Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ANALISA KASUS KORUPSI DI INDONESIA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi
Dosen Pengampu : Ibu Hermien Nugraheni, S.KM, M.Kes

Disusun Oleh:
Windha Utarinie Putri ( P13374244160224)

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SEMARANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang diberikan-
Nya sehingga tugas Makalah Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi yang berjudul “Analisa
kasus korupsi di Indonesia” ini dapat kami selesaikan. Makalah ini saya buat sebagai
kewajiban untuk memenuhi tugas.
Dalam kesempatan ini, saya menghaturkan terimakasih yang dalam kepada semua
pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi terwujudnya
makalah ini.
Akhir kata kami karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, Saya
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Semarang, 1 April 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Kasus Korupsi Gubernur Jambi Zummi Zola..................................................................3
2.2 Ciri, Jenis, dan Pola korupsi Gubernur Jambi Zummi Zola.............................................4
2.3 Vonis Hukuman Gubernur Jambi Zummi Zola................................................................5
2.4 Denda untuk Gubernur Jambi Zummi Zola.....................................................................5
2.5 Solusi untuk tindakan korupsi agar tidak terjadi kembali................................................5
BAB III PENUTUP..............................................................................................................6
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................6
3.2 Saran.................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia, sebagai salah satu negara yang telah merasakan dampak dari tindakan
korupsi, terus berupaya secara konkrit, dimulai dari pembenahan aspek hukum, yang
sampai saat ini telah memiliki banyak sekali rambu-rambu berupa peraturan – peraturan,
antara lain Tap MPR XI tahun 1980, kemudian tidak kurang dari 10 UU anti korupsi,
diantaranya UU No. 20 tahun 2001 tentang perubahan UU No. 31 tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Kemudian yang paling monumental dan strategis,
Indonesia memiliki UU No. 30 Tahun 2002, yang menjadi dasar hukum pendirian Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). Dengan demikian pemberantasan dan pencegahan
korupsi telah menjadi gerakan nasional. Seharusnya dengan sederet peraturan, dan
partisipasi masyarakat tersebut akan semakin menjauhkan sikap, dan pikiran kita dari
tindak korupsi.
Masyarakat Indonesia bahkan dunia terus menyoroti upaya Indonesia dalam
mencegah dan memberantas korupsi. Masyarakat dan bangsa Indonesia harus mengakui,
bahwa hal tersebut merupakan sebuah prestasi, dan juga harus jujur mengatakan, bahwa
prestasi tersebut, tidak terlepas dari kiprah KPK sebagai lokomotif pemberantasan dan
pencegahan korupsi di Indonesia. Berbagai upaya pemberantasan korupsi, pada umumnya
masyarakat masih dinilai belum menggambarkan upaya sunguh-sunguh dari pemerintah
dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Berbagai sorotan kritis dari publik menjadi
ukuran bahwa masih belum lancarnya laju pemberantasan korupsi di Indonesia.
Masyarakat menduga masih ada praktek tebang pilih dalam pemberantasan korupsi di
Indonesia.
Sorotan masyarakat yang demikian tajam tersebut harus difahami sebagai bentuk
kepedulian dan sebagai motivator untuk terus berjuang mengerahkan segala daya dan
strategi agar maksud dan tujuan pemberantasan korupsi dapat lebih cepat, dan selamat
tercapai. Selain itu, diperlukan dukungan yang besar dari segenap kalangan akademis
untuk membangun budaya anti korupsi sebagai komponen masyarakat berpendidikan
tinggi.
Sesungguhnya korupsi dapat dipandang sebagai fenomena politik, fenomena sosial,
fenomena budaya, fenomena ekonomi, dan sebagai fenomena pembangunan. Karena itu
pula upaya penanganan korupsi harus dilakukan secara komprehensif melalui startegi atau
pendekatan negara/politik, pendekatan pembangunan, ekonomi, sosial dan budaya.
Berdasarkan pengertian, korupsi di Indonesia difahami sebagai perilaku pejabat dan atau
organisasi (negara) yang melakukan pelanggaran, dan penyimpangan terhadap norma-
norma atau peraturan-peraturan yang ada. Korupsi difahami sebagai kejahatan
negara (state corruption). Korupsi terjadi karena monopoli kekuasaan, ditambah
kewenangan bertindak, ditambah adanya kesempatan, dikurangi pertangungjawaban. Jika
demikian, menjadi wajar bila korupsi sangat sulit untuk diberantas apalagi dicegah,

1
karena korupsi merupakan salah satu karakter atau sifat negara, sehingga
negara=Kekuasaan=Korupsi. Maka dari itu, mari kita berusaha untuk menghilangkan
korupsi di Indonesia ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kasus Korupsi Zummi Zola ( Gubernur Jambi ) ?
2. Apa jenis, pola, dan ciri kasus korupsi yang dilakukan oleh Zummi Zolla
(Gubernur Jambi)
3. Bagaimana Hukuman dan denda yang diberikan kepada zummi zolla (Gubernur
Jambi ) ?
4. Bagaimana solusi untuk tindakan korupsi agar tidak kembali terjadi ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Kasus Korupsi Zummi Zolla (Gubernur Jambi)?
2 Mengetahui jenis, pola, dan ciri kasus korupsi yang dilakukan Zummi Zolaa
(Gubernur Jambi) ?
3 Mengetahui Vonis hukuman serta denda yang diberikan untuk
4 Mengetahui solusi untuk tindakan korupsi agar tidak kembali terjadi ?

1.4 Manfaat
Dari semua uraian di atas, manfaat dari penyusunan makalah ini antara lain,
sebagai berikut:
1. Teoritis
Secara teoritis, setelah membaca makalah ini para pembaca dapat memperoleh
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas mengenai masalah pada wanita
berkaitan dengan drag abuse, pendidikan, dan upah.
2. Praktis
a. Bagi mahasiswa dapat meningkatkan pemahaman teori yang telah diberikan
tentang masalah pada wanita berkaitan drug abuse, pendidikan, dan upah.
b. Bagi dosen pengampu, dapat memberikan evaluasi terhadap mahasiswa,
sehingga dapat menjadi lebih baik.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kasus Korupsi Zummi Zola

2
Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) menahan Gubernur Jambi Zumi Zola, Senin
(9/4/2018). Zumi Zola ditahan setelah diperiksa sekitar 8 jam oleh penyidik.
"Tersangka ZZ ditahan untuk 20 hari pertama di Rutan C1 KPK," ujar Juru Bicara
KPK Febri Diansyah saat dikonfirmasi. Zumi tiba di Gedung KPK pada pukul 10.00
WIB. Zumi yang menjalani pemeriksaan sebagai tersangka itu terlihat mengenakan
rompi tahanan saat keluar dari ruang pemeriksaan pukul 18.45 WIB. Politisi PAN ini
didampingi pengawal tahanan dan tidak mengucapkan sepatah kata pun saat ditanya
oleh awak media yang menunggu. (Baca juga: Menurut Jaksa, Zumi Zola Menyetujui
Pemberian Uang Suap untuk DPRD) Zumi Zola sebelumnya ditetapkan sebagai
tersangka bersama Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jambi
Arfan terkait kasus dugaan suap senilai Rp 6 miliar. Perkara yang melibatkan
keduanya merupakan pengembangan perkara kasus suap pengesahan Rancangan
APBD Jambi 2018. KPK menduga suap yang diterima Zumi Zola dan Arfan
digunakan untuk menyuap anggota DPRD Jambi agar hadir dalam rapat pengesahan
Rancangan APBD Jambi 2018. Sebelumnya, sejumlah anggota DPRD diduga
berencana tidak hadir dalam rapat tersebut karena tidak jaminan dari pihak Pemprov
Jambi. Menurut KPK, jaminan yang dimaksud adalah uang suap atau yang sering
disebut sebagai "uang ketok". Pihak eksekutif diduga berkepentingan agar anggaran
yang diajukan Pemprov Jambi dapat disetujui DPRD Jambi.

2.2 Ciri, Jenis, dan Pola Korupsi


Ciri korupsi pada kasus Zummi Zola adalah :
Merupakan suatu bentuk korupsi yang dilakukan dengan gratifikasi sejumlah
proyek yang ada di daerah jambi di duga Zummi Zola menerima uang sebesar Rp. 6
Miliar dari berbagai kontraktor bangunan yang ada di Jambi. Atas perbuatannya
Zummi Zola disangka melanggar pasal 12(B) atau pasal 11 undang-undang nomor 31
tahun 1999 sebagaimana yang telah diubah dalam Undang-undang nomor 20 tahun

3
2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi Jakarta juncto Pasal 55 ayat (1)
ke-1 KUHP.
Jenis Korupsi pada kasus Zummi Zola adalah :
Korupsi dukungan ( Supportive corruption)
Yaitu menunjukkan kepada adanya korupsi yang tidak secara langsung
menyangkut uang atau imbalan langsung dalam bentuk lain.
Pola Korupsi pada kasus Zummi Zola dalah :
Pola-pola yang sering dipakai para koruptor dalam melakukan tindak pidana
korupsi, antara lain : pemalsuan, penyuapan, penggelapan, komisi, pemerasan, system
pilih kasih, penyalahgunaan wewenang, bisnis orang dalam, nepotisme, sumbangan
illegal dan pemalsuan.3
Pada kasus Zummi Zola korupsi yaitu Gratifikasi yang mana kalangan bawah
memberi uang atau hadiah kepada atasan
Zummi zola menerima uang suap yg nantinya bakal dipake buat nyuap anggota
DPRD biar hadir di rapat anggaran .Tindak pidana korupsi itu sendiri bisa berupa:
a. tindakan yg dilakukan untuk memperkaya diri sendiri dengan merugikan
keuangan negara,
b. menyalahgunakan kewenangan yang ada padanya guna memperkaya diri
sendiri atau kelompok tertentu,
c. suap
d. atau tindak pidana pencucian uang yang asal uangnya dari tindak pidana yg
diatas
zumi zola menurut saya yang pertama Zummi Zola menerima suap, terus
diduga lagi suap yg diterimanya itu untuk menyuap anggota DPR biar datang
di rapat pengesahan Rancangan APBD.
1. UU NO.31/1999 jo UU No.20/2001 menyebutkan bahwa pengertian korupsi
mencakup perbuatan:
2. Melawan hukum, memperkaya diri orang/badan lain yang merugikan keuangan
/perekonomian negara (pasal 2).
3. Menyalahgunakan kewenangan karena jabatan/kedudukan yang dapat merugikan
keuangan/kedudukan yang dapat merugikan keuangan/perekonomian negara
(pasal 3)
4. Kelompok delik penyuapan (pasal 5,6, dan 11)
5. Kelompok delik penggelapan dalam jabatan (pasal 8, 9, dan 10)
6. Delik pemerasan dalam jabatan (pasal 12)
7. Delik yang berkaitan dengan pemborongan (pasal 7)
8. Delik gratifikasi (pasal 12B dan 12C)

2.3 Vonis yang Diberikan untuk Zumi Zola


Karena dirasa Zumi Zola dianggap melanggar pasal 12 (B) UU nomor 31 tahun 1999
mengenai tindak pidana korupsi tentang ancaman hukuman penjara 4-20 tahun.

4
2.4 Denda untuk kasus korupsi Atty dan Itoc
Saudara Zummi Zola harus membayar denda sebesar Rp. 200 juta sampai
dengan Rp. 1 miliar

2.5 Solusi Agar Hal Ini Tidak Terjadi


Berikut beberapa macam cara upaya pemerintah dalam melanjutkan tingkat jumlah
pemberantasan korupsi di Indonesia:
1. Upaya Pencegahan
Menurut saya untuk pencegahan pada kasus ini beragam cara ,
a. Misalnya yang paling dasar memilih pemimpin yang berintegritas, yang
kinerjanya jelas, dan kita tau dia jujur, jika kita tidak tau ya kita bisa liat indikasi
indikasinya waktu dia berkampanye, (tidak menggunakan politik uang, tidak
melakukan black campaign, dan sebagainya)
b. Kemudian transparansi dari sistem keuangan pemerintah, baik daerah maupun
nasional, dimana masyarakat bebas mengaksesnya. (karna kalau misalnya
transparan kan akhirnya memperkecil kemungkinan korupsi, karena bakal banyak
yang mengawasinya)
c. Evaluasi lagi tentang sistem, dimana harus dikurangi celah celah yg akhirnya bisa
menimbulkan kesempatan untuk korupsi
d. Yang lainnya lagi tentang sosialisasi anti korupsi, karna masyarakat kita itu sudah
terlalu biasa dengan korupsi, katakan saja dalam hal hal kecil, PNS yg menerima
uang salam salam malah menganggap seperti dia sedang dapat rejeki. Kita nya
juga melihat orang yg terkena korupsi tidak terlalu perduli. (seperti sanksi sosial
juga sudah mulai berkurang).
e. Sama orientasi kita terhadap uang, dimana uang itu bukan segalanya. (meskipun
dalam beberapa hal kita butuh sih)
f. Kemudia dari individu nya yang masih kurang sadar , mungkin dapat dipicu
tingkat religi yang lemah oleh karena itu pemerintah harus lebih kita undang ke
acara yang berkaitan tentang keagamaan misalnya tausiyah anti korupsi
g. Dan penindakkan dari pemerintah yang lebih tegas

BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Ciri korupsi pada kasus Zummi Zola adalah :
Merupakan suatu bentuk korupsi yang dilakukan dengan gratifikasi sejumlah proyek
yang ada di daerah jambi di duga Zummi Zola menerima uang sebesar Rp. 6 Miliar
dari berbagai kontraktor bangunan yang ada di Jambi. Atas perbuatannya Zummi Zola
disangka melanggar pasal 12(B) atau pasal 11 undang-undang nomor 31 tahun 1999

5
sebagaimana yang telah diubah dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi Jakarta juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Korupsi terjadi karena monopoli kekuasaan, ditambah kewenangan bertindak,
ditambah adanya kesempatan, dikurangi pertangungjawaban. Jika demikian, menjadi
wajar bila korupsi sangat sulit untuk diberantas apalagi dicegah, karena korupsi
merupakan salah satu karakter atau sifat negara, sehingga
negara=Kekuasaan=Korupsi. Maka dari itu, mari kita berusaha untuk menghilangkan
korupsi di Indonesia ini.
1.2 Saran
Korupsi itu dapat disebabkan oleh berbagai faktor , dapat dipicu oleh kesempatan.
Oleh karena itu kita sebagai masyarakat indonesia lebih meningkatkan pengawasan,
penindakkan dan kesadaran yang lebih agar kasus korupsi tersebut dapat selalu
ditindak dengan cepat dan tepat

DAFTAR PUSTAKA

1. Nugraheni, Hermien. 2016. Bahan Ajar Mata Kuliah Pendidikan dan Budaya Anti
Korupsi (PBAK). Semarang: Poltekkes Kemenkes Semarang
2. https://nasional.kompas.com/read/2018/02/02/19235291/kpk-suap-rp-6-m-
dikumpulkan-zumi-zola-untuk-menyuap-dprd-jambi
3. http://www.tribunnews.com/nasional/2018/04/10/icw-jangan-cuma-berhenti-di-zumi-
zola
4. https://www.liputan6.com/news/read/3439231/kpk-tahan-gubernur-jambi-zumi-zola
5. Taufik Rahardian. 2018.KPK Tahan Zumi Zola.Jakarta : Line Today

6
6. Windha Utarinie Putri. 2018. Argumentasi. Semarang : Poltekkes Kemenkes
Semarang

Anda mungkin juga menyukai