
sebagian hal ialah perlindungan kehamilan ataupun Aspek definitif pekerja menjelaskan bahwa
melahirkan, pemutusan hubungan kerja, cuti tahunan hari terminologi “pekerja” merupakan suatu istilah yang
libur yang dibayar, dan cuti sakit. Pekerja paruh waktu mencakup para pekerja dengan tidak membedakan
ataupun pekerja waktu penuh memiliki hak upah tetap didasarkan pada waktu pekerjaannya, istilah “pekerja”
berdasarkan dengan jam kerja ataupun penghasilan. tersebut adalah meliputi pekerja penuh waktu maupun
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pekerja paruh waktu (Labour Department 2018).
menunjukkan bahwa pekerja paruh waktu di Indonesia Perlunya ketentuan secara eksplisit untuk mengatur
Agustus 2022 sebanyak 34.127.743 jiwa dari pekerja paruh waktu agar kelak tidak terjadi hal yang
135.296.713 jiwa jumlah angkatan kerja yang bekerja multitafsir maupun kurangnya kepastian hukum sebab
kemudian dilihat pada aspek gender, pada Agustus 2022 belum adanya aturan yang spesifik mengenai pekerja
terhitung pekerja paruh waktu perempuan sebanyak paruh waktu, meskipun jika berkaitan dengan istilah
18,75 juta jiwa dan laki-laki sebanyak 15,37 juta jiwa “pekerja” dapat dipahami bahwa pekerja paruh waktu
(Badan Pusat Statistik 2022). Apabila ditelaah bahwa mencakup definisi tersebut.
peningkatan pekerja paruh waktu dari tahun ketahunnya Berkaitan dengan pemberian hak cuti tahunan
akan menunjukkan besarnya urgensi bagi ketentuan sebagaimana dalam Pasal 79 UU Ketenagakerjaan
pekerja paruh waktu, sebab apabila didasarkan pada menjelaskan bahwa perusahaan wajib memberikan hak
ketentuan aturan saat ini cenderung belum memberikan cuti yang ditujukan pada para pekerja yang bekerja dalam
kejelasan hukum mengenai pekerja paruh waktu. waktu 12 (dua belas) bulan dengan berkepanjangan atau
Salah satu penelitian Normiana dan Muhammad kontinyu. Meskipun ketentuan cuti tahunan dalam UU
Ikbal mengenai pemberian cuti bagi pekerja perempuan Ketenagakerjaan tersebut belum secara jelas ditentukan
di PT Japfa Comfeed yang didominasi oleh pekerja paruh bagi pekerja paruh waktu termasuk dalam aturan lainnya,
waktu menunjukkan bahwa pemberian cuti didasarkan jika dicermati ketentuan dalam UU Ketenagakerjaan
pada prosedur permohonan cuti kepada perusahaan, mengenai pemberian cuti tahunan menjadi tidak wajib
meskipun sudah terlaksana namun pada beberapa pekerja apabila pekerja tersebut bekerja kurang dari masa yang
paruh waktu tidak mengetahui bagaimana prosedur telah ditentukan dengan pengecualian apabila pemberian

133
cuti tersebut diatur dalam perjanjian kerja maupun aturan Dapat dipahami bahwa pekerja paruh waktu pada
perusahaan (Kusumasari 2012). dasarnya dapat dikaitkan kepada perjanjian kerja seperti
Berdasarkan pasal 16 Peraturan Pemerintah apa yang diperjanjikannya bersama pemberi kerja.
Nomor 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan mengatakan Meskipun tidak diatur secara eksplisit dalam ketentuan
ketentuan gaji per jam hanya boleh diberikan kepada yang berlaku, namun aspek perjanjian kerja merupakan
karyawan paruh waktu. Ketentuan pengupahan bagi salah satu payung hukum yang didalamnya tertera hak
pekerja paruh waktu tersebut pada pokoknya mengatur dan kewajiban para pekerja. Ketentuan mengenai pekerja
upah per jam sebagai imbalan bagi pekerja paruh waktu paruh waktu bila hanya didasarkan pada kesepakatan
dan didasarkan atas kesepakatan antara pelaku usaha kerja, dapat memunculkan beberapa permasalahan terkait
dengan pemberi kerja, selain itu terdapat ketentuan pelaksanaan perjanjian kerja tersebut misalnya apabila
mengenai perhitungan upah per jam tersebut yakni terjadi perselisihan atau pekerja tidak memperoleh hak
pembagian antara upah dalam waktu sebulan dibagi sebagaimana yang diperjanjikan, meskipun salah satu
bilangan 126. Ketentuan tersebut dimaksudkan sebagai solusinya adalah pengaduan kepada departemen
upaya perlindungan bagi pekerja paruh waktu melalui ketenagakerjaan setempat maupun Penyelesaian
pengupahan bahwa masing-masing pihak harus sepakat Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) yang terlebih
upah yang diberikan tidak kurang dari aturan perhitungan dahulu dimulai dengan perundingan antara pekerja dan
dalam Pasal 16 tersebut (Kusumawardhani 2021). perusahaan. Namun, urgensi ketentuan yang jelas untuk
Pada Pasal 23 ayat (2) Peraturan Pemerintah mengatur kejelasan hak cuti pekerja paruh waktu menjadi
Nomor 35 Tahun 2021 Tentang Perjanjian Kerja Waktu salah satu pencegahan terjadinya suatu perselisihan
Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, antara pekerja dan pemberi kerja sebab adanya aturan
dan Pemutusan Hubungan Kerja (selanjutnya disebut PP yang mengatur.
35 Tahun 2021) menerangkan sebagai berikut : Senjun H. Manulang dan Hari Supriyanto
“(2) Perusahaan pada sektor usaha atau pekerjaan berpendapat bahwa tujuan hukum perburuhan
tertentu yang menerapkan waktu kerja kurang dari (ketenagakerjaan) diantaranya agar tercapai keadilan
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sosial maupun melaksanakan keadilan sosial tersebut
mempunyai karakteristik : Penyelesaian pekerjaan dalam sektor ketenagakerjaan, maupun sebagai
kurang dari 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan kurang perlindungan bagi para pekerja dari kekuasaan absolut
dari 35 (tiga puluh lima) jam 1 (satu) para pemberi kerja agar tidak bertindak sewenang-
minggu;Waktu kerja fleksibel; atau Pekerjaan wenang terhadap pekerja yang kedudukannya lebih
dapat dilakukan di luar lokasi kerja.” rendah. Selain itu, Soepomo mengkategorikan tiga jenis
Pada PP 35 Tahun 2021 tersebut tidak diterangkan lebih perlindungan terhadap pekerja yakni: Pertama,
lanjut mengenai perjanjian kerja yang digunakan untuk perlindungan ekonomis yang berupa pemberian
pekerja yang bekerja dibawah ketentuan sehingga penghasilan yang berkecukupan serta perlindungan
perjanjian kerja pekerja paruh waktu hanya sebatas ketika para pekerja tidak mampu melaksanakan pekerjaan
kesepakatan antara pemberi kerja dan pekerja tidak ada diluar kuasanya, Kedua, perlindungan sosial merupakan
dasar hukum yang mengatur secara khusus. perlindungan para pekerja yang berupa jaminan
Pada pertemuan di Jenewa pada 24 Juni 1994 kesehatan kerja, mendapatkan kebebasan berserikat dan
menciptakan suatu konvensi yang spesifik mengatur kerja mengikuti organisasi, Ketiga, perlindungan teknis
paruh waktu yakni Part Time Work Convention 1994 No. sebagai perlindungan para pekerja pada aspek keamanan
175. Dalam Part Time Work Convention 1994 No. 175 dan keselamatan kerja (Sinaga, Niru Anita; Zaluchu
status pekerja paruh waktu dengan status pekerja waktu 2017).
penuh adalah sama yaitu memiliki hubungan kerja yang Apabila meninjau kepada ketentuan mengenai
sama, terlibat dalam pekerjaan yang sama, bekerja di pekerja paruh waktu di Indonesia, pada kenyataannya,
tempat yang sama (International Labour Organization Indonesia tidak meratifikasi konvensi Part Time Work
n.d.). Perihal cuti dan istirahat panjang didasarkan pada Convention 1994 No. 175. Dalam Part Time Work
ketentuan perusahaan maupun kesepakatan kerja, bila Convention 1994 No. 175 sehingga aturan tersebut tidak
melihat kepada konvensi ILO akan lebih baik apabila dapat dilaksanakan di Indonesia dan dalam Undang-
ketentuan cuti dan istirahat panjang diatur secara Undang Ketenagakerjaan tidak mendeskripsikan secara
mendalam dalam ketentuan perundang-undangan, spesifik mengenai ketentuan bagi pekerja paruh waktu.
ataupun merujuk kepada kesepakatan yang dibuat oleh Tidak adanya ketentuan mengenai pekerja paruh waktu
pekerja dan pelaku usaha (bipartit) (A. M. Harahap maka muncul pertanyaan seperti Apa karakteristik status
2020). perjanjian kerja bagi Pekerja Paruh Waktu berdasarkan
peraturan perundang-undangan serta Bagaimana

134
pengaturan bagi pekerja paruh waktu untuk mendapatkan 4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang
hak cuti. Penetapan Peraturan Pemerintah Nomor
Penelitian ini sudah pernah diteliti oleh Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022
Mohammad fatoni dalam sebuah karya tugas akhir yang tentang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang
berjudul Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Yang Terikat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
Dalam Perjanjian Kerja Paruh Waktu. Sedangkan dalam 2022 Nomor 238);
penilitian ini membahas tentang perlindungan hukum 5. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021
terhadap pekerja paruh waktu untuk mendapatkan hak tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih
cuti selama bekerja, serta memberikan ketepatan aturan Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan
mengenai hak cuti bagi pekerja paruh waktu Pemutusan Hubungan Kerja (Lembaran Negara
Tujuan penelitian ini adalah Untuk menganalisis Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 45);
mengenai pengaturan yang tepat bagi pekerja paruh 6. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2021
waktu untuk mendapatkan hak cuti tahunan dan upaya tentang Pengupahan (Lembaran Negara Republik
perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada Indonesia Tahun 2021 Nomor 46);
pekerja paruh waktu. 7. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang
METODE Tunjangan Hari Raya Keagamaan bagi
penelitian yang digunakan adalah penelitian Pekerja/Buruh di Perusahaan (Berita Negara
normatif (legal research). Penelitian hukum ini disebut Rapublik Indonesia Tahun 2016 Nomor 375);
juga penelitian hukum doktrinal disebut juga penelitian 8. Part Time Work Convention 1994 No. 175.
kepustakaan karena penelitian ini dilakukan hanya b) Bahan hukum sekunder yang utama ialah skripsi ,
terfokus pada peraturan tertulis atau bahan hukum jurnal atau penelitian tentang perlindungan hukum
lainnya. Hukum normatif cenderung memandang hukum mengenai hak-hak pekerja paruh waktu serta buku
sebagai suatu disiplin ilmu yang bersifat preskriptif, mautaupun doktrin yang bersumber dari para ahli
dimana hanya melihat hukum dari norma-normanya yang hukum terpandang mengenai topik yang
tentu saja bersifat preskriptif. Di mana topik penelitian bersangkutan dengan perlindungan hukum bagi
mencakup (Sonata 2014): Penelitian terhadap asas-asas pekerja paruh waktu.
hukum, penelitian terhadap sistematika hukum, penelitian
c) Bahan Hukum Tersier berupa kamus hukum serta
terhadap sinkronisasi vertikal dan horizontal,
kamus bahasa.
perbandingan hukum, dan sejarah hukum.
Teknik pengumpulan bahan hukum
Permasalahan yang akan dianalisis dalam
mengaplikasikan metode studi pustaka dengan pengkajian
penelitian ini adalah mengenai seperti apa perlindungan
informasi tertulis mengenai hukum yang berasal dari
hukum terhadap pekerja paruh waktu mengenai haknya
berbagai sumber yakni bahan hukum primer, sekunder
untuk mendapatkan cuti selama masa kerjanya yang akan
dan tersier. Dalam melaksanakan studi pustaka ini,
diteliti dengan menggunakan metode penelitian hukum
langkah-langkah yang ditempuh dengan mengumpulkan
normatif.
bahan hukum selanjutnya diolah secara sistematis serta
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan
dikaji dengan jelas kemudian disimpulkan.
perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan
Teknik analisa bahan hukum yang digunakan yakni
konsep (conceptual approach). Pendekatan perundang-
dengan dianalisis secara preskriptif. Dimulai dengan
undangan merupakan pendekatan yang mengkaji semua
menyajikan serta merumuskkan kaedah-kaedah serta
undang-undang dan peraturan yang terkait dengan isu
pedoman-pedoman yang wajib ditaati oleh praktek hukum
hukum yang dipertimbangkan (Pane 2018). Pendekatan
dan dogmatic hukum serta bersifat kritis yang selanjutnya
konseptual melalui kajian dan pemahaman konsep hukum
digunakan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Maka
ketenagakerjaan yang berkembang sesuai dengan
pada langkah akhir, akan menghasilkan kesimpulan yang
permasalahan yang disajikan dalam kajian.
menjawab permasalahan yang dihadapi dan dapat
Bahan Hukum yang digunakan :
memberikan solusi dari permasalahan.
a) Bahan hukum primer
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945; HASIL dan PEMBAHASAN
2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata; Pengaturan bagi Pekerja Paruh Waktu untuk
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang mendapatkan Hak Cuti Tahunan
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang
Indonesia Tahun 2003 Nomor 39); Ketenagakerjaan yang telah diubah oleh Undang-Undang

135
No. 6 Tahun 2023 terdapat 2 jenis perjanjian kerja yakni kerja pada umumnya hari kerja normal hal ini didasarkan
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) dan pada kebutuhan operasional yang lebih memilih pekerja
Perjanjian Waktu Kerja Tertentu (PKWT). Pekerja paruh waktu (Sari, Budiartha, and Arini 2020). Selain itu,
Waktu Tertentu (PKWT) merupakan perjanjian kerja pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian
yang dilandaskan pada kurun waktu atau selesainya suatu dari pekerja paruh waktu adalah pekerja yang bertugas
pekerjaan tertentu. Sebaliknya Perjanjian Waktu Tidak hanya dalam sebagian waktu dari ketentuan waktu kerja
Tertentu (PKWTT) merupakan perjanjian kerja antara normal. Dalam Pasal 77 Undang-Undang No. 6 Tahun
pekerja/buruh dengan pengusaha guna melangsungkan 2023 menyatakan bahwa waktu kerja normal yakni 40
hubungan kerja tetap. PKWT berlaku dengan masa kerja jam per minggu serta pada Pasal 23 ayat (2) PP 35 Tahun
paling lama 5 (lima) tahun dengan bergantung pada 2021 memberikan pedoman tambahan mengenai
perjanjian kerja yang telah dibuat oleh pekerja dan perusahaan pada sektor tertentu dapat menerapkan waktu
pengusaha. Apabila Pasal 59 Undang-Undang No. 6 kerja kurang dari 35 jam per minggu sehingga apabila
Tahun 2023 tersebut diuraikan dapat diketahui bahwa pekerja bekerja di bawah ketentuan tersebut dapat
kegiatan pekerjaan tersebut memiliki karakteristik dianggap sebagai pekerja paruh waktu dan tidak memiliki
sebagai berikut: (Sulaiman and Walli 2019) minimal waktu.
1. Suatu pekerjaan yang dapat diselesaikan dengan sekali Pekerja dengan PKWT dan pekerja paruh waktu
kerja atau bersifat sementara. memiliki tanggung jawab pekerjaan yang harus
2. Suatu pekerjaan yang ditaksir penyelesaiannya paling diselesaikan. Meskipun memiliki perbedaan jam kerja
lama dalam kurun waktu lima tahun. antara keduanya namun tetap terdapat beberapa
3. Suatu pekerjaan sifatnya musiman. persamaan dalam tanggung jawab pekerjaan yang harus
4. Suatu pekerjaan berhubungan pada hal-hal baru yakni dipenuhi. Berikut adalah beberapa persamaan tersebut :
suatu produk atau barang baru, aktivitas baru ataupun 1. Menjalankan Tugas dan Tanggung Jawab, pekerja
produk yang masih dalam tahap uji coba. harus melaksanakan pekerjaan dengan penuh dedikasi
5. Jenis dan sifat pekerjaan atau kegiatan tidak tetap dan kompetensi sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2. Ketaatan terhadap Peraturan Perusahaan, pekerja baik
2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih dengan PKWT maupun pekerja paruh waktu harus
Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat dan Pemutusan patuh terhadap peraturan-peraturan yang berlaku di
Hubungan Kerja (selanjutnya disebut PP 25 Tahun 2021) perusahaan seperti aturan-aturan internal, kebijakan
PKWT terdapat beberapa jenis yang dapat digunakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh pemberi kerja.
dalam dunia kerja saat ini : 3. Kehadiran dan Disiplin, pekerja harus hadir sesuai
1. Pekerja Musiman merupakan pekerjaan tambahan dengan jadwal yang telah ditentukan dan
yang dilakukan untuk memenuhi pesanan atau target melaksanakan tugas dengan tepat waktu.
tertentu. Pekerjaan ini pelaksanaannya bergantung 4. Etika Kerja, pekerja dengan PKWT maupun pekerja
pada musim atau cuaca atau kondisi tertentu. paruh waktu harus menjaga sikap profesional,
2. PKWT berdasarkan selesainya suatu pekerjaan tertentu berkomunikasi dengan baik serta menjaga kerahasiaan
atas kesepakatan para pihak yang dituangkan dalam informasi yang diperoleh selama bekerja.
Perjanjian Kerja. PKWT ini dapat diselesaikan lebih 5. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pekerja wajib
cepat dari lamanya waktu yang disepakati maka menjaga keamanan diri sendiri dan orang lain serta
PKWT putus demi hukum pada saat selesainya melaporkan setiap risiko atau kondisi kerja yang
pekerjaan. Dalam hal pekerjaan tertentu yang membahayakan.
diperjanjikan dalam PKWT belum dapat diselesaikan 6. Produktivitas dan Kualitas Kerja, pekerja bertanggung
sesuai lamanya waktu yang disepakati maka jangka jawab untuk mencapai target yang telah ditetapkan dan
waktu PKWT dilakukan perpanjangan sampai batas memberikan kontribusi yang memadai sesuai dengan
waktu tertentu hingga selesainya pekerjaan. peran dan tanggung jawabnya.
3. Perjanjian Kerja Harian merupakan pekerjaan tertentu Sesuai dengan penjelasan diatas dapat
yang berubah-ubah dalam hal waktu dan volume disimpulkan bahwa karakteristik pekerjaan dari PKWT
pekerjaan serta pembayaran upah Pekerja/Buruh dan Pekerja Paruh adalah sama yang menjadi pembeda
berdasarkan kehadiran. Dengan ketentuan hanya pada jam kerja pada pekerja paruh waktu lebih
Pekerja/Buruh bekerja kurang dari 21 (dua puluh satu) singkat sehingga berpengaruh pada upah kerja yang
hari dalam 1 (satu) bulan. diberikan kepada pekerja paruh waktu. Perhitungan upah
Secara definitif, pekerja paruh waktu (part time kerja pada pekerja paruh waktu mengacu pada jam kerja
worker) yakni seorang pekerja yang melaksanakan yang berdasarkan ketentuan pada Pasal 16 PP 36 Tahun
pekerjaannya pada sebagian waktu dari ketentuan waktu 2021 dengan formula Upah per jam = upah sebulan : 126,

136
oleh karena itu dapat diartikan bahwa Pekerja Paruh sebanding karena membutuhkan jumlah jam kerja yang
Waktu termasuk dalam jenis pekerjaan PKWT. signifikan.
Bersama dengan faktor alam dan modal, tenaga Adapun hak cuti bagi pekerja dalam UU
kerja merupakan faktor produksi utama yang sangat Ketenagakerjaan maupun dalam ketentuan lainnya
penting bagi setiap negara. Hal ini dapat diartikan menjelaskan beberapa jenis hak cuti tersebut sebagai
demikian karena suatu negara tetap membutuhkan tenaga berikut:
kerja sebagai faktor produksi meskipun memiliki banyak 1. Cuti Tahunan,
sumber daya alam dan modal yang melimpah. Perlu Cuti tahunan ditentukan berdasarkan kebijakan
keseimbangan antara kesejahteraan tenaga kerja dan perusahaan serta adanya kesepakatan dari serikat pekerja,
kualitas tenaga kerja. Pemenuhan hak yang seharusnya cuti tahunan sedikitnya dua belas hari kerja setelah
diperoleh pekerja termasuk hak cuti terkait erat dengan pekerja tersebut telah bekerja selama dua belas tahun di
peningkatan kesejahteraan. Pekerja dapat mengambil cuti perusahaan itu.
dari pekerjaan melalui proses pengambilan cuti setelah 1. Cuti besar atau istirahat panjang sebagaimana
mendapat izin dari majikan atau atasan. Namun, masih ditentukan dalam UU Ketenagakerjaan hanya berhak
ada sebagian dari pekerja yang belum memahami bahwa untuk pekerja perusahaan tertentu, cuti besar dapat
setiap pekerja memiliki hak cuti yang dapat dimanfaatkan diambil selama sedikitnya dua bulan pada tahun
sesuai dengan kebutuhan individu pekerja. Tujuan ketujuh dan kedelapan masa kerja dari pekerja
pembentukan negara dan pemerintahan Indonesia tersebut, sedangkan cuti besar selama satu bulan untuk
dituangkan dalam UUD 1945 pada alinea keempat. pekerja yang telah bekerja selama enam tahun.
Tujuan tersebut antara lain : 2. Pekerja berhak memperoleh cuti sakit berikut apabila
“Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan memiliki adanya keterangan sakit dari tenaga medis.
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban 3. Cuti karena adanya hal penting atau mendesak
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian berkaitan dengan keperluan pekerja yang urgen seperti
abadi, dan keadilan sosial”. meninggalnya sanak saudara atau menikahkan anak,
Ungkapan “memenuhi cita-cita negara lain yaitu dan lain-lain.
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan 4. Cuti haid merupakan cuti yang ditujukan khusus
kehidupan bangsa” yang muncul dalam pembukaan UUD perempuan, pekerja yang merasakan sakit haid pada
1945 dapat diartikan secara luas berarti melindungi hari pertama atau hari kedua wajib memberitahukan
segenap bangsa Indonesia. kepada perusahaan sehingga dapat memperoleh cuti
Cuti adalah bagian dari hak untuk melindungi haid dan tidak wajib untuk bekerja.
kesehatan pekerja sehingga setidaknya diperlukan waktu 5. Mengenai cuti hamil dan melahirkan, UU
istirahat untuk kembali bekerja. Waktu cuti yang tepat Ketenagakerjaan telah menegaskan bahwa pekerja
sangat penting untuk pemulihan kesehatan dan energi perempuan berhak mendapatkan istirahat selama satu
agar menghasilkan pekerjaan yang optimal di tempat setengah bulan sebelum kelahiran anaknya menurut
kerja (Sinaga & Zaluchu, 2017). Kelelahan kerja waktu perhitungan tenaga medis, dan satu setengah
disebabkan oleh beberapa faktor seperti beban kerja yang bulan setelah melahirkan.
berlebihan sehingga menghabiskan banyak energi dan 6. Mengenai cuti keguguran ditujukan kepada pekerja
mengganggu kemampuan pekerja untuk melakukan perempuan yang menghadapi keguguran kandungan
tugasnya. Rehat sejenak dari dunia kerja dapat membantu sehingga berhak untuk beristirahat selama satu
menyegarkan kembali pikiran yang mulai jenuh akibat setengah bulan atau sesuai dengan adanya keterangan
bekerja serta mendongkrak kembali semangat dan dari tenaga medis.
produktivitas dalam bekerja. 7. Cuti bersama ditujukan untuk mereka pekerja di
Dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2023 perusahaan swasta tanpa adanya pengurangan
menyebutkan bahwa pemberian cuti merupakan suatu penghasilan, pada umumnya cuti bersama berkenaan
kewajiban dari perusahaan atau pengusaha. Pengusaha dengan adanya hari keagamaan.
wajib mematuhi ketetentuan tersebut yang terdapat dalam Berkaitan dengan penjelasan di atas bahwa hak cuti tidak
Pasal 79 ayat (1) huruf (b) UU No. 6 Tahun 2023. bergantung pada jenis perjanjian kerja yang digunakan
Mengenai hak atas cuti tahunan mengacu pada hak oleh pekerja. Setiap pekerja berhak atas hak cuti sehingga
pekerja atas cuti setelah sekurang-kurangnya bekerja tidak menjadi masalah apakah pekerja tersebut berstatus
selama 12 bulan secara terus menerus. Dengan demikian, PKWTT, PKWT maupun pekerja paruh waktu. Undang-
manfaat cuti tahunan dapat dianggap sebagai manfaat Undang menjamin dan memberikan hak untuk cuti
cuti dengan periode cuti terbanyak. Hak atas cuti tahunan apabila hubungan hukum tersebut merupakan hubungan

137
kerja, baik yang dilaksanakan secara penuh waktu, paruh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
waktu, maupun dengan PKWT atau PKWTT. diselenggarakan mengacu pada peningkatan harga diri,
Pekerja dapat dipekerjakan secara paruh waktu martabat dan keadilan serta kesejahteraan material dan
jika kebutuhan perusahaan benar-benar membutuhkannya spiritual (Suhariwanto, 2001). Dengan meningkatkan
sesuai dengan ketentuan PKWT. Artinya, baik untuk kualitas sumber daya manusia pada umumnya dan fungsi
pekerjaan penuh waktu maupun paruh waktu, pada tenaga kerja dalam pelaksanaan pembangunan nasional
dasarnya hanya menyangkut penggunaan waktu kerja pada khususnya, baik sebagai pelaku pembangunan
yang di dasarkan pada Perjanjian Kerja (PK), Paraturan maupun tujuan pembangunan, kemampuan di bidang
Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB). ilmu pengetahuan dan teknologi serta kondisi dan
UU Ketenagakerjaan mengatur pilihan ketentuan waktu peluang terkini di bidang pasar domestik dan
kerja normal bagi pekerja dalam hubungan kerja pada internasional.
Pasal 77 yakni : Sebagai agen pembangunan, pekerja
a. “7 (tujuh) jam per hari dengan 40 (empat puluh) meningkatkan produktivitas nasional dan kesejahteraan
jam per minggu untuk pola waktu kerja 6:1 yakni 6 sosial agar tenaga kerja dapat dimanfaatkan secara lebih
(enam) hari kerja serta 1 (satu) hari istirahat mingguan efektif. Saat ini perlu dilakukan pengendalian yang lebih
dalam seminggu. besar untuk pembangunan nasional dan tetap berdaya
b. 8 (delapan) jam per hari dengan 40 (empat saing dalam perekonomian global. Hal ini berarti
puluh) jam per minggu untuk pola waktu kerja 5:2, memberi pekerja nilai lebih dalam hal kualitas,
dalam arti 5 (lima) hari kerja serta 2 (dua) hari istirahat keterampilan dan kemampuan superior (Tetehuka, 2019).
mingguan dalam seminggu.” Kemampuan, keterampilan dan keahlian tenaga kerja
Buruh dianggap sebagai pekerja paruh waktu jika harus terus ditingkatkan melalui perencanaan dan
mereka bekerja kurang dari ketentuan waktu kerja jam program pelatihan kerja, pemagangan dan penempatan
per hari atau per minggu tersebut. Dengan kata lain, kerja. Sebagai tujuan pembangunan, pekerja harus
ketentuan waktu kerja pada Pasal 77 UUK tersebut dapat memiliki akses terhadap segala bentuk perlindungan
disebut sebagai ketentuan maksimum. Berdasar dengan termasuk perlindungan hak-hak dasar pekerja (Darongke,
waktu kerja pekerja paruh waktu maka akan berpengaruh 2015). Pengembangan ketenagakerjaan memiliki banyak
pada upah yang diterima. Perhitungan upah selama tidak dimensi dan saling terkait tidak hanya dengan
menyimpang dari ketentuan upah minimum pekerja atau kepentingan tenaga kerja sebelum, selama dan setelah
buruh boleh dipekerjakan dengan pola waktu kerja bekerja tetapi juga dengan kepentingan pengusaha secara
khusus (paruh waktu) atau dengan pola waktu kerja keseluruhan agar mampu meningkatkan kinerja tenaga
kurang dari ketentuan waktu kerja normal. kerja guna meningkatkan produktivitas dan daya saing.
Selama tidak menghilangkan hak-hak dasar Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan
pekerja maka masalah waktu kerja dengan penuh waktu Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) adalah
atau paruh waktu adalah masalah penerapan ketentuan dua jenis utama perjanjian kerja. Sesuai dengan namanya,
waktu kerja. Dengan waktu kerja pekerja paruh waktu PKWT disepakati untuk jenis pekerjaan yang diharapkan
yang di bawah ketentuan normal tetap memiliki hak cuti selesai dalam waktu singkat. Pekerja yang diwajibkan
yang sama dengan hak yang dimiliki oleh pekerja penuh oleh PKWT biasanya disebut sebagai pekerja kontrak
waktu namun untuk besarannya tidak dapat disamakan (Juliarnawa et al., 2021). Dalam praktiknya, pekerja dan
karena beban waktu kerja pekerja penuh waktu lebih pengusaha merupakan dua entitas yang saling
lama maka dapat diterapkan dengan perhitungan secara berhubungan. Hubungan kerja mereka diatur dengan
proposional. Pekerja paruh waktu akan memiliki hak cuti kesepakatan bersama dalam perjanjian kerja (Sunija et
tahunan apabila telah bekerja lebih dari 12 bulan kerja. al., 2020). PKWT yang biasanya membahas jenis
Sama halnya dengan ketentuan besaran hak Tunjangan pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam jangka waktu
Hari Raya yang di dapat oleh pekerja dengan waktu kerja tertentu (Shalihah, 2017). Perjanjian kerja semacam ini
lebih dari 1 (satu) tahun dan kurang dari 1 (satu) tahun digunakan untuk pekerjaan yang diharapkan selesai
yang dihitung secara proposional bergantung pada masa dalam waktu kurang dari lima tahun, bersifat musiman
kerja sesuai dengan Pasal 3 dan pasal 4 Permenaker atau baru atau dalam proses pengembangan.
Nomor 6 Tahun 2016 Tentang Tunjangan Hari Raya Banyak bisnis memilih untuk mempekerjakan
Keagamaan Bagi Pekerja/Buruh Di Perusahaan. pekerja paruh waktu untuk memaksimalkan
penganggaran dan manajemen bisnis (Husni, 2000).
Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Paruh Waktu Berdasarkan data Badan Pusat Statistik menunjukkan
Pembangunan sumber daya manusia merupakan bahwa pekerja paruh waktu di Indonesia Agustus 2022
bagian penting dari pembangunan suatu bangsa. Menurut sebanyak 34,12 juta jiwa. Kemudian dilihat pada aspek

138
gender, pada Agustus 2022 terhitung pekerja paruh waktu Mengingat pekerja berada pada posisi sosial
perempuan sebanyak 18,75 juta jiwa dan laki-laki ekonomi yang lebih rendah daripada pemberi kerja,
sebanyak 15,37 juta jiwa (Badan Pusat Statistik 2022). perlindungan hukum bagi pekerja menjadi sangat
Apabila ditelaah bahwa peningkatan pekerja paruh waktu penting. Mengakui pentingnya pekerjaan yang produktif
dari tahun ketahunnya akan menunjukkan besarnya dan dipilih secara bebas untuk semua pekerja, pentingnya
urgensi bagi ketentuan pekerja paruh waktu, sebab pekerja paruh waktu secara ekonomi, perlunya kebijakan
apabila didasarkan pada ketentuan aturan saat ini ketenagakerjaan untuk mempertimbangkan peran pekerja
cenderung belum memberikan kejelasan hukum paruh waktu dalam memfasilitasi kesempatan kerja
mengenai pekerja paruh waktu. tambahan dan kebutuhan untuk memastikan perlindungan
Setiap pekerja memiliki hak istimewa untuk untuk pekerja paruh waktu. Oleh sebab itu, sangat
memperoleh jaminan untuk kesejahteraan terkait kata penting untuk dilakukan ratifikasi pengaturan
etika, konvensionalitas, perlakuan sesuai dengan internasional untuk dapat memberikan jaminan lebih baik
kemuliaan dan nilai manusia serta kualitas yang ketat terhadap pemberian hak-hak pekerja paruh waktu.
(Salasa, 2014). Sejumlah bisnis lebih suka Konvensi Jenewa (Part Time Work Convention
mempekerjakan pekerja paruh waktu untuk memenuhi 1994 No. 175) adalah kesepakatan global yang mengatur
kebutuhan operasional mereka. Meskipun demikian, pekerja yang bekerja paruh waktu. Konvensi Jenewa
Undang-Undang yang berlaku saat ini di Indonesia belum merupakan pedoman hukum internasional tentang
memberikan perlindungan secara eksplisit kepada pekerja bagaimana pekerja paruh waktu memiliki hak sehingga
paruh waktu. Pada Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor harus diperlakukan secara manusiawi. Tujuan utama
36 Tahun 2021 hanya menyatakan bahwa pengupahan konvensi adalah untuk mengatur fenomena atau isu
per jam hanya di peruntukkan bagi pekerja yang bekerja terkini. Sebuah inovasi baru atau solusi baru
secara paruh waktu. Tidak ada definisi maupun perjanjian dikembangkan sebagai akibat dari fenomena atau isu
kerja tersendiri untuk pekerja paruh waktu. Pasal 77 yang muncul saat itu sedang dibahas dalam suatu forum
Undang-Undang No. 6 Tahun 2023 menyatakan bahwa atau organisasi (Silitonga, 2013).
waktu kerja normal yakni 40 jam per minggu serta pada Sudah banyak negara yang telah melakukan
Pasal 23 ayat (2) Peraturan Pemerintah 35 Tahun 2021 ratifikasi terhadap Konvensi Jenewa tentang Pekerjaan
memberikan pedoman tambahan mengenai perusahaan Paruh Waktu tersebut. Menurut Part Time Work
pada sektor tertentu dapat menerapkan waktu kerja Convention No. 175, pekerja paruh waktu dan Pekerja
kurang dari 35 jam per minggu sehingga apabila pekerja Penuh Waktu memiliki status yang sama, artinya mereka
bekerja di bawah ketentuan tersebut dapat dianggap berbagi hubungan kerja yang sama, berpartisipasi dalam
sebagai pekerja paruh waktu dan tidak memiliki minimal pekerjaan yang sama dan bekerja di lokasi yang sama.
waktu. Hak untuk berorganisasi, hak atas asuransi kesehatan dan
Perjanjian kerja yang memuat syarat-syarat keselamatan dan hak untuk tidak didiskriminasi di tempat
tertentu yang harus dipenuhi oleh pemberi kerja dan kerja hanyalah beberapa dari hak-hak yang dimiliki oleh
pekerja diatur oleh Undang-Undang Ketenagakerjaan. Pekerja Penuh Waktu dan pekerja paruh waktu.
Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan Walaupun ada konvensi global yang mengatur pekerja
aturan hukum, dan aturan ini dibuat untuk kedua belah paruh waktu tetapi Indonesia tidak meratifikasi konvensi
pihak yang ahli dalam perbuatan hukum (Hidayah, 2018). tersebut. Hal ini berarti bahwa ketentuan mengenai
Saat menjalankan bisnis, pemberi kerja mungkin tidak pekerja paruh waktu yang berlaku pada Part Time Work
selalu mencari karyawan yang dapat bekerja dalam Convention No.175 itu tidak dapat diberlakukan secara
jumlah jam tertentu atau secara teratur. otomatis di Indonesia.
Dalam hal ini, Undang-Undang Ketenagakerjaan Salah satu kegiatan umum bagi anak muda yang
tidak membedakan antara pekerja penuh waktu dan bersekolah adalah pekerjaan paruh waktu ini, terutama
pekerja paruh waktu. Menurut undang-undang, semua pada saat mereka menempuh pendidikan tinggi untuk
masalah yang berkaitan dengan hak pekerja dan menambah penghasilan mereka di antara kelas. Banyak
kewajiban pekerja adalah sama. Dalam Bagian X UU mahasiswa yang tertarik untuk mencoba pekerjaan paruh
Ketenagakerjaan Pasal 86 ayat (1) disebutkan yakni waktu di berbagai tempat, termasuk kafe, distro dan
‘Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk bahkan department store (Meiji, 2019). Ketika
memperoleh perlindungan atas : menjalankan bisnis pengusaha biasanya bertujuan untuk
a. keselamatan dan kesehatan kerja; memaksimalkan keuntungan sehingga banyak cara untuk
b. moral dan kesusilaan; dan mendapatkan tunjangan tersebut, salah satunya adalah
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat dengan upah yang rendah yang dibayarkan kepada
manusia serta nilai-nilai agama.” karyawan.

139
Tidak menutup kemungkinan adanya risiko di ditegakkan, khususnya yang berkaitan dengan standar
tempat kerja bagi seluruh pekerja akibatnya setiap waktu kerja. Mengingat tidak ada peraturan yang
pekerja khususnya pekerja paruh waktu sangat mengatur perjanjian kerja paruh waktu di Indonesia dan
membutuhkan perlindungan yang jelas (Triani & Ariana, bahwa undang-undang juga tidak membedakan antara
2013). Terlepas dari kenyataan bahwa perusahaan tidak pekerja penuh waktu dan pekerja paruh waktu sehingga
diizinkan mempekerjakan pekerja apabila perusahaan dengan adanya ratifikasi terhadap Konvensi Jenewa (Part
tidak bertanggung jawab jika terjadi cedera atau Time Work Convention 1994 No. 175) sangatlah
kecelakaan di tempat kerja untuk semua pekerja baik diperlukan.
untuk pekerja PKWT, PKWTT, penuh waktu atau paruh PENUTUP
waktu. Hal tersebut tidak dapat diandalkan sebagai Simpulan
jaminan bahwa pengusaha akan menerima akan Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
bertanggung jawab penuh jika terjadi bahaya terkait berlaku di Indonesia saat ini tidak membedakan pekerja
pekerjaan terhadap pekerja paruh waktu. penuh waktu dengan pekerja paruh waktu, yang menjadi
Perlindungan pekerja didefinisikan sebagai pembeda hanya pada jam kerja. Kriteria jenis pekerjaan
perlindungan yang diberikan di dalam tempat kerja itu yang diemban oleh pekerja penuh waktu dengan pekerja
sendiri melalui tuntutan, peningkatan pengakuan hak paruh waktu memiliki kesamaan sehingga pengaturan
asasi manusia, perlindungan fisik dan teknis, serta norma hak dan kewajiban bagi pekerja paruh waktu dapat
sosial dan ekonomi (Saliman, 2010). Jelas dari menggunakan ketentuan sesuai dengan PKWT. Mengenai
pemahaman ini bahwa fungsi perlindungan memainkan perlindungan hak dasar pekerja dalam hal ini hak cuti
peran penting. Namun, hal ini tidak secara eksplisit tahunan dapat diberikan kepada pekerja paruh waktu
disebutkan dalam perlindungan hukum Undang-Undang secara proposional sesuai dengan masa kerja yang diatur
Ketenagakerjaan bagi pekerja paruh waktu karena pada Perjanjian Kerja (PK), Peraturan Perusahaan (PP)
Undang-Undang Ketenagakerjaan sendiri tidak atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
membedakan antara pekerja tetap dan pekerja paruh Di Indonesia membutuhkan dasar hukum yang jelas
waktu. Pada dasarnya Undang-Undang Ketenagakerjaan mengenai pekerja paruh waktu demi melindungi berbagai
memastikan bahwa semua pekerja dan buruh mendapat hak dan kewajibannya. Urgensi meratifikasi Konvensi
perlindungan hukum yang sama. Jenewa (Part Time Work Convention 1994 No. 175)
Pekerja paruh waktu seringkali berada dalam mengenai pekerja paruh waktu yakni dengan memberikan
kesulitan karena di satu sisi mereka membutuhkan tambahan substansi pada produk hukum berupa Peraturan
pekerjaan dan di sisi lain tidak ada perlindungan hukum Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian
yang tertulis untuk memastikan bahwa mereka akan Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan
dilindungi secara hukum oleh negara. Dalam keadaan Waktu Istirahat dan Pemutusan Hubungan Kerja. Pekerja
seperti ini pekerja paruh waktu sangat membutuhkan paruh waktu dapat menjadi jenis pekerjaan turunan dari
perlindungan hukum untuk menjaga hak dan tanggung Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT). Perlindungan
jawab mereka. Perlindungan hukum bagi pekerja hukum yang jelas juga berguna bagi perusahaan yang
bertujuan untuk mempertahankan tenaga kerja yang lebih akan mempekerjakan pekerja paruh waktu seperti bagi
manusiawi, melindungi hak-hak dasar pekerja dan perusahaan multinasional dapat menerapkan di Indonesia
memastikan bahwa mereka diperlakukan sama dan tanpa sama seperti dengan negara lain yang telah meratifikasi
diskriminasi. Tujuan perlindungan kerja adalah untuk Konvensi Jenewa.
menjamin agar sistem hubungan kerja tetap berlangsung
Saran
tanpa terancam oleh yang berkuasa atau yang lemah.
Saran bagi pemerintah dalam kaitannya dengan
Dalam hukum ketenagakerjaan pemberi kerja dan pekerja
Perlindungan Hukum Bagi pekerja paruh waktu Untuk
memiliki kedudukan yang sama atau serupa namun
Mendapatkan Hak Cuti Tahunan yakni pemerintah terkait
menurut sosiologi, posisi pekerja dan majikan tidak
dalam hal ini Menteri Ketenagakerjaan perlu membuat
terdistribusi secara merata dalam semua keadaan karena
perarturan mengenai ketentuan Perjanjian Kerja Waktu
para buruh dan pekerja seringkali berada dalam posisi
Tertentu (PKWT) dalam Undang-Undang
yang lemah (Khoe, 2013).
Ketenagakerjaan, Undang-Undang No. 6 Tahun 2023 dan
Dalam skenario ini, baik pemberi kerja maupun
Peraturan Pemerintah sebagai turunannya. Melihat
pekerja diharapkan dapat berkolaborasi tanpa adanya
pengaturan bagi pekerja paruh waktu di Indonesia saat ini
benturan kepentingan, sehingga tercipta hubungan kerja
yang masih belum di atur tersendiri bahkan di dalam
yang transparan dimana tidak ada pihak yang dirugikan.
peraturan tidak disebutkan sama sekali definisi dari
Penting untuk menyelidiki bagaimana peraturan yang
pekerja paruh waktu, agar tidak ada kekaburan hukum
tepat yang mengatur Perjanjian Kerja Paruh Waktu

140
dalam pengaturan hak pekerja paruh waktu. Kementrian Perjanjian Kerja Secara Lisan Bidang Jasa
Ketenagakerjaan perlu mngatur dan menjaga hak-hak Konstruksi (Studi Kasus Pekerja Harian Lepas PT.
dasar yang dimiliki pekerja paruh waktu, maka perlu Pillar Permata).” 4.
mewujudkannya dalam bentuk dasar hukum yang jelas Salim. 2003. Hukum Kontrak : Teori Dan Teknik
dengan meratifikasi Konvensi Jenewa dan menerapkan di Penyusunan Kontrak. Jakarta: Sinar Grafika.
Indonesia dalam bentuk Peraturan Pemerintah sebagai Sari, Ni Putu Nita Erlina, I. Nyoman Putu Budiartha, and
jenis pekerjaan turunan dari Perjanjian Kerja Waktu Desak Gde Dwi Arini. 2020. “Perlindungan Hukum
Tertentu (PKWT). Terhadap Pekerja Dalam Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu Menurut Undang-Undang No 13 Tahun
DAFTAR PUSTAKA 2003.” Jurnal Analogi Hukum 2(1):124–28. doi:
Buku 10.22225/ah.2.1.1613.124-128.
Asikin, Zainal; dkk. 2016. Dasar-Dasar Hukum Sastrohadiwiryo, Siswanto. 2003. Manajemen Tenaga
Perburuhan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Kerja Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Badan Pusat Statistik. 2022. “Keadaan Angkatan Kerja Sinaga, Niru Anita; Zaluchu, Tiberius. 2017.
Di Indonesia.” (August 2022):297. “Perlindungan Hukum Hak-Hak Pekerja Dalam
Hubungan Ketenagakerjaan Di Indonesia.” Jurnal
Harahap, Arifuddin Muda. 2020. Pengantar Hukum Teknologi Industri 6.
Ketenagakerjaan. edited by B. S. Panjaitan.
Malang: CV Literasi Nusantara Abadi. Sulaiman, Abdullah, and Andi Walli. 2019. Hukum
Ketenagakerjaan/Perburuhan. Cetakan Pe. Jakarta:
Harahap, M. A. 2020. Pengantar Hukum Yayasan Pendidikan dan Pengembangan Sumber
Ketenagakerjaan. Malang: Literasi Nusantara. Daya Manusia Jakarta.
Indriani, Maulidia. 2016. “Peran Tenaga Kerja Indonesia Jurnal
Dalam Pembangunan Ekonomi Gema Keadilan
Edisi Jurnal.” Gema Keadilan Vol. 3:67–77. Arafat, Yassir. 2015. “Prinsip-Prinsip Perlindungan
Hukum Yang Seimbang Dalam Kontrak.” Jurnal
International Labour Organization. n.d. “Part Time Work Rechtens 4(2):25–39.
Convention 1994 (No. 175).” 1994.
Darongke, N. M. (2015). “Kajian Hukum
Ishaq. 2018. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta. Ketenagakerjaan Tentang Kondisi Kerja,
Kusumasari, Diana. 2012. “Hak Cuti Tahunan Pekerja Hubungan Kerja Dan Penyelesaian Perselisihan
Paruh Waktu.” Hukumonline.Com. Retrieved Hubungan Perburuhan/ Industrial Di Indonesia.”
(https://www.hukumonline.com/klinik/a/hak-cuti- Lex et Societatis, VIII(2), 39–46.
tahunan-pekerja-paruh-waktu-part-time-- Devita, N., & Nugroho, A. A. (2021). “Perlindungan
lt4f698e0341f64). Hukum Atas Hak Cuti Tahunan Pekerja Waktu
Kusumawardhani, Amanda. 2021. “Kemnaker Tegaskan Tertentu Yang Tidak Terpenuhi.” Justitia: Jurnal
Upah per Jam Hanya Untuk Pekerja Paruh Waktu.” Ilmu Hukum Dan Humaniora, 8(3).
Bisnis.Com. Retrieved Hidayah, A. (2018). “Ketentuan Penahanan Ijazah
(https://ekonomi.bisnis.com/read/20210302/12/136 Pekerja Sebagai Syarat Tertentu Dalam Perjanjian
2701/kemenaker-tegaskan-upah-per-jam-hanya- Kerja.” Jurnal Universitas Palembang, 16(2), 129–
untuk-pekerja-paruh-waktu). 137.
Labour Department. 2018. “Pekerja Paruh Waktu Pahami Indriani, Maulidia. 2016. “Peran Tenaga Kerja Indonesia
Lanjut Tentang Undang-Undang Tenaga Kerja.” Dalam Pembangunan Ekonomi Gema Keadilan
Mitendra, Hario Mahar. 2018. “Fenomena Dalam Edisi Jurnal.” Gema Keadilan Vol. 3:67–77.
Kekosongan Hukum.” Jurnal Rechtsvinding Online Juliarnawa, I. Kadek Surya, I. Puru Gede Seputra, and Ni
(April):2. Made Puspasutari Ujianti. 2021. “Perlindungan
Normiana, and Muhammad Akbal. 2015. “Analisis Hukum Bagi Pekerja Paruh Waktu Dalam
Pemberian Cuti Bagi Pekerja Perempuan Pada PT. Keselamatan Dan Kesehatan Melalui Program
Japfa Comfeed Kota Makassar.” Jurnal Tomalebbi Jaminan Sosial Tenaga Kerja.” Jurnal Konstruksi
2(1):55–64. Hukum 2(2):406–11. doi:
10.22225/jkh.2.2.3264.406-411.
Nuryanti, Ariani Endah. 2006. “Perlindungan Hukum
Terhadap Pekerja Harian Lepas Di UD Berkah Khoe, F. N. (2013). “Hak Pekerja yang Sudah Bekerja
Sedulur Desa Tanjungsari Kecamatan Rembang namun Belum Menandatangani Perjanjian Kerja
Kabupaten Rembang.” atas Upah ditinjau berdasarkan Undang Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.”
Rahmawati, Irna. 2017. “Perlindungan Hukum Bagi Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya,
Pekerja Harian Lepas Yang Bekerja Berdasarkan 2(1).

141
Meiji, N. H. P. (2019). “Pemuda Pekerja Paruh Waktu: Pekerja dalam Mengantisipasi Pemogokan Kerja di
Dependensi dan Negoisasi Mahasiswa Part Time di Perusahaan.” Jurnal Unitas, 9(1).
Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia.” Jurnal Studi
Sunija, A. D., Febriani, S., Raharjo, S. T., & Humaedi, S.
Pemuda, 8(1).
(2020). Pekerja Sosial Industri dalam Menangani
Mitendra, Hario Mahar. 2018. “Fenomena Dalam Permasalahan PHK di Dunia Industri Indonesia.
Kekosongan Hukum.” Jurnal Rechtsvinding Online Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada
(April):2. Masyarakat, 6(3), 181–191.
Nadila, Devita, and Andriyanto Adhi Nugroho. 2021. Tetehuka, H. S. (2019). “Tindak Pidana Kejahatan Di
“Perlindungan Hukum Atas Hak Cuti Tahunan Bidang Ketenagakerjaan Menurut Undangundang
Pekerja Waktu Tertentu Yang Tidak Terpenuhi.” Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.”
Jurnal Justitia 8(3):403–16. Lex Crimen, VII(6), 61–69.
Normiana, and Muhammad Akbal. 2015. “Analisis Triani, Ketut W., and I. Gde Putra Ariana. 2014.
Pemberian Cuti Bagi Pekerja Perempuan Pada PT. “Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Paruh
Japfa Comfeed Kota Makassar.” Jurnal Tomalebbi Waktu Apabila Terjadi Kecelakaan Kerja.” Jurnal
2(1):55–64. Kertha Semaya 01(11):1–5.
Podungge, I. P., Patiolo, D., Silvya, V., & Hanifa, I. Peraturan Perundang-undangan
(2021). “Peran Serikat Pekerja/Buruh dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan
Tahun 1945
Kerja Secara Sepihak yang Dilakukan oleh
Perusahaan Terhadap Pekerja/Buruh.” Jurnal Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Hukum Lex Generalis, 2(3), 384–399. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
https://doi.org/https://doi.org/10.56370/jhlg.v2i5.51 Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 39)
Rachmad Budiono, Abdul. 2012. “Makna ‘Perintah’ Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan
Sebagai Salah Satu Unsur Hubungan Kerja Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang-
Tentang Ketenagakerjaan.” Arena Hukum Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
5(2):137–47. doi: 2022 Nomor 238)
10.21776/ub.arenahukum.2012.00502.7. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021 tentang
Rahmawati, Irna. 2017. “Perlindungan Hukum Bagi Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu
Pekerja Harian Lepas Yang Bekerja Berdasarkan Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan
Perjanjian Kerja Secara Lisan Bidang Jasa Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021
Konstruksi (Studi Kasus Pekerja Harian Lepas PT. Nomor 45)
Pillar Permata).” 4. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2021 tentang
Pengupahan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Salasa, I. C. (2014). “Analisa Tentang Perlindungan Tahun 2021 Nomor 46)
Buruh Ditinjau Dari Hukum Ketenagakerjaan.” Lex
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Tunjangan
Administratum, 2(1).
Hari Raya Keagamaan bagi Pekerja/Buruh di Perusahaan
Sari, Ni Putu Nita Erlina, I. Nyoman Putu Budiartha, and (Berita Negara Rapublik Indonesia Tahun 2016 Nomor
Desak Gde Dwi Arini. 2020. “Perlindungan Hukum 375)
Terhadap Pekerja Dalam Perjanjian Kerja Waktu Part Time Work Convention 1994 No. 175
Tertentu Menurut Undang-Undang No 13 Tahun
Website
2003.” Jurnal Analogi Hukum 2(1):124–28. doi:
10.22225/ah.2.1.1613.124-128. Admin DSLA. 2021. Hak Cuti Karyawan Menurut
Shalihah, F. (2017). “Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Undang-Undang Ketenagakerjaan, (Online),
(https://www.dslalawfirm.com/cuti/#:~:text=Cuti%
(PKWT) dalam Hubungan Kerja Menurut Hukum
20Tahunan,perihal%20hak%20karyawan%20yang
Ketenagakerjaan Indonesia dalam Perspektif
%20bersangkutan. , diakses 07 April 2022)
HAM.” UIR Law Review.
Badan Pusat Statistik. 2022. Keadaan Angkatan Kerja Di
Silitonga, N. (2013). “Efektivitas Konvensi ILO No.189
Indonesia (August 2022):297. (Online),
terhadap Pekerja Rumah Tangga (PRT) Filipina.”
(https://www.bps.go.id/publication/2022/12/07/a64
Jom FISIP, 2(1).
afccf38fbf6deb81a5dc0/keadaan-angkatan-kerja-di-
Sinaga, Niru Anita; Zaluchu, Tiberius. 2017. indonesia-agustus-2022.html , diakses 10
“Perlindungan Hukum Hak-Hak Pekerja Dalam Desember 2022)
Hubungan Ketenagakerjaan Di Indonesia.” Jurnal
International Labour Organization. n.d. Part Time Work
Teknologi Industri 6.
Convention 1994 (No. 175). (Online),
Suhariwanto. (2001). “Aspek Hukum Perlindungan (https://www.ilo.org/dyn/normlex/en/f?p=NORML

142
EXPUB:12100:0::NO::P12100_ILO_CODE:C175 ,
diakses 21 Desember 2021)
Kusumasari, Diana. 2012. Hak Cuti Tahunan Pekerja
Paruh Waktu. Hukumonline.Com. (Online),
(https://www.hukumonline.com/klinik/a/hak-cuti-
tahunan-pekerja-paruh-waktu-part-time--
lt4f698e0341f64 , diakses 23 Januari 2022)
Kusumawardhani, Amanda. 2021. Kemnaker Tegaskan
Upah per Jam Hanya Untuk Pekerja Paruh Waktu.
Bisnis.Com. (Online),
(https://ekonomi.bisnis.com/read/20210302/12/136
2701/kemenaker-tegaskan-upah-per-jam-hanya-
untuk-pekerja-paruh-waktu , diakses 24 Januari
2022).
Labour Department. 2018. Pekerja Paruh Waktu Pahami
Lanjut Tentang Undang-Undang Tenaga Kerja.
(Online),
(https://www.labour.gov.hk/eng/public/wcp/parttim
e_Indonesian.pdf , diakses 04 Februari 2022)

143

Anda mungkin juga menyukai