OLEH:
GEDE ARYA WIRYANA, SH., MH., MHRM
DITERBITKAN:
2015
1
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyusunan Buku Mengenal Hukum Ketenagakerjaan Indonesia yang diterbitkan oleh Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Mojokerto tahun 2015 ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
positif guna pemahaman ketenagakerjaan bagi para pelaku hubungan industrial serta menambah
khazanah ilmu pengetahuan ketenagakerjaan di Indonesia.
Buku Mengenal Hukum Ketenagakerjaan Indonesia ini akan menjabarkan berbagai peraturan
perundangan tentang ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia termasuk peraturan utama
ketenagakerjaan Indonesia yaitu Undang-Undang 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terutama
yang berkaitan dengan perlindungan ketenagakerjaan.
Untuk penjabaran ini sendiri menggunakan sumber utama dari ketentuan yang berlaku tersebut
termasuk dari Penjelasan setiap Pasal yang kemudian disusun ulang oleh Penyusun mulai dari tema yang
menarik bagi para pelaku hubungan industrial.
Pada Bab I Buku Mengenal Hukum Ketenagakerjaan Indonesia ini akan membahas tentang
konsep ketenagakerjaan di Indonesia. Bab II akan menjabarkan tentang pengupahan. Pada Bab III sarana
hubungan industrial. Sedangkan pada Bab IV mendiskusikan perihal syarat kerja pada peraturan
perusahaan. Pada Bab V tentang pengetahuan ketenagakerjaan secara umum yang disusun berdasarkan
Himpunan Pertanyaan Seputar Ketenagakerjaan. Ketentuan tentang pengaturan ketenagakerjaan bagi
penyandang disabilitas akan dijabarkan pada BAB VI.
Lampiran Buku Mengenal Hukum Ketenagakerjaan Indonesia ini akan berisi tentang definisi
penting pada hukum ketenagakerjaan di Indonesia serta beberapa lampiran lainnya yaitu peraturan
perundangan ketenagakerjaan di Indonesia.
Penyusunan ini memang belum mencakup keseluruhan dan masih banyak kekurangannya,
untuk itu saran dan masukan yang membangun dari para pihak sangat diperlukan.
2
1. Bapak Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Mojokerto beserta jajarannya
yang memberikan dorongan semangat serta petunjuk untuk penyelesaian buku ini;
2. Istriku Ratih Maria Dhewi yang disela kesibukan penyusunan desertasi S3 bidang Human
Resource Management pada University of Canberra, Australia tidak hentinya
memberikan inspirasi dan motivasi dalam penyusunan buku ini;
5. Semua pihak terkait yang telah memberikan saran dan masukkan terhadap
pembentukan buku ini.
Akhir kata semoga penyusunan buku ini dapat bermanfaat guna pencapaian hubungan industrial
yang harmonis di Indonesia serta dapat menjadi referensi pengembangan konseptual sekaligus
operasional di bidang ketenagakerjaan yang dinamis dimasa depan.
ttd
3
DAFTAR ISI
Halaman
Definisi
Daftar Pustaka
Lampiran Perundangan
4
BAB I
panjang dimulai pada masa penjajahan oleh Pemerintahan Kolonial Belanda. Saat itu sistem
ketenagakerjaan yang berlaku mengijinkan mekanisme pola perbudakaan oleh Pemberi Kerja.
Pemerintah Kolonial Hindia Belanda secara resmi untuk pertamakalinya mengeluarkan sebuah
aturan khusus yang mengatur ketenagakerjaan di Indonesia yaitu berupa aturan tentang
pelarangan memasukkan budak ke Pulau Jawa guna membatasi perkembangan budak di Pulau
Jawa.
Menyusul tahun 1819 terbit peraturan tentang pendaftaran budak, kemudian berturut-
turut pada tahun 1829 tentang perlindungan terhadap budak yang masih kanak-kanak dengan
larangan mengangkut mereka untuk dipindahkan dengan kapal ke tempat lain. Setelah itu
melalui Regreling Reglement (RR) tahun 1830 Pemerintah Kolonial Belanda mengeluarkan
ketentuan yang memberikan hak kepada Pemerintah untuk menjalankan kerja rodi di bidang
perkebunan guna peningkatan hasil. Pada tahun 1848 kembali Pemerintah Kolonial Belanda
dijadikan budak.
5
Pada tahun 1854 dalam Regeringsreglement 1854 Pasal 115 sampai 117, mengikuti
perkembangan di wilayah jajahan Inggris dan Prancis, Pemerintah Kolonial Belanda kemudian
dihapuskan paling lambat 1 Januari 1860. Aturan ini diperkuat kembali pada Pasal 169 sampai
Pasal 171 Indische Staatsregeling 1926 bahwa sudah tidak boleh lagi ada perbudakan dalam
terhitung sejak 1 Januari 1860, istilah budak untuk tenaga kerja Indonesia berubah menjadi kuli
atau dalam bahasa Belanda yaitu koeli. Para koeli ini memiliki hak atas upah dan kebebasan
sebagai orang merdeka. Meskipun demikian para kuli masih dapat dipaksa bekerja paksa
sewaktu-waktu jika diperlukan dan tidak boleh meninggalkan tempat kerja paksa yang telah
ditentukan. Algemene Politie Strafreglement tahun 1872 Nomor 111 menentukan bahwa
apabila jika seseorang di tanah Hindia Belanda tanpa alasan menolak melaksanakan
Pada saat Algemene Politie Strafreglement pada tahun 1872 diberlakukan, jauh dari
Hindia Belanda tepatnya di belahan bumi Amerika Utara, kaum pekerja/buruh seluruh dunia
sedang bergiat menuntut tentang perbaikan upah dan jam kerja. Dibawah pimpinan Peter J.
McGuire, pekerja/buruh menuntut hak kerja yang lebih baik yaitu delapan jam bekerja, delapan
Menyikapi perkembangan hubungan kerja di dunia saat itu serta untuk meredam aksi
serupa diwilayah Hindia Belanda, maka pada tahun 1880 kembali Pemerintah Kolonial Belanda
6
mengeluarkan aturan Koeli Ordonantie guna memperkuat ketentuan Algemene Politie
Strafreglement tahun 1872 . Dua tahun setelah Koeli Ordonantie diberlakukan pada saat yang
sama di Negara Amerika Serikat, tepatnya Kota New York ,pada 5 September 1882, para kaum
pekerja/buruh berhasil melakukan parade terbesar menuntut perbaikan jam kerja menjadi
Hukum ketenagakerjaan pada masa Pemerintah Kolonial Hindia Belanda ini berakhir
saat Belanda dikalahkan oleh Jepang pada tahun 1942. Setelah Indonesia merdeka pada 17
Agustus 1945, secara jelas Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan
penghapusan perbudaan dari seluruh tumpah darah Indonesia dan setiap warga negara berhak
seluruhnya sebagai bagian integral dari pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat
yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik materiil maupun spiritual berdasarkan
mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan
kebutuhan pembangunan nasional dan daerah, memberikan perlindungan kepada tenaga kerja
keluarganya.
7
Penyelenggaraan pembangunan ketenagakerjaan ini oleh Pemerintah diselenggarakan
atas asas keterpaduan dengan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral antara Pusat dan
Daerah mengingat Indonesia menganut konsep otonomi daerah dalam pembagian kewenangan
pembangunan.
peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. Sesuai
dengan peranan dan kedudukan tenaga kerja ini maka Pemerintah Repulik Indonesia kemudian
Upaya strategis untuk mewujudkan hal tersebut yaitu melalui peningkatan perlindungan
tenaga kerja dan keluarganya sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan melalui
berbagai peraturan perundangan. Perlindungan terhadap tenaga kerja ini dimaksudkan untuk
menjamin hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan
tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan
keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha. Ini berarti
Pembangunan ketenagakerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga terpenuhi hak-hak dan
perlindungan yang mendasar bagi tenaga kerja dan pekerja/buruh serta pada saat yang
bersamaan dapat mewujudkan kondisi yang kondusif bagi pengembangan dunia usaha. Selain
itu kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah harus mampu pula menjamin setiap tenaga
kerja di Indonesia memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh
8
pekerjaan guna peningkatan kesejahteraan serta berhak memperoleh perlakukan yang sama
maka untuk itu diperlukan pengaturan yang menyeluruh dan komprehensif, antara lain
tenaga kerja Indonesia, upaya perluasan kesempatan kerja, pelayanan penempatan tenaga
harus diarahkan untuk terus mewujudkan hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan
berkeadilan. Mengingat hal tersebut pengakuan dan penghargaan terhadap hak asasi manusia
sebagaimana yang dituangkan dalam TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998 harus diwujudkan.
Dalam bidang ketenagakerjaan, ketetapan MPR ini merupakan tonggak utama dalam
mendorong partisipasi yang optimal dari seluruh tenaga kerja dan pekerja/buruh Indonesia
Sejalan dengan hal tersebut Pemerintah Republik Indonesia menyadari pula bahwa
termasuk sebagian yang merupakan produk kolonial, menempatkan pekerja pada posisi yang
kurang menguntungkan dalam pelayanan penempatan tenaga kerja dan sistem hubungan
9
industrial yang menonjolkan perbedaan kedudukan dan kepentingan sehingga dipandang sudah
tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masa kini dan tuntutan masa yang akan datang.
Dan Kerja Malam bagi Wanita (Staatsblad Tahun 1925 Nomor 647);
c. Ordonansi Tahun 1926 Peraturan Mengenai Kerja Anak-anak dan Orang Muda Di
e. Ordonansi tentang Pemulangan Buruh yang Diterima atau Dikerahkan Dari Luar
f. Ordonansi Nomor 9 Tahun 1949 tentang Pembatasan Kerja Anak- anak (Staatsblad
undang Kerja tahun 1948 Nomor 12 dari Republik Indonesia untuk Seluruh
Buruh dan Majikan (Lembaran Negara Tahun 1954 Nomor 69, Tambahan Lembaran
10
i. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1958 tentang Penempatan Tenaga Asing (Lembaran
Negara Tahun 1961 Nomor 207, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2270);
dan/atau Penutupan (Lock Out) Di Perusahaan, Jawatan dan Badan yang Vital
mengenai Tenaga Kerja (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 55, Tambahan
Negara Tahun 2000 Nomor 240, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4042).
dipandang perlu untuk dicabut dan diganti dengan Undang-undang yang baru. Tentunya
11
ketentuan-ketentuan yang masih relevan dari peraturan perundang-undangan yang lama
peraturan pelaksanaan dari undang-undang yang telah dicabut masih dinyatakan tetap berlaku
tidak sesuai lagi dengan tuntutan dan perkembangan zaman, dimaksudkan juga untuk
menampung perubahan yang sangat mendasar di segala aspek kehidupan bangsa Indonesia
dengan dimulainya era reformasi tahun 1998 dan mengikuti perkembangan hukum
ketenagakerjaan international.
tempat kerja dikenal melalui 8 (delapan) konvensi dasar International Labour Organization
c. kerja paksa (Konvensi ILO Nomor 29, dan Nomor 105); dan
Komitmen bangsa Indonesia terhadap penghargaan pada hak asasi manusia di tempat
kerja antara lain diwujudkan dengan meratifikasi kedelapan konvensi dasar tersebut. Sejalan
dengan ratifikasi konvensi mengenai hak dasar tersebut oleh Pemerintah Republik Indonesia,
12
Dalam pembentukan hukum ketenagakerjaan di Indonesia terdapat berbagai hal yang
Indonesia misalnya mengatur banyak hal guna perwujudan prinsip dasar ketenagakerjaan di
3. Pemberian kesempatan dan perlakuan yang sama bagi tenaga kerja dan
pekerja/buruh;
secara optimal dan penempatan tenaga kerja pada pekerjaan yang sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah dan
6. Penggunaan tenaga kerja asing yang tepat sesuai dengan kompetensi yang
diperlukan;
13
8. Pembinaan kelembagaan dan sarana hubungan industrial, termasuk Perjanjian Kerja
industrial;
mestinya.
14
BAB II
PENGUPAHAN
Pembahasan tentang upah ditempatkan oleh Penyusun pada pokok bahasan berikutnya
tentang Pengupahan menjelasakan Upah merupakan salah satu aspek yang paling utama di
dalam Hubungan Kerja. Berbagai pihak yang terkait melihat Upah dari pandangan yang
berbeda. Pekerja/Buruh melihat Upah sebagai sumber penghasilan guna memenuhi kebutuhan
hidup Pekerja/Buruh dan keluarganya. Secara psikologis dan teori peningkatan Sumber Daya
Manusia Upah dipandang dapat menciptakan kepuasan bagi Pekerja/Buruh. Di lain pihak,
Pengusaha melihat Upah sebagai salah satu bagian biaya produksi. Pemerintah sendiri melihat
Upah, di satu pihak selain untuk tetap dapat menjamin terpenuhinya kehidupan yang layak bagi
Pekerja/Buruh, dan meningkatkan daya beli masyarakat serta keberlangsungan dunia usaha.
dan penafsiran terutama antara Pekerja/Buruh dan Pengusaha. Tentunya agar terpenuhinya
kehidupan yang layak, penghasilan Pekerja/Buruh harus dapat memenuhi kebutuhan fisik, non
15
fisik dan sosial, yang meliputi makanan, minuman, sandang, perumahan, pendidikan,
kesehatan, jaminan hari tua, dan rekreasi. Sementara kebijakan pengupahan harus pula
Pengusaha.
dijelaskan bahwa Upah adalah hak Pekerja/Buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk
uang sebagai imbalan dari Pengusaha atau Pemberi Kerja kepada Pekerja/Buruh yang
ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan
Yang dimaksud dengan “tunjangan tidak tetap” adalah suatu pembayaran yang secara
langsung atau tidak langsung berkaitan dengan Pekerja/Buruh, yang diberikan secara tidak
tetap untuk Pekerja/Buruh dan keluarganya serta dibayarkan menurut satuan waktu yang tidak
sama dengan waktu pembayaran Upah pokok, seperti tunjangan transport dan/atau tunjangan
16
Sedangkan yang dimaksud dengan “Upah pokok” sendiri adalah imbalan dasar yang
dibayarkan kepada Pekerja/Buruh menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya
teratur dan tidak dikaitkan dengan kehadiran Pekerja/Buruh atau pencapaian prestasi kerja
tertentu.
Dalam hal komponen Upah terdiri dari Upah pokok dan tunjangan tetap besarnya Upah
pokok paling sedikit 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah Upah pokok dan tunjangan
tetap. Dalam hal komponen Upah terdiri dari Upah pokok, tunjangan tetap, dan tunjangan tidak
tetap, besarnya Upah pokok paling sedikit 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah Upah
pokok dan tunjangan tetap. Ketentuan pokok komponen Upah ini dapat pada diatur dalam
Selain Komponen Upah diatas, Pengusaha dapat memberikan Pendapatan Non Upah
non Upah merupakan penerimaan Pekerja/Buruh dari pemberi kerja dalam bentuk uang untuk
Pendapatan Non Upah ini dapat berupa tunjangan hari raya keagamaan. Tunjangan hari
raya keagamaan wajib diberikan oleh Pengusaha kepada Pekerja/Buruh. Tunjangan hari raya
keagamaan wajib dibayarkan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum hari raya keagamaan.
17
Selain tunjangan hari raya keagamaan, Pengusaha dapat memberikan pendapatan Non
Kerja Bersama;
b. uang pengganti fasilitas kerja. Perusahaan dapat menyediakan fasilitas kerja bagi
Dalam hal fasilitas kerja bagi Pekerja/Buruh tidak tersedia atau tidak mencukupi,
kerja dan pemberian uang pengganti fasilitas kerja ini diatur dalam Perjanjian Kerja,
c. uang servis pada usaha tertentu. Uang servis pada usaha tertentu. Uang servis pada
manusia.
mingguan, atau bulanan. Dalam hal Upah ditetapkan secara harian, perhitungan
Upah sehari sebagai berikut: bagi Perusahaan dengan sistem waktu kerja 6
(enam) hari dalam seminggu, Upah sebulan dibagi 25 (dua puluh lima) atau bagi
18
Perusahaan dengan sistem waktu kerja 5 (lima) hari dalam seminggu, Upah
satuan waktu dilakukan dengan berpedoman pada struktur dan skala Upah;
b. satuan hasil. Upah berdasarkan satuan hasil ditetapkan sesuai dengan hasil
Pekerja/Buruh.
Sedangkan untuk cara Pembayaran Upah sebagaimana juga telah ditentukan oleh
ketentuan peraturan perundangan yaitu wajib dibayarkan langsung kepada Pekerja/Buruh yang
bersangkutan. Pada saat pembayaran ini Pengusaha wajib memberikan bukti pembayaran Upah
yang memuat rincian Upah yang diterima oleh Pekerja/Buruh. Pengecualian ini dapat berlaku
dengan ketentuan Upah dapat dibayarkan kepada pihak ketiga dengan surat kuasa dari
Pekerja/Buruh yang bersangkutan. Pelu diingat bahwa surat kuasa ini hanya berlaku untuk 1
Pengusaha memiliki kewajiban pula membayar Upah harus dilakukan dengan mata uang
Rupiah Negara Republik Indonesia guna menjamin penguatan nilai tukar mata uang Indonesia
dan dilakukan pada waktu yang telah diperjanjikan antara Pengusaha dengan Pekerja/Buruh. Ini
19
berarti Upah Pekerja/Buruh harus dibayarkan seluruhnya pada setiap periode dan per tanggal
Dalam hal hari atau tanggal yang telah disepakati jatuh pada hari libur atau hari yang
diliburkan, atau hari istirahat mingguan, maka pelaksanaan pembayaran Upah dapat diatur
dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama yang disepakati.
Dalam hal tempat pembayaran Upah tidak diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan
Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama sebagaimana dimaksud diatas, maka pembayaran
Upah dilakukan di tempat Pekerja/Buruh biasanya bekerja dan Upah dapat dibayarkan secara
Dalam hal Upah dibayarkan melalui bank, maka Upah harus sudah dapat diuangkan oleh
Pekerja/Buruh pada tanggal pembayaran Upah yang disepakati kedua belah pihak sehingga
Segala ketentuan pembayaran Upah yang dilakukan oleh Pengusaha ini hanya dapat
dilakukan dalam jangka waktu paling cepat seminggu 1 (satu) kali atau paling lambat sebulan 1
(satu) kali kecuali bila Perjanjian Kerja untuk waktu kurang dari satu minggu.
Penentuan segala bentuk pengupahan sebagaimana dijelaskan diatas ini guna menjamin
Pengusaha memenuhi kewajibannya dalam hal pengupahan. Secara teori ketenagakerjaan pada
dasarnya hak Pekerja/Buruh atas upah timbul pada saat terjadi hubungan kerja antara
Pekerja/Buruh dengan Pengusaha dan berakhir pada saat Putusnya Hubungan Kerja (PHK).
20
Aturan dasar perihal pengupahan yang diberlakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia ini
Perihal pengupahan ini Pemerintah mengatur lebih jauh pula bahwa Pengusaha wajib
membayar Upah apabila Pekerja/Buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan
tetapi Pengusaha tidak mempekerjakannya, karena kesalahan sendiri atau kendala yang
Yang dimaksud disini dengan “Pekerja/Buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah
diperintahkan untuk membongkar muatan kapal akan tetapi karena sesuatu hal kapal tersebut
Untuk ketentuan yang lain tentang pengupahan ini berbunyi Upah tidak dibayar apabila
pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan. Ketentuan ini tidak berlaku, dan Pengusaha wajib
b. pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa
kandungan, suami atau isteri atau anak atau menantu atau orang tua atau
21
d. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan
sebagaimana yang dijelaskan diatas pada pelaksanaannya dapat diatur lebih lanjut selain yang
tercantum dalam peraturan perundangan melalui penetapan pada perjanjian kerja, Peraturan
dan Pekerja/Buruh atau Serikat Pekerja/Serikat Buruh tentunya tidak boleh lebih rendah dari
Dalam hal kesepakatan lebih rendah atau bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan, maka kesepakatan tersebut batal demi hukum, dan Pengusaha wajib membayar
22
Ketentuan Pemerintah yang melakukan pelarangan perjanjian pengupahan dibawah
ketentuan peraturan perundangan oleh para pihak, meskipun dengan dalih suatu perjanjian
adalah hukum bagi para pihak, mengingat upah adalah salah satu hal yang termasuk dalam
ranah perlindungan oleh Negara. Negara Republik Indonesia sendiri telah tegas menentukan
setiap Pekerja/Buruh di Indonesia berhak memperoleh upah yang sama untuk pekerjaan yang
sama nilainya dan memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi
a. upah minimum;
d. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya;
23
g. denda dan potongan upah;
Khusus untuk penetapan Upah Minimum sebagai salah satu ranah kebijakan
perlindungan Negara sebagaimana dijelaskan diatas pada huruf a berfungsi sebagai jaring
pengaman (safety net) agar Upah tidak dibayar lebih rendah dari Upah minimum yang
ditetapkan oleh pemerintah dan juga agar Upah tidak merosot sampai pada tingkat yang
Penetapan Upah minimum ini dilakukan setiap tahun dan Pemerintah memiliki
kewajiban menetapkan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan
untuk dapat hidup layak secara fisik untuk kebutuhan 1 (satu) bulan. Kebutuhan hidup layak
terdiri atas beberapa komponen. Komponen dan jenis kebutuhan hidup ini diamanatkan oleh
Adapun peninjauan komponen dan jenis kebutuhan hidup layak setiap 5 (lima) tahun
dilakukan oleh Menteri yang bertanggungjwab dibidang ketenagakerjaan ini harus dengan
24
mempertimbangkan hasil kajian yang dilaksanakan oleh Dewan Pengupahan Nasional. Kajian
yang dilaksanakan oleh Dewan Pengupahan Nasional wajib menggunakan data dan informasi
menggariskan pula untuk ketentuann Upah minimum bahwa Penetapan Upah minimum
Inflasit : Inflasi yang dihitung dari periode September tahun yang lalu sampai dengan periode
∆ PDBt : Pertumbuhan Produk Domestik Bruto yang dihitung dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto yang
mencakup periode kwartal III dan IV tahun sebelumnya dan periode kwartal I dan II tahun berjalan.
Formula perhitungan Upah minimum ini adalah Upah minimum tahun berjalan ditambah dengan hasil perkalian
antara Upah minimum tahun berjalan dengan penjumlahan tingkat inflasi nasional tahun berjalan dan tingkat
Contoh: UMt : Rp. 2.000.000,00 Inflasit : 5% ∆ PDBt : 6% UMn = UMt + {UMt x (Inflasit + % ∆ PDBt)} UMn = Rp.
2.000.000,00 + {Rp. 2.000.000,00 x (5% + 6%)} = Rp. 2.000.000,00 + {Rp. 2.000.000,00 x 11%} = Rp.
25
Upah minimum tahun berjalan sebagai dasar perhitungan Upah minimum yang akan ditetapkan dalam formula
Penyesuaian nilai kebutuhan hidup layak pada Upah minimum yang akan ditetapkan tersebut secara langsung
terkoreksi melalui perkalian antara Upah minimum tahun berjalan dengan inflasi tahun berjalan. Upah minimum
yang dikalikan dengan inflasi ini akan memastikan daya beli dari Upah minimum tidak akan berkurang. Hal ini
didasarkan jenis-jenis kebutuhan yang ada dalam kebutuhan hidup layak juga merupakan jenis-jenis kebutuhan
untuk menentukan inflasi. Dengan demikian penggunaan tingkat inflasi dalam perhitungan Upah minimum pada
dasarnya sama dengan nilai kebutuhan hidup layak. Penyesuaian Upah minimum dengan menggunakan nilai
pertumbuhan ekonomi pada dasarnya untuk menghargai peningkatan produktivitas secara keseluruhan. Dalam
pertumbuhan ekonomi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain peningkatan produktivitas,
pertumbuhan tenaga kerja, dan pertumbuhan modal. Dalam formula ini, seluruh bagian dari pertumbuhan
ekonomi dipergunakan dalam rangka peningkatan Upah minimum. Dalam hal ini yang dimaksud dengan
Hal yang terpenting lain untuk diketahui pada Upah minimum ini adalah bahwa Upah
minimum yang ditetapkan oleh Pemerintah sebagai jaring pengamanan sebagaimana dijelaskan
diatas dapat terdiri atas upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota atau
upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota. Upah minimum
Sebagai pihak yang memiliki kewenangan penetapan Upah minimum, Gubernur sebagai
kepala daerah tingkat Propinsi memiliki kewajiban menetapkan Upah minimum Provinsi
26
berdasarkan ketentuan formula tersebut diatas. Gubernur wajib pula menetapkan Upah
minimum kabupaten/kota. Upah minimum kabupaten/kota pada harus lebih besar dari Upah
Kewenangan lebih lanjut untuk Gubernur adalah dapat menetapkan Upah minimum
pertimbangan mengenai sektor unggulan dari dewan pengupahan provinsi atau dewan
sektoral provinsi harus lebih besar dari Upah minimum provinsi di provinsi yang bersangkutan.
Upah minimum sektoral kabupaten/kota harus lebih besar dari Upah minimum kabupaten/kota
Setelah pemberlakukan Upah minimum yang ditetapkan oleh Gubenur maka ada
kewajiban Pengusaha untuk mentaatinya. Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah
dari upah minimum. Meskipun demikian terdapat pengecualian bagi pengusaha yang tidak
yang diatur dengan Keputusan Menteri. Opsi penangguhan ini disebutkan dalam ketentuan
atas pembayaran upah minimum juga untuk memberikan kelonggaran bagi perusahaan yang
27
memang terbukti berdasarkan syarat yang ditetapkan tidak mampu untuk membayar upah
minimum bagi Pekerja/Buruh dengan masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun.
Jika tidak ada penangguhan maka Pengusaha dianggap mampu untuk melaksanakan
ketentuan Upah minimum untuk Pekerja/Buruh yang masa kerjanya kurang dari 1 (satu) tahun.
Sebagai jaring pengamanan upah kembali perlu digarisbawahi disini adalah upah minimum
hanya berlaku untuk Pekerja/Buruh dengan masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun.
Upah minimum tidak dapat diberlakukan untuk Pekerja/Buruh yang telah memiliki masa
kerja lebih dari 1 (satu) tahun. Untuk Pekerja/Buruh yang melebih masa kerja tersebut maka
Ini berarti peninjauan yang dilakukan oleh Pengusaha secara berkala untuk penyesuaian
struktur dan skala upah sehingga Upah Pekerja/Buruh yang telah melebihi masa kerja 1 (satu)
tahun dapat terakomodasi dengan baik. Struktur dan skala Upah wajib disusun oleh Pengusaha
Struktur dan skala Upah ini wajib diberitahukan kepada seluruh Pekerja/Buruh. Struktur
dan skala Upah harus dilampirkan oleh Perusahaan pada saat permohonan pengesahan dan
28
pembaruan Peraturan Perusahaan atau pendaftaran, perpanjangan, dan pembaruan Perjanjian
Kerja Bersama.
pengupahan oleh Negara yang sering terlewatkan para pelaku hubungan industrial adalah Hal-
secara tegas dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja
denda, besaran denda dan penggunaan uang denda diatur dalam Perjanjian
ketentuan: mulai dari hari keempat sampai hari kedelapan terhitung tanggal
setiap hari keterlambatan dari Upah yang seharusnya dibayarkan; sesudah hari
ketentuan 1 (satu) bulan tidak boleh melebihi 5% (lima puluh persen) dari Upah
yang seharusnya dibayarkan; dan sesudah sebulan, apabila Upah masih belum
29
dibayar, dikenakan denda keterlambatan sebelumnya ditambah bunga sebesar
suku bunga yang berlaku pada bank pemerintah. Pengenaan denda tidak
total tunjangan hari raya keagamaan yang harus dibayar sejak berakhirnya batas
b. ganti rugi;
c. pemotongan Upah untuk pihak ketiga. Pemotongan Upah oleh Pengusaha untuk
pihak ketiga hanya dapat dilakukan apabila ada surat kuasa dari Pekerja/Buruh.
Surat kuasa tersebut setiap saat dapat ditarik kembali. Surat kuasa dari
Pekerja/Buruh terhadap negara atau iuran sebagai peserta pada suatu dana yang
30
Pekerja/Buruh. Jumlah keseluruhan pemotongan Upah paling banyak 5% (lima
Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan Upah pada a, b, dan d, dilaksanakan sesuai
Selain ketentuan diatas, dalam hal terjadi Pemutusan Hubungan Kerja, hal-hal yang
dapat diperhitungkan dengan Upah yang menjadi kewajiban Pekerja/Buruh yang belum
dipenuhi dan/atau piutang Pekerja/Buruh yang menjadi hak Pekerja/Buruh yang belum
terpenuhi dapat diperhitungkan dengan semua hak yang diterima sebagai akibat Pemutusan
Hubungan Kerja.
31
BAB III
Secara definisi Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk
antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur
pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan
2. organisasi pengusaha;
5. Peraturan Perusahaan;
32
7. peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan;
berikut:
industrial;
kegiatannya;
semuanya berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau koridor hukum
33
terpenting sebelum diambil penindakan mengingat hukum ketenagakerjaan
kewajibannya;
Pengusaha dan organisasi pengusaha memiliki fungsi dan peran yang dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. menciptakan kemitraan;
2. mengembangkan usaha;
Guna pencapaian nilai positif secara maksimal dari masing-masing pelaku hubungan
industrial tersebut maka dibutuhkan sebuah kesamaan pemahaman dikalangan para pelaku
34
Kesamaan pemahaman ini dapat dilakukan melalui metode-metode pendidikan
hubungan industrial yaitu melalui seminar, diskusi, ataupun sosialisasi yang berjenjang dan
pemasyarakatan hubungan industrial. Konsepnya sama seperti pada bidang lainnya, contoh
pada bidang olahraga misalnya, dimana terdapat pengistilahan memasyarakatkan olahraga dan
adalah merupakan tindakan mengenalkan kepada masyarakat secara luas mengenai pentingnya
dan betapa bermanfaatnya fungsi sekaligus sarana hubungan industrial dalam mencapai
hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan guna mencapai kesejahteraan
bersama yang pada akhirnya menuju masyarakat adil dan makmur sebagaimana yang dicita-
dalam hal ini instansi yang menangani masalah ketenagakerjaan, tetapi lebih dari itu
merupakan tugas bagi semua pihak baik itu pekerja, pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh
35
A. SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH
Salah satu sarana hubungan industrial dari 8 (delapan) sarana hubungan industrial selain
Perihal pentingnya peran serikat pekerja/serikat buruh ini diatur tersendiri dalam suatu
Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan diatur pula pada berbagai peraturan
pelaksana lainnya.
Secara pengertian maka serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk
dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan yang
bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan,
Pada pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa serikat pekerja/serikat buruh
1. bebas. Bersifat bebas adalah bahwa sebagai organisasi dalam melaksanakan hak
36
2. terbuka. Maksudnya adalah serikat pekerja/serikat buruh dalam menerima
secara demokrasi;
5. bertanggung jawab. Bertanggung jawab ialah bahwa dalam mencapai tujuan dan
Sedangkan tujuan dari serikat pekerja/serikat buruh bertujuan sebagai berikut ini yaitu :
Guna mencapai tujuan tersebut maka serikat pekerja/serikat buruh memiliki fungsi
37
1. sebagai pihak dalam pembuatan Perjanjian Kerja Bersama dan penyelesaian
kepentingan anggotanya;
perusahaan.
Hak membentuk atau menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh ini merupakan hak
asasi pekerja/buruh yang selain dijamin oleh peraturan perundangan ketenagakerjaan juga
Hak berserikat bagi pekerja/buruh diatur pula dalam Konvensi International Labour
Organization (ILO) Nomor 87 tentang Kebebasan Berserikat dan perlindungan Hak Untuk
Berorganisasi, dan Konvensi ILO nomor 98 mengenai Berlakunya Dasar-dasar daripada hak
38
Untuk Berorganisasi dan Untuk Berunding Bersama yang sudah diratifikasi oleh Indonesia
Oleh karena itulah guna mewujudkan hak tersebut maka seyogyanya setiap
membentuk dan menjadi anggota federasi serikat pekerja/serikat buruh. Federasi serikat
Dari federasi serikat pekerja/serikat buruh kemudian berhak membentuk dan menjadi
pekerja/serikat buruh telah terbentuk maka memberitahukan secara tertulis kepada instansi
39
Instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan terhadap serikat
pekerja/serikat buruh, federasi, dan konfedarsi pekerja/buruh yang telah memenuhi ketentuan
Dengan adanya hak yang dijamin oleh peraturan perundangan sebagaimana yang
dijelaskan diatas maka hak tersebut menimbulkan kewajiban. Serikat pekerja/serikat buruh,
federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah memperoleh nomor bukti
pencatatan berkewajiban:
kepentingannya;
40
3. mempertanggung jawabkan kegiatan organisasi kepada anggotanya sesuai dengan
bersumber dari:
1. iuran anggota yang besarnya ditetapkan dalam anggaran dasar atau anggaran rumah
tangga;
Indonesia untuk serikat pekerja/serikat buruh juga mengatur tentang pembubaran. Untuk
pembubaran maka serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfedari serikat pekerja/serikat
1. dinyatakan oleh anggotanya menurut anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;
41
Putusan pengadilan sebagaimana yang dimaksud dapat membubarkan serikat
2. pengurus dan/atau anggota atas nama serikat pekerja/serikat buruh, federasi, dan
Guna menjamin hak pekerja/buruh berorganisasi dan hak dari serikat pekerja/serikat
Selain kepada penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, juga kepada pejabat
pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan
sebagai penyidik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk melakukan
42
B. LKS BIPARTIT DAN LKS TRIPARTIT
Pada penjelasan diatas telah dipahami perihal serikat pekerja/serikat buruh mulai dari
pengertian, tujuan, fungsi, hak dan kewajibannya. Pendalaman selanjutnya yang terpenting
perihal sarana hubungan industrial adalah mengenai Lembaga Kerja Sama (LKS) bipartit dan
Lembaga Kerja Sama (LKS) tripartit yang selanjutnya disingkat LKS bipartit dan LKS tripartit yang
juga merupakan sarana hubungan industrial. Perlu digaris bawahi disini bahwa LKS ini bukan
merupakan pengganti dari fungsi dan tugas dari serikat pekerja/serikat buruh.
Pembentukan kedua lembaga komunikasi ini bertujuan sebagai sarana para pelaku
ketenagakerjaan yang mungkin timbul. Selain itu dapat dijadikan sebagai sarana untuk
peningkatan kesejahteraan.
Untuk LKS bipartit pada tingkat perusahaan tentunya akan sangat bermanfaat jika
terdapat suatu perselisihan hubungan industrial. Pada tingkat perusahaan seringkali terdengar
ketika antara pihak buruh dengan pihak pengusaha terjadi perselisihan hubungan industrial,
maka masing-masing pihak saling memiliki pembenaran jika dilihat dari sudut pandang
tidak mampu untuk menyelesaikan permasalah. Pembentukan LKS bipartit tingkat perusahaan
sebagai upaya guna untuk memecahkan masalah kebuntuan ini melalui jalur komunikasi yaitu
dialog bersama.
43
Pentingnya dialog ini pada akhirnya oleh Pemerintah disarankan dilakukan dalam
bentuk lembaga yaitu LKS bipartit. Pemerintah sendiri cukup serius dalam upayanya untuk
mensosialisasikan pentingnya LKS bipartite. Pelembagakan dalam bentuk lembaga formal ini
bahwa LKS bipartit merupakan suatu forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan hubungan industrial di satu perusahaan yang anggotanya terdiri dari
pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh yang sudah tercatat di instansi yang bertanggung
Secara resmi fungsi LKS bipartit adalah sebagai forum komunikasi, konsultasi, dan
musyawarah antara pengusaha dan wakil serikat pkerja/serikat buruh atau pekerja/buruh pada
tingkat perusahaan.
Fungsi lainnya adalah sebagai forum untuk membahas masalah hubungan industrial di
Peran LKS bipartit pula bukan hanya untuk pembahasan mengenai ketenagakerjaan,
namun forum komunikasi atau dialog ini dapat pula digunakan untuk hal-hal yang ringan tetapi
membawa kesejahteraan atau paling tidak kegembiraan kerja. Misalkan anggota LKS bipartit
atau merencanakan kegiatan wisata bersama antara pekerja/buruh dan pengusaha sehingga
44
terjalin rasa memiliki perusahaan dan pada akhirnya meningkatkan produktivitas kerja maupun
keuntungan.
Berbagai keuntungan yang bisa dipetik dari LKS bipartit ini membuat Pemerintah bukan
dari LKS bipartite yaitu LKS Tripartit. Dua tahun setelah dikeluarkan aturan Peraturan
Pemerintah tentang LKS Tripartit, tepatnya tahun 2005, Pemerintah kembali mengeluarkan
kebijakan tentang pentingnya komunikasi dan dialog para pelaku ketenagakerjaan yaitu melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 8 tentang Tata Kerja dan Susunan Organisasi Lembaga Kerjasama
Tripartit. Aturan ini kemudian diperbaruhi dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 46 Tahun 2008 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005
tentang Tata Cara Kerja dan Susunan Organisasi Lembaga Kerjasama Tripartit.
Pada Penjelasannya ketentuan baru ini menyebutkan upaya yang ditempuh untuk
masyarakat luas dalam penyusunan kebijakan pemerintahan. Dengan upaya tersebut, maka
kebijakannya yang ditetapkan pemerintah dapat lebih akomodatif terhadap aspirasi dan
mengambil keputusan diwujudkan dalam prinsip tripartisme, suatu prinsip yang bertumpu pada
semangat bahwa kepentingan masing-masing unsur pelaku proses produksi yaitu pengusaha,
kebersamaan maka keseimbangan peran masingmasing unsur dalam LKS Tripartit perlu
45
Oleh karena itu maka ketentuan komposisi perbandingan yang semula 2:1:1 diubah menjadi
1:1:1. Dalam rangka meningkatkan efektifitas, peran dan fungsi LKS Tripartit maka dibutuhkan
jumlah keanggotaan yang cukup, sehingga jumlah keanggotaan LKS Tripartit perlu ditambah
Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sederajat. Dengan perubahan Peraturan Pemerintah ini, maka
diharapkan LKS Tripartit dapat melaksanakan peran dan fungsinya secara efektif dan optimal.
Forum ini juga merupakan forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah tentang
pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh ditambah dari unsur Pemerintah dengan skala yang
lebih luas.
Penambahan unsur dari Pemerintah ini diharapkan ketika unsur organisasi pengusaha
dan serikat pekerja/serikat buruh menemui kebuntuan guna mencapai mufakat maka
Pemerintah dapat menjadi penengah. Selain itu agar dapat terjalin dengan baik antara
46
Secara definisi detail LKS tripartit adalah forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah
tentang masalah ketenagakerjaan yang anggotanya terdiri dari organisasi pengusaha, serikat
Jadi perlu ditekankan kembali faktor pembeda antara LKS bipartit dan LKS tripartit yang
paling utama adalah keanggotaannya. Kalau LKS tripartit adalah organisasinya pengusaha,
Faktor pembeda lainnya yang perlu diingat adalah bahwa LKS bipartit berbeda pula
hubungan industrial. Berarti LKS bipartit berbentuk lembaga sedangkan perundingan bipartit
Sebagai catatan tambahan, pengaturan mengenai LKS bipartit dan LKS tripartit juga
diatur dalam Undang-Undang 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaaan pada Pasal 106 untuk
Melihat fungsi dan tujuan dari LKS bipartit dan LKS tripartit sesungguhnya sangatlah baik
dan bermanfaat. Kita tahu bahwa sebuah aturan memang selalu bertujuan mencapai hal-hal
ideal. Sesuatu yang indah untuk dicita-citakan namun dalam pelaksanaannya terkadang
Kendala utama LKS bipartit dan LKS tripartit terutama pada LKS bipartit di tingkat
perusahaan yang sering ditemui adalah banyaknya keengganaan baik dari kalangan serikat
47
pekerja/serikat buruh maupun dari kalangan pengusahanya untuk membuat forum komunikasi
Keengganan itu bisa karena beberapa faktor antara lain yaitu kurangnya pemahaman
tentang fungsi dan tujuan forum komunikasi atau dialog, tidak adanya dana pendukung untuk
kelancaran jalannya lembaga ini dan forum komunikasi atau dialog ini terkadang dianggap
tentang fungsi dan tujuan dari LKS bipartit maupun LKS tripartit termasuk mencarikan solusi
pendanaan lembaga ini sehingga perusahaan dan serikat buruh/serikat pekerja beramai-ramai
membentuk forum komunikasi atau dialog semacam ini apapun namanya mengingat dapat
Dengan kata lain, forum atau dialog semacam ini sebenarnya merupakan sarana agar
buruh dapat memetik keuntungan, pengusaha meraih keuntungan dan pemerintah pun
menerima keuntungan pula karena negara akhirnya sejahtera jika rakyatnya sejahtera. Satu
48
C. PERATURAN PERUSAHAAN DAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA
Peraturan Perusahaan dan Perjanjian Kerja Bersama merupakan salah satu dari sarana
hubungan industrial. Peraturan Perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh
pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan. Masa berlakunya
Peraturan Perusahaan paling lama 2 (dua) tahun dan wajib diperbarui setelah habis masa
berlakunya
Sedangkan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) adalah perjanjian yang merupakan hasil
perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang
atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah
pihak. Batas waktu berlakunya Perjanjian Kerja Bersama paling lama 2 (dua) tahun
Peraturan Perusahaan yang mulai berlaku setelah disahkan oleh menteri atau pejabat yang
ditunjuk.
Peraturan Perusahaan ini disusun oleh dan menjadi tanggung jawab dari pengusaha
yang bersangkutan. Penyusunan haruslah memperhatikan saran dan pertimbangan dari wakil
49
Setelah saran dan pertimbangan tersebut kemudian pengusaha harus mengajukan
dibidang ketenagakerjaan dalam hal ini kepala instansi dalam wilayah kabupaten/kota.
Perlu diingat disini adalah bahwa segala ketentuan dalam Peraturan Perusahaan tidak
boleh bertentangan dengan perundangan yang berlaku. Maksudnya ialah peraturan tersebut
tidak boleh lebih rendah kualitas maupun kuantitasnya dari peraturan perundangan yang
berlaku, dan apabila ternyata bertentangan, maka yang berlaku adalah ketentuan peraturan
Sebagai saran, seharusnya Peraturan Perusahaan memuat hal-hal yang belum diatur
atau lebih tinggi dari perundangan bukan menulis ulang atau mengatur ulang yang sudah ada
berikut:
3. syarat kerja;
50
Dalam hal perusahaan yang bersangkutan memiliki cabang, dibuat Peraturan
Perusahaan induk yang berlaku di semua cabang perusahaan serta dapat dibuat Peraturan
Menginjak pada Perjanjian Kerja Bersama. Diawal-awal alenia ini telah diberikan definisi
Perjanjian Kerja Bersama. Pembuatan Perjanjian Kerja Bersama dirundingkan oleh serikat
pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang telah tercatat pada
instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan dengan pengusaha atau beberapa
pengusaha. Perundingan ini didasari itikad baik dan kemauan bebas kedua belah pihak
perundingan dengan waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah perundingan gagal.
Jika masih gagal maka dilaporkan ke instansi yang bertanggung jawab di bidang
perselisihan hubungan industrial yang diatur dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia
3. jangka waktu dan tanggal mulai berlakunya Perjanjian Kerja Bersama; dan
51
D. PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Sarana ini timbul berawal dari pemikiran bahwa
hubungan kerja yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang/jasa yang
Dalam peraturan perundangan konflik akibat hubungan kerja ini ini disebut dengan
Hubungan Industrial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 6, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4356) Perselisihan Hubungan Industrial dapat di
atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/buruh karena adanya
dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan. Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial ini hanya
membatasi 4 (empat) hal yang dapat menjadi materi perselisihan diantara para pihak yaitu:
1. Perselisihan hak;
2. Perselisihan kepentingan;
52
4. Perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan.
Meskipun hanya mencakup 4 (empat) hal yang dapat diperselisihkan, keempat hal
tersebut telah mencakup segala potensi konflik yang timbul diantara para pihak dalam
53
Penyelesaian keempat perselisihan tersebut wajib diupayakan terlebih dahulu melalui
perundingan bipartit antara pihak-pihak yang berselisih paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
jangka waktu tersebut salah satu pihak menolak untuk berunding atau telah dilakukan
perundingan tetapi tidak mencapai kesepakatan, maka perundingan bipartit dianggap gagal.
Salah satu pihak atau kedua belah pihak kemudian mencatatkan perselisihannya kepada
Sebaliknya jika tercapai suatu kesepakatan maka dibuat Perjanjian Bersama. Perjanjian
Bersama ini bersifat mengikat dan menjadi hukum serta wajib dilaksanakan kedua belah pihak.
Perjanjian bersama wajib pula untuk didaftarkan pada Pengadilan Hubungan Industrial pada
Hal yang perlu digarisbawahi dalam cakupan materi perselisihan hubungan industrial
yang dapat diperselisihkan menurut Penjelasan pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004
tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial adalah bahwa hak yang dimaksud dalam
perselisihan hubungan industrial adalah kelalaian atau ketidakpatuhan salah satu atau para
dalam melaksanakan ketentuan normatif yang telah diatur oleh peraturan perundangan,
54
Ini berarti jika hak salah satu pihak yang sudah bersifat ketentuan normatif tidak
diwujudkan maka dapat dimintakan pemenuhan hak tersebut melalui prosedur penyelesaian
Berdasarkan data penyelesaian perselisihan hubungan industrial pada Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi dari 15 (lima belas) kasus pada tahun 2014, semuanya berawal dari tidak
dipenuhinya hak salah satu pihak yang pada akhirnya berujung pada pemutusan hubungan
kerja.
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279) menyebutkan agar
para pihak dengan segala upaya harus mengusahkan agar jangan terjadi pemutusan hubungan
kerja. Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja tidak dapat
dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja tersebut wajib dirundingkan terlebih
dahulu.
55
sejalan dengan perintah pada pengaturan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
perselisihan hubungan industrial diantara para pihak pada lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial.
Terdapat 3 (tiga) cara penyelesaian yaitu melalui konsilator, mediator dan arbiter.
dan wajib memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang berselisih untuk
kerja atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu
perusahaan;
2. arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang berselisih dari
bersifat final;
ditetapkan oleh Menteri untuk bertugas melakukan mediasi dan dan mempunyai
kewajiban memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang berselisih untuk
56
menyelesaikan perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan
pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh
pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh
perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan diluar Pengadilan
Hubungan Industrial melalui kesepakatan tertulis dari para pihak yang berselisih untuk
menyerahkan penyelesaian perselisihan kepada arbiter yang putusannya mengikat para pihak
melalui penetapan Menteri. Penunjukan konsiliator dilakukan oleh para pihak yang mengajukan
57
Untuk penunjukan arbiter maka biaya arbitrase dan honorarium arbiter dituangkan ke
dalam perjanjian Penunjukan arbiter. Penunjukan arbiter dilakukan atas dasar kesepakatan
para pihak yang berselisih dinyatakan secara tertulis dalam surat perjanjian arbitrase, dibuat
rangkap 3 (tiga) dan masing-masing pihak mendapatkan 1 (satu) yang mempunyai kekuatan
hukum sama.
Pada mediator karena Aparatur Sipil Negara (ASN) maka secara otomatis tidak perlu
Mediator dan konsiliator menyelesaikan tugasnya selambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja
selambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak sidang mediasi pertama yang tertuang dalam Risalah
Perundingan.
Untuk arbiter menyelesaikan tugasnya sama dengan mediator dan konsiliator yaitu 30
(tiga puluh) hari kerja tetapi arbiter tidak mengeluarkan anjuran tertulis.
Dalam hal penyelesaian melalui konsiliator dan mediator tidak mencapai kesepakatan
maka salah satu pihak dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Hubungan Industrial.
Sedangkan perselisihan hubungan industrial yang sedang atau telah diselesaikan melalui
arbiter tidak dapat diajukan ke Pengadilan Hubungan Industrial. Pihak yang merasa dirugikan
dapat mengajukan permohonan pembatalan putusan kepada Mahkamah Agung dalam waktu
58
Pengadilan Hubungan Industrial adalah pengadilan khusus yang dibentuk di lingkungan
pengadilan negeri yang berwenang memeriksa, mengadili dan memberi putusan terhadap
Negeri Kabupaten/Kota yang berada disetiap Ibukota Propinsi yang daerah hukumnya meliputi
propinsi yang bersangkutan tetapi karena masih baru maka pembentukannya secara bertahap.
tentang :
Hukum acara yang berlaku adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku pada Pengadilan
dalam lingkungan Peradilan Umum kecuali yang diatur secara khusus dalam Undang-Undang
Indutrial.
Pihak-pihak yang berpekara tidak dikenakan biaya termasuk tidak dikenakan biaya untuk
biaya eksekusi yang nilai gugatannya dibawah Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta
rupiah).
59
Majelis Hakim yang menangani pekara wajib memberikan putusan penyelesaian
hubungan industrial dalam waktu selambat-lambatnya 50 (lima puluh) hari kerja terhitung sejak
sidang pertama.
Ketua Majelis Hakim Pengadilan Hubungan Industrial dapat mengeluarkan putusan yang
dapat dilaksanakan lebih dahulu, meskipun putusannya diajukan perlawanan atau kasasi.
perselisihan kepentingan dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu
Untuk putusan mengenai perselisihan hak dan pemutusan hubungan kerja dapat
diajukan permohonan kasasi selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja. Jika tidak
Mahkamah Agung selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal
Serikat pekerja/serikat buruh dan organisasi pengusaha dapat bertindak sebagai kuasa
Pengajuan gugatan yang tidak dilampiri risalah penyelesaian melalui mediasi atau
konsiliasi, maka hakim Pengadilan Hubungan Industrial wajib mengembalikan gugatan kepada
penggugat.
60
Penggugat dapat sewaktu-waktu mencabut gugatannya sebelum tergugat memberikan
jawaban. Apabila tergugat sudah memberikan jawaban atas gugatan itu, maka pencabutan
ditujukan kepada Bupati/Walikota se-Jawa Timur yang membawahi instansi bertanggung jawab
61
BAB IV
Syarat Kerja adalah hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh yang
belum diatur dalam peraturan perundangan. Pembentukan syarat kerja ini dapat
Bersama.
tanggung jawab pengusaha ini bertujuan untuk memberikan kejelasan aturan yang
(sepuluh) orang.
Kewajiban ini diikuti pula oleh pengenaan sanksi bagi pengusaha yang tidak
mengenakan ancaman sanksi pidana denda paling sedikit Rp. 5.000.000,00 (lima juta
62
rupiah) dan paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Tindak pidana
Pembahasan pada Bab ini akan terfokus pada tatacara pembuatan Peraturan
oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan. Ketentuan
pengusaha, hak dan kewajiban pekerja/buruh, syarat kerja, tata tertib perusahaan dan
peraturan perundang-undangan. Apabila mengatur ulang hal yang sudah diatur oleh
PKB. PKB adalah perjanjian kerja yang merupakan hasil perundingan antara serikat
pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada
hak dan kewajiban kedua belah pihak. Ini berarti dalam proses pembentukannya
63
bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau
perkumpulan pengusaha. Adapun hal yang termuat dalam Peraturan Perusahaan dan
Saran pertimbangan ini diperlukan agar Peraturan Perusahaan yang disusun ini
dapat menampung aspirasi dari pekerja/buruh melalui perwakilan yang ada. Perwakilan
pekerja yang dimaksud adalah pengurus serikat pekerja/serikat buruh jika terdapat
untuk mendapatkan pengesahan. Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak naskah
Pengesahan Peraturan Perusahaan ini disahkan dalam bentuk surat keputusan yang
ditandatangani oleh pejabat yang ditunjuk untuk itu, dalam hal ini adalah kepala instansi
64
Dalam hal Peraturan Perusahaan belum memenuhi persyaratan dan
perbaikan Peraturan Perusahaan. Pengusaha dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari
(dua) tahun dan wajib diperbaharui setelah habis masa berlakunya. Selama masa
pembuatan PKB ini jika tidak mencapai kesepakatan maka Peraturan Perusahaan
melakukan perubahan isi Peraturan Perusahaan maka hanya dapat dilakukan atas dasar
yang telah disepakati ini tetap harus kembali mendapatkan pengesahan dari pejabat
65
pembuatan dan pengedaran Peraturan Perusahaan ini menjadi tanggungjawab dari
pengusaha.
kalimat yang digunakan harus padat, jelas dan sesuai dengan kaidah penulisan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Hal ini agar aturan yang termuat dalam pasal Peraturan
menimbulkan multi penafsiraan serta tidak mengatur hal-hal secara terselubung yang
Berikut ini adalah hal-hal yang dapat digunakan dalam panduan penggunan
a. judul
Hal terpenting dalam judul ditulis dengan huruf kapital semua yang
diletakkan ditengah marijin tanpa diakhir tanda baca dan tidak boleh
b. batang tubuh
66
beberapa pasal. Pada umumnya materi muatan dalam batang tubuh
dikelompokkan kedalam:
1. ketentuan umum;
3. sanksi;
5. ketentuan penutup.
Perlu dicatat disini adalah bahwa ketentuan umum berisi batasan pengertian
atau definisi, singkatan atau akronim yang dituangkan atau hal-hal bersifat umum.
Sedangkan materi pokok muatan dirumuskan secara lengkap sesuai dengan kesamaan
materi yang bersangkutan jika terdapat materi muatan yang diperlukan tetapi tidak
dapat dikelompokkan maka materi tersebut dimuat dalam bab ketentuan lain-lain.
Adapun substansi yang berupa sanksi administratif dirumuskan menjadi satu norma
yang memberikan sanksi administratif. Pergunakan frasa setiap orang jika sanksi
penyesuaian pengaturan yang sudah ada atau lama dengan peraturan baru. Untuk
ketentuan penutup ditempatkan pada bagian akhir. Pada umumnya ketentuan penutup
dari Peraturan Perusahaan, status peraturan yang sudah ada atau saat mulai berlakunya
67
adalah penjelasan tiap-tiap pasal yang diletakkan setelah tanda tangan pimpinan
perusahaan pada lembar tersendiri dan diatasnya diberi tulisan penjelasan. Penjelasan
dibagi menjadi dua yaitu penjelasan umum dan penjelasan per pasal. Penjelasan umum
berisi pokok-pokok pikiran yang menjadi landasan filosofis, sosiologis dan hukum. Pada
penjelasan per pasal jika dirasa jelas maka tidak perlu dijelaskan lebih lanjut dan hanya
sistimatis dalam buku, bab, bagian dan paragraph. Urutan pengelompokkannya adalah
bab dengan pasal atau beberapa pasal tanpa bagian atau paragraph, bab dengan bagian
dan pasal atau beberapa pasal tanpa paragraph atau bab dengan bagian dan paragraph
yang berisi pasal atau beberapa pasal. Pasal dapat dirinci dalam beberapa ayat. Ayat
diberi nomor urut dengan angka Arab diantara tanda baca kurung tanpa diakhiri tanda
baca titik. Satu ayat hendaknya hanya memuat satu norma yang dirumuskan dalam satu
kalimat utuh. Jika satu ayat memuat rincian unsur, selain dalam bentuk kalimat dengan
rincian, juga dapat berbentuk tabulasi. Tiap rincian ditandai dengan huruf a, huruf b,
dan seterusnya. Kata “dan”, “atau”, “dan/atau” tidak perlu diulang pada akhir kalimat
cukup diberi tanda ; dan pada kalimat sebelum rincian akhir diberi kata “dan”, “atau”,
“dan/atau”.
2. Pemilihan Bahasa:
68
a. tidak menggunakan kata atau frasa yang artinya tidak menentu, tidak
baku atau konteks kalimatnya tidak jelas, panjang, rancu, tidak cermat
c. gunakan kata paling lambat atau paling cepat, paling singkat atau paling
g. untuk menyatakan kejadian yang pasti terjadi pada masa depan, gunakan
69
l. untuk menyatakan adanya suatu kewajiban yang telah ditetapkan,
70
B. Contoh Peraturan Perusahaan
dokumen surat kelengkapan yang dapat digunakan sebagai bahan acuan atau pedoman
71
Contoh Peraturan Perusahaan
PERATURAN PERUSAHAAN
PT. ……….
TAHUN 20……-20……
72
PERATURAN PERUSAHAAN
PIMPINAN PERUSAHAAN,
Menimbang: a. bahwa pengusaha dan pekerja/karyawan memiliki hak dan kewajiban ditempat
c. bahwa dalam rangka untuk menjamin kepastian hukum dalam hubungan kerja
Tahun 20...-20...;
73
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran
74
7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116,
Nomor 3754);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 Tentang Sistem Pelatihan Kerja
12. Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun 1999 tentang Lembaga Koordinasi dan
Pengawasan Ketenagakerjaan;
75
14. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-04/MEN/1994 tentang Tunjangan
16. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012
Perusahaan Lain (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1138);
17. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013
tentang Upah Minimum (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
1239);
76
Dengan Mempertimbangkan Saran
PERWAKILAN PEKERJA/KARYAWAN
Maka
MEMUTUSKAN:
TAHUN 20...-20....
77
Contoh Peraturan Perusahaan
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
para pelaku proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur
perusahaan.
78
4. Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja adalah bagian dari sistem
dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
5. Syarat kerja adalah hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh yang
8. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka,
sumber bahaya yang harus dikelola oleh pihak pengusaha agar tidak
79
10. Aksesibilitas adalah kemudahan dan fasilitas khusus yang disediakan bagi
13. Penyandang disabilitas adalah setiap orang yang memiliki keterbatasan fisik,
mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam
14. Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh dan
80
bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggungjawab guna
keluarganya;
atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para
disiplin, sikap, dan etos pekerja pada tingkat ketrampilan dan keahlihan
pendidikan.
17. Pemagangan adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan
pekerja/karyawan.
18. Kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup
81
19. Skala upah adalah kisaran nominal upah untuk setiap kelompok jabatan.
82
Contoh Peraturan Perusahaan
BAB II
Pasal 2
1. Peraturan Perusahaan ini bermaksud untuk menghimpun semua syarat kerja dan
kerja;
83
Contoh Peraturan Perusahaan
BAB III
PENERIMAAN PEKERJA/KARYAWAN
Bagian Kesatu
Pasal 3
2. Perekrutan pekerja sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
melalui:
84
3. Penerimaan pekerja sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilakukan
antara lain:
Bagian Kedua
Pasal 4
85
2. Training sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) untuk melatih ketrampilan
training atau percobaan kerja melalui mekanisme penilaian yang berlaku dalam
perusahaan.
4. Tatacara mengenai penilaian sebagaimana yang dimaksud ayat (3) diatur dengan
peraturan personalia.
6. Pemutusan hubungan kerja sebagaimana yang dimaksud pada ayat (5) dilakukan
Bagian Ketiga
Perjanjian Kerja
Pasal 5
86
2. Perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat sekurang-kurangnya
3. Setiap perjanjian kerja sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) akan
peraturan perundang-undangan.
87
Contoh Peraturan Perusahaan
BAB IV
KETENTUAN KERJA
Bagian Kesatu
Pasal 6
1. Waktu kerja dan jam kerja pada perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Pekerja/karyawan bekerja selama …… (……) hari kerja dalam seminggu dari hari
b. Waktu kerja sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dibagi dalam:.
(1) Shift I :
88
Sabtu : Pukul …… - Pukul …..
(2) Shift II :
(Jika ada)
Pasal 7
1. Pada hari yang telah ditetapkan sebagai hari libur, pekerja/karyawan dibebaskan
2. Hari yang ditetapkan sebagai hari libur sebagaimana yang dimaksud pada ayat
(1) adalah :
a. hari istirahat mingguan yang ditetapkan dan/atau terkadang tidak harus hari
minggu;
Bagian Kedua
Cuti
Pasal 8
89
1. Pelaksanaan cuti tahunan ditentukan oleh pimpinan perusahaaan agar tidak
kepentingan pekerja/karyawan.
2. Hak cuti tahunan menjadi gugur apabila jangka waktu 6 (enam) bulan setelah
lahirnya hak cuti tidak dipergunakan oleh pekerja/karyawan dan hal ini bukan
Pasal 9
2. Ijin cuti sakit sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) harus disertai surat
keterangan dokter.
3. Jika pekerja/karyawan tidak masuk kerja melebihi istirahat sakit, yang telah
ijin cuti sakit, maka pada hari tersebut pekerja/karyawan dianggap mangkir.
5. Perpanjangan ijin cuti sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan
secara lisan jika pekerja/karyawan masih sakit melewati jangka waktu yang
90
6. Perpanjangan ijin cuti sakit secara lisan sebagaimana yang dimaksud pada ayat
7. Jika pekerja/karyawan terlalu sering meminta ijin cuti sakit dalam jangka waktu 3
8. Hasil pemeriksaan dokter sebagaimana yang dimaksud pada ayat (6) akan
Pasal 10
memberitahukan kepada pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan
2. Cuti haid tidak berlaku bagi pekerja/karyawan perempuan yang sedang hamil.
pada ayat (4) harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada pimpinan
91
perusahaan dengan melampirkan surat keterangan dokter atau Rumah Sakit
Bagian Ketiga
Pasal 11
dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan personalia.
a. kepentingan perusahaan;
92
4. Atas permintaan tertulis dari pekerja/karyawan dan disertai keterangan yang
perusahaan pada jam kerja harus disertai bukti surat undangan resmi paling
personalia.
93
Contoh Peraturan Perusahaan
BAB V
Bagian Kesatu
Pasal 12
2. Upah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) diberikan berbentuk uang dan
3. Upah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan sistem upah
4. Besarnya upah borongan diberikan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
pimpinan perusahaan.
Pasal 13
94
2. Upah lembur sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
3. Kerja lembur sebagaimana yang pada ayat (1) pada dasarnya dilakukan atas dasar
b. jika pada suatu waktu tertentu terdapat pekerjaan yang tertimbun dan
4. Pekerjaan lembur yang sifat dan jenisnya dilakukan terus menerus dalam jangka
ketenagakerjaan.
Pasal 14
pekerja.
perundang-undangan.
Pasal 15
95
1. Pengusaha memberikan tunjangan berupa:
a. …….
b. ……
Pasal 16
Pengusaha memberikan bantuan uang duka apabila pekerja meninggal dunia serta
Bagian Kedua
Pasal 17
1. Pengusaha berhak untuk melakukan promosi atau peningkatan jabatan, demosi atau
2. Hak pengusaha sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan
perundang-undangan.
96
3. Promosi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) diikuti oleh:
5. Demosi atau penurunan pangkat yang merupakan bagian dari sanksi sebagaimana
yang dimaksud pada ayat (4) huruf b hanya dapat dilakukan jika ancaman demosi
a. Peraturan Perusahaan;
6. Dasar pemberian sanksi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (4) huruf b wajib
7. Setiap keputusan demosi atau penurunan demosi sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (4) huruf b wajib dibuatkan surat tertulis berupa Surat Keputusan Demosi;
8. Surat Keputusan Demosi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (7) akan
97
9. Pengusaha berhak dan dapat memindahkan atau mutasi dan/atau
10. Perbantuan bersifat sementara sebagaimana yang dimaksud pada ayat (9)
11. Bersifat sementara sebagaimana yang dimaksud pada ayat (10) dilakukan dalam
13. Ketentuan mengenai pemindahan akan diatur lebih lanjut dalam peraturan
Bagian Ketiga
98
Kebebasan Beragama dan Beribadah
Pasal 18
pekerja/karyawan.
Bagian Keempat
Fasilitas
Pasal 19
Pasal 20
undangan.
Pasal 21
99
Pengusaha menyelenggarakan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja
Pasal 22
dan aman serta lingkungan hidup yang harmonis di dalam maupun disekitar
perusahaan.
Pasal 23
Pasal 24
100
Contoh Peraturan Perusahaan
BAB VI
Bagian Kesatu
Hak Pekerja/Karyawan
Pasal 25
mendapatkan kesetaraan.
kemanusiaan.
4. Setiap pekerja/karyawan berhak atas bentuk pengupahan yang layak sesuai dengan
101
5. Setiap pekerja/karyawan berhak untuk diikutsertakan kepesertaan dalam program
7. Setiap pekerja/karyawan berhak untuk mendapatkan tempat kerja yang aman, sehat
dan harmonis.
10. Setiap pekerja/karyawan berhak untuk mendapatkan cuti dan ijin meninggalkan
pekerjaan.
Bagian Kedua
Kewajiban Pekerja/Karyawan
Pasal 26
102
Setiap pekerja berkewajiban sebagai berikut:
b. wajib mencatatkan kartu absen pada waktu datang, setelah istirahat dan pulang
d. wajib memakai sepatu dan celana panjang serta baju dengan krah leher dan
g. wajib bersikap sopan, disiplin, rajin dan patuh pada ketentuan kerja yang berlaku
dilingkungan perusahaan;
h. wajib memperlakukan barang milik perusahaan dengan baik dan bertanggung jawab
j. wajib mematuhi dan melaksanakan perintah atau instruksi yang layak yang
103
l. wajib memelihara suasana kerja yang harmonis;
o. wajib untuk bersedia diperiksa dirinya dan barang bawaannya oleh petugas
p. wajib .....
104
Contoh Peraturan Perusahaan
BAB VII
Pasal 27
a. dilarang tidak masuk kerja tanpa ijin pimpinan perusahaan melalui atasan
b. dilarang menyimpan atau membawa ke luar barang milik perusahaan tanpa ijin
kepentingan pribadi;
atau teman sekerja untuk berbuat sesuatu yang melanggar hukum dan kesusilaan;
105
g. dilarang meninggalkan atau menyerahkan pekerjaannya kepada orang lain tanpa ijin
h. dilarang berada ditempat yang bukan bagiannya, kecuali ada perintah untuk
k. dilarang menerima tamu atau telepon yang tidak berhubungan dengan pekerjaan
l. dilarang mengantar atau membawa keluarga atau temannya masuk dalam lokasi
m. dilarang membawa senjata api atau senjata tajam dan/atau minuman keras dan
q. dilarang mengadakan pertemuan atau rapat didalam lokasi perusahaan tanpa seijin
pimpinan perusahaan.
106
r. dilarang membawa masuk kelokasi pabrik atau perusahaan barang yang ditentukan
s. dilarang …..
107
Contoh Peraturan Perusahaan
BAB VIII
Pasal 28
undangan.
pemberian sanksi.
atau berhenti secara baik dari perusahaan atas permintaan sendiri dapat diberikan
108
c. sebelum pekerja/karyawan tersebut berhenti harus menyerahkan tugasnya
tersebut berhenti.
109
Contoh Peraturan Perusahaan
BAB IX
Pasal 29
peraturan perundang-undangan.
2. Perusahaan menjamin hak dan kewajiban yang sama bagi pekerja penyandang
disabilitas.
4. Penyediaan sarana aksesibilitas sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) sesuai
110
Contoh Peraturan Perusahaan
BAB X
SANKSI
Pasal 30
sanksi.
2. Penjatuhan sanksi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
111
a. peringatan tertulis pertama sebagai peringatan pertama
Peringatan tertulis menjadi gugur setelah 3 (tiga) bulan jika pekerja/karyawan tidak
4. Peringatan tertulis pertama dan kedua dapat diberikan sekaligus apabila derajad
5. Terhadap pekerja yang melakukan kesalahan yang derajadnya berat atau telah
melakukan suatu tindakan kejahatan dapat dijatuhi sanksi tanpa terlebih dahulu
Pasal 31
112
Contoh Peraturan Perusahaan
BAB XI
Pasal 32
dapat menyampaikan kepada atasan yang lebih tinggi dan atasan yang lebih tinggi
tersebut;
c. jika tetap tidak terdapat penyelesaian maka penyelesaian persoalan, pengaduan dan
113
pada instansi yang berwenang dibidang ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
114
Contoh Peraturan Perusahaan
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 33
Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Perusahaan ini akan diatur kemudian
ketenagakerjaan.
115
Contoh Peraturan Perusahaan
BAB XIII
PENUTUP
Pasal 34
1. Peraturan Perusahaan ini berlaku selama 2 (dua) tahun sejak disahkan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
terdahulu sepanjang telah diatur dalam Peraturan Perusahaan ini dinyatakan tidak
ketenagakerjaan.
116
Ditetapkan di : Mojokerto
Pada :
Pimpinan Perusahaan
……..
(Nama jelas)
117
Contoh Kelengkapan Berkas Dokumen Peraturan Perusahaan
PERATURAN PERUSAHAAN
KOP PERUSAHAAN
No : Kepada Yth:
Di ......................................
118
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dengan ini
yaitu :
1. Nama Perusahaan :
2. Alamat Perusahaan :
3. Nomor Telepon :
Usaha Negara/Persero/PMA/PMDN/Joint
Tanggal :
7. Nama-nama Serikat :
8. Nomor Kepesertaan :
Jamsostek
119
9. Jumlah Pekerja Pusat : Laki-laki : ........... orang
Baru
120
Maximum Rp. ...................
Tertentu
121
Contoh Kelengkapan Berkas Dokumen Peraturan Perusahaan
Lampiran :
1. Nama-nama cabang perusahaan masing-masing beserta alamat, jenis usaha dan jumlah
pekerja.
5. Surat persetujuan dari Pimpinan Serikat Pekerja yang menyatakan belum siap/mampu
meningkatkan menjadi Perjanjian Kerja Bersama (jika sudah ada Serikat Pekerja).
Pimpinan Perusahaan
..................................
Catatan : Setiap berkas Peraturan Perusahaan diparaf disetiap lembarnya oleh manajemen.
122
Contoh Kelengkapan Berkas Dokumen Peraturan Perusahaan
KOP PERUSAHAAN
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini, kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan sebagai berikut :
dengan surat tanggal ..........., nomor ............ kepada Serikat Pekerja/Serikat Buruh
2. Untuk itu, kami telah memberikan saran dan pertimbangan terhadap naskah Rancangan
perundang-undang ketenagakerjaan.
123
3. Pengusaha dalam rangka menyusun naskah Peraturan Perusahaan, telah
PT. ...........................
SI TANGAN
SERIKAT
PEKERJA/
SERIKAT
124
BURUH*)
1 1.
2 2.
................................ ...............
3 3.
...............
4 4.
...............
dst
Keterangan *):
125
- Contoh Kelengkapan Berkas Dokumen Peraturan Perusahaan
KOP PERUSAHAAN
SURAT PERNYATAAN
Nama : ............................................
Alamat : ............................................
............................................
Jabatan : ............................................
Dengan ini menyatakan bahwa sampai saat ini di perusahaan kami PT. .................................
.....................................
Pimpinan Perusahaan
126
BAB V
Pada Bab ini guna untuk memantapkan pemahaman serta lebih mengenal hukum
PERTANYAAN DASAR I
Apakah maksud perselisihan hak, kepentingan, pemutusan hubungan kerja dan antar serikat
127
1. Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak, akibat
2. Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja karena
syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau
3. Perselisihan pemutusan hubungan kerja adalah perselisihan yang timbul karena tidak
bipartite antara pihak-pihak yang berselisih paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
menyertakan risalah perundingan (Ps. 6). Apabila dalam jangka waktu tersebut salah
128
satu pihak menolak untuk berunding atau telah dilakukan perundingan tetapi tidak
Sebaliknya jika tercapai kesepakatan maka dibuat Perjanjian Bersama (Ps. 7). Perjanjian
Bersama ini bersifat mengikat dan menjadi hukum serta wajib dilaksanakan kedua belah
Agar memiliki kekuatan hukum tetap maka tentunya wajib didaftarkan pada Pengadilan
Salah satu pihak atau kedua belah pihak mencatatkan perselisihannya kepada instansi
129
dinas tenaga kerja setempat). Apabila tidak dilampiri bukti maka harus dilengkapi
berkas tersebut. Selanjutnya pihak dinas tenaga kerja setempat wajib menawarkan
kepada para pihak untuk menyepakati memilih penyelesaian melalui konsiliasi oleh
konsiliator atau arbitrase oleh arbiter. Jika dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja pihak yang
berselisih tidak menetapkan pilihannya maka oleh dinas tenaga kerja setempat secara
otomatis melimpahkan penyelesaian perselisihan kepada mediator (Ps. 4). Disini yang
buruh hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang
perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui
musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang netral. Sedangkan
serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan diluar Pengadilan Hubungan
Industrial melalui kesepakatan tertulis dari para pihak yang berselisih untuk
130
1. Konsiliator adalah seorang atau lebih yang memenuhi syarat-syarat sebagai konsiliator
yang ditetapkan oleh Menteri, yang bertugas melakukan konsiliasi dan wajib
memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang berselisih untuk menyelesaikan
antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan (Ps. 1);
2. Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang berselisih dari daftar
arbiter yang ditetapkan oleh Menteri untuk memberikan putusan mengenai perselisihan
kepentingan, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu
memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang berselisih untuk menyelesaikan
perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan (Ps. 1).
melalui penetapan Menteri (Ps. 26). Untuk penunjukan arbiter maka biaya arbitrase dan
131
Sedangkan mediator karena Pegawai Negeri Sipil maka secara otomatis tidak perlu
Apakah penunjukan kosiliator atau arbiter ini harus berdasarkan kesepakatan kedua belah
Ya. Penunjukan konsiliator dilakukan oleh para pihak yang mengajukan permintaan
secara tertulis dan disepakati oleh para pihak (Ps. 18). Demikian pula dengan
penunjukan arbiter dilakukan atas dasar kesepakatan para pihak yang berselisih
dinyatakan secara tertulis dalam surat perjanjian arbitrase, dibuat rangkap 3 (tiga) dan
Bagaimana jika salah satu pihak tidak menemui kesepakatan dalam penunjukan konsiliator
atau arbiter?
Secara umum dan singkat dapat dijelaskan sebagai berikut, jika tidak menemui
kesepakatan penunjukan dalam jangka waktu 7 (hari) kerja maka dinas tenaga kerja
4).
132
Bagaimana misalkan saat ditengah-tengah perundingan dan pihak yang berselisih berubah
pikiran ingin mengganti penyelesaian perselisihan dari konsiliator kepada arbiter atau
Secara jelas memang tidak disebutkan dalam peraturan perundangan yang ada sehingga
tidak dapat dijelaskan secara mendetail dalam jawaban untuk kali ini.
Bagaimana kekuatan hukum anjuran tertulis yang dikeluarkan oleh konsiliator atau mediator
Dalam hal penyelesaian melalui konsiliator dan mediator tidak mencapai kesepakatan
maka salah satu pihak dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Hubungan
Industrial (Ps. 5). Sedangkan perselisihan hubungan industrial yang sedang atau telah
diselesaikan melalui arbiter tidak dapat diajukan ke Pengadilan Hubungan Industrial (Ps.
53). Pihak yang merasa dirugikan dapat mengajukan permohonan pembatalan putusan
kepada Mahkamah Agung dalam waktu selambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak
Mediator dan konsiliator menyelesaikan tugasnya selambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja
terhitung sejak menerima pelimpahan perselisihan (Ps. 15 dan Ps. 23) dan
mengeluarkan anjuran tertulis selambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak sidang mediasi
133
pertama (Ps. 13 dan Ps. 25). Anjuran tertulis ini dituangkan dalam Risalah Perundingan.
Untuk arbiter menyelesaikan tugasnya sama dengan mediator dan konsiliator yaitu 30
(tiga puluh) hari kerja tetapi arbiter tidak mengeluarkan anjuran tertulis.
berada disetiap Ibukota Propinsi yang daerah hukumnya meliputi propinsi yang
bersangkutan (Ps. 59) tetapi karena masih baru maka pembentukannya masih secara
bertahap.
134
1. Di tingkat pertama mengenai perselisihan hak;
Jika suatu kasus termasuk dalam tugas dan wewenang Pengadilan Hubungan Industrial ini,
Tidak dapat. Karena tugas dan wewenangnya telah diatur oleh peraturan perundang-
undangan yaitu Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang PHI. Hal ini secara
Hukum acara yang berlaku adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku pada Pengadilan
dalam lingkungan Peradilan Umum kecuali yang diatur secara khusus dalam Undang-
135
Apakah dikenakan biaya dalam proses beracara di Pengadilan Hubungan Industrial?
Pihak-pihak yang berpekara tidak dikenakan biaya termasuk tidak dikenakan biaya untuk
biaya eksekusi yang nilai gugatannya dibawah Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh
Pihak-pihak yang merasa dirugikan dan menolak anjuran tertulis baik dari mediator
maupun konsiliator yang dapat mengajukan gugatan (Ps. 14 dan Ps. 24). Sedangkan
untuk putusan arbiter tidak dapat diajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Indutrial
(Ps. 53). Hanya dapat dilakukan pembatalan kepada Mahkamah Agung (Ps. 52). Gugatan
ditujukan kepada Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri yang daerah
Bagaimana jika pihak-pihak yang berselisih tidak mengetahui prosedur untuk mengajukan
gugatan ini?
Serikat pekerja/serikat buruh dan organisasi pengusaha dapat bertindak sebagai kuasa
(Ps. 87).
136
Gugatan apakah yang dikembalikan oleh Pengadilan Hubungan Industrial di pemeriksaan
pertama kalinya?
Pengajuan gugatan yang tidak dilampiri risalah penyelesaian melalui mediasi atau
Jika pada saat gugatan sudah masuk di Pengadilan Hubungan Industrial dapatkah gugatan
tersebut dicabut?
jawaban. Apabila tergugat sudah memberikan jawaban atas gugatan itu, maka
waktu selambat-lambatnya 50 (lima puluh) hari kerja terhitung sejak sidang pertama
(Ps. 103) .
137
Ketua Majelis Hakim Pengadilan Hubungan Industrial dapat mengeluarkan putusan yang
dapat dilaksanakan lebih dahulu, meskipun putusannya diajukan perlawanan atau kasasi
(Ps. 108). Untuk putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri
dalam satu perusahaan merupakan putusan akhir dan bersifat tetap (Ps. 109).
Bagaimana jika salah satu pihak tidak menerima putusan Pengadilan Hubungan Industrial?
Untuk putusan mengenai perselisihan hak dan pemutusan hubungan kerja dapat
diajukan permohonan kasasi selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja. Jika tidak
Mahkamah Agung selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal
138
Berdasarkan Surat edaran Ketua Pengadilan Hubungan Industrial Pada Pengadilan
agar dapatnya perselisihan tersebut tidak ditingkatkan dan diharapkan bisa diselesaikan
ditingkat lokal/bipartite.
139
PERTANYAAN DASAR II
TENTANG KETENAGAKERJAAN
Ada berapakah bentuk perjanjian kerja yang diatur sesuai peraturan perundang-undangan?
Sebagai keterangan maka untuk PKWT hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu
yang menurut jenis dan sifatnya atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu
140
Apakah perbedaan perjanjian kerja dengan perjanjian kerja bersama dan peraturan
pemberi kerja yang menuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.
buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan
memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak. Sedangkan
peraturan perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha
yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan (Ps. 1).
Untuk pertanyaan selanjutnya maka jawabnya adalah tidak boleh bertentangan (Ps. 54).
Bagaimana jika perjanjian kerja itu PKWT tetapi sesungguhnya bukan merupakan pekerjaan
Perjanjian untuk waktu tertentu tidak dapat diadakannya untuk pekerjaan yang bersifat
tetap dan apabila tidak sesuai maka dapat dibatalkan dan menjadi PKWTT (Ps. 59). Disini
yang dimaksudkan pekerjaan yang bersifat tetap adalah pekerjaan yang sifatnya terus
141
menerus, tidak terputus, tidak dibatasi waktu dan merupakan bagian dari proses
produksi dalam satu perusahaan atau pekerjaan yang bukan musiman (Penjelasan Ps.
59).
PKWT dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1
(satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun. Pengusaha yang bermaksud
memperpanjang PKWT tersebut, paling lama 7 (tujuh) hari sebelum PKWT berakhir telah
Pembaruan PKWT hanya dapat diadakan setelah melebihi masa tenggang 30 (tiga puluh)
hari berakhirnya PKWT yang lama, pembaruan ini hanya boleh dilakukan 1 (satu) kali
dan paling lama 2 (dua) tahun. Apabila ketentuan ini dilanggar maka demi hukum
142
4. Tempat pekerjaan;
pekerja/buruh;
Ya. PKWT wajib dicatatkan oleh pengusaha kepada instansi yang bertanggung jawab
penandatangan.
143
Apakah perjanjian kerja dapat dilakukan dengan cara lisan?
Ya. PKWT jika dibuat secara lisan, maka pengusaha wajib membuat surat pengangkatan
Apakah perjanjian kerja itu dapat diubah, ditarik atau dinyatakan batal demi hukum?
Perjanjian kerja tidak dapat ditarik kembali dan/atau diubah, kecuali atas persetujuan
para pihak (Ps. 55). Sedangkan untuk perjanjian kerja yang bertentangan dengan
144
4. Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam
Jika perjanjian kerja itu berbentuk PKWT dan salah satu pihak melanggar kontrak dengan
berhenti bekerja, apakah akibat hukumnya? Bagaimana pula dengan berbentuk PKWTT,
Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka waktu
yang ditetapkan PKWT maka pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan
membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah pekerja/buruh sampai batas
waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja (Ps. 62). Sedangkan untuk PKWTT tidak
mengakhiri hubungan kerja maka dapat melalui prosedur pengunduran diri dan tidak
Pekerja/buruh yang mengundurkan diri diatur dalam Pasal 162. Adapun ketentuannya
145
1. Mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis
diri;
penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4). Untuk yang tugas dan fungsinya
tidak mewakili kepentingan pengusaha secara langsung ditambah dengan uang pisah
yang besar dan pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan
atau perjanjian kerja bersama Pemutusan ini dilakukan tanpa penetapan lembaga
PKWT tidak dapat mensyaratkan percobaan. Jika disyaratkan percobaan maka batal
demi hukum (Ps. 58). Masa percobaan paling lama 3 (tiga) bulan dan dilarang membayar
Adakah perbedaan hak antara pekerja masa percobaan dengan yang sudah melewati masa
percobaan?
146
Pengusaha dalam menetapkan pemutusan hubungan kerja untuk pekerja/buruh maka
tertulis sebelumnya (Ps. 154). Dalam masa percobaan kerja pengusaha dilarang
Bagaimana jika suatu pekerjaan magang tetapi tidak melalui perjanjian pemagangan?
Pemagangan tersebut tidak sah dan berubah menjadi pekerja perusahaan yang
Apakah perbedaan antara pemagangan dengan masa percobaan dalam perjanjian kerja?
untuk pemagangan dilakukan dengan perjanjian pemagangan dan dibuat secara tertulis.
Apabila tidak dibuat perjanjian tertulis maka peserta pemagangan berubah statusnya
antara lain mendapatkan uang saku dan/atau uang transport, memperoleh jaminan
sosial tenaga kerja dan memperoleh sertifikat apabila lulus diakhir program (Ps. 22 dan
147
Bolehkah dalam perjanjian kerja mencantumkan ikatan dinas? Apakah sangsi pelanggaran
ikatan dinas?
Boleh. Disebutkan kalimat tentang ikatan dinas dalam Pasal 162 meski tanpa penjelasan
kedua belah pihak karena dalam Undang-Undang No. 13 Th. 2003 Tentang
Ketenagakerjaan tidak diatur dengan jelas maka dapat diatur diperjanjian kerja,
perjanjian kerja bersama atau dalam dalam perjanjian kerja bersama dengan syarat
pihak yang menjalani ikatan dinas harus diberitahukan akibat hukumnya dan mengikuti
Bolekah dalam perjanjian kerja mensyaratkan ketentuan bahwa pekerja untuk jangka waktu
tertentu tidak boleh menikah, hamil, menikah dengan pekerja yang satu tempat kerja?Apa
Pengusaha dilarang melakukan pemutusan hubungan kerja dengan alasan (Ps. 153)
sebagai berikut :
1. Pekerja/buruh menikah;
menyusui;
148
3. Pekerja/buruh mempunyai pertalian darah atau ikatan perkawinan
kerja bersama.
Untuk pengusaha yang melanggar ketentuan ini maka batal demi hukum dan wajib
Apakah yang harus dilakukan jika pekerja/buruh berselisih dengan pengusaha mengenai
Tentang Perselisihan Hubungan Industrial. Untuk tahap awal pihak yang dirugikan dapat
149
B. PERIHAL PERLINDUNGAN PEREMPUAN
pasal 76 ayat (3) dan (4) maka pengusaha wajib memberikan makanan dan minuman
bergizi sekurang-kurangnya memenuhi 1.400 kalori dan diberikan pada waktu istirahat
jam kerja. Pemberian ini tidak bisa diganti dengan uang. Selain itu pengusaha wajib
menjaga kesusilaan, keamanan selama ditempat kerja dan menyediakan fasilitas antar
jemput.
Pekerja/buruh perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit dan memberitahukan
kepada pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua pada waktu haid.
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama (Ps. 81). Sedangkan istirahat melahirkan
diberikan selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum dan sesudah melahirkan jadi total
sebanyak 3 (tiga) bulan (Ps. 81). Sedangkan yang mengalami keguguran kandungan
berhak memperoleh istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat
keterangan dokter kandungan atau bidan. Selama waktu istirahat semua itu berhak
150
Bagaimana ketentuan untuk pekerja/buruh perempuan yang masih menyusui bayi?
sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja (Ps.
83).
151
C. PERIHAL WAKTU KERJA, LEMBUR, CUTI DAN HARI LIBUR RESMI
1. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu
2. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu
Ketentuan diatas tidak berlaku pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu yang diatur
yang tersebut diatas maka harus memenuhi sebagai berikut (Ps. 78) :
2. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam
dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu.
152
Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya kepada pekerja/buruh
Waktu Kerja Lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 (tujuh) jam sehari dan 40
(empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau
8 (delapan) jam sehari, dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari
kerja dalam 1 (satu) minggu atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan/atau
upah lembur.
Bagi pekerja/buruh yang termasuk dalam golongan jabatan tertentu tidak berhak atas
upah kerja lembur tetapi mendapat upah yang lebih tinggi. Yang termasuk dalam
golongan jabatan tertentu adalah mereka yang memiliki tanggung jawab sebagai
153
kerjanya tidak dibatasi menurut waktu kerja yang ditetapkan perusahaan sesuai
Tepat sekali. Harus ada perintah tertulis dari pengusaha dan persetujuan tertulis dari
memudahkan dapat dibuat dalam bentuk daftar pekerja/buruh yang bersedia bekerja
kalori apabila kerja lembur dilakukan selama 3 (tiga) jam atau lebih.
154
Perhitungan upah lembur yang didasarkan pada upah bulanan. Cara menghitung upah
sejam adalah 1/173 kali upah sebulan. Dalam hal upah terdiri dari upah pokok dan
tunjangan tetap maka dasar perhitungan upah lembur adalah 100% (seratus perseratus)
dari upah. Dalam hal terdiri dari upah pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap,
apabila upah pokok tambah tunjangan tetap lebih kecil dari 75% (tujuh puluh lima
perseratus) keseluruhan upah, maka dasar perhitungan upah lembur 75 % (tujuh puluh
1. Untuk jam kerja lembur pertama harus dibayar upah sebesar 1,5 (satu
2. Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah sebesar
Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari libur resmi
waktu kerja 6 (enam) hari kerja 40 (empat puluh) jam seminggu maka :
(dua) kali upah sejam, dan jam kedelapan dibayar 3 (tiga) kali upah
sejam dan jam lembur kesembilan dan kesepuluh 4 (empat) kali upah
sejam;
2. Apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek penghitungan
upah lembur 5 (lima) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam,
155
jam keenam 3 (tiga) kali upah sejam dan jam lembur ketujuh dan
hari libur resmi untuk waktu kerja 5 (lima) hari kerja dan 40 (empat
kesembilan dibayar 3 (tiga) kali upah sejam dan jam kesepuluh dan
Dalam hal upah pekerja/buruh dibayar secara harian, maka penghitungan besarnya
upah sebulan adalah upah sehari dikalikan 25 (dua puluh lima) bagi pekerja/buruh yang
bekerja 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau dikalikan 21 (dua puluh satu)
bagi pekerja/buruh yang bekerja 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
Maka upah sebulan sebagai dasar perhitungan lembur adalah upah rata-rata 12 (dua
belas) bulan terakhir. Apabila kurang dari 12 (dua belas) bulan maka upah sebulan
dihitung berdasarkan upah rata-rata selama bekerja dengan ketentuan tidak boleh lebih
156
Apakah security atau satpam mendapatkan lembur?
Pengusaha dapat memperkerjakan pekerja/buruh pada hari libur resmi untuk pekerjaan
yang menurut jenis dan sifatnya harus dilaksanakan dan dijalankan secara terus
pengamanan. Dalam hal tertentu ini dapat memperkerjakan pada hari libur resmi
Tentang Jenis dan Sifat Pekerjaan Yang Dijalankan Secara Terus Menerus).
Dalam Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja RI dan Kepala Kepolisian RI Nomor
aturan jam kerja termasuk waktu istirahat bagi Tenaga Kerja Satpam dilingkungan
perusahaan dan Badan Hukum lainnya menjadi tiga shift dimana setiap shift bertugas
delapan jam sehari dengan jumlah jam kerja akumulatif tidak lebih dari 40 jam. Apabila
melebihi maka harus sepengetahuan dan dengan Surat Perintah Tertulis dari Pimpinan
Perusahaan dan Badan Hukum lainnya yang diperhitungkan sebagai jam kerja lembur.
ketenagakerjaan kabupaten/kota.
157
Ada berapakah cuti?
Pada dasarnya pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada
(satu) minggu;
kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun. Hak ini hanya berlaku bagi
158
Apakah cuti bisa diganti dengan uang?
Karena cuti harus istirahat badan maka tidak dapat diganti berupa uang.
Pelaksanaan diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja
Hari libur nasional adalah hari libur yang ditetapkan oleh menteri. Biasanya yang
menetapkan ada tiga menteri yaitu Menteri Agama, Menteri Tenaga Kerja Dan
bersama.
159
Pekerja/buruh tidak wajib bekerja pada hari-hari libur resmi. Pengusaha dapat
memperkerjakan pekerja/buruh untuk bekerja pada hari tersebut apabila jenis dan sifat
pekerjaan tersebut harus dilaksanakan atau dijalankan secara terus menerus atau pada
160
D. PERIHAL PENGUPAHAN
Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang
ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan
Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum yang ditetapkan
Upah minimum hanya berlaku bagi pekerja/buruh yang mempunyai masa kerja kurang
161
Dianjurkan menggunakan pedoman Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Upah. Didalam ketentuan ini diatur mengenai struktur skala upah sesuai dengan jabatan
Apakah struktur dan skala upah ini wajib dilaksanakan oleh pengusaha?
Pengusaha wajib melakukan penyusunan struktur dan skala upah yang dilakukan sesuai
Upah tidak dibayarkan apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan (Ps. 93).
Ketentuan tersebut tidak berlaku dan pengusaha wajib membayar upah apabila :
162
atau menantu atau orang tua atau mertua atau anggota keluarga
dihindari pengusaha;
dari upah;
163
2. Untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima
4. Untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima perseratus) dari
dapat dikenakan denda. Keterlambatan pembayaran upah oleh pengusaha juga dapat
dikenakan denda. Pengaturan mengenai denda diatur oleh pemerintah (Ps. 95)
Dalam hal komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap maka besarnya
upah pokok sedikit-dikitnya 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari jumlah upah pokok
164
Tunjangan Hari Raya Keagamaan yang selanjutnya THR adalah pendapatan pekerja non
upah yang wajib dibayarkan oleh pengusaha kepada pekerja atau keluarganya
menjelang Hari Raya Keagamaan yang berupa uang atau bentuk lain.
Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dan segala pembayaran yang timbul dari
165
E. PERIHAL PERATURAN PERUSAHAAN DAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA
Peraturan Perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha
yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan. Sedangkan Perjanjian Kerja
Bersama (PKB) adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat
pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak (Ps.
1)
orang wajib membuat Peraturan Perusahaan yang mulai berlaku setelah disahkan oleh
166
Peraturan Perusahaan disusun oleh dan menjadi tanggung jawab dari pengusaha yang
bersangkutan (Ps. 109). Penyusunan ini memperhatikan saran dan pertimbangan dari
Jika wakil pekerja/buruh tidak setuju apakah dapat diperselisihkan Peraturan Perusahaan
tersebut?
perundangan?
yang berlaku (Ps. 111). Disini yang dimaksud bahwa peraturan tersebut tidak boleh lebih
rendah kualitas maupun kuantitasnya dari peraturan perundangan yang berlaku, dan
167
Terdapat banyak kesalahan persepsi tentang isi Peraturan Perusahaan. Seharusnya
Peraturan Perusahaan memuat hal-hal yang belum diatur oleh bukan menulis
3. Syarat kerja;
Sebagai saran maka disarankan kembali agar suatu Peraturan Perusahaan itu tidak
terlalu panjang maka hal-hal yang bersifat sudah diatur oleh peraturan perundangan
tidak perlu lagi diatur dalam Peraturan Perusahaan karena ketentuan tersebut sudah
pasti harus dipatuhi oleh setiap warga Negara Indonesia. Justru hal-hal yang tidak diatur
setiap karyawan harus mengenakan seragam yang ditentukan dan lain sebagainya.
Apabila mengatur kembali materi dari peraturan perundangan maka ketentuan dalam
peraturan perusahaan tersebut harus lebih baik dari ketentuan dalam peraturan
perundangan-undangan.
168
Bagiamana jika perusahaan tersebut memiliki cabang?
perusahaan induk yang berlaku di semua cabang perusahaan serta dapat dibuat
Masa berlakunya peraturan perusahaan paling lama 2 (dua) tahun dan wajib diperbarui
kepada pejabat yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan dalam hal ini kepala
Perjanjian Kerja Bersama dirundingkan oleh serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa
serikat pekerja.serikat buruh yang telah tercata pada instansi yang bertanggung jawab
ini didasari itikad baik dan kemauan bebas kedua belah pihak.
169
Bagaimana jika pembuatan ini tidak menemui kesepakatan?
Jika perundingan gagal maka dapat menjadualkan kembali perundingan dengan waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah perundingan gagal. Jika masih gagal maka
dilaporkan ke instansi yang bertanggung jawab. Jika masih gagal maka menggunakan
dan
Batas waktu berlakunya Perjanjian Kerja Bersama paling lama 2 (dua) tahun (Ps. 123).
170
F. PERIHAL SERIKAT BURUH DAN MOGOK KERJA
Pengertiannya adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/ buruh
baik diperusahaan maupun diluar perusahaan yang bersifat bebas, terbuka, mandiri,
Tidak wajib. Kebebasan membentuk, masuk atau tidak masuk menjadi anggota serikat
pekerja/serikat buruh merupakan salah satu hak dasar pekerja/buruh (Ps. 104)
Mogok kerja adalah tindakan pekerja/buruh yang direncanakan dan dilaksanakan secara
pekerjaan (Ps. 1)
171
Pelaksanaan mogok kerja harus tidak mengganggu kepentingan umum dan /atau
(tujuh) hari kerja sebelum mogok kerja dilaksanakan, pekerja/buruh dan serikat
instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat (Ps. 140). Jika
tidak memenuhi hal tersebut maka dianggap mogok kerja tidak sah (Ps. 142).
Apakah penjelasan mogok kerja yang tidak sah itu secara mendetail?
Sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Trasmigrasi RI Nomor : KEP.
232/MEN/2003 Tentang Akibat Hukum Mogok Kerja Tidak Sah menyebutkan bahwa
mogok kerja tidak sah karena bukan akibat gagalnya perundingan. Maksud dari gagal
tertulis kepada pengusaha 2 (dua) kali dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari
kerja atau perundingan yang dilakukan mengalami jalan buntu yang dinyatakan oleh
172
Mogok kerja yang dilakukan secara tidak sah maka dikualifikasikan sebagai mangkir.
Pemanggilan untuk kembali bekerja bagi pelaku mogok dilakukan oleh pengusaha 2
(dua) kali berturut-turut dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari dalam bentuk
pemanggilan secara patut dan tertulis. Pekerja yang tidak memenuhi panggilan maka
232/MEN/2003).
mogok kerja?
Terhadap mogok kerja yang sah sesuai ketentuan maka pengusaha dilarang (Ps. 144)
173
2. Memberikan sanksi atau tidakan balasan dalam bentuk apapun
174
G. PERIHAL PHK DAN PESANGON
Pengertian disini adalah pengakhiran hubungan kerja karena sesuatu hal tertentu yang
4. Pekerja/buruh menikah;
menyusui bayinya;
175
6. Pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan atau ikatan
serikat pekerja/serikat buruh diluar jam kerja, atau di dalam jam kerja
bersama;
kejahatan;
dipastikan.
176
Bagaimana perhitungan yang diterima apabila terjadi PHK?
Dalam hal terjadi PHK, pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon dan/atau uang
penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima (Ps. 156).
1. Masa kerja kurang dari 1 (satu) atau lebih tetapi kurang dari 2 (dua)
2. Masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun,
3. Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 (empat)
4. Masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima)
5. Masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam)
6. Masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 (tujuh)
7. Masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 (delapan)
177
8. Masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9 (sembilan) bulan upah.
1. Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam)
2. Masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 (sembilan)
3. Masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 (dua
4. Masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 (lima
5. Masa kerja 15 (lima belas) tahu atau lebih tetapi kurang dari 18
6. Masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 21
7. Masa kerja 21 (dua puluh satu) satu atau lebih tetapi kurang dari 24
8. Masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun atau lebih, 10 (sepuluh) bulan
upah.
178
Uang Penggantian hak yang seharusnya diterima meliputi :
perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama, pengusaha dapat
bersangkutan diberikan surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-
turut. Masa berlaku masing-masing Surat Peringatan ini paling lama 6 (enam) bulan
kecuali ditetapkan lain dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian
kerja bersama. Pekerja buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja dengan
179
alasan sebagaimana yang dimaksud memperoleh uang pesangon sebesar 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat
Pekerja buruh yang mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa
keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil
oleh pengusaha 2 (dua) kali secara patut dan tertulis dapat diputus hubungan kerjanya
karena dikualifikasikan mengundurkan diri. Keterangan tertulis dengan bukti yang sah
harus diserahkan paling lambat pada hari pertama pekerja.buruh masuk bekerja. PHK
tersebut berhak menerima uang penggantian hak sesuai Pasal 156 ayat (4) dan
diberikan uang pisah yang besarnya dan pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja,
dengan alasan pekerja/buruh telah melakukan kesalahan berat sebagai berikut (Ps. 158)
180
2. Memberikan keterangan palsu atau dipalsukan sehingga merugikan
perusahaan;
Semua kesalahan berat yang disebut diatas harus didukung bukti sebagai berikut :
181
1. Pekerja/buruh tertangkap tangan;
3. Bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang
maka memperoleh uang penggantian hak sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 156
ayat (4). Bagi pekerja.buruh yang tugas dan fungsinya tidak mewakili kepentingan
pengusaha secara langsung, selain uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156
ayat (4) maka diberikan uang pisah yang besarnya dan pelaksanaannya diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. Perlu diingat
pula dalam hal ini adalah Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik
Indonesia Tentang Putusan Mahkamah Konstitusi Atas Hak Uji Materiil Undang-Undang
Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan telah di muat dalam
Berita Negara Nomor 92 Tahun 2004 tanggal 17 November 2004 sebagai berikut :
182
Pasal 160 ayat (1) sepanjang mengenai anak kalimat ”… bukan atas
kalimat ”… Pasal 158 ayat (1) … ; Pasal 186 sepanjang mengenai anak
kalimat ”… Pasal 137 dan Pasal 138 ayat (1) … ” ; tidak mempunyai
183
maka berlaku ketentuan Pasal 160 Undang– Undang Nomor 13
5.
Bagaimana PHK karena terjadi perubahan status, peleburan dan perubahan kepemilikan
perusahaan?
atas uang pesangon sebesar 1 (satu) kali sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang
penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian
hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4). Pengusaha dapat melakukan pemutusan
perusahaannya, maka pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar 2 (dua) kali
ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal
156 ayat (3), dan uang penggantian hak sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat (4).
184
Bagaimana PHK karena memasuki usia pensiun?
Berdasarkan ketentuan Pasal 167 maka dapat diuraikan sebagai berikut bahwa
karena memasuki usia pensiun dan apabila pengusaha telah mengikutkan pekerja/buruh
pada program pensiun yang iurannya dibayar penuh oleh pengusaha, maka
pekerja/buruh tidak berhak mendapatkan uang pesangon sesuai ketentuan Pasal 156
ayat (2), uang penghargaan masa kerja sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (3), tetapi tetap
berhak atas uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4). Ketentuan ini
dapat diatur lain dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
karena perusahaan tutup bukan karena mengalami kerugian 2 (dua) tahun berturut-
turut atau bukan karena keadaan memaksa (force majeur) tetapi perusahaan melakukan
efisiensi dengan ketentuan pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar 2 (dua)
kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat
185
Bagaimana perhitungan komponen upah yang digunakan dalam perhitungan uang pesangon?
Komponen upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan uang pesangon, uang
penghargaan masa kerja, dan uang pengganti hak yang seharusnya diterima yang
1. Upah pokok;
Dalam hal penghasilan pekerja/buruh dibayarkan atas dasar perhitungan harian, maka
penghasilan sebulan adalah sama dengan 30 (tiga puluh) kali penghasilan sehari. Dalam
pendapatan rata-rata per hari selama 12 (dua belas) bulan terakhir, dengan ketentuan
tidak boleh kurang dari upah minimum provinsi atau kabupaten/kota. Dalam hal
pekerjaan tergantung pada keadaan cuaca dan upahnya didasarkan pada upah
186
borongan maka perhitungan upah sebulan dihitung dari upah rata-rata 12 (dua belas)
bulan terakhir.
hubungan industrial. Untuk lebih jelasnya dapat menghubungi dinas tenaga kerja
setempat.
187
KETENTUAN PIDANA
TENTANG KETENAGAKERJAAN
Catatan:
188
Ketentuan Pidana berupa pidana penjara, kurungan dan/atau denda tidak menghilangkan kewajiban
pengusaha membayar hak-hak dan/atau ganti kerugian pada tenaga kerja atau pekerja/buruh.
189
KETENTUAN SANKSI ADMINISTRATIF
TENTANG KETENAGAKERJAAN
Catatan :
a. Teguran;
b. Peringatan tertulis;
c. Pembatasan kegiatan usaha;
d. Pembekuan kegiatan usaha;
e. Pembatalan persetujuan;
f. Pembatalan pendaftaran;
g. Penghentian sementara sebagian atau seluruhnya alat produksi;
h. Pencabutan ijin.
190
KETENTUAN PIDANA
Catatan :
191
KETENTUAN SANKSI ADMINISTRATIF
Catatan :
192
BAB VI
Kesempatan bekerja dan mendapatkan kehidupan yang layak merupakan hak dasar
setiap manusia. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang diadopsi melalui Sidang Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 10 Desember 1948 dengan jelas menyebutkan
dan menjamin tentang hak untuk bekerja bagi setiap individu ini.
Penjaminan kepada setiap umat manusia sebagaimana yang tercantum pada deklarasi
universal tersebut berdasar atas pilihan bebas serta kesetaraan untuk memilih jenis pekerjaan
Deklarasi ini lebih jauh menerangkan bahwa hak untuk dapat bekerja merupakan hak
paling hakiki manusia yang tidak dapat terpisahkan dari hak asasi manusia lainnya seperti hak
untuk hidup, hak kebebasan pribadi atau hak persamaan kedudukan dalam hukum.
Sejalan dengan deklarasi tersebut, Negara Republik Indonesia pada dasarnya juga
menjamin hak bekerja bagi setiap orang dengan tanpa pembedaan. Hak ini oleh para pendiri
bangsa telah dicantumkan dalam konstitusi Negara Republik Indonesia sejak tahun 1945.
Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia Pasal 27 ayat (2) secara tegas menjamin
bahwa setiap orang berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
Penjaminan hak dasar untuk bekerja bagi setiap warga negara oleh Negara Republik
Indonesia ini merefleksikan bahwa semua individu berhak untuk memberikan kontribusi positif
193
guna menghasilkan barang dan/atau jasa. Selain itu, penjaminan hak untuk bekerja merupakan
salah satu penghormatan dan pemahaman dari negara bahwa bekerja merupakan sarana bagi
setiap warga negara untuk turut berpartisipasi aktif dalam pembangunan diberbagai bidang
guna mencapai masyarakat adil dan makmur sebagaimana yang menjadi dasar dan cita-cita
negara.
Hingga saat ini terdapat kekosongan hukum ditingkat daerah maupun nasional tentang
pengaturan ketenagakerjaan bagi penyandang disabilitas ditempat kerja. Belum ada satu aturan
hukum di Republik Indonesia yang mengatur dengan jelas dan menyeluruh tentang hak dan
kewajiban untuk para pemberi kerja, serikat pekerja/serikat buruh, pemerintah ataupun tenaga
Padahal Deklarasi tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas pada Sidang Umum PBB
tanggal 10 Desember 1971 telah memandatkan setiap negara anggota agar berkomitmen untuk
menjamin hak bekerja bagi penyandang disabilitas yang disesuaikan dengan jenis dan derajad
kedisabilitasannya. Penjaminan hak bekerja ini diamanatkan kembali pada Resolusi Nomor
Perlunya penjaminan hak bekerja bagi penyandang disabilitas ini telah lama pula
naungan PBB. International Labour Organization (ILO) sebagai badan resmi dibawah naungan
PBB sejak tahun 1944 telah menyebutkan dalam rekomendasinya bahwa setiap penyandang
disabilitas berhak untuk mendapatkan kesetaraan dalam bekerja melalui kesempatan kerja dan
penerimaan upah yang sama. Latar belakang sejarah dari timbulnya rekomendasi ini mengingat
194
pada waktu itu terdapat banyak sekali penyandang disabilitas akibat terjadinya Perang Dunia I
Rekomendasi ini kemudian ditindaklanjuti dengan berbagai konvensi ILO pada beberapa
tahun berikutnya, salah satunya adalah Konvensi ILO Nomor 142 tentang Pengembangan
Sumber Daya Manusia pada tahun 1975. Konvensi ini meminta kepada semua anggota
penandatangan konvensi untuk membentuk suatu sistem yang dapat memberikan kesempatan
kerja dan peluang pelatihan kerja yang luas termasuk penyediaan sarana aksesibilitas di tempat
Pada bulan Oktober tahun 2001 di Jenewa, ILO kemudian menerbitkan Pedoman
Pengelolaan Penyandang Disabilitas di Tempat Kerja. Kode yang disusun oleh para pakar yang
berbagai negara ini bertujuan untuk memberikan pedoman praktis bagi pemberi kerja dalam
hal mempekerjakan penyandang disabilitas (ILO, 2002). Pedoman ini bertujuan pula agar
tenaga kerja penyandang disabilitas dapat bekerja semaksimal mungkin dengan mengetahui
Upaya penyusunan pedoman oleh ILO ini terlihat jelas sebagai salah satu bentuk nyata
pelaksanaan serta penjabaran Resolusi PBB Nomor A/61/106 pada tempat kerja. Resolusi PBB
Nomor A/61/106 adalah sebuah Konvensi tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas (Convention
on the Rights of Persons with Disabilities). Konvensi ini ditetapkan oleh Majelis Umum PBB pada
tanggal 13 Desember 2006. Dalam konvensi ini termuat hak-hak dasar penyandang disabilitas
dan menyatakan akan diambil langkah strategis guna menjamin pelaksanaan konvensi ini.
195
Kewajiban negara yang meratifikasi konvensi ini yaitu berkewajiban melakukan
menjamin partisipasi aktif penyandang disabilitas dalam berbagai aspek kehidupan sosial.
Lebih jauh PBB dalam Konvensi tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas ini juga
merekomendasikan setiap negara untuk membangun sarana dan prasarana aksesibilitas bagi
penyandang disabilitas.
konvensi ini diatur pada Pasal 27. Pasal ini menyebutkan bahwa negara peratifikasi harus
berusaha memajukan pemenuhan hak untuk bekerja bagi penyandang disabilitas serta terdapat
kewajiban untuk melarang diskriminasi atas dasar disabilitas seseorang di tempat kerja.
Diskriminasi yang dimaksud adalah segala bentuk pembedaan dalam pekerjaan termasuk
didalamnya adalah saat proses perekrutan tenaga kerja. Konvensi ini juga mengatur kondisi
kerja yang adil bagi tenaga kerja penyandang disabilitas di tempat kerja.
Konvensi tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas ini menyoroti pula bahwa mayoritas
penyandang disabilitas hidup dalam kondisi kemiskinan berkaitan dengan minimnya peluang
kesempatan kerja. Menurut O’Reilly (2013, hal.35) rendahnya peluang kerja di pasar kerja ini
berkaitan erat dengan rendahnya tingkat dan kesempatan pendidikan penyandang disabilitas.
Kondisi semacam ini juga terjadi dibanyak negara dan menjadi masalah utama setiap negara
Konvensi yang ditetapkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 13 Desember 2006 ini 5
(lima) tahun kemudian oleh Pemerintah Indonesia secara resmi diratifikasi pada tanggal 10
196
November 2011 melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2011 tentang
Pengesahan Convention on The Rights of Person with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-Hak
Penyandang Disabilitas) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 107,
Undang-Undang tentang Disabilitas yang disesuaikan dengan konvensi yang telah diratifikasi
tersebut.
197
A. KAJIAN TEORITIS
Disabilitas (Convention on the Rights of Persons with Disabilities) yang ditetapkan oleh PBB
pada tahun 2006 adalah setiap orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau
sensorik dalam jangka waktu lama di mana ketika berhadapan dengan berbagai hambatannya
itu dapat menghalangi partisipasi penuh dan efektif dalam melaksanakan perannya di
masyarakat.
Definisi ini mengacu pada pengertian disabilitas itu sendiri yaitu suatu kondisi
disebabkan oleh pembawaan waktu lahir, kecelakaan kerja, sebab kesehatan atau suatu
Sedangkan definisi sarana aksesibilitas adalah kemudahan dan fasilitas khusus yang
disediakan bagi penyandang disabilitas dan lanjut usia guna mewujudkan kesamaan
Berbagai negara dari belbagai penjuru belahan dunia, mulai dari negara di benua Afrika
seperti Afrika Selatan, benua Eropa misalnya Federasi Jerman atau benua Asia contohnya India,
juga memberikan definisi tentang penyandang disabilitas yang hampir bermiripan atau boleh
diakatan sama dengan yang dirumuskan oleh PBB. Pembedaan hanya terletak pada jangka
198
Negara Afrika Selatan dalam peraturan perundangan tentang kesetaraan pekerjaan
mendefinisikan penyandang disabilitas adalah setiap orang yang memiliki hambatan fisik atau
mental jangka panjang yang berulang-ulang dan dapat membatasi kesempatan untuk
memasuki atau meningkatkan karir di dunia kerja (ILO, 2013, hal. 11). Menarik untuk dicermati
bahwa Afrika Selatan mengadakan pembatasan seseorang baru dapat didefinisikan sebagai
penyandang disabilitas apabila telah menyandang disabilitas dalam jangka waktu yang panjang
serta berulang-ulang.
Berbeda dengan Negara Afrika Selatan yang menyebutkan konsep dasar seorang
penyandang disabilitas jika dilihat berdasarkan waktu harus berjangka panjang serta berulang-
ulang tanpa memberikan batasan waktu pasti, maka Negara Federasi Jerman membuat
pengaturan yang lebih jelas dengan menekankan pada setiap orang yang fungsi fisik, kapasitas
mental atau kesehatan psikologinya sangat mungkin telah menyimpang selama lebih dari 6
Sementara Negara India pada peraturan tentang penyandang disabilitas tahun 1995
tidak menentukan jangka waktu disabilitas. Disabilitas seseorang di Negara India ditentukan
disabilitas sedikit berbeda dengan negara lain. Negara Indonesia tidak menyebutkan perihal
batasan waktu atau berdasarkan otoritas kedokteran saat seseorang dapat digolongkan sebagai
Penyandang Cacat, yang segera diganti dengan undang-undang baru dalam waktu dekat ini,
199
misalnya, mendefinisikan setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang
dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara
Penyandang Cacat adalah bahwa pengaturan dalam undang-undang ini telah banyak
ketidaksesuaian dengan situasi dan kondisi yang ada saat ini di Indonesia. Definisi, penyebutan
dan pemakaian kata Cacat sebagai contoh, yang secara kaidah norma bahasa berdasarkan Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD) berarti tidak atau kurang sempurna, merupakan salah satu bentuk
diskriminasi kata yang sangat nyata dan sangat bertentangan dengan piagam universal PBB
Disabilitas jelas bukan sebuah ketidaksempurnaan fungsi tubuh atau mental (cacat).
Disabilitas lebih merujuk kepada keterbatasan fisik dan mental. Mengingat telah banyak
disabilitas telah disiapkan oleh Pemerintah Pusat dan masuk dalam prioritas program legislasi
disabilitas ini oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah terutama Pemerintah
200
Kabupaten/Kota sangatlah diperlukan walaupun pada dasarnya tenaga kerja penyandang
disabilitas termasuk tenaga kerja secara umum tidak membutuhkan perlindungan khusus,
namun tentunya negara memiliki kewajiban untuk memfasilitasi semua hak dan kewajiban
setiap tenaga kerja termasuk hak pemberi kerja melalui hukum yang tertulis sehingga
Hasil kajian penelitian menunjukkan serta melaporkan penyandang disabilitas sering kali
mengalami diskriminasi di tempat kerja dibandingkan tenaga kerja secara umum diberbagai
Menurut data dari The World Health Organization (WHO, 2011) memperkirakan sekitar
15% persen dari populasi dunia hidup saat ini hidup dengan keterbatasan fisik dan 2 (dua)
Angka ini semakin tahun diperkirakan akan terus meningkat dengan bertambahnya
individu yang mengalami lanjut usia. Lanjut usia merupakan masa yang sangat rentan untuk
mengalami disabilitas fisik dan mental seiring dengan faktor usia yang mengurangi kekuatan
Di Indonesia sendiri tidak terdapat suatu data yang pasti mengenai jumlah penduduk
penyandang disabilitas. Minimnya data ini tentunya menjadi penghambat yang nyata bagi
penyusunan dan pelaksanaan program serta penentuan arah kebijakan yang akan ditetapkan
oleh Pemerintah dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan bagi penyandang disabilitas di
Indonesia.
201
Menurut Mont (2004) merupakan sebuah kewajaran pada banyak negara berkembang
data jumlah penyandang disabilitas tidak tersedia dan tidak pasti. Ketidakpastian data ini
disebabkan oleh buruknya pencatatan dan sensus penduduk (Irwanto dkk, 2011). Irwanto dkk
(2011) juga membuat perkiraan pada tahun 2010 berdasarkan analisa data yang ada bahwa dari
keseluruhan jumlah penyandang disabilitas terdapat tidak kurang 2 (dua) hingga 3 (tiga) persen
disabilitas yang dapat menyebabkan penghambat serius menjalankan fungsi dan aktivitas
sehari.
WHO (2013) mencatat, merujuk pada World Report on Disability, diperkirakan sekitar
21.3 persen dari total populasi penduduk Indonesia pada tahun 2006 sebagai penyandang
disabilitas. Pada tahun yang sama berdasarkan Data Pusdatin Kemensos RI tahun 2002-2009
(Irwanto dkk, 2011) jumlah penyandang disabilitas dalam rumah tangga miskin hanya 2.364.000
(dua juta tiga ratus enam puluh empat ribu) orang. Pada tahun 2010, Data Pusdatin Kemensos
juta lima ratus delapan puluh ribu ribu seratus tujuh belas) orang jumlah penyandang disabilitas
di Indonesia (ILO, nd). Data ini berbeda dengan data Kementerian Ketenagakerjaan pada tahun
yang sama menyebutkan jumlah penyandang disabilitas adalah 7.126.409 (tujuh juta seratus
dua puluh enam ribu empat ratus sembilan) (ILO, nd). Angka ini jauh lebih kecil dari perkiraan
WHO yang menyebutkan sekitar 24 (dua puluh empat) juta orang penduduk Indonesia adalah
hanya terjadi pada tingkat Pemerintah Pusat, namun hampir pada setiap Kabupaten/Kota
202
diseluruh Indonesia. Permasalahan yang sama juga di hadapi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota,
hingga saat ini belum terdapat suatu angka yang pasti tentang jumlah angkatan kerja
teliti khusus untuk tenaga kerja penyandang disabilitas yang menjadi tanggung jawab Badan
Statistik.
203
B. PRAKTEK EMPIRIS
Tenaga kerja penyandang disabilitas secara nyata memiliki permasalahan dalam upaya
kesempatan kerja. Upaya promosi pekerjaan layak bagi tenaga kerja penyandang disabilitas ini
seyogyanya tidak hanya dalam bentuk pelatihan kerja dengan penyediaan balai latihan kerja
khusus bagi penyandang disabilitas dan peningkatan taraf pendidikan penyandang disabilitas
namun juga harus melibatkan pula pemberi kerja termasuk serikat pekerja/serikat buruh dalam
rangkaian menyeluruh berbentuk aturan hukum bersifat normative dan dapat menjadi sarana
pedoman.
Secara teori dan praktek pemberi kerja selayaknya diberikan suatu pedoman
pengelolaan tenaga kerja penyandang disabilitas mulai dari sebelum bekerja, saat bekerja
hingga setelah bekerja oleh Pemerintah mengingat pemberi kerja memegang peranan penting
Pada banyak negara dan lembaga kerjasama antar negara telah dilakukan berbagai
upaya dalam promosi pekerjaan yang layak bagi tenaga kerja penyandang disabilitas yang turut
melibatkan peranan pemberi kerja. Upaya ini dilakukan mengingat tingkat pengangguran
angkatan kerja penyandang disabilitas sangat tinggi dan penyerapan tenaga kerja penyandang
disabilitas di pasar kerja dan penyerapan oleh pemberi kerja (O’Reilly, 2013, hal. 35). Lebih jauh
204
a. kurangnya kesadaran pemberi kerja tentang kebutuhan dan kemampuan tenaga
c. dukungan teknis dalam hal pengelolaan pengembangan sumber daya manusia bagi
penyandang disabilitas yang tidak memadai oleh para pemangku kepentingan dalam
Bagi perempuan penyandang disabilitas maka angkatan kerja yang bekerja ditingkat
perusahaan jauh lebih rendah lagi. Perempuan penyandang disabilitas lebih banyak bekerja
disektor informal (Messel, 1997). Jika bekerja diperusahaan maka perempuan penyandang
disabilitas mendapatkan tunjangan yang lebih rendah serta tidak mendapatkan akses dukungan
atau program untuk bekerja dari publik (Mudrick, 1988). Menurut kajian oleh Depouy (1993,
hal. 20) tidak ada bahan pustaka sama sekali mengenai permasalahan khusus yang dihadapi
oleh tenaga kerja perempuan penyandang disabilitas. Banyak negara yang tidak melaporkan
atau memasukkan data perempuan penyandang disabilitas dalam laporan mereka (Quinn dan
Degener, 2002).
berbagai rencana aksi bersama yang melibatkan banyak negara mulai diprogramkan. Rencana
Aksi Dewan Eropa untuk tahun 2006-2015 menyebutkan akan melakukan upaya promosi untuk
205
Sementara Liga Arab pada KTT di Tunis tahun 2004 meminta Pemerintah pada Negara-
Negara Arab untuk mendorong pemberi kerja memperkerjakan tenaga kerja penyandang
disabilitas.
Organisasi Kesatuan Afrika yang anggotanya terdiri dari negara-negara Afrika. Deklarasi ini
ditandatangani bersama pada tahun 2000. Inti dari deklarasi ini menyebutkan pada dasarnya
setiap negara anggota akan berusaha untuk meningkatkan akses pekerjaan bagi penyandang
Disabilitas.
Upaya nyata lain yang dilakukan oleh banyak negara untuk mendorong pemberi kerja
Penentuan kuota ditentukan serta dibentuk oleh negara melalui peraturan perundang-
undangan. Negara-negara di Asia Pasifik seperti Australia, Jepang, Thailand, Filipina, Sri Langka,
Sementara beberapa negara di Eropa, sejak tahun 1923, seperti Austria Prancis, Jerman,
Italia dan Polandia telah mengadopsi system ini (O’Reilly, 2013, hal. 50). Di belahan benua
Afrika negara seperti Tanzania dan Mauritius juga mengadopsi sistem kuota.
Berdasarkan skema kuota, pemberi kerja yang memperkerjakan sejumlah pekerja dalam
jumlah tertentu wajib memperkerjakan tenaga kerja penyandang disabilitas. Sistem kuota
terbagi dalam tiga pengaturan mendasar (ILO, 2013; Waddingtong, 1996) yaitu:
206
a. kuota yang mengikat disertai sanksi. Pemberi kerja yang tidak memenuhi kuota yang
telah ditentukan oleh Pemerintah akan diberikan sanksi berupa pembayaran denda
atau retribusi dalam jumlah nilai nominal dan waktu tertentu. Hasil dari denda atau
b. kuota yang mengikat tanpa sanksi. Pemerintah dalam membentuk suatu peraturan
c. kuota tidak mengikat berdasarkan rekomendasi. Sifat dari sistem ini berdasar
kepada etikad baik dan kesukarelaan dari pemberi kerja. Pemerintah hanya
Berikut adalah kajian negara-negara yang telah melaksanakan sistem kuota di negaranya
antara lain:
a. Australia. Setiap pemberi kerja yang memperkerjakan 25 (dua puluh lima) orang
maka wajib merekrut 1 (satu) orang tenaga kerja penyandang disabilitas. Pemberi
kerja yang tidak melaksanakan ketentuan ini wajib membayar dana kompensasi ke
b. Tiongkok. Pemberi kerja yang gagal memenuhi kuota yang telah ditetapkan akan
207
c. Jepang. Negara ini sejak tahun 1976 menerapkan kuota yang mengikat disertai
sanksi.
era 80-an kemudian menilai bahwa skema ini tidak efektif dan kemudian pada era
tahun 90-an mulai diperkenalkan kuota yang mengikat disertai sanksi (ILO, 2013, hal.
26).
e. Inggris Raya. Serupa dengan Belanda, pada tahun 1993 terdapat kurang dari 20%
pemberi kerja yang memenuhi kuota 3% tenaga kerja penyandang disabilitas. Sistem
kuota yang diterapkan oleh Pemerintah Inggris saat itu adalah kuota yang mengikat
Inggris pada tahun 1995 menerapkan kuota yang mengikat disertai sanksi. (ILO,
penyandang disabilitas yang disertai kuota mengikat disertai sanksi merupakan alternatif
terbaik dalam penentuan suatu sistem kuota yang hendak diberlakukan pada suatu peraturan
perundang-undangan. Hal ini untuk menjamin taat azas bagi setiap pemberi serta pelaku
hubungan industrial.
208
C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT DI INDONESIA
hak dan kewajiban penyandang disabilitas secara umum. Pengaturan ini tercantum serta
betebaran dalam berbagai produk peraturan perundang-undangan, antara lain terdapat pada:
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara
209
5. Undang-Undang 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara
8. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
210
11. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
disabilitas sebagaimana yang tersebut diatas memiliki kelemahan mendasar yaitu tidak
mengatur perihal ketenagakerjaan bagi penyandang disabilitas di tempat kerja dengan jelas,
Hal menarik yang penting untuk ditelaah lebih jauh adalah bahwa Undang-Undang 13
khusus mengatur segala hal mengenai ketenagakerjaan dan menjadi hukum dasar
ketenagakerjaan di Indonesia, hanya memiliki satu pasal yang mengatur tentang pengaturan
ketenagakerjaan bagi penyandang disabilitas dari keseluruhan 193 Pasal yang tersedia.
Pada Pasal 67 ayat (1) Undang-Undang 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan hanya
Pada ayat (2) Pasal 67 Undang-Undang 13 Tahun 2003 kemudian menjelaskan lebih
lanjut bahwa pemberian perlindungan tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Penjelasan untuk pasal ini menjelaskan bahwa untuk perlindungan yang
dimaksud misalnya berupa penyediaan aksesibilitas, pemberian alat kerja, dan alat pelindung
211
Undang-Undang 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan juga tidak mengamanatkan
untuk diatur lebih lanjut dengan peraturan pelaksanaan lainnya sehingga tertutup kemungkinan
untuk pengaturan lebih jauh tentang hal-hal secara khusus yang perlu diatur bagi tenaga kerja
penyandang disabilitas di tempat kerja sangatlah diperlukan mengingat banyak sekali aspek
ketenagakerjaan terkait yang membutuhkan pengaturan khusus untuk itu. Pengaturan khusus
itu yaitu:
dan/atau
212
DEFINISI-DEFINISI PENTING
1. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu
2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat.
3. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan
4. Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan
lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
5. Pengusaha adalah:
213
6. Perusahaan adalah :
a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan,
milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik
mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk
lain.
7. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,
dimana tenaga kerja bekerda, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu
usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya, termasuk tempat kerja
ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian
8. Perusahaan Industri Padat Karya Tertentu adalah perusahaan yang memenuhi kriteria
sistematis yang dijadikan dasar dan acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan
214
10. Informasi ketenagakerjaan adalah gabungan, rian, dan analisis data yang berbentuk yang
telah diolah, naskah dan dokumen yang mempunyai arti, nilai dan makna tertentu
mengenai ketenagakerjaan.
11. Kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.
12. Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan,
serta mengembn kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada
tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan
atau pekerjaan.
13. Pemagangan adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara
terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah
14. Pelayanan penempatan tenaga kerja adalah kegiatan untuk mempertemukan tenaga kerja
dengan pemberi kerja, sehingga tenaga kerja dapat memperoleh pekerjaan yang sesuai
dengan bakat, minat, dan kemampuannya, dan pemberi kerja dapat memperoleh tenaga
15. Tenaga kerja asing adalah warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di
wilayah Indonesia.
16. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi
kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.
215
17. Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan
18. Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku
dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha,
pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-
19. Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk
terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjun, membela serta
20. Serikat pekerja/serikat buruh di perusahaan adalah serikat pekerja/serikat buruh yang
21. Serikat pekerja/serikat buruh di luar perusahaan adalah serikat pekerja/serikat buruh yang
22. Federasi serikat pekerja/serikat buruh adalah gabungan serikat pekerja/serikat buruh.
23. Konfederasi serikat pekerja/serikat buruh adalah gabungan federasi serikat pekerja/serikat
buruh.
24. Lembaga kerja sama bipartit adalah forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan hubungan industrial di satu perusahaan yang anggotanya terdiri
dari pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh yang sudah tercatat di instansi yang
216
25. Lembaga kerja sama tripartit adalah forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah
26. Peraturan Perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang
27. Perjanjian Kerja Bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara
serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat
pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau
beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak
28. Mogok kerja adalah tindakan pekerja/buruh yang direncanakan dan dilaksanakan secara
memperlambat pekerjaan.
29. Penutupan perusahaan (lock out) adalah tindakan pengusaha untuk menolak
30. Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu
yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha.
31. Anak adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 (delapan belas) tahun.
32. Siang hari adalah waktu antara pukul 6. sampai dengan pukul 18..
33. 1 (satu) hari adalah waktu selama 24 (dua puluh empat) jam.
217
35. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan
undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan
yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja,
yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja dalam
kepentingan, dan perselisihan pemutusan hubungan kerja serta perselisihan antar serikat
38. Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak, akibat
39. Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja karena
syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau Peraturan Perusahaan, atau
218
40. Perselisihan pemutusan hubungan kerja adalah perselisihan yang timbul karena tidak
adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh
41. Perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh adalah perselisihan antara serikat
pekerja/serikat buruh dengan serikat pekerja/serikat buruh lain hanya dalam satu
42. Perundingan bipartit adalah perundingan antara pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat
43. Mediasi Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut mediasi adalah penyelesaian
perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui
musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang netral.
44. Mediator Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut mediator adalah pegawai instansi
syarat sebagai mediator yang ditetapkan oleh Menteri untuk bertugas melakukan mediasi
dan mempunyai kewajiban memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang berselisih
hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu
perusahaan.
45. Konsiliasi Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut konsiliasi adalah penyelesaian
219
serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang
46. Konsiliator Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut konsiliator adalah seorang atau
lebih yang memenuhi syarat-syarat sebagai konsiliator ditetapkan oleh Menteri, yang
bertugas melakukan konsiliasi dan wajib memberikan anjuran tertulis kepada para pihak
hubungan kerja atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu
perusahaan.
47. Arbitrase Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut arbitrase adalah penyelesaian
suatu perselisihan kepentingan, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya
tertulis dari para pihak yang berselisih untuk menyerahkan penyelesaian perselisihan
kepada arbiter yang putusannya mengikat para pihak dan bersifat final.
48. Arbiter Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut arbiter adalah seorang atau lebih
yang dipilih oleh para pihak yang berselisih dari daftar arbiter yang ditetapkan oleh
antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan yang diserahkan
penyelesaiannya melalui arbitrase yang putusannya mengikat para pihak dan bersifat final.
49. Pengadilan Hubungan Industrial adalah pengadilan khusus yang dibentuk di lingkungan
pengadilan negeri yang berwenang memeriksa, mengadili dan memberi putusan terhadap
220
50. Hakim adalah Hakim Karier Pengadilan Negeri yang ditugasi pada Pengadilan Hubungan
Industrial.
51. Hakim Ad-Hoc adalah Hakim Ad-Hoc pada Pengadilan Hubungan Industrial dan Hakim Ad-
Hoc pada Mahkamah Agung yang pengtannya atas usul serikat pekerja/serikat buruh dan
organisasi pengusaha.
52. Hakim Kasasi adalah Hakim Agung dan Hakim Ad-Hoc pada Mahkamah Agung yang
industrial.
53. Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh
54. Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan
55. Asuransi sosial adalah suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib yang
berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang
56. Tabungan wajib adalah simpanan yang bersifat wajib bagi peserta program jaminan sosial.
57. Bantuan iuran adalah iuran yang dibayar oleh Pemerintah bagi fakir miskin dan orang tidak
58. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah badan hukum yang dibentuk untuk
59. Dana Jaminan Sosial adalah dana amanat milik seluruh peserta yang merupakan himpunan
iuran beserta hasil pengembangannya yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan
221
Sosial untuk pembayaran manfaat kepada peserta dan pembiayaan operasional
60. Peserta jaminan sosial adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
61. Manfaat jaminan sosial adalah faedah jaminan sosial yang menjadi hak peserta dan/atau
anggota keluarganya.
62. Iuran jaminan soaial adalah sejumlah uang yang dibayar secara teratur oleh peserta,
63. Bantuan Iuran adalah Iuran yang dibayar oleh Pemerintah bagi fakir miskin dan orang tidak
64. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan hukum
65. Dewan Jaminan Sosial Nasional yang selanjutnya disingkat DJSN adalah dewan yang
berfungsi untuk membantu Presiden dalam perumusan kebijakan umum dan sinkronisasi
66. Dewan Pengawas BPJS adalah organ BPJS yang bertugas melakukan pengawasan atas
pelaksanaan pengurusan BPJS oleh direksi dan memberikan nasihat kepada direksi dalam
67. Direksi BPJS adalah organ BPJS yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas
pengurusan BPJS untuk kepentingan BPJS, sesuai dengan asas, tujuan, dan prinsip BPJS,
serta mewakili BPJS, baik di dalam maupun di luar pengadilan, sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang ini.
222
68. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja, termasuk
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya,
69. Cacat adalah keadaan berkurang atau hilangnya fungsi tubuh atau hilangnya anggota
badan yang secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan berkurang atau hilangnya
70. Cacat total tetap adalah cacat yang mengakibatkan ketidakmampuan seseorang untuk
melakukan pekerjaan.
71. Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut dengan TKI adalah setiap warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk
72. Calon Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut calon TKI adalah setiap warga
negara Indonesia yang memenuhi syarat sebagai pencari kerja yang akan bekerja di luar
bidang ketenagakerjaan.
73. Penempatan TKI adalah kegiatan pelayanan untuk mempertemukan TKI sesuai bakat,
minat, dan kemampuannya dengan pemberi kerja di luar negeri yang meliputi keseluruhan
persiapan pembertan, pembertan sampai ke negara tujuan, dan pemulangan dari negara
tujuan.
223
74. Perlindungan TKI adalah segala upaya untuk melindungi kepentingan calon TKI/TKI dalam
75. Pelaksana penempatan TKI swasta adalah badan hukum yang telah memperoleh izin
negeri.
76. Mitra Usaha TKI adalah instansi atau badan usaha berbentuk badan hukum di negara
77. Pengguna Jasa TKI yang selanjutnya disebut dengan Pengguna adalah instansi Pemerintah,
Badan Hukum Pemerintah, Badan Hukum Swasta, dan/atau Perseorangan di negara tujuan
78. Perjanjian Kerja Sama Penempatan adalah perjanjian tertulis antara pelaksana
penempatan TKI swasta dengan Mitra Usaha atau Pengguna yang memuat hak dan
tujuan.
79. Perjanjian Penempatan TKI adalah perjanjian tertulis antara pelaksana penempatan TKI
swasta dengan calon TKI yang memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam r
80. Perjanjian Kerja TKI adalah perjanjian tertulis antara TKI dengan Pengguna yang memuat
81. Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri yang selanjutnya disebut dengan KTKLN adalah kartu
identitas bagi TKI yang memenuhi persyaratan dan prosedur untuk bekerja di luar negeri.
224
82. Visa Kerja adalah izin tertulis yang diberikan oleh pejabat yang berwenang pada perwakilan
suatu negara yang memuat persetujuan untuk masuk dan melakukan pekerjaan di negara
yang bersangkutan.
83. Surat Izin Pelaksana Penempatan TKI yang selanjutnya disebut SIPPTKI adalah izin tertulis
yang diberikan oleh Menteri kepada perusahaan yang akan menjadi pelaksana
84. Surat Izin Pengerahan yang selanjutnya disebut SIP adalah izin yang diberikan Pemerintah
kepada pelaksana penempatan TKI swasta untuk merekrut calon TKI dari daerah tertentu,
untuk jabatan tertentu, dan untuk dipekerjakan pada calon Pengguna tertentu dalam j
waktu tertentu.
86. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat SMK3
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
87. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
88. Audit SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen terhadap pemenuhan
kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil kegiatan yang telah
225
89. Dewan Pengupahan adalah suatu lembaga non struktural yang bersifat tripartit.
90. Organisasi pengusaha adalah organisasi pengusaha yang ditunjuk oleh Kamar Dagang dan
91. Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri atas upah pokok termasuk
92. Upah Minimum Provinsi yang selanjutnya disingkat UMP adalah Upah Minimum yang
93. Upah Minimum Kabupaten/Kota yang selanjutnya disingkat UMK adalah Upah Minimum
94. Upah Minimum Sektoral Provinsi yang selanjutnya disingkat UMSP adalah Upah Minimum
95. Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota yang selanjutnya disingkat UMSK adalah Upah
96. Sektoral adalah kelompok lapangan usaha beserta pembagiannya menurut Klasifikasi Baku
97. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
226
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Depouy, L., 1993, Human rights and disabled person, UN, New York.
Degener, T., 2004, Executive summary on employment directive: State of play in Germany. (Mar); Quinn,
G., 2000, A survey of international, comparative and regional disability law reform, paper presented at
the “From principles to practise”, Symposium, Washington, DC, 22-26 October.
Duckworth, S., McGeer, P., Kearns, D. and Thornton, P. (1998), International Research Project on Job
Retention and Return to Work Strategies for Disabled Workers, ILO, Geneva.
Gabriel, P., Liimatainen, M.R., 2000, Mental health in the workplace, introduction and Executive
Summaries for Finland, Germany, Poland, United Kingdom and United States, ILO, Geneva.
ILO, 2002, Managing disability in the workplace, ILO code practise, ILO, Geneva.
ILO, 2013, Mewujudkan Peluang Kerja Yang Setara Bagi Penyandang Disabilitas Melalui Perundang-
Undangan, ILO, Jakarta.
Irwanto, Lusli, M., Kasim, E., Fransiska, A., Okta, S., 2011, Analisis situasi orang dengan disabilitas di
Indonesia, Pusat Kajian Disabilitas Universitas Indonesia
Japan International Cooperation Agency (JICA), 2002, Country Profile on Disability Republic Indonesia.
227
Messel, E., 1997, Employment strategies for women with disabilities, Paper presented at the
International Leadership Forum for Women With Disabilities, Washingthon, DC., 15-20 June, ILO,
Geneva.
Mudrick, N., 1988, “Disabled women and public policies for income support” (a study on the influence of
income support on the live of women with disabilities), in M. Fine and A. Asch (eds): Women with
disabilities: Essay in psychology, culture and politics, Temple University Press, Philadelphia.
Mont, D., 2004, Disability Employment Policy, Sosial Protection Discussion Paper Series, The World Bank.
O’Reilly , A., 2013, Hak Atas Pekerjaan Yang Layak Bagi Penyandang Disabilitas, ILO, Jakarta.
Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Reynolds, G., Alferoff, C. and Nicholls, P. (1997), Disabled People and Employment in Staffordshire,
Staffordshire University, Stoke-on-Trent.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1999 tentang Pengesahan ILO Convention No. 111 Concerning
Discrimination in Respect of Employment and Occupation (Konvensi ILO Mengenai Diskriminasi Dalam
Pekerjaan dan Jabatan) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor57, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3836).
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886).
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 121, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3989).
228
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279).
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention On The Rights of Persons With
Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas) (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5251).
Waddington, L., 1996, “Reassing the employment of people with disabilities in Europe: From quotas to
discrimination law”, in Comparative Labour Journal, Vol. 18, No. 62, pp. 62-101.
229
TENTANG PENYUSUN
Gede yang memiliki latar belakang pendidikan bidang hukum sangat tertarik pada
ketenagakerjaan, hingga ia memutuskan untuk menempuh pendidikan pascasarjana - Master of
Human Resource Management pada University of Canberra di Australia dengan beasiswa
Australian Awards.
Selama menempuh pendidikan pascasarjana di Canberra, Gede juga aktif dalam kegiatan
Perhimpunan Pelajar Indonesia – Australia (PPIA) tingkat Pusat sebagai seketaris organisasi.
Selama di Ibukota Australia ini pula Gede dimintai saran serta respon untuk Pemerintah
Australia (melalui Australian White Paper Century - Australian Department of Foreign Affair and
Trade invitation) perihal hubungan industrial dan ketenagakerjaan di Indonesia.
Sejak lulus dan kembali ke Indonesia, Gede aktif menggiat kesetaraan perlakuan dan
pengaturan ketenagakerjaan bagi penyandang disabilitas di tanah air. Keahliannya dalam
bidang hukum ketenagakerjaan selama lebih dari 10 tahun dan ketrampilan hubungan
industrial serta ketenagakerjaan yang dimilikinya membuatnya ditunjuk sebagai pegawai
perancang Peraturan Daerah (Perda) perihal pengaturan ketenagakerjaan bagi penyandang
disabilitas oleh Dinasnya.
Rancangan Perda yang telah mendapatkan dukungan serta saran dari Kepala Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kota Mojokerto ini pada akhirnya mendapatkan apresiasi dari berbagai
230
pihak termasuk Kementerian Ketenagakerjaan RI, International Labour Organization (ILO),
UNESCO dan Organisasi Penyandang Disabilitas di tanah air.
Gede sendiri meyakini bahwa Negara perlu mengawal realisasi dukungan bagi warganya untuk
mendapatkan hak-haknya yang berimbang dengan kewajibannya ditempat kerja guna
pencapaian kesejahteraan bersama.
Untuk setiap kiprah dan kontribusinya ini, Universitas Canberra – Australia pada tahun 2015
menganugerahkannya penghargaan sebagai finalis alumni terbaik yang berhasil
mengimplementasikan ilmu dan ekspertisenya untuk kemaslahatan masyarakat.
Gede Arya Wiryana, SH., MH., MHRM dapat dihubungi melalui email gd.kronik@gmail.com.
231
232