Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia Terhadap


Tenaga kerja Asing

DOSEN : Aa Tarsono, SH., MH.

DISUSUN OLEH:

Gilang Pangestu (20221220007)

UNIVERSITAS KEBANGSAAN REPUBLIK


INDONESIA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN
PEMRENCANAAN PRODI TEKNIK
LINGKUNGAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita sehingga Saya dapat menyelesaikan makalah
ini. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi kita, Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan kita selaku umatnya hingga akhir
zaman.

Saya mengucapkan terimakasih kepada bapak Aa Tarsono,SH,.MH. selaku


dosen mata kuliah Kewarganegaraan. karena dengan makalah ini saya dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman tentang membuat makalah. Saya
menyadari betul bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Dikarenakan
kemampuan yang saya pelajari hingga saat ini terbatas. Karena itu saya sangat
mengharapkan kritik atau saran yang dapat membangun sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah dengan baik di masa yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan mulai dari
mahasiswa maupun dosen sebagai pembaca termasuk saya sebagai penulis.

Bandung, 19 Maret 2023

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul Makalah ........................................................................................i

Kata Pengantar...................................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN ...........................................................................1

1.1. Latar Belakang .................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah ............................................................................2
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan .........................................................3

BAB II. PEMBAHASAN ..............................................................................4

2.1. Perbedaan Tenaga Kerja di Negara Maju dengan di Indonesia ........4


2.2. Alasan Terdapat Perbedaan Tenaga Kerja di Negara Maju dengan di
Indonesia...........................................................................................5
2.3. Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Tenaga Kerja di Negara
Maju dengan di Indonesia.................................................................7

BAB III. STUDI KASUS .............................................................................12

BAB IV. PENUTUP .....................................................................................18

4.1. Kesimpulan .....................................................................................18


4.2. Saran ............................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia sebagai sumber daya pada mulanya diartikan tenaga kerja manusia
ditinjau secara fisiknya saja. Dengan kemampuan fisiknya manusia barusaha
mengambil manfaat materi yang tersedia di lingkungannya guna memenuhi
kebutuhan hidupnya. Banyak sedikitnya jumlah penduduk serta unsur-unsur yang
berkaitan dengan jumlah dalam batas tertentu merupakan potensi dalam bidang
pembangunan. Dengan jumlah penduduk yang banyak merupakan sumber daya
manusia untuk melakukan pembangunan. Bangsa yang sedang membangun melalui
pembangunan nasional yang berusaha meningkatkan hasilnya di segala bidang
kehidupan. Pembangunan nasional akan lebih bermakna sejauh pembangunan itu
mampu mewujudkan tujuan hakiki kebudayaan. Sumber daya manusia sebagai
pendukung pembangunan adalah perilaku produksi dari manusia dalam bentuk
tindakan nyata, sikap dan pengetahuannya kondusif bagi terjadinya perubahan-
perubahan dari tradisi, sikap dan fikiran dalam menghadapi hari depan dan
perubahan dalam arti pembaharuan. Oleh karena itu dalam melaksanakan
pembangunan suatu wilayah atau negara perlu diketahui keadaan sumber daya
manusia yang ada di wilayah tersebut dan bagaimana pelaksanaannya. Sumber daya
manusia sebagai salah satu sumber daya yang ada di dalam organisasi memegang
peranan yang penting dalam keberhasilan pencapaian organisasi. Sumber daya
manusia sebagai salah satu sumber daya manusia yang menjalankannya tidak
berkualifikasi untuk memperkenalkannya. Demikian dengan juga sumber
informasi. Sebaiknya dan selengkap apapun informasi yang diterima oleh
organisasi, tidak berarti apa-apa, jika kualitas sumber daya manusia yang tidak
mampu menerjemahkannya menjadi informasi yang berguna bagi perkembangan
sumber daya manusia.

Tenaga kerja (manpower) adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64
tahun) yang memiliki kemampuan untuk mengeluarkan usaha tiap satuan waktu

1
guna menghasilkan barang atau jasa, baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk orang
lain. Yang dimana Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai
pengawas atau ahli keselamatan kerja. Memakai alat-alat perlindungan diri yang
diwajibkan. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan yang diwajibkan. Dalam menghadapi di era globalisasi ini para tenaga
kerja dituntut agar dapat meningkatkan kinerja skillnya agar dapat tetap bersaing
dengan tenaga kerja asing. Saat ini yang terjadi pada tenaga kerja lokal yaitu masih
tertinggal dengan tenaga kerja asing dikarenakan mulai dari segi pendidikan,
pengalaman, budaya yang sudah turun menurun di dalam konteks tenaga kerja
masih lokal masih selalu kalah dengan tenaga kerja asing. Oleh karena itu tenaga
kerja lokal harus dapat meningkatkan skill dan kemampuannya sehingga apabila
tenaga kerja asing berkerja sama dengan tenaga kerja lokal dapat menjalankan
tugasnya dengan baik tanpa terganggu dan ada hambatan yang banyak untuk
meningkatkan hasil produktivitasnya. Dan apabila tenaga kerja asing masuk ke
negara Indonesia pasti mempunyai hal yang negatif maupun positif salah satu
contoh negatifnya yaitu ketidaktaatan pembagian upah dengan hasil tenaga kerja
lokal dan tenaga kerja asing oleh karena itu tenaga kerja lokal biasanya banyak yang
mengajukan protes sehingga menjadikan konflik yang pasti akan merugikan
perusahaan atau pihak-pihak penting dalam perusahaan. Selanjutnya sisi positifnya
yaitu pekerja lokal dapat mencontoh dan belajar sehingga dapat mengikuti dan
bersaing secara sehat dengan tanpa adanya keirian antara tenaga kerja lokal dengan
tenaga kerja asing sehingga mereka dapat menciptakan kerja sama yang baik antara
tenaga kerja asing dengan tenaga kerja lokal.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:

a. Apa saja perbedaan tenaga kerja di negara maju dengan di Indonesia?

b. Mengapa bisa terdapat perbedaan tenaga kerja di negara maju dengan di


Indonesia?

2
c. Apa saja faktor yang mempengaruhi perbedaan tenaga kerja di negara maju
dengan di Indonesia?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan penulisan dari makalah ini, yaitu:

a. Mengetahui perbedaan tenaga kerja di negara maju dengan di Indonesia

b. Mengetahui alasan mengapa terjadi perbedaan tenaga kerja di negara maju


dengan di Indonesia

c. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perbedaan tenaga kerja di


negara maju dengan di Indonesia

Manfaat penulisan dari makalah ini adalah diharapkan dapat mengetahui perbedaan
tenaaga kerja di negara maju dengan di Indonesia, alasan mengapa terdapat
perbedaan tersebut, serta faktor apa saja yang mempengaruhi perbedaan tersebut.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Perbedaan Tenaga Kerja Indonesia dengan Tenaga Kerja Asing

Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut
UU No. 13 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara
garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga
kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk
tersebut telah memasuki usia kerja. Rata-rata tenaga kerja mulai pada umur 17
hingga 20 tahun. Hubungan kerja yang terbangun dengan baik di tempat kerja akan
berdampak kepada terbangunnya suasana kerja yang kondusif, sehingga setiap
karyawan dapat didorong untuk bekerja sama secara maksimal dan meningkatnya
produktivitas kerja secara signifikan guna mencapai tujuan perusahaan yang telah
ditetapkan.

Perbedaan yang signifikan antara tenaga kerja Indonesia dengan tenaga


kerja asing salah satunya adalah pembagian upah yang belum merata. Apabila di
negara Indonesia jika ada tenaga kerja yang kurang efektif, biasanya mendapat
pengurangan upah, dikarenakan tenaga asing memiliki pendidikan dan pengetahuan
akan pengalamannya yang lebih di atas daripada tenaga kerja Indonesia secara
signifikan. Selanjutnya pada perbedaan budaya pada tenaga kerja Indonesia dengan
tenaga kerja asing yaitu adanya ketidakselarasan dan kebiasaan yang dialami antara
kinerja tenaga kerja Indonesia dengan tenaga kerja asing, contohnya dalam hal
istirahat pada jam kerja dan operasional pada saat jam kerja. Biasanya dan sudah
terbukti bahwa kinerja tenaga kerja Indonesia jika dibandingkan dengan tenaga
kerja asing adalah lebih unggul tenaga kerja asing. Ini dikarenakan juga dari segi
disiplin dan sikap bertanggung jawab atas segala kinerjanya di Indonesia sangat
belum sepenuhnya dilakukan. Oleh karena itu, banyak sekali hal-hal yang perlu
dikoreksi dan dievaluasi pada kinerja lokal. Karena itu, tidak menutup

4
kemungkinan bahwa negara Indonesia sekarang lebih banyak memilih kinerja
tenaga kerja asing dikarenakan sudah terbukti bahwa tenaga kerja asing lebih
unggul mulai dari segi kedisiplinannya, keuletannya dalam berkerja, dan hal
terpenting adalah tanggung jawab dalam mengerjakan kinerjanya. Dampak positif
maupun negatif pun ada apabila adanya tenaga kerja asing di Indonesia. Contohnya
tenaga kerja asing bisa mencerminkan sikap dan budaya mereka yang baik hingga
tenaga kerja lokal pun ikut serta dalam hal baik yang dilakukan oleh tenaga asing
itu sendiri.

2.2. Alasan Terdapat Perbedaan Tenaga Kerja Indonesia dengan Tenaga


Kerja Asing

Dari data statistik kondisi kualitas sumber daya manusia dan


ketenagakerjaan, pekerja Indonesia masih kalah jauh dibandingkan negara ASEAN
lainnya. Penyebab kualitas tenaga kerja Indonesia relatif rendah dibandingkan
dengan negara lain adalah karena tingkat dan kualitas pendidikan yang dimiliki oleh
para tenaga kerja ini. Penyebab lainnya adalah masih banyaknya orang Indonesia
yang belum memasuki dunia kerja dikarenakan keterampilan mereka yang masih
minim. Akibatnya, mereka kalah bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain
seperti Vietnam. Indonesia memiliki jumlah angkatan kerja yang besar. Namun,
hanya sedikit dari mereka yang terserap dunia kerja. Rendahnya tenaga kerja di
Indonesia menyebabkan saat ini banyak tenaga kerja yang menganggur atau hanya
melakukan pekerjaan kasar dan berupah rendah. Ini terjadi karena tenaga kerja
Indonesia tidak memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan kompleks yang
memerlukan keterampilan dan keahlian tinggi. Penyebab kurangnya kemampuan
tenaga kerja Indonesia berakar dari rendahnya pendidikan para tenaga kerja. Di
Indonesia, dari penduduk usia produktif umur 24-60 tahun, hanya 8% yang
memiliki pendidikan tinggi (sarjana dan diploma). Presentase ini jauh dari negara
tetangga, seperti dari Australia yang 48% sudah memiliki pendidikan tinggi. Selain
itu, sistem pendidikan di Indonesia tidak memprioritaskan analisis dan pemikiran
kritis. Ini membuat kemampuan tenaga kerja Indonesia dalam menentukan dan
menyelesaikan masalah masih rendah.

5
Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengatakan
bahwa ada dua alasan mengapa Indonesia masih menjadi negara "tertinggal"
ketimbang negara-negara lain yang semakin maju. Pertama adalah masalah
pengelolaan sumber daya manusia dan yang kedua adalah pengelolaan sumber daya
alam. Sumber daya manusia yang memiliki keunggulan daya saing yang tinggi
merupakan salah satu cara untuk mengambil keuntungan dari globalisasi manusia
dengan cara melakukan berbagai usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
diantaranya adalah dengan cara bekerja. Permasalahan yang ada dalam tenaga kerja
Indonesia saat ini memang tidak dapat dihindari. Namun, permasalahan itu bukan
menjadi alasan untuk menghentikan persaingan di tingkat regional dalam MEA
2015. Justru sebaliknya, Indonesia harus melihat peluang yang terbuka untuk
memperbaiki kualitas SDM yang ada dengan meningkatkan daya saing,
menyediakan pendidikan dan kesehatan yang memadai, serta memberikan edukasi
terhadap pentingnya MEA 2015 itu sendiri. Dalam kondisi perekonomian Indonesia
yang sangat baik ini, kualitas SDM masih perlu diperbaiki lagi. Tenaga kerja yang
ada di Indonesia tidak bisa hanya bekerja sebagai tenaga kerja informal karena
kualitas yang belum memadai. Dalam hal ini, pemerintah berpengaruh sangat besar
untuk mendorong kemajuan kualitas itu. Tetapi tanpa adanya kesadaran dari setiap
individu sebagai bagian dari MEA 2015, maka akan sangat sulit mencapai target
yang hendak dicapai oleh Indonesia. MEA 2015 harus dijadikan media bagi tenaga
kerja Indonesia untuk belajar bersaing di tingkat yang lebih tinggi, yaitu tingkat
Asia Tenggara. Indonesia memiliki tiga persoalan seputar ketenagakerjaan
menjelang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015. Tiga persoalan
utama adalah seputar tenaga kerja yang terjadi dalam negeri, antara lain kesempatan
kerja yang terbatas, rendahnya kualitas angkatan kerja, dan tingginya tingkat
pengangguran.

Hubungan pekerjaan dan kerjasama yang baik antara pemerintah, industri


pendidikan harus diarahkan guna meningkatkan daya saing SDM. Pemerintah harus
mengembangkan sistem yang dapat menjamin kesejahteraan atau kemakmuran
masyarakat dalam akses pendidikan yang berkualitas, teknologi yang memadai, dan
kemudahan investasi sehingga dapat membuka lapangan kerja. Di samping itu,
industri memiliki peran penting dalam kesempatan dan pelatihan kerja on-the-job

6
training bagi masyarakat. Dengan adanya sinergi atau kerjasama pemerintah dan
industri pendidikan tentang pelatihan kerja masyarakat dan industri, diharapkan
masyarakat akan mendapatkan manfaat dari pelatihan kerja sehingga dapat bersaing
di era globalisasi.

Kita dapat melihat bahwa tenaga kerja Indonesia masih belum dapat
menghasilkan barang maupun jasa yang berkualitas tinggi, daya saing masih
rendah, serta minim akan penguasaan atau pemahaman ilmu pengetahuan dan
teknologi. Selain karena kualitasnya yang masih rendah, banyaknya penanam
modal asing di Indonesia dapat mempengaruhi penghambatan perekonomian
Indonesia, serta hasil pendapatan tenaga kerja Indonesia rata-rata rendah. Berbeda
dengan negara maju lainnya karena memiliki teknologi yang canggih dan kualitas
sumber daya manusia yang tinggi sehingga memungkinkan negara tersebut untuk
melakukan banyak hal dan mendukung persaingan antarnegara.

2.3. Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Tenaga Kerja Indonesia


dengan Tenaga Kerja Asing

Seperti yang kita ketahui bahwa terdapat perbedaan-perbedaan dalam hal


tenaga kerja Indonesia dan tenaga kerja di negara maju lainnya. Lalu kita pasti
bertanya, apa faktor yang mempengaruhi hal tersebut? Jika kita melihat dari sisi
kualitas penduduknya, maka jelas Indonesia memiliki banyak faktor yang
mempengaruhinya. Adapun kualitas penduduk ini akan berimplikasi langsung
terhadap kualitas dan produktivitas tenaga kerja Indonesia jika dibandingkan
dengan negara maju lainnya. Walaupun Amerika Serikat telah mengeluarkan
Indonesia dari daftar negara berkembang, yaitu dinobatkan sebagai negara maju, di
mana kini ekonomi Indonesia berada di peringkat ke-15 dan daya beli ekonomi
berada di peringkat ke-7 dari negara-negara G20, namun masih ada beberapa hal
yang harus dievaluasi kembali untuk mengukuhkan peringkat “negara maju”
tersebut. Sebab, jika melihat pada realita yang ada saat ini, maka ada banyak hal
yang masih harus dievaluasi sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas tenaga
kerja yang ada, apabila dibandingkan dengan negara maju lainnya, contohnya
adalah Jepang.

7
Indonesia masih kekurangan sumber daya manusia berkualitas, walaupun
kita sama-sama tahu bahwa sumber daya manusia yang kita miliki adalah
melimpah. Riset menemukan adanya kesenjangan keterampilan yang signifikan di
mana sulitnya menemukan karyawan berkualitas untuk posisi profesional dan
manajer. Daya saing tenaga kerja Indonesia masih tergolong rendah. Menurut
laporan World Talent Ranking 2018, skor Indonesia 51,3 dan menempati peringkat
45 dari 63 negara yang diteliti. Walaupun begitu, peringkat Indonesia meningkat
dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, di mana pada 2016 dan 2017,
Indonesia berada pada peringkat 47. Menurut Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas) dalam proyeksi penduduk Indonesia 2010-2035, jumlah
penduduk Indonesia 2020 berada di kisaran 271 juta jiwa dengan jumlah paling
banyak menghuni Pulau Jawa. Pada 2045 mendatang, generasi milenial Indonesia
akan berada pada puncak usia produktif mereka, yaitu berumur 40-51 tahun.
Apabila kita dapat mengasah kualitas sumber daya manusia yang ada, maka ini akan
berdampak langsung agar Indonesia menjadi negara yang memiliki kekuatan tenaga
kerja yang besar ke depannya.

Faktor pendidikan merupakan hal yang mendukung dalam menentukan


bagaimana kualitas penduduk di suatu negara. Di negara maju, pendidikan memiliki
kualitas yang tinggi. Sedangkan di Indonesia, pemerataaan pendidikan dirasa masih
menjadi suata kendala yang harus selekas mungkin diselesaikan sebagai upaya
untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja yang ada. Perkembangan dan kemajuan
peradaban suatu negara dalam berbagai dimensinya secara umum merupakan akibat
dari pendidikan dan pengajaran. Karena itu, pendidikan memegang peran penting
bagi anak-anak yang mana mereka akan menjadi penyokong untuk masa depan
yang cerah serta menjadi agent of change. Kita tidak bisa memungkiri bahwa
pendidikan bagi anak-anak di pedalaman Indonesia masihlah sulit untuk didapatkan
dengan layak seperti halnya anak-anak pada umumnya. Seperti halnya dirasakan
oleh sekolah-sekolah yang berada di salah satu pedalaman Papua, tepatnya di Desa
Tangma, Kabupaten Yahukimo. Di Tangma hanya terdapat 2 SD dan 1 SMP, yaitu
SD YPPGI Tangma, SMP YPPGI Tangma, dan SD Inpres Wamerek. Sulitnya akses
terhadap listrik dan internet membuat sekolah di Tangma ketinggalan informasi
terkini terkait pendidikan. Ini sudah seharusnya menjadi bahan evaluasi untuk kita

8
semua bahwa pendidikan sejatinya adalah hak setiap warga negara. Angkatan kerja
Indonesia memang jumlahnya besar, namun rata-rata memiliki tingkat pendidikan
yang rendah. Apabila tingkat pendidikan pekerja berkolerasi positif dengan
keterampilan dan produktivitas, maka kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian
besar tenaga kerja Indonesia merupakan pekerja yang memiliki keterampilan
rendah. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh seorang pekerja, maka
pengetahuan dan wawasannya juga semakin luas, berpikir menjadi lebih terarah,
sehingga akan melahirkan produktivitas yang cenderung semakin tinggi.

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi kualitas dan produktivitas tenaga


kerja Indonesia jika dibandingkan dengan negara maju lainnya adalah link and
match antara pendidikan dan industri. Kita ketahui bahwa lewat pendidikan di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah sebagai upaya untuk mengarahkan
peserta didik agas siap terjun secara profesional dan ikut bergerak di bidang usaha.
Relevansi lulusan SMK dengan dunia kerja yang ada dapat dilihat dari lulusannya
yang terserap di dunia kerja dengan cepat dan sesuai dengan bidang keahliannya.
Namun pada kenyataannya, dikatakan oleh Kepala Badan Pusat Statistik
Suhariyanto, bahwa tingkat pengangguran terbuka (TPT) didominasi oleh lulusan
SMK sebesar 10,42 persen pada Agustus 2019. Dari data tersebut dapat kita lihat
bahwa tenaga kerja yang dihasilkan sampai saat ini masih belum memenuhi
kualifikasi yang diisyaratkan oleh dunia kerja. Masih banyak peluang kerja yang
ditawarkan namun belum terisi, sebab lulusan pendidikan yang ada tidak semuanya
terserap pasar kerja. Hal ini pastinya membuat kita bertanya-tanya, mengapa hal
tersebut bisa terjadi? Idealnya secara nasional, lulusan SMK yang bisa langsung
memasuki dunia kerja adalah 80-85%. Namun, kompetensi yang dimiliki oleh
lulusan SMK masih belum cukup untuk menghadapi dunia kerja, sehingga pihak
pemberi kerja tidak bisa menempatkan mereka sesuai dengan keahliannya. Padahal
keahlian adalah kapasitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu rangkaian
tugas yang berkembang dari hasil pelatihan dan pengalaman. Keahlian seseorang
akan tercermin dari seberapa baik seseorang dalam melaksanakan suatu kegiatan
yang spesifik. Ini seharusnya menjadi bahan evaluasi untuk kita semua agar ke
depannya dapat memproyeksikan atau mempertimbangkan kembali akan

9
kesesuaian pendidikan dan industri kerja yang dibutuhkan, supaya seluruh tenaga
kerja yang ada dapat terserap.

Faktor kualitas hidup, khususnya dalam hal kesehatan, merupakan hal yang
menjadi perbedaan antara Indonesia dengan negara maju lainnya. Pemerintah di
negara maju memberikan jaminan kepada penduduknya dengan fasilitas
pendukung, seperti halnya akses terhadap kesehatan. Namun, kita bisa lihat di
Indonesia bahwa akses terhadap kesehatan masih banyak terkendala dan sampai
saat ini masih menjadi perhatian bagi pemerintah. Tingkat kesehatan masyarakat
yang tidak merata dan sangat rendah, khususnya terjadi pada masyarakat yang
tinggal di pemukiman kumuh. Belum maksimalnya upaya yang dilakukan oleh
pemerintah menyebabkan masalah kesehatan masyarakat masih tetap ada. Maka
dari itu, diperlukannya perencanaan dari pemerintah untuk mengatasi berbagai
masalah kesehatan yang ada. Ini dikarenakan, kualitas kesehatan yang ada di suatu
negara akan berdampak langsung terhadap kualitas penduduknya. Apabila kualitas
penduduknya baik, maka akan menjadi salah satu faktor pendukung pula dalam
terciptanya kualitas tenaga kerja Indonesia yang mampu bersaing dengan negara
maju lainnya.

Berdasarkan pembahasan di atas, kita dapat melihat bagaimana perbedaan


tenaga kerja di negara maju dan di Indonesia, yaitu dari hal pembagian upah yang
belum merata. Tenaga kerja asing jika dibandingkan dengan tenaga kerja Indonesia,
dianggap memiliki pendidikan, pengetahuan, serta pengalaman yang lebih
memadai. Selain itu, didapati juga bahwa kedisiplinan dan sikap bertanggung jawab
yang belum sepenuhnya dilakukan oleh tenaga kerja Indonesia. Penyebab dari
perbedaan-perbedaan tersebut adalah minimnya keterampilan tenaga kerja
Indonesia serta rendahnya pendidikan juga membuatnya kalah saing dengan tenaga
kerja asing. Di sisi lain, faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan dari tenaga
kerja Indonesia dan tenaga kerja asing, yaitu: (1) tidak meratanya pendidikan di
Indonesia; (2) permasalahan link and match antara pendidikan dan industri; (3) serta
faktor kualitas hidup, khususnya dalam hal kesehatan. Indonesia masih kekurangan
sumber daya manusia berkualitas, walaupun kuantitas sumber daya manusia yang
kita miliki adalah melimpah. Maka dari itu, perlu diadakannya evaluasi dalam

10
menangani permasalahan ini agar tenaga kerja Indonesia dapat bersaing dengan
tenaga kerja asing.

11
BAB III

STUDI KASUS

STUDI KASUS PERUSAHAAN DI NEGARA MAJU

Jepang tengah dilanda kekurangan tenaga kerja, di mana ketimpangan ini


adalah yang terbesar semenjak tahun 1973. Pasar tenaga kerja Jepang tengah
mengalami pengetatan dalam beberapa tahun terakhir seiring dengan merosotnya
jumlah tenaga kerja serta populasi penduduk tua yang semakin meningkat dan
jumlah kelahiran yang cenderung rendah. Sehingga untuk memenuhi tenaga kerja
dengan usia produktif, maka Jepang harus merekrut tenaga kerja asing. Jepang juga
membutuhkan orang-orang di sektor formal. Di lain pihak, pasti perusahaan yang
berada di Jepang juga membutuhkan pasokan tenaga kerja guna mendukung
produktivitas dari perusahaan. Di mana sektor pekerjaan yang dibutuhkan antara
lain care worker, building cleaning management, machine parts and tooling
industries, industrial machiner, industry electric, electronics, and information
industries construction industries shipbuilding and ship machinery industry,
automobile repair and maintenance, aviation industry, accomodation industry,
agriculture, fishery and aquaculture, manufacture of food and beverages, and food
service industry

ANALISIS KASUS PERUSAHAAN DI NEGARA MAJU

Masalah demografi yang dialami oleh Jepang adalah diakibatkan oleh


menurunnya angkat kelahiran yang ada. Ini membuat jumlah usia produktif
penduduk Jepang juga menurun. Masyarakat Jepang dikatakan sebagai masyarakat
yang menua, sebab jumlah penduduk berusia tua –yaitu 65 tahun ke atas- terus
bertambah dan usia harapan hidup penduduk Jepang juga semakin panjang. Gejala
bertambahnya penduduk usia tua mulai terlihat sejak Jepang mengalami
pertumbuhan ekonomi tinggi pada dekade 1960-1970.

Salah satu dampak yang timbul dari makin meningkatnya penduduk usia
tua, adalah beban pemerintah yang bertambah berat karena kurangnya tenaga kerja

12
produktif. Kasus kekurangan tenaga kerja produktif ini adalah masalah yang cukup
sulit bagi Jepang, sebab tenaga kerja tersebut menunjang produktivitas dan kinerja
dari suatu perusahaan. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah Jepang membuka
kesempatan kerja bagi tenaga kerja asing. Jepang giat melakukan promosi ke
berbagai negara, terutama negara-negara Asia dengan jumlah populasi yang besar,
guna mendapatkan tenaga kerja usia produktif. Salah satu usaha Jepang untuk
mendapatkan tenaga kerja asing yang berkualitas adalah dengan membangun
kerjasama resmi dengan pemerintah dari beberapa negara Asia, termasuk Indonesia,
yaitu adalah IJ-EPA (Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement). Dalam
kerangka IJ-EPA ini, pemerintah Jepang berkomitmen kepada Indonesia dalam
bidang jasa tenaga kerja, yaitu memberi peluang kepada Indonesia untuk
mengirimkan tenaga kerja terampil, seperti perawat, care worker, pekerja di sektor
perhotelan, pariwisata, dan kelautan ke Jepang. Saat ini, kerjasama yang sudah
terealisasi adalah pengiriman perawat dan care worger Indonesia ke Jepang.

Setiap tenaga kerja yang ingin bekerja di Jepang juga harus mengikuti
standar kerja di Jepang sebagai standar kompetensi kerja (SKK) khusus yang akan
menjadi standar dan pedoman dalam proses pelatihan maupun uji kompetensi bagi
calon tenaga kerja yang akan bekerja di Jepang. Kebijakan visa Jepang untuk
pekerja asing sudah berlaku sejak 1 April 2019, di mana kelompok bisnis di Jepang
menyambut kebijakan baru ini dengan kelegaan. Pemakaian jasa tenaga kerja asing
di Jepang hanya terbatas oleh kontrak kerja 5 tahun dan mereka harus memiliki
tingkat kecakapan tertentu serta kemahiran berbahasa Jepang. Dengan peraturan
tenaga kerja asing seperti ini, Jepang mulai ditinggalkan oleh peminat pencari
pekerjaan. Maka dari itu, ada baiknya pemerintah Jepang melakukan revisi terkait
peraturan tersebut, mulai dari apakah memang peraturan lama kerja dan tidak boleh
pindah profesi, kemahiran berbahasa Jepang, serta standar keahlian tertentu. Ini
dilakukan guna menarik minat dari tenaga kerja asing untuk bekerja di Jepang.
Namun demikian, tetap saja banyak kelompok masyarakat yang khawatir bahwa
kebijakan ini akan berisiko pada kurangnya lapangan kerja bagi penduduk lokal,
serta keharmonisan sosial bahkan keamanan nasional. Namun, ini harus tetap
dilakukan, sebab dari statistik pemerintah dan pelaku industri, bahwa keduanya

13
menunjukkan bahwa pasar pekerja benar-benar kosong. Masalah kekurangan
pekerja ini berada di semua sektor industri.

Melihat pertentangan yang terjadi akan keputusan pemerintah untuk


merekrut tenaga kerja asing, penulis rasa bahwa ini adalah kebijakan yang tepat
guna mempertahankan roda perekonomian yang ada di Jepang. Di sisi lain, Jepang
yang mengalami kekurangan kelompok usia produktif adalah suatu permasalahan
yang harus segera diatasi, maka dari itu kebijakan perekrutan tenaga kerja asing ini
adalah efektif. Penulis juga menilai bahwa untuk mengatasi kekhawatiran publik
akan tenaga kerja asing yang datang ke Jepang, pemerintah Jepang mengatakan
bahwa pekerja asing ini hanya berada untuk sementara waktu dan mereka bukanlah
imigran.

Masalah kekurangan pekerja ini dapat melumpuhkan banyak sektor industri


mengingat angka kelahiran Jepang yang rendah, serta populasi yang kian menua.
Dua faktor ini menjadi indikator yang sulit untuk diatasi dalam jangka pendek untuk
masalah kekurangan pekerja. Apabila perusahaan mempekerjakan kembali tenaga
yang sudah memasuki masa pensiun, ternyata hal ini mengundang permasalahan
tersendiri sebab umumnya pekerjaan yang tersedia memerlukan stamina dan
keterampilan khusus yang tentunya tidak banyak dimiliki oleh tenaga kerja yang
sudah memasuki masa pensiun. Kebijakan visa bagi tenaga kerja asing akan
setidaknya melegakan perusahaan, sebab masalah kekurangan pekerjaan akan
terselesaikan. Namun demikian, dalam perekrutan ini, pemerintah haruslah berhati-
hati dalam menyeleksi tenaga kerja asing. Ini dikarenakan agar usaha yang
dilakukan pemerintah Jepang dalam perekrutan tenaga kerja asing ini tidaklah sia-
sia.

STUDI KASUS PERUSAHAAN DI INDONESIA

Tenaga kerja berkualitas adalah hal yang dibutuhkan oleh setiap


perusahaan. Di sisi lain, hal ini menjadi salah satu tantangan utama praktisi HR
dalam mendapatkan calon karyawan yang dapat memenuhi kebutuhan perusahaan.
Menurut laporan World Talent Ranking 2018, skor Indonesia 51,3 dan menempati

14
peringkat 45 dari 63 negara yang diteliti, terkait dengan daya saing tenaga kerja
Indonesia yang tergolong rendah. Mengapa hal ini bisa terjadi?

ANALISIS KASUS PERUSAHAAN DI INDONESIA

Mendapatkan tenaga kerja yang sesuai dengan kualifikasi perusahaan


pastinya menjadi tantangan tersendiri. Di sisi lain, perusahaan harus selektif ketika
rekrutmen tenaga kerja, sebab ini terkait dengan pekerja yang akan menjadi bagian
dalam berjalannya roda perusahaan. Tenaga kerja dari sisi jumlah dan kualitas akan
menentukan keberhasilan dalam kinerja perusahaan. Jumlah tenaga kerja yang
besar tanpa diikuti kualitas yang baik akan membuat suatu perusahaan sulit untuk
bersaing dengan perusahaan lain atau negara lain. Indonesia masih menghadapi
jumlah tenaga kerja yang kurang memiliki kualitas yang mumpuni guna memasuki
dunia kerja. Penyerapan tenaga kerja dinilai sangat penting, sebab ini terkait dengan
upaya untuk mengatasi masalah pengangguran. Pada Agusuts 2019, jumlah
angkatan kerja Indonesia sebanyak 133,56 juta orang. Angka ini terdiri dari 126.41
juta pekerja dan 7,05 juta pengangguran. Dari total pekerja Indonesia, masih
terdapat penduduk yang menjadi setengah penganggur, yaitu 8,14 juta orang.

Lalu, kita pasti bertanya, apa faktor yang mempengaruhi kualitas dari tenaga
kerja tersebut? Salah satu faktornya adalah pendidikan. Tingkat pendidikan suatu
negara dapat dijadikan indikator akan kualitas tenaga kerja di negara tersebut.
Indonesia masih rendah akan tingkat pendidikannya dan menyebabkan penguasaan
serta penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi memnjadi rendah, jika
dibandingkan dengan negara tetangga. Berdasarkan pendidikan tertinggi yang
ditamatkan, tenaga kerja lulusan SD mendominasi pangsa tenaga kerja Indonesia.
Dalam kurun waktu 2014-2018, setidaknya seperempat dari tenaga kerja
merupakan lulusan SD. Penyumbang terbanyak kedua, yaitu lulusan SMP, yaitu
sekitar 17-18 persen setiap tahunnya. Minimnya penguasaan serta penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi juga menyebabkan rendahnya produktivitas tenaga
kerja, sehingga akan berpengaruhi terhadap kualitas dan kuantital hasil produksi
yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Selain itu, kompetisi dan etos kerja
masyarakat kita juga masih rendah.

15
Kemudian, Indonesia masih sedikit dalam hal tenaga ahli, sebab saat ini
pekerja di Indonesia masih banyak didominasi tenaga kerja kurang terampil. Setiap
tahunnya, jumlah angkatan kerja di Indonesia terus meningkat, namun di sisi lain
jumlah tersebut tidak diimbangi oleh perluasan lapangan kerja. Sehingga, angkatan
kerja yang tidak terserap dalam lapangan kerja akan menyebabkan penganggusan.
Seharusnya angkatan kerja yang besar itu bisa membuat suatu perubahan ekonomi
yang besar bagi perekonomian Indonesia, di mana tidak hanya berfokus pada
menjadi PNS dan karyawan, tetapi mempunyai inisiatif menjadi lebih dari itu,
sehingga bisa meningkatkan daya saing bangsa. Pemerintah harus memperbaiki
daya saing tenaga kerja Indonesia, sebab sumber daya manusia (SDM) sebagai
pelaku pembangunan adalah kunci utama untuk mengejar ketertinggalan dan
bersaing dalam ekonomi global. Dengan jumlah penduduk yang besar ini, jika
didukung oleh kualitas yang mumpuni, maka kinerja perusahaan di Indonesia akan
menjadi sangat baik dan tentunya ini akan berdampak langsung pada perekonomian
Indonesia. Pekerja yang berkualitas akan meningkatkan produktivitas di dalam
suatu perusahaan.

Selain itu, persebaran tenaga kerja di Indonesia juga tidak merata, sebab
sebagian besarnya berada di Pulau Jawa yang merupakan magnet ekonomi bagi
pulau-pulaun lain yang pembangunannya dan lapangan pekerjaannya tidak sebaik
di pulau jawa. Hal ini terjadi karena pemerintah dahulu masih berfokus pada
pembangunan yang javasentris sehingga investor lebih tertarik untuk menanamkan
modalna di Jawa. Sementara di daerah lain hanya bergantung pada investor yang
berdiam diri di daerah itu di mana jika mereka berinvestasi pun, maka tidak akan
berinvestasi di high-tech yang bisa menyerapa ribuan tenaga kerja, sebab
infrastruktur yang ada masih belum mendukung. Banyaknya tenaga kerja yang
datang ke pulau Jawa menyebabkan jumlah lapangan kerja di Jawa semakin
terbatas, sehingga pengangguran banyak terjadi di Jawa.

Guna mengatas permasalahan tenaga kerja di Indonesia tersebut, maka perlu


diadakan evaluasi kembali dan perubahan nyata guna meningkatkan kualitas
sumber daya manusia Indonesia, yaitu dengan cara meningkatkan kualitas
pendidikan, meningkatkan daya saing tenaga kerja kita, serta memeratakan tenaga

16
kerja yang ada. Apabila hal tersebut dilakukan, maka perusahaan yang mencari
tenaga kerja untuk di-rekrut ke perusahaannya tidak perlu merasa bingung kembali
mengenai kualitas tenaga kerja yang dimiliki oleh Indonesia.

17
BAB III

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Persaingan tenaga kerja menjadi suatu hal yang tak bisa untuk dihindari. Hal
tersebut dapat terjadi di semua tempat, baik itu di dalam negari maupun di luar
negeri. Indonesia merupakan negara yang harus mampu memainkan peranan dalam
penyediaan sumber daya manusia yang memiliki keunggulan dan daya saing yang
tinggi agar dapat memenangkan persaingan tersebut. Indonesia dituntut untuk
mempersiapkan tenaga kerja yang kompeten agar dapat bersaing dengan tenaga
kerja dari negara maju lainnya. Maka dari itu, diperlukan persiapan yang matang
dengan memperhatikan peluang dimiliki dan sekaligus tantangan yang ada.

4.2. Saran

Tugas utama pemerintah adalah mengembangkan perguruan tinggi yang


bermutu dan unggul sehingga mampu memasok tenaga-tenaga ahli yang diperlukan
di berbagai bidang keahlian. Perguruan tinggi sebagai penyelenggara pendidikan
tinggi wajib membekali lulusannya dengan ilmu dan kompetensi yang memenuhi
kebutuhan pasar tenaga kerja nasional dan internasionalnya. Pemerintah tidak bisa
melakukannya sendiri, melaikan diperlukan dukungan dunia usaha, kalangan
industri, dan para manajer SDM. Para elemen ini harus terlibat aktif dalam program
percepatan peningkatan kompetensi yang diselenggarakan pemerintah sehingga
peran pemerintah dan swasta dapat saling melengkapi.

18
DAFTAR PUSTAKA

A.Imam, Alimudin, Tatang Permana, dan Sriyono. 2018. Studi Kesiapan Kerja
Peserta Didik SMK untuk Bekerja di Industri Perbaikan Bodi Otomotif.
Journal of Mechanical Engineering Education, Vol. 5, No. 2 diakses pada
tanggal 30 Mei 2020.

Aminah, Shobichatul, Stedi Wardoyo, dan Sri Pangastoeti. 2018. Pengiriman


Tenaga Perawan dan Careworker Indonesia ke Jepang dalam Kerangka
Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJ-EPA). Bakti Budaya,
Vol. 1, No. 1, hlm: 92-102 diakses pada tanggal 12 Juni 2020.

Ukkas, Imran. 2017. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga


Kerja Industri Kecil Kota Palopo. Journal of Islamic Education
Management, Vol. 2, No. 2 diakses pada tanggal 30 Mei 2020.

Arisandy, Moh. Rum. 2018. Pengaruh Keterampilan dan Pengalaman Kerja


Terhadap Pengembangan Karir Pegawai pada Dinas Pendidikan Kabupaten
Donggala. E-Journal Katalogis, Volume 3 Nomor 8 hlm 149-156 diakses
pada tanggal 30 Mei 2020.

Mitra. 2012. (Masih) Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Jurnal


Kesehatan Komunitas, Vol. 1, No. 4 diakses pada tanggal 30 Mei 2020.

Wijaya, Wanda, dan Eddy Madiono Sutanto. 2014. Human Relations Tenaga Kerja
Asing dan Tenaga Kerja Lokal di PT Gramitrama Jaya Steel. AGORA Vol.
2, No. 2 diakses pada tanggal 3 Juni 2020.

Pratiwi, Erliz Nindi, dan Rifa Atun Mahmudah. 2013. Peningkatan Daya Saing
Tenaga Kerja Indonesia Melalui Korelasi Input Penunjang Tenaga Kerja
dalam Menghadapi MEA 2015. Economics Development Analysis Journal
2 (2) diakses pada tanggal 3 Juni 2020.

19
Adianto, Jepi, dan Muhammad Fedryansyah. 2018. Peningkatan Kualitas Tenaga
Keja dalam Menghadapi ASEAN Economic Community. Jurnal Pekerjaan
Sosial, Vol. 1, No. 2, Hal. 77-86 diakses pada tanggal 3 Juni 2020.

Lidwin, Andrea. Ranking Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia Tergolong Rendah.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/21/daya-saing-tenaga-
kerja-indonesia-tergolong-rendah diakses pada tanggal 30 Mei 2020.

Welianto, Ari. Perbedaan Negara Maju dan Negara Berkembang.


https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/10/070000769/perbedaan-
negara-maju-dan-negara-berkembang?page=all diakses pada tanggal 30 Mei
2020.

Muliana, Vina A. 7 Faktor Bisa Hambat Pertumbuhan Ekonomi RI, Apa Saja?
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3391752/7-faktor-bisa-hambat-
pertumbuhan-ekonomi-ri-apa-saja diakses pada tanggal 30 Mei 2020.

Indonesia Investments. Pengangguran di Indonesia. https://www.indonesia-


investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/pengangguran/item255
diakses pada tanggal 30 Mei 2020.

Halim, Vania. 12 Fakta Menarik AS ‘Nobatkan’ RI Jadi Negara Maju


https://economy.okezone.com/read/2020/02/28/320/2175531/12-fakta-
menarik-as-nobatkan-ri-jadi-negara-maju diakses pada tanggal 30 Mei 2020.

Abdurrahman. Pentingnya Pemerataan Pendidikan di Daerah Pedalaman.


https://www.halloriau.com/read-pendidikan-123800-2020-01-02-pentingnya-
pemerataan-pendidikan-di-daerah-pedalaman.html diakses pada tanggal 30
Mei 2020.

Maarif, Nurcholis. Mendikbud Nadiem, Akses Pendidikan di Pedalaman Papua


Butuh Bantuan. https://news.detik.com/berita/d-4813105/mendikbud-nadiem-
akses-pendidikan-di-pedalaman-papua-butuh-bantuan diakses pada tanggal 30
Mei 2020.

20
Widiyani, Rosmha. Berapa Jumlah Penduduk Indonesia 2020? Naik atau Turun?
https://news.detik.com/berita/d-4975893/berapa-jumlah-penduduk-
indonesia-2020-naik-atau-turun diakses pada tanggal 30 Mei 2020.

Kesijunawaroh. Pentingnya Kualitas Tenaga Kerja.


https://www.kompasiana.com/kesijunawaroh/57fcfca8c623bd2225a2c73f/
pentingnya-kualitas-tenaga-kerja diakses pada tanggal 3 Juni 2020.

Aprillatu, Pramirvan Datu. Tenaga Kerja Indonesia Dinilai Kalah Bersaing dalam
Menghadapi MEA. https://www.merdeka.com/uang/tenaga-kerja-
indonesia-dinilai-kalah-bersaing-dalam-hadapi-mea.html diakses pada
tanggal 3 Juni 2020.

Kontan.co.id. Dua Alasan Indonesia Tertinggal dari Negara Lain.


https://nasional.kontan.co.id/news/dua-alasan-indonesia-tertinggal-dari-
negara-lain diakses pada tanggal 3 Juni 2020.

Hamdani, Trio. Menaker Sebut RI Kalah Saing dari Vietnam karena Kurang Jam
Kerja. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-
4717868/menaker-sebut-ri-kalah-saing-dari-vietnam-karena-kurang-jam-
kerja diakses pada tanggal 3 Juni 2020.

SAH. Luhut: SDM Lokal Tak Siap Bersaing dengan Tenaga Kerja Asing.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180309125859-92-
281709/luhut-sdm-lokal-tak-siap-bersaing-dengan-tenaga-kerja-asing
diakses pada tanggal 3 Juni 2020.

Syahmardan. Tenaga Kerja Asing di Indonesia: Kebijakan dan Implementasi.


http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-bisnis/1427-tenaga-kerja-
asing-di-indonesia-kebijakan-dan-implementasi.html diakses pada tanggal
3 Juni 2020.

Fahriana, Dika. Meningkatkan Perekonomian dari Tenaga Kerja yang Berkualitas.


https://www.kompasiana.com/dikafahrina/57fa3929587b61c71bca013a/me
ningkatkan-perekonomian-dari-tenaga-kerja-yang-berkualitas diakses pada
tanggal 30 Mei 2020.

21
Jobstreet.com. Tenaga Kerja Berkualitas Kini Sulit Ditemui.
https://www.jobstreet.co.id/en/aboutus/tenaga-kerja-berkualitas-kini-sulit-
ditemui.htm diakses pada tanggal 30 Mei 2020.

Lidwina, Andrea. Ranking Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia Tergolong Rendah.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/21/daya-saing-tenaga-
kerja-indonesia-tergolong-rendah diakses pada tanggal 30 Mei 2020.

Koran Jakarta. Kualitas Tenaga Kerja Mesti Ditingkatkan. http://www.koran-


jakarta.com/kualitas-tenaga-kerja-mesti-ditingkatkan/ diakses pada tanggal
30 Mei 2020.

Gusman, Hanif. 43% Tenaga Kerja Lulusan SD & SMP, Apa Indonesia Siap
Industri 4.0? https://tirto.id/43-tenaga-kerja-lulusan-sd-smp-apa-indonesia-
siap-industri-40-djZj diakses pada tanggal 30 Mei 2020.

Jayani, Dwi Hadya. 8,14 Juta Orang Indonesia Setengah Menganggur.


https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/02/13/814-juta-orang-
indonesia-setengah-menganggur diakses pada tanggal 30 Mei 2020.

Noor, Ronny Rachman. Jepang Kekurangan Tenaga Kerja Terampil, Indonesia


Berpeluang?
https://www.kompasiana.com/rrnoor/5d75ca9a097f3661993b03d2/jepang-
kekurangan-tenaga-kerja-terampil-indonesia-berpeluang?page=2 diakses
pada tanggal 30 Mei 2020.

JawaPos.com. Kurang Tenaga Kerja, Jepang Perbanyak Visa Pekerja Asing.


https://www.jawapos.com/internasional/dw/12/04/2019/kurang-tenaga-
kerja-jepang-perbanyak-visa-pekerja-asing/ diakses pada tanggal 30 Mei
2020.

Pratama, Akhdi Martin. Kekurangan Tenaga Kerja, Jepang Gandeng Indonesia.


https://money.kompas.com/read/2019/06/25/114324026/kekurangan-
tenaga-kerja-jepang-gandeng-indonesia?page=all diakses pada tanggal 30
Mei 2020.

22
Fauzia, Mutia. Jepang Dilanda Kekurangan Tenaga Kerja.
https://ekonomi.kompas.com/read/2019/02/01/171200626/jepang-dilanda-
kekurangan-tenaga-kerja diakses pada tanggal 30 Mei 2020.

Jayani, Dwi Hadya. Jumlah Pekerja Informal Lebih Banyak dari Pekerja Formal.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/04/08/jumlah-pekerja-
informal-lebih-banyak-dari-pekerja-formal diakses pada tanggal 30 Mei
2020.

23

Anda mungkin juga menyukai