Anda di halaman 1dari 6

TOLAK RUU OMNIBUS LAW, HAK BURUH,

HAK CUTI, DAN HAK WANITA.


Oleh
Kajian Aksi dan Strategis
Badan Eksekutif Mahasiswa
FIT – Tel-U
@bemkemafit
Intisari
Omnibus Law, atau perampingan aturan, sesungguhnya terdiri dari beberapa
Rancangan Undang-Undang (RUU), atau yang juga dikenal sebagai 'kluster' terkait beberapa
sektor, di mana secara keseluruhan berpotensi mengubah lebih dari 1.000 pasal dalam 79
Undang-Undang yang berlaku, termasuk UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan.Dalam
wawancara ekslusif dengan BBC pada akhir Januari, Presiden Joko Widodo menargetkan
agar Omnibus Law disahkan pada pertengahan tahun ini.DPR RI telah menetapkan Program
Legislasi Nasional (Prolegnas) 2020 yang terdiri dari 50 RUU yang akan dibahas. Empat
diantaranya adalah RUU yang termasuk dalam kategori 'Omnibus Law', termasuk RUU Cipta
Kerja
Omnibus law adalah suatu Undang-Undang (UU) yang dibuat untuk menyasar satu
isu besar yang mungkin dapat mencabut atau mengubah beberapa UU sekaligus sehingga
menjadi lebih sederhana.Istilah hukum tersebut belakangan ini sedang marak di Indonesia.
Pasalnya, pemerintah Indonesia sedang menyusun omnibus law yang tujuan akhirnya untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Ada tiga hal yang disasar pemerintah, yakni UU
perpajakan, cipta lapangan kerja, dan pemberdayaan UMKM.

A. PENDAHULUAN
a) Latar Belakang
Omnibus Law adalah aturan baru yang sengaja dibikin untuk menggantikan aturan-
aturan yang ada sebelumnya. Bedanya sama aturan bukan omnibus, yang bukan omnibus
fokus mengurusi satu hal dalam satu undang-undang, Kalau yang ada omnibus, dia mengatur
buanyak hal dalam satu undang-undang saja. Pada umumnya, buruh bekerja dalam satu hari
maksimal 7 jam / harinya dan bekerja selama 6 hari dengan dan 1 hari libur yaitu hari
minggu, adapun yang bekerja 5 hari dan libur 2 hari yaitu sabtu dan minggu dengan
tambahan waktu kerja menjadi maksimal 8jam / harinya, dan buruh pun memiliki upah
minimum di kabupaten atau kota, adapun hak hak buruh lainnya, seperti hak cuti, hak hamil,
hak haid, dan banyak hak hak buruh lainnya.
Semua hak pada buruh tersebut sudah tercantumkan dalam undang – undang yang
mengatur libur , pesangon, dan gaji minimum mereka, pada Undang – Undang No.13 Tahun
2003 menyebutkan bahwa jatah istirahat mingguan bisa 1 hari untuk 6 hari kerja, atau 2 hari
untuk 5 hari kerja serta cuti tahunan bisa mencapai 12 cuti untuk perorangannya. Disusunnya
kajian ini untuk mencerdaskan pikiran orang-orang mengenai UU OmniBus Law dikarenakan
memiliki resiko dan dampak kepada masyarakat, khususnya kepada Buruh, Perempuan dan
masih banyak yang terkena dampak dari OmniBus Law ini.

b) Tujuan RUU Omnibus Law


Omnibus Law bertujuan untuk mensimplifikasi UU lainnya, artinya aturan yang
diatur dalam banyak UU dihapus dan kemudian diatur hanya dalam satu UU. 

B. Dampak yang akan terjadi karena OmniBus Law

1. RUU Cipta Kerja


RUU Cipta Kerja ini bertujuan untuk menyerap tenaga kerja Indonesia serta
mendorong pertumbuhan ekonomi. Ada beberapa kritikan yang masuk masalah
perancangan undang-undang yang hanya melibatkan pihak pengusaha dan tidak
melibatkan serikat kerja sehingga secara substantif menjadi berat sebelah.
Walaupun demikian, perubahan tersebut akan berdampak pada ke-dua sisi. “Saya sih
melihatnya dua sisi, baik pengusahanya menjadi tidak pasti karena ada perubahan
sistematika pengupahan, ada perubahan-perubahan yang mendasar terkait pertimbangan
cuti, kemudian pertimbangan pesangon, sementara di pekerjanya juga menciptakan apa
yang disebut job insecurity, jadi tidak ada kepastian kerja.” Kata Bhima dikutip dalam
artikel BBC Indonesia.
2. RUU Perpajakan
RUU Perpajakan ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lewat
tersedianya peraturan yang ramah investasi.
Pertama-tama, kita harus paham dulu apa saja faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Secara sederhana, jika kita merujuk pada salah
satu artikel pada situs Direktorat Jenderal Pajak, nilai pertumbuhan eknomi suatu
negara bisa ditinjau lewat tingkat konsumsi masyarakatnya, belanja pemerintah,
nilai investasi, dan peran dalam perdagangan internasional. Lalu, untuk memberi
pengaruh dan merubah kebijakan sesuai kepentingan dan kebutuhan, pemerintah
akan menggunakan kebijakan fiskal.
Tentu, lewat kebijakan-kebijakan ini, Badan akan menjadi lebih leluasa
menggunakan hasil usaha mereka untuk digunakan kembali demi kepentingan
pengembangan, sejalan dengan tujuan pemerintah untuk meingkatkan daya beli/
tingkat konsumsi sebagai faktor kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang,
seperti Indonesia, juga meningkatkan nilai dan minat investasi di Indonesia.

C. RUU yang sudah diserahkan ke DPR

1. RUU Cipta Kerja


a. Perencanaan Penyerdehanaan dalam RUU Omnibus Law Cipta Kerja ada 11 kluster,
79 UU , 1.244 Pasal . Di bawah ini merupakan penjabaran 11 kluster tersebut.
1. Penyederhanaan Perizininan Tanah
2. Persyaratan investasi
3. Ketenagakerjaan
4. Kemudahan dan perlindungan UMKM
5. Kemudahan berusaha
6. Dukungan riset dan inovasi
7. Administrasi pemerintahan
8. Pengenaan sanksi
9. Pengendaliaan lahan
10. Kemudahan proyek pemerintah
11. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Dari sebelas klaster tersebut, sepuluh di antaranya sudah selesai dibahas. Satu klaster
yang masih alot pembahasannya adalah klaster ketenagakerjaan. Berikut ini beberapa poin
yang akan dibahas dalam RUU Cipta Lapangan Kerja.

1. Mengatur fleksibilitas jam kerja, proses perekrutan, dan pemutusan hubungan kerja
(PHK)
Airlangga mengatakan, prinsip-prinsip fleksibilitas jam kerja (flexible working
hours), kemudahan dalam proses perekrutan (easy hiring) dan PHK (easy firing) masih
dalam pembahasan teknis di Kementerian Ketenagakerjaan. Hal-hal tersebut dinilai akan
menghasilkan iklim investasi dan iklim usaha yang lebih kondusif.
2. Mempermudah perizinan tenaga kerja asing
Seperti dilansir Kompas.com, pemerintah juga akan mempermudah masuknya tenaga
kerja asing (TKA) melalui RUU Cipta Lapangan Kerja. Kemudahan yang diberikan,
antara lain dalam hal izin kerja dan pajak penghasilan yang harus dibayarkan. Nantinya,
TKA hanya perlu membayar pajak atas penghasilannya di Indonesia. Sebelumnya, TKA
dikenakan pajak atas penghasilannya di Indonesia maupun di luar negeri.
3. Sistem pengupahan berbasis jam kerja
Pemerintah juga mengkaji perubahan skema gaji bulanan menjadi pengupahan per
jam untuk mendukung fleksibilitas dalam bekerja. Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah
mengatakan, sistem pengupahan per jam akan diatur dalam RUU Cipta Lapangan Kerja.
Pekerja yang bekerja delapan jam sehari atau 40 jam per minggu akan mendapat upah
bulanan. Adapun pekerja yang bekerja di bawah 35 jam per minggu akan menggunakan
aturan pengupahan per jam. Pekerja yang mendapatkan upah per jam juga dapat bekerja di
lebih dari satu perusahaan. Sistem pengupahan per jam ini dinilai lebih adil.
Pasalnya, pekerja yang rajin akan menerima upah yang lebih besar
dibandingkan dengan pekerja yang sering izin atau tidak masuk kerja.
Pada sistem pengupahan bulanan, pekerja yang rajin dan yang tidak
rajin bisa menerima upah yang sama.
4. Hubungan antara pekerja dan UMKM
RUU Cipta Lapangan Kerja juga akan mengatur tentang hubungan antara pekerja
dengan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berbasis pada kesepakatan kerja. Saat
ini, ada dua jenis perjanjian kerja yang diatur dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, yakni Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan Perjanjian Kerja
Waktu Tidak Tertentu (PKWTT).
2. UU Perpajakan
“RUU ini mengumpulkan seluruh fasilitas-fasilitas perpajakan di dalam satu bagian,
termasuk pengurangan dan pembebasan pajak termasuk pajak PPh [penghasilan], tax
holiday, super deduction untuk vokasi dan research dan development, dan untuk
perusahaan yang melakukan penanaman modal untuk kegiatan padat karya,” katanya di
Kantor Presiden, Jumat (22/11/2019).

a. Perencanaan Penyerdehanaan dalam RUU Omnibus Law Perpajakan ada 6 kluster, 7


UU , 28 Pasal . Di bawah ini merupakan penjabaran 6 kluster tersebut.

1. UU Pajak Penghasilan (PPh)

2. UU Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

3. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)

4. UU Kepabeanan

5. UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD)

6. UU Pemerintah Daerah

Berikut point – point dari ke 6 kluster Perpajakan

1. RUU ini akan mengatur tarif PPh.


RUU ini akan mengubah pengaturan soal PPh, PPn dan KUP. RUU ini akan mengatur
penurunan tarif PPh badan dari 25% pada saat ini menjadi 20% secara bertahap. Adapun,
pemerintah akan menurunkan tariff PPh menjadi 22% dari 25% pada 2021-2022, dan
menjadi 20% pada 2023.
Di samping itu, RUU ini juga akan menurunkan tarif PPh sebesar 3% bagi perusahaan
yang akan go public. Namun, penurunan PPh tersebut hanya berlaku bagi perusahaan yang
go public dengan usia yang menginjak lima tahun.

“Dengan demikian, untuk yang mereka go public, PPh-nya akan turun dari 22%
menjadi 19%. Dan yang go public nanti tahun 2023, mereka akan turun dari 20% menjadi
17% karena turun 3% di bawah tarif,” jelas Sri.

2. Mengimplementasi sistem teritorial

Di mana penghasilan perusahaan dividen luar negeri dibebaskan pajak asal


berinvestasi di Indonesia. 3. Untuk subjek pajak pribadi untuk orang Indonesia yang
bekerja di luar negeri lebih dari 183 hari bisa jadi subjek pajak luar negeri. Begitu juga
untuk yang orang luar negeri tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari, pembayaran PPh di
dalam negeri hanya untuk pendapatan yang berasal dari Indonesia saja.

3. Untuk subjek pajak pribadi

untuk orang Indonesia yang bekerja di luar negeri lebih dari 183 hari bisa jadi subjek
pajak luar negeri. Begitu juga untuk yang orang luar negeri tinggal di Indonesia lebih dari
183 hari, pembayaran PPh di dalam negeri hanya untuk pendapatan yang berasal dari
Indonesia saja.

4. Meningkatkan kepatuhan perpajakan

pemerintah mengatur ulang sanksi dan bunga denda. Tadinya bunga denda
pembayaran pajak sebesar 2 persen untuk 24 bulan. Sementara di dalam omnibus law
bunga denda sebesar bunga yang berlaku di pasar.

5. Menerapkan pajak elektronik

Untuk perusahaan digital luar negeri yang tidak memiliki badan usaha tetap di
Indonesia tetap dipungut pajaknya. Pemerintah juga menunjuk perusahaan-perusahaan
digital untuk memungut pajak dari pengguna layanannya.

6. Insetif Pajak

insentif-insentif pajak seperti tax holiday, super deduction, tax allowance, Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK), PPh untuk surat berharga, dan insentif pajak daerah dari Pemda.

Anda mungkin juga menyukai