Anda di halaman 1dari 5

Nama : I Gede Eka Dharma Wicaksana

Kelas : V B Akuntansi Pagi


Nim : 1902022339
Mata Kuliah : Koperasi & Umkm
DOSEN : Dr. I Made Suasti Puja, SE.M.Fil.H

è Mengkaji/Menganalisa Undang-Undang Cipta Kerja (Omnibuslaw) Koperasi


Pembangunan Koperasi di Indonesia dari masa ke masa penuh dengan dinamika yang
tampak pada arah kebijakan pemerintah dalam pembangunan Koperasi yang terus mengalami
perubahan. Tercatat, sejak awal kemerdekaan sampai dengan sekarang Perundang-undangan
yang mengatur mengenai Koperasi telah mengalami 5 (lima) kali fase perubahan. Ditambah
dengan Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja maka pengaturan mengenai Koperasi
sudah genap mengalami 6 (enam) kali fase perubahan. Tampaknya, Koperasi di Indonesia
sedang mencari format idealnya.
Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja adalah kebijakan strategis “Cipta Kerja” yang
dilakukan Presiden Jokowi untuk menciptakan lapangan kerja yang seluas-luasnya bagi
rakyat Indonesia secara merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
dalam rangka memenuhi hak atas penghidupan yang layak melalui kemudahan dan
perlindungan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) serta perkoperasian, peningkatan
ekosistem investasi, kemudahan berusaha, peningkatan perlindungan dan kesejahteraan
pekerja, investasi Pemerintah Pusat dan percepatan proyek strategis nasional. Salah satu asas
yang melandasi kebijakan strategis “Cipta Kerja” adalah kemudahan berusaha.
Asas kemudahan berusaha memiliki arti bahwa penciptaan kerja yang didukung dengan
proses berusaha yang sederhana, mudah, dan cepat akan mendorong peningkatan investasi,
pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah serta perkoperasian untuk memperkuat
perekonomian yang mampu membuka seluas-luasnya lapangan kerja bagi rakyat
Indonesia.Koperasi Indonesia yang sudah berusia 73 tahun saat ini memiliki format baru.
Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja mengubah beberapa ketentuan dalam Undang-
Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
A. Pertama, syarat minimal jumlah pendiri dalam Koperasi Primer. Ketentuan Pasal 6
Undang-Undang Perkoperasian diubah sehingga berbunyi:
1) Koperasi Primer dibentuk paling sedikit 3 (tiga) orang, Sebelumnya, Koperasi
Primer dalam Undang-Undang PerKoperasian adalah Koperasi yang didirikan
oleh dan beranggotakan orang-seorang dan minimal dibentuk sekurang-
kurangnya oleh 20 (dua puluh) orang. Namun, dalam Omnibus Law Undang-
Undang Cipta Kerja minimal 3 (tiga) orang untuk mendirikan Koperasi.
2) Koperasi Sekunder dibentuk oleh paling sedikit 3 (tiga). Koperasi Sekunder
baik di dalam Undang-Undang PerKoperasian maupun dalam Omnibus Law
tetap sama yaitu minimal 3 Koperasi. Perubahan tersebut merupakan
konseptualisasi asas kemudahan berusaha dalam norma perkoperasian. Untuk
mendirikan Koperasi dipermudah minimal 3 orang. Hal itu dilakukan dengan
tujuan untuk memudahkan pendirian Koperasi di Indonesia dengan harapan
lahirnya Koperasi-Koperasi baru penggerak ekonomi dan menciptakan lapangan
kerja.
B. Kedua, penegasan mengenai sistem perwakilan dalam Rapat Anggota Koperasi. Pada
dasarnya, sistem perwakilan dalam Rapat Anggota sudah diatur dalam Peraturan
Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah No. 19/PER/M.KUKM/IX/2015
tentang Penyelenggaraan Rapat Anggota Koperasi. Namun, hal itu dipertegas dalam
Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja yang menyebutkan bahwa ketentuan
Pasal 22 Undang-Undang Perkoperasian diubah sehingga berbunyi: (1) Rapat
Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam Koperasi; (2) Rapat
Anggota dihadiri oleh anggota; (3) Kehadiran anggota sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat dilakukan melalui sistem perwakilan: dan (4) Ketentuan mengenai rapat
anggota diatur dalam Anggaran Dasar/Rumah Tangga. Sampai dengan saat ini, masih
sedikit Koperasi yang menggelar Rapat Anggota Tahunan (RAT). Hal ini lantaran
minimnya partisipasi anggota dalam RAT. Disatu sisi, RAT adalah media
pengawasan dan pengendalian Koperasi secara internal oleh anggota. Misalkan, ketika
terjadi penyimpangan, anggota dapat mengetahui sehingga pengurus Koperasi bisa
segera mempertanggungjawabkan hal tersebut. Selain itu, RAT adalah unsur penentu
keberhasilan Koperasi.
C. Ketiga, Koperasi dapat melaksanakan usaha berdasarkan prinsip syariah. Pengaturan
mengenai pengelolaan Koperasi berdasarkan prinsip syariah sudah diatur dalam
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No.1
l/PER/M.KUKM/XII/2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi. Dalam Omnibus Law Undang-Undang Cipta
Kerja menyebutkan bahwa ketentuan Pasal 43 Undang-Undang PerKoperasian diubah
sehingga berbunyi : (1) Usaha Koperasi adalah usaha yang berkaitan langsung dengan
kepentingan anggota untuk meningkatkan usaha dan kesejahteraan anggota; (2)
Kelebihan kemampuan pelayanan Koperasi dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat yang bukan anggota Koperasi: (3) Koperasi menjalankan
kegiatan usaha dan berperan utama di segala bidang kehidupan ekonomi rakyat; (4)
Koperasi dapat melaksanakan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Pengaturan mengenai Koperasi dapat melaksanakan usaha berdasarkan prinsip syariah
semakin mempertegas, bahwa semua jenis usaha Koperasi yang tidak sebatas pada usaha
simpan pinjam dapat dikelola berdasarkan prinsip syariah. Pengaturan tersebut merupakan
konseptualiasi asas kepastian hukum dan kebersamaan yang tertuang dalam Omnibus Law
Undang-Undang Cipta Kerja. Kebersamaan memiliki arti bahwa penciptaan kerja dengan
mendorong peran seluruh dunia usaha dan usaha mikro, kecil, dan menengah termasuk
Koperasi secara bersama-sama dalam kegiatannya untuk kesejahteraan rakyat. Pengaturan
mengenai Koperasi dalam Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja seakan menjadi isyarat
masih perlunya upaya masif untuk mendorong iklim berKoperasi dalam masyarakat.
Harapannya, dengan format baru Koperasi membawa angin segar perKoperasian Indonesia.

è Dasar Hukum
Undang – undang terkait UMKM dan perkoperasian yang diubah dalam pasal ini,
yaitu:
è UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
è UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
è UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
è UU Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau
Kecil.
è UU Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan.
è UU Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
è UU Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus.

Poin – poin perubahan dalam RUU Cipta Kerja bidang UMKM dan Perkoperasian

Aturan Awal Perubahan pada RUU Cipta Kerja

UU No 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil, Pasal
22A
Izin lokasi dan izin pengelolaan Perizinan berusaha diberikan kepada koperasi.
diberikan pada koperasi.
UU No 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil, Pasal
22B
Koperasi yang mengajukan izin Koperasi yang mengajukan pemanfaatan laut
pengelolaan harus memenuhi syarat wajib memenuhi perizinan berusaha dari
teknis, administrasi, dan operasional. pemerintah pusat.
UU No 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, Pasal 11 (3)
Untuk wilayah yang belum Koperasi dalam melakukan usaha penyediaan
mendapatkan pelayanan listrik, listrik untuk kepentingan umum wajib
pemerintah memberi kesempatan kepada mengutamakan produk dan potensi dalam negeri.
koperasi sebagai penyelenggara usaha
penyediaan tenaga listrik terintegrasi.
UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 13
(1) Pemerintah wajib menetapkan bidang (1) Pemerintah pusat memberikan kemudahan,
usaha yang dicadangkan untuk pemberdayaan, dan perlindungan bagi
UMKM dan koperasi serta bidang UMKM dan koperasi dalam pelaksanaan
usaha yang terbuka untuk usaha besar penanaman modal.
dengan syarat harus bekerja sama (2) Pembinaan dan pengembangan UMKM dan
dengan UMKM dan koperasi. koperasi melalui program kemitraan,
(2) Pemerintah melakukan pembinaan pelatihan sumber daya manusia, peningkatan
dan pengembangan UMKM dan daya saing, pemberian dorongan inovasi dan
koperasi melalui program kemitraan, perluasan pasar, akses pembiayaan, serta
peningkatan daya saing, pemberian penyebaran informasi yang seluas – luasnya.
dorongan inovasi dan perluasan
pasar, serta penyebaran informasi
yang seluas – luasnya.
UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Pasal 6
(1) Berisi kriteria usaha mikro (1) Kriteria UMKM paling sedikit memuat
menyangkut nominal kekayaan indikator kekayaan bersih, hasil penjualan
bersih dan hasil penjualan. tahunan, nilai investasi, dan jumlah tenaga
(2) Berisi kriteria usaha kecil kerja sesuai dengan kriteria setiap sektor
menyangkut nominal kekayaan usaha.
bersih dan hasil penjualan. (2) Ketentuan lebih lanjut mengeni kriteria
(3) Berisi kriteria usaha menengah UMKM diatur dengen peraturan pemerintah.
menyangkut nominal kekayaan
bersih dan hasil penjualan.
(4) Kriteria pada ayat 1,2, dan 3 dapat
diubah sesuai dengen perkembangan
perekonomian yang diatur dengan
Peraturan Presiden.
UU No 38 Tahun 2004 tentang Jalan
Disisipkan Pasal 53A berbunyi :
(1) Jalan tol antarkota harus dilengkapi dengan tempat istirahat dan pelayanan untuk
kepentingan pengguna jalan tol.
(2) Pengusahaan tempat istirahat dan pelayanan sebagaimana dimaksud pada Ayat 1
dilakukan dengan partisipasi usaha mikro dan kecil melalui pola kemitraan.
UU No 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Pasal 6 (1)
Koperasi primer dibentuk oleh sekurang Koperasi primer dibentuk paling sedikit 3 orang.
– kurangnya 20 orang.
UU No 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Pasal 22
(1) Rapat anggota merupakan pemegang (1) Rapat anggota merupakan pemegang
kekuasaan tertinggi dalam koperasi. kekuasaan tertinggi dalam koperasi.
(2) Rapat anggota dihadiri oleh anggota (2) Rapat anggota dihadiri oleh anggota.
yang pelaksanaannya diatur dalam (3) Kehadiran anggota dapat dilakukan melalui
anggaran dasar. sistem perwakilan.
(4) Ketentuan mengenai rapat anggota diatur
dalam anggaran dasar/rumah tangga.
UU No 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Pasal 43
Penambahan Ayat 4 berbunyi :
(4) Koperasi dapat melaksanakan usaha berdasarkan prinsip syariah.
UU No 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 5 (2)
Dalam hal usulan diajukan oleh badan Badan usaha terdiri atas BUMN, BUMD,
usaha, usulan disampaikan melalui koperasi dan badan usaha swasta berbentuk
pemerintah daerah secara bertingkat. perseroan terbatas atau badan usaha patungan
atau konsorsium.

è Syarat Kemudahan
Teten Masuduk (Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM))
Mengatakan bahwa UU Cipta Kerja ini memberikan kemudahan dalam masalah utama
UMKM dan akses pembiayaan, akses pasar dan pengembangan usaha. Adapun
kemudahan yang berikan berupa:
1. Kemudahan bagi UMKM pada akses pembiayaan
Selama ini, akses UMKM kepada perbankan tegolong masih sangat rendah yakni
11%. Sebagian besar UMKM memang tidak memiliki aset, sehingga kesulitan
untuk mengakses pembiayaan bank. Lewat UU Cipta Kerja kegiatan usaha kini
bisa dijadikan aset UMKM.
2. Kemudahan bagi UMKM pada Perizinan
Dalam hal ini Menkop UKM menuturkan bahwa UU Cipta Kerja ini mengurangi
syarat anggota pembentukan koperasi dari semula 20 orang menjadi 9 orang.
Selain itu untuk pembentukan PT tidak harus ada penyertaan modal. UU Cipta
Kerja juga menggratiskan UMKM untuk mendapatkan sertifikasi halal dan
dilakukan dimanapun.
3. UMKM diberi kemudahan akses pemasaran
UU Cpita Kerja memberikan tempat usaha lebih latyak kepada UMKM, seperti di
stasiun, terminal. Bandara, dan tempat publik premium lainnya. Teknisnya akan
diatur dalam peraturan pemerintah (PP).
4. UMKM juga diberikan kemudahan digitalisasi
UU Cipta Kerja juga memperkuat digitalisasi UMKM melalui program
pendampingan inkubasi.

Anda mungkin juga menyukai