Anda di halaman 1dari 60

PENGARUH METODE TAHSIN TERHADAP PENGUASAAN

BACAAN AL-QUR’AN PADA MATA PELAJARAN AL-


QUR’AN HADIST SISWA KELAS VIII DI MTs MIFTAHUL
KHAER

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.)

MUHAMMAD NOVAL HABIBI


NIM : 1986208088

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
1444 H/2023 M
PERNYATAAN KEASLIAN

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas agama Islam
Universitas Muhammadiyah Tangerang.
2. Sumber-sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di fakultas di Fakultas agama Islam
Universitas Muhammadiyah Tangerang.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil dari karya saya,
maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas agama Islam
Universitas Muhammadiyah Tangerang.

Tangerang, 20 Ramadhan 1433 H


20 Februari 2023

Muhammad Noval Habibi

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH METODE TAHSIN TERHADAP PENGUASAAN BACAAN


AL-QUR’AN PADA MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADIST SISWA
KELAS VIII DI MTs MIFTAHUL KHAER

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.)

Oleh
Muhammad Noval Habibi
NIM: 1986208088

Disetujui Oleh:
Tanda Tangan Tanggal
1. Dr. H. Khoirul Anwar, M.Pd.
NBM.
(Pembimbing I) …………………….. ……………………..

2. Agus Salim, M.Pd.


NBM.
(Pembimbing II) …………………….. ……………………..

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Tangerang

Al Irsyadiyah, M.A.
NBM. 1037256
LEMBAR PENGESAHAN

iii
Skripsi ini berjudul PENGARUH METODE TAHSIN TERHADAP
PENGUASAAN BACAAN AL-QUR’AN PADA MATA PELAJARAN AL-
QUR’AN HADIST SISWA KELAS VIII DI MTs MIFTAHUL KHAER telah
diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas agama Islam Universitas
Muhammadiyah Tangerang, pada tanggal 20 Februari 2023. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat dalam menempuh gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd.)

Tangerang, 16 rabi’ul awwal 1444 H


20 maret 2023

Sidang Munaqasyah
Tanda Tangan Tanggal
1. Al Irsyadiyah, M.A.
NBM. 1037256
(Ketua) …………………….. ……………………..
2. H. Achmad Fauzi,
S.S., S.Pd.I., M.Pd.
NBM. 1037252
(Sekretaris) …………………….. ……………………..
3.
NBM.
(Penguji 1) …………………….. ……………………..
4.
NBM.
(Penguji 2) …………………….. ……………………..

Mengetahui,
Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Tangerang

Dr. H. Saiman Sholeh, M.Pd.


NBM. 672290
KATA PENGANTAR

iv
Segala Puji bagi Allahl yang telah memberikan nikmat sehat sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Metode

Tahsin Terhadap penguasaan bacaan Al-Qur’an pada Mata Pelajaran Al-Qur’an

Hadist Siswa Kelas VIII di Mts Miftahul Khaer”

Penulis sangat menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena

itu kritik dan saran membangun akan penulis terima dengan senang hati.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materiil. Untuk

itu dengan hati yang tulus penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih

kepada:

1. Dr. H. Ahmad Amarullah, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah

Tangerang.

2. Dr. H. Saiman Sholeh, M.Pd. Dekan fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Tangerang.

3. H. Syamsuri, Lc., M.A. Wakil Dekan 1 fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Tangerang.

4. Al Irsyadiyah, M.A. Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Tangerang.

5. Dr. H. Achmad Fauzi, M.Pd. Sekretaris Program Studi Pendidikan Agama

Islam Universitas Muhammadiyah Tangerang.

6. Dr. H. Khoirul Anwar, M.Pd. Dosen Pembimbing I yang telah membimbing

penulis.

v
7. Agus Salim, M.Pd. Dosen Pembimbing II pun ikut serta dalam membimbing

penulis.

8. Segenap dosen dan staff Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas

Muhammadiyah Tangerang.

9. Kepala sekolah MTs Miftahul Khaer

10. Guru MTs Miftahul Khaer

11. Siswa kelas VII MTs Miftahul Khaer yang telah membantu penulis untuk

mengumpulkan informasi dan data penelitian.

12. Bapak dan Ibu serta keluarga kami yang selalu mendoakan dan

menyemangati kami dalam proses rampungnya skripsi ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna, penulis masih

melakukan kesalahan dalam penulisan skripsi. Oleh karna itu, penulis meminta

maaf atas kesalahan yang dilakukan penulis.

Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat

dijadikan referensi pengembangan kearah yang lebih baik. Semoga Allah l

senantiasa melimpahkan rahmat dan ridha-Nya kepada kita semua.

vi
DAFTAR ISI

PROPOSAL SKRIPSI ........................................................................................ i


PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR ISI …… .............................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 7
C. Batasan Masalah ....................................................................... 7
D. Rumusan Masalah..................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 8
F. Manfaat penelitian .................................................................... 9
BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR, PENGAJUAN HIPOTESIS ... 10
A. Deskripsi Teori .......................................................................... 10
B. Kerangka Berpikir ...................................................................... 34
C. Hipotesis Penelitian................................................................... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 39
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 39
B. Metode Penelitian .................................................................... 40
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Data ..................................... 40
D. Instrumen Penelitian................................................................. 42
E. Teknik Analisis Data ................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 49

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an merupakan petunjuk dan pedoman hidup bagi umat Islam

yang tidak dapat diragukan lagi kebenarannya. Setiap umat Islam dituntut dan

diwajibkan agar dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai

dengan ilmu tajwid. Menunjukkan begitu pentingnya kemuliaan membaca

Al-Qur’an sehingga kita dapat mengambil pelajaran ketika Allah l hendak

memberikan pengajaran kepada hambanya yang mulia yakni Rasulullah n .

Dalam proses interaktif edukatifnya kalimat yang pertama diucapkan melalui

malaikat jibril adalah “iqra” artinya bacalah.

Seperti dalam ayat Al-Qur’an, Allah l berfirman,

ۡ ِ‫ۚا ِۡق َر ۡا ب‬
ۡ ‫اس ِم َربِ َك َّالذ‬
َ‫ِى َخلَق‬
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,”(QS

Al-Alaq (96): 1)

Al-Qur’an juga merupakan nasihat dan pelajaran sekaligus sebagai

rahmat dan penyembuh dari berbagai macam penyakit manusia yang

langsung datang dari Allah l Sebagaimana firman Allah l berfirman:

‫ظةٌ ِمن َر ِب ُكم َو ِشفَا ٌء ِل َما فِي‬َ ‫اس قَد َجا َءت ُكم َمو ِع‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
َ‫ُور َو ُهدًى َو َرح َمةٌ ِلل ُمؤ ِمنِين‬
ِ ‫صد‬ ُّ ‫ال‬

1
“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Alquran)

dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan

petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” (QS Yunus [10]: 57).

Karena demikian tinggi fungsi dan peran Al-Qur’an, maka setiap

muslim memiliki kewajiban untuk membaca dan menghayatinya dengan baik,

sekaligus mengamalkannya di tengah-tengah kehidupan sehari-hari. Jika hal

itu yang dilakukan, maka tidak akan pernah terjadi kesesatan dan

penyimpangan, seperti banyak yang kita saksikan sekarang ini.

Menghayati Al-Qur’an merupakan misi turunnya Al-Qur’an. Allah l

berfirman:

ِ ‫ َو ِل َيتَذَ َّك َر أُولُوا األَل َٰ َب‬,‫َاب أَنزَ ل َٰنَهُ ِإلَي َك ُم َٰ َب َركٌ ِل َيدَّب َُّروآ َٰا َٰ َيتِ ِه‬
‫ب‬ ٌ ‫ِكت‬
“Kitab (Al-Qur’an) yang kami turunkan kepadamu yang diberkahi, agar

mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang yang berakal sehat

mendapat pelajaran.” (QS.Shaad: 29)

Tidak mungkin pembaca Al-Qur’an yang tidak bagus bacaan Al-

Qur’annya dapat menghayati Al-Qur’an dengan baik, begitu juga orang yang

mendengarkan bacaannya, apalagi bacaan itu dilakukan dan menjadi syarat

sah dalam salat. Sebagai langkah awal untuk memahami pesan dan ajaran-

ajaran Allah l yang terdapat didalam Al-Qur’an dengan fasih (baik dan benar)

sesuai dengan kaidahnya, diperlukan pengajaran, latihan-latihan dan

pembiasaan.

2
Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau

makhluk hidup belajar. 1 Dalam sistem pembelajaran dengan pendekatan

keterampilan proses, peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Guru

hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator dan di sini guru harus

berusaha agar anak didik tersebut lebih aktif, maka guru harus bisa

menggunakan strategi dengan baik dan menggunakan strategi yang bervariasi

dalam proses pembelajaran agar bisa membangkitkan motivasi siswa.

Pada dasarnya belajar merupakan suatu proses yang berakhir pada

perubahan. Belajar tidak pernah memandang siapa pengajarnya, dimana

tempatnya dan apa yang diajarkan. Belajar tentunya menjadi hal yang wajib

bagi para pelajar. Tetapi faktanya, Memang semua orang melakukan aktifitas

belajar. Hanya saja yang menguasai cara belajar efektif dan efisien lah yang

mampu menyerap hasil belajar lebih baik. dalam hal ini lebih menekankan

pada hasil dari pembelajaran tersebut. Perubahan yang terjadi setelah

pembelajaran.

Mengajar dapat diartikan menyampaikan ilmu pengetahuan (bahan

pelajaran) pada siswa anak didik. Dalam konsep mengajar tampak bahwa titik

berat peranan guru ialah sebagai: pembimbing, pemimpin, belajar dan sebagai

fasilitator belajar. Mengajar berarti memberikan informasi yang berupa

pengetahuan dan keterampilan kepada siswa yang dirancang secara sitematis

sesuai dengan strategi serta bahan materi pelajaran yang telah ditentukan.

1
Kontributor Wikipedia, 'Belajar',Wikipedia, Ensiklopedia Bebas, 7 Januari 2023, 05.28,
https://id.wikipedia.org/wiki/Belajar

3
Adapun strategi pembelajaran merupakan cara yang dilakukan seorang

guru dalam pembelajaran dari awal sampai akhir pelajaran. Seorang guru

harus dapat memilih strategi yang efektif dan efisien dalam proses

pembelajaran tersebut diantaranya adalah strategi yang bisa menstimulus

keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan dan yang dapat

membangkitkan motivasi belajar siswa, keterampilan siswa dalam belajar,

terutama kemampuan dalam membaca Al-Qur’an.

Membaca Al-Qur’an merupakan amal shaleh, bahkan bagi mereka yang

mendengarkan bacaan Al-Qur’an merupakan ibadah. Selain itu, membaca Al-

Qur’an hendaklah secara baik dan benar sesuai dengan ketentuan tajwid.

Karena kepandaian membaca Al-Qur’an merupakan kebutuhan sehari-hari

bagi kehidupan seorang muslim dalam kegiatan pengamalan setiap ajaran

agamanya. Dalam hal ini yang dimaksud adalah kewajiban shalat. Seseorang

yang melaksanakan shalat setidaknya harus fasih dalam membaca surat Al-

Fatihah, Tidak boleh terlepas dari kaidah-kaidah tajwid.

Ilmu tajwid adalah ilmu yang dipergunakan untuk membaca kalimat-

kalimat Al-Qur’an agar huruf-hurufnya dibaca sesuai dengan tempat

keluarnya huruf (Makharij al huruf), hak-hak huruf (haq al huruf), dan

mustahaq al huruf.2 Tujuan ilmu tajwid adalah memelihara bacaan Al-Qur’an

dari kesalahan dan perbuatan serta memelihara lisan dari kesalahan membaca.

Belajar ilmu tajwid hukumnya fardu kifayah, sedangkan membaca Al-Qur’an

2
KH. M Ulil Albab Arwani, Kitab Tajwid, (kudus : Mubarokatan Thoyyibah 2019) hal.
32.

4
dengan baik (sesuai dengan ilmu tajwid) hukumnya fardhu ‘ain. Mengajarkan

ilmu tajwid kepada siswa juga bukan hal yang mudah, strategi, pendekatan

dan metode yang tepat merupakan salah satu dari pada faktor pendukung yang

diperlukan oleh seorang guru untuk dapat mengajarkan ilmu tajwid agar dapat

diterapkan secara benar.

Guru seringkali menganggap bahwa siswa juga memiliki ilmu yang

sama dengan gurunya, sehingga dalam mengajarkan materi guru hanya

bertumpu kepada strategi lama, mencatat, menjelaskan dan tugas, maka tidak

heranlah siswa sering merasa bosan dengan materi yang diajarkan, walaupun

materi tersebut masih baru bagi siswa, namun siswa merasa enggan untuk

mempelajarinya.

Dengan demikian untuk dapat meningkatkan kemampuan siswa

khususnya pada penguasaan bacaan Al-Qur’an (tajwid), guru haruslah dapat

menerapkan berbagai strategi, pendekatan maupun metode dalam proses

pembelajaran, sehingga siswa tidak merasa terbebani dalam mempelajarinya.

Guru yang baik berani mencoba metode-metode yang baru yang dapat

meningkatkan kegiatan belajar-mengajar dan meningkatkan penguasaan

bacaan siswa. Agar siswa dapat belajar dengan baik dan dapat meningkatkan

penguasaan bacaan Al-Qur’an salah satu metode yang bisa diterapkan oleh

guru adalah metode tahsin, karena metode tahsin merupakan metode yang

dapat membantu siswa membaca Al-Qur’an dengan baik.

5
Berdasarkan hasil pengamatan penulis di MTs Miftahul Khaer

kemampuan siswa dalam penguasaan bacaan Al-Qur’an pada materi Al-

Qur’an hadist masih belum maksimal. Hal ini terlihat dari siswa yang belum

paham tentang hukum bacaan dalam ilmu tajwid sehingga masih ada siswa

yang belum benar dalam menerapkan hukum bacaan ilmu tajwid ketika

membaca Al-Qur’an.3

Salah satu gejala yang menyebabkan rendahnya penguasaan bacaan Al-

Qur’an siswa adalah metode mengajar yang digunakan guru selama ini, masih

monoton dan tidak bervariasi. Guru biasa mengajar dengan metode ceramah

dan tanya jawab saja, akibatnya siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan

hanya mencatat.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH METODE TAHSIN

TERHADAP PENGUASAAN BACAAN AL-QUR’AN PADA MATA

PELAJARAN AL-QUR’AN HADIST (Studi di MTs Miftahul Khaer)”.

3
Hasil Wawancara dengan Ustadz Suyanto Najib Selaku Guru Mata Pelajaran Al-Qur’an
Hadist, Minggu, 22 Januari 2023 Pukul 09:15.

6
B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, permasalahan dalam penelitian ini

dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Apakah disiplin pembelajaran Tahsin Al-Qur’an siswa MTs Miftahul

Khaer sudah berhasil.

2. Apa saja langkah-langkah yang harus ditempuh oleh guru dalam

meningkatkan kualitas membaca Al-Qur’an siswa MTs Miftahul Khaer.

3. Bagaimana peran guru tentang belajar mengajar Tahsin dalam

meningkatkan kualitas membaca Al-Qur’an.

4. Apakah pengaruh metode Tahsin dapat mempengaruhi kualitas

penguasaan bacaan Al-Qur’an.

5. Apakah tingkat Kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an

dipengaruhi oleh metode Tahsin.

6. Pengaruh apa saja yang ada pada metode tahsin terhadap penguasaan

bacaan Al-Qur’an siswa MTs Miftahul Khaer.

C. Batasan Masalah

Masalah yang teridentifikasi akan dibatasi pada penelitian ini agar tidak

meluas ke ranah lain. Masalah yang terpilih yaitu:

1. Metode tahsin di MTs Miftahul Khaer

2. Penguasaan bacaan Al-Qur’an di MTs Miftahul Khaer.

3. Pengaruh metode tahsin terhadap penguasaan bacaan Al-Qur’an pada

materi Al-Qur’an Hadist (Studi di MTs Miftahul Khaer)

7
D. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas, maka permasalahan penelitian difokuskan

kepada pembelajaran metode tahsin terhadap

membaca Al-Qur’an pada materi Al-Qur’an hadist (Studi di MTs Miftahul

Khaer).

1. Bagaimana metode tahsin pada materi Al-Qur’an hadist di MTs Miftahul

Khaer.

2. Bagaimana penguasaan bacaan Al-Qur’an siswa pada materi Al- Qur’an

hadist di MTs Miftahul Khaer.

3. Apakah terdapat pengaruh metode tahsin terhadap penguasaan bacaan Al-

Qur’an pada materi Al-Qur’an hadist di MTs Miftahul Khaer.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini ialah:

1. Untuk mengetahui metode tahsin pada materi Al-Qur’an hadist di MTs

Miftahul Khaer.

2. Untuk mengetahui penguasaan bacaan Al-Qur’an siswa pada materi Al-

Qur’an hadist di MTs Miftahul Khaer.

3. Untuk mengetahui pengaruh metode tahsin terhadap penguasaan bacaan

Al-Qur’an pada materi Al-Qur’an hadist di MTs Miftahul Khaer.

8
F. Manfaat penelitian

Adapun manfaat pemelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis

Untuk menambahkan khazanah ilmu pengetahuan dalam pendidikan yang

terkait dengan disiplin tahsin Al-Qur’an dan pengaruhnya terhadap

penguasaan bacaan Al-Qur’an

2. Manfaat praktis

a. Bagi Guru Pembimbing

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan penguasaan bacaan

Al-Qur’an siswa di sekolah.

b. Bagi Kepala Sekolah

Dapat dijadikan bahan pemikiran tentang pentingnya disiplin ilmu

tahsin terhadap penguasaan bacaan Al-Qur’an siswa

c. Bagi Penulis

Dapat memberikan wawasan dalam memperdalam dan memperluas

ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu tajwid dan juga sebagai syarat

menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan

Strata Satu (S1) di Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT).

9
BAB II

DESKRIPSI TEORI KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS

A. DESKRIPSI TEORI

1. Metode Tahsin

a. Pengertian Metode Tahsin

Secara bahasa metode tahsin terdiri dari dua suku kata, metode dan

tahsin. Metode sendiri berasal dari bahasa Yunani “metodos” yang terdiri

dari “metha” berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan

atau cara. Metode diartikan sebagai suatu jalan yang dilalui untuk

mencapai tujuan.1

Berbeda dengan makna metode, Tahsin berasal dari kata kerja َ‫( َحسَّن‬

)‫ ـ يُ َح ِسنُ ـ ت َحسِي ًنا‬yang artinya memperbaiki, menghiasi, membaguskan,

memperindah, atau membuat lebih baik dari semula. 2

Tahsin sering digunakan sebagai sinonim dari kata tajwid yang

berasal dari )‫ ( َج َّودَ ـ يُ َج ِود ُ ـ ت َج ِويدًا‬Tajwid merupakan bentuk masdar, dari fi’il

madhi “jawwada” yang berarti membaguskan, menyempurnakan ,

ِ ‫ األَتِيَا‬yang berarti
memantapkan. Tajwid menurut bahasa adalah ‫ت بِال َجيِد‬

memberikan dengan baik. 3 Sedangkan menurut istilah adalah:

1
Zulkifli, Ilmu Pendidikan Islam (Tangerang : Bias Cemerlang) Hal. 69
2
Annuri, Ahmad. Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an dan Tajwid, (Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar, 2016), hal. 3
3
Ibid hal. 17.

10
ُ ‫طائِ ِه َّحقَّهُ َو ُمستَ َحقَّه‬
َ ‫اج َم َع ِإع‬
ٍ ‫اإلخ َرا ُج ُك َّل َحرفٍ ِمن َمخ َر‬
ِ
"Mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya dengan memberi hak

dan mustahaknya”.

Yang dimaksud dengan hak huruf adalah sifat asli yang selalu

bersama dengan huruf tersebut, seperti Al-Jahr, Isti’la, istifal dan lain

sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan mustahaq adalah sifat yang

nampak sewaktu-waktu, seperti tafkhim, tarqiq, ikhfa dan lain

sebagainya. 4 Tahsin selalu identik dengan tilawah. Tilawah sendiri berasal

dari kata ‫ ت َََّّل ـ يَتلُوا ـ ت ََِّل َوتًا‬yang artinya bacaan, dan ‫آن‬
ِ ‫ ت ََِّل َوة ُ القُر‬artinya bacaan

Al-Qur’an. Tilawah secara istilah:

َّ ‫ تِ ََّل َوتُهُ تِ ََّل َوةً ت ُ َب ِي ُن ُح ُروفَ َها َو يُت‬: ‫الت َََّل َوة ُ اِصتِ ََّل ًحا‬
‫َأن فِي‬
‫آدَائِ َها ِليَ ُكونَ اَدنَى اِلَى فَه ِم ال َم َعانِى‬
“Membaca Al-Qur’an dengan bacaan yang menjelaskan huruf-hurufnya

dan berhati-hati dalam melaksanakan bacaannya, agar lebih mudah

memahami makna yang terkandung di dalamnya”.5

Tahsin tilawah adalah upaya memperbaiki dan membaguskan

bacaan Al-Qur’an. 6 Tilawah Al-Qur’an adalah salah satu sarana untuk

mendekatkan diri, dan beribadah kepada Allah l.

Membaca dengan tartil bagi setiap muslimin dan muslimat, fardhu

‘ain hukumnya:

4
Rauf, Abdur. Pedoman Dauroh Al-Qur’an, (Jakarta : Markas Al-Qur’an, 2014), hal. 17.
5
Nadhratun Nai’m fi Makarimi Akhlaki Ar-Rasulil Karim, 117 dan Fathul Bari jilid 8,
hal. 707.
6
Annuri, Ahmad. Loc. Cit, hal 3.

11
)4( ‫َو َرتِ ِل القثرآنَ تَرتِي ًَّل‬
“…Dan bacalah Al-Qur‟an dengan "Tartil". (Q.S Al-muzammil:4).

Pada hakikatya tilawah bukanlah hal yang sederhana, namun dalam

bertilawah seorang qori (pembaca) dituntut untuk menjaga keaslian

(ashalah) bacaan Al-Qur’an seperti yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad n melalui jibril.

Allah l berfirman:

)18( ‫فَ ِاذَا قَ َر ۡا َٰنهُ فَاتَّ ِبعۡ قُ ۡر َٰانَه‬


ۚ
“Apabila Kami telah menyempurnakan bacaannya (kepadamu, Dengan

perantaraan Jibril), maka bacalah menurut bacaannya itu”. (Q.S. Al-

Qiyaamah:18).

Karena itu, Rasul n pun menunjuk dan memberi kepercayaan kepada

beberapa orang sahabat bentuk mengajarkannya, di antara mereka adalah

Muadz bin Jabal z, Ubay bin Ka’ab z, dan Salim Maula Abi Hudzaifah z.

Para sahabat kemudian mengajarkan kepada para Tabi’in, dan demikian

seterusnya Al-Qur’an diajarkan turun temurun dalam keadaan asli tanpa

terkurangi huruf-hurufnya, sampai kalimat-kalimatnya, bahkan sampai

teknis membacanya. 7

7
Rauf, Abdur. Op. Cit, hal. 8.

12
Untuk menjaga keaslian Al-Qur’an, ulama menjaga sanad Al-

Qur’an (runtutan para pengajar Al-Qur’an sejak zaman Rasul n hingga

sekarang). Maka tidak heran kalau Imam Al-jazari v mewajibkan kepada

setiap muslim untuk membaca dengan tajwid atau tahsin, karena hal ini

merupakan penjagaan terhadap keaslian Al-Qur’an. Karena itulah, metode

asasi dan asli dalam mempelajari Al-Qur’an adalah dengan metode

Talaqqi yaitu mempelajari Al-Qur’an melalui seorang guru secara

langsung atau berhadap-hadapan, dimulai dari surat Al-Fatihah sampai

An-Naas.

Mengingat terbatasnya jumlah orang-orang yang menguasai Al-

Qur’an terutama dalam hal tilawah, maka ulama ahli qira’at meletakkan

kaidah-kaidah cara membaca yang baik dan benar yang disebut tajwid.8

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode tahsin adalah suatu metode

untuk memperbaiki, meningkatkan atau membaguskan bacaan Al-Qur’an

sesuai dengan makharijul huruf dan hukum bacaan supaya baik dan benar

sesuai dengan kaidah ilmu tajwid

b. Tujuan Metode Tahsin

1) Tujuan Metode Tahsin adalah sebagai berikut :

Tilawah yang bagus memungkinkan seseorang mengajarkan tilawah

Al-Qur’an kepada orang lain, minimal kepada keluarganya. Hampir

dipastikan setiap orang perlu mengajarkan tilawah Al-Qur’an kepada

8
Ibid, hal. 9-11.

13
orang lain. Dan setiap muslim harus memiliki andil mengajarkan tilawah

kepada orang lain, minimal kepada anaknya.

Bila tidak kita akan rugi tidak mendapat kebaikan yang dijanjikan

oleh Rasulullah n dalam sabdanya:

.ُ‫خَي ُر ُكم َمن تَعَلَّ َم القُرآنَ َو َعلَّ َمه‬


)‫(رواه البخارى وابو داود والترمذى والنسائى وابن ماجه‬
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan

mengajarkannya”. (H.R. Al-Bukhari, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-

Nasa’i dan Ibnu Majah).9

2) Membaca dengan lancar dan membaca dengan benar.

Lancarnya bacaan Al-Qur’an adalah sesuatu yang berharga, tetapi

apabila masih terbata-bata maka juga tetap diberikan 2 pahala selama dia

berusaha untuk memperbaiki. 10

3) Terciptanya kemampuan menguasai kaidah-kaidah ilmu tajwid

karena bagi pembaca Al-Qur’an (Qori) yang memahami dan menguasai

kaidah-kaidah tajwid, kecil kemungkinannya melakukan kesalahan saat

membaca Al-Qur’an, di sisi lain ia juga mampu mengajarkan kepada keluarga

dan masyarakat.11

4) Mengingatkan kepada guru-guru Al-Qur’an agar dalam mengajarkan Al-

Qur’an harus berhati-hati dan jangan sembarangan.

9
H.R. Al-Bukhari, dalam Bab Keutamaan Al-Qur’an jilid 9, hal. 66. Abu Dawud, dalam Bab
Membaca Al-Qur’an. No. 2909.
10
Sugiati. “Implementasi Metode Sorogan Pada Pembelajaran Tahsin dan Tahfidz
Pondok Pesantren”, JURNAL QATHRUNA, Vol.3 No.1(Januari-Juni 2016), 141.
11
Annuri, Ahmad. Loc. Cit, hal. 6.

14
Membaca Al-Qur’an mempunyai kaidah tertentu agar ketika

membacanya tidak mengalami kekeliruan makna yang akan berakibat dosa

bagi para pembacanya, untuk itu para guru Al-Qur’an harus berhati-hati

dalam membaca Al-Qur’an.12

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan metode Tahsin adalah kualitas

pendidikan atau pengajaran Al-Qur’an dengan menyebarluaskan ilmu

membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai kaidah ilmu tajwid seperti

yang telah dicontohkan Rasulullah n.

c. Teknik Mengajar Metode Tahsin

Teknik dalam pembelajaran menjadi suatu hal yang penting untuk

mencapai sebuah tujuan pembelajaran, dan guru dituntut untuk kreatif dalam

menentukan teknik pembelajaran yang akan diberikan kepada anak didik.

Dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode

tahsin ada beberapa teknik yang digunakan.

Menurut Ahmad Munir, teknik-teknik tersebut adalah sebagai berikut:13

1) Individual

Individual atau sorogan yaitu mengajar dengan cara satu persatu sesuai

dengan pelajaran yang dipelajari atau dikuasai peserta didik. Sedangkan

peserta yang menunggu giliran, diberi tugas menulis, membaca atau

yang lainnya.

12
Abdur, Loc. Cit. hal. 18.
13
Munir, Ahmad. Ilmu Tajwid Seni Baca Al-Qur’an, (Jakarta : Bineka Cipta,
2007), hal. 23.

15
Individual adalah mengajar dengan memberikan materi pelajaran

perorangan sesuai dengan kemampuannya menerima pelajaran,

sehingga dengan demikian strategi mengajar individual adalah proses

belajar mengajar yang dilakukan dengan cara satu per-satu sesuai

dengan materi pelajaran yang dipelajari atau dikuasai anak didik.

2) Klasikal Individual

Klasikal individu yaitu sebagian waktu digunakan guru/ustadz untuk

menerangka pokok pelajaran secara klasikal. Dari strategi ini juga

sangat efektif dengan menggunakan Reading aloud, karena ini sangat

bermanfaat baik bagi guru maupun santri. Dengan menggunakan

Reading aloud akan lebih mudah menyerap materi yang disampaikan

guru.14

Tujuan klasikal Individual adalah agar guru dapat menyampaikan

seluruh materi secara garis besar dan prinsip-prinsip yang

mendasarinya, memberi motivasi (dorongan semangat belajar), minat,

perhatian anak didik dalam belajar. 15

Sehingga dengan demikian mengajar klasikal individual adalah proses

belajar mengajar yang dilakukan dengan cara sebagian waktu untuk

klasikal dan sebagian untuk individual. Untuk mengajarkan membaca

Al-Qur’an kepada anak didik dengan teknik mengajar klasikal

individual dibutuhkan waktu kurang lebih antara 10-15 menit untuk

14
SM, Ismail. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran
Aktif, Inovatif, dan Menyenangkan), (Semarang: RASAIL Media Group, 2008), 76.
15
Munir, Ahmad. Op. Cit, hal. 22.

16
mengajar secara klasikal dan 45-50 menit untuk mengajar secara

individual. 16

3) Klasikal Baca Simak

Klasikal baca simak yaitu strategi yang digunakan untuk mengajarkan

membaca dan menyimak bacaan Al-Qur’an orang lain. 17

Didasarkan dari strategi ini adalah firman Allah l dalam surat Al-A’raf :

204.

َ‫صت ُ ۡوا لَعَلَّ ُك ۡم ت ُ ۡر َح ُم ۡون‬ ۡ َ‫ئ ۡالقُ ۡر َٰا ُن ف‬


ِ ‫استَ ِمعُ ۡوا لَه َواَ ۡن‬ َ ‫َواِذَا قُ ِر‬
“Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah dan diamlah,

agar kamu mendapat rahmat. (Q.S. Al-A’raf : 204).

Strategi klasikal baca simak yaitu mengajarkan secara bersama-sama

setiap halaman judul dan diteruskan secara individual pada halaman

latihan sesuai masing-masing peserta, disimak oleh peserta yang tidak

membaca dan mulai dari halaman yang paling rendah sampai yang

tertinggi. 18

Teknik belajar membaca Al-Qur’an dengan klasikal baca simak dengan

dilakukan dengan cara anak didik membaca dengan cara anak didik

membaca bersama-sama secara klasikal dan bergantian membaca

secara individu atau kelompok, murid yang lain menyimak.

16
Ahmad, Ibid, hal 24.
17
SM, Ismail. Loc.Cit, hal. 76.
18
Saiful Bakhri, Abu Najibullah, Buku Panduan Pendidikan Guru Pengajar Al-Qur’an,
(PGPQ)”, (Blitar: PONPES Nurul Iman, 2009), hal. 16.

17
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teknik

membaca Al-Qur’an dengan metode tahsin sangat bervariasi, dimana

teknik yang digunakan bisa disesuaikan dengan kondisi kemampuan anak

dan kondisi kelas, sehingga tujuan pembelajaran Al-Qur’an dapat

tercapai. 19

d. Langkah-langkah dan Implementasi Metode Tahsin

َ َ ‫ ا‬baca A, BA (bukan
1) Praktis, artinya: langsung (tanpa dieja). Contoh ‫ب‬

alif fathah A, ba fathah ba), dan dibaca pendek jangan sampai dibaca

panjang Aa Baa, atau Aa Ba, dll.

2) Sederhana, kalimat yang dipakai menerangkan diusahakan sederhana

asal dapat difahami, cukup memperhatika bentuk hurufnya saja, jangan

menggunaka keterangan yang teoritis, cukup katakana: “perhatikan ini!”

‫ب‬
َ bunyinya Ba, begitupula dengan bacaan yang lain. Ketika bertemu

dengan huruf bergandeng dan memberikan panjangnya cukup diayun.

3) Sedikit demi sedikit, tidak menambah sebelum lancar mengajar tahsin

tidak perlu terburu-buru, ajarkan sedikit demi sedikit asal benar, jangan

menambah pelajaran baru sebelum lancar, dan bacaan masih terbata-

bata.

4) Seorang guru cukup menerangkan dan membaca berulang-ulang pokok

bahasan setiap babnya sampai anak mampu membaca sendiri tanpa

dituntun latihan dibawahnya.

19
Munir, Ahmad. Loc. Cit, hal. 25.

18
5) Waspada terhadap bacaan yang salah, anak lupa terhadap pelajaran

yang lalu itu sudah biasa dan wajar, anak lupa dan guru diam itulah

yang tidak wajar. Terlalu sering anak membaca salah itu akan dirasa

benar oleh murid, dan salah merasa benar itulah bibit dari kesalahan.

Maka agar ini tidak terus-menerus terjadi dalam bacaan Al-Qur’an,

maka harus waspada setiap ada anak salah baca tegur langsung, jangan

sampai menunggu sampai bacaan berhenti.20

Untuk mengetahui bagaimana bacaan Al-Qur’an siswa di MTs

Miftahul Khaer, pertama yang kita lakukan adalah membaca Al-Qur’an

secara acak, setelah itu membaca secara bersama-sama. Kemudian secara

individual agar kita mengetahui sejauh mana pencapaian bacaan siswa,

seperti yang diungkapkan Sarotun:

Pertama siswa atau santri membaca secara acak, baru membaca

bersama-sama kemudian dengan individual secara bergilir, kalau dengan

klasikal kita tidak tahu bagaimana bacaan anak tetapi dengan individual

kita dapat memahami bacaan anak-anak satu per satu sehingga kita

mengetahui bagaimana kemampuan anak dalam membaca Al-Qur’an .21

2. Penguasaan bacaan Al-Qur’an

a. Pengertian Penguasaan bacaan Al-Qur’an

20
Sarotun, Cara Mudah dan Praktis Tahsin Tilawah Al-Qur’an Program 30 Jam,
(Ungaran : Rumah Tahsin Tahfidz Al-Bayan, 2013), hal. 4.
21
Sarotun, Ibid, hal. 4-12.

19
Penguasaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata

“kuasa” yang mendapat awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti proses,

cara, perbuatan menguasai atau menguasakan.22

Peguasaan identik dengan sebuah skill (keterampilan), menurut kamus

besar Bahasa Indonesia (KBBI) secara etimologi pengertian keterampilan

adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Sedangkan secara terminologi,

keterampilan adalah kemampuan yang hanya bisa didapatkan dari lembaga

pendidikan yang relevan dan bukan semata-mata karena pembawaan. Dalam

pengertian lain keterampilan adalah kompetensi profesional yang cukup

kompleks sebagai integrasi dari beberapa kompetensi yang dimiliki seseorang

secara utuh dan menyeluruh. 23

Penguasaan berasal dari kata kuasa yaitu memiliki kuasa melakukan

sesuatu, sanggup, dapat, berada, dan berkuasa. Dalam kamus besar Bahasa

Indonesia Penguasaan adalah pemahaman atau kesanggupan untuk

menggunakan sesuatu, kecakapan, kekuatan.24

Melihat dari pendapat di atas, maka dapat peneliti kemukakan bahwa

penguasaan adalah kesanggupan yang dimiliki siswa dengan segala potensi

yang ada padanya untuk dapat menguasai bacaan Al-Qur’an.

Bacaan atau membaca adalah salah satu keterampilan yang berkaitan

erat dengan ketrampilan dasar terpenting pada manusia, yaitu berbahasa.

22
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Ciputat Press, 2003),
hal. 604.
23
Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 69.
24
Depdiknas, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hal. 604.

20
Dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi terhadap sesamanya. Membaca

adalah pengucapan kata-kata dan perolehan arti dari barang cetakan. Kegiatan

ini melibatkan analisis dan pengorganisasian berbagai ketrampilan yang

kompleks. Termasuk di dalam pelajaran, pemikiran, pertimbangan,

perpaduan pemecahan masalah, yang berarti menimbulkan kejelasan

informasi bagi pembaca. 25

Bila ditinjau dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses

penyandian kembali dan pembacaan sandi (arecoding and decoding

proccess). Membaca adalah suatu penafsiran atau interprestasi terhadap

ujaran yang berbeda dalam bentuk tulisan adalah suatu proses pembacaan

sandi. 26

Selain itu, Wiryodijoyo juga menyatakan bahwa membaca adalah

sebuah perkembangan yang belum lama dimajukan dalam sejarah bahasa.

Proses membaca secara keseluruhan sangat kompleks. Proses ini melibatkan

keseluruhan pribadi membaca, seperti ingatan, pengalaman, otak

pengetahuan, kemampuan bahasa, keadaan psikologis dan emosional, dan

sebagai masukan pancaindera melalui mata.27

Al-Qur’an ]‫ [القرآن‬berasal dari kata qarā yang berarti bacaan atau

sesuatu yang dibaca. Sedangkan para ulama telah berbeda pendapat di dalam

menjelaskan kata Al-Qur’an:

25
Wiryodijoyo, Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya, (Jakarta: P2LPTK, 1989),
hal. 1-2.
26
Tarigan, Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa,
1985), cet ke-3, hal. 7.
27
Wiryodijoyo, Op.Cit, hal. 2.

21
1) Sebagian dari mereka, diantaranya adalah Al-Syafi’i mengatakan lafal

Al-Qur’an bukan mustaq (pecahan dari akar kata apapun) dan bukan

pulan berhamzah (tanpa tambahan huruf hamzah di tengahnya jadi

dibaca Al-Qur’an). Lafal tersebut sudah lazim digunakan dalam

pengertian kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.

Dengan demikian menurut Al-Syafi’i, lafal tersebut bukan berasal dari

kata qara’a (membaca), sebab kalau akar katanya qara-a, tentu setiap

sesuatu yang dibaca dapat dinamai Al-Qur’an. Lafal tersebut memang

nama khusus bagi Al-Qur’an, sama dengan nama Taurat dan Injil.

2) Al-Farra’ sebagaimana Al-Syafi’i, berpendapat, Al-Qur’an bukan

musytaq dari kata qara’a, tetapi pecahan kata dari kata qara’in (

‫(قرئن‬jamak dari kata qarinah ]‫ [قرينة‬yang memiliki arti berkaitan.

Karena itu, huruf nun ]‫ [ن‬pada akhir lafal Al-Qur’an adalah huruf asli

bukan huruf tambahan. Dengan demikian, kata Al-Qur’an itu dibaca

dengan bunyi Al-Qur’an, bukan Al-Qur’an.

3) Al.-Asy’ari juga sejalan dengan pendapat Al-Farra’, lafal Al-Qur’an

adalah musytaq pecahan dari akar kata qarn ]‫[قرن‬. Ia mengemukakan

contoh kalimat qarnusy-syai-bisysyai (menggabungkan sesuatu dengan

sesuatu). Kat qarn dalam hal ini bermakna gabungan atau kaitan, karena

surah-surah dan ayat-ayat Al-Qur’an saling bergabung dan berkaitan.28

28
Dr. H. Saiman Sholeh, M. Pd. & Abdul Basyit, M. A., “Ulum Al-Qur’an”, (Banten:
Pustaka Getok Tular, 2017), hal. 2.

22
Sedangkan secara terminologis Al-Qur’an adalah kalamullah yang

diturunkan kepada nabi Muhammad n. Melalui perantaraan malaikat Jibril.

Al-Qur’an tertulis dalam mushaf dan sampai kepada manusia secara

mutawattir. Membacanya bernilai ibadah, diawali dengan suarat Al-Fātihah

dan ditutup dengan surat An-Nās.29

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

penguasaan bacaan Al-Qur’an adalah kesanggupan, kekuatan dan kecakapan

dalam memabaca wahyu atau firman Allah l dengan tujuan untuk

memperoleh pemahaman terhadap sesuatu.

b. Komponen Penguasaan bacaan Al-Qur’an

Berdasarkan ilmu tajwid komponen-komponen yang dipelajari dalam

Al-Qur’an adalah sebagai berikut :

1) Mengenal Huruf Hijaiyah

2) Mengenal Makharijul huruf

3) Hukum bacaan Lam Ta’rif

4) Hukum Ghunnah Musyaddadah (bacaan Nun dan Mim bertasydid)

5) Hukum bacaan Nun Sukun dan Tanwin

6) Hukum Bacaan Mim sukun

7) Macam-macam idghom

8) Hukum bacaan Madd (panjang)

9) Hukum Bacaan Lam Jalalah

10) Hukum Bacaan Ra’

29
Toto Suryana dkk, Pendidikan Agama Islam, Bandung: Tiga Mutiara, 2006, hal. 5.

23
11) Qalqolah

12) Waqaf, dan lain sebagainya30

Sedangkan komponen membaca Al-Qur’an yang penting untuk

diperhatikan adalah sebagai berikut :

1) Membaca Pelan dengan memperhatikan makhraj hurufnya

Membaca Al-Qur’an dengan perlahan-lahan. Sebagaimana dalam

sebuah hadits Nabi dari Ummu Salamah x (istri beliau) yang

diriwayatkan oleh Tirmidzi bahwa Rasulullah n membaca dengan ayat

per-ayat, beliau membaca “Alhamdulillahi Robbi Al-‘Alamina” (Q.S.

Al-Fatihah (1) : 2), kemudian berhenti, selanjutnya Beliau membaca

“Ar-Rahmani Ar-Rahimi” (Q.S. Al-Fatihah (1) :3), kemudian berhenti,

dan selanjutnya membaca “Maliki Yaumi Ad-Diyni” (Q.S. Al-Fatihah

(1) : 4).31

Membaca Al-Qur’an dengan pelan-pelan adalah suatu keharusan,

karena dalam kitab Syarahal-Muhazzab sebagaimana dikutip oleh Dr.

Yusuf Al-Qardawi ia berkata, Para ulama sepakat tentang kemakruhan

membaca Al-Qur’an dengan terlalu cepat.32

Mengenai bacaan tartil itu Al-Ajuri meriwayatkan dari Ibnu

Mas’ud ia berkata : “Jangan membaca Al-Qur’an dengan amat perlahan

30
S. Saadah, “Ilmu Tajwid (Pedoman Membaca Al-Qur’an dengan Semestinya)”,
(Surabaya: Khazamah Media Ilmu, 2006), Hal. 5.
31
At-Tirmidzi menyebutkan hadits ini Gharib dalam al-qira‟at (2927). Dan diriwayatkan
oleh Abu Daud dengan bentuk yang sama dalam al-huruf wal qira‟at (4001), dan al-hakim (2/233),
dan ia menshahihkannya berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim dan itu disepakati oleh Adz-
Dzahabi.
32
Al-Qardawi, Yusuf. Berinteraksi Dengan Al-Qur’an, (Jakarta : Gema Insani Press, cet
ke-3, 2001), hal. 232.

24
seperti memungut kurma satu-persatu. Dan jangan pula membacanya

dengan cepat seperti membaca syair. Namun berhentilah pada

keajaiban-keajaibannya, dan resapkanlah ke dalam hati kalian.

Jadi bacaan tartil yang pelan adalah membaca dengan tenang dan

perlahan-lahan. 33
Sebagaimana Allah l berfirman yang artinya

“……dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan”. (Q.S. Al-

Muzammil (73) : 4).

2) Menerapkan Tajwid

Tajwid berasal dari kata “jawwada, yujawwadu, tajwidan” yang

artinya membaguskan atau membuat jadi bagus. Dan pengertian lain

menurut lughoh (bahasa) tajwid juga berarti “al-ityaanu Bi Al-Jayyidi

(segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan)”.34

Membaca dengan tajwid merupakan keharusan bagi setiap

muslim karena membaca dengan tajwid merupakan sunah Rasulullah n

apabila membaca Al-Qur’an hendaklah membaca dengan makhraj dan

sifat asalnya seperti huruf hams dihamskan dan sebagainya, dan sifat

yang dating belakangan seperti bacaan mad di madkan, ikhfa

diikhfakan dan sebagainya. Sebagaimana Rasulullah n bersabda dari

Qatadah z ia berkata: “Aku bertanya kepada Anas tentang cara

Rasulullah membaca Al-Qur’an. Ia menjawab bahwa Rasulullah

membaca dengan mad “panjang”.” (H.R. Bukhari).35

33
Supandi, Irfan. Agar Bacaan Tidak Sia-sia, (Solo : Tinta Medina, cet-1, 2013, hal. 128.
34
Wahyudin, Moh. Ilmu Tajwid Plus, (Surabaya : Anggota IKAPI JATIM, cet-2, 2008),
hal. 1.
35
H.R. Al-Bukhari dalam Fadhail Al-Qur’an, bab Mad al-Qira-at (6/241).

25
Membaca dengan tajwid berarti membaca dengan memberikan

pengertian tentang huruf. Pengertian tentang huruf maksudnya,

memberikan hak-hak huruf (Haqqul huruf) dan hukum-hukum baru

yang timbul setelah hak-hak huruf (mustahaqqul huruf) dipenuhi. 36

3) Kelancaran Membaca

Kelancaran berarti keadaan lancarnya (sesuatu).37 Dalam hal ini

lancarnya peserta didik dalam membaca Al-Qur’an. Di samping

kelancaran ketika membaca Al-Qur’an merupakan sebuah penguasaan

bacaan Al-Qur’an, juga merupakan sebuah jalan untuk mendapatkan

kebaikan. Mengenai kelancaran membaca Al-Qur’an Rasulullah n telah

menggambarkan betapa bermanfaatnya bagi seseorang dari hadits

beliau yang diriwayatkan oleh Aisyah x bahwasannya Rasulullah n

bersabda “Orang yang membaca Al-Qur’an dan pandai membacanya,

ia bersama para malaikat yang mulia. Dan yang membaca Al-Qur’an

dengan mengeja dan ia membacanya dengan sulit, ia mendapatkan dua

pahala”. (H.R. Muslim).38

Ketika kesulitan dirasakan pada saat membaca dan semangat

ingin membaca Al-Qur’an menyebabkan ia mendapat dua pahala, dan

ketika berusaha untuk terus membaca sehingga lidahnya menjadi lancer

menyebabkan ia bersama malaikat sebagai tanda ia dimuliakan oleh

36
Wahyudin, Moh. Op. Cit, hal. 1.
37
DEPDIKKEB, “Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, Edisi-3, cet-
2, 2002), hal. 633.
38
Hadits no. 789, yang disebutkan dalam kitab terjemahan, Kaefa Nata’ ‘Amalu Ma’al
Quranil Azhim, hal. 226.

26
Allah l. Betapa banyak orang muslim yang berat lidahnya dalam

membaca Al-Qur’an, namun ia terus berusaha untuk membaca dan

membacanya sehingga lidahnya menjadi ringan sehingga ia menjadi

lancar membaca Al-Qur’an.39

c. Urgensi Penguasaan bacaan Al-Qur’an

Adapun urgensi membaca Al-Qur’an adalah sebagai berikut:

1) Menjauhkan dari kesalahan-kesalahan dalam membaca Al-Qur’an baik

tampak jelas (lahnun al-jaliy) atau yang samar (lahnun al-khafiy). 40

Terhindar dari lahnun maksudnya terhindar dari kekeliruan membaca,

seperti perubahan bunyi huruf yang menyebabkan kesalahan makna

yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an.

2) Mendatangkan kebaikan bagi pembacanya

Kebaikan bagi pembaca Al-Qur’an begitu banyak, baik di dunia atau di

akhirat nanti. Beberapa nash dalam hadits Rasulullah n menjelaskan

diantaranya:

Rasulullah n Bersabda : “Allah l mempunyai keluarga dari keluarga

manusia,” Para sahabat bertanya. “Ya Rasulullah, siapakah mereka?”

Beliau menjawab, “Ahli Al-Qur’an. Mereka adalah keluarga Allah l

dan orang-orang dekatnya.”41

39
Al-Qardawi, Yusuf. Loc. Cit, hal. 226.
40
Rusydi Suwaid, Aiman. Panduan Ilmu Tajwid Bergambar, (Solo : Zamzam, Cet-1,
2015), hal. 19.
41
H.R Ahmad dan An-Nasa’i, Ibnu Majah no. 215, dan Al-Hakim I/556. Lihat Shahih al-
jami’ Ash-Shagir, no. 2165.

27
3) Membuat bacaan menjadi indah, terlebih lagi bagi suara pembaca bagus

lebih dianjurkan memperbagus bacaan, karena ini merupakan anjuran

yang disepakati oleh para ulama. 42

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penguasaan bacaan Al-Qur’an

Suatu kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Al-Qur’an hadits,

haruslah memperhatikan berbagai faktor. Faktor-faktor ini sangat

menentukan dan memberikan pengaruh terhadap kelancaran proses

pembelajaran yang akan berlangsung pada kegiatan belajar mengajar, secara

umum, faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan bacaan Al-Qur’an

dibedakan menjadi 3, yaitu:

1) Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa)

Yakni keadaan/ kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor internal

meliputi 2 aspek. Yaitu:

a) Aspek Fisiologis (yang bersifat jasmani)

Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indra

pendengar dan indera penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan

siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, termasuk kemampuan

dalam membaca Al-Qur’an. Apabila daya pendengaran dan penglihatan

siswa terganggu akibatnya proses informasi yang diperoleh siswa

terhambat.43

b) Aspek Psikologis (yang bersifat rohani)

42
Lihat penjelasan lengkapnya mengenai batasan memperindah bacaan dalam Yusuf Al-
Qadawi, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, hal. 233-235.
43
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidkan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2006), cet. ke12, hal. 133.

28
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat

mempengaruhi kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an. Namun

diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang

essensial adalah sebagai berikut:44

(1) Inteligensi Siswa

Inteligensi atau kecerdasan, merupakan suatu kemampuan yang

tertinggi dari jiwa makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh manusia.

Inteligensi seseorang dapat dilihat dari mampu atau tidaknya berbuat

atau bertindak.45

Kemampuan/inteligensi seseorang ini dapat terlihat adanya beberapa

hal, yaitu:

(a) Cepat menangkap isi pelajaran

(b) Tahan lama memusatkan perhatian pada pelajaran dan kegiatan

(c) Dorongan ingin tahu kuat dan banyak inisiatif

(d) Cepat memahami prinsip dan pengertian

(e) Sanggup bekerja dengan baik

(f) Memiliki minat yang luas. 46

Inteligensi ini sangat dibutuhkan sekali dalam belajar, karena

dengan tingginya inteligensi seseorang maka akan lebih cepat

44
Syah, Muhibbin. Ibid, hal. 133.
45
Alisuf Sabri, M. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 2007), hal. 15.
46
Darajat, Zakiyah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), hal. 119.

29
menerima pelajaran atau informasi yang disampaikan, termasuk

penguasaan bacaan Al-Qur’an.

(2) Sikap Siswa

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak dengan cara

tertentu.47

(3) Bakat Siswa

Secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki

seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

Bakat juga dapat diartikan sebagai sifat dasar kepandaian seseorang

yang dibawa sejak lahir. 48

Pada penguasaan bacaan Al-Qur’an, bakat mempunyai pengaruh

yang besar terhadap proses pencapaian prestasi seseorang. Adanya

perbedaan bakat ini ada kalanya seseorang dapat dengan cepat atau

lambat dalam menguasai tata cara membaca Al-Qur’an.

(4) Minat Siswa

Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap ke jurusan sesuatu

hal yang berharga bagi seseorang. Sesuatu yang berharga bagi

seseorang adalah suatu kebutuhan.49

2) Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa)

Yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal adalah

faktor yang timbul dari luar diri siswa. Adapun faktor eksternal yang

47
Syah, Muhibbin. Op. Cit, hal. 18.
48
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2001), hal. 93.
49
Darajat, Zakiyah. Loc. Cit, hal. 133.

30
mempengaruhi penguasaan bacaan Al-Qur’an secara umum terdiri dari

dua macam, sebagai berikut:

a) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial yang paling banyak mempengaruhi adalah

orang tua dan keluarga. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan

keluarga, ketenangan keluarga, dan letak geografis rumah, semua dapat

memberikan dampak baik atau buruk terhadap proses belajar siswa. 50

Yang termasuk lingkungan sosial yang lain adalah guru, teman

bermain, kurikulum sekolah dan lingkungan masyarakat. Guru adalah

tenaga profesional yang dapat menjadikan murid-murid mampu

merencanakan, menganalisa dan mengumpulkan masalah yang

dihadapi. Dengan demikian, seorang guru hendaklah mempunyai cita-

cita tinggi, berpendidikan luas, berkepribadian kuat dan tegar serta

berperikemanusiaan yang mendalam. 51

b) Lingkungan non-sosial

Faktor yang termasuk lingkungan non-sosial adalah lingkungan

sekitar siswa yang berupa benda-benda fisik, seperti gedung sekolah,

letak geografis rumah siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu

belajar. 52 Semua ini dipandang turut menentukan penguasaan bacaan

Al-Qur’an. Misalnya rumah yang sempit dan berantakan atau

perkampungan yang terlalu padat penduduk serta tidak memiliki sarana

50
Syah, Muhibbin. Op.Cit, hal. 138.
51
Basyiruddin Usman, M. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta:
Ciputat Press, 2002), cet. 1, 8.
52
Syah, Muhibbin. Op.Cit, hal. 138.

31
belajar, hal ini akan membuat siswa malas belajar dan akhirnya

berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an.

3) Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning)

Yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode

yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-

materi pelajaran. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah

operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah

atau mencapai tujuan belajar tertentu.53

e. Indikator Penguasaan bacaan Al-Qur’an

Seseorang dikatakan telah memiliki penguasaan bacaan Al-Qur’an

dengan baik apabila seseorang telah mampu membaca Al-Qur’an sesuai

dengan kaidah-kaidah hukum tajwid yang berlaku dengan baik, benar dan

fasih.

Indikator-indikator penguasaan bacaan Al-Qur’an dapat diuraikan

sebagai berikut:

1) Kelancaran membaca Al-Qur’an

Lancar ialah kencang (tidak terputus-putus, tidak tersangkut-

sangkut, cepat dan fasih). 54 Yang dimaksud penulis dengan lancar adalah

membaca Al-Qur’an dengan fasih dan tidak terputus-putus.

2) Ketepatan Membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid

53
Syah, Muhibbin. Ibid, hal. 139.
54
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2006), hal. 559.

32
Ilmu tajwid adalah mengucapkan setiap huruf (Al-Qur’an) sesuai

dengan makhrajnya menurut sifat-sifat huruf yang seharusnya di

ucapkan.55 Ilmu tajwid berguna untuk memelihara bacaan Al-Qur’an dari

kesalahan perubahan serta memelihara lisan dari kesalahan membacanya.

Adapun hukum membaca Al-Qur’an dengan memakai aturan-aturan

tajwid adalah fardlu 'ain atau kewajiban pribadi.

Mengutip dari kitab Hidayatul Mustafid Fi Ahkamit Tajwid

dijelaskan:

‫ض َعي ٍن َعلَى‬ ُ ‫ف فِي اَنَّهُ فَر‬


ُ ‫ض ِكفَا َي ٍة َوال َع َم ُل ِب ِه فَر‬ َ َ‫اَالتَّج ِويدُ الَ ِخل‬
‫ُك ِل‬
َ‫ُمس ِل ٍم َو ُمس ِل َم ٍة ِمنَ ال ٌم َكلَّ ِفين‬
"Tidak ada perbedaan pendapat bahwasanya mempelajari ilmu tajwid

hukumnya fardlu kifayah, sementara mengamalkannya (membaca Al-

Qur’an) hukumnya fardlu 'ain bagi setiap muslim dan muslimah yang

telah mukalaf ”.56

Dengan demikian hal ini menjadi kewajiban kita sebagai seorang

muslim, bahwa kita harus menjaga dan memelihara kehormatan, kesucian,

dan kemurnian Al-Qur’an dengan cara membaca Al-Qur’an secara baik

dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwidnya.

3) Kesesuaian membaca dengan makhrajnya

55
AF, Hasanuddin. Perbedaan Qiraat dan Pengaruhnya terhadap Istimbath Hukum
dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 118.
56
Abdurrohim, Acep Iim. Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, (Bandung: CV. Penerbit
Diponegoro, 2003), hal. 6.

33
Sebelum membaca Al-Qur’an, sebaiknya seseorang terlebih dahulu

mengetahui makhraj dan sifat-sifat huruf. Sebagaimana yang dijelaskan

dalam ilmu tajwid. Makharijul huruf adalah membaca huruf-huruf sesuai

dengan tempat keluarnya huruf seperti tenggorokan, ditengah lidah, antara

dua bibir dan lain-lain. 57

Secara garis besar makharijul huruf terbagi menjadi 5, yaitu:

a) Jawf artinya rongga mulut

b) Halq artinya tenggorokan

c) Lisan artinya lidah

d) Syafatani artinya dua bibir

e) Khoisyum artinya dalam hidung.58

Jadi dapat disimpulkan bahwa indikator peserta didik dinilai telah

memiliki penguasaan bacaan Al-Qur’an dalam skripsi ini, apabila peserta

didik telah mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai

dengan aturan atau kaidah-kaidah yang berlaku dalam ilmu tajwid dan

ilmu qiro’at.

B. Kerangka Berpikir

Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan multi arah antara guru,

peserta didik, sumber belajar, dan lingkungan yang saling mempengaruhi,

tidak didominasi oleh satu komponen saja. Hubungan guru dengan siswa

57
Khon, Abdul Majid. Praktikum Qira’at: Keanehan Bacaan Al-Qur’an Qira’at Ashim
dari Hafash, (Jakarta: Amzah, 2008), Cet ke-1, hal. 44.
58
Rauf Al-Hafizh, Abdul Aziz Abdur. Panduan Ilmu Tajwid Aplikatif, (Jakarta: Markaz
Al-Qur’an, 2017), cet ke-23, hal. 23.

34
dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan.

Pada tatanan praktis, proses pembelajaran yang berlangsung dalam kelas pada

dasarnya merupakan interaksi yang berlangsung antara guru, siswa dan materi.

Dalam sistem pembelajaran terdapat seluruh komponen belajar yaitu

guru, murid, bahan ajar, metode belajar mengajar, dan hasil belajar siswa.

Proses pembelajaran menekankan pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami bahan secara

ilmiah. Proses pembelajaran adalah segala upaya bersama antara guru dan

siswa untuk berbagi dan mengolah informasi, dengan harapan pengetahuan

yang diberikan bermanfaat dalam diri siswa dan menjadi landasan belajar

yang berkelanjutan, serta diharapkan adanya perubahan-perubahan yang

lebih baik untuk mencapai suatu peningkatan yang positif yang ditandai

dengan perubahan tingkah laku individu demi terciptanya proses belajar

mengajar yang efektif dan efisien.

Sebuah proses pembelajaran yang baik akan membentuk kemampuan

intelektual, berpikir kritis dan munculnya kreatifitas serta perubahan perilaku

atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.

Tahsin tidak hanya sekedar kegiatan membaca Al-Qur’an, tapi juga

membaguskan, menyempurnakan, dan memantapkan bacaan Al-Qur’an.

Sebagai umat Islam yang taat, sudah seharusnya melakukan hal yang

demikian. Karena Al-Qur’an adalah pedoman atau pegangan hidup umat

Islam, selain itu banyak sekali ilmu yang terdapat pada Al-Qur’an.

35
Penguasaan bacaan adalah kebiasaan atau keprofesionalan seseorang

dalam melakukan salah satu kegiatan aktif mencari informasi yang kita dapat

dalam bacaan atau aktivitas membaca. Dengan adanya kegiatan tahsin ini

dapat membantu siswa dalam menambah dan mengasah penguasaan bacaan

Al-Qur’an. Namun, kegiatan tahsin yang tidak dikelola dengan baik dapat

memberikan pengaruh yang tidak sesuai dengan harapan diadakannya

kegiatan tahsin.

Dari beberapa pemikiran diatas, maka kegiatan tahsin dapat membantu

siswa dalam membaca Al-Qur’an. Namun tidak akan membantu apabila tidak

dikelola dengan baik.

Berdasarkan paparan di atas, maka kerangka penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut.

Bagan 2.1

Korelasi Metode Pembelajaran Tahsin Dengan Penguasaan bacaan Al-

Qur’an

Pengaruh

Indikator Variabel X Indikator Variabel Y


(Metode Pembelajaran (Penguasaan Bacaan Al-
Tahsin) Qur’an)

36
Indikator Metode Tahsin Indikator Penguasaan
Bacaan Al-Qur’an
1. Membaguskan Bacaan
Al-Qur’an 1. Kelancaran Membaca.
2. Menyempurnakan 2. Ketepatan membaca
Bacaan Al-Qur’an Al-Qur’an sesuai
3. Memantapkan Bacaan dengan kaidah tajwid.
Al-Qur’an 3. Kesesuaian membaca
dengan Makhrajnya.

Siswa

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Maka, untuk

menguji apakah ada pengaruh metode tahsin terhadap penguasaan bacaan Al-

Qur’an pada materi Al-Qur’an hadits di MTs Miftahul Khaer, diperlukan

penguji hipotesa sebagai berikut :

37
Hipotesa alternatif (Ha) : Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap

penguasaan bacaan Al-Qur’an pada materi Al-

Quran hadits.

Hipotesa nol (H0) : Tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap Penguasaan

bacaan Al-Qur’an pada materi Al-Qur’an hadits.

38
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTs Miftahul Khaer Babakan Kecamatan

Curug Kabupaten Tangerang. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil

tahun pelajaran 2022/2023.

2. Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian ini dilakukan selama satu bulan yaitu pada

desember 2022 sampai februari 2023. Dengan melakukan kegiatan yang

terdiri dari tiga langkah sebagai berikut:

a. Persiapan pada tahap ini dimulai pada bulan desember 2022 dengan

diawali dengan kegiatan mengidentifikasi permasalahan, menganalisa

tempat atau sekolah yang akan menjadi lokasi penelitian dan membuat

proposal kemudian diajukan.

b. Pelaksanaan (penelitian) pada tahap ini pelaksanaan kegiatan dimulai

dengan melakukan observasi lapangan, penentuan responden,

penyampaian kuesioner, dan istrumen penelitian pada responden

responden terpilih. Sehingga pengumpulan kuesioner yang telah terjawab

dapat dilanjutkan dengan menghitung skor dengan teknik analisis data.

c. Pelaporan pada tahap ini dilakukan dengan mengedit data dan memberikan

kode pada data, menganalisa dan menginterpretasikan hasil yang diperoleh

39
sehingga mengahasilkan output yang akurat dan diakhhiri dengan kegiatan

kesimpulan peneitian dan mengikuti ujian skripsi.

Kegiatan Bulan

Desember Januari Februari

Persiapan .......

Palaksanaan ........

Pelaporan .......

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskritif kuantitatif yaitu dengan menjelaskan dan menggambarkan secara

sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat objek

penelitian.

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Data

1. Populasi

Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas:

subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 1 populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MTs kelas 8 (VII) Miftahul Khaer

yang berjumlah 311 siswa.

1
Sugiyono, Metode peneltian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : Alfabeta,
2008), hal. 2015

40
2. Data/Sampel

Penentuan jumlah sampel dapat dilakukan dengan cara perhitungan

statistik yaitu dengan menggunakan rumus slovin.

Rumus Slovin digunakan untuk menentukan ukuran sampel dari

populasi yang telah diketetahui julahnya yaitu sebanyak 311 siswa. Untuk

tingkat presisi yang ditetapkan dalam penentuan sampel adalah 10%. Alasan

peneliti menggunakan tingkat presisi 10% karena jumlah populasi kurang dari

1000.

Rumus Slovin:

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑒)2

Keterangan:

𝑛 = Ukuran sampel

𝑁 = Ukuran Populasi

𝑒 = Kelonggaran ketidakteliitian karena kesalahan pengambilan sampel yang

dapat ditolerir, kemudian dikuadratkan. 2

Berdasarkan Rumus Slovin, maka besarnya penarikan jumlah sampel

penelitian adalah:

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑒)2

311
𝑛=
1 + 311(0,1)2

2
Kriyanto, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta : Kencana Prenada media
group, 2008)

41
311
𝑛=
1 + 311(0,01)

311
𝑛=
1 + 3,11

311
𝑛=
4,11

𝑛 = 75,6

𝑛 = 76 Siswa

Sampel dalam Penelitian ini adalah 76 siswa.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah simple

random sampling, dimana setiap siswa memiliki kesempatan untuk

menjadi sampel, dengan cara memberikan nomor kepada mereka,

kemudian nomor tersebut dikocok dan diambil secara acak, dan nomor

yang terpilih adalah siswa yang menjadi sampel. Jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah 76 siswa.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian diartikan sebagai alat yang menunjang sejumlah

data yang diasumsikan dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan dan

menguji hipotesis penelitian.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pemberian tes atau

angket.

Tabel 2.2 kisi-kisi instrumen penelitian Variabel X

42
No Indikator No Butir Jumlah

1. Membaca menggunakan 1, 2, 8, 3

metode tahsin

2. Adanya minat dan 3, 4, 5, 6, 7, 5

motivasi yang kuat

untuk membaca Al-

qur’an

3. Adanya sarana dan faktor 9, 10 2

lingkungan yang

mendukung

Jumlah 10 10

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen penelitian Variabel Y

No Indikator No Butir Jumlah

1. Dapat menyalin tulisan ke dalam 1, 2, 2

tulisan Al-Qur’an

2. Dapat menyalin tulisan Al- 3, 4, 5 6, 9 5

Qur’an ke dalam tulisan latin

3. Dapat menulis huruf sambung 7, 8, 10 3

dan huruf pisah Al-Qur’an

Jumlah 10 10

43
E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh

peneliti untuk memperoleh data dalam usaha pemecahan masalah penelitian,

dapat diartikan sebagai upaya pengumpulan data yang menggunakan teknik-

teknik tertentu sehingga data yag diharapkan dapat terkumpul dan benar-

benar sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahakan 3. Teknik analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan

pengolahannya dengan menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana

(simple regression analysis). 4 Teknik ini digunakan untuk menguji pengaruh

variabel terikat. Adapun teknik analisis regresi linier sederhana yaitu:

1. Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis kuantitatif dengan metode statistik yang digunakan adalah

analisis regeresi linier sederhana. Analisis regresi linier sederhana digunakan

hanya untuk satu variabel bebas (independent) dan variabel tak bebas

(dependent).5 Metode analisis regresi linier sederhana ini dilakukan dengan

bantuan program komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS

16). SPSS 16 yang merupakan salah satu teknik komputer yang digunakan

dalam mengolah data-data statistik.

Rumus regresi linier sederhana yaitu:

𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑋

3
V. Wiratna sujatweni, Metodologi Penelitian (Yogyakarta : Pustaka Baru, 2014), hal. 103
4
Djarwanto, Uji Statistik dalam Penelitian (Yogyakarta : Liberty Yogyakarta, 2007), hal.
169.
5
Sofian Siregar, Statistik Parametik untuk Penelitian Kuantitatif (Jakarta : PT. Bumi
Aksara, 2012), hal. 379

44
Keterangan:

𝑌 = Variabel terikat

𝑎 = Harga Y ketiga harga X = 0 (Harga konstanta)

𝑏 = Angka arah atau koefesien regresi yang menunjukan angka peningkatan

ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan

variabel independen. Bila (+) arah garis naik, bila (-) maka arah garis turun.

𝑋 = Subjek pada variabel independen yang mepuyai nilai tertinggi. 6

𝑛 ∑(𝑥𝑦)−(∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
𝑏= 𝑛(∑ 𝑥 2 )−(∑ 𝑥)2

∑ 𝑦−𝑏(∑ 𝑥)
𝑎= 𝑛

∑ 𝑦 2−𝑎 ∑ 𝑦−𝑏 ∑ 𝑥𝑦
𝑠𝑒 = √ 𝑛−2

𝑠𝑒
𝑠𝑏 = 2
√∑ 𝑥 2−(∑ 𝑥)
𝑛

𝑏
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑠𝑏

2. Uji Instrumen

a. Uji Validitas

Uji validitas merupakan keshahihan yang menunjukan sejauh mana

suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (a valid measure

if it successfully measure the phenomenon ).7 Dalam hal ini uji validitas

digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner

6
Dr. H. Koirul Anwar, M.Pd. & Ismail Marzuki, M.Pd., Ststistik Terapan (Yogyakarta : CV.
Tangan Emas, 2021), hal. 82
7
Sofian Siregar, Statistik Parametik untuk Penelitian Kuantitatifi (Jakarta : PT. Bumi
Aksara, 2012), hal. 379

45
dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur pada kuesioner tersebut.8

b. Uji reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur kuesioner yang merupakan

indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika

jawaban seseorang terhadap penyataan tersebut adalah konsisten atau

stabil. 9 Untuk melakukan pengujian reliabilitas dalam penelitian ini

digunakan program SPSS versi 16.

c. Uji Asumsi Klasik

Terdapat beberapa model uji asumsi yang dilakukan untuk menilai

kehandalan model atau digunakan sebagai persyaratan suatu analisis.

Pemenuhan asumsi ini dimaksudkan agar dalam pengerjaan model regresi

tidak ditemukan penyimpangan dan masalah-masalah statistik. Selain itu,

agar model regresi yang dihasilkan dapat memenuhi standar statistik

sehingga parameter yang diperoleh logis dan masuk akal. Dan juga dengan

terpenuhinya asumsi dasar tersebut maka hasilnya lebih akurat. Maka uji

asumsi yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji normalitas.

d. Uji Normalitas

Tujuan dilakukannya uji normalitas terhadap serangkaian data

adalah untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal tau

tidak.10

8
Danang Sunyoto, Analisis Regresi dan Uji Hipotesis, (yogyakarta : CAPS, 2011), hal. 72
9
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21, (Semarang :
Badan Penerbit UNDIP, 2013), cet-4, hal. 47
10
Sofian Siregar, Ibid, hal. 153

46
Uji normalitas dilakukan menggunakan uji kormogorov smirnov

dengan bantuan SPSS 16. Uji normalitas dapat juga menggunakan uji

normal probablity plot. Jika residual berasal dari distribusi normal, maka

nilai-nilai sebaran data akan terletak di sekitar garis lurus. 11

Untuk melihat normalitas residual dapat menggunakan analisis

grafik dengan cara melihat grafik histogram yang membandingkan antara

data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Dari

hasil grafik histogram, didapatkan garis kurva normal, berarti data yang

diteliti berdistribusi normal karena garis (titik-titik) mengikuti garis

diagonal. 12

e. Uji Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari masalah penelitian,

hipotesis yang menyatakan ada tidaknya pengaruh. Untuk jawaban

hipotesis digunakan uji F dan uji koefesien determinasi. Hal ini

digambarkan pada tabel yang diperoleh dari hasil olahan data melalui

bantuan program komputer SPSS 16.

Untuk mempermudah interpretasi mengenai interval kategorisasi kekuatan

hubungan korelasi, peneliti menggunakan pedoman dari salah satu penulis

statistik yaitu Jonathan Sarwono.

0 : Tidak ada korelasi

11
Singgih Santoso, Mengatasi berbagai Masalah dengan SPSS, (Jakarta : PT. Media
Elexkomputindo, 2003), hal. 347
12
Haryadi Sarjono & Winda Julianita, SPPS vs Lisrel Sebuah Pengantar, Aplikasi untuk
Riset, (Jakarta : Salemba Empat, 2011), hal. 91

47
0,00 – 0,25 : Korelasi lemah

0,25 – 0,50 : Korelasi cukup

0,50 – 0,75 : Korelasi kuat

0,75 – 0,99 : Korelasi sangat Kuat.13

13
Jonathan Sarwono, Statistik itu Mudah Panduan Lengkap untuk Belajar Komputasi
Statistik Menggunakan SPSS 16, (Yogyakarta : Penerbit Univ. Fitma Jaya Yogyakarta, 2009).

48
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Abdur Rauf Al-Hafizh, Panduan Ilmu Tajwid Aplikatif, (Jakarta:

Markaz Al-Qur’an, 2017), cet ke-23

Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at: Keanehan Bacaan Al-Qur’an Qira’at

Ashim dari Hafash, (Jakarta: Amzah, 2008), Cet ke-1.

Abdur Rauf. Pedoman Dauroh Al-Qur’an, (Jakarta : Markas Al-Qur’an,

2014).

Acep Iim Abdurrohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, (Bandung: CV.

Penerbit Diponegoro, 2003).

Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an dan Tajwid, (Jakarta :

Pustaka Al-Kautsar, 2016).

Ahmad Munir, Ilmu Tajwid Seni Baca Al-Qur’an, (Jakarta : Bineka Cipta,

2007).

Aiman Rusydi Suwaid, Panduan Ilmu Tajwid Bergambar, (Solo : Zamzam,

Cet-1, 2015).

Alisuf Sabri, M. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional,

(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007).

At-Tirmidzi menyebutkan hadits ini Gharib dalam al-qira’at (2927). Dan

diriwayatkan oleh Abu Daud dengan bentuk yang sama dalam al-huruf wal qira’at

(4001), dan al-hakim (2/233), dan ia menshahihkannya berdasarkan syarat Bukhari

dan Muslim dan itu disepakati oleh Adz-Dzahabi.

Danang Sunyoto, Analisis Regresi dan Uji Hipotesis, (yogyakarta : CAPS,

2011).

49
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2001).

DEPDIKKEB, “Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,

Edisi-3, cet-2, 2002).

Depdiknas, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003).

Djarwanto, Uji Statistik dalam Penelitian (Yogyakarta : Liberty Yogyakarta,

2007)

Dr. H. Koirul Anwar, M.Pd. & Ismail Marzuki, M.Pd., Ststistik Terapan

(Yogyakarta : CV. Tangan Emas, 2021).

Dr. H. Saiman Sholeh, M. Pd. & Abdul Basyit, M. A., “Ulum Al-Qur’an”,

(Banten: Pustaka Getok Tular, 2017).

E Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005).

H.R Ahmad dan An-Nasa’i, Ibnu Majah no. 215, dan Al-Hakim I/556. Lihat

Shahih al-jami’ Ash-Shagir, no. 2165. Lihat penjelasan lengkapnya mengenai

batasan memperindah bacaan dalam Al-Qur’an

H.R. Al-Bukhari dalam Fadhail Al-Qur’an, bab Mad al-Qira-at (6/241).

H.R. Al-Bukhari, dalam Bab Keutamaan Al-Qur’an jilid 9, hal. 66. Abu

Dawud, dalam Bab Membaca Al-Qur’an. No. 2909.

Hadits no. 789, yang disebutkan dalam kitab terjemahan, Kaefa Nata’ ‘Amalu

Ma’al Quranil Azhim.

Haryadi Sarjono & Winda Julianita, SPPS vs Lisrel Sebuah Pengantar,

Aplikasi untuk Riset, (Jakarta : Salemba Empat, 2011)

50
Hasanuddin AF, Perbedaan Qiraat dan Pengaruhnya terhadap Istimbath

Hukum dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995).

Hasil Wawancara dengan Ustadz Suyanto Najib Selaku Guru Mata Pelajaran

Al-Qur’an Hadist, Minggu, 22 Januari 2023 Pukul 09:15.

Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21,

(Semarang : Badan Penerbit UNDIP, 2013), cet-4.

Irfan Supandi, Agar Bacaan Tidak Sia-sia, (Solo : Tinta Medina, cet-1, 2013.

Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM

(Pembelajaran Aktif, Inovatif, dan Menyenangkan), (Semarang: RASAIL Media

Group, 2008).

Jonathan Sarwono, Statistik itu Mudah Panduan Lengkap untuk Belajar

Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16, (Yogyakarta : Penerbit Univ. Fitma

Jaya Yogyakarta, 2009).

KH. M Ulil Albab Arwani, Kitab Tajwid, (kudus : Mubarokatan Thoyyibah

2019).

Kontributor Wikipedia, 'Belajar',Wikipedia, Ensiklopedia Bebas, 7 Januari

2023, 05.28, https://id.wikipedia.org/wiki/Belajar

Kriyanto, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta : Kencana

Prenada media group, 2008)

M Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum,

(Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet. 1, 8.

Muhibbin Syah Yusuf, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), cet. ke12.

51
Nadhratun Nai’m fi Makarimi Akhlaki Ar-Rasulil Karim, 117 dan Fathul Bari

jilid 8.

Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2006).

S. Saadah, “Ilmu Tajwid (Pedoman Membaca Al-Qur’an dengan

Semestinya)”, (Surabaya: Khazamah Media Ilmu, 2006).

Saiful Bakhri, Abu Najibullah, Buku Panduan Pendidikan Guru Pengajar Al-

Qur’an, (PGPQ)”, (Blitar: PONPES Nurul Iman, 2009).

Sarotun, Cara Mudah dan Praktis Tahsin Tilawah Al-Qur’an Program 30

Jam, (Ungaran : Rumah Tahsin Tahfidz Al-Bayan, 2013).

Singgih Santoso, Mengatasi berbagai Masalah dengan SPSS, (Jakarta : PT.

Media Elexkomputindo, 2003)

Sofian Siregar, Statistik Parametik untuk Penelitian Kuantitatif (Jakarta : PT.

Bumi Aksara, 2012).

Sofian Siregar, Statistik Parametik untuk Penelitian Kuantitatifi (Jakarta : PT.

Bumi Aksara, 2012).

Sugiati, “Implementasi Metode Sorogan Pada Pembelajaran Tahsin dan

Tahfidz Pondok Pesantren”, JURNAL QATHRUNA, Vol.3 No.1(Januari-Juni

2016).

Sugiyono, Metode peneltian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung :

Alfabeta, 2008).

Tarigan, Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:

Angkasa, 1985), cet ke-3.

52
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Ciputat

Press, 2003).

Toto Suryana dkk, Pendidikan Agama Islam, Bandung: Tiga Mutiara, 2006,

V. Wiratna sujatweni, Metodologi Penelitian (Yogyakarta : Pustaka Baru,

2014)

Wahyudin, Moh. Ilmu Tajwid Plus, (Surabaya : Anggota IKAPI JATIM, cet-

2, 2008).

Wiryodijoyo, Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya, (Jakarta:

P2LPTK, 1989).

Yusuf Al-Qardawi, Berinteraksi Dengan Al-Qur’an, (Jakarta : Gema Insani

Press, cet ke-3, 2001).

Zakiyah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi

Aksara, 1995).

Zulkifli, Ilmu Pendidikan Islam (Tangerang : Bias Cemerlang).

53

Anda mungkin juga menyukai