Anda di halaman 1dari 12

Koperasi dan UMKM

Koperasi sebagai Perilaku Ekonomi yang Berdasarkan Asas Kekeluargaan


dan Sebagai Alat Demokrasi Indonesia
SAP 3

Dosen Pengampu: Drs. I Made Dana, M.M

Oleh:

Desak Made Dwi Januari 1506305026


Ni Ketut Ari Susanti 1506305044

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Udayana
2018

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DasarHukumPembentukanKoperasi
Dalam pelaksanaan koperasi, perlu adanya dasar hukum untuk mengaturnya.
Disamping untuk pengaturan ekonomi yang stabil juga untuk kegiatan ekonomi yang tertib.
Sebelumnya banyak undang-undang yang mengatur tentang koperasi di Indonesia tapi
keadaan koperasi yang berubah, ditetapkanlah dasar hukum di Indonesia.
Tinjauan Umum Tentang Koperasi Dasar hukum koperasi adalah Pasal 33 ayat (1)
Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD 1945) dan Undang-undang
Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian.
Dengan diterbitkannya UU 25 Tahun 1992 maka dinyatakan tidak berlaku UU Nomor
12 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian,Lembaran Negara RI Tahun 1967
Nomor 23, dan Tambahan Lembaran Negara RI Tahun 1967 Nomor 2832.
Ada lima istilah yang berkaitan dengan koperasi yang dijelaskan dalam UU 25/1992,
Pasal 1.Berikut ini kutipan lengkap bunyi Pasal 1.
Dasar-dasar hukum koperasi Indonesia, yaitu:
a. Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
b. Peraturan Pemerintah No. 4 tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.
c. Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1994 tentang Pembubaran Koperasi oleh
Pemerintah
d. Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Simpan
Pinjam oleh Koperasi
e. Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 1998 tentang Modal Penyertaan pada
Koperasi.
f. Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan PPK No. 36/Kep/MII/1998 tentang
Pedoman Pelaksanaan Penggabungan dan Peleburan Koperasi
g. Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan PKM No. 19/KEP/Meneg/III/2000
tentang Pedoman kelembagaan dan Usaha Koperasi
h. Peraturan Menteri No. 01 tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan,
Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.

1
Koperasi Indonesia berdasarkan UU No. 25 tahun 1992, koperasi suatu badan usaha
yang dipandang oleh undang-undang sebagai suatu perusahaan. Dimana dibentuk oleh
anggota-anggotanya untuk melakukan kegiatan usaha dan menunjang kepentingan ekonomi
anggotanya. Landasan-landasan koperasi dapat di bagi menjadi 3 (tiga) hal, antara lain :

a. Landasan Idiil Koperasi Indonesia adalah Pancasila.


b. Landasan Strukturil dan landasan gerak Koperasi Indonesia adalah Pasal 33 ayat
(1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD N RI 1945).
c. Landasan Mental Koperasi adalah setia kawan dan kesadaran berpribadi. Dasar
hukum Koperasi Indonesia adalah UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian. UU ini disahkan di Jakarta pada tanggal 21 Oktober 1992,
ditandatangani oleh Presiden RI Soeharto, dan diumumkan pada Lembaran
Negara RI Tahun 1992 Nomor 116.
Prinsip koperasi dalam UU No. 25 tahun 1992 mengenai Perkoperasian, sebagai
berikut:
a. Pengelolaan koperasi dijalankan secara demokrasi
b. Pembagian sisa hasil usaha dilaksanakan secara adil sesuai dengan jasa yang di
jual anggotanya
c. Koperasi harus bersifat mandiri
d. Balas jasa yang diberikan bersifat terbatas terhadap modal.
Berdasarkan UU No. 12 tahun 1967, dimana koperasi merupakan organisasi
kerakyatan bersifat sosial, anggotanya adalah orang-orang yang termasuk dalam tatanan
ekonomi bersifat usaha bersama, dan berazazkan pada kekeluargaan, maka dengan itu
koperasi di Indonesia dilindungi oleh badan hukum yang telah ditetapkan.Dalam undang-
undang ini yang dimaksudkan dengan :
a. Koperasi adalah suatu organisasi bisnis yang dioperasikan secara bersama
berdasarkan prinsip-prinsip gerakan ekonomi rakyat yang berazazkan kepada
kekeluargaan. Bertujuan guna mencapai kepentingan ekonomi bersama untuk
meningkatkan kesejahteraan bersama anggotanya maupun orang banyak yang
membutuhkan.
b. Perkoperasian adalah suatu hal yang sangat berkaitan dengan kehidupan koperasi
c. Koperasi Primer ialah suatu koperasi yang didirikan oleh sekurangnya 20 orang
dimana setiap anggotanya berjumlah perseorangan

2
d. Koperasi Sekunder adalah gabungan suatu badan koperasi yang memiliki
jangkauan kerjanya sangat merata dan luas
e. Gerakan Koperasi adalah keseluruhan organisasi koperasi dan kegiatan
perkoperasian yang bersifat terpadu dan terarah untuk menuju tecapainya suatu
cita-cita bersama

2.2 Syaratdan Tata Cara Pembentukan


2.2.1 Persiapan Pembentukan Koperasi
Di dalam pembentukan koperasi, ada beberapa persyaratan yang harus
diperhatikan baik secara yuridis yang menyangkut peraturan perundang-undangan,
maupun menyangkut masalah teknis perkoperasian, seperti; pengertian koperasi, dan hal-
hal lain yang harus dipersiapkan oleh pemrakarsa.Menurut ketentuan Undang-Undang
Perkoperasian, untuk mendirikan koperasi, harus dipenuhi persyaratan:
1. Untuk mendirikan Koperasi Primer sekurang-kurangnya beranggotakan 20 (dua
puluh) orang yang mempunyai kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi.
Sedangkan untuk Koperasi Sekunder sekurang-kurangnya dibentuk oleh 3 (tiga)
Badan Hukum Koperasi. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kelayakan usaha
koperasi yang akan dibentuk;
2. Usaha yang dijalankan tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan atau
kesusilaan;
3. Adanya akta pendirian yang memuat Anggaran Dasar; dan
4. Memiliki tempat kedudukan yang jelas.
Setelah persyaratan di atas terpenuhi, maka tahap selanjutnya pemrakarsa
mengundang para calon anggota untuk mencapai kesepakatan mengenai lapangan usaha
koperasi untuk menentukan jenis koperasi yang akan didirikan. Setelah adanya
kesepakatan maka tahap-tahap selanjutnya dibentuk Tim Persiapan Pembentukan
Koperasi.
2.2.2 Tahap Persiapan Pendirian Koperasi
Sekelompok orang yang bertekad untuk mendirikan sebuah koperasi terlebih
dahulu perlu memahami maksud dan tujuan pendirian koperasi, untuk itu perwakilan dari
pendiri dapat meminta bantuan kepada Dinas Koperasi dan UKM ataupun lembaga
pendidikan koperasi lainnya untuk memberikan penyuluhan dan pendidikan serta
pelatihan mengenai pengertian, maksud, tujuan, struktur organisasi, manajemen, prinsip-
prinsip koperasi, dan prospek pengembangan koperasi bagi pendiri. Setelah mendapatkan

3
penyuluhan dan pelatihan perkoperasian, para pendiri sebaiknya membentuk panitia
persiapan pembentukan koperasi, yang bertugas :
a. Menyiapkan dan menyampaikan undangan kepada calon anggota, pejabat
pemerintahan dan pejabat koperasi.
b. Mempersiapakan acara rapat.
c. Mempersiapkan tempat acara.
d. Hal-hal lain yang berhubungan dengan pembentukan koperasi.
2.2.3 Tahap Rapat Pembentukan Koperasi
Setelah tahap persiapan selesai dan para pendiri pembentukan koperasi telah
memiliki bekal yang cukup dan telah siap melakukan rapat pembentukan koperasi. Rapat
pembentukan koperasi harus dihadiri oleh 20 orang calon anggota sebagai syarat sahnya
pembentukan koperasi primer.Hal-hal yang dibahas pada saat rapat pembentukan
koperasi, dapat dirinci sebagai berikut :
1) Pembuatan dan pengesahan akta pendirian koperasi , yaitu surat keterangan
tentang pendirian koperasi yang berisi pernyataan dari para kuasa pendiri yang
ditunjuk dan diberi kuasa dalam suatu rapat pembentukan koperasi untuk
menandatangani Anggaran Dasar pada saat pembentukan koperasi.
2) Pembuatan Anggaran Dasar koperasi, yaitu pembuatan aturan dasar tertulis
yang memuat tata kehidupan   koperasi yang disusun dan disepakati oleh para
pendiri koperasi pada saat rapat pembentukan. Konsep Anggaran Dasar koperasi
sebelumnya disusun oleh panitia pendiri, kemudian panitia pendiri itu
mengajukan rancangan Anggaran Dasarnya pada saat rapat pembentukan untuk
disepakati dan disahkan. Anggaran Dasar biasanya mengemukakan :
a) Nama dan tempat kedudukan, maksudnya dalam Anggaran Dasar tersebut
dicantumkan nama koperasi yang akan dibentuk dan lokasi atau wilayah
kerja koperasi tersebut berada.
b) Landasan, asas dan prinsip koperasi, di dalam Anggaran Dasar
dikemukakan landasan, asas dan prinsip koperasi yang akan dianut oleh
koperasi.
c) Maksud dan tujuan, yaitu pernyataan misi, visi serta sasaran pembentukan
koperasi.
d) Kegiatan usaha, merupakan pernyataan jenis koperasi dan usaha yang akan
dilaksanakan koperasi. Dasar penentuan jenis koperasi adalah kesamaan

4
aktivitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi para anggotanya.Misalnya,
koperasi simpan pinjam dan koperasi jasa atau koperasi serba usaha.
e) Keanggotaan, yaitu aturan-aturan yang menyangkut urusan keanggotaan
koperasi. Urusan keanggotaan ini dapat ditentukan sesuai dengan kegiatan
usaha koperasi yang akan dibentuknya. Biasanya ketentuan mengenai
keanggotaan membahas persyaratan dan prosedur menjadi anggota koperasi,
kewajiban dan hak-hak dari anggota serta ketentuan-ketentuan dalam
mengakhiri status keanggotaan pada koperasi.
f) Perangkat koperasi, yaitu unsur-unsur yang terdapat pada organisasi
koperasi. Perangkat koperasi tersebut, sebagai berikut :
1. Rapat Anggota. Dalam Anggaran Dasar dibahas mengenai kedudukan
rapat anggota di dalam koperasi, penetapan waktu pelaksanaan rapat
anggota, hal-hal yang dapat dibahas dalam rapat anggota, agenda acara
rapat anggota tahunan, dan syarat sahnya pelaksanaan rapat anggota
koperasi.
2. Pengurus. Dalam Anggaran Dasar dijabarkan tentang kedudukan
pengurus dalam koperasi, persyaratan dan masa jabatan pengurus,
tugas, kewajiban serta wewenang dari pengurus koperasi.
3. Pengawas. Dalam Anggaran Dasar dijabarkan tentang kedudukan
pengawas dalam koperasi, persyaratan dan masa jabatan pengawas,
tugas serta wewenang dari pengawas koperasi.
Selain dari ketiga perangkat tersebut dapat ditambahkan pula pembina atau
badan penasehat.
g) Ketentuan mengenai permodalan perusahaan koperasi, yaitu
pembahasan mengenai jenis modal yang dimiliki (modal sendiri dan modal
pinjaman), ketentuan mengenai jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib
yang harus dibayar oleh anggota.
h) Ketentuan mengenai pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU), yaitu ketentuan
yang membahas penjelasan mengenai SHU serta peruntukan SHU koperasi
yang didapat.
i) Pembubaran dan penyelesaian, membahas tata-cara pembubaran koperasi
dan penyelesaian masalah koperasi setelah dilakukan pembubaran.
j) Sanksi-sanksi, merupakan ketentuan mengenai sanksi yang diberikan
kepada anggota, pengurus dan pengawas koperasi, karena terjadinya

5
pelanggaran-pelanggaran terhadap Anggaran Dasar atau aturan lainnya yang
telah ditetapkan.
k) Anggaran rumah tangga dan peraturan khusus, yaitu ketentuan-
ketentuan pelaksana dalam Anggaran Dasar yang sebelumnya dimuat dalam
Anggaran Dasar.
l) Penutup
1. Pembentukan pengurus, pengawas, yaitu memilih anggota orang-
orang yang akan dibebani tugas dan tanggungjawab atas  pengelolaan,
pengawasan di koperasi
2. Neraca awal koperasi, merupakan perincian posisi aktiva dan pasiva
diawal pembentukan koperasi
3. Rencana kegiatan usaha, dapat berisikan latar belakang dan dasar
pembentukan serta rencana kerja koperasi pada masa akan datang.
2.2.4 Akta Pendirian Koperasi
Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian Koperasi dan
UKM Republik Indonesia dengan Ikatan Notaris Indonesia pada tanggal 4 Mei 2004 dan
Keputusan Menteri Koperasi dan UKM RI Nomor : 98/KEP/M.KUKM/IX/2004 tentang
Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi membuat perubahan dalam prosedur pendirian
koperasi yaitu proses pembuatan akta pendirian, perubahan anggaran dasar, dan akta-akta
lain berkaitan dengan koperasi sebagai badan hukum maka hal tersebut dilakukan
dihadapan notaris. Berdasarkan Kepmen No.98 tahun 2004, prosedur pendirian koperasi
yang melibatkan notaris di dalamnya, masih mengikuti prosedur yang ada, tetapi ada
beberapa tahapan yang melibatkan notaris yaitu :
a. Rapat Pembentukan koperasi selain mengundang minimal 20 orang calon
anggota, pejabat desa, pejabat dinas koperasi hendaknya mengundang pula
notaris yang telah ditunjuk pendiri berkedudukan di wilayah koperasi itu
berada, serta memiliki sertifikat tanda bukti telah mengikuti pembekalan di
bidang perkoperasian yang ditandatangani oleh Menteri Koperasi dan UMKM
RI.
b. Notaris yang telah membuat akta pendirian koperasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku kemudian membacakan dan menjelaskan
isinya kepada para pendiri, anggota atau kuasanya sebelum menanda-tangani
akta tersebut.

6
c. Kemudian akta pendirian koperasi yang telah dibuat notaris pembuat akta
koperasi disampaikan kepada pejabat dinas koperasi untuk dimintakan
pengesahannya, sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2.2.5 Pengesahan Badan Hukum Koperasi
1. Para pendiri koperasi mengajukan permohonan pengesahan akta pendirian secara
tertulis kepada Pejabat, dengan melampirkan:
a. 2 (dua) rangkap akta pendirian koperasi satu di antaranya bermaterai cukup
(dilampiri Anggaran Dasar Koperasi).
b. Berita Acara Rapat Pembentukan.
c. Surat bukti penyetoran modal.
d. Rencana awal kegiatan usaha.
2. Permohonan pengesahan Akta Pendirian kepada pejabat, tergantung pada bentuk
koperasi yang didirikan dan luasnya wilayah keanggotaan koperasi yang
bersangkutan, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Kepala Kantor Departemen Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah
Kab/Kodya mengesahkan akta pendirian koperasi yang anggotanya
berdomisili dalam wilayah Kabupaten/Kodya.
b. Kepala Kantor Wilayah Departemen Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah
Propinsi/DI mengesahkan akta pendirian koperasi Primer dan Sekunder yang
anggotanya berdomisili dalam wilayah Propinsi/DI yang bersangkutan dan
Koperasi Primer yang anggotanya berdomisili di beberapa Propinsi/DI, namun
koperasinya berdomisili di wilayah kerja Kanwil yang bersangkutan.
c. Sekretaris Jenderal Departemen Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah
(Pusat) mengesahkan akta pendirian Koperasi Sekunder yang anggotanya
berdomisili di beberapa propinsi/DI.
3. Dalam hal permintaan pengesahan akta pendirian ditolak, alasan penolakan
diberitahukan oleh Pejabat kepada para pendiri secara tertulis dalam waktu paling
lambat 3 (tiga) bulan setelah diterimanya permintaan.
4. Terhadap penolakan pengesahan akta pendirian para pendiri dapat mengajukan
permintaan ulang dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya
penolakan.
5. Keputusan terhadap pengajuan permintaan ulang diberikan dalam jangka waktu
paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya pengajuan permintaan ulang.

7
6. Pengesahan akta pendirian diberikan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah
diterimanya permintaan pengesahan.
7. Pengesahan akta pendirian diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

2.3 TingkatanKoperasidan Daerah KerjaKoperasi


Kita telah mengetahui bahwa keanggotaan koperasi dapat terdiri dari orang-orang
yang mempunyai kepentingan yang sama dan badan-badan hukum koperasi yang sejenis.
Menurut keanggotaannya inilah dapat ditentukan tingkatan-tingkatan koperasi, yaitu:
a. Koperasi Primer
Primary Society (Koperasi Primer) sekurang-kurangnya dapat dibentuk oleh 20
orang perorangan (individual) yang masing-masing memenuhi syarat sebagai berikut:
a) mampu untuk melakukan tindakan hukum,
b) menerima landasan idiil, azas dan sendi dasar koperasi,
c) sanggup dan bersedia melakukan kewajiban-kewajiban dan hak sebagai
anggota, sebagaimana tercantum dalam UU no. 12 Tahun 1967, Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta peraturan koperasi lainnya.
Daerah kerja Koperasi Primer terbatas pada satu lingkungan tempat tinggal
(pedesaan) atau lingkungan tempat bekerja (perkantoran, pabrik, kampus, sekolah, dan
lain sebagainya).Dengan demikian merupakan suatu pelanggaran jika dalam satu
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan tempat kerja terdapat 2 atau lebih koperasi
yang sejenis atau yang sama usahanya.
b. Koperasi Pusat, Gabungan dan Induk
Tentang tingkatan koperasi ini sangat berkaitan dengan keanggotaan koperasi
yang terdiri dari badan-badan hukum koperasi, yaitu:
a) sekurang-kurangnya 5 Koperasi Primer yang telah berbadan hukum dapat
membentuk suatu Pusat Koperasi. Dalam satu kesatuan perjuangan efisiensi
akan dapat lebih terjamin.
b) sekurang-kurangnya 3 Pusat Koperasi yang telah berbadan hukum dapat
membentuk Gabungan Koperasi;
c) sekurang-kurangnya 3 Gabungan Koperasi yang telah berbadan hukum dapat
membentuk Induk Koperasi.
Kesemuanya di atas pada hakekatnya merupakan suatu kesatuan dari Koperasi
Primer yang tidak dapat dipisahkan. Dalam tingkatan-tingkatan ini, sehubungan dengan
dimilikinya kebijaksanaan yang mengikat antara koperasi tingkat bawah dengan koperasi

8
tingkat atasnya secara timbal-balik tanpa mengurangi hak koperasi tingkat bawah untuk
mengawasi koperasi tingkat atasnya, merupakan kewajiban dan wewenang koperasi
tingkat atasnya untuk memberikan bimbingan dan pemeriksaan terhadap koperasi tingkat
bawahnya, hal demikian dimaksudkan agar koperasi yang sehat dapat terjaga
pertumbuhannya.
Mengenai daerah kerja suatu badan hukum koperasi pada dasarnya harus cukup
memiliki potensi ekonomi bagi perkembangan koperasi yang bersangkutan, ini berarti
agar tercegah tugas-tugas operasional yang saling bertabrakan dikarenakan terjadinya
kompetisi antara koperasi yang sejenis. Koperasi Primer pada umumnya harus berada di
wilayah adminstrasi pemerintahan yang terendah, yaitu desa, Koperasi Pusat daerah
kerjanya meliputi Kabupaten/Kotamadya, Koperasi Gabungan meliputi satu provinsi dan
Koperasi Induk mempunyai daerah kerja meliputi seluruh Indonesia.
Menurut pasal 16 UU no. 12 Tahun 1967, daerah kerja koperasi Indonesia pada
dasarnya didasarkan pada ketentuan wilayah adminstrasi pemerintahan dengan
memperhatikan kepentingan ekonomi, di dalam hal di mana ketentuan tersebut tidak
dapat dipenuhi, menteri menentukan lain. Dalam hal ini kita perhatikan misalnya KUD
yang merupakan koperasi serba usaha yang mempunyai sub unit peternakan, sub unit
sayur mayur (palawija), sub unit susu (sapi), yang kemungkinan masing-masing sub unit
berada pada desa-desa tertentu, maka daerah kerjanya tentu akan lebih luas, lazimnya
meliputi daerah kecamatan.

2.4 Struktur Intern danEksternOrganisasiKoperasi


Struktur Organisasi Koperasi dapat dilihat dari dua segi, yaitu :
a. Segi intern organisasi koperasi
b. Segi ekstern organisasi koperasi
Intern organisasi koperasi yaitu organisasi yang ada di dalam setiap tubuh koperasi,
baik di dalam koperasi primer, koperasi pusat, koperasi gabungan maupun koperasi
induk.Ekstern organisasi koperasi yaitu organisasi yang berhubungan dengan tingkat-tingkat
koperasi itu, yaitu hubungan antara koperasi primer, koperasi pusat, koperasi gabungan dan
koperasi induk. Dalam ekstern organisasi ini juga termasuk hubungan tingkat-tingakat
koperasi itu dengan Dewan Koperasi Indonesia yaitu dewan yang mempersatukan berbagai
jenis koperasi dari berbagai tingkat itu kedalam satu organisasi tunggal yang meliputi seluruh
Indonesia.
2.4.1 Struktur Intern Organisasi Koperasi

9
Intern organisasi Koperasi terdiri dari 3 unsur yaitu :
1) Unsur alat-alat perlengkapan organisasi :
a. Rapat Anggota
b. Pengurus
c. Badan Pemeriksa
2) Unsur dewan penasehat atau penasehat
3) Unsur pelaksana-pelaksana yaitu manajer dan karyawan-karyawan koperasi
lainnya.
2.4.2 Stuktur Ekstern Organisasi Koperasi
Di dalam undang-undang No. 12 tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian
dikenal adanya koperasi primer, koperasi pusat, koperasi gabungan dan koperasi induk
seperti yang dikemukakan dalam struktur intern organisasi koperasi diatas. Dilihat dari
segi pemusatan, maka koperasi pusat, koperasi gabungan dan koperasi induk juga disebut
koperasi sekunder (artinya yang kedua) sebagai koperasi yang tingkatnya lebih atas dari
koperasi primer (yang artinya pertama), dan dilihat dari segi fungsinya maka koperasi-
koperasi sekunder tersebut juga disebut “organisasi pembantu” (auxiliary organization)
yang fungsinya membantu koperasi primer mencapai tujuannya. Oleh sebab itu, maka
koperasi sekunder pada dasarnya menjalankan usaha-usaha yang tidak dapat dilakukan
oleh koperasi primer secara sendiri-sendiri, seperti juga koperasi primer menjalankan
usaha-usaha yang tidak dapat dilakukan dengan baik anggota-anggota perorangan secara
sendiri-sendiri.
Dipandang dari segi fungsinya itu perlu tidaknya salah satu tingkat organisasi
tergantung pada keperluan dan efisiensi, yang artinya kalau tidak diperlukan atau tidak
efisien karena dibandingkan dengan manfaatnya tidak memadai, tingkat organisasi
tersebut dapat ditiadakan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, PanjidanNinikWidyanti. 1998. DinamikaKoperasi. Jakarta: PT. RinekaCipta.

Baswir, Revrisond. 2000. Koperasi Indonesia. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta

Sitio, Drs. Arifin, M.Sc. dan Ir. HalomoanTamba, M.B.A. 2001. Koperasi: TeoridanPraktik.
Jakarta: Erlangga.

11

Anda mungkin juga menyukai