Disusun Oleh:
Nim : 1900029018
Kelas : A
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Etika Hukum Kesehatan ini, yang berjudul Dampak
UU Cipta Kerja Terhadap Kesehatan Masyarakat ini dengan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
dosen pada mata kuliah Etika Hukum Kesehatan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang rangkuman bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari,
tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Dini Diarti
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................6
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................................6
2.1 Dampak Positif UU Cipta Kerja pada Kesehatan Masyarakat.......................................................6
2.2 Dampak Negatif UU cipta Kerja pada kesehatan masyarakat......................................................9
2.3 Solusi dari dampak UU Cipta Kerja..............................................................................................9
BAB III..................................................................................................................................................10
Daftar Pustaka.................................................................................................................................10
BAB I
3
PENDAHULUAN
4
dapat berkembang dan selanjutnya bersaing dengan negara lain. Investasi asing pasti
berkorelasi dengan masuknya dana segar ke Indonesia dimana dana tersebut selalu
dalam bentuk valuta asing. Untuk dapat menggunakan valuta asing tersebut akan
dikenai pajak. Pajak tersebut secara langsung menjadi pendapat negara.
Perlindungan wilayah menjadi salah satu manfaat masuknya investasi asing ke
Indonesia karena para investor serta pemerintah pastinya akan berusaha dan berupaya
menjaga stabilitas dalam negeri. Apabila sampai terjadi hal - hal yang tidak
diinginkan, maka berakibat pada penghentian kegiatan investasi oleh para investor
dan memasukkan daftar hitam dalam target investasinya. Keadaan yang tidak
dinginkan misalnya kerusuhan atau ketidakstabilan keamanan akan merugikan bagi
para investor.
Omnibus law menjadi salah satu jalan keluar untuk menarik investor asing ke
Indonesia. Peraturan yang banyak, sektoral dan terdapat yang saling tumpang tindih
menjadi latar belakang dibuatnya omnibus law. Omnibus law juga menjadi solusi bagi
lambatnya proses legislasi di Indonesia. Hal tersebut nampak dalam kinerja dari DPR
RI periode 2014-2019 yang hanya membuat 84 undang - undang dimana lebih sedikit
dari pada DPR RI periode 2009-2014 yang menghasilkan 125 undang - undang dalam
kurun waktu 5 (lima) tahun. Fenomena penurunan produktifitas legislasi tersebut
dikarenakan beberap faktor yaitu (1) adanya pergeseran fungsi legislasi dari tangan
presiden ke DPR, (2) birokrasi penyusunan undang - undang semakin panjang dengan
adanya DPD, (3) kegiatan para anggota DPR RI yang semakin padat sehingga
mengganggu fungsi utama dari lembaga DPR RI, (4) prosedur pembentukan undang -
undang yang kaku dengan berkiblat pada sistem hukum civil. Omnibus law menjadi
salah satu jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut. Berdasarkan uraian latar
belakang tersebut, maka permasalahan yang menjadi isu sentral untuk dikaji dalam
artikel ini adalah mengenai (1) karakteristik omnibus law dan (2) arah kebijakan
pembentukan omnibus law di Indonesia.
Omnibus law menjadi suatu terobosan dalam upaya menyederhanakan
peraturan yang ada di Indonesia. Black (1968) menjelaskan bahwa omnibus law
berusaha untuk menjadikan keragaman undangundang menjadi satu undang-undang
saja. Asshidiqie menjabarkan bahwa praktek omnibus law dapat digunakan dalam tiga
keadaan yaitu undang - undang yang akan diubah berkaitan secara langsung,
undangundang yang akan diubah tidak berkaitan secara langsung, dan undang -
undang yang akan dibuah tidak berkaitan, tetapi dalam praktek bersinggungan
5
(Suradinata, 2019). Omnibus law dapat dianggap UU 'Sapu Jagat' yang dapat
digunakan untuk mengganti beberapa norma hukum dalam beberapa UU (Rongiyati,
2019).
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
6
(3) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
oleh pihak Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan swasta.
(4) Setiap fasilitas pelayanan kesehatan wajib memenuhi Perizinan Berusaha dari
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
berdasarkan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.
Pasal 182
(1) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
melakukan pengawasan terhadap masyarakat dan setiap penyelenggara kegiatan
yang berhubungan dengan sumber daya di bidang kesehatan dan upaya kesehatan
berdasarkan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.
(2) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dalam
melakukan pengawasan dapat memberikan Perizinan Berusaha terhadap setiap
penyelenggaraan upaya kesehatan berdasarkan norma, standar, prosedur, dan
kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
Pasal 69
a. melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam pasal 69 huruf a, dimana
perbuatan tersebut dilakukan karena kelalaian dan tidak mengakibatkan
bahaya kesehatan manusia dan/atau luka dan/atau luka berat, dan/atau matinya
orang dikenai sanksi administratif dan mewajibkan kepada Penanggung Jawab
perbuatan itu untuk melakukan pemulihan fungsi lingkungan hidup danf atau
tindakan lain yang diperlukan;
Pasal 54
7
d. pengembangan jangkauan pelayanan; dan
e. peningkatan kemampuan kemandirian Rumah Sakit.
Alasan: Pada pasal 69 pada point a yaitu dimana perbuatan tersebut dilakukan
karena kelalaian dan tidak mengakibatkan bahaya kesehatan manusia dan/atau luka
dan/atau luka berat, dan/atau matinya orang dikenai sanksi administratif dan
mewajibkan kepada Penanggung Jawab perbuatan itu untuk melakukan pemulihan
fungsi lingkungan hidup dan atau tindakan lain yang diperlukan, yang menjadi
dampak positif disini yaitu bahwa penanggung jawab perbuatan yang di berikan
sanksi yang setimpal atas perbuatannya. Pada pasal 30 bahwa fasilitas pelayanan
menurut jenis pelayanan kesehatan yaitu pelayanan kesehatan perseorangan dan
pelayanan kesehatan masyarakat. Yang berarti prioritas utama nya yaitu
perseorangan dan kesehatan masyarakat itu sendiri. Pasal 182 Pemerintah Pusat
atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan pengawasan
terhadap masyarakat dan setiap penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan
sumber daya di bidang kesehatan dan upaya kesehatan berdasarkan norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
Yang berarti disini menyatakan bahwa pemerintah daerah bertanggung jawab atas
pengawasan dan setiap penyelenggara kegiatan teruatama dalam bidang kesehatan
dan upaya kesehatan, ini menjadi point atau dampak positif bagi kesehatan
masyarakat yang menjadi tunjangan dari pemerintah daerah.
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dalam
melakukan pengawasan dapat memberikan Perizinan Berusaha terhadap setiap
penyelenggaraan upaya kesehatan berdasarkan norma, standar, prosedur, dan
kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
Pengawasan perizinan berusaha terhadap penyelenggaraan upaya kesehatan
merupakan dampak positif juga, karena perizinan bermaksud untuk mempermudah
dan memperlancar serta keamanan dalam penyelenggaraan kesehatan.
Pada pasal 54 yaitu, Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diarahkan untuk ; pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan yang terjangkau
oleh masyarakat; peningkatan mutu pelayanan kesehatan; keselamatan pasien;
pengembangan jangkauan pelayanan; dan peningkatan kemampuan kemandirian
Rumah Sakit.
8
Pembinaan dan pengawasan tersebut tentu menguntungkan bagi kesehatan
masyarakat karena pemenuhan kesehatan di utamakan, mutu pelayanan kesehatan
juga termasuk, serta keselamatan pasien, pengembangan jangkauan pelayanan dan
peningkatan kemampuan mandiri pada rumah sakit yang serta merta untuk
melayani dan mengutamakan masyarakat itu sendiri.
Pasal 42
(1) Modal awal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4I ayat (1) huruf a untuk
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan ditetapkan masing-masing
paling banyak Rp2.000.000.000.000,00 (dua triliun rupiah) yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Alasan : Berdampak kepada ketidakpastian pada tenaga kerja yang memang mereka
bekerja, tetapi akan dihitung jumlah hari mereka bekerja. jika dulu dihitung 1 bulan.
Sumber pendanaan JKP dari dana operasional BPJS Ketenagakerjaan juga berpotensi
mengurangi hak peserta, khususnya dari program JHT. Sebab, sumber dana
operasional BPJS Ketenagakerjaan sendiri berasal dari iuran dan hasil investasi.
Potensi terjadi defisit besar karena pemasukan turun, peserta berpotensi berkurang.
RUU Cipta Kerja berlaku jadi defisit lagi.
Solusi atas dampak UU Cipta Kerja dengan tidak mengurangi hak peserta
untuk program BPJS itu sendiri, karena kebutuhan masyarakat yang kurang sangat
membutuhkan bantuan atas BPJS ini, sebagai pelonggaran ketika mereka sakit dan
memerlukan biaya yang sangat besar, kemudian untuk terjadinya deficit karena
pemasukan turun, sebaiknya dilakukan permusyawaran lagi terkait orang yang
membutuhkan program BPJS ini, jangan sampai semua nya akan menjadi deficit
terkait dengan uang yang ada.
Masyarakat kecil sangat membutuhkan adanya bantuan untuk kesejahteraan
mereka, karena bantuan sekecil apapun mereka akan menerima dan bersyukur atas
apa yang mereka berikan, dan sebaiknya untuk program BPJS ini dilakukan dengan
memperhatikan kesejahteraan mereka yang membutuhkan bantuan dari pihak atas,
9
karena kesehatan mereka dan juga kesembuhan mereka juga penting. Tidak semena-
mena hanya melihat sekitar yang hidupnya layak tetapi kesehatan masyarakat pun
harus diperhatikan.
BAB III
PENUTUP
Daftar Pustaka
Black, Henry Campbell, Black’s Law Dictionary, USA: West Publishing, 1968
10