Anda di halaman 1dari 32

POLITIK KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN MOROWALI

PADA TENAGA KERJA ASING ASAL TIONGKOK

Proposal

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
pada Prodi Ilmu Politik Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik
UIN Alauddin Makassar

Oleh :

RISMANTO
NIM : 30600119025

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................ 6
D. Tinjauan Terdahulu................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 12
A. Tinjauan Teoritis .................................................................................. 12
1. Kebijakan Publik.............................................................................. 12
2. Investasi ........................................................................................... 14
3. Tenaga Kerja .................................................................................... 17
B. Kerangka Konseptual ........................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 23
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 23
B. Lokasi Penelitian .................................................................................. 23
C. Sumber Data ......................................................................................... 24
D. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 24
E. Instrumen Penelitian ............................................................................. 26
F. Analisis Data ........................................................................................ 27
G. Penyajian Data ...................................................................................... 28
H. Penarikan Kesimpulan .......................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini Indonesia menghadapi masalah ketenagakerjaan yang
sangat serius. Semenjak indonesia dilanda krisis ekonomi dan politik pada
pertengahan tahun 1990an, dunia ketenagakerjaan juga terkena dampak
buruk yang cukup luar biasa. Krisis ekonomi membuat banyak perusahaan
skala kecil sampai dengan skala menengah mengalami kesulitan
beroperasi, bahkan tidak sedikit yang harus ditutup. Disamping itu, krisis
politik yang berbuntut dengan goncangan keamanan dalam negeri,
meningkatnya budaya manipulasi dan suap, serta ketidaksempurnaan
pelaksanaan dan penegakan hukum, menyebabkan resiko berinvestasi di
Indonesia mengalami peningkatan.1
Menganalisa tentang dunia ketenagakerjaan berarti kita akan
dihadapkan dengan berbagai macam konflik masalah yang berlapis dalam
kehidupan kaum buruh. Perjuangan kaum buruh untuk memperbaiki
harkat, martabat dan derajat di negeri sendiri masih panjang. Gaung
tuntutan perbaikan upah dan keadilan sudah disuarakan dari berbagai
pelosok negeri. Ironisnya pada saat memperjuangkan hak dan keadilan
dari pemerintah banyak korban berjatuhan dari pihak kaum buruh dan
keluarganya yang berujung dengan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja)
atau harus berurusan dengan hukum.
Melihat kenyataan yang disampaikan oleh berbagai media lokal
dan nasional tentang keberadaan ribuan Tenaga Kerja Asing (TKA) yang
masuk dan bekerja di beberapa perusahaan yang berskala besar telah
memicu keseriusan dan kemarahan rakyat Indonesia. Pakar hukum tata
negara Yuzril Ihza Mahendra, mantan Menteri Koordinator Bidang
Ekonomi, Keuangan dan Industri, Ginanjar Kartasasmita dan pengamat
politik muslim Arbi angkat bicara dan mengemukakan penilaiannya yang
1
Maulidia Indriani. “Peran Tenaga Kerja Indonesia dalam Pembangunan Ekonomi
Nasional.” Gema Keadilan, Vol. 3, No. 1, Tahun 2016. Hlm. 1.

1
senada dalam kekhawatirannya dengan kedatangan ribuan TKA bahwa hal
tersebut merupakan kesalahan dan mengingatkan pemerintah untuk
berhati-hati dalam membuat kebijakan.
Penyederhanaan perizinan TKA yang masuk ke Indonesia
merupakan salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Indonesia dalam
rangka mendatangkan investasi asing untuk membiayai pembangunan
nasional. Masuknya investasi asing selalu terkait dengan masuknya TKA
ke Indonesia. Regulasi mengenai TKA diatur dalam Undang-Undang
No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Untuk melaksanakan
undang-undang tersebut dibuatlah Peraturan Presiden, Peraturan Menteri
Tenaga Kerja, serta Keputusan Menteri Tenaga Kerja. Meskipun undang-
undang dan peraturan pelaksananya mengatur secara ketat tentang
persyaratan bagi TKA. Banyak TKA yang tidak memenuhi syarat sebagai
tenaga kerja buruh kasar (unkills worker) bekerja di Indonesia dalam hal
ini justru terkait dengan proyek Pemerintah Indonesia.2
Peraturan Pemerintah 34 Tahun 2021 tentang Penggunaan Tenaga
Kerja Asing (TKA) adalah peraturan pemerintah untuk melaksanakan
ketentuan pasal 81 dan pasal 185 huruf b Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. TKA menurut PP tahun 34 tahun 2021
tentang penggunaan TKA adalah warga negara asing pemegang visa
dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia. Peraturan pemerintah ini
diperlukan guna mendorong percepatan pembangunan nasional melalui
penggunan TKA secara selektif dengan persyaratan dan pembatasan TKA
yang akan dipekerjakan melalui penempatan jabatan tertentu dalam waktu
tertentu yang dapat diduduki oleh TKA. Perkembangan teknologi disegala
bidang kehidupan meliputi bidang transportasi, informasi, dan ekonomi,
mengakibatkan batas-batas negara semakin menipis dan aktifitas orang
masuk dan keluar wilayah negara Indonesia akan semakin sulit dibendung.

2
Nurhiayati. “Perizinan Tenaga Kerja Asing, Kebijakan dan Implementasinya.” Jurnal
Sekretari dan Manajemen, Vol. 3, No. 2, Tahun 2019. Hlm. 2

2
Upaya untuk antisipasi hal-hal negatif yang berkaitan dengan
penggunaan TKA harus didukung dengan peraturan yang lengkap, baik
dari sisi aturan persyaratan TKA, maupun pengamanan penggunaan TKA.
Peraturan tersebut harus mengakomodir aspek-aspek dasar serta tidak
hanya peraturan yang mengatur di tingkat menteri. Hal tersebut perlu
dilakukan dengan tujuan penggunaan TKA secara selektif dengan tetap
memprioritaskan tenaga kerja Indonesia.3
Kualitas tenaga kerja merupakan salah satu syarat yang dapat
menentukan keberhasilan pembangunan nasional. Peningkatan kualitas
tenaga kerja tersebut tidak akan terwujud apabila tidak diberikan jaminan
hidup. Sedangkan hidup tidak akan terwujud pula apabila masyarakat
Indonesia tidak mempunyai pekerjaan. Pasal 27 ayat (2) UUD RI 1945
berisi bahwa: “Tiap-tiap warga warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”
Ayat tersebut berarti bahwa negara berarti bertanggung jawab
untuk menyediakan sarana pendukung dalam mendapatkan pekerjaan bagi
setiap warga negaranya, dengan cara menciptakan lapangan kerja seluas-
luasnya dalam rangka mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.
Masalah ketenagakerjaan telah lama terjadi diindonesia yaitu sebelum
terselenggarakannya proklamasi kemerdekaan lebih tepatnya pada masa
penjajahan Belanda.
Penggunaan TKA memang memiliki dampak positif kepada
perekonomian dan perkembangan Indonesia jika memenuhi prosedur dan
persyaratan sebagaimana yang telah diatur. TKA merupakan penambah
devisa bagi negara, dan dapat memacu semangat tenaga kerja Indonesia
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, agar dapat
bersaing dengan TKA. Akan tetapi di baik dampak positif, ada begitu
banyak dampak negatif, karena seperti yang diketahui, terkadang aturan itu
tidak sesuai dengan praktiknya. Contohnya, masih banyak oknum yang

3
Dekie GG Kasenda. “Penegakan Hukum Pekerja Asing dalam Konsep Omnibus Law.”
Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai, Vol. 5, No. 1, Tahun 2020. Hlm. 2.

3
mencari keuntungan dengan menyelundupkan TKA ke Indonesia. 4 Ada
beberapa permasalahan hukum yang justru turut mendorong masuknya
TKA dengan lebih mudah, di antaranya yaitu:
Pertama, adanya celah peraturan perundang-undangan yang
berpotensi memunculkan TKA ilegal, yaitu perubahan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor 12 Tahun 2013 menjadi Permenaker
Nomor 16 Tahun 2015 dan diubah lagi menjadi Permenaker 35 Tahun
2015 tentang Perubahan atas Permenaker Nomor 16 Tahun 2015 tentang
Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing. Perubahan peraturan ini
cenderung melonggarkan penggunaan TKA, khususnya dilihat dari
penghapusan mengenai syarat dapat berkomunikasi dalam bahasa
Indonesia yang tercantum dalam Pasal 26 ayat (1) huruf d, Permenaker
Nomor 12 Tahun 2013. Syarat tersebut dalam Permenaker Nomor 16
Tahun 2015 sudah dihapuskan. Demikian pula dengan penghapusan rasio
jumlah TKA dengan tenaga kerja lokal. Sebelumnya pada Pasal 3
Permenaker Nomor 16 Tahun 2015 masih mencantumkan satu orang TKA
menyerap 10 tenaga kerja lokal, sehingga hal ini juga berdampak terhadap
berkurangnya peluang penciptaan kesempatan kerja bagi tenaga kerja lokal
sejalan dengan penggunaan TKA. Penghapusan di atas dikhawatirkan
menghilangkan kesempatan terjadinya alih pengetahuan dan alih teknologi
dari TKA ke tenaga kerja lokal. Meskipun demikian, Pasal 65 Permenaker
No. 16 Tahun 2015 menyebutkan bahwa perusahaan pemberi kerja dapat
menugaskan TKA untuk melakukan alih teknologi dan keahlian di
lembaga pendidikan dan pelatihan, namun bisa jadi hal ini tidak
dilaksanakan jika tidak diwajibkan secara jelas dalam peraturan
perundang-undangan.
Kedua, pengawasan TKA yang belum maksimal. Minimnya
ketersediaan tenaga pengawas menjadi salah satu kendala dalam
melakukan pengawasan TKA. Pelaksana Tugas Direktur Jenderal

4
Susilo Andi Darma. “Kajian Hukum Ketenagakerjaan terhadap Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012.” Mimbar Hukum, Vol. 26, No. 2, Tahun
2014. Hlm. 4.

4
Pembinaan dan Pengawasan Tenaga Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Maruli Apul Hasoloan mengakui kekurangan pihaknya
dalam mengawasi TKA ilegal. Alasannya, jumlah pengawas yang semula
2.000 kini turun menjadi 1.923.5
Masuknya TKA ke Indonesia dapat terjadi karena adanya
kebutuhan dari perusahaan. Di era masyarakat ekonomi ASEAN, lalu
lintas TKA tidak dapat dihindari walaupun baru terbatas pada jenis atau
profesi tertentu. Selain itu, didukung kebijakan pemerintah melalui
Peraturan Presiden No. 21 Tahun 2016 tentang Bebas Visa Kunjungan,
yang membebaskan visa kunjungan bagi 169 negara. Pada saat yang
bersamaan masih berlaku tiga peraturan menteri yang berbeda yang
mengatur terkait pengawasan terhadap orang asing ataupun TKA.
Berdasarkan hal demikian, sejatinya pemerintah kabupaten/kota dapat
melakukan pengendalian terhadap TKA berdasarkan Permendagri No. 50
Tahun 2010 tentang Pedoman Pemantauan Tenaga Kerja Asing di Daerah.
dan bentuk pengendalian tersebut dengan cara pemantau TKA.6
Dilihat dari apa yang terjadi di Kabupaten Morowali, banyak
perusaahan smelter yang masing menggunakan pekerja asal Tiongkok
dalam melakukan pembangunan pabrik. Wakil Menteri Ketenagakerjaan
(Wamenaker) Afriansyah Noor mengungkapkan, menurut data yang
tercatat di Kemenaker jumlah TKA di seluruh Indonesia pada 2019
sebanyak 109.546 orang, kemudian pada 2020 turun menjadi 93.761 orang,
lalu di 2021 menjadi 88.271 orang dan pada 2022 turun lagi menjadi
70.571 orang. TKA ini bekerja paling banyak di Kabupaten Morowali
dengan jumlah 4.000 TKA pada tahun 2022 sebagian besar TKA tersebut
bekerja dikawasan industri PT Indonesia Morowali Industrial Park

5
Endri Kurniawati. “Pemerintah Akui Pengawasan Tenaga Kerja Asing Ilegal Lemah.”
Dalam Tempo, diakses dari https://nasional.tempo.co/read/837726/pemerintah-akui-pengawasan-
tenaga-kerja-asing-ilegal-lemah/ pada Jum’at, 2 Februari 2023.
6
Susilo Andi Darma. “Pengendalian Tenaga Kerja Asing oleh Pemerintah Daerah.”
Jurnal Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Tahun 2017. Hlm. 1.

5
(IMIP).7 Perusahaan yang memproduksi nikel dengan jumlah terbesar di
Indonesia, terletak di Kabupaten Morowali. TKA tersebut umumnya
bekerja sebagi pekerja kontrak paling singkat enam bulan dan akan
diperpanjang jika masa kontrak mereka akan berakhir.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti akan melakukan
penelitian dengan judul “Politik Kebijakan Pemerintah Kabupaten
Morowali Pada Tenaga Kerja Asing Asal Tiongkok.”

B. Rumusan Masalah
Berangkat dari uraian latar belakang sebelumnya, adapun rumusan
masalah dari penelitian ini ialah bagaimana upaya pemerintah dalam
mengawasi Tenaga Kerja Asing (TKA) yang bekerja di Kabupaten
Morowali?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Setiap penelitian sudah pasti memiliki tujuan dan kegunaan. Oleh
karena itu kemudian akan diuraikan berikut ini tujuan dan kegunaan dari
penelitian ini, yaitu:

1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti, mengeksplorasi,
menganalisa serta mendeskripsikan:
a. Faktor-faktor yang menjadi pendorong peningkatan jumlah masuknya
Tenaga Kerja Asing (TKA) asal Tiongkok di Morowali.
b. Peranan pemerintah daerah dalam melaksanakan upaya-upaya
penegakan hukum perlindungan kaum buruh/pekerja Indonesia dari
meningkatnya jumlah masuknya Tenaga Kerja Asing (TKA) bekerja di
Indonesia.

7
Arfyana Citra Rahayu. “Kemnaker: Tenaga Kerja Asing dari China Paling Banyak
Bekerja di Morowali.” Dalam Kontan, diakses dari https://nasional.kontan.co.id/news/kemenaker-
tenaga-kerja-asing-dari-china-paling-banyak-bekerja-di-morowali/ pada Sabtu, 14 Januari 2023.

6
2. Tujuan Penelitian
Hasil dari kegiatan penelitian ini diharapkan mempunyai nilai
manfaat bagi mahasiswa baik secara teoritis maupun praktis, diantaranya
sebagai berikut:

a. Nilai Teoritis
Hasil dari penelitian ini diupayakan agar kiranya mampu
memberikan pengembangan ilmu pengetahuan serta menambah wawasan
dan juga memperkuat nalar kristis mahasiswa terutama dalam kajian
kebijakan pemerintah dalam mendatangkan Tenaga Kerja Asing (TKA).

b. Nilai Praktis
Hasil dari penelitian ini secara garis besar memiliki tujuan untuk
mengetahui sejauh mana peranan pemerintah dalam mengawasi masuknya
Tenaga Kerja Asing (TKA), dan untuk mengetahui alasan pemerintah
mendatangkan TKA asal Tiongkok.

D. Tinjauan Terdahulu
Pada bagian tinjauan terdahulu pada hakikatnya dilakukan agar
dapat memperoleh gambaran awal mengenai inti dari penelitian dengan
mempertimbangkan beberapa hal yang menjadikan dasar penelitian sejenis
dan sudah pernah dilakukan agar menjadi dasar bahwa penelitian tersebut
tidak terjadi pengulangan dan sebagai acuan letak perbedaan dari
penelitian sebelumnya, adapun diantaranya sebagai berikut:
Pertama penelitian skripsi yang dilakukan oleh Novia Rezky Riani
mahasiswa Universitas Pasundan pada tahun 2017 dengan judul
“Pengawasan dan Penindakan terhadap Tenaga Kerja Asing dalam
Mengurangi Penyalahgunaan Izin Tinggal Tenaga Kerja Asing Asal
Tiongkok di Indonesia”. penelitian tersebut dilakukan melalui metode
8
libarary research (penelitian kepustakaan). Peneliti tersebut

8
Novia Resky Risni. “Pengawasan dan Penindakan terhadap Tenaga Kerja Asing dalam
Mengurangi Penyalahgunaan Izin Tinggal Tenaga Kerja Asing Asal Tiongkok di Indonesia.”
(Bandung: Skripsi Universitas Pasundan, 2017).

7
menggunakan sumber data primer dan data sekunder kepustakaan. Untuk
hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa : Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa penyebab utama penyalahgunaan izin tinggal
kunjungan wisata pada dasarnya berasal dari pemberian visa on arrival fan
bebas visa kunjungan wisata yang merupakan masalah yang semakin lama
makin sulit untuk diselesaikan. Keterlibatan Indonesia dalam berbagai
perjanjian internasional yang mengakomodir tentang kemudahan dibidang
penanaman modal dan penggunaan tenaga kerja asing. Menyebabkan
Indonesia semakin dipenuhi oleh para pemodal dan tenaga kerja asing.
Dengan adanya hal tersebut khususnya masalah penggunaan tenaga kerja
asing perlu mendapat perhatian serius pemerintah khususnya dalam
pengawasan kegiatannya selama berada di Indonesia, agar penggunaan
tenaga kerja asing dapat bermamfaat bagi Indonesia dalam mengelola
kekayaan alamnya dan mempercepat pembangunan.
Kedua penelitian yang dilakukan oleh Abharina Atika Sari pada
tahun 2017 dengan judul “Pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota
Cilegon”. penelitian ini menjelaskan bahwa penggunaan tenaga kerja asing
dikota Cilegon rata-rata bekerja diperusahaan swasta asing atau perseroan
terbatas (PT) yang beroperasi di bidang industri. Dalam kegiatan
pengawasan terhadap tenaga kerja asing yang berada dikota Cilegon harus
dilakukan dengan akurat dan tepat waktu, serta pengawasan yang
dilakukan sesuai jadwal yang telah ditetapkan dalam perencanaan
pengawasan baik pada pelaksanaan kegiatan pengawasan administratif
maupun lapangan. Namun dalam pengawasan penggunaan tenaga kerja
asing yang bekerja pada perusahaan-prusahaan di Kota Cilegon belum bisa
dikatakan maksimal diantaranya. Kurangnya sumber daya manusia yang
memadai, masing banyaknya perusahaan yang melakukan paket/borongan
dalam hal tenaga kerja, kurangnya jadwal pengawasan yang dilakukan
oleh tim pora (tim pengawasan orang asing).9 Perbedaan antara penilitian

9
Abharina Atikah Sari. “Pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon.” (Serang:
Skripsi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2017)

8
yang dilakukan oleh Novia Resky bisa dilihat dari sumber kajiannya. Yang
dimana, penelitiannya mengkaji tentang lemah atau buruknya sistem
pemberian visa tenaga kerja asing. Sehingga, banyak tenaga kerja asing
masuk ke Indoonesia menggunakan visa wisata.
Ketiga penelitian Diello Wigra Hardinata (2018) yang berjudul
“Pengawasan Keimigrasian terhadap Tenaga Kerja Asing dalam Kegiatan
Penanaman Modal Asing”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam
pengaturan tenaga kerja asing dalam penanaman modal asing di Indonesia
diatur dalam undang-undang ketenagakerjaan pasal 42, setiap pemberi
kerja yang mempekerjakan tenaga asing wajib memiliki izin tertulis dari
menteri atau pejabat ditunjuk, sedangkan dalam pengawasan terhadap
tenaga kerja asing dalam kegiatan penanaman modal asing, yaitu
dilakukan oleh keimigrasian, regulasi pengawasan tenaga kerja asing
diatur dalam pasal 68 ayat 1 UU Keimigrasian, dimana pengawasan
keimigrasian terhadap orang asing dilaksanakan dalam permohonan visa
masuk atau keluar. Namun dalam peraturan perundang-undangan yang
mengatur pengawasan dan pengendalian terhadap orang asing dan tenaga
kerja asing belum dijalankan secara maksimal, terutama koordinasi antara
lembaga yang terkait sehingga dapat meningkatkan jumlah pelanggaran
peraturan keimigrasian oleh orang asing.10 Jika dua penelitian sebelumnya,
mengkaji tentang kurangnya pengawasan pemerintah dan buruknya sistem
pemberian visa terhadap tenaga kerja asing. Maka penelitian yang
dilakukan oleh Hardinata membahas tentang kurangnya koordinasi antara
lembaga pemerintah dengan pihak yang berwenang sehingga, banyak
kejadian/kasus tenaga kerja asing yang melanggar peraturan perundang-
undangan di Indonesia tentang TKA.
Keempat jurnal penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Jazuli yang
berjudul “Eksistensi Tenaga Kerja Asing Di Indonesia Dalam Perspektif
Hukum Keimigrasian”. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat

10
Diello Wigra Hardinata. “Pengawasan Keimigrasian terhadap Tenaga Kerja Asing
dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing.” (Medan: Skripsi Universitas Sumatera Utara, 2018)

9
disimpulkan bahwa regulasi terkait pengawasan terhadap orang asing
sudah diatur di dalam Pasal 68 Ayat (1) UU Keimigrasian, dimana
pengawasan keimigrasian terhadap orang asing dilaksanakan pada saat
mereka melakukan permohonan visa masuk ataupun keluar, mulai dari
pemberian Izin Tinggal, serta pengawasan dan pengendalian penggunaan
TKA yang dilakukan pengawas ketenagakerjaan ketentuan umum UU No.
13 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (32). Namun didalam peraturan perundang-
undangan yang mengatur pengendalian dan pengawasan orang asing dan
TKA belum optimal dilaksanakan, terutama pada saat koordinasi antar
instansi pemerintah sehingga hal tersebut berpotensi terjadinya
peningkatan pelanggaran keimigrasian yang dilakukan oleh orang asing.11
Kelima penelitian yang dilakukan oleh Riza Fauziah Djazuli yang
berjudul “Dinamika Pengaturan Tenaga Kerja Asing Di Indonesia”. Hasil
dari penelitian bahwa negara mempunyai Tanggung jawab terhadap TKA
seharusnya mampu mengakomodasi hak atas pekerjaan dimana dalam
menjalankan tugasnya sudah ditetapkan standar kehidupan yang layak bagi
warga negara. Selain itu, dalam penempatan TKA harus memiliki akses
atas pekerjaan dimana TKA bebas dari HAM seperti kerja paksa, praktik
perbudakan dan praktik yang disamakan dengan perbudakan, jeratan
hutang, perdagangan orang, dan pernikahan paksa. Tanggung jawab
negara dalam hal ini sudah akan terimplementasi dengan baik apabila
pemenuhan hak-hak dasar TKA yang tertuang dalam Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003, yakni kesempatan dan perlakuan yang sama dalam
hubungan kerja telah terpenuhi. Upaya perlindungan hukum
ketengakerjaan Indonesia ditinjau dari tanggung jawab Negara ini dapat
dilihat pada implementasi mengenai upaya mendidik dan melatih TKI
guna meningkatkan standar kompetensi yang mampu bersaing dengan
TKA. Dari segi peraturan yang mengatur tujuan penggunaan TKA secara
selektif dengan memprioritaskan TKI. Sehingga perlu adanya upaya dari

11
Ahmad Jazuli. “Pengawasan Tenaga Kerja Asing di Indonesia dalam Perspektif Hukum
Keimigrasian.” Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum, Vol. 12, No. 1, Tahun 2018.

10
pemerintah untuk mengintegrasikan setiap lembaga dan badan yang
berkaitan dalam pengendalian dan pengawasan TKI ke dalam satu
peraturan perundang-undangan yang dapat dijadikan sebagai instrumen
hukum tetap mengenai pengaturan TKA. Selain itu, perlu adanya upaya
dari pemerintah untuk memberikan tambahan kompetensi bagi TKI yaitu
dengan melakukan program pelatihan kerja yang dilakukan secara reguler
dan tidak diskriminatif, artinya tidak hanya di daerah-daerah tertentu.12
Dari beberapa hasil penelitian diatas keterbaruan dari penelitian
kali ini, lebih memfokuskan terhadap bagaimana upaya pemerintah daerah
dalam mengawasi masuknya TKA asal Tiongkok. Dimana beberapa tahun
terakhir Kabupaten Morowali menjadi tranding topic dengan berbagai
masalah diantaranya adalah masuknya TKA dalam jumlah yang begitu
besar untuk bekerja. Seharusnya ini menjadi kesempatan besar bagi
masyarakat Indonesia terlebih untuk masyarakat lokal untuk bisa bekerja
di perusahan tersebut. Maka dari itu penelitian saya ini begitu penting bagi
pemerintah daerah untuk bisa mengevaluasi aturan tentang masuknya
TKA untuk bekerja disebuah perusahaan.

12
Riza Fauziah Djazuli. “Dinamika Pengaturan Tenaga Kerja Asing di Indonesia.” Jurnal
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Tahun 2021.

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis
1. Kebijakan Publik
a. Definisi Kebijakan Publik
Kebijakan (policy) adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil
oleh seorang pelaku atau kelompok politik, dalam usaha memilih tujuan
dan cara untuk mencapai tujuan itu. Pada prinsipnya, pihak yang membuat
kebijakan itu mempunyai kekuasaan untuk melaksanakannya. 13 Istilah
“kebijakan” atau “policy” dipergunakan untuk menunjuk perilaku seorang
aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok maupun suatu badan
pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.
Kebijakan selalu menjadi polemik yang tak pernah berhenti
dipermasalahkan baik itu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah maupun
kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak dunia usaha, instansi atau
organisasi profit maupun non-profit masyarakat pada umunya. Selalu aktif
membahas kebijakan baik kebijakan ke dalam organisasi maupun
kebijakan keluar organisasi. Sehingga sebelum membahas lebih jauh
tentang analisis kebijakan publik, sangat diperlukan untuk terlebih dahulu
memahami konsep kebijakan. Hal ini perlu dilakukan karena begitu
luasnya penggunaan konsep dan istilah kebijakan, sehingga akan
menimbulkan sudut pandang yang berbeda dalam memahami konsep
kebijakan.14

b. Bentuk Kebijakan Publik


Kebijakan publik mempunyai bentuk yang dapat dijadikan sebagai
pegangan dan ketentuan bagi seluruh stakeholder dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bentuk kebijakan adalah

13
Miriam Budiardjo. “Dasar-Dasar Ilmu Politik.” (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008).
14
Andi Nur Cudai, dan Muhammad Guntur. “Analisis Kebijakan Publik.” (Makassar:
Universitas Negeri Makassar, 2019). Hlm. 1.

12
pedoman dan panduan untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya, jika
tidak, maka akan ada sanksi yang mengikutinya. Bentuk kebijakan adalah
dapat dijalankan sebagai hukum yang mengikat kepada seluruh warga
negaranya.15
Bentuk pertama adalah undang-undang. Merupakan bentuk akhir
dari kebijakan publik yang dijadikan sebagai pedoman dan hukum bagi
seluruh lapisan masyarakat. Ketentuan dalam undang-undang mengatur
seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Di dalamnya terdapat
sanksi bagi yang melanggar dari ketentuan yang sudah tertulis dalam
peraturan perundang-undangan. Sebagai bentuk dari kebijakan publik,
undang-undang harus dijalankan dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Pembuatan undang-undang melibatkan seluruh stakeholder yang berkaitan
untuk dapat dijalankan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Bentuk kedua adalah paternalistik. Paternalistik adalah berperilaku
seperti ayah yang dikaitkan dengan sikap pemimpin kepada pegawainya.
Pemimpin berperilaku seperti bapak dan pegawai berperilaku seperti anak.
Itu adalah bentuk kebijkaan yang melekat dan terjadi di semua level
kebijakan. Pemimpin sebagaimana seorang ayah memperlakukan pegawai
seperti anak-anaknya. Pemimpin melakukan apa pun yang diinginkan
untuk kepentingan individu maupun kelompoknya. Pegawai atau
bawahannya berperilaku seperti anaknya yang tidak dapat menolak segala
perintah dari atasannya. Nugroho membagi paternalistik menjadi dua
bagian, yaitu paternalistik konvensional dan paternalistik rasional.
Paternalistik konvensional menjadikan pemimpin sebagai raja. Tidak
hanya menjadi kewajiban bagi para bawahan untuk ajib dan tunduk pada
titah pemimpin, tetapi titah itu sudah menjadi budaya yang melekat dalam
kehidupan masyarakatnya. Bukan pula menjadi kewajiban, tetapi sudah
menjadi kebutuhan. Sementara itu, paternalisme rasional bisa juga disebut
sebagai kepemimpinan yang otoriter. Seluruh keputusan pemimpin adalah
final dan wajib dilaksanakan, jika tidak maka akan mendapatkan sanksi

15
Hayat. “Kebijakan Publik.” (Malang: Universitas Islam Malang, 2018). Hlm. 29.

13
atas penolakan tersebut. Status quo menjadi harga mati pada tataran
paternalisme rasional.
Ketiga adalah perilaku pemimpin. Perilaku atau sikap pemimpin
menjadi kebijakan publik. Dalam ranah yang agak vulgar pun hal itu dapat
terjadai, bahwa kebijakan publik adalah sikap dari pemimpin itu sendiri.
Korupsi menjadi salah satu contoh yang masih marak terjadi dalam kaidah
bentuk kebijakan yang dilakukan oleh para pemangku kepentingan, salah
satunya adalah penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh pemimpin
mengantarkannya pada kasus korupsi.16
Kegunaan kebijakan publik didalam penelitian ini, Karena
kebijakan publik mencakup banyak bidang, ruang lingkup dari kebijakan
publik terbilang sangat luas, berbagai sektor dicakup bahkan sampai
bidang ketenagakerjaan. Seperti kebijakan publik terhadap bidang
kesehatan, bidang pendidikan, transportasi hingga bidang lainnya.
Beberapa ruang lingkup dari kebijakan publik di antaranya sebagai berikut:
1) Penelitian terkait perilaku birokrasi dan elite politik yang berkaitan
dengan kebijakan politik yang akan diputuskan.
2) Peran kelompok berkepentingan di dalam proses kebijakan, biasanya
berkaitan dengan kepentingan dari masyarakat.

2. Investasi
a. Pengertian Investasi
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya
lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah
keuntungan dimasa datang. Istilah investasi bisa berkaitan dengan berbagai
macam aktivitas.17 Menginvestasikan dana pada sektor rill (tanah, emas,
mesin atau bangunan) maupun aset finansial (deposito, saham atau
obligasi), merupakan aktifitas yang umum di lakukan.

16
Hayat. “Kebijakan Publik.” (Malang: Universitas Islam Malang, 2018). Hlm. 30-31.
17
Eduardus Tendelilin. “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Ed. I, Cet. I.”
(Yogyakarta: BPFE, 2001). Hlm. 1.

14
Menurut Jogiyanto, investasi dapat didefinisikan sebagai
penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan dalam produksi yang
efesien selam periode waktu tertentu. 18 Sedangkan menurut Sukirno
kegiatan investasi yang dilakukan oleh masyarakat secara terus menerus
akan meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja,
meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran
masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan
investasi, yakni:
1) Investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat,
sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat,
pendapatan nasional serta kesempatan kerja;
2) Pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah
kapasitas produksi;
3) Investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi.19

b. Investasi China di Indonesia


Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak pulau, yang
tersebar dari Sabang sampai Merauke. Indonesia merupakan salah satu
negara yang kaya akan keberagaman maupun hasil kekayaan alam dan
lainnya. Atas potensi tersebut banyak negara yang tertarik untuk menjalin
kerjasama dengan Indonesia, salah satunya adalah negara China. China
merupakan negara yang penduduknya terpadat di dunia, sedangkan
Indonesia merupakan negara dengan populasi terbesar ke-4 di dunia. Agar
dapat menjalin hubungan kerjasama antara kedua negara maka kedua
negara harus melakukan perdagangan internasional.
Hubungan perdagangan internasional merupakan salah satu aspek
penting dalam perekonomian bagi setiap negara yang ada di dunia. Dengan

18
Jogiyanto. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Ed. III, Cet. I.” (Yogyakarta: BPFE,
2003). Hlm. 5
19
Chairul Nizar, Abubakar Hamzah, dan Sofyan Syahnur. “Pengaruh Investasi dan
Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Serta Hubungannya Terhadap Tingkat Kemiskinan
di Indonesia.” Jurnal Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Vol. 1, No. 2, Tahun 2013.
Hlm. 3.

15
adanya perdagangan internasional ini maka perekonomian diberbagai
negara akan saling tercipta dan terjalin antara satu negara dengan negara
lainnya. Hubungan kerjasama ini dapat terjalin apabila mendapat
dukungan baik dari berbagai sisi baik dari aspek ekonomi, politik, sosial,
budaya dan lingkungan. Di sisi lain usaha pemerintah dalam mengurangi
tingkat pengangguran.
Pengangguran terlihat belum menunjukkan angka yang memuaskan,
sementara aliran penanaman modal asing, dalam hal investasi China di
Indonesia menunjukan angka yang meningkat luar biasa. Dalam
prakteknya, investasi China di Indonesia tersebut selalu diiringi dengan
menggunakan tanaga kerja dari negara China itu sendiri. Hal ini terlihat
dari beberapa kegiatan proyek yang cukup besar seperti di Morowali dan
pembuatan jalan toll, baik jalan tol yang baru maupun jalan tol perluasan
atau peningkatan. Sebagai Contohnya adalah Elevated Toll Road Jakarta
Cikampek.20

c. Peranan Investasi dalam Pembangunan


Perekonomian antar negara semakin berkaitan erat, keadaan
ekonomi di sebuah negara dengan cepat dan mudah merambah ke negara-
negara lain. Dalam situasi seperti sekarang, keunggulan bisnis dan
perekonomian bukan lagi berdasarkan pada strategi keunggulan
komparatif (comparative advantage) melainkan strategi keunggulan
kompetitif (competitive advantage). Globalisasi mengubah struktur
perekonomian dunia secara fundamental. Interdependensi (saling
ketergantungan) perekonomian negara semakin erat, keeratan
interdependensi ini bukan saja berlangsung antara negara maju, tapi juga
antara negara berkembang dan negara maju. Ekspor merupakan salah satu
sumber devisa yang sangat dibutuhkan oleh negara atau daerah yang
perekonomiannya bersifat terbuka seperti di Indonesia, karena ekspor

20
Nawiyah, dan Zahidiputra M Puar. “Pengaruh Investasi China ke Indonesia, Ekspor
Indonesia-China, dan Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional.” Jurnal Prosiding
Seminar Nasional Manajemen Industri dan Rantai Pasok, Vol. 1, Tahun 2020. Hlm. 1.

16
secara luas ke berbagai negara memungkinkan peningkatan jumlah
produksi yang mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga diharapkan
dapat memberikan andil yang besar terhadap pertumbuhan dan stabilitas
perekonomiannya.
Apalagi Indonesia yang baru saja bangkit dari keterpurukan akibat
krisis ekonomi dan krisis multidimensional senantiasa berupaya untuk
mengembangkan ekspornya untuk menopang pemulihan ekonomi melalui
peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui masuknya investasi yang
didukung pula dengan jaminan pemerataan, stabilitas serta kepastian
hukum. Pembangunan memerlukan modal yang relatif besar. Akan tetapi
di sisi lain, kemampuan negara untuk menyediakan dana modal guna
mempercepat pembangunan sangatlah terbatas. Salah satu diantaranya
adalah meningkatkan investasi baik dari dalam atau luar negeri.21

3. Tenaga Kerja
a. Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
adalah salah satu orang yang bekerja atau mengerjakan sesuatu, seperti;
pekerja, pegawai, dan sebagainya, dan dua orang yang mampu melakukan
pekerjaan, baik dalam maupun diluar hubungan kerja. 22 Dalam Pasal 1
ayat (2) Undang-Undang Dasar Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja adalah orang yang mampu
melaukukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun kebutuhan masyarakat.Pengertian
tentang tenaga kerja tampak perbedaan yakni Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tidak memuatkan kata didalam maupun luar hubungan kerja
adanya penambahan kata sendiri dan masyarakat.

21
Oki Seru. “Analisis Kebijakan Investasi Asing (Studi Kasus Investasi China ke
Indonesia dalam Pembangunan Infrastruktur di Indonesia Era Presiden Joko Widodo Tahun 2014-
2016.” (Malang: Skripsi Universitas Merdeka Malang, 2017). Hlm. 33.
22
Kamus Besar Bahasa Indonesia. “Tenaga Kerja.” Dalam KBBI Daring, diakses dari
https://kbbi.web.id/tenaga%20kerja/ pada Kamis, 2 Februari 2023.

17
Kemudian umumnya tenaga kerja terbagi atas tenaga kerja lokal,
dan asing. Tenaga Kerja Asing (TKA) adalah pemegang visa dengan
maksud bekerja diwilayah Indonesia. Didalam ketentuan tersebut
ditegaskan kembali bahwa setiap pemberi kerja yang mempekerjakan
tenaga kerja asing wajib memiliki izin tertulis menteri atau pejabat yang
ditunjuk.23 Sedangkan, Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2017
tentang Tenaga Kerja Lokal yang selanjutnya disingkat TKL adalah tenaga
kerja yang berasal dari penduduk asli daerah itu sendiri.

b. Jenis-Jenis Tenaga Kerja


Jika dilihat dari kemampuan dan kualitas pekerja, maka tenaga
kerja dapat dikelompokkan menjadi :
1) Tenaga Kerja Terdidik
Selain dokter masih banyak pekerjaan yang juga memerlukan
pendidikan formal. Tenaga kerja ini memperoleh kemampuannya dalam
suatu bidang dengan cara menempuh pendidikan formal. Contoh: Dokter,
Arsitek.
2) Tenaga Kerja Terampil
Tenaga kerja ini adalah tenaga kerja yang membutuhkan keahlian
dibidang tertentu dengan melalui pelatihan dan pengalaman kerja. Contoh:
Supir bus, Musisi.
3) Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terampil
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terampil, bekerja hanya
mengandalkan tenaga tanpa ada keunggulan lain. Contoh: Kuli.24

c. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja


Setiap tenaga kerja atau buruh mempnyai hak untuk memperoleh
perlindungan. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 86

23
Lalu Husni. “Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia.” (Jakarta: Rajawali Pers,
2016). Hlm. 28.
24
Ahmad Soleh. “Masalah Ketenagakerjaan di Indonesia.” Jurnal Ilmiah Cano Ekomos,
Vol. 6, No. 2, Tahun 2017.

18
ayat 1, menyebutkan bahwa: Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas :
1) Keselamatan dan kesehatan kerja.
2) Moral dan kesusilaan.
3) Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-
nilai agama.
Yang dimaksud dengan hak di sini adalah sesuatu yang harus
diberikan kepada seseorang sebagai akibat dari kedudukan atau status dari
seseorang, sedangkan kewajiban adalah suatu prestasi baik berupa benda
atau jasa yang harus dilakukan oleh seseorang karena kedudukan atau
statusnya.25 Mengenai hak-hak bagi pekerja ialah sebagai berikut ini:
1) Hak mendapat upah atau gaji. (Pasal 1602 KUH Perdata; Pasal 88
sampai dengan 97 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003; Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah).
2) Hak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan
(Pasal 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003).
3) Hak bebas memilih dan pindah pekerjaan sesuai bakat dan
kemampuannya (Pasal 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003).
4) Hak atas pembinaan keahlian kejuruan untuk memperoleh serta
menambah keahlian dan keterampilan lagi (Pasal 9 sampai dengan 30
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003).
5) Hak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan dan
perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama
(Pasal 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Jamsostek).
6) Hak mendirikan dan menjadi anggota Perserikatan Tenaga Kerja
(Pasal 104 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003)
7) Hak atas istirahat tahunan, tiap-tiap kali setelah ia mempunyai masa
kerja 12 (dua belas) bulan berturut-turut pada majikan atau beberapa

25
Darwin Prinat. “Hukum Ketenagakerjaan Indonesia.” (Bandung: PT Citra, 2000). Hlm.
213.

19
majikan dari satu organisasi majikan (Pasal 79 Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003).
8) Hak atas upah penuh selama istirahat tahunan (Pasal 88 sampai
dengan 98 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003).
9) Hak atas suatu pembayaran tahunan, bila pada saat diputuskan
hubungan kerja ia sudah mempunyai sedikitnya enam bulan terhitung
dari saat ia berhak atas istirahat tahunan yang terakhir, yaitu dalam hal
bila hubungan kerja diputuskan oleh majikan tanpa alasan-alasan
mendesak yang diberikan oleh buruh, atau oleh buruh karena alasan-
alasan mendesak yang diberikan oleh majikan (Pasal 150 sampai
dengan 172 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003).
10) Hak untuk melakukan perundingan atau penyelesaian perselisihan
hubungan industrial melalu bipartite, mediasi, konsiliasi, arbitrase,
dan penyelesaian melalui pengadilan (Pasal 6 sampai dengan 115
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004).
Dari sudut tenaga kerja, mempunyai hak serta kewajiban dalam
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dalam melakukan
pekerjaan adalah :
1) Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai
pengawas atau ahli keselamatan kerja.
2) Memakai alat keselamatan kerja.
3) Memenuhi dan mentaati persyaratan keselamatan di tempat kerja.
Kemudian, terdapat pula beberapa hal yang menjadi bagian dari
hak-hak tenaga kerja yang akan diuraikan berikut ini, yaitu:
1) Meminta kepada pimpinan atau pengurus perusahaan tersebut agar
dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan di tempat kerja yang bersangkutan.

20
2) Menyatakan keberatan melakukan pekerjaan bila syarat keselamatan
dan kesehatan kerja serta alat perlindungan diri yang diwajibkan tidak
memenuhi persyaratan.26

B. Kerangka Konseptual
Pengawasan terhadap penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA)
merupakan hal yang sangat penting dan harus dilakukan oleh pemerintah
dalam memberikan penegakan hukum dan perlindungan hukum dalam
bidang ketenagakerjaan. Dalam kajian pelaksanaan pengawasan
ketenagakerjaan maka terdapat beberapa aspek yang dilakukan dalam
pengawasan tersebut terhadap penerapan Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 16 Tahun 2015.

Kebijakan Publik

Pemerintah Daerah

Tenaga Kerja Asing Investasi

Pengawasan Pemerintah
Daerah Terhadap Tenaga
Kerja Asing

Gambar 1. Kerangka Konseptual

26
Lalu Husni. “Pengantar Hukum Ketenagakerjaan.” (Jakarta: Raja Grafindo, 2005).

21
22
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, karena
pendekatan ini dipandang mampu menganalisa realitas sosial secara
mendetail. Metode kualitatif dapat digunakan untuk mengkaji, membuka,
menggambarkan atau menguraikan sesuatu dengan apa adanya. Baik
bentuk kata-kata maupun bahasa serta bertujuan untuk memahami
fenomena dan temuan-temuan yang di temukan ataupun yang terjadi di
lapangan berdasarkan bukti atau fakta sosial yang ada misalnya perilaku,
tindakan, dan presepsi. Seperti dalam pengertian penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah sebuah alat untuk memaparkan dan memahami
makna yang berasal dari individu dan kelompok mengenai masalah sosial
atau masalah individu.27 Sedangkan menurut Denzin dan Lincol penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan berbagai metode yang ada.28

B. Lokasi Penelitian
Berdasarkan lokasinya, penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten
Morowali dengan mengambil lokasi kawasan industri PT Indonesia
Morowali Industrial Park (IMIP). Dikarenakan membahas masalah yang
menjadi fokus peneliti. Selain melakukan penelitian dilokasi ini, karena
peneliti juga berasal dari Kabupaten Morowali, dan juga disebabkan akan
memudahkan peneliti untuk mencari informansi serta memperoleh data-
data terkait dengan penyusunan ini.

27
John W Creswell. “Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitaif, dan Mixed.”
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012). Hlm. 4.
28
Lely J Moleong. “Metodologi Penelitian Kualitatif.” (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2017). Hlm. 5.

23
C. Sumber Data
Pada penelitian kualitatif biasa mengumpulkan data dari beragam
sumber seperti, wawancara, observasi, dan dokumentasi, ketimbang hanya
mampu pada satu sumber data saja.29 Adapun sumber data yang digunakan
yaitu:

1. Data Primer
Data primer yaitu data empirik yang diperoleh secara langsung dari
obyek penelitian perorangan, kelompok dan organisasi. Dalam penelitian
ini, data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan sumber terkait
dengan penelitian. Peneliti turun langsung ke lapangan untuk
mengumpulkan data dalam berbagai bentuk, seperti dokumentasi hasil
wawancara dan foto kegiatan di lapangan, serta memberikan sesi tanya
jawab kepada narausumber dan menyimpulkan hasil wawancara, terhadap
fenomena penelitian.

2. Data Sekunder
Data Sekunder (secondary data), yaitu data penelitian yang
diperoleh diperoleh atau dikumpulkan oleh instrumen penelitian dari
sumber-sumber yang telah ada sebelumnya, misalnya: profil wilayah desa,
dokumen dari peristiwa yang terjadi, Undang-Undang yang terkait, buku
serta sumber data yang dapat mendukung penelitian ini dan juga dari
referensi buku, jurnal, karya ilmiah dan artikel yang terkait dengan
pembahasan penelitian.30

D. Metode Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data yang dapat dipergunakan dalam
penelitian ini ialah sebagai berikut:

29
John W Creswell. “Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitaif, dan Mixed.”
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012). Hlm. 261.
30
Rosady Ruslan. “Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi.” (Jakarta:
Rajawali Pers, 2010). Hlm. 29.

24
1. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah aktivitas yang sistematis
terhadap gejala-gejala baik yang bersifat fisikal ataupun mental. Dalam
melakukan observasi peneliti harus bertindak sebagai partisipan dan non
partisipan. Dalam hal ini peneliti mencoba memahami serta mempelajari
perilaku-perilaku seseorang yang terlibat didalamnya dengan jalan sedapat
mungkin berpartisipasi secara penuh. Teknik observasi (pengamatan) ini,
dapat digunakan untuk mengamati secara langsung tentang perilaku
personel. Dengan demikian bisa dikatakan bahwasanya observasi baik
langsung maupun tidak langsung akan sangat bermanfaat untuk
mengungkapkan situasi yang sebenarnya. 31 Untuk mengumpulkan data
ataupun hal-hal yang diperlukan untuk proses penelitian, maka penulis
mendatangi objek penelitian secara langsung di Kabupaten Morowali.

2. Wawancara
Suatu bentuk dialog yang dilakukan oleh peneliti di mana untuk
memperoleh sebuah informasi dari responden atau dinamakan interview.
Sedangkan instrumennya dinamakan pedoman wawancara atau interview
guide. Dalam pelaksanannya, interview dapat dilakukan secara terstruktur
dan juga tidak terstruktur. Berikut ini ialah uraian terhadap jenis
wawancara, yaitu:

a. Wawancara Terstruktur
Jenis wawancara ini memiliki beberapa keterbatasan.Dalam
wawancara terstruktur atau standar, rencana wawancara berisi serangkaian
pertanyaan yang telah direncanakan sebelumnya, sehingga data yang
diperoleh tidak kaya. Setiap peserta ditanyai pertanyaan yang sama dalam
urutan yang sama. Jenis wawancara ini mirip dengan kuesioner tertulis.

31
Ajat Rukajat. “Pendekatan Penelitian Kualitatif (Qualitative Research Approach), Cet.
I.” (Yogyakarta: Deepublish, 2018). Hlm. 22.

25
b. Wawancara Semi Terstruktur
Wawancara ini dimulai dengan topik-topik yang tercantum dalam
pedoman wawancara. Jika pedoman wawancara tidak terjadwal seperti
penelitian kuantitatif. Urutan pertanyaan tidak sama untuk setiap peserta
karena proses wawancara dan tanggapan individu. Namun, wawancara
memastikan bahwa peneliti dapat mengumpulkan jenis data yang sama
dari partisipan.

c. Wawancara Tidak Terstruktur


Wawancara tidak terstruktur, tidak standar, informal, atau fokus
pada pertanyaan umum dari bidang studi yang luas. Wawancara ini
biasanya diikuti dengan daftar kata kunci, agenda, atau topik yang akan
dibahas dalam wawancara. Namun, kecuali untuk wawancara yang sangat
awal, tidak ada pertanyaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Suatu
metode yang berguna untuk mendapatkan data dengan cara melakukan
wawancara atau tanya jawab secara langsung dengan stakeholder.32

3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik dalam bentuk pengambilan data
yang berupa gambar, video, rekaman suara maupun karya dalam bentuk
tulisan yang terkait informasi-informasi atau juga berupa laporan-laporan
yang terjadi. Selanjutnya, gambar dan sumber tertulis lainnya bertujuan
untuk memperkuat data dari observasi dan wawancara atau interview yang
telah dilakukan sebelumnya sehngga perolehan selanjutnya dalam
deskripsi umum terkait wilayah yang akan diteliti.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan
untuk mengukur data yang hendak dikumpulkan. Instrumen pengumpulan
data ini juga pada dasarnya tidak terlepas dari metode pengumpulan data,
yaitu mengumpulkan data agar kegiatan yang dilakukan lebih sistematis

32
Budur Anufia, dan Thalha Alhamid. “Resume Instrumen Pengumpulan Data.” Jurnal
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sorong, Tahun 2019. Hlm. 7-8.

26
dan data yang paling akurat dapat dengan mudah ditemukan. Saat
mengumpulkan data, anda memerlukan beberapa alat yang berguna untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Dimana alat-alat
yang peneliti sendiri gunakan hal ini ditopang oleh keberadaan potensi
manusia, dengan watak dan kemampuannya untuk mempertimbangkan,
mengevaluasi, memutuskan, dan mengumpulkan hasil. Penelitian secara
objektif. Adapun alat yang digunakan yakni pedoman wawancara dan
telah dari kepustakaan seperti pulpen, buku, foto, dokumen serta alat yang
menjadi penunjang lainnya yakni seperti kamera, perekam suara, buku
catatan, dan juga mencatat hasil wawancara dan observasi.

F. Analisis Data
Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengatur data
kedalam pola, kategori dan juga satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan juga dapat dirumuskan hipotesis kerjanya seperti yang
disarankan oleh data. Analisis diamati dengan menelaah semua data dari
berbagai sumber. Selanjutnya, buat ringkasan inti dan lakukan reduksi data.
Langkah selanjutnya adalah memasukkannya ke dalam satuan-satuan,
mengelompokkannya dalam kelompok yang sama dan memeriksa
keabsahan datanya. Dan berikut adalah langkah-langkah yang harus
dilakukan pada tahap akhir yakni sebagai berikut:
1. Memaparkan bagaimana upaya Pemerintah Kabupaten Morowali
dalam mengawasi keluar masuknya TKA di Kabupaten Morowali.
2. Memaparkan informasi atau fakta-fakta yang mana fakta itu kemudian
akan dianalisa serta dipaparkan hasilnya mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi masuknya TKA ilegal di Kabupaten Morowali.
3. Selanjutnya, penarikan kesimpulan dengan cara menguji validasi data
sebelumnya agar kesimpulan yang diambil dapat dipertangung
jawabkan.

27
G. Penyajian Data
Penyajian data merupakan kegiatan ketika sekumpulan informasi-
informasi disusun, sehingga memberikan kemungkinan akan adanya
penarikan kesimpulan serta adanya pengambilan tindakan. Bentuk
penyajian data kualitatif itu dapat berupa teks naratif berbentuk catatan
lapangan, grafik, matriks, jaringan, dan juga bagan. Serta bentuk-bentuk
ini juga mengelompokkan informasi yang tersusun kedalam bentuk yang
terpadu dan juga mudah diraih, maka dari itu akan memudahkan untuk
melihat apa yang sebenarnya terjadi, apakah kesimpulan sudah tepat atau
justru sebaliknya maka penelitian akan melakukan analisa kembali.33

H. Penarikan Kesimpulan
Upaya menarik kesimpulan terus dilakukan oleh para peneliti di
bidang ini. Artinya, berjalan dari awal pengumpulan data, dimana peneliti
kualitatif mulai mencari makna, pola teratur (catatan teoretis), penjelasan,
konfigurasi yang mungkin, dan jalur penyebab objek, catatan, dan saran.
Dimana kesimpulan-kesimpulan ini, diperlukan secara longgar dan juga
secara terbuka, dan juga skeptis, akan tetapi kesimpulan sudah disediakan.
Mula-mula belum jelas, namun kemudian meningkat menjadi lebih rinci
serta mengakar dengan kuat. Selanjtnya, kesimpulan-kesimpulan itu juga
diverifikasi selama penelitian berlangsung, dengan cara:
1. Memikirkan kembali saat menulis.
2. Meninjau catatan laporan.
3. Meninjau dan berbagi ide diantara rekan-rekan untuk membentuk
konsensus intersubjektif.
4. Upaya ekstensif untuk menempatkan kesimpulan juga divalidasi
selama penelitian dengan berusaha untuk dapat menyalin temuan dari
kumpulan data lainnya.

33
Ahmad Rijali. “Analisis Data Kualitatif.” Jurnal Alhadharah, Vol. 17, No. 33, Tahun
2018. Hlm. 94.

28
DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU, DAN JURNAL

Anufia, B., & Alhamid, T. (2019). Resume Instrumen Pengumpulan Data. Jurnal
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sorong.
Budiardjo, M. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Creswell, J. W. (2012). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitaif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cudai, A. N., & Guntur, M. (2019). Analisis Kebijakan Publik. Makassar:
Universitas Negeri Makassar.
Darma, S. A. (2014). Kajian Hukum Ketenagakerjaan terhadap Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012. Mimbar Hukum,
Vol. 26, No. 2.
Darma, S. A. (2017). Pengendalian Tenaga Kerja Asing oleh Pemerintah Daerah.
Jurnal Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.
Djazuli, R. F. (2021). Dinamika Pengaturan Tenaga Kerja Asing di Indonesia.
Jurnal Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung.
Hardinata, D. W. (2018). Pengawasan Keimigrasian terhadap Tenaga Kerja
Asing dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing. Medan: Universitas
Sumatera Utara.
Hayat. (2018). Kebijakan Publik. Malang: Universitas Islam Malang.
Husni, L. (2005). Pengantar Hukum Ketenagakerjaan. Jakarta: Raja Grafindo.
Husni, L. (2016). Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta:
Rajawali Pers.
Indriani, M. (2016). Peran Tenaga Kerja Indonesia dalam Pembangunan Ekonomi
Nasional. Gema Keadilan, Vol. 3, No. 1.
Jazuli, A. (2018). Eksistensi Tenaga Kerja Asing di Indonesia dalam Perspektif
Hukum Keimigrasian. Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum, Vol. 12, No. 1.
Jogiyanto. (2003). Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Ed. III, Cet. I.
Yogyakarta: BPFE.
Kasenda, D. G. (2020). Penegakan Hukum Pekerja Asing dalam Konsep Omnibus
Law. Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai, Vol. 5, No. 1.
Moleong, L. J. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nawiyah, & Puar, Z. M. (2020). Pengaruh Investasi China ke Indonesia, Ekspor
Indonesia-China, dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

29
Nasional. Seminar Nasional Manajemen Industri dan Rantai Pasok.
Jakarta: Politeknik APP Jakarta.
Nizar, C., Hamzah, A., & Syahnur, S. (2013). Pengaruh Investasi dan Tenaga
Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Serta Hubungannya Terhadap
Tingkat Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pascasarjana
Universitas Syiah Kuala, Vol. 1, No. 2.
Nurhidayati. (2019). Perizinan Tenaga Kerja Asing, Kebijakan dan
Implementasinya. Jurnal Sekretari dan Manajemen, Vol. 3, No. 2.
Prinat, D. (2000). Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Bandung: PT Citra.
Rijali, A. (2018). Analisis Data Kualitatif. Jurnal Alhadharah, Vol. 17, No. 33.
Risni, N. R. (2017). Pengawasan dan Penindakan terhadap Tenaga Kerja Asing
dalam Mengurangi Penyalahgunaan Izin Tinggal Tenaga Kerja Asing
Asal Tiongkok di Indonesia. Bandung: Universitas Pasundan.
Rukajat, A. (2018). Pendekatan Penelitian Kualitatif (Qualitative Research
Approach), Cet. I. Yogyakarta: Deepublish.
Ruslan, R. (2010). Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi. Jakarta:
Rajawali Pers.
Sari, A. A. (2017). Pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon. Serang:
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Seru, O. (2017). Analisis Kebijakan Investasi Asing (Stui Kasus Investasi Chhina
ke Indonesia Dalam Pembangunan Infrastruktur di Indonesia Era
Presiden Joko Widodo Tahun 2014-2016. Malang: Universitas Merdeka
Malang.
Soleh, A. (2017). Masalah Ketenagakerjaan di Indonesia. Jurnal Imliah Cano
Ekomos, Vol. 6, No. 2.
Tendelilin, E. (2001). Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Ed. I, Cet. I.
Yogyakarta: BPFE.

SUMBER INTERNET
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2016). Tenaga Kerja. Dipetik Februari 2, 2023,
dari KBBI Daring: https://kbbi.web.id/tenaga%20kerja/
Kurniawati, E. (2017, Januari 19). Pemerintah Akui Pengawasan Tenaga Kerja
Asing Ilegal Lemah. Dipetik Februari 2, 2023, dari Tempo:
https://nasional.tempo.co/read/837726/pemerintah-akui-pengawasan-
tenaga-kerja-asing-ilegal-lemah/
Rahayu, A. C. (2022, Oktober 31). Kemnaker: Tenaga Kerja Asing dari China
Paling Banyak Bekerja di Morowali. Dipetik Januari 14, 2023, dari
Kontan: https://nasional.kontan.co.id/news/kemenaker-tenaga-kerja-asing-
dari-china-paling-banyak-bekerja-di-morowali/

30

Anda mungkin juga menyukai