Anda di halaman 1dari 5

Undang-undang Cipta Kerja dan Kemudahan Investasi dan Birokrasi pada UMKM

untuk Menekan Jumlah Pengangguran dan Kemiskinan

Ega Kurnia Akbar Siregar (170502118)

Mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

Dengan menduduki peringkat keempat sebagai negara berpenduduk terpadat di


Dunia, Indonesia tentunya sering dibenturkan dengan masalah-masalah dari berbagai
aspek. BPS dalam harian Tempo, bahkan mengatakan dengan melihat proyeksi
pertambahan penduduk setiap tahunnya, jumlah penduduk Indonesia diprediksi akan
mencapai 319 juta jiwa pada tahun 2045. Persoalan ekonomi menjadi salah satu
momok yang akan terus membayangi di antara angkatan kerja yang juga akan tinggi,
sementara lapangan pekerjaan di Indonesia masih sangat minim. Menurut data BPS,
survei angkatan kerja di Indonesia tahun 2019 sebanyak 139,18 juta, naik 2,24 juta
dibandingkan tahun 2018. Bayangkan berapa banyak angkatan kerja di tahun 2045 itu?

Hampir seluruh lapisan masyarakat di Indonesia pernah mendengar kemajuan


pesat dari bisnis dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Sektor bisnis yang
memiki banyak fase perkembangan ini menjadi salah satu penopang kemajuan
perekonomian di republik ini. Dalam kurun waktu tertentu, berbagai macam perusahaan
yang tergolong dalam bagian UMKM dapat menyelesaikan permasalahan
pengangguran dengan menyerap tenaga kerja yang tidak sedikit. Kemampuan yang
dimiliki sektor usaha ini membuat Pemerintah dan stakeholders semakin tertarik untuk
ikut berperan dalam transformasi bisnis yang terjadi. Pengusaha-pengusaha pun dapat
melakukan penyesuaian dengan cepat ketika terjadi perubahan dari sistem yang
konvensional ke sistem yang lebih sederhana dan efektif. Begitu banyaknya perubahan
yang terjadi pada UMKM bukan berarti dalam operasinya tidak memiliki masalah serta
risiko. Salah satunya adalah kemampuan pengelola usaha dalam mendapatkan dana
dan kemungkinan untuk mendapat kerjasama investasi dengan stakeholder UMKM
tersebut.

Akhir-akhir ini Omibus Law Undang – undang Cipta Kerja telah disahkan oleh
DPR-RI sebagai payung hukum untuk mempermudah jalannya investasi di Indonesia
dengan berbagai penyederhanaan dan berbagai macam ketentuan yang tidak terlalu
memberatkan bagi para investor maupun pelaku usaha. Essay ini membahas tentang
“bagaimana UU Cipta Kerja dalam merangsang performa bisnis UMKM baik
dalam hal investasi maupun penyerapan tenaga kerja.”.

Sebelum ke pokok bahasan penulis akan menyertakan berbagai teori mengenai


topic yang akan dibahas, yaitu:

 Investasi menurut Martono dan D.Agus Marjito (2002) adalah penanaman dana
yang dilakukan oleh suatu perusahaan kedalam suatu asset (aktiva) dengan
harapan memperoleh pendapatan dimasa yang akan datang. Sedangkan
pengertian investasi menurut Boediono adalah pengeluaran oleh sektor
produsen (swasta) untuk pembelian barang dan jasa untuk menambah stok yang
digunakan atau untuk perluasan pabrik. Hal ini berarti investasi erat halnya pada
penambahan sumber daya suatu usaha dengan harapan memperoleh
keuntungan yang lebih banyak, tentunya juga mampu berimbas pada
pendapatan suatu negara dimana kegiatan investasi tersebut dilaksanakan..
 Birokrasi menurut Marx Weber adalah suatu bentuk organisasi yang
penerapannya berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai. Birokrasi ini
dimaksudkan sebagai suatu sistem otoritas yang ditetapkan secara rasional oleh
berbagai macam peraturan untuk mengorganisir pekerjaan yang dilakukan oleh
banyak orang. Organisasi yang menjalankan sistem birokrasi biasanya memiliki
prosedur dan aturan yang ketat sehingga dalam proses operasionalnya
cenderung kurang fleksibel dan kurang efisien. Meskipun ada anggapan bahwa
birokrasi identik dengan inefisiensi, pemborosan, dan kemalasan, faktanya
sistem birokrasi diperlukan agar proses operasional berjalan sesuai dengan
aturan yang telah ditentukan.
 UMKM menurut M. Kwartono adalah kegiatan ekonomi rakyat yang punya
kekayaan bersih maksimal Rp 200.000.000,- dimana tana dan bangunan tempat
usaha tidak diperhitungkan. Atau mereka yang punya omset penjualan tahunan
paling banyak Rp1.000.000.000,- dan milik Warga Negara Indonesia.
Masalah Perizinan UMKM

Dilansir dari Detik.com, Omnibus Law Cipta Kerja mengatur soal kemudahan
berusaha hingga perlindungan bagi para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) dan koperasi. Semua itu tertera dalam bab 5 draft final UU tersebut.

Menurut Ketua Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Ikhsan Ingratubun,


beberapa poin Omnibus Law Cipta Kerja memberi keuntungan bagi para pelaku UMKM.
Salah satunya soal pengurusan izin berusaha, kini cukup dengan KTP saja.

Omnibus Law Cipta Kerja juga memberikan kemudahan bagi UMKM untuk
mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB). Caranya dengan memberikan kepastian
dan juga mempercepat proses perizinan saat melakukan pendaftaran melalui OSS
(Online Single Submission).

"Kalau saat ini ya, dalam pandemi dengan adanya Omnibus Law itu kan ada
terkait dengan izin cukup dengan KTP bisa masuk di OSS (Online Single Submission),
itu bisa dapat NIB," ujar Ikhsan kepada detikcom, Senin (12/10/2020).

NIB ini nantinya bisa dipakai untuk mengurus hal-hal lainnya terutama segala
urusan yang terkait dengan lembaga keuangan baik perbankan maupun non
perbankan.

"Setelah punya NIB itu bisa ke mana saja, bisa ke lembaga keuangan, bisa
sudah mempunyai izinlah berusaha, lebih memudahkan perizinan dan manfaat-manfaat
terkait lembaga keuangan baik perbankan atau non perbankan itu bisa diraih dengan
adanya izin itu," tambahnya.

Sistem perizinan melalui OSS ini memang sudah ada sebelum Omnibus Law
Cipta Kerja. Namun sebelumnya OSS masih terbentur oleh tumpang tindih aturan antar
kementerian/lembaga hingga antar pemerintah pusat dan daerah. Lewat Omnibus Law
Cipta Kerja, proses OSS bisa dipercepat.
"Yang sebelumnya kalau kita meminta perizinan kita harus melalui RT, RW,
Kelurahan, Kecamatan, baru dapat NIB diselingi dengan KTP dan macam-macam lah,
kalau sekarang hanya melalui OSS hanya dengan KTP dan menyebutkan usaha kita itu
langsung dapat NIB," tuturnya.

Lalu, terkait NIB, sebelumnya UMKM wajib memiliki yang namanya Izin usaha
mikro kecil (IUMK) yang membutuhkan lebih banyak persyaratan ketimbang pembuatan
NIB. Untuk memperoleh IUMK, pelaku usaha harus menyiapkan KTP, surat pengantar
dari RT atau RW terkait dengan lokasi usaha, foto kopi kartu keluarga, pas foto warna
berukuran 4×6 sebanyak 2 lembar, formulir IUMK yang telah diisi, meliputi nama, nomor
KTP, nomor telepon, alamat, kegiatan usaha, sarana usaha, dan jumlah modal usaha.

"Dengan adanya OSS sudah habis, sudah tidak perlu itu lagi, langsung NIB aja
secara online, kalau IUMK kan tidak online," ucapnya.

Masalah Permodalan

Dilansir dari Warta Ekonomi, Pengamat kebijakan publik Trubus Rahadiansyah


menyatakan RUU Cipta Kerja dapat memberikan kemudahan permodalan bagi pelaku
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Dia mengatakan hal itu
terjadi karena UMKM akan dikelola oleh pusat.

"RUU Cipta Kerja akan memberikan perlindungan yang lebih kepada UMKM dan
koperasi. Karena semuanya kan ada dikelola oleh pusat," ujar Trubus saat dihubungi.

Trubus menuturkan dukungan penuh dari pusat terhadap UMKM


sebagaimana diatur dalam RUU Cipta Kerja akan mempercepat pertumbuhan
UMKM. Terlebih, dia mengatakan proses berusaha UMKM akan lebih mudah
karena RUU Cipta Kerja akan merangkum berbagai peraturan yang selama ini
menghambat. Lebih lanjut, Trubus secara spesifik menyampaikan bahwa RUU Cipta
Kerja secara otomatis akan mempermudah permodalan UMKM. Dia mengatakan
modal adalah kendala yang dihadapi UMKM saat ini.
"Jadi permodalan ini dengan RUU ini omnibuslaw ini akan lebih mudah.
Karena ini kan persoalannya pinjaman misalnya mau modal. UMKM itu kan
terkendala aturan bank. Yang lebih sektoral lah aturan ini," ujarnya.

Trubus menambhakan UMKM adalah garda terdepan perekonomian bangsa. Dia


mencatat 90 persen orang bekerja di sektor UMKM. 

"Jadi otomatis kalau UMKM ini mudah berkembang, mendapatkan permodalan,


mudah dalam mengembangkan tempat lain itu otomatis lapangan pekerjaan jadi
lebih lebar. Memang tujuan sebenarnya RUU Cipta Kerja ini lebih mengarah ke
bagaimana peluang dalam soal pekerjaan itu, artinya lowongan pekerjaan," ujarnya.

Kesimpulannya UU Ominibus Law merupakan salah satu kesempatan bagi


pelaku UMKM untuk mengembangkan usahanya, dengan adnya kemudahan dalam
segi investasi dan birokrasi yang sudah dipermudah. Hasil akhirnya ialah
penyerapan tenaga kerja yang yang optimal demi mengatasi kemiskinan.

Anda mungkin juga menyukai