Anda di halaman 1dari 17

TUGAS PERTEMUAN XI

K3 DAN KEBIJAKAN PERTAMBANGAN

OLEH
RM. ALIFUDDIN PURNOMO KAHAR
D111 18 1002

DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA

2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah


Subhanahu wa Ta’ala yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan
kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan
untuk menyelesaikan penyusunan Makalah Ketenagakerjaan dan Pengupahan
Pertambangan di Indonesia.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
kita, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah menyampaikan
petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk kita semua, yang merupakan syariat
yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-
satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata
kuliah K3 dan Kebijakan Pertambangan. Penulis mengucapkan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada seluruh pihak yang telah mendukung serta membantu
penulis selama proses penyusunan makalah ini. Penulis juga berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca. Tak lupa dengan
seluruh kerendahan hati, penulis meminta maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan makalah ini, karena pada dasarnya penulis adalah manusia biasa yang
tidak luput dari kesalahan.

Gowa, 17 Mei 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3
2.1 Konsep Ketenagakerjaan di Indonesia.....................................................3
2.2 Estimasi Sumber Daya............................................................................4
2.3 Upah Tenaga Kerja Indonesia Sektor Industri Pertambangan....................6
BAB III PENUTUP.......................................................................................10
3.1 Kesimpulan..........................................................................................10
3.2 Saran...................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketenagakerjaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tenaga

kerja pada waktu sebelum, selama dan setelah selesai masa hubungan kerja, baik

pada pekerjaan yangmenghasilkan barang maupun pekerjaan berupa. Dari aspek

hukum, ketenagakerjaan merupakan bidang hukum privat yang memiliki aspek

publik, karena meskipun hubungan kerja dibuat berdasarkan kebebasan para pihak,

namun terdapat sejumlah ketentuan yang wajib tunduk pada ketentuan pemerintah

dalam artian hukum publik.

Motivasi utama orang mencari kerja dan bekerja dalam dunia kerja, adalah

untuk mendapatkan penghasilan berupa upah (uang). Permasalahan upah dengan

kebutuhan hidup adalah dua permasalahan yang tidak dapat dilepaspisahkan.

Keduanya sangat terkait dan kompleks. Kebutuhan hidup memang sangat bervariasi

dan meningkat, sedikit dan banyaknyatergantung penghasilan sebagai daya beli

seseorang. Daya beli seseorang umumnya dipengaruhi oleh penghasilan yang

diperolehnya dalam kurun waktu tertentu selama ia bekerja.

Sebagai salah satu bidang industri yang menyerap banyak tenaga kerja,

pertambanganmempunyai peran penting untuk menciptkan kesejahteraan bagi para

pekerja dan masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan salah satu tujuan dari UU. No.

4 Tahun 2009 yaitu untuk meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan

negara, serta menciptakan lapangan kerja untuk sebesar-besar kesejahteraan

rakyat. Dangan adanya aturan tersebut maka kegiatan pertambangan akan

menyerap tenaga kerja dari masyarakat wilayah tambang,hal ini membawa dampak

positif bagi masyarakat wilayah pertambangan mineral danbatubara, karena mampu


v
mengangkat taraf hidup masyarakat wilayah pertambangan mineraldan batubara. 2

Negara Indonesia negara hukum dan Negara Indonesia bertanggungjawab atas

kesejahteraan masyarakat Indonesia, termasuk melindungi sumber daya alam dan

sumber daya manusia yang dimiliki oleh Indonesia dan pada perkembangannya

masyarakat wilayah sekitar pertambangan mineral dan batubara tidak mengetahui

secara jalas setiap hak dan yang diberikan hukum untuk masyarakat wilayah sekitar

pertambangan, serta kurangnya pendidikan dan program untuk pengembangan

masyarakat pertambangan mineral danbatubara. Oleh karena itu, makalah ini

disusun untuk memberikan gambaran kondisi ketenagakerjaan pertambangan di

Indonesia serta penyajian informasi mengenai sistem pengupahan pada industri

pertambangan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep ketenagakerjaan yang diterapkan di Indonesia?

2. Bagaimana kondisi tenaga kerja di sektor pertambangan yang ada di

Indonesia?

3. Bagaimana sistem pengupahan tenaga kerja sektor pertambangan di

Indonesia?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Mampu mengetahui konsep ketenagakerjaan.

2. Mampu memahami mengenai kondisi tenaga kerja di sektor pertambangan


di indonesia.
3. Mampu memahami mengenai pengupahan tenaga kerja sektor
pertambangan di Indonesia.

vi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Ketenagakerjaan di Indonesia

Konsep Tenaga kerja sendiri diartikan sebagai penduduk dalam usia kerja
yang siap melakukan pekerjaan, yaitu usia 15-65 tahun. Menurut UU No.13 tahun
2003, tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun orang lain atau masyarakat. Hukum ketenagakerjaan mengatur tentang
segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama,
dan sesudah kerja. Tujuan dari dibentuknya hukum ketenagakerjaan adalah untuk:
1. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawi;
2. Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja
yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah;
3. Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan
kesejahteraan; dan
4. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya
Selain itu, hukum ketenagakerjaan juga mengatur hubungan antara tenaga
kerja dengan pengusaha. Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja
antara pengusaha dan pekerja/buruh. Hubungan kerja terdiri dari dua macam yaitu
hubungan kerja berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan
hubungan kerja berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT).
Perjanjian kerja yang dibuat tersebut dapat dilakukan secara tertulis atau lisan.
Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis harus dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. Mengenai hubungan kerja
tersebut diatur di Bab IX Pasal 50-66 UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Perjanjian kerja yang dibentuk antara pengusaha dan
pekerja/buruh haruslah berlandaskan dan sesuai dengan substansi dari UU No. 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan peraturan hukum lainnya yang terkait.

vii
Di dalam menjalankan aktivitas perusahaan, pengusaha mempunyai
kewajiban untuk memenuhi hak dari setiap pekerja. Hak pekerja tersebut
diantaranya yaitu hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama tanpa diskriminasi
atas dasar apapun, hak untuk mengembangkan kompetensi kerja, hak untuk
beribadah menurut agama dan kepercayaannya, hak untuk mendapatkan upah atau
penghasilan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia, hak untuk
mendapatkan perlindungan, kesejahteraan, kesehatan, dan keselamatan kerja.
Apabila pekerja merasa bahwa hak-haknya yang dilindungi dan diatur di
dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tersebut merasa tidak
terpenuhi dan diabaikan oleh pengusaha maka hal tersebut akan dapat
menyebabkan perselisihan-perselisihan tertentu antara pengusaha dan pekerja. Jika
perselisihan itu terjadi, maka peraturan hukum di Indonesia telah mengaturnya di
dalam UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial. Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat yang
mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan
mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja
dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan. Setiap
bentuk perselisihan tersebut memiliki cara atau prosedur tersendiri untuk
menyelesaikannya baik itu melalui perundingan bipartit, mediasi, konsiliasi,
arbitrase, atau diselesaikan di Pengadilan Hubungan Industrial.

2.2 Estimasi Sumber Daya

Kondisi tenaga kerja sektor pertambangan di Indonesia ditinjau berdasarkan faktor


penyerapan tenaga kerja, kesehatan, dan kecelakaan pekerja.

2.3.1 Penyerapan tenaga kerja

Sektor pertambangan dan penggalian masih menjadi andalan bagi Indonesia


dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Hal ini juga
terlihat dari masih tinggi minat investasi di sektor pertambangan dan penggalian.
Kondisi terjadi karena masih melimpahnya sumber daya alam yang dimiliki
Indonesia seperti komoditi batubara. Adanya peningkatan investasi baik dari dalam
negeri maupun asing diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
penyerapan tenaga kerja. Kesempatan kerja merupakan jumlah tenaga kerja yang
mampu diserap oleh seluruh lapangan usaha di suatu daerah.
viii
Besarnya jumlah yang bekerja tergantung dari besaran permintaan
masyarakat terhadap tenaga kerja, sedangkan besaran permintaan tersebut
dipengaruhi oleh antara lain tingkat dan jenis kegiatan ekonomi diberbagai sektor.
Artinya makin tinggi kegiatan ekonomi maka semakin tinggi penyerapan tenaga
kerja. Demikan pula sebaliknya, semakin rendah aktifitas ekonomi maka semakin
rendah pula penyerapan tenaga kerja.
Aktivitas kegiatan ekonomi salah satunya dipengaruhi faktor investasi, baik
investasi yang dilakukan pemerintah maupun swsata. Menurut Sukirno (1998:35)
bahwa Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanam-
penanam modal atau perusahaan membeli barang-barang dan perlengkapan-
perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan produksi barang-barang dan
jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang ini
memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa
dimasa yang akan datang. Adakalanya penanaman modal dilakukan untuk
menggantikan barang-barang modal yang lama telah aus dan perlu didepresiasikan.

2.3.2 Kesehatan tenaga kerja

Sesuai UUD 1945 pasal 28, disebutkan bahwa setiap warga Negara berhak
atas pelayanan kesehatan, penjabaran lebih lanjut dalan undang undang nomor 36
tahun 2009 (pasal 165) disebutkan pengelola tempat kerja wajib melakukan segala
bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan
pemulihan bagi tenaga kerja; dan pekerja wajib menciptakan dan menjaga
kesehatan tempat kerja yang sehat dan menaati peraturan yang berlaku di tempat
kerja. Dalam undang undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan antara
lain disebutkan bahwa pemberi kerja wajib melindungi keselamatan pekerja melalui
penyelenggaraan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Kesehatan kerja pada kegiatan pertambangan mutlak harus dilaksanakan
oleh semua pekerja tambang yang berada di lingkungan kerja, alasannya karena
bekerja adalah bagian dari kehidupan, namun dalam melaksanakan pekerjaan
berbagai potensi bahaya dan risiko mengancam pekerja tambang sehingga dapat
menimbulkan gangguan kesehatan. Sesuai pasal 141 (2) undang undang nomor 4
tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara (minerba) dan pasal 26
(1) peraturan pemerintah nomor 55 tahun 2010 tentang pembinaan dan
pengawasan kesehatan kerja dan pengawasannya dilakukan oleh inspektur
tambang.
ix
2.3.3 Kecelakaan tenaga kerja

Kecelakaan kerja yang terjadi akan menimbulkan kerugian bagi orang yang
dikenai dan atau bagi perusahaan pertambangan. Bagi pekerja kecelakaan yang
terjadi dapat mengakibatkan penderitaan seperti luka ringan atau berat, bahkan
juga kematian. Efeknya itu tidak berhenti pada pekerjaan saja, namun juga
berpengaruh terhadap keluarga pekerja, apabila pekerja cacat seumur hidup dan
meninggal. Sedangkan bagi perusahaan pertambangan harus menanggung biaya
pengobatan dan biaya rumah sakit atau bahkan menanggung biaya penguburan jika
korban meninggal dunia, hilangnya waktu kerja karyawan yang menjadi korban dan
rekan-rekan karyawannya yang ikut menolong sehingga menghambat kelancaran
kerja, merekrut karyawan baru dan memberi pelatihan dan juga dapat menurunkan
mental atau kondisi psikis para karyawan.

2.3 Upah Tenaga Kerja Indonesia Sektor Industri Pertambangan

Upah minimum regional (UMR) adalah suatu upah minimum yang digunakan

oleh para pelaku pengusaha untuk memberikan upah dalam bentuk uang kepada

pekerja/buruh, di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Pemerintah mengatur

pengupahan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 tanggal 29

Mei 1989 tentang Upah Minimum. Penetapan upah dilaksanakan setiap tahun

melalui proses yang panjang. Tidak terlepas dari industri pertambangan yang

memiliki standar khusus pada pemberian upah kepada para tenaga kerja. Sektor

pertambangan menjadi sektor yang mampu dan cukup menjanjikan untuk

menyerap tenaga kerja yang tinggi di masa mendatang. Hal ini dibuktikan dengan

adanya beberapa faktor yang mampu mendukung sektor ini untuk menyerap lebih

banyak tenaga kerja.

Sektor pertambangan diketahui menjadi sektor penyumbang terbesar

Pemasukan Negara Bukan Pajak (PNBP) sumber daya alam. Bank Indonesia

mencatat kontribusi minyak bumi, gas bumi, mineral, serta batu bara mencapai Rp

90 triliun atau meliputi 95 persen dari pendapatan SDA. Dengan porsi mencapai 7,2

x
persen, pertambangan migas dan minerba juga termasuk kontributor utama Produk

Domestik Bruto (PDB) 2016 setelah perdagangan, pertanian, dan jasa konstruksi.

Selain itu, bidang yang dikenal dengan industri ekstraktif ini juga memberi setoran

pajak bumi dan bangunan terbesar pada 2015, mencapai Rp 27 triliun.

Tingkat upah ditentukan berdasar produktivitas pekerja. Produktivitas

pekerja mencerminkan kemampuan pekerja untuk menghasilkan output. Semakin

tinggi produktivitas pekerja, maka semakin tinggi pula upah diterimanya, dan

sebaliknya. Tingkat upah merupakan penentu effort pekerja. Pekerja memandang

upah lebih tinggi sebagai hadiah dari perusahaan dan mereka membalasnya dengan

kesediaan bekerja lebih keras. Dalam hal pengupahan maka di samping besaran

tingkat upah, maka pekerja memperhatikan aspek keadilan (fairness). Aspek

keadilan (fairness) membuat pekerja membandingkan upah mereka, baik dengan

rekan-rekan di posisi pekerjaan yang sama, dan dengan karyawan lain dalam

perusahaan (biasanya manajer atau atasan langsung). Pekerja menyadari bahwa

tingkat upah akan berbeda untuk tiap jenjang pekerjaan yang berbeda. Pekerja

akan merespons perbedaan upah antar jenjang pekerjaan. Apabila perbedaan upah

antar jenjang jabatan sangat besar, maka pekerja menilai hal tersebut sebagai

sesuatu yang tidak adil, dan sebaliknya. Dengan demikian, effort pekerja tidak

hanya ditentukan oleh upah yang diterimanya, tetapi juga ditentukan oleh upah

relatif pekerja tersebut dengan pekerja lain yang berada pada jenjang jabatan yang

berbeda. Hal ini berarti effort pekerja juga ditentukan oleh upah relatif.

Upah relatif tercermin pada struktur upah yang menggambarkan susunan

tingkat upah dari yang terendah sampai yang tertinggi atau sebaliknya. Struktur

upah menunjukkan dispersi (penyebaran) upah untuk berbagai jenjang pekerjaan.

Dispersi upah berdampak pada produktivitas pekerja. Dispersi upah berdampak

pada effort pekerja melalui aspek fairness. Apabila pekerja menilai tingkat upah

xi
yang diterimanya sebagai tingkat upah yang fair/adil maka mereka akan merespons

dengan effort yang tinggi dan sebaliknya Pekerja di bidang pertambangan terdiri

dari pekerja produksi dan pekerja non-produksi. Pekerja produksi berperan dalam

proses eksplorasi dan eksploitasi bahan tambang maupun proses pengolahan bahan

tambang dimaksud. Sebaliknya pekerja non-produksi berperan dalam

pengorganisasian kegiatan perusahaan dan kegiatan lain yang bersifat mendukung

kegiatan produksi. Pekerja non-produksi berperan menentukan arah kebijakan

perusahaan. Keberadaan mereka sangat menentukan kinerja perusahaan. Baik

buruknya kinerja perusahaan tambang ditentukan antara lain oleh para pekerja

non-produksi. Untuk itu pembahasan dalam studi ini akan mengkaji kaitan antara

struktur upah pekerja non-produksi dengan produktivitas pekerja.

Kenaikan produktivitas pekerja akan berdampak pada kenaikan kinerja

perusahaan. Apabila keseluruhan pekerja termotivasi untuk bekerja lebih giat dan

lebih produktif, maka hal ini akan berdampak pada kenaikan jumlah produksi

barang dan jasa (Produk Domestik Bruto = PDB). Di sisi lain, beberapa ekonom

berpandangan bahwa proses produksi merupakan hasil dari kerjasama antar

pekerja. Tanpa adanya kerjasama yang baik antar pekerja, maka produktivitas

perusahaan tidak mungkin dapat ditingkatkan. Kerjasama antar pekerja akan

terjalin dengan baik apabila distribusi upah tidak terlalu menyebar. Hal ini

dikarenakan pekerja akan membandingkan upah yang diterima dengan upah

pekerja lain dalam perusahaan yang sama maupun dengan pekerja di perusahaan

lain (Lallemand et al, 2004). Model pengupahan ini dikenal sebagai model fair wage-

effort. Model ini menyatakan bahwa effort pekerja bergantung pada penilaian

fairness pekerja terhadap distribusi upah. Model fair wage-effort menyarankan

perusahaan untuk membuat struktur pengupahan dengan distribusi upah yang

mengumpul. Hal ini berarti upah yang diterima pekerja tidak berbeda signifikan

xii
dengan upah pekerja lain. Perusahaan dengan skala upah yang cenderung

mengumpul memiliki hubungan ketenagakerjaan yang lebih harmonis sehingga

kerjasama antar pekerja dapat berjalan baik. Kerjasama antar pekerja yang baik

dan hubungan ketenagakerjaan harmonis menyebabkan produktivitas pekerja

meningkat.

Sebaliknya produktivitas pekerja juga dapat mempengaruhi tingkat upah.

Peningkatan produktivitas menjadi alasan bagi manajer dan bawahannya untuk

meningkatkan upah. Manajer merupakan pihak yang menentukan arah

perkembangan perusahaan melalui penentuan kebijakan perusahaan (bisnis policy)

termasuk kebijakan penentuan upah. Dominasi peran dalam penentuan kebijakan

memungkinkan manajer untuk mendesain struktur upah dengan memberikan bobot

kenaikan upah yang lebih tinggi bagi kelompok middle manager ke atas (manajer

dan sekretaris). Apabila hal ini terjadi maka distribusi upah akan semakin menyebar

sehingga dispersi upah akan semakin besar.

xiii
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil praktikum Perencanaan Tambang ini adalah sebagai

berikut:

1. Konsep Tenaga kerja sendiri diartikan sebagai penduduk dalam usia kerja

yang siap melakukan pekerjaan, yaitu usia 15-65 tahun. Menurut UU No.13

tahun 2003, tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan

pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa, baik untuk memenuhi

kebutuhan sendiri maupun orang lain atau masyarakat.

2. Kondisi tenaga kerja sektor pertambangan di Indonesia ditinjau oleh penulis

berdasarkan faktor penyerapan tenaga kerja, kesehatan, dan kecelakaan

pekerja. Pada faktor penyerapan tenaga kerja, adanya peningkatan investasi

baik dari dalam negeri maupun asing akan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.

3. Upah minimum regional (UMR) adalah suatu upah minimum yang digunakan oleh

para pelaku pengusaha untuk memberikan upah dalam bentuk uang kepada

pekerja/buruh, di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Pemerintah

mengatur pengupahan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.

05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang Upah Minimum. Penetapan upah

dilaksanakan setiap tahun melalui proses yang panjang. Tidak terlepas dari

industri pertambangan yang memiliki standar khusus pada pemberian upah

kepada para tenaga kerja. Sektor pertambangan menjadi sektor yang

xiv
mampu dan cukup menjanjikan untuk menyerap tenaga kerja yang tinggi di

masa mendatang. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa faktor yang

mampu mendukung sektor ini untuk menyerap lebih banyak tenaga kerja.

3.2 Saran

Penyusunan Makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, karena dalam

penyusunan makalah referensi yang diperoleh oleh penulis sangatlah kurang. Oleh

karena itu diharapkan nantinya untuk penyusunan makalah sejenis agar lebih

memperbanyak referensi demi kesempurnaan dari isi makalah.

5.1

xv
xvi
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, R, 2014, Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Ekonomi Di


Sumatera Selatan, Akuntabilitas: Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Akuntansi, vol. 8 pp.. 25-52.

Effendi, R., & Roestamy, M., 2018, Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Tambang
Galian C Dalam Perspektif Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja di
Wilayah Provinsi Jawa Barat, Jurnal Living Law, vol. 10, pp. 104-113.

Kristiawan, R., & Abdullah, R., 2020, Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja
Pada Area Penambangan Batu Kapur Unit Alat Berat PT. Semen Padang,
Jurnal Bina Tambang, vol. 5, pp. 11-21.

Lestari, Diana. 2016. Dampak Ivestasi Sektor Pertambangan Terhadap


Pertumbuhan Ekonomi dan Tenaga Kerja. Jurnal Ekonomi, Manajemen dan
Akuntansi. Vol 8. Pp. 176-186.

Lestari, V., Cahyono, D., & Wajdi, M., 2017, Sistem Pengupahan di Indonesia,
Economic: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, vol. 8, pp. 144-154.

Priyono, E. (2002) SITUASI KETENAGAKERJAAN INDONESIA DAN TINJAUAN KRITIS


TERHADAP KEBIJAKAN UPAH MINIMUM. Jurnal Analisis Sosial Vol. 7, No. 1

Satirman, 2017, Pengawasan Aspek Kesehatan Kerja Tantangan Baru Inspektur


Tambang, Prosiding Seminar Nasional Teknologi IV, pp. A100-A107.

Anda mungkin juga menyukai