2021/2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Hukum Berwirausaha
UMKM Sesuai UU Cipta Kerja.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN...................................................................................... 1
BAB 2. PEMBAHASAN.........................................................................................3
BAB 3. PENUTUP.................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...................................................................................................13
3.2 Saran.............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 TUJUAN PENULISAN
a. Untuk Mengetahui Penjelasan UU Cipta Kerja Bagi Wirausaha
UMKM.
b. Untuk Mengetahui Pasal Yang Mengatur UU Cipta Kerja.
c. Untuk Mengetahui keuntungan dan kemudahaan Uucipta kerja
terhadap UMKM
d. Untuk Mengetahui perlindungan hukum usaha UMKM setelah
dikeluarkan UU cipta kera
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
AntoniPutra,Penerapan Omnibus Law Dalam Upaya Reformasi
Regulasi, Jurnal Legislasi Indonesia,Vol 17 No 1 2020, hal.222.
3
2.2 PASAL YANG MENGATUR UU CIPTA KERJA TERHADAP UMKM
2
Santoso, Agung dan Frendy T. Yoga.(2021). Diakses pada 19 September 2021
4
1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
(“UU Koperasi”);
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (“UU UMKM”); dan
3. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (“UU
Jalan”).
5
Pasal 21 – Pembiayaan UMKM, yang berbunyi :
1. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menyediakan pembiayaan bagi
Usaha Mikro dan Kecil;
2. Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Dunia Usaha memberikan
hibah, mengusahakan bantuan luar negeri, dan mengusahakan sumber
pembiayaan lain yang sah serta tidak mengikat untuk Usaha Mikro dan
Kecil.
3. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
memberikan insentif dalam bentuk kemudahan persyaratan perizinan,
keringanan tarif sarana dan prasarana, dan bentuk insentif lainnya yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan kepada Dunia
Usaha yang menyediakan pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil.
Pasal 25 –Kemitraan, yang berbunyi :
6
5. Pemerintah Pusat mengatur pemberian insentif kepada Usaha Menengah
dan Usaha Besar yang melakukan kemitraan dengan Koperasi, Usaha
Mikro, dan Usaha Kecil melalui inovasi dan pengembangan produk
berorientasi ekspor, penyerapan tenaga kerja, penggunaan teknologi tepat
guna dan ramah lingkungan, serta menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan.
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai kemitraan diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Pasal 26 – Pola Kemitraan, yang berbunyi
a. inti-plasma;
b. subkontrak;
c. waralaba;
d. perdagangan umum;
e. distribusi dan keagenan
f. rantai pasok; dan
g. bentuk-bentuk kemitraan lain.
Pasal 30 – Perdagangan Umum, yang berbunyi
1. Pelaksanaan kemitraan dengan pola perdagangan umum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 huruf d, dapat dilakukan dalam bentuk
kerjasama pemasaran atau penyediaan lokasi usaha dari Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah oleh Usaha Besar yang dilakukan secara terbuka.
Pasal 32A – Kemitraan dengan Pola Rantai Pasok, yang berbunyi
7
c. pengelolaan ketersediaan bahan baku, pasokan bahan baku serta proses
fabrikasi.
8
iv. evaluasi dan pengawasan pelaksanaan kemitraan oleh pemerintah; dan
v. penjelasan pengaturan larangan pemilikan dan penguasaan UMKM dalam
hubungan kemitraan.
3
Mitha Paradilla, Ungkap Tujuan Utama Dibuatnya UU Cipta Kerja, Jokowi: Syarat Investasi Jadi
Sederhana,
4
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja
9
1. Menciptakan dan meningkatkan lapangan kerja dengan memberikan
kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan terhadap koperasi dan
UMK-M serta industri dan perdagangan internasional sebagai upaya
untuk dapat menyerap tenaga kerja Indonesia yang seluas-luasnya
dengan tetap memperhatikan keseimbangan dan kemajuan antar daerah
dalam kesatuan ekonomi nasional;
2. Menjamin setiap warga negara memperoleh pekerjaan, serta mendapat
imabalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja;
3. Melakukan penyesuaian berbagai aspek pengaturan yang berkaitan
dengan keberpiahakan, penguatan, dan perlindungan bagi koperasi dan
UMK-M serta Industri nasional; dan
4. Melakukan penyesuaian berbagai aspek pengaturan yang berkaitan
dengan peningkatan ekosistem investasi, kemudahan dan percepatan
proyek strategis nasional yang berorientasi pada kepentingan nasional
yang berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi nasioanal
dengan berpedoman pada haluan ideologi Pancasila.
1. Pertama, izin tunggal bagi UMKM. Sehingga, pelaku UMKM kini hanya
cukup mengantongi Nomor Induk Berusaha (NIB).
2. Ketentuan insentif oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah bagi
perusahaan besar yang bermitra dengan UMKM. Ketentuan ini
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya persaingan bisnis.
10
3. Pengelolaan terpadu UMKM melalui sinergi pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dan stakeholders terkait pendampingan berupa dukungan
manajemen, SDM, anggaran dan penyediaan prasarana dan sarana.
4. Kemudahan pembiayaan dan intensif fiskal. Di antaranya penyederhanaan
administrasi perpajakan, pengajuan izin usaha tanpa biaya, insentif pajak
penghasilan, dan insentif kepabeanan bagi UMKM ekspor.
5. Adanya dana alokasi khusus (DAK) dari pemerintah untuk pengembangan
UMKM.
6. Bantuan dan perlindungan hukum untuk menjaga kelangsungan bisnis
UMKM
7. Prioritas produk UMKM dalam kegiatan belanja barang dan pengadaan
jasa pemerintah.
8. Pola kemitraan UMKM. Rest area, stasiun, terminal, pelabuhan, hingga
bandara wajib menyediakan tempat promosi dan penjualan bagi UMKM
melalui pola kemitraan.
9. Kemudahan bagi koperasi. Yakni, pendirian koperasi primer kini cukup
dengan minimal 9 orang anggota, rapat anggota tahunan bisa dilakukan
secara daring atau luring, dan koperasi bisa usaha syariah.
11
perkemahan/penyediaan akomodasi jangka pendek lainnya, rumah
makan/kedai/warung; dan/atau
4. Mengikuti pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik.
Perlindungan hukum merupakan unsur yang harus ada dalam suatu negara.
Setiap pembentukan negara pasti di dalamnya ada hukum untuk mengatur warga
negaranya. Dalam suatu negara, pasti terjadi hubungan antara negara dengan
warga negaranya.Hal ini disebabkan karena kepentingan itu kerap kali diancam
atau dilanggar oleh pihak tertentu sehingga hukum perlu mengamankannya dan
memaksa.
5
Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya, 2014, hlm. 53.
12
memadai. Padahal, siapapun tahu jika kebijakan politik ekonomi pemerintah
secara makro seringkali salah arah, tidak tepat sasaran dan kurang melindungi
UMKM dari persaingan bisnis.6
13
rendah, dengan usaha yang jauh lebih besar. Perlindungan menjadi kata kunci
penting bagi usaha kecil, mengingat tantangan liberalisasi ekonomi yang semakin
besar. Prinsip perlindungan dalam hukum ekonomi terutama kegiatan UMKM
adalah mencakup:7
1. Prinsip ekonomi dalam UUD 1945, prinsip ini sepert dirumuskan oleh the
founding father atau pembentuk UUD 1945 yang telah memikirkan
dengan matang bangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia, melalui prinsip
ekonomi guna mencapai tujuan nasional yaitu masyarakat adil dan
makmur. Artinya kemakmuran rakyat dapat diperoleh melalui kegiatan
ekonomi yang betulbetul sehat dan jauh dari praktk-praktk persaingan
usaha tdak sehat. Apabila diperhatkan dengan seksama, ada 7 (tujuh) asas
prinsip ekonomi yang dimuat dalam Pasal 33 UUD 1945,
yaitu:keseimbangan, keserasian dan keselarasan, persamaan, usaha
bersama, kekeluargaan, musyawarah untuk mufakat (demokrasi ekonomi),
manfaat, perlindungan dan pembinaan pihak yang lemah
2. Prinsip perlindungan kepentngan nasional. Ketentuan dalam Pasal 33 ayat
(2) dan (3) UUD 1945 diatur mengenai penguasaan negara atas cabang-
cabang produksi yang memenuhi kepentngan nasional. Penguasaan
sebagai bentul daripada kepentngan nasional. Penguasaan negara atas
cabang-cabang produksi tersebut didasarkan pada upaya untuk dapat
melindungi kepentngan rakyat banyak guna memenuhi kebutuhan primer
dan perilaku pengusaha tdak baik yang menguasai sumber daya di dalam
bentuk monopoli. Perlu dikemukakan bahwa prinsip perlindungan
kepentngan nasional yang ditetapkan berart ada kepentngan umumyang
tdak boleh bersifat kontraproduktf terhadap asas kebebasan berkontrak.
Artnya demi kepentngan umum dan nasional, ruang gerak kebebasan
berkontrak bagi para pelaku usaha tdak semakin sempit dalam kegiatan
bisnis. Apabila ini terjadi, sama saja tdak ada pengakuan negara terhadap
asas kebebasan berkontrak, sekalipun untuk perlindungan kepentngan
umum/nasional, karena mematkan pengusaha dalam berbisnis
7
Komarudin, “Politik Hukum Integratif UMKM,” PT Semesta Rakyat Merdeka, 2014 hlm 20-21
14
3. Prinsip perlindungan dalam hukum internasional dan hukum perdata.
Selain aspek hukum nasional yang berupaya meningkatkan kemampuan
daya saing produk barang dan jasa dalam negeri, perekonomian nasional
juga harus memperhatkan prinsip perlindungan hukum internasional.
Perlindungan ini akan mempengaruhi reputasi ekonomi dan perlakuan
negara lain terhadap kegiatan pemasaran produk-produk Indonesia, baik di
dalam maupun luar negeri. Perlindungan hukum internasional dan hukum
perdata internasional dalam kerangka perdagangan antar negara melalui
pelbagai sarana transportasi dan komunikasi saling menghormat
berdasarkan perjanjian internasional dan prinsip pacta sunt servanda, yaitu
perjanjian yang telah disepakat berlaku sebagai undangundang bagi pihak
yang menyelenggarakan perjanjian;
4. Prinsip perlindungan bagi golongan ekonomi lemah. Berbagai ketentuan
yang mengatur pengembangan UMKM selama ini menunjukkan perhatan
pemerintah terhadap pengusaha kecil. Di antara ketentuan tersebut adalah
Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil juncto
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah sebagai upaya perlindungan hukum untuk pengusaha kecil,
sehingga pembinaan pasar bagi usaha kecil harus merupakan suatu sistem
terpadu, karena pengembangannya tergantung dari interaksi unsur
organisasi dari para pengusaha kecil dan komponen pendukung dari
kebijakan eknomi pemerintah, usaha menengah dan usaha besar yang
dapat saling membantu dan mempengaruhi
5. Prinsip perlindungan kepentngan nasional dalam GATT. Kepentingan
ekonomi nasional suatu negara perlu dilindungi dari praktk bisnis curang,
baik yang dilakukan oleh pengusaha di dalam negeri maupun pengusaha
asing. Begitu juga oleh negara industri maju terhadap negara berkembang
melalui kebijakan ekonomi yang dapat menghalangi masuknya barang
ekspor dan impor ke negara tersebut. Prinsip dan perlindungan kepentngan
nasional ini tetap diakui di dalam ketentuan GATT sebagai bentuk
pengecualian dari prinsip umum terhadap industri dan negara tertentu pada
kegiatan ekonomi dunia;
15
6. Prinsip persaingan usaha yang sehat. Kegiatan bisnis modern yang ketat
dan penuh persaingan menimbulkan perlakuan kurang adil dan sering
dialami oleh pihak ekonomi lemah. Pengusaha yang kuat danserakah
dengan berbagai cara berusaha untuk menguasai pasar nasional, regional
dan internasional. Praktk curang tdak hanya dilakukan berdasarkan
perbuatan melawan hukum (onrechtmatge daad) dalam hukum perdata,
akan tetapi juga berupa penyalahgunaan hak yang merugikan bagi
pengusaha dan negara-negara berkembang mengekspor produk berupa
bahan mentah, barang setengah jadi atau kerajinan. Bentuk persaingan
curang (unfair competton) tdak dapat ditolerir dan perlu dicegah dan
dikurangi di dalam kegiatan bisnis, baik melalui peraturan perundang-
undangan maupun dalam bentuk putusan hakim dan kebijakan ekonomi
pejabat eksekutf. Klausula kontrak bisnis yang curang secara nyata
melahirkan keuntungan tdak wajaratau tdak sebanding besarnya pada satu
pihak. Sebaliknya, pihak-pihak yang lain karena ketdaktahuan atau
kelemahan tertentu yang dihadapinya semakin terdesak kedudukan
ekonominya dalam angka persaingan pasar.
16
merupakan sarana pembaharuan masyarakat didasarkan kepada anggapan bahwa
adanya keteraturan atau ketertban dalam usaha pembangunan dan pembaharuan
itu merupakan suatu yang diinginkan atau dipandang (mutlak) perlu.
17
BAB 3 PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN
UU Cipta kerja atau yang dikenal Omnibus law adalah undang-
undang yang menitikberatkan pada penyederhanaan jumlah regulasi,
Omnibus Law merupakan konsep produk hukum yang berfungsi untuk
mengkonsolidir berbagai tema, materi, subjek, dan peraturan perundang-
undangan pada setiap sektor yang berbeda untuk menjadi produk hukum
besar dan holistik.
3.2 SARAN
Demikian makalah ini yang dapat kami sampaikan, tentunya
makalah ini masih banyak kekurangan serta kesalahan-kesalahan baik itu
tata cara penulis ataupun pembahasan di dalamnya. Untuk itu kritik dan
18
saran sangat kami harapkan dari pembaca sekalian demi tersempurnanya
makalah kami. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Hafni and Rozali, Analisis Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM)
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Indonesia
19