OLEH
RM. ALIFUDDIN PURNOMO KAHAR
D111 18 1002
GOWA
2021
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3
2.1 Konsep Ketenagakerjaan di Indonesia.....................................................3
2.2 Estimasi Sumber Daya............................................................................4
2.3 Upah Tenaga Kerja Indonesia Sektor Industri Pertambangan....................6
BAB III PENUTUP.......................................................................................10
3.1 Kesimpulan..........................................................................................10
3.2 Saran...................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
kerja pada waktu sebelum, selama dan setelah selesai masa hubungan kerja, baik
publik, karena meskipun hubungan kerja dibuat berdasarkan kebebasan para pihak,
namun terdapat sejumlah ketentuan yang wajib tunduk pada ketentuan pemerintah
Motivasi utama orang mencari kerja dan bekerja dalam dunia kerja, adalah
Keduanya sangat terkait dan kompleks. Kebutuhan hidup memang sangat bervariasi
Sebagai salah satu bidang industri yang menyerap banyak tenaga kerja,
pekerja dan masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan salah satu tujuan dari UU. No.
4 Tahun 2009 yaitu untuk meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan
menyerap tenaga kerja dari masyarakat wilayah tambang,hal ini membawa dampak
sumber daya manusia yang dimiliki oleh Indonesia dan pada perkembangannya
secara jalas setiap hak dan yang diberikan hukum untuk masyarakat wilayah sekitar
pertambangan.
Indonesia?
Indonesia?
1.3 Tujuan
vi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Tenaga kerja sendiri diartikan sebagai penduduk dalam usia kerja
yang siap melakukan pekerjaan, yaitu usia 15-65 tahun. Menurut UU No.13 tahun
2003, tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun orang lain atau masyarakat. Hukum ketenagakerjaan mengatur tentang
segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama,
dan sesudah kerja. Tujuan dari dibentuknya hukum ketenagakerjaan adalah untuk:
1. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawi;
2. Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja
yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah;
3. Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan
kesejahteraan; dan
4. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya
Selain itu, hukum ketenagakerjaan juga mengatur hubungan antara tenaga
kerja dengan pengusaha. Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja
antara pengusaha dan pekerja/buruh. Hubungan kerja terdiri dari dua macam yaitu
hubungan kerja berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan
hubungan kerja berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT).
Perjanjian kerja yang dibuat tersebut dapat dilakukan secara tertulis atau lisan.
Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis harus dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. Mengenai hubungan kerja
tersebut diatur di Bab IX Pasal 50-66 UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Perjanjian kerja yang dibentuk antara pengusaha dan
pekerja/buruh haruslah berlandaskan dan sesuai dengan substansi dari UU No. 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan peraturan hukum lainnya yang terkait.
vii
Di dalam menjalankan aktivitas perusahaan, pengusaha mempunyai
kewajiban untuk memenuhi hak dari setiap pekerja. Hak pekerja tersebut
diantaranya yaitu hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama tanpa diskriminasi
atas dasar apapun, hak untuk mengembangkan kompetensi kerja, hak untuk
beribadah menurut agama dan kepercayaannya, hak untuk mendapatkan upah atau
penghasilan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia, hak untuk
mendapatkan perlindungan, kesejahteraan, kesehatan, dan keselamatan kerja.
Apabila pekerja merasa bahwa hak-haknya yang dilindungi dan diatur di
dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tersebut merasa tidak
terpenuhi dan diabaikan oleh pengusaha maka hal tersebut akan dapat
menyebabkan perselisihan-perselisihan tertentu antara pengusaha dan pekerja. Jika
perselisihan itu terjadi, maka peraturan hukum di Indonesia telah mengaturnya di
dalam UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial. Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat yang
mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan
mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja
dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan. Setiap
bentuk perselisihan tersebut memiliki cara atau prosedur tersendiri untuk
menyelesaikannya baik itu melalui perundingan bipartit, mediasi, konsiliasi,
arbitrase, atau diselesaikan di Pengadilan Hubungan Industrial.
Sesuai UUD 1945 pasal 28, disebutkan bahwa setiap warga Negara berhak
atas pelayanan kesehatan, penjabaran lebih lanjut dalan undang undang nomor 36
tahun 2009 (pasal 165) disebutkan pengelola tempat kerja wajib melakukan segala
bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan
pemulihan bagi tenaga kerja; dan pekerja wajib menciptakan dan menjaga
kesehatan tempat kerja yang sehat dan menaati peraturan yang berlaku di tempat
kerja. Dalam undang undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan antara
lain disebutkan bahwa pemberi kerja wajib melindungi keselamatan pekerja melalui
penyelenggaraan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Kesehatan kerja pada kegiatan pertambangan mutlak harus dilaksanakan
oleh semua pekerja tambang yang berada di lingkungan kerja, alasannya karena
bekerja adalah bagian dari kehidupan, namun dalam melaksanakan pekerjaan
berbagai potensi bahaya dan risiko mengancam pekerja tambang sehingga dapat
menimbulkan gangguan kesehatan. Sesuai pasal 141 (2) undang undang nomor 4
tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara (minerba) dan pasal 26
(1) peraturan pemerintah nomor 55 tahun 2010 tentang pembinaan dan
pengawasan kesehatan kerja dan pengawasannya dilakukan oleh inspektur
tambang.
ix
2.3.3 Kecelakaan tenaga kerja
Kecelakaan kerja yang terjadi akan menimbulkan kerugian bagi orang yang
dikenai dan atau bagi perusahaan pertambangan. Bagi pekerja kecelakaan yang
terjadi dapat mengakibatkan penderitaan seperti luka ringan atau berat, bahkan
juga kematian. Efeknya itu tidak berhenti pada pekerjaan saja, namun juga
berpengaruh terhadap keluarga pekerja, apabila pekerja cacat seumur hidup dan
meninggal. Sedangkan bagi perusahaan pertambangan harus menanggung biaya
pengobatan dan biaya rumah sakit atau bahkan menanggung biaya penguburan jika
korban meninggal dunia, hilangnya waktu kerja karyawan yang menjadi korban dan
rekan-rekan karyawannya yang ikut menolong sehingga menghambat kelancaran
kerja, merekrut karyawan baru dan memberi pelatihan dan juga dapat menurunkan
mental atau kondisi psikis para karyawan.
Upah minimum regional (UMR) adalah suatu upah minimum yang digunakan
oleh para pelaku pengusaha untuk memberikan upah dalam bentuk uang kepada
Mei 1989 tentang Upah Minimum. Penetapan upah dilaksanakan setiap tahun
melalui proses yang panjang. Tidak terlepas dari industri pertambangan yang
memiliki standar khusus pada pemberian upah kepada para tenaga kerja. Sektor
menyerap tenaga kerja yang tinggi di masa mendatang. Hal ini dibuktikan dengan
adanya beberapa faktor yang mampu mendukung sektor ini untuk menyerap lebih
Pemasukan Negara Bukan Pajak (PNBP) sumber daya alam. Bank Indonesia
mencatat kontribusi minyak bumi, gas bumi, mineral, serta batu bara mencapai Rp
90 triliun atau meliputi 95 persen dari pendapatan SDA. Dengan porsi mencapai 7,2
x
persen, pertambangan migas dan minerba juga termasuk kontributor utama Produk
Domestik Bruto (PDB) 2016 setelah perdagangan, pertanian, dan jasa konstruksi.
Selain itu, bidang yang dikenal dengan industri ekstraktif ini juga memberi setoran
tinggi produktivitas pekerja, maka semakin tinggi pula upah diterimanya, dan
upah lebih tinggi sebagai hadiah dari perusahaan dan mereka membalasnya dengan
kesediaan bekerja lebih keras. Dalam hal pengupahan maka di samping besaran
rekan-rekan di posisi pekerjaan yang sama, dan dengan karyawan lain dalam
tingkat upah akan berbeda untuk tiap jenjang pekerjaan yang berbeda. Pekerja
akan merespons perbedaan upah antar jenjang pekerjaan. Apabila perbedaan upah
antar jenjang jabatan sangat besar, maka pekerja menilai hal tersebut sebagai
sesuatu yang tidak adil, dan sebaliknya. Dengan demikian, effort pekerja tidak
hanya ditentukan oleh upah yang diterimanya, tetapi juga ditentukan oleh upah
relatif pekerja tersebut dengan pekerja lain yang berada pada jenjang jabatan yang
berbeda. Hal ini berarti effort pekerja juga ditentukan oleh upah relatif.
tingkat upah dari yang terendah sampai yang tertinggi atau sebaliknya. Struktur
pada effort pekerja melalui aspek fairness. Apabila pekerja menilai tingkat upah
xi
yang diterimanya sebagai tingkat upah yang fair/adil maka mereka akan merespons
dengan effort yang tinggi dan sebaliknya Pekerja di bidang pertambangan terdiri
dari pekerja produksi dan pekerja non-produksi. Pekerja produksi berperan dalam
proses eksplorasi dan eksploitasi bahan tambang maupun proses pengolahan bahan
buruknya kinerja perusahaan tambang ditentukan antara lain oleh para pekerja
non-produksi. Untuk itu pembahasan dalam studi ini akan mengkaji kaitan antara
perusahaan. Apabila keseluruhan pekerja termotivasi untuk bekerja lebih giat dan
lebih produktif, maka hal ini akan berdampak pada kenaikan jumlah produksi
barang dan jasa (Produk Domestik Bruto = PDB). Di sisi lain, beberapa ekonom
pekerja. Tanpa adanya kerjasama yang baik antar pekerja, maka produktivitas
terjalin dengan baik apabila distribusi upah tidak terlalu menyebar. Hal ini
pekerja lain dalam perusahaan yang sama maupun dengan pekerja di perusahaan
lain (Lallemand et al, 2004). Model pengupahan ini dikenal sebagai model fair wage-
effort. Model ini menyatakan bahwa effort pekerja bergantung pada penilaian
mengumpul. Hal ini berarti upah yang diterima pekerja tidak berbeda signifikan
xii
dengan upah pekerja lain. Perusahaan dengan skala upah yang cenderung
kerjasama antar pekerja dapat berjalan baik. Kerjasama antar pekerja yang baik
meningkat.
kenaikan upah yang lebih tinggi bagi kelompok middle manager ke atas (manajer
dan sekretaris). Apabila hal ini terjadi maka distribusi upah akan semakin menyebar
xiii
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
berikut:
1. Konsep Tenaga kerja sendiri diartikan sebagai penduduk dalam usia kerja
yang siap melakukan pekerjaan, yaitu usia 15-65 tahun. Menurut UU No.13
tahun 2003, tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan
3. Upah minimum regional (UMR) adalah suatu upah minimum yang digunakan oleh
para pelaku pengusaha untuk memberikan upah dalam bentuk uang kepada
dilaksanakan setiap tahun melalui proses yang panjang. Tidak terlepas dari
xiv
mampu dan cukup menjanjikan untuk menyerap tenaga kerja yang tinggi di
masa mendatang. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa faktor yang
mampu mendukung sektor ini untuk menyerap lebih banyak tenaga kerja.
3.2 Saran
Penyusunan Makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, karena dalam
penyusunan makalah referensi yang diperoleh oleh penulis sangatlah kurang. Oleh
karena itu diharapkan nantinya untuk penyusunan makalah sejenis agar lebih
5.1
xv
xvi
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, R., & Roestamy, M., 2018, Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Tambang
Galian C Dalam Perspektif Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja di
Wilayah Provinsi Jawa Barat, Jurnal Living Law, vol. 10, pp. 104-113.
Kristiawan, R., & Abdullah, R., 2020, Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja
Pada Area Penambangan Batu Kapur Unit Alat Berat PT. Semen Padang,
Jurnal Bina Tambang, vol. 5, pp. 11-21.
Lestari, V., Cahyono, D., & Wajdi, M., 2017, Sistem Pengupahan di Indonesia,
Economic: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, vol. 8, pp. 144-154.