Anda di halaman 1dari 77

STRATEGI GURU DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR

MENGAJAR DARING PADA MATA PELAJARAN PAI SISWA KELAS X


DI MA-AL IJTIHAD KOTA TANGERANG

SKRIPSI

Disusun Oleh :
Puji Santoso 1986208025
Faisal Akbar 1986208276
Devyna Eka Sisiani 1986208046
Nandini Kharisma Putri 1986208175
Muhammad Noval Habibi 1986208088
Yunita Suhartono 1986208216

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2021 M/ 1443 H
LEMBAR PERNYATAAN

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Tangerang.

2. Sumber-sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Tangerang.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil dari karya saya,

maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Agama

Islam Universitas Muhammadiyah Tangerang.

Tangerang,.............................1443 H
.............................2022 M

KELOMPOK 2

i
LEMBAR PERSETUJUAN

STRATEGI GURU DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR


MENGAJAR DARING PADA MATA PELAJARAN PAI SISWA KELAS X
DI MA-AL IJTIHAD KOTA TANGERANG

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd)

Oleh :
KELOMPOK 2

Disetujui Oleh :
Tanda Tangan Tanggal
1. Drs. Abdul Basyit., M.A
NBM. 1139239
(Pembimbing I)
........................ .................
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Tangerang

H. Achmad Fauzi, S.S., S.Pd.I, M.Pd.


NBM. : 1.037.252

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul STRATEGI GURU DALAM MENGATASI


KESULITAN BELAJAR MENGAJAR DARING PADA MATA PELAJARAN
PAI SISWA KELAS X DI MA-AL IJTIHAD KOTA TANGERANG

telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Agama Islam Universitas


Muhammadiyah Tangerang, pada tanggal,.........................................Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat dalam menempuh gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd.).

Tangerang, ................1443 H
................2022 M
Sidang Munaqasyah
Tanda Tangan Tanggal

1. H. Achmad Fauzi, SS, S.Pd.I, M.Pd., ....................... .....................


NBM........................
(Ketua)

2. Nama Sekretaris, Gelar ............................... ........................


NBM........................
(Sekretaris)

3. Nama Penguji I, Gelar ............................... ........................


NBM........................
(Penguji I)

4. Nama Penguji II, Gelar ............................... ........................


NBM........................
(Penguji II)
Mengetahui,
Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Tangerang

Dr. H. Saiman Sholeh, M.Pd.


NBM : 672.290

iii
Abstract

Strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar mengajar daring pada

masa pandemi covid-19 guru diharuskan untuk memilih strategi yang tepat untuk

mengatasi setiap kesulitan belajar siswa secara daring dan luring, komunikasi

antar guru dengan siswa tidak terlepas dari aplikasi WhatsApp Strategi yang

digunakan guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa diantaranya, tetap

melakukan komunikasi melalui WhatsApp grup dan menghubungi secara pribadi

melalui WhatsApp, guru menjalin kerjasama dengan orang tua untuk mengatasi

kesulitan belajar siswa, guru mengirimkan media video pembelajaran, guru

memberikan catatan kecil didalam buku tugas siswa dan melakukan evaluasi

terhadap strategi yang digunakan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa saat

pembelajaran pada masa pandemi covid-19.

The teacher's strategy in overcoming online and offline teaching and

learning difficulties during the covid-19 pandemic, teachers are required to

choose the right strategy to overcome each student's online and offline learning

difficulties, communication between teachers and students cannot be separated

from the WhatsApp application. Strategies used by teachers in overcoming

learning difficulties students, among others, continue to communicate via

WhatsApp groups and contact privately via WhatsApp, teachers collaborate with

parents to overcome student learning difficulties, teachers send learning video

media, teachers give small notes in student workbooks and evaluate strategies

used in overcome students' learning difficulties while studying during the covid-

19 pandemic.

iv
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat,

Taufiq, hidayah dan Inayah-Nya kepada penulis terutama nikmat sehat, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Strategi Guru

Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Daring Pada Mata Pelajaran PAI Siswa

Kelas X di Sekolah MA Al-Ijtihad Kota Tangerang”.

Penulis memilih judul tersebut karena ingin mengetahui bagaimana

implementasi kesulitan pembelajaran secara online(daring) dalam meningkatkan

prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, maka dari

itu kritik dan saran yang membangun akan sangat bermanfaat bagi penulis guna

menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa sebuah keberhasilan tidak terlepas dari bantuan

dan dukungan berbagai pihak, baik bantuan moril maupun material. Untuk itu

dengan hati yang tulus penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih

kepada :

1. Bapak Dr. H. Ahmad Amarullah, S.Pd., M.Pd., Rektor Universitas

Muhammadiyah Tangerang.

2. Bapak Dr. H. Saiman Sholeh, M.Pd., Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Tangerang.

v
3. Bapak H. Achmad Fauzi, SS, S.Pd.I, M.Pd., Ketua Program Studi dan

Dosen Mata Kuliah Metode Peneliatian Pendidikan Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Tangerang.

4. Ibu Al-Irsyadiyah, M.A., Sekertaris Program Studi Pendidikan Agama

Islam Universitas Muhammadiyah Tangerang.

5. Bapak Drs. Abdul Basyit., MA., Selaku Dosen Pembimbing selama

penyusunan tugas akademik ini

6. Segenap dosen dan staf Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas

Muhammadiyah Tangerang.

7. Bapak, Kepala Madrasah Aliyah (MA) Al-Ijtihad Kota Tangerang.

8. Seluruh dewan guru di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Kedua orang tua yang tidak lelah untuk selalu mendukung dan

mendoakan atas keberhasilan dan kesuksesan penulis.

10. Sahabat-sahabat seperjuangan Universitas Muhammadiyah Tangerang

yang selalu berbagi dan menjadi sahabat setia dalam perjuangan.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik kepada mereka

yang telah berjasa dan semoga skripsi ini dapat bemanfaat bagi penulis khususnya

dan pembaca umumnya. Aamiin.

Tangerang, 1443 H
2021 M

Kelompok 2

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN.......................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................iii

ABSTRAK..................................................................................................iv

KATA PENGANTAR................................................................................v

DAFTAR ISI...............................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................1
B. Fokus Penelitian.............................................................4
C. Rumusan Masalah..........................................................4
D. Tujuan Penelitian...........................................................5
E. Manfaat Penelitian.........................................................6
F. Sistematika Penulisan....................................................7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar daring............9


1. Pengertian strategi guru...................................................9
2. Strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar ............11
3. Tujuan strategi guru........................................................12
4. Keunggulan dan kelemahan belajar daring.....................19
B. Kajian tentang kesulitan belajar daring......................................20
1. Pengertian kesulitan belajar daring.................................20
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan..................21
3. Tujuan mengetahui kesulitan belajar .............................22
4. Cara mengatasi kesulitan belajar.....................................23
C. Hasil Penelitian yang Relevan ...................................................25

vii
BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Metode Penelitian....................................26

1. Metode Penelitian yang Dipilih...........................................26

2. Pendekatan penelitian : Phenomenological research..........29

B. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................30

C. Latar Penelitian............................................................................31

D. Data dan Sumber Data................................................................32

E. Teknik Pengumpulan Data .........................................................33


1. Wawancara...........................................................................34
2. Observasi..............................................................................36
3. Studi Pustaka .......................................................................37
4. Dokumentasi.........................................................................37
5. Catatan Lapangan.................................................................37
F. Tahap Penelitian..........................................................................38

G. Teknik Analisis Data ..................................................................39


1. Pengolahan Data....................................................................39
2. Analisis Data.........................................................................41
H. Pengecekan Keabsahan Data.......................................................43

1. Kredibilitas............................................................................43
2. Triangulasi Sumber...............................................................44
3. Triangulasi Metode...............................................................44
4. Konfirmabilitas......................................................................45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Penelitian Khusus..........................................................46


1.Sistem Pembelajaran di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang.......46
2.Pembelajaran PAI Pada Masa Pandemi Covid-19 ................47

viii
B. Hasil Strategi Guru dalam meningkatkan prestasi belajar ..........49
C. Kesulitan Dalam Melaksanakan Belajar Mengajar Daring ........52
D.Analisis Metode Penelitian..........................................................57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................63

B. Saran........................................................................................................64

DAFTAR PUSTAKA

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi kehidupan umat manusia.

Karena dengan pendidikan akan membantu membentuk kepribadian siswa di masa

yang akan datang dan juga mempunyai fungsi untuk mengembangkan

kemampuan serta meningkatkan kualitas kehidupan manusia Indonesia.

Setiap manusia memiliki potensi yang berbeda. Potensi perlu untuk

dikembangkan agar bermanfaat dikemudian hari. Sarana yang paling strategis

untuk mengembangkan potensi adalah melalui pendidikan. Pendidikan merupakan

usaha sadar, terencana dan diupayakan untuk memungkinkan siswa secara aktif

mengembangkan potensi diri, baik fisik maupun nonfisik, yakni mengembangkan

potensi pikir, sosial, emosional, nilai moral, spiritual, ekonomikal, sehingga ia

dapat menjalankan kehidupannya sesuai dengan harapan dirinya, keluarganya,

bangsa dan negara.1

Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada siswa agar menjadi

manusia yang berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi.2

Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok orang, guna mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

1
Didi Supriadie dan Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), h. 1.
2
Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, (PT Rineka Cipta, 2005), h. 305.

1
pelatihan. Dalam pengertian luas, pendidikan juga dapat diartikan sebagai sebuah

proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,

pemahaman, nilai-budaya, sebagai panduan bertingkah laku dan bermasyarakat.3

Pendidikan sebagai suatu proses yang secara rasional, sistematik, dan

berencana dilakukan untuk mengubah perilaku manusia menuju tahap kematangan

yang dikehandaki.

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi kehidupan umat manusia.

Karena dengan pendidikan akan membantu membentuk kepribadian siswa di masa

yang akan datang dan juga mempunyai fungsi untuk mengembangkan

kemampuan serta meningkatkan kualitas kehidupan manusia.4

Konsepsi pendidikan Islam tidak hanya fokus sebagai upaya

mencerdaskan manusia semata, melainkan sejalan dengan konsepsi Islam tentang

manusia dan hakikat eksistensinya. Dengan adanya pendidikan agama Islam

diharapkan dapat menghasilkan manusia yang selalu menyempurnakan akhlak,

iman, dan taqwa.5 Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan penuh

kesadaran, tanggung jawab dan terencana dengan baik untuk memberikan

bimbingan dan pembinaan kepada peserta didik.

Bimbingan dan pembinaan tidak hanya pada intelektualnya saja tetapi juga

dari segi emosionalnya.Mengenai kompetensi cara mengajar, hendaknya guru

harus mampu mengupayakan, merencanakan atau menyusun setiap program

3
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), h.10.
4
Didi Supriadie dan Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran, h. 2.
5
Abdul Majid,Strategi Pembelajaran ( Bandung : Remaja Rosdarkaya 2013 ) Hal 64

2
satuan pembelajaran, menggunakan dan mengembangkan media pembelajaran

serta metode yang efektif dan variatif. Dengan hal itu, maka siswa akan lebih bisa

mengeksplorasi dirinya untuk aktif, dan berfikir kritis terkait pengalaman-

pengalaman yang diperoleh bersama gurunya.6

Maka, sebagai guru PAI hendaknya dapat membuat strategi pembelajaran

dalam pelaksanaan pembelajaran daring pada mata pelajaran PAI supaya tetap

efektif dan siswa maksimal dalam kegiatan belajar mengajar meskipun jarak jauh.

Zaman sekarang dengan teknologi yang berkembang dan memadai meskipun

sekolah tidak menerapkan pembelajaran tatap muka langsung tetapi dengan

adanya media sosial yang canggih proses pembelajaran masih dapat berjalan

secara daring. adanya pandemi covid-19 ini pemerintah membuat kebijakan

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekankan penyebaran virus

tersebut, sehingga salah satu implikasinya adalah setiap pihak wajib bekerja dari

rumah (work from home).

Namun, demikian sistem pendidikan harus tetap berjalan dengan efektif.

Pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran covid-19

bahwa perubahan belajar tatap muka menjadi online dalam artian belajar dalam

jaringan (daring).

Sistem pembelajaran daring ialah pembelajaran yang dilaksanakan dengan

tidak tatap muka langsung melainkan dengan menggunakan media sosial sebagai

pengganti media pembelajaran. Pembelajaran daring ialah metode belajar yang

6
Abu Ahmadi, psikologi belajar ( Jakarta : Rineka Putra 2013 ) Hal 23

3
menggunakan model interaktif berbasis internet dan Leraning Management

System (LMS). Misal dengan menngunakan Zoom, Google Meet, WA, dsb.

Konsep belajar mandiri ini dapat menekankan pada kreativitas dan inisiatif

siswa. Akan tetapi, pada kondisi saat ini siswa dapat menerima bantuan atau

bimbingan dari pendidik. Namun, disini guru lebih berperan sebagai fasilitator.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan

beberapa fokus penelitian diantaranya sebagai berikut:

1. Proses implementasi mengatasi kesulitan pembelajaran secara daring

dalam pada mata pelajaran PAI siswa kelas X di MA Al-Ijtihad Kota

Tangerang.

2. Faktor pendukung dan penghambat pembelajaran secara daring pada

mata pelajaran PAI siswa kelas X di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang.

3. Hasil implementasi mengatasi kesulitan pembelajaran secara daring

pada mata pelajaran PAI siswa kelas X di MA Al-Ijtihad Kota

Tangerang.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakakan diatas, maka rumuasan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar mengajar

daring pada mata pelajaran PAI siswa kelas X di MA Al-Ijtihad Kota

Tangerang.

4
2. Apa faktor pendukung dan penghambat strategi guru dalam mengatasi

kesulitan belajar mengajar daring pada mata pelajaran PAI siswa kelas X

di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang.

3. Bagaimana Implementasi strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar

mengajar daring pada mata pelajaran PAI siswa kelas X di MA Al-Ijtihad

Kota Tangerang.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar

mengajar daring pada mata pelajaran PAI siswa kelas X di MA Al-Ijtihad

Kota Tangerang.

2. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat strategi guru

dalam mengatasi kesulitan belajar mengajar daring pada mata pelajaran

PAI siswa kelas X di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang.

3. Untuk mengetahui implementasi strategi guru dalam mengatasi kesulitan

belajar mengajar daring pada mata pelajaran PAI siswa kelas X di MA

Al-Ijtihad Kota Tangerang.

E. Manfaat Penelitian

5
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Manfaat secara teoritis :

Sebagai khasanah keilmuan bagi lembaga pendidikan, khususnya

mengenai implementasi dalam mengatasi kesulitan pembelajaran secara

online(daring) siswa pada mata pelajaran PAI siswa kelas X di MA Al-

Ijtihad Kota Tangerang.

2. Manfaat secara praktis :

a. Bagi Kepala Sekolah

Hasil Penelitian ini dapat menambah referensi bacaan bagi

mahasiswa yang lain, menjadi masukan dalam mengembangkan

literatur pendidikan Islam agar tujuan pendidikan dan tujuan

Nasional pendidikan bisa tercapai dengan baik.

b. Bagi Guru dan Civitas Akademia

diharapkan menjadi referensi dan masukan bagi sekolah untuk

dapat mengoptimalkan pembelajaran secara daring dan menambah

pengetahuan bagi guru PAI terkait strategi dalam pelakasanaan

pembelajaran daring pada mata pelajaran PAI.

c. Bagi Perpustakaan UMT

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah

literature dibidang pendidikan (Tarbiyah). Serta dapat dijadikan

referensi dalam menyelesaikan tugas.

d. Bagi masyarakat umum

6
Diharapkan dapat menumbuhkan kepedulian terhadap pendidikan

pada umumnya dan pendidikan Islam pada khususnya.

e. Untuk Peneliti

Diharapkan mendapat pengetahuan baru tentang topik yang diteliti

dan juga sebagai pemenuhan salah satu tugas akhir pada mata

kuliah metodologi penelitian.

F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini dibagi menjadi 5 bagian dengan sistematika penulisan

Sebagai berikut :

 BAB I

Pendahuluan merupakan bagian yang menjelaskan latar belakang masalah,

perumusan masalah yang diambil, tujuan dan kegunaan penelitian,

manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

 BAB II

Tujuan Pustaka merupakan bagian yang menjelaskan landasan teori yang

berhubungan dengan penelitian serta hasil penelitian terdahulu tentang

teori pembelajaran dan hal-hal yang mungkin menjadi faktor

pendorongnya

 BAB III.

Metode penelitian merupakan bagian yang menjelaskan bagaimana metode

yang digunakan , sampel sumber data, teknik pengumpulan data, dan

teknik analisis data.

7
 BAB IV

Hasil dan pembahasan merupakan bagian yang menjelaskan deskripsi

obyek penelitian, analisis data, dan pembahasan.

 BAB V

Penutup merupakan bagian terakhir dan penulisan ini. Bagian ini membuat

kesimpulan dan saran.

8
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar daring

1. Pengertian strategi guru

Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu strategia. Strategi merupakan
sebuah perencanaan yang panjang untuk berhasil dalam mencapai suatu
keuntungan. Demikian juga strategi didefinisikan sebagai suatu garis besar
haluan bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.7
Strategi pembelajaran yaitu suatu serangkaian rencana kegiatan yang termasuk di
dalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau
kekuatan dalam suatu pembelajaran. Strategi pembelajaran disusun untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Strategi pembelajaran didalamnya mencakup
pendekatan, model, metode dan teknik pembelajaran secara spesifik.8
Yamin menegaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien.9
Istilah strategi (strategy) berasal dari “kata benda” dan “kata kerja” dalam bahasa
Yunani. Sebagai kata benda, strategos merupakan gabungan dari kata Stratos
(militer) dengan ago (memimpin). Sebagai kata kerja,stratego berarti
merencanakan (to Plan). Mintzberg dan Waters, mengemukakan bahwa strategi
adalah pola umum tentang keputusan atau tindakan. Hardi, Langlay, dan Rose
dalam Sudjana, mengemukakan strategy is perceived as plan or a set of explicit

7
Martinis Yamin, Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik, (Jakarta: Ciputat Mega
Mall, 2016), h. 64
8
Suja‟i, Inovasi Pembelajaran, (Semarang: Walisongo Press, 2015), h. 31
9
Martinis Yamin, Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik, h. 67

9
intention preceeding and controlling action (strategi dipahami sebagai rencana
atau kehendak yang mendahului dan mengendalikan kegiatan).10
Secara bahasa strategi bisa diartikan sebagai: Siasat, taktik, kiatkiat, trik-
trik, atau cara. Sedang secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-
garis besar haluan bertindak dalam usaha untuk mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Bila dihubungkan belajar mengajar strategi bisa diartikan sebagai
pola-pola umum kegiatan gurupeserta didik dalam mewujudkan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan atau dengan kata lain
strategi belajar mengajar merupakan sejumlah langkah yang direkayasa
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.
Dalam perspektif psikologi, kata strategi yang berasal dari bahasa Yunani
itu, berarti rencana tindakan yang terdiri atas seperangkat langkah untuk
memecahkan masalah atau mencapai tujuan. Seorang pakar psikologi pendidikan
Australia, Michael J. Lawson yang dikutip oleh Muhibbin Syah penulis buku
Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru mengartikan strategi sebagai
prosedur mental yang berbentuk tatanan langkah yang menggunakan upaya ranah
cipta untuk mencapai tujuan tertentu.11
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar
haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola
umum kegiatan guru peserta didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar
untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.12
Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan
keberhasilan dalam mencapai tujuan. Strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.

10
Abdul Majid, Stategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2015), h. 3 15 Fatimah
Kadir, Strategi Belajar Mengajar, (Kendari: STAIN, 2016), h. 1.
11
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2015), h.214
12
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta,
2016), h. 5

10
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, strategi adalah
suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan
kegiatan atau tindakan. Dalam strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang
terlibat dalam kegiatan tersebut, isi kegiatan dan proses kegiatan tersebut.

2. Pengertian Guru

Pendidik atau guru dalam arti sederhana adalah semua orang yang dapat
membantu perkembangan kepribadian seseorang dan mengarahkannya pada
tujuan pendidikan. Pendidik adalah anggota masyarakat yang bertugas
membimbing, mengajar dan atau melatih peserta didik (UU RI No. 2 Th. 1989
Sisdiknas). Dalam dunia pendidikan, istilah pendidik atau guru bukanlah hal yang
asing. Menurut pandangan lama, guru adalah sosok manusi yang patut digugu
dan ditiru. Digugu dalam arti segala ucapannya dapat dipercayai, ditiru berarti
segala tingkah lakunya harus dapat menjadi contoh atau teladan bagi masyarakat.
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu
pengertahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah
orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, baik lembaga
pendidikan formal maupun nonformal.13

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sebagaimana dijelaskan Mujtahid


dalam bukunya yang berjudul “Pengembangan Profesi Guru”, definisi guru
adalah orang yang pekerjaan, mata pencaharian, atau profesinya mengajar.14
Menurut Ki Hajar Dewantara, guru adalah orang yang mendidik
maksudnya menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan
dan kebahagiaan setinggi-tingginya.15

13
M. Jumali, dkk, Landasan Pandidikan, (Surakarta: MUP, 2008), h. 41
14
Mujtahid, Pengembangan Profesi Guru, (Malang: UIN Maliki Press, 2011), h. 33.
15
M. Sukardjo, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), 10.

11
Dengan demikian, pada dasarnya guru bukanlah sekedar orang yang
berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu, akan
tetapi semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing
dan membina anak didik baik secara individual maupun klasikal, di sekolah
maupun di luar sekolah, harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta kreatif dalam
mengarahkan perkembangan anak didiknya. Guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.16
Guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang secara professional-
pedagogis merupakan tanggung jawab besar di dalam proses pembelajaran
menuju keberhasilan pendidikan, khususnya keberhasilan para siswanya untuk
masa depannya nanti.17
Pekerjaan guru dapat dipandang suatu profesi yang secara keseluruhan
harus memiliki kepribadian yang baik dan mental yang tangguh, karena mereka
dapat menjadi contoh bagi siswnya dan masyarakat sekitarnya. Dzakiyh drajat
mengemukakan tentang kepribadian guru sebagai berikut setiap guru hendaknya
mempunyai kepribadian yang akan di contoh dan diteladani oleh anak didiknya,
baik secara sengaja maupun tidak.18
Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas, dapat dipahami bahwa
pengertian guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak
didiknya, baik secara klasikal maupun individual.

3. Strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar daring


Dalam pembelajaran guru dituntut dapat berinovasi dengan strategi yang
ada untuk bisa eksis di keadaan yang baru ini kita alami yaitu pandemi covid
19,terdapat beberapa strategi yang di gunakan untuk mencapai sasaran dalam
pendidikan itu sendiri. strategi merupakan sebuah cara yang dilakukan secara
16
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016), 54
17
Anissatul Mufarokah, Strategi dan model-model pembelajaran, (Tulungagung: STAIN
Tulungagung Pres,2015), h. 1
18
Zakiyah Darajat, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang Edisi VI, 2018), h. 10

12
sadar untuk mencapai tujuan tertentu, strategi juga dapat difahami sebagai tipe
atau desain. Secara umum terdapat beberapa pendekatan dalam pembelajaran
yang dapat digunakan diantaranya adalah:

a. Strategi Pembelajaran Ekspositori

Menurut Roy Killen yang dikutip oleh Sanjaya, pengertian strategi


pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok
siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara
optimal.19
Sedangkan menurut Anissatul Mufarokah pembelajaran ekpositori adalah
guru menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik
dan lengkap, sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara
tertib dan teratur.20
Strategi pembelajaran ekspositori sebagai strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru
kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi
pelajaran secara optimal.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan salah satu strategi mengajar
yang membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh
informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Strategi pembelajaran
ekspositori ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang
berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan bertahap, selangkah demi
selangkah.
Penjelasan di atas, yang dimaksud dengan strategi pembelajaran
ekspositori adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan

19
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta : Kencana, 2016), 177
20
Annisatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar, h. 60

13
berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran, lingkungan
pembelajaran dan pengelolaan kelas. Strategi pembelajaran ekspositori lebih
mengarah kepada tujuannya dan dapat diajarkan atau dicontohkan dalam waktu
yang relatif pendek. Ia merupakan suatu "keharusan" dalam semua lakon atau
peran yang dimainkan guru.
Strategi pembelajaran ekspositori ini merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach).
Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat
dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara
terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai
siswa dengan baik.21
Strategi pembelajaran ekspositori dapat berbentuk ceramah, demonstrasi,
pelatihan atau praktek kerja kelompok. Dalam menggunakan strategi
pembelajaran ekspositori seorang guru juga dapat mengkaitkan dengan diskusi
kelas belajar kooperatif, sebagaimana dikemukakan oleh Arends yang dikutip
oleh Kardi bahwa:
Seorang guru dapat menggunakan strategi pembelajaran ekspositori untuk
mengajarkan materi atau keterampilan guru, kemudian diskusi kelas untuk
melatih siswa berpikir tentang topik tersebut, lalu membagi siswa menjadi
kelompok belajar kooperatif untuk menerapkan keterampilan yang baru
diperolehnya dan membangun pemahamannya sendiri tentang materi
pembelajaran.
Penggunaan strategi pembelajaran ekspositori terdapat beberapa prinsip
yang harus diperhatikan oleh guru. Setiap prinsip tersebut dijelaskan dibawah
ini:22
1) Berorientasi pada tujuan

Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam


strategi pembelajaran ekspositori melalui metode ceramah, namun tidak berarti
proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran, justru tujuan inilah yang
21
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, h. 177
22
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, h. 179-181

14
harus menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan strategi ini. Karena itu
sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu, guru harus merumuskan tujuan
pembelajaran secara jelas dan terstruktur, seperti kriteria pada umumnya, tujuan
pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur
dan berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.
2) Prinsip komunikasi

Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yang


menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada
seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan). Pesan yang ingin
disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang diorganisir dan disusun
sesuai dengan tujuan tertentu yang ingin dicapai.
3) Prinsip kesiapan

Dalam teori belajar koneksionisme, "kesiapan" merupakan salah satu


hukum belajar. Inti dari hukum belajar ini adalah bahwa setiap individu akan
merespon dengan cepat dari setiap stimulus yang muncul manakala dalam dirinya
sudah memiliki kesiapan, sebaliknya, tidak mungkin setiap individu akan
merespon setiap stimulus yang muncul manakala dalam dirinya belum memiliki
kesiapan.
4) Prinsip berkelanjutan

Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau


mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya
berlangsung pada saat ini, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Ekspositori
yang berhasil adalah manakala melalui proses penyampaian dapat membawa
siswa pada situasi ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga mendorong
mereka untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan
melalui belajar mandiri.

15
Ada beberapa langkah dalam penerapan strategi pembelajaran ekspositori, yaitu:

1) Persiapan (preparation)
2)Penyajian (presentation)
3) Menghubungkan (correlation)
4)Menyimpulkan (generalization)
5) Penerapan (application).23

b. Strategi Pembelajaran Heuristik

Heuristik berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein, yang berarti “Saya

Menemukan”.Dalam perkembangannya, strategi ini berkembang menjadi sebuah

strategi pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa dalam memahami

materi pembelajaran dengan menjadikan “heuriskein (saya menemukan)” sebagai

acuan. Strategi pembelajaran ini berbasis pada pengolahan pesan/pemrosesan

informasi yang dilakukan siswa sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan

dan nilai-nilai.24

Strategi ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran haruslah dapat

menstimulus siswa agar aktif dalam proses pembelajaran, seperti memahami

materi pelajaran, bisa merumuskan masalah, menetapkan hipotesis, mencari

data/fakta, memecahkan masalah dan mempresentasikannya.25

Jadi dapat disimpulkan, bahwa strategi heuristik adalah strategi

pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas siswa pada proses

pembelajaran dalam mengembangkan proses berpikir intelektual siswa. Dalam


23
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, h. 183
24
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, h. 194
25
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta, Bumi Aksara, 2015), h. 219

16
definisi lain disebutkan bahwa strategi pembelajaran heuristik adalah rangkaian

kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan

analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang

dipertanyakan.

Strategi ini berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia,

manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa

ingin tahu tentang keadaan alam di sekelilingnya merupakan kodrat manusia

sejak lahir. Manusia memiliki keinginan untuk mengenal apa saja melalui

berbagai indra yang ada di dalam diri manusia. Pengetahuan yang dimiliki

manusia akan lebih bermakna manakala didasari oleh keingintahuan itu.

Tekanan utama pembelajaran dalam strategi ini adalah

(1) pengembangan kemampuan berpikir,

(2)peningkatan kemampuan mempraktekkan metode dan teknik

penelitian,

(3) latihan keterampilan khusus, dan

(4) latihan menemukan sesuatu.26

Dalam pembelajaran, tugas utama guru adalah membelajarkan siswa,

yaitu mengkondisikan siswa agar belajar aktif sehingga potensi dirinya (kognitif,

afektif, dan psikomotorik) dapat berkembang dengan maksimal. Dengan belajar

aktif, melalui partisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran, akan terlatih dan

terbentuk kompetensi yaitu kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu yang

sifatnya positif yang pada akhirnya akan membentuk life skill sebagai bekal

hidup dan penghidupannya.


26
Dimyati dan Mudjiono, Belajar, h. 17

17
Peranan guru dalam strategi ini adalah

(1) menciptakan suasana bebas berpikir sehingga siswa berani

bereksplorasi dalam penyelidikan dan penemuan,

(2) fasilitator dalam penelitian,

(3) rekan diskusi dalam klasifikasi,

(4) pembimbing penelitian. Agar hal tersebut di atas dapat terwujud, guru

seyogianya mengetahui bagaimana cara siswa belajar dan menguasai berbagai

cara membelajarkan siswa.

Tujuan strategi pembelajaran heuristik yaitu mengajari para siswa

bersikap reflektif terhadap masalah-masalah social yang bermakna.

d. Tujuan strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar daring

Dari semua strategi yang sudah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa
dalam menyiasati kesulitan pembelajaran daring diperlukan ;
 Perlu ditekankan selain materi yang akan dipaparkan juga harus
menemukan referensi yang berkaitan dengan tema yang akan dipaparkan
kepada semua tingkatan siswa. Yang bertujuan untuk mempermudah
penyampaian serta mencari jawaban lain yang akan dilontarkan dari para
siswa yang mencoba memberi pertanyaan.
 Materi pembelajaran perlu diberikan dalam porsi yang tepat, tidak
berlebihan maupun kurang.
 Pemilihan ice breker perlu disesuaikan dengan usia peserta didik.
 Memperhitungkan ketepatan waktu.
perlu diperhatikan agar penyampaikan materi dapat diterima dengan jelas dan
dipahami serta dicerna dengan baik oleh para siswa walau dengan keterbatasan
akses dan jarak.27

27
Dr. Lidia susanti . S.P.,M.P. Strategi pembelajaran online yang inspiratif. .h.39

18
4. Keunggulan dan kelemahan pembelajaran daring

A. Keunggulan pembelajaran daring

Louarne Johnson mengatakan: “Jika guru ahli mengelola dengan

bakat kreatif dan kemampuan mengajar murid-murid disemua level, maka

bisa jadi anda tidak mempunyai kesulitan dalam menjalankan seluruh

kurikulum yang diisyaratkan bagi mata pelajaran atau kelas”. Guru yang

efektif (effective teacher) adalah yang dapat menunaikan tugas dan

fungsinya secara professional.28

Kelebihan pembelajaran daring:

a.Tempat,Dalam pembelajaran online, guru dan siswa dapat belajar di

manasaja.Baik di dalam ruangan, maupun di luar. Seperti di ruang

tamu, kamar,teras rumah, bahkan dapur.

b. Hemat,Kita tidak perlu datang ke sekolah dan mengeluarkan

ongkos jalan.Dengan duduk diam di rumah, kita menjadi sudah bisa

melakukan kegiatan belajar.

c.Materi,bisa di save dengan mudah. Biasanya dalam bentuk ppt, pdf,

dan word, akan tersimpan dalam sebuah file.Apalagi jika anda

menggunakan smartphone, berkas dapat tersimpan secara otomatis

pada file ternama sesuai aplikasi yang digunakan.

B. Kekurangan Belajar Daring

a. Pengunduran Waktu

28
Louarne Johnson, Pengajaran yang kreatif dan menarik, (Indeks, 2018),

19
Terkadang ada saja kendala atau masalah yang datang tanpa kita
duga, sehingga membuat pelajaran menjadi terundur.Seperti
misalnya kurang komunikasi dan informasi penjadwalan mata
pelajaran. Hal ini tentu merugikan waktu kita, yang seharusnya
sudah melakukan kegiatan lain.
b. Boros Kuota
Memang ada beberapa aplikasi yang membuat kuota internet cepat
habis,Selain itu, kita tidak tahu bagaimana kondisi jaringan atau
sinyal di wilayah kita. Apakah cepat atau lambat.
c. Baterai
Dengan media ponsel maupun laptop, baterai memiliki batas
kemampuan masing - masing.Memang, hal itu bisa diatasi dengan
cara dicas. Akan tetapi ketika sudah panas, anda merasa khawatir
dan justru terganggu ketika memegangnya.

B. Kajian Tentang Kesulitan Belajar Daring

1. Pengertian Kesulitan Belajar Daring

Dalam proses belajar mengajar sudah menjadi harapan setiap guru agar
peserta didiknya dapat mencapai hasil sebaik-baiknya,namun kenyataanya tidak
selalu menunjukan apa yang diharapkan.Dengan kata lain guru sering
menghadapi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kesulitan adalah keadaan
sulit,sesuati yang sulit atau kesukaran.Sedangkan belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil pengamalan sendiri dalam interaksi dengan
lingkunganya.29
Dalam keadaan dimana anak didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana
mestinya,itulah yang disebut dengan “Kesulitan belajar”.

29
Slameto,Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya(Jakarta:PT Rineka Cipta,2003)

20
Kesulitan Belajar yang dimaksud disini ialah kesukaran yang dialami siswa
dalam menerima atau menyerap pelajaran , kesulitan belajar yang dihadapi siswa
terjadi pada waktu mengikuti pelajaran yang disampaikan/ ditugaskan oleh
seorang guru.
Dalam Definisi lain dikatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi
dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman ,
hambatan ataupun gangguan dalam belajar . dapat diartikan juga Kesulitan
Belajar sebagai ketidakmampuan anak dalam menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan oleh guru. Menurut Masroza (2013), kesulitan belajar ini merupakan
gangguan yang secara nyata ada pada anak yang terkait dengan tugas umum
maupun khusus, yang diduga disebabkan karena faktor disfungsi neurologis,
proses psikologis maupun sebab-sebab lainnya sehingga anak yang berkesulitan
belajar dalam suatu kelas menunjukkan prestasi Belajar Rendah .
2. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Fenomena kesulitan belajar sorang peserta didik biasanya tampak jelas


dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan
belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior)
peserta didik, seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman,
berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering keluar dari sekolah.Secara garis
besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam,
yakni:

1) Faktor intern peserta didik

Yakni hal-hal atau keadaan yang muncul dari dalam diri peserta didik sendiri.

Faktor intern peserta didik ini meliputi gangguan atau kekurang mampuan psiko-
fisik peserta didik, yakni:

a) Faktor Fisiologi
Faktor fisiologi ialah faktor yang berhubungan dengan jasmani peserta

21
didik.30
b) Faktor Psikologi
Faktor Psikologi adalah factor yang berhubungan dengan rohaniah.Yang
masuk dalam faktor ini ialah:
Intelegensi,Bakat,Minat,Motivasi,Kesehatan,Mental dan Emosi.31
2).Faktor ekstern peserta didik

Yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri peserta
didik.Faktor ekstern peserta didik ini meliputi semua situasi dan kondisi
lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar peserta didik. Faktor
lingkungan ini meliputi:

a) Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama, tetapi dapat juga
sebagai faktor penyebab kesulitan belajar.32

b) Lingkungan perkampungan atau masyarakat

Termasuk juga lingkungan masyarakat yang dapat menghambat kemajuan


belajar,seperti teman bergaul,media dan aktifitas masyarakat.

c) Lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah juga dapat menghambat apabila prasarana nya.

3. Tujuan Mengetahui Kesulitan Belajar Daring

Pada dasarnya belajar daring merupakan proses usaha aktif seseorang untuk
memperoleh sesuatu sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih
baik. Kenyataannya, para pelajar seringkali tidak mampu mencapai tujuan
belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagaimana yang
30
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono,Psikologi Belajar Edisi Revisi.
31
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono,Psikologi Belajar Edisi Revisi.
32
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono,Psikologi Belajar Edisi Revisi

22
diharapkan. Hal itu menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar yang
merupakan hambatan dalam mencapai hasil belajar
Adapun tujuan mengetahui kesulitan belajar daring , bisa mengetahui
kelemahan dalam proses belajar mengajar dan guru dapat memperbaiki
kelemahannya tersebut sehingga perlu menganalisis kesulitan belajar pada
siswa,Karena proses ini digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran bila
dijumpai hambatan-hambatan pada siswa dan guru juga mengetahui serta
langsung memberi penanganan sesuai dengan porsi kekurangan siswa itu sendiri.
4. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar

Dalam proses pembelajaran tidak pernah luput dari yang namanya kesulitan
belajar. Mata pelajaran pendidikan agama Islam sering dianggap membosankan
oleh sebagian peserta didik sehingga menimbulkan kurangnya minat peserta didik
dalam belajar. Minat belajar yang rendah tersebut dapat menghambat proses
belajarnya. Sebagai seorang guru yang professional harus mampu mengatasi
permasalahan yang dialami oleh peserta didiknya. Sebagai seorang guru serta
orang tua di sekolah, guru harus selalu memberikan dorongan motivasi, selain
memotivasi peserta didik ada banyak cara untuk mengatasi kesulitan belajar
peserta didik.
Masalah kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik di sekolah
bukanlah masalah yang mudah. Hal ini disebabkan banyaknya faktor yang
menyebabkan kesulitan dalam belajar, sehingga upaya dalam mengatasinya pun
berbeda-beda
Ada beberapa cara yang dapat digunakan oleh guru dalam
mengatasi kesulitan belajar peserta didik sebagai berikut:
a. Pengumpulan data
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak
informasi. Untuk memperoleh informasi tersebut, maka perlu diadakan
suatu pengamatan langsung yang disebut pengumpulan data. Menurut Sam
Isbani dan R. Isbani seperti yang dikutip Ahmadi bahwa dalam

23
pengumpulan data dapat dipergunakan berbagai metode, di antaranya
adalah33
1) Observasi
2) Kunjungan rumah
3) Studikasus
4) Riwayathidup
5) Daftar pribadi
6) Meneliti pekerjaan anak
7) Melakukan tes (IQ atau prestasi)
Dalam pelaksanaannya, metode-metode tersebut tidak harus semuanya
digunakan secara bersama-sama, akan tetapi tergantung pada
masalahnya,kompleks atau tidak.
b. Pengolahan data
Data yang telah terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut, kemudian
diolah secara cermat. Semua data harus diolah dan dikaji untuk
mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami oleh
anak.
Dalam pengolahan data, langkah yang ditempuh antara lain:
1) Identifikasikasus
2) Membandingkan antar kasus

5. Evaluasi

Evaluasi di sini dimaksudkan untuk mengetahui, apakah bimbingan yang telah


diberikan tersebut berhasil dengan baik, artinya ada kemajuan, atau bahkan gagal
sama sekali. Alat yang digunakan untuk evaluasi ini dapat berupa tes prestasi
belajar.

33
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono,Psikologi Belajar Edisi Revisi

24
C. Hasil Penelitian yang Relevan

Setelah peneliti melakukan pengamatan skripsi serta reverensi lain

yang relevan dengan judul skripsi yang penulis akan teliti, penulis

menemukan beberapa skripsi yang memiliki judul atau objek yang hampir

berkaitan, diantaranya sebagai berikut:

Skripsi yang ditulis oleh saudara Moch Rafdi Ardiansyah (2021)

mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang, dengan judul Strategi Guru PAI dalam

Mengatasi Problem Pembelajaran dalam Jaringan Siswa Kelas IX di SMPN 1

Pakis. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Dalam skripsi

ini banyak membahas tentang strategi pembelajaran dalam jaringan di SMPN

1 Pakias. Dimana pihak sekolah menggunakan strategi mengalihkan sumber

belajar yang awalnya dari buku paket yang disusun dalam bentuk pdf menjadi

Buku Kerja Siswa (BKS) yang didapat dari kalangan penerbit yang keliling

kesekolah-sekolah sehingga buku tersebut digunakan oleh semua kelas dan

didistribusikan secara menyeluruh ke anak-anak tanpa harus belajar lewat

layar monitor lagi dan seperti banyak hal yang lain untuk pertemuan guru dan

murid nya melalui platform Google Meet bertujuan untuk mempermudah

guru berinterakasi menyampaikank materi pembelajarannya kepada

muridnya.34

34
Moch Rafdi Ardiansyah, Strategi Guru PAI dalam Mengatasi Problem Pembelajaran dalam
Jaringan Siswa Kelas IX di SMPN 1 Pakis, artikel diakses pada 10 November 2021 dari
http://etheses.uim-malang.ac.id

25
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Metode Penelitian

1. Metode Penelitian yang Dipilih

Metode Penelitian terdiri atas dua kata, yaitu kata metode dan kata

penelitian. Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang

berarti cara atau menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah

yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu

subjek atau objek penelitian sebagai upaya untuk menemukan jawaban

yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk

keabsahannya.

Adapun pengertian penelitian adalah suatu proses pengumpulan

dan analisis data yang dilakukan secara sistematis, untuk mencapai tujuan-

tujuan tertentu. Berdasarkan uraian pengertian di atas dapat dikemukakan

bahwa metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang

valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu

pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk

memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang

Pendidikan.35 Dalam hal ini suatu penelitian didasarkan dengan cara yang

ilmiah dengan ciri-ciri keilmuan yang diantaranya: rasional, empiris dan

sistematis.

35
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 6.

26
Metode penelitian yang akan dipilih dalam penelitian ini adalah

metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif melalui pengungkapan kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang, peristiwa tertentu, secara rinci dan

mendalam serta perilaku yang dapat diamati.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama

dalam upaya memahami makna perilakunya dari interaksi antar objek

penelitian, membaca mimik, menyelami perasaan, dan nilai yang

terkandung dalam ucapan atau perbuatan informan atau responden.36

Posisi peneliti dalam penelitian kualitatif, menurut Moleong,

adalah perencana, pengumpul data, penafsir data, dan akhirnya sebagai

pelapor hasil penelitiannya.37

Dalam proses penelitian ini, ada beberapa karakteristik penelitian

kualitatif. Pertama, Peneliti harus menegakkan sikap reduksi fenomologi,

yaitu epoche dan reduksi fenomelogi transcendental, yaitu menghilangkan

segala asumsi, prasangka, teori yang kita telah miliki terhadap fenomena

tersebut. Di samping itu, si peneliti harus peka terhadap fenomena yang

diteliti (dalam kasus ini kegagalan belajar), Selanjutnya peneliti harus

membaca keseluruhan deskripsi yang dibuat partisipan.

Kedua, Peneliti membagi seluruh deskripsi menjadi bagian-bagian

deskripsi. Karena tujuan fenomenologi adalah mendapatkan makna dibalik

36
John W. Creswell, Educational Research, (New Jersey: Pearson Education. Third Edition,
2008), h. 389.
37
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),
h. 121.

27
fenomena. Selanjutnya karena penelitian kita dalam bidamg psikologi,

maka menggunakan analisis dari perspektif psikologis.

Bagian bagian dari deskripsi tadi kita beri nama “ Unit makna “

karena akan mengalami transisi makna. Unit-unit makna tersebut akan

ditransformasikan artinya diinterpretasikan makna yang terkandung

didalamnya dan bukan dilakukan pengukuran atau perbandingan

sebagaimana dilakukan Psikologi Kuantitatif.38

Ketiga, Setelah membuat “Unit-unit makna“, peneliti memberi

makna terhadap “ Unit-unit makna ” tersebut. Dalam tradisi laboratorium,

factor-faktor dalam masalah yang diteliti bersifat independen dan

berhubungan secara eksternal. Dalam penelitian fenomenologi bersifat

independen dan memiliki keterkaitan secara internal. Hal ini disebabkan

menurut pandangan fenomenologi, individu memiliki beragam

pengalaman, makna didalam faktor-faktor didalamnya bersifat

interdependen dan hubungannya bersifat abstrak.

Tujuan langkah ketiga ini mentransformasi makna psikologis, yaitu

guna mengungkap makna yang dialami. Ini berarti sungguh-sungguh

mengartikulasikan dan membuat tampak, makna-makna psikologis yang

berperan dalam pengalaman tersebut.39

Keempat, a) Mengintegrasikan “Unit-unit makna“ yang telah

ditransformasikan menjadi satu kesatuan, Dalam pengintegrasian unit-unit

38
Dr. Seto Mulyadi, M.Psi., psikolog, prof.Dr. A. M. Heru Basuki, M.Si, Dr. Hendro Prabowo,
Psikolog, Metode Penelitian kualitatif dan mixed method, h 240.
39
Dr. Seto Mulyadi, M.Psi., psikolog, prof.Dr. A. M. Heru Basuki, M.Si, Dr. Hendro Prabowo,
Psikolog, Metode Penelitian kualitatif dan mixed method, h 243.

28
makna tersebut menentukan hal hal esensial. Hal yang esensialtersebut

tidak bersifat umum atau universalberlaku untuk semua individu, tetapi

dapat berlaku untuk beberapa individu, b) Hasil transformasi jadi hasil

pemaknaan untuk partisipan 1 sama partisipan 2, yaitu frustrasi, tetapi

untuk pengalaman yang berbeda. Frustrasi untuk partsipan 1 adalah

frustrasi karena kesalahan tentang sesuatu yang dianggap diketahui,

ternyata dia tidak mengetahui dengan baik. Frustrasi untuk partispan 2

terkait dengan kemustahilan untuk berhasil, sehingga ia bimbang untuk

melanjutkan belajar naik sepeda atau tidak. Jadi ternyata makna psikologi

yang sama, yaitu frustrasi dapat berlaku untuk pengalaman yang berbeda,

c) sedang oleh significan othersi, makna frustrasi sebagai makna dari

persepsinya yang dinyatakan : “ mengharap ketidakhadiran pihak lain

(pemesan kunci) “ untuk partisipan 1, dan, “berdampak negatif “ bagi

partisipan 2.40

2. Pendekatan penelitian : Phenomenological research

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Phenomenological research. Pendekatan ini dipilih karena memfokuskan

strategi belajar dan mengajar dalam keadaan daring siswa kelas XII di MA

Al-Ijtihad Kota Tangerang dengan melibatkan banyak informan. Pada

operasionalnya penelitian ini melakukan pengumpulan data dengan

40
Dr. Seto Mulyadi, M.Psi., psikolog, prof.Dr. A. M. Heru Basuki, M.Si, Dr. Hendro Prabowo,
Psikolog, Metode Penelitian kualitatif dan mixed method, h 255.

29
observasi partisipan untuk mengetahui fenomena esensial partisipan dalam

pengalaman hidupnya.41

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Kehadiran peneliti dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai

instrumen yang aktif dalam mengumpulkan data di lapangan. Keterlibatan

peneliti tidak dapat digantikan oleh alat lain. Selain itu, melalui keterlibatan

langsung di lapangan, informasi tambahan dapat dilihat dari informan

berdasarkan perspektif, pengalaman, keahlian dan posisinya. Peneliti harus

tanggap, mampu menyesuaikan diri, menekankan kebutuhan, mendasarkan

diri pada perluasan pengetahuan, dan memanfaatkan peluang untuk

menjelaskan.

Dalam proses pemilihan informan, peneliti memilih orang yang

dianggap memiliki pengetahuan yang jelas tentang masalah yang diteliti.

Kehadiran peneliti di lapangan untuk mengumpulkan informasi

menggunakan tahapan sebagai berikut:

a) Pemilihan informan awal, peneliti memilih informan yang menurut

peneliti memliki informasi memadai perkenaan dengan strategi guru PAI

dalam mengatasi kesulitan belajar mengajar daring di MA Al-Ijtihad

Kota Tangerang, yaitu Guru, Waka. Kurikulum, dan Siswa.

b) Pemilihan informan lanjutan, peneliti ingin memperluas informasi

yang berhubungan dengan strategi guru PAI dalam mengatasi kesulitan

41
Dr. Seto Mulyadi, M.Psi., psikolog, prof.Dr. A. M. Heru Basuki, M.Si, Dr. Hendro Prabowo,
Psikolog, Metode Penelitian kualitatif dan mixed method, h 137.

30
belajar mengajar dari di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang. Apabila sudah

tidak ada lagi informasi yang relevan dengan informasi yang sebelumnya

maka hal ini tidak dilakukan.

Bulan

No Kegiatan

September

November

Desember
Oktober

Januari
1 Pengajuan judul

2 Bimbingan

3 Pengumpulan

instrument penelitian

4 Pengumpulan data

penelitian

5 Pengolahan data dan

analisis data

6 Pengumpulan tugas

akhir skripsi penelitian

Tebel 1.1 Penelitian

C. Latar Penelitian

Berdasarkan lokasi penelitian, peneliti mengambil jenis penelitian

studi kasus, mengingat ada strategi guru PAI dalam mengatasi kesulitan

belajar mengajar daring di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang.

31
Kondisi MA Al-Ijtihad Kota Tangerang

1. Lokasi Jl. ARIA SANTIKA, RT 2 / RW 6,

Kel. Margasari, Kec. Karawaci,

Kota Tangerang, Banten.

2. Agama Peserta didik Mayoritas memeluk agama Islam.

3. Status Lembaga Lembaga sekolah menengah atas

Swasta yang mempunyai akreditasi

B dengan menggunakan kurikulum

K-13.

Tabel 1.2Latar Penelitian

D. Data dan Sumber Data

1. Data

Menurut Ruslan Ahmadi, Data adalah informasi yang dikatakan oleh

manusia yang menjadi subjek penelitian, hasil observasi, fakta, dokumen

yang sesuai dengan fokus penelitian. Informasi dari subjek penelitian dapat

diperoleh secara lisan melalui wawancara atau dalam bentuk tertulis melalui

analisis dokumen.42 Data yang ada didalam penelitian ini adalah keterangan

lisan dan isi yang dapat digunakan sebagai bahan dasar kajian berkenaan

dengan strategi guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar mengajar di

MA Al-Ijtihad Kota Tangerang.

2. Sumber Data

42
Ruslan Ahmadi, Memahami Metodologi Penelitian Kualitatif,( Malang: UIN malang- prees,
2005), h. 63

32
Sumber data dalam penelitian ini adalah dari mana data dapat

diperoleh. Adapun sumber dan jenis data yag digali dalam penelitian ini

terdiri dari data primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah

manajemen, siswa, dan stakeholders MA Al-Ijtihad Kota Tangerang yang

terdiri dari:

a. Kepala sekolah

b. Pendidik (guru)

c. Siswa

Sumber data primer tersebut di atas dipilih karena pertimbangan-

pertimbangan sebagai berikut:

a. Memiliki pengetahuan yang cukup banyak tentang masalah yang

diteliti

b. Menguasai secara baik masalah yang diteliti

c. Terlibat secara langsung dengan obyek penelitian

Sedangkan sumber data sekunder, penulis peroleh dari buku-buku,

hasil penelitian, internet, dan sumber-sumber lain yang relevan serta

menunjang terhadap penelitian ini.

E. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono berpendapat bahwa dalam penelitian kualitatif teknik

pengumpulan data dapat dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis

data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada

generalisasi. 43
Untuk mendapatkan data penelitian, sesuai dengan metode
43
Sugiyono , Memahami Penelitian Kualitatif, h. 1.

33
yang dipakai, maka pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

beberapa teknik, yaitu: observasi, teknik wawancara mendalam, dan

dokumentasi. Ketiga teknik tersebut digunakan secara berulang-ulang dan

bergantian sesuai dengan keperluan pada saat penelitian dilakukan dan akan

dijelaskan sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan jalan tanya

jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematik dan berlandaskan tujuan

penelitian. Wawancara merupakan cara yang umum dan ampuh untuk

memahami suatu keinginan atau kebutuhan.44 Wawancara dilakukan

dengan menggunakan daftar pertanyaan, itu merupakan cara untuk

memperoleh data yang bersifat langsung.

Wawancara menjadi cara pengumpulan data yang terpenting dalam

penelitian ini, dengan tujuan untuk mengetahui pendapat, persepsi,

perasaan, pengetahuan, pengalaman dan penginderaan sivitas akademika

MA Al-Ijtihad Kota Tangerang mengenai berbagai permasalahan dalam

penelitian ini.45 Dalam hal ini, peneliti mengambil beberapa informan di

MA Al Ijtihad Kota Tangerang baik kepala sekolah, guru, siswa, tenaga

kependidikan. Wawancara dilakukan secara bebas dengan pedoman yang

telah dipersiapkan sebelumnya.46

Untuk memudahkan penerapan wawancara di lapangan, maka alur

wawancara yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:


44
Sedarmayanti dan Syarifudin, Metodologi Penelitian, h. 80.
45
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 135.
46
John W. Creswell, Educational Research, h. 389.

34
1. Menetapkan informan utama (key informan), yakni kepala

sekolah, guru, siswa, dan tenaga kependidikan;

2. Menyiapkan pokok-pokok permasalahan yang menjadi bahan

wawancara;

3. Membuka alur wawancara dengan memperkenalkan diri dan

menjelaskan pokok-pokok wawancara;

4. Melakukan wawancara sebagai pokok kegiatan, terkait dengan

pokok pembicaraan dan penelusuran lebih dalam pada hal-hal

teknis;

5. Wawancara dan menuliskannya sebagai bagian catatan lapangan

untuk menghasilkan “catatan tebal” (thick description);

6. Mengkonfirmasi hasil wawancara;

7. Menindaklanjuti hasil wawancara yang telah diperoleh.

Dalam teknik wawancara ini, penulis juga menggunakan pedoman

wawancara dan menggunakan slip,47 serta dibantu dengan voice recorder

agar materi wawancara dapat direkam secara utuh dan lengkap. Peneliti

mengadakan komunikasi dengan subjek penelitian memakai bahasa dari

informan (atau responden) yang memungkinkan komunikasi lebih akrab

dan terbuka, memahami latar belakang budaya informan (atau responden)

dan juga memahami peristilahan yang dipakai dalam agama Islam dan

tradisi, sehingga antara peneliti dan yang diteliti dapat terjalin baik.48

2. Observasi

47
Masri Singarimbun, Metodologi Penelitian Survai, h 10.
48
John W. Creswell, Educational Research, h. 394.

35
Observasi adalah sebuah kegiatan berupa pengamatan yang

meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan

menggunakan media seluruh pancaindera.49 Pada penelitian ini, peneliti

secara aktif berpartisipasi pada kegiatan pembelajaran pendidikan Agama

Islam di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang.

Jika dibandingkan dengan teknik pengumpulan data yang lain,

observasi memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan utamanya adalah

observasi membawa penelitian ke dalam konteks kini sini (Now amd

Here). Dalam konteks semacam ini, peneliti dapat (1) memahami motif,

keyakinan, kekhawatiran, perilaku dan kebiasaan subjek yang diamati, (2)

melihat dan menghayati sehingga peneliti mendapatkan pemahaman yang

lengkap, (3) mendapatkan data secara langsung dari sumbernya.50

Hal-hal yang diamati antara lain adalah sebagai beriku.

a) Keadaan fisik, meliputi situasi lingkungan sekolah serta sarana

dan prasarana yang menunjang untuk pembalajaran PAI secara

Daring.

b) Proses pembelajaran PAI sehingga terlihat bagaimana strategi

yang digunakan.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data dan informasi

dengan melakukan kegiatan kepustakaan melalui buku-buku, jurnal,

49
Arikonto suharsini 1998 Pendekatan Praktik, ( Jakarta: reneka cipta ), h. 204.
50
A. Sonhaji,. Teknik Observasi dan Dokumentasi, Makalah ini disaji dalam lokakarya penelitian
tingkat lanjut angkatan I tahun 1991/1992. (Malang: Lembaga Penelitian IKIP Malang).

36
penelitian terdahulu dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penelitian

yang sedang dilakukan.

4. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah “ mencari informasi mengenai

variabel- variabel atau hal yang berupa catatan transkrip, buku, surat

kabar, majalah dan sebagainya”.51 Peneliti disini menghimpun beberapa

dokumen antara lain profil sekolah (sejarah), struktur organisasi, data

siswa, data guru, sarana dan prasarana, daerah sekolah, serta data-data lain

yang mendukung. Peneliti haruslah mampu menelaah rekaman dan

dokumen mengenai strategi guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar

mengajar daring di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang.

5. Catatan Lapangan

Catatan lapangan sangat diperlukan dalam penelitian kualitatif,

sebab catatan lapangan merupakan gambaran yang orisinil dari hasil

penelitian. Catatan lapangan yaitu catatan tertulis dari sesuatu yang

didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data

dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Kegunaannya adalah

untuk memperoleh gambaran konkrit tentang kejadian di lapangan.52

F. Tahap Penelitian

51
Arikonto suharsini 1998 Pendekatan Praktik, ( Jakarta: reneka cipta ), h. 204.

52
Sedarmayanti dan Syarifudin, Metodologi Penelitian, h. 85.

37
Dalam penelitian ini, tahap-tahap pengumpulan data penelitian

meliputi tiga tahapan, yaitu: tahap orientasi, tahap eksplorasi dan tahap

member check.

Tahap orientasi, Dalam tahap ini, peneliti melakukan pra-observasi

ke MA Al-Ijtihad Kota Tangerang sebagai lokasi penelitian yang akan

diteliti. Pra-observasi dilakukan di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang dengan

cara dialog/wawancara dengan sivitas akademika MA Al-Ijtihad Kota

Tangerang. Kemudian peneliti juga melakukan studi dokumentasi serta

kepustakaan untuk melihat dan mencatat data-data yang diperlukan dalam

penelitian ini.

Tahap eksplorasi, Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data di

MA Al-Ijtihad Kota Tangerang yang dijadikan tempat penelitian.

Penelitian dilakukan melalui wawancara dengan unsur-unsur yang terkait,

dengan pedoman wawancara yang telah disediakan peneliti, dan

melakukan observasi langsung maupun tidak langsung tentang kondisi di

MA-Al Ijtihad Kota Tangerang serta mengadakan pengamatan langsung

tentang manajemen di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang.

Tahap member check, Setelah data diperoleh di MA Al-Ijtihad

Kota Tangerang, baik melalui observasi, wawancara ataupun studi

dokumentasi, selanjutnya informan mengisi data yang diperlukan.

Informan diberi kesempatan untuk menilai data dan informasi yang telah

diberikan kepada peneliti. Informan dipersilakan untuk melengkapi atau

38
merevisi data dan dapat memberikan data baru, selanjutnya data yang ada

tersebut diangkat dan dilakukan authentic check yaitu mengecek

keabsahan data sesuai dengan sumber aslinya.

G. Teknik Analisis Data

Setelah data yang diperlukan sudah terkumpul, selanjutnya penulis

melakukan analisis data. Berdasarkan dalam analisis data dalam penelitian

kualitatif lebih difokuskan pada pengumpulan data. Dalam menganalisis data

dengan mengunakan: analisis data dalam penelitian ini, penulis lakukan

dengan cara:

1. Pengolahan Data

Di dalam pengolahan data, yang pertama kali dilakukan adalah

mengecek kelengkapan data sesuai dengan fokus penelitian. Data yang

terkumpul berupa hasil wawancara, catatan lapangan, gambar, foto,

dokumen, biografi, artikel, karya-karya ilmiah, buku-buku dan lain

sebagainya yang berkaitan dengan yang diteliti, diatur dan

dikelompokkan. Setelah itu diuraikan dalam bentuk deskriptif dan

selanjutnya dianalisis sesuai dengan pendekatan yang dipakai dalam

penelitian ini.

Sebelum dianalisis, dilakukan pemeriksaan keabsahan data. Untuk

menguji keabsahan dan validitas data, peneliti mencocokkan dan membandingkan

data dari berbagai sumber, baik sumber lisan (hasil wawancara), sumber tulisan

(pustaka), maupun data hasil observasi. Secara sederhana pengujian keabsahan

39
data dilakukan dengan teknik-teknik triangulasi, perpanjangan kehadiran,

pengamatan secara terus menerus, pengecekan kecukupan referensi, dan analisis

kasus negatif.53

Teknik triangulasi adalah teknik untuk pemeriksaan validitas data dengan

memanfaatkan sumber lain sebagai bahan perbandingan. Triangulasi dengan

sumber lain berarti mengecek validitas data dengan alat dan waktu yang berbeda.

Sebagai contoh, data hasil dokumentasi dibandingkan dengan data hasil

wawancara. Membandingkan apa yang dikatakan di depan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi. Membandingkan apa yang dikatakan orang dengan

apa yang diamati, dan lain sebagainya.54

Peneliti selaku instrumen pengumpul data, kehadiran dan keikut-

sertaannya dalam pengamatan suatu objek penelitian, tentu tidak dapat dilakukan

dalam kurun waktu yang sangat singkat, sehingga diperlukan teknik perpanjangan

kehadiran. Perpanjangan kehadiran akan lebih memungkinkan peningkatan derajat

validitas data yang dikumpulkan. Dengan cara ini, peneliti akan lebih akrab

dengan responden dan berpeluang untuk lebih dapat memahami tradisi dan

budaya yang mengitarinya. Hasilnya diharapkan, data yang digali akan menjadi

semakin akurat.

Teknik lainnya yaitu pengamatan secara terus menerus. Teknik ini

menghendaki ketekunan peneliti dalam mengamati suatu objek penelitian.

Berbeda dengan cara di atas, bila perpanjangan kehadiran menghasilkan keluasan

lingkup data yang dikumpulkan, maka pengamatan secara terus menerus akan

53
Y.B Lincoln and E.G. Guba, Naturalistic Inquiry, h.140.
54
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 178.

40
menghasilkan kedalaman data yang dicari. Selanjutnya adalah teknik pengecekan

kecukupan referensi. Teknik ini dilakukan dengan memanfaatkan berbagai sumber

atau media yang tersedia, seperti rekaman tape recorder dan foto-foto untuk

diperbandingkan dengan catatan hasil wawancara. Penggunaan teknik demikian

akan memudahkan peneliti sewaktu mengadakan analisis dan penafsiran data.

2. Analisis Data

Setelah data yang diperlukan sudah terkumpul, selanjutnya penulis

melakukan analisis data. Menurut Patton, teknik analisis data adalah proses

kategori urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan

satuan uraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti

yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan

di antara dimensi-dimensi uraian.55

Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data tentang MAAl-

Ijtihad Kota Tangerang yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara,

pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi,

dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari, dan

ditelaah, langkah berikutnya ialah mengadakan reduksi data.

1) Reduksi Data; Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan yang

dimiliki oleh peneliti melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan

catatan–catatan lapangan tentang MA-Al Ijtihad Kota Tangerang dengan

memilah hal-hal pokok yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.

Rangkuman catatan-catatan lapangan itu kemudian disusun secara sistematis

55
Ibid, H. 280

41
agar memberikan gambaran yang lebih tajam serta mempermudah pelacakan

kembali apabila sewaktu-waktu data tersebut diperlukan kembali.

2) Penyajian Data; Penyajian data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan

hasil penelitian tentang MA Al-Ijtihad Kota Tangerang, baik yang berbentuk

matriks ataupun pengkodean. Berdasarkan hasil reduksi data dan penyajian

data itulah, selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan data,

memverifikasikan data tersebut sehingga menjadi kebermaknaan data.

3) Keabsahan Data; Dalam menguji keabsahan data, peneliti menggunakan

teknik trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar data untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik trianggulasi

yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.56

4) Kesimpulan; Kesimpulan juga dimaksudkan untuk menarik “benang merah”,

agar dapat dijadikan transferability, yakni hasil penelitian tentang MA Al-

Ijtihad Kota Tangerang dapat digunakan di tempat lain, manakala tempat

tersebut memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda. Transferability

sebanding dengan istilah generalisasi dalam penelitian kuantitatif.57

H. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data atau Pemeriksaan keabsahan data

berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria tersebut terdiri dari derajat kepercayaan

56
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 330.
57
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualititatif, h. 3.

42
(credibility), transferability, dependability, dan pasti. Masing-masing kriteria

ini menggunakan teknik pemeriksaannya sendiri.

Menurut Moleong terdapat empat kriteria untuk menjaga keabsahan

data yaitu kredibilitas atau darajat kepercayaan, kapasaitas, dependabilitas

atau kebergangtungan dan konfirmabilitas atau kepastian.58 Sedangkan pada

penelitian ini, yang digunakan ada 3 kriteria yakni kredibilitas atau derajat

kepercayaan, dependabilitas atau kebergantungan, dan konfiemabilitas atau

kepastian. Kriteria-kriteria tersebut dijelaskan sebagaimana berikut:

1. Kredibilitas

Didalam kredibilitas terdapat beberapa teknik pemekriksaan,

yakni ketekunan pengamatan, perpanjangan keikutsertaan, triangulasi,

pengecekan sejawat, cakupan referensial, studi kasus negatif dan

pengecekan anggota.59

Supaya data dan informasi yang didapatkan dalam penelitian ini dijamin

kevalidan dan juga kepercayaanya, maka dalam pengecekan keabsahan data yang

peneliti gunakan adalah metode triangulasi. Yang dimaksud dengan triangulasi

disini adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain diluar data untuk kepentingan pemeriksaan atau sebagai pembanding

terhadap data tersebut.60 Sedangkan teknik triangulasi yang peneliti gunakan pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

58
Moleong, op. cit, h. 324.
59
Ibid, h. 327
60
Ibid, h. 330

43
2. Triangulasi Sumber

Peneliti menggunakan teknik ini dengan cara membuat

perbandingan data hasil interview dari pihak sekolah dengan hasil

pengamatan dilapangan, kemudian dibandingkan kembali antara hasil

wawancara dengan dokumen terkait. Hal ini bertujuan untuk menguji

keaslian data serta hubungan antara berbagai data sehingga dapat

meminimalisir kesalahan dalam analisis data.

Peneliti berusaha membandingkan hasil wawancara dari informan

yaitu, waka kurikulum, guru PAI dan siswa, serta dokumen-dokumen

yang terkait.

3. Triangulasi Metode

Teknik ini dilakukan peneliti dengan cara melakukan pemeriksaan

derajat kepercayaan beberapa sumber data, yang dalam hal ini adalah

pemberi informasi, dengan menggunakan metode yang sama.

Kriteria ini berfungsi agar peneliti dapat menjaga kehati-

hatian akan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam menarik

kesimpulan dan menginterpretasikan data, sehingga hasil penelitian dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

4. Konfirmabilitas

Kriteria ini digunakan untuk memberikan penilaian pada hasil

penelitian yang dilakukan dengan cara memeriksa data dan informasi yang

didukung oleh materi yang tersedia. Selain itu pada upaya yang dilakukan pada

kriteria ini yakni menekankan pada karakteristik data, supaya keaslian data yang

44
diperoleh dari informan, yaitu waka kurikulum dan guru PAI, didapatkan secara

objektif, bermakna dan dapat dipercaya.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Penelitian Khusus

1. Sistem Pembelajaran di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang

Selama masa pandemi Covid-19 pembelajaran di Sekolah MA Al-

Ijtihad Kota Tangerang dilakukan dalam bentuk Daring (Dalam Jaringan),

bertujuan untuk mengurangi resiko terpapar virus akibat berkumpul dengan

kapasitas yang besar, hal ini sesuai dengan himbauan pemerintah untuk tiap

45
instansi dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi agar melaksanakan

pembelajaran dengan menggunakan sistem dalam jaringan atau dari rumah

masing-masing. Namun setelah pandemi berjalan kurang lebih satu tahun,

pihak sekolah mengadakan pembelajaran Semi Daring yang telah

direalisasikan secara resmi, dengan melalui proses perizinan dari pemerintah

setempat, walaupun anjuran pemerintah tetap harus melaksanakan

pembelajaran daring.61

Berdasarkan penelitian yang sudah dilaksanakan di MA Al-Ijtihad

Kota Tangerang maka peneliti telah memperoleh data hasil penelitian berupa

data wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data hasil peneltian tersebut

tidak terlepas dari fokus penelitian dan judul skripsi tentang "Strategi Guru

dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Mengajar Daring Pada Mata Pelajaran

PAI Siswa Kelas XII di Sekolah MA Al-Ijtihad Kota Tangerang”.

2. Pembelajaran PAI Pada Masa Pandemi Covid-19 Kelas XII MA Al-


Ijtihad Kota Tangerang

Pembelajaran online atau Daring pada masa pandemi ini merupakan

salah satu media yang telah digunakan oleh guru dalam melaksanakan proses

pembelajaran yang sedang berlangsung. Pembelajaran daring merupakan

media yang digunakan dalam proses pembelajaran pada masa pandemi covid-

19 yang terjadi hingga saat ini.

61
Hasil wawacara dengan dengan bidang kurikulum Chaerotul Amaliyah, S.Pd, Senin, 22
November 2021, di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang

46
Pembelajaran daring dinilai sangat berrmaanfaat dan efektif bagi

setiap sekolah yang melaksanakan proses pembelajaran secara daring selama

masa pandemi covid-19. Salah satu manfaat yang dapat diperoleh dari

pembelajaran online ini adalah memudahkan komunikasi jarak jauh yang

dapat berlangsung antara seorang guru dan peserta didik itu sendiri.

Pembelajaran daring ini memang sangat membantu ditengah-tengah

terjadinya pandemi covid-19 sampai pandemi ini benar-benar telah berakhir

dan hanya media pembelajaran daring yang dapat digunakan untuk membantu

proses belajar mengajar selama masa pandemi covid-19.

Pembelajaran daring ini digunakan oleh sekolah untuk menunjang

kelancaran proses pembelajaran agar tetap berlangsung pada masa pandemi

covid-19. MA Al-Ijtihad Kota Tangerang merupakan salah satu sekolah yang

menerapkan belajar mengajar daring agar seorang guru dan peserta didik

tetap dapat melaksanakan proses pembelajaran. Sesuai dengan hasil

wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada guru Al-Qur’an Hadits

sekaligus kepala sekolah MA Al-ijtihad Kota Tangerang.

Berikut ini hasil wawancara dengan salah satu guru pendidikan agama

Islam, yang mengatakan bahwa: “Kalau pembelajaran PAI dimasa pandemi

ini menggunakan media daring, seperti melalui Website sekolah atau E-

Learning, aplikasi WhatsApp, Google Clasroom, dan Zoom Meeting. Untuk

mata pembelajaran Qur’an Hadits sendiri adakalanya setor hafalan membuat

video yang akan di kirimkan langsung melalui aplikasi WhatsApp.”62


62
Hasil wawancara dengan guru Al-qur’an Hadits Ali Syakroni, M.Ag, Senin, 22 November
2021di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang.

47
Proses pembelajaran daring ini diperlukan adanya media pendukung,

selain alat penunjang seperti internet, smartphone, atau juga komputer. Salah

satu website atau E-Learning yang dibuat khusus dari pihak sekolah sangat

berperan penting untuk mengumpulkan tugas, membagikan materi

pembelajaran, dan absensi kelas.

Selain itu, ada aplikasi whatsapp. Aplikasi whatsap merupakan sebuah

media yang dapat menghubungkan banyak orang dalam satu waktu. Hal ini

sesuai dengan penerapanya dalam sebuah proses pembelajaran, karena dalam

suatu proses pembelajaran pastinya guru akan melakukan komunikasi dengan

banyak siswa. Selain Whatsapp, media pembelajaran lainya yang dapat

digunakan pada proses pembelajaran daring adalah zoom, google meet, dan

google classrom.63

B. Hasil Strategi Guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XII

di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang

Strategi pembelajaran adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Komponen-komponen pendidikan

dan pengajaran sedimikain rupa sehingga memiliki fungsi yang optimal

dalam mencapai tujuan pengajaran dan pendidikan. Strategi pembelajan juga

memberikan alternatif terhadap proses peleksanaan kegiatan belajar mengajar

di kelas, semua sumber belajar, baik manusia maupun sarana dan prasarana

dirancang dan direncanakan untuk membantu proses belajar para siswa.

63
Hasil wawacara dengan dengan bidang kurikulum Chaerotul Amaliyah, S.Pd, Senin, 22
November 2021, di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang

48
Strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus dapat memilih

strategi mana yang harus dikembangkan atau digunakan dalam

pembelajaran dikelas. Karena dalam suatu proses pembelajaran pendidikan

agama islam tidak dapat menggunakan strategi dalam pembelajaran yang

membuat siswa bosan.

Maka dalam hal ini guru-guru sangat dituntut untuk melaksanakan proses

pembelajaran yang sangat kondusif dan damai yang dapat meningkatakan

penyajian pembelajaran.

Berdasarkan temuan peneliti, pembelajaran PAI di MA Al-Ijtihad

menggunakan berbagai media, baik media manusia, maupun multimedia.

Penggunaan media ini bertujuan agar peserta didik bisa lebih mudah dalam

menerima materi yang nantinya akan dipelajari. Hal ini sesuai dengan RPP yang

dibuat oleh guru dengan menyesuaikan pembelajaran daring ini tentu media yang

digunakan juga pasti berbeda.

Media manusia disini berarti seorang guru menyampaikan materi baik

secara verbal maupun pesan teks secara langsung kepada peserta didik tentang

materi pembelajaran. Sedangkan untuk media multimedia seorang guru

menggunakan lebih dari satu platform untuk mendukung kegiatan belajar

mengajarnya beberapa diantaranya untuk penyampaian materi secara langsung

melalui panggilan video grub guru menggunakan Google Meet dan untuk materi

yang disampaikan melalui pesan teks dibagikan lewat grub Whatsapp.

Sedangkan untuk tugas harian diberikan melalui Google Classroom. Untuk

strategi pembelajaran individu dapat dilihat dari pemberian tugas kepada peserta

49
didik yang selalu diberikan tiap minggunya dengan batas waktu yang sudah

ditentukan. Hal ini berfungsi untuk meningkatkan rasa tanggung jawab dan

kedisplinan siswa sehingga meski tidak bisa memantau peserta didik secara

langsung laporan tugas yang dikirim melalui Google Classroom masih dapat

dipantau perkembangannya oleh guru PAI yang mengajar dalam kelas tersebut.

Mengenai strategi guru berdasarkan peran pendidik dan peserta didik

dalam pengelolaan pembelajaran, maka pembelajaran PAI di MA Al-Ijtihad

termasuk ke dalam pembelajaran yang berpusat pada pendidik karena mulai dari

materi, media dan juga strategi yang digunakan lebih condong kepada peran

pendidik seperti contohnya pada metode yang digunakan guru ini adalah metode

ceramah, pengorganisasian materi oleh guru sebelum melakukan pembelajaran.

Sedangkan untuk peran peserta didik sendiri hanya dilakukan ketika

diskusi dalam pembelajaran dan juga dalam pengerjaan tugas yang diberikan oleh

guru kepada peserta didik. di dalam mengerjakan tugas ini peserta didik dibekali

oleh materi berupa PDF yang sudah dikirim ditiap grub WA ataupun melalui

Buku Kerja Siswa yang sudah didistribusikan menyeluruh kepada tiap siswa,

ataupun siswa dapat mencari informasi melalui media internet untuk mengerjakan

tugas yang diberikan guru.

Menurut peneliti selain metode ceramah dan juga materi soft file

berbentuk PDF yang digunakan dalam menyampaikan materi kepada peserta didik

dapat pula media tersebut dikembangkan atau menggunakan metode yang lain

mengingat terkadang siswa sering cepat merasa bosan apabila menjalankan

pembelajaran yang monoton apalagi dalam proses pembelajaran dalam jaringan

50
yang notabene guru tidak dapat melakukan pemantauan secara langsung kepada

peserta didik dan juga siswa tidak mampu membeli kouta.

Maka siswa di adakan tatap muka agar semua siswa mengikuti

pembelajaran. Dan guru dituntut lebih kreatif dalam memilih metode

penyampaian materi agar siswa lebih tertarik sehingga semangat belajar bisa

muncul sesuai tujuan belajar yang diharapkan. Bisa menggunakan metode

permainan, strategi belajar luring dan lain sebagainya sesuai dengan materi yang

dibahas.

C. Kesulitan Dalam Melaksanakan Belajar Mengajar Daring Pada Mata


Pelajaran PAI Siswa Kelas XII di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang

1.Kesulitan Siswa

Dalam melaksanakan proses belajar mengajar selama masa pandemi Covid-

19 atau yang biasa disebut dengan pembelajaran daring khususnya dalam mata

pembelajaran PAI di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang memiliki beberapa kendala

yang dihadapi dalam pelaksanaannya yaitu:

1) Adanya Keterbatasan kuota data internet yang dimiliki oleh setiap peserta didik

untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran seperti mengunduh materi

pelajaran, mengerjakan tugas ataupun tatap muka menggunakan panggilan

video melalui aplikasi yang cukup menguras kuota. Faktor ekonomi dari

masing-masing peserta didik tentu tidak sama, hal ini menjadi salah satu

penyebab terhambatnya proses belajar mengajar pada masa pandemi covid-19.

51
Peneliti memperoleh hasil wawancara dengan Ibu Chaerotul Amaliyah guru

Fisika yang menjabat di bidang kurikulum sebagai berikut:

“Untuk melakukan pembelajaran daring melalui aplikasi Zoom Meeting

ataupun Google Meet, tidak dilaksanakan pada setiap hari atau disetiap mata

pelajaran, dikarenakan latar belakang ekonomi siswa yang sangat beragam.

Banyak orang tua mengeluhkan perihal pembelajaran daring melalui aplikasi

zoom yang sangat membutuhkan kuota yang sangat besar. Walaupun ada bantuan

dari Kemenag, tetapi bantuan tersebut tidak bisa menunjang pembelajaran daring

para peserta didik di setiap harinya.”64

Hal ini pun telah dikonfirmasi oleh kepala sekolah sekaligus guru pada mata

pelajaran Al-Qur’an Hadits, beliau membenarkan kondisi yang terjadi pada

peserta didik di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang, beliau mengungkapkan:

“Fasilitas yang diberikan kepada siswa memang ada, seperti bantuan kuota dari

Kemenag. Tetapi, bantuan Kuota Internet yang diberikan tidaklah besar. Oleh

karena itu, ketika menggunakan aplikasi Zoom kurang aktif, jadi para guru lebih

aktif dalam memberikan tugas.”65

Berdasarkan hasil wawancara dari guru dan kepala sekolah memang keterbatasan

paket data masih menjadi kendala utama dalam proses pembelajaran daring di MA

Al-Ijtihad Kota Tangerang yang harus dapat diantisipasi oleh pihak sekolah.

Untuk saat ini pada masa pandemi covid-19, langkah tepat sebagai upaya yang

dapat dilakukan oleh pendidik dan pihak sekolah yakni menggunakan media

64
Hasil wawacara dengan dengan bidang kurikulum Chaerotul Amaliyah, S.Pd, Senin, 22
November 2021, di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang
65
Hasil wawancara dengan guru Al-qur’an Hadits Ali Syakroni, M.Ag, Senin, 22 November
2021di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang.

52
Google Classroom dan WhatssApp karena dinilai rendah kuota dan lebih mudah

untuk mengaksesnya.

2) Belajar mengajar daring sering dikeluhkan karena terlalu banyak tugas. Hal ini

perlu disadari bahwa ketidak siapan antara pendidik dan peserta didik terhadap

pembelajaran daring juga menjadi masalah. Perpindahan sistem belajar

konvensional ke sistem daring sangat mendadak, tanpa adanya persiapan yang

matang. Tetapi semua ini harus tetap dilaksanakan agar proses pembelajaran

dapat terus berjalan lancar dan siswa aktif mengikuti walaupun dalam kondisi

pandemi Covid-19.

Namun, dengan adanya berbagai permasalahan yang ada pada pembelajaran

daring ini, terutama dalam permasalahan bantuan kuota yang tidak dapat

menunjang pembelajaran tatap muka melalui aplikasi zoom, para guru pun

hanya dapat memberikan siswa tugas yang dirasa akan tetap efektif dalam

melakukan pembelajaran daring. Peneliti memperoleh hasil wawancara dengan

Ibu Chaerotul Amaliyah guru Fisika yang menjabat di bidang kurikulum

sebagai berikut:

“Pembelajaran daring ini tidak sepenuhnya efektif, presentase keberhasilannya

hanya sekitar 50% dari 100% untuk keefektifannya. Siswa pun sangat

terbebani dengan tugas yang diberikan. Guru dan siswa pun harus saling

memaklumi atau memahami jika siswa telat mengumpulkan tugas. Karena

dalam 1 hari mereka harus mengikuti 5 sampai 6 mata pelajaran.”66

66
Hasil wawacara dengan dengan bidang kurikulum Chaerotul Amaliyah, S.Pd, Senin, 22
November 2021, di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang

53
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, akibat dari permasalahan kuota ini

menjadi salah satu kendala yang sering ditemukan pada saat melaksanakan proses

belajar mengajar daring. Karena keberadaan fasilitas menjadi kendala utama

sekaligus tantangan bagi guru dalam melaksanakan belajar mengajar daring. Maka

upaya yang dilakukan oleh sekolah yakni melakukan pembelajaran “Semi

Daring”. Pembelajaran semi daring adalah kombinasi proses pembelajaran daring

dan pembelajaran luring.

Pembelajaran semi daring ini merupakan salah satu inisiatif dari pihak sekolah

untuk mengatasi permasalahan yang ada. Bapak Ali Syakroni mengatakan:

“Kurang lebih sudah hampir satu tahun melakukan pembelajaran daring, dan

banyak siswa atapun guru yang sudah jenuh dan mengeluhkan dengan

pembelajaran daring, maka pihak sekolah mengusulkan untuk mengadakan

pembelajaran semi daring. Walaupun anjuran pemerintah tetap harus

melaksanakan pembelajaran daring saja.”67

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, dalam pembelajaran model semi

daring ini, Siswa datang ke sekolah untuk mengambil tugas dari guru dan

menyerahkan tugas yang sudah dikerjakan dengan tetap menjalankan protokol

kesehatan yang ketat. Bahkan dapat melakukan pembelajaran dikelas dengan

sistem “Rolling” atau peserta didik secara bergantian untuk melakukan

pembelajaran tatap muka (PTM) di kelas. Hal serupa juga dikatakan oleh Ibu

Chaerotul Amaliyah:

67
Hasil wawancara dengan guru Al-qur’an Hadits Ali Syakroni, M.Ag, Senin, 22 November
2021di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang.

54
“Berawal dari banyaknya keluhan wali murid dan peserta didik, pihak sekolah

tidak serta merta mengadakan PTM atau Pembelajaran Semi Daring, tetapi demi

merealisasikannya pihak sekolah melibatkan perizinan dari pemerintah setempat.

seperti; RT, RW, Kelurahan, Binamas, dan Babinsa. Bahkan pada awal

pelaksanaan semi daring lembaga terkait ikut mendampingi dalam menjaga

protokol kesehatan. Selain perizinan dari lembaga sekitar, pihak sekolah pun

mengadakan perizinan kepada wali murid berupa kuesioner dan beberapa

pertanyaan tentang keluhan pembelajaran daring dan ternyata sekitar 70% para

orang tua menyetujui anaknya mengikuti pembelajaran tatap muka (Semi

Daring).”68

Dari hasil wawancara diatas, dapat penulis simpulkan bahwa memang pada realita

yang ada Pembelajaran daring ini kurang efektif dalam pengembangan

pembelajaran siswa baik dari afektif, kognitif, ataupun psikomotoriknya. Namun,

karena situasi dan kondisi pandemi covid-19. Pembelajaran yang semula siswa

hadir di dalam kelas bertatap muka langsung diganti dengan pembalajaran dalam

jaringan (daring), yang menuntut pelaku pendidikan untuk beradaptasi dengan

cepat dalam situasi seperti ini. Pembelajaran daring sudah menjadi suatu hal wajib

bagi peserta didik dan guru untuk tetap melaksanakan pendidikan di tengah

pandemi. Dunia pendidikan seperti diberi kejutan, pada semua aspek dalam

mendukung sistem pembelajaran online pun nampak kurang adaannya persiapan.

2. Kesulitan Guru

68
Hasil wawacara dengan dengan bidang kurikulum Chaerotul Amaliyah, S.Pd, Senin, 22
November 2021, di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang

55
Dalam pelaksanaan pembelajaran daring selain masalah kesulitan yang

dialami oleh peserta didik, beberapa guru juga memiliki permasalahan yang juga

harus dihadapi ketika proses belajar mengajar. Guru PAI yang juga sebagai kepala

sekolah menyampaikan:

“Pada awal proses belajar mengajar daring ini memang guru mau tidak mau

dituntut oleh keadaan harus menggunakan teknologi dan harus belajar lebih untuk

dapat mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran, biasanya untuk bapak ibu

guru yang usianya lebih tua dan belum paham betul masalah penggunaan media

berbasis teknologi seperti sekarang ini yang mengalami beberapa kendala. Akan

tetapi hal itu sudah diantisipasi oleh pihak sekolah dengan adanya pembekalan

diawal sebelum berjalan nya proses pembelajaran daring.”69

Berdasarkan hasil dari wawancara diatas memang bukan hanya siswa yang

tidak siap dalam pelaksanaan pembelajaran daring ini, tetapi guru juga dapat

dikatakan kurangnya persiapan dalam menghadapi pembelajaran daring selama

pandemi Covid-19 ini, oleh karena itu pengawasan yang intens harus dilakukan

oleh sekolah baik mulai dari pembekalan, pelaksanaan dan juga evaluasi harus

selalu rutin dilaksanakan agar dapat mengetahui sejauh mana pengembangan

proses pembelajaran daring di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang ini.

D. Analisis Metode Penelitian Pembelajaran PAI dalam Belajar Mengajar

Daring untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di MA Al-Ijtihad Kota

Tangerang

69
Hasil wawancara dengan guru Al-qur’an Hadits Ali Syakroni, M.Ag, Senin, 22 November
2021di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang.

56
Di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang, berbagai macam metode pembelajaran

dilakukan demi menyesuaikan perkembangan zaman kepada peserta didik.

Sehingga mereka ditekankan dalam keaktifan berbicara baik itu bertanya atupun

menjawab pertanyaan. Media Pembelajaran yang digunakan juga bervariasi,

karena menyesuaikan dengan materi pembahasan dengan upaya untuk terus

meningkatkan kemampuan pendidik dan mengasah keterampilan gaya paham

peserta didik.

Jika dibandingkan dengan negara-negara maju, Indonesia masih tertinggal

dalam hal penghargaan dan peningkatan kompetensi guru. Oleh karena itu,

sekarang saat yang tepat untuk membangun paradigma yang dapat menjamin

keberlangsungan pendidikan yang berkualitas. Paradigma baru tersebut

diharapkan mampu memberikan iklim yang demokratis dan kepercayaan pada

lembaga sekolah, dalam mengelola dan meyelenggarakan pendidikan secara

efisien dan bermutu dengan memberdayakan peran serta masyarakat secara aktif.

Terciptanya iklim yang demokratis dengan adanya otonomi pedagogis guru.

Menurut Buchori, otonomi pedagogis adalah kebebasan guru dalam membimbing

dan menuntun murid-muridnya agar secara aktif mampu memngembangkan “tata

nilai pribadi”70

Seorang pendidik harus mempunyai jiwa kepemimpinan dalam mengajar

peserta didiknya, agar mampu menangani dengan bijak dalam suatu permasalahan

yang terjadi. Selain wawasan akan agama ataupun pengetahuan umum lainnya,

serta sikap seorang pendidik yang profesional, juga mampu mempertanggung


70
Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, Tugas Guru Dalam Pembelajaran : Aspek yang
Mempengaruhi, ( Jakarta : Bumi Aksara ), h. 8-9.

57
jawabkan desain atau konsep belajar yang telah dibuat untuk merujuk kearah hasil

belajar dan evaluasi atau perbaikan konsep pengajaran.

Kesadaran seorang guru sangat di butuhkan, bukan sadar akan kesalahan

saja, tapi sadar untuk tidak melakukan lagi. Maka berusaha untuk memperbaiki

pola pengajaran, meningkatkan keintelektualan, budaya literasi, jangan mudah

menyerah akan suatu hal karena belum bisa menguasai beberapa hal. Ada kutipan

dari anime Jepang, jika para pahlawan kabur, lalu siapa yang akan melawan

kebohan. Pepatah muslim mengatakan, jika kau tak mau merasakan lelahnya

belajar maka kau akan menanggung pedihnya kebodohan. Jadi terus berproses

untuk generasi yang lebih baik. Karena seiring berjalannya waktu generasi muda

akan melampaui kita, dan tugas kita lah sebagai panutan bagi generasi

selanjutnya.

Pemimpin dengan tipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan

sebagai diktator (memaksa), melainkan sebagai pemimpin ditengah-tengah

anggota kelompoknya. Hubungan dengan anggotnya kelompoknya bukan sebagai

majikan terhadap buruhnya melainkan sebagai saudara di antara teman-teman

sekerjanya. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha menstimulasi anggotanya

agar bekerja secara kooperatif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan

dan usaha-usahanya, seorang pemimpin yang demokratis selalu berpangkal ada

kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, serta mempertimbangkan kesanggupan

juga kemauan kelompoknya.71

71
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan supervise Pendidikan, (Bandung PT Remaja
Rosdakarya, 2017) h. 49-50.

58
Pembelajaran dalam bidang pendidikan merupakan kegiatan menerima,

memperoleh dan menyampaikan pengetahuan sehingga meningkatkan mutu dari

generasi sebelumnya kepada generasi selanjutnya, dengan berkaca dan melihat

pada kepentingan-kepentingan dari generasi sebelumnya, guna menanamkan nilai

moral ataupun ilmu pengetahuan yang mendalam serta ditransferkan kepada

peserta didik, sehingga ada pembaharuan ketika berganti pada generasi perikutnya

secara optimal.

Media merupakan suatu penyaluran atau perantara yang dapat

mentrasnferkan pesan dan dapat memotivasi peserta didik sehingga mendukung

terjadinya proses belajar pada diriya sendiri. Sedangkan media pembelajaran yang

digunakan yaitu berupa: buku paket, Iks, media gambar, media video. Sehingga

membantu tumbuh kembangnya penyerapan materi yang diberikan oleh guru.

Contohnya : dengan menggunakan media video ataupun gambar, besar harapan

guru, peserta didik dapat menelan informasi yang matang bukan setengah-

setengah. Karena itu juga merupakan suatu kefatalan jika hanya separuh atau

setengah menerima infomasi. Apalagi di zaman modern sekarang ini, guru pun

khawatir pada perkembangan media yang digunakan oleh peserta didik baik itu

dirumah ataupun di sekolah katakanlah seperti Handphone yang banyak sekali

menyerap dan memberikan informasi yang positif jika digunakan dengan benar

begitupun sebaliknya.

Penilaian hasil belajar sangat penting dalam kegiatan pendidikan formal.

Namun dimasa pandemi seperti ini ada sedikit perubahan atau penambahan nilai

karena peserta didik melakukan pembelajaran secara daring. Pembelajaran yang

59
dilakukan secara online ini dengan menggunakan google meet ataupun zoom, kita

belum tau nih apakah peserta didik itu benar-benar mendengarkan apa yang guru

sampaikan ataupun sedang melakukan kegiatan lain di balik layar. Maka ada

sedikit tambahan penilaian, bila ada sesuatu yang dirasa urgen harus izin kepada

guru terlebih dahulu agar mengetahui bahwa pas peserta didik mendegarkan

materi dengan seksama.

Keberhasilan kegiatan evaluasi akan dipengaruhi pula oleh keberhasilan

evaluator dalam melaksanakan prosedur evaluator. Prosedur yang dimaksud

adalah langkah-langkah pokok yang harus ditempuh dalam kegiatan evaluasi.

Prosedur pengembangan evaluasi pembelajaran terdiri atas: (1) perencanaan

evaluasi, yang meliputi analisis kebutuhan, merumuskan tujuan evaluasi,

menyusun kisi-kisi, mengembangkan draf instrumen, uji coba, dan analisis,

merevisi serta menyusun instrumen final, (2) pelaksanaan evaluasi dan

monitoring, (3) pengolahan data dan analisis, (4) pelaporan dan hasil evaluasi, dan

(5) pemanfaatan hasil evaluasi. Di samping itu baik buruknya evaluasi ada di

tangan evaluator, yaitu guru yang melaksanakan proses pembelajaran dalam suatu

bidang studi juga bertanggung jawab dengan melaksanakan prosedur evaluasi

yang baik, dapat dipertanggungjawabkan dan bermakna bagi semua pihak.72

Evaluasi merupakan tolak ukur dari suatu kegiatan pembelajaran untuk

mengetahui perubahan kedepannya lebih baik lagi sehingga meningkatkan

kualitas mengajar guru. Peserta didik yang kesulitan dalam menerima materi

belajar, guru perlu mengadakan pendekatan kepada mereka seperti les tambahan

72
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remajas Rosdakarya, 2016), h. 88.

60
agar mereka bisa mengejar pelajaran-pelajaran yang tertinggal dari teman-

temannya. Contoh evaluasi oleh guru Al-Qur’an Hadits di MA Al-Ijtihad :

1) Ujian tertulis ataupun lisan tanya jawab di setiap akhir bab, untuk mengetahui

kemampuan masing-masing peserta didik.

2) PR yang diberikan guru, guna mengembangkan dan melatih kreatifitas peserta

didik dalam berfikir.

3) Ujian tengah semester dan ujian akhir semester yang ditujukan secara

keseluruhan materi, apalagi mengenai pembelajaran PAI, yang ditekankan

pada moral peserta didik untuk selalu menerapkan ajaran Rasulullah SAW,

dan tetap berpegang teguh pada Al-Our'an juga Sunnah, sehingga senantiasa

mereka generasi penerus bangsa dapat memberikan dampak positif bagi

dirinya, keluarga juga lingkungan.

Seorang pendidik mengharapkan para peserta didiknya kelak menjadi generasi

penerus yang patuh akan agama Allah, dan menjadi anak-anak yang shalih juga

shalihah. Memang tak mudah membentuk karakter anak, harus ada kontak saling

terhubung baik guru maupun orang tua dengan sang anak, sperti menggunakan

pendekatan yang responsif atau pendekatan lainnya agar peserta didik tidak

merasa terasingkan. Guru atau orang tua yang memiliki kepemimpinan, akhlak

yang baik dan menjadi panutan serta wawasan tentang agama yang dapat

meluruskan akan informasi yang meragukan. Maka, guru ataupun orang tua dapat

mengetahui kelebihan juga kekurangan sang anak, serta bakat atau kualitas diri di

bidang baik akademik ataupun non akademi.

61
BAB V

Penutup

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan mengenai

strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar mengajar siswa dalam

pembelajaran daring.Pertama, dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa

mengalami kesulitan diantaranya dalam segi faktor internet, kesulitan

berkomunikasi, terlambat mengumpulkan tugas, materi teori dan materi

praktek sulit untuk dikembangkan dalam keadaan terbatas. Kesulitan-

kesulitan tersebut muncul karena siswa tidak leluasa untuk bertemu dan

bertanya secara langsung dengan guru dan guru juga tidak bisa membimbing

siswa dalam belajar seperti biasanya dikarenakan dampak dari covid-19.

Kedua, faktor pendukung dan penghambat sudah diantisipasi oleh

pihak sekolah dengan adanya pembekalan diawal sebelum berjalan nya proses

pembelajaran daring.” Berdasarkan hasil dari wawancara diatas memang

bukan hanya siswa yang tidak siap dalam pelaksanaan pembelajaran daring

ini, tetapi guru juga dapat dikatakan kurangnya persiapan dalam menghadapi

pembelajaran daring selama pandemi Covid-19 ini, oleh karena itu

62
pengawasan yang intens harus dilakukan oleh sekolah baik mulai dari

pembekalan, pelaksanaan dan juga evaluasi harus selalu rutin dilaksanakan

agar dapat mengetahui sejauh mana pengembangan proses pembelajaran

daring di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang ini.

Ketiga,Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini yaitu strategi guru

dalam mengatasi kesulitan belajar mengajar daring pada masa pandemi covid-

19 guru diharuskan untuk memilih strategi yang tepat untuk mengatasi setiap

kesulitan belajar siswa secara daring dan luring, komunikasi antar guru

dengan siswa tidak terlepas dari aplikasi WhatsApp Strategi yang digunakan

guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa diantaranya, tetap melakukan

komunikasi melalui WhatsApp grup dan menghubungi secara pribadi melalui

WhatsApp, guru menjalin kerjasama dengan orang tua untuk mengatasi

kesulitan belajar siswa, guru mengirimkan media video pembelajaran, guru

memberikan catatan kecil didalam buku tugas siswa dan melakukan evaluasi

terhadap strategi yang digunakan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa

saat pembelajaran pada masa pandemi covid-19.

B. Saran

Adapun penelitian yang telah dilakukan peneliti yaitu mendapatkan

temuan yang dapat dijadikan bahan masukan. Guru harus sabar dalam

menghadapi kesulitan belajar siswa saat pembelajaran pada masa pandemi

covid-19. Guru sangat perlu menjalin komunikasi dengan orang tua agar

dapat mengetahui perkembangan siswa saat belajar daring, dan melakukan

63
evaluasi untuk siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa

terhadap materi yang telah dipelajari.

64
DAFTAR PUSTAKA

Didi Supriadie dan Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran, (Bandung: PT


Remaja Rosdakarya, 2012)

Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, (PT Rineka Cipta,


2005),

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT


Remaja Rosdakarya, 2006)

Abdul Majid,Strategi Pembelajaran ( Bandung : Remaja Rosdarkaya 2013 )

Abu Ahmadi, psikologi belajar ( Jakarta : Rineka Putra 2013 )

Martinis Yamin, Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik, (Jakarta: Ciputat


Mega Mall, 2016)

Suja‟i, Inovasi Pembelajaran, (Semarang: Walisongo Press, 2015).

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2016),

M. Jumali, dkk, Landasan Pandidikan, (Surakarta: MUP, 2008),

Mujtahid, Pengembangan Profesi Guru, (Malang: UIN Maliki Press, 2011),

M. Sukardjo, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: Rajawali


Pers, 2017),

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2016),

Anissatul Mufarokah, Strategi dan model-model pembelajaran, (Tulungagung:


STAIN
Tulungagung Pres,2015),

Zakiyah Darajat, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang Edisi VI, 2018),

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,


(Jakarta : Kencana, 2016),

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta, Bumi Aksara, 2015),


Dimyati dan Mudjiono, Belajar,

65
Dr. Lidia susanti . S.P.,M.P. Strategi pembelajaran online yang inspiratif.

Louarne Johnson, Pengajaran yang kreatif dan menarik, (Indeks, 2018),

Slameto,Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya(Jakarta:PT Rineka


Cipta,2003)

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono,Psikologi Belajar Edisi Revisi.

Moch Rafdi Ardiansyah, Strategi Guru PAI dalam Mengatasi Problem


Pembelajaran dalam Jaringan Siswa Kelas IX di SMPN 1 Pakis, artikel diakses
pada 10 November 2021 dari http://etheses.uim-malang.ac.id

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010),.

John W. Creswell, Educational Research, (New Jersey: Pearson Education. Third


Edition, 2008),

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2004),

Dr. Seto Mulyadi, M.Psi., psikolog, prof.Dr. A. M. Heru Basuki, M.Si, Dr.
Hendro Prabowo, Psikolog, Metode Penelitian kualitatif dan mixed method,

Ruslan Ahmadi, Memahami Metodologi Penelitian Kualitatif,( Malang: UIN


malang- prees, 2005),

Masri Singarimbun, Metodologi Penelitian Survai

A. Sonhaji,. Teknik Observasi dan Dokumentasi, Makalah ini disaji dalam


lokakarya penelitian tingkat lanjut angkatan I tahun 1991/1992. (Malang:
Lembaga Penelitian IKIP Malang).

Y.B Lincoln and E.G. Guba, Naturalistic Inquiry

Ibid,

Hasil wawacara dengan dengan bidang kurikulum Chaerotul Amaliyah, S.Pd,


Senin, 22 November 2021, di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang

Hasil wawancara dengan guru Al-qur’an Hadits Ali Syakroni, M.Ag, Senin, 22
November 2021di MA Al-Ijtihad Kota Tangerang.

66
Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, Tugas Guru Dalam Pembelajaran :
Aspek yang Mempengaruhi, ( Jakarta : Bumi Aksara ),

M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan supervise Pendidikan, (Bandung PT


Remaja Rosdakarya, 2017)
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remajas Rosdakarya, 2016),

67

Anda mungkin juga menyukai