Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

UU RI NO. 11 TAHUN 2020 MENJAMIN SETIAP WARGA


NEGARA MEMPEROLEH PEKERJAAN SERTA
MENDAPAT IMBALAN DAN PERLAKUAN YANG ADIL
DAN LAYAK DALAM HUBUNGAN KERJA

Dosen Pengasuh: Dr. Dayat Limbong, S.H., M.Hum.

Disusun Oleh:
Belva Frederic Gulo (20600182)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana karena
berkat dan rahmat-Nya makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak yang terkait pada penyusunan
makalah ini, termasuk dosen pengasuh mata kuliah Hukum Ketenagakerjaan dan Perselisihan
Hubungan Industrial, Bapak Dr. Dayat Limbong, S.H., M.H. yang telah memberikan
sumbangsih berupa arahan dan juga pemikirannya dalam penyusunan makalah ini hingga
selesai.

Harapan kami, makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis saja sebagai
kelengkapan tugas Ujian Akhir Semester, tetapi juga bermanfaat kepada para pembaca untuk
menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman terhadap Jaminan Hak dan Kewajiban
warga negara dalam memperoleh pekerjaan sebagaimana diatur dalam UU No. 11 Tahun
2020.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, saya yakin masih ada banyak
kekurangan dan kelemahan dalam penulisan makalah ini. Oleh sebab, itu saya sangat
mengharapkan kesediaan pembaca untuk memberi saran dan kritikan yang membangun agar
penyusunan makalah ini lebih maksimal dan sempurna.

Medan, 18 Juli 2022

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Manfaat Penulisan.......................................................................................2
D. Tujuan Penulisan.........................................................................................3
BAB II : PEMBAHASAN
A. Jaminan Pekerja dalam Memperoleh Pekerjaan yang Layak................4
B. Ketentuan Pengupahan dalam UU Nomor 11 Tahun 2020......................7
C. Perlindungan Tenaga Kerja dalam Hubungan Industrial.......................8
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................11
B. Saran..............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................12

ii
A. Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN
Sejak berdirinya Negara Republik Indonesia, para the faonding father and mothers
sepakat untuk membentuk negara yang baru merdeka itu dengan sebutan sebagai negara
hukum, yang pada penerapannya disesuaikan dengan aturan-aturan yang mengatur
masyarakat (rule of law). Memasuki periode kedua kepemimpinan Presiden Joko
Widodo, pemerintah membuat suatu terobodsan dalam meningkatkan investasi di
Indonesia agar bisa bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Yang kita ketahui bahwa
bangsa Indonesia banyak berkembang usaha start up (perusahaan rintisan) yang
berkembang dari unicorn menjadi decacorn karena valuasi usaha sudah lebih dari 10
triliyun. Maka dalam pengembangan suatu iklim investasi, perlu dilindungi oleh aturan-
aturan terkait yang mendukung iklim investasi
Pemerintah pusat bersama dengan DPR telah mengesahkan Undang – Undang No.
11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja. Undang – Undang ini disusun menggunakan teknik
Omnibus Law. Pengesahan Undang – Undang ini menurut pemerintah bertujuan untuk
meningkatkan investasi, membuka lapangan pekerjaan, dan meningkatkan kemampuan
tenanga kerja dan memangkas rumitnya mekanisme perizinan yang selama ini dianggap
sebagai salah satu penghambat utama dalam investasi.
Sebagai negara hukum, rakyat Indonesia menuntut pemerintah untuk meningkatkan
dan menyelenggarakan kinerja pemerintahan yang baik, berkualitas dan tetap
berlandaskan pada sebuah asas. Seperti salah satu cita-cita perjuangan bangsa Indonesia
ialah terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur yang berasaskan pada Pancasila
dan UUD NRI 1945. Seiring dengan tujuan pembangunan nasional dalam mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, Pasal 28 D ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945 menyebutkan “Setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
hadapan hukum”.
Pembaharuan hukum yang dilakukan pemerintah pada dasarnya merupakan sebuah
keharusan untuk memenuhi kebutuhan hidup berbangsa dan tututan jaman. Harmonisasi
peraturan perundang-undangan yang dilakukan melalui teknik Omnibus Law merupakan
sebuah pembaharuan yang patut diapresiasi namun bukan berarti tidak terdapat kritikan
di dalamnya. Kritikan bukan saja tertuju pada proses pembentukannya yang terkesan
1
sangat

2
terburu-buru dan penuh dengan unsur politik, tetapi juga materi muatan yang terkesan
mementingkan investasi dan kepentingan para pengusaha saja.
Omnibus law adalah suatu metode atau konsep pembuatan regulasi yang
menggabungkan beberapa aturan yang substansi pengaturannya berbeda, menjadi satu
peraturan dalam satu payung hukum. Regulasi yang dibuat senantiasa dilakukan untuk
membuat undang-undang yang baru dengan membatalkan atau mencabut juga
mengamandemen beberapa peraturan perundang-undangan sekaligus.
Konsep Omnibus Law ini dalam undang-undang bertujuan untuk menyasar isu besar
yang memungkinkan dilakukannya pencabutan atau perubahan beberapa undang-undang
sekaligus (lintas sektor) untuk kemudian dilakukan penyederhanaan dalam
pengaturannya, sehingga diharapkan tidak terjadi konkurensi/persengketaan dan atau
perlawanan antara norma yang satu dengan yang lainnya. Apabila dilihat dari
kedudukannya, Omnibus Law sebagai sebuah undang-undang berkedudukan di bawah
undang-undang dasar, namun lebih tinggi dari jenis peraturan perundang-undangan
lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana jaminan setiap warga negara dalam memperoleh pekerjaan yang layak
berdasarkan UU No. 11 Tahun 2020?
2. Bagaimana pengaturan upah pekerja dalam hubungan kerja sebagaimana diatur
dalam UU No. 11 Tahun 2020 ini?
3. Bagaimana perlindungan yang diperoleh setiap tenaga kerja untuk mendapat
perlakuan yang adil dalam hubungan kerja?

C. Manfaat Penulisan
Harapan saya sebagai penulis, makalah ini dapat menambah wawasan serta
pengetahuan para pembaca dalam menganalisis serta memahami esensi atau hakikat dari
pembentukan UU No. 11 Tahun 2020 atau yang kita kenal dengan sebutan UU Cipta
Kerja/Omnibus Law. Perlunya ada tulisan seperti ini dapat pula menunjang kemampuan
kita dalam menganalisis efesiensi dan keefektifan pelaksanaan undang-undang ini dalam
masyarakat luas, terutama para pekerja, apakah hak dan kewajiban pekerja itu sudah
memenuhi regulasi yang berlaku ataukah hanya sebatas aturan yang menguntungkan satu
pihak saja dalam hal ini pemberi kerja (perusahaan)? Itulah sebabnya makalah ini dibuat
agar menambah referensi dan pengetahuan kita akan undang-undang ini.

3
D. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Sebagai kelengkapan jawaban Ujian Akhir Semester mata Kuliah Hukum
Ketenagakerjaan dan Perselisihan Hubungan Industrial penulis
2. Untuk mengkaji dan menganalisis sejauh mana UU Cipta Kerja ini sudah sesuai
dengan keadilan yang merata yang harus diperoleh para pekerja/buruh.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Jaminan Pekerja dalam Memperoleh Pekerjaan yang Layak


Hak dan kewajiban pekerja atau karyawan adalah hal penting bagi pekerja dan
perusahaan dalam perjanjian kerja. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara
pekerja/buruh/karyawan dengan pengusaha atau pemberi kerja yang wajib mencantukan
hak dan kewajiban karyawannya. Sedangkan pekerja/buruh/karyawan adalah setiap
orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Cipta Kerja dalam UU 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja adalah upaya penciptaan
kerja melalui usaha kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan koperasi dan usaha
mikro, kecil, dan menengah, peningkatan ekosistem investasi dan kemudahan berusaha,
dan investasi Pemerintah Pusat dan percepatan proyek strategis nasional.
Hal yang menjadi urgent sehingga ada UU 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja adalah
upaya perubahan pengaturan yang berkaitan kemudahan, perlindungan, dan
pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah, peningkatan ekosistem
investasi, dan percepatan proyek strategis nasional, termasuk peningkatan perlindungan
dan kesejahteraan pekerja dilakukan melalui perubahan Undang-Undang sektor yang
belum mendukung terwujudnya sinkronisasi dalam menjamin percepatan cipta kerja,
sehingga diperlukan terobosan hukum yang dapat menyelesaikan berbagai permasalahan
dalam beberapa Undang-Undang ke dalam satu Undang-Undang secara komprehensif.
Indonesia masih menghadapi berbagai hambatan dan kemudahan dalam berusaha,
termasuk untuk Koperasi dan UMK-M. Saat ini terjadi kompleksitas dan obesitas
regulasi, dimana saat ini terdapat 4.451 peraturan Pemerintah Pusat dan 15.965 peraturan
Pemerintah Daerah. Regulasi dan institusi menjadi hambatan paling utama disamping
hambatan terhadap fiskal, infrastruktur dan sumber daya manusia. Regulasi tidak
mendukung penciptaan dan pengembangan usaha bahkan cenderung membatasi.
Dengan kondisi yang ada pada saat ini, pendapatan perkapita baru sebesar Rp4,6 juta
per bulan. Dengan memperhitungkan potensi perekonomian dan sumber daya manusia ke
depan, maka Indonesia akan dapat masuk ke dalam 5 besar ekonomi dunia pada Tahun
2045 dengan produk domestik bruto sebesar $7 triliun dolar Amerika Serikat dengan
pendapatan perkapita sebesar Rp27 juta per bulan.
Untuk itu diperlukan kebijakan dan langkah-langkah strategis Cipta Kerja yang
memerlukan keterlibatan semua pihak yang terkait, dan terhadap hal tersebut perlu

5
menyusun dan menetapkan Undang-Undang tentang Cipta Kerja dengan tujuan untuk
menciptakan kerja yang seluas-luasnya bagi rakyat Indonesia secara merata di seluruh
wilayah Negara Republik Indonesia dalam rangka memenuhi hak atas penghidupan yang
layak. Undang-Undang tentang Cipta Kerja mencakup yang terkait dengan:

a. peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha;

b. peningkatan perlindungan dan kesejahteraan pekerja;

c. kemudahan, pemberdayaan, dan perlindungan Koperasi dan UMK-M; dan

d. peningkatan investasi pemerintah dan percepatan proyek strategis nasional.

Penciptaan lapangan kerja yang dilakukan melalui pengaturan terkait dengan


peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha paling sedikit memuat pengaturan
mengenai: penyederhanaan Perizinan Berusaha, persyaratan investasi, kemudahan
berusaha, riset dan inovasi, pengadaan lahan, dan kawasan ekonomi.

Penyederhanaan Perizinan Berusaha melalui penerapan Perizinan Berusaha berbasis


risiko merupakan metode standar berdasarkan tingkat risiko suatu kegiatan usaha dalam
menentukan jenis Perizinan Berusaha dan kualitas/frekuensi pengawasan. Perizinan
Berusaha dan pengawasan merupakan instrumen Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah dalam mengendalikan suatu kegiatan usaha. Penerapan pendekatan berbasis risiko
memerlukan perubahan pola pikir (change management) dan penyesuaian tata kerja
penyelenggaraan layanan Perizinan Berusaha (business process re-engineering) serta
memerlukan pengaturan (re-design) proses bisnis Perizinan Berusaha di dalam sistem
Perizinan Berusaha secara elektronik. Melalui penerapan konsep ini, pelaksanaan
penerbitan Perizinan Berusaha dapat lebih efektif dan sederhana karena tidak seluruh
kegiatan usaha wajib memiliki izin, di samping itu melalui penerapan konsep ini kegiatan
pengawasan menjadi lebih terstruktur baik dari periode maupun substansi yang harus
dilakukan pengawasan.

Penciptaan lapangan kerja yang dilakukan melalui pengaturan terkait dengan


peningkatan perlindungan dan kesejahteraan pekerja paling sedikit memuat pengaturan
mengenai: perlindungan pekerja untuk pekerja dengan perjanjian waktu kerja tertentu,
perlindungan hubungan kerja atas pekerjaan yang didasarkan alih daya, perlindungan
kebutuhan layak kerja melalui upah minimum, perlindungan pekerja yang mengalami

6
pemutusan hubungan kerja, dan kemudahan perizinan bagi tenaga kerja asing yang
memiliki keahlian tertentu yang masih diperlukan untuk proses produksi barang atau jasa.

Ada berbagai jenis jamina kerja yang telah dituang dalam undang-undang cipta
kerja, baik itu jaminan keclakaan kerja, jaminan kehilangan pekerjaan dan lain
sebagainya. Berikut adalah pasal-pasal yang engatur tentang jaminan kerja bagi
pekerja/buruh dalam UU No. 11 Tahun 2020

(Pasal 81 No. 44) perubahan pasal 156

Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha wajib membayar uang,
pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang
seharusnya diterima.

Uang pesangon sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan dengan ketentuan
berikut:

a. masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu) bulan upah;


b. masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) bulan
upah.
c. masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) bulan
upah.
d. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, 4 (empat)
bulan upah.
e. masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima) bulan
upah.
f. masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 6 (enam) bulan
upah.
g. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh)
bulan upah.
h. masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun, 8 (delapan)
bulan upah.
i. masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9 (sembilan) bulan upah.

(Pasal 83 No. 1) perubahan pasal 6

1. BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a


menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
2. BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b
menyelenggarakan program:
a. Jaminan kecelakaan kerja;
b. Jaminan hari tua;

7
c. Jaminan pensiun; dan

8
d. Jaminan kematian
e. Jaminan kehilangan pekerjaan.

B. Ketentuan Pengupahan dalam UU Nomor 11 Tahun 2020


Pengertian upah menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), yakni upah ialah
uang dan sebagainya yang dibayarkan sebagai balas jasa atau sebagai pembayar tenaga
yang sudah dikeluarkan untuk mengerjakan sesuatu. Upah adalah tarif yang dibayarkan
kepada para pekerja/buruh atas jasanya yang mana tarif tersebut disebut sebagai upah.
Menurut Nurimansyah, upah merupakan segala jenis penghasilan yang diterima para
pekerja/buruh yang berbentuk uang maupun barang dalam termin waktu tertentu dalam
kegiatan ekonomi.
Adapun pengertian menurut pendapat Sadono Sukirno yang mendefinisikan upah
adalah sebuah pembayaran kepada para pekerja kasar yang pekerjaannya tidak menetap
atau berpindah-pindah, contohnya seperti para pekerja pertanian, tukang kayu, kuli, dan
lain sebagainya. Dalam bidang ekonomi, upah diartikan sebagai suatu pembayaran atas
jasa baik fisik maupun mental yang diberikan oleh tenaga kerja kepada tenaga kerja
kepada para pengusaha.
Beberapa hal dalam pasal ketenagakerjaan pada ketentuan mengenai pengupahan
menjadi sorotan permasalahan yang muncul khususnya bagi para pekerja/buruh, dalam
ketentuan pengupahan pada pasal 88 UU Ketenagakerjaan telah mengatur 11 macam
kebijakan yang diantaranya: upah minimum, upah kerja lembur, upah tidak masuk kerja
karena berhalangan, upah tidak masuk kerja katena melakukan kegiatan lain di luar
pekerjaannya, upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya, bentuk dan cara
pembayaran upah, denda dan potongan upah, hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan
upah, struktur dan skala upah, upah untuk pembayaran pesangon, dan upah untuk
perhitungan atau pembayaran hal dan kewajiban lainnya. Sementara, dalam UU Cipta
Kerja ketentuan pengupahan hanya mengatur 7 macam kebijakan. 16 Diantara pasal
terkait pengupahan yang disoroti sebagai bentuk permasalahan bagi buruh/pekerja, yaitu
sebagai berikut:
Upah Minimum:
Undang-Undang Cipta Kerja menghilangkan pasal 88D tentang kebutuhan hidup
yang layak dalam ketentuan penerapan upah yang ada pada Undang-Undang
Ketenagakerjaan dengan mengganti ketentuan tersebut dengan penghitungan

9
berdasarkan variabel pertumbuhan ekonomi/inflansi yang diatur dalam pasal 88D
UU Cipta Kerja. Padahal penghitungan upah minimum dengan variabel
pertumbuhan ekonomi/inflasi belum tentu dapat merepresentasikan kebutuhan
hidup yang layak bagi pekerja dan ketentutan tersebut justru hanya akan
memberikan keuntungan bagi pengusaha yang mana hal ini akan menjauhkan
tujuan awal pengupahan yaitu memberikan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Seharusnya, penetapan upah minimum juga dikaitkan berdasarkan
profesionalisme pekerja bukan ditentukan berdasarkan pertumbuhan ekonomi
yang sering kali naik turun.

C. Perlindungan Tenaga Kerja dalam Hubungan Industrial


Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan
masyarakat yang sejahtera, adil dan Makmur yang merata baik materil maupun spiritual
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Dalam pelaksanaan pembangunan nasional tenaga kerja mempunyai peranan dan
kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. Sesuai dengan
peranan dan kedudukan tenaga kerja, diperlukan pembangunan ketenagakerjaan terhadap
tenaga kerja dimaksud untuk menjamin hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin
kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk
mewujudkan kesesjahteraan pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan
perkembangan kemajuan dunia usaha.

Untuk menjamin setiap warga negara mendapatkan pekerjaan yang layak, serta
mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dalam hubungan kerja Undang-undang Nomor
11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja mengatur kebijakan strategis cipta kerja yang salah
satunya meliputi ketenagakerjaan, untuk lebih mengutamakan penggunaan tenaga kerja
lokal, serta meningkatkan kompetensi tenaga kerja lokal melalui pendidikan dan
pelatihan. Terlihat dari kebijakan pengaturan terhadap perusahan penanaman modal dan
penggunaan tenaga kerja asing merupakan bentuk perlindungan terhadap tenaga kerja
lokal, dengan adanya pengaturan penggunaan tenaga kerja asing dengan kualifikasi tinggi
dapat memberikan sumbangan peningkatan produktivitas dan alih keterampilan serta
pengetahuan bagi tenaga kerja lokal.

1
Eksistensi omnibus law senyatanya memberikan dampak negatif terhadap tenaga
kerja utamanya buruh atau pekerja. Pemerintah mempersiapkan Undang-undang Cipta
Kerja dengan menggunakan konsep omnibus law, untuk dijadikan sebuah skema
membangun perekonomian agar mampu menarik investor menanamkan modalnya di
Indonesia. Undang-undang Cipta Kerja memiliki beberapa klaster yang salah satu
diantaranya adalah mengatur tentang ketenagakerjaan. Pada klister ketenagakerjaan
pemerintah berupaya mengharmonisasikan beberapa undang- undang yang tumpeng
tindih dan mengakibatkan kerugian khususnya pada tenaga kerja. Pemerintah berupaya
menerapkan omnibus law cipta lapangan kerja. Tetapi tidak diimbangi dengan substansi
regulasi yang mampu menghindari konflik- konflik yang telah terjadi selama ini. Undang-
undang Cipta Kerja ini masih memiliki banyak kelemahan masalah ini ada pada
perubahan cuti, pemberian pesangon dan lain-lain. Perubahan tersebut semakin
mempersempit ruang gerak para buruh untuk memperjuangkan hak-haknya (Matompo &
Izziyana, 2020).

Pemerintah dan beberapa pengamat ekonomi lainnya menilai bahwa regulasi atau
perlindungan ketenagakerjaan saat ini terlalu “kaku” sehingga menjadi salah satu faktor
yang menghambat investasi dan aktivitas bisnis di Indonesia. Maka dari itu, sistem tenaga
kerja di Indonesia perlu dibuat menjadi fleksibel. Pasalnya banyak regulasi yang
ditujukan untuk melindungi hak-hak pekerja dalam Undang-undang Ketenagakerjaan
tahun 2003 diganti atau bahkan dihapuskan. Alih-alih menciptakan lapangan pekerjaan
yang layak (decent work) bagi para pekerja, UU Cipta Kerja dinilai malah akan membuat
kondisi para pekerja jauh menjadi lebih rentan dan penuh dengan ketidakpastian.
Pasalnya banyak regulasi yang ditujukan untuk melindungi hak-hak pekerja dalam
Undang-undang Ketenagakerjaan tahun 2003 diganti atau bahkan dihapuskan. Perubahan
Sistem Ketenagakerjaan dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta
Kerja dari Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (Nathan,
2000):

Pertama Upah, Pasal 88 diubah; pasal 89 dihapus; penambahan pasal 88B, 88C, 88D
Upah minimum Kabupaten/kota dan sektoral dihapus. Upah minimum ditentukan dari
upah minimum provinsi yang ditetapkan oleh gubernur. Penambahan pasal 88E dan 90B
ketentuan upah minimum bagi usaha mikro dan kecil serta industri padat karya diatur
secara terpisah. Dampak ke pekerja Upah minimum bisa lebih rendah dari sebelumnya
sebagaimana yang ditentukan oleh upah minimum kabupaten/kota dan sektoral upah

1
minimum di usaha mikro dan kecil serta industri padat karya bisa lebih rendah daripada
ketentuan upah minimum yang berlaku.

1
Kedua kontrak kerja dan alih daya, Pasal 59 dihapus ketentuan sebelumnya yang
membatasi pekerja kontrak atau perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) pada pekerjaan
di luar kegiatan pokok atau proses produksi secara langsung dan bersifat sementara
(maksimal 3 tahun lamanya) dihapus. Pekerja kontrak bisa dilakukan di semua jenis
pekerjaan dan tanpa batas waktu. Pasal 64, 65 dihapus; pasal 66 diubah ketentuan
sebelumnya yang membatasi pemborongan kerja dan kerja outsourcing/alih daya pada
pekerjaan di luar kegiatan pokok atau proses produksi secara langsung dihapus. Semua
jenis pekerjaan termasuk pada kegiatan pokok bisa menggunakan pekerja outsourcing.

Ketiga hak untuk cuti, Pasal 93 diubah pekerja yang mengambil cuti karena alasan
sakit, haid pada hari pertama dan kedua, menikah, istri melahirkan atau keguguran,
menjalankan ibadah agama, atau karena anggota keluarga meninggal tidak lagi berhak
mendapatkan upah selama cuti (paid leave). Dampak kerja pekerja tidak lagi berhak
mendapatkan upah selama cuti (paid leave) bahkan untuk cuti sakit atau haid. Ketentuan
paid leave bergantung pada kesepakatan dengan pengusaha dan bukan diatur oleh
perundang-undangan. Sangat berdampak pada pekerja perempuan.

Keempat pesangon, Pasal 156 diubah ketentuan pesangon tidak banyak berubah
secara signifikan. Batas maksimal upah penghargaan masa kerja (UMPK) menjadi 21
tahun masa kerja dengan 8 bulan upah. Uang penggantian hak (UPH) tidak lagi diatur
melalui hukum dan hanya berdasarkan kesepakatan kerja. Ketentuan pesangon tidak
banyak berubah secara signifikan. Namun dengan meluasnya kerja fleksibel (kontrak dan
outsourcing) maka pekerja semakin rentan mendapatkan pesangon dengan jumlah
minimal atau bahkan tanpa pesangon sama sekali.

1
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan
masyarakat yang sejahtera, adil dan Makmur yang merata baik materil maupun spiritual
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional
tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan
tujuan pembangunan. Sesuai dengan peranan dan kedudukan tenaga kerja, diperlukan
pembangunan ketenagakerjaan terhadap tenaga kerja dimaksud untuk menjamin hak-hak
dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa
diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesesjahteraan pekerja/buruh dan
keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha.
Hak dan kewajiban pekerja atau karyawan adalah hal penting bagi pekerja dan
perusahaan dalam perjanjian kerja. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara
pekerja/buruh/karyawan dengan pengusaha atau pemberi kerja yang wajib mencantukan
hak dan kewajiban karyawannya. Sedangkan pekerja/buruh/karyawan adalah setiap
orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Cipta Kerja dalam UU 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja adalah upaya penciptaan
kerja melalui usaha kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan koperasi dan usaha
mikro, kecil, dan menengah, peningkatan ekosistem investasi dan kemudahan berusaha,
dan investasi Pemerintah Pusat dan percepatan proyek strategis nasional.

Penciptaan lapangan kerja yang dilakukan melalui pengaturan terkait dengan


peningkatan perlindungan dan kesejahteraan pekerja paling sedikit memuat pengaturan
mengenai: perlindungan pekerja untuk pekerja dengan perjanjian waktu kerja tertentu,
perlindungan hubungan kerja atas pekerjaan yang didasarkan alih daya, perlindungan
kebutuhan layak kerja melalui upah minimum, perlindungan pekerja yang mengalami
pemutusan hubungan kerja, dan kemudahan perizinan bagi tenaga kerja asing yang
memiliki keahlian tertentu yang masih diperlukan untuk proses produksi barang atau jasa.

B. Saran

1
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan

2. Website Internet
https://gajimu.com/pekerjaan-yanglayak/omnibus-law-uu-cipta-kerja/omnibus-law-
uu-cipta-kerja

https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-11-2020-cipta-kerja

https://gajimu.com/pekerjaan-yanglayak/omnibus-law-uu-cipta-kerja/jaminan-
kehilangan-pekerjaan

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/59651/1/IMA
%20QIMMA TUL%20MAFLAHAH%20-%20FSH.pdf

3986-Article Text-20510-1-10-20211030

Anda mungkin juga menyukai