A. PENDAHULUAN
a) Latar Belakang
Omnibus Law adalah aturan baru yang sengaja dibikin untuk menggantikan aturan-
aturan yang ada sebelumnya. Bedanya sama aturan bukan omnibus, yang bukan omnibus
fokus mengurusi satu hal dalam satu undang-undang, Kalau yang ada omnibus, dia mengatur
buanyak hal dalam satu undang-undang saja. Pada umumnya, buruh bekerja dalam satu hari
maksimal 7 jam / harinya dan bekerja selama 6 hari dengan dan 1 hari libur yaitu hari
minggu, adapun yang bekerja 5 hari dan libur 2 hari yaitu sabtu dan minggu dengan
tambahan waktu kerja menjadi maksimal 8jam / harinya, dan buruh pun memiliki upah
minimum di kabupaten atau kota, adapun hak hak buruh lainnya, seperti hak cuti, hak hamil,
hak haid, dan banyak hak hak buruh lainnya.
Semua hak pada buruh tersebut sudah tercantumkan dalam undang – undang yang
mengatur libur , pesangon, dan gaji minimum mereka, pada Undang – Undang No.13 Tahun
2003 menyebutkan bahwa jatah istirahat mingguan bisa 1 hari untuk 6 hari kerja, atau 2 hari
untuk 5 hari kerja serta cuti tahunan bisa mencapai 12 cuti untuk perorangannya. Disusunnya
kajian ini untuk mencerdaskan pikiran orang-orang mengenai UU OmniBus Law dikarenakan
memiliki resiko dan dampak kepada masyarakat, khususnya kepada Buruh, Perempuan dan
masih banyak yang terkena dampak dari OmniBus Law ini.
Dari sebelas klaster tersebut, sepuluh di antaranya sudah selesai dibahas. Satu klaster
yang masih alot pembahasannya adalah klaster ketenagakerjaan. Berikut ini beberapa poin
yang akan dibahas dalam RUU Cipta Lapangan Kerja.
1. Mengatur fleksibilitas jam kerja, proses perekrutan, dan pemutusan hubungan kerja
(PHK)
Airlangga mengatakan, prinsip-prinsip fleksibilitas jam kerja (flexible working
hours), kemudahan dalam proses perekrutan (easy hiring) dan PHK (easy firing) masih
dalam pembahasan teknis di Kementerian Ketenagakerjaan. Hal-hal tersebut dinilai akan
menghasilkan iklim investasi dan iklim usaha yang lebih kondusif.
2. Mempermudah perizinan tenaga kerja asing
Seperti dilansir Kompas.com, pemerintah juga akan mempermudah masuknya tenaga
kerja asing (TKA) melalui RUU Cipta Lapangan Kerja. Kemudahan yang diberikan,
antara lain dalam hal izin kerja dan pajak penghasilan yang harus dibayarkan. Nantinya,
TKA hanya perlu membayar pajak atas penghasilannya di Indonesia. Sebelumnya, TKA
dikenakan pajak atas penghasilannya di Indonesia maupun di luar negeri.
3. Sistem pengupahan berbasis jam kerja
Pemerintah juga mengkaji perubahan skema gaji bulanan menjadi pengupahan per
jam untuk mendukung fleksibilitas dalam bekerja. Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah
mengatakan, sistem pengupahan per jam akan diatur dalam RUU Cipta Lapangan Kerja.
Pekerja yang bekerja delapan jam sehari atau 40 jam per minggu akan mendapat upah
bulanan. Adapun pekerja yang bekerja di bawah 35 jam per minggu akan menggunakan
aturan pengupahan per jam. Pekerja yang mendapatkan upah per jam juga dapat bekerja di
lebih dari satu perusahaan. Sistem pengupahan per jam ini dinilai lebih adil.
Pasalnya, pekerja yang rajin akan menerima upah yang lebih besar
dibandingkan dengan pekerja yang sering izin atau tidak masuk kerja.
Pada sistem pengupahan bulanan, pekerja yang rajin dan yang tidak
rajin bisa menerima upah yang sama.
4. Hubungan antara pekerja dan UMKM
RUU Cipta Lapangan Kerja juga akan mengatur tentang hubungan antara pekerja
dengan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berbasis pada kesepakatan kerja. Saat
ini, ada dua jenis perjanjian kerja yang diatur dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, yakni Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan Perjanjian Kerja
Waktu Tidak Tertentu (PKWTT).
2. UU Perpajakan
“RUU ini mengumpulkan seluruh fasilitas-fasilitas perpajakan di dalam satu bagian,
termasuk pengurangan dan pembebasan pajak termasuk pajak PPh [penghasilan], tax
holiday, super deduction untuk vokasi dan research dan development, dan untuk
perusahaan yang melakukan penanaman modal untuk kegiatan padat karya,” katanya di
Kantor Presiden, Jumat (22/11/2019).
4. UU Kepabeanan
6. UU Pemerintah Daerah
“Dengan demikian, untuk yang mereka go public, PPh-nya akan turun dari 22%
menjadi 19%. Dan yang go public nanti tahun 2023, mereka akan turun dari 20% menjadi
17% karena turun 3% di bawah tarif,” jelas Sri.
untuk orang Indonesia yang bekerja di luar negeri lebih dari 183 hari bisa jadi subjek
pajak luar negeri. Begitu juga untuk yang orang luar negeri tinggal di Indonesia lebih dari
183 hari, pembayaran PPh di dalam negeri hanya untuk pendapatan yang berasal dari
Indonesia saja.
pemerintah mengatur ulang sanksi dan bunga denda. Tadinya bunga denda
pembayaran pajak sebesar 2 persen untuk 24 bulan. Sementara di dalam omnibus law
bunga denda sebesar bunga yang berlaku di pasar.
Untuk perusahaan digital luar negeri yang tidak memiliki badan usaha tetap di
Indonesia tetap dipungut pajaknya. Pemerintah juga menunjuk perusahaan-perusahaan
digital untuk memungut pajak dari pengguna layanannya.
6. Insetif Pajak
insentif-insentif pajak seperti tax holiday, super deduction, tax allowance, Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK), PPh untuk surat berharga, dan insentif pajak daerah dari Pemda.