Anda di halaman 1dari 17

PENGANTAR HUKUM BISNIS (EKU 220 B3)

SAP 10
KONSEP HAK CIPTA
Dosen Pengampu: Dr. I Wayan Wiryawan, S.H., M.H.

Kelompok 4:
Komang Desi Adi Pratiwi 1506305017 / Absen 4
Putu Nesy Swendriani 1506305029 / Absen 11
Ni Putu Nugraheni 1506305035 / Absen 14

JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi
Wasa karena atas segala anugerahnya sehingga kami sebagai penulis dapat menyelesaikan
penyusunan dan penulisan makalah ini dalam bentuk dan juga isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembacanya.
Makalah ini berjudul “Konsep Hak Cipta” dimana dalam makalah ini terkandung
beberapa materi yang juga bersumber dari buku dan media-media lainnya. Makalah ini
menjelaskan dan memaparkan secara ringkas apa saja materi pokok dan pembahasan dari
Hak Cipta. Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi dari
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Penulis mengakui bahwa masih banyak kekurangan karena pengalaman yang dimiliki
oleh penulis masih sangat kurang. Oleh kerena itu penulis berharap agar para pembaca dapat
memberikan masukan-masukan serta kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Denpasar, Desember 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Pengaruh dan Pengertian Hak Cipta 3
2.2 Subyek dan Obyek Hak Cipta 6
2.3 Pendaftaran Hak Cipta 10
BAB III PENUTUP 13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era globalisasi saat ini dengan berbagai teknologi yang sudah semakin maju,
setiap orang dapat memanfaatkan teknologi saat ini dengan mudah untuk melakukan
usaha guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi dengan kemajuan teknologi
saat ini dapat dengan mudah melakukan Pembajakan terhadap hasil karya orang lain
dan di jual untuk mendapatkan keuntungan dari hasil pembajakan hasil karya orang
lain. Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan bahwa pembajakan
merupakan pelanggaran hak cipta, dikatakan pelanggaran hak cipta karena telah
melanggar hak eksklusif  dari pencipta atau pemegang hak cipta. Hak eksklusif adalah
hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain
yang boleh memanfaatkan seperti mengumumkan atau memperbanyak hak tersebut
tanpa izin pemegangnya. Dalam pengertian “mengumumkan atau memperbanyak”
adalah termasuk didalamnya kegiatan menerjemahkan, mengadaptasi, menjual,
menyewa dan mengomunikasikan ciptaan kepada publik melalui sarana apapun. Hal
tersebut mengindikasi adanya krisis multidimensi.
Hak Cipta adalah hak yang timbul dari hasil olah pikir otak yang menghasilkan
suatu produk atau proses yang berguna bagi umat manusia. Hak Cipta merupakan hak
khusus bagi pencipta atau pemegangnya untuk memperbanyak atau menggandakan
hasil karya ciptaannya yang tumbuh bersamaan dengan lahirnya suatu ciptaan. Pencipta
berhak pula atas manfaat ekonomi yang lahir dari ciptaannya tersebut, baik dibidang
ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.
Hak cipta ini meliputi hak dari pembuat sebuah ciptaan terhadap ciptaannya dan
salinannya. Pembuat sebuah ciptaan memiliki hak penuh terhadap ciptaannya tersebut
serta salinan dari ciptaannya tersebut. Hak-hak tersebut misalnya adalah hak-hak untuk
membuat salinan dari ciptaannya tersebut, hak untuk membuat produk derivatif, dan
hak-hak untuk menyerahkan hak-hak tersebut ke pihak lain. Hak cipta berlaku seketika
setelah ciptaan tersebut dibuat.
Adanya krisis multidimensi yang terus berlanjut, telah menyuburkan tumbuhnya
kegiatan pembajakan Karya Cipta. Begitu parahnya dampak krisis multidimensi
tersebut, sehingga walaupun kerapkali dilakukan tindakan represip terhadap bentuk
pelanggaran hak sipta serta beberapa kali mampu menangkap para pembajak, namun
sebagian besar dari mereka tidak mendapatkan hukuman yang setimpal, bahkan ada
yang terbebas sama sekali dari jeratan hukum. 
Dengan demikian, perlunya sistem hukum Hak Cipta yang jelas dimana menunjang
diadakannya sistem dokumentasi yang baik atas segala bentuk karya kreativitas
manusia, sehingga pembajakan terhadap hasil karya tersebut dapat dicegah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut adapun rumusan masalah yang diperoleh yaitu
sebagai berikut:
1) Bagaimana pengaturan dan pengertian dari hak cipta?
2) Apa saja subyek dan obyek dari hak cipta?
3) Bagaimana terkait pendaftaran dari hak cipta?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan yang diperoleh yaitu sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui pengaturan dan pengertian dari hak cipta.
2) Untuk mengetahui subyek dan obyek dari hak cipta.
3) Untuk mengetahui pendaftaran dari hak cipta.
4)
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Pengaturan Hak Cipta


2.1.1 Pengertian Hak Cipta dalam Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
Di Indonesia, masalah hak cipta diatur dalam. Pada Pasal 1 Ayat (1) disebutkan
bahwa Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata
tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Hak cipta didefinisikan sebagai hak khusus bagi para pencipta untuk mengkopi atau
mereproduksi karya-karya mereka sendiri atau memberikan izin kepada pihak lain
untuk melakukan hal yang sama dalam batasan hukum yang berlaku. (Intellectual
Property Rights Australia Indonesia Partnership, 2008: 144).
Dalam hal Hak Cipta terdapat 3 istilah penting yang digunakan, antara lain:
1) Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi (Pasal 1
Ayat (2)).
2) Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra
yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan,
keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata (Pasal 1 Ayat
(3).
3) Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak yang
menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima
lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah (Pasal 1 Ayat (4).
2.1.2 Pengaturan Hak Cipta dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
Pengaturan hak cipta sudah lama dikenal dan dimiliki di Indonesia sebagai hukum
positif sejak zaman Hindia Belanda dengan berlakunya Auteurswet 1912. Pada tahun
1982 ini kemudian disahkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta
sebagai pengganti Auteurswet 1912. Undang-undang ini kemudian diganti dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 dan kemudian diubah dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1997 yang selanjutnya dicabut dan diganti dengan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Undang-undang ini berlaku sampai tahun
2014, yang kemudian digantikan oleh undang-undang hak cipta terbaru yaitu Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2014 yang berlaku hingga saat ini.
Pengaturan yang berlaku bagi perlindungan hak cipta di Indonesia saat ini adalah
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Undang-undang ini
disebutkan lebih memberi perlindungan bagi para pencipta di Indonesia. Hal ini dapat
dilihat dari pasal-pasal di dalamnya yang lebih memberi kepastian hukum bagi pihak-
pihak dalam hak cipta, terutama pencipta.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta sebelumnya mengatur
hak cipta dalam 78 Pasal, namun dalam UUHC 2014 telah dilakukan perubahan dan
penyempurnaan terhadap pasal-pasal dalam hak cipta, serta penambahan pasal sehingga
UUHC 2014 mengatur mengenai hak cipta dalam 126 pasal.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta ini mengatur lebih
banyak mengenai defenisi, seperti adanya defenisi atas “fiksasi”, “fonogram”,
“penggandaan”, “royalti”, “Lembaga Manajemen Kolektif”, “pembajakan”,
“penggunaan secara komersial”, “ganti rugi”, dan sebagainya. UUHC 2014 membahas
lebih detail isu yang sebelumnya telah dicantumkan dalam undang-undang lama.
Sebagai contoh, pembahasan hak ekonomi, hak cipta, dan hak terkait diberi porsi 17
pasal. Termasuk di dalamnya adalah ketentuan mengenai kepemilikan hak ekonomi
pencipta yang telah dijual putus (sold flat) kepada pihak lain akan beralih kembali
kepada pencipta setelah 25 tahun (Pasal 18 UUHC 2014) dan ketentuan yang sama
untuk performer lagu dan/atau musik yang telah dijual hak ekonominya (Pasal 30
UUHC 2014).
Penjelasan Umum UUHC 2014 ini menunjukkan bahwa secara garis besar UUHC
2014 memiliki perbedaan dengan undang-undang sebelumnya. Undang-undang ini
mengatur antara lain tentang:
1) Perlindungan hak cipta dilakukan dengan waktu lebih panjang;
2) Perlindungan yang lebih baik terhadap hak ekonomi para pencipta dan/atau pemilik
hak terkait, termasuk membatasi pengalihan hak ekonomi dalam bentuk jual putus
(sold flat);
3) Penyelesaian sengketa secara efektif melalui proses mediasi, arbitrase, atau
pengadilan sera penerapan delik aduan untuk tuntutan pidana;
4) Pengelola tempat perdagangan bertanggungjawab atas tempat penjualan dan/atau
pelanggaran hak cipta dan/atau hak terkait di pusat tempat perbelanjaan nyang
dikelolanya;
5) Hak cipta sebagai benda bergerak tidak berwujud dapat dijadikan objek jaminan
fidusia;
6) Menteri diberi kewenangan untuk menghapus ciptaan yang sudah dicatatkan,
apabila ciptaan tersebut melanggar norma agama, norma susila, ketertiban umum,
pertahanan dan keamanan negara, serta ketentuan peraturan perundang-undangan;
7) Pencipta, pemegang hak cipta, pemilik hak terkait menjadi anggota Lembaga
Manajemen Kolektif agar dapat menarik imbalan atau royalti;
8) Pencipta dan/atau pemilik hak terkait mendapat imbalan royalti untuk ciptaan atau
produk hak terkait yang dibuat dalam hubungan dinas dan digunakan secara
komersial;
9) Lembaga Manajemen Kolektif yang berfungsi menghimpun dan mengelola hak
ekonomi pencipta dan pemilik hak terkait wajib mengajukan permohonan izin
operasional kepada Menteri;
10) Penggunaan hak cipta dan hak terkait dalam sarana multimedia untuk merespon
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Selain itu dalam UUHC 2014 Pasal 16 ayat (1) diatur juga tentang pengalihan hak
cipta dengan wakaf, dan dalam ayat (3) dikatakan bahwa hak cipta adalah benda
bergerak tidak berwujud yang dapat dijaminkan dengan jaminan fidusia. Mengenai
jangka waktu perlindungan hak cipta yang lebih panjang, dalam Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta disebutkan bahwa jangka waktu perlindungan
hak cipta adalah selama hidup pencipta dan berlangsung hingga 50 tahun setelah
pencipta meninggal dunia, dan dalam UUHC 2014, masa berlaku hak cipta
diperpanjang menjadi seumur hidup pencipta ditambah 70 tahun setelah meninggal.
Hak cipta dalam UUHC 2014 terbagi atas dua jenis hak, yaitu hak ekonomi dan hak
moral. Hak moral pencipta tanpa batas waktu seperti yang dimaksudkan dalam Pasal 57
ayat (1) UUHC 2014 adalah hak untuk tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan
namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian ciptaannya untuk umum;
menggunakan nama aslinya atau nama samarannya; mempertahankan haknya dalam hal
terjadi distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat
merugikan kehormatan diri atau reputasinya, berlaku tanpa batas waktu. Sedangkan hak
moral pencipta yang berjangka waktu sebagaimana yang dimaksudkan dalam ayat (2)
adalah hak untuk mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat; dan
mengubah judul dan anak judul ciptaan, berlaku selama berlangsungnya jangka waktu
hak cipta atas ciptaan yang bersangkutan.
Ciptaan berupa karya seni terapan, perlindungan hak cipta berlaku selama 25 tahun
sejak pertama kali diumumkan. Hal lain yang diatur dalam undang-undang ini adalah
adanya larangan bagi pengelola tempat perdagangan untuk membiarkan penjualan
dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran hak cipta dan/atau hak terkait di tempat
perdagangan yang dikelolanya. Menurut Pasal 114 UUHC 2014 pelanggaran terhadap
ketentuan Pasal 10 UUHC 2014 tersebut dijatuhi pidana denda paling banyak
Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pengelolaan hak ekonomi dalam hak cipta diatur dalam undang-undang ini yaitu
dalam Pasal 1 angka 22 UUHC 2014 yang menyebutkan adanya Lembaga Manajemen
Kolektif yang merupakan suatu institusi yang berbentuk badan hukum nirlaba yang
diberi kuasa oleh pencipta pemegang hak cipta, dan/atau pemilik hak terkait guna
mengelola hak ekonominya dalam bentuk menghimpun dan mendistribusikan amara.
Perbaikan dan penyempurnaan dalam UUHC 2014 ini bertujuan untuk memberi
perlindungan yang lebih baik terhadap pencipta dan kepada pihak-pihak lainnya, seperti
adanya kepastian hukum sebagai jaminan terhadap hak-hak masing-masing pihak dalam
hak cipta. Tujuan ini tentu akan tercapai jika dilaksanakan secara benar dan tepat oleh
seluruh pihak dengan adanya kesadaran dari setiap pihak akan keberadaan undang-
undang ini sebagai amara hukum bagi perlindungan hak cipta di Indonesia.

2.2 Subyek dan Obyek Hak Cipta


2.2.1 Subyek Hak Cipta
Hak cipta adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur
penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu. Hak cipta merupakan
salah satu jenis/cabang dari Hak Kekayaan Intelektual. Sehingga dapat diklasifikasi
subyek dari hak cipta yaitu sebagai berikut:
1) Pencipta
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 menyatakan bahwa
Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi (Pasal 1
ayat 2).
Sesuai Pasal 31, yang dianggap sebagai Pencipta, yaitu Orang yang namanya
disebut dalam Ciptaan, dinyatakan sebagai Pencipta pada suatu Ciptaan, disebutkan
dalam surat pencatatan Ciptaan, dan/atau tercantum dalam daftar umum Ciptaan
sebagai Pencipta. Adapun kondisi diakui sebagai Pencipta yaitu:
a) Dalam hal Ciptaan terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang diciptakan oleh 2
(dua) Orang atau lebih, yang dianggap sebagai Pencipta yaitu Orang yang
memimpin dan mengawasi penyelesaian seluruh Ciptaan (Pasal 33 ayat (1)).
Dalam hal Orang yang memimpin dan mengawasi penyelesaian seluruh Ciptaan
tidak ada, yang dianggap sebagai Pencipta yaitu Orang yang menghimpun
Ciptaan dengan tidak mengurangi Hak Cipta masing-masing atas bagian
Ciptaannya (Pasal 33 ayat (2)).
b) Dalam hal Ciptaan dirancang oleh seseorang dan diwujudkan serta dikerjakan
oleh Orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan Orang yang merancang,
yang dianggap Pencipta yaitu Orang yang merancang Ciptaan (Pasal 34).
c) Kecuali diperjanjikan lain Pemegang Hak Cipta atas Ciptaan yang dibuat oleh
Pencipta dalam hubungan dinar, yang dianggap sebagai Pencipta yaitu instansi
pemerintah (Pasal 35 ayat (1)).
d) Dalam hal badan hukum melakukan Pengumuman, Pendistribusian, atau
Komunikasi atas Ciptaan yang berasal dari badan hukum tersebut, dengan tanpa
menyebut seseorang sebagai Pencipta, yang dianggap sebagai Pencipta yaitu
badan hukum (Pasal 37).
2) Pemegang Hak Cipta
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 menyatakan bahwa
Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak yang
menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima
lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah (Pasal 1 ayat 4).
Berdasarkan Undang–Undang Nomor 28 Tahun 2014, Hak cipta adalah hak
eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif
setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 1 ayat (1)).
Hak eksklusif disini adalah hak yang semata–mata diperuntukkan bagi
pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut
tanpa izin pemegangnya. Hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi
(Pasal 4).
a. Hak moral merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri Pencipta untuk:
tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan
sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum, menggunakan nama
aliasnya atau samarannya, mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam
masyarakat, mengubah judul dan anak judul Ciptaa, dan mempertahankan
haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi Ciptaan, modifikasi Ciptaan,
atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya (Pasal 5 ayat
(1)). Hak moral sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat (1) tidak dapat
dialihkan selama Pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut dapat
dialihkan dengan wasiat atau sebab lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan setelah Pencipta meninggal dunia (Pasal 5 ayat (2)).
Dalam hal terjadi pengalihan pelaksanaan hak moral, penerima dapat
melepaskan atau menolak pelaksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau
penolakan pelaksanaan hak tersebut dinyatakan secara tertulis.
b. Hak ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan (Pasal 8). Dalam Pasal 9
ayat (1) disebutkan bahwa Pencipta atau Pemegang Hak Cipta memiliki hak
ekonomi untuk melakukan: penerbitan Ciptaan; penggandaan Ciptaan dalam
segala bentuknya; penerjemahan Ciptaan; pengadaptasian, pengaransemenan,
atau pentransformasian Ciptaan; Pendistribusian Ciptaan atau salinannya;
pertunjukan Ciptaan; Pengumuman Ciptaan; Komunikasi Ciptaan; dan
penyewaan Ciptaan. Setiap Orang yang melaksanakan hak ekonomi wajib
mendapatkan izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta (Pasal 9 ayat (2)). Setiap
Orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dilarang melakukan
Penggandaan dan/atau Penggunaan Secara Komersial Ciptaan (Pasal 9 ayat (3)).
2.2.2 Obyek Hak Cipta
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 yang termasuk obyek dari hak
cipta adalah Ciptaan. Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu
pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran,
imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk
nyata. Ciptaan yang dilindungi adalah Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni
dan sastra.
Suatu ciptaan untuk bisa mendapatkan perlindungan hukum dari negara harus
memenuhi dua syarat, yaitu:
1) Material form, suatu ide atau pemikiran telah dituangkan dalam bentuk nyata. Jadi,
yang dilindungi bukan ide atau pemikirannya tetapi materi/wujud dari ide tersebut.
2) Originality, suatu ciptaan itu benar – benar berasal dari orang yang mengaku
sebagai peciptanya, bukan berasal dari peniruan atau perbanyakan dari suatu ciptaan
yang telah ada.
Ciptaan yang dilindungi berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Pasal
40 ayat (1) meliputi Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, terdiri
atas:
a) Buku, amaras, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis
lainnya.
b) Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya.
c) Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
d) Lagu dan/atau amar dengan atau tanpa teks;
e) Drama, drama amara, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomime.
f) Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni
pahat, patung, atau kolase.
g) Karya seni terapan.
h) Karya arsitektur.
i) Peta.
j) Karya seni batik atau seni motif lain.
k) Karya fotografi.
l) Potret.
m) Karya sinematografi.
n) Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi.
o) Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya
tradisional.
p) Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program
Komputer maupun media lainnya.
q) Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya
yang asli.
r) Permainan video.
s) Program Komputer.
Hasil karya yang tidak dilindungi Hak Cipta sesuai Pasal 41 meliputi:
a) Hasil karya yang belum diwujudkan dalam bentuk nyata.
b) Setiap ide, prosedur, sistem, metode, konsep, prinsip, temuan atau data walaupun
telah diungkapkan, dinyatakan, digambarkan, dijelaskan, atau digabungkan dalam
sebuah Ciptaan.
c) Alat, Benda atau produk yang diciptakan hanya untuk menyelesaikan masalah
teknis atau yang bentuknya hanya ditujukan untuk kebutuhan fungsional.
Berdasarkan Pasal 42 yang menyatakan bahwa tidak ada Hak Cipta atas hasil karya
berupa:
a) Hasil rapat terbuka lembaga Negara.
b) Peraturan perundang-undangan.
c) Pidato kenegaraan atau pidato pejabat pemerintah.
d) Putusan pengadilan atau penetapan hakim; dan e. kitab suci atau amara keagamaan.
2.3 Pendaftaran Hak Cipta
Pendaftaran hak cipta merupakan suatu keharusan bagi sang pencipta sebuah karya
agar tidak diduplikasi oleh orang lain. Menurut UU 19 Tahun 2002 pada Bab IV Pasal
37 Tata Cara Pendaftaran Hak Cipta, adalah sebagai berikut:
1) Pendaftaran Ciptaan dalam Daftar Umum Ciptaan dilakukan atas Permohonan yang
diajukan oleh Pencipta atau oleh Pemegang Hak Cipta atau Kuasa.
2) Permohonan diajukan kepada Direktorat Jenderal dengan surat rangkap 2 (dua)
yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan disertai contoh Ciptaan atau penggantinya
dengan dikenai biaya.
3) Terhadap Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktorat Jenderal
akan memberikan keputusan paling lama 9 (amaras) bulan terhitung sejak tanggal
diterimanya Permohonan secara lengkap.
4) Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah konsultan yang terdaftar pada
Direktorat Jenderal.
5) Ketentuan mengenai syarat-syarat dan tata cara untuk dapat diangkat dan terdaftar
sebagai konsultan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Pemerintah.
6) Ketentuan lebih lanjut tentang syarat dan tata cara Permohonan ditetapkan dengan
Keputusan Presiden.
Menurut Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 Pasal 38 dalam pengajuan hak cipta
untuk suatu badan yang dikelola bersama-sama diwajibkan membawa salinan akta
resmi atas keterangan tertulis untuk pembuktian hak tersebut. Pada daftar umum ciptaan
dimuat nama Pencipta dan Pemegang Hak Cipta, tanggal penerimaan surat
Permohonan, tanggal lengkapnya persyaratan menurut Pasal 37, dan nomor pendaftaran
Ciptaan. Menurut Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 Pasal 40 tentang penerimaan
berkas oleh Direktorat Jenderal dianggap sah jika semua ketentuan dari Pasal 37 dan 38
sudah lengkap. Sedangkan pada Pasal 40 tentang pemindahan amaras pendfataran
ciptaan, pemindahan terjadi jika diperkenankan oleh penciptan kepada penerima hak
dalam satu nomor.
Penggugatan hak cipta dapat terjadi saat hak cipta ingin didaftarkan dalam pasal 2
berbunyi “Pencipta dan/atau Pemegang Hak Cipta atas karya sinematografi dan
Program Komputer memiliki hak untuk memberikan izin atau melarang orang lain
yang tanpa persetujuannya menyewakan Ciptaan tersebut unt uk kepentingan yang
bersifat komersial.” Pencipta berhak atas Hak Cipta dapat mengajukan gugatan
pembatalan melalui pengadilan Niaga. Permintaan perubahan hak cipta yang sudah
terdaftar yaitu perubahan dalam nama, alamat orang atau badan hukum dikenakan biaya
perubahan sebesar Rp 800.000. Hasil perubahan nama dan/atau alamat perubahan
tersebut diumumkan dalam Berita Resmo Ciptaan oleh Direktorat Jenderal sesuai
ketentuan pasa 43 UU 19 Tahun 2002.
Kekuatan hukum suatu pendaftaran ciptaan terhapus disebabkan oleh :
1) Penghapusan atas permohonan orang atau badan hukum yang namanya tercatat
sebagai Pencipta atau Pemegang Hak Cipta.
2) Batas waktu yang telah ditetapkan:
Pasal 29 “Berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung hingga 50 (lima
puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia.” Pasal 30 “berlaku selama 50 (lima
puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan.” Pasal 31 “Hak Cipta atas Ciptaan
yang dilaksanakan oleh penerbit berdasarkan Pasal 11 ayat (2) berlaku selama 50
(lima puluh) tahun sejak Ciptaan tersebut pertama kali diterbitkan.” Artinya penerbit
sudah memiliki amaras ciptaan tersebut walaupun hanya tertera nama amara
penciptanya, tetapi ciptaan tersebut sudah diterbitkan dan diketahui oleh umum
sehingga masa berlaku ciptaan sudah berlaku sejak ciptaan tersebut diterbitkan.
Pasal 32 “Jangka waktu berlakunya Hak Cipta atas Ciptaan yang diumumkan bagian
demi bagian dihitung mulai tanggal Pengumuman bagian yang terakhir.”
3) Terjadi pembatalan permohonan hak cipta oleh putusan pengadilan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1) Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan
prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa
mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 yang termasuk subyek dari hak
cipta adalah Pencipta sedangkan obyek dari hak cipta adalah Ciptaan. Pencipta adalah
seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama
menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi. Ciptaan adalah setiap hasil
karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas
inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang
diekspresikan dalam bentuk nyata.
3) Pendaftaran hak cipta merupakan suatu keharusan bagi sang pencipta sebuah karya
agar tidak diduplikasi oleh orang lain.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan terkait dengan pelaksanaan hak cipta di
Indonesia antara lain:
1) Pemerintah harus memberikan sosialisasi kepada semua masyarakat untuk
menghargai hasil karya cipta seseorang.
2) Pemerintah harus bertindak tegas untuk menghukum pelaku yang terlibat dalam kasus
pelanggaran hak cipta di Indonesia.
3) Pemerintah mengharuskan setiap pencipta suatu karya untuk segera mendaftarkan
karya ciptaannya, agar tidak terjadi plagiatisme atau pembajakan terhadap hasil
karyanya.
4) Pemerintah mempermudah pencipta suatu karya untuk mendaftarkan karya
ciptaannya, melalui prosedur-prosedur yang sederhana dan tidak berbelit-belit.
5) Setiap masyarakat ikut berpartisipasi menerapkan peraturan mengenai hak cipta yang
berlaku.
6) Setiap masyarakat, khususnya konsumen atau pengguna suatu karya, harusnya
membeli karya cipta orang yang orisinil, bukan membeli barang-barang atau produk
bajakan.
7) Setiap masyarakat yang melihat adanya tindakan berupa pembajakan atau plagiatisme
terhadap suatu karya, sebaiknya melapor kepada aparat yang berwajib untuk segera
menangani kasus tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyatno. 2000. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta : Rineka Cipta.


Rachmadi Usman, S.H.2003. Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual (Perlindungan dan
Dimensi Hukumnya di Indonesia). Bandung: PT.Alumni.
Tamotsu Hozumi. 2006. Asian Copyright Handbook (Buku Panduan Hak Cipta Asia Versi
Indonesia). Jakarta: IKAPI.
Undang-Undang 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. www.peraturan.go.id. Diakses pada 6
Desember 2017.

Anda mungkin juga menyukai