Anda di halaman 1dari 25

KERANGKA BERFIKIR DALAM BEKERJA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah SIM Pendidikan

Dosen Pengampu : Dr. Ismail Marzuki, M.pd.

Muhammad Noval Habibi


1986208088

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2022 M/1443 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas rahmat,
karunia serta kasih sayangnya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
Kerangka Berfikir Dalam Bekerja ini Dengan Baik. Sholawat beserta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa pula
kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ismail Marzuki, M.pd.selaku dosen
pengampu makalah mata kuliah SIM Pendidikan ini.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekeliruan


dan kekurangan, yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan
teknik pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku para
penulis.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan ilmu pengetahuan


dan memperluas wawasan bagi para pembaca, kami juga berharap akan adanya
kritik yang membangun dari para pembaca untuk memperbaiki kesalahan dan
kekurangan kami kedepannya.

Tangerang, 20 juli 2022

Muhammad Noval Habibi

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I..................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Makalah......................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................3
ISI.......................................................................................................................................3
1. Definisi Kerangka Berfikir Dalam Bekerja...............................................................3
1. Cara Beradaptasi Di Lingkungan Kerja Baru...........................................................5
2. Menerapkan Kerangka Berfikir Dalam Bekerja Di Bidang Pendidikan....................7
BAB III..............................................................................................................................16
PENUTUP.........................................................................................................................16
A. Kesimpulan...........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................17
GLOSARIUM.....................................................................................................................18
UMPAN BALIK..................................................................................................................19
i. Pilihan Ganda.......................................................................................................19
ii. Uraian Singkat......................................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bekerja  adalah suatu proses kegiatan dimana melibatkan mental dan
fisik yang dilakukan seseorang untuk bisa mencapai tujuannya baik
imbalan berupa uang atau barang. Bekerja juga merupakan kewajiban
dimana harus diemban setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan salah satu
bidang dari manajemen umum yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Dalam manajemen
sumber daya manusia, pegawai adalah asset (kekayaan) utama instansi,
sehingga harus dipelihara dengan baik. Faktor yang menjadi perhatian
dalam sumber daya manusia adalah manusia itu sendiri. Agar pengertian
manajemen sumber daya manusia ini lebih jelas ada beberapa pendapat
ahli mengenai definisi-definisi manajemen sumber daya manusia
diantaranya adalah.
Bagi Armstrong (2014:28), mendefinisikan bahwa praktek sumber
daya manusia (SDM) berkaitan dengan semua aspek tentang bagaimana
orang bekerja dan dikelola dalam organisasi. Ini mencakup kegiatan
seperti strategi SDM, manajemen SDM, tanggung jawab sosial
perusahaan, manajemen pengetahuan, pengembangan organisasi, sumber-
sumber SDM, manajemen kinerja, pembelajaran dan pengembangan,
manajemen imbalan, hubungan karyawan, kesejahteraan karyawan,
kesehatan dan keselamatan, serta penyedia jasa karyawan.
Kemudian T. Hani Handoko (2011:3), mendefinisikan bahwa
manajemen sumber daya manusia merupakan perencanaan,
pengorganisasian, 29 pengarahan dan pengendalian dari pengadaan,
pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan
pemberhentian karyawan dengan maksud terwujudnya tujuan perusahaan,
individu, karyawan, dan masyarakat.
Proses ini terdapat dalam bidang produksi, pemasaran, keuangan,
maupun kepegawaian. Karena sumber daya manusia dianggap semakin
penting perannya dalam pencapaian tujuan perusahaan, maka berbagai
pengalaman dan hasil penelitian dalam bidang SDM dikumpulkan secara
sistematis dalam apa yang disebut manajemen sumber daya manusia.
Istilah manajemen mempunyai arti sebagai kumpulan pengetahuan tentang
bagaimana seharusnya mengelola SDM.
B. Rumusan Masalah

1
1. Apa yang di maksud dengan kerangka berfikir dalam bekerja?
2. Bagaimana cara beradaptasi di lingkungan baru?
3. Bagaimana cara menerapkan kerangka berfikir dalam bekerja di
bidang pendidikan?
C. Tujuan Makalah
1. Agar mahasiswa mengetahui definisi dari kerangka berfikir dalam
bekerja.
2. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana cara beradaptasi di
lingkungan pekerjaan yang baru.
3. Agar mahasiswa mengetahui penerapan kerangka berfikir dalam
bekerja di bidang pendidikan.

2
BAB II
ISI
1. Definisi Kerangka Berfikir Dalam Bekerja
Seorang pekerja hendaknya memiliki kemampuan dan pengetahuan
terkait pekerjaan yang akan dilakukannya. Selain itu, seorang pekerja juga
harus memiliki dan menerapkan nilai-nilai yang dimiliknya. Mengutip dari
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pekerja adalah orang yang
menerima upah atas hasil pekerjaannya.
Sesungguhnya bekerja mempunyai makna banyak, luas dan dalam di
dalam tiap peri-kehidupan. Makna bekerja ditinjau dari segi perorangan
adalah gerak dari pada badan dan pikiran setiap orang guna memelihara
kelangsungan hidup badaniah maupun rokhaniyah.
Makna bekerja ditinjau dari segi kemasyarakatan adalah melakukan
pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa guna memuaskan
kebutuhan masyarakat. Makna bekerja ditinjau dari segi spiritual adalah
merupakan hak dan kewajiban manusia dalam memuliakan dan mengabdi
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Di Indonesia azas gotong royong merupakan ciri khas dari pada
kepribadian bangsa dan unsur pokok Pancasila. Oleh karena tenaga kerja
adalah sedemikian pentingnya bagi kehidupan bangsa dan malahan
merupakan faktor yang menentukan dari pada mati-hidupnya bangsa itu
sendiri, baik fisik maupun kulturil, maka perlu diadakan pengaturan
sebaik-baiknya yang dimulai sebelum orang menjadi tenaga kerja sampai
ia masuk keliang kubur.
Sehubungan dengan itu, Maka Sidang Umum Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara ke-1V telah menetapkan beberapa
keputusan dalam bidang tenaga kerja dan Undang-undang tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok mengenai Tenaga Kerja ini dimaksud sebagai
perwujudan dari pada ketetapan ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara itu.
Akhirnya perlu diterangkan bahwa yang dirumuskan dalam Undang-
undang ini ialah pokok-pokok untuk menjamin kedudukan sosial-
ekonomis tenaga kerja serta arah yang harus ditempuh dalam mengatur
kebutuhan sosial ekonomis tenaga kerja sesuai dengan cita-cita dan
aspirasi bangsa Indonesia.(Mohd Ismail Bin Mustari, 2006)
Dalam mencari pekerjaan, seseorang akan membutuhkan lebih dari
sekedar ijazah. Nilai IPK yang tinggi pun tidak akan berpengaruh besar
ketika skill dasar bekerja tidak dimiliki. Nah, berikut ini adalah 10

3
kemampuan mendasar yang harus dimiliki seseorang sebelum melamar
pekerjaan. 
 Keterampilan komunikasi - Mendengarkan, berbicara dan
menulis adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh
seseorang yang ingin bekerja. Biasanya orang-orang menginginkan
karyawan yang dapat secara akurat menafsirkan apa yang
dikatakan orang lain dan mengatur serta mengekspresikan pikiran
mereka dengan jelas.
 Kerja tim - Dalam lingkungan kerja saat ini, kebanyakan
pekerjaan akan melibatkan banyak orang untuk bekerja dalam satu
kelompok. Itulah sebabnya para pemilik perusahaan biasanya
menginginkan seseorang yang dapat memberikan yang terbaik saat
bekerja bersama.
 Keterampilan analitis dan pemecahan masalah - Pemberi kerja
menginginkan orang yang dapat menggunakan kreativitas,
penalaran, dan pengalamannya untuk mengidentifikasi dan
memecahkan masalah secara efektif.
 Keterampilan manajemen pribadi - Kemampuan untuk
merencanakan dan mengelola banyak tugas dan pekerjaan,
menetapkan prioritas dan beradaptasi dengan perubahan kondisi
akan menjadi poin tambahan yang menguntungkan.
 Efektivitas interpersonal - Pengusaha biasanya mencatat apakah
seorang karyawan dapat berhubungan dengan baik bersama rekan
kerja dan membangun hubungan baik dengan orang lain dalam
organisasi.
 Melek komputer/ teknis - Meskipun pemberi kerja akan
memberikan pelatihan tentang perangkat lunak yang digunakan
dalam pekerjaan, mereka juga mengharapkan karyawannya
memiliki keterampilan komputer dasar.
 Keterampilan kepemimpinan/ manajemen - Kemampuan untuk
mengambil alih dan mengelola tim dalam menyelesaikan tugas dan
mencari solusi untuk suatu masalah sangat penting untuk
diperhatikan.
 Keterampilan belajar - Pekerjaan terus berubah dan berkembang,
itulah sebabnya para pemberi kerja menginginkan orang yang
dapat dengan cepat tumbuh dan belajar saat perubahan terjadi.
 Kompetensi akademik dalam membaca dan matematika -
Meskipun sebagian besar pekerjaan tidak memerlukan matematika

4
seperti yang dipelajari di sekolah, hampir semua pekerjaan
membutuhkan kemampuan membaca untuk memahami instruksi
serta matematika dasar.
 Nilai kerja yang kuat - Ketekunan, kejujuran, kepercayaan diri
dan sikap positif adalah kualitas berharga dalam profesi apa pun
yang dimiliki oleh seorang karyawan. Para pemberi kerja tentu
mencari seseorang dengan integritas tinggi.
1. Cara Beradaptasi Di Lingkungan Kerja Baru
Mendapatkan pekerjaan di tempat baru tentu adalah sesuatu yang
menyenangkan. Berkenalan dengan suasana baru, rekan-rekan kerja
baru, serta bersiap menerima tantangan berupa pekerjaan baru menjadi
hal yang dinanti. Tapi, ada satu hal yang tak boleh luput dan harus
dilakukan, yaitu adaptasi.
Ya, adaptasi menjadi penting karena saat mendapatkan pekerjaan
baru, kita dihadapkan pada segala sesuatu yang bersifat baru. Itu juga
menjadi proses bagaimana kita menyatukan diri dengan lingkungan
kerja yang baru. Saat proses adaptasi sukses, maka kita bisa menjalani
pekerjaan di tempat baru ini dengan riang gembira.
Hal sebaliknya justru bisa terjadi saat proses adaptasi itu gagal
dilakukan. Semua terasa serba tidak nyaman, serta pekerjaan pun akan
sulit dilakukan karena proses adaptasi kita dengan pekerjaan baru
berjalan tidak lancar. Terdengar sedikit menakutkan, ya?
Tapi jangan khawatir. Berikut adalah tips-tips yang bisa Anda
lakukan agar proses adaptasi di tempat kerja baru Anda menjadi
sesuatu yang penuh warna dan, tentu saja, berakhir dengan ceria.
(Yusuf, 2017)
a. Tunjukkan jika Sosokmu Menyenangkan
Sebelum memulai pekerjaan di tempat baru, biasanya Anda
dipersilakan untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada rekan-
rekan kerja Anda yang baru. Ini jadi proses adaptasi pertama Anda.
Tunjukkanlah bahwa Anda adalah sosok yang menyenangkan.
Tunjukkan juga bahwa Anda adalah sosok yang mau belajar dan bisa
diajak kerja sama.
Selama masa pengenalan tersebut, gunakanlah kesempatan ini
untuk belajar secara menyenangkan. Ini akan menjadi proses adaptasi
awal Anda menghadapi lingkungan kerja yang baru, sekaligus
membuat pandangan pertama orang terhadap Anda menjadi positif.

5
b. Jangan Sombong dan Buka Diri
Saat bekerja di tempat baru, Anda mungkin akan dihadapkan
kepada hal-hal yang juga baru. Jangan sombong, dan bukalah diri
Anda terhadap hal-hal baru tersebut. Ini akan menjadi cara Anda
melakukan adaptasi terhadap lingkungan kerja baru Anda. Proses ini,
jika dilakukan dengan benar, akan terasa menyenangkan.
Dengan mau membuka diri dan mau belajar terhadap hal-hal
baru yang ada di tempat kerja baru Anda, itu akan menjadi sebuah
proses adaptasi yang memiliki banyak manfaat. Selain mendapatkan
pengetahuan baru, Anda juga bisa beradaptasi terhadap budaya di
tempat kerja baru Anda.
Tidak cuma itu, Anda juga bisa melakukan adaptasi terhadap
rekan-rekan kerja baru Anda. Ketika Anda tidak sombong, maka orang
lain pun akan mau mendekati Anda dan tidak segan berbagi dengan
Anda. Proses adaptasi yang baik.
c. Tunjukkan Kualitas Diri
Salah satu proses adaptasi lain yang bisa Anda tunjukkan adalah
dengan menunjukkan kualitas diri Anda. Membuka diri pada hal-hal
yang ada di kantor baru memang penting, tapi, Anda juga perlu
menunjukkan kemampuan apa yang Anda miliki sehingga Anda
mudah dikenali rekan kerja baru Anda.
Dengan menunjukkan kualitas diri, selain menancapkan jati diri
Anda di tempat kerja, Anda juga melakukan adaptasi dengan rekan dan
bos baru Anda di kantor. Rekan dan bos akan lebih mengenal Anda,
dan jika Anda sukses menunjukkan kualitas diri, maka Anda juga bisa
dianggap sukses melakukan adaptasi dengan kantor baru Anda.
(Fakhriyah, 2014)
d. Jauhkan Diri dari Hal Negatif
Terkadang, hal-hal negatif acap muncul di tempat kerja baru
yang Anda tempati. Hal ini secara tidak langsung dapat memengaruhi
performa kerja Anda. Untuk menyiasatinya, sekaligus menjadi bagian
dari proses adaptasi, maka Anda bisa menjauhkan diri dari hal negatif
tersebut.
Cara melakukan adaptasi terhadap hal negatif ini ada banyak.
Selain menunjukkan bahwa Anda adalah pribadi yang menyenangkan,
Anda juga bisa menjauhkan diri berbagai kebiasaan buruk, seperti
menggosip atau menggunjingkan orang lain. Adaptasi memang kadang

6
tidak hanya pada hal yang positif, Anda juga perlu melakukan adaptasi
yang tepat kepada hal-hal negatif seperti ini.
e. Buat Diri Senyaman Mungkin
Mendatangi tempat baru, mungkin saja Anda akan menemukan
tempat yang tidak sesuai dengan harapan awal Anda. Namun, hindari
untuk mengajukan komplain atas kondisi yang Anda temukan di sana,
sebab ini akan membuat Anda terlihat tidak profesional. Ini juga
menjadi proses adaptasi Anda di tempat kerja baru.
Selain itu, jangan biarkan tempat kerja Anda berantakan dan
terlihat kotor, sebab ini akan membuat Anda tidak nyaman ketika
bekerja. Hal ini penting, terutama jika Anda berbagi meja dengan
rekan yang lain. Intinya, buat diri Anda senyaman mungkin di tempat
kerja baru, karena itu juga merupakan bagian dari proses adaptasi.
2. Menerapkan Kerangka Berfikir Dalam Bekerja
Di Bidang Pendidikan
Pendidikan merupakan sektor yang paling penting dalam
mempersiapkan Indonesia sebagai negara maju di masa yang akan datang,
setidaknya di tahun 2025 sebagai akhir dari RPJPN 2005-2025,
masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang cerdas berdaya saing.
Untuk itu, sejak tahun 2003, pendidikan direvitalisasi dengan perubahan
paradigma yang dianut, dari pendidikan sentralistik berbasis UU Nomor 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjadi pendidikan yang
demokratis di tahun 2003. Dan, salah satu bentuk keputusan strategisnya
adalah memberi kepercayaan yang sangat besar pada guru untuk
meningkatkan perbaikan mutu sekolah untuk perbaikan mutu pendidikan
secara nasional. Untuk itu, pada tahun 2005, Indonesia mengundangkan
UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.(Ghozali, 2015)
Ditegaskan pada Pasal 10 ayat 1 UU Nomor 14 tahun 2005, bahwa
guru harus memiliki empat (4) kompetensi, meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Inilah standar
minimal seorang guru di Indonesia, khususnya guru-guru
sekolah/madrasah formal, untuk menopang pelaksanaan tugas mereka
dalam menghantarkan bangsa ke depan menjadi negara maju dengan
mengandalkan kekuatan sumber daya manusia, lewat paradigma
“knowledge based economy”, ekonomi berbasis pengetahuan. Keempat
kompetensi itu harus mereka peroleh melalui pendidikan dan dibuktikan
dengan sertifikat pendidik yang memberinya kewenangan untuk
melaksanakan tugas sebagai pendidik. Dalam melaksanakan tugasnya,
pemerintah juga mempersiapkan tunjangan profesi, baik guru negeri

7
maupun swasta. Salah satu yang harus dipersiapkan untuk menjadi calon
guru, dan harus dimiliki oleh setiap guru yang bertugas di
sekolah/madrasah, adalah kompetensi kepribadian, atau kecerdasan
personal.
a) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan salah satu kompetensi yang
sangat penting untuk bisa dipenuhi setiap calon guru maupun guru yang
mengajar di sekolah/madrasah agar dapat melaksanakan tugas dengan
baik. Memang, kompetensi kepribadian bukan bagian dari bahan yang
akan dan harus diajarkan para guru pada para siswa mereka, tapi
merupakan kekuatan yang harus dimiliki setiap guru, agar dapat
menghantarkan para siswanya menjadi orang-orang cerdas (smart citizen).
Guru pintar tidak akan terlalu bermanfaat jika tidak memiliki komitmen
untuk mengajar dengan baik. Komitmen untuk mengajar, membimbing
dan mendampingi para siswanya belajar, merupakan bagian dari
kompetensi kepribadian.(Lano, 2015)
Akan tetapi, kualifikasi kompetensi kepribadian tidak sesempit
komitmen mengajar, membimbing dan mendampingi para siswa belajar
agar menjadi anak-anak berprestasi di masa yang akan datang. Maria
Liakopoulou[1],peneliti dari Aristotle University of Thessaloniki
Makedonomaxon, Halastra Thessaloniki, Yunani, menegaskan bahwa
kompetensi kepribadian meliputi sifat-sifat yang berkaitan langsung
dengan pelaksanaan tugas mereka sebagai guru, yang dapat dilatih dan
dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan. Selanjutnya dia
membagi kepribadian tersebut ke dalam lima kelompok sifat sebagai
berikut:
1. Sifat profesional, meliputi komitmen untuk bekerja, rasa percaya
diri, bisa dipercaya dan menghargai orang lain.
2. Sifat berfikir, meliputi kemampuan analisis dan selalu berfikir
konsepsional.
3. Sifat ekspektasi, yakni bisa diharapkan dan bisa diandalkan dengan
senantiasa mampu memperlihatkan hasil pencapaian tujuan yang
sangat tinggi, memiliki pemahaman komprehensif tentang siswa,
tentang tugas dan tentang program pendidikan secara keseluruhan,
serta senantiasa memiliki inisiatif untuk melaksanakan tugas
dengan baik.
4. Sifat kepemimpinan, yakni memiliki sifat fleksibel, akuntabel, dan
keinginan kuat untuk terus belajar.
5. Sifat Relasi dengan orang lain, memiliki banyak relasi dengan
unsur-unsur yang terlibat dalam proses pendidikan, dan memiliki
keahlian berbagai pekerjaan pendidikan secara komprehensif.

8
Seorang guru harus memiliki sifat profesional, dengan ciri-ciri
utama memiliki komitmen untuk bekerja keras, memiliki rasa percaya diri
yang baik, bisa dipercaya dan menghargai orang lain. Salah satu hal yang
amat penting dari sifat profesional adalah memiliki komitmen untuk
bekerja keras untuk kemajuan sekolah. Ciri-ciri orang memiliki komitmen
bekerja dengan baik, menurut V. Murale, R Preetha, dan Juhi Singh Arora,
setidaknya memiliki tiga ciri utama, yakni:
1. Sangat percaya terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai oragnisasi
(dalam konteks ini adalah sekolah/madrasah).
2. Memiliki keinginan yang kuat untuk melaksanakan usaha-usaha
yang sudah sangat dipertimbangkan untuk dan atas nama
organisasi (sekolah/madrasah).
3. Memiliki keinginan yang kuat untuk terus bekerja dan menjadi
bagian dari organisasi (sekolah/madrasah).
Sifat profesional dalam kepribadian seorang guru akan terlihat dari
sikap komitmennya terhadap pekerjaan dan institusi pendidikan tempat dia
mengajar, yang ditandai dengan tiga indokator besar, yakni sangat
mempercayai institusinya, sangat ingin memajukan institusi pendidikan
tempat dia bekerja, dan dia akan sangat berkeinginan untuk terus
mendedikasikan keahliannya di institusi tempat di bekerja. Kemudian,
sifat profesional dalam kepribadian seorang guru juga dapat dilihat dari
rasa percaya diri, yang ditandai antara lain, memiliki motivasi yang kuat
untuk berprestasi, memiliki emosi yang stabil, tidak meledak-ledak, bisa
bekerjasama dengan orang lain, dan selalu mampu memberijalan keluar
untuk setiap persoalan yang dihadapi dalam kelompoknya. Kemudian
seorang guru dengan kerpibadian yang baik dan memiliki rasa percaya diri
harus memperlihatkan cara berfikir yang selalu positif, selalu berkeinginan
keras untuk memajukan insitusi, siap menghadapi risiko, dan sealu sehat,
ceria dan energetik.(Komalasari et al., 2009)
Di samping itu, sifat profesional dalam kepribadian guru juga akan
terlihat dari pribadinya yang luhur yang dapat dipercaya oleh orang lain.
Sifat dapat dipercaya tersebut bisa ditandai dengan dua indikator besar
yakni, kebiasaan berbuat kebajikan, yang ditandai dengan sikap yang
sangat loyal pada institusi, pada kebijakan bersama dan loyal terhadap
pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, kemudian bersikap terbuka,
peduli dan selalu memberi dukungan pada institusinya.
Kemudian, sifat dapat dipercaya juga bisa dilihat dari integritasnya
terhadap berbagai nilai dalam pelaksanaan pekerjaan, yakni nilai-nilai
kejujuran, keadilan, konsistensi dan selalu memenuhi janji. Terakhir, sifat
profesional dalam kepribadian guru juga bisa dilihat dari sikapnya yang
menghargai orang lain, sehingga tidak akan menyia-nyiakan sisiwanya,

9
dan tidak akan menyia-nyiakan orang tua siswa. Dengan demikian, dia
akan menghasilkan hasil pendidikan yang memberi kepuasan kepada para
siswa, orang tua siswa dan para pengguna lulusan, memberi kepuasan
dalam proses layanan pendidikan, waktu yang bisa dihitung, biaya bisa
dihitung dan produktifitas meningkat, bahkan nama baik dan keuntungan
institusi juga terus meningkat.
Kemudian dari itu, seorang guru profesional harus memiliki sifat
kritis dan mampu berfikir analitis sebagai wujud kepribadian saintifik
mereka. Sifat kritis dan kemampuan berfikir ini merupakan karakter yang
dimiliki sebagai hasil proses pendidikan keguruan mereka sebelum
menjadi guru. Kemampuan berfikir analistis sangat diperlukan bagi setiap
guru agar mampu mendorong para siswanya menjadi kritis, dan memiliki
kemampuan berfikir analitis dalam pelajaran yang mereka pelajari.
Bagaimana para siswa akan menjadi cerdas dan memiliki kemampuan
analisis yang baik jika gurunya sendiri tidak memiliki kemampuan berfikir
analisis. Dan kenapa kemampuan analisis ini menjadi sangat penting?
Linda Elder and Richard Paul, menjelaskan bahwa kalitas hidup dan apa-
apa yang dihasilkan manusia, akan sangat tergantung pada kualitas berfikir
manusia. Berfikir buruk itu sangat mahal, baik dari aspek uang maupun
waktu. Jika kita ingin berfikir baik, maka kita harus memahami dasar-
dasar berfikir yang baik.(Thomas Stefanus Kaihatu et al., 2015)
Selanjutnya Linda Elder dan Richard Paul menjelaskan, setidaknya
ada delapan (8) elemen berfikir analitis yang harus dipenuhi oleh setiap
guru agar para siswa mampu melatih kamampuan berfikirnya dengan baik,
yakni:
1. Pastikan tujuan; seorang guru harus memahami tujuan
membelajarkan para siswanya pada wilayah kajian matematika,
dan bisa memahami tujuan dari setiap pokok bahasan yang para
siswanya pelajari. Demikian pula dalam mata pelajaran lainnya,
sehingga berfikir kritis untuk menganalisis bahan ajar disesuaikan
dengan tujuan yang harus mereka capai.
2. Kemukakan beberapa pertanyaan pokok yang dikaitkan dengan
bahan ajar yang akan dipelajari para siswa, terkait perubahan-
perubahan apa yang bisa terjadi pada para siswa dengan
mempelajari pokok-pokok bahasan yang mereka pelajari.
3. Gunakan informasi, data, fakta atau obsenrvasi terhadap fenomena
yang terjadi untuk mereka pelajari, mereka fahami, dan mereka
diskusikan. Guru harus memiliki kemampuan menggunakan
informasi-informasi tersebut untuk mendorong perubahan pada
para siswanya.

10
4. Gunakan konsep, yakni bahwa menganalisis informasi harus
menggunakan teori, aksioma, prinsip atau model yang harus
diperoleh dari hasil-hasil kajian terhadap literatur yang sudah
ditulis para ahli yang memiliki legitimasi dalam bidangnya. Guru
harus memiliki kemampuan mengkaji informasi dari buku teks
dengan teori-teori yang ada dalam buku referensi. Kemampuan
tersebut harus dibelajarkan pada para siswanya, sehingga mereka
akan terbiasa berkperibadian baik dengan kemamouan berfikir
kritis yang didukung oleh teori-teori.
5. Melakukan interpretasi, dengan melakukan analisis, menyimpulkan
atau inferensi, atau merumuskan solusi terhadap sesuatu persoalan.
6. Mengembangkan asumsi-asumsi dan pilihan-pilihan kesimpulan
yang dapat dikembangkan dari hasil analisis terhadap informasi
setelah dikaji dengan menggunakan teori, model atau aksioma
yang dikembagkan dari sebuah keyakinan akan sebuah kebenaran.
7. Merumuskan implikasi atau rekomendasi-rekomendasi yang
disesuaikan dengan tujuanyang sudah ditetapkan, didukung data,
teori dan proses analisis.
8. Perumusan pandangan akhir yang bisa dijadikan rujukan untuk
pengembangan prilaku dan perumusan sebuah pandangan tentang
orientasi perubahan-perubahan prilaku.
Inilah delapan unsur berfikir analisis yang pada umumnya para
akademisi merujuknya serta menggunakannya sebagai langkah-langkah
berfikir analitis, dan dijadikan variabel pengukuran kemampuan berfikir
analisis seseorang. Dan bersamaan dengan itu pula, bahwa berfikir analitis
harus konsepsional, yakni menggunakan teori-teori, model-model yang
dapat dirujuk dari berbagai pendapat para ahli dalam bidangnya, dan
memiliki legitimasi akademik untuk dirujuk. Berfikir analitis tidak cukup
hanya dengan menggunakan logika rasional, dialektis, dan bahkan
sistematis, tanpa menggunakan rujukan teri, model atau aksioma, karena
akan terjebak dengan pemanfaatan common sense yang bisa jadi terbantah
oleh teori-teori yang sudah berkembang.(Lengkong et al., 2019)
Kemudian dari itu, guru juga harus berkepribadian baik dengan
memiliki sifat ekspektatif, dalam tiga arah ekspektasi, yaknipertama dia
bisa diharapkan oleh manajemen, orang tua siswa dan para siswa sendiri
untuk bisa bekerja produktif, menghasilkan siswa yang cerdas, dan bisa
mendampingi seluruh siswanya belajar. Kedua, dia juga harus memberi
harapan pada para siswanya, bahwa mereka bisa menjadi orang-orang
hebat, tidak boleh berpretensi negatif pada para siswanya, dan tidak boleh
memandang remeh para siswanya, tidak boleh sinis pada siswa karena
lambat memahami pelajaran, dan tidak boleh sinis karena siswanya
berprilaku nakal.

11
Dampingi mereka, sayangi mereka dan perbaiki prilakunya.
Ketiga, dia juga harus menaruh harapan penuh pada profesinya sebagai
guru, bahwa profesi guru adalah profesi terbaik bagi dirinya. Dia tidak
boleh sinis dengan pekerjaannya. Seorang guru tidak boleh berkata bahwa
profesi keguruan adalah profesi orang-orang miskin. Mereka harus bangga
dengan profesinya sebagai guru. Tidak baik bagi seorang guru untuk
mempermasalahkan profesi keguruannya dengan mengkaitkannya pada
indeks gaji yang tidak memadai, karena dia masuk setelah dia tahu bahwa
gajinya tidak memadai. Kalau tidak suka dengan indeks gaji seperti itu,
ambil putusan segera, dan cari alternatif yang lebih baik. Tidak boleh
profesi keguruan menjadi terhina oleh guru sendiri hanya karena indeks
gajinya yang tdiak memadai. Demikian pula dengan sikap mereka pada
siswanya.
Untuk menjadi seorang guru yang berkepribadian baik, seseorang
juga harus memiliki sifat manajerial, dengan fleksibbilitasnya dalam
menghadapi para siswa dalam kelas. Dia harus memiliki keahlian dalam
perencanaan kelas, mengorganisasi kelas sejak hari pertama dia bertugas,
cepat memulai kelas, melewati masa transisi dengan baik, memiliki
kemampuan dalam mengatasi dua atau lebih aktifitas kelas dalam satu
waktu yang sama. Kemudian dia juga harus mampu memelihara waktu
bekerja serta menggunakannya secara efisien dan konsisten, dapat
meminimalisasi gangguan, dapat menerima suasana kelas yang ribut
dengan kegiatan pembelajaran, memiliki teknik untuk mengontrol kelas,
dapat memelihara suasana tenang dalam belajar, dan tetap dapat menjaga
siswa untuk tetap belajar menuju sukses. Dan semua yang dilakukannya
harus bisa dipertanggung jawabkan pada kepala sekolah dan komite
sekolah, sehingga tidak ada satu pihak pun yang merasa dirugikan dengan
layanan guru profesional, dan bahkan semua fhak merasa puas dengan
layanan pembelajaran dari mereka.(Suwinardi, 2017)
Kompetensi kepribadian juga harus dilengkapi dengan kemampuan
beradaptasi dengan lingkungannya, dia harus mampu mengembangkan dua
karakterisitik interaksi guru dengan lingkungannya melalui dua budaya,
collegiality dan collborasi.Collegiality bermakna interaksi guru dengan
sesamanya baik dalam aspek intelektual, sosial, moral, emosional, dan
bahkan mungkin dalam aspek politik atau kebersamaan dalam aktifitas
organisasi profesi, Sedangkan Collaborasi lebih pada konteks kerjasama
intelektual, saling membimbing dalam pengembangan kurikulum,
pembelajaran, evaluasi dan berbagai aktifitas diskusi penyelesaian
berbagai persoalan pekerjaan sebagai guru.
Dua karakter peribadian guru tersebut, akan beririsan dengan
kompetensi sosial, tapi masih lebih kuat sebagai kompetensi kepribadian,

12
karena guru profesional harus mampu berinteraksi dan mengembangkan
relasi sosialnya minimal dengan kolega guru dan tata usaha di sekolahnya,
tidak boleh teralienasi dari lingkungannya. Bagaimana guru bisa
berkomunikasi dengan orang tua siswa, jika berkepribadian sangat tertutup
atau lebih suka menyendiri, introvert, dan tidak menyukai berkomunikasi
dengan orang lain, padahal perkembangan siswanya harus disampaikan
pada orang tuanya, pada kepala sekolah, atau pada pada walinya.
Inilah lima ciri kompetensi kepribadian calon guru atau guru
profesional, yang terkait langsung dengan tindakan mereka sebagai
seorang guru, agar mampu menghantarkan para siswanya menjadi smart
and competitive citizen, melalui proses pembelajaran yang dikelola oleh
dia dengan melibatkan tiga kompetensi lainnya, pedagogik, profesional
dan sosial. Akan tetapi masih banyak kompetensi kepribadian yang harus
dipenuhi guru profesional dan sangat mendukung karya-karya profesi
mereka sebagai seorang guru. (A Charmiati & Surya, 2019). Sifat-sifat
tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1. Adaptability in instructional interaction, mudah menyesuaikan diri
dengan situasi kelas, guru bisa dengan mudah mengubah suasana
belajar dengan sesuai dengan kebutuhan psikologis siswa, daripada
mempertahankan skenario pembelajaran yang sudah dirancang tapi
kurang sesuai dengan situasi kelas.
2. Humor, guru yang humoris, periang dan dapat membangkitkan
suasana belajar kembali segar, akan lebih berpeluang untuk dapat
menyampaikan materi ajar dengan baik, dan akan lebih membuat
para siswa senang belajar, nyaman dan terhindar dari kelelahan.
3. Memiliki tanggung jawab profesional yang baik, guru
mempersiapkan program pembelajaran, disain, skenario, alat dan
berbagai kepentingan proses pembelajaran dipersiapkan sebelum
kelas dimulai. Dan semua persiapan tersebut mereka dedikasikan
untuk kemajuan siswa, dengan penilaian yang fair, dan selalu
terbuka untuk melakukan perbaikan dengan mengeksplorasi saran
serta masukan pada para siswanya.
4. Enthusiasm, guru yang sangat antusias dalam membelajarkan para
siswanya, atau mehyampaikan pelajaran kepada para siswanya,
akan sangat membantu dalam membangun dan menghidupkan
serta meningkatkan motivasi siswa dalam partisipasi proses
pembelajaran di dalam kelas atau di luar kelas.
5. Argreeableness, ini merupakan sifat atau karakter yang harus terus
dibina pada semua guru dan calon guru, yakni sifat mudah atau
bisa menerima perbedaan, dan mudah memahami pendapat orang
lain, dan bisa menikmati relasi kolegial, dalam keadaan sependapat
atau tidak sependapat tentang sesuatu. Sifat-sifat yang harus

13
dikembangkan untuk kepribadian ini antara lain adalah, sifat
rendah hati, memiliki belas kasih kepada sesama, kooperatif, dapat
menerima keluhan, sederhana, gampang memaafkan dan bisa
dipercaya.
6. Caring, yakni memiliki kepedulian yang baik kepada siswa,
sejawat, orang tua siswa dan seluruh kelompok sosial yang
dilayaninya. Seorang guru yang memiliki perhatian pada para
siswanya akan membuka akses bagi mereka di setiap saat, dan akan
selalu membantu untuk kemajuan para siswanya. Guru yang
memiliki kepedulian akan selalu mengembangkan pedagogi yang
dapat mendorong para siswa belajar, dia akan memahami perasaan
para siswanya, dan dia akan mampu mengetahuai apa kebutuhan
para siswanya. Dan guru yang peduli akan tetap menjaga hubungan
dengan para siswanya dalam situasi apapun juga.
7. Acceptance, sikap menerima, yakni bisa menerima siswa dengan
apa adanya, memahami mereka dengan berbagai problema dan
keistimewaan yang dimilikinya. Sikap menerima didasarkan pada
sebuah keyakinan bahwa setiap individu memiliki potensi untuk
dikembangkan, dan menyiratkan bahwa setiap indvidu memiliki
hak yang sama untuk menjadi seperti yang sedang dia kerjakan,
dan guru harus mendorong siswanya untuk mempercepat
pencapaian apa yang diinginkannya. Sikap menerima memilki
beberapa segi, antara lain menghadapi siswa dengan sangat
bersahabat, peduli, senantiasa memberikan bantuan, dan terakhir
seorang guru sebaiknya tidak serta merta menghakimi atau
menginterpretasi perbuatan siswa, tapi fahami perbuatan mereka.
Kalau keliru, diperbaiki dengan cara-cara yang bisa diterima
mereka.
8. Empathy,yakni memahami dan menerima pengalaman orang lain
(siswa) seolah-olah pengalamannya sendiri, lalu terlibat dalam
proses memelihara, mengembangkan dan atau memperbaikinya
dengan tetap menjaga pendirian orang lain (siswa) tersebut. Sikap
empati bisa ditunjukkan dengan cara dia berkomunikasi yang
mampu dan biasa mendengarkan dengan sangat hati-hati, akurat,
dan dengan sensitifitas yang sangat mendalam.
Di samping itu semua, guru dan calon guru harus memiliki
sifat-sifat stimulatif, mendorong siswa untuk maju, hangat,
berorietnasi pada tugas dan pekerja keras, toleran, sopan, dan
bijaksana, bisa dipercaya, fleksibel dan mudah menyesuaikan diri,
demokratis, tidak semata mencari reputasi pribadi, mampu
mengatasi stereotipe siswa, bertanggung jawab terhadap kegiatan

14
belajar siswa, mampu menyampaikan perasaannya, dan memiliki
pendengaran yang baik.
Inilah beberapa sifat kepribadian guru yang ideal yang bisa
diharapkan akan mampu membawa perubahan pada tradisi belajar
para siswa, agar menjadi SDM bangsa yang cerdas berdaya saing.
Dan supaya mereka nyaman dalam pelaksanaan tugas, maka para
guru dan calon guru harus diyakinkan bahwa profesi guru adalah
pilihan terbaik baginya. Tidak boleh sinis dengan pekerjaannya.
Dia tidak boleh berkata bahwa profesi keguruan adalah profesi
orang-orang miskin. Mereka harus bangga dengan profesinya
sebagai seorang guru. Tidak baik bagi seorang guru untuk
mempermasalahkan profesi keguruannya dengan mengkaitkannya
pada indeks gaji yang tidak memadai, karena dia masuk setelah dia
tahu bahwa gajinya tidak memadai. Kalau tidak suka dengan
indeks gaji seperti itu, ambil putusan segera, dan cari alternatif
yang lebih baik. Tidak boleh profesi keguruan menjadi terhina oleh
guru sendiri hanya karena indeks gajinya yang tdiak memadai.
(Mohd Ismail Bin Mustari, 2006)

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah di atas, dapat di simpulkan bahwa kerangka berfikir
sangat penting saat bekerja, Berpikir kritis bisa jadi budaya di setiap
lapisan kerja, bukan cuma di top management saja. Bayangkan jika
perusahaan dengan ratusan bahkan ribuan karyawan dipimpin oleh direksi
yang sangat berpikir praktis tapi tidak didukung dengan karyawan yang
punya gaya berpikir serupa. Tentu tidak akan ada hasil maksimal yang
dicapai perusahaan dalam penjualan atau produksi yang dilakukan. Atau
contoh lain kalau kamu bekerja di lapangan seperti pertambangan dan
pengeboran laut lepas, tiap individu harus bisa berpikir kritis agar survive
di lapangan kerja yang medannya menyangkut keselamatan banyak orang.
Semakin banyak orang yang berpikir kritis dalam sebuah tim kerja, maka
kemungkinan tim tersebut berfungsi efektif akan semakin besar.

16
DAFTAR PUSTAKA
A Charmiati, P. G. H., & Surya, I. B. K. (2019). Pengaruh Kepuasan Kerja
Terhadap Organizational Citizenship Behavior (Ocb) Dengan Komitmen
Organisasional Sebagai Variabel Mediasi. E-Jurnal Manajemen Universitas
Udayana, 8(3), 1784. https://doi.org/10.24843/ejmunud.2019.v08.i03.p22
Fakhriyah, F. (2014). Penerapan problem based learning dalam upaya
mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Jurnal Pendidikan
IPA Indonesia, 3(1), 95–101. https://doi.org/10.15294/jpii.v3i1.2906
Ghozali, M. (2015). Keperibadian Islam Dan Profesionalisme Dalam Pekerjaan:
Satu Analisis Teoritis. Jurnal Syariah, 23(2), 255–286.
Komalasari, P. T. T., Nasih, M., & Prasetio, T. (2009). Pengaruh Public Service
Motivation Dan Organizational Citizenship Behavior Terhadap Kinerja
Organisasi Pemerintahan. Jurnal Manajemen Teori Dan Terapan| Journal of
Theory and Applied Management, 2(2), 128–141.
https://doi.org/10.20473/jmtt.v2i2.2380
Lano, P. (2015). Fungsi Kepemimpinan Untuk Mengurangi Sikap Arogansi
Pegawai. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 4(1), 74–81.
Lengkong, F., Lengkong, V. P. ., & Taroreh, R. N. (2019). Pengaruh
Keterampilan, Pengalaman Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan Di Pt. Tri Mustika Cocominaesa (Minahasa Selatan). Jurnal
EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 7(1), 281–
290.
Mohd Ismail Bin Mustari. (2006). PEMBENTUKAN NILAI DAN
KECEMERLANGAN BAGAI MELAHIRKAN GENERASI MUDA YANG
MAPAN DALAM MENGHADAPI ERA PASCA MODENISME.
1999(December), 1–6.
Suwinardi. (2017). Profesionalisme Dalam Bekerja. Orbith, 13(2), 81–85.
Thomas Stefanus Kaihatu, Dharmayanti, D., Juwaeni, H., Ekonomi, J. I.,
Universitas, P., Kuala, S., Wahyu, R., Nurmalina, R., Pascasarjana, P.,
Muhammadiyah, U., Yani, J. A., Di, P., Nusantara, P. T., Makmur, I.,
Hapsari, P., Kerja, S., Pt, D. I., Pratama, C., Adi, D., … Downey, A. B.
(2015). DAN PENGEMBANGAN FASILITAS WISATA AGRO ( Studi
Kasus di Kebun Wisata Pasirmukti , Bogor ). Jurnal Manajemen Dan
Kewirausahaan, 17(2), 41–59. https://doi.org/10.9744/jmk.17.2.135
Yusuf, M. (2017). Model Problem Based Learning Membangun. Cakrawala
Pendas, 3(2), 57–63.

17
GLOSARIUM
1. Stereotipe adalah penilaian terhadap seseorang hanya sesuai persepsi
terhadap himpunan di mana orang tersebut dapat dikategorikan.
Stereotipe adalah perlintasan pintas konsep yang dimainkan secara
intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks
dan menolong dalam pengambilan keputusan secara cepat.
2. Kompetensi adalah kemampuan yang kemampuan yang dibutuhkan
dibutuhkan untuk melakukan atau untuk melakukan atau melaksanakan
pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap
kerja.
3. Kooperatif adalah sikap yang menunjukkan kerjasama, tidak melakukan
penentangan terhadap suatu sikap individu maupun golongan tertentu.
Secara etimologi, kooperatif berasal dari bahasa Latin cooperarl yang
berarti 'bekerja sama'.
4. Profesional adalah seseorang yang menawarkan jasa atau layanan sesuai
protokol dan peraturan dalam bidang yang dijalaninya. Profesional akan
menerima upah atas jasa yang digelutinya. Ilustrasi bekerja profesional.
5. Pedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
peserta didik. Kompetensi Pedagogik merupakan kompetensi khas,
yang akan membedakan guru dengan profesi lainnya dan akan
menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta
didiknya.
6. Pendekatan saintifik adalah pendekatan saintifik adalah pendekatan
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa mulai dari proses
mengamati, menanya, mengumpulkan data/informasi, mengasosiasi,
dan mengkemonikasikan, sehingga mendorong perkembangan dan
pengembangan kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan
mahasiswa menjadi lebih baik serta memenuhi kaidah ilmiah.
Pengetahuan yang dimiliki dan yang akan tercipta dapat berbentuk
faktual, konseptual, prosedural atau metakognitif yang dapat diperoleh
melalui pengalaman indrawi mahasiswa dari berbagai sumber.
7. Dialektis adalah berasal dari kata dialog yang berarti komunikasi dua
arah, istilah ini telah ada sejak masa yunani kuno ketika diintrodusir
pemahaman bahwa segala sesuatu berubah.

18
UMPAN BALIK
i. Pilihan Ganda
1. 10 kemampuan yang harus dimiliki sebelum melamar kerja yaitu, kecuali?
A. Keterampilan komunikasi
B. Kerja tim
C. Keterampilan analitis daan pemecahan masalah

✔ D. Rajin menabung
2. Apa pentingnya beradsptasi dilingkungan kerja ?

✔A. Memberikan kenyamanan dan rasa aman dalam bekerja


B. Mencari musuh yang nyata
C. Melunasi piutang keluarga
D. Mencari perlindungan dari rentenir
3. Ditegaskan pada Pasal 10 ayat 1 UU Nomor 14 tahun 2005, bahwa guru
harus memiliki empat (4) kompetensi yaitu ?
A. Kompetensi berwirausaha , bersosial , bermasyarakat , beagama dan
bernegara.

✔ B. kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,


dan kompetensi profesional
C. Kompetensi sosial , budaya , agama , dan management
D. A dan C benar
4.Seorang guru harus memiliki sifat profesional yakni ?

✔ A. memiliki komitmen untuk bekerja keras, memiliki rasa percaya diri


yang baik, bisa dipercaya dan menghargai orang lain.
B. Berjiwa besar , sering memaafkan , memberi ucapan selamat atas
keberhasilan
C. Dapat dipercaya , mudah keliru , sopan santun
D. Semua benar.
5. Apa yang dimaksud pendekatan saintifik ?
A. Pendekatan yang persuasif

19
B. Mengikuti kemuan pengajar
C. Pendekatan yang komunikatif

✔ D. Pendekatan pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa mulai dari


proses mengamati, menanya, mengumpulkan data/informasi,
mengasosiasi, dan mengkemonikasikan,
ii. Uraian Singkat
1. Apa yang dimaksud pekerja menurut KBBI ?
pekerja adalah orang yang menerima upah atas hasil pekerjaannya.
2. Apa arti bekerja dalam segi kemasyarakatan ?
ditinjau dari segi kemasyarakatan adalah melakukan pekerjaan untuk
menghasilkan barang atau jasa guna memuaskan kebutuhan masyarakat.
3. Sebutkan 10 kemampuan dasar yang harus dimiliki para pekerja ?
10 kemampuan mendasar yang harus dimiliki seseorang sebelum melamar
pekerjaan.
 Keterampilan komunikasi - Mendengarkan, berbicara dan menulis adalah
kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin bekerja.
Biasanya orang-orang menginginkan karyawan yang dapat secara akurat
menafsirkan apa yang dikatakan orang lain dan mengatur serta
mengekspresikan pikiran mereka dengan jelas.
 Kerja tim - Dalam lingkungan kerja saat ini, kebanyakan pekerjaan akan
melibatkan banyak orang untuk bekerja dalam satu kelompok. Itulah
sebabnya para pemilik perusahaan biasanya menginginkan seseorang yang
dapat memberikan yang terbaik saat bekerja bersama.
 Keterampilan analitis dan pemecahan masalah - Pemberi kerja
menginginkan orang yang dapat menggunakan kreativitas, penalaran, dan
pengalamannya untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah secara
efektif.
 Keterampilan manajemen pribadi - Kemampuan untuk merencanakan dan
mengelola banyak tugas dan pekerjaan, menetapkan prioritas dan
beradaptasi dengan perubahan kondisi akan menjadi poin tambahan yang
menguntungkan.
 Efektivitas interpersonal - Pengusaha biasanya mencatat apakah seorang
karyawan dapat berhubungan dengan baik bersama rekan kerja dan
membangun hubungan baik dengan orang lain dalam organisasi.
 Melek komputer/ teknis - Meskipun pemberi kerja akan memberikan
pelatihan tentang perangkat lunak yang digunakan dalam pekerjaan,

20
mereka juga mengharapkan karyawannya memiliki keterampilan komputer
dasar.
 Keterampilan kepemimpinan/ manajemen - Kemampuan untuk mengambil
alih dan mengelola tim dalam menyelesaikan tugas dan mencari solusi
untuk suatu masalah sangat penting untuk diperhatikan.
 Keterampilan belajar - Pekerjaan terus berubah dan berkembang, itulah
sebabnya para pemberi kerja menginginkan orang yang dapat dengan cepat
tumbuh dan belajar saat perubahan terjadi.
 Kompetensi akademik dalam membaca dan matematika - Meskipun
sebagian besar pekerjaan tidak memerlukan matematika seperti yang
dipelajari di sekolah, hampir semua pekerjaan membutuhkan kemampuan
membaca untuk memahami instruksi serta matematika dasar.
 Nilai kerja yang kuat - Ketekunan, kejujuran, kepercayaan diri dan sikap
positif adalah kualitas berharga dalam profesi apa pun yang dimiliki oleh
seorang karyawan. Para pemberi kerja tentu mencari seseorang dengan
integritas tinggi.
4. Apa peranan penting beradaptasi di lingkungan kerja ?
adaptasi menjadi penting karena saat mendapatkan pekerjaan baru,
kita dihadapkan pada segala sesuatu yang bersifat baru. Itu juga menjadi
proses bagaimana kita menyatukan diri dengan lingkungan kerja yang
baru. Saat proses adaptasi sukses, maka kita bisa menjalani pekerjaan di
tempat baru ini dengan riang gembira.
Hal sebaliknya justru bisa terjadi saat proses adaptasi itu gagal
dilakukan. Semua terasa serba tidak nyaman, serta pekerjaan pun akan
sulit dilakukan karena proses adaptasi kita dengan pekerjaan baru berjalan
tidak lancar.
5. Apa yang dimaksud kompetensi kepribadian yang wajib dimiliki para
pendidik?
kompetensi kepribadian meliputi sifat-sifat yang berkaitan langsung
dengan pelaksanaan tugas mereka sebagai guru, yang dapat dilatih dan
dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan. Selanjutnya dia
membagi kepribadian tersebut ke dalam lima kelompok sifat sebagai
berikut:
1. Sifat profesional, meliputi komitmen untuk bekerja, rasa percaya diri,
bisa dipercaya dan menghargai orang lain.
2. Sifat berfikir, meliputi kemampuan analisis dan selalu berfikir
konsepsional.
3. Sifat ekspektasi, yakni bisa diharapkan dan bisa diandalkan dengan
senantiasa mampu memperlihatkan hasil pencapaian tujuan yang

21
sangat tinggi, memiliki pemahaman komprehensif tentang siswa,
tentang tugas dan tentang program pendidikan secara keseluruhan,
serta senantiasa memiliki inisiatif untuk melaksanakan tugas dengan
baik.
4. Sifat kepemimpinan, yakni memiliki sifat fleksibel, akuntabel, dan
keinginan kuat untuk terus belajar.
5. Sifat Relasi dengan orang lain, memiliki banyak relasi dengan unsur-
unsur yang terlibat dalam proses pendidikan, dan memiliki keahlian
berbagai pekerjaan pendidikan secara komprehensif.

22

Anda mungkin juga menyukai