Anda di halaman 1dari 5

TEORI AKUNTANSI adalah suatu konsep definisi dalil yang menyajikan secara sistematis gambaran

fenomena akuntansi yang menjelaskan hubungan antara variabel dengan variabel lainnya dalam
struktur akuntansi dengan maksud dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena yang mungkin muncul.
TEORI AKUNTANSI POSITIF adalah teori akuntansi yang berupaya menjelaskan suatu proses dengan
menggunakan kemampuan pemahaman serta pengetahuan akuntansi saat menentukan kebijakan akuntansi yang
sesuai dalam menghadapi kondisi di masa yang akan datang.
PRINSIP DARI TEORI AKUNTANSI POSITIF beranggapan bahwa tujuan dari teori akuntansi bermaksud
untuk memprediksi dan menjelaskan praktik akuntansi. Teori akuntansi positif merupakan studi lanjutan dari
teori akuntansi normatif karena kegagalan dari teori normatif dalam menjabarkan fenomena praktik yang terjadi
secara real (nyata).
Teori normatif merupakan pendapat subyektif (pribadi) sehingga tidak dapat diterima secara mentah, harus
dapat diuji secara empiris supaya memiliki dasar teori yang kuat.
Terdapat tiga hipotesis oleh Watts dan Zimmerman, 1990 yang menjadi asumsi pada teori akuntansi positif
diantaranya adalah:
1. Hipotesis Rencana Bonus (BONUS Plan Hypothesis)
Manajer perusahaan cenderung lebih menyukai metode yang dapat meningkatkan laba periode berjalan dengan
bonus tertentu. Pilihan diharapkan dapat meningkatkan nilai bonus yang akan diterima tidak dapat
menyesuaikan dengan metode yang dipilih. (Baca juga: tahapan proses manajemen )
2. Hipotesis hutang atau ekuitas (Debt/Equity Hypothesis)
Semakin tinggi rasio ekuitas atau hutang perusahaan maka makin besar para manajer untuk memilih metode
akuntansi yang data efektif untuk menaikkan laba. Semakin tinggi rasio hutang dan ekuitas akan mendekatkan
perusahaan dengan batas perjanjian atau peraturan kredit dan makin besar kemungkinan penyimpangan
perjanjian kredit dan pengeluaran biaya. (Baca juga: tugas manajer personalia )
3. Hipotesis Cost Politik (Political Cost Hypothesis)
Hipotesis ini didasari asumsi bahwa sangat mahalnya nilai informasi bagi individu untuk menentukan kondisi
laba akuntansi apakah betul-betul menunjukkan monopoli laba.
Selain itu, mahalnya bagi individu untuk melaksanakan kontrak dengan berbagai pihak dalam proses politik
untuk menegakkan regulasi dan aturan hukum, yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. (Baca
juga: landasan hukum bank syariah )
Pada umumnya individu yang rasional tidak mengetahui informasi yang lengkap tentang proses politik dan
proses pasar. Dengan dasar cost informasi dan cost monitoring, manajer mempunyai insentif untuk memiliki
laba pada periode akuntansi dalam proses politik tersebut.
TEORI NORMATIF
Teori normatif didasarkan atas upaya pembenaran tentang apa yang seharusnya dipraktekkan. Teori normatif
disebut juga Teori Apriori (bersifat deduktif) karena bukan hasil dari penelitian empiris.
Hal ini disebabkan oleh pengalaman praktek langsung yang telah dilakukan misalnya pernyataan
tentang laporan keuangan yang seharusnya didasarkan pada metode pengukuran tertentu atau dihasilkan melalui
kegiatan semi research. (Baca juga:
Teori normatif diketahui lebih berkonsentrasi pada :
1. Penciptaan laba sesungguhnya (true income)
Teori ini lebih berkonsentrasi pada pengukuran tunggal yang benar untuk aktiva dan laba.
2. Pengambilan keputusan (decision usefulness)
Teori ini menganggap bahwa tujuan dasar akuntansi adalah untuk membantu proses pengambilan keputusan
dengan menyediakan data akuntansi yang relevan dan bermanfaat.
Di beberapa kasus, teori ini didasarkan pada konsep ekonomi tentang laba dan kemakmuran atau konsep
ekonomi pengambilan keputusan rasional. Konsep tersebut didasarkan pada penyesuaian rekening karena
pengaruh inflasi atau dari nilai pasar dari aktiva.
Teori normatif ini didasarkan pada anggapan bahwa:
Akuntansi seharusnya merupakan sistem pengukuran.
Laba dan nilai dapat diukur secara tepat.
Akuntansi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi.
Pasar tidak efisien (dalam pengertian ekonomi).
Ada beberapa pengukur laba yang unik.
Pada praktiknya teori normatif adalah pendapat subyektif (pribadi) maka sulit untuk diterima begitu saja karena
harus dapat diuji secara empiris supaya dapat dikatakan sistem akuntansi yang dihasilkan sebagai sesuatu yang
ideal.
Para ahli bidang akuntansi telah menyatakan bahwa teori akuntansi positif lebih diterapkan dibandingkan teori
akuntansi normatif.
1.1 PENGERTIAN TEORI ASIMETRI INFORMASI
Dalam bidang ekonomi, asimetri informasi terjadi jika salah satu pihak dari suatu transaksi memiliki informasi
lebih banyak atau lebih baik dibandingkan pihak lainnya. (Sering juga disebut dengan istilah informasi
asimetrik/informasi asimetris). Umumnya pihak penjual yang memiliki informasi lebih banyak tentang produk
dibandingkan pembeli, meski kondisi sebaliknya mungkin juga terjadi.
Contoh situasi dimana penjual memiliki informasi lebih baik ada banyak, termasuk di dalamnya penjual mobil
bekas, pialang saham, agen real estate, dan asuransi jiwa.
1.2 TEORI ASIMETRI INFORMASI
Asimetri informasi merupakan kondisi di mana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak
manajemen sebagai penyedia informasi (prepaper) dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada
umumnya sebagai pengguna informasi (user).
1.4 MACAM ASIMETRI INFORMASI
Menurut Scott (2000), ada dua macam asimetri informasi:
1. Adverse Selection
Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau
akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih atas pihak-
pihak lain. Adverse selection terjadi karena beberapa orang seperti manajer perusahaan dan para pihak dalam
(insiders) lainnya lebih mengetahui kondisi kini dan prospek ke depan suatu perusahaan daripada para investor
luar.
Para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek
perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang
akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham.
1. Moral Hazard
Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak yang melangsungkan atau akan
melangsungkan suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan mereka
dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak-pihak lainnya tidak. Moral hazard dapat terjadi
karena adanya pemisahan pemilikan dengan pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan
perusahaan besar.
Kegiatan yang dilakukan oleh manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi
pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan di luar pengetahuan pemegang saham yang melanggar
kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.
Contoh situasi dimana penjual memiliki informasi lebih baik ada banyak, termasuk di dalamnya penjual mobil
bekas, pialang saham, agen real estate, dan asuransi jiwa. Penjual yang tidak berniat baik dapat menipu pembeli
dengan cara memberi kesan seakan-akan barang yang dijualnya bagus. Sehingga, banyak pembeli yang
menghindari penipuan menolak untuk melakukan transaksi dalam pasar seperti ini, atau menolak mengeluarkan
uang besar dalam transaksi tersebut. Sebagai akibatnya, penjual yang benar-benar menjual barang bagus
menjadi tidak laku karena hanya dinilai murah oleh pembeli, dan akhirnya pasar akan dipenuhi oleh barang
berkualitas buruk.
CONTOH ASIMETRI INFO (MORAL HAZARD)
Akerlof (1970) tentang pasar mobil bekas. Pasar mobil bekas tidak berjalan baik karena lemon yang
diakui sebagai mobil bagus. Kasus ekstrem, asimetri info bisa menghancurkan pasar. Contoh membeli asuransi
kemungkinan gagal pura-pura sakit menyelesaikan pendidikan agar bisa mengklaim polis asuransi dan tidak
jadi menamatkan pendidikan.
CONTOH ASIMETRI INFO (ADVERSE SELESCTION)
Jika semua orang yang sakit berbondong-bondong mendaftar ke univ dengan harapan akan bisa disebut
dengan mengklaim haknya nanti adverse selection/pilihan yang berlawan atau merugikan. Menjadi pilihan
yang berlawanan atau merugikan karena orang yang kondisi kesehatannya berlawanan dengan kepentingan
perusahaan memilih untuk membeli asuransi kesehatan. Efeknya, perusahaan asuransi bisa tidak mau tidak
memberikan jaminan pada pasar asuransi.
OPORTUNISME adalah suatu aliran pemikiran yang menghendaki pemakaian kesempatan menguntungkan
dengan sebaik-baiknya, demi diri sendiri, kelompok, atau suatu tujuan tertentu. Oportunisme adalah tindakan
bijaksana yang dipandu terutama oleh motivasi mementingkan diri sendiri.
KONTRAK EFISIEN adalah kontrak yang tidak banyak menimbulkan persengketaan dan yang mendorong
pihak yang berkontrak melaksanakan apa yang diperjanjikan.
KONTRAK EFISIEN DENGAN ASIMETRI
Pada kenyataannya informasi simetris itu tidak pernah terjadi, karena manajer berada didalam perusahaan
sehingga manajer mempunyai banyak informasi mengenai perusahaan,sedangkan prinsipal sangat jarang atau
bahkan tidak pernah datang ke perusahaan sehingga informasi yang diperoleh sangat sedikit. Hal ini
menyebabkan kontrak efisien tidak pernah terlaksana sehingga hubungan agen dan prinsipal selalu dilandasi
oleh asimetri informasi. Agen sebagai pengendali perusahaan pasti memiliki informasi yang lebih baik dan
lebih banyak dibandingkan dengan prinsipal. Di samping itu, karena verifikasi sangat sulit dilakukan, maka
tindakan agen pun sangat sulit untuk diamati. Dengan demikian, membuka peluang agen untuk memaksimalkan
kepentingannya sendiri dengan melakukan tindakan yang tidak semestinya atau sering disebut disfunctional
behaviour, dimana tindakan ini dapat merugikan prinsipal, baik memanfaatkan aset perusahaan untuk
kepentingan pribadi, maupun perekayasaan kinerja perusahaan.
OPPORTUNISM DENGAN ASIMETRI INFORMASI
Dalam hubungan keagenan, principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agent. Agent
mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara
keseluruhan. Hal inilah yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal
dan agent. Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan asimetri informasi. Adanya asumsi bahwa
individu-individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan agent memanfaatkan adanya
asimetri informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal.
Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent mendorong agent untuk
menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal* terutama jika informasi tersebut berkaitan
dengan pengukuran kinerja agent. Salah satu bentuk tindakan agent tersebut adalah yang disebut sebagai
earning management.
APA ITU DALIL : Pengertian atau istilah dalil dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) diartikan
pendapat yang dikemukakan dan dipertahankan sebagai suatu kebenaran. Suatu dalil ditulis dalam bentuk
proposisi yang harus memenhi tiga criteria, yaitu :

1) Mempunyai bentuk hubungan (deskripsi, komparasi, eksplanasi dan kausalitas);


2) Memiliki keeratan pertalian hubungan antar konsep atau variabel (proposition linkage))
3) Memiliki nilai informasi yang tinggi (high informative value) sehingga tidakmenimbulkan kesalahan
interprestasi.

PENGERTIAN ATAU DEFINISI KONSEP adalah Sekumpulan gagasan atau ide yang sempurna dan
bermakna berupa abstrak, entitas mental yang universal dimana mereka bisa diterapkan secara merata untuk
setiap ekstensinya sehingga konsep membawa suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri
yang sama dan membentuk suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang dirumuskan.
PRINSIP adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh
seseorang/ kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak.
5.3 KONSEP-KONSEP DASAR YANG MENDUKUNG KOS
Konsep dapat berupa dalil, aksioma, asumsi, doktrin, konvensi, batasan, dan prinsip. Konsep
adalah hasil dari proses identifikasi mengelompokkan dan interpretasi dari berbagai fenomena. Dalil
atau postulat adalah asumsi dasr yang membahan lingkungan bisnis. Sedangkan prinsip adalah
pendekatan umum yang digunakan dalam penilaian dan pengakuan peristiwa-peristiwa akuntansi.
5.5.1 Dalil-dalil (postulates)
Terdiri dari dalil kontinyuitas usaha, dalil periode waktu, dalil kesatuan akuntansi, serta dalil unit
moneter
5.5.2 Princip-princip (principles)
Terdiri dari prinsip-prinsip berorientasi output, prinsip-prinsip berorientasi kendala, dan prinsip-
prinsip berorientasi informasi keuangan
SFAC Nomor 8 tentang Conseptual Framework for Financial Reporting. Penjelasan dalam SFAC ini
dibagi kedalam tiga chapter yaitu: Chapter 1, The Objective of General Purpose Financial Reporting; Chapter
2, (masih kosong/dalam pembahasan); dan Chapter 3, Qualitative Characteristics of Useful Financial
Information.
SFAC nomor 8 ini diterbitkan oleh FASB pada tahun 2010 yang merupakan pengganti dari SFAC
nomor 1 dan 2. Langkah awal dari diterbitkannya statement ini adalah sebagai hasil dari kerjasama yang
dilakukan antara FASB dan IASB sejak tahun 2004 sebagai sebuah tambahan terhadap Norwalk Agreement,
dimana kerjasama tersebut merupakan suatu upaya untuk melakukan konvergensi masing-masing kerangka
konseptual FASB-IASB (Wolk, et al. 2013).
Karakteristik kualitatif yang dijelaskan dalam statement ini terdiri dari dua karakteristik fundamental
dan empat karakteristik tambahan yang sifatnya meningkatkan mutu dari dua karakteristik fundamental
tersebut. Dua karakteristik fundamental tersebut yaitu relevance danfaithful representation. Kemudian, agar
kegunaan suatu informasi keuangan semakin meningkat, maka harus didukung oleh empat karakteristik
tambahan yaitu comparability, verifiability, timeliness, dan understandability.
Dalam SFAC nomor 2, informasi yang relevan harus disajikan secara tepat waktu(timeliness), memiliki
nilai prediktif (predictive value) dan nilai umpan balik (feedback value). Sementara di SFAC nomor 8,
informasi keuangan yang relevan adalah mampu membuat perbedaan dalam keputusan jika memiliki nilai
prediktif (predictive value) dan nilai konfirmasi(confirmatory value).
Hal yang sama juga berlaku pada faithful representation, dalam SFAC nomor 8, untuk menjadi faithful
representation yang sempurna maka harus memiliki karakteristik lengkap (complete), netral (neutral), dan
bebas dari kesalahan (free from error). Sementara dalam SFAC nomor 2, faithful
representation atau representational faithfulness menjadi bagian darireliability.

Anda mungkin juga menyukai