Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KASUS PELANGGARAN ETIKA DIBIDANG EKSEKUTIF


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah
ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK
Dosen Pengampu : H. Syahrian, S.Sos., M.AP

Disusun oleh :
Kelompok 1
1. Muhammad Fahrian Noor (212308089)
2. Muhamad Wahyu (212308093)
3. Norhidayah ( 2122308048)
4. Raudatus Syifa (212308100)
5. Siti Aisyah (212308107)
6. Tanisa Aziza Fitria (212308061)

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI AMUNTAI


(STIA AMUNTAI)
2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Etika Administrasi, dengan judul: "Kasus Pelanggaran Etika Di Bidang
Eksekutif".

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya


kepada dosen mata kuliah Etika Administrasi Publik yang telah memberikan tugas
kepada kami dan kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Amuntai, 15 Oktober 2022

penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2

1.3 Tujuan Masalah..............................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................3

PEMBAHASAN.....................................................................................................3

2.1 Kasus Korupsi Dana Bansos Juliari Batubara................................................3

2.2 Pelanggaran Kode Etik Pada Kasus Juliari Batubara.....................................6

2.3 Analisis pelanggaran kode etik yang lakukan Juliari Batubara.....................8

BAB III..................................................................................................................12

PENUTUP.............................................................................................................12

3.1 kesimpulan...................................................................................................12

3.2 saran.............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki berbagai lembaga pemerintahan salah satunya adalah


Lembaga eksekutif. Lembaga eksekutif adalah lembaga yang diberi kekuasaan
untuk melaksanakan undang-undang. Saat ini, kedudukan lembaga eksekutif
dipegang oleh kepala pemerintahan, yakni presiden dan wakilnya serta
menteri-menteri, pegawai negeri sipil dan militer. Oleh sebab itu, secara
sederhana, lembaga eksekutif dapat disebut sebagai pemerintah.
Adapun permasalahan yang sering terjadi di lembaga eksekutif salah
satunya adalah pelanggaran etika .Padahal etika adalah salah satu unsur yang
sangat penting yang menentukan keberhasilan suatu pelaksanaan kegiatan
dalam oganisasi dan aktor administrasi publik dalam menjalankan tugasnya.
Penyebabnya adalah, karena nilai-nilai moral tersebut berada dalam seluruh
proses kegiatan administrasi publik. Mulai dari perencanaan struktur
organisasi, merumuskan kebijakan, implementasi, danevaluasi kebijakan serta
pelaksanaan pelayanan publik harus memiliki nilai-nilai etis dalam
menjalankannya.
Setiap birokrasi pelayanan publik wajib memiliki mental dan perilaku
yangdapat mencerminkan keunggulan pribadinya, serta besarnya ilmu
pengetahuan yang dimilik. Ia wajib mengembangkam diri sehingga mampu
memahami, menghayati, dan mengimplementasikan berbagai hal yang
bersumber pada kebajikan moral khususnya keadilan dalam menjalankan
tanggung jawabnya sebagai pelayan publik.

1
2

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pelanggaran kode etik di bidang eksekutif pada tahun 2020 ?


2. Apa pelanggaran kode etik ASN dalam kasus tersebut ?
3. Bagaimana analisis konsep etika terhadap kasus tersebut ?

1.3 Tujuan Masalah

Adapun tujuan dari di buatnya makalah ini adalah:


1. Mengetahui kasus pelanggaran kode etik yang terjadi dibidang eksekutif
pada tahun 2020
2. Mengetahui apa saja kode etik ASN yang dilanggaar
3. Untuk mengetahui analisis kode etik pada kasus yang terjadi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kasus Korupsi Dana Bansos Juliari Batubara

Juliari duduk di Komisi VI DPR-RI. Komisi tersebut membidangi


perdagangan, perindustrian, investasi, koperasi, UKM & BUMN, dan
standarisasi nasional. Kiprah politik pria kelahiran 22 Juli 1972 ini dimulai
saat ia menjadi anggota Badan Pemenangan Pemilu Pusat PDIP pada 2003
dan 2008. Dua tahun setelahnya atau pada 2010, Juliari dipercaya
menjabat sebagai Wakil Bendahara Umum DPP PDI Perjuangan. Di PDIP
ia mencalonkan diri sebagai anggota legislatif pada Pemilu 2014 silam.
Saat itu, dia mewakili Daerah Pemilihan Jawa Tengah I dengan perolehan
sebanyak 128.956
Menurut KPK, kasus ini bermula dari adanya program pengadaan
bansos penanganan Covid-19 berupa paket sembako di Kemensos tahun
2020 dengan nilai sekitar Rp 5,9 Triliun dengan total 272 kontrak dan
dilaksanakan dengan 2 periode. Juliari sebagai menteri sosial saat itu
menunjuk Matheus dan Adi sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
dalam pelaksanaan proyek tersebut dengan cara penunjukkan langsung
para rekanan dan diduga disepakati ditetapkan adanya fee dari tiap-tiap
paket pekerjaan yang harus disetorkan para rekanan kepada Kemensos
melalui Matheus. Untuk setiap paket bansos, fee yang disepakati oleh
Matheus dan Adi sebesar Rp 10.000 per paket sembako dari nilai Rp
300.000 per paket bansos.
Di tengah wabah, bekas politikus PDI Perjuangan itu menerima suap
lebih dari Rp32 miliar dari rekanan penyedia bansos di Kemensos. Jatah
bansos yang mestinya utuh diterima warga ditilap tiap paketnya.
Sedangkan warga yang mati-matian bertahan di tengah wabah, mendapati
jatah bansosnya berkurang, kualitas yang sudah buruk kian memburuk,

3
4

dan terpaksa mengolahnya karena hanya itu yang mereka punya.Skandal


korupsi yang terungkap Desember 2020 ini juga menurut ICW
mencatatkan sejumlah kejanggalan, mulai dari pengungkapan yang tak
menyeluruh hingga penyidik KPK yang mengungkap kasus justru
dipersoalkan atas tuduhan pelanggaran etik. Majelis Hakim Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) mengganjar mantan Menteri Sosial
Juliari Peter Batubara Senin (23/08) dengan vonis 12 tahun penjara dan
denda Rp500 juta subsidair enam bulan kurungan. Bekas politikus PDI
Perjuangan ini dinilai hakim terbukti secara sah dan bersalah melakukan
korupsi dengan menerima suap lebih dari Rp32 miliar dari rekanan
penyedia bansos di Kemensos.
Laporan koalisi masyarakat sipil yang mendampingi korban korupsi
bansos--termasuk Sri — menerima pengaduan 17 orang.
Mereka lantas mengajukan gugatan ganti rugi terhadap mantan Mensos
Juliari ke pengadilan. Mulanya jumlah mereka 18 orang, di tengah proses
permohonan pengajuan, seorang di antaranya meninggal dunia.Sebanyak
11 orang merupakan warga Jakarta Utara, lima warga Kepulauan Seribu
dan dua orang lainnya dari Jakarta Barat. Beberapa di antara mereka
mengeluhkan turunnya kualitas bahan pokok yang diterima dari
penerimaan tahap pertama ke tahap kedua dan ketiga. Selain itu, dari segi
kuantitas pun berkurang. Misalnya bila pada tahap pertama mereka
menerima minyak, mi instan dan masker, tahap kedua itu tak didapat.Salah
satu warga yang merasa dirugikan atas korupsi Juliari yang juga
mengajukan gugatan ganti rugi adalah Eny Rochayati. Warga Kampung
Marlina, Jakarta Utara, ini mengaku awalnya tak terpikir untuk
mengajukan permohonan ganti rugi. "Walaupun kita nonton di TV dan
media sosial itu bahwa bansos itu dikorupsi. Tapi tidak terpikir menggugat
atau apa, karena kami kan nggak tahu juga jalurnya gimana," cerita Eny
kepada BBC News Indonesia.
"Tapi pas kami kumpul dengan kawan-kawan perwakilan
kampung, loh ternyata kok kita masalahnya sama ya," sambung dia.
5

Tujuan Eny tak muluk, ia ingin sekali gugatan itu mampu memberikan
efek jera ke pelaku korupsi. Ia tak mau kejahatan tersebut berulang."Kami
sudah paham duluan, masyarakat kita ini kan bukan sekali dua kali
dibohongin. Ibaratnya, kami sudah paham duluan. Apa sih yang nggak
dikorupsi di sini?" tutur perempuan usia 52 tahun ini.
"Itu nggak satu dua orang ngomong begitu. Kami sudah terbiasa dan hapal
betul dengan perilaku para pejabat pemerintah yang tidak bertanggung
jawab," sambung dia "Nah ternyata betul, dikorupsi kan. Dan nggak
tanggung-tanggung ngorupsinya. Sampai berapa T begitu kan," katanya
lagi bersungut-sungut.
Sejak awal kasus bergulir sampai dengan tuntutan jaksa, kasus ini telah
menyedot perhatian publik. Hukuman 11 tahun penjara dan denda Rp500
juta subsidair enam bulan kurungan yang dituntutkan ke mantan politikus
PDI Perjuangan dianggap terlalu ringan.
Mengingat, menurut Indonesia Corruption Watch (ICW), Pasal 12
huruf b Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang
dijadikan dasar mengakomodir penjatuhan hukuman hingga penjara
seumur hidup dan denda Rp1 miliar. Lembaga yang fokus menyorot isu
korupsi tersebut juga menilai skandal di kementerian sosial yang terkuak
pada Desember 2020 ini sarat kejanggalan. "Sebetulnya kami apresiasi,
KPK yang kemarin berhasil membongkar skandal besar di Kemensos yaitu
korupsi paket sembako yang sebetulnya sudah lama kami curigai, karena
potensi korupsi pengadaan darurat," ungkap peneliti ICW, Almas Sjafrina
dalam diskusi yang disiarkan langsung melalui YouTube Sahabat ICW,
Minggu (22/09). "Tapi sayangnya dalam proses penanganan masih banyak
hal yang kami nilai janggal dan kurang maksimal," lanjutnya. Misalnya,
lanjut Almas, ada beberapa nama yang diduga terlibat dan terindikasi
berperan dalam korupsi tersebut tapi tak kunjung ditindak lanjuti.
Pada Mei sampai November 2020, Matheus dan Adi membuat kontrak
pekerjaan dengan beberapa suplier sebagai rekanan yang di antaranya
Ardian I M dan Harry Sidabuke dan juga PT RPI yang diduga milik
6

Matheus.Tersangka mantan Menteri Sosial Juliari Peter Batubara (kanan)


tiba untuk menjalani pemeriksaan di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta,
Kamis (1/4/2021).

Berkas perkara Juliari Batubara yang terjerat kasus dugaan korupsi


dana paket Bantuan Sosial (Bansos) COVID-19 untuk wilayah
Jabodetabek Tahun 2020 memasuki tahap dua dan siap disidangkan di
pengadilan.
Pada 6 Desember 2020, KPK menetapkan Mantan Menteri Sosial
Juliari Batubara sebagai tersangka kasus dugaan suap bantuan sosial
penanganan pandemi Covid-19 untuk wilayah Jabodetabek tahun 2020
Penetapan tersangka Juliari saat itu merupakan tindak lanjut atas operasi
tangkap tangan yang dilakukan KPK pada Jumat, 5 Desember 2020. Usai
ditetapkan sebagai tersangka, pada malam harinya Juliari menyerahkan
diri ke KPk. Selain Juliari, KPK juga menetapkan Matheus Joko Santoso,
Adi Wahyono, Ardian I M dan Harry Sidabuke sebagai tersangka selalu
pemberi suap.

2.2 Pelanggaran Kode Etik Pada Kasus Juliari Batubara

Beberapa pelanggaran pasal yang di lakukan oleh mantan mentri sosial


Juliari Batubara :
1. Jaksa menilai Juliari terbukti menerima suap dalam pengadaan paket
bansos Covid-19 wilayah Jabodetabek 2020 sebesar Rp 32,48 miliar,
yang mana atas tindakannya tersebut mantan mensos Juliari Batubara
melanggar pasal 12 huruf b.

Adapun unsur-unsur pasal 12 huruf b adalah :

- Pegawai negeri atau penyelenggara negara

- Menerima hadiah

- Padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut
diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau
7

tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang berhubungan dengan


kewajibannya. Rumusan pasal ini mengambil alih bunyi rumusan
Pasal 419 ke-2 KUHP.
2. Juliari divonis 12 tahun penjara dan denda Rp 500 juta oleh majelis
hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta pada Senin
(23/8/2021). Selain itu, hakim juga menjatuhkan pidana tambahan
untuk membayar uang pengganti sejumlah Rp 14.590.450.000 atau
sekitar Rp 14,59 miliar. Jika tidak diganti, bisa diganti pidana penjara
selama dua tahun. Hak politik atau hak dipilih terhadap Juliari pun
dicabut oleh hakim selama empat tahun. Yang sudah di atur dalam isi
Pasal 11 UU Pemberantasan Tipikor Dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau
pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
pegawai negeri atau penyelenggara negara .
3. Dalam tuntutannya, jaksa menyebut mantan Mensos ini memerintahkan
dua anak buahnya, yaitu Matheus Joko dan Adi Wahyono, untuk
meminta fee Rp 10.000 tiap paket bansos Covid-19 dari perusahaan
penyedia.
Di mana ini melanggar Pasal 55 KUHP berbunyi:
Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan
menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan,
ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana
atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan
perbuatan.
4. Juliari melakukan beberapa pelanggarang berbeda-beda sehingga
melanggar Pasal 64 ayat (1) KUHP yang isi pasalnya :

Perbuatan berlanjut diatur dalam Pasal 64 ayat (1) KUHP yaitu sebagai
berikut : Jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing
merupakan kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian
rupa sehingga harus di pandang satu perbuatan berlanjut, maka hanya
8

digunakan aturan pidana, jika berbeda-beda yang di kenakan yang


memuat ancaman pidana terberat. Terbukti mantan Mensos Juliari
divonis 12 tahun penjara dan denda Rp 500 juta oleh majelis hakim
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta pada Senin
(23/8/2021). Selain itu, hakim juga menjatuhkan pidana tambahan
untuk membayar uang pengganti sejumlah Rp 14.590.450.000 atau
sekitar Rp 14,59 miliar. Jika tidak diganti, bisa diganti pidana penjara
selama dua tahun. Hak politik atau hak dipilih terhadap Juliari pun
dicabut oleh hakim selama empat tahun.

2.3 Analisis pelanggaran kode etik yang lakukan Juliari Batubara

Dalam konsep admistrasi publik ada beberapa Landasan Etika yang di


langgar oleh mensos Juliari Batubara :
1. Naturalisme, naturalisme adalah perasaam alami seperti adanya rasa
ingin di hargai dan di hormati. Dengan melakukan kuropsi mensos
Juliari batubara sudah melanggar kode etik ini dikarenakan beliau tidak
menghargai dan menghormati prasaan masyarakat tetapi ingin
masyarakat tetap menghargai nya. Hal ini tentu menyalahi aturan
bukan, dimana seharusnya jika seseorang ingin di hormati dia harus
terlebih dahulu bisa menghormati orang lain.
2. Individualisme, individualisme sendiri adalah ajaran bahwa di dalam
hubungan sosial yang paling pokok adalah individunya. Orang akan
memiliki etos kerja yang kuat dan selalu ingin berbuat yang terbaik bagi
dirinya. Namun, di sisi lain ia juga mengandung dampak negatif dengan
kecenderungan bahwa setiap orang akan mementingkan diri sendiri atau
bersikap egosentris. Seperti yang kita tahu dari kasus mensos Juliari
Batubara bahwa yang dilakukan beliau termasuk melanggar
individualisme, beliau memang memiliki etos kerja dan semangat yang
tinggi dalam menjalankan tugas nya sebagai mentri sosial namun
ternyata di balik itu semua ada maksud tertentu, yang mana itu semua
9

dilakukan untuk kepentingan nya sendiri. Mensos Juliari Batubara


bersifat egois hingga merugikan masyarakat kelas menengah kebawah
yang seharusnya menerima bantuan sosial waktu itu karena tertimpa
musibah covid-19 dimana mereka mengalami kesusahan untuk
bertahan hidup dikarenakan PHK masal, harga sembako yang naik,
bahkan aktivitas di luar rumah pun dibatasi sehingga yang perkerjaan
nya mengharuskan keluar rumah jadi sulit bahkan tidak bisa lagi
berkerja, hingga beberapa dari mereka terpaksa mengolah makanan
tidak layak karena terdesakan oleh keadaan yang serba sulit. sementara
Mensos Juliari malah memakai uang yang seharusnya menjadi hak
mereka, untuk kepentingan pribadi nya.
3. Hedonisme, hedonisme adalah sifat manusia yang selalu
mengusahakan kenikmatan, yaitu bila kebutuhan kodrati terpenuhi,
orang akan memperoleh kenikmatan sepuas-puasnya. Yang dimana
seperti kita tahu sebagai seorang mentri sosial, tentu saja Juliari
mendapatkan gajih jangka panjang atas perkerjaan nya, sehingga
seharusnya dia merasakan kepuasan karena jerih payahnya namun
sangat disayangkan ternyata hasil dari jerih payahnya tidak membuat
dia merasa cukup atau merasa sebanding dengan apa yang dia lakukan,
sehingga di harus mengambil uang masyarakat. Mensos Juliari
Batubara ini melakukan koropsi untuk memenuhi kepuasan lahiriah
nya. Dia mendapatkan kenikmatan untuk diri sendiri dan melanggar
sumpah jabatan yang berbunyi “Bahwa dalam menjalankan jabatan atau
pekerjaan, saya senantiasa akan lebih mementingkan kepentingan
Negara dari pada kepentingan saya sendiri seseorang atau golongan”
Sedangkan yang dilakukan nya adalah mendahulukan hak dibandingkan
kewajiban.
4. Eudaemonisme, Eudaemonisme adalah menginginkan suasana batiniah
yang bahagia, kebahagiaan yang merupakan titik terakhir kehidupan
manusia, demi dirinya sendiri. Karena ketika bahagia manusia tidak
membutuhkan hal lain dalam hidup mereka. Berkaitan dengan
10

pemikiran ini, penting untuk peduli tentang kebahagiaan dan efek pada
dirinya sendiri. menurut kami adanya kode etik ini bertujuan agar para
pejabat berkerja dengan baik, sesuai aturan, agar mendapat ketenangan
batin. Namun yang dilakukan mensos malah menyalahi aturan, dengan
adanya bukti uang suap yang diterima. Memang perbuatan yang
dilakukan memberi kenikmatan secara lahiriah akan tetapi pasti ada
perasaan tidak nyaman, takut, dan perasaan lainnya yang membuat
perkerjaan tidak optimal yang membuat batiniah tidak nyaman.
5. Utilitarianisme, utilitarianisme adalah mengajarkan manusia untuk
melihat manfaat manfaat nyata dalam tindakan bermoral berdasarkan
akalnya. Seharusnya seorang mentri seperti beliau lebih berpikir dalam
bertindak, mengesampingkan keinginan-keinginan yang hanya
memberikan kesenangan sementara demi ketenangan jiwa dan menjaga
keprcayaan masyarakat. Selain itu terdapat pula positivisme yang
menerjemahkan nilai nilai manfaat kuantitatif. Sedangkan tindakan
yang dilakukan oleh mensos sangat tidak bermoral.
6. Idealisme, idealisme adalah kesadaran akan adanya lingkungan
normativitas bahwa terdapat kenyataan yang bersifat normatif yang
memberi dorongan kepada manusia untuk melakukan perbuatan. Yang
dimaksud idealisme disini adalah ke arah positif, menyadari akan
adanya hukum sehingga memberi dorongan untuk manusia berbuat
baik seperti mengarah ke-keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan,
kebebasan dan kebenaran. Akan tetapi dengan perlakuan yang
dilakukan mensos Juliari ini bisa kita lihat sendiri bahwa beliau
melanggar aturan etika ini. Dimana sebagai seseorang yang terpelajar
tentunya beliau tahu akan hukum dan apa-apa saja perlakuan yang
melanggar hukum akan tetapi beliau tidak menghiraukannya.
BAB III

PENUTUP

3.1 kesimpulan

Sebagai badan eksekutif tentu para petinggi memiliki hak dan


wewenang dalam melaksanakan tugas nya untuk keberlangsungan negara,
hak dan wewenang itupun sudah di atur sedemikian dalam peraturan
pemerintahan yang mengatur bagaimana seorang pejabat dalam memimpin
dan melayani masyarakat. Namun seperti yang kita tahu bahwa di luar
sana masih banyak bidang eksekutif yang sewenang-wenang dalam
menjabat, hingga membuat masyarakat kehilangan kepercayaannya
terhadap para pemimpin. Padahal seperti yang di katakan oleh
abdurrahman wahid "Keberhasilan pemimpin diukur dari kemampuan
mereka dalam menyejahterakan umat yang mereka pimpin."

3.2 saran

Dari pembahasan kasus di atas tentunya sedikit banyak nya kita


mengetahui apa saja kode etik yang harus ada di diri seorang pemimpin
dan apa saya peraruran yang harus di patuhi nya. Namun sangat di
sayangkan di negara ini masih banyak pemimpin yang sewenang-wenang
karena merasa memiliki kekuasaa. Oleh karena itu digarapkan kepada
badan pemberantasan kuropsi agar lebih memperhatikan masalah seperti
ini, agar warga negara tidak lagi terjajah oleh keserakahan para pemimpin
nya.
Terlepas dari itu semua Setelah membaca makalah ini, diharapkan para
pembaca dapat memehami akan isi dan maksud dari materi yang kami
paparkan. Serta dapat menambah wawasan mengenai bidang eksekutif dan
apa saja peraturan dan kode etik dalam administrasi yang harus di taati.

11
12

DAFTAR PUSTAKA

Awal Mula Kasus Korupsi Bansos Covid-19 yang Menjerat Juliari hingga
Divonis 12 Tahun Penjara Kompas.com, 23 Agustus 2021, 18:01 WIB

https://amp.kompas.com/nasional/read/2021/08/23/18010551/awal-mula-
kasus-korupsi-bansos-covid-19-yang-menjerat-juliari-hingga-divonis
Terdakwa kasus korupsi Bansos COVID-19 Juliari Batubara mengikuti
sidang secara virtual dilihat dari Gedung Merah Putih KPK di Jakarta, Senin
(19/7/2021)
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-58301733
Eks Mensos Juliari Divonis 12 Tahun Penjara dalam Perkara Bansos Vonis
terhadap Juliari Batubara lebih berat satu tahun dibandingkan tuntutan Jaksa
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Oleh: Mochamad Januar Rizki
https://www.hukumonline.com/berita/a/eks-mensos-juliari-divonis-12-
tahun-penjara-dalam-perkara-bansos-lt61235675ad26b
Menteri Sosial Juliari P Batubara berjalan menuju mobil tahanan usai
menjalani pemeriksaan di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
Jakarta, Minggu (06/12). https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-
55204360
Dra. Tri Yuniningsih, M.Si. (2017). Buku Ajaran Mata Kuliah Etika
Administrasi Publik. Semarang: Program Studi Administrasi Publik FISIP
Universitas Diponogoro

Anda mungkin juga menyukai