Skripsi
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Fuji Islami
NIM 1112011000106
i
KATA PENGANTAR
1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Dede Rosyada,
MA.
2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag.
4. Dosen Pembimbing Akademik, Hj. Marhamah Saleh, Lc, MA. yang telah memberikan
banyak bimbingan serta nasihat kepada penulis selama masa perkuliahan.
5. Dosen Pembimbing skripsi, Dr. Muhammad Dahlan, M.Hum, yang telah memberikan
waktu, pikiran dan tenaganya untuk membantu, membimbing, serta mengarahkan
penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Seluruh Dosen Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kepala MTs Islamiyah Ciputat, Aep Saepullah, S.Pd, yang telah mengizinkan dan
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di sekolah
tersebut.
8. Peserta didik MTs Islamiyah Ciputat, terima kasih atas partisipasinya dalam penelitian
di sekolah.
9. Kedua orang tua, Ayahanda Mahmudin dan Ibunda Bunyanah atas do‟a yang tak
pernah putus untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Kedua adik, Maulana Mahmud dan Bahrul Hikam yang sama-sama sedang berjuang
dalam pendidikannya.
ii
11. Keluarga besar PAI UIN 2012 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima
kasih atas segala motivasi dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
12. Saudara seperjuangan dari awal masuk perkuliahan, PAI C KANCA 2012. Afham,
Akbar, Rini, Ira, Yazid, Irfan, Een, Jannah, Ranti, Muchlis, Abib, Iyan, Ayu, Amel,
Zuya, Zairina, Susi, Mala, Firda, Wawan, Amir, Febi, Syifa, Faruq, Karta, Sulthan,
Habibi Nur, Husen, Fikri, Sholihati, Suhandi, Aenk, Robi, Sayyidina, As‟ad. Terima
kasih untuk semua kebahagiaan yang telah penulis dapatkan dari kalian semua.
13. Penghuni Dorm An-Nuur, Ranti Tri Kandita, S.Pd, Rizka Choirunnisa, S.Pd, dan Intan
Rabiatul Adawiyah yang selalu support dan hibur penulis selama mengerjakan skripsi
ini. Saranghae!
14. Para Pejuang Skripsi, Vionia Gemifanny, Feby Yustianingsih, Sayyidina Luthfir
Rahman, Intan Rabiatul Adawiyah, Kalian luar biasa. Fighting!
15. KeceBoong, Een Hujaemah, S.Pd, Rini Fadilah, S.Pd, Syifa Syarifah, S.Pd, Ranti Tri
Kandita, S.Pd, Nurul Zairina Luthfia dan Nurmala. Terima kasih atas ketulusan
persahabatan yang penuh warna canda tawa.
16. Dan kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih
yang sebesar-besarnya penulis sampaikan atas kerja sama, dukungan, bantuan dan
kesetiaan selama ini. Semoga Allah membalas amal kebaikan kalian semua. Aamiin.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ........................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
iv
2. Pembentukan Karakter .................................................................................. 22
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter ........................ 24
C. Peserta Didik ....................................................................................................... 28
1. Pengertian Peserta Didik ............................................................................... 28
2. Hakikat Peserta Didik ................................................................................... 29
3. Ciri-Ciri Perkembangan Peserta Didik ......................................................... 30
4. Karakteristik Peserta Didik ........................................................................... 31
D. Penelitian yang Relevan ...................................................................................... 32
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 62
B. Saran ................................................................................................................... 62
C. Implikasi ............................................................................................................. 63
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011), h. 35.
2
Sofan Amri & Iif Khoiru Ahmadi, Konstruksi pengembangan Pembelajaran, (Jakarta: PT.
Prestasi Pustakaraya, 2010), h. 1.
1
2
Manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan oleh Allah SWT dengan
suatu bentuk akal pada diri manusia yang tidak dimiliki makhluk Allah yang lain
dalam kehidupannya. Maka dengan akalnya manusia berpikir untuk pendidikannya
melalui proses pembelajaran.3
Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang lebih
berkualitas merupakan mandat yang harus dilakukan bangsa Indonesia sesuai
dengan tujuan negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 (UUD 1945), yaitu melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa,
memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sejalan
dengan itu, Pasal 28 ayat (1) UUD 1945 mengamanatkan bahwa setiap orang
berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapatkan pendidikan dan mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan
dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi
kesejahteraan umat manusia. Amanat tersebut dipertegas oleh Pasal 31 ayat
(1) yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan.4
3
Ibid., h. 1.
4
Dodi Nandika, Pendidikan di Tengah Gelombang Perubahan, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia,
2007), h. 3.
5
Umar Tirtarahardja & S.L.La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), h.
1.
3
sejati. Bahwa setiap pelanggaran akan menerima sanksi, seperti halnya sanksi yang
diberikan kepada siswa yang melanggar aturan sekolah di sekolah-sekolah modern
saat ini. 6
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun
2003 Pasal 1 butir 1, pendidikan adalah: “Usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.”
Sebenarnya, amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
bertujuan membentuk warga Indonesia yang cerdas dan berkepribadian atau
berkarakter sehingga melahirkan generasi bangsa yang tumbuh dan
berkembang dengan karakter yang berhiaskan nilai-nilai luhur bangsa dan
agama. Pendidikan yang bertujuan melahirkan manusia cerdas dan berkarakter
kuat pernah dikatakan Martin Luther King, yaitu “kecerdasan yang berkarakter
adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya.”7
6
Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 1.
7
Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter, (Bandung: CV. Pustaka Setia,
2013), h. 42.
8
St. Hasmiah Mustamin, “Faktor-Faktor Pengaruh Tingkat Pendidikan Anak di Pemukiman
Kumuh Kota Makassar”, Lentera Pendidikan Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Vol. 16 No. 2 Desember
2013.
4
perilaku anak itulah yang disebut karakter. Jadi karakter itu muncul sesuai dengan apa
yang dikerjakan oleh anak. Bagaimana anak itu berperilaku dan jadilah nilai yang
akan menimbulkan karakter. Karenanya tidak ada perilaku anak yang tidak bebas dari
nilai. Hanya barangkali sejauh mana kita memahami nilai-nilai yang terkandung di
dalam perilaku seorang anak atau sekelompok anak memungkinkan berada dalam
kondisi tidak jelas. Karena nilai-nilai itu akan mudah dipahami melalui tindakan anak.
Dalam kehidupan manusia, begitu banyak nilai yang ada di dunia ini, sejak dahulu
sampai saat ini. Tak terhitung berapa banyaknya. Beberapa nilai dapat kita identifikasi
sebagai nilai yang penting bagi kehidupan anak baik saat ini maupun di masa yang
akan datang, baik untuk dirinya maupun untuk kebaikan lingkungan hidup di mana
anak hidup saat ini dan di masa yang akan datang. Jadi kita bisa menentukan nilai apa
saja yang akan dijalani dalam kehidupan.9
Salah satu bapak pendiri bangsa, presiden pertama Republik Indonesia,
Bung Karno, bahkan menegaskan: “Bangsa ini harus dibangun dengan
mendahulukan pembangunan karakter (character building) karena character
building inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar,
maju dan jaya, serta bermartabat. Kalau character building ini tidak
dilakukan, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli.”10
Karakter adalah sifat batin manusia yang memengaruhi segenap pikiran dan
perbuatannya. Maka manusia itu bagaimana dengan karakter yang dimilikinya.
Banyak yang memandang atau mengartikannya identik dengan kepribadian. Karakter
lebih sempit dari kepribadian dan hanya merupakan salah satu aspek kepribadian
sebagaimana juga temperamen. Watak dan karakter berkenaan dengan kecenderungan
penilaian tingkah laku individu berdasarkan standar-standar moral dan etika.11
Seiring dengan perkembangan zaman, banyak perubahan yang terjadi di
berbagai aspek kehidupan. Kemajuan di bidang teknologi kini membuat orang dapat
menembus batas ruang dan waktu. Apa yang terjadi di belahan bumi yang jauh di
sana kini dapat sampai dengan cepat di hadapan kita. Tentu ini memerlukan sebuah
usaha untuk dapat membentengi diri generasi muda Indonesia dari pengaruh buruk
kehidupan dunia luar sejak dini.
9
Dharma Kesuma, Cepi Triatna dan Johar Permana, Pendidikan Karakter, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 11.
10
Muchlas Samani dan Hariyanto, Pendidikan Karakter, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011), h. 1.
11
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 12.
5
Tidak hanya itu, masih terlihat di lingkungan sekolah sikap siswa yang kurang
baik terhadap temannya seperti mengejek, mengerjai teman, berbicara kotor, sikap
kurang berbagi kepada teman baik di rumah, sekolah maupun lingkungan bermain
anak. Peran orang tua yang kurang memberikan motivasi kepada anak-anaknya untuk
belajar, dan beribadah serta berakhlak terpuji. Begitu pula sikap masyarakat yang
acuh tak acuh terhadap pembinaan karakter anak. Dalam pembentukan karakter
peserta didik di sekolah, tidak hanya guru yang berperan penting tetapi semua
masyarakat sekolah di dalamnya.
MTs Islamiyah Ciputat dalam membentuk karakter peserta didiknya yaitu
dengan cara melakukan pembiasaan-pembiasaan, di antaranya: berjabat tangan
sebelum masuk kelas, berdo’a sebelum mulai pembelajaran, shalat Dhuha bergiliran
sesuai jadwal kelas yang telah ditentukan, beramal di setiap Jum’at dan lain
sebagainya. Akan tetapi, dalam melakukan pembiasaan-pembiasaan tersebut tentunya
tidak terlepas dari masalah-masalah atau problem yang dialami seorang guru.
Sehingga karakter peserta didik belum sepenuhnya terbentuk dengan baik. Ditambah
lagi dengan adanya berbagai macam faktor yang dialami oleh peserta didik, itu salah
satu yang bisa mempengaruhi pembentukan karakter mereka juga.
Untuk mengetahui problematika pembentukan karakter peserta didik, maka
penulis terdorong untuk meneliti mengenai hal tersebut dengan judul
“PROBLEMATIKA GURU DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA
DIDIK DI MTS ISLAMIYAH CIPUTAT”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah
berikut ini:
1. Adanya masalah atau problem yang dialami guru dalam membentuk karakter
peserta didik.
2. Adanya beberapa faktor peserta didik yang mempengaruhi pembentukan
karakternya.
3. Masih banyak siswa yang belum disiplin di sekolah
6
C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa identifikasi masalah tersebut, supaya penelitian lebih terarah,
maka peneliti memberikan pembatasan masalah pada kajian penelitiannya. Batasan
masalah pada penelitian ini adalah:
1. Problematika guru dalam membentuk karakter peserta didik.
2. Karakter yang dimaksud di sini adalah karakter yang dikembangkan
Kemendiknas. Adapun karakter yang termasuk di dalamnya yaitu: religius, jujur,
disiplin, kreatif, dan bersahabat.
3. Peserta didik yang dimaksud di sini adalah seluruh peserta didik MTs Islamiyah
Ciputat.
D. Perumusan Masalah
Agar penelitian ini dapat terarah dan mencapai tujuan sebagaimana yang
diharapkan, rumusan masalah difokuskan pada:
1. Apa saja problematika guru dalam membentuk karakter peserta didik di MTs
Islamiyah Ciputat?
2. Bagaimana solusi mengatasi problematika guru dalam membentuk karakter peserta
didik di MTs Islamiyah Ciputat?
KAJIAN TEORI
A. Guru
1. Pengertian Guru
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1991, guru diartikan
sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Tapi,
sesederhana inikah guru? Kata guru yang dalam bahasa Arab disebut mu‟allim
dan dalam bahasa Inggris teacher itu memang memiliki arti sederhana, yakni a
person whose occupation is teaching others, artinya guru ialah seseorang yang
pekerjaannya mengajar orang lain.1
Para ahli mendefinisikan kata guru atau pendidik sebagai berikut:
Zakiah Daradjat mendefinisikan “guru (pendidik) adalah pendidik profesional,
karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul
sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua.”2
Ramayulis berpendapat bahwa “guru (pendidik) adalah orang yang memikul
tanggung jawab untuk membimbing peserta didik menjadi manusia yang
manusiawi.”3
Zahara Idris dan Lisma Jamal mengatakan bahwa “guru (pendidik) adalah
orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan bimbingan kepada peserta
didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat
kedewasaan (mampu berdiri sendiri) memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan,
makhluk individu yang mandiri dan makhluk sosial.”4
Ahmad Tafsir mendefinisikan “guru (pendidik) adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap berlangsungnya proses pertumbuhan dan
perkembangan potensi anak didik, baik potensi kognitif maupun potensi
psikomotoriknya.”5
Imam Barnadib menyebutkan bahwa “guru (pendidik) adalah tiap orang yang
dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan. Guru
1
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 222.
2
Ramayulis, Profesi & Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 3.
3
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), h. 19.
4
Ramayulis, Profesi…, loc. cit.
5
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010),
h. 74.
7
8
(pendidik) terdiri atas (a) orang tua dan (b) orang dewasa lain yang bertanggung
jawab tentang kedewasaan anak.”6
Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa “pendidik adalah orang karena hak
dan kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan si terdidik.”7
Selanjutnya, Samsul Nizar berpendapat bahwa pendidik dalam perspektif
pendidikan Islam adalah:
Orang yang bertanggung jawab terhadap upaya perkembangan jasmani dan
rohani peserta didik agar mencapai tingkat kedewasaan sehingga ia mampu
menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya (baik sebagai khalifatullah fi al-ardh
maupun sebagai „Abd Allah) sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Oleh karena
itu pendidik dalam konteks ini bukan hanya terbatas pada orang-orang yang
bertugas di sekolah, tetapi semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan
anak mulai sejak dalam kandungan hingga ia dewasa, bahkan sampai meninggal
dunia.8
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa guru (pendidik) adalah orang
yang bertanggung jawab terhadap berlangsungnya proses pertumbuhan dan
perkembangan potensi anak didik dan memberikan bimbingan dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan
memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk individu yang mandiri, dan
makhluk sosial.
6
Ramayulis, Profesi…, loc. cit.
7
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Maarif, 1980), h. 37.
8
Ramayulis, op.cit., h. 3.
9
Kalau tidak, maka masalah itu akan hancur. Hal ini sesuai dengan firman Allah
dalam surat An-Nisa’ ayat 58 yaitu:
d. Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan atau sertifikat keahlian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan
diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan
kesetaraan.9
3. Kompetensi Guru
Kompetensi yang harus dimiliki Guru dan Dosen tertera pada pasal 10 ayat (1)
yang menyatakan “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.”
Bahwa guru yang profesional itu memiliki empat kompetensi atau standar
kemampuan yang meliputi kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan
sosial.
a. Kompetensi Kepribadian
Adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia. Sub kompetensi dalam kompetensi kepribadian
meliputi:
a) Kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai dengan
norma sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam
bertindak sesuai dengan norma.
b) Kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian dalam bertindak
sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
c) Kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang didasarkan pada
kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat dan menunjukkan
keterbukaan dalam berfikir dan bertindak.
d) Kepribadian yang berwibawa meliputi memiliki perilaku yang berpengaruh
positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
e) Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan meliputi bertindak sesuai
dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong) dan memiliki
perilaku yang diteladani peserta didik.
f) Kepribadian yang patut diteladani, sehingga mampu melaksanakan tripusat
yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu Ing Ngarso Sung
9
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005.
11
Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani (di depan guru
memberikan contoh/teladan, di tengah membangun kerja sama, dan di
belakang memberikan motivasi.).10
b. Kompetensi Pedagogik
Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, sub kompetensi dalam
kompetensi pedagogik adalah:
a) Memahami peserta didik secara mendalam yang meliputi memahami
peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif,
prinsip-prinsip kepribadian, dan mengindentifikasi bekal ajar awal peserta
didik.
b) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran yang meliputi memahami landasan pendidikan,
menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi
pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang
ingin dicapai, dan materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran
berdasarkan strategi yang dipilih.
c) Melaksanakan pembelajaran yang diliputi menata latar (setting)
pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
d) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran yang meliputi
merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil
belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode, menganalisis
hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan
belajar (mastery level), dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran
untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
e) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensinya meliputi memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan
berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi peserta didik untuk
mengembangkan berbagai potensi nonakademik.
10
Rusman, Model-Model Pembelajaran; Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Press, 2014), h. 22.
12
c. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar Nasional
Pendidikan, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di
sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan
terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Sub kompetensi dalam
kompetensi profesional adalah:
a) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi yang
meliputi memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah,
memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau
koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep antar mata
pelajaran terkait, dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam
kehidupan sehari-hari.
b) Menguasai struktur dan metode keilmuan yang meliputi menguasai
langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam
pengetahuan dan materi bidang studi.
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar artinya, ia menunjukkan kemampuan berkomunikasi sosial, baik
dengan murid-muridnya maupun dengan sesama teman guru, dengan kepala
sekolah bahkan dengan masyarakat luas.11
11
Yunus Abu Bakar dan Syarifan Nurjan, Profesi Keguruan, (Surabaya: AprintA, 2009), h. 3-6.
13
12
Buchari Alma, Guru Profesional, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 123
13
Rahman Getteng, Menuju Guru Profesional dan Beretika, (Makassar: Alauddin Press, 2012),
h. 10.
14
Muhammad Rahman, Kode Etik Profesi Guru, (Jakarta: Prestasi Pustaka Raya, 2014), h. 112.
14
ditiru.” Seorang guru dapat menarik simpati para peserta didiknya dan dapat
menjadi motivator dalam kegiatan belajar mengajar.
Guru memiliki kewajiban untuk mencerdaskan masyarakat dan bangsa menuju
pembentukan manusia seutuhnya. Karenanya pantaslah bung Karno menyebut
pentingnya guru dalam masa pembangunan adalah sebagai “pengabdi
masyarakat.”15
c. Tugas Guru dalam bidang Kemasyarakatan
Sebagai seorang warga negara yang baik, seorang guru turut mengembangkan
dan melaksanakan apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara lewat UUD
1945. Adapun tugas tersebut meliputi:
a) Mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi WNI yang bermoral
Pancasila.
b) Mencerdaskan bangsa Indonesia.
d. Tugas Personal
Tugas personal menyangkut pribadi dan kepribadian guru. Itulah sebabnya
setiap guru perlu menata dirinya dan memahami konsep dirinya sebagai pendidik.
Seorang guru harus mampu berkaca pada dirinya sendiri.
Faktor terpenting bagi seorang guru adalah kepribadiannya. Kepribadian itulah
yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik perusak atau penghancur bagi
hari depan anak didik, terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah
dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat
menengah).16
15
Ibid., h. 112.
16
Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), h. 9.
15
a. Fungsi Instruksional
Sepanjang sejarah keguruan, tugas atau fungsi guru yang sudah
tradisional adalah mengajar (to teach), yaitu: (1) menyampaikan sejumlah
keterangan-keterangan dan fakta-fakta kepada murid; (2) memberikan tugas-
tugas kepada mereka; dan (3) mengoreksi atau memeriksanya. Fungsi
intruksional inilah yang masih selalu diutamakan oleh hampir semua orang
yang disebut guru, dan fungsi instruksional ini masih dominan dalam karier
besar guru. Fungsi instruksional ini wujudnya adalah usaha sadar guru untuk
membantu siswa atau anak didik, agar mereka dapat belajar sesuai dengan
kebutuhan dan minatnya.
b. Fungsi Edukasional
Fungsi guru sesungguhnya bukan hanyalah mengajar, akan tetapi juga
harus mendidik (to educate). Fungsi educational ini harus merupakan fungsi
sentral guru. Setiap guru dalam fungsi ini harus berusaha mendidik para
siswanya menjadi manusia dewasa. Hal ini sejalan dengan hakikat pendidikan,
yakni pendidikan merupakan sebuah proses mendewasakan manusia. Guru
bertugas mendidik para siswanya. Langeveld (1996) menyatakan bahwa
mendidik adalah memberi pertolongan secara sadar dan sengaja kepada
seorang anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya menuju ke arah
kedewasaan, dalam arti dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab susila atas
segala tindakannya menurut pilihannya sendiri.
c. Fungsi Managerial
Fungsi kepemimpinan atau managerial guru ini dalam administrasi
sekolah modern tidak hanya terbatas di dalam kelas, akan tetapi juga
menyangkut situasi sekolah dimana ia bekerja, bahkan menynangkut pula
kegiatan-kegiatan di dalam masyarakat. Guru memiliki satu kesatuan peran
dan fungsi yang tidak terpisahkan, antara kemampuan mendidik membimbing,
mengajar dan melatih. Keempat kemampuan tersebut merupakan kemampuan
integratif antara yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Fungsi
instruksional guru adalah mengajar yaitu, menyampaikan sejumlah
keterangan-keterangan dan fakta-fakta kepada murid, memberikan tugas-tugas
kepada mereka, mengoreksi atau memerikasanya, merencanakan program
pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun, dan penilaian
setelah program itu dilaksanakan.
16
17
Imam Gunawan, “Fungsi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran”, 07 September 2016,
(www.masimamgun.blogspot.co.id).
17
18
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 9
18
sumber dan media pembelajaran yang cocok dan beragam dalam setiap
kegiatan pembelajaran. Sebagaimana lanjutan dari slogan “ing madya mangun
karsa” yaitu “tut wuri handayani” yang mempunyai arti “di belakang
memberi dorongan dan arahan”. Maka seorang guru harus selalu memberikan
dorongan dan arahan kepada peserta didiknya.19
f. Guru sebagai Entertainer
Guru harus berperan sebagai entertainer, yang mana ia harus mampu
menghibur dengan kemampuan yang dia miliki. baik itu kemampuan dalam
akting, dalam bicara, dan dalam tingkah lakunya sekaligus berpromosi
(advertising). Sebutan artis dan entertainer bukanlah melulu milik pekerja
seni, guru pun demikian bisa jadi artis, atau pelawak, sosok yang bisa
mendidik sekaligus menghibur dalam proses belajar mengajarnya.
Proses mengajar di kelas jika dikemas dengan menarik maka akan
menjadi aktifitas yang menyenangkan bagi peserta didik maupun pengajar
sendiri, sehingga proses kegiatan belajar mengajar seolah sebagai hiburan
(entertainment). Jika kondisi ini dapat dicapai maka proses transfer informasi
bahan ajar akan dapat mudah dipahami peserta didik dan meningkatkan
semangat bagi Guru dan peserta didik. Kondisi yang menyenagkan harus
dijaga, maka proses advertising dari kegiatan belajar mengajar akan berjalan
dengan sendirinya.
Suasana segar yang menghibur dapat dilakukan para guru di setiap
kesempatan mengajar. Kemampuan menghibur (entertainer) seorang guru
akan mendorong iklim yang familier dan cair. Penyampaian materi dan
pemberian motivasi dan arahan yang diberikan kepada siswa akan terasa lebih
soft dengan kemasan komunikasi yang menghibur.20
Dan masih banyak lagi peran-peran guru dalam proses belajar
mengajar di sekolah.
B. Karakter
1. Pengertian Karakter
Akar kata “karakter” dapat dilacak dari kata Latin “kharakter”, “kharassein”,
dan “xharax”, yang maknanya “tool for marking”, “to engrave”, dan “pointed
stake”. Kata ini mulai banyak digunakan kembali dalam bahasa Prancis “carcter”
pada abad ke-14 dan kemudian masuk dalam bahasa Inggris menjadi “character”,
sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia “karakter”.
Secara etimologis, karakter (character) berarti mengukir (verb) dan sifat-sifat
kebajikan (noun). Secara konseptual, karakter dapat diartikan sebagai usaha terus-
menerus seorang individu atau kelompok dengan berbagai cara untuk mengukir,
21
Baharuddin, Profesi Keguruan, (Malang: IKIP Malang, 1995), h. 156.
21
22
Nuraida dan Rihlah Nur Aulia, Pendidikan Karakter Untuk Guru, (Ciputat: Islamic Research
Publishing, 2010), h. 8.
23
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, PT Gramedia
Indonesia, 2012), h. 623.
24
Sofan Amri, Ahmad Jauhari dan Tatik Elisah, Implemetasi Pendidikan Karakter dalam
Pembelajaran, (Jakarta: Prestasi Pustaka Raya, 2011), h. 3.
25
Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 160.
22
seseorang berinteraksi secara efektif dalam berbagai keadaan dan komitmen untuk
berkontribusi dengan komunitas dan masyarakatnya. Dari kata karakter kemudian
berkembang kata karakteristik. Karakteristik adalah realisasi perkembangan
positif sebagai individu (intelektual, sosial, emosional, dan etika). Individu yang
berkarakter baik adalah seseorang yang berusaha melakukan hal yang terbaik.26
Istilah karakter juga memiliki kedekatan dan titik singgung dengan etika.
Karena umumnya orang dianggap memiliki karakter yang baik setelah mampu
bertindak berdasarkan etika yang berlaku di tengah-tengah masyarakat. Etika,
berasal dari bahasa Yunani ethikos yang diambil dari kata dasar ethos, yang
berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat,
watak, akhlak, perasaan, sikap atau cara berpikir. Namun etika dalam
perkembangannya lebih cenderung diartikan sebagai adat kebiasaan.27
Dari beberapa keterangan di atas, dapat ditarik rumusan mengenai karakter
yaitu karakter mempunyai arti sifat-sifat kejiwaan, tabiat, watak yang
membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter juga bisa disebut dengan
kepribadian. Karakter mengacu kepada sikap, perilaku, motivasi dan
keterampilan. Karakter juga disinggung dengan etika. Karena biasanya orang yang
berkarakter baik bertindak berdasarkan etika yang baik pula.
2. Pembentukan Karakter
Secara alami, sejak lahir sampai berusia tiga tahun, atau mungkin hingga
sekitar lima tahun, kemampuan nalar seorang anak belum tumbuh sehingga
pikiran bawah sadar (subconscious mind) masih terbuka dan menerima apa saja
informasi dan stimulus yang dimasukkan ke dalamnya tanpa ada
penyeleksian, mulai dari orang tua dan lingkungan keluarga. Dari mereka
itulah, pondasi awal terbentuknya karakter sudah terbangun. Selanjutnya,
semua pengalaman hidup yang berasal dari lingkungan kerabat, sekolah,
televisi, internet, buku, majalah, dan berbagai sumber lainnya menambah
pengetahuan yang akan mengantarkan seseorang memiliki kemampuan yang
semakin besar untuk dapat menganalisis dan menalar objek luar. Mulai dari
sinilah, peran pikiran sadar (conscious) menjadi semakin dominan. Sering
berjalannya waktu, maka penyaringan terhadap informasi yang melalui
26
Ngainun Naim, Character Building, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 55.
27
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 21.
23
pancaindra dapat mudah dan langsung diterima oleh pikiran bawah sadar.
Semakin banyak informasi yang diterima dan semakin matang sistem
kepercayaan dan pola pikir yang terbentuk, maka semakin jelas tindakan,
kebiasaan, dan karakter unik dari masing-masing individu. Dengan kata lain,
setiap individu akhirnya memiliki sistem kepercayaan (belief system), citra
diri (elf-image), kebiasaan (habit) yang unik. Jika sistem kepercayaanya benar
dan selaras karakternya baik, dan konsep dirinya bagus, maka kehidupannya
akan terus baik dan semakin membahagiakan. Sebaliknya jika sistem
kepercayaanya tidak selaras, karakternya tidak baik, dan konsep dirinya
buruk, maka hidupnya akan dipenuhi banyak permasalahan dan penderitaan. 28
Ryan & Lickona seperti yang dikutip Sri lestari mengungkapkan
bahwa nilai dasar yang menjadi landasan dalam membangun karakter adalah
hormat (respect). Hormat tersebut mencakup respek pada diri sendiri, orang
lain, semua bentuk kehidupan maupun lingkungan yang mempertahankannya.
Dengan memiliki hormat, maka individu memandang dirinya maupun orang
lain sebagai sesuatu yang berharga dan memiliki hak yang sederajat. 29
Karakter kita terbentuk dari kebiasaan kita. Kebiasaan kita saat anak-
anak biasanya bertahan sampai masa remaja. Orang tua bisa mempengaruhi
b a i k a t a u b u r u k , p e m b e n t u k a n k e b i a s a a n a n a k - a n a k m e r e k a 30
Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran karena
pikiran yang di dalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari
pengalaman hidupnya, merupakan pelopor segalanya. Program ini kemudian
membentuk sistem kepercayaan yang akhirnya dapat membentuk pola
berpikir yang bisa mempengaruhi perilakunya. Jika program yang tertanam
tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran universal, maka perilakunya
berjalan selaras dengan hukum alam. Hasilnya, perilaku tersebut membawa
ketenangan dan kebahagiaan. Sebaliknya, jika program tersebut tidak sesuai
dengan prinsip-prinsip universal, maka perilakunya membawa kerusakan dan
menghasilkan penderitaan. Oleh karena itu pikiran harus mendapatkan
perhatian khusus.
28
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 18.
29
Sri Lestari, Psikologi Keluarga Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam
Keluarga, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 96.
30
Thomas Lickona, Character Matters (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 50.
24
31
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2012),
h. 19.
32
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 179.
33
Gunawan, op.cit., h. 20.
25
b. Faktor Ekstern
Selain faktor intern (bersifat dari dalam) yang dapat mempengaruhi
karakter, juga terdapat faktor ekstern (bersifat dari luar) di antaranya adalah
sebagai berikut:36
1) Pendidikan
Ahmad Tafsir menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
meningkatkan diri dalam segala aspeknya. Pendidikan mempunyai
pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan karakter seseorang
sehingga baik dan buruknya akhlak seseorang sangat tergantung pada
pendidikan. Pendidikan ikut mematangkan kepribadian manusia sehingga
tingkah lakunya sesuai dengan pendidikan yang telah diterima oleh
seseorang baik pendidikan formal, informal maupun non-formal.
35
Gunawan, op. cit., h. 19.
36
Ibid., h. 21.
27
.
28
C. Peserta Didik
1. Pengertian Peserta Didik
a. Peserta didik menurut ketentuan umum Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan
jenis pendidikan tertentu.
b. Peserta didik menurut ketentuan umum Undang-Undang RI No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
c. Peserta didik adalah orang yang mempunyai pilihan untuk menempuh ilmu
sesuai dengan cita-cita dan harapan masa depan.
d. Peserta didik merupakan suatu komponen masukan dalam sistem pendidikan,
yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi
manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
e. Peserta didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berubah, kebutuhannya
pada hari ini belum tentu sama dengan kebutuhannya kemarin.
f. Peserta didik adalah individu yang memiliki kepribadian, tujuan, cita-cita
hidup dan potensi diri, oleh karena itu ia tak dapat diperlakukan semena-mena.
g. Peserta didik adalah sosok manusia sebagai individu/pribadi (manusia
seutuhnya). Individu diartikan “orang seorang tidak tergantung dari orang lain,
dalam arti benar-benar seorang pribadi yang menentukan diri sendiri dan tidak
dipaksa dari luar, mempunyai sifat-sifat dan keinginan sendiri”.37
Jadi, peserta didik adalah orang yang memiliki kepribadian, tujuan dan
mempunyai pilihan untuk menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita sehingga
menjadi manusia yang berkualitas.
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung
menyebut demikian oleh karena peserta didik (tanpa pandang usia) adalah subjek
atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Selaku pribadi yang
memiliki ciri khas dan otonomi, ia ingin mengembangkan diri (mendidik diri)
secara terus-menerus guna memecahkan masalah-masalah hidup yang dijumpai
sepanjang hidupnya.
37
Eka Prihatin, Manajemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 3.
29
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:
1) Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga
merupakan insan yang unik.
2) Individu yang sedang berkembang.
3) Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
4) Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.38
38
Umar Tirtarahardja dan S.L La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2012),
h. 52.
39
Dirman dan Cicih Juarsih, Karakteristik Peserta Didik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2014), h. 5.
40
Dharma Kesuma, Cepi Triatna dan Johar Permana, Pendidikan Karakter, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 117.
30
Dalam memahami peserta didik, para guru atau pendidik perlu dilengkapi
pemahaman tentang ciri-ciri umum peserta didik. Menurut Abdul Rahman Saleh,
setidaknya secara umum peserta didik memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Peserta didik dalam keadaan sedang berdaya untuk menggunakan
kemampuan, kemauan, dan sebagainya.
b. Mempunyai keinginan untuk berkembang ke arah dewasa.
c. Peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda.
d. Peserta didik melakukan penjelajahan terhadap alam sekitarnya dengan
potensi-potensi dasar yang dimilikinya.41
41
Dirman dan Cicih Juarsih, op.cit., h. 14.
42
Sutirna, Perkembangan & Pertumbuhan Peserta Didik, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2013),
h. 14.
43
Ibid., h. 16.
31
kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik dan tidak akan tumbuh atau
berkembang secara optimal tanpa bimbingan pendidik. Karenanya pemahaman
yang lebih konkrit tentang peserta didik sangat perlu diketahui oleh setiap
pendidik. Hal ini sangat beralasan karena melalui pemahaman tersebut akan
membantu pendidik dalam melaksanakan tugas dan fungsinya melalui
berbagai aktivitas kependidikan. Untuk itu, para pendidik perlu memahami
hakikat perkembangan peserta didik sesuai dengan tahapan-tahapannya.47
a. Penelitian oleh Komariyah dengan judul Upaya Kepala Sekolah dan Guru PAI dalam
Membentuk Karakter Peserta Didik di SMAN 12 Kota Tangerang Selatan. 48 Hasil
penelitian menunjukkan: 1) upaya yang dilakukan kepala sekolah dan guru PAI dalam
membentuk karakter peserta didik (siswa kelas XII) di SMAN 12 Kota Tangerang
Selatan tersebut yaitu dengan menanamkan dan membiasakan dengan kebiasaan-
kebiasaan yang baik kepada siswa-siswi dalam kehidupan sehari-hari, memberikan
contoh yang baik kepada siswa-siswi, serta menetapkan peraturan-peraturan kepada
siswa-siswi yang termuat dalam buku tata tertib sekolah. 2) faktor pendukung dalam
pembentukan karakter kepada peserta didik ini adalah kerja sama dari antar guru dan
juga orangtua siswa untuk lebih memperhatikan kegiatan yang dilakukan oleh peserta
didik ini di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Sedangkan faktor
penghambat dalam upaya pembentukan karakter ini bersumber dari peserta didik itu
sendiri yang kurang mematuhi peraturan atau tata tertib di sekolah.
b. Penelitian oleh Dian Susila Wijaya dengan judul Upaya Pembentukan Karakter Siswa
di SD Muhammadiyah Al Mujahidin Wonosari Gunung Kidul. 49 Hasil penelitian
menunjukkan: 1) Pelaksanaan program-program pembentukan karakter di SD
Muhammadiyah Al Mujahidin Wonosari Gunung Kidul dilakukan dengan cara (a)
keteladanan di kelas (b) melatih langsung kepada anak melalui pembelajaran di kelas
47
Ibid.
48
Komariyah, “Upaya Kepala Sekolah dan Guru PAI dalam Membentuk Karakter Peserta Didik di
SMAN 12 Kota Tangerang Selatan”, skripsi pada Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta, 2014).
49
Dian Susila Wijaya, “Upaya Pembentukan Karakter Siswa di SD Muhammadiyah Al Mujahidin
Wonosari Gunung Kidul”, skripsi pada Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, (Yogyakarta, 2014).
33
(c) pembiasaan (d) integrasi pendidikan karakter dengan mata pelajaran (e) integrasi
pendidikan karakter dengan budaya sekolah (f) integrasi pendidikan karakter dengan
kegiatan ekstrakurikuler (g) integrasi pendidikan karakter dengan pembiasaan
perilaku. 2) faktor pendukung dan faktor penghambat program-program pembentukan
karakter siswa di SD Muhammadiyah Al Mujahidin Wonosari Gunung Kidul adalah
(a) adanya kerjasama yang baik antara guru dan karyawan (b) keinginan anak (c)
sarana dan prasarana yang memadai. Adapun faktor penghambatnya adalah (a)
kondisi orang tua, kebiasaan anak di rumah, dan lingkungan tempat tinggal sebagian
peserta didik yang kurang mendukung (b) seringnya pergantian guru di SD
Muhammadiyah Al Mujahidin Wonosari Gunung Kidul. 3) Hasil pelaksanaan
program-program pembentukan karakter siswa di SD Muhammadiyah Al Mujahidin
Wonosari Gunung Kidul adalah (a) meningkatkan kultur religius pada seluruh stake
holder di sekolah (b) meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar (c)
meningkatkan daya kreatifitas dan kompetitif siswa (d) meningkatkan budaya disiplin
pada seluruh siswa, guru, karyawan dan wali murid (e) meningkatkan prestasi sekolah
(f) meningkatnya budaya mutu dan kualitas layanan sekolah kepada masyarakat (g)
meningkatnya partisipasi masyarakat khususnya wali murid (h) meningkatnya
kepercayaan publik terhadap sekolah (i) meningkatnya kepercayaan pemerintah
terhadap sekolah.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Metode Penelitian
Metode penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena
sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Partisipan adalah orang-orang yang
diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat,
pemikiran, dan persepsinya. Pemahaman diperoleh melalui analisis berbagai
keterkaitan dari partisipan, dan melalui penguraian “pemaknaan partisipan”
tentang situasi-situasi dan peristiwa-peristiwa. Pemaknaan partisipan meliputi
perasaan, keyakinan, ide-ide, pemikiran dan kegiatan dari partisipan. Beberapa
penelitian kualitatif diarahkan lebih dari sekadar memahami fenomena tetapi juga
mengembangkan teori.1
Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama,
menggambarkan dan mengungkapkan (to describe and explore) dan kedua
menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain). Kebanyakan
penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan eksplanatori. Beberapa penelitian
memberikan deskripsi tentang situasi yang kompleks, dan arah bagi penelitian
selanjutnya. Penelitian lain memberikan eksplanasi (kejelasan) tentang hubungan
antara peristiwa dengan makna terutama menurut persepsi partisipan.2
1
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2012), h. 94.
2
Ibid., h. 60.
34
35
Table 3.1
3
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), Cet. ke-4 h. 39.
36
Table 3.2
3. Dokumentasi
Dalam Dokumentasi ini penulis gunakan untuk memperoleh data
berupa: sejarah berdirinya MTs Islamiyah Ciputat, data tentang guru, data
siswa dan fasilitas yang digunakan, struktur organisasi, program
pengembangan penanaman nilai-nilai karakter serta dokumentasi lain yang
relevan.
40
D. Sumber Data
1. Sumber Primer
Sumber primer yang dimaksud di sini adalah sumber yang berasal dari
seseorang atau lebih untuk mendapatkan informasi-informasi yang berkaitan
dengan problematika pembentukan karakter peserta didik. Adapun sumber-
sumber tersebut peneliti dapatkan dari:
a. Kepala sekolah 0
b. Guru bidang kesiswaan
c. Guru bidang bimbingan konseling
d. Guru bidang humas
e. Peserta didik
2. Sumber Sekunder
Sumber sekunder yang digunakan adalah buku-buku yang berkaitan
dengan pengembangan karakteristik peserta didik, buku-buku yang berkaitan
dengan penelitian kualitatif serta buku Pedoman Skripsi Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan.
E. Keabsahan Data
Untuk memperoleh keabsahan data penulis menggunakan teknik triangulasi.
Triangulasi dikenal dengan istilah cek dan ricek yaitu pengecekan data
menggunakan beragam sumber, teknik, dan waktu. Beragam sumber maksudnya
digunakan lebih dari satu sumber untuk memastikan apakah datanya adalah benar
atau tidak.4 Cara yang digunakan yaitu membandingkan dan mencocokkan semua
data yang diperoleh melalui hasil wawancara, observasi dan dokumentasi untuk
menilai tingkat kebenaran data untuk proses analisis.
4
Nusa Putra, Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi, (Jakarta, PT. Indeks, 2012), h. 189.
41
A. Deskripsi Data
Pada deskripsi data ini penulis melakukan beberapa teknik. Di antara teknik
tersebut adalah: observasi, wawancara dan dokumentasi. Dokumentasi yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah untuk melengkapi informasi-informasi atau hasil
penelitian penulis, seperti berupa foto, pengambilan data dari arsip sekolah tentang
sejarah berdirinya MTs Islamiyah Ciputat, visi misi sekolah, struktur organisasi
sekolah, keadaan pendidik, peserta didik dan sarana prasarana sekolah.
Kegiatan awal penulis adalah menyerahkan surat izin untuk melakukan
penelitian atau pengamatan di MTs Islamiyah Ciputat dan meminta arsip atau
dokumen-dokumen tentang sejarah sekolah, visi misi, data tenaga kependidikan, data
siswa, sarana dan prasarana sekolah.
Kegiatan selanjutnya adalah menyusun langkah-langkah observasi yang akan
dilakukan oleh penulis. Dibuatnya langkah-langkah adalah agar penelitian ini terfokus
kepada judul yang penulis susun yaitu tentang Problematika Guru dalam Membentuk
Karakter Peserta didik di MTs Islamiyah Ciputat.
Selanjutnya penulis mulai melakukan observasi atau pengamatan dari mulai
kedisiplinan peserta didik MTs Islamiyah Ciputat. Yang penulis amati yaitu tentang
kedisiplinan dalam berpakaian dan ketepatan waktu dalam masuk ke sekolah.
Langkah selanjutnya penulis mengamati tentang kereligiusan peserta didik.
Dimulai dari tadarus pagi, shalat Dhuha, pengajian Jum‟at dan tentang kegiatan-
kegiatan religius lainnya.
Selanjutnya penulis mewawancarai peserta didik untuk mengetahui lebih
lanjut tentang kejujuran, kreativitas dan karakter bersahabat peserta didik tersebut.
Juga mewawancarai guru untuk mengetahui problem-problem dalam membentuk
karakter peserta didik serta solusinya.
B. Pembahasan
Dari deskripsi data di atas maka penulis akan membahas secara rinci tentang
deskripsi data tersebut. Adapun yang akan penulis bahas adalah hasil wawancara yang
penulis peroleh serta penguatan dari hasil observasi yang penulis dapatkan tentang
bagaimana pembentukan karakter di MTs Islamiyah Ciputat, larangan yang tidak
42
43
boleh dilakukan peserta didik dan hukuman yang akan diberikan pihak sekolah,
problematika guru dalam membentuk karakter peserta didik serta solusi dalam
mengatasinya.
Berikut data yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan yang
dianalisis dan diinterpretasikan sebagai berikut:
seluruh sekolah yang ada di ciputat ini karena ada beberapa titik yang
mereka tempuh.”1
Begitu pula dengan apa yang dikatakan oleh Ibu Masnah pada sesi
wawancara, yaitu:
“Penyebabnya kalau mereka terlambat adalah macet. Karena macet
sudah menjadi hal biasa.”2
2) Atribut Sekolah
Atribut sekolah adalah kelengkapan pakaian yang dikenakan pada hari
belajar oleh peserta didik di sekolah yang jenis, model dan warnanya
berlaku sama.
Peserta didik masih banyak yang melanggar dalam hal atribut sekolah
ini. Seperti, memakai kaos kaki warna-warni, sepatu tidak berwarna hitam,
baju tidak dimasukkan ke dalam (bagi siswa), tidak memakai dalaman
kerudung (bagi siswi). Biasanya yang memakai kaos kaki berwarna akan
menerima hukuman berupa disita sepasang sepatunya, sampai dia
memakai kaos kaki putih yang dianjurkan oleh sekolah.
Dan dari hasil wawancara, kepala sekolah pun menyetujui bahwa
pelanggaran yang sering dilanggar yaitu dalam hal berpakaian.
“Peraturan yang sering mereka langgar yaitu dalam hal berpakaian.”6
1
Hasil wawancara dengan Ibu Tatu Uyainah, selaku Wakamad Humas dan guru Qur‟an Hadits dan
BTQ di MTs Islamiyah Ciputat, Kamis, 17 November 2016.
2
Hasil wawancara dengan Ibu Masnah, selaku Wakamad Kesiswaan dan guru SKI dan BTQ di MTs
Islamiyah Ciputat, Kamis, 10 November 2016.
3
Hasil wawancara dengan Laras Handini siswa kelas IX II MTs Islamiyah Ciputat, Rabu, 9 November
2016.
4
Hasil wawancara dengan Syahrul Abdul Aziz siswa kelas IX III MTs Islamiyah Ciputat, Rabu, 16
November 2016.
5
Hasil wawancara dengan Bunga Aurelia siswa kelas IX I MTs Islamiyah Ciputat, Rabu, 9 November
2016.
6
Hasil wawancara dengan Bapak Aep Saepullah selaku Kepala Sekolah dan guru Matematika di MTs
Islamiyah Ciputat, Rabu, 9 November 2016.
45
b. Nilai Keagamaan
Nilai keagamaan yang diterapkan di sekolah yaitu berupa tahlilan
Jum‟at, shalat Dhuha, tadarus juz „amma, shalat Jum‟at, memperingati hari
besar Islam. Semua kegiatan keagamaan yang dilakukan sekolah berjalan
dengan lancar. Karena sudah ditanamkan sejak awal mereka masuk di MTs
Islamiyah.
1) Tahlil Jum’at
Setiap Jum‟at pagi sebelum dimulainya Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) seluruh siswa-siswi beserta dewan guru berkumpul bersama di
lapangan untuk memulai kegiatan keagamaan yaitu tahlil Jum‟at. Dengan
dipimpin oleh dewan guru atau terkadang pula siswa dari tingkat Madrasah
Aliyah yang memimpin jalannya tahlil Jum‟at tersebut. Dibuka dengan
7
Hasil wawancara dengan Junawan siswa kelas VIII I MTs Islamiyah Ciputat, Rabu, 16 November
2016.
8
Hasil wawancara dengan Syahrul Abdul Aziz siswa kelas IX III MTs Islamiyah Ciputat, Rabu, 16
November 2016.
46
Gambar 4.19
Dalam hal kegiatan tahlil Jum‟at ini, kepala sekolah berkata dalam
wawancaranya:
“Masih menunggu guru datang pagi-pagi dan harus „ditongkrongin‟
dalam kegiatan Jum‟at.”10
2) Shalat Dhuha
Pelaksanaan shalat Dhuha di MTs Islamiyah dilakukan dengan cara
bergilir. Bergilir setiap harinya. Dimulai oleh kelas VII pada hari Senin.
Lalu dilanjutkan oleh kelas VIII pada hari Selasa. Dan di hari Rabunya
oleh kelas IX. Sedangkan pada hari Kamis digilir kembali dari kelas VII.
Selanjutnya pada hari Jum‟at kembali oleh kelas VIII dan hari Sabtu oleh
9
Peserta didik sedang melaksanakan tahlil Jum‟at di lapangan.
10
Hasil wawancara dengan Bapak Aep Saepullah selaku Kepala Sekolah dan guru Matematika di MTs
Islamiyah Ciputat, Rabu, 9 November 2016.
47
Gambar 4.211
Gambar 4.312
11
Peserta didik melaksanakan shalat Dhuha di Mushalla sekolah.
12
Sebelum dimulainya pembelajaran peserta didik melaksanakan tadarus Juz „amma.
48
4) Shalat Jum’at
Shalat Jum‟at hukumnya fardhu „ain, yakni wajib dilakukan bagi setiap
muslim laki-laki. Sedangkan bagi perempuan tidak diwajibkan, namun
tetap harus melaksanakan shalat Dzuhur.
MTs Islamiyah mengadakan shalat Jum‟at berjama‟ah di masjid yang
berada di kawasan sekolah. Yang diimami oleh dewan guru.
Namun ada saja siswa yang berusaha untuk tidak mengikuti shalat Jum‟at
di sekolah. Dengan alasan ingin shalat Jum‟at di masjid terdekat dengan
rumahnya.
Gambar 4.413
c. Kejujuran
Kejujuran merupakan bagian dari sifat positif manusia. Jujur adalah
sebuah sikap yang selalu berupaya menyesuaikan atau mencocokkan antara
13
Pelaksanaan shalat Jum‟at di sekolah.
49
informasi dengan fenomena atau realita. Dalam agama Islam sikap seperti
inilah yang dinamakan shiddiq. Makanya jujur itu bernilai tak terhingga.
Karena semua sikap yang baik selalu bersumber pada kejujuran.
Menurut hasil wawancara dengan peserta didik bahwa hampir seluruh
siswa itu tak ada yang tak pernah berbohong kepada gurunya. Dimulai dari hal
perizinan hingga tugas yang diberikan kepada sang guru terhadap muridnya.
Contoh pada perizinan yaitu saat kegiatan belajar mengajar berlangsung,
murid meminta izin kepada sang guru bahwa mereka ingin pergi ke toilet. Saat
sudah di luar kelas, mereka tidak benar-benar ke toilet namun mereka pergi ke
kantin untuk membeli makanan atau minuman. Dalam hal tugas pun demikian.
Pada saat waktunya tugas dikumpulkan, mereka akan beralasan bahwa
tugasnya itu tertinggal di rumah. Padahal mereka belum mengerjakannya.
Seperti yang dikatakan peserta didik dalam wawancaranya:
Bunga: “Setiap murid tidak mungkin tidak pernah bohong kepada guru.
Dalam hal PR. Bilangnya bukunya ketinggalan padahal belum
dikerjakan.”14
Syahrul: “Dalam hal izin. Izinnya ke kamar mandi tapi ternyata ke kantin.
Dalam hal PR. Bilangnya ketinggalan padahal belum mengerjakan.”15
d. Kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk menciptakan
sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif
berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Dalam hal berkreativitas, siswa-siswi di MTs Islamiyah cukup kreatif.
Hal itu mereka tunjukkan dalam berbagai macam perlombaan. Baik
perlombaan yang diadakan di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
Perlombaan yang ada di dalam sekolah contohnya seperti dalam memperingati
hari Kemerdekaan RI, sumpah pemuda, atau event-event yang lain yang
14
Hasil wawancara dengan Bunga Aurelia siswa kelas IX I MTs Islamiyah Ciputat, Rabu, 9 November
2016.
15
Hasil wawancara dengan Syahrul Abdul Aziz siswa kelas IX III MTs Islamiyah Ciputat, Rabu, 16
November 2016.
16
Hasil wawancara dengan Junawan siswa kelas VIII I MTs Islamiyah Ciputat, Rabu, 16 November
2016.
50
Gambar 4.519
17
Hasil wawancara dengan Bapak Aep Saepullah selaku Kepala Sekolah dan guru Matematika di MTs
Islamiyah Ciputat, Rabu, 9 November 2016.
18
Hasil wawancara dengan Ibu Masnah, selaku Wakamad Kesiswaan dan guru SKI dan BTQ di MTs
Islamiyah Ciputat, Kamis, 10 November 2016.
19
MTs Islamiyah Ciputat mendapatkan juara umum dalam perlombaan pramuka.
51
“terkadang ada gank-gank an. Setingkat MTs itu ada gank-gank an.
Ada gank ini gank itu. Membentuk teman grup-grup gitu.” Ujar pak
Aris selaku guru bidang Bimbingan Konseling di sekolah.20
“karena gank-gank gitu sih. Dan baper (bawa perasaan).” Tambah pak
Aep.21
Gambar 4.622
sekolah. Pada jam-jam efektif sekolah, siswa memang harus berada di sekolah.
Kalau tidak ada di sekolah, maka harus memberikan keterangan yang sah serta
diketahui oleh orang tua atau walinya. Adapun larangan mengenai kehadiran
peserta didik yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.1
Kehadiran23
No. Jenis Pelanggaran Poin
1. Peserta didik datang terlambat (lebih dari 10 menit) 10
2. Peserta didik berada di luar kelas pada saat kegiatan belajar 50
mengajar sedang berlangsung
3. Peserta didik tidak mengikuti kegiatan sekolah/madrasah 20
(upacara bendera, kegiatan ibadah, PHBI, PHBN)
b. Pakaian
Pakaian sekolah atau seragam sekolah merupakan pakaian yang
digunakan saat menempuh pendidikan di sekolah. Pakaian ini menjadi
identitas atau lambang dari sekolah tersebut. Pada waktu hari-hari efektif
sekolah, peserta didik menggunakan seragam sekolah dan harus menjaga
sikapnya ketika di dalam sekolah terlebih di luar, karena perilakunya akan
membawa nama baik sekolah. Adapun larangan mengenai pakaian yaitu
sebagai berikut:
23
Tata tertib siswa MTs Islamiyah Ciputat.
53
Tabel 4.2
Pakaian24
No. Jenis Pelanggaran Poin
1. Peserta didik memakai baju pendek ketat dan sudah dicoret- 5
coret serta celana/rok ketat
2. Peserta didik yang tidak memakai seragam sesuai dengan 10
ketentuan (badge, sepatu, lokasi, dasi, topi, almamater)
3. Peserta didik memakai sweater, jaket, topi yang bukan seragam 10
resmi sekolah/madrasah
Dalam hal berpakaian, jenis pelanggaran yang terdapat pada no. 2 yang
sering terjadi pada siswa di MTs Islamiyah. Demikianlah menurut pengamatan
peneliti. Karena ada saja siswa yang tidak memakai seragam sesuai dengan
ketentuan sekolah. Seragam di sini yang sering mereka langgar yaitu sepatu
dan kaus kaki. Masih ada dari mereka yang memakai sepatu dan kaus kaki
berwarna. Sedangkan ketentuan dari sekolah yaitu diwajibkan memakai sepatu
hitam dan kaus kaki putih. Ada yang sepatunya sudah berwarna hitam, namun
dia tidak memakai kaus kaki. Maka sepatunya akan disita sampai dia memakai
kaus kakinya.
c. Kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan
berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan
dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Di
samping itu, kepribadian sering diartikan sebagai ciri-ciri yang menonjol pada
diri individu. Seperti kepada orang yang pemalu maka orang itu mempunyai
kepribadian pemalu. Kepada orang yang rajin maka orang itu mempunyai
kepribadian rajin, dan seterusnya. Jadi larangan peserta didik yang akan
dibahas di sini adalah mengenai nilai-nilai kepribadian peserta didik tersebut.
Adapun larangannya adalah sebagai berikut:
24
Tata tertib siswa MTs Islamiyah Ciputat.
54
Tabel 4.3
Kepribadian25
No. Jenis Pelanggaran Poin
1. Peserta didik melakukan tindakan asusila, baik di dalam atau di 50
luar lingkungan sekolah/madrasah
2. Peserta didik menghamili/hamil di luar nikah 100
3. Peserta didik mencorat-coret pakaian, meja, kursi, papan tulis, 25
tembok, pagar, wc dan mushalla milik sekolah
4. Peserta didik membuang sisa-sisa makanan atau sampah ke 50
dalam kotak meja belajar atau di tempat-tempat yang bukan
peruntukan membuang sampah
5. peserta didik menyembunyikan barang milik temannya (sepatu, 5
peralatan sekolah dan sejenisnya)
6. peserta didik melecehkan dan mencemarkan nama baik 50
pendidik dan tenaga kependidikan melalui media sosial
7. peserta didik melecehkan dan mencemarkan nama baik sesama 25
peserta didik lainnya melalui media sosial
8. peserta didik menyontek, meniru pekerjaan teman dan atau 50
bekerjasama pada saat ulangan/ujian
9. peserta didik berbohong dan memalsukan tanda tangan orang 50
tua/tenaga pendidik/wali kelas/kepala sekolah/madrasah, atau
pihak lain
10. peserta didik mengadakan kegiatan yang tidak sesuai dengan 50
ajaran agama, misalnya: ulang tahun, tahun baru, valentine day,
atau kegiatan-kegiatan sejenis di lingkungan sekolah/madrasah
11. peserta didik melawan dan mengancam tenaga pendidik dan 50
tenaga kependidikan
25
Tata tertib siswa MTs Islamiyah Ciputat.
55
d. Ketertiban
Ketertiban yaitu aturan yang mengharuskan segala sesuatu berjalan
agar tidak berantakan dan teratur. Keadaan di mana semua aturan-aturan
dipatuhi. Adapun ketertiban yang harus dijalankan peserta didik di lingkungan
sekolah adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
Ketertiban26
No. Jenis Pelanggaran Poin
1. peserta didik menggunakan handphone atau sejenisnya di 10
dalam lingkungan sekolah/madrasah pada saat KBM
berlangsung tanpa ada izin dari guru
2. peserta didik melakukan perbuatan yang dapat mengganggu 10
ketertiban dan keamanan di dalam lingkungan
sekolah/madrasah
3. peserta didik melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan 50
kerugian, kerusakan, kehilangan barang-barang milik
sekolah/madrasah
4. peserta didik menerima tamu, mengajak/membawa teman ke 50
sekolah/madrasah tanpa seizin tenaga pendidik kelas/pimpinan
sekolah/madrasah
5. peserta didik meninggalkan buku-buku pelajaran di dalam 50
kotak meja belajar
6. Peserta didik melompat pagar sekolah/madrasah 50
7. peserta didik membawa makan dan minum pada saat kegiatan 5
26
Tata tertib siswa MTs Islamiyah Ciputat.
56
e. Merokok
Rokok adalah produk yang berbahaya dan menimbulkan
ketergantungan. Efek rokok terhadap kesehatan sangat membahayakan. Akibat
kandungan berbagai bahan kimia berbahaya yang ada di dalam rokok, maka
dengan merokok sama saja kita memasukkan bahan-bahan berbahaya tersebut
ke dalam tubuh kita. Di dalam sekolah mempunyai peraturan dalam hal
merokok. Jika peserta didik membawa, menyimpan, atau merokok di dalam
maupun di luar lingkungan sekolah maka akan mendapatkan poin sebagai
berikut:
Tabel 4.5
Merokok27
No. Jenis Pelanggaran Poin
1. peserta didik membawa dan menyimpan rokok atau merokok di 50
dalam lingkungan sekolah/madrasah
27
Tata tertib siswa MTs Islamiyah Ciputat.
57
f. Pornografi
Pornografi adalah gambar, tulisan atau material lain yang berbau
prostitusi dan memiliki tujuan utama memenuhi hasrat seksual. MTs Islamiyah
Ciputat menerapkan larangan peserta didik untuk membawa hal yang berbau
pornografi. Adapun yang diterapkan sekolah agar menjadikan peserta didik
memiliki karakter yang baik dengan menerapkan larangan sebagai berikut:
Tabel 4.6
Pornografi28
No. Jenis Pelanggaran Poin
1. peserta didik membawa dan mengedarkan gambar porno, film 50
porno, stensil atau sejenisnya ke dalam atau ke luar lingkungan
sekolah/madrasah
2. peserta didik menyalahgunakan penggunaan teknologi IT, 25
seperti upload foto/gambar/video porno
g. Kriminalitas
Kriminalitas adalah segala bentuk perbuatan atau tindakan yang
dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang sekaligus, yang mana perbuatan
tersebut melanggar hukum pidana. Kriminalitas merupakan sebuah tindakan
28
Tata tertib siswa MTs Islamiyah Ciputat.
58
yang bersifat negatif, di mana setiap pelakunya akan dijerat dengan berbagai
macam pasal yang telah diatur di dalam undang-undang yang berlaku. Adapun
larangan peserta didik mengenai kriminalitas yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.7
Kriminalitas29
No. Jenis Pelanggaran Poin
1. peserta didik membawa, menyimpan, mengkonsumsi dan 100
mengedarkan minuman keras atau narkoba ke dalam atau di
luar lingkungan sekolah/madrasah
2. peserta didik melakukan tindakan kriminal di dalam dan luar 50
lingkungan sekolah/madrasah, seperti: tawuran, penganiayaan,
mencuri, pemalakan, berjudi, ataupun tindakan-tindakan
kriminal lainnya di dalam atau di luar lingkungan
sekolah/madrasah
3. peserta didik tersangkut tindak kriminal atau perkara kepolisian 100
yang berkekuatan hukum tetap
h. Senjata tajam
Senjata tajam yaitu suatu alat yang digunakan untuk melukai,
membunuh, atau menghancurkan suatu benda. Senjata dapat digunakan untuk
menyerang maupun untuk mempertahankan diri, dan juga untuk mengancam
dan melindungi. Apapun yang dapat digunakan untuk merusak dapat
dikatakan senjata. Senjata bisa sederhana seperti pentungan, pisau, gunting,
dan lain sebagainya. Senjata tajam yang dimaksud di sini adalah untuk disalah
gunakan dan dapat membahayakan orang lain. Maka di sekolah dilarang
membawa senjata tajam. Adapun yang tidak boleh dilanggar oleh peserta didik
tentang senjata tajam ini adalah sebagai berikut:
29
Tata tertib siswa MTs Islamiyah Ciputat.
59
Tabel 4.8
Senjata Tajam30
No. Jenis Pelanggaran Poin
1. peserta didik membawa dan menyimpan senjata tajam atau 20
sejenisnya di dalam atau di luar lingkungan sekolah/madrasah
2. peserta didik menggunakan senjata tajam atau sejenisnya di 100
dalam atau di luar lingkungan sekolah/madrasah
Dalam hal senjata tajam, peserta didik tidak pernah ada yang
membawa senjata tajam atau sejenisnya di dalam atau di luar lingkungan
sekolah. Karena hal tersebut akan sangat membahayakan dirinya dan orang
lain.
30
Tata tertib siswa MTs Islamiyah Ciputat.
60
b. Karakter disiplin
Problematika guru dalam membentuk karakter disiplin adalah terkadang
masih ada peserta didik yang „ngeyel‟. Kalau mereka melakukan kesalahan,
mereka tidak mau disalahi sendirian. Tidak langsung menerima tapi
menyanggah dahulu. Dan banyak protesnya. Dan membolos juga menjadi
problem guru dalam membentuk karakter disiplin siswa. Guru ingin anak-anak
semuanya bisa patuh, namun kenyataannya membutuhkan waktu yang panjang.
Di saat guru mencontohkan disiplin kepada peserta didik dan berharap mereka
akan ikut berdisiplin, itu belum tentu karena akan membutuhkan proses yang
panjang. Dalam menegakkan disiplin harusnya dimulai dari diri sendiri yang
memberikan contoh.
c. Karakter kreatif
Problematika guru dalam membentuk karakter kreatif: guru ingin menggali
sisi seni peserta didik, tetapi yang menjadi problem adalah peserta didik yang
suka plin-plan dan berakhir menjadi tidak ingin berkreasi karena kemalasan
dari diri mereka. Karena malasnya anak-anak itu guru harus pandai-pandai
mengajak mereka. Juga ada faktor dari keluarga yang tidak mendukung. Dan
perlu waktu yang lama karena harus mendatangkan pelatih yang bagus untuk
membentuk karakter kreatif anak dalam kegiatan ekstrakurikuler.
d. Karakter bersahabat
Problematika guru dalam membentuk karakter bersahabat yaitu masih ada
di antara peserta didik yang mempunyai „geng-geng‟ atau kelompok dalam
berteman. Itu akan mempengaruhi karakter mereka dalam bersahabat. Mereka
menjadi pemilih dalam berteman. Dan tak ingin berbaur dengan teman yang
lain. Karena merasa teman dalam kelompoknya saja sudah cukup. Perasaan
mereka yang berlebihan akan mengikis karakter bersahabat mereka.
e. Karakter jujur
Problematika guru dalam membentuk karakter jujur adalah masih adanya
peserta didik yang belum bisa jujur dalam mengerjakan soal-soal mereka. Dari
mulai ulangan harian, UTS maupun UAS. Masih tengok kanan kiri dalam
mengerjakannya. Gelisah, karena mereka tidak siap dan tidak belajar
61
semalamnya atau dari jauh-jauh hari. Dan banyak peserta didik yang tidak
mau berterus terang kepada gurunya. Salah satunya juga karena peserta didik
melihat dari sosok yang dia temukan. Baik di masyarakat atau lingkungan.
Yang lebih utama pasti karena faktor diri sendiri. Yang kedua faktor teman.
Pengaruh teman sangat luar biasa. Contohnya, di kelas dia mau jujur tapi
karena pengaruh teman jadi dia tidak jujur. Dalam mengerjakan soal saja anak
ini inginnya jujur tapi temannya yang menjerumuskan. Nilainya jadi anjlok,
tapi temannya jadi bagus.
Harus sering dan tidak bosan untuk memberikan teguran dan kepada para anak
didiknya. Sabar dalam menghadapi anak-anak. Istiqomah dalam menjalankan
profesinya. Guru ditakuti siswanya karena benar perkataannya. Tidak hanya
sebulan dua bulan, tapi setiap bertemu harus tetap seperti itu. Kalau memberi
hukuman contohnya seperti mencubit, maka mencubitnya karena salah. Tidak
hanya sekedar mencubit saja. Jadi siswa akan melihat kalau gurunya benar dalam
memberikan hukuman kepada siswa yang salah. Semuanya kembali kepada
keistiqomahannya. Juga adanya kerja sama antara orang tua, kepala sekolah dan
guru. Guru tidak boleh „ambekan‟, tidak boleh bersikap emosional, tidak boleh
tiba-tiba menjudge anak, tidak boleh tendensius. Guru harus lebih memantau
peserta didik, terutama wali kelas. Agar lebih mengetahui bagaimana kondisi anak,
bagaimana menangani kasus anak. Manakala mendapatkan informasi tentang anak
yang kurang bagus, guru harus segera beritahu orangtuanya dengan hati-hati.
Karena ada orang tua yang menerima, ada juga yang tidak menerima.
Komunikasikan yang baik dan yang pas.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan dan pembahasan/analisis yang penulis lakukan dengan judul
“Problematika Guru dalam Membentuk Karakter Peserta Didik di MTs Islamiyah
Ciputat”, dan setelah menyampaikan hasil analisa dari bab sebelumnya penulis dapat
menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Peserta didik yang masih kurang disiplin. Salah satu problem guru untuk
membentuk karakter peserta didik tersebut yaitu masih kurangnya disiplin peserta
didik dan itu tidak terlepas dari beberapa faktor yang dialami oleh peserta didik.
Pertama, dari faktor lingkungan atau keluarga terkadang ikut andil dalam problem
guru untuk membentuk karakter peserta didik yaitu lingkungan atau keluarga yang
tidak mendukung peserta didik dalam hal membentuk karakternya. Kedua, dari
faktor teman. Pengaruh teman sangatlah luar biasa. Karena peserta didik lebih
banyak menghabiskan waktunya dengan teman-temannya dibandingkan dengan
gurunya. ketiga, yaitu dirinya sendiri. Jika dirinya saja sudah tidak mau untuk
dibentuk karakternya menjadi lebih baik lagi, maka hal itu akan menjadi problem
bagi guru.
2. Solusi dalam mengatasi problematika guru dalam membentuk karakter peserta
didik yaitu yang utama adalah istiqomah. Istiqomah dalam hal memberikan
teguran dan sebagainya kepada peserta didik. Tidak bosan dalam memberikan
peringatan atau semacam hukuman untuk yang bersalah. Dan selalu menjadi
teladan untuk peserta didik agar mereka mencontoh gurunya yang senantiasa
berlaku disiplin. Selain istiqomah, harus ada kerja sama antara orang tua, kepala
sekolah dan guru. Kepala sekolah dan guru yang selalu mensupport peserta didik
disaat mereka ada di lingkungan sekolah, kemudian dilanjutkan oleh orang tua
yang berada di lingkungan luar sekolah.
62
63
B. Implikasi
Mendisiplinkan kembali peserta didik yang masih terlihat belum disiplin dalam
lingkungan sekolah dengan mengetahui faktor penyebabnya. Penyebab yang timbul
dari kalangan keluarga, teman, atau dari dirinya sendiri. Dengan begitu guru bisa
lebih mudah dalam memberikan masukan, nasehat atau hukuman sekalipun. Solusi
yang didapat dalam mengatasi problematika guru dalam membentuk karakter peserta
didik yaitu dengan keistiqomahan guru tersebut dalam memberikan peringatan atau
semacam hukuman untuk yang bersalah. Tak pernah bosan untuk selalu menegur atau
bertindak jika peserta didik tersebut membuat kesalahan. Menjadi teladan bagi peserta
didik juga harus diterapkan oleh guru. Karena peserta didik akan mencontoh
bagaimana gurunya bersikap. Adanya kerja sama dari pihak sekolah serta orang tua
dalam membimbing peserta didik di rumah maupun di sekolah.
C. Saran
1. Peserta didik harus lebih disiplin lagi dalam hal mematuhi peraturan yang berlaku
di sekolah, agar menjadi pribadi yang mempunyai karakter disiplin dan karakter
yang baik dalam hidupnya.
2. Guru agar senantiasa lebih meningkatkan kualitasnya serta menjadi teladan dan
contoh kepada peserta didik. Sehingga peserta didik akan melihat dan mencontoh
pula apa yang dilakukan oleh guru tersebut.
3. Orang tua hendaknya membantu mendukung segala kegiatan sekolah untuk turut
serta menciptakan peserta didik yang baik dari segi kognitif dan afektifnya. Begitu
pula dengan hal yang berkaitan dengan karakternya.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sofan, Ahmad Jauhari dan Tatik Elisah. Implemetasi Pendidikan Karakter dalam
Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya, 2011.
Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Jakarta: PT.
Prestasi Pustakaraya, 2010.
Bakar, Yunus Abu dan Syarifan Nurjan. Profesi Keguruan. Surabaya: AprintA, 2009.
Dirman dan Cicih Juarsih. Karakteristik Peserta Didik. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2014.
Getteng, Rahman. Menuju Guru Profesional dan Beretika. Makassar: Alauddin Press, 2012.
Gunawan, Heri. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta, 2012.
64
65
Kesuma, Dharma, Cepi Triatna dan Johar Permana. Pendidikan Karakter. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2011.
Komariyah, “Upaya Kepala Sekolah dan Guru PAI dalam Membentuk Karakter Peserta
Didik di SMAN 12 Kota Tangerang Selatan”. Skripsi pada Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Lestari, Sri. Psikologi Keluarga Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam
Keluarga. Jakarta: Kencana, 2013.
Majid, Abdul dan Dian Andayani. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2011.
Ngalim, M. Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011.
Nuraida dan Rihlah Nur Aulia. Pendidikan Karakter untuk Guru. Ciputat: Islamic Research
Publishing, 2010.
66
Putra, Nusa. Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi. Jakarta, PT. Indeks, 2012.
Rahman, Muhammad. Kode Etik Profesi Guru. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya, 2014.
Salahudin, Anas dan Irwanto Alkrienciehie. Pendidikan Karakter. Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2013
Samani, Muchlas dan Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2011.
Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011.
Sutirna, Perkembangan & Pertumbuhan Peserta Didik. Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2013.
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010.
Tirtarahardja, Umar dan S.L.La Sulo. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2012.
Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.
67
Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
68
Lampiran 1
1
Dokumen Tata Usaha MTs Islamiyah Ciputat.
69
kelas VII 3 Rombel, Kelas VIII 3 Rombel dan Kelas IX 3 Rombel, sampai saat ini
MTS Islamiyah Ciputat pernah dipimpin 9 orang kepala madrasah hingga
sekarang. Berikut kepala madrasah yang pernah bertugas di MTs Islamiyah
Ciputat:
Indikator Visi
2
Dokumen Tata Usaha MTs Islamiyah Ciputat.
3
Dokumen Tata Usaha MTs Islamiyah Ciputat.
70
Misi:
Tata Usaha
Muhamad Fauzi
Guru
Siswa
4
Dokumen Tata Usaha MTs Islamiyah Ciputat.
72
Data Pendidik5
5
Dokumen Tata Usaha MTs Islamiyah Ciputat.
6
Dokumen Tata Usaha MTs Islamiyah Ciputat.
73
7
Dokumen Tata Usaha MTs Islamiyah Ciputat.
74
Lampiran 2
1. Adakah kegiatan religius yang telah dilakukan sekolah agar dapat mengembangkan
karakter anda? Kegiatan apa sajakah itu?
2. Apakah dengan mengikuti kegiatan tersebut anda memperoleh hasil yang positif?
3. Apakah anda selalu datang ke sekolah tepat waktu? Jam berapa anda biasanya sudah
berada di sekolah?
4. Apakah anda selalu mengikuti tata tertib yang diberikan sekolah?
5. Pernahkah anda melakukan pelanggaran di sekolah? Jika pernah, apa yang anda
langgar?
6. Apa hukuman yang diberikan sekolah kepada siswa yang melanggar peraturan?
7. Apakah anda seseorang yang kreatif? Pernahkah anda berkreasi di lingkungan kelas?
8. Pernahkah anda memberikan kontribusi (berupa kreativitas) kepada sekolah? Jika
pernah, kontribusi apa yang anda berikan kepada sekolah?
9. Apakah anda pernah mendapatkan penghargaan dari hasil kreativitas anda? Jika
pernah, penghargaan seperti apa yang anda dapatkan?
10. Pernahkan anda melakukan tindakan kekerasan terhadap teman anda?
11. Bagaimana pandangan anda terhadap guru-guru di sekolah? Apakah bersahabat atau
sebaliknya acuh tak acuh atau tidak peduli?
12. Apakah anda pernah berkata tidak jujur terhadap guru? Dalam hal apa?
13. Pernahkah anda berkata tidak jujur pula terhadap teman?
75
Lampiran 3
18. Problem apa yang bapak/ibu dapatkan dalam membentuk karakter bersahabat
peserta didik?
19. Adakah program yang bapak/ibu terapkan di sekolah sehingga membuat peserta
didik selalu jujur?
20. Bagaimana tindakan bapak/ibu jika mengetahui peserta didik tidak melakukan
kejujuran?
21. Dalam menerapkan karakter jujur ini, problem apa yang bapak/ibu dapatkan?
77
Lampiran 4
Jawab: macam-macam ya. Ada yang karena ada kesempatan, ada yang iseng-iseng
saja atau karena sudah biasa melanggar. Tapi memang banyak yang disengaja.
Peraturan yang sering mereka langgar yaitu dalam hal berpakaian.
8. Tindak lanjut seperti apa yang diberikan sekolah kepada peserta didik yang melanggar
peraturan?
Jawab: tindak lanjutnya dengan pendekatan. Dan paling biasanya dijewer saja
kupingnya. Ada point tata tertib juga.
9. Apa setelah diberlakukannya hukuman tersebut peserta didik menjadi disiplin?
Jawab: iya.
10. Bagaimana cara meningkatkan kedisiplinan peserta didik?
Jawab: cara meningkatkan disiplin disamping menjadi contoh teladan untuk siswa,
kita jangan hanya berbicara saja tapi menjadi teladan agar dicontoh siswa. Untuk
mengajarkan seseorang itu jangan hanya menggunakan perkataan saja tapi juga
dengan tindakan.
11. Problem apa yang bapak/ibu dapatkan dalam membentuk karakter disiplin peserta
didik?
Jawab: tidak semua siswa tidak disiplin. Terkadang yang „ngeyel‟ ada saja. Beda kan
anak sekarang dengan anak dulu. Kalau anak dulu kalau dibilangin, “iya pak”. Kalau
anak sekarang kan tidak. Merembet kemana-mana dulu, “dia engga, itu engga”
kebiasaan anak protesnya banyak. Tidak mau sendirian disalahi.
12. Adakah program yang bapak/ibu lakukan untuk menumbuhkan karakter kreatif pada
peserta didik?
Jawab: banyak pilihan dalam kegiatan ekstrakurikuler dan mereka memilih lebih
kemana kemampuannya dalam ekskul tersebut.
13. Apakah peserta didik telah menunjukkan kreativitasnya kepada bapak/ibu? Kreatif
seperti apa?
Jawab: iya. Dalam class meeting. Acara-acara perlombaan di hari-hari besar.
Kemarin juga di hari sumpah pemuda ada perlombaan. Di kelasnya masing-masing
juga. Juga dalam perlombaan mading-mading.
14. Problem apa yang bapak/ibu dapatkan dalam membentuk karakter kreatif peserta
didik?
Jawab: perlu waktu lama ya. Masalahnya harus mendatangkan pelatih yang bagus
untuk membentuk karakter kreatif anak dalam ekstrakurikuler.
79
15. Apakah bapak/ibu selalu terbuka terhadap keluhan-keluhan yang disampaikan oleh
peserta didik?
Jawab: yang terbuka, terbuka. Yang tidak, tidak. Tapi banyak yang terbuka. Wali
kelas terutama.
16. Pernahkah peserta didik melakukan tindakan kekerasan kepada temannya?
Jawab: ada yang berantem-berantem biasa. Bully bully bercanda.
17. Problem apa yang bapak/ibu dapatkan dalam membentuk karakter bersahabat peserta
didik?
Jawab: karena gank-gank gitu sih. Dan baper (bawa perasaan).
18. Adakah program yang bapak/ibu terapkan di sekolah sehingga membuat peserta didik
selalu jujur?
Jawab: untuk program khusus belum ada, tapi dalam tingkah laku yang tersirat
mungkin banyak ya dari gurunya masing-masing dalam pembelajaran di kelas.
19. Bagaimana tindakan bapak/ibu jika mengetahui peserta didik tidak melakukan
kejujuran?
Jawab: Tindakannya kalau dalam tugas atau pekerjaan rumah harus mengerjakan
tugasnya itu sendiri
20. Dalam menerapkan karakter jujur ini, problem apa yang bapak/ibu dapatkan?
Jawab: banyak. Tapi semua kembali lagi kepada siswa itu sendiri.
21. Bagaimana solusi dalam menghadapi problem dalam membentuk karakter peserta
didik?
Jawab: harus sering dan tidak bosan untuk memberikan teguran dan sebagainya.
Sabar dalam menghadapi anak-anak. istiqomah. Guru ditakuti siswanya karena benar
perkataannya. Tidak hanya sebulan dua bulan, tapi setiap bertemu harus tetap seperti
itu. Kalau memberi hukuman contohnya seperti mencubit, mencubitnya karena salah.
Tidak hanya sekedar mencubit saja. Jadi siswa akan melihat kalau gurunya itu benar
dalam memberikan hukuman kepada siswa yang salah. Semuanya kembali kepada
keistiqomahannya itu.
Mengetahui,
Informan
80
Lampiran 5
Jawab: Insya Allah secara bertahap bisa disiplin. Mulai tahun ajaran baru ini sudah
kelihatan disiplinnya. Alhamdulillah ya karena kita tegas juga. Ada kerja sama antara
kepala sekolah, wakil terus sampai bawahan ada kerja sama dengan guru. Dimana
anak-anak bisa disiplin ada kemajuan. Misalnya, pakai jilbab sudah rapi, masuknya
jam 7 karena kalau terlambat kita kasih tugas untuk hafalan surat. Makanya kita selalu
sebulan sekali razia atau 2 minggu sekali agar anak-anak disiplin.
7. Biasanya apa penyebab peserta didik di MTs Islamiyah melanggar peraturan?
Peraturan apa yang sering mereka langgar?
Jawab: penyebabnya kalau mereka terlambat adalah macet. Karena macet sudah
menjadi hal biasa. Peraturan yang sering mereka langgar yaitu membawa hp, suka
mencontek, terutama saat UTS.
8. Tindak lanjut seperti apa yang diberikan sekolah kepada peserta didik yang melanggar
peraturan?
Jawab: dalam hal terlambat tindak lanjutnya membaca al-qur‟an agar lebih lancar
bacanya atau tulis al-qur‟an agar tulisan arabnya lebih bagus. Kalau bawa hp, panggil
orang tuanya ke sini untuk ambil hpnya dan tidak memberikannya kembali kepada
anaknya. Kalau yang mencontek, disobek. Tindakannya langsung di tempat.
9. Apa setelah diberlakukannya hukuman tersebut peserta didik menjadi disiplin?
Jawab: iya.
10. Bagaimana cara meningkatkan kedisiplinan peserta didik?
Jawab: ada kerjasama antara guru dan pimpinan. Paling tidak itu. Bersama-sama
mengatur ketertiban sekolah. Guru dan kepala sekolah memberikan contoh kepada
anak-anak lebih disiplin lagi dalam segi masuk awal waktu atau sebelum waktunya.
Jadi contoh untuk anak-anak dalam segi disiplin waktu. Jadi guru dan kepala sekolah
kalau bisa stand by sebelum jam 7.
11. Problem apa yang bapak/ibu dapatkan dalam membentuk karakter disiplin peserta
didik?
Jawab: membolos yang paling menonjol dalam problem disiplin.
12. Adakah program yang bapak/ibu lakukan untuk menumbuhkan karakter kreatif pada
peserta didik?
Jawab: dalam kegiatan ekstrakurikuler ada PMR (Palang Merah Remaja) untuk
membentuk pribadi anak supaya menjaga kesehatan atau ingin cita-citanya menjadi
dokter atau suster.
82
13. Apakah peserta didik telah menunjukkan kreativitasnya kepada bapak/ibu? Kreatif
seperti apa?
Jawab: iya. Kita mengadakan angket pas tahun ajaran baru terutama kelas VII.
mereka diberikan angket untuk kreatifitas mereka. Mereka sukanya apa, dimana, baru
mereka memilih dan dikembangkan lewat kegiatan ekskul.
14. Problem apa yang bapak/ibu dapatkan dalam membentuk karakter kreatif peserta
didik?
Jawab: sepertinya tidak ada.
15. Apakah bapak/ibu selalu terbuka terhadap keluhan-keluhan yang disampaikan oleh
peserta didik?
Jawab: iya kalau ibu ke setiap siswa selalu terbuka kepada mereka.
16. Pernahkah peserta didik melakukan tindakan kekerasan kepada temannya?
Jawab: untuk kekerasan tidak. paling hanya bercanda saja.
17. Problem apa yang bapak/ibu dapatkan dalam membentuk karakter bersahabat peserta
didik?
Jawab: tidak ada. Mereka enak-enak saja dilihatnya, mereka kompak.
18. Adakah program yang bapak/ibu terapkan di sekolah sehingga membuat peserta didik
selalu jujur?
Jawab: program kejujuran belum ada. Sepertinya banyak yang masih tidak jujur.
19. Bagaimana tindakan bapak/ibu jika mengetahui peserta didik tidak melakukan
kejujuran?
Jawab: Tindakannya misalnya, salah satu contohnya dalam hal merazia. Ada yang
jujur ada juga yang tidak. Bilangnya tidak bawa HP tapi ternyata bawa. Kalau yang
jujur Hpnya dikasih ke kita tapi kalau yang bohong kadang suka diumpet-umpetin.
Sampai kita periksain satu-satu. Karena ibu kesiswaan, jadi lumayan sita waktu dan
energi dalam rangka anak-anak bisa bersikap jujur dengan razia. Dan kalau ketauan
bawa hp, hpnya tidak dikembalikan sebelum kenaikan kelas. Bagi kelas IX (Sembilan)
tidak dikembalikan sebelum kelulusan. Kecuali dia ada kepentingan pribadi. Misalnya,
dia sakit buat informasi ke orangtuanya bisa bawa hp tapi nanti dititipin di sekolah
atau wali kelas atau sama guru piket. Tapi kalau yang tidak ada kepentingan itu tetap
dirazia, diambil hpnya. Kecuali misalnya untuk keperluan belajar yang
pembelajarannya tersebut materinya harus mencari di internet. Itu boleh boleh saja.
20. Dalam menerapkan karakter jujur ini, problem apa yang bapak/ibu dapatkan?
83
Jawab: banyak problemnya. Salah satunya mereka tidak mau berterus terang dengan
guru. Karena kita hanya beberapa jam di sini. yang bisa kita pantau kejujurannya
hanya itu misalnya,dia bawa hp atau tidak, belajar atau tidak, ketika ulangan belajar
atau tidak, mencontek atau tidak, kalau jujur secara keseluruhan tidak bisa karena kita
hanya 6 jam, selebihnya di rumah.
21. Bagaimana solusi dalam menghadapi problem dalam membentuk karakter peserta
didik?
Jawab: adanya kerjasama antara orang tua, kepala sekolah dan guru.
Mengetahui,
Informan
(Masnah, S.Pd.I)
84
Lampiran 6
yang tenang dengan sikap yang sabar memberikan pengertian kepada anak. dengan
begitu anak-anak akan menurut kepada kita.
9. Apa setelah diberlakukannya hukuman tersebut peserta didik menjadi disiplin?
Jawab: ada perubahan. Maka perlakukanlah mereka seperti anak sendiri. Kalimat-
kalimat sayang itu penting. Contohnya seperti “jangan gitu dong sayang”.
10. Bagaimana cara meningkatkan kedisiplinan peserta didik?
Jawab: mulai dari diri sendiri. Ibda binafsik. Terutama contoh dari kepala sekolah,
dari kepala madrasah, dari ketua yayasan. Kalau hanya sekedar peraturan tertulis
dalam kertas, tapi kalau menjadi contoh yang baik, kita juga jadi berpikir dua kali
untuk melanggar.
11. Problem apa yang bapak/ibu dapatkan dalam membentuk karakter disiplin peserta
didik?
Jawab: inginnya kita anak-anak itu langsung patuh, tapi kenyataannya membutuhkan
waktu yang panjang. Pada saat guru disiplin nanti anak juga disiplin, itu belum tentu
karena masih panjang. Makanya menegakkan peraturan harus dimulai dengan ibda
binafsik, dari diri kita sendiri berikan contoh, beri kedisiplinan.
12. Adakah program yang bapak/ibu lakukan untuk menumbuhkan karakter kreatif pada
peserta didik?
Jawab: kalau dikaitkan dengan mata pelajaran banyak ya. Misalnya dalam pelajaran
al-quran hadits, anak-anak disuruh mencari “benar atau tidak al-quran itu terdiri dari
6.666 ayat?” nanti di share ke anak-anak. “ternyata tidak bu” coba kamu teliti dan
tela‟ah lagi diamati lagi. Nanti mereka hitung kembali dari semua surat dijumlah
ayatnya. Dan ternyata tidak segitu. Siapa yang membuat kesimpulan bahwa al-quran
itu 6.666? itu adalah Ir. Soekarno untuk mempersatukan saja. Diluar mata pelajaran
mereka dibangun juga dari sisi kepramukaan juga LDK.
13. Apakah peserta didik telah menunjukkan kreativitasnya kepada bapak/ibu? Kreatif
seperti apa?
Jawab: kreatifitas anak yang sudah ditunjukkan diantaranya dalam kepramukaan.
Mereka bisa sampai dapat juara umum dalam perlombaan. Juga ada seni tari saman.
14. Problem apa yang bapak/ibu dapatkan dalam membentuk karakter kreatif peserta
didik?
Jawab: anak-anak suka plin-plan. Sebenarnya kita ingin menggali sisi seni mereka
tapi anaknya tidak mau. Padahal bu tatu ingin ada anak-anak yang muncul dari hasil
87
karya kita. Malasnya itu anak-anak sekarang makanya kita harus pandai-pandai
bagaimana mengajak mereka.
15. Apakah bapak/ibu selalu terbuka terhadap keluhan-keluhan yang disampaikan oleh
peserta didik?
Jawab: ibu welcome. Anak-anak seperti ke ibunya sendiri.
16. Pernahkah peserta didik melakukan tindakan kekerasan kepada temannya?
Jawab: kemarin ada. Tapi bukan dari anak MTsnya.
17. Problem apa yang bapak/ibu dapatkan dalam membentuk karakter bersahabat peserta
didik?
Jawab: anak-anak itu kelihatannya mereka bersahabat semua ya.
18. Adakah program yang bapak/ibu terapkan di sekolah sehingga membuat peserta didik
selalu jujur?
Jawab: misalnya anak-anak dalam melaksanakan UTS. Semua buku dikumpulkan
agar siswa tidak menyontek. Itu dalam rangka mengedepankan sikap jujur anak. dia
punya keinginan untuk mendapatkan nilai bagus tapi dengan cara menyontek. Itukan
tidak jujur. Terhadap orangtuanya juga harus jujur. Semua yang diajarkan sekolah itu
diaplikasikan di rumahnya juga.
19. Bagaimana tindakan bapak/ibu jika mengetahui peserta didik tidak melakukan
kejujuran?
Jawab: pertama, diberi pengertian kepada anak. kemudian diceritakan bagaimana
orang yang jujur dari hadits Rasulullah. Bagaimana nabi mencontohkan. Makanya
Rasulullah di cap “Al-Amin” karena Rasulullah tidak pernah berbohong. Kalau
Rasulullah punya 4 sifat itu (shidiq, amanah, tabligh, fathanah) diharapkan nempel
dianak-anak kita. Tapi sekarang itu barang langka untuk mencari orang jujur.
Termasuk para pemimpin kita tidak jujur. Terjadi banyak korupsi dan lain sebagainya.
20. Dalam menerapkan karakter jujur ini, problem apa yang bapak/ibu dapatkan?
Jawab: mungkin anak-anak juga melihat dari sosok yang dia temukan. Baik di
masyarakat atau lingkungan. Diri sendiri yang pertama. Yang kedua faktor teman.
Pengaruh teman sangat luar biasa. Contohnya, di kelas itu dia mau jujur tapi karena
pengaruh teman jadi dia tidak jujur. Dalam mengerjakan soal saja anak ini inginnya
jujur tapi temannya ini seolah-olah menjerumuskan. Nilainya jadi anjlok, temannya
jadi bagus.
88
21. Bagaimana solusi dalam menghadapi problem dalam membentuk karakter peserta
didik?
Jawab: harus punya ilmu. Dari berbagai sisi kita melihatnya. Tidak boleh ngambekan.
Tidak boleh emosionalan. Tidak boleh tiba-tiba menjudge anak. tidak boleh
tendensius.
Mengetahui,
Informan
Lampiran 7
89
Lampiran 7
ini, karakter bagus itu begini, berarti dia bisa nalarnya hanya sampai disitu. Karena
dia tidak bisa mencerna. Tingkat MTs itukan C1 C2 menjelaskan, mengemukakan.
Berbeda dengan tingkat MA sudah analisis. Dia berpikir. “Oh, kalau seandainya
melakukan begitu akibatnya apa?” beda dengan tingkat MTs mereka baru “oh ini
perbuatan yang kurang bagus. Ini yang tidak boleh” baru sejauh itu, setingkat itu.
Kalau mereka menganalisis ya analisis sederhana menurut saya.
3. Problem apa yang bapak/ibu dapatkan dalam membentuk karakter peserta didik?
Jawab: faktornya banyak. Karena anak ingin dibentuk itu faktornya 1) pengaruh tadi
termasuk guru itu sebagai kalau guru BK itu sebagai pelayan, penasehat, menyalurkan
dan lain sebagainya. Karena apa? Paling tidak punya rambu-rambu tertentu, punya
batasan tertentu yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Kalau ada
angket, mungkin anak itu kebaikannya ada yang 95, yang satu 80, yang satu 85
sampai yang terakhir yang paling bawah. Yang grafik atas itu tidak terlalu susah
manakala kita mau meluruskan. Tapi bagi anak yang kebiasaannya di rumah, tidak
diurus oleh keluarga yang harmonis atau bapak ibunya cerai, dia tinggalnya dengan
orang lain yang tidak terkontrol, keluarganya kurang agamis, maka akan muncul suatu
perilaku yang akan dicontoh anak. karena usia MTs ini mereka sedang mencari
panutan. Sedangkan ayah dan ibunya tidak bisa menjadi panutan untuk dirinya. kalau
orang tuanya tidak bisa menjadi panutan maka gurunya. Kalau gurunya tidak bisa
maka temannya. Jika temannya tidak bisa maka dia kan mencari ke orang lain.
4. Apa sajakah kegiatan religius yang telah berjalan di sekolah ini? Apakah kegiatan
religius tersebut dapat mengembangkan nilai-nilai karakter peserta didik?
Jawab: karena guru agamanya banyak ya bukan saya saja, salah satunya terbiasa
membaca al-qur‟an, shalat dhuha dan banyak lagi. Bisa. Karena anak yang terbiasa
dengan shalat dhuha itu pasti 1) nilainya bagus. Kenapa? Karena dia disiplin. Disiplin
shalat, disiplin belajar. Dia di kelasnya bukan jadi tontonan temannya tapi jadi
panutan teman. Pasti. Karena dia bisa memilih dan memilah. Pasti yakin. Dan rata-
rata yang rajin agamanya yang religiusnya bagus itu ya bagus. Pendidikannya bagus,
rapi dan insya Allah dengan wudhunya dia jadi bersih, bercahaya dan sebagainya.
5. Problem apa yang bapak/ibu dapatkan dalam membentuk karakter religius peserta
didik?
Jawab: banyak. Salah satunya yaitu faktor guru pembimbing. Kita sudah diberikan
jadwal untuk mengontrol anak-anak untuk dhuha. Namun ada saja yang tidak bisa
untuk mengontrol anak-anak.
91
Pengaruhnya banyak ya. Mungkin karena dia tidak disiplin karena terlambat, karena
tidak mau masuk kelas, atau tidak disiplin karena kabur. Atau pas mau ulangan tidak
mau mengerjakan. Kan itu tidak disiplin juga. Dan ada hukumannya.
9. Apa setelah diberlakukannya hukuman tersebut peserta didik menjadi disiplin?
Jawab: ada yang berubah ada yang makin angot. Itu mah beda-beda. Manakala
dikasih tahu, ada yang bilang ”ah saya takut tidak naik kelas”, ada juga yang bilang
“ah saya mau keluar aja”. Ada. Beda-beda itu. Kan karakter anak beda-beda.
Kemampuan anak beda-beda.
10. Bagaimana cara meningkatkan kedisiplinan peserta didik?
Jawab: dikasih suatu rambu-rambu. Tidak boleh begini. Tidak boleh begitu. Kan
takut juga. Kan dibacain poin-poinnya. Kalau bawa rokok berapa poinnya. Kalau
tidak masuk berapa poinnya. Takut. Yang takutkan orang tuanya bukan anaknya.
Anaknya mah cuek bebek. Tingkat MTs itu yang takut ibu bapaknya. Ibu bapaknya
sudah mikir. Kalau anak saya tidak lulus sekolah sudah rugi berapa secara ekonomi
karena waktu setahun sama kaya saya menghilangkan duit 12 juta. pindah ke sekolah
lain kan pake duit lagi. Itulah ibunya yang takut. Anaknya mah gapapalah saya gak
sekolah. Makanya saya suka bilang. Kalau gitu mah ibunya yang sekolah.
11. Problem apa yang bapak/ibu dapatkan dalam membentuk karakter disiplin peserta
didik?
Jawab: faktornya banyaklah. Jarak antara sekolah kesana. Kebiasaan di rumah. Tapi
coba kalau orangtuanya setiap hari bangunin. “ bangun nak, shalat subuh, mandi,
rapiin buku” wah udah enak kita. Kelas menengah keatas kan sudah disiplin bekerja
orangnya. Orang bekerja kan tau waktu. Kalau orang nganggur gak tau waktu mau
nongkrong sampai jam berapa tidak masalah. Kalau menurut saya begitu.
12. Adakah program yang bapak/ibu lakukan untuk menumbuhkan karakter kreatif pada
peserta didik?
Jawab: banyak. Anak dengan membiasakan pramuka itu punya moment tertentu.
Silahkan pramuka itu biar muncul kreatif bagus-bagus itu.
13. Apakah peserta didik telah menunjukkan kreativitasnya kepada bapak/ibu? Kreatif
seperti apa?
Jawab: sudah. Orang indonesia itu kreatif dimana-mana juga. Namun terkadang
teorinya kurang bagus. Coba kalau satu saja yang bisa. Kalau kreatif itu no. 1 kita
menang.
93
14. Problem apa yang bapak/ibu dapatkan dalam membentuk karakter kreatif peserta
didik?
Jawab: saya pernah ngasih angket ke anak. faktornya banyak. Dia memunculkan.
Hobi dia tapi orangtuanya tidak ngasih izin. Atau biayanya kurang. Atau manakala dia
mau berkembang di rumah dia sibuk bantu orang tuanya dagang atau segala macam
sehingga dia tidak ada waktu untuk mengembangkan diri anak sehingga
memunculkan suatu hal yang positif. Tetapi sebenarnya dagang juga positif bukan
berarti tidak bagus membantu orang tua. Tetapi hal itu dihabiskan waktu anak untuk
membantu orangtua ya itu pengaruhnya. Kelelahannya muncul.
15. Apakah bapak/ibu selalu terbuka terhadap keluhan-keluhan yang disampaikan oleh
peserta didik?
Jawab: sering. Termasuk seperti tadi tuh ada anak yang sampai meneteskan air mata.
Contoh ada murid saya tanya, kamu alamatnya dimana? Punya orang tua atau tidak?
Ternyata disitu dia tidak diurus oleh ayahnya. Ayahnya waktu dia kecil kabur. Saya
ngobrol baik-baik kasih saran malah nangis. Ternyata dia sudah satu tahun kangen
sama ayahnya.
16. Pernahkah peserta didik melakukan tindakan kekerasan kepada temannya?
Jawab: ada. Tapi dia bercanda dan membuat suatu kesalahan. Berantem dan lain
sebagainya. Saya menganggap bahwa anak itu adalah anak saya. Murid itu anak saya.
Terserah orang menilai. Selama dia ada disini saya perlu memberikan hal yang terbaik.
Saya sebagai guru dalam hal ini anak kan beda-beda.
17. Problem apa yang bapak/ibu dapatkan dalam membentuk karakter bersahabat peserta
didik?
Jawab: terkadang ada gank-gank an. Setingkat MTs itu ada gank-gank an. Ada gank
ini gank itu. Membentuk teman grup-grup gitu.
18. Adakah „pprogram yang bapak/ibu terapkan di sekolah sehingga membuat peserta
didik selalu jujur?
Jawab: kalau liat karakter dari segi di RPP, ada jujur, sopan, bertanggung jawab,
saling menghargai dan lain sebagainya. Sekarang itu sudah ada di anak. contoh, jujur.
Saya pernah ngecek waktu mau ngerazia hp. Ada 2 anak. tapi bapak tidak mau
langsung ngambil sendiri. Siapa yang bawa hp silahkan letakkan di depan. Saya tidak
mau merazia ambil satu-satu. Biar apa? Biar ada dalam diri dirinya “oh ini adalah
perbuatan yang tidak bagus” karena disuruh hpnya itu dikumpulkan. Ternyata hp
tersebut itu tidak. Manakala hp tersebut waktu diambil, “kamu bawa hp tidak?” “demi
94
Allah pak saya tidak bawa hp” “tidak pak” ternyata anaknya bawa. Dua duanya. Saya
bingung. Apakah ini sudah terbiasa. Makanya kalau liat anak jangan casingnya saja.
Kalau hanya sepintas casingnya, belum tentu. Kita tidak tahu hati kecil dia.
19.
20. Bagaimana tindakan bapak/ibu jika mengetahui peserta didik tidak melakukan
kejujuran?
Jawab: saya tidak memberikan sanksi. Tapi saya memberikan bahwa perbuatan itu
tidak bagus. Karena pada dasarnya dia itu mungkin mengelak kalau dibilangin “saya
engga” tapi saya bilang bahwa itu perbuatan yang tidak bagus. Terkadang seperti ini,
kalau kita kasar terhadap anak, anak kita sendiri, “kamu sudah ngaji belum?” anak
akan berbicara apa? Kalau dia berbicara tidak, pasti diomelin dan dimarahin. Tapi
kalau dia berbicara iya (sebenarnya tidak) apa yang akan dilakukan? Makanya
biasanya jawabnya bingung dia. Dia menjawab saking ketakutan dia jawab iya
padahal tidak.
21. Dalam menerapkan karakter jujur ini, problem apa yang bapak/ibu dapatkan?
Jawab: contoh kalau ulangan tidak boleh mencontek atau dalam tulisan silahkan
mengerjakan sendiri karena dilihat oleh Allah. Itu juga salah satu membentuk anak
biar lebih tahu bahwa perilaku itu tidak boleh dan itu harus jujur.
22. Bagaimana solusi dalam menghadapi problem dalam membentuk karakter peserta
didik?
Jawab: solusinya 1) harus lebih memantau, terutama wali kelas. Paling tidak wali
kelas hadirnya 5 hari lah. Jangan seminggu hadirnya 2 hari. Gimana mau tahu anak.
kalau 5 hari tahu bagaimana menangani kasus. 2) manakala mendapatkan informasi
yang kurang bagus harus kasih tahu orangtuannya. Tapi hati-hati ada orang tua yang
menerima ada yang tidak menerima. Komunikasikan yang baik dan yang pas.
Mengetahui,
Informan
Lampiran 8
Kelas : IX I
1. Adakah kegiatan religius yang telah dilakukan sekolah agar dapat mengembangkan
karakter anda? Kegiatan apa sajakah itu?
Jawab: Ada. Tahlilan setiap hari jum‟at, ada pengajian setiap bulan tapi untuk OSIS
saja, memperingati hari-hari besar islam, ada shalat dhuha juga.
2. Apakah dengan mengikuti kegiatan tersebut anda memperoleh hasil yang positif?
Jawab: Iya.
3. Apakah anda selalu datang ke sekolah tepat waktu? Jam berapa anda biasanya sudah
berada di sekolah?
Jawab: iya. Pagi jam 6 lewat belasan menit.
4. Apakah anda selalu mengikuti tata tertib yang diberikan sekolah?
Jawab: Tidak selalu mengikuti tata tertib. Pasti ada yang dilanggar tapi tidak
disengaja. Karena tata tertibnya tidak sesuai dengan diri saya. Contohnya: tidak
diperbolehkan membawa hp. Saya tidak bisa. Karena setiap berangkat ke sekolah saya
selalu mendengarkan musik. Begitu pula dengan pulang sekolah. Tapi saya membawa
hp hanya untuk mendengarkan musik saja. Bukan untuk „selfie-selfie‟ di kelas.
5. Pernahkah anda melakukan pelanggaran di sekolah? Jika pernah, apa yang anda
langgar?
Jawab: Pernah. Pakai kaus kaki warna-warni, tidak pakai dalaman kerudung, pakai
gelang, bawa hp.
6. Apa hukuman yang diberikan sekolah kepada siswa yang melanggar peraturan?
Jawab: hukumannya dapat poin. Poinnya dari mulai 5 sampai 100.
7. Apakah anda seseorang yang kreatif? Pernahkah anda berkreasi di lingkungan kelas?
Jawab: Iya. Kreatif dalam mengedit fhoto dan menggambar. Pernah. Saya bantu-
bantu dalam membuat mading kelas.
96
Mengetahui,
Informan
(Bunga Aurelia)
97
Lampiran 9
Kelas : IX II
1. Adakah kegiatan religius yang telah dilakukan sekolah agar dapat mengembangkan
karakter anda? Kegiatan apa sajakah itu?
Jawab: Ada. Tahlilan setiap hari jum‟at, shalat dhuha, tadarus setiap hari sebelum
memulai pelajaran, memperingati hari-hari besar islam.
2. Apakah dengan mengikuti kegiatan tersebut anda memperoleh hasil yang positif?
Jawab: Iya. Sangat positif.
3. Apakah anda selalu datang ke sekolah tepat waktu? Jam berapa anda biasanya sudah
berada di sekolah?
Jawab: dulu pernah terlambat tapi sekarang tepat waktu. Sampai di sekolah jam 7
kurang. Sebelum bel.
4. Apakah anda selalu mengikuti tata tertib yang diberikan sekolah?
Jawab: sekarang selalu mengikuti tata tertib. Dulu pernah bawa HP tapi belum
pernah ke razia.
5. Pernahkah anda melakukan pelanggaran di sekolah? Jika pernah, apa yang anda
langgar?
Jawab: tidak pernah.
6. Apa hukuman yang diberikan sekolah kepada siswa yang melanggar peraturan?
Jawab: hukumannya dapat poin. Kecuali yang datang terlambat hukumannya
mungutin sampah atau nyapu.
7. Apakah anda seseorang yang kreatif? Pernahkah anda berkreasi di lingkungan kelas?
Jawab: tidak. Pernah. Dalam hal bantu-bantu membuat mading.
8. Pernahkah anda memberikan kontribusi (berupa kreativitas) kepada sekolah? Jika
pernah, kontribusi apa yang anda berikan kepada sekolah?
Jawab: Pernah. Mengikuti lomba tari saman. Tapi tidak menang.
98
Mengetahui,
Informan
(Laras Handini)
99
Lampiran 10
Kelas : IX III
1. Adakah kegiatan religius yang telah dilakukan sekolah agar dapat mengembangkan
karakter anda? Kegiatan apa sajakah itu?
Jawab: Ada. Baca juz „amma (tadarus), yasinan, shalat jum‟at, shalat dhuha
seminggu dua kali.
2. Apakah dengan mengikuti kegiatan tersebut anda memperoleh hasil yang positif?
Jawab: Iya. Dapat sisi positifnya.
3. Apakah anda selalu datang ke sekolah tepat waktu? Jam berapa anda biasanya sudah
berada di sekolah?
Jawab: iya. Kadang setengah 7. Kadang parkiran masih kosong udah datang.
4. Apakah anda selalu mengikuti tata tertib yang diberikan sekolah?
Jawab: selalu mengikuti tata tertib sekolah. Tapi pernah melanggar.
5. Pernahkah anda melakukan pelanggaran di sekolah? Jika pernah, apa yang anda
langgar?
Jawab: pernah. Keluar waktu jam pelajaran ke kantin. Melanggar atribut sekolah,
setiap jum‟at tidak pakai baju muslim karena sudah tidak muat untuk dipakai.
6. Apa hukuman yang diberikan sekolah kepada siswa yang melanggar peraturan?
Jawab: pernah disuruh ngepel seminggu setiap pagi.
7. Apakah anda seseorang yang kreatif? Pernahkah anda berkreasi di lingkungan kelas?
Jawab: kreatif dalam hal bongkar pasang mesin. Tidak.
8. Pernahkah anda memberikan kontribusi (berupa kreativitas) kepada sekolah? Jika
pernah, kontribusi apa yang anda berikan kepada sekolah?
Jawab: tidak.
9. Apakah anda pernah mendapatkan penghargaan dari hasil kreativitas anda?
penghargaan seperti apa yang anda dapatkan?
100
Mengetahui,
Informan
Lampiran 11
Nama : Junawan
Kelas : VIII I
1. Adakah kegiatan religius yang telah dilakukan sekolah agar dapat mengembangkan
karakter anda? Kegiatan apa sajakah itu?
Jawab: Ada. Shalat dhuha, tadarus, shalat jum‟at, tahlilan jum‟at, peringatan hari
besar islam.
2. Apakah dengan mengikuti kegiatan tersebut anda memperoleh hasil yang positif?
Jawab: Iya. Sangat berpengaruh positif.
3. Apakah anda selalu datang ke sekolah tepat waktu? Jam berapa anda biasanya sudah
berada di sekolah?
Jawab: datang ke sekolah tepat waktu. Tapi tadi telat. Biasanya setengah 7 sudah di
sekolah.
4. Apakah anda selalu mengikuti tata tertib yang diberikan sekolah?
Jawab: tidak selalu mengikuti tata tertib.
5. Pernahkah anda melakukan pelanggaran di sekolah? Jika pernah, apa yang anda
langgar?
Jawab: pernah. Waktunya belajar tapi keluar kelas liat yang lagi pada main futsal.
Izin ke kamar mandi tapi ke kantin. Atribut sekolah, harusnya pakai baju batik celana
biru tapi pakainya baju batik celana putih. Harusnya pakai celana hitam hari jum‟at,
tapi pakainya celana biru. Pakai sepatu berwarna.
6. Apa hukuman yang diberikan sekolah kepada siswa yang melanggar peraturan?
Jawab: hukumannya dapat poin.
7. Apakah anda seseorang yang kreatif? Pernahkah anda berkreasi di lingkungan kelas?
Jawab: tidak kreatif. Tidak pernah.
8. Pernahkah anda memberikan kontribusi (berupa kreativitas) kepada sekolah? Jika
pernah, kontribusi apa yang anda berikan kepada sekolah?
102
Jawab: tidak.
9. Apakah anda pernah mendapatkan penghargaan dari hasil kreativitas anda?
penghargaan seperti apa yang anda dapatkan?
Jawab: tidak.
10. Pernahkan anda melakukan tindakan kekerasan terhadap teman anda?
Jawab: pernah. Mukul bercanda.
11. Bagaimana pandangan anda terhadap guru-guru di sekolah? Apakah bersahabat atau
sebaliknya acuh tak acuh atau tidak peduli?
Jawab: ada yang akrab ada yang tidak.
12. Apakah anda pernah berkata tidak jujur terhadap guru? Dalam hal apa?
Jawab: pernah. Bilangnya izin sakit tapi ternyata keluar sekolah. Tidak mengerjakan
PR bilangnya ketinggalan.
13. Pernahkah anda berkata tidak jujur pula terhadap teman?
Jawab: tidak pernah bohong ke teman.
Mengetahui,
Informan
(Junawan)
103
Lampiran 12
Kelas : VIII II
1. Adakah kegiatan religius yang telah dilakukan sekolah agar dapat mengembangkan
karakter anda? Kegiatan apa sajakah itu?
Jawab: Ada. Shalat jum‟at, tahlilan, tadarus
2. Apakah dengan mengikuti kegiatan tersebut anda memperoleh hasil yang positif?
Jawab: Iya. positif.
3. Apakah anda selalu datang ke sekolah tepat waktu? Jam berapa anda biasanya sudah
berada di sekolah?
Jawab: kadang-kadang telat. Jam 7 kurang sedikit
4. Apakah anda selalu mengikuti tata tertib yang diberikan sekolah?
Jawab: selalu mengikuti.
5. Pernahkah anda melakukan pelanggaran di sekolah? Jika pernah, apa yang anda
langgar?
Jawab: tidak pernah melanggar
6. Apa hukuman yang diberikan sekolah kepada siswa yang melanggar peraturan?
Jawab: kalau telat hukumannya baca surat yasin, kalau keluar sekolah tanpa izin
absennya alpha
7. Apakah anda seseorang yang kreatif? Pernahkah anda berkreasi di lingkungan kelas?
Jawab: lumayan kreatif dalam bidang seni hadroh dan marawis yaitu menjadi
seorang vokalis. Suka menggambar juga. Tidak pernah.
8. Pernahkah anda memberikan kontribusi (berupa kreativitas) kepada sekolah? Jika
pernah, kontribusi apa yang anda berikan kepada sekolah?
Jawab: tidak.
9. Apakah anda pernah mendapatkan penghargaan dari hasil kreativitas anda?
penghargaan seperti apa yang anda dapatkan?
104
Jawab: pernah, dalam lomba adzan. Penghargaan berupa piala dan uang tunai.
10. Pernahkan anda melakukan tindakan kekerasan terhadap teman anda?
Jawab: tidak pernah melakukan kekerasan
11. Bagaimana pandangan anda terhadap guru-guru di sekolah? Apakah bersahabat atau
sebaliknya acuh tak acuh atau tidak peduli?
Jawab: ada yang cuek, ada yang bersahabat
12. Apakah anda pernah berkata tidak jujur terhadap guru? Dalam hal apa?
Jawab: tidak pernah tidak jujur terhadap guru
13. Pernahkah anda berkata tidak jujur pula terhadap teman?
Jawab: terhadap teman pernah
Mengetahui,
Informan
(Lugas Barateo)
105
Lampiran 13
Catatan Lapangan 1
Kegiatan : Observasi
Menyerahkan surat izin penelitian untuk membuat skripsi kepada kepala sekolah di
ruang kepala sekolah MTs Islamiyah, kemudian dilanjutkan dengan pengambilan data dari
arsip sekolah tentang sejarah berdirinya MTs Islamiyah Ciputat, visi misi sekolah, struktur
organisasi sekolah, data pendidik, peserta didik dan sarana prasarana sekolah.
106
Lampiran 14
Catatan Lapangan 2
Kegiatan : Observasi
Penulis melihat kedisiplinan peserta didik dalam hal tepat waktu dalam masuk kelas.
Sebelum jam menunjukan pukul 7 pagi peserta didik berdatangan memasuki kawasan sekolah
dengan menggunakan kendaraan masing-masing. Ada yang menggunakan angkutan umum
dan banyak juga yang memarkirkan kendaraan roda duanya di halaman sekolah.
Setelah pukul 7 tepat dan bel sudah berbunyi, saatnya kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Namun, ada beberapa peserta didik yang terlambat masuk ke dalam kelas.
Mereka beralasan bahwa dirinya terjebak dalam kemacetan dan ada juga yang telat bangun
pagi sehingga kesiangan berangkat ke sekolah.
107
Lampiran 15
Catatan Lapangan 3
Kegiatan : Observasi
Penulis melihat kedisiplinan peserta didik dalam hal berseragam. Saat mereka datang
ke sekolah, mereka memakai seragam dengan rapi. Namun, setelah di jam pertengahan
pembelajaran, ada beberapa siswa yang seragamnya sudah tidak rapi seperti awal mereka
masuk ke sekolah. Seragamnya sudah tidak dimasukkan lagi bagi yang laki-laki, dan bagi
yang perempuan rambutnya mulai terlihat dari kerudungnya.
Dan saat mereka tidak ada guru di kelas, mereka bercanda-canda di luar kelas dengan
melempar tas dan sepatu temannya dari lantai 2 ke bawah. Dan ada yang pergi ke kantin di
saat pergantian jam pelajaran. Membeli makanan dan minuman lalu dibawa ke dalam kelas.
108
Lampiran 16
Catatan Lapangan 4
Hari jum‟at tiba. Saatnya penulis melihat kegiatan rutin peserta didik yang
dilaksanakan pada hari Jum‟at, yaitu tahlil Jum‟at. Tahlil dimulai pada pukul 7 pagi. Semua
peserta didik berkumpul di lapangan dengan membawa surat Yaasin dan Tahlil. Dan
dipimpin oleh seorang guru, tahlil Jum‟at itu berjalan. Tahlil jum‟at berjalan dengan lancar
walaupun masih ada peserta didik yang mengobrol atau tidak mengikuti bacaan tahlil.
Sudah menjadi rutinitas setelah pulang sekolah pada hari Jum‟at, yaitu melaksanakan
shalat Jum‟at di lingkungan sekolah. Walaupun begitu, ada dari peserta didik yang tidak mau
mengikuti shalat Jum‟at di sekolah dan berusaha untuk pulang ke rumah dengan alasan ingin
shalat Jum‟at di Masjid dekat rumahnya.
109
Lampiran 17
Catatan Lapangan 5
Kegiatan : Pramuka
Pada hari sabtu kegiatan belajar mengajar masih dilakukan. Namun, hanya sampai
jam istirahat saja. Setelah istirahat, mereka melaksanakan kegiatan pramuka. Pramuka hanya
dilakukan oleh kelas VII dan VIII saja. Sedangkan kelas IX tetap melanjutkan kegiatan
belajar mengajarnya. Pramuka dibimbing oleh para pembina dari luar sekolah. Dan kegiatan
pramuka berakhir bersamaan dengan berakhirnya kegiatan belajar mengajar kelas IX.
110
Lampiran 18
Catatan Lapangan 6
Pada tanggal 25 November diperingati sebagai hari guru. MTs Islamiyah mengadakan
acara untuk memperingati hari guru tersebut. Semua peserta didik berkumpul di koridor kelas.
Wali kelas mendapatkan kue dari anak didiknya masing-masing. Dan acara itu berlangsung
meriah dengan bernyanyi bersama. Dan ternyata sekolah mengadakan Award untuk guru-
guru. Award tersebut dibagi menjadi beberapa kategori. Kategori guru pilihan dari peserta
didik. Kategorinya adalah sebagai berikut:
1. Guru Tergokil
2. Guru Terjutek
3. Guru Tergalak
4. Guru Terrajin masuk kelas
5. Guru Terjarang masuk kelas
6. Guru Tersering ngasih tugas
7. Guru Tersering ngasih catatan
8. Guru Terrapih
9. Guru Terkreatif
10. Guru Terbaik
11. Guru Terfavorite
111
Lampiran 19
Catatan Lapangan 7
Sebelum menjelang Ujian Akhir Sekolah yang akan dilaksanakan pada hari Senin 05
Desember 2016, pihak sekolah mengadakan kegiatan khotmil qur‟an di sekolah. Peserta didik
dan dewan guru berkumpul di koridor sekolah. Diawali dengan membaca Juz „Amma
bersama-bersama. Lalu ada perwakilan peserta didik dari setiap kelas untuk membaca surat-
surat pilihan. Setelah itu ditutup dengan pembacaan do‟a oleh guru. Dengan kegiatan khotmil
qur‟an ini berharap Ujian Akhir Sekolah yang akan dilaksanakan esok akan berjalan lancar
dan memberikan keberkahan untuk pendidik dan peserta didik MTs Islamiyah Ciputat.
BIODATA PENULIS