Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KELOMPOK

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 1


PENJUALAN ANGSURAN
Dosen Pengempu: Putu Nuniek, S.E.,M.Si

OLEH:

I GEDE EKA DHARMA WICAKSANA (1902022339)

FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN PARIWISATA


TAHUN AJARAN 2019/2020
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan
dan bantuan dari pihak lain, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Karena itu, sudah
sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan dan bimbingan kepada penulis setiap saat.
Penulis sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang
lebih baik lagi. Harapan penulis, semoga makalah yang sederhana ini dapat berguna bagi kita
semua.

Denpasar, Februari 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................................1


1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................1
1.3 TUJUAN.....................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................2

2.1 PENJUALAN ANGSURAN BARANG-BARANG TAK BERGERAK.....................................2


2.2 PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN...............................................................................3
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................5

3.1 KESIMPULAN.....................................................................................................................5
3.2 SARAN.................................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................6

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penjualan angsuran adalah penjualan barang atau jasa yang dilaksanakan dengan
perjanjian dimana pembayaran dilakukan secara bertahap atau berangsur. Biasanya pada saat
barang atau jasa diserahkan kepada pembeli, penjual menerima uang muka (down payment)
sebagai pembayaran pertama dan sisanya diangsur dengan beberapa kali angsuran. Karena
penjualan harus menunggu beberapa periode untuk menagih seluruh piutang penjulannya,
maka biasanya pihak penjual akan membebankan bunga atas saldo yang belum diterimanya.

Resiko atas tidak tertagihnya piutang usaha angsuran ini sangat tinggi, mungkin saat
akan dilakukan penjualan angsuran telah dilakukan survai atas pembeli dan memperoleh hasil
yang baik. Karena penagihan piutang usaha angsuran memakan waktu yang cukup lama
(beberapa periode), hal tersebut kemungkinan dapat merubah hasil survai yang telah
dilakukan semula terhadap pembeli. Untuk menghindari hal-hal demikian, penjual biasanya
akan membuat kontrak jual beli (security agreement), yang memberikan hak kepada penjual
untuk menarik kembali barang yang telah di jual dari pembeli.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimanakah penjualan angsuran barang – barang tak bergerak?
2. Bagaimanakah cara penyajian laporan keuangan penjualan angsuran?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui penjualan angsuran barang – barang tak bergerak
2. Untuk mengetahui penyajian laporan keuangan penjualan angsuran

3
BAB 2

“PEMBAHASAN”

2.1 Penjualan Angsuran untuk Barang-barang Tak Bergerak

Untuk mengurangi barang angsuran tersebut dari resiko terbakar atau hilang,
pihak penjual dapat menetapkan syarat bagi pembeli agar barang angsuran tersebut
diasuransikan untuk kepentingkan pihak penjual. Premi asuransi ditanggung oleh
pembeli, jika barang angsuran hilang atau terbakar, pihak asuransi akan membayar ganti
rugi kepada penjual dan bukan pembeli. Kadang kala mungkin jiwa dari pembeli
diwajibkan oleh penjual untuk diasuransikan dengan premi auransi atas tanggungan si
pembeli.

Jadi untuk melindungi kepentingan penjual dari kemungkinan tidak ditepatinya


kewajiban-kewajiban oleh pihak pembeli, maka terdapat beberapa bentuk perjanjian atau
kontrak penjualan angsuran, sebagai berikut :

1. Perjanjian penjualan bersyarat (conditional sales contract), di mana barang-barang


telah diserahkan, tetapi hak atas barang-barang masih berada di tangan penjual sampai
seluruh pembayarannya sudah lunas.

2. Pada saat perjanjian ditandatangani dan pembayaran pertama telah dilakukan, hak
milik dapat diserahkan kapada pembeli, tetapi dengan menggadaikan atau
menghipotikan untuk bagian harga penjualan yang belum dibayar kapada si penjual.

3. Hak milik atas barang-barang untuk sementara diserahkan kepada suatu badan “trust”
(trustee) sampai pembayaran harga penjualan dilunasi. Setelah pembayaran lunas oleh
pembeli, baru trustee menyerahkan hak atas barang-barang itu kepada pembeli.
Perjanjian semacam ini dilakukan dengan membuat akta kepercayaan (trust deed /
trust indenture).

4. Beli sewa (lease-purchase) dimana barang-barang yang telah diserahkan kepada


pembeli. Pembayaran angsuran dianggap sewa sampai harga dalam kontrak telah
dibayar lunas, baru sesudah itu hak milik berpidah kepada pembeli.

Penjualan angsuran dengan bentuk-bentuk perjanjian tersebut di atas dilaksanakan


untuk barang-barang tidak bergerak / barang yang bukan barang dagang, seperti : gedung,
tanah, dan aktiva-aktiva tetap lainnya. Apabila terjadi tidak dipenuhinya kewajiban-
kewajiban oleh pembeli, maka penjual tetap memiliki hak untuk memiliki kembali barang
yang dijualnya, tetapi nilainya sisa barang itu mungkin akan lebih rendah dari nilai barang

4
berdasarkan perhitungan yang sesuai dengan perjanjian yang ada sehingga pemilikan
kembali tersebut dapat menimbulkan kerugian.

Untuk mengurangi kemungkinan kerugian yang terjadi pemilikan kembali, maka


faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh penjual adalah sebagai berikut :

1. Besarnya pembayaran pertama atau down payment harus cukup untuk menutup
besarnya semua kemungkinan terjadinya penurunan harga barang tersebut dari semula
barang baru menjadi barang bekas

2. Jangka waktu pembayaran di antara angsuran yang satu dengan yang lain hendaknya
tidak terlalu lama, kalau dapat tidak lebih dari satu bulan.

3. Besarnya pembayaran angsuran periodik harus diperhitungkan cukup untuk menutup


kemungkinan penurunan nilai barang-barang yang ada selama jangka pembayaran
yang satu dengan pembayaran angsuran berikut.

- Penjualan angsuran barang- barang tak bergerak

Perbedaan antara harga penjualan dengan harga pokoknya dicatat sebagai “Laba
Kotor yang Belum Direalisasi”. Diakui dengan memindahkan sebagian saldo rekening
“Laba Kotor yang Belum Direalisasi” ke dalam rekening “Realisasi Laba Kotor”.

Contoh 1:
PT SENTANA bergerak dalam bidang jual beli harta tak bergerak, menjual rumah
kepada Tn. Hartono seharga Rp 2.500.000, harga pokoknya Rp 1.500.000.
Pembayaran pertama(down payment) sebesar Rp 500.000. PT SENTANA dan Tn.
Hartono sepakat menghipotikkan rumah tersebut dari Tn. Hartono kepada PT
SENTANA sebesar Rp 2.000.000. Akte hipotik ditanda-tangani pada 1 September
1980 dibayar dalam jangka 5 tahun, pembayaran tiap ½ tahun @Rp 200.000 dengan
bunga hipotik 12% setahun. Biaya lain untuk menyelesaikan akte sejumlah Rp
50.000. Jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi yaitu:

5
Jurnal
Transaksi Laba diakui secara proporsional dengan
Laba diakui pada periode penjualan
jumlah penerimaan angsuran

1 September 1980 : Piutang (Tn Hartono) 2.500.000,00 Piutang (Tn Hartono) 2.500.000,00
1) Dijual sebuah rumah dengan harga Rp Rumah 1.500.000,00 Rumah 1.500.000,00
2.500.000,00 harga pokok rumah Laba penjualan 1.000.000,00 Laba kotor yang belum
sebesar Rp 1.500.000,00 direalisasi 1.000.000,00

2) Penerimaan pembayaran pertama (down Kas 500.000,00 Kas 500.000,00


payment) sebesar Rp 500.000,00 dan Hipotik U/K 2.000.000,00 Hipotik U/K 2.000.000,00
Hipotik U/K untuk saldo yang belum Piutang (Tn Hartono) 2.500.000,00 Piutang (Tn Hartono) 2.500.000,00
dibayar sebesar Rp 2.000.000,00
3) Pembayaran biaya-biaya, komisi dan Ongkos penjualan 50.000,00 Ongkos penjualan 50.000,00
pengurusan akte hipotik dan lain-lain Kas 50.000,00 Kas 50.000,00
Rp 50.000,00
31 Desember 1980 : Bunga hipotik yang akan Bunga hipotik yang akan
4) a) Bunga yang masih harus diterima diterima 80.000,00 diterima 80.000,00
atas Hipotik-UK. 12% untuk jangka Pendapatan bunga 80.000,00 Pendapatan bunga 80.000,00
waktu 4 bulan = (4/12 x 12% x Rp
2.000.000,00 = Rp 80.000,00)
b) Laba kotor yang direalisasi adalah
sebagai berikut : laba kotor = 40% atau
Laba kotor yang belum
1.000.000/2.500.000 x 100%.

6
Penerimaan kas tahun 1980, sebesar : direalisasi 200.000,00
Rp 500.000,00 (down payment). Jadi
Realisasi laba kotor
laba kotor yang direalisasi 40% x
200.000,00
500.000,00 = Rp 200.000,00

5) Menutup rekening nominal ke Rugi Laba penjualan rumah 1.000.000,00 Realisasi laba kotor 200.000,00
Laba Pendapatan bunga 80.000,00 Pendapatan bunga 80.000,00
Ongkos penjualan 50.000,00 Ongkos penjualan 50.000,00
Rugi-laba 1.030.000,00 Rugi-laba 230.000,00

1 Januari 1981 : Pendapatan bunga 80.000,00 Pendapatan bunga 80.000,00


6) Reversal entries untuk bunga yang akan Bunga hipotik yang Bunga hipotik yang
diterima pada akhir 1980. akan diterima 80.000,00 akan diterima 80.000,00

1 Maret 1981 : Kas 320.000,00 Kas 320.000,00


7) Diterima pembayaran angsuran hipotik Hipotik U/K 200.000,00 Hipotik U/K 200.000,00
sebesar Rp 200.000,00 dan bunga Pendapatan bunga 120.000,00 Pendapatan bunga 120.000,00
hipotik sebesar Rp 120.000,00
1 September 1981 : Kas 308.000,00 Kas 308.000,00
8) Diterima pembayaran angsuran hipotik Hipotik U/K 200.000,00 Hipotik U/K 200.000,00
Rp 200.000,00 dan bunga dari pokok Pendapatan bunga 108.000,00 Pendapatan bunga 108.000,00
hipotik Rp 1.800.000,00 @12% untuk
jangka waktu 6 bulan = Rp 108.000,00.
31 Desember 1981 : Bunga hipotik yang akan Bunga hipotik yang akan
9) Adjustment bunga hipotik dari pokok

7
Rp 1.600.000,00 @12% untuk jangka diterima 64.000,00 diterima 64.000,00
waktu 4 bulan = Rp 64.000,00. Pendapatan bunga 64.000,00 Pendapatan bunga 64.000,00

Laba kotor yang direalisasi 40% dan Laba kotor yang belum
pembayaran angsuran yang diterima tahun direalisasi 160.000,00
1981 sebesar Rp 400.000,00 atau Rp Realisasi laba kotor 160.000,00
160.000,00

10) Menutup rekening nominal ke rugi-laba Pendapatan bunga 212.000,00 Pendapatan bunga 212.000,00

Rugi-laba 212.000,00 Realisasi laba kotor 160.000,00

Rugi-laba 372.000,00

8
Apabila pembayaran angsuran hipotik dari Tn Hartono dapat diterima sesuai dengan
perjanjian yang ada, maka kedua metode pengakuan laba kotor atas transaksi penjualan angsuran
tidak berakibat perbedaan jumlah “Pendapatan Bunga” yang diperoleh dalam setiap tahun
bukunya. Akan tetapi laba (rugi) bersih yang diakui pada setiap tahun buku diantara kedua
metode itu akan tetap berbeda.

Apabila laba diakui dalam periode dimana penjualan itu terjadi, maka atas transaksi
penjualan rumah itu PT Sentana akan melaporkan labanya sebesar Rp 950.000,00 (Rp
1.000.000,00 – Rp 500.000,00) dalam tahun buku 1980 dan oleh karenanya tidak ada pengakuan
laba untuk 5 tahun kemudian saat berakhirnya transaksi tersebut. Di lain pihak menurut metode
angsuran laba penjualan rumah sebesar Rp 950.000,00 akan dianggap direalisasikan sebesar Rp
150.000,00 (Rp 200.000,00 – Rp 50.000,00) pada tahun 1980 dan Rp 800.000,00 sisanya akan
diakui dalam masa 5 tahun kemudian sesuai dengan jangka waktu penyelesaian transaksi
masing-masing sebesar Rp 160.000,00 setiap tahun.

Apabila kontrak dibatalkan berarti tidak selruh laba yang diperhitungkan dapat
direalisasikan. Di samping itu harus diperhitungkan pengaruh penurunan harga barang yang
bersangkutan karena dengan demikian barang hanya dapat dijual kembali dalam bentuk barang
bekas pakai.

Apabila dari contoh tersebut, Tn Hartono tidak dapat memenuhi kewajibannya pada
tanggal 1 Maret 1982, maka PT Sentana akan menarik kembali saldo hipotiknya sebesar Rp
1.600.000,00 dan memiliki kembali rumah, sedangkan jumlah pembayaran yang telah dilakukan
Tn Hartono tidak dapa ditarik kembali dan menjadi haknya PT Sentana.

Diumpamakan penilaian kembali atas rumah tersebut pada tanggal 1 Maret 1982 adalah
sebesar Rp 1.200.000,00. Dengan demikian pencatatan pada masing-masing metode sebagai
berikut :

Transaksi Laba diakui pada periode Laba diakui secara


berjalan proporsional dengan
penerimaan angsuran

9
Dimiliki kembali rumah yang Rumah Rumah
dibeli Tn Hartono dinilai 1.200.000,00 1.200.000,00
kembali sebesar Rp
Rugi pemilikan kembali Laba kotor yang belum
1.200.000,00. Hipotik yang
400.000,00
berjalan ditarik kembali direalisasi
dengan saldo Rp 1.600.000,00 Hipotik U/K 640.000,00
1.600.000,00
Hipotik U/K
1.600.000,00

Laba pemilikan kembali


240.000,00

Laba atau rugi pemilikan kembali pada masing-masing metode tersebut diatas, dapat dibuktikan
dengan perhitungan berikut :

Laba diakui pada periode Laba diakui secara


berjalan proporsional dengan
penerimaan angsuran

Jumlah pembayaran yang telah Rp 900.000,00 Rp 900.000,00


diterima

Rugi karena penurunan harga :

Harga pokok
-1.500.000,00
(Rp 300.000,00) (Rp 300.000,00)
Harga penilaian
-1.200.000,00

Rp 600.000,00 Rp 600.000,00

Rp 1.000.000,00 Rp 360.000,00

(Rp 400.000,00) Rp 240.000,00

10
Laba bersih

Laba yg diakui sebelum


pemilikan kembali

Laba (rugi) dalam pemilikan


kembali

2.2 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

Didalam neraca akan terdapat rekening “Piutang Penjualan Angsuran” dan “Laba
Kotor yang Belum Direalisasi” yang hubungannya dengan pelaksanaan penjualan angsuran
tertentu. Apabila Piutang Penjualan Angsuran dicatat sebagai aktiva lancar, maka posisinya
sama dengan piutang biasa sehingga dapat diinterpretasikan sebagai aktiva yang dapat
dikonversikan menjadi uang kas dalam siklus operasi normal perusahaan. Untuk “Laba Kotor
yang Belum Direalisasi” didalam neraca dengan dicantumkan kedalam salah satu dari
kelompok tersebut dibawah ini:

1. Sebagai hutang (liability) dan dilaporkan dibawah kelompok “Pendapatan Yang Masih
Akan Diterima” (deferred revenue).
2. Sebagai rekening penilaian (valuation account) dan mengurangi rekening “Piutang
Penjualan Angsuran”.
3. Sebagai rekening modal dan dicatat sebagai bagian dari “Laba Yang Ditahan” (retained
earnings).

Dari laba kotor, harus dikecualikan terhadap laba yang belum dapat diakui sehubungan dengan
penentuan pajak pendapatan perusahaan (Pajak Perseroan) atau laba yang belum bisa dibagikan
sebagai deviden sampai laba dari penjualan angsuran benar-benar direalisasikan. Laba Kotor
Yang Belum Direalisasi dapat dikelompokkan kedalam 3 elemen sebagai berikut:

1. Cadangan untuk menutup biaya-biaya penagihan piutang penjualan angsuran yang belum
dibayar, termasuk biaya yang timbul karena pembeli gagal melunasi kewajibannya.
Cadangan demikian harus dikurangkan dari saldo piutang penjualan angsuran.

11
2. Hutang/kewajiban yang akan dibayar untuk pajak perseroan sesuai dengan bagian laba
kotor yang belum diakui untuk ditarik pembayaran pajaknya. Hutang pajak ini tidak
boleh digabung dengan saldo pajak perseroan yang telah terhutang untuk laba yang sudah
direalisasi dalam periode bersangkutan. Apabila laba kotor yang bersangkutan sudah
direalisasi maka pajak diperhitungkan pada tahun buku tersebut.
3. Sisanya merupakan laba bersih yang berasal dari transaksi penjuala angsuran tersebut.
Jumlah ini dapat dilaporkan sebagai bagian dari Laba Yang Ditahan secara khusus yang
tidak bisa dipakai sebagai dasar pembagian deviden sampai piutang penjualan angsuran
itu direalisasikan.
Contoh lainnya :

Contoh 2 :

PT Karya Bhakti menjual barang dagangannya sebagian atas dasar kontrak penjualan
angsuran untuk masa ± 3 tahun di samping penjualan secara kredit, sejak beberapa tahun
terakhir. Berikut ini neraca PT Karya Bhakti pada akhir tahun buku 1980.

PT KARYA BHAKTI, SEMARANG

Neraca, per 31 Desember 1980

Aktiva Pasiva

Kas Rp 625.000,00 Hutang Dagang Rp 650.000,00

Piutang Dagang (regular) Rp 100.000,00 Wesel Byr Rp 100.000,00

Piutang penjualan angsuran Rp 300.000,00 Laba kotor yg blm Rp 90.000,00

1979 direalisasi thn 1979

12
Lanjutan

Piutang penjualan angsuran Rp 80.000,00 Laba kotor yg blm Rp 20.000,00

tahun 1979 direalisasi thn 1979

Pers. Barang2 Rp 600.000,00 Modal Saham Rp 1.500.000,00

AT lainnya Rp 1.175.000,00 Laba yg ditahan Rp 140.000,00

Akm,penyusutan Rp 380.000,00

Rp 795.000,00

Jml aktiva Rp 2.500.000,00 Jumlah Pasiva Rp 2.500.000,00

Terhadap barang dagangan yang dijual atas dasar kontrak penjualan angsuran. Perusahaan
memperhitungkan tingkat laba kotor masing-masing 35% untuk tahun 1981, 30% untuk tahun
1980 dan 25% untuk tahun 1979 dari harga jual yang bersangkutan. Diumpamakan perusahaan
menggunakan metode fisik terhadap administrasi barang-barang dagangannya. Atas dasar
transaksi-transaksi yang terjadi dalam tahun buku 1981 berikut ini, maka pencatatannya yang
diperlukan oleh PT Karya Bhakti adalah sebagai berikut :

Penjualan Angsuran untuk barang-barang dagangan (barang-barang bergerak).

13
Transaksi – transaksi Jurnal

1 januari – 31 Des 1981 Kas 1.000.000,00

1) Penjualan : Piutang Dagang 850.000,00


Tunai Rp 1.000.000,00
Penjualan 1.850.000,00
Kredit Rp 850.000,00
Angsuran Rp 600.000,00 Piutang Penjualanan
Jumlah Rp 2.450.000,00
Angsuran thn 1981 600.000,00

Penjualan Angsuran 600.000,00

2) Pembelian barang-barang secara Pembelian 2.500.000,00


kredit sebesar Rp 2.500.000,00
Hutang Dagang 2.500.000,00

3) Penerimaan Kas dan : Kas 1.360.000,00


- Piutang Dagang Rp 800.000,00
Piut.Dagang 800.000,00
- Piutang penj. Ang
Suran 1981 Rp 300.000,00 Piut.penj angsuran 1981 300.000,00
1980 Rp 200.000,00
Piut.penj angsuran 1980 200.000,00
1979 Rp 60.000,00
Jumlah Rp 1.360.000,00 Piut.penj angsuran 1979 60.000,00

4) Pengeluaran Kas dan Biaya-biaya


Pengeluaran Kas untuk :
- Pembyrn Htg Rp 100.000,00
Dagang Hutang Dagang 2.550.000,00
Jumlah Rp 2.450.000,00
Macam-macam
- Macam-macam Rp 405.000,00
Biaya usaha Biaya Usaha Rp 500.000,00
Jumlah penge Rp 2.855.000,00
Potongan pembelian 100.000,00
luaran kas
- Biaya penyusu Rp 95.000,00 Kas 2.855.000,00
nan AT

Akm.penyusutan AT 95.000,00

31 Desember 1981, tutup buku :

5) Mencatat harga pokok barang- HPP Angsuran 390.000,00


barang yg dijual secara angsuran 14
Pengiriman barang”
Rp 390.000,00
Penjualan Angsuran 390.000,00
Dari contoh no.2 dapat disusun Neraca dan Laporan Laba Rugi PT Karya Bhakti untuk tahun
yang berakhir pada tanggal 31 Desember 1981 sebagai berikut:

PT KARYA BHAKTI SEMARANG


Neraca per 31 Desember 1981
Aktiva Pasiva
Kas   Rp 130.000 Hutang Dagang   Rp 600.000
Piutang Dagang   Rp 150.000 Wesel Bayar   Rp 100.000
Piutang Penj. Taksiran hutang
Angsuran     P.Ps   Rp 26.000
Laba Kotor Yg Blm Direalisasi
Tahun 1981 Rp 300.000   (Pnj.Angsuran)  
Tahun 1980 Rp 100.000   Tahun 1981 Rp 105.000  
Tahun 1979 Rp 20.000   Tahun 1980 Rp 30.000  
    Rp 420.000 Tahun 1979 Rp 5.000  
Persediaan Brg
dagang   Rp 1.210.000     Rp 140.000

Aktiva Tetap lainnya Rp 1.175.000   Modal Saham   Rp 1.500.000


Akumulasi Laba Yang
Penyusutan Rp 475.000   Ditahan   Rp 244.000
    Rp 700.000      
Jumlah Aktiva   Rp 2.610.000 Jumlah Pasiva   Rp 2.610.000

PT KARYA BHAKTI SEMARANG


Perhitungan Rugi-Laba untuk periode tahun buku 1981

15
Penjualan Penjualan
Jumlah
      Angsuran Regular
Penjualan     600.000 1.850.000 2.450.000
Harga Pokok Penjualan:          
Persedian per 1 Jan 1981   Rp 600.000      
Pembelian 2.500.000        
Potongan Pembelian 100.000        
    Rp 2.400.000      
Barang yg tersedia untuk dijual   Rp 3.000.000      
Persediaan Barang per 31 Des 1981   Rp 1.210.000 390.000 1.400.000 1.790.000
Laba Kotor Penjualan     210.000 450.000 660.000
           
Dikurangi:laba kotor penjualan angsuran tahun 1981          
Yang belum direalisasi(lihat lampiran)     105.000 - 105.000
Laba kotor yang direalisasi untuk penjualan tahun 1981     105.000 450.000 555.000
Ditambah:Realisasi laba kotor penjualan angsuran th. 1980 dan
1979(lihat lampiran)         75.000
jumlah realisasi laba kotor tahun 1981         630.000
Macam-macam biaya usaha (termasuk penyusutan)         500.000
Laba bersih sebelum pajak perseroan         130.000
Pajak perseroan 26%         26.000
Laba bersih setelah P.Ps         104.000

PT KARYA BHAKTI SEMARANG

Lampiran : Perhitungan Rugi-Laba untuk periode tahun buku 1981.


Realisasi Laba Kotor Penjualan Angsuran

16
Tingkat laba kotor untuk Penjualan Angsuran 1981:

Laba Kotor Yang Belum Direalisasi untuk penjualan angsuran tahun 1981:
Piutang Penjualan Angsuran Rp 600.000
Penerimaan pembayaran dalam tahun 1981 Rp 300.000
Saldo per 31 Desember 1981 Rp 300.000
Laba Kotor Yang Belum Direalisasi (35% x Rp 300.000) Rp 105.000

Realisasi Laba Kotor tahun 1981


  1981 1980 1979

Penerimaan pembayaran
piutang penjualan angsuran 300.000 200.000 60.000

% Laba Kotor Penjualan


Angsuran 35% 30% 25%

Laba Kotor Yang Direalisasi 105.000 60.000 15.000

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Penjualan angsuran adalah penjualan barang atau jasa yang dilaksanakan dengan
perjanjian dimana pembayaran dilakukan secara bertahap atau berangsur. Biasanya pada
saat barang atau jasa diserahkan kepada pembeli, penjual menerima uang muka (down

17
payment) sebagai pembayaran pertama dan sisanya diangsur dengan beberapa kali
angsuran. Resiko atas tidak tertagihnya piutang usaha angsuran ini sangat tinggi,
mungkin saat akan dilakukan penjualan angsuran telah dilakukan survai atas pembeli dan
memperoleh hasil yang baik.

Karena penagihan piutang usaha angsuran memakan waktu yang cukup lama
(beberapa periode), hal tersebut kemungkinan dapat merubah hasil survai yang telah
dilakukan semula terhadap pembeli. Untuk menghindari hal-hal demikian, penjual
biasanya akan membuat kontrak jual beli (security agreement), yang memberikan hak
kepada penjual untuk menarik kembali barang yang telah di jual dari pembeli.

Jadi untuk melindungi kepentingan penjual dari kemungkinan tidak ditepatinya


kewajiban-kewajiban oleh pihak pembeli, maka terdapat beberapa bentuk perjanjian atau
kontrak penjualan angsuran, sebagai berikut :

1. Perjanjian penjualan bersyarat (conditional sales contract), di mana barang-barang telah


diserahkan, tetapi hak atas barang-barang masih berada di tangan penjual sampai seluruh
pembayarannya sudah lunas.

2. Pada saat perjanjian ditandatangani dan pembayaran pertama telah dilakukan, hak milik
dapat diserahkan kapada pembeli, tetapi dengan menggadaikan atau menghipotikan untuk
bagian harga penjualan yang belum dibayar kapada si penjual.

3. Hak milik atas barang-barang untuk sementara diserahkan kepada suatu badan “trust”
(trustee) sampai pembayaran harga penjualan dilunasi. Setelah pembayaran lunas oleh
pembeli, baru trustee menyerahkan hak atas barang-barang itu kepada pembeli. Perjanjian
semacam ini dilakukan dengan membuat akta kepercayaan (trust deed / trust indenture).

4. Beli sewa (lease-purchase) dimana barang-barang yang telah diserahkan kepada pembeli.
Pembayaran angsuran dianggap sewa sampai harga dalam kontrak telah dibayar lunas,
baru sesudah itu hak milik berpidah kepada pembeli.

Penjualan angsuran dengan bentuk-bentuk perjanjian tersebut di atas dilaksanakan


untuk barang-barang tidak bergerak / barang yang bukan barang dagang, seperti : gedung,
tanah, dan aktiva-aktiva tetap lainnya.

1.1 SARAN

Diharapkan pembaca dapat menambah pengetahuan setelah membaca makalah ini.


Pengetahuan yang lebih, akan menyelamatkan kita di berbagai situasi maka dari itu pastikan

18
kita selau menambah pengetahuan baik dari makalah ataupun dari segala sumber yang dapat
memberikan informasi baru.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/35713696/Makalah_Penjualan_Angsuran_Kel_6_Jadi

http://mandailingjulu.blogspot.com/2012/10/penjualan-angsuran-barang-dagangan.html

19

Anda mungkin juga menyukai