DISUSUN OLEH:
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita sehingga Saya dapat menyelesaikan makalah
ini. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi kita, Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan kita selaku umatnya hingga akhir
zaman.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan mulai dari
mahasiswa maupun dosen sebagai pembaca termasuk saya sebagai penulis.
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................... ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia sebagai sumber daya pada mulanya diartikan tenaga kerja manusia
ditinjau secara fisiknya saja. Dengan kemampuan fisiknya manusia barusaha
mengambil manfaat materi yang tersedia di lingkungannya guna memenuhi
kebutuhan hidupnya. Banyak sedikitnya jumlah penduduk serta unsur-unsur yang
berkaitan dengan jumlah dalam batas tertentu merupakan potensi dalam bidang
pembangunan. Dengan jumlah penduduk yang banyak merupakan sumber daya
manusia untuk melakukan pembangunan. Bangsa yang sedang membangun melalui
pembangunan nasional yang berusaha meningkatkan hasilnya di segala bidang
kehidupan. Pembangunan nasional akan lebih bermakna sejauh pembangunan itu
mampu mewujudkan tujuan hakiki kebudayaan. Sumber daya manusia sebagai
pendukung pembangunan adalah perilaku produksi dari manusia dalam bentuk
tindakan nyata, sikap dan pengetahuannya kondusif bagi terjadinya perubahan-
perubahan dari tradisi, sikap dan fikiran dalam menghadapi hari depan dan
perubahan dalam arti pembaharuan. Oleh karena itu dalam melaksanakan
pembangunan suatu wilayah atau negara perlu diketahui keadaan sumber daya
manusia yang ada di wilayah tersebut dan bagaimana pelaksanaannya. Sumber daya
manusia sebagai salah satu sumber daya yang ada di dalam organisasi memegang
peranan yang penting dalam keberhasilan pencapaian organisasi. Sumber daya
manusia sebagai salah satu sumber daya manusia yang menjalankannya tidak
berkualifikasi untuk memperkenalkannya. Demikian dengan juga sumber
informasi. Sebaiknya dan selengkap apapun informasi yang diterima oleh
organisasi, tidak berarti apa-apa, jika kualitas sumber daya manusia yang tidak
mampu menerjemahkannya menjadi informasi yang berguna bagi perkembangan
sumber daya manusia.
Tenaga kerja (manpower) adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64
tahun) yang memiliki kemampuan untuk mengeluarkan usaha tiap satuan waktu
1
guna menghasilkan barang atau jasa, baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk orang
lain. Yang dimana Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai
pengawas atau ahli keselamatan kerja. Memakai alat-alat perlindungan diri yang
diwajibkan. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan yang diwajibkan. Dalam menghadapi di era globalisasi ini para tenaga
kerja dituntut agar dapat meningkatkan kinerja skillnya agar dapat tetap bersaing
dengan tenaga kerja asing. Saat ini yang terjadi pada tenaga kerja lokal yaitu masih
tertinggal dengan tenaga kerja asing dikarenakan mulai dari segi pendidikan,
pengalaman, budaya yang sudah turun menurun di dalam konteks tenaga kerja
masih lokal masih selalu kalah dengan tenaga kerja asing. Oleh karena itu tenaga
kerja lokal harus dapat meningkatkan skill dan kemampuannya sehingga apabila
tenaga kerja asing berkerja sama dengan tenaga kerja lokal dapat menjalankan
tugasnya dengan baik tanpa terganggu dan ada hambatan yang banyak untuk
meningkatkan hasil produktivitasnya. Dan apabila tenaga kerja asing masuk ke
negara Indonesia pasti mempunyai hal yang negatif maupun positif salah satu
contoh negatifnya yaitu ketidaktaatan pembagian upah dengan hasil tenaga kerja
lokal dan tenaga kerja asing oleh karena itu tenaga kerja lokal biasanya banyak yang
mengajukan protes sehingga menjadikan konflik yang pasti akan merugikan
perusahaan atau pihak-pihak penting dalam perusahaan. Selanjutnya sisi positifnya
yaitu pekerja lokal dapat mencontoh dan belajar sehingga dapat mengikuti dan
bersaing secara sehat dengan tanpa adanya keirian antara tenaga kerja lokal dengan
tenaga kerja asing sehingga mereka dapat menciptakan kerja sama yang baik antara
tenaga kerja asing dengan tenaga kerja lokal.
2
c. Apa saja faktor yang mempengaruhi perbedaan tenaga kerja di negara maju
dengan di Indonesia?
Manfaat penulisan dari makalah ini adalah diharapkan dapat mengetahui perbedaan
tenaaga kerja di negara maju dengan di Indonesia, alasan mengapa terdapat
perbedaan tersebut, serta faktor apa saja yang mempengaruhi perbedaan tersebut.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut
UU No. 13 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara
garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga
kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk
tersebut telah memasuki usia kerja. Rata-rata tenaga kerja mulai pada umur 17
hingga 20 tahun. Hubungan kerja yang terbangun dengan baik di tempat kerja akan
berdampak kepada terbangunnya suasana kerja yang kondusif, sehingga setiap
karyawan dapat didorong untuk bekerja sama secara maksimal dan meningkatnya
produktivitas kerja secara signifikan guna mencapai tujuan perusahaan yang telah
ditetapkan.
4
kemungkinan bahwa negara Indonesia sekarang lebih banyak memilih kinerja
tenaga kerja asing dikarenakan sudah terbukti bahwa tenaga kerja asing lebih
unggul mulai dari segi kedisiplinannya, keuletannya dalam berkerja, dan hal
terpenting adalah tanggung jawab dalam mengerjakan kinerjanya. Dampak positif
maupun negatif pun ada apabila adanya tenaga kerja asing di Indonesia. Contohnya
tenaga kerja asing bisa mencerminkan sikap dan budaya mereka yang baik hingga
tenaga kerja lokal pun ikut serta dalam hal baik yang dilakukan oleh tenaga asing
itu sendiri.
5
Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengatakan
bahwa ada dua alasan mengapa Indonesia masih menjadi negara "tertinggal"
ketimbang negara-negara lain yang semakin maju. Pertama adalah masalah
pengelolaan sumber daya manusia dan yang kedua adalah pengelolaan sumber daya
alam. Sumber daya manusia yang memiliki keunggulan daya saing yang tinggi
merupakan salah satu cara untuk mengambil keuntungan dari globalisasi manusia
dengan cara melakukan berbagai usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
diantaranya adalah dengan cara bekerja. Permasalahan yang ada dalam tenaga kerja
Indonesia saat ini memang tidak dapat dihindari. Namun, permasalahan itu bukan
menjadi alasan untuk menghentikan persaingan di tingkat regional dalam MEA
2015. Justru sebaliknya, Indonesia harus melihat peluang yang terbuka untuk
memperbaiki kualitas SDM yang ada dengan meningkatkan daya saing,
menyediakan pendidikan dan kesehatan yang memadai, serta memberikan edukasi
terhadap pentingnya MEA 2015 itu sendiri. Dalam kondisi perekonomian Indonesia
yang sangat baik ini, kualitas SDM masih perlu diperbaiki lagi. Tenaga kerja yang
ada di Indonesia tidak bisa hanya bekerja sebagai tenaga kerja informal karena
kualitas yang belum memadai. Dalam hal ini, pemerintah berpengaruh sangat besar
untuk mendorong kemajuan kualitas itu. Tetapi tanpa adanya kesadaran dari setiap
individu sebagai bagian dari MEA 2015, maka akan sangat sulit mencapai target
yang hendak dicapai oleh Indonesia. MEA 2015 harus dijadikan media bagi tenaga
kerja Indonesia untuk belajar bersaing di tingkat yang lebih tinggi, yaitu tingkat
Asia Tenggara. Indonesia memiliki tiga persoalan seputar ketenagakerjaan
menjelang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015. Tiga persoalan
utama adalah seputar tenaga kerja yang terjadi dalam negeri, antara lain kesempatan
kerja yang terbatas, rendahnya kualitas angkatan kerja, dan tingginya tingkat
pengangguran.
6
training bagi masyarakat. Dengan adanya sinergi atau kerjasama pemerintah dan
industri pendidikan tentang pelatihan kerja masyarakat dan industri, diharapkan
masyarakat akan mendapatkan manfaat dari pelatihan kerja sehingga dapat bersaing
di era globalisasi.
Kita dapat melihat bahwa tenaga kerja Indonesia masih belum dapat
menghasilkan barang maupun jasa yang berkualitas tinggi, daya saing masih
rendah, serta minim akan penguasaan atau pemahaman ilmu pengetahuan dan
teknologi. Selain karena kualitasnya yang masih rendah, banyaknya penanam
modal asing di Indonesia dapat mempengaruhi penghambatan perekonomian
Indonesia, serta hasil pendapatan tenaga kerja Indonesia rata-rata rendah. Berbeda
dengan negara maju lainnya karena memiliki teknologi yang canggih dan kualitas
sumber daya manusia yang tinggi sehingga memungkinkan negara tersebut untuk
melakukan banyak hal dan mendukung persaingan antarnegara.
7
Indonesia masih kekurangan sumber daya manusia berkualitas, walaupun
kita sama-sama tahu bahwa sumber daya manusia yang kita miliki adalah
melimpah. Riset menemukan adanya kesenjangan keterampilan yang signifikan di
mana sulitnya menemukan karyawan berkualitas untuk posisi profesional dan
manajer. Daya saing tenaga kerja Indonesia masih tergolong rendah. Menurut
laporan World Talent Ranking 2018, skor Indonesia 51,3 dan menempati peringkat
45 dari 63 negara yang diteliti. Walaupun begitu, peringkat Indonesia meningkat
dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, di mana pada 2016 dan 2017,
Indonesia berada pada peringkat 47. Menurut Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas) dalam proyeksi penduduk Indonesia 2010-2035, jumlah
penduduk Indonesia 2020 berada di kisaran 271 juta jiwa dengan jumlah paling
banyak menghuni Pulau Jawa. Pada 2045 mendatang, generasi milenial Indonesia
akan berada pada puncak usia produktif mereka, yaitu berumur 40-51 tahun.
Apabila kita dapat mengasah kualitas sumber daya manusia yang ada, maka ini akan
berdampak langsung agar Indonesia menjadi negara yang memiliki kekuatan tenaga
kerja yang besar ke depannya.
8
semua bahwa pendidikan sejatinya adalah hak setiap warga negara. Angkatan kerja
Indonesia memang jumlahnya besar, namun rata-rata memiliki tingkat pendidikan
yang rendah. Apabila tingkat pendidikan pekerja berkolerasi positif dengan
keterampilan dan produktivitas, maka kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian
besar tenaga kerja Indonesia merupakan pekerja yang memiliki keterampilan
rendah. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh seorang pekerja, maka
pengetahuan dan wawasannya juga semakin luas, berpikir menjadi lebih terarah,
sehingga akan melahirkan produktivitas yang cenderung semakin tinggi.
9
kesesuaian pendidikan dan industri kerja yang dibutuhkan, supaya seluruh tenaga
kerja yang ada dapat terserap.
Faktor kualitas hidup, khususnya dalam hal kesehatan, merupakan hal yang
menjadi perbedaan antara Indonesia dengan negara maju lainnya. Pemerintah di
negara maju memberikan jaminan kepada penduduknya dengan fasilitas
pendukung, seperti halnya akses terhadap kesehatan. Namun, kita bisa lihat di
Indonesia bahwa akses terhadap kesehatan masih banyak terkendala dan sampai
saat ini masih menjadi perhatian bagi pemerintah. Tingkat kesehatan masyarakat
yang tidak merata dan sangat rendah, khususnya terjadi pada masyarakat yang
tinggal di pemukiman kumuh. Belum maksimalnya upaya yang dilakukan oleh
pemerintah menyebabkan masalah kesehatan masyarakat masih tetap ada. Maka
dari itu, diperlukannya perencanaan dari pemerintah untuk mengatasi berbagai
masalah kesehatan yang ada. Ini dikarenakan, kualitas kesehatan yang ada di suatu
negara akan berdampak langsung terhadap kualitas penduduknya. Apabila kualitas
penduduknya baik, maka akan menjadi salah satu faktor pendukung pula dalam
terciptanya kualitas tenaga kerja Indonesia yang mampu bersaing dengan negara
maju lainnya.
10
menangani permasalahan ini agar tenaga kerja Indonesia dapat bersaing dengan
tenaga kerja asing.
11
BAB III
STUDI KASUS
Salah satu dampak yang timbul dari makin meningkatnya penduduk usia
tua, adalah beban pemerintah yang bertambah berat karena kurangnya tenaga kerja
12
produktif. Kasus kekurangan tenaga kerja produktif ini adalah masalah yang cukup
sulit bagi Jepang, sebab tenaga kerja tersebut menunjang produktivitas dan kinerja
dari suatu perusahaan. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah Jepang membuka
kesempatan kerja bagi tenaga kerja asing. Jepang giat melakukan promosi ke
berbagai negara, terutama negara-negara Asia dengan jumlah populasi yang besar,
guna mendapatkan tenaga kerja usia produktif. Salah satu usaha Jepang untuk
mendapatkan tenaga kerja asing yang berkualitas adalah dengan membangun
kerjasama resmi dengan pemerintah dari beberapa negara Asia, termasuk Indonesia,
yaitu adalah IJ-EPA (Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement). Dalam
kerangka IJ-EPA ini, pemerintah Jepang berkomitmen kepada Indonesia dalam
bidang jasa tenaga kerja, yaitu memberi peluang kepada Indonesia untuk
mengirimkan tenaga kerja terampil, seperti perawat, care worker, pekerja di sektor
perhotelan, pariwisata, dan kelautan ke Jepang. Saat ini, kerjasama yang sudah
terealisasi adalah pengiriman perawat dan care worger Indonesia ke Jepang.
Setiap tenaga kerja yang ingin bekerja di Jepang juga harus mengikuti
standar kerja di Jepang sebagai standar kompetensi kerja (SKK) khusus yang akan
menjadi standar dan pedoman dalam proses pelatihan maupun uji kompetensi bagi
calon tenaga kerja yang akan bekerja di Jepang. Kebijakan visa Jepang untuk
pekerja asing sudah berlaku sejak 1 April 2019, di mana kelompok bisnis di Jepang
menyambut kebijakan baru ini dengan kelegaan. Pemakaian jasa tenaga kerja asing
di Jepang hanya terbatas oleh kontrak kerja 5 tahun dan mereka harus memiliki
tingkat kecakapan tertentu serta kemahiran berbahasa Jepang. Dengan peraturan
tenaga kerja asing seperti ini, Jepang mulai ditinggalkan oleh peminat pencari
pekerjaan. Maka dari itu, ada baiknya pemerintah Jepang melakukan revisi terkait
peraturan tersebut, mulai dari apakah memang peraturan lama kerja dan tidak boleh
pindah profesi, kemahiran berbahasa Jepang, serta standar keahlian tertentu. Ini
dilakukan guna menarik minat dari tenaga kerja asing untuk bekerja di Jepang.
Namun demikian, tetap saja banyak kelompok masyarakat yang khawatir bahwa
kebijakan ini akan berisiko pada kurangnya lapangan kerja bagi penduduk lokal,
serta keharmonisan sosial bahkan keamanan nasional. Namun, ini harus tetap
dilakukan, sebab dari statistik pemerintah dan pelaku industri, bahwa keduanya
13
menunjukkan bahwa pasar pekerja benar-benar kosong. Masalah kekurangan
pekerja ini berada di semua sektor industri.
14
peringkat 45 dari 63 negara yang diteliti, terkait dengan daya saing tenaga kerja
Indonesia yang tergolong rendah. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Lalu, kita pasti bertanya, apa faktor yang mempengaruhi kualitas dari tenaga
kerja tersebut? Salah satu faktornya adalah pendidikan. Tingkat pendidikan suatu
negara dapat dijadikan indikator akan kualitas tenaga kerja di negara tersebut.
Indonesia masih rendah akan tingkat pendidikannya dan menyebabkan penguasaan
serta penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi memnjadi rendah, jika
dibandingkan dengan negara tetangga. Berdasarkan pendidikan tertinggi yang
ditamatkan, tenaga kerja lulusan SD mendominasi pangsa tenaga kerja Indonesia.
Dalam kurun waktu 2014-2018, setidaknya seperempat dari tenaga kerja
merupakan lulusan SD. Penyumbang terbanyak kedua, yaitu lulusan SMP, yaitu
sekitar 17-18 persen setiap tahunnya. Minimnya penguasaan serta penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi juga menyebabkan rendahnya produktivitas tenaga
kerja, sehingga akan berpengaruhi terhadap kualitas dan kuantital hasil produksi
yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Selain itu, kompetisi dan etos kerja
masyarakat kita juga masih rendah.
15
Kemudian, Indonesia masih sedikit dalam hal tenaga ahli, sebab saat ini
pekerja di Indonesia masih banyak didominasi tenaga kerja kurang terampil. Setiap
tahunnya, jumlah angkatan kerja di Indonesia terus meningkat, namun di sisi lain
jumlah tersebut tidak diimbangi oleh perluasan lapangan kerja. Sehingga, angkatan
kerja yang tidak terserap dalam lapangan kerja akan menyebabkan penganggusan.
Seharusnya angkatan kerja yang besar itu bisa membuat suatu perubahan ekonomi
yang besar bagi perekonomian Indonesia, di mana tidak hanya berfokus pada
menjadi PNS dan karyawan, tetapi mempunyai inisiatif menjadi lebih dari itu,
sehingga bisa meningkatkan daya saing bangsa. Pemerintah harus memperbaiki
daya saing tenaga kerja Indonesia, sebab sumber daya manusia (SDM) sebagai
pelaku pembangunan adalah kunci utama untuk mengejar ketertinggalan dan
bersaing dalam ekonomi global. Dengan jumlah penduduk yang besar ini, jika
didukung oleh kualitas yang mumpuni, maka kinerja perusahaan di Indonesia akan
menjadi sangat baik dan tentunya ini akan berdampak langsung pada perekonomian
Indonesia. Pekerja yang berkualitas akan meningkatkan produktivitas di dalam
suatu perusahaan.
Selain itu, persebaran tenaga kerja di Indonesia juga tidak merata, sebab
sebagian besarnya berada di Pulau Jawa yang merupakan magnet ekonomi bagi
pulau-pulaun lain yang pembangunannya dan lapangan pekerjaannya tidak sebaik
di pulau jawa. Hal ini terjadi karena pemerintah dahulu masih berfokus pada
pembangunan yang javasentris sehingga investor lebih tertarik untuk menanamkan
modalna di Jawa. Sementara di daerah lain hanya bergantung pada investor yang
berdiam diri di daerah itu di mana jika mereka berinvestasi pun, maka tidak akan
berinvestasi di high-tech yang bisa menyerapa ribuan tenaga kerja, sebab
infrastruktur yang ada masih belum mendukung. Banyaknya tenaga kerja yang
datang ke pulau Jawa menyebabkan jumlah lapangan kerja di Jawa semakin
terbatas, sehingga pengangguran banyak terjadi di Jawa.
16
kerja yang ada. Apabila hal tersebut dilakukan, maka perusahaan yang mencari
tenaga kerja untuk di-rekrut ke perusahaannya tidak perlu merasa bingung kembali
mengenai kualitas tenaga kerja yang dimiliki oleh Indonesia.
17
BAB III
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Persaingan tenaga kerja menjadi suatu hal yang tak bisa untuk dihindari. Hal
tersebut dapat terjadi di semua tempat, baik itu di dalam negari maupun di luar
negeri. Indonesia merupakan negara yang harus mampu memainkan peranan dalam
penyediaan sumber daya manusia yang memiliki keunggulan dan daya saing yang
tinggi agar dapat memenangkan persaingan tersebut. Indonesia dituntut untuk
mempersiapkan tenaga kerja yang kompeten agar dapat bersaing dengan tenaga
kerja dari negara maju lainnya. Maka dari itu, diperlukan persiapan yang matang
dengan memperhatikan peluang dimiliki dan sekaligus tantangan yang ada.
4.2. Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
A.Imam, Alimudin, Tatang Permana, dan Sriyono. 2018. Studi Kesiapan Kerja
Peserta Didik SMK untuk Bekerja di Industri Perbaikan Bodi Otomotif.
Journal of Mechanical Engineering Education, Vol. 5, No. 2 diakses pada
tanggal 30 Mei 2020.
Wijaya, Wanda, dan Eddy Madiono Sutanto. 2014. Human Relations Tenaga Kerja
Asing dan Tenaga Kerja Lokal di PT Gramitrama Jaya Steel. AGORA Vol.
2, No. 2 diakses pada tanggal 3 Juni 2020.
Pratiwi, Erliz Nindi, dan Rifa Atun Mahmudah. 2013. Peningkatan Daya Saing
Tenaga Kerja Indonesia Melalui Korelasi Input Penunjang Tenaga Kerja
dalam Menghadapi MEA 2015. Economics Development Analysis Journal
2 (2) diakses pada tanggal 3 Juni 2020.
19
Adianto, Jepi, dan Muhammad Fedryansyah. 2018. Peningkatan Kualitas Tenaga
Keja dalam Menghadapi ASEAN Economic Community. Jurnal Pekerjaan
Sosial, Vol. 1, No. 2, Hal. 77-86 diakses pada tanggal 3 Juni 2020.
Lidwin, Andrea. Ranking Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia Tergolong Rendah.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/21/daya-saing-tenaga-
kerja-indonesia-tergolong-rendah diakses pada tanggal 30 Mei 2020.
Muliana, Vina A. 7 Faktor Bisa Hambat Pertumbuhan Ekonomi RI, Apa Saja?
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3391752/7-faktor-bisa-hambat-
pertumbuhan-ekonomi-ri-apa-saja diakses pada tanggal 30 Mei 2020.
20
Widiyani, Rosmha. Berapa Jumlah Penduduk Indonesia 2020? Naik atau Turun?
https://news.detik.com/berita/d-4975893/berapa-jumlah-penduduk-
indonesia-2020-naik-atau-turun diakses pada tanggal 30 Mei 2020.
Aprillatu, Pramirvan Datu. Tenaga Kerja Indonesia Dinilai Kalah Bersaing dalam
Menghadapi MEA. https://www.merdeka.com/uang/tenaga-kerja-
indonesia-dinilai-kalah-bersaing-dalam-hadapi-mea.html diakses pada
tanggal 3 Juni 2020.
Hamdani, Trio. Menaker Sebut RI Kalah Saing dari Vietnam karena Kurang Jam
Kerja. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-
4717868/menaker-sebut-ri-kalah-saing-dari-vietnam-karena-kurang-jam-
kerja diakses pada tanggal 3 Juni 2020.
SAH. Luhut: SDM Lokal Tak Siap Bersaing dengan Tenaga Kerja Asing.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180309125859-92-
281709/luhut-sdm-lokal-tak-siap-bersaing-dengan-tenaga-kerja-asing
diakses pada tanggal 3 Juni 2020.
21
Jobstreet.com. Tenaga Kerja Berkualitas Kini Sulit Ditemui.
https://www.jobstreet.co.id/en/aboutus/tenaga-kerja-berkualitas-kini-sulit-
ditemui.htm diakses pada tanggal 30 Mei 2020.
Lidwina, Andrea. Ranking Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia Tergolong Rendah.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/21/daya-saing-tenaga-
kerja-indonesia-tergolong-rendah diakses pada tanggal 30 Mei 2020.
Gusman, Hanif. 43% Tenaga Kerja Lulusan SD & SMP, Apa Indonesia Siap
Industri 4.0? https://tirto.id/43-tenaga-kerja-lulusan-sd-smp-apa-indonesia-
siap-industri-40-djZj diakses pada tanggal 30 Mei 2020.
22
Fauzia, Mutia. Jepang Dilanda Kekurangan Tenaga Kerja.
https://ekonomi.kompas.com/read/2019/02/01/171200626/jepang-dilanda-
kekurangan-tenaga-kerja diakses pada tanggal 30 Mei 2020.
Jayani, Dwi Hadya. Jumlah Pekerja Informal Lebih Banyak dari Pekerja Formal.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/04/08/jumlah-pekerja-
informal-lebih-banyak-dari-pekerja-formal diakses pada tanggal 30 Mei
2020.
23