Awal mula
sistem koperasi di Indonesia sudah muncul sejak zaman era kolonial. Bahkan Proklamator
dan Wakil Presiden RI yang pertama, mengkonsepsikan koperasi sebagai guru
perekonomian bangsa Indonesia.
Sampai saat ini, tercatat ratusan ribu koperasi yang masih aktif di Indonesia. Bila melihat
data milik Kementerian Koperasi dan UKM, hingga Desember 2018, tercatat ada sekitar
126.343 koperasi aktif di 34 provinsi yang bila di total kan jumlah anggota nya telah
mencapai 20-an juta orang dengan nilai volume usaha mencapai Rp 145,8 triliun.
Dengan nilai volume usaha yang sangat masif, masih banyak kesempatan bila ingin
mendirikan Koperasi di Indonesia. Ini dapat dilihat dari kontribusi koperasi terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang berkisar 5,1 persen (hingga Juni 2019). Oleh karena
itu, berikut sudah kami rangkum panduan dan syarat lengkap tentang Koperasi yang ada di
Indonesia, dengan harapan memajukan sektor Koperasi di Indonesia
Apa Itu Koperasi
Landasan dasar mengenai hukum Koperasi di Indonesia terdapat pada Pancasila dan UUD
NRI 1945. Pengertian Koperasi ialah badan usaha yang isinya beranggotakan orang-
perorangan atau badan hukum dengan melandaskan semua kegiatan yang dilakukan
berdasar prinsip koperasi yang telah ada, Koperasi juga sekaligus berfungsi sebagai gerakan
ekonomi milik rakyat yang asas nya berdasar kekeluargaan.
SEJARAH KOPERASI
Koperasi pertama kali diperkenalkan oleh seorang berkebangsaan Skotlandia, yang bernama
Robert Owen (1771-1858). Setelah koperasi berkembang dan diterapkan di beberapa
Negara-negara eropa. Koperasi pun mulai masuk dan berkembang di Indonesia.
Di Indonesia koperasi mulai diperkenalkan oleh Patih R.Aria Wiria Atmaja pada tahun 1896,
dengan melihat banyaknyak para pegawai negeri yang tersiksa dan menderita akibat bunga
yang terlalu tinggi dari rentenir yang memberikan pinjaman uang. Melihat penderitaan
tersebut Patih R.Aria Wiria Atmaja lalu mendirikan Bank untuk para pegawai negeri, beliau
mengadopsi system serupa dengan yang ada di jerman yakni mendirikan koperasi kredit.
Beliau berniat membantu orang-orang agar tidak lagi berurusan dengan renternir yang pasti
akan memberikan bunga yang tinggi.
seorang asisten residen Belanda bernama De Wolffvan Westerrode, merespon tindakan
Patih R.Aria Wiria, sewaktu mengunjungi Jerman De Wolffvan Westerrode menganjurkan
akan mengubah Bank Pertolongan Tabungan yang sudah ada menjadi Bank Pertolongan,
Tabungan dan Pertanian.
Setelah itu koperasi mulai cepat berkembang di Indonesia, hal ini juga didorong sifat orang-
orang Indonesia yang cenderung bergotong royong dan kekeluargaan sesuai dengan prinsip
koperasi. Bahkan untuk mengansitipasi perkembangan ekonomi yang berkembang pesat
pemerintahan Hindia-Belanda pada saat itu mengeluarkan peraturan perundangan tentang
perkoperasian. Pertama, diterbitkan Peraturan Perkumpulan Koperasi No. 43, Tahun 1915,
lalu pada tahun 1927 dikeluarkan pula Peraturan No. 91, Tahun 1927, yang mengatur
Perkumpulan-Perkumpulan Koperasi bagi golongan Bumiputra. Pada tahun 1933,
Pemerintah Hindia-Belanda menetapkan Peraturan Umum Perkumpulan-Perkumpulan
Koperasi No. 21, Tahun 1933. Peraturan tahun 1933 itu, hanya diberlakukan bagi golongan
yang tunduk kepada tatanan hukum Barat, sedangkan Peraturan tahun 1927, berlaku bagi
golongan Bumiputra.
Setelah pemerintahan Hindia-belanda menunjukkan sikap diskriminasi dalam peraturan
yang dibuatnya. Pada tahun 1908 Dr. Sutomo yang merupakan pendiri dari Boedi Utomo
memberikan perananya bagi gerakan koperasi untuk memperbaiki kondisi kehidupan
rakyat.
Serikat Dagang Islam (SDI) 1927, Dibentuk bertujuan untuk memperjuangkan kedudukan
ekonomi pengusah-pengusaha pribumi. Kemudian pada tahun 1929, berdiri Partai Nasional
Indonesia yang memperjuangkan penyebarluasan semangat koperasi.
Setelah jepang berhasil menguasai sebagian besar daerah asia, termasuk Indonesia, system
pemerintahan pun berpindah tangan dari pemerintahan Hindia-Belanda ke pemerintahan
Jepang. Jepang lalu mendirikan koperasi kumiyai, namun hal ini hanya dimanfaatkan Jepang
untuk mengeruk keuntungan, dan menyengsarakan rakyat Indonesia. Setelah Indonesia
merdeka, pada tanggal 12 juli 1947, pergerakan koperasi di Indonesia mengadakan Kongres
Koperasi yang pertama di Tasikmalaya. Hari ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi
Indonesia.Sekaligus membentuk Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI) yang
berkedudukan di Tasikmalaya.
Lalu kita mengenal Moh. Hatta sebagai bapak koperasi. Beliau mengusulkan didirikannya 3
macam koperasi :
Pertama, adalah koperasi konsumsi yang terutama melayani kebutuhan kaum buruh dan
pegawai.
Kedua, adalah koperasi produksi yang merupakan wadah kaum petani (termasuk peternak
atau nelayan).
Ketiga, adalah koperasi kredit yang melayani pedagang kecil dan pengusaha kecil guna
memenuhi kebutuhan modal.
Bung Hatta mengatakan bahwa tujuan koperasi yang sebenarnya bukan mencari laba atau
keuntungan, namun bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bersama anggota koperasi.
Profil Singkat
Terlahir dari keluarga petani, masa kecil Teten dihabiskan di Kecamatan Balubur Limbangan,
Garut, Jawa Barat. Setamat dari SMAN 1 Garut ia kuliah di IKIP Bandung, mengambil jurusan
kimia. Kesadaran terhadap masalah-masalah sosial sudah tumbuh sejak SMA. Saat kuliah ia
sering ikut kelompok diskus dan ikut mendampingi petani di Garut. Berkat kegigihannya
melakukan kerja-kerja sosial, Teten Masduki dianugerahi Suardi Tasrif Award 1999.
Pendidikan
1. Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung
2. Kursus selama tiga bulan tentang kepemimpinan LSM di El Taller, Tunisa(1989)
Penghargaan
1. Suardi Tasrif Award 1999
2. Alumni Berprestasi IKIP Bandung 2000
3. Penghargaan Ramon Magsaysay, 2005
Karir di Pemerintahan
1. Menteri Koperasi dan UMKM RI Periode 2019 - 2024
2. Koordinator Staf Khusus Presiden (2018-2019)
3. Kepala Staf Presiden (2015-2018)
4. Staf Khusus Menseskab 2014-2015
5. Ketua Dewan Pengawas Badan Urusan Logistik (Bulog) (2018-Marer 2019)
6. Komisioner Ombudsman RI pada periode pertama
Logo adalah sebuah karya seni rupa dan tidak dapat lepas dari elemen-elemen seni rupa
yang mendasar membentuknya warna, ruang, garis, tipograpi dan banyak lagi yang lainnya.
Logo ini juga harus mencerminkan sebuah citra yang positif yakni dengan cara memberikan
pesan yang menguntungkan pada bentuk gambar dan lambang.Sejak tahun
1947, koperasi Indonesia mengadaptasi lambang pada Pancasila sebagai logo mereka, yaitu
pohon beringin, gerigi roda, rantai, padi kapas, serta bintang. Hal tersebut menunjukkan
bahwa lembaga keuangan ini lahir sebagai bentuk pengamalan nilai-nilai pada landasan
negara Indonesia tersebut.
Logo koperasi ini dipakai sampai tahun 2012 dan sempat berganti bentuk menjadi lebih
modern. Logo baru koperasi memiliki bentuk seperti mozaik bunga yang didominasi warna
hijau pupus. Meskipun tampilannya lebih kekinian, tetapi lambang berbentuk mozaik itu
tidak bertahan lama.
Hingga pada tahun 2015, Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga memutuskan untuk
menggunakan lambang lama kembali. Meskipun tampilannya sangat berbeda, filosofi di
balik makna logo lama maupun baru sangat mewakili tujuan berdirinya koperasi di
Indonesia.
Makna Lambang Koperasi Pohon Beringin (1947-2012 dan 2015-Sekarang)
Gambar yang terletak di bagian atas logo koperasi ini merupakan lambang dari upaya keras
dan berkelanjutan. Artinya, hanya orang-orang pekerja keras yang bisa menjadi calon
anggota koperasi selama memenuhi beberapa persyaratan.
Gambar Rantai
Terletak di sebelah kiri pohon beringin, rantai menunjukkan ikatan kekeluargaan, persatuan,
dan persahabatan yang kokoh. Artinya, setiap anggota koperasi merupakan pemilik. Inilah
mengapa, semua anggota terlibat sekaligus menyepakati AD (anggaran dasar) / ART
(anggaran rumah tangga) koperasi.
Seperti halnya simbol pada Pancasila, gambar padi dan kapas di sebelah kanan beringin
merupakan lambang kemakmuran sesuai tujuan didirikannya koperasi, yaitu memakmurkan
anggota mereka. Padi merupakan representasi dari kebutuhan pangan, sedangkan kapas
adalah simbol kebutuhan dasar sandang.
Apabila semua anggota koperasi dapat memenuhi dua kebutuhan tersebut dengan baik,
maka lembaga keuangan ini dianggap berhasil menjalankan visi misi dan mencapai tujuan
utama didirikannya koperasi.
Gambar Timbangan
Keadilan sosial yang merupakan sila ke-5 adalah salah satu dasar koperasi sekaligus simbol
hukumnya. Inilah mengapa gambar timbangan juga digunakan sebagai logo
koperasi. Timbangan merupakan simbol harapan bahwa semua anggota koperasi harus
memiliki jiwa keadilan.
Gambar Bintang dalam Perisai
Perisai merupakan simbol bahwa Pancasila merupakan landasan idiil koperasi. Harapannya,
setiap anggota koperasi mampu mengikuti nilai-nilai keyakinan dan kepercayaan (sila
pertama, ketuhanan Yang Maha Esa) sesuai dengan suara hati mereka. Lambang ini juga
representasi dari tubuh (perisai) serta hati (bintang).
Beringin merupakan gambaran sifat sosial dan kepribadian orang Indonesia yang berakar
kuat. Harapannya, orang-orang yang bergabung dan bekerja pada sektor koperasi cukup
kuat, baik soal kemampuan ekonomi, etos kerja, maupun jiwa sosial kemasyarakatannya.
Meskipun hanya digunakan sebentar, logo koperasi berupa mozaik bunga juga memiliki
makna yang tidak kalah bagus dengan lambang pohon beringin. Pada logo yang sempat
digunakan mediao 2012-2015 tersebut, terdapat gambar bunga.
Bentuk persegi panjang tersebut melambangkan empat tujuan utama koperasi, yaitu:
Selain bunga dan 4 persegi panjang, logo koperasi ini juga memiliki tulisan “Koperasi
Indonesia.” Seperti halnya lambang pohon beringin, tulisan tersebut merupakan identitas
lembaga sekaligus simbol, bahwa lembaga keuangan ini memiliki semangat tinggi untuk
memajukan perekonomian bangsa.
Banyak di antara kita yang telah mengenal Dr. Muhammad Hatta sebagai Bapak
Koperasi Indonesia. Tapi, tahukah Anda mengenai tokoh koperasi lainnya di negeri ini? Ada
banyak lagi mereka yang berjasa memperkenalkan dan mengembangkan koperasi di tanah
air. Ingin tahu siapa saja tokoh tersebut? Yuk simak artikel ini.
Beliau dikenal sebagai pelopor gerakan perkoperasian di Indonesia. Di tahun 1896, R.A Aria
Wiraatmadja yang menjabat sebagai Patih Purwokerto mendirikan lembaga bagi pegawai
negeri. Bank tersebut dilanjutkan oleh Der Wolf van Westerrode dan dikenal sebagai Hulp-
En Spaarkbank dengan anggotanya yang kebanyakan petani.
Sutomo
Ketika mendirikan organisasi Budi Utomo, salah satu fokus Dr. Sutomo adalah
mengembangkan perekonomian sejenis koperasi. Koperasi yang berniat beliau dirikan
adalah koperasi konsumsi, khususnya untuk kalangan rumah tangga rakyat jelata. Meski
banyak pertentangan, semangat Dr. Sutomo telah tercatat di sejarah perkoperasian
Indonesia.
Muhammad Hatta
Pahlawan proklamasi Indonesia ini dikenang pula sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Ada
buku bertema ekonomi kerakyatan berisi esai yang ditulis oleh Muhammad Hatta saat
menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia. Karena jasa beliau yang besar, ketika
Kongres Koperasi Kedua berlangsung, Muhammad Hatta dianugerahi gelar tersebut.
DR. Sri Edi Swasono
Bagi menantu Bung Hatta ini, koperasi perlu menjadi sokoguru perekonomian di Indonesia.
Pemikiran beliau mengenai koperasi diakui oleh mereka yang berkecimpung di bidang ini.
Bahkan sebelum menikah dengan Meutia Farida Hatta pun, Sri Edi Swasono telah berperan
besar dalam memperkenalkan dan mengembangkan koperasi di negeri sendiri.
Agus Sudono
Sejak kecil Agus Sudono peduli dengan nasib rakyat kecil di sekitarnya. Termasuk karyawan
pabrik gula di daerah tempat tinggalnya. Keprihatinan tersebut membuahkan hasil dengan
didirikannya Induk Koperasi Karyawan atau INKOPAR. Atau awal mula wadah koperasi
simpan pinjam bagi para karyawan pabrik gula ketika itu.
Selain kelima tokoh koperasi di atas, ada pula nama lainnya yang berperan besar untuk
perkembangan koperasi di Indonesia. Beberapa di antaranya yaitu, Dr. Ir. H. Beddu Amang
M.A, Drh. H. Daman Danuwidjaya, Eddiwan sang penggagas berdirinya Bank Koperasi
(sekarang BUKOPIN), J. K Lumunon, Ir. Mohammad Iqbal, Mubha Kahar Muang S.E tokoh
perempuan yang aktif di KOSTI JAYA (Koperasi Sopir Taksi Jakarta Raya), Mukhtar Mandala,
dan Sukrisno Hadi.
Pengertian Koperasi
Koperasi adalah badan usaha yang juga merupakan organisasi bisnis yang dimiliki dan
dioperasikan oleh orang-seorang demi memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Koperasi melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan, adapun modal koperasi terdiri dari :
1. Modal Anggota, berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, dana
cadangan, maupun sumbangan atau hibah.
2. Modal Pinjaman, berasal dari anggota koperasi dan/atau usaha lainnya, bank dan
lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, dan lain-lain.
Anggota yang ada di dalam koperasi tidak dibedakan antara orang pribadi dan atau badan
hukum dalam negeri.
Di Indonesia sendiri telah dibuat Undang Undang nomor 25 tahun 1992 sebagaimana telah
diganti dengan Undang-Undang nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian. Prinsip koperasi
menurut ketentuan tersebut adalah sebagai berikut :
Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
Pengelolaan dilakukan secara demokrasi
Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan jasa usaha masing-masing
anggota
Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
Kemandirian
Pendidikan perkoperasian
Kerjasama antar koperasi
Atas batasan penghasilan dan tarif diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor PMK-
112/PMK.03/2010 dalam pasal 2(b) yang menyatakan demikian “Besarnya Pajak Penghasilan
Atas penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi yang didirikan di
Indonesia kepada anggota koperasi orang pribadi dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final
10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan lebih
dari Rp 240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu rupiah) per bulan.”
Contoh Kasus
Sdr. Pola Sitanggang menerima bunga simpanan “Koperasi Ai So Ise” sebesar Rp. 6.800.000,-
untuk periode bulan Desember 2014. Atas bunga simpanan tersebut dipotong PPh Pasal 4 ayat
(2) sebesar Rp. 680.000,- (10% x Rp. 6.800.000,-) dan bersifat final.
Penyetoran dan Pelaporan
Atas PPh Pasal 4 ayat (2) yang sudah dipotong oleh “Koperasi Ai So Ise” tersebut harus sudah
disetor ke kas negara paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir
dalam contoh kasus berarti harus sudah menyetorkan sebesar Rp.680.000,- pada tanggal 10
Januari 2015 dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atas nama dan NPWP Koperasi
dengan Kode MAP : 411128 dan Kode Jenis Setoran : 419. Dan melaporkan ke kantor pajak
dimana “Koperasi Ai So Ise” tersebut terdaftar paling lama tanggal 20 Januari 2015. Adapun
formulir pelaporan SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2) dapat dilihat pada lampiran yang ada
dalam PER-53/PJ/2009.
Atas batasan penghasilan dan tarif diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor PMK-
112/PMK.03/2010 dalam pasal 2(b) yang menyatakan demikian “Besarnya Pajak Penghasilan
Atas penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi yang didirikan di
Indonesia kepada anggota koperasi orang pribadi dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final
10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan lebih
dari Rp 240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu rupiah) per bulan.”
Contoh Kasus
Sdr. Pola Sitanggang menerima bunga simpanan “Koperasi Ai So Ise” sebesar Rp. 6.800.000,-
untuk periode bulan Desember 2014. Atas bunga simpanan tersebut dipotong PPh Pasal 4 ayat
(2) sebesar Rp. 680.000,- (10% x Rp. 6.800.000,-) dan bersifat final.
Penyetoran dan Pelaporan
Atas PPh Pasal 4 ayat (2) yang sudah dipotong oleh “Koperasi Ai So Ise” tersebut harus sudah
disetor ke kas negara paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir
dalam contoh kasus berarti harus sudah menyetorkan sebesar Rp.680.000,- pada tanggal 10
Januari 2015 dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atas nama dan NPWP Koperasi
dengan Kode MAP : 411128 dan Kode Jenis Setoran : 419. Dan melaporkan ke kantor pajak
dimana “Koperasi Ai So Ise” tersebut terdaftar paling lama tanggal 20 Januari 2015. Adapun
formulir pelaporan SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2) dapat dilihat pada lampiran yang ada
dalam PER-53/PJ/2009.
b. Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi
Di dalam ketentuan pajak pasal 4 ayat 1(g) disebutkan “dividen, dengan nama dan dalam bentuk
apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian
sisa hasil usaha koperasi“, dalam UU tentang perkoperasian istilah Sisa Hasil Usaha koperasi
dikenal dengan istilah Selisih Hasil Usaha, kedua hal ini memiliki pengertian yang sama dalam
maksud tulisan ini.
Selisih Hasil Usaha (SHU) adalah Surplus Hasil Usaha atau Defisit Hasil Usaha yang
diperoleh dari hasil usaha atau pendapatan Koperasi dalam satu tahun buku setelah
dikurangi dengan pengeluaran atas berbagai beban usaha (Pasal 1 ayat (12) UU Nomor 17
tahun 2012. SHU merupakan bagian laba yang diberikan kepada anggota atas simpanan
pokoknya. Pemberian SHU tidak dijanjikan di awal, tetapi tergantung pada laba yang diperoleh
koperasi. SHU biasanya dibagikan pada bulan ke ke tiga setelah tutup tahun buku, namun
kadang dapat melampaui waktu tersebut karena permasalahan penghitungan yang berdampak
terundanya pembagian SHU.
Dasar Hukum
Pasal 4 ayat (1)g Undang-Undang Pajak Penghasilan
PMK nomor 111/PMK.03/2010 tentang tata cara pemotongan, penyetoran, dan
pelaporan pajak penghasilan atas dividen yang diterima atau diperoleh wajib pajak Orang
Pribadi dalam negeri.
Penghitungan Pajak
Pengertian dividen dalam pasal 4 ayat (1)g UU PPh salah satunya adalah pembagian sisa hasil
usaha koperasi. Dalam pasal 1 PMK nomor 111/PMK.03/2010 disebutkan Atas penghasilan
berupa dividen yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dikenai
Pajak Penghasilan sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto dan bersifat final.
Contoh Kasus
Sdr. Hotdi Sinurat menerima pembagian sisa hasil usaha koperasi (dividen) dari “Koperasi Ai So
Ise” sebesar Rp. 6.800.000,- untuk periode Tahun 2014 pada masa April 2015. Atas dividen
tersebut dipotong PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp. 680.000,- (10% x Rp. 6.800.000,-) dan
bersifat final.
Penyetoran dan Pelaporan
Atas PPh Pasal 4 ayat (2) “PPh Final atas SHU” yang sudah dipotong oleh “Koperasi Ai So Ise”
tersebut harus sudah disetor ke kas negara paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah
masa pajak berakhir dalam contoh kasus berarti harus sudah menyetorkan sebesar
Rp.680.000,- pada tanggal 10 Mei 2015 dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atas
nama dan NPWP Koperasi dengan Kode MAP : 411128 dan Kode Jenis Setoran : 419. Dan
melaporkan ke kantor pajak dimana “Koperasi Ai So Ise” tersebut terdaftar paling lama tanggal
20 Mei 2015. Adapun formulir pelaporan SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2) dapat dilihat pada
lampiran yang ada dalam PER-53/PJ/2009.
c. Pajak Penghasilan Atas Koperasi
Seperti dijelaskan di atas bahwa Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah pendapatan koperasi yang
diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya-biaya operasional dan kewajiban
lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.
Maka, pembagian Selisih Hasil Usaha tersebut dilakukan setelah dilakukan penghitungan Pajak
Penghasilan atas Koperasi itu sendiri sebagai subjek pajak badan.
Penghitungan dimulai dengan menghitung hitung dulu berapa penghasilan neto yang merupakan
Penghasilan Kena Pajak. Rumus Penghasilan Kena Pajak adalah Total Penghasilan setelah
dikurangi biaya-biaya yang terkait (matching cost against revenue).
Dasar Hukum
Pasal 4 ayat (1), pasal 17 ayat (1)b, Pasal 25 dan Pasal 29 Undang-Undang Pajak
Penghasilan
Penghitungan Pajak
Atas penghitungan Penghasilan Neto tersebut selanjutnya dikalikan tarif pajak yang diterapkan
atas Penghasilan Kena Pajak bagi wajib pajak badan dalam negeri adalah 25% yang mulai
berlaku sejak tahun pajak 2010 dengan memperhatikan pasal 31E UU PPh (Wajib Pajak badan
dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas
Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00
(empat miliar delapan ratus juta rupiah) dan PP 46 tahun 2012.
Contoh Kasus
Penghasilan Kena Pajak atas wajib pajak “Koperasi Ai So Ise” sebesar Rp. 1.000.000.000,-
untuk periode tahun pajak 2014. Atas Penghasilan Kena Pajak tersebut dikenakan tarif Wajib
Pajak badan sebagai berikut:
1. Jika peredaran usaha sampai dengan Rp. 4.800.000.000,- dikenakan tarif final sebesar
1%
2. Jika peredaran usaha sampai dengan Rp. 50.000.000.00,- mendapat fasilitas
pengurangan tarif 50%.
3. Jika peredaran usaha diatas Rp. 50.000.000.000,- maka PPh terutang sebesar sebesar
Rp. 250.000.000,- (25% x Rp. 1.000.000.000,-). Wajib pajak “Koperasi Ai So Ise” tidak memiliki
kredit pajak sehingga pajak yang harus disetor tetap sebesar Rp. 250.000.000,-.
Penyetoran dan Pelaporan
Wajib pajak harus menyetorkan dan melaporkan pajak sebagaimana rumusan penghitungan
tersebut di atas, yaitu :
1. 1% final disetorkan setiap tanggal 15 bulan berikutnya apabila terdapat transaksi disetiap
masa, dengan Kode Akun Pajak 411128 dan Kode Jenis Setoran 420.
2. paling lama tanggal 30 April 2014. Dengan kode Kode MAP : 411126 dan Kode Jenis
Setoran : 200 (Pasal 29). Untuk masa April diwajibkan menyetor PPh Pasal 25 paling lama
tanggal 15 Mei 2015.
Penutup
Berdasarkan uraian di atas dapat menjawab apa yang menjadi pertanyaan pembaca nusahati
sebagaimana disampaikan di awal tulisan.
1. Bahwasanya definisi deviden dalam pasal 4 ayat (1)g UU PPh termasuk di dalamnya
adalah pembagian sisa hasil usaha koperasi.
2. Dalam pasal 23 ayat (1)a atas dividen dipotong pajak oleh pihak yang wajib
membayarkan sebesar 15%.
3. Dalam pasal 23 ayat (4) f dikatakan pemotongan pajak tidak dilakukan atas sisa hasil
usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya.
Berdasarkan 3 poin di atas dapat disimpulkan, sisa hasil usaha koperasi yang dibagikan oleh
koperasi kepada anggotanya dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 23. Artinya walaupun
termasuk dividen, SHU yang diterima oleh anggota koperasi termasuk objek yang dikecualikan.
SHU yang diterima oleh anggota koperasi termasuk objek yang dikecualikan dari pemotongan
PPh Pasal 23, namun dengan memperhatikan hal sebagai berikut :
1. Pasal 1 PMK nomor 111/PMK.03/2010 disebutkan Atas penghasilan berupa dividen yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dikenai Pajak Penghasilan
sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto dan bersifat final.
2. Pasal 2 PMK nomor 111/PMK.03/2010 disebutkan pengertian dividen adalah dividen,
dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
Maka dapat disimpulkan bahwa SHU yang diterima oleh anggota koperasi bukan termasuk objek
pemotongan PPh Pasal 23 melainkan termasuk objek yang harus dilakukan pemotongan PPh
Final Pasal 4 ayat (2).