Anda di halaman 1dari 125

PELAKSANAAN PROGRAM TAHFIDZ DALAM PEMBELAJARAN

AL-QURAN PADA SISWA SMPN 1 MEURAH DUA PIDIE JAYA

SKRIPSI

AYU AMALIA
NIM. 180201021
Mahasiswi Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2022 M / 1444 H
ABSTRAK

Nama : Ayu Amalia


NIM : 180201021
Fakultas/Prodi: Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam
Judul : Pelaksanaan Program Tahfidz dalam Pembelajaran Al-Quran pada
siswa SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya
Tebal Skripsi : 102 Halaman
Pembimbing I : Dr. Jailani, S Ag, M.Ag
Pembimbing II: Mahdi, S Pd.I, M.Ag
Kata Kunci : Pelaksanaan, program tahfidz, pembelajaran Al-Quran

Pada era modern ini banyak umat islam yang kemampuan membaca Al-Qurannya
sangat minim, untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah kabupaten
Pidie Jaya mengeluarkan satu program pembelajaran Al-Quran yang disebut
dengan Tahfidz, yang tertuang dalam Peraturan Bupati Pidie Jaya Nomor 6 Tahun
2018 tentang Pendidikan Berkarakter Islami (PBI) dengan target siswa mampu
menghafal 2 Juz Al-Quran untuk tingkat SMP dan 1 Juz Al-Quran untuk tingkat
SD. Salah satu sekolah yang melaksanakan program ini adalah SMPN 1 Meurah
Dua Pidie Jaya. Namun dalam pelaksanaan program tahfidz belum ada satupun
siswa SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya yang telah mampu menyelesaikan target
dari program ini. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1.
Bagaimana pelaksanaan program tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya? 2.
Bagaimana metode yang digunakan dalam pelaksanaan program tahfidz di SMPN
1 Meurah Dua Pidie Jaya? 3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan program tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya. Penelitian ini
menggunakan metode Kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah Pelaksanaan program
tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya dilaksanakan 2 jam pelajaran dalam
seminggu dan diwajibkan bagi seluruh siswa, pembelajaran tahfidz dibagi menjadi
3 kelompok yaitu kelas VII hanya mempelajari tentang dasar-dasar ilmu tajwid,
dan kelas VIII dan kelas IX sudah mulai menghafal dan masih tetap diajarkan
tentang ilmu tajwid, metode yang digunakan dalam pembelajaran tahfidz ini
metode wahdah dan metode khitabah, evaluasi dilaksanakan dengan ujian lisan
berupa hafalan dari segi kelengkapan, makharijul huruf, hukum bacaan dan mad
dan tulisan berupa tes pengetahuan tentag ilmu tajwid. Faktor pendukung berupa
penyediaan fasilitas yang memadai dalam pelaksanaan program tahfidz seperti
ruang kelas, musalla, perpustakaan dan Al-Quran sedangkan faktor
penghambatnya berupa kurangnya waktu pembelajaran, kurangnya kemampuan
dasar membaca Al-Quran siswa, rasa malas pada siswa, dan proses pembelajaran
yang membosankan.

v
KATA PENGANTAR

Puji syuku kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,

sehingga penulis dapat merampungkan skripsi dengan judul Pelaksanaan Program

Tahfidz dalam Pembelajaran Al-Quran pada Siswa SMPN 1 Meurah Dua Pidie

Jaya. Dan shalawat dan salam tidak lupa penulis kirimkan kepada baginda Nabi

Muhammad SAW, keluarga dan sahabat beliau sekalian.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat

menyelesaikan studi serta dalam rangka memperoleh gelar sarjana pendidikan di

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. Dalam

penyusunan skripsi ini penulis merasakan banyak sekali kesulitan maupun

hambatan, namun dengan berkat pertolongan dari Allah SWT. serta bantuan dari

berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, oleh karena itu

penulis mengucapkan beribu terimakasih dan penghargaan kepada yang

terhormat:

1. Terimakasih kepada Kepala Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

bapak Safrul Muluk, MA, M.Ed, Ph.D baik secara langsung atau tidak

langsung telah membantu proses penyusunan skripsi ini.

2. Terimakasih kepada ketua prodi Pendidikan Agama Islam bapak Dr.

Marzuki, S.Pd.I, M.S.I baik secara langsung atau tidak langsung telah

membantu proses penyusunan skripsi ini.

vi
3. Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis berikan kepada bapak Dr.

Jailani, S.Ag, M.Ag selaku pembimbing I dan bapak Mahdi, S.Pd.I,

M.Ag selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk

senantiasa membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini

4. Terimakasih kepada bapak Dr. Muji Mulia, S.Ag, M. Ag selaku

penasehat akademik, yang telah banyak memberikan masukan serta

nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan studi ini.

5. Ucapan terimakasih penulis kepada seluruh Bapak/Ibu staf pengajar

Program Studi Pendidikan Agama Islam, yang telah senantiasa

membimbing penulis.

6. Terimakasih yang setulus-tulusnya kepada Ayahanda tercinta

Syafruddin W dan Ibunda tercinta Nilawati MT yang senantiasa

mencurahkan segenap cinta dan kasih sayang serta dukungan moril

maupun materil kepada penulis

7. Terimakasih kepada seluruh keluarga besar terutama Abang Muliadi

dan Istri, Abang Ali Akbar dan Istri, Abang Mawardi, Cek Ida, dan

keponakan-keponakan tercinta yang telah banyak membantu penulis

baik dari segi moril maupun materil.

8. Terimakasih kepada sahabat tercinta Dewi Wahyuni yang telah

menemani penulis dalam suka dan duka selama menyelesaikan skripsi

ini.

vii
9. Terimakasih kepada seluruh kawan-kawan Prodi Pendidikan Agama

Islam terutama dari Unit 01 yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-

satu.

Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan. Karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang

sifatnya membangun demi kesempurnaannya dan semoga bermanfaat bagi kita

semua. Aamiin...

Darussalam, November 2022

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL JUDUL


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
ABSTRAK............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 6
E. Definisi Operasional ............................................................................. 7
F. Kajian Terdahulu .................................................................................. 13
G. Sistematika Pembahasan ....................................................................... 16

BAB II: LANDASAN TEORI


A. Tahfidz Al-Quran ................................................................................. 18
1. Pengertian dan Keutamaan Tahfidz Al-Quran.................................. 18
2. Syarat-syarat Tahfidz Al-Quran........................................................ 22
3. Metode dan Strategi Pencapaian Tahfidz Al-Quran .......................... 24
4. Evaluasi Program Tahfidz Al-Quran ................................................ 33
B. Pembelajaran Al-Quran ........................................................................ 36
1. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Al-Quran ................................ 36

ix
2. Dasar Hukum Pembelajaran Al-Quran .............................................. 40
3. Adab dan Metode Pembelajaran Al-Quran ........................................ 41
4. Evaluasi Pembelajaran Al-Quran ...................................................... 52

BAB III: METODE PENELITIAN


A. Pendekatan dan Metode Penelitian ........................................................ 56
B. Kehadiran Peneliti di Lapangan ............................................................ 56
C. Lokasi Penelitian .................................................................................. 57
D. Subyek Penelitian ................................................................................. 57
E. Instrumen Penelitian ............................................................................. 59
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 59
G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 61

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................................... 64
1. Profil Sekolah .................................................................................. 64
2. Profil Program Tahfidz ..................................................................... 71
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan .......................................................... 79
1. Pelaksanaan Program Tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya ... 79
2. Metode Pelaksanaan Program Tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua
Pidie Jaya ......................................................................................... 83
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Program
Tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya ..................................... 87
C. Analisis Data Hasil Penelitian .............................................................. 90

BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 94
B. Saran .................................................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 97


LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Fasilitas sekolah SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya .............................. 66
Tabel 4.2 : Nama-nama guru di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya ......................... 66
Tabel 4.3 : Jumlah siswa SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya ................................... 70
Tabel 4.4 :Praktik Pelaksanaan Pembelajaran Tahfidz .......................................... 72
Tabel 4.5 : Data guru PAI yang mengajar Tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie
Jaya ...................................................................................................... 74
Tabel 4.6 : Jumlah siswa program Tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya. ... 75
Tabel 4.7 : Daftar nilai siswa program Tahfidz kelas VII ...................................... 76
Tabel 4.8 : Daftar nilai siswa program Tahfidz kelas VIII B ................................. 77
Tabel 4.9 : Daftar nilai siswa program Tahfidz kelas IX B ................................... 78

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 : Wawancara dengan Kepala Sekolah SMPN 1 Meurah Dua Pidie
Jaya ................................................................................................. 103
Gambar 5.2 : Wawancara dengan Guru Tahfidz Bapak Munawar ....................... 103
Gambar 5.3 : Wawancara dengan Guru Tahfidz Ibu Surhayati ........................... 104
Gambar 5.4 : Wawancara dengan Siswa Akbar .................................................. 104
Gambar 5.5 : Wawancara dengan Siswa Muhammad Lutfi ................................. 105
Gambar 5.6 : Wawancara dengan Siswa Muhammad Nadil ................................ 105
Gambar 5.7 : Wawancara dengan Siswa Khairul Hafiz Siregar ........................... 106
Gambar 5.8 : Proses Belajar Tahfidz .................................................................. 106
Gambar 5.9 : Proses Belajar Tahfidz .................................................................. 107
Gambar 5.10 : Proses Belajar Tahfidz .................................................................. 107

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : SK Pembimbing .............................................................................. 108


Lampiran 2 : Surat Permohonan Penelitian ........................................................... 109
Lampiran 3 : Surat Balasan setelah melaksanakan penelitian ................................ 110
Lampiran 4 : Lembar daftar wawancara ................................................................ 111

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Program tahfidz atau menghafal Al-Quran adalah suatu kegiatan untuk

memelihara, menjaga dan melestarikan keaslian Al-Quran yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad SAW diluar kepala agar tidak terjadi perubahan dan

pemalsuan serta untuk menjaga dari kelupaan baik secara keseluruhan maupun

sebagian. Program pendidikan menghafal Al-Quran adalah program menghafal

Al-Quran dengan mutqin (hafalan yang kuat) terhadap lafadz-lafadz Al-Quran dan

menghafal makna-maknanya dengan kuat yang memudahkan untuk

menghindarkannya setiap menghadapi berbagai masalah kehidupan, yang mana

Al-Quran senantiasa ada dan hidup di dalam hati sepanjang waktu sehingga

memudahkan untuk menerapkan dan mengamalkannya dalam kehidupan.1

Kegiatan menghafal Al-Quran juga merupakan sebuah proses, mengingat

seluruh materi ayat (rincian bagian-bagiannya, seperti foneik, waqaf, dan lain-lain)

harus dihafal dan diingat secara sempurna. Sehingga seluruh proses pengingatan

terhadap ayat dan bagian-bagiannya dimulai dari proses awal, hingga pengingatan

kembali (recalling) harus tepat. Apabila salah dalam memasukkan suatu materi

atau menyimpan materi, maka akan salah pula dalam mengingat kembali materi

tersebut. Bahkan, materi tersebut sulit untuk ditemukan kembali dalam memori

atau ingatan manusia. 2

1
Sucipto, Tahfidz Al-Quran Melejitkan Prestasi, (Sidoarjo: Guepedia, 2020), h. 14-15.
2
Wiwi Alawiyah, Panduan Menghafal Al-Quran Super Kilat, (Yogyakarta: Diva Press,
2015), h. 14-15.
1
2

Menghafal Al-Quran bukan sesuatu yang sangat susah, namun

membutuhkan kesabaran ekstra. Pada dasarnya, menghafal Al-Quran tidak hanya

sekedar menghafal, melainkan juga harus menjaganya dan melewati berbagai

rintangan atau cobaan selama menghafal. Menjaga Al-Quran tidak semudah

ketika menghafal Al-Quran. Bisa jadi, dalam proses menghafal merasakan cepat

dalam menghafal ayat Al-Quran, namun juga cepat hilangnya. Hal demikian

sangat wajar dan pernah dirasakan oleh orang-orang yang menghafal Al-Quran.

Oleh karena itu, menjaga hafalan harus benar-benar dijaga agar tidak cepat

hilang.3

Proses menghafal Al-Quran tentunya harus diawali dengan kemampuan

membacanya terlebih dahulu dengan baik dan benar sesuai kaidah ilmu tajwid.

Melihat realita saat ini masih banyak dijumpai muslimin yang belum mampu

dalam memba ayat-ayat Al-Quran dengan baik dan benar, bahkan banyak

dijumpai umat muslim yang tidak mampu membaca Al-Quran sama sekali. Oleh

karena itu proses pembelajaran Al-Quran sangat diperlukan.

Kemampuan dalam membaca kitab suci Al-Quran merupakan suatu

kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang yang beragama Islam,

karena kunci utama dalam pelaksanaan ibadah dari setiap jiwa muslim adalah

mampu dalam membaca dan melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran, karena hal

tersebut maka seorang muslim dan muslimah haruslah mampu untuk membaca

dan menghafalkan kitab suci Al-Quran dengan baik dan benar sesuai dengan

kaidah-kaidah ilmu tajwid, dan ketika seorang muslim tidak mampu untuk

3
Wiwi Alawiyah, Panduan Menghafal..., h. 125-126.
3

membaca Al-Quran maka itu akan menghambatnya dalam melaksanakan ibadah,

seperti shalat-shalat wajib maupun shalat sunnah.4 Sesungguhnya orang yang

paling mulia ibadahnya dan besar pahalanya ketika mendekatkan diri kepada

Allah SWT adalah dengan membaca Al-Quran.

Membaca Al-Quran merupakan sebuah ibadah dan akan mendapatkan

pahala. Inilah salah satu karakteristik sekaligus keistimewaan yang dimiliki oleh

Al-Quran. Bahkan, Rasulullah SAW dalam sabdanya mengatakan bahwa orang

yang membaca satu huruf dari ayat Al-Quran akan diberikan balasan oleh Allah

10 kali lipat. Seperti hadis Rasulullah SAW sebagai berikut:

َ ‫سنَةٌ َو ْال َح‬


‫سنَةُ ِب َع ْش ِر أ َ ْمثَا ِل َها الَ أَقُو ُل‬ َ ‫َّللاِ فَلَهُ ِب ِه َح‬
‫ب ه‬ ِ ‫َم ْن قَ َرأَ َح ْرفًا ِم ْن ِكتَا‬
‫ف‬
ٌ ‫ف َو ِمي ٌم َح ْر‬ ٌ ‫ف َوالَ ٌم َح ْر‬ ٌ ‫ف َح ْر‬ ٌ ‫ف َولَ ِك ْن أ َ ِل‬
ٌ ‫حر‬
ْ ‫الم‬
Artinya: Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitabullah (Al-Quran)
maka ia mendapatkan satu kebaikan, dan dari satu kebaikan itu
berlipat menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan alif lam
mim sebagai satu huruf. Akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf,
dan mim satu huruf. (HR. Tirmidzi) 5.

Mempelajari Al-Quran hukumnya adalah fardhu kifayah, namun untuk

membacanya memakai ilmu tajwid secara baik dan benar merupakan fardhu ‘ain,

jika terjadi kesalahan dalam membaca Al-Quran maka termasuk dosa. Untuk

menghindari diri dari dosa tersebut, maka umat muslim dituntut untuk selalu

belajar Al-Quran pada ahlinya.6 Dengan mempelajari cara membaca Al-Quran

sesuai ilmu tajwid diharapkan tidak sekedar tau cara membaca Al-Quran namun

4
Rama Joni, Abdul Rahman dan Eka Yuniarti, Strategi Guru Agama Desa dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Quran Warga Desa, Vol.3 No.1, Juni 2020, Diakses 21
Juni 2021.
5
Amirulloh Syarbini dan Sumantri Jamhari, Kedahsyatan Membaca…, h. 5.
6
Otong Surasman, Metode Insani: Kunci Praktis Membaca Al-Quran Baik dan Benar,
(Jakarta: Gema Insani, 2002), h. 19.
4

mampu memahami makna yang terkandung dalam Al-Quran dan akhirnya dapat

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam sebuah hadis diterangkan:

ُ‫َخي ُْر ُك ْم َم ْن تَعَله َم اْلقُ ْرآنَ َو َعله َمه‬


Artinya : Sebaik-baiknya dari kamu sekalian ialah orang yang
mempelajari(belajar) Al-Quran dan mau mengajarkannya.(HR
Bukhari).7

Pada era modern ini banyak umat Islam yang kemampuan membaca Al-

Qurannya sangat minim, keadaan ini tidak hanya berlaku bagi umat islam yang

awam namun berlaku juga bagi pelajar, intelektual bahkan tokoh agama

sekalipun, hal ini cukup memprihatinkan karena melihat Al-Quran merupakan

kitab suci umat islam dan mereka merupakan generasi penerus agama. Dengan

demikian Al-Quran sangat berperan penting dalam membimbing dan

mengarahkan kehidupan manusia, sehingga mempelajari cara membaca,

memahami dan menghayati kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari

sebagai pedoman hidup bagi setiap umat islam sangat diperlukan.

Pemerintah kabupaten Pidie Jaya telah mengeluarkan satu kegiatan

pembelajaran Al-Quran yang disebut dengan Tahfidz, Kegiatan tersebut

merupakan program pemerintah kabupaten Pidie Jaya yang tertuang dalam satu

peraturan berupa Peraturan Bupati Pidie Jaya Nomor 6 Tahun 2018 tentang

Pendidikan Berkarakter Islami (PBI) pada seluruh satuan pendidikan formal dan

nonformal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di Pidie Jaya dengan

target dari program ini adalah siswa mampu menghafal 2 Juz Al-Quran untuk

7
Otong Surasman, Metode Insani: Kunci Praktis…, h. 20.
5

tingkat SMP dan 1 Juz Al-Quran untuk tingkat SD. Salah satu sekolah yang

melaksanakan program ini adalah SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya.

Berdasakan hasil observasi awal penulis di SMPN 1 Meurah Dua Pidie

Jaya ternyata belum ada satupun siswa SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya yang

telah mampu menyelesaikan target dari program ini. Oleh karena itu penulis

tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang proses pelaksanaan program tahfidz di

SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya dan apa saja kendala-kendala yang dihadapi

dalam pelaksanaan program tahfidz, sehingga penulis dapat menjadikan judul

skripsi ini adalah Pelaksanaan Program Tahfidz Dalam Pembelajaran Al-Quran

Pada Siswa SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis dapat mendiskusikan

beberapa rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan program Tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie

Jaya ?

2. Bagaimana metode yang digunakan dalam pelaksanaan program Tahfidz di

SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya ?

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program

Tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya ?


6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis menyimpulkan tujuan

dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan program Tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua

Pidie Jaya.

2. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pelaksanaan program

Tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan

program Tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Menambah ilmu pengetahuan tentang pendidikan khususnya

pendidikan Al-Quran untuk menciptakan generasi islam yang ulul albab.

2. Secara Praktis

a. Bagi Pendidik

Diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan dalam

memberikan pengetahuan tentang pelaksanaan program tahfidz.

b. Bagi Siswa

Diharapkan bisa meningkatkan ketertarikan untuk melatih diri serta

menggerakkan peserta didik supaya makin semangat dalam mempelajari

Al-Quran.
7

c. Bagi Sekolah

Sebagai masukan bagi SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya dalam

memberikan gambaran-gambaran terkait pelaksanaan pembelajaran

program tahfidz, sekaligus memperbaiki dan mengembangkan program

kegiatan, terutama program tahfidz.

d. Bagi Peneliti yang akan datang

Untuk memperluas pengalaman dan pengetahuan peneliti dalam

bidang pendidikan Al-Quran.

E. Definisi Operasional

Adapun istilah-istilah dalam judul skripsi ini yang kiranya perlu untuk

didefinisikan yaitu:

1. Pelaksanaan

Pelaksanaan berasal dari kata dasar laksana, menurut kamus besar

Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata pelaksanaan adalah proses, cara,

perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan, dan sebagainya). 8

Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari suatu rencana yang

sudah tersusun dengan matang dan terperinci, penerapannya dilakukan setelah

perencanaan dianggap sudah benar-benar siap. Secara singkat pelaksanaan

dapat diartikan sebagai penerapan.9

Westra mengemukakan bahwa pelaksanaan adalah sebagai usaha-

usaha yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan

8
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008), h. 291.
9
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2012), h. 70.
8

yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan

dan alat-alat yang diperlukan, siapa yang akan melaksanakan, dimana tempat

pelaksanaannya dan kapan waktu dimulainya. Menurut Tjokroadmudjoyo

pelaksanaan adalah keseluruhan proses pemberian motivasi bekerja kepada

para bawahan sedemikian rupa pada mereka mau bekerja secara ikhlas agar

tercapai organisasi dengan efisien dan ekonomis. 10

Menurut penulis pelaksanaan adalah proses penerapan suatu kegiatan

yang telah disusun secara matang dan terarah yang dilakukan oleh individu

maupun kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Adapun pelaksanaan

dalam penelitian ini adalah proses penerapan program tahfidz di SMPN 1

Meurah Dua Pidie Jaya. Dimana program ini telah disusun secara sistematis

dan terarah oleh pemerintah kabupaten Pidie Jaya

2. Program

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI)arti kata program

adalah rancangan mengenai asas serta usaha (dalam ketatanegaraan,

perekonomian dan sebagainya) yang akan dijalankan. 11 Secara umum

program dapat didefinisikan sebagai rencana atau rancangan kegiatan yang

akan dilaksanakan. Sedangkan definisi program secara khusus adalah suatu

unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan perwujudan atau penerapan dari

suatu kebijakan, berlansung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi

dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

10
Siti Hertanti dkk., Pelaksanaan Program Karang Taruna dalam Upaya Meningkatkan
Pembangunan di Desa Cintaratu Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran, Vol. 5, No. 3,
Agustus 2019, Diakses pada tanggal 21 Juni 2022.
11
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008), h. 291.
9

Program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan, maka program

adalah sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya

satu kali tetapi berkesinambungan.12 Program menurut Halim dan Supomo

adalah kegiatan satu organisasi dalam jangka panjang dan taksiran jumlah

sumber yang akan dialokasikan untuk setiap program, yang umumnya disusun

sesuai dengan jenis atau kelompok produk yang dihasilkan. 13

Menurut penulis program merupakan suatu rencana atau rancangan

suatu kegiatan yang akan dilaksanakan oleh individu maupun kelompok untuk

mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Adapun program dalam

penelitian ini adalah rancangan pemerintah Pidie jaya berupa sebuah kegiatan

Tahfidz yang dilaksanakan di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya.

3. Al-Quran

Secara etimologi Al-Quran berasal dari kata qara’a-yaqra’u yang

berarti membaca. Sedangkan Al-Quran sendiri adalah bentuk mashdar dari

qara’a yang artinya bacaan. Qara’a juga berarti mengumpulkan atau

menghimpun. Sesuai namanya, Al-Quran juga berarti himpunan huruf-huruf

dan kata-kata dalam suatu ucapan yang rapi.14 Pengertian Al-Quran menurut

istilah adalah kitab yang diturunkan kepada Rasulullah SAW yang ditulis

dalam mushaf dan diriwayatkan secara mutawatir tanpa keraguan. Dan Al-

Quran yaitu bacaan/kumpulan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi

12
Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 2-
3.
13
Siti Hertanti dkk., Pelaksanaan Program Karang Taruna dalam Upaya Meningkatkan
Pembangunan di Desa Cintaratu Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran, Vol. 5, No. 3,
Agustus 2019, Diakses pada tanggal 21 Juni 2022.
14
Zaki Zamani, Syukron Maksum, Metode Cepat Menghafal Al-Quran, (Yogyakarta: Al-
Barokah, 2014), h. 13.
10

Muhammad melalui Malaikat Jibril sebagai petunjuk manusia hidup di

dunia. 15

Secara istilah, Muhammad dalam kitabnya, Kaifa Tahafadhul Quran,

seperti dikutip oleh Achmad Yaman Syamsuddin, mendefinisikan Al-Quran

adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui

Malaikat Jibril, yang diawali dengan surah Al-Fatihah dan di akhiri surah An-

Nas.16 Al-Quran didefinisikan sebagai kalam Allah yang merupakan mukjizat

yang diturunkan atau diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, ditulis

dalam sebuah mushaf, dan diriwayatkan secara mutawatir yaitu dari Allah

melalui Malaikat Jibril, serta membacanya merupakan suatu ibadah. 17

Secara khusus Al-Quran menjadi nama bagi sebuah kitab yang

diturunkan kepada Muhammad SAW. Maka, jadilah ia sebagai sebuah

identitas diri. Sebutan Al-Quran tidak terbatas pada sebuah kitab dengan

seluruh kandungannya, tapi juga bagian daripada ayat-ayatnya juga

dinisbahkan kepadanya. Maka, jika anda mendengar satu ayat Al-Quran

dibaca misalnya, anda dibenarkan mengatakan bahwa si pembaca tersebut

membaca Al-Quran.18

Menurut penulis Al-Quran adalah kitab suci umat islam yang berasal

dari Allah diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai mukjizat melalui

perantara Malaikat Jibril untuk disampaikan kepada umat manusia sebagai

pedoman dan petunjuk hidup.

15
Sucipto, Tahfidz Al-Quran Melejitkan Prestasi, (Sidoarjo: Guepedia, 2020), h. 14.
16
Zaki Zamani, Syukron Maksum, Metode Cepat…, h. 20.
17
Abdul Chaer, Perkenalan Awal dengan Al-Quran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), h. 1.
18
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, (Jakarta Timur: Pustaka
al-Kautsar, 2015), h. 16-17.
11

4. Tahfidz Al-Quran

Tahfidz berasal dari kata َ ‫ظا –يُ َح ِِّفظُ – َحفه‬


‫ظ‬ ً ‫تَحْ ِف ْي‬ yang berarti

menghafal. 19 Kata tahfidz berasal dari bahasa Arab yang berarti memelihara,

menjaga dan menghafal. 20 Tahfidz secara etimologi merupakan lawan dari

kata lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia dikatakan bahwa hafal berarti telah masuk ke dalam ingatan

(tentang pelajaran). Dan dapat diucapkan kembali diluar kepala (tanpa melihat

teks). Menghafal berarti berusa meresapkan ke dalam pikiran agar selalu

ingat.21

Menghafal Al-Quran adalah suatu proses untuk menjaga dan

memelihara Al-Quran diluar kepala (mengingat) dengan baik dan benar sesuai

syarat dan tata cara yang sudah ditentukan. Menghafal Al-Quran adalah

langkah awal untuk memahami kandungan ilmu-ilmu Al-Quran yang

dilakukan setelah proses membaca dengan baik dan benar.22 Menurut Abdul

Aziz Abdul Rauf, menghafal Al-Quran adalah proses mengulang sesuatu baik

dengan membaca maupun dengan mendengar. Pekerjaan apapun jika sering

diulang maka akan terhafal. Dengan demikian, menghafal Al-Quran adalah

meresapkan huruf-huruf, ayat-ayat, dan surat-surat dalam Al-Quran ke dalam

pikiran dengan cara mengulang-ulang baik dengan membaca atau mendengar

yang tujuannya agar selalu ingat.23 Menurut penulis tahfidz Al-Quran adalah

19
Eko Aristanto, Syarif Hidayatullah, Ike Kusdyah Rachmawati, Taud Tabungan Akhirat,
(Jawa Timur: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019), h. 10.
20
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 2005, h. 105.
21
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008), h. 291.
22
Tika Kartika, ”Manajemen Pembelajaran Tahfidz Al-Quran Berbasis Metode Talaqqi”.
Jurnal Islamic Education Manajemen, 2019, 245-256. DOI: 10.15575/isema. V4i2.5988.
23
Abu Maskur, “Pembelajaran Tahfidz Al-Quran pada Anak Usia Dini”. Jurnal
Pendidikan Islam, Vol. 1, No. 02 2018, h. 189.
12

kegiatan atau proses mengingat dan menghafal ayat-ayat Al-Quran untuk

menjaga keasliannya dan mengindari kepalsuan agar tidak hilang dari ingatan

yang dilakukan dengan cara membaca atau mendengar secara berulang-ulang

Adapun Tahfidz Al-Quran dalam penelitian ini berarti sebuah kegiatan

atau program dari Perbup Pidie Jaya nomor 6 tahun 2018 tentang Pendidikan

Berkarakter Islami(PBI) yang dilaksanakan oleh siswa di SMPN 1 Meurah

Dua Pidie Jaya untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran.

5. Pembelajaran

Secara etimologis, pembelajaran sering disebut dengan instruction

(bahasa Inggris) dan ta’alum (bahasa Arab), yang berarti sebagai upaya untuk

membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya

(effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan kearah pencapaian

tujuan yang telah direncanakan.24 Pembelajaran adalah upaya untuk

mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar, sehingga mereka dapat

memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang di harapkan, atau upaya

untuk membelajarkan siswa. 25 Menurut Corey, pembelajaran adalah suatu

proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk

memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-

kondisi khusus, atau menghasilkan respon dalam kondisi tertentu.

Pembelajaran adalah bagian terpenting dari pendidikan.26 Menurut Dimyati

dan Mudjiono, pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam

24
Ahmad Zayadi dan Abdul Majid, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
Berdasarkan Pendekatan Kontekstual (Jakarta: Rajawali Press, 2013), h. 8.
25
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 4.
26
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 61.
13

memberi pengetahuan, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang

menekankan pada penyediaan sumber belajar. 27

Mohamad Surya mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu proses

yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 28 Menurut penulis

pembelajaran adalah proses pendidikan berupa upaya memberikan bantuan

dan pengarahan oleh guru untuk siswa agar mendapat ilmu dan pengetahuan

dan membantu siswa agar dapat belajar dengan baik dan maksimal. Adapun

pembelajaran dalam penelitian ini adalah upaya untuk mengarahkan peserta

didik ke dalam proses belajar membaca Al-Quran.

F. Kajian Terdahulu

Penelitian ini ditunjang oleh beberapa penelitian terdahulu , yaitu untuk

dijadikan tolak ukur dan perbandingan untuk membedakan dengan apa yang akan

ditulis oleh peneliti dengan penelitian terdahulu. Adapun kajian terdahulu yang

relevan adalah sebagai berikut:

1. Skripsi Dedi Indra Setiawan dengan judul “Pelaksanaan Kegiatan Tahsin

Al-Qur’an dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran

Mahasiswa di Ma’had Sunan Ampel Al-Aly Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang”. Skripsi ini menggunakan pendekatan

kualitatif, dan metode pengumpulan datanya adalah observasi,

27
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), h. 29.
28
Mohamad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Bandung: Pustaka Bani
Quraisy, 2014), h. 7.
14

wawancara, dan dokumentasi, sedangkan untuk analisisnya skripsi ini

menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini adalah Tahsin Al-

Qur’an itu bertujuan untuk memperdalam teori Al-Quran yang

berhubungan dengan tajwid, sifatul huruf, makhorijul huruf, gharaibul Al-

Quran, dan juga pembelajaran lagu untuk melantunkan bacaan Al-Quran,

menambah kecintaan mahasantri terhadap kalam illahi yaitu Al-Quran.

Kemudian metode yang diterapkan dalam pembelajaran Tahsin Al-Quran

adalah metode drill, metode ceramah dan metode klasikal baca simak.

Adapun kendala-kendala dalam pembelajaran tahsin Al-Quran meliputi

kurangnya alat bantu peraga, ketika hari jumat kegiatan tidak kondusif,

kurangnya pemahaman tentang tujuan tahsin, jumlah mahasantri yang

banyak, kehadiran muhassin, tidak adanya silabus dan buku pedoman.

Dari penelitian tersebut sebenarnya tidak jauh berbeda dengan penelitian

yang akan peneliti lakukan yaitu sama-sama difokuskan pada kajian Al-Quran.

hanya saja yang membedakan disini adalah penelitian yang dilakukan oleh Dedi

Indra Setiawan pada tahun 2015 ini meneliti tentang kegiatan Tahsin Al-Quran di

Ma’had Sunan Ampel Al-Aly Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Malang, sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah tentang

pelaksanaan program tahfidz dalam pembelajaran Al-Quran di SMPN 1 Meurah

Dua Pidie Jaya.

2. Skripsi Zainuddin dengan judul “Efektifitas pelaksanaan Program

Halaqah dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa membaca Al-Qur’an di

SMAS Fajar Hidayah Aceh” pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini
15

adalah pendekatan deskriptif kualitatif,dengan jenis penelitian lapangan.

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa program halaqah dibagi menjadi tiga

jenjang, yaitu jenjang pertama, jenjang kedua dan jenjang ketiga.

Pengajaran halaqah di SMAS Fajar Hidayah menggunakan beberapa

metode pembelajaran, diantaranya adalah metode ceramah, metode

demonstrasi, dan metode penugasan. Hasil kemampuan membaca Al-

Quran siswa secara umum meningkat menjadi lebih baik.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Zainuddin dengan penelitian

yang akan dilakukan oleh peneliti pada saat ini adalah sama-sama difokuskan

pada kajian Al-Quran. yang membedakan disini adalah penelitian yang dilakukan

oleh Zainuddin meneliti tentang program Halaqah dan seberapa efektif program

halaqah tersebut dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran siswa di

SMAS Fajar Hidayah sedangkan penelitian yang akan dilakukan pada saat ini

adalah meneliti tentang bagaimana pelaksanaan program Tahfidz dalam

pembelajaran Al-Quran pada siswa di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya.

3. Skripsi Muhammad Hafidz dengan judul “Pelaksanaan Program Tahfidz

Al-Quran di Pondok Pesantren Ar-Riyadh 13 Ulu Palembang” skripsi ini

menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan hasil penelitian ditemukan

bahwa program tahfidz Al-Quran di Pesantren Ar-Riyadh merupakan

program ekstrakulikuler dan kegiatan tersebut berjalan dengan cukup baik,

namun pada proses muraja’ah perlu diwajibkan pada seluruh santri dan

perlu tambahan pembimbing dalam pelaksanaan tahfidz Al-Quran,

kemudian faktor pendukung program tahfidz di Pesantren Ar-Riyadh


16

berupa fisik dan psikis yang baik, dukungan penuh dari pesantren, reward

atau piagam, serta fasilitas seperti Al-Quran, kartu menghafal, dan ruangan

khusu santri tahfidz, sedangkan faktor penghambatnya berupa rasa malas

pada santri, dan kurangnya waktu untuk menghafal dan muraja’ah.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Hafidz dengan

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti pada saat ini adalah sama-sama

difokuskan pada kajian Al-Quran. yang membedakan disini adalah penelitian

yang dilakukan oleh Muhammad Hafidz meneliti tentang program Tahfidz yang

dilaksanakan di Pesantren Ar-Riyadh yang siswanya sudah mampu dan lancar

dalam membaca Al-Quran sedangkan penelitian yang akan dilakukan pada saat ini

adalah meneliti tentang pelaksanaan program tahfidz di sekolah umum yang

siswanya masih belum mampu dan lancar dalam membaca Al-Quran.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dimaksudkan untuk memudahkan dalam

memahami permasalahan dan pembahasan. 29 Maka penulisan penelitian ini

menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB 1 Pendahuluan, adapun dalam bab ini terdiri dari 7 sub bab yaitu:

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

definisi operasional, penelitian sebelumnya yang relevan dan sistematika

pembahasan.

29
Ridwan, Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian, (Bandung: Alfabeta,
2013), h. 164.
17

BAB II Landasan Teori, adapun dalam bab ini peneliti mencoba

mengungkapkan tentang tahfidz Al-Quran dan pembelajaran Al-Quran.

BAB III Metodologi Penelitian, memuat tentang Pendekatan dan Metode

Penelitian, Kehadiran Peneliti di Lapangan, Lokasi Penelitian, Subyek Penelitian,

Instrumen Pengumpulan Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data.

BAB IV Hasil Penelitian, memuat tentang gambaran umum lokasi

penelitian dan hasil penelitian berupa pelaksanaan kegiatan tahfidz Al-Quran, dan

kendala-kendala dalam kegiatan tahfidz Al-Quran.

BAB V Penutup, adapun dalam bab ini terdiri dari dua bagian yaitu

kesimpulan dan saran.


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tahfidz Al-Quran

1. Pengertian dan Keutamaan Tahfidz Al-Quran

Secara bahasa, tahfidz Al-Quran terdiri dari dua kata yaitu tahfidz dan

Al-Quran yang keduanya memiliki arti yang berbeda. Kata tahfidz artinya

menghafal dan memiliki kata dasar hafal yang berasal dari bahasa Arab

hafidza-yahfadzu-hifdzan yaitu lawan dari lupa atau selalu ingat. Kata

menghafal berasal dari kata hafal yang memiliki dua makna yaitu telah masuk

dalam ingatan (tentang pelajaran), dan dapat mengucapkan di luar kepala

(tanpa melihat catatan). Adapun arti menghafal adalah berusaha meresapkan

ke dalam pikiran agar selalu ingat.30

Menurut bahasa, Al-Quran berasal dari bahasa Arab dari kata qara-a

yang artinya membaca. Beberapa ulama berbeda pendapat mengenai definisi

Al-Quran. Menurut Imam Syafi’i, lafadz Al-Quran itu bukan musytaq yaitu

bukan pecahan dari akar kata manapun dan bukan pula berhamzah yaitu tanpa

ada tambahan huruf hamzah di tengahnya, sehingga membaca lafadz Al-

Quran dengan tidak membunyikan kata “a”. Maka dari itu menurut Imam

Syafi’i lafadz tersebut sudah lazim digunakan dalam pengertian kalamullah

yang diturunkan kepada nabi Muhammad melalui malaikat Jibril.

Menurut pendapat Imam Syafi’i, lafadz Al-Quran bukan berasal dari

akar kata qara-a yang artinya membaca. Karena jika akar katanya berasal dari

30
Sakinah Assegaf, Meraih Prestasi Belajar dengan Tahfidz Al-Quran, (Penerbit A-
Empat, 2020), h. 78.
18
19

kata qara-a yang artinya membaca maka setiap sesuatu yang dibaca dapat

dinamakan sebagai Al-Quran, sedangkan menurut Caesar E. Farah bahwa Al-

Quran in a literal sesnse means “ recication, reading” yang artinya adalah

bahwa Al-Quran dalam sebuah ungkapan literal berarti ucapan, bacaan.31

Menurut Mana’ Kahlil al-Qattan, bahwa lafadz Al-Quran berasal dari kata

qara-a yang artinya mengumpulkan dan menghimpun. Berarti qira’ah yaitu

menghimpun huruf-huruf dan kata-kata yang satu dengan yang lainnya ke

dalam suatu ucapan yang tersusun dengan rapi sehingga Al-Quran adalah

bentuk masdar dari kata qara-a yang artinya dibaca.

Pengertian Al-Quran menurut istilah adalah kitab yang diturunkan

kepada Rasulullah SAW yang ditulis dalam mushaf dan diriwayatkan secara

mutawatir tanpa keraguan. Dan Al-Quran yaitu bacaan/kumpulan firman

Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril

sebagai petunjuk manusia hidup di dunia. 32 Setelah melihat definisi tahfidz

dan Al-Quran di atas dapat disimpulkan bahwa tahfidz Al-Quran adalah

proses untuk memelihara, menjaga dan melestarikan kemurnian Al-Quran

yang diturunkan kepada Rasulullah SAW diluar kepala agar tidak terjadi

perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga dari kelupaan baik secara

keseluruhan maupun hanya sebagian. Berarti dapat disimpulkan bahwa

menghafal Al-Quran ialah berusaha meresapkan bacaan/kumpulan firman

Allah ke dalam pikiran agar selalu ingat.33

31
Sucipto, Tahfidz Al-Quran Melejitkan Prestasi, (Sidoarjo: Guepedia, 2020), h. 13.
32
Sucipto, Tahfidz Al-Quran..., h. 14.
33
Sucipto, Tahfidz Al-Quran..., h. 13-14.
20

Menurut peneliti tahfidz Al-Quran adalah kegiatan atau proses

mengingat dan meresapkan ke dalam pikiran ayat-ayat Al-Quran untuk

menjaga keasliannya dan menghindari kepalsuan agar tidak hilang dari

ingatan. Menurut Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi dalam bukunya yang

berjudul Revolusi Menghafal Al-Quran mengatakan bahwa ada beberapa

keutamaan yang diperoleh oleh para hafidz Quran, antara lain adalah sebagai

berikut:34

a. Allah SWT mencintai para penghafal Al-Quran

Rasulullah SAW bersabda:

: ‫َّللاِ؟ قَا َل‬


‫سو َل ه‬ ِ ‫ِإ هن ِ هّلِلِ أَ ْهلِينَ ِمنَ النه‬
ُ ‫ َم ْن ُه ْم يَا َر‬: ‫اس قَالُوا‬
‫َاص‬
ِّ ‫َّللاِ َوخ‬ ِ ‫أَ ْه ُل ْالقُ ْر‬
‫آن ُه ْم أَ ْه ُل ه‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia,
para sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah? ”Rasul
menjawab, “Para ahli Al Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan
hamba pilihan-Nya”(HR. Ahmad)

Para ahli Allah adalah golongan manusia yang paling dicintai oleh

Allah SWT. Allah mencintai mereka karena mereka mencintai kalam-

Nya, senantiasa menyertai dan membacanya pada siang dan malam hari

serta mereka menghafalkannya dalam dada mereka.

b. Allah SWT menolong para penghafal Al-Quran

Sesungguhnya Allah SWT bersama para penghafal Al-Quran. Dia

senantiasa mengulurkan bantuan dan pertolongannya kepada mereka.

34
Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Revolusi Menghafal Al-Quran, (Surakarta: Insan
Kamil, 2011), h. 31-39
21

c. Al-Quran memacu semangat dan membuat lebih giat beraktivitas

Al-Quran merupakan kitab yang indah. Setiap kali seorang

muslim membacanya, niscaya akan bertambah semangat dan

keaktifannya. Ketika shalat, dia termasuk diantara orang-orang yang

paling dulu sampai ke masjid.

d. Allah SWT memberkahi para penghafal Al-Quran

Sesungguhnya Allah SWT memberkahi setiap waktu dan

keperluan para penghafal Al-Quran. Ketika mereka sibuk dengan Al-

Quran pada siang dan malam hari mereka, Allah SWT akan memberkahi

waktu demi waktu yang mereka lalui, meskipun mereka sibuk dengan

menghafal, membaca, dan murajaah (mengulang) Al-Quran.

e. Selalu menemani Al-Quran merupakan salah satu sebab mendapat

pemahaman yang benar

Sesungguhnya Al-Quran adalah kitab Allah SWT. Setiap kali

seorang muslim membacanya, mencintai dan menghafalkannya maka

Allah SWT akan mengaruniakan kepadanya pemahaman yang benar.

Pemahaman yang benar adalah nikmat dari Allah SWT.

f. Doa ahli Al-Quran ( Hafidz Quran) tidak tertolak

Seorang yang banyak berdzikir kepada Allah SWT tidak tertolak,

sedang orang-orang yang hafal Al-Quran, mereka adalah orang yang

paling banyak berdzikir kepada Allah.


22

g. Orang yang hafal Al-Quran adalah orang yang memiliki perkataan

yang baik

Perkataan Rasulullah SAW memiliki pengaruh yang besar dalam

hati, perkataan yang menggugah semangat (motivasi), indah dan menarik.

Itu semua karena akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Quran.

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa ada

beberapa keutamaan yang diperoleh oleh para penghafal Al-Quran

diantaranya yaitu dicintai oleh Allah SWT, akan selalu diberi pertolongan

oleh Allah ketika berada dalam kesulitan, memacu semangat dan lebih aktif

dalam beribadah, diberi keberkahan hidup oleh Allah SWT, mendapat

pemahaman yang benar, doa penghafal Al-Quran akan di makbul oleh Allah

SWT, dan penghafal Al-Quran memiliki perkataan yang baik.

2. Syarat-syarat Tahfidz Al-Quran

Menghafal Al-Quran adalah kegiatan yang mulia, tetapi menghafal Al-

Quran tidak semudah membalikkan telapak tangan, oleh sebab itu ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan sebelum menghafal

Al-Quran agar tidak terlalu berat. Ada beberapa hal yang harus dipenuhi

sebelum seseorang memasuki periode menghafal Al-Quran yaitu:35

a. Mampu mengosongkan pikiran dari hal-hal yang menggagnggu proses

menghafal

Mengosongkan pikiran dari hal-hal yang akan mengganggu proses

menhafal merupakan hal yang penting. Dengan kondisi seperti ini akan

35
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, Mencintai Al-Quran, (Jakarta:
Gema Insani, 2006), h. 41.
23

mempermudah dalam proses menghafal Al-Quran karena pikiran akan

benar-benar fokus pada hafalan Al-Quran

b. Niat yang ikhlas

Niat adalah syarat yang paling penting dan paling utama dalam

masalah hafalan Al-Quran. Karena, apabila seseorang melakukan sebuah

perbuatan tanpa dasar mencari keridhaan Allah SWT semata, maka

amalannya hanya akan sia-sia belaka.

c. Izin dari orang tua

Semua anak yang hendak mencari ilmu atau menghafal Al-Quran ,

sebaiknya terlebih dahulu meminta izin kepada kedua orang tua dan

kepada suami (bagi wanita yang sudah menikah). Karena, hal tersebut

akan menentukan dan membantu keberhasilan dalam meraih cita-cita

untuk mengahafal Al-Quran.

d. Sabar

Keteguhan dan kesabaran merupakan faktor-faktor yang sangat

penting bagi orang yang sedang dalam proses menghafal Al-Quran. Hal

tersebut dikarenakan dalam proses menghafal Al-Quran akan banyak

sekali ditemukan berbagai macam kendala.

e. Istiqamah

Yang dimaksud dengan istiqamah adalah konsisten, yaitu tetap

menjaga keteguhan dalam menghafal Al-Quran. Dengan kata lain

penghafal harus senantiasa menjaga terus menerus dan tepat terhadap

waktu untuk menghafal Al-Quran


24

f. Menjauhkan diri dari maksiat dan perbuatan tercela

Perbuatan maksiat dan tercela adalah suatu perbuatan yang harus

dijauhi bukan saja oleh orang yang sedang menghafal Al-Quran namun

oleh semua umat muslim umumnya. Karena keduanya mempengaruhi

terhadap perkembangan jiwa dan mengusik ketenangan hati, sehingga

akan menghancurkan istiqamah dan konsentrasi yang telah terbina dan

terlatih sedemikian bagus.

g. Mampu membaca dengan baik

Sebelum penghafal Al-Quran memulai hafalannya, hendaknya

penghafal mampu membaca Al-Quran dengan baik dan benar, baik dalam

tajwid maupun dalam makharijalhurufnya.

3. Metode dan Strategi Pencapaian Tahfidz Al-Quran

Secara Bahasa metode berasal dari bahasa Yunani metodos yang

berasal daridua suku kata yaitu: metha yang bermakna melalui atau melewati

dan hodos yang berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan yang dilalui untuk

mencapai tujuan.36 Metode adalah seperangkat langkah yang harus

dilaksanakan yang tersusun secara sistematis dan logis. 37 Jadi metode adalah

cara atau jalan yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Menghafal Al-Quran memiliki tahapan atau langkah yang harus dilaksanakan

secara sistematis. Ada empat langkah yang harus dilaksanakan dalam

menggunakan metode tahfidz Al-Quran yaitu:

36
Abu Ahmad dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka
Setia, 2005), h. 23.
37
Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar
Siswa, (Yogyakarta: Deepublish, 2017), h. 176.
25

a. Merefleksi, yaitu mengamati materi yang sedang dipelajari, dari segi

tulisan, tanda baca dan syakalnya

b. Mengulang, yaitu membaca atau mengikuti secara berulang-ulang apa

yang di ajarkan oleh pengajar

c. Meresitasi, yaitu mengulang secara mandiri untuk menunjukkan

perolehan dari hasil belajar yang telah dipelajari

d. Retensi, yaitu ingatan yang telah dimiliki mengenai apa yang telah

dipelajari yang bersifat permanen. 38

Menurut Achsin al-hafidz mengatakan ada beberapa metode yang

digunakan dalam menghafal Al-Quran antara lain:

a. Metode Wahdah

Metode wahdah yaitu metode menghafal satu persatu ayat yang

akan dihafalkan untuk mencapai hafalan awal setiap ayat akan dibaca

secara berulang-ulang sebanyak sepuluh kali atau lebih sehingga proses

ini akan membentuk pola dalam ingatannya. Setelah benar-benar terhafal

baru kemudian dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan proses yang

sama.

b. Metode Khitabah

Khitabah mempunyai arti menulis. Metode khitabah yaitu metode

menghafal dengan cara menuliskan terlebih dahulu ayat-ayat yang akan

dihafalkan, kemudian ayat tersebut dibaca hingga benar dan lancar

bacaannya, lalu dihafalkan. Metode ini cukup praktis dan baik, karena

38
Zuhairinidan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
(Malang: UM PRESS, 2004), h. 76
26

selain dibaca dengan lisan, aspek visual menulis juga akan membantu

mempercepat terbentuknya pola dalam ingatan.

c. Metode Sima’i

Metode sima’i yaitu metode menghafal dengan mendengarkan

suatu bacaan kemudian dihafalkan. Metode ini sangat efektif bagi

penghafal yang memiliki daya ingat ekstra, terutama bagi penghafal yang

mempunyai daya ingat ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra atau

anak-anak yang masih dibawah umur yang belum mengenal baca tulis Al-

Quran. Metode ini dapat dilaksanakan dengan dua alternative berikut:

1) Mendengar dari guru yang membimbingnya, terutama bagi

penghafal tunanetra atau anak-anak. Dalam hal ini guru lebih

berperan aktif, sabar, dan teliti dalam mebacakan ayat-ayat yang

akan dihafalkan, sehingga penghafal mampu menghafal secara

sempurna.

2) Merekam ayat-ayat yang akan dihafalkan terlebih dahulu kedalam

pita kaset sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan penghafal.

Kemudian rekaman tersebut diputar untuk didengarkan secara

berulang-ulang.

d. Metode Gabungan

Metode ini adalah gabungan antara metode wahdah dan khitabah.

Hanya saja metode khitabah lebih memiliki fungsional terhadap uji coba

terhadap ayat yang dihafalkan. Maka dalam hal ini, setelah penghafal

selesai menghafalkan ayat, ia akan menuliskan ayat tersebut dengan baik,


27

sehingga mencapai nilai hafalan yang valid. Metode ini memiliki

kelebihan yaitu untuk memantapkan hafalan dengan memberikan kesan

visual yang baik bagi penghafal.

e. Metode Jama’

Metode jama’ adalah metode menghafal Al-Quran yang

dilaksanakan secara kolektif, yaitu ayat-ayat dihafalkan secara kolektif

dan dipimpin oleh seorang pembimbing. Selanjutnya pembimbing

membimbingnya dengan cara mengulang ayat-ayat tersebut. Setelah ayat

tersebut dibaca dengan baik dan benar, selanjutnya mereka akan

mengikuti bacaan pembimbing dengan sedikit demi sedikit melepaskan

mushaf Al-Quran. metode ini adalah metode yang baik untuk

dikembangkan, karena dapat menghilangkan kejenuhan dan juga

menghidupkan daya ingat terhadap ayat-ayat yang dihafalkannya. 39

f. Metode Talaqqi

Talaqqi adalah belajar secara lansung kepada seorang yang ahli

dalam membaca Al-Quran. Metode ini lebih sering dipakai orang untuk

menghafal Al-Quran, karena metode ini mencakup 2 faktor yang sangat

menentukan yaitu adanya kerjasama yang maksimal antara guru dan

murid. Metode talaqqi lebih bersifat privat atau dapat dilakukan tanpa

adanya lembaga sebagai media belajar. Uji kemampuan menghafal secara

otomatis menyatu dengan kegiatan pembelajaran.

39
Eko Aristanto, Syarif Hidayatullah dan Ike Rusdyah Rachmawati, Tabungan Akhirat
Perspektif Kuttab Rumah Quran, (Surabaya: Uwais Inspirasi Indonesia, 2009), h. 11-14.
28

g. Metode Jibril

Istilah metode jibril dilator belakangi perintah Allah Swt kepada

Nabi Muhammad Saw untuk mengikuti bacaan Al-Quran yang dibacakan

oleh Malaikat Jibril sebagai penyampai wahyu. Metode ini diambil dari

makna surat Al-Qiyamah ayat 18, yang intinya teknik taqlid-taqlid

(menirukan), yaitu penghafal menirukan bacaan pembimbing. Pada

metode ini juga diikuti dengan pemahaman terhadap isi kandungan ayat

yang diilhami oleh peristiwa turunnya wahyu secara bertahap yang

memberikan kemudahan kepada para sahabat untuk menghafalnya dan

memaknai makna-makna yang terkandung didalamnya.

h. Metode Isyarat

Metode isyarat yaitu sebuah metode dimana seorang pembimbing

memberikan gambaran terhadap ayat-ayat Al-Quran. Setiap kata dalam

ayat-ayat Al-Quran memiliki suatu isyarat. Makna ayat dipindahkan

melalui gerakan-gerakan tangan yang sangat sederhana. Dengan cara ini

anak dengan mudah memahami setiap ayat Al-Quran dan bahkan dengan

mudah menggunakan ayat-ayat tersebut dalam percakapan sehari-hari.

i. Metode Takrir

Metode ini diambil dari istilah takrir yang artinya mengulang-

ulang. Prinsip dari memori ini adalah dengan bahwa dengan mengulang-

ngulang maka informasi yang masuk kedalam pikiran lansung masuk ke

memori jangka panjang. Metode ini didasarkan pada kenyataan bahwa di

dalam penyimpanan informasi di dalam gudang memori ada yang


29

memiliki daya ingat teguh, sehingga menyimpan informasi dalam waktu

lama, meskipun tidak atau jarang diulang, sementara yang lain

memerlukan pengulangan secara berkala bahkan terus-menerus.

Pengulangan materi pada metode ini dapat dibimbing oleh guru secara

klasikal. 40

j. Metode Sorogan

Metode sorogan berasal dari kata sorog (jawa) yang berarti

menyodorkan kitab ke depan kyai atau asistennya. 41 Metode sorogan

adalah sebuah sistem belajar dimana santri maju satu persatu untuk

membaca dan menguraikan isi kitab atau al quran dihadapan seorang guru

maupun kyai. 42 Sebagai adalah cara mengajar satu per kepala, yaitu setiap

santri mendapat kesempatan tersendiri untuk memperoleh secara lansung

dari kyai. 43

Ada beberapa strategi yang bisa diterapkan bagi lembaga pendidikan

islam yang mengelola program tahfidz Al-Quran yaitu:

a. Memperbaiki dan menyempurnakan manajemen tahfidz Al-Quran.

Mengaktifkan dan memperkuat peran instruktur tahfidz dalam

membimbing dan memotivasi siswa penghafal Al-Quran.

40
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal al quran, (Jakarta: Bumi Aksara,
2005), h. 20.
41
Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga
Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 2001), h. 108.
42
Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), h. 150.
43
Hasbulla, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Lintasan Sejarah Pertumbuhan
Perkembangannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h. 145.
30

b. Menyempurnakan mekanisme dan metode yang diterapkan oleh guru

Tahfidz.

Masing-masing metode memiliki kelemahan dan kelebihan, sehingga

penggunaan metode yang bervariasi bisa saling melengkapi dan

menghilangkan kebosanan. Selain itu, penggunaan beberapa metode

berpeluang memperkuat hafalan. Dalam penggunaan metode secara

bergantian, sebaiknya dilakukan secara berurutan dan terencana dengan baik.

Misalnya untuk materi harian sebelum siswa menyetorkan hafalan ayat yang

baru kepada guru secara face to face, terlebih dahulu harus mengulang (takrir)

yang disimak secara lansung oleh guru. Hal ini harus dilakukan secara

istiqamah, terencana, dan terjadwal. Ada beberapa strategi yang diberikan

oleh beberapa orang dalam menghafal Al-Quran antara lain dengan

menggunakan 10 jurus hebat hafal Al-Quran yang didalamnya termuat isi

sebagai berikut:

a. Tiga puluh menit menghafal setiap hari

b. Mulai menghafal dengan juz yang mudah

c. Ulangi membaca 25 kali, pasti terhafal

d. Setorkan hafalan pada guru/teman

e. Gunakan satu mushaf saja ketika menghafal

f. Selalu membawa Al-Quran untuk menghafal

g. Menjaga shalat berjamaah

h. Lancarkan dulu hafalan sebelumnya, baru menambah hafalan baru

i. Perhatikan ayat-ayat yang mirip


31

j. Ikuti Musabaqah Hifzil Quran44

Adapun kiat menjaga hafalan Al-Quran adalah dengan mengulang-

ulangi hafalan yang pernah dihafalkan. Oleh karena itu setelah menghafal

maka yang perlu mendapat perhatian dari seorang penghafal Al-Quran adalah

mempertahankan hafalan. Untuk mempertahankan hafalan, ada cara yang

disebut muraja’ah atau takrir (mengulang-ulang hafalan). Pada prinsipnya

orang yang hafal Al-Quran tidak boleh lupa dan melupakan hafalannya. Kalau

itu terjadi maka sia-sialah proses menghafal yang ia lakukan. Namun

begitulah yang terjadi, ada orang yang dulunya hafal Al-Quran dengan lancar,

kini tidak lagi, atau banyak dari hafalannya yang hilang karena tidak rajin

melakukan muraja’ah.

Berikut metode muraja’ah dalam proses menghafal maupun setelah

menghafal sebagaimana yang disampaikan oleh K.H Muhaimin Zen:

a. Muraja’ah sambil menghafal

1) Muraja’ah sendiri, semakin banyak hafalan maka harus semakin

banyak pula waktu yang digunakan untuk mengulang hafalan.

2) Muraja’ah di dalam shalat

3) Muraja’ah bersama

4) Muraja’ah kepada guru atau muhaffizh

b. Muraja’ah setelah menghafal

1) Metode Fami Bi Syauqin’ secara harfiyah berarti lisanku selalu

dalam kerinduan

44
Umar al-Faruq, 10 Jurus Dahsyat Hafal Al-Quran, (Surakarta: Ziyad Books, 2014), h. 129.
32

2) Muraja’ah dalam shalat

3) Muraja’ah dengan cara penyimakan

4) Muraja’ah dengan mengkaji

5) Muraja’ah dengan menulis

6) Muraja’ah dengan alat bantu45

Menurut peneliti untuk menjaga hafalan Al-Quran agar tidak hilang

dari ingatan diperlukan kegiatan muraja’ah yaitu mengulang-ulang hafalan,

muraja’ah adalah kegiatan yang sangat penting dalam proses menjadi

penghafal Al-Quran. muraja’ah hafalan Al-Quran dilakukan dalam proses

menghafal maupun setelah menghafal. muraja’ah bisa dilakukan sendiri,

bersama, di dalam shalat, dengan menulis maupun muraja’ah kepada guru.

Dalam menghafal Al-Quran cara yang paling ampuh dalam menjaga hafalan

adalah dengan melakukan Muraja’ah atau pengulangan-pengulangan hafalan

yang sudah disetorkan kepada guru/ustadz atau teman.

Ada 3 klasifikasi kriteria penghafal Al-Quran antara lain sebagai

berikut:

a. Penghafal yang Zhalim

Ini adalah penghafal yang sangat dicela, tidak mampu menjadikan

ayat Al-Quran yang telah dihafal sebagai petunjuk hidupnya. Golongan

ini disebut dalam Al-Quran sebagai golongan yang paling rugi. “dan kami

turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi

45
Umar Al-Faruq, 10 Jurus Dahsyat Hafal Al-Quran, (Surakarta: Ziyad Books, 2014), h.
134-141.
33

orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada

orang-orang yang zalim selain kerugian”

b. Penghafal Muqtashid

Penghafal yang belum mampu beramal sempurna berdasar ayat

yang telah dihafal, baru sekedarmengulang dan menerapkan untuk

pribadi. Adapula yang memahami golongan ini sebagai “pertengahan

amal” yang sebanding antara shaleh dan salahnya.

c. Penghafal yang mampu berbagi (shabiqun bil khairat)

Ini adalah golongan terbaik dari golongan ahli Al-Quran. Selain

hafal, golongan ini juga mampu berbagi dan mengamalkan ayat-ayat yang

telah dihafal, dengan izin Allah SWT.46

4. Evaluasi Program Tahfidz Al-Quran

Evaluasi program adalah upaya mengumpulkan informasi mengenai

suatu program, kegiatan, atau proyek. Informasi tersebut dapat berguna dalam

mengambil suatu keputusan, di antaranya untuk memperbaiki program,

menyempurnakan kegiatan program lanjutan, maupun menghentikan suatu

program atau kegiatan tersebut.47 Evaluasi program merupakan upaya untuk

mengetahui efektivitas suatu komponen program yang mendukung

ketercapaian tujuan program.48

46
Adi Hidayat, Muslim Zaman Now 30 Hari Hafal Al-Quran Metode At-Taisir, (Bekasi
Selatan: Institut Quantum Akhyar, 2018), h. 32-33.
47
Sudjana, Djudju, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, Untuk Pendidikan
Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),
h. 39.
48
Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan, Pedoman
Teoritis Praktis bagi Praktisi Pendidikan. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h. 17.
34

Dengan adanya evaluasi yang dilakukan, maka dapat diketahui faktor

pendukung dan penghambat apa saja yang dapat mendukung berjalannya

suatu program tersebut. Sebagaimana yang disampaikan oleh Widoyoko,

Evaluasi program adalah kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan secara

cermat untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan atau keberhasilan suatu

program dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing komponennya,

baik terhadap program yang sedang berjalan maupun program yang telah

berlalu.49

Dengan demikian, evaluasi program tidak hanya usaha mengumpulkan

informasi dan membandingkan suatu kegiatan yang ada dengan suatu standar

tertentu akan tetapi juga memutuskan keberlanjutan dari suatu kegiatan untuk

merubah, menambahkan atau menghentikannya dengan melihat tingkat

efektivitas yang mendukung tujuan suatu program.

Adapun tujuan evaluasi program adalah: 50

a. Memberi masukan untuk perencanaan program. Hasil evaluasi ini

dapat membantu pengelola program tahfidz dalam melakukan

perencanaan kembali program tahfidzul Quran dari hasil tindak lanjut

pada pelaksanaan program tahfidzul Quran sebelumnya.

b. Memberi masukan untuk modifikasi program. Hasil evaluasi ini dapat

membantu pengelola tahfidz mengetahui hambatan apa saja yang

selama ini dialami dan apa yang menjadi pendukung program tahfidz

dengan melakukan modifikasi atau perbaikan yang mendalam untuk

49
Widokoyo, Eko Putro, Evaluasi Program Pembelajaran, Panduan Praktis bagi
Pendidik dan Calon Pendidik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), h. 9-10.
50
Sudjana, Djudju, Evaluasi Program..., h. 36-37.
35

keberhasilan pencapaian tujuan program tahfidz dan menindaklanjuti

hasil evaluasi dari program tersebut.

c. Memperoleh informasi tentang faktor pendukung dan penghambat

program. Dengan adanya informasi tersebut dapat membantu program

tahfidz dalam melaksanakan kegiatan yang membantu pelaksanaan

program menjadi lebih baik serta dapat mengurangi hambatan-

hambatan yang terjadi sebelumnya.

d. Memberi masukan untuk motivasi, pembinaan pengelola dan

pelaksanaan program yang bertujuan untuk menemukan dan

menyajikan data yang berkaitan dengan pengawasan, supervisi, dan

monitoring kegiatan dalam pengelolaan dan pelaksanaan program.

Hasil evaluasi ini dapat membantu program tahfidz untuk melakukan

pembinaan kepada pengelola tahfidz dan melaksanakan program

tahfidz yang lebih baik daripada sebelumnya.

Dari beberapa tujuan tersebut, Suharsimi dan Cepi Safruddin membagi

tujuan evaluasi program menjadi dua komponen yaitu tujuan umum dan

tujuan khusus.51 Tujuan umum dari evaluasi program diketahui dari seberapa

efektifnya suatu program yang dilaksanakan. Adapun tujuan khusus dari

evaluasi program adalah ingin mengetahui seberapa tinggi kinerja masing-

masing komponen sebagai faktor penting yang mendukung kelancaran proses

dan pencapaian tujuan. Dengan adanya tujuan dalam evaluasi, dapat

ditemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta

51
Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan, Pedoman
Teoritis Praktis bagi Praktisi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h. 19.
36

didik dalam mengikuti program tahfidz yang terlaksana sehingga pengelola

tahfidz dapat menemukan cara-cara perbaikannya dalam melaksanakan

program tahfidz tersebut.52

B. Pembelajaran Al-Quran

1. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Al-Quran

Pembelajaran secara bahasa berarti proses, cara, menjadikan orang

atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran secara istilah berarti upaya

pendidik atau guru untuk membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan

belajar.53 Pembelajaran merupakan proses perubahan tingkah laku atau

penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,

mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Belajar adalah

sesuatu yang dihasilkan dari pengalaman dengan lingkungan, yang di

dalamnya terjadi hubungan anrata stimulus dan respon. Hasil dari belajar

tersebut adalah berupa penambahan pengetahuan, keterampilan dan

perubahan sikap.

Proses belajar merupakan proses yang melalui bermacam-macam

ragam pengalaman dan mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan

tertentu. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid yang

mendorong motivasi yang kontinu. Proses belajar berlangsung secara efektif

apabila pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan

kematangan murid. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

52
Rusdiana dan Yeti Heryati, Pendidikan Profesi Keguruan (Menjadi Guru Inspiratif dan
Inovatif), (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), h. 259.
53
Halid Hanafi, La Adu dan Zainuddin, Ilmu Pendidikan Islam, (Deepublish: 2018), h.
469.
37

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses

pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta

pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,

pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar

dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia

serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai

pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi

yang berbeda.

Pengertian Al-Quran menurut K. H. Munawwar Khalil adalah firman

Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang bersifat mukjizat

dengan sebuah surat dari padanya yang beribadat bagi yang membacanya. Al-

Quran adalah kitab suci yang terakhir diturunkan Allah SWT dengan

berbahasa Arab melalui lisan Nabi Muhammad secara berangsur-angsur yaitu

selama 22 tahun 2 bulan dan 22 hari. Al-Quran sebagai kunci dan kesimpulan

dari semua kitab suci yang pernah diturunkan Allah SWT kepada nabi-nabi

dan rasul-rasul yang diutus Allah sebelum Nabi Muhammad SAW.

Al-Quran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan

suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tidak ada satu bacaan

pun sejak manusia mengenal tulisan dan bacaan sekitar lima ribu tahun yang

lalu yang dapat menandingi Al-Quran. Al-Quran adalah petunjuk kehidupan

manusia dan obat segala penyakit kehidupan sosial manusia. Al-Quran

diperuntukkan bagi umat islam yang telah dipilih oleh Allah sebagai umat
38

terbaik di antara umat-umat lainnya. Al-Quran berfungsi sebagai penjelas

perkara dunia dan agama serta berisi tentang peraturan-peraturan umat dan

way of life-nya yang kekal hingga akhir zaman.

M. Khudhari Umar mengemukakan pendapat tentang pengertian Al-

Quran sebagai berikut : Al-Quran adalah kalam Allah yang tiada

tandingannya (mukjizat) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW

sebagai penutup para nabi dan rasul, dengan perantara Malaikat Jibril, ditulis

dalam mushaf-mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta

mempelajarinya merupakan suatu ibadah, dimulai dari surah Al-Fatihah dan

diakhiri dengan surah An-Naas. Kesimpulannya pembelajaran Al-Quran

adalah proses menambah pengetahuan, keterampilan dan merubah sikap

peserta didik melalui kegiatan belajar Al-Quran yaitu berupa membaca dan

menghafal ayat Al-Quran dengan tartil, baik dan benar sesuai dengan kaidah

tajwid yang berlaku. 54

Menurut peneliti, pembelajaran Al-Quran adalah proses yang yang

dilalui peserta didik dalam mempelajari Al-Quran agar tidak terjadi kesalahan

dalam membaca Al-Quran yang dibimbing oleh ahlinya. Menurut An-

Nahlawi tujuan jangka pendek pembelajaran Al-Quran adalah mampu

membaca dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid,

memahami dan mengamalkannya dengan baik. Di sini terkandung segi

ubudiyah dan ketaatan kepada Allah, mengambil petunjuk dari kalam-Nya,

54
Sri Belia Harahap,Strategi Penerapan Metode Ummi dalam Pembelajaran Al Quran,
(Surabaya: Scopindo Media Pustaka, 2020), h. 8-10.
39

taqwa kepada-Nya dan tunduk kepada-Nya. Menurut Mardiyo tujuan

pembelajaran Al-Quran diantaranya adalah:

a. Siswa bisa membaca Al-Quran dengan sempurna baik dari segi

kecepatan harakat, saktah (tempat-tempat berhenti), membunyikan

huruf-huruf dengan makhrajnya dengan persepsi maknanya.

b. Siswa paham makna Al-Quran dan membekas dalam jiwanya

c. Siswa bisa menghadirkan rasa khusyu dan tenang jiwanya serta takut

kepada Allah

d. Membiasakan siswa membaca pada mushaf dan memperkenalkan

istilah-istilah yang tertulis baik waqaf, mad, dan lain sebagainya.

Dapat di ambil kesimpulan bahwa tujuan dari pembelajaran adalah

mengarahkan peserta didik kepada hal yang akan dicapai. Dimana dalam

proses pembelajaran seorang guru berupaya mengarahkan siswa yang diberi

materi dan di akhir proses tersebut seorang guru berusaha untuk mengarahkan

siswa agar dapat menguasai materi sehingga tercapai tujuan yang diharapkan,

yang mempunyai kemampuan nantinya. Tujuan pembelajaran Al-Quran yang

dikemukakan oleh Mardiyo adalah sebagai berikut:

a. Kemantapan membaca sesuai dengan syarat-syarat yang telah

ditetapkan dan menghafal ayat-ayat atau surat-surat yang mudah bagi

mereka

b. Kemampuan memahami Al-Quran secara sempurna memuaskan akal

dan mampu menenangkan jiwa

c. Menumbuhkan rasa cinta dan keagungan al quran dalam jiwanya


40

d. Pembinaan pendidikan agama islam kepada anak berdasarkan

sumbernya yang utama yaitu Al-Quran

Tujuan pembelajaran Al-Quran menurut Mahmud Yunus adalah

Sebagai berikut:

a. Menjaga Al-Quran dan membaca serta melihat isinya untuk dijadikan

petunjuk dan pengajaran bagi kehidupan manusia di dunia.

b. Mengingat hukum agama yang tertuang dalam Al-Quran, serta

menguatkan dan mendorong manusia untuk berbuat kebaikan dan

menjauhi kemungkaran

c. Mengharap keridhaan dari Allah swt.

d. Mengamalkan akhlak mulia dengan mengambil ibrah dan pelajaran

yang terkandung dalam Al-Quran

e. Menanamkan dan menumbuhkan perasan keagamaan dalam hati,

sehingga bertambah keimanan dan kedekatan dengan Allah swt.55

2. Dasar Hukum Pembelajaran Al-Quran

Mempelajari Al-Quran hukumnya adalah fardhu kifayah, namun untuk

membacanya memakai ilmu tajwid secara baik dan benar merupakan fardhu

‘ain, jika terjadi kesalahan dalam membaca Al-Quran maka termasuk dosa.

Untuk menghindari dari dosa tersebut, maka umat muslim dituntut untuk

selalu belajar Al-Quran pada ahlinya.

Dalam sebuah hadis diterangkan:

ُ‫َخي ُْر ُك ْم َم ْن تَعَله َم اْلقُ ْرآنَ َو َعله َمه‬


55
Sri Belia Harahap, Strategi Peneapan Metode Ummi dalam Pembelajaran Al-Quran,
(Surabaya: Scopindo, 2020), h. 13.
41

Artinya: “Sebaik-baiknya dari kamu sekalian ialah orang yang mempelajari


(belajar) Al-Quran dan mau mengajarkannya.”(HR Bukhari). 56

Membaca Al-Quran adalah salah satu ibadah teragung diantara

ibadah-ibadah yang ada. Setiap huruf yang dibaca maka dinilai 10 kebaikan

oleh Allah. Sebagai seorang muslim tidak hanya dituntuk untuk membacanya

saja. Akan tetapi hendaknya juga harus bisa membacanya dengan baik dan

benar sebagimana yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW. Untuk

mengetahui bagaimana cara Rasulullah SAW. membaca Al-Quran maka perlu

mempelajari ilmu tajwid. Dengan ilmu inilah kita dapat memperbaiki bacaan

kita sesuai kaidah-kaidah membaca Al-Quran yang baik dan benar 57

3. Adab dan Metode Pembelajaran Al-Quran

Dalam membaca Al-Quran ada sopan santun yang harus diketahui

oleh setiap orang yang hendak membaca Al-Quran. Di antara sopan santun

dalam membaca Al-Quran adalah sebagai berikut :

a. Pembaca Al-Quran menghadap kiblat

b. Menggosok gigi atau membersihkan gigi untuk mengagungkan Al-

Quran Suci dari hadas kecil dan hadas besar

c. Menyucikan pakaian dan badan dari segala najis

d. Membaca Al-Quran dalam keadaan khuyu, tafakur, dan tadabbur

(merenungkan isi kandungan Al-Quran)

e. Hendaklah hati pembaca Al-Quran memperhatikan dan berbekas (apa

yang dibacanya berbekas di hati kita) dan pembaca harus menjauhkan

56
Otong Surasman, Metode Insani : Kunci Praktis Membaca Al-Quran Baik dan Benar,
(Jakarta: Gema Insani, 2002), h. 19-20.
57
Siti Nur Aidah, Panduan Lengkap Belajar Ilmu Tajwid, (Jogjakarta: Penerbit KBM
Indonesia, 2020), h.1-2.
42

diri serta meninggalkan ucapan atau perkataan selain yang Al-Quran

(dilarang berbicara bila orang lain sedang membaca Al-Quran)

f. Disunnahkan membaca Al-Quran itu disertai dengan menangis

bilamana ada ayat yang menyangkut ayat azab (siksaan), apabila

tidak bisa, maka usahakan bisa menangis

g. Menghiasi bacaan Al-Quran dengan suara yang bagus, apabila tidak

bisa maka hendaklah tetap menjaga bacaan Al-Quran sesuai dengan

ilmu tajwid

h. Tidak membaca Al-Quran sambil tertawa, tidak pula bermuka

masam, dan tidak melihat atau memperhatikan kepada hal lain selain

Al-Quran yang sedang dibaca, tetapi merenungkan isinya dan

mengingat pesan-pesan yang terkandung dalam Al-Quran.58

Metode pembelajaran Al-Quran adalah cara atau jalan yang harus

dilalui dalam proses belajar mengajar Al-Quran dengan tujuan agar dapat

membaca dan mempelajari Al-Quran dengan baik dan benar sesuai dengan

kaidah tajwid. 59 Di Indonesia, ada banyak metode yang dapat digunakan

untuk belajar membaca Al-Quran bagi pemula, ada lima metode yang cukup

popular digunakan di Indonesia, yaitu:

a. Metode Qiraati

Secara bahasa qiraati berarti bacaanku yang berasal dari bahasa

Arab dan merupakan kata dasar atau masdar. Masdar yang di sandarkan

pada Ya Mutakalim, artinya bacaanku. Secara ilmu nahwu, dapat

58
Otong Surasman, Metode..., h.20-21.
59
Ahmad Syaifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Quran,
(Depok: Gema Insani, 2008), h. 81
43

menakdirkan atau dapat menyembunyikan. Contoh: iqra qiraati artinya

bacalah bacaanku. Dapat juga diartikan khabar dari mubtada yang

disembunyikan seperti hadzihi qiraati (inilah bacaanku), dan dapat juga

dijadikan mubtada, khabarnya dibuang seperti qiraati hadzihi (bacaanku,

ini bukunya).

Meskipun qiraati berarti bacaanku, namun secara lebih jelasnya

bahwa qiraati merupakan nama salah satu metode membaca Al-Quran

yang tujuan utamanya sama dengan metode-metode yang lain, namun ciri

khas metode ini adalah lebih menekankan pada bacaan. 60 Secara istilah

metode qiraati adalah suatu model dalam belajar membaca Al-Quran yang

secara langsung (tanpa dieja) dan menggunakan atau menerapkan

pembiasaan membaca tartil sesuai dengan kaidah tajwid. Ada dua hal

yang mendasari dari definisi metode qiraati, yaitu membaca Al-Quran

secara langsung dan pembiasaan dalam membaca tartil sesuai kaidah ilmu

tajwid.

Membaca Al-Quran secara lansung atau tanpa dieja, maksudnya

adalah huruf yang ditulis dalam bahasa Arab dibaca secara lansung tanpa

diuraikan cara melafalkannya. Pembelajaran membaca Al-Quran dengan

menggunakan metode qiraati adalah pembelajaran dengan menggunakan

kalimat yang sederhana, sesuai dengan kebutuhan dan tingkat materi.

Target utama dari metode qiraati adalah pelajar dapat secara lansung

mempraktekkan bacaan-bacaan al quran secara bertajwid. Menurut Imam

60
Abu Bakar Dachlan, Pak Dachlan Pembaharu dan Bapak Al-Quran, (Semarang:
Yayasan Pendidikan Al-Quran Raudhatul Mujawwidin ), cet.1, h. 62.
44

Murjito dalam bukunya yang berjudul Pedoman metode praktis

pengajaran ilmu baca Al-Quran qiraati mengatakan bahwa metode qiraati

merupakan metode pembelajaran dalam Al-Quran yang menekankan

bacaan yang baik serta benar, meliputi makharijul huruf washifatuha,

bacaan tartil serta kaedah-kaedah yang berlaku dalam ilmu tajwid. 61

Metode qiraati ini banyak digunakan di suatu taman pendidikan

Al-Quran karena di anggap sebagai salah satu metode baca tulis Al-Quran

yang paling praktis dan efektif. Dengan menggunakan metode qiraati,

maka pembelajaran baca tulis Al-Quran bisa dilakukan dengan mudah.

Penerapan metode qiraati dalam membaca Al-Quran harus di terapkan

secara tartil dan dengan memperhatikan kaidah ilmu tajwid. 62

Metode baca Al-Quran qiraati ditemukan oleh Dachlan Salim

Zarkasyi (w. 2001 M) dari Semarang, Jawa Tengah. Metode yang

disebarkan sejak awal 1970-an, ini memungkinkan anak-anak

mempelajari Al-Quran secara cepat dan mudah. 63 Menurut peneliti

metode qiraati adalah metode pembelajaran Al-Quran yang menekankan

pada bacaan, tanpa dieja dan dengan memperhatikan kaedah-kaedah ilmu

tajwid sehingga menghasilkan bacaan yang baik dan benar.

61
Imam Murjito, Pedoman Metode Praktis Pengajaran Ilmu Baca Al-Quran Qiraati,
(Semarang: Koordinator Pendidikan Al-Quran, 2000), h. 8.
62
Akhmad Buhaiti, Cutra Sari, Modul Pembelajaan Al-Quran, (Serang: A-Empat, 2021),
h. 15.
63
Shabri Shaleh Anwar, Quality Student Of Muslim Achievement:Kualitas Anak Didik
dalam Islam, (Yayasan Doa Para Wali, 2016), h. 126.
45

b. Metode Iqra’

Kata iqra’ berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti bacalah.

Allah SWT memerintahkan umatnya untuk membaca, untuk itu

menjalankan perintah Allah SWT merupakan keharusan bagi setiap umat

muslim di dunia. Adapun perintah Allah SWT salah satunya dengan

membaca Al-Quran. Kata iqra’ merupakan ayat pertama dalam surat Al-

Alaq, pada ayat tersebut jelas sudah pengertian kata iqra’ sendiri yang

berarti bacalah. Umat islam diperintahkan oleh Allah SWT untuk

membaca, jelas dalam surat Al-Alaq ini Allah menyuruh umatnya untuk

membaca. Salah satunya membaca Al-Quran, karena membaca Al-Quran

juga merupakan suatu nilai ibadah bagi umat muslim karena dalam setiap

huruf yang dibaca akan mendapatkan pahala dari Allah SWT.

Menurut As’ad Humam, metode iqra’ adalah salah satu metode

belajar membaca Al-Quran yang disusun secara praktis dan sistematis,

sehingga memudahkan setiap orang untuk belajar maupun mengajarkan

membaca Al-Quran.64 Secara istilah metode iqra’ adalah suatu metode

yang menekankan lansung pada pelatihan membaca yang dimulai dari

tingkat yang paling sederhana, tahap demi tahap sehingga sampai pada

tahap yang paling sempurna. Pembelajaran dalam metode ini, lebih

cenderung kepada ingatan huruf, sehingga tidak perlu menghafal. Sampai

As’ad Humam, Buku Iqra, Cara Cepat Belajar Al-Quran, ( Yogyakarta: Balai Litbang
64

LPTQ Nasional Team Tadarus AMM Yogyakarta, 2000), h. 1.


46

sekarang metode ini diterapkan hampir di semua lembaga pendidikan Al-

Quran.65

Metode ini disusun oleh As’ad Humam dari Yogyakarta yang

menurut pengakuannya telah meneliti metode tersebut sejak tahun 50-an.

Metode iqra’ adalah metode pembelajaran membaca huru-huruf hijaiyah

dari permulaan dengan disertai aturan bacaan, tanpa makna dan tanpa

lagu dengan tujuan agar pembelajar dapat membaca Al-Quran sesuai

dengan kaidahnya. Metode iqra’ adalah metode cepat belajar membaca

Al-Quran yang dalam waktu relative singkat dapat dengan mudah

mengantarkan santri, remaja, dan orang dewasa bisa membaca Al-

Quran.66

Menurut peneliti metode iqra’ adalah suatu metode pembelajaran

Al-Quran yang telah tersusun secara sistematis dimulai dari tingkatan

paling rendah secara bertahap hingga sampai kepada tahap paling

sempurna, metode ini lebih menekankan pada ingatan huruf tanpa perlu

menghafal.

c. Metode Tilawati

Tilawati menurut kamus al-Munawwir adalah diambil dari bahasa

Arab tilawatun yang berarti pembacaan. Secara istilah metode tilawati

merupakan metode belajar membaca Al-Quran yang disampaikan

menggunakan lagu rost dan secara seimbang antara pembiasaan melalui

65
Nur’aini, Metode Pengajaran Al Quran dan Seni Baca Al Quran dengan Ilmu Tajwid,
(Jawa Tengah: CV. Pilar Nusantara, 2020), h. 26.
66
Akhmad Buhaiti, Cutra Sari, Modul Pembelajaran Al-Quran, (Serang: A-Empat, 2021),
h. 13.
47

pendekatan klasikal dan kebanaran membaca serta pendekatan individual

dengan baca simak. Metode tilawati dapat diartikan sebagai cara yang

digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan materi dengan

menggunakan bentuk tertentu, seperti ceramah, diskusi (halaqah),

penugasan dan lainnya. 67

Menurut Abdurrahim Hasan dalam bukunya yang berjudul

Strategi pembelajaran Al-Quran metode tilawati mengatakan bahwa

metode tilawati adalah metode belajar membaca Al-Quran yang

menggunakan nada-nada tilawah dengan pendekatan yang seimbang

antara pembiasaan melalui klasikal dan kebenaran membaca melalui

individual dengan teknik baca simak. 68 Metode tilawati adalah metode

membaca Al-Quran yang disusun pada tahun 2002 oleh tim terdiri dari

Hasan Sadzili, Ali Muaffa dkk. Kemudian dikembangkan oleh pesantren

virtual Nurul Falah Surabaya. Metode ini menekankan mengajarkan Al-

Quran kepada murid dengan pendekatan seni agar dalam belajar Al-Quran

akan lebih menyenangkan sehingga murid tidak merasa bosan saat

belajar.69

Tilawati menawarkan suatu sistem pembelajaran Al-Quran yang

mudah, efektif dan efisien demi mencapai kualitas bacaan, pemahaman

dan implementasi Al-Quran. Titik berat pendidikan tidak hanya pada

santri melalui munaqasah tapi juga pada guru/ ustadz dan ustadzah dibina.

67
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: LKIS, 2009), h. 91.
68
Abdurrahim Hasan, dkk, Strategi Pembelajaran Al-Quran Metode Tilawati, (Surabaya:
Pesantren Al-Quran Nurul Falah, 2010), h. 4.
69
Nur’aini, Metode Pengajaran..., h. 28.
48

Metode tilawati menggabungkan metode pengajaran secara klasikal dan

privat secara seimbang sehingga pengelolaan kelas lebih efektif. Ustadz

atau ustadzah dapat mengajari santri 15-20 orang tanpa mengurangi

kualitas. Waktu pendidikan santri menjadi lebih singkat dengan kualitas

yang diharapkan/ standar.70 Menurut peneliti metode tilawati adalah

metode pembelajaran Al-Quran yang menggunakan seni yaitu dengan

menggunakan nada-nada tilawah dan menggabungkan secara seimbang

antara pendekatan pembiasaan membaca secara klasikal dan kebenaran

membaca secara individual.

d. Metode Ummi

Ummi berarti “ibuku” berasal dari bahasa Arab dari kata Ummun

dengan tambahan ya’ mutakalim. Kita sebagai manusia harus

menghormati dan mengingat jasa Ibu. Tiada orang yang paling berjasa

pada kita semua kecuali orang tua kita terutama ibu. Ibulah yang telah

mengajrkan banyak hal kepada kita, juga mengajarkan pengetahuan pada

kita. Dalam pembelajaran membaca Al-Quran metode ummi

menggunakan sebuah pendekatan. Pendekatan itu adalah pendekatan

seorang ibu yang pada hakikatnya pendekatan seorang ibu ada 3 unsur

yaitu:

1) Direct Methode (Metode lansung): yaitu lansung dibaca tanpa

dieja/diurai tidak banyak penjelasan. Atau dengan kata lain

learning by doing, belajar dengan melakukan secara lansung.

70
Akhmad Buhaiti, Cutra Sari, Modul Pembelajaran Al-Quran, (Serang: A-Empat, 2021),
h. 14.
49

2) Repeatation (diulang-ulang): bacaan Al-Quran akan semakin

kelihatan keindahan, kekuatan, dan kemudahan ketika kita

mengulang-ulang ayat atau surat dalam Al-Quran. Begitu pula

seorang ibu dalam mengajarkan pengetahuan kepada anaknya.

Kekuatan, keindahan dan kemudahannya juga dengan mengulang-

ulang kata atau kalimat dalam situasi dan kondisi yang berbeda-

beda.

3) Kasih sayang tulus: kekuatan cinta, kasih sayang yang tulus, dan

kesabaran seorang ibu dalam mendidik anak adalah kunci

kesuksesannya. Demikian juga seorang guru yang mengajar Al-

Quran jika ingin sukses hendaknya meneladani seorang ibu agar

guru juga dapat menyentuh hati siswa mereka. 71

Secara istilah metode ummi adalah salah satu metode membaca

Al-Quran yang langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil

sesuai dengan kaidah ilmu tajwid dengan menggunakan pendekatan

bahasa ibu yang menekankan kasih sayang. Pendekatan yang dimaksud

adalah (direct metgode) atau pembahasan secara lansung dan tidak

banyak penjelasan, dilakukan secara berulang-ulang (repetition), dan

disampaikan dengan menggunakan kasih sayang yang tulus. 72 Metode

ummi merupakan sebuah metode yang digunakan dalam pembelajaran

membaca Al-Quran yang mudah, menyenangkan dan menyentuh hati,

yang diciptakan oleh ummi foundation. Kekuatan mutu yang dibangun

71
Modul Sertifikasi Guru Al-Quran Metode Ummi, (2015), h. 6.
72
Akhmad Buhaiti, Cutra Sari, Modul Pembelajaran Al-Quran dengan Metode Bismillah,
(Penerbit A-Empat, 2021), h. 14.
50

Ummi Faoundation ada dari 3 hal yaitu: Metode yang bermutu, guru yang

bermutu, sistem yang berbasis mutu, yaitu berkualitas baik. 73

Menurut Masruri dan Yusuf metode ummi adalah sebuah metode

yang praktis membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Sedangkan

menurut Tim Ummi Foundation metode ummi adalah metode yang paling

efektif dan menyenangkan karena dirumuskan oleh para ahli-ahli Al-

Quran yang dahulunya mereka pernah terlibat secara langsung dengan

pengajaran Al-Quran metode-metode yang lainnya seperti metode iqra,

metode qiraati dan lain sebagainya. Dari beberapa metode yang mereka

geluti, akhirnya tercetus sebuah metode yang labih praktis, mudah dan

menyenangkan bagi setiap peserta didik. 74 Menurut peneliti metode ummi

adalah metode pembelajaran Al-Quran yang praktis dengan lansung

mempraktekkan bacaan secara tartil tanpa banyak penjelasan dan

menggunakan pendekatan bahasa ibu yang penuh kasih sayang.

e. Metode An-Nahdliyah

Istilah An-Nahdliyah diambil dari sebuah organisasi sosial

keagamaan terbesar di Indonesia, yaitu NahdlatulIlama’ artinya

kebangkitan ulama’, dari kata Nahdlatul Ulama’ inilah kemudian

dikembangkan menjadi metode pembelajaran Al-Quran, yang diberi nama

Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Quran An-Nahdliyah. Metode An-

Nahdliyah lebih menekankan pada kesesuaian dan keteraturan dengan

73
Afdal, “Implementasi Metode Ummi dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-
Quran Siswa Kelas III B Ibnu Khaldun SD Al-Firdaus Islamic School Samarinda Tahun
Pembelajaran 2015/2016”, Jurnal Pendas Mahakam, Vol 1 (2016), h. 77.
74
Rokim, Wahyuni Ahadiyah, Lindah Zahrotul Muafah, Solusi Mudah dan Menyenagkan
Belajar Al-Quran, (Nawa Litera Publishing, 2021), h. 15-16.
51

ketukan. Ketukan di sini merupakan jarak pelafalan satu huruf dengan

huruf lainnya, sehingga dengan ketukan bacaan santri sesuai, baik

panjang dan pendeknya dari sebuah bacaan Al-Quran. 75

Jadi Metode An-Nahdliyah adalah salah satu metode pembelajaran

membaca Al-Quran yang lebih ditekankan pada kesesuaian dan

keteraturan bacaan dengan menggunakan ketukan atau titian muratal.

Ketukan di sini merupakan jarak pelafalan satu huruf dengan huruf

lainnya, sehingga dengan ketukan bacaan siswa sesuai baik panjang dan

pendeknya dari suatu bacaan Al-Quran.

Menurut Maksum Farid dalam bukunya mengatakan bahwa

metode An-Nahdliyah adalah salah satu metode membaca Al-Quran yang

lebih ditekankan pada kesesuaian dan keteraturan bacaan dengan

menggunakan ketukan. 76 Segala sesuatu memiliki kriteria atau ciri-ciri

yang dapat membedakan antara sesuatu dengan sesuatu yang lain, apalagi

suatu metode pembelajaran pastinya memiliki kriteria yang menjadi ciri

khas metode tersebut.Adapun kriteria khusus dari metode An-Nahdliyah

adalah sebagai berikut:

1) Materi pembelajaran disusun secara berjenjang dalam buku paket

6 jilid.

2) Pengenalan huruf sekaligus diawali dengan latihan dan

pemantapan makharijul huruf dan sifatul huruf

75
Idha Vera Sophya dan Saiful Mujab, Metode Baca Al-Quran, (Kudus: Elementary),
Vol.2/Juli-Desember 2014, h. 339.
76
Maksum Farid, dkk, Cepat Tanggap Belajar Al-Quran An-Nahdliyah, (Tulungagung:
LP. Ma’arif, 1992), h. 9.
52

3) Penerapan qaidah tajwid dilaksanakan secara praktis dan dipandu

dengan titian murattal

4) Santri lebih dituntut memiliki pengertian yang dipandu dengan

asas CBSA melalui pendekatan keterampilan proses.

5) Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara klasikal untuk

tutorial dengan materi yang sama agar terjadi proses musafahah

6) Evaluasi dilakukan secara kontinyu dan berkelanjutan

7) Metode ini merupakan pengembangan dari Qaidah Baqhdadiyah. 77

Ciri-ciri metode An-Nahdliyah di atas menunjukkan bahwa

metode ini memiliki kriteria khusus yang dapat membedakan dengan

metode yang lain, dan menunjukkan bahwa metode AN-Nahdliyah ini

dapat lebih unggul dari metode-metode pembelajaran Al-Quran yang lain.

Menurut peneliti metode An-Nahdliyah adalah metode pembelajaran Al-

Quran yang menggunakan ketukan atau jarak pelafalan antara satu huruf

dengan huruf berikutnya untuk kesesuaian dan keteraturan bacaan Al-

Quran.

4. Evaluasi Pembelajaran Al-Quran

Evaluasi membaca Al-Quran adalah upaya untuk mengetahui seberapa

besar keberhasilan dan kemampuan membaca apa yang tertulis dalam Al-

Quran sesuai dengan kriteria yang ada dalam ilmu tajwid. Ilmu tajwid

menurut bahasa adalah memperindah sesuatu. Sedangkan menurut istilah ilmu

tajwid adalah kaidah (makhraj dan sifatnya) serta tatacara membaca Al-Quran

77
Moh. Mungin Arief dan Khanan Muhtar, Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-
Quran Metode An-Nahdliyah, (Tulungagung: LP. Ma’arif NU, 1993), h. 10.
53

dengan baik dan benar.78 Menurut Depdiknas, evaluasi pembelajaran adalah

suatu usaha untuk mengumpulkan informasi secara berkala,

berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari

pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui

program kegiatan belajar siswa yang dijadikan dasar untuk menentukan

langkah-langkah selanjutnya.

Dapat diambil kesimpulan bahwa evaluasi pembelajaran Al-Quran

adalah suatu kegiatan untuk memperoleh, menganalisa, dan menafsirkan data

tentang proses dan hasil belajar siswa secara sistematis dan

berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna sebagai dasar

pembuatan keputusan. Adapun beberapa aspek yang dapat dievaluasi

diantaranya adalah:

a. Aspek akademis meliputi apa yang diketahui, dipahami dan tersimpan

dalam otak santri.

b. Aspek pemikiran meliputi kualitas penalaran, kerangka kerja

konseptual, penggunaan metode ilmiah dan pemecahan masalah serta

kemampuan menyusun argumentasi dalam memahami konsep Al-

Quran

c. Aspek keterampilan meliputi keterampilan menulis dan membaca,

keterampilan meneliti, keterampilan dalam mengorganisasi dan

menganalisa informasi sserta keterampilan teknik dan keterampilan

aplikasi ibadah sehari-hari.

78
Abu Zaki, Tuntunan Tahsin dan Kaidah Tajwid, (Pustaka Zaki), h. 4.
54

d. Aspek sikap meliputi sikap cinta Al-Quran, rajin shalat, suka belajar

komitmen untuk memegang teguh agama Allah dan sebaginya.

e. Aspek kebiasaan kerja meliputi melaksanakan shalat dengan tertip,

berdoa sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan dan sebagainya

yang secara menyeluruh mencakup penilaian ranah pengetahuan

(kognitif), sikap dan perilaku santri (afektif) dan keterampilan

(psikomotor).

Adapun tujuan evaluasi pembelajaran Al-Quran antara lain adalah:

a. Menjaga kualitas siswa dalam membaca Al-Quran

b. Meningkatkan kualitas siswa

c. menentukan kenaikan atau tidak ke tingkat selanjutnya 79

Menurut Suke Silverius dalam bukunya mengatakan bahwa secara

umum ada empat jenis evaluasi dalam pembelajaran Al-Quran, yaitu:

a. Evaluasi Penempatan

Evaluasi penempatan dalah tes yang mengukur siswa dan

mengetahui tingkat pengetahuan yang telah dicapai sehubungan dengan

pelajaran yang akan disajikan. Sehingga siswa dapat ditempatkan pada

kelompok yang sesuai dengan tingkat pengetahuannya.

b. Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan setiap kali

selesai mempelajari suatu unit pelajaran tertentu

79
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 245.
55

c. Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang digunakan untuk mengukur

atau menilai sampai dimana pencapaian siswa terhadap bahan pelajaran

yang telah diajarkan dan selanjutnya untuk menentukan kenaikan tingkat

atau kelulusan siswa yang bersangkutan

d. Evaluasi Diagnostik

Evaluasi diagnostik dalah evaluasi yang bertujuan untuk

mendiagnosa kesulitan belajar siswa untuk mengupayakan

perbaikannya. 80

80
Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, (Jakarta: 1991), h. 9.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak

diperoleh melalui prosedur kuantifikasi, perhitungan statistik, atau cara lain yang

menggunakan ukuran angka. Penelitian kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian

yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan pelaku yang dapat diamati. Kualitatif berarti sesuatu yang berkaitan

dengan aspek kualitas, nilai atau makna yang terdapat dibalik fakta. Kualitas, nilai

atau makna hanya dapat diungkapkan atau dijelaskan melalui linguistik, bahasa

atau kata-kata.81

Dalam penelitian ini peneliti akan mencoba mengkaji lebih mendalam

mengenai pelaksanaan program tahfidz Al-Quran di SMPN 1 Meurah Dua Pidie

Jaya. Oleh karena itu untuk memperoleh data dalam penelitian ini, yaitu gambaran

tentang pelaksanaan program tahfidz melalui penelitian kualitatif, maka dalam hal

ini peneliti akan melakukan wawancara kepada subyek penelitian.

B. Kehadiran Peneliti di Lapangan

Sesuai dengan metode penelitian ini, yaitu penelitian kualitatif maka

kehadiran peneliti di lapangan sangat penting dan diperlukan secara optimal.

Kehadiran peneliti dalam obyek penelitian sangat perlu dilakukan, karena dengan

kehadiran peneliti inilah akan diperoleh data yang sebenarnya tentang obyek

penelitian tanpa adanya penambahan-penambahan ataupun rekayasa. Kemudian,

81
Muh Fitrah, Luthfiyah, Metode Penelitian..., h. 44.

56
57

dengan kehadiran peneliti akan terjalin interaksi yang erat antara peneliti dan

obyek yang diteliti, sehingga hasil yang diperoleh benar-benar valid. Dalam

penelitian ini, kehadiran peneliti di latar penelitian adalah untuk menemukan dan

mengeksploitasi segala sesuatu yang terkait dengan fokus penelitian. Dalam hal

ini peneliti adalah sebagai pengamat penuh serta diketahui oleh subyek atau

informan.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih pada penelitian ini bertempat di SMPN 1 Meurah Dua

Pidie Jaya yang beralamat di Jalan Seunong, Km 0,5, Gampong Meunasah Bie,

Kecamatan Meurah Dua, Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh. Dalam penelitian

ini, peneliti akan mendapatkan sumber informan dari siswa maupun guru dari

SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya. Setelah peneliti mendapatkan informan, peneliti

mengadakan wawancara dengan guru dan siswa untuk menggali data dari

informan.

D. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah orang/subyek yang dituju untuk diteliti oleh

peneliti. Jika berbicara tentang subyek penelitian, sebanarnya kita bicara tentang

unit analisis, yaitu subyek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti. 82

Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai

narasumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. Sampel

82
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 145.
58

dalam penelitian kualitatif juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel

teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori. 83

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel

sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya

orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau

sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi

sosial yang diteliti. 84

Sampel sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya yang

memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses

enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga

dihayati.

2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada

kegiatan yang tengah diteliti.

3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi

4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil kemasannya

sendiri

5. Mereka yang pada mulanya tergolong cukup asing dengan peneliti

sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau

narasumber. 85

83
Sugiyono, Metode Penelitian..., h. 298.
84
Sugiyono, Metode Penelitian..., h. 301.
85
Sugiyono, Metode Penelitian..., h. 304.
59

Kriteria subyek dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Kepala sekolah SMPN 1 Meurah dua Pidie Jaya

2. Guru yang mengajar program tahfidz

3. Siswa yang mengikuti program tahfidz

4. Mengikuti program tahfidz

5. Bersedia menjadi subyek penelitian

E. Instrumen Penelitian

Menurut sugiyono instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan

untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Menurut purwanto

instrumen penelitian pada dasarnya adalah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam penelitian. Instrumen penelitian dibuat sesuai dengan

tujuan pengukuran dan teori yang digunakan sebagai dasar. Instrumen penelitian

dibuat untuk satu tujuan penelitian tertentu yang tidak bisa digunakan pada

penelitian yang lain, sehingga peneliti harus merancang sendiri instrumen yang

kan digunakan. Dalam penelitian ini instrumen penelitiannya berupa pedoman

wawancara dan pedoman observasi.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah langkah utama dalam suatu penelitian,

karena tujuan dari suatu penelitian adalah untuk mendapatkan data. Untuk

mendapatkan data yang relevan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan

teknik-teknik sebagai berikut:


60

1. Observasi

Observasi merupakan metode atau cara-cara menganalisi dan

mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan

melihat atau mengamati individu atau kelompok secara lansung. 86

Menurut peneliti observasi adalah mengamati suatu kejadian/kegiatan

dengan melakukan pencatatan untuk mendapatkan suatu informasi mengenai

kegiatan yang sedang diamati. Pada penelitian ini yang akan diobservasi

adalah proses pelaksanaan program tahfidz dari dimulai pembelajaran hingga

selesai dengan harapan peneliti mendapatkan gambaran bagaimana proses

pelaksanaan program tahfidz tersebut di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya.

2. Wawancara/Interview

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dimana peneliti atau

yang diberi tugas untuk pengumpulan data mengajukan pertanyaan kepada

narasumber. 87

Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada kepala sekolah,

guru yang mengajar program tahfidz dan siswa yang mengikuti program

tahfidz. Bentuk wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara semi terstruktur. Wawancara ini menggunakan pedoman

wawancara dimana peneliti mengajukan pertanyaan berdasarkan pedoman

wawancara yang telah disusun sebelumnya.

86
Basrowi, Suwandi, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 94.
87
Sugiyono, Metode Penelitian..., h. 188.
61

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Studi

dokumen adalah pelengkap dari penggunaan metode observasi dan

wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari observasi dan

wawancara akan lebih kredibel/dapat dipercaya jika didukung oleh sejarah

pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat,

dan autobiografi. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila

didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. 88

Menurut peneliti dokumentasi adalah proses pengumpulan informasi

yang berasal dari suatu catatan yang berbentuk tulisan, gambar, atau

arkeologis. Dalam penelitian ini peneliti akan mempelajari dokumen yang

berkaitan dengan program tahfidz yang diterapkan seperti silabus, buku

panduan, materi pembelajaran, absen, dan lain sebagainya.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Nasution

dalam buku Sugiyono menyatakan bahwa analisis telah dimulai sejak

merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan

berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. 89

88
Sugiyono, Metode Penelitian..., h. 326-327.
89
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), h. 246.
62

1. Analisis sebelum kelapangan

Penelitian kualitatif telah melakukan analisi data sebelum peneliti

memasuki lapangan. Analisi dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan,

atau data sekunder, yang digunakan untuk menentukan fokus penelitian.

Fokus penelitian ini masih sementara, dan akan berkembang setelah peneliti

masuk kelapangan.90

2. Analisi di lapangan

Analisis data telah dilakukan sejak pengumpulan data berlangsung,

pada saat observasi dan wawancara penulis sudah dapat menganalisis

terhadap apa yang ditemukan dari hasil wawancara. Miles dan Huberman

mengatakan aktifitas dalam analisi data kualitatif dilakukan dengan cara

interaktif dan berlangsung ecara terus menerus sampai tuntas, sehingga

datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data meliputi data reduction,

data display dan conclusion drawing/verification.

a. Data Reduction (Reduksi Data), yaitu merangkum, memilih hal-hal

pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya.

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada hal-hal yang

penting dan menghilangkan data-data yang dianggap tidak penting.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan dari data yang telah

didapatkan di lapangan. Kesemua data yang diperoleh di lapangan di

rangkum sesuai pertanyaan penelitian.

90
Sugiyono, Metode Penelitian..., h. 247.
63

b. Data Display (Penyajian Data). Langkah selanjutnya adalah

penyajian data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori, flowchart, dan sejenisnya. 91 Dengan menyajikan data, maka

akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan

kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

c. Conclusion Drawing/ Verification, yaitu penarikan kesimpulan dan

verifikasi. 92 Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat

yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Dengan

demikian, kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat

menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi

mungkin juga tidak, karena seperti yang dikemukakan bahwa

masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih

bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di

lapangan.

91
Sugiyono, Metode Penelitian..., h. 249.
92
Sugiyono, Metode Penelitian..., h. 252.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Profil Sekolah

SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya merupakan sekolah yang menjadi tempat

penulis melakukan penelitian yang terletak di jalan Seunong, KM 0,5 Gampong

Meunasah Bie Kecamatan Meurah Dua Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh.

Adapun sekolah ini didirikan pada tahun 1993 oleh bapak M. Rasyid Alamsyah,

S.Pd. selaku kepala sekolah pertama dengan masa jabatan sampai tahun 1996,

kemudian dilanjutkan oleh bapak Ilyas Ansari, S.Pd. sampai tahun 2000,

kemudian dilanjutkan oleh bapak Hasbi Afan, S.Pd. sampai tahun 2003, kemudian

dilanjutkan oleh bapak Muhammad. A. Md. Sampai tahun 2005, kemudian

dilanjutkan oleh bapak Drs. Anwar A. Gani sampai tahun 2010. Kemudian

dilanjutkan oleh ibu Ratnawati, S.Pd. sampai tahun 2014, kemudian dilanjutkan

oleh ibu Jamilah, S.Pd. sampai tahun 2019, kemudian dilanjutkan oleh bapak

Drs.Fadlullah sampai tahun 2020, kemudian dilanjutkan oleh bapak Muliadi,

S.Pd. sampai tahun 2021, dan terakhir dilanjutkan oleh ibu Ainol Mardhiah, S.Pd.

sampai sekarang.93

Adapun letak geografis sekolah SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya yaitu

sebagai berikut:

a. Sebelah barat berbatasan dengan kebun warga Meunasah Bie

b. Di sebelah timur berbatasan dengan jalan Seunong

c. Di sebelah selatan berbatasan dengan rumah warga Meunasah Bie


93
Dokumentasi SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya

64
65

d. Di sebelah utara berbatasan dengan SMAN 2 Meureudu.

Adapun SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya memiliki visi dan misi sebagai

berikut:

a. Visi

Mewujudkan sekolah yang Unggul, Aktif, Inovatif, Bersih, Alami dan

Religius.

b. Misi

1) Mengoptimalkan pembelajaran dalam rangka meningkatkan

keterampilan siswa supaya mereka memiliki prestasi Akademik

dan Non Akademik

2) Mengikuti setiap even yang dilaksanakan baik dilingkungan

internal sekolah maupun eksternal

3) Menjaga lingkungan sekolah yang asri, bersih dan alami.

4) Antusias terhadap perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

5) Menanamkan cinta kebersihan dan keindahan kepada semua


komponen sekolah.
6) Membiasakan pengamalan ajaran agama di lingkungan sekolah. 94

Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMPN 1 Meurah Dua

Pidie Jaya yaitu ruang belajar, ruang kepala sekolah, ruang guru, pepustakaan,

laboratorium, musalla, toilet dan tempat bermain. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

94
Dokumentasi SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya tahun 2022
66

Tabel 4.1 fasilitas sekolah SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya


Fasilitas sekolah Jumlah (unit) Luas (m2)
Ruang Kelas 10 630 m2
Ruang Pimpinan 1 12 m2
Ruang Guru 1 50 m2
Perpustakaan 1 70 m2
Laboratorium IPA Lama 1 150 m2
Laboratorium IPA Baru 1 150 m2
Tempat Beribadah 1 42 m2
Toilet 6 40 m2

Tempat Bermain/Berolahraga 1 100 m2

Sumber data: Dokumentasi SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya


Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa fasilitas yang dimiliki

oleh SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya belum lengkap, karena masih ada beberapa

fasilitas yang tidak dimiliki oleh SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya antara lain
Lklklk
seperti ruang UKS, Gudang, kantin, Lab Agama, Lab IPS, dan ruang

keterampilan.

Adapun keadaan guru dan karyawan yang ada di SMPN 1 Meurah Dua

Pidie jaya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.2 Nama-nama guru di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya


BIDANG
L STUDI
NO NAMA / NIP JABATAN KETERANGAN
/P

Ainol Mardhiah, S.Pd Kepala KEPALA


1 19721201 200604 2 003 P IPA
Sekolah SEKOLAH

Hj.Idarwati,S.Pd P Guru Tetap


2 IPS
196309051989032003
67

Iskandar,S.Pd L Guru Tetap


3 B.Inggris Kaur Kesiswaan
196505262007011005
P Pemenuhan Jam
Samsidar,S.Pd Guru Tetap
4 I PA ke SMP
'196808021998032005
Raudhatul Ulum

Munawar,S.Pd I L Guru Tetap


198205102009041004 Agama WAKIL
5
KEPALA

Surhayati,S.Pd I P Guru Tetap


6 197303142006042004 Agama

Khamsiah,S.Pd P Guru Tetap .B.Indonesia Kaur Kurikulum


7 197006082008012001

Pengelola Lab.
P Guru Tetap
8 Yuslaili,S.Pd IPA IPA
197908172008012001 wali kelas
Fitriani,S.Pd.I P Guru Tetap
9 Prakarya wali kelas
197904012008012001

Fitriani, S.Pd P Guru Tetap


10 Matematika
19840606 200804 2 001

Mulidawati,S.Pd P
11 Guru Tetap Penjaskes
198011261999052001

Wardiah,S.Pd.I
12 P Guru Tetap
197501152009042002

Liza Rahma,S.Pd
13 199107032019032001 P Guru Tetap .Matematika Bendahara

Nurul Wahyuni,S.Pd
14 198707272019032003 P Guru Tetap Matematika WALI KELAS
68

Mona Yusdiyani, S.Pd


199201261220202011
15 P guru tetap seni budaya WALI KELAS

Afnizar,S.Pd
Mns.Balek,10-10-1985
16 P Guru Bakti Ppkn

Fauziah,S.Pd.I
17 Mns.Kulam, 28 Juni P Guru Bakti Agama
1985

Munawir,S.Pd L Guru
Pt.Beureune,18 Oktober
18 1985 Penjaskes WALI KELAS
Honor
Daerah

Husnawati, S. Pd.I P
19 Manyang Lancok, 12 Guru Bakti Agama
Sept 1987

P
Kasmawati,S.Pd.I
20 Manyang Cut,29 Guru Bakti Agama
Desember 1988

Marzuki,S.Pd L
21 Dayah Pangwa, 24 Mei Guru Bakti Penjaskes
1974

Ismawati,S.Pd.I P
22 Beuracan,05 Guru Bakti B. Daerah
Januari1988

Hadi Yusni, S.Pd


Mns. Krueng, 14-09-
23 1981 P Guru Bakti B.Indonessia
69

Nilawati,S.Pd
24 Manyang Cut,28 - 10 - P Guru Bakti Ppkn
1979

Idawati,S.Pd
25 P Guru Bakti PPKN
Beunot,12 Mei 1986

Muliana,S.Pd
26 Mns.Balek,14 April P Guru Bakti Ppkn
1987

Aminah S.Pd.I
Reuleuet, 31 Oktober
27 1984 P Guru Bakti B.Daerah

Irna Dayanti, S.Pd P


28 Guru Bakti B. Inggris
Pidie,19 Juli 1991

Anisah,S.Pd P
29 Mamplam, 13 April Guru Bakti B.Daerah
1985

Rohaya, S.Pd P
30 Dayah Husen, 28 April Guru Bakti Agama
1990

Rahmayanti, S.Pd P
31 Gampong Blang, 12 Juli Guru Bakti seni budaya
1992

Sri Agustina,S.Pd.I
32 Glp. Tutong, 8 Agustus P Guru Bakti b. daerah
1985

Suwaibah,S.Pd
Rhieng Krueng, 18
33 P Guru Bakti Ppkn
Maret 1993

Risnawati,S.Pd
34 Langsa, 24 Desember P Guru Bakti b.indonesia
1993
70

Ulfah Fitriani,S.Pd
35 Guru Bakti Agama
Geunteng, 15 02 - 1996 P
Sri Wahyuni,S.Pd
36 P Guru Bakti IPS
Pidie,29 April 1994

Sulaiman, S.Pd
37 Lueng Bimba, 10-12- L Guru Bakti PPKN
1989

38 Tgk. Ulul Azmi, S.Pd. I L diniyah

39 tgk. Zulfahmi, S.Pd. I diniyah


L
40 Mawardi, S.Sos L Guru bakti
Sumber Data: Dokumentasi SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya

Keadaan siswa pada tahun ajaran 2022/2023 di SMPN 1 Meurah Dua Pidie

Jaya berjumlah 88 siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:95

Tabel 4.3 Jumlah siswa SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya


Tingkat Jumlah
Laki - laki Perempuan Jumlah
Kelas Kelas
Kelas VII
11 18 2 29

Kelas VIII 16 10 2 26

Kelas IX 17 16 2 33
Jumlah
44 6 88
44
Sumber Data: Dokumentasi SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya

95
Dokumentasi SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya tahun 2022
71

2. Profil Program Tahfidz

Program Tahfidz adalah program unggulan yang dikeluarkan oleh

pemerintah kabupaten pidie jaya untuk menindaklanjuti peraturan Bupati Pidie

Jaya nomor 6 Tahun 2018 tentang pendidikan berkarakter islami dan surat

keputusan BupatiPidie Jaya nomor 430 tahun 2019 tentang penetapan mata

pelajaran muatan lokal dan penumbuhan karakter islami pada satuan pendidikan

sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di kabupaten Pidie Jaya yaitu mata

pelajaran bahasa Aceh dan mata pelajaran karakter islami yaitu baca Al-Quran

dan tahfidz. Adapun tujuan dan target pencapaian program tahfidz adalah dalam 3

tahun siswa hafidz 2 juz Al-Quran (Juz 29 dan Juz 30) dengan rincian sebagai

berikut:

a. Tahun pertama (kelas VII): Hafidz juz 30 (Q.S. An-Naba sampai

dengan Q.S. An-Nas)

b. Tahun kedua (kelas VIII): Hafidz Q.S. Al-Jinn sampai dengan Q.S.

Al-Mursalat.

c. Tahun ketiga (kelas IX): Hafidz Q.S. Al-Mulk sampai dengan Q.S.

Nuh. 96

Adapun Strategi pembelajaran program Tahfidz Al-Quran adalah sebagai

berikut:

a. Tahfidz dilaksanakan dengan pembelajaran 2 jam pelajaran

perminggu

96
Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie Jaya, Kurikulum Tahfidz.
72

b. Dari alokasi waktu 2 jam pelajaran 40 menit untuk ziyadah

(menambah hafalan), dan 40 menit digunakan untuk

murajaah(mengulang hafalan).

c. Murajaah dipimpin oleh siswa yang ditunjuk dan diawasi oleh guru

d. Tiap siswa menggunakan Al-Quran untuk melaksanakan tahfidz

e. Tahfidz diajarkan oleh guru pendidikan agama islam di sekolah

f. Hafalan siswa di ceklist oleh guru setelah siswa menyetorkan

hafalannya.

g. Dilaksanakan musabaqah hifdzil Quran yang dilakukan secara perodik

pada tingkat sekolah.

h. Setiap tahun dinas pendidikan pidie jaya melaksanakan wisuda tahfidz

bagi siswa yang sudah mencapai target

i. Kegiatan wisuda didahului oleh pelaksanaan uji hafalan oleh sekolah

dan dinas pendidikan bagi siswa yang akan diwisuda. 97

Tabel 4.4 Praktik Pelaksanaan Pembelajaran Tahfidz


No Kriteria pengamatan
1 Mempersiapkan peserta didik secara psikis
dan fisik dengan berdoa

2 Mengkondisikan siswa untuk proses belajar


mengajar

3 Mengabsensi kehadiran siswa

4 Guru bersama-sama siswa membuka pelajaran


dengan lafaz basmallah dan doa

5 Motivasi

6 Guru memotivasi peserta didik dengan cerita

97
Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie Jaya, Kurikulum Tahfidz.
73

singkat, menampilkan video, membacakan


ayat tertentu
1. Apersepsi/kegiatan
awal 7 Guru memberitahu tujuan yang akan dipelajari
hari ini

8 Menyiapkan juz amma

9 Pre test untuk menjajagi pemahaman awal


siswa

10 Menjelaskan kompetensi yang akan dicapai

1 Peserta didik mengamati Q.S. Al-Qalam


ayat 1-20

2 Peserta didik menanyakan cara membaca


yang benar Q.S. Al-Qalam ayat 1-20

3 Peserta didik mencoba melafalkan Q.S. Al-


Qalam ayat 1-20

4 Guru mentalaqqi bacaan dan hafalan Q.S.


2. Kegiatan inti Al-Qalam ayat 1-20

5 Menghafal Q.S. Al-Qalam ayat 1-20 secara


berjamaah dengan takriron

6 Siswa mendemonstrasikan hafalan Q.S. Al-


Qalam ayat 1-20

7 Guru menyimak dan membenarkan yang


belum benar dengan tajwidnya

8 Memberikan penilaian

1 Melakukan refleksi pelaksanaan


pembelajaran dengan memberi bebrapa
pertanyaan tentang

2 Melaksanakan umpan balik dengan cara


memberi tugas kepada peserta didik secara
individu menentukan hukum bacaan nun
74

mati yang terdapat pada Q.S. Al-Qalam ayat


1-20

3 Tindak lanjut dengan mengarahkan siswa


untuk belajar di rumah untuk mengulang-
3. Kegiatan akhir ulang hafalan Q.S. Al-Qalam ayat 1-20

4 Memberi informasi kegiatan selanjutnya


dengan meminta kepada siswa untuk
menghafal Q.S. Al-Qalam ayat 1-20

5 Menutup pelajaran dengan lafaz al hamdalah


dan dilanjutkan dengan doa penutup secara
bersama-sama
Sumber Data: Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie Jaya, Kurikulum Tahfidz

Guru yang mengajar program Tahfidz adalah guru Pendidikan Agama

Islam. Adapun data guru Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Meurah Dua Pidie

Jaya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5 Data guru PAI di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya

No Nama Guru Ijazah/Jurusan Golongan/formasi

1 Munawar,S.Pd.I S-1 PAI 2006 PNS / Gol IV A

2 Surhayati, S.Pd.I S-1 PAI 2003 PNS / Gol IV A

3 Husnawati, S.Pd.I S-1 PAI 2012 Guru bakti

4 Kasmawati, S.Pd.I S-1 PAI 2012 Guru bakti

5 Ulfa Fitriani, S.Pd.I S-1 PAI2018 Guru bakti

Sumber data: Dokumentasi SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya


75

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah guru Pendidikan

Agama Islam di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya berjumlah 5 orang yang terdiri

dari 2 orang guru PNS dan 3 orang guru bakti. Adapun guru yang menjadi

pengajar Tahfidz berjumlah 2 orang guru PAI yang bernama Munawar, S.Pd.I.

dan Surhayati, S.Pd.I.

Siswa yang mengikuti program tahfidz adalah seluruh siswa SMPN 1

Meurah Dua Pidie Jaya dengan rincian jumlah siswa sebagai berikut:

Tabel 4.6 Jumlah Siswa program Tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya

JUMLAH MURID JUMLAH


KELAS
L P
VII 11 18 29
VIII 16 10 26
IX 17 16 33
JUMLAH 44 44 88
Sumber data: Dokumentasi SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang mengikuti

program tahfidz berjumlah 88 siswa, dengan rincian 44 siswa laki-laki dan 44

siswa perempuan.

Adapun dampak positif dari program Tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua

Pidie jaya antara lain:

a. Meningkatnya pengetahuan siswa mengenai ilmu tajwid, yang

sebelumnya siswa sama sekali tidak mengetahuinya.


76

b. Meningkatnya kemampuan membaca Al-Quran siswa, dari tidak bisa

membaca sama sekali menjadi bisa membacanya walaupun belum

lancar.

c. Siswa sudah bisa menghafal ayat-ayat pendek di juz 30.

Berikut merupakan hasil tes membaca Al-Quran pada siswa SMPN 1

Meurah Dua Pidie Jaya pada kelas VII, VIIIB dan IXB:

Tabel 4.7 Daftar nilai siswa program Tahfidz kelas VII

No Nama Siswa Makhariju Hukum Mad Nilai


l Huruf Bacaan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 v  vv v 50
Fathia Andriani
2 v v v 58
Saskia Najwa
3 v v v 33
Muhammad Lutfi
4 v v v 58
Rosita
5 v v v 33
Merina
6 v v v 33
Zilla Mahira
7 v v v 58
Rini Indzira
8 v v v 58
Asy Syifa
9 v v v 58
Ulfia
10 v v v 58
Syifa Nadila
11 Muhammad v v v 33
Nadil
12 V v v 25
Firdausi Nuzula
13 Muhammad v v v 41
Azizi
14 v v v 41
Syifaul Afifah
15 Nurhaliza v v v 58
Sumber data: Hasil Observasi Peneliti
77

Dari tabel di atas dapat penulis simpulkan bahwa di kelas VII siswa

belum diwajibkan untuk menghafal, sehingga untuk kelengkapan hafalan tidak

dilakukan penilaian. pada tabel tersebut terlihat bahwa kemampuan dasar

membaca Al-Quran baik makharijul huruf, hukum bacaan dan mad pada siswa

kelas VII masih sangat kurang, hal ini terbukti dari nilai keterampilan membaca

Al-Quran yang diperoleh oleh siswa kelas VII yang masih sangat rendah yaitu

hanya pada rentang nilai dari 25 sampai dengan 58.

Tabel 4.8 Daftar nilai siswa program Tahfidz kelas VIII B

No Nama Siswa Kelengka Makharij Hukum Mad Nilai


pan ul Huruf Bacaan
Hafalan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Nurul Nazila v v v v 62
2 Ulfa Humaira v v v v 62
3 Dilla Mahera v v v v 25
4 M. Ahyar v v v v 50
5 Khairul Hafiz v v v v 50
Siregar
6 T.Muhammad v v v v 25
Khaidir
7 Muhammad v v v v 25
Ziad Risqi
8 Muammar v v v v 62
Khadafi
9 Lisna Rahayu v v v v 50
10 Zulkarnaini v v v v 25
11 Nazril v v v v 25
12 Akbar v v v v 25
13 Rasya Azizi v v v v 50
Sumber data: hasil evaluasi oleh guru tafidz
78

Dari tabel di atas dapat penulis simpulkan bahwa di kelas VIII siswa yang

sudah bisa menghafal diperbolehkan untuk menyetor hafalannya, dan siswa sudah

mulai menyetorkan hafalannya, namun kemampuan dasar membaca Al-Quran

baik makharijul huruf, hukum bacaan dan mad pada siswa kelas VIII juga masih

kurang, terbukti dari nilai keterampilan membaca Al-Quran yang diperoleh oleh

siswa kelas VIII yang masih rendah yaitu hanya pada rentang nilai 25 sampai

dengan 62.

Tabel 4.9 Daftar nilai siswa program Tahfidz kelas IX B

No Nama Siswa Kelengk Makharij Hukum Mad


apan ul Huruf Bacaan Nilai
Hafalan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Ahmad v v v v 75
Syouki
2 Alfi Magfirah v v v v 68
3 Ayu Ulia v v v v 50
4 Diva Mauliya v v v v 31
5 Nayatun v v v v 31
Haliza
6 Mauliza v v v v 31
Safira
7 Miftahul v v v v 50
Jannah
8 Munawarah v v v v 50
9 Nizamul v v v v 31
Huda
10 Safrijal v v v v 43
11 Sri Wahyuni v v v v 43
12 Muhammad v v v v 43
Sultan Ikmal
13 T.Rian Alfarsi v v v v 62
14 Ziadatul Una v v v v 50
Sumber data: hasil evaluasi oleh guru tafidz
79

Dari tabel di atas dapat penulis simpulkan bahwa di kelas IX siswa sudah

mulai menyetor hafalannya, namun kelengkapan hafalannya masih rendah, dan

kemampuan dasar membaca Al-Quran baik makharijul huruf, hukum bacaan dan

mad pada siswa kelas IX juga masih kurang, terbukti dari nilai keterampilan

membaca Al-Quran yang diperoleh oleh siswa kelas VIII yang masih rendah

yaitu hanya pada rentang nilai 31-75.

Dalam pelaksanaan program tahfidz tentunya diperlukan biaya,

pemerintah kabupaten Pidie Jaya memberikan intensif kepada guru yang mengajar

program tahfidz, adapun pembiayaan program tahfidz ini bersumber dari:

a. Anggaran pendapatan belanja Kabupaten;

b. Anggaran pendapatan belanja Aceh;

c. Anggaran pendapatan belanja Negara dan,

d. Sumber-sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat.

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Pelaksanaan Program Tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya

a. Program Tahfidz Al-Quran

Pembelajaran tahfidz Al-Quran merupakan pembelajaran yang telah

disusun dalam sebuah kurikulum tahfidz yaitu kurikulum yang disusun untuk

menindaklanjuti peraturan bupati Pidie Jaya nomor 6 tahun 2018 tentang

pendidikan berkarakter islami, pembelajaran tahfidz Al-Quran dipadukan dengan

pembelajaran tahsin untuk mempermudah siswa dalam memahami bacaan dan

hafalan.
80

Program tahfidz ini mulai dilaksanakan pada tahun 2018 dan masih aktif

hingga saat ini. Sebagaimana yang disampaikan oleh ibu Ainol Mardhiah selaku

kepala SMPN 1 Meurah Dua “Program tahfidz ini sudah dilaksanakan sekitar

kurang lebih empat tahun yaitu sejak tahun 2018, dimana program ini mulai

diwajibkan oleh pemerintah Pidie jaya”98

Pembelajaran tahfidz dilaksanakan dua jam pembelajaran dalam

seminggu, untuk menyetor hafalan siswa biasa melaksanakannya di kelas maupun

di luar kelas ketika jam istirahat kepada guru yang mengajar di kelas masing-

masing. Seperti yang dijelaskan oleh bapak Munawar, Selaku Guru Tahfiz:

Jadwal pembelajaran tahfidz dalam seminggu adalah dua jam pelajaran,


dimana di dalam kelas siswa belajar tentang hukum-hukum bacaan atau
ilmu tajwid, kemudian ada murajaah hafalan dan bagi siswa yang sudah
menghafal bisa menyetorkan hafalannya dikelas maupun di luar kelas, jadi
waktu setoran hafalan tidak dibatasi hanya di kelas saja.99

Pembelajaran tahfidz ini memberikan manfaat yang sangat besar, karena

tujuan utamanya di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya ini adalah mengajarkan siswa

cara membaca Al-Quran dengan baik dan benar sesuai kaidah ilmu tajwid,

menumbuhkan rasa cinta terhadap Al-Quran baik dengan membaca maupun

dengan mendengarkannya. Maka dengan adanya program tahfidz ini sangat

membantu para siswa untuk mempelajari cara membaca Al-Quran. Ibu Ainol

Mardhiah juga mengatakan:

Jika melihat kurikulum tahfidz, tujuan dari program ini untuk tingkat SMP
adalah siswa bisa menghafal 2 juz Al-Quran yaitu juz 29 dan juz 30.
Namun di SMP kita dikarenakan siswanya kurang kemampuannya dalam
membaca Al-Quran, jadi tujuan dari program ini belum tercapai dengan

98
Wawancara dengan ibu Ainol Mardhiah, Kepala sekolah SMPN 1 Meurah Dua Pidie
Jaya pada 28 September 2022
99
Wawancara dengan bapak Munawar, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 1 Meurah
Dua Pidie Jaya pada 29 September 2022
81

maksimal. Karena disini kita lebih fokus untuk mengajari siswa cara
membaca Al-Quran.100

Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Munawar selaku guru tahfiz

“Banyak sekali manfaat yang bisa didapat dari program tahfidz salah satunya bisa

meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran siswa, siswa lebih mengenal Al-

Quran, dan lain sebagainya”101

b. Materi Tahfidz Al-Quran

SMPN 1 Meurah Dua Pidie jaya menggabungkan materi tahfidz dengan

pembelajaran tahsin, pada awal pembelajaran siswa diajarkan tentang tahsin atau

ilmu tajwid karena kebanyakan dari siswa masih belum lancar dalam membaca

Al-Quran, selanjutnya siswa menghafal dan menyetorkan hafalan yang sudah

dihafal oleh siswa kepada guru. Seperti yang dijelaskan oleh bapak Munawar:

Pembelajaran tahfidz untuk siswa digabungkan antara pembelajaran Al-


Quran dengan menghafal, satu jam pertama siswa mempelajari cara
membaca Al-Quran maupun memperbaiki bacaan, kemudian di jam
selanjutnya siswa menghafal dan menyetorkan hafalannya. Untuk
hafalannya disini siswa tidak ditekankan untuk bisa menghafal 2 juz yaitu
juz 29 dan juz 30, karena melihat kondisi anak kita yang memang masih
banyak yang belum lancar dalam membaca Al-Quran, jadi untuk
hafalannya adalah semampu siswanya saja. Mereka fokus di juz 30. Kalo
ada yang bisa menghafal satu surat ya silahkan, dua surat silahkan, tidak
ada patokan jumlah hafalan. 102

Hal serupa juga disampaikan oleh ibu Surhayati Pembelajaran tahfidz itu
dilakukan dua jam pelajaran, satu jam pertama belajar tajwid, baik hukum
bacaan maupun tentang mad selanjutnya baru murajaah hafalan, maupun
menambah hafalan, kemudian disetor ke guru, itu di kelas VIII dan kelas
IX, tapi di kelas VII mereka cuman belajar tajwid, belum di wajibkan

100
Wawancara dengan ibu Ainol Mardhiah, Kepala sekolah SMPN 1 Meurah Dua Pidie
Jaya pada 28 September 2022
101
Wawancara dengan bapak Munawar, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 1 Meurah
Dua Pidie Jaya pada 29 September 2022
102
Wawancara dengan bapak Munawar, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 1 Meurah
Dua Pidie Jaya pada 29 September 2022
82

untuk menyetor hafalan, karena rata-rata memang belum lancar dalam


membaca Al-Quran.103

c. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat hafalan siswa

terhadap ayat-ayat yang sudah dihafalkan. Penilaian diserahkan sepenuhnya

kepada guru yang mengajar di kelas. Hal yang dinilai adalah, kelancaran hafalan,

tajwid maupun makharijul hurufnya. Hal ini seperti yang disampaikan oleh ibu

Ainol Mardhiah “Untuk sistem pelaksanaan ujian itu tergantung gurunya

bagaimana mudahnya. Yang pasti ketika ujian semester program tahfidz ini juga

diujiankan”104

Ibu Surhayati juga mengatakan “Evaluasinya kita lakukan di kelas seperti ulangan

semester, ada yang tulisan dan ada yang lisan, untuk tulisan itu tentang

pengetahuan siswa masalah ilmu tajwid, kalo lisan dari bacaan, dinilai kelancaran,

makhraj, dan tajwid”105

Proses evaluasi yang dilaksanakan pada siswa di SMPN 1 Meurah Dua

Pidie Jaya dilaksanakan ketika ulangan dan ujian semester seperti pelajaran

lainnya yang ada di sekolah. Ujian tahfidz dibagi dalam dua bentuk ujian yaitu

ujian lisan dan ujian tulisan, untuk ujian lisan siswa diminta untuk membacakan

salah satu ayat Al-Quran secara acak maupun menghafal ayat yang sudah dihafal

oleh siswa kemudian guru menilai tingkat kemampuan keterampilan membaca

siswa dengan kriteria yaitu dari segi jumlah hafalan, makharijul huruf, hukum

103
Wawancara dengan Ibu Surhayati, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 1 Meurah
Dua Pidie Jaya pada 30 September 2022
104
Wawancara dengan ibu Ainol Mardhiah, Kepala sekolah SMPN 1 Meurah Dua Pidie
Jaya pada 28 September 2022
105
Wawancara dengan Ibu Surhayati, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 1 Meurah
Dua Pidie Jaya pada 30 September 2022
83

bacaan dan mad, sedangkan untuk ujian tulisan berupa tes pengetahuan siswa

tentang ilmu tajwid dengan menjawab soal-soal yang telah dibuat oleh guru. Hal

ini seperti yang disampaikan oleh Bapak munawar “ujiannya ada ulangan dan ada

ujian semester, ada ujian lisan dan tulisan, untuk lisan itu hafalan, sudah berapa

surat yang dihafal, makhrajnya, kemudian ujian tulisan tentang ilmu tajwid. Nanti

siswa disuruh maju satu-satu untuk dites hafalnya.”106

Dalam melakukan proses evaluasi ditemukan kendala berupa kurangnya

waktu yang tersedia untuk melakukan proses ujian karena mengingat ujian yang

dilakukan ada dua yaitu ujian secara lisan dan ujian secara tulisan, sehingga

proses penilaian membutuhkan lebih banyak waktu, kemudian ketika ujian lisan

siswa sulit diarahkan untuk dilakukan ujian, terkadang ada siswa yang tidak hadir

ketika dilakukan ujian, sehingga guru harus menunggu semua siswa hadir supaya

bisa di lakukan ujian, dan hal ini tentu menghabiskan banyak waktu.107

2. Metode yang Digunakan dalam Pelaksanaan Program Tahfidz di SMPN 1

Meurah Dua Pidie Jaya

Metode merupakan cara penting untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Untuk mengajarkan tahfidz dan tahsin di kelas masing-masing guru mempunyai

metode tersendiri, metode yang sering dipakai adalah metode wahdah, dan metode

khitabah. Hal ini seperti yang disampaikan oleh siswa Ahmad Syauqi “Kami

belajar tahfidz di kelas, kalo untuk setoran bisa di kelas, bisa diluar kelas, kalo

dikelas kami belajar tajwid”108

106
Wawancara dengan bapak Munawar, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 1 Meurah
Dua Pidie Jaya pada 29 September 2022
107
Observasi peneliti pada tanggal 3 Oktober 2022
108
Wawancara dengan siswa Ahmad Syauqi , kelas IX B pada 1 Otober 2022
84

bapak Munawar juga mengatakan bahwa Kalau untuk mengajar di kelas


biasanya guru menjelaskan tentang hukum bacaan, makharijul huruf,
maupun mad, itu seperti proses ngajar biasa kemudian menyuruh siswa
mempraktekkan bacaannya, jika belum sesuai dengan tajwid maka guru
akan memperbaiki bacaan siswa. Kalo saya pribadi lebih sering
menggunakan metode tutor sebaya untuk proses pembelajaran. Jadi siswa
di kelompokkan secara berpasang-pasangan sebanyak dua orang,
kemudian mereka saling membaca dan simak bacaan masing-masing
secara bergantian. Ada yang menulis ayat yang akan dihafal, dan
sebagainya, itu tergantung bagaimana mudahnya siswa. 109

Ibu Surhayati juga mengatakan bahwa Metode yang kami gunakan untuk
belajar biasanya guru menjelaskan materi tentang ilmu tajwid, kemudian
siswa diminta untuk membaca satu ayat Al-Quran secara bergiliran, dan
guru menyimak bacaan mereka, jika bacaanya ada yang salah akan
diperbaiki oleh guru.110

Siswa Safrijal juga mengatakan “Kami menghafal dengan mengulang-

ulang bacaan sampai terhafal, jika sudah terhafal langsung kami setorkan ke

guru”111. Siswa Akbar juga mengatakan “Saya kalo menghafal harus saya tulis

dulu, baru saya baca yang udah saya tulis dengan berulang-ulang sampai

terhafal”112. Hal serupa juga disampaikan oleh Khairul Hafiz Siregar “rata-rata

kami menghafalnya memang harus dibaca dulu berulang-ulang beberapa kali baru

terhafal, kalo ngga dibaca secara berulang-ulang memang tidak akan terhafal” 113.

Sedangkan siswa Muhammad Nadil mengatakan “ kami belajar seperti biasa,

dijelasin, kemudian kami disuruh baca satu ayat satu orang”114. Hal serupa juga

disampaikan oleh siswa Muhammad Lutfi “ pertama guru menjelaskan materi

109
Wawancara dengan bapak Munawar, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 1 Meurah
Dua Pidie Jaya pada 29 September 2022
110
Wawancara dengan Ibu Surhayati, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 1 Meurah
Dua Pidie Jaya pada 28 September 2022
111
Wawancara dengan siswa Safrijal, kelas IX B pada 1 Otober 2022
112
Wawancara dengan siswa Akbar, kelas VIII B pada 1 Oktober 2022
113
Wawancara dengan siswa Khairul Hafiz Siregar , kelas VIII B pada 1 Oktober 2022
114
Wawancara dengan siswa Muhammad Nadil , kelas VII B pada 1 Oktober 2022
85

didepan, sambil nulis terus jika sudah selesai menjelaskan, kami disuruh baca satu

ayat satu orang sampai habis waktu”115

Untuk pembagian metode hafalan siswa dibagi menjadi tiga kelompok,

yaitu tahap awal, perbaikan dan mahir, tahap awal siswa diajarkan ilmu tajwid,

makharijul huruf, maupun hukum bacaan, tahap ini khusus untuk siswa baru atau

siswa kelas VII, kemudian dilanjutkan ke tahap perbaikan yaitu di kelas VIII

disini siswa akan lebih diajarkan lagi tentang hukum bacaan serta cara menghafal

yang baik, dan jika ada yang sudah bisa menghafal diperbolehkan untuk

menyetorkan hafalannya, setelah melalui tahap perbaikan barulah di kelas IX

siswa mulai fokus menghafal dan menyetorkan hafalan. Hal ini seperti yang

disampaikan oleh ibu Ainol Mardhiah “Siswa dibagi menjadi tiga kelompok, ada

tahap awal,perbaikan dan mahir, tahap awal untuk anak kelas satu itu belajar

makharijul huruf masih belajar dasar-dasarnya, perbaikan dan mahir untuk kelas

dua dan kelas tiga mereka udah mulai hafal, tapi ilmu tajwid tetap masih

belajar.”116

hal ini dipertegas oleh bapak Munawar yang mengatakan: jadi disini kita
ada membagi siswa menjadi beberapa tahap, tahap awal, kemudian tahap
perbaikan dan tahap mahir, tahap awal untuk siswa baru mereka belajar
tentang dasar-dasar ilmu tajwid seperti makharijul huruf, hukum bacaan,
dan lain sebagainya, kemudian tahap perbaikan bagi siswa kelas dua
mereka sudah mulai menghafal, dan memperbaiki bacaan, kemudian tahap
mahir untuk siswa kelas tiga mereka sudah fokus menghafal, tapi tetap
diajarkan tajwid, karena masih ada siswa yang belum lancar dalam
membaca Al-Quran.117

115
Wawancara dengan siswa Muhammad Lutfi, kelas VII B pada 1 Oktober 2022
116
Wawancara dengan ibu Ainol Mardhiah, Kepala sekolah SMPN 1 Meurah Dua Pidie
Jaya pada 28 September 2022
117
Wawancara dengan bapak Munawar, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 1 Meurah
Dua Pidie Jaya pada 29 September 2022
86

Berdasarkan hasil observasi peneliti di kelas IX B, proses pembelajaran

dimulai dengan guru masuk ke kelas dengan memberi salam dan berdoa

dilanjutkan dengan membaca asmaul husna dan mengabsen kehadiran siswa,

selanjutnya guru mengarahkan siswa untuk membetuk kelompok secara

berpasang-pasangan sebanyak dua orang satu kelompok, kemudian guru mulai

menjelaskan materi tentang ilmu tajwid berupa hukum bacaan idzhar, idgham,

iqlab dan ikfa, guru juga mempraktekkan bacaan ayat Al-Quran secara acak,

dilanjutkan dengan meminta siswa untuk mengulang bacaan ayat tersebut dan

guru menyimak bacaan siswa kemudian membenarkan bacaan yang belum benar

dengan tajwidnya. Selanjutnya siswa belajar membaca Al-Quran secara mandiri di

kelompok masing-masing dimana satu orang membaca dan satu orang menyimak

secara bergantian. Terakhir guru meminta siswa yang sudah bisa menghafal untuk

menyetorkan hafalannya hingga waktu pembelajaran habis. 118

Sedangkan di kelas VII proses pembelajaran tahfidz dilaksanakan dengan

guru masuk ke kelas dengan mengucapkan salam dan berdoa, kemudian

dilanjutnya dengan mengulang materi pembelajaran minggu lalu berupa cara

pengucapan huruf, dilanjutkan dengan melakukan tes pengucapan huruf pada

siswa, kemudian guru masuk kepada materi baru yaitu hukum bacaan dan mad

dan menjelaskan materi tersebut dilanjutkan dengan siswa diminta untuk

membaca satu ayat per orang secara bergantian sambilan membaca guru

memperbaiki bacaan siswa yang belum benar, pembelajaran ditutup dengan

118
Observasi peneliti pada 3 Oktober 2022
87

mengarahkan siswa mengulang-ulang bacaannya dirumah dan mebaca

shalawat.119

3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Program Tahfidz

di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya

a. Faktor pendukung

Faktor yang mendukung pelaksanaan program Tahfidz di SMPN 1 Meurah

Dua Pidie Jaya antara lain adanya dukungan penuh dari pihak Sekolah berupa

penyediaan fasilitas yang cukup memadai untuk pelaksanaan program Tahfidz,

Fasilitas merupakan salah satu penunjang yang membantu siswa dalam

keberhasilan menghafal. Kesadaran tentang pemenuhan sarana prasarana mutlak

harus dilakukan karena fasilitas ikut andil dalam keberhasilan hafalan siswa. Jika

dilihat dari fasilitas yang diberikan oleh pihak sekolah SMPN 1 Meurah Dua Pidie

Jaya adalah ruang kelas, musalla, perpustakaan dan Al-Quran.Seperti yang

disampaikan oleh ibu Ainol Mardhiah “Fasilitasnya ya Al-Quran, disini kita

punya banyak Al-Quran. Al-Quran ini hadiah dari siswa-siswa yang udah lulus,

karena sebelum mengambil ijazah mereka harus membawa satu mushaf Al-Quran,

terus ada musalla, kelas”120

Bapak munawar juga mengatakan bahwa untuk menunjang hafalan disini


kita menggunakan fasilitas sekolah berupa ruang kelas, perpustakaan,
musalla dan ada Al-Quran yang disediakan oleh sekolah, jadi siswa tidak
perlu repot-repot membawa Al-Quran dari rumah, karena sudah
disediakan di sekolah. 121

119
Observasi peneliti pada 3 Oktober 2022
120
Wawancara dengan ibu Ainol Mardhiah, Kepala sekolah SMPN 1 Meurah Dua Pidie
Jaya pada 28 September 2022
121
Wawancara dengan bapak Munawar, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 1 Meurah
Dua Pidie Jaya pada 29 September 2022
88

b. Faktor penghambat

Tujuan dari program tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya belum

tercapai dengan baik, hal ini dikarenakan beberapa faktor, diantaranya:

1) Rasa malas

Rasa malas ini berasal dari siswa sendiri, tidak jarang siswa merasa malas

ketika masuk ke kelas untuk melaksanakan proses pembelajaran, seperti yang

disampaikan oleh ibu Surhayati “Kendalanya ya siswa malas belajar, malas

menyetorkan hafalannya kadang kalo masuk kelas harus kita kejar-kejaran dulu

baru mau masuk”122

Hal itu diperkuat oleh bapak Munawar “Masalah paling utama di sekolah

kita itu rasa malas siswa, karna masih banyak siswa yang melarikan diri dari

pembelajaran tahfidz, kadang juga ada yang tidak mau sekolah” 123

2) Kurangnya waktu

Waktu pembelajaran yang hanya dua jam pelajaran dirasa tidak cukup

untuk pembelajaran tahfidz, seperti yang disampaikan oleh bapak Munawar

bahwa “waktu yang disediakan hanya dua jam, jadi kurang, karena kan kita ada

belajar tajwid, menghafal, menyetorkan hafalan, jadi kalo hanya dua jam itu tidak

cukup, makanya kita bebaskan siswa menyetor hafalan di luar jam pelajaran.”124

122
Wawancara dengan Ibu Surhayati, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 1 Meurah
Dua Pidie Jaya pada 30 Septembe 2022
123
Wawancara dengan bapak Munawar, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 1 Meurah
Dua Pidie Jaya pada 29 September 2022
124
Wawancara dengan bapak Munawar, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 1 Meurah
Dua Pidie Jaya pada 29 September 2022
89

3) Kurangnya kemampuan membaca Al-Quran siswa

Kemampuan membaca Al-Quran yang kurang dari siswa juga

menghambat proses pelaksanaan program tahfidz, seperti yang disampaikan oleh

ibu Ainol Mardhiah “Siswa kita kan kebanyakan dari pelosok, jadi kemampuan

baca Al-Quran mereka itu masih kurang, nah ini salah satu yang menjadi

penghambat, karena mereka kurang bisa baca, jadi menghafalpun meraka jadi

malas.125

Hal ini diperkuat oleh bapak Munawar “Kemampuan membaca Al-Quran

siswa kita masih kurang, karena rata-rata mereka belajar membaca Al-Quran

hanya di sekolah”126

4) Proses belajar yang membosankan

Untuk menghafal tidak semua siswa bisa menghafal dengan cepat dan

mudah dikarenakan berbedanya kemampuan membaca Al-Quran dari siswa.

Menghafal sendiri merupakan kegiatan yang cukup membosankan terlebih jika

memang kurangnya niat menghafal dari siswa itu sendiri. Seperti yang

disampaikan oleh siswa Khairul Hafiz Siregar “Terkadang saya merasa ngantuk

karena bosan ketika masuk pelajaran tahfidz, karena cuman dijelasin aja. 127 Siswa

Ahmad Syauqi juga mengatakan “belajarnya membosankan, karena menurut saya

belajaranya kurang menarik, jadi kalo belajar tahfiz sering ngantuk” 128

125
Wawancara dengan ibu Ainol Mardhiah, Kepala sekolah SMPN 1 Meurah Dua Pidie
Jaya pada 28 September 2022
126
Wawancara dengan bapak Munawar, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 1 Meurah
Dua Pidie Jaya pada 29 September 2022
127
Wawancara dengan siswa Khairul Hafiz Siregar, kelas VII B pada 1 Oktober 2022
128
Wawancara dengan siswa Ahmad Syauqi , kelas IX B pada 1 Oktober 2022
90

C. Analisis Data Hasil Penelitian

Untuk proses pelaksanaan Tahfidz Al-Quran di SMPN 1 Meurah Dua

Pidie Jaya berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber dan

observasi penelitian di lapangan, bisa dilihat dari beberapa aspek berikut:

1. Pelaksanaan Program Tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya

Menurut hasil wawancara dengan Ibu Ainol Mardhiah selaku kepala

sekolah di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya, program tahfidz sudah dilaksanakan

dari tahun 2018 sejak kurikulum tahfidz dikeluarkan dan berjalan sampai saat ini.

Pelaksanaan pembelajaran program tahfidz ini dilaksanakan selama dua jam

pelajaran dalam seminggu. Target dari program tahfidz ini belum tercapai dengan

baik, hal ini dibuktikan dengan masih banyak siswa yang kemampuan membaca

Al-Qurannya masih kurang, dan belum ada satupun siswa dari SMPN 1 Meurah

Dua Pidie Jaya yang diwisudakan oleh dinas pendidikan Pidie Jaya karena belum

ada yang mencapai target dari program tahfidz.

Pembelajaran tahfidz ini diwajibkan bagi seluruh siswa, karena sudah

termasuk ke dalam kurikulum, dalam pembelajaran tahfidz siswa dibagi menjadi

tiga kelompok yaitu tahap awal, perbaikan, dan mahir, tahap awal khusus siswa

baru atau siswa kelas VII dan taham perbaikan dan mahir untuk siswa kelas VIII

dan kelas IX.

Materi dalam pembelajaran tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya

adalah mengajarkan tentang ilmu tajwid, baik makharijul huruf, hukum bacaan,

dan mad. Selanjutnya untuk materi hafalan, siswa menghafal dari juz 30

kemudian jika sudah selesai juz 30 dilanjutkan menghafal juz 29, siswa tidak
91

dipaksakan untuk bisa menghafal 2 juz tersebut, namun lebih di bebaskan kepada

siswa semampu yang siswa bisa hafal.

Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa

dalam menguasai materi hafalannya. Pelaksanaan ujian di SMPN 1 Meurah Dua

Pidie Jaya adalah dengan ujian lisan dan tulisan dan dilaksanakan ketika ulangan

dan ujian semester. Artinya siswa diberikan ujian tulisan untuk mengetahui sejauh

mana pengetahuan siswa tentang hukum-hukum bacaan Al-Quran dengan

memberikan soal-soal tentang ilmu tajwid dan ujian lisan untuk mengetahui

berapa banyak hafalan ayat dan surat yang mereka hafalkan, dan kelancaran

dalam membaca dengan menilai dari segi makharijul huruf, hukum bacaan

maupun mad. Adapun kendala dalam evaluasi diantaranya adalah kurangnya

waktu untuk melakukan ujian dan siswa sulit diarahkan untuk dilakukan ujian.

2. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan program Tahfidz di SMPN 1

Meurah Dua Pidie jaya

Para guru mempunyai metode masing-masing dalam mengajar, tetapi

metode yang sering digunakan adalah metode wahdah dan metode khitabah,

metode ini sendiri adalah:

a. Metode wahdah

Metode wahdah adalah menghafal satu persatu ayat-ayat yang hendak

dihafal. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat dapat dibaca secara berulang-

ulang sebanyak sepuluh kali, dua puluh kali atau lebih sehingga proses ini mampu

membentuk pola dalam bayangannya. Setelah benar-benar hafal baru dilanjutkan

pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama hingga mencapai satu surat.
92

b. Metode Khitabah

Metode khitabah adalah metode menghafal dengan cara menuliskan

terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalkan, kemudian ayat-ayat tersebut

dibaca hingga benar dan lancar bacaannya, lalu dihafalkan. Selain membaca

dengan lisan, aspek visual menulis juga akan membantu mempercepat

terbentuknya pola dalam ingatan.

3. Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program tahfidz di

SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya

Faktor pendukung dalam pelaksanaan program tahfidz di SMPN 1 Meurah

Dua Pidie Jaya adalah berupa adanya dukungan dari pihak sekolah berupa

penyediaan fasilitas untuk menunjang keberhasilan program tahfidz berupa ruang

kelas, musalla, perpustakaan dan Al-Quran.

Sedangkan faktor penghambat yang sering dihadapi dalam pelaksanaan

program tahfidz adalah rasa malas karena kurangnya kemampuan membaca Al-

Quran, kemudian kurangnya waktu yang disediakan untuk menghafal dan proses

pembelajaran yang membosankan. Hal ini menyebabkan kurang maksimalnya

pembelajaran serta hafalan pada jadwal yang telah ditentukan.

Jadi berdasarkan hasil wawancara dengan para narasumber dan observasi

peneliti di lapangan dapat dianalisis bahwa faktor pendukung dan penghambat

dalam pelaksanaan program tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya meliputi

faktor pendukung berupa penyediaan fasilitas dari pihak sekolah yang cukup

memadai seperti ruang kelas, musalla, perpustakaan dan Al-Quran, sedangkan

faktor penghambat pelaksanaan program tahfidz berupa rasa malas para siswa,
93

kurangnya waktu pembelajaran dan hafalan, kurangnya kemampuan membaca Al-

Quran siswa dan proses belajar yang membosankan.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis bab sebelumnya maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan program tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya

dilaksanakan 2 jam pelajaran dalam seminggu, Pembelajaran tahfidz ini

diwajibkan bagi seluruh siswa, karena sudah termasuk ke dalam

kurikulum, dalam pembelajaran tahfidz siswa dibagi menjadi tiga

kelompok yaitu kelas VII khusus mempelajari tentang dasar-dasar ilmu

tajwid tanpa menghafal, kelas VIII dan kelas IX sudah mulai menghafal

ayat-ayat pendek di juz 30 dan masih diajarkan tentang ilmu tajwid.

Materi dalam pembelajaran tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya

adalah tentang dasar-dasar ilmu tajwid, baik makharijul huruf, hukum

bacaan, dan mad. Sedangkan untuk materi hafalan, siswa menghafal

ayat-ayat pendek di juz 30. Untuk menunjang keberhasilan program

tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya pihak sekolah telah

menyediakan fasilitas berupa ruang kelas, musalla, perpustakaan dan Al-

Quran. Evaluasi dilaksanakan ketika ujian semester dengan dua model

ujian yaitu ujian lisan dengan cara menilai kemampuan membaca Al-

Quran siswa dan ujian tulisan dengan cara menilai kemampuan

pemahaman siswa mengenai ilmu tajwid melalui soal-soal yang telah

dibuat oleh guru.

94
95

2. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan program tahfidz di SMPN 1

Meurah Dua Pidie Jaya adalah metode wahdah dan metode khitabah

3. Faktor pendukung dalam pelaksanaan program tahfidz di SMPN 1 Meurah

Dua Pidie Jaya adalah berupa adanya dukungan dari pihak sekolah

berupa penyediaan fasilitas untuk menunjang keberhasilan program

tahfidz berupa ruang kelas, musalla, perpustakaan dan Al-Quran.

Sedangkan faktor penghambat pelaksanaan program tahfidz di SMPN 1

Meurah Dua Pidie Jaya yaitu:

a. Kurangnya waktu untuk menghafal dan murajaah yang hanya 2 jam

pelajaran perminggu

b. Kurangnya kemampuan dasar siswa dalam membaca Al-Quran.

c. Rasa malas siswa dan kurangnya motivasi siswa untuk menghafal dan

mengulang hafalan,

d. Proses pembelajaran yang membosankan dikarenakan guru dalam

menyampaikan materi pembelajaran yang monoton tanpa ada

kreatifitas.

B. Saran

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada pihak manapun terutama kepada

guru dan kepala sekolah SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya penulis memberikan

saran sebagai berikut:

1. Bagi pihak yang menyusun kurikulum Tahfidz untuk bisa memberikan

waktu tambahan dalam proses pembelajaran tahfidz Al-Quran.


96

2. Bagi sekolah diharapkan bisa memberikan perhatian khusus untuk

program tahfidz ini dengan mengatur pembagian kelompok sesuai dengan

target yang ada dalam kurikulum tahfidz dan membagi siswa sesuai

dengan kemampuannya, bagi yang sudah bisa membaca Al-Quran untuk

bisa langsung difokuskan untuk menghafal, sedangkan yang masih belum

mampu membaca Al-Quran untuk difokuskan pada pembelajaran tahsin,

sehingga fokus guru dan siswa tidak bercampur.

3. Bagi guru diharapkan lebih kreatif dan inovatif dalam mengajar dan

membimbing siswa guna mengurangi rasa malas dan bosan pada siswa

dalam mengulang, menghafal, dan mengikuti pembelajaran tahfidz di

SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya.

4. Bagi siswa agar mengatasi rasa malas yang datang, senantiasa

mempelajari cara membaca Al-Quran dengan benar, menjaga dan

mengulang hafalan dengan terus-menerus.


DAFTAR PUSAKA

Afdal. (2016). “Implementasi Metode Ummi dalam Meningkatkan Kemampuan

Membaca Al-Quran Siswa Kelas III B Ibnu Khaldun SD Al-Firdaus

Islamic School Samarinda Tahun Pembelajaran 2015/2016”, Jurnal

Pendas Mahakam, 1:77.

Ahmad, Abu dan Joko Tri Prasetya. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Bandung:

Pustaka Setia.

Aidah, Siti Nur. (2020). Panduan Lengkap Belajar Ilmu Tajwid. Jogjakarta:

Penerbit KBM Indonesia.

Alawiyah, Wiwi. (2015). Panduan Menghafal Al-Quran Super Kilat. Yogyakarta:

Diva Press.

Al-Faruq, Umar. (2014). 10 Jurus Dahsyat Hafal Al-Quran. Surakarta: Ziyad

Books.

Al-Hafidz, Ahsin W. (2005). Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran. Jakarta:

Bumi Aksara.

Al-Qaththan, Syaikh Manna. (2015). Pengantar Studi Ilmu Al-Quran. Jakarta

Timur: Pustaka al-Kautsar.

Amruddin, dkk. (2022). Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. DKI Jakarta:

Publica Indonesia Utama.

Anwar, Shabri Shaleh. (2016). Quality Student Of Muslim Achievement:Kualitas

Anak Didik dalam Islam. Yayasan Doa Para Wali.

97
98

Arief, Moh. Mungin dan Khanan Muhtar. (1993). Pedoman Pengelolaan Taman

Pendidikan Al-Quran Metode An-Nahdliyah. Tulungagung: LP. Ma’arif

NU.

Arif, Armai. (2002). Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam. Jakarta:

Ciputat Press.

Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. (2004). Evaluasi Program Pendidikan,

Pedoman Teoritis Praktis bagi Praktisi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

_________ . (2007). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Aristanto, Eko dkk. (2009). Tabungan Akhirat Perspektif Kuttab Rumah Quran.

Surabaya: Uwais Inspirasi Indonesia.

_________ . (2019).Taud Tabungan Akhirat. Jawa Timur: Uwais Inspirasi

IndoneIndonesia

Assegaf,Sakinah. (2020). Meraih Prestasi Belajar dengan Tahfidz Al-Quran.

Penerbit A-Empat.

Basrowi dan Suwandi. (2008). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Buhaiti, Akhmad dan Cutra Sari. (2021). Modul Pembelajaan Al-Quran. Serang:

A-Empat.

Chaer, Abdul. (2014). Perkenalan Awal dengan Al-Quran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dachlan, Abu Bakar. Pak Dachlan Pembaharu dan Bapak Al-Quran. Semarang:

Yayasan Pendidikan Al-Quran Raudhatul Mujawwidin.


99

Darmadi. (2017). Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam

Dinamika Belajar Siswa. Yogyakarta: Deepublish.

Dimyati dan Mudjiono. (2014). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Equatora, Muhammad Ali dan Lollong Manting. (2021). Teknik Pengumpulan

Data Klien. Bitread Publishing.

Farid, Maksum dkk. (1992). Cepat Tanggap Belajar Al-Quran An-Nahdliyah.

Tulungagung: LP. Ma’arif.

Fatchan. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Malang: Jenggala Pustaka Utama.

Fitrah, Muh dan Luthfiyah(2017). Metode Penelitian: Penelitian Kualitatif,

Tindakan Kelas dan Studi Kasus. Sukabumi: CV Jejak.

Ghofir, Zuhairinidan Abdul. (2004). Metodologi Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam. Malang: UM PRESS.

Gunawan, Imam. (2013). Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta:

PT Bumi Aksara.

Hanafi, Halid dkk. (2018). Ilmu Pendidikan Islam. Deepublish.

Harahap, Sri Belia. (2020). Strategi Peneapan Metode Ummi dalam

Pembelajaran Al-Quran. Surabaya: Scopindo.

Hasan, Abdurrahim dkk. (2010). Strategi Pembelajaran Al-Quran Metode

Tilawati. Surabaya: Pesantren Al-Quran Nurul Falah.

Hasbulla. (1995). Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Lintasan Sejarah

Pertumbuhan Perkembangannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


100

Hertanti, Siti dkk. (2019). Pelaksanaan Program Karang Taruna dalam Upaya

Meningkatkan Pembangunan di Desa Cintaratu Kecamatan Parigi

Kabupaten Pangandaran. 5(3).

Hidayat, Adi. (2018). Muslim Zaman Now 30 Hari Hafal Al-Quran Metode At-

Taisir. Bekasi Selatan: Institut Quantum Akhyar.

Humam, As’ad. (2000). Buku Iqra, Cara Cepat Belajar Al-Quran. Yogyakarta:

Balai Litbang LPTQ Nasional Team Tadarus AMM Yogyakarta.

Ismail, Muhammad Ilyas. (2021). Evaluasi Pembelajaran. Depok: PT

Rajagrafindo Persada.

Joni, Rama dkk. 2020. Strategi Guru Agama Desa dalam Meningkatkan

Kemampuan Membaca Al-Quran Warga Desa. 3(1).

Kartika, Tika. (2019). ”Manajemen Pembelajaran Tahfidz Al-Quran Berbasis

Metode Talaqqi”. Jurnal Islamic Education Manajemen. 245-256. DOI:

10.15575/isema. V4i2.5988.

M. Arifin. (2000). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Majid, Abdul. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Maskur, Abu. (2018). “Pembelajaran Tahfidz Al-Quran pada Anak Usia Dini”.

Jurnal Pendidikan Islam, 1(2): 189.

Moleong, Lexy J. (2009). Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Murjito, Imam. (2000). Pedoman Metode Praktis Pengajaran Ilmu Baca Al-

Quran Qiraati. Semarang: Koordinator Pendidikan Al-Quran.


101

Nata, Abuddin. (2001). Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-

lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Grasindo.

Nur’aini. (2020). Metode Pengajaran Al Quran dan Seni Baca Al Quran dengan

Ilmu Tajwid. Jawa Tengah: CV. Pilar Nusantara.

Ridwan. (2013). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung:

Alfabeta.

Rokim dkk. (2021). Solusi Mudah dan Menyenagkan Belajar Al-Quran. Nawa

Litera Publishing.

Roqib, Moh. (2009). Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: LKIS.

Rusdiana dan Yeti Heryati. (2015). Pendidikan Profesi Keguruan (Menjadi Guru

Inspiratif dan Inovatif). Bandung: CV Pustaka Setia.

Sab’ngatun dan Ropitasari. (2022). Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan.

Yogyakarta: Deepublish.

Sagala, Syaiful. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sari, Nur Dewi Kartika dkk. (2022). Dokumentasi Kebidanan. Get Press.

Sophya, Idha Vera dan Saiful Mujab. (2014). Metode Baca Al-Quran. Kudus:

Elementary.

Sucipto. (2020). Tahfidz Al-Quran Melejitkan Prestasi. Sidoarjo: Guepedia.

Sudjana dan Djudju. (2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, Untuk

Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.
102

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.

Sukendra, Komang dan Kadek Surya Atmaja. (2020). Instrumen Penelitian.

Pontianak: Mahameru Press.

Surasman, Otong. (2002). Metode Insani : Kunci Praktis Membaca Al-Quran

Baik dan Benar. Jakarta: Gema Insani.

Surya, Mohamad. (2014). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung:

Pustaka Bani Quraisy.

Syaifuddin, Ahmad. (2008). Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-

Quran. Depok: Gema Insani.

Tim Penyusun. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Usman, Nurdin. (2012). Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Widokoyo dan Eko Putro. (2016). Evaluasi Program Pembelajaran, Panduan

Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yahya Abdul Fattah. (2011). Revolusi Menghafal Al-Quran. Surakarta: Insan

Kamil.

Yunus, Mahmud. (2005). Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Hidakarya Agung.

Zamani, Zaki dan Syukron Maksum. (2014). Metode Cepat Menghafal Al-Quran.

Yogyakarta: Al-Barokah.

Zayadi, Ahmad dan Abdul Majid. (2013). Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

(PAI) Berdasarkan Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Rajawali.


DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Wawancara dengan Kepala Sekolah SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya,
Ibu Ainol Mardhiah pada tanggal 28 September 2022

Gambar 5.2 Wawancara dengan Guru Tahfidz kelas VIII dan kelas IX Bapak
Munawar pada tanggal 29 September 2022
Gambar 5.3 Wawancara dengan Guru Tahfidz kelas VII Ibu Surhayati pada
tanggal 30 September 2022

Gambar 5.4 Wawancara dengan Siswa Akbar kelas VIII


Gambar 5.5 Wawancara dengan Siswa Muhammad Lutfi kelas VII

Gambar 5.6 wawancara dengan Siswa Muhammad Nadil kelas VII


Gambar 5.7 Wawancara dengan Khairul Hafiz Siregar kelas VIII

Gambar 5.8 Proses Belajar Tahfidz, Observasi di kelas VIII


Gambar 5.9 Proses Belajar Tahfidz, Observasi di kelas IX

Gambar 5.10 Proses Belajar Tahfidz, Observasi di kelas VII


PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU DAN KEPALA SEKOLAH

1. Kapan program tahfidz mulai dilaksanakan ?

2. Berapa lama poses pembelajaran program tahfidz ?

3. Apakah waktu yang disediakan sudah memadai ?

4. Apa tujuan dari program tahfidz ?

5. Apakah tujuan dari program tahfidz sudah tercapai dengan baik ?

6. Apa saja materi yang diajarkan dalam proses pembelajaran program

tahfidz?

7. Bagaimana kemapuan membaca Al-Quran siswa SMPN 1 Meurah Dua

Pidie Jaya ?

8. Bagaimana metode yang digunakan dalam pembelajaran program tahfidz ?

9. Apakah ada pembagian kelompok dalam pembelajaran program tahfidz ?

10. Apa saja fasilitas yang digunakan dalam menunjang proses pembelajaran

program tahfidz?

11. Bagaimana evaluasi program tahfidz ?

12. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran program

tahfidz ?
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK SISWA

1. Apakah siswa sudah siap mengikuti pembelajaran tahfidz ?

2. Bagaimana perasaan siswa ketika mengikuti program tahfidz ?

3. Bagaimana metode yang digunakan dalam proses pembelajaran tahfidz ?

4. Apa kendala yang dihadapi dalam pembelajaran tahfidz ?

Anda mungkin juga menyukai