Ketenagakerjaan)
A. Latar Belakang
Ciptaker disusun dengan kecepatan tinggi dan memunculkan pro dan kontra. Ada
disahkan. Implementasi dari UU Cipta Kerja inipun disambut positif dan negatif.
saking sulitnya, jika bukan ahli. Dan rasa-rasanya memang UU ini disebabkan oleh
penyakit lama birokrasi kekuasaan yang sangat akut. Cipta Kerja dalam UU 11 tahun
2020 tentang Cipta Kerja adalah upaya penciptaan kerja melalui usaha kemudahan,
perlindungan, dan pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah,
29 (dua puluh sembilan) Pasal, dan menyisipkan 13 (tiga belas) Pasal baru di dalam
yang di deadline hanya selama 100 hari oleh Presiden Jokowi dan juga tidak
UU Cipta Kerja yang menghilangkan hak buruh/tenaga kerja tapi di sisi lain para
pengusaha tentunya sangat diuntungkan. Hal itu antara lain terlihat dalam kontrak
tanpa batas di Pasal 59, hari libur dipangkas di Pasal 79, aturan soal pengupahan
diganti di Pasal 88, sanksi tidak bayar upah dihapus di Pasal 91, hak memohon PHK
Pasca Putusan, Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja disingkat UU
kebutuhan hidup.
hukum yang ada dengan produk hukum lainnya. Dalam hal ini, perbandingan yang
C. Metode Penulisan
penelitian hukum normatif yang dilakukan dengan meneliti data sekunder berupa
bahan-bahan primer, sekunder dan tersier. Penelitian ini disebut juga dengan
terhadap data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan. Menurut Soerjono
seterusnya
D. Pembahasan
Data Agustus 2019 pekerja informal sebanyak 70,49 juta yang berarti 55,72%
dari total angkatan kerja di Indonesia. Sedangkan jumlah pekerja formal di periode
yang sama sebanyak 56,02 juta orang. Jumlah tersebut setara 44,28% dari totalnya
dibantu buruh tetap. Juga, yang menjadi buruh, karyawan, dan pegawai. Tingkat
pengangguran terbuka di Agustus 2019 sebesar 5,28%. Angka ini lebih rendah
daripada di Agustus 2018 yang di 5,34%., artinya terdapat lima orang penganggur
sangat terburu-buru, karena dalam proses pembuatan UU punya cukup waktu yang
lama dalam menjadi sebuah produk hukum yang akan mengatur hidup banyak
Beberapa hal yang diatur dalam UU Cipta kerja kluster ketenagakerjaan adalah
sebagai berikut:
“Bahwa hubungan kerja sebagai bentuk hubungan hukum lahir atau tercipta
dalam skema batasan waktu kontrak akan diatur dalam regulasi turunan seperti
waktu, karena setiap pegawai memiliki hak untuk bekerja dalam rentang waktu
Hal ini yang menyebabkan sebuah miss dalam perusahaan swasta karena
karena tidak diatur agar lebih fleksibel. Penambahan pasal 61 bisa dianggap
sebagai keuntungan para pekerja karena setiap putusan kerja yang dilakukan
langsung dalam bentuk uang, ini menjadi manfaat bagi para buruh agar tidak
hak-hak bagi pekerja/buruh apabila terjadi pergantian perusahaan alih daya dan
sepanjang objek pekerjaannya tetap ada. Dalam praktek, pengertian dasar alih
pengertian alih daya untuk setiap pemakai jasanya akan berbeda-beda. Semua
tergantung dari strategi masing-masing pemakai jasa alih daya, baik itu
individu, perusahaan atau divisi maupun unit tersebut. Pasal 65 disini yang
menarik perhatian publik, perusahaan alih daya tidak ada batasan dalam
banyak pelanggaran yang dilakukan oleh perusahan jasa, tapi ketika pasal ini
dalam pelaksanaan pekerjaan produksi. Menurut pasal 66 ayat (2) huruf (c) UU
dilanggar oleh tenaga kerja alih daya adalah peraturan perusahaan pemberi
dengan ini Presiden memiliki kekuatan yang cukup besar dalam mengatur UU,
padahal jika bicara tugas dan wewenangnya adalah hanya menjalankan amanah
UU, peraturan yang dibuat di DPR secara teknis diatur oleh pemerintah dengan
ketenagakerjaan, setiap buruh memiliki hak untuk istirahat setelah bekerja dan
bisa mulai aktivitas sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Setiap waktu buruh
saat bekerja merupakan sebuah bentuk loyalitas tinggi sehinga perlu apresiasi
kerja yang diatur sebelumnya sudah cukup dan dapat dijalankan sesuai
peraturan yang mungkin bisa menjadi lebih baik, hal ini tidak sejalan dengan
ketentuan manusia bahwa waktu kerja yang memang sudah diatur 8 jam dalam
inflasi. Apabila terjadi pengalihan pekerjaan dan perusahaan alih daya, masa
banyak orang akan tetap diatur oleh peraturan pemerintah dan Daerah dalam
UMR merupakan sebuah spekulasi yang keliru artinya, memang ada pasa
penambahan terkait upah dalam kurun waktu kerja yang diberlakukan. Tapi
dalam bentuk perlindungan pengupahan terhadap pekerja itu dihapuskan
bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada
telahatau akan dilakukan. Dengan demikian maka upah yang harus diterima
oleh buruh atau para tenaga kerja kita atas jasa-jasa yang dijualnya haruslah
upah yang wajar.35 Jika terdapat perbedaan pandangan antara buruh dengan
Uwiyono bahwa:
“lebih jauh perbedaan pandangan ini telah mendorong kaum buruh untuk
diterima oleh pekerja/buruh. JKP adalah skema baru terkait dengan jaminan
Jaminan Hari Tua (JHT), dan Jaminan Pensiun (JP). JKP merupakan perluasan
tersedia; dan
f. Penghitungan pembiayaan Jaminan Kehilangan Pekerjaan, termasuk
kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu serta memiliki kompetensi
sesuai jabatan yang akan diduduki. Setiap pemberi kerja wajib memiliki
Sesuai dengan isu besar yang diangkat dalam omnibuslaw, yaitu ekonomi
dan peningkatan investasi, TKA menjadi peran penting dalam laju ekonomi,
para pekerja di Indonesia, yang dibutuhkan oleh pemberi kerja pada jenis
dikecualikan mengurus izin seperti yang tertera pada ayat 1hanya berlaku bagi
di negara Indonesia tanpa prasayat yang menumpuk, ditambah ijin kerja TKA
langsung dari Presiden. Dalam hal ini TKA lebih dimudahkan untuk mendapat
merupakan kemudahan bagi TKA untuk tidak punya rencana yang dilaporkan
kepada menteri terkait dalam jangka waktu tertentu. Bercermin dari perubahan
pengecualian dokumen.
pihak kedua, berdasar ketentuan yang berlaku pada setiap perjanjian, dalam
setiap putusan kerja pihak 1 berhak atas ketentuan yang berlaku. Jika ditinjau
dari jenisnya, perjanjian kerja dibagi menjadi dua yakni perjanjian kerja waktu
tertentu dan perjanjian kerja waktu tidak tertentu Adapun pengubahan tampak
yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki izin tertulis dari
menteri atau pejabat yang ditunjuk. Sedangkan dalam beleid yang baru, izin
tertulis hanya diganti dengan rencana penggunaan tenaga kerja asing yang
syarat pada ayat 1 diperlebar bukan hanya bagi pegawai diplomatik dan
saham tertentu atau pemegang saham serta tenaga kerja asing yang dibutuhkan
oleh pemberi kerja pada jenis kegiatan produksi yang terhenti karena keadaan
penelitian untuk jangka waktu tertentu. Pada sisi lain, adalah hak setiap
tersebut bukan warga negaranya Hal ini merupakan sifat hukum yang secara
ketika sebuah produk hukum tidak dapat mementingkan peran Warga Negara
Indonesia (WNI).
E. Penutup
Analisis terhadap metodologi dan paradigma RUU Cipta Kerja Isi dari RUU
telah dibahas dalam bagian sebelumnya. Bagian ini akan lebih menganalisa apa
sesungguhnya raison d’etre dari RUU Cipta Kerja. Argumentasi akademi RUU ini
dapat dilihat di dalam Naskah Akademik (NA) yang diharapkan dapat menjelaskan
argumentasi filosofis, sosiologis maupun yuridis dari RUU tersebut. Kajian ini
urgensi RUU Cipta Kerja sangat tidak memadai. Terlebih karena metode
yang disusun relatif berdasarkan data statistik yang masih lemah dan perlu diuji
hubungan satu dan lainnya. Secara metode, penyusunan RUU dengan menggunakan
pendekatan omnibus, metode satu untuk semua, perlu dicermati. Di satu sisi metode
ini memiliki beberapa keunggulan untuk dapat dengan cepat merapihkan dan
sisi lain, metode ini menimbulkan komplikasi jika substansi yang diatur sangat luas.
RUU Cipta Kerja menggabungkan 11 (sebelas) kluster yang memiliki corak dan
paradigma hukum yang tak seragam. Sebagaimana terlihat dalam pembahasan per
pengaturan lainnya atau bahkan tumpang tindih. Selain itu, paradigma RUU ini pun
ini adalah kemunduran dari pendekatan pembangunan yang sudah mengarah pada
RUU Cipta Kerja (lihat pembahasan dalam bidang ketenagakerjaan dan izin
berusaha). Lebih lanjut, partisipasi masyarakat atau kelompok sosial lainnya dalam
dalam proses Amdal. Semestinya, partisipasi masyarakat harus dilihat sebagai proses
penting untuk memperoleh lisensi sosial (social lisence) dari masyarakat terkena
dampak, masyarakat terkena pengaruh, dan juga organisasi lingkungan, yang justru
analysis of law), kualitas hukum di suatu negara akan dinilai dari sejauh mana
hukum tersebut mampu memujudkan efisiensi.31 Hukum tidak lagi dinilai dari
pendekatan berbasis risiko. Bersandar pada asumsi Ronald Coase dalam The
perlindungan atas kepemilikan investor dan biaya transaksi sosial dan lingkungan
yang rendah akan membuat para pihak mengadopsi solusi yang paling efisien dalam
antara perusahaan pencemar dan masyarakat korban pencemaran melalui solusi yang
paling murah. Dengan demikian RUU ini secara nafasnya adalah untuk penyediaan
ini sesuai dengan Asas Subsidiaritas Secara yuridis keberadaan RUU ini
Sinar Grafika.
Kebijakan Pemerintah”. Jurnal Ilmu Hukum Syiar Hukum, Vol. XIV No.
Persada.
Citra Aditya Bakti. Ha, Dao dan Nguyen Van Ngoc, Relationship between