Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

HUKUM BERWIRAUSAHA UMKM SESUAI UU CIPTA KERJA

MATA KULIAH : KEWIRAUSAHAAN

DOSEN PENGAMPU : Dr. RENDRA WIRAWAN, SE., MM 

DISUSUN OLEH KELOMPOK 9 :

SULVA ULIN NUHA ( E20191053 )

FAJRIATUS SANIYYA ( E20191063 )


ASTUTIK EKA KUSNADI ( E20191097 )

MUHAMMAD RIFQI HUSAIN ( E20191098 )

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH 2

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH.ACHMAD SIDDIQ JEMBER

2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Hukum Berwirausaha
UMKM Sesuai UU Cipta Kerja.

Penulisan makalah adalah salah satu tugas mata kuliah Kewirausahaan.


Dalam Penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis belum maksimal. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen Kewirausahaan, Dr. Rendra Wirawan, SE.,
MM. yang telah membimbing dan mengarahkan bagaimana seharusnya makalah
ini dibuat.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang


setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan
semua bantuan ini sebagai ibadah, serta makalah ini dapat menjadi manfaat bagi
pembaca. Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Jember, 19 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................. ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB 1. PENDAHULUAN...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................ 2

BAB 2. PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 Pengertian UU Cipta Kerja Bagi Wirausaha UMKM..................................3

2.2 Pasal Yang Mengatur UU Cipta Kerja...........................................................4

2.3 Keuntungan Dan Kemudahan UU Cipta Kerja Bagi Usaha UMKM.............9

2.4 Perlindungan Hukum Usaha UMKM Setelah Dikeluarkannya UU Cipta


Kerja.......................................................................................................................12

BAB 3. PENUTUP.................................................................................................13

3.1 Kesimpulan...................................................................................................13

3.2 Saran.............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Melihat adanya perubahan global yang semakin mendunia,
pemerintahan Indonesia menganggap perlu adanya tanggapan yang cepat
dan tepat. Salah satu yang menjadi andalan utama Pemerintah adalah
melakukan reformasi regulasi, melalui UU Cipta kerja.
Dengan disahkannya Undang-Undang Cipta Kerja oleh DPR dan
Pemerintah menimbulkan banyak pertentangan dalam masyarakat.
Pertentangan ini dilakukan oleh kaum buruh yang berencana melakukan
aksi mogok nasional sebagai langkah protes disahkannya UU ini yang
dianggap merugikan mereka. Selain ditimbulkannya pertentangan,UU
Cipta kerja dapat mendorong penguatan ekosistem UMKM melalui
berbagai macam kemudahanberusaha, perlindungan dan pemberdayaan.
Dengan adanya dampak positif yang begitu besar pelaku UMKM
akan memiliki daya tahan dan daya juang tinggi di Indonesia. Karena itu,
pemerintah terus mendorong agar pelaku UMKM di Indonesia terus
meningkatkan pemanfaatan teknologi di tengah perkembangan ekonomi
yang sangat cepat, sehingga memiliki daya saing tinggi, dapat naik kelas,
serta mampu menjangkau ekspor dan pasar internasional.

1.2 RUMUSAN MASALAH

a. Apa yang dimaksud dengan UU Cipta kerja bagi wirausaha


UMKM?
b. Pasal berapa UMKM diatur melalui UU Cipta Kerja?
c. Mengapa UU cipta kerja menguntungkan dan memberi
kemudahaan pengusaha UMKM?
d. Bagaimana perlindungan hukum usaha UMKM setelah
dikeluarkan UU cipta kerja?

1
1.2 TUJUAN PENULISAN
a. Untuk Mengetahui Penjelasan UU Cipta Kerja Bagi Wirausaha
UMKM.
b. Untuk Mengetahui Pasal Yang Mengatur UU Cipta Kerja.
c. Untuk Mengetahui keuntungan dan kemudahaan Uucipta kerja
terhadap UMKM
d. Untuk Mengetahui perlindungan hukum usaha UMKM setelah
dikeluarkan UU cipta kera

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN UU CIPTA KERJA BAGI WIRAUSAHA UMKM


UU Cipta kerja atau yang dikenal Omnibus law adalah undang-
undang yang menitikberatkan pada penyederhanaan jumlah regulasi,
Omnibus Law merupakan konsep produk hukum yang berfungsi untuk
mengkonsolidir berbagai tema, materi, subjek, dan peraturan perundang-
undangan pada setiap sektor yang berbeda untuk menjadi produk hukum
besar dan holistik. Omnibus lawadalah langkah menerbitkan satu UU yang
bisa memperbaiki sekian banyak UU yang selama ini dianggap tumpang
tindih danmenghambat proses kemudahan berusaha.Dengan diterbitkannya
satu Undang-Undang untuk memperbaiki sekian banyak Undang-Undang
diharapkan menjadi jalan keluar permasalahan di sektor ekonomi, sebab
dengan banyaknya Undang-Undang tidak bisa dilakukan percepatan-
percepatan karena banyaknya Undang-Undang masih mengatur dan bisa
saling bertentangan. konsep Omnibus Lawiini merupakan sebuah aturan
yang dibuat untuk memangkas beberapa aturan yang dianggap tumpang
tindih dan menghambat pertumbuhan negara yang juga sekaligus untuk
menyinkronkan beberapa aspek menjadi produk hukum yang besar.1

Untuk pengertian UMKM sendiri adalah unit usaha produktif yang


berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha di
semua sektor ekonomi. Pada prinsipnya pembedaan antara usaha mikro,
usaha kecil, usaha menengah, usaha besar umumnya didasarkan pada nilai
aset awal (tidak termasuk tanah dan bangunan), omset rata-rata per tahun,
atau jumlah pekerja tetap..

1
AntoniPutra,Penerapan Omnibus Law Dalam Upaya Reformasi
Regulasi, Jurnal Legislasi Indonesia,Vol 17 No 1 2020, hal.222.

3
2.2 PASAL YANG MENGATUR UU CIPTA KERJA TERHADAP UMKM

Pada tanggal 5 Oktober 2020, Dewan Perwakilan Rakyat Republik


Indonesia mengesahkan Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja, yang
kemudian diundangkan pada tanggal 2 November 2020, menjadi Undang-
Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, (“UU No. 11/2020”)
yang juga dikenal secara luas dengan sebutan Omnibus Law. UU No.
11/2020 merupakan suatu undang-undang yang disahkan dengan tujuan
untuk mendorong penyerapan tenaga kerja Indonesia seluas-luasnya
melalui perubahan pengaturan yang berkaitan dengan kemudahan,
perlindungan, dan pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil, dan
menengah (“UMKM”), peningkatan ekosistem investasi, dan percepatan
proyek strategis nasional, termasuk peningkatan perlindungan dan
kesejahteraan pekerja.2

Khusus pembahasan mengenai kemudahan perlindungan, serta


pemberdayaan koperasi dan UMKM diatur secara komprehensif dalam
Bab V UU No. 11/2020. Pengaturan materi pokok tersebut dibagi menjadi
10 bagian sebagai berikut:

1.Umum;2.Koperasi;3.Kriteria UMKM;4. Basis Data Tunggal;5.


Pengelolaan Terpadu Usaha Mikro dan Kecil (“UMK”); 6. Kemitraan;7.
Kemudahan Perizinan Berusaha;8. Kemudahan Fasilitas Pembiayaan dan
Insentif Fiskal;9. Dana Alokasi Khusus, Bantuan dan Pendampingan
Hukum, Pengadaan Barang dan Jasa, dan Sistem/Aplikasi
Pembukuan/Pencatatan Keuangan dan Inkubasi 10. Partisipasi UMK dan
Koperasi pada Infrastruktur Publik;

Untuk mengatur materi-materi substansi berkaitan dengan UMKM


di atas, UU No. 11/2020 mengubah, menghapus, dan/atau menetapkan
pengaturan baru beberapa ketentuan yang diatur dalam 3 (tiga) undang-
undang, yaitu:

2
Santoso, Agung dan Frendy T. Yoga.(2021). Diakses pada 19 September 2021

4
1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
(“UU Koperasi”);
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (“UU UMKM”); dan
3. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (“UU
Jalan”).

PERUBAHAN KETENTUAN DALAM UU NO. 11/2020

Pengaturan ketentuan mengenai kemudahan, perlindungan dan


pemberdayaan UMKM dalam UU No. 11/2020 dirumuskan dengan (i)
perubahan ketentuan undang-undang yang berlaku dan (ii) penetapan
ketentuan baru dalam UU No. 11/2020. UU tentang UMKM

Beberapa ketentuan dalam UU UMKM diubah oleh UU No.


11/2020, sebagai berikut:

 Pasal 6 – Kriteria UMKM, yang berbunyi :


1. Kriteria UMKM dapat memuat modal usaha, omzet, indikator
kekayaan bersih, hasil penjualan tahunan, atau nilai investasi, insentif
dan disinsentif, penerapan teknologi ramah lingkungan, kandungan
lokal, atau jumlah tenaga kerja sesuai dengan kriteria setiap sektor
usaha.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria UMKM diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
 Pasal 12 – Perizinan Berusaha,yang berbunyi
1. Aspek perizinan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)
huruf e ditujukan untuk:
a. menyederhanakan tata cara dan jenis Perizinan Berusaha dengan
sistem pelayanan terpadu satu pintu, dan
b. membebaskan biaya Perizinan Berusaha bagi Usaha Mikro dan
memberikan keringanan biaya Perizinan Berusaha untuk Usaha
Kecil.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara Perizinan
Berusaha diatur dalam PP.

5
 Pasal 21 – Pembiayaan UMKM, yang berbunyi :
1. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menyediakan pembiayaan bagi
Usaha Mikro dan Kecil;
2. Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Dunia Usaha memberikan
hibah, mengusahakan bantuan luar negeri, dan mengusahakan sumber
pembiayaan lain yang sah serta tidak mengikat untuk Usaha Mikro dan
Kecil.
3. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
memberikan insentif dalam bentuk kemudahan persyaratan perizinan,
keringanan tarif sarana dan prasarana, dan bentuk insentif lainnya yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan kepada Dunia
Usaha yang menyediakan pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil.
 Pasal 25 –Kemitraan, yang berbunyi :

Dihapus dan diatur tersendiri dalam Pasal 90 UU No. 11/2020.

1. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya


wajib memfasilitasi, mendukung, dan menstimulasi kegiatan kemitraan
Usaha Menengah dan Usaha Besar dengan Koperasi, Usaha Mikro, dan
Usaha Kecil yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan level
usaha.
2. Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup proses alih
keterampilan di bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan,
sumber daya manusia, dan teknologi.
3. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memberikan insentif dan
kemudahan berusaha dalam rangka kemitraan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kemitraan
antara Usaha Menengah dan Usaha Besar dengan Koperasi, Usaha Mikro,
dan Usaha Kecil.

6
5. Pemerintah Pusat mengatur pemberian insentif kepada Usaha Menengah
dan Usaha Besar yang melakukan kemitraan dengan Koperasi, Usaha
Mikro, dan Usaha Kecil melalui inovasi dan pengembangan produk
berorientasi ekspor, penyerapan tenaga kerja, penggunaan teknologi tepat
guna dan ramah lingkungan, serta menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan.
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai kemitraan diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
 Pasal 26 – Pola Kemitraan, yang berbunyi

Kemitraan dilaksanakan dengan pola:

a. inti-plasma;
b. subkontrak;
c. waralaba;
d. perdagangan umum;
e. distribusi dan keagenan
f. rantai pasok; dan
g. bentuk-bentuk kemitraan lain.
 Pasal 30 – Perdagangan Umum, yang berbunyi
1. Pelaksanaan kemitraan dengan pola perdagangan umum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 huruf d, dapat dilakukan dalam bentuk
kerjasama pemasaran atau penyediaan lokasi usaha dari Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah oleh Usaha Besar yang dilakukan secara terbuka.
 Pasal 32A – Kemitraan dengan Pola Rantai Pasok, yang berbunyi

Dalam pelaksanaan kemitraan dengan pola rantai pasok


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf f, dapat dilakukan melalui
kegiatan dari Usaha Mikro dan Kecil oleh Usaha Menengah dan Usaha
Besar, paling sedikit meliputi:

a. pengelolaan perpindahan produk yang dilakukan oleh perusahaan


dengan penyedia bahan baku;
b. pendistribusian produk dari perusahaan ke konsumen; dan/atau

7
c. pengelolaan ketersediaan bahan baku, pasokan bahan baku serta proses
fabrikasi.

Penjelasan Pasal 35 – Larangan pengendalian, yang berbunyi

1. Yang dimaksud “memiliki” adalah adanya peralihan kepemilikan secara


yuridis atas badan usaha/perusahaan dan/atau aset atau kekayaan yang
dimiliki Usaha Mikro, Kecil, dan/atau Menengah oleh Usaha Besar
sebagai mitra usahanya dalam pelaksanaan hubungan kemitraan.
2. Yang dimaksud “menguasai” adalah adanya peralihan penguasaan secara
yuridis atas kegiatan usaha yang dijalankan dan/atau aset atau kekayaan
dimiliki Usaha Mikro, Kecil, dan/atau Menengah oleh Usaha Besar
sebagai mitra usahanya dalam pelaksanaan hubungan kemitraan.

Berdasarkan matriks perubahan di atas, secara garis besar perubahan UU


UMKM oleh UU No. 11/2020 adalah sebagai berikut:

Pertama, perubahan kriteria penggolongan UMKM dengan memperluas


variabel penggolongan selain kekayaan bersih dan hasil penjualan. UU No.
11/2020 juga menetapkan kriteria UMKM yang akan dipertimbangkan dalam
penggolongan UMKM masing-masing sektor usaha, yang akan diatur dalam
peraturan pemerintah. Pendelegasian pengaturan kepada peraturan pemerintah
tersebut dilakukan untuk kemudahan revisi kriteria UMKM mengikuti kondisi
ekonomi.

Kedua, sinkronisasi penggunaan istilah Perizinan Berusaha dan


Pemerintah Pusat, dalam undang-undang yang diubah oleh UU No. 11/2020.

Ketiga, penguatan Koperasi, Usaha Mikro, dan Kecil (“UMK”) yang


dilakukan melalui:

i. pergeseran pola kemitraan yang semulanya antara usaha besar dengan


UMKM, menjadi antara usaha besar dan usaha menengah dengan
Koperasi dan UMK;
ii. pemberian insentif dan kemudahan berusaha dalam rangka kemitraan;
iii. perluasan pola kemitraan untuk mencakup rantai pasok, yang termasuk
perpindahan dan distribusi produk, serta pasokan bahan baku;

8
iv. evaluasi dan pengawasan pelaksanaan kemitraan oleh pemerintah; dan
v. penjelasan pengaturan larangan pemilikan dan penguasaan UMKM dalam
hubungan kemitraan.

2.3 UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA MAMPU MENGUNTUNGKAN


DAN MEMBERI KEMUDAHAAN WIRAUSAHA UMKM

Kontribusi UMKM amat jelas dalam perekonomian Indonesia.


Sejarah panjang telah membuktikan bahwa UMKM di Indonesia
mempunyai peran utama dalam perekonomian bangsa Indonesia yaitu: (1)
kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomidi berbagai
sektor, (2) penyedia lapangan kerja yang terbesar, (3) pemain penting
dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan
masyarakat, (4) pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta (5)
sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan
ekspor.
Dalam konteks pembentukan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2020 Tentang Cipta Kerja menurut Presiden Joko Widodo yang menjadi
tujuan utama pembentukan Undang-Undang Cipta Kerja adalah
menciptakan iklim usaha dan ivestasi yang berkualitas bagi para pelaku
bisnis, termasuk UMK-M dan Investor.3Menurut Presiden, regulasi yang
tumpang tindih dan prosedur yang rumit dipangkas, rantai birokrasi
perizinan yang berbeli-belit dipotong, serta pungutan liar yang selama ini
menghambat usaha dan investasi juga diberantas dengan tetap
mengutamakan komitmen untuk perlindungan kepada lingkungan
komitmen ramah lingkungan.
Namun secara formal yang menjadi tujuan dari pembentukan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja terdapat
dalam Pasal 3 Undang-Undang Tersebut yang berbunyi bahwa Undang-
Undang Cipta Kerja dibentuk untuk: 4

3
Mitha Paradilla, Ungkap Tujuan Utama Dibuatnya UU Cipta Kerja, Jokowi: Syarat Investasi Jadi
Sederhana,
4
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja

9
1. Menciptakan dan meningkatkan lapangan kerja dengan memberikan
kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan terhadap koperasi dan
UMK-M serta industri dan perdagangan internasional sebagai upaya
untuk dapat menyerap tenaga kerja Indonesia yang seluas-luasnya
dengan tetap memperhatikan keseimbangan dan kemajuan antar daerah
dalam kesatuan ekonomi nasional;
2. Menjamin setiap warga negara memperoleh pekerjaan, serta mendapat
imabalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja;
3. Melakukan penyesuaian berbagai aspek pengaturan yang berkaitan
dengan keberpiahakan, penguatan, dan perlindungan bagi koperasi dan
UMK-M serta Industri nasional; dan
4. Melakukan penyesuaian berbagai aspek pengaturan yang berkaitan
dengan peningkatan ekosistem investasi, kemudahan dan percepatan
proyek strategis nasional yang berorientasi pada kepentingan nasional
yang berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi nasioanal
dengan berpedoman pada haluan ideologi Pancasila.

Tujuan pembentukan Undang-Undang Cipta Kerja diatas yakni


menjadi konteks bagi pemerintah untuk membentuk Undang-Undang
Cipta Kerja disektor UMKM.Kemudahan, perlindungan, dan
pemberdayaan terhadap UMKM merupakan salah satu yang menjadi
bagian dari tujuan pembentukan Undang-Undang Cipta Kerja.

Melalui UU Cipta Kerja pemerintah memberi kemudahan


berusaha, perlindungan dan pemberdayaan. Ada sembilan kemudahan
yang akan di berikan, yaitu:

1. Pertama, izin tunggal bagi UMKM. Sehingga, pelaku UMKM kini hanya
cukup mengantongi Nomor Induk Berusaha (NIB).
2. Ketentuan insentif oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah bagi
perusahaan besar yang bermitra dengan UMKM. Ketentuan ini
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya persaingan bisnis.

10
3. Pengelolaan terpadu UMKM melalui sinergi pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dan stakeholders terkait pendampingan berupa dukungan
manajemen, SDM, anggaran dan penyediaan prasarana dan sarana.
4. Kemudahan pembiayaan dan intensif fiskal. Di antaranya penyederhanaan
administrasi perpajakan, pengajuan izin usaha tanpa biaya, insentif pajak
penghasilan, dan insentif kepabeanan bagi UMKM ekspor.
5. Adanya dana alokasi khusus (DAK) dari pemerintah untuk pengembangan
UMKM.
6. Bantuan dan perlindungan hukum untuk menjaga kelangsungan bisnis
UMKM
7. Prioritas produk UMKM dalam kegiatan belanja barang dan pengadaan
jasa pemerintah.
8. Pola kemitraan UMKM. Rest area, stasiun, terminal, pelabuhan, hingga
bandara wajib menyediakan tempat promosi dan penjualan bagi UMKM
melalui pola kemitraan.
9. Kemudahan bagi koperasi. Yakni, pendirian koperasi primer kini cukup
dengan minimal 9 orang anggota, rapat anggota tahunan bisa dilakukan
secara daring atau luring, dan koperasi bisa usaha syariah.

Sementara itu, sejumlah pasal yang menguntungkan UMKM di


antaranya pasal 92, menjelaskan akan diberi kemudahan pengajuan fasilitas
pembiayaan dari pusat bagi Usaha Mikro dan Kecil yaitu berupa tidak dikenai
biaya atau keringanan biaya. Keringanan atau insentif tersebut kemudian
diatur dalam Pasal 124 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 Tentang
Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah yang menyatakan ada kriteria tertentu yang harus
dipenuhi agar memperoleh insentif kriteria yaitu sebagai berikut:

1. Baru muali berproduksi atau beroperasi;


2. Peredaran usaha paling banyak Rp. 7. 500.000.000 (tujuh miliar lima ratus
juta rupiah) per tahun;
3. Melakukan usaha di sektor pertanian, perkebunan, peternakan, industri,
jasa, pengangkutan/transportasi, hotel bintang 1/hotel
melati/hostel/homestay/guest house, rumah kos, bumi

11
perkemahan/penyediaan akomodasi jangka pendek lainnya, rumah
makan/kedai/warung; dan/atau
4. Mengikuti pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik.

Dengan adanya insentif yang diberikan oleh pemerintah tersebut maka


sudah menjadi barang tentu akan memengaruhi permodalan pelaku usaha yang
bersangkutan. Kemudian dalam Pasal 125 ditegaskan bahwa pemerintah
daerah akan memberikan bantuan modal bagi Usah Mikro,Usaha Kecil
dan/atau Koperasi.

2.4 PERLINDUNGAN HUKUM USAHA UMKM SETELAH


DIKELUARKANNYA UU CIPTA KERJA

Perlindungan hukum merupakan unsur yang harus ada dalam suatu negara.
Setiap pembentukan negara pasti di dalamnya ada hukum untuk mengatur warga
negaranya. Dalam suatu negara, pasti terjadi hubungan antara negara dengan
warga negaranya.Hal ini disebabkan karena kepentingan itu kerap kali diancam
atau dilanggar oleh pihak tertentu sehingga hukum perlu mengamankannya dan
memaksa.

Menurut Satjipto Rahardjo, perlindungan hukum adalah memberikan


pengayoman terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan
perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-
hak yang diberikan oleh hukum.5

Sebagai negara yang berdasarkan hukum (rule of law), sudah selayaknya


pemerintah menetapkan suatu konsep dasar yang berisi panduan hukum tentang
arah pembangunan hukum nasional untuk periode pemerintah tertentu. Kurangnya
perlindungan membuat UMKM Indonesia mengalami kesulitan dalam
berkembang, sayangnya fakta tersebut seringkali malah disalah pahami
pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. Modal yang terbatas, kualitas sumber
daya manusia, kelemahan penguasaan teknologi malah dilihat sebagai faktor
kekurangan UMKM, ketimbang dilihat sebagai akibat yang timbul dari tidak
adanya perlindungan (protection) dan pemberdayaan (empowerment) yang

5
Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya, 2014, hlm. 53.

12
memadai. Padahal, siapapun tahu jika kebijakan politik ekonomi pemerintah
secara makro seringkali salah arah, tidak tepat sasaran dan kurang melindungi
UMKM dari persaingan bisnis.6

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan


Menengah (UMKM) telah menetapkan tujuan dari UMKM sebagaimana
tercantum dalam Pasal 3 yang berbunyi: “Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka
membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang
berkeadilan. Sementara itu tujuan pemberdayaan UMKM sebagaimana dimaksud
pada Pasal 5 adalah:

1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,


berkembang, dan berkeadilan;
2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan
3. Meningkatkan peran UMKM dalam pembangunan daerah, penciptaan
lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan
pengentasan rakyat dari kemiskinan

Keberpihakan pemerintah kepada sektor UMKM sangat jelas melalui


undang-undang nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM ini. Di karenakan
pemerintah memang sangat berkepentingan untuk melindungi dan
mengembangkan sektor UMKM. Kemudian undang-undang ini ditindaklanjuti
dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008. Poin penting yang diatur dalam PP ini
adalah peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk memfasilitasi
pengembangan UMKM. Salah satunya dengan memberikan prioritas kepada
UMKM untuk ikut serta dalam program pengadaan barang dan jasa yang diadakan
olehpemerintah.

Apabila UMKM tidak diberikan perlindungan hukum oleh pemerintah,


maka dapat dipastikan UMKM tidak dapat berkembang. Dalam arti bahwa usaha
kecil tidak dapat berkembang dalam posisi berdiri sama tinggi, duduk sama
6
Komarudin, “Politik Hukum Integratif UMKM,”PT Semesta Rakyat Merdeka, 2014 hlm. 19-20

13
rendah, dengan usaha yang jauh lebih besar. Perlindungan menjadi kata kunci
penting bagi usaha kecil, mengingat tantangan liberalisasi ekonomi yang semakin
besar. Prinsip perlindungan dalam hukum ekonomi terutama kegiatan UMKM
adalah mencakup:7

1. Prinsip ekonomi dalam UUD 1945, prinsip ini sepert dirumuskan oleh the
founding father atau pembentuk UUD 1945 yang telah memikirkan
dengan matang bangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia, melalui prinsip
ekonomi guna mencapai tujuan nasional yaitu masyarakat adil dan
makmur. Artinya kemakmuran rakyat dapat diperoleh melalui kegiatan
ekonomi yang betulbetul sehat dan jauh dari praktk-praktk persaingan
usaha tdak sehat. Apabila diperhatkan dengan seksama, ada 7 (tujuh) asas
prinsip ekonomi yang dimuat dalam Pasal 33 UUD 1945,
yaitu:keseimbangan, keserasian dan keselarasan, persamaan, usaha
bersama, kekeluargaan, musyawarah untuk mufakat (demokrasi ekonomi),
manfaat, perlindungan dan pembinaan pihak yang lemah
2. Prinsip perlindungan kepentngan nasional. Ketentuan dalam Pasal 33 ayat
(2) dan (3) UUD 1945 diatur mengenai penguasaan negara atas cabang-
cabang produksi yang memenuhi kepentngan nasional. Penguasaan
sebagai bentul daripada kepentngan nasional. Penguasaan negara atas
cabang-cabang produksi tersebut didasarkan pada upaya untuk dapat
melindungi kepentngan rakyat banyak guna memenuhi kebutuhan primer
dan perilaku pengusaha tdak baik yang menguasai sumber daya di dalam
bentuk monopoli. Perlu dikemukakan bahwa prinsip perlindungan
kepentngan nasional yang ditetapkan berart ada kepentngan umumyang
tdak boleh bersifat kontraproduktf terhadap asas kebebasan berkontrak.
Artnya demi kepentngan umum dan nasional, ruang gerak kebebasan
berkontrak bagi para pelaku usaha tdak semakin sempit dalam kegiatan
bisnis. Apabila ini terjadi, sama saja tdak ada pengakuan negara terhadap
asas kebebasan berkontrak, sekalipun untuk perlindungan kepentngan
umum/nasional, karena mematkan pengusaha dalam berbisnis

7
Komarudin, “Politik Hukum Integratif UMKM,” PT Semesta Rakyat Merdeka, 2014 hlm 20-21

14
3. Prinsip perlindungan dalam hukum internasional dan hukum perdata.
Selain aspek hukum nasional yang berupaya meningkatkan kemampuan
daya saing produk barang dan jasa dalam negeri, perekonomian nasional
juga harus memperhatkan prinsip perlindungan hukum internasional.
Perlindungan ini akan mempengaruhi reputasi ekonomi dan perlakuan
negara lain terhadap kegiatan pemasaran produk-produk Indonesia, baik di
dalam maupun luar negeri. Perlindungan hukum internasional dan hukum
perdata internasional dalam kerangka perdagangan antar negara melalui
pelbagai sarana transportasi dan komunikasi saling menghormat
berdasarkan perjanjian internasional dan prinsip pacta sunt servanda, yaitu
perjanjian yang telah disepakat berlaku sebagai undangundang bagi pihak
yang menyelenggarakan perjanjian;
4. Prinsip perlindungan bagi golongan ekonomi lemah. Berbagai ketentuan
yang mengatur pengembangan UMKM selama ini menunjukkan perhatan
pemerintah terhadap pengusaha kecil. Di antara ketentuan tersebut adalah
Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil juncto
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah sebagai upaya perlindungan hukum untuk pengusaha kecil,
sehingga pembinaan pasar bagi usaha kecil harus merupakan suatu sistem
terpadu, karena pengembangannya tergantung dari interaksi unsur
organisasi dari para pengusaha kecil dan komponen pendukung dari
kebijakan eknomi pemerintah, usaha menengah dan usaha besar yang
dapat saling membantu dan mempengaruhi
5. Prinsip perlindungan kepentngan nasional dalam GATT. Kepentingan
ekonomi nasional suatu negara perlu dilindungi dari praktk bisnis curang,
baik yang dilakukan oleh pengusaha di dalam negeri maupun pengusaha
asing. Begitu juga oleh negara industri maju terhadap negara berkembang
melalui kebijakan ekonomi yang dapat menghalangi masuknya barang
ekspor dan impor ke negara tersebut. Prinsip dan perlindungan kepentngan
nasional ini tetap diakui di dalam ketentuan GATT sebagai bentuk
pengecualian dari prinsip umum terhadap industri dan negara tertentu pada
kegiatan ekonomi dunia;

15
6. Prinsip persaingan usaha yang sehat. Kegiatan bisnis modern yang ketat
dan penuh persaingan menimbulkan perlakuan kurang adil dan sering
dialami oleh pihak ekonomi lemah. Pengusaha yang kuat danserakah
dengan berbagai cara berusaha untuk menguasai pasar nasional, regional
dan internasional. Praktk curang tdak hanya dilakukan berdasarkan
perbuatan melawan hukum (onrechtmatge daad) dalam hukum perdata,
akan tetapi juga berupa penyalahgunaan hak yang merugikan bagi
pengusaha dan negara-negara berkembang mengekspor produk berupa
bahan mentah, barang setengah jadi atau kerajinan. Bentuk persaingan
curang (unfair competton) tdak dapat ditolerir dan perlu dicegah dan
dikurangi di dalam kegiatan bisnis, baik melalui peraturan perundang-
undangan maupun dalam bentuk putusan hakim dan kebijakan ekonomi
pejabat eksekutf. Klausula kontrak bisnis yang curang secara nyata
melahirkan keuntungan tdak wajaratau tdak sebanding besarnya pada satu
pihak. Sebaliknya, pihak-pihak yang lain karena ketdaktahuan atau
kelemahan tertentu yang dihadapinya semakin terdesak kedudukan
ekonominya dalam angka persaingan pasar.

Untuk memberikan perlindungan hukum terhadap UMKM agar dapat


meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka diperlukan langkah-langkah
sebagai berikut: Pemerintah harus membuat pengaturan yang lebih lanjut terkait
pemberian perlindungan UMKM dalam rangka peningkatan kesejahteraan
masyarakat, dimana pemerintah harus mengundang pihak-pihak yang terkait
untuk membuat pengaturan bisnis UMKM menjadi lebih baik lagi dan
memberikan kepastan kepada pemilik UMKM di Indonesia demi menunjangkan
kesejahteraan nasional. Pemerintah juga harus mengawasi pihak-pihak yang
bermain curang, sehingga merugikan pelaku UMKM di Indonesia, selain itu
pemerintah harus memberikan pelathan, penyuluhan hukum, sosialisasi kepada
masyarakat, agar masyarakat mendapatkan edukasi yang lebih baik dalam proses
pengembangan UMKM di Indonesia.

Menurut Mochtar Kusumaatmadja, hukum diharapkan berfungsi lebih


daripada sekedar itu, yakni dapat sebagai sarana pembaharuan masyarakat atau
sarana pembangunan dengan pokok-pokok pikiran sebagai berikut: hukum

16
merupakan sarana pembaharuan masyarakat didasarkan kepada anggapan bahwa
adanya keteraturan atau ketertban dalam usaha pembangunan dan pembaharuan
itu merupakan suatu yang diinginkan atau dipandang (mutlak) perlu.

1. Pemerintah harus membuat pengaturan yang lebih lanjut terkait pemberian


perlindungan UMKM. Yang tujuannya untuk memberikan kepastan
kepada pemilik UMKM di Indonesia demi menunjangkan kesejahteraan
nasional.
2.

17
BAB 3 PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN
UU Cipta kerja atau yang dikenal Omnibus law adalah undang-
undang yang menitikberatkan pada penyederhanaan jumlah regulasi,
Omnibus Law merupakan konsep produk hukum yang berfungsi untuk
mengkonsolidir berbagai tema, materi, subjek, dan peraturan perundang-
undangan pada setiap sektor yang berbeda untuk menjadi produk hukum
besar dan holistik.

Pengembangan UMKM menjadi salah satu usaha yang dilakukan


pemerintah demi meningkatkan investasi dan menciptakan lapangan
pekerjaan. Upaya tersebut termuat dalam Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja) yang telah disahkan
pada tanggal 5 Oktober 2020.

Dengan diterbitkannya satu Undang-Undang untuk memperbaiki


sekian banyak Undang-Undang diharapkan menjadi jalan keluar
permasalahan di sektor ekonomi, sebab dengan banyaknya Undang-
Undang tidak bisa dilakukan percepatan-percepatan karena banyaknya
Undang-Undang masih mengatur dan bisa saling bertentangan. konsep
Omnibus Lawiini merupakan sebuah aturan yang dibuat untuk memangkas
beberapa aturan yang dianggap tumpang tindih dan menghambat
pertumbuhan negara yang juga sekaligus untuk menyinkronkan beberapa
aspek menjadi produk hukum yang besar

3.2 SARAN
Demikian makalah ini yang dapat kami sampaikan, tentunya
makalah ini masih banyak kekurangan serta kesalahan-kesalahan baik itu
tata cara penulis ataupun pembahasan di dalamnya. Untuk itu kritik dan

18
saran sangat kami harapkan dari pembaca sekalian demi tersempurnanya
makalah kami. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

AntoniPutra,Penerapan Omnibus Law Dalam Upaya Reformasi Regulasi,


Jurnal Legislasi Indonesia,Vol 17 No 1 2020

Arliman, Laurensius S.” Perlindungan Hukum Umkm Dari Eksploitasi


Ekonomi Dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan Masyaraka” ,Volume 6,
Nomor 3. (Desember 2017)

Eni Suharti,Undang-undang Usaha Mikro Kecil Dan Menengah UMKM.


(Jakarta: Sinar Grafika 2008).

Hafni and Rozali, Analisis Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM)
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Indonesia

Komarudin, Ade. “Politik Hukum Integratif UMKM.” PT. Wahana


Semesta Intermedia. Jakarta, 2014.

Mitha Paradilla, Ungkap Tujuan Utama Dibuatnya UU Cipta Kerja,


Jokowi: Syarat Investasi Jadi Sederhana,

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja

Rahardjo, Satjipto. Ilmu Hukum. Bandung. Citra Aditya Bakti, 2000.

Sulistia, Aspek Hukum Usaha Kecil Dalam Ekonomi Kerakyatan

19

Anda mungkin juga menyukai