Anda di halaman 1dari 8

KOPERASI

Jenis-jenis Koperasi Berdasarkan Keanggotaannya


Sebelum membahas mengenai cara pendirian koperasi, perlu Anda ketahui bahwa UU
Perkoperasian membagi koperasi menjadi 2 jenis berdasarkan keanggotaannya, yaitu:
a. Koperasi primer, yang didirikan dan beranggotakan orang perseorangan dengan minimal
jumlah anggota 20 orang
Koperasi ini bukan kumpulan modal, melainkan kumpulan orang dengan kepentingan
ekonomi yang sama.
Wilayah kerja koperasi primer meliputi satu lingkungan kerja, keluharan, atau desa.
Contohnya koperasi pegawai dan koperasi unit desa (KUD)

Koperasi sekunder, yang didirikan dan beranggotakan badan hukum koperasi dengan
minimal jumlah anggota 3 koperasi
Koperasi sekunder biasanya dibuat untuk efisiensi dan pemusatan. Cakupan wilayahnya dari
kabupaten, kota, provinsi, bahkan nasional. Koperasi sekunder tediri dari beberapa tingkatan
yakni:

1. Pusat koperasi

Pusat koperasi beranggotakan sedikitnya lima koperasi primer. Pusat koperasi biasanya
dibentuk atas dasar sifat dan bidang usaha yang sama. Contohnya Pusat Koperasi
Pegawai Negeri (PKPN), Pusat Koperasi Unit Desa (PUSKUD), dan Pusat Koperasi
Batik.

2. Gabungan koperasi

Gabungan koperasi beranggotakan sedikitnya tiga pusat koperasi. Anggotanya adalah


pusat koperasi yang sejenis. Tugasnya menyediakan informasi bagi upaya pengembangan
usaha koperasi-koperasi anggotanya.

Informasi dapat disebarkan melalui majalah atau buletin. Tugas lainnya yakni
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota, pengurus, pegawai, dan
mereka yang ingin mengelola kegiatan usaha koperasi. Contoh gabungan koperasi yakni
Gabungan Koperai Batik Indonesia (GKBI), Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI)
dan Gabungan Koperasi Perikanan Indonesia (GKPI).

3. Induk koperasi

Induk koperasi beranggotakan paling sedikit tiga gabungan koperasi. Anggotanya


biasanya tidak harus memiliki jenis usaha yang sama. Wilayah kerjanya di tingkat
nasional. Induk koperasi sering juga disebut pusat koperasi nasional.

Induk koperasi bertugas sebagai penyambung koperasi yang menjadi anggota dalam
berhubungan dengan lembaga nasional maupun lembaga internasional. Contoh induk
koperasi yakni Koperasi Induk Pegawai PLN (KIPPLN), Induk Koperasi Unit Desa
(INKUD), Induk Koperasi Simpan Pinjam (IKSP), Induk Koperasi Karyawan Kereta Api
(INKOPKA), dan Induk Koperasi Syariah BMT (Inskopsyah BMT).

LANDASAN KOPERASI

Ada empat landasan koperasi berdasarkan sifatnya:

1. Landasan idiil
Landasan idiil koperasi adalah Pancasila. Pancasila harus menjadi dasar kehidupan
koperasi. Lima sila Pancasila juga perlu menjadi dasar tujuan koperasi. Ini dikarenakan
Pancasila adalah falsafah dan dasar negara.

2. Landasan struktural
Landasan struktural koperasi adalah Undang-undang Dasar 1045 Pasal 33 ayat (1). Pasal
tersebut berbunyi: "Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas
kekeluargaan" Pasal 33 mengamanatkan dasar demokrasi ekonomi. Kegiatan ekonomi
dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pengawasan anggota masyarakat. Tujuan
utama dari kegiatan ekonomi adalah kesejahteraan masyarakat dan bukan kesejahteraan
perorangan.

3. Landasan mental
Landasan mental koperasi adalah kesetiakawanan dan kesadaran pribadi. Dengan dua
landasan itu, koperasi dapat menjadi unsur pendidikan yang baik untuk memperkuat
ekonomi. Dengan kesetiakawanan, kemakmuran dan kesejahteraan dicapai bukan untuk
pribadi namun untuk bersama.

4. Landasan operasional

Landasan operasional koperasi adalah Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang


Perkoperasian.

Landasan operasional lainnya yakni anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
(AD/ART) masing-masing koperasi. Landasan operasional adalah aturan kerja yang harus
diikuti dan ditaati anggota, pengurus, dan pengawas dalam melakukan tugasnya.
TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI

I. DASAR HUKUM

1. UU. No. 25 Tahun 1992, tentang Perkoperasian


2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian
3. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 28/PUU-XI/2013
4. PP No. 4 Tahun 1994 tentang Persyaratan dan tata cara Pengesahan Akta Pendirian dan
Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.
5. InpresRI. Nomor 18 Tahun 1998, tentang peningkatan Pembinaan dan pengembangan
Perkoperasian.
6. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI. Nomor 98/Kep/M.KUKM/IX/2004
tanggal 26 Oktober 2004 tentang Notaris sebagai pembuat Akta Koperasi.
7. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor 123/Kep/M.KUKM/X/2004
tanggal 26 Oktober 204 tentang penyelenggaraan tugas Pembantuan dalam rangka
Pengesahan Akta Pendirian, PAD dan Pembubaran Koperasi pada Provinsi dan
Kab/Kota.

II. TAHAP PERTAMA

PENYULUHAN PERKOPERASIAN

1. Pengertian Perkoperasian, manfaat dan Usaha koperasi.


2. Hak dan Kewajiban Pengurus, Pengawas dan Anggota.
3. Tugas dan kewajiban pendiri, anggota dan pengurus sebelum dan sesudah Koperasi
Berbadan Hukum.
4. Tatacara persiapan Rapat Pembentukan Koperasi.
5. Inventarisasi calon anggota Koperasi yang memiliki tujuan dan kepentingan ekonomi
yang sama.

III. TAHAP KEDUA

RAPAT PEMBENTUKAN KOPERASI

Dihadiri oleh sekurang-kurangnya 20 orang untuk Koperasi Primer dan 3 Koperasi untuk
Koperasi Sekunder. Dipimpin oleh pendiri atau kuasa pendiri.

Pendiri wajib mengundang Pejabat dari Dinas Koperasi dan UMKM untuk memberikan petunjuk
seperlunya.

Dalam rapat tersebut dibahas mengenai pokok-pokok materi rancangan anggaran dasar


koperasi yang akan dibentuk, yang meliputi:
a. nama koperasi;
b. nama para pendiri;
c. alamat tetap atau tempat kedudukan koperasi;
d. jenis koperasi;
e. jangka waktu berdiri;
f. maksud dan tujuan;
g. keanggotaan koperasi;
h. perangkat organisasi koperasi;
i. modal koperasi;
j. besarnya jumlah setoran simpanan pokok dan simpanan wajib;
k. bidang dan kegiatan usaha koperasi;
l. pengelolaan;
m. pembagian sisa hasil usaha;
n. perubahan anggaran dasar;
o. ketentuan mengenai pembubaran dan penyelesaiannya, serta hapusnya status badan hukum;
p. sanksi; dan
q. peraturan khusus.
 
Hasil rapat kemudian dibuat dalam notulen rapat atau berita acara rapat untuk dituangkan ke
dalam rancangan anggaran dasar

Membuatan berita acara rapat Pembentukan.

Akta Pendirian/Angaran Dasar dibuat oleh Notaris yang ditunjuk.

IV. TAHAP KETIGA

PENGELOLAAN PRA KOPERASI

Koperasi yang belum berbadan Hukum disebut Pra Koperasi.

Pengelolaan Pra Koperasi dimaksudkan untuk memantapkan aspek kelembagaan, Administrasi


organisasi dan akutansi Koperasi peningkatan kinerja usaha dan aspek permodalan.

Pengelolaan Pra Koperasi diharapkan dalam waktu 3-6 bulan.

Permohonan Nama Koperasi

Selanjutnya, nama koperasi yang telah disepakati oleh para pendiri harus diajukan kepada
Menteri Hukum dan HAM melalui Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum
 Format pengajuan nama koperasi paling sedikit memuat nama koperasi yang dipesan dan jenis
koperasi.
Jenis koperasi terdiri atas produsen, konsumen, pemasaran, jasa, dan simpan pinjam.
 
Syarat-syarat dari nama yang akan dipakai oleh koperasi adalah sebagai berikut:
a. terdiri dari paling sedikit 3 kata setelah frasa koperasi dan jenis koperasi;
b. ditulis dengan huruf latin;
c. belum dipakai secara sah oleh koperasi lain;
d. tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan;
e. tidak sama atau tidak mirip dengan nama lembaga negara, lembaga pemerintah, atau
lembaga internasional, kecuali mendapat izin dari lembaga yang bersangkutan; dan
f. tidak terdiri atas angka atau rangkaian angka, huruf atau rangkaian huruf yang tidak
membentuk kata.
 
Selain itu, apapila koperasi yang akan Anda dirikan melaksanakan usaha tenaga kerja bongkar
muat di pelabuhan, maka nama koperasi harus memuat frasa "TKBM" sebelum penyebutan nama
koperasi.
 
Persetujuan dan penolakan atas nama tersebut akan diberikan oleh Menteri Hukum dan HAM
secara elektronik. Apabila disetujui, pemakaian nama tersebut berlaku paling lama 30 hari sejak
persetujuan pemakaian nama diberikan oleh menteri.

V. TAHAP KEEMPAT

PENGAJUAN PERMOHONAN BADAN HUKUM

Para Pendiri atau Kuasa pendiri mengajukan permohonan pengesahan akta pendirian/badan
hukum Koperasi sesuai persyaratan yang ditentukan kepada Dinas operasi dan UMKM setempat.

Bagi Koperasi yang beranggotakan/berdomisili di satu Kab/Kota maka pengjuan pengesahan


akta pendirian/badan hukum Koperasi pada Dinas/Kantor Koperasi dan Kab/Kota setepat.

Bagi koperasi yang beranggotakan/berdomisili lebih dari satu Kab/Kota/Lintas Kabupaten/Kota


maka pengajuan pengesahan akta pendirian/badan hukum Koperasi pada Dinas koperasi dan
UKM Provinsi Bali.

Bagi Koperasi yang beranggotakan/berdomisili lebih dari satu Provinsi/Lintas Provinsi maka
pengajuan pengesahan akta pendirian/badan hukum Koperasi pada Deputi Kelembagaan
Koperasi dan UKM Kantor Kementerian Koperasi dan UKM RI di Jakarta.

VI. TAHAP KELIMA

VERIFIKASI/PENINJAUAN

Peninjauan kelokasi Koperasi yang mengajukan permohonan Badan Hukum bertujuan untuk
mengetahui:

Kelayakan Usaha Koperasi.

Keberadaan tempat usaha dan status kepemilikanya.

Pelaksanaan tugas pengurus dan pengawas.

Kelengkapan Administrasi Keuangan dan Permodalan.

Perkembangan keanggotaan dan usaha.


Kelengkapan Administrasi organisasi Koperasi.

Potensi pengembangan usaha Koperasi.

VII. TAHAP KEENAM

PENYERAHAN AKTA PENDIRIAN/BADAN HUKUM KOPERASI

Pengesahan akta pendirian/badan hukum Koperasi oleh Gubernur/Bupati/Pejabat yang ditunjuk


paling lama 3 bulan tehitung sejak diterima permohonan secara lengkap dan benar.

Penyerahan akta pendirian/badan hukum dilaksanakan oleh Pejabat/Petugas dihadapan pengurus,


pengawas dan anggota Koperasi agar bisa diberikan penjelasan seperlunya.

Pengesahan Akta Pendirian Koperasi


Tahapan selanjutnya adalah pembuatan akta pendirian koperasi yang kemudian dimohonkan
pengesahannya kepada Menteri Hukum dan HAM melalui Direktur Jenderal Administrasi
Hukum Umum.
 
Permenkumham 14/2019 mensyaratkan agar permohonan pengesahan akta ini dimuat atau
dinyatakan dalam akta notaris dalam bahasa Indonesia.
 
Pengisian format pengesahan akta pendirian koperasi juga harus dilengkapi dengan dokumen
pendukung yang disampaikan secara elektronik, yaitu pernyataan secara elektronik dari pemohon
tentang dokumen untuk pendirian koperasi yang telah lengkap dan yang disimpan oleh notaris,
meliputi:
a. minuta akta pendirian koperasi, beserta berkas pendukung akta;
b. berita acara rapat pendirian koperasi, termasuk pemberian kuasa untuk mengajukan
permohonan pengesahan;
c. surat bukti penyetoran modal, paling sedikit sebesar simpanan pokok serta dapat ditambah
simpanan wajib dan hibah; dan
d. rencana kerja koperasi.

Selain itu, permohonan pengesahan harus dilakukan paling lambat 60 hari sejak
ditandatanganinya akta pendirian dan apabila batas waktu ini terlampaui, permohonan tidak
dapat diajukan 
Setelah dimohonkan, Menteri Hukum dan HAM akan menerbitkan keputusan menteri secara
elektronik mengenai pengesahan akta pendirian koperasi pada saat permohonan diterima dan
Menteri Koperasi dan UKM yang akan menyelenggarakan pengesahan koperasi dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
 
Terakhir, notaris dapat langsung melakukan pencetakan sendiri atas keputusan menteri mengenai
pengesahan akta pendirian koperasi dengan menggunakan kertas berwarna putih ukuran F4/Folio
dengan berat 80 gram.
 
Pengajuan permohonan pendirian koperasi dapat diajukan melalui laman Direktorat Jenderal
Administrasi Hukum Umum. Untuk panduan melakukan pengajuan permohonan ini dapat
disimak dalam Panduan Penggunaan AHU Online.

Izin Usaha
Perlu diingat bahwa setelah pendirian koperasi disahkan melalui keputusan menteri, dalam
menyelenggarakan usahanya, koperasi harus mengajukan permohonan perizinan berusaha
melalui sistem OSS sebagaimana yang diatur dalam Bagian S Lampiran Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik.
 
Sebagai informasi tambahan, mengutip dari artikel Sudah Tepatkah Moratorium Izin
Koperasi Simpan Pinjam?, pemerintah memutuskan untuk moratorium atau penghentian
sementara perizinan usaha koperasi simpan pinjam selama tiga bulan ke depan.
 
Penghentian tersebut dilakukan untuk membenahi kegiatan usaha simpan pinjam koperasi
nasional yang praktiknya masih tidak sesuai dengan regulasi, yaitu memberi pinjaman kepada
non-anggotanya.
 
Moratorium ini berlaku selama 3 bulan sejak diterbitkannya Surat Edaran Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 26 Tahun 2020 tentang Moratorium
Perizinan Usaha Simpan Pinjam Koperasi.

KELENGKAPAN PERMOHONAN PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN/BADAN HUKUM


KOPERASI.

KELENGKAPAN POKOK

1. Surat Permohonan pendiri ( asli bermaterai Rp. 6.000,- )

2. Akta Pendirian dan anggaran dasar rangkap 3 ( tga ) ( asli bermaterai Rp. 6.000,- ) yang dibuat
Notaris.

3. Berita acara rapat pembentukan.

4. Surat bukti penyetoran modal sekurang-kurangnya sebesar simpanan pokok :

a. Untuk USP. Koperasi Primer minimal Rp. 15.000.000,-

b. Untuk KSP. Primer minimal Rp. 15.000.000,-


c. Untuk KSP. Sekunder minimal Rp. 50.000.000,-

d. Untuk USP, Sekunder minimal Rp. 50.000.000,-

5 .Rencana awal kegiatan usaha Koperasi ( bagi USP/KSP rencana 3 tahun dan RAPBK )

6. Suratkuasa mengurus badan hukum ( asli bermaterai Rp. 6.000,- )

III. KELENGKAPAN TAMBAHAN

Daftar hadir rapat pembentukan Koperasi.

Neraca awal dan Neraca terakhir.

Susunan Pengurus dan Pengawas.

Daftar riwayat hidup khusus pengelola KSP dan USP.

Daftar sarana kerja.

Daftar Buku administrasi oraganisasi dan usaha.

Suratperjanjian surat kerja antara pengurus Koperasi dengan Pengelola/Menager/Direksi ( USP )

Daftar riwayat hidup pengurus serta dibubuhi pas foto yang bersangkutan.

foto kopy KTP. Pengurus dan anggota.

Daftar nama pendiri Koperasi.

Hasil peninjauan langsung oleh pejabat Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(setelah pemohonan masuk )

Anda mungkin juga menyukai