Anda di halaman 1dari 92

PENGARUH PENDIDIKAN AKHLAK

TERHADAP SISWA DI LINGKUNGAN SEKOLAH

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan


Sebagai Salah Satu Syarat Menerima Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd )

OLEH
NAMA : FIQIH FADILAH
NIM : 1110011000133

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAⅡ AN SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN AKHLAK TERHADAP TINGKAH
LAKU SISWA PITS ANNAJAH PETUKANGAN SELATAN
Skripsi ini Dttukall Kcpada Fよ ultaes 1lmu Tarbiyah Dalll Kegurual■ Untuk
Mcmcnuhi Persyaratal■ Memperolch gclar Sttalla Pcndidikall lslal■ l(S.Pd.I)

Oleh:
Fiqih Fadilah
NI]VI:11100110000133

Dr.DimvatiNI Ag
194709021967121001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAPIA ISLAⅣI


FAKULTASILⅣ IU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIヽ電 RSITASISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi berjudul "Pengaruh Pendidikan Akhlak Terhadap Tingkah Laku


Siswa Mts Annajah Petukangan Selatan" dis
Mahasiswa 1111011000133, diajukan kepada F
(FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hiday
lulus dalam Ujian Munaqasah pada hari Rabu, 18 Oktober 2017 di hadapan dewan
penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Sl (S.Pd) dalam
bidang Pendidikan Agama Islam.


akarta,18 0ktober 2017

Panitia Ujian ⅣIunaqasah

Tanggal nda Tangan

Ketua Panitia(Ketua Jurusan/


Prodi Pendidikan Agama lslam)
Dr.H.Abdul Mttid Khon.M.Ag
NIP,19580707198703 1005
Sekretaris Jurusan
Marhalnah Saleh、 Lc.NIIA
NIIP.197203132008012010
Penguji I
Yudhi Munadi,M.Ag
NIP.197012031998031003
Penguji II
Drs.Rusdi Jamilo NIA.g
NIP.19621231 1995031005

Dekan Fakultas

NIP.195504

/
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Fiqih Fadilah

NIM : I 1 1001 1000133

Jurusan : Pendidikan Agarna Islarn

Judul Skripsi :" Pengamh Pendidikan Akhlak Terhadap Tingkah Laku


Sisr.r,a Mts Annajah Petukangan Selatan"

Dosen Pembimbing : Dr. Dimyati


M.Ag
NIP :19470902 1967121001

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pemyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, i6 Jvn, 2017

Yang menvatakan^

Fiqih Fy'ila
NIM/4110011000133
i
i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kemampuannya bagi penulis
untuk menyusun skripsi ini. Serta berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaika
penelitian dengan lancer. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah
SAW. Yang telah menjadi suri tauladan bagi umatnya dalam hal mendidik.

Dalam menyusun dan menyelesaikan peneliti ini tentunya, penulis tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materil' Untuk itu,

penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Prof. Dr. Dede Rosyada, MA.


2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Prof' Dr. H.
Ahmad Thib Raya, MA. Serta seluruh jajarancivitas akademika UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag.
4. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Marhamah Saleh, Lc, MA.
5. Pembimbing Akademik, Dr. Zaimudin, M.Ag yang selalu meluangkan waktu dan
memberikan bimbingan akademik serta memberikan arahan selama menempuh studi S1

di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam.


6. Pembimbing Skripsi, Dr. Dimyati, MA.g yang senantiasa membimbing, mengarahkan,

dan memberikan motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
7. Kepala MTs Annajah Petukangan Selatan Drs. Sam'unal Ghauzi yang telah memberikan
tziwryakepada penulis untuk melakukan penelitian di madrasah yang beliau pimpin.
8. Kedua Orang tua tercinta, Ayahanda Rosmali dan ibunda Syamsiah, yang tiada henti
memberikan doa, motivasi, serta curahan kasih sayang yang tiada tata. Begitu juga
dengan dukungan moril dan materil yang tiada temilai harganya untuk keberhasilan dan
kesuksesan penulis. Skripsi ini penulis persembahkan untuk kalian.

9. Rasa terimakasih dan cinta penulis persembahkan kepada Istri tercinta Bd. Suluh

Cendekia Dyah Patriandini yang turut memberikan dukungan baik moril maupun materil
- sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
10. Terimakasih kepada adinda Lila Nur Baiti yang turut mendoakan dan membantu penulis
dalam menyelesaikan Skipsi ini.

11. Terimakasih pula penulis ucapkan kepada Ayah dan ibu Mertua Bpk. Sjamsudin dan Ibu
H.ariningsih yang selalu mendoakan agar penulis dapat menyelesaikan pendidikan strata
satu (S1)

12. Terimakasih kepada Keluarga besar Irmada yang selalu membuat penulis tersenyum dan

selalu memotivasi penulis.

13. Bapak Dias Apriyadi Manager Network Service Banten dan Bapak Kauko Fitra

Kumaratama Manager Transport Power Assurance yang telah memberikan kesempatan


kepada penulis untuk menyelesaikan proses pendidikan.

14. Terimakasih kepada bibi Sumiati, S.Pd yang tak henti memberikan semangat dan

motivasi kepada penulis.


15. Serta semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu pesatu, yang turut
membantu dan memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi ini. Penulis ucapkan
teimakasih banyak, semoga Altah membalas dengan rahmat dan karunia yang tiada
terhingga.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini terdapat banyak kesalahan
dan kekliruan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi

penulis sendiri dan pemba ca pada umumnya. Aamiin

Jakarta, Juni2017

Penulis
DAFTAR ISI

Abstaksi ……………………………………………………………… i
Kata Pengantar ……………………………………………………….. ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................ 4
C. Batasan Masalah ................................................................. 4
D. Rumusan Masalah ............................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ................................................................ 5
F. Manfaat Penelitian .............................................................. 5

BAB II. KAJIAN TEORI


A. Konsep Pendidikan Akhlak
1. Pengertian Pendidikan Akhlak ........................................... 6
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Akhlak ................................ 10
3. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak ................................... 14
4. Metode Pendekatan Pendidikan Akhlak ............................. 19
B. Konsep Tingkah Laku Siswa
1. Pengertian Tingkah Laku Siswa ........................................ 23
2. Macam – Macam Tingkah Laku Siswa .............................. 24
3. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkah Laku ........................ 26
C. Pengaruh Pendidikan Akhlak Terhadap Tingkah Laku Siswa .. 31
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan .......................................... 34
E. Hipotesa .................................................................................. 35
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 35

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 36
B. Metode Penelitian .................................................................... 36
C. Populasi dan Sampel ............................................................... 37

v
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 38
E. Teknik Analisi Data ................................................................. 41
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Objek Penelitian ............................................. 43
B. Deskripsi Penyajian Data Penelitian ........................................ 50
C. Analisis Data ........................................................................... 55

BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 74
B. Saran ....................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 76

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1
Pendidikan menurut Undang – Undang Nomor 20 tahun 2003 Bab II
pasal 3 tentang tujuan pendidikan nasional dirumuskan sebagai berikut:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. 2

Dalam hal ini, terlihat bahwa tujuan Pendidikan Nasional Indonesia


adalah menciptakan manusia yang berkualitas, berimbang antara
perkembangan akal dan jiwa, meningkatnya kualitas iman dan akhlak,
sehingga pada akhirnya terwujudlah manusia yang sempurna. Sempurna pada
aspek intelektual dan pada aspek spritualnya.
Manusia yang sempurna dalam perspektif Islam lebih dikenal dengan
insan kamil (manusia sempurna). Dalam bahasa sederhananya, apabila insan
kamil dibahasakan untuk umat manusia adalah gambaran sosok manusia yang
memiliki kepribadian yang agung yang dapat dijadikan panutan untuk umat
dan menjadi rahmat bagi alam sekitarnya. 3

1
Hasbullah, Dasar – Dasar Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), hal. 4.
2
Undang – Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas), (Bandung: Citra Umbara, 2003), hal. 6
3
Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam: Sebuah Pendekatan Psikologis, (Jakarta:
Darul Falah, 1999), hal. 204

1
2

Namun realitas yang terjadi dalam dunia pendidikan belum


memperlihatkan hasil yang memadai. Kenyataan menunjukkan bahwa dunia
pendidikan pada saat ini dihadapkan pada berbagai permasalahan yang
ditandai dengan menurunnya akhlak peserta didik dengan munculnya tindak
kekerasan dikalangan pelajar, tawuran, pergaulan bebas, penggunaan narkoba
dan perilaku menyimpang lainnya.
Pendidikan dan pembinaan akhlak terhadap anak belum lah dipahami
banyak orang tua dalam sebuah keluarga sebagai hal yang penting dan
mendasar dalam pembentukan karakter anaknya. Mereka kerap menuntut
anak – anaknya untuk mampu bersaing di era globalisasi tanpa membentengi
mereka dengan iman dan akhlak yang nantinya akan melindungi mereka dari
pengaruh buruk dari globalisasi yang muncul.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi telah
membuat manusia dipengaruhi oleh sifat material sehingga kesenangan
materilah yang seolah – olah menjadi tolak ukur dan tujuan akhir dari
kehidupannya. Terkadang dalam mendapatkan materi tersebut, manusia telah
banyak lupa pada norma-norma akhlak. Padahal apabila norma-norma akhlak
hilang atau merosot, tentu akan dapat membawa mereka pada kehancuran
masyarakat.
Kemajuan IPTEK yang hanya mengandalkan kecerdasan rasio, sampai
pada batas-batas tertentu, dapat mengerosikan benteng-benteng nilai
idealisme, humanisme, yang semakin menuju ke arah rasionalisme,
pragmatisme, dan relatisme. Berbagai akibat muncul ke permukaan antara
lain adalah nilai-nilai kehidupan umat manusia lebih banyak didasarkan pada
nilai kegunaan, kelimpahan hidup materialistis, sekularistis, dan hedonistis,
serta agnostik yang menafikan aspek-aspek etika religius, moralitas dan
humanitas. 4
Hal ini menjadi tantangan yang berat bagi para pendidik yang
dipercayakan untuk membentuk dan menciptakan manusia yang

4
Harun Nasution, Islam Rasional, Gagasan dan Pemikirannya, (Bandung: Mizan, 1999),
hal. 87
3

berkepribadian luhur bagi kehidupan manusia. Kondisi seperti ini menuntut


pendidik agar dapat membentuk manusia yang berkualitas, yaitu manusia
yang memiliki keseimbangan intelektual dan spritual, yang menjadi alat
untuk mewujudkan sosok pribadi yang utuh, menghayati dan mengamalkan
nilai-nilai agama dan nilai luhur budaya bangsa, serta menjadi alat dalam
mengatasi segala dekadesi moral.
Mariel dan AV. Kelli dalam bukunya yang berjudul Moral Education
Theori and Practice menjelaskan bahwa sudah saatnya pendidikan moral atau
akhlak ditinjau kembali dalam dunia pendidikan sebagai salah satu aspek
yang penting. Baik dari segi sistem maupun dari proses pembelajarannya. 5
Begitu pula dengan pendidikan aqidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah
memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan
tingkah laku siswa. Apalagi dalam pelaksanaan pendidikan aqidah akhlak
tersebut masih terdapat kelamahan-kelamahan yang mendorong dilakukannya
penyempurnaan terus-menerus. Kelemahan tersebut terdapat pada materi
pendidikan aqidah akhlak yang lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan
(kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan
(psikomotorik). Kendala lainnya adalah kurangnya keikutsertaan guru mata
pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada peserta didik untuk
mempraktekan nilai-nilai keyakinan tauhid dan akhlakul karimah dalam
kehidupan sehari-hari. Lalu lemahnya sumber daya guru dalam
pengembangan pendekatan dan metode yang lebih variatif, minimnya
berbagai sarana pelatihan dan pembangunan, serta rendahnya peran serta
orang tua siswa.
Salah satu cara untuk menggambarkan pendidikan akhlak adalah
dengan merumuskan konsep akhlak dan profil orang yang memiliki akhlak
mulia. Sebab, apabila konsep akhlak dan profil orang yang memiliki akhlak
mulia telah digariskan secara jelas, maka pendidik akan dapat mengukur
bagaimana pengaruh akhlak itu secara kongkrit dalam kehidupan peserta

5
Mariel dan AV. Kelli, Moral Education Theori and Practice, (New York: A Wheaton &
Co.Ltd, 1978), hal 38-39.
4

didiknya. Dimana diharapkan dari pendidikan akhlak akan mampu menangkal


anak dari pengaruh buruk yang merusak akhlak dan moralitas, serta
tercapainya hidup yang lebih baik lagi di era zaman modernisasi seperti
sekarang ini.
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk
meneliti dan mengkaji tentang “Pengaruh Pendidikan Akhlak Terhadap
Siswa Di MTS Annajah Petukangan Selatan.”

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, dapat di identifikasi beberapa
masalah, diantaranya:
1. Kurang tercapainya tujuan pendidikan yang terdapat dalam Undang –
Undang Nomor 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang tujuan pendidikan
nasional.
2. Kurangnya peran keluarga dalam pendidikan akhlak terhadap anak.
3. Kurang maksimalnya pendidikan dan pembelajaran akhlak yang di
terapkan dalam lingkungan sekolah
4. Kurangnya pemahaman akan pentingnya pendidikan akhlak terhadap
tingkah laku siswa

C. Batasan Masalah
Setelah mengidentifikasi masalah yang ada, agar penelitian ini tidak
terlalu meluas, maka penulis akan membatasi pembahasan pada:
1. Pelaksanaan pendidikan akhlak terhadap siswa dalam ruang lingkup
sekolah
2. Pengaruh pendidikan akhlak terhadap tingkah laku terhadap siswa.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan di atas, maka masalah penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep pelaksanaan pendidikan akhlak terhadap siswa di
MTs. An-Najah Jakarta Selatan?
5

2. Bagaimana pengaruh pendidikan dan pembinaan akhlak terhadap tingkah


laku siswa di MTs. An-Najah Jakarta Selatan?

E. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konsep pelaksanaan pendidikan akhlak terhadap siswa
di MTs. An-Najah Jakarta Selatan.
2. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan akhlak terhadap tingkah laku
siswa di MTs. An-Najah Jakarta Selatan.

F. Manfaat Penulisan
Adapun setelah penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat di
antaranya:
1. Melengkapi dan memperluas teori yang sudah diperoleh melalui penelitian
lain sebelumnya.
2. Menyajikan wawasan khusus kepada orang tua dan tenaga pendidik
tentang konsep serta pengaruh pendidikan akhlak terhadap anak.
3. Memberikan sumbangsih karya ilmiah yang bermanfaat untuk
dipersembahkan pada masyarakat umumnya dan bagi pribadi penulis
khususnya.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Konsep Pendidikan Akhlak


1. Pengertian Pendidikan Akhlak
Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa arab akhlaqa, yukhliqu,
ikhlaqan, jama’nya khuluqun yang berarti perangai (al-sajiyah), adat
kebiasaan (al’adat), budi pekerti, tingkah laku atau tabiat (ath-thabi’ah),
perbedaan yang baik (al-maru’ah), dan agama (ad-din).1
John Dewey, seperti yang dikutip oleh M. Arifin menyatakan
bahwa pendidikan adalah sebagai suatu proses pembentukan kemampuan
dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir (intelektual)
maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat manusia dan
manusia biasa.2
Akhlak adalah suatu istilah agama yang dipakai menilai perbuatan
manusia apakah itu baik, atau buruk. Sedangkan ilmu akhlak adalah suatu
ilmu pengetahuan agama islam yang berguna untuk memberikan
petunjuk-petunjuk kepada manusia, bagaimana cara berbuat kebaikan dan
menghindarkan keburukan. Dalam hal ini dapat dikemukakan contohnya:
a. Perbuatan baik termasuk akhlak, karena membicarakan nilai atau
kriteria suatu perbuatan.
b. Perbuatan itu sesuai dengan petunjuk ilmu akhlak; ini termasuk
ilmunya, karena membicarakan ilmu yang telah dipelajari oleh
manusia untuk melakukan suatu perbuatan.3

Menurut Rahmat Djatnika, bahwa pengertian akhlak dapat


dibedakan menjadi dua macam, di antaranya menurut etimologi kata
akhlak berasal dari bahasa Arab (‫ ﻕ‬.‫ )ﺍ ﺥ‬bentuk jamak dari mufrodnya
khuluq (‫)ﺥﻝﻕ‬, yang berarti budi pekerti. Sinonimnya adalah etika dan

1
Tiswarni, “Akhlak Tasawuf”. (Jakarta: Bina Pratama, 2007), hal. 1
2
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), hal. 1
3
Mahjuddin, “Akhlak Tasawuf”. (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), hal. 7

6
7

moral. Etika berasal dari bahasa Latin, etos yang berarti kebiasaan. Moral
berasal dari bahasa Latin juga, mores yang juga berarti kebiasaan.
Sedangkan menurut terminolog, kata budi pekerti terdiri dari kata “budi”
dan “pekerti”. Budi adalah yang ada pada manusia, yang berhubungan
dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio yang disebut
karakter. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia, karena didorong
oleh perasaan hati yang disebut dengan behaviour. Jadi, budi pekerti
merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada
karsa dan tingkah laku manusia. 4
Menurut Abuddin Nata, akhlak adalah perbuatan yang dilakukan
dengan mendalam dan tanpa pemikiran, namun perbuatan itu telah
mendarah daging dan melekat dalam jiwa, sehingga saat melakukan
perbuatan tidak lagi memerlukan pertimbangan dan pemikiran.5
Menurut Elizabeth B. Hurlock, behaviour which may be called
“true morality” not only conforms to social standarts but also is carried
out voluntarily, it comes with the transition from external to internal
authority and consist of conduct regulated from within. 6 Artinya, bahwa
tingkah laku boleh dikatakan sebagai moralitas yang sebenarnya itu bukan
hanya sesuai dengan standar masyarakat, tetapi juga dilaksanakan dengan
suka rela, tingkah laku it terjadi melalui transisi dari kekuatan yang ada di
luar (diri) dan ke dalam (diri) dan ada ketetapan hati dalam melakukan
(bertindak) yang diatur dalam diri.
Imam Al-Ghazali mengemukakan definisi akhlak sebagai suatu
sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-
perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran
(terlebih dahulu).7

4
Rahmat Djatnika, Sistem Ethika Islami (Akhlak Mulia), (Jakarta : Balai Pustaka, 1994), hal.
26
5
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 5
6
Elizabeth B. Hurlock, Child Development,Edisi IV, (Kugllehisa, Mc. Grow Hill, 1978), hal.
386
7
Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin Juz III, (Beirut : Dar Ihya al-Kutub al-Ilmiyah, t.th.),
hal. 58.
8

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa hakikat akhlak


menurut al-Ghazali mencakup dua syarat. Pertama, perbuatan itu harus
konstan, yaitu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama, sehingga
dapat menjadi kebiasaan. Kedua, perbuatan itu harus tumbuh dengan
mudah tanpa pertimbangan dan pemikiran, yakni bukan karena adanya
tekanan, paksaan dari orang lain atau bahkan pengaruh-pengaruh dan
bujukan yang indah dan sebagainya.
Menurutnya juga, bahwa akhlak bukanlah pengetahuan (ma’rifah)
tentang baik dan jahat, maupun kodrat (qudrah) untuk baik dan buruk,
bukan pula pengamalan (fi’l) yang baik dan jelek, melainkan suatu
keadaan jiwa yang mantap (hay’arasikha fi-n-nafs).8
Dari definisi berbagai pendapat di atas, dapat kita simpulkan bahwa
akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong melakukan suatu perbuatan
secara spontan tanpa pertimbangan dan proses berfikir terlebih dahulu dan
tanpa ada unsur paksaan.
Dapat dipahami bahwa pula bahwa akhlak adalah suatu sikap atau
kehendak manusia disertai dengan niat yang tentram dalam jiwa yang
berlandaskan al-Qur’an dan al-Hadits yang daripadanya timbul perbuatan-
perbuatan atau kebiasaan-kebiasaan secara mudah tanpa memerlukan
pembimbingan terlebih dahulu. Jiwa kehendak jiwa itu menimbulkan
perbuatan-perbuatan dan kebiasaan-kebiasaan yang bagus, maka disebut
dengan akhlak yang terpuji. Begitu pula sebaliknya, jika menimbulkan
perbuatan-perbuatan dan kebiasaan-kebiasaan yang jelek, maka disebut
dengan akhlak yang tercela
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang diarahkan untuk
mematangkan potensi fitrah manusia, agar setelah tercapai kematangan
itu, ia mampun memerankan diri sesuai dengan amarah yang
disandangnya, serta mampu mempertanggung jawabkan pelaksanaan
kepada Sang Pencipta. Kematangan di sini dimaksudkan sebagai

8
Muhammad Abul Quasem, Kamil, , Etika Al-Ghazali, “Etika Majemuk Di Dalam Islam,
terj. J. Muhyidin, (Bandung : Pustaka, 1975), hal. 81-82.
9

gambaran dari tingkat perkembangan optimal yang dicapai oleh setiap


potensi fitrah manusia. 9
Dalam Islam, pada mulanya pendidikan disebut dengan kata
“ta’dib”. Kata “ta’dib” mengacu kepada pengertian yang lebih tinggi dan
mencakup seluruh unsur-unsur pengetahuan (‘ilm), pengajaran (ta’lim)
dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Akhirnya, dalam perkembangan
kata-kata “ta’dib” sebagai istilah pendidikan hilang dari peredarannya,
sehingga para ahli didik Islam bertemu dengan istilah at tarbiyah atau
tarbiyah, sehingga sering disebut tarbiyah. Sebenarnya kata ini asal
katanya adalah dari “Rabba-Yurobbi-Tarbiyatan” yang artinya tumbuh
dan berkembang.10
Menurut Frederic J. Mc. Donald, dalam bukunya Educational
Psychology, mengungkapkan bahwa education in the sense used here, is a
process or an activity which is directed at producting desirable changes
in the behaviour of human beings. Pendidikan dalam pengertian yang
digunakan di sini adalah sebuah proses atau aktivitas yang menunjukkan
pada proses perubahan yang diinginkan di dalam tingkah laku manusia.11
Menurut Nelson B. Henry, education is the process by which those
powers (abilities, capacities) of the man that are susceptible to
habituation are perfected by good habits.12 Artinya, pendidikan adalah
merupakan suatu proses di mana kemampuan seseorang dapat
terpengaruh oleh kebiasaan yang berupa kebiasaan yang baik.
Setelah dijelaskan secara terpisah mengenai pengertian pendidikan
dan pengertian akhlak, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak
adalah pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dan keutamaan perangai,
tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa
analisa sampai ia menjadi seorang mukallaf, seseorang yang telah siap

9
Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta ; PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 51
10
Zuhairini, dkk., Metodologi Pendidikan Agama, (Bandung : Ramadhani, 1993), hal. 9
11
Frederic J. Mc. Donald, Educational Psychology, (San Francisco, Wadsworth Publishing
Company Inc., 1959), hlm. 4
12
Nelson B. Henry, Philosophies of Education, (The United States of America : The
University, 1962), hlm. 205.
10

mengarungi lautan kehidupan. Ia tumbuh dan berkembang dengan


berpijak pada landasan iman kepada Allah dan terdidik untuk selalu kuat,
ingat bersandar, meminta pertolongan dan berserah diri kepada-Nya,
maka ia akan memiliki potensi dan respon yang instingtif di dalam
menerima setiap keutamaan dan kemuliaan. Di samping terbiasa
melakukan akhlak mulia. 13
Pendidikan akhlak juga bisa diartikan sebagai suatu pembinaan
dalam kegiatan yang dilakukan secara sadar dan disengaja untuk
memberikan bimbingan, baik jasmani maupun rohani, melalui penanaman
nilai-nilai Islam, latihan moral, fisik serta menghasilkan perubahan ke
arah positif, yang nantinya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan,
dengan kebiasaan bertingkah laku, berpikir dan berbudi pekerti yang
luhur menuju terbentuknya manusia yang berakhlak mulia, di mana dapat
menghasilkan perbuatan atau pengalaman dengan mudah tanpa harus
direnungkan dan disengaja atau tanpa adanya pertimbangan dan
pemikiran, yakni bukan karena adanya tekanan, paksaan dari orang lain
atau bahkan pengaruh-pengaruh yang indah dan pebuatan itu harus
konstan (stabil) dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sering
sehingga dapat menjadi kebiasaan.

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Akhlak


a. Dasar Pendidikan Akhlak
Dasar pendidikan akhlak adalah al-Qur’an dan al-Hadits, karena
akhlak merupakan sistem moral yang bertitik pada ajaran Islam. Al-
Qur’an dan al-Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam menjelaskan
kriteria baik dan buruknya suatu perbuatan. Al-Qur’an sebagai dasar
akhlak menjelaskan tentang kebaikan Rasulullah SAW sebagai
teladan bagi seluruh umat manusia. maka selaku umat Islam sebagai

13
Raharjo, dkk., Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer,
(Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999), hal. 63
11

penganut Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia,


sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Ahzab Ayat 21:
   
  
  
 
 
  

Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.14

Berdasarkan ayat tersebut di atas dijelaskan bahwasannya


terdapat suri teladan yang baik, yaitu dalam diri Rasulullah SAW yang
telah dibekali akhlak yang mulia dan luhur. Selanjutnya juga dalam
Q.S. Al-Qalam ayat 4:
   

Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung.15

Di dalam hadits juga disebutkan tentang betapa pentingnya


akhlak di dalam kehidupan manusia. Bahkan diutusnya rasul adalah
dalam rangka menyempurnakan akhlak yang baik, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW, bahwa:
Dari Abdullah menceritakan Abi Said bin Mansur berkata :
menceritakan Abdul Aziz bin Muhammad dari Muhammad bin
‘Ijlan dari Qo’qo’ bin Hakim dari Abi Shalih dari Abi Hurairoh
berkata Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya Aku hanya
diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (H.R.
Ahmad).16

14
Departemen Agama Republiik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : PT.
Kumudasmoro Grafindo, 1994), hal. 670.
15
Departemen Agama Republiik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : PT.
Kumudasmoro Grafindo, 1994), hal. 960.
16
Al Imam Ahmad bin Hambal, Musnad Juz II, (Beirut : Darul Kutub al Ilmiyah, t.th.), hal.
504
12

Berdasarkan hadits tersebut di atas memberikan pengertian


tentang pentingnya pendidikan akhlak dalam kehidupan manusia, di
mana dengan pendidikan akhlak yang diberikan dan disampaikan
kepada manusia tentunya akan menghasilkan orang-orang yang
bermoral, laki-laki maupun perempuan, memiliki jiwa yang bersih,
kemauan yang keras, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi,
mengetahui arti kewajiban dan pelaksanaannya, menghormati hak-hak
manusia, mengetahui perbedaan buruk dan baik, memilih satu fadhilah
karena cinta pada fadhilah, menghindari suatu perbuatan yang tercela
dan mengingat Tuhan dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan

b. Tujuan Akhlak
Tujuan pokok dari pendidikan Islam adalah mendidik budi
pekerti dan pembentukan jiwa. Pendidikan yang diberikan kepada
anak didik haruslah mengandung pelajaran-pelajaran akhlak. Setiap
pendidik haruslah memikirkan akhlak dan memikirkan akhlak
keagamaan sebelum yang lain-lainnya karena akhlak keagamaan
adalah akhlak yang tertinggi, sedangkan akhlak yang mulia itu adalah
tiang dari pendidikan Islam.
Dalam tujuan pendidikan akhlak dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu :
1) Tujuan Umum.
Menurut Ali Hasan bahwa tujuan pokok akhlak adalah agar
setiap orang berbudi (berakhlak), bertingkah laku (tabiat)
berperangai atau beradat istiadat yang baik atau yang sesuai
dengan ajaran Islam. 17
Menurut Barnawy Umari, bahwa tujuan pendidikan akhlak
secara umum meliputi :
a) Supaya dapat terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia,
terpuji serta menghindari yang buruk, jelek, hina dan tercela.

17
M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, (Jakarta : Bulan Bintang, 1988), hal. 11
13

b) Supaya perhubungan kita dengan Allah SWT dan dengan


sesama makhluk selalu terpelihara dengan baik dan
harmonis. 18

2) Tujuan Khusus
Adapun tujuan spesifik dari pendidikan akhlak diantaranya
adalah:
a) Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia da
beradat kebiasaan yang baik
b) Memantapkan rasa keagamaan pada siswa, membiasakan diri
berpegang pada akhlak mulia dan membenci akhlak yang
rendah.
c) Membiasakan siswa bersikap rela, optimis, percaya diri,
emosi, tahan menderita dan sabar.
d) Membimbing anak ke arah dikap yang sehat dan dapat
membantu mereka berinteraksi sosial yang baik, mencintai
kebaikan untuk orang lain, suka menolong, sayang kepada
yang lemah, dan menghargai orang lain.
e) Membiasakan siswa bersopan santun dalam berbicara dan
bergaul baik di sekolah maupun di luar sekolah.
f) Selalu tekun beribaah dan mendekatkan diri kepada Allah dan
bermuamalah yang baik. 19

Adapun menurut Muhammad ‘Athiyyah Al-Abrasyi


menjelaskan tujuan dari pendidikan moral dan akhlak dalam Islam
adalah membentuk orang-orang yang bermoral baik, keras
kemauan, sopan dalam bicara dan mulia dalam bertingkah laku
dan perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab,

18
Barnawy Umari, Materi Akhlak, (Salatiga : Ramadhani, 1984), hal. 2
19
Chabib Thoha, Saifudin Zuhri, dkk., Metodologi Pengajaran Agama, (Fakultas
Tarbiyah,Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999), hal. 136
14

ikhlas, jujur dan suci. Jiwa dari pendidikan Islam adalah


pendidikan moral dan akhlak.20
Dijelaskan juga menurut Ahmad Amin, bahwasannya tujuan
pendidikan akhlak (etika) bukan hanya mengetahui pandangan
atau teori, bahkan setengah dari tujuan itu adalah mempengaruhi
dan mendorong kehendak kita supaya membentuk hidup suci dan
menghasilkan kebaikan dan kesempurnaan dan memberi faedah
kepada sesama manusia. maka etika itu adalah mendorong
kehendak agar berbuat baik, akan tetapi ia tidak selalu berhasil
kalau tidak ditaati oleh kesucian manusia. 21

3. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak


Muhammad Daud Ali menyatakan bahwa dalam garis besarnya
akhlak terbagi dalam dua bagian, pertama adalah akhlak terhadap
Allah/Khaliq (pencipta) dan kedua adalah akhlak terhadap makhluknya
(semua ciptaan Allah).22
Dalam hal ruang lingkup pendidikan akhlak, dapat dibagi menjadi
beberapa point, diantaranya:
a. Akhlak Terhadap Allah SWT
Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai
sikap/perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai
makhluk kepada Tuhan yang Khaliq. Sekurang-kurangnya ada empat
alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah:
1) Karena Allah yang telah menciptakan manusia dan menciptakan
manusia di air yang ditumpahkan keluar dari antara tulang
punggung dan tulang rusuk. (Q.S. At-Thariq : 5-7). Dalam ayat
lain, Allah menyatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah

20
Muhammad ‘Athiyyah Al-Abrasyi, Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan, (Bandung : Pustaka
Setia, 2003), hal. 114.
21
Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), terj. K.H. Farid Ma’ruf, (Jakarta : Bulan Bintang,
1975), hal. 6-7.
22
M. Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hal.
352.
15

yang kemudian diproses menjadi benih yang disimpan dalam


tempat yang kokoh (rahim) setelah ia menjadi segumpal darah,
daging, dijadikan tulang dan dibalut dengan daging, dan
selanjutnya diberikan ruh. (Q.S. Al-Mu’minun : 12-13)
2) Karena Allah lah yang telah memberikan perlengkapan panca
indera, berupa pendengaran, penglihatan, akal, pikiran dan hati
sanubari. Di samping anggota badan yang kokoh dan sempurna
pada manusia.
3) Karena Allah lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan
sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti
bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara,
binatang dan ternak dan lain sebagainya. (Q.S. Al Jatsiah : 12-13)
4) Allah lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya
kemampuan untuk menguasai daratan dan lautan. (Q.S. Al-Isra’ :
70).23

Dalam berakhlak kepada Allah SWT., manusia mempunyai


banyak cara, di antaranya dengan taat dan tawadduk kepada Allah,
karena Allah SWT menciptakan manusia untuk berakhlak kepada-Nya
dengan cara menyembah kepada-Nya, sebagaimana fiman Allah SWT
dalam Q.S. Adz-Dzariyat : 56 :

  


  

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.

Ada dua dimensi dalam berakhlak kepada Allah SWT, yaitu :


1) Akhlak kepada Allah karena bentuk ketaatan (kewajiban kepada
Allah). Akhlak kepada Allah adalah taat dan cinta kepada-Nya,
mentaati Allah berarti melaksanakan segala perintah-Nya dan

23
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 148.
16

menjauhi larangan-Nya,di antaranya melaksanakan shalat wajib


lima waktu.
2) Akhlak kepada Allah karena bentuk tawadduk kepada Allah
(keikhlasan dalam melaksanakan perintah-Nya). Tawadduk
adalah sikap merendahkan diri terhadap ketentuan-ketentuan
Allah SWT. Untuk menumbuhkan sikap tawadduk, manusia harus
menyadari asal kejadiannya, menyadari bahwa hidup di dunia ini
terbatas, memahami ajaran Islam, menghindari sikap sombong,
menjadi orang yang pemaaf, ikhlas, bersyukur, sabar dan
sebagainya.

b. Akhlak Terhadap Sesama Manusia


Akhlak terhadap sesama manusia,antara lain meliputi akhlak
terhadap Rasul, orang tua (ayah dan ibu), guru, tetangga dan
masyarakat
1) Akhlak terhadap Rasulullah
Akhlak karimah kepada Rasulullah adalah taat dan cinta
kepadanya dengan sepenuh hati tanpa ada keraguan sedikitpun
didalamnya. Mentaati Rasulullah berarti melaksanakan segala
perintahnya dan menjauhi larangannya. Ini semua telah dituangkan
dalam hadits (sunnah) beliau yang berwujud ucapan, perbuatan dan
penetapannya. Mentaati Rasul merupakan bagian dari wujud
kecintaan kepada Allah. Dan hal ini sebagaimana firman Allah
SWT dalam Q.S. An-Nisaa ayat 80 :
   
   
 
 
 
Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia Telah
mentaati Allah. dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan
itu), Maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi
mereka. 24

Departemen Agama Republiik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : PT.


24

Kumudasmoro Grafindo, 1994), hal. 132.


17

2) Akhlak terhadap orang tua (ayah dan ibu)


Wajib bagi umat Islam untuk menghormati kedua orang tuanya,
yaitu dengan berbakti, mentaati perintahnya dan berbuat baik
kepada keluarganya, di antaranya :

a) Berbicara dengan perkataan yang baik. Firman Allah SWT


dalam Q.S. Al-Isra ayat 23 :

   


 


  
 

 
  
  
 
  

Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada
ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia.25

b) Mendoakan kedua orang tua baik saat masih hidup maupun


telah meninggal dunia.
c) Menjaga amanah dan pemberian orang tua dengan sebaik
mungkin.
d) Mengelola dan memanfaatkan dengan sebaik mungkin harta
benda dari orang tua.

Departemen Agama Republiik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : PT.


25

Kumudasmoro Grafindo, 1994), hlm. 427


18

3) Akhlak terhadap guru


Akhlakul karimah kepada guru di antaranya dengan
menghormatinya, berlaku sopan di hadapannya, mematuhi
perintah-perintahnya, baik itu di hadapannya ataupun di
belakangnya, karena guru adalah spiritual father atau bapak rohani
bagi seorang murid, yaitu yang memberi santapan jiwa dengan
ilmu, pendidikan akhlak dan membenarkannya.

Penyair Syauki telah mengakui pula nilainya seorang guru


dengan kata-katanya sebagai berikut :

.‫ﻙﺍﺩَﺍْﻝ ُﻡﻉَِﻝِّﻡُ ﺍَ ْﻥﻱَﻙُ ْﻭ َﻥ َﺭﺱُ ْﻭ ﻝﺍ‬


َ # َ‫ﻱال‬
ْ ‫ْﺝ‬
ِ‫ﺏ‬ ‫ﻕُ ْﻡ ِﻝْﻝ ُﻡﻉَِﻝِِّﻡ َﻭ‬
َّ ‫ﻑِِّ ِﻩ ﺍﻝﺕ‬

Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan, seorang


guru itu hampir saja merupakan seorang Rasul.

4) Akhlak Terhadap Tetangga dan Masyarakat


Pentingnya akhlak tidak terbatas pada perorangan saja, tetapi
penting untuk bertetangga, masyarakat, umat dan kemanusiaan
seluruhnya. Di antaranya akhlak terhadap tetangga dan masyarakat
adalah saling tolong menolong, saling menghormati, persaudaraan,
pemurah, penyantun, menepati janji, berkata sopan dan berlaku
adil. Allah SWT berfiman dalam Q.S. Al-Maaidah ayat 2:
  
  
  
 
    
  

dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya.26

Departemen Agama Republiik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : PT.


26

Kumudasmoro Grafindo, 1994), hal. 157


19

c. Akhlak Terhadap Lingkungan


Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu
yang berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan,
maupun benda-benda tidak bernyawa. Pada dasarnya, akhlak yang
diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi
manusia sebagai khalifah.
Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tidak bernyawa
semuanya diciptakan oleh SWT., dan menjadi milik-Nya, serta semua
memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan
sang muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan
yang seharusnya diperlakukan secara wajar dan baik, seperti firman
Allah SWT dalam Q.S. Al-An’aam ayat 38:
   
  
  
   
   
   
  
Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-
burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga)
seperti kamu. tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab,
Kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.27

4. Metode Pendidikan Akhlak


Dalam buku Daur al-Bait fi Tarbiyah ath-Thifl al-Muslim, karangan
Khatib Ahmad Santhut yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia, membagi metode pendidikan moral/akhlak ke dalam 5 bagian,
di antaranya adalah:28
a. Keteladanan

27
Departemen Agama Republiik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : PT.
Kumudasmoro Grafindo, 1994), hal. 912.
28
Khatib Ahmad Santhut, Daur al-Bait fi Tarbiyah ath-Thifl al-Muslim, terj. Ibnu Burdah,
“Menumbuhkan Sikap Sosial, Moral dan Spiritual Anak dalam Keluarga Muslim, (Yogyakarta :
Mitra Pustaka, 1998), hal. 85-95
20

Metode ini merupakan metode terbaik dalam pendidikan akhlak.


Keteladanan selalu menuntut sikap yang konsisten serta kontinyu,
baik dalam perbuatan maupun budi pekerti yang luhur.
b. Dengan memberikan tuntunan
Yang dimaksud di sini adalah dengan memberikan hukuman atas
perbuatan anak atau perbuatan orang lain yang berlangsung di
hadapannya, baik itu perbuatan terpuji atau tidak terpuji menurut
pandangan Al-Qur’an dan Sunnah.
c. Dengan kisah-kisah sejarah
Islam memperhatikan kecenderungan alami manusia untuk
mendengarkan kisah-kisah sejarah. Di antaranya adalah kisah-kisah
para Nabi, kisah orang yang durhaka terhadap risalah kenabian serta
balasan yang ditimpakan kepada mereka. Al-Qur’an telah
menggunakan kisah untuk segala aspek pendidikan termasuk juga
pendidikan akhlak.
d. Memberikan dorongan dan menanamkan rasa takut (pada Allah)
Tuntunan yang disertai motivasi dan menakut-nakuti yang
disandarkan pada keteladanan yang baik mendorong anak untuk
menyerap perbuatan-perbuatan terpuji, bahkan akan menjadi
perwatakannya.
e. Memupuk hati nurani
Pendidikan akhlak tidak dapat mencapai sasarannya tanpa disertai
pemupukan hati nurani yang merupakan kekuatan dari dalam manusia,
yang dapat menilai baik buruk suatu perbuatan. Bila hati nurani
merasakan senang terhadap perbuatan tersebut, dia akan merespon
dengan baik, bila hati nurani merasakan sakit dan menyesal terhadap
suatu perbuatan, ia pun akan merespon dengan buruk.
21

Menurut Ahmad D. Marimba, ada 3 (tiga) metode dalam pendidikan


akhlak, yaitu:29
a. Dengan pembiasaan
Tujuannya adalah agar cara-cara yang dilakukan dengan tepat,
terutama membentuk aspek kejasmanian dari kepribadian atau
memberi kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu.

b. Dengan pembentukan pengertian, minat dan sikap


Tujuannya adalah agar siswa memahami apa yang ia terima guna
menentukan minat terhadap suatu hal dan mampu menentukan sikap
dalam menjalankannya.
c. Dengan diberikan pengetahuan dan pengertian
Tujuannya adalah agar seseorang mengerti tentang sebuah tujuan
dalam pembelajaran yang dijalani.
d. Pembentukan kerohanian yang luhur
Tujuannya adalah agar siswa memilik jiwa dan kerohanian yang kuat,
memupuk rasa cinta kepada Allah, luhur dalam bersikap, serta tawadhu
(merendahkan diri) dalam menjalankan dan mengaplikasikan ilmu
yang diperolehnya.

Menurut Tadjab, Muhaimin, dan Abd. Mujib metode pencapaian


aqidah dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu:
a. Doktriner yang bersumberkan dari wahyu Ilahi yang disampaikan
melalui rasul-Nya dan pesan Tuhan tersebut telah diabadikan
dalam satu kitab Al-Qur’an yang secara operasional dijelaskan oleh
sabda Nabi-Nya.
b. Melalui hikmah (filosofik) dimana Tuhan mengarahkan
kebijaksanaan dan kecerdasan berfikir kepada manusia untuk
mengenal adanya Tuhan dengan cara memperhatikan fenomena

29
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’arif, 1989),
hal. 76-81
22

yang diambil sebagai bukti-bukti adanya Tuhan melalui


perenungan yang mendalam.
c. Melalui metode ilmiah, dengan memperhatikan fenomena
alam sebagai bukti adanya Allah SWT.
d. Irfani’ah, yaitu metode yang menekankan pada intuisi dan
perasaan hati seseorang setelah melalui upaya suluk (perbuatan yang
biasa dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu).

Selain hal diatas, terdapat metode lain yang dapat dipergunakan


dalam pendidikan akhlak terdapat tiga cara, yaitu:
a. Metode takholli, yakni mengkosongkan diri dari sifat-sifat yang
tercela dan maksiat lahir-batin.
b. Metode tahalli, yaitu mengisi diri dengan sifat-sifat
mahmudah (terpuji) secara lahir-batin.
c. Metode tajalli, yaitu merasa akan keagungan Allah SWT.30

Untuk penanaman pendidikan serta pembinaan moral dan akhlak


dalam Islam terdapat beberapa metode atau cara, antara lain sebagai
berikut:
a. Pendidikan akhlak secara langsung, yaitu dengan cara
mempergunakan petunjuk, tuntunan, nasehat, menyebutkan manfaat
dan bahaya- bahayanya sesuatu, dimana pada siswa dijelaskan hal-hal
yang bermanfaat dan yang tidak, menuntun kepada amal-amal baik,
mendorong mereka berbudi pekerti yang tinggi dan menghindari
hal-hal yang tercela.
b. Pendidikan akhlak secara tidak langsung, yaitu dengan jalan
sugesti seperti mendiktekan sajak-sajak yang mengandung hikmat
kepada anak-anak dengan memberikan nasehat-nasehat dan berita

30
Tadjab, Muhaimin, Mujib, Abd., Dimensi-Dimensi Studi Islam, (Suraba ya: Karya
Abditama, 1994), hal. 245.
23

berharga, mencegah mereka membaca sajak-sajak kosong termasuk


yang menggugah soal-soal cinta dan pelakon-pelakonnya.
c. Mengambil manfaat dari kecenderungan dan pembawaan anak-anak
dalam rangka pendidikan akhlak.31

Demikianlah beberapa metode yang dapat digunakan dalam


pendidikan dan pembinaan akhlak, disamping itu faktor situasi dan
kondisi juga harus diperhatikan sehingga metode dapat efektif dan proses
belajar-mengajar dapat terlaksana dengan baik
B. Tingkah Laku Peserta Didik
1. Pengertian Tingkah Laku Peserta Didik
Kata tingkah laku terdiri dari dua kata, “tingkah” dan “laku”.
“Tingkah” memiliki arti olah perbuatan yang aneh-aneh atau yang tidak
sewajarnya. Dan “laku” yang berarti perbuatan, kelakuan, cara
menjalankan atau berbuat.32
Sedangkan tingkah laku dalam pengertian yang sangat luas, yakni
tingkah laku tidak hanya mencakup kegiatan motoris saja, seperti
berbicara, berjalan, lari-lari, berolah raga, bergerak dan lain-lain,
akan tetapi juga membahas macam-macam fungsi seperti melihat,
mendengar, mengingat, berpikir, fantasi, pengenalan kembali,
penampilan emosi- emosi dalam bentuk tangis atau senyum. 33
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono tingkah laku merupakan
perbuatan manusia yang tidak terjadi secara sporadis (timbul dan hilang
disaat-saat tertentu), tetapi selalu ada kelangsungan (kontinuitas)
antara satu perbuatan dengan perbuatan berikutnya.34

31
Tadjab, Muhaimin, Mujib, Abd., Dimensi-Dimensi Studi Islam, (Suraba ya: Karya
Abditama, 1994), hal. 245.
32
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern (Jakarta: Pustaka Amani)
Hlm. 210.
33
Mahfudh Shalahuddin, Pengantar Psikologi Umum (Surabaya: Sinar Wijaya, 1986),
hal. 49
34
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi (Jakarta: Bulan Bintang, 1986),
hal. 24
24

Sedangkan pendapat Al-Ghazali tentang definisi tingkah laku


adalah sebagai berikut:
a. Tingkah laku itu mempunyai penggerak (motivasi), pendorong,
tujuan dan objektif.
b. Motivasi itu bersifat dari dalam yang muncul dari diri manusia
sendiri, tetapi ia dirangsang dengan rangsangan-rangsangan luar, atau
dengan rangsangan-rangsangan dalam yang berhubungan dengan
kebutuhan- kebutuhan jasmani dan kecenderungan-kecenderungan
alamiah, seperti rasa lapar, cinta, dan takut kepada Allah.
c. Menghadapi motivasi-motivasi manusia mendapati dirinya
terdorong untuk mengerjakan sesuatu.
d. Tingkah laku ini mengandung rasa kebutuhan dengan perasaan
tertentu dan kesadaran akal terhadap suasana tersebut.
e. Kehidupan psikologis adalah suatu perbuatan dinamis dimana
berlaku interaksi terus-menerus antara tujuan atau motivasi dan
tingkah laku.
f. Tingkah laku itu bersifat individual yang berbeda menurut
perbedaan faktor-faktor keturunan dan perolehan atau proses belajar
dari sejak manusia itu dilahirkan.
g. Tampaknya tingkah laku manusia menurut Al-Ghazali ada
dua tingkatan. Yang pertama manusia berdekatan dengan semua
makhluk hidup, sedangkan yang kedua ia mencapai cita-cita idealnya
dan mendekatkan kepada makna-makna ketuhanan dan tingkah laku
malaikat.35

Dari beberapa pengertian masalah tingkah laku tersebut, maka


dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkah laku merupakan suatu aktifitas
yang timbul dari dalam diri kita sendiri karena ada respon dari luar
sehingga terbentuklah tingkah laku yang positif atau sebalinya tingkah
laku yang negatif.

35
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1988)
Hlm. 274-275
25

2. Macam – Macam Tingkah Laku Peserta Didik


Pembahasan mengenai macam-macam tingkah laku, akan dapat
memperjelas bagaimana siswa mengembangkan perbuatannya. Adapun
menurut Hasan Langgulung membedakan dua macam tingkah laku antara
lain sebagai berikut:
a. Tingkah laku intelektual atau yang tinggi
Adalah sejumlah perbuatan yang dikerjakan seseorang yang
berhubungan dengan kehidupan jiwa dan intelektual.
b. Tingkah laku mekanistis atau refleksif.
Adalah respons-respons yang timbul pada manusia secara makanistis
dan tetap, seperti kedipan mata sebab kena cahaya, dan gerakan-
gerakan rambang seperti menggerakkan kedua tangan dan kaki secara
terus-menerus tanpa aturan.36

Menurut R. Soetarno tingkah laku yang akan digolongkan ialah


tingkah laku yang menunjukkan ciri kepribadian. Dalam hubungannya
dengan macam-macam tingkah laku, salah satu unsur yang penting yaitu
seorang siswa dapat menyeimbangkan antara tingkah laku yang dihasilkan
untuk dirinya dan tingkah laku yang dihasilkan untuk orang lain yang
akhirnya dapat bermanfaat bagi lingkungannya, khususnya bagi dirinya
sendiri. 37
Dijelaskan secara terperinci mengenai pembagian tingkah laku
berdasarkan pengaruhnya, yaitu:
a. Tingkah Laku Positif
Tingkah laku positih dalam hal ini meliputi:
1) Tingkah laku ingin tahu yang sangat tinggi terhadap sesuatu yang
dilihatnya.
2) Tingkah laku cepat belajar dimana seseorang dengan cepat mampu

36
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1988)
Hlm. 275
37
R. Soetarno, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: Kanisius, 1989), hal. 55.
26

menangkap perkara yang baru dipelajari


3) Tingkah laku pintar cerdas dimana senantiasa cerdas dan pantas
dalam menggunakan otak dan berfikir
4) Tingkah laku proaktif dimana seseorang menunjukkan sikap
kesungguhan atau sikap maju kedepan dibandingkan dengan
teman-temannya yang lain.
b. Tingkah Laku Negatif
Tingkah laku negatif dalam hal ini meliputi:
1) Tingkah laku yang menghalang (bergantung) yang mana akan
mengganggu bahkan membahayakan dirinya sendiri.
2) Kebimbangan dimana rasa takut, ragu, tidak percaya diri menjadi
hal yang menggangunya.
3) Pergantungan berlebihan, dimana seseorang selalu berharap akan
bantuan seseorang kelompoknya.
4) Pengunduran diri atau lebih dikenal dengan sifat malu dalam
bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya
5) Pengasingan diri dimana seseorang merasa lingkungan yang ada
disekitarnya tidak cocok dengan dirinya.
c. Tingkah Laku Mengganggu
Tingkah laku mengganggu ini berhubungan dengan sikap yang
nantinya akan membahayakan diri dan orang disekitarnya, diantaranya:
1) Hiperaktif, dimana seseorang bersikap secara berlebihan dan lepas
kontrol (kendali)
2) Kelakuan nakal bahkan mengarah pada bully atau mengintimidasi
orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung.
3) Egois dimana merasa apa yang ia lakukan adalah hak mutlaknya
sebagai seorang manusia walau merugikan pihak lain.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkah Laku Peserta Didik


Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku siswa berlangsung
secara berangsur-angsur, bukanlah yang sekali melainkan sesuatu yang
27

berkembang. Oleh karena itu, pembentukan tingkah laku merupakan suatu


proses. Apabila akhir dari perkembangan yang dialami para remaja
berlangsung dengan baik maka akan menghasilkan suatu tingkah
laku yang baik pula.
Tingkah laku itu disebut baik apabila faktor-faktor yang
mempengaruhinya berjalan seimbang, dimana terdapat faktor intern,
ekstern dan lingkungan yang akan membentuk tingkah laku remaja.
Agama Islam telah mengajarkan kepada semua pemeluknya
agar menjadikan dirinya sebagai manusia yang berjiwa suci,
memiliki kepribadian yang luhur, lebih dari itu agar menjadikan
dirinya sebagai manusia yang berguna bagi dirinya sendiri dan orang
lain. 38
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan tingkah laku
manusia, diantaranya:
a. Faktor Internal
Tingkah laku manusia adalah corak kegiatan yang sangat dipengaruhi
oleh faktor yang ada dalam dirinya. Faktor-faktor intern yang
dimaksud antara lain:
1) Jenis Ras atau Keturunan
Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang
khas. Tingkah laku khas ini berbeda pada setiap ras, karena
memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri perilaku ras di Medan antara lain
bertemperamen keras. Ciri perilaku ras di daerah Jawa atau Sunda
dengan lemah lembutnya. Demikian pula beberapa ras lain
memiliki ciri perilaku yang berbeda pula.
2) Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara
berpakaian, melakukan pekerjaan sehari-hari, dan pembagian
tugas pekerjaan. Perbedaan ini bisa dimungkikan karena faktor

38
Kusmiati, Sri. Dasar – Dasar Perilaku dan Perubahan Manusia. (Jakarta: DepKes RI,
1999), hal. 27
28

hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Wanita


seringkali berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan laki-laki
cenderug berperilaku atau bertindak atas pertimbangan rasional.
3) Sifat Fisik
Kretschmer Sheldon membuat tipologi perilaku seseorang
berdasarkan tipe fisiknya. Misalnya, orang yang pendek, bulat,
gendut, wajah berlemak adalah tipe piknis. Orang dengan ciri
demikian dikatakan senang bergaul, humoris, ramah dan banyak
teman.39

4) Kepribadian
Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang
terhimpun dalam dirinya yang digunakan untuk bereaksi serta
menyesuaikan diri terhadap segala rangsang baik yang datang dari
dalam dirinya maupun dari lingkungannya. Sehingga corak dan
kebiasaan itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas
untuk manusia itu. Dari pengertian tersebut, kepribadian seseorang
jelas sangat berpengaruh terhadap perilaku sehari-harinya
5) Intelegensia
Intelegensia adalah keseluruhan kemampuan individu untuk
berpikir dan bertindak secara terarah dan efektif. Bertitik tolak
dari pengertian tersebut, tingkah laku individu sangat dipengaruhi
oleh intelegensia. Tingkah laku yang dipengaruhi oleh intelegensia
adalah tingkah laku intelegen di mana seseorang dapat bertindak
secara cepat, tepat, dan mudah terutama dalam mengambil
keputusan.
6) Bakat
Bakat adalah suatu kondisi atau keadaan pada seseorang yang
memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai suatu

39
Purwanto, Heri. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Pendidikan. (Jakarta: EGC Press,
1999), hal 65.
29

kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya


berupa kemampuan memainkan musik, melukis, olah raga, dan
sebagainya

b. Faktor Eksternal
1) Pendidikan
Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil
dari proses belajar mengajar adalah seperangkat perubahan
perilaku. Dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya
terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi
akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan
rendah.
2) Agama
Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan
norma dan nilai yang diajarkan oleh agama yang diyakininya
sepenuh hati.
3) Kebudayaan
Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau
peradaban manusia. Tingkah laku seseorang dalam kebudayaan
tertentu akan berbeda dengan orang yang hidup pada kebudayaan
lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa dengan tingkah laku
orang Papua.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,
baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan
berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku individu karena
lingkungan itu merupakan lawan atau tantangan bagi individu
untuk mengatasinya. Individu terus berusaha menaklukkan
lingkungan sehingga menjadi jinak dan dapat dikuasainya.
5) Sosial Ekonomi
30

Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya


suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga
status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi perilaku seseorang.40

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku siswa,


menurut Zakiah Daradjat ada tiga faktor antara lain sebagai berikut:
a. Faktor Intern
Yang paling kelihatan dalam faktor intern disini adalah
pertumbuhan jasmani yang cepat. Artinya perubahan cepat yang terjadi
pada fisik remaja, berdampak pula pada sikap dan perhatiannya
terhadap dirinya. Ia menuntut agar orang dewasa memperlakukannya
tidak lagi seperti kanak-kanak. Sementara itu, ia merasa belum mampu
mandiri dan masih memerlukan bantuan orang tua untuk membiayai
keperluan hidupnya. Juga pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan,
menyebabkan terjadinya perubahan kemampuan berpikir pada remaja,
perubahan menanggapi keadaan, dan perubahan sikap terhadap dirinya,
terhadap orang lain, terhadap keadaan sekitar dan masyarakat
lingkungan, yang tidak jarang membawa hal-hal yang negatif terhadap
remaja.
b. Faktor Ekstern
Disinilah letak bahaya dan ancaman terhadap kehidupan
para remaja yang sedang mulai tumbuh, yang sedang menatap hari
depan yang diharapkan dan dicita-citakannya. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi pada dasarnya baik dan berguna bagi
kemajuan bangsa. Tetapi kemajuan IPTEK itu telah ditumpangi dan
disalahgunakan oleh sebagian manusia yang serakah yang tidak
beragama atau kehidupannya ditentukan oleh hawa nafsu. Secara
tidak terasa, para remaja terbawa oleh arus yang sering didengar dan
disaksikan dalam acara kebudayaan yang ditayangkan oleh media

40
Purwanto, Heri. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Pendidikan. (Jakarta: EGC Press,
1999), hal 66-67.
31

elektronik.
c. Faktor Lingkungan
Faktor keluarga merupakan faktor yang paling penting dalam
mempengaruhi tingkah laku siswa. Apabila faktor negatif yang datang
dari keluarga, misalnya orang tua tidak rukun, sering bertengkar
dihadapan anak, akibatnya remaja mengalami keterbelakangan
kecerdasan, kegoncangan emosi akibat tekanan perasaan, kehilangan
rasa kasih saying dan sebagainya.
Maka usaha keluarga adalah mencari jalan preventif
(pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan konstruktif (pembinaan).
Sehingga para remaja menjadi manusia yang teguh imannya, kokoh
pendiriannya, terpuji akhlaknya dan tinggi semangatnya untuk
membangun bangsa dan masyarakatnya kepada kehidupan bahagia
yang diridhai oleh Allah SWT.41
Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut di atas, dapat
penulis ambil kesimpulan bahwa pembentukan dan perubahan tingkah
laku yang dialami siswa dipengaruhi oleh ketiga faktor yaitu faktor
yang diperoleh dari dalam diri siswa itu sendiri, faktor yang diperoleh
dari luar siswa dan faktor yang diperoleh dari lingkungan siswa
tersebut. Maka hubungan antara faktor yang satu dengan faktor yang
lain sangatlah mempengaruhi

C. Pengaruh Pendidikan Akhlak Terhadap Tingkah Laku Siswa


Pendidikan akhlak merupakan sub mata pelajaran yang harus diajarkan
di sekolah-sekolah yang dimulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan
Tinggi dan pendidikan tersebut sudah tentu untuk mencapai tujuan.
Sesungguhnya tujuan pendidikan akhlak adalah identik dengan tujuan hidup
setiap muslim, yaitu menginginkan hidup bahagia di dunia dan akhirat.
Demikian pula dengan perkembangan para remaja yang merupakan
masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, sehingga pada masa

41
Zakiah Daradjat, Remaja Harapan Dan Tantangan, (Jakarta: Ruhama, 1995), hal. 46-60
32

peralihan tersebut seorang remaja akan mengalami perkembangan dan


perubahan dalam menentukan hak dan kewajiban serta tanggung jawab
terhadap kehidupan pribadi dan masa depannya.
Untuk itu, para remaja wajib mendapatkan bimbingan serta arahan dari
pendidik atau orang tua dalam mencari dan menumbuhkan nilai-nilai luhur
demi membentuk identitas dirinya menuju kematangan pribadi. Disinilah
penanaman akhlak diutamakan agar mereka tidak mengalami kegoncangan
pikiran dan jiwanya dalam menentukan solusi atas problem yang dihadapi
para remaja. Maka pendidikan yang pertama dan utama adalah
pembentukan keyakinan kepada Allah SWT yang diharapkan dapat
melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian siswa.
Dari para ahli pendidikan Islam telah sepakat bahwa maksud dari
pendidikan dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik dengan
segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi maksudnya ialah
mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhilah
(keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi,
mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas
dan jujur.42
Selanjutnya untuk mewujudkan tingkah laku yang positif maka
diperlukan keseriusan pembentukan kepribadian sebagai hasil pendidikan,
sehingga perwujudan kepribadian muslim, kemajuan masyarakat dan budaya
akan dapat terealisasikan melalui sarana-sarana pendidikan yang dalam hal
ini adalah pendidikan akhlak. Karena dengan menanamkan nilai-nilai agama
akan sangat membantu terbentuknya kepribadian dan tingkah laku siswa
kelak pada masa dewasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pendidikan dan pembinaan akhlak adalah usaha yang diarahkan kepada
pembentukan tingkah laku siswa yang sesuai dengan ajaran Islam,
dalam berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam serta bertanggung jawab sesuai
dengan nilai-nilai Islam.

42
Al-Abrasyi, Mohd. Athiyah, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Ja ka r t a : Bulan
Bintang, 1984), hal. 11.
33

Disamping itu pendidikan akhlak tidak hanya sekedar diketahui dan


dimilki oleh para remaja, melainkan lebih dari itu pendidikan dan
pembinaan akhlak harus dihayati dengan baik dan benar. Sebab bila
pendidikan dan pembinaan akhlak telah dimiliki, dimengerti, dan dihayati
dengan baik dan benar, maka kesadaran seseorang akan hak dan
kewajibannya sebagai hamba Allah akan muncul secara sendirinya. Hal ini
akan muncul dalam pelaksanan ibadah, tingkah laku, sikap dan perbuatan
serta perkataannya sehari-hari.
Dan apabila pendidikan akhlak tersebut sudah tertanam dan
menjadi dasar dalam jiwa remaja, maka ia akan menjadi kekuatan batin
yang dapat melahirkan tingkah laku positif dalam kehidupannya. Sehingga
para remaja akan selalu optimis menghadapi masa depan, selalu tenang
dalam mencari solusi atas masalah yang dihadapi, dan tidak takut terhadap
apapun kecuali kepada Allah SWT. Selain itu mereka akan selalu rajin
melakukan ibadah dan perbuatan baik, serta tingkah laku positif lainnya yang
tidak hanya bermanfaat bagi dirinya tetapi bermanfaat pula untuk masyarakat
dan lingkungannya.
Maka dari itu, yang terpenting dalam mengembangkan dan membentuk
potensi yang dimiliki seorang remaja adalah agar para remaja
mengalami suatu perubahan baik aspek kognitif, afektif, maupun
psikomotorik. Berkumpulnya potensi dalam diri remaja tersebut akan
menjadikan dia pribadi yang utuh, seimbang dan selaras. Demikian citra
pribadi muslim yang ternyata identik dengan tujuan pendidikan Islam yaitu
menciptakan manusia yang berakhlak Islam, beriman, bertaqwa dan
meyakininya sebagai suatu kebenaran serta berusaha dan mampu
membuktikan kebenaran tersebut melalui akal, rasa, feeling di dalam
seluruh perbuatan dan tingkah laku sehari-hari.43
Namun juga dasar agama Islam merupakan fondasi utama dari
keharusan berlangsungnya pendidikan akhlak. Karena ajaran Islam bersifat

43
Zakiah Daradjat. Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan. (Jakarta: Bulan Bintang, 1987),
hal. 137
34

yang mengandung aturan-aturan yang mengatur seluruh aspek kehidupan


manusia dalam hubungannya dengan khaliqnya, juga dalam muamalah,
masalah berpakaian, jual beli, aturan budi pekerti yang baik dan sebagainya.
Hal ini tentu memberi nilai positif dalam pembentukan tingkah laku siswa.
Oleh sebab itu, para remaja yang merupakan tumpuhan harapan masa
depan bangsa dan agama sangat penting dalam jiwanya tersebut ditanamkan
nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pengaruh
pendidikan akhlak pada tingkah laku siswa dapat dikatakan berguna dan
bermanfaat seumur hidup apabila dapat diimplementasikan kedalam
kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu terwujudlah usaha tolong-
menolong antara individu dan masyarakat untuk mewujukan pengabdian
kepada Allah SWT. Maka para pendidik atau orang tua harus selalu
membimbing dan mengarahkan peserta didik menjadi warga Negara yang
baik dan bertanggung jawab yaitu dengan jalan mendidik dan menanamkan
nilai-nilai ilmu pengetahuan dan keagamaan

D. Penelitian Yang Relevan


Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis
lakukan, diantaranya:
1. Rachmi Ardila Putri. Penerapan Pendidikan Akhlak Bagi Anak Usia Dini.
Malang : Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, 2008.
Kesamaan penelitian tersebut diatas dengan yang penulis lakukan
terletak pada metode penelitian yang sama-sama menggunakan kuantitatif
dengan pendekatan analisis deskriptif. Selain itu bidang studi yang sama
juga menjadi kesamaan antara penulis dengan judul diatas, yaitu akhlak.
Adapun perbedaan dari judul penelitian diatas dengan penulis
terletak pada objek penelitian, dimana judul yang bersangkutan berfokus
pada anak usia dini, sedangkan penulis memfokuskan pada peserta didik
dari tingkat Madrasah Aliyah (MA).
35

2. Moh. Nor Khairudin. Hubungan Aqidah Akhlak dengan Terhadap Sikap


Siswa (Studi Sampel di MTs. Pandaan Kabupaten Pasuruan, Jawa
Timur). Malang: Jurusan Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam
Negeri Riau, 2010.
Adapun kesamaan penelitian yang bersangkutan dengan penulis
adalah sama-sama menggunakan metodologi penelitian yang sama, yaitu
kuantitatif dengan pendekatak deskriptif analisis.
Sedangkan perbedaan dari judul penelitian diatas dengan penulis
terletak pada objek penelitian, dimana judul yang bersangkutan diatas
berfokus pada siswa di tingkat Madrasah Tsanawiyah, sedangkan penulis
berfokus pada peserta didik tingkat Madrasah Aliyah. Selain itu, penulis
lebih memfokuskan pada materi akhlak guna memperkuat isi dalam
tulisan ini.
E. Hipotesa
Menurut asal usulnya hipotesa berarti sesuatu kesimpulan atau
pendapat yang masih kurang (hypo berarti kurang dari, sedangkan thesis
berarti pendapat). Jadi kesimpulan itu belum final (proto conclution) karena
masih harus dibuktikan. Setelah terbukti kebenarannya, hipotesa berubah
menjadi tesa. Kemudian menurut Marzuki hipotesa adalah dugaan yang
mungkin benar, atau mungkin juga salah. Dia akan ditolak jika salah atau
palsu, dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkannya.44
Adapun hipotesa yang akan diajukan dalam penelitian ini ada dua,
yaitu:
1. Hipotesa Kerja (Ha)
Ada pengaruh pendidikan akhlak terhadap tingkah laku siswa di MTs
An-Najah Jakarta Selatan.
2. Hipotesa Nol (Ho)
Tidak ada pengaruh pendidikan akhlak terhadap tingkah laku siswa di
MTs An-Najah.

44
Marzuki. , Metodologi Riset (Yogyakarta: Fakultas Ekonomi, 1983, hal. 35.
36

F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Bab Pertama, merupakan bab pendahuluan yang meliputi latar belakang
masalah, identifikasi masalah yang bersumber pada latar belakang
masalah yang di ungkap, rumusan masalah, tujuan penelitian dan
manfaat penelitian.
2. Bab Kedua, merupakan kajian teori yang meliputi pengertian pendidikan
akhlak, dasar dan tujuan pendidikan akhlak, ruang lingkup pendidikan
akhlak, dan metode pendidikan akhlak. Selain itu pada bab ini juga akan
dibahas tentang pengertian tingkah laku siswa, macam-macam tingkah
laku siswa, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku siswa, serta
pengaruh pendidikan dan pembinaan akhlak terhadap tingkah laku peserta
didik.
3. Bab Ketiga, merupakan gambaran dari metodologi penelitian yang
meliputi tempat dan waktu penelitian, metode dan pendekatan dalam
penelitian, teknik pengumpulan data dan penjelasannya, serta teknis
analisis data.
4. Bab Keempat, merupakan gambaran dari objek penelitian yang penulis
lakukan, mulai dari latar belakang berdirinya sekolah, lokasi penelitian,
visi dan misi, keadaan sekolah dan sebagainya guna menunjang
pembahasan selanjutnya dalam bab ini. Selain itu terdapat pembahasan
dan analisis dari peneltian yang telah penulis lakukan.
5. Bab Kelima, merupakan bab akhir dalam penulisan ini yang terdiri dari
kesimpulan dan saran.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Kegiatan penelitian ini akan penulis fokuskan pelaksanaannya di
Madrasah Tsanawiyah An-Najah dan Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta untuk memperluas teori ilmiah guna menunjang hasil penelitian yang
penulis lakukan. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Desember 2016 sampai Februari 2017.

B. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Data yang diperoleh
bersifat empiris dengan kriterianya yaitu, valid, reliabel dan obyektif. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif.
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara
purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil pebelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. 1
Dalam metode penelitian kualitatif, penulis menggunakan pendekatan
deskriptif analisis yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang
keadaan nyata yang terjadi. Adapun tujuan utama dalam menggunakan
metode dan pendekatan ini adalah untuk menggambarkan suatu keadaan yang
sedang terjadi pada saat penelitian dilakukan.

1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2012), hal. 9.

36
37

C. Populasi dan Sampel


Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Sedangkan
menurut Sukandarrumidi populasi adalah keseluruhan obyek penelitian baik
terdiri dari benda yang nyata, abstrak, peristiwa ataupun gejala yang
merupakan sumber data dan memiliki karakter tertentu dan sama.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
semua obyek yang akan diteliti yaitu Kepala Madrasah, seluruh guru agama
dan seluruh siswa MTs. An-Najah Jakarta Selatan dengan jumlah 741 siswa.
Yang dimaksud sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti. Adapun sampel penelitian ini penulis tentukan dengan menggunakan
teknik random sampling yaitu: pengambilan sampel random (acak), peneliti
“mencampur” subyek-subyek didalam populasi, sehingga semua subyek
dianggap sama. 2
Dalam artian random sampling mengambil semua individu yang
ada dalam populasi, sehingga semua dianggap sama atau diberi kesempatan
yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel dalam penelitian dan dalam
pelaksanaannya pengambilan sampel tersebut penulis menentukan dahulu
kelas berapa dan apa saja yang akan dijadikan sampel. Sampel ini diambil
15% atau lebih dari keseluruhan jumlah siswa yaitu kira-kira 50 siswa.
Mengenai besar kecilnya sampel siswa yang diambil dalam penelitian
penelitian ini didasarkan pada pendapat yang menyatakan bahwa “untuk
sekedar ancar-ancar apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil
semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya
jika subyeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau
lebih. 3
Untuk menentukan besarnya sampel dari populasi yang ada,
peneliti menggunakan rumus slovin dengan rumus:

2
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial (Format-Format Kuantitatif dan
Kualitatif), (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), hal. 166
3
Suharsimi Arikunto, Metodologi Penelitian Pendidikan – Sebuah Pendekatan (Edisi
Revisi), (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal 112.
38

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 𝑒2
Keterangan:
N : Jumlah Populasi
e : Prosen kelonggaran ketidaktelitian atau tingkat kesalahan
(Peneliti menggunakan 15% )

Sehingga bila dihitung menjadi:


𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 𝑒2
741
𝑛=
1 + 741(0,15)2
741
𝑛=
16,695

n = 44,38

Untuk penentuan pengambilan sampel ditambah sebanyak 6


sampel dari hasil perhitungan rumus slovin yaitu dengan jumlah 50 sampel.
Hal ini untuk menanggulangi kerusakan atau ketidak validan angket yang
diberikan terhadap sampel penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. 4
Dalam penelitian, banyak variasi teknik pengumpulan data untuk
mendukung dan menjawab masalah yang ada. Adapun teknik pengumpulan
data yang penulis pakai dalam penelitian ini adalah:

4
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method), (Bandung: Alfabeta, 2011), hal.
308.
39

1. Studi Kepustakaan dan Dokumen


Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan
mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur,
catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan
masalah yang akan dipecahkan. 5
Studi kepustakaan merupakan langkah yang penting sekali dalam
metode ilmiah untuk mencari sumber data sekunder yang akan
mendukung penelitian dan untuk mengetahui sampai ke mana ilmu yang
berhubungan dengan penelitian telah berkembang, sampai ke mana
terdapat kesimpulan dan degeneralisasi yang pernah dibuat.
Studi kepustakaan merupakan langkah yang penting dimana setelah
seorang peneliti menetapkan topic penelitian, langkah selanjutnya adalah
melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan
topik penelitian. Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan.
Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari: buku, jurnal, majalah,
hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya
yang sesuai (internet, koran dll). Bila kita telah memperoleh kepustakaan
yang relevan, maka segera untuk disusun secara teratur untuk
dipergunakan dalam penelitian. Oleh karena itu studi kepustakaan
meliputi proses umum seperti: mengidentifikasikan teori secara
sistematis, penemuan pustaka, dan analisis dokumen yang memuat
informasi yang berkaitan dengan topik penelitian. 6
Adapun tujuan dan manfaat dari studi kepustakaan, adalah sebagai
berikut:
a. Menemukan suatu masalah untuk diteliti.
b. Mencari informasi yang relevan dengan masalah yang akan diteliti.
c. Mengkaji beberapa teori dasar yang relevan dengan masalah yang
akan diteliti.

5
Muhammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hal. 111.
6
Muhammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hal. 112.
40

d. Untuk membuat uraian teoritik dan empirik yang berkaitan dengan


faktor, indikator, variable dan parameter penelitian yang tercermin di
dalam masalah-masalah yang ingin dipecahkan.
e. Memperdalam pengetahuan peneliti tentang masalah dan bidang
yang akan diteliti.
f. Mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan
penelitian yang akan dilakukan. Artinya hasil penelitian terdahulu
mengenai hal yang akan diteliti dan atau mengenai hal lain yang
berkaitan dengan hal yang akan diteliti.
g. Mendapat informasi tentang aspek-aspek mana dari suatu masalah
yang sudah pernah diteliti untuk menghindari agar tidak meneliti hal
yang sama. 7

2. Observasi
Menurut Burhan Bungin metode observasi adalah kegiatan
keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat
bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman,
mulut, dan kulit.8
Metode ini penulis gunakan untuk mengamati kondisi fisik dan
non fisik yang berupa gedung, sarana dan prasarana penunjang dalam
berjalanannya proses pendidikan dan pembinaan akhlak terhadap peserta
didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri An-Najah.

3. Wawancara
Untuk teknik pengumpulan data selanjutnya peneliti menggunakan
wawancara dan dialog secara mendalam (indeph interview) kepada pihak
yang bersangkutan. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang

7
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi askara, 2009), cet.vi, hal.
78-80.
8
Burhan Bungin, MEtodologi Penelitian Sosial (Format-Format Kuantitatif dan
Kualitatif) (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), hal. 142
41

untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.9
Sebagai sebuah data, informasi yang diperoleh dari hasil
wawancara harus diubah menjadi laporan tertulis.Laporan tertulis hasil
wawancara berupa laporan tulisan jurnalistik (berita) atau data dalam
bentuk ringkasan.
Dalam hal ini penulis menggunakan jenis wawancara terstruktur.
Dalam melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan instrument
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannya pun telah disiapkan.10
Tujuan wawancara pada penelitian ini adalah untuk melengkapi
informasi yang telah diperoleh dari studi kepustakaan. Wawancara akan
dilakukan terhadap orang yang berkompeten dalam bidang agama Islam,
terutama yang memiliki pandangan luas terhadap konsep pendidikan dan
pembinaan akhlak terhadap anak, sesuai dengan judul dalam penelitian
ini.

E. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil studi kepustakaan atau dokumentasi dan
wawancara, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit – unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. 11
Untuk menganalisis data yang bersifat kuantitatif, dalam pengolahan
datanya penulis menggunakan SPSS 10.0 for windows dengan analisis data
descriptive statistics frequencies.

9
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method), (Bandung: Alfabeta, 2011), hal.
316
10
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method), (Bandung: Alfabeta, 2011), hal.
318.
11
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method), (Bandung: Alfabeta, 2011),
hal. 333.
42

Selanjutnya setelah data diperoleh dan dikumpulkan, maka data


diklasifikasikan dan dianalisis. Dalam penelitian ini digunakan teknik analisa
data “Product Moment” yaitu mencari hubungan antara pendidikan akhlak
dengan tingkah laku siswa di Madrasah Tsanawiyah An-Najah.
Adapun rumus produk moment yang penulis gunakan adalah sebagai
berikut:
Σ = 𝑥𝑦
𝑟𝑥𝑦 =
√(∑ 𝑥 2 ) (∑ 𝑦 2 )
Keterangan:
𝑟𝑥𝑦 = Angka indeks korelasi
𝑥 2 = Jumlah deviasi skor x setelah terlebih dahulu dikuadratkan
𝑦 2 = Jumlah deviasi skor y setelah terlebih dahulu dikuadratkan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang Objek Penelitian


1. Sejarah Singkat Madrasah
MTs. Annajah adalah sebuah nama yang dicetuskan oleh beberapa
pengurus Yayasan Kesejahteraan Masyarakat Islam (YKMI). Nama MTs.
Annajah ini telah melewati beberapa tahap perubahan. Pertama kali, nama
MTs. Annajah adalah Madrasah Raudhatul Athfaal yang didirikan atas
prakarsa KH. Abdillah (Alm) dan tokoh masyarakat sekitar Petukangan
pada tahun 1960.Madrasah ini adalah suatu lembaga pendidikan dasar dan
menengah yang bersifat agamais.
Pada tahun 1964, Madrasah Raudhatul Athfaal ini berganti nama
lagi menjadi Madrasah Daarun Najah yang berpusat di Kelurahan
Petukangan. Pada tahun 1974 ada keinginan beberapa pengurus YKMI,
yakni KH. Abdillah Amin (Alm), Drs. H. Komaruzzaman (Alm), Drs. H.
Abdul Manaf (Alm), Drs. Hafidz Dasuki, MA., H. Syatin (Alm), H.
Kosim (Alm), dan Drs. Arsyad Siagian, untuk mendirikan Pondok
Pesantren Darunnajah di Kelurahan Ulujami. Keinginan ini dalam rangka
untuk menampung para siswa dari Daarun Najah Petukangan yang
merupakan cikal bakal santri Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami,
yang ada saat ini.
Dengan seiring waktu, perkembangan selanjutnya terjadi pada
tanggal 1 April 1985 dengan Akte Notaris R. Soerojo Wongsowidjoyo,
SH. No. 21 tertanggal 12 April 1985, berdirilah Yayasan Annajah yang
berdomisili di Kelurahan Petukangan Selatan, Jakarta.
BerdirinyaYayasan Annajah ini, merupakan kelanjutan dari
Yayasan kesejahteraan Masyarakat Islam (YKMI). Selain itu, dengan
adanya dualisme nama Darunnajah Ulujami dan Daarun Najah
Petukangan, maka pada tanggal 1 Muharram 1427 H bertepatan dengan
31 Januari 2006 M, diadakan rapat pengurus yayasan dan para kepala

43
44

sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Annajah serta tokoh


masyarakat sekitar Petukangan. Rapat ini membahas tentang perubahan
nama lembaga pendidikan Daarun Najah Petukangan menjadi Annajah
Petukangan. Sejak saat itulah MTs. Annajah Petukangan mulai dikenal.
Adapun profil dan gambaran singkat tentang madrasah ini adalah
sebagai berikut:
Nama Sekolah : MTs Annjah Jakarta
Nama Kepala Madrasah : Drs. Sam’unal Ghozi
Nomor Pokok Sekolah : 20102757
Nomor Statistik Madrasah : 121231740009
Alamat Sekolah
Kecamatan : Petukangan Selatan
Kabupaten/Kota : Jakarta Selatan
Provinsi : DKI Jakarta
Kode Pos : 12270
Telepon/fax : (021) 737 4045
Status Sekolah : Swasta
Nama Yayasan : Annjah
No. Akte Pendirian : Kd.09.01/4/PP.004/61.70/2009
Tahun Berdiri : 1985
Luas Tanah Sekolah : 2.887 m2
Luas Bangunan Sekolah : 1.618 m2
Status Tanah : Sertifikat
Nomor Sertifikat Tanah : 09.04.1.01433
Akreditasi BAN/Tahun : Terakreditasi A/2009

Sejak berdirinya hingga kini sudah banyak Tokoh Masyarakat dan


Tokoh Nasional yang menjadi tenaga pengajar di Yayasan Annajah,
antara lain; KH. Abdillah Amin, KH. Aulani, Prof. DR. Nurcholis Majid,
Drs. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA, KH. Mahrus, Drs. H. Hafidz
Dasuki, MA. Prof. DR. H. Ahmad Syadali, Drs. H. Abdurrohiim Hidayat
45

dan tokoh lainnya. Yayasan Annajah yang terdiri dari Raudhatul Athfal/
TK, Madrasah Ibtidaiyah setara Sekolah Dasar Islam, Madrasah
Tsanawiyah setara SMP & Madrasah Aliyah setara SMA berkembang
pesat dan telah memiliki ribuan alumnus yang tersebar di pelosok tanah
air.

2. Visi dan Misi serta Tujuan


1. Visi MTs. An-Najah
Adapun Visi dari MTs An-Najah adalah “Unggul Dalam Iman dan
Taqwa, Kompetitif dalam Ilmu dan Teknologi.”

2. Misi MTs. An-Najah


Adapun misi dari MTs. An-Najah adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan siswa yang unggul dalam iman dan taqwa
b. Menyiapkan siswa yang berbudaya islami dan berakhlakul
karimah
c. Menyiapkan siswa yang disiplin, kreatif dan inovatif
d. Menyiapkan siswa yang berkualitas dan mampu bersaing dalam
ilmu dan teknologi.

3. Tujuan MTs. An-Najah


Adapun tujuan MTs. An-Najah adalah sebagai berikut:
a. Membentuk insan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
dalam menjalankan syari’at islam
b. Menumbuhkan pemahaman dan pengalaman terhadap ajaran agam
Islam sehingga terbangun siswa yang kompeten dan berakhlak
mulia
c. Membiasakan siswa patuh dan taat terhadap orang tua dan guru
d. Membentuk siswa yang dapat melaksanakan tata tertib sekolah
e. Menumbuhkan dan mendorong keunggulan dalam penerapan ilmu
dan teknologi
46

f. Unggul dalam perolehan nilai Ujian Nasional


g. Mampu bersaing dalam Olimpiade sains dan matematika

3. Gambaran Guru dan Tenaga Pendidik


Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Pasal 1 tentang guru
dan dosen. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 1
Berikut adalah nama-nama guru yang mengajar di MTs Annajah
Jakarta beserta para staffnya:
No Nama L/P Pend. Jabatan/Bid. Study
Terakhir
1. Drs. H. Sam’unal Ghozi L S1. IAIN Kepala Sekolah
2. H. Moh. Yamin, BA. L S1. IAIN Bahasa Inggris
3. Nurhadi, S.Pd L S1. Al-Aqidah Wk. Bid. Kesiswaan
4. Hadromi, S.Ag L S1. IAIN Bahasa Arab
5. Drs. H. Basyaruddin R. L S1. UMJ IPS dan PPKN
6. Drs. Nurali L S1. IAIN Al-Qur’an Hadits,
Aqidah, Fiqih.
7. M. Zuhri, S.Ag L S1. IAIN Bahasa Arab
8. M. Mauludin, S.Pd L S1. IKIP PPKN dan SKI
9. Warsono, S.Pd L S1. IKIP Bahasa Indonesia
10. Mardawi, S.Pd L S1. NIDA TU Keuangan
11. Ahmad Fauzi, S.Pd L S1. UHAMKA Bahasa Indonesia
12. M. Guntur, S.Pd L S1. UHAMKA Bahasa Indonesia
13. Suryadi, S.Thi L S1. UIN Al-Qur’an Hadits,
Fiqih, Sharaf

1
http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/guru diakses pada tanggal 29 Maret 2017 jam
06.18
47

14. Asep Djakamaya L D2. IKIP Penjaskes


15. Tatang, S.Pd L S1. FIK UNJ Penjaskes
16. Fajar Almunawar, S.Pd L S1. PURN. Pustakawan
17. Maudi L PGA TU Administrasi
18. Kholifatul Junaedi L S1. FIK UNJ Lab. Komputer
19. Ulfah Shihah, S.Ei P S1. UIN Wk. Bid. Kurikulum
20. Yunita Titi W., S.Pd P S1. UHAMKA IPA
21. Imawati, S.Pd P S1. UHAMKA Matematika
22. Siti Nur Vadilah, S.Pd P S1. UIN Bahasa Inggris
23. Widiasti Rahayu P., S.Pd P S1. UHAMKA IPA
24. Faridah Indriyani, S.Psi P S1. UIN BP/BK
25. Luthfiah, S.Pd P S1. IAIN Aqidah dan SKI
26. Ilfa Rianti, S.Pd P S1. UMY Bahasa Inggris
27. Yenni Sunarsih, S.Pd P S1. UHAMKA Matematika dan
SBK
28. Virdia Amalia, S.Pd P S1. UIN Bahasa Inggris
29. Kurnia Sari, S.Pd P S1. F.MIPA Matematika dan IPA
UNJ
30. Lestari Permatasari P
31. Yuyun P Juru Masak
32. Fauzi L Karyawan
33. Mustopa L Karyawan
34. Uda Rusdana L Karyawan
35. Jamal L Keamanan
36. H. Umar L Keamanan
37. Priandasari L Keamanan
Tabel 1.1. Gambaran guru dan tenaga pendidik
48

4. Gambaran Siswa
Adapun jumlah rombongan belajar dari MTs. An-Najah secara
garis besar adalah sebagai berikut:
Kelas VII : 5 kelas
Kelas VIII : 5 kelas
Kelas IX : 5 kelas
Data siswa tahun ajaran 2016/2017 adalah sebagai berikut:
Kelas
Jenis Kelamin Jumlah
VII VIII IX
Laki-laki 81 80 83 344
Perempuan 87 82 73 397
Jumlah 168 162 156 741
Tabel 1.2. Gambaran Siswa

5. Fasilitas, Sarana dan Prasarana Penunjang


a. Jumlah Bangunan dan Fasilitas Belajar
No. Jenis Fasilitas Jumlah Keterangan
1. Ruang Kelas 19 784.8 m2

2. Ruang Kepala Sekolah 1 31.2 m2

3. Ruang Guru 1 62.4 m2

4. Ruang Tata Usaha 1 31.2 m2

5. Ruang Laboratorium:
a. Komputer 1 62.4 m2

b. Fisika 1 62.4 m2
c. Bahasa 1 62.4 m2

6. Ruang Perpustakaan 1 93.6 m2

7. Ruang BP/BK 1 31.2 m2

8. Ruang UKS 1 6 m2

9. Ruang Musik 1 6 m2
49

10. Ruang Aula 1 225 m2

11. Ruang Osis 1


12. Rumah Dinas 1 6 m2

13. Toilet Guru 2 6 m2

14. Toilet Siswa 10 124.8 m2

15. Kantin 1
16. Asrama 1
Tabel 1.3.1. Bangunan dan Fasilitas Belajar

b. Sarana dan Prasarana


No. Jenis Sarana Jumlah Keterangan
1. Komputer Kantor 3 Milik Sendiri
2. Komputer Siswa 24 Milik Sendiri
3. Printer 2 Milik Sendiri
4. Scan Nilai 1 Milik Sendiri
5. Audio Visual 1 Milik Sendiri
6. Mesin Fax 1 Milik Sendiri
7. Meja Guru 24 Milik Sendiri
8. Meja TU 3 Milik Sendiri
9. Meja dan Kursi Siswa 525 Milik Sendiri
10. LCD/OHP 14 Milik Sendiri
11. Kendaraan Operasional 1 Milik Sendiri
12. AC 21 Milik Sendiri
Lapangan (voli, basket, Milik Sendiri
13. 1
futsal, badminton)
14. Tennis Meja 1 Milik Sendiri
15. Masjid (basement) 1 14x16
16. Tempat Wudhu 1 6x2
17. Karpet atau sajadah 1 14x16
Tabel 1.3.2. Sarana dan Prasarana
50

B. Deskripsi Penyajian Data Penelitian


Setelah pelaksanaan data berjalan dengan baik sesuai dengan yang
diharapkan. Semua angket dikembalikan dalam keadaan terisi sesuai dengan
petunjuk. Ketika data terkumpul semua, kemudian penulis menyusun dan
mengklasifikasikan sesuai dengan aturan yang ada, yang nantinya akan
dianalisisa untuk menguji hipotesa yang diajukan.
Untuk mengetahui nilai hubungan pendidikan dan pembinaan akhlak
terhadap tingkah laku siswa-siswi di Madrasah Tsanawiyah An-Najah
disajikan 12 pertanyaan dari 2 variabel kepada resonden yang masing-
masing pertanyaan disediakan 5 alternatif jawaban.
Adapun pertanyaan tentang hubungan pendidikan akhlak terhadap
tingkah laku siswa yang diajukan kepada responden dikelompokkan menjadi
beberapa bagian yang akan di uraikan sebagai berikut:
No. Jenis Pertanyaan Jumlah Item No. Angket
1. Yang berhubungan dengan
pendidikan dan pembinaan 6 1-6
Akhlak
2. Yang berhubungan dengan
perubahan tingkah laku 6 7-12
siswa.
Tabel 1.3.2. pernyataan Hubungan pendidikan Akhlak

C. Analisis Data Penelitian


Dengan demikian apabila skor nilai hasil angket tentang hubungan
pendidikan dan pembinaan akhlak terhadap tingkah laku siswa disebarkan
kepada responden kemudian dikaji dan dianalisis pada setiap angket maka
dapat diperinci sebagai berikut
1. Pendidikan dan Pembinaan Akhlak di MTs. An-Najah Jakarta
Selatan.
a. Jawaban siswa tentang aktivitas siswa selama mengikuti bidang studi
akhlak di sekolah.
51

No. Item Jawaban N F P(%)


1. a. Masuk kelas setiap hari 50 2 4%
dengan antusias
b. Mengerjakan tugas bidang 9 18%
studi akhlak dengan baik
c. Bertanya kepada guru bila 4 8%
belum memahami
d. Semua 30 60%
e. Dan lain-lain 5 10%
JUMLAH 50 100%
Tabel 1.4. Nilai Jawaban Soal 1 Point 1

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden


menjawabpilihan D dengan persentasi nilai sebesar 60%, kemudian
disusul dengan 18% responden menjawab dengan jawaban B. Jadi
dapat diketahui bahwa aktifitas siswa selama mengikuti mata
pelajaran akhlak yaitu masuk setiap hari, mengerjakan tugas mata
pelajaran akhlak, dan bertanya kepada guru apabila belum
memahami.

b. Jawaban siswa tentang dorongan yang membuatnya menyukai bidang


studi akhlak.
No. Item Jawaban N F P(%)
2. a. Materinya yang mudah 50 22 44
dipahami
b. Guru yang mahir dalam 4 8
menyampaikan materi
c. Penggunaan metode dan 3 6
media yang menyenangkan
d. Semua 21 42
e. Dan lain-lain 0 0
52

JUMLAH 50 100%
Tabel 1.5. Nilai Jawaban Soal 1 Point 2

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 22 responden yang


menjawab materinya mudah dipahami (44%), 21 responden yang
menjawab semua (42%) 4 responden yang menjawab guru mahir
dalam menyampaikan meteri yang diajarkan (8%), 3 responden yang
menjawab penggunaan metode dan media pembelajaran yang
menyenangkan (6%), dan yang menjawab dan lain-lain tidak ada
(0%). Jadi dapat diketahui bahwa yang mendorong siswa menyukai
mata pelajaran akhlak adalah materinya mudah dipahami.

c. Jawaban siswa tentang kesulitan yang dialami selama proses belajar


mengajar bidang studi akhlak.
No. Item Jawaban N F P(%)
3. a. Kurang mahir dalam 50 22 44%
membaca dan menulis Al-
Qur’an atau hadits
b. Kesulitan dalam 11 22%
memahami penjelasan
yang disampaikan guru
c. Kesulitan dalam 7 14%
mengerjakan tugas yang
diberikan guru
d. Semua 4 8%
e. Dan lain-lain 6 12%
JUMLAH 50 100%
Tabel 1.6. Nilai Jawaban Soal 1 Point 3

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 22 responden yang


menjawab kurang mahir membaca serta menulis dalil Al-Qur’an dan
53

Hadist (44%), 11 responden yang menjawab kesulitan dalam


memahami penjelasan guru (22%), 7 responden yang menjawab
kesulitan dalam mengerjakan soal-soal latihan (14%), 4 responden
yang menjawab semua (8%) dan 6 responden yang menjawab dan
lain-lain (12%) yang mana jawabannya adalah sulit menghafal
dalil Al-Qur’an dan hadist, kesulitan berdiskusi, kurang dengar
penjelasan dari guru, penjelasan guru tidak memberikan contoh, soal-
soal latihannya terlalu sulit, dan hafalannya terlalu banyak. Jadi dapat
diketahui bahwa kesulitan siswa ketika mengikuti proses belajar
mengajar akhlak adalah kurang mahir membaca serta menulis dalil Al-
Qur'an dan Hadist.

d. Jawaban siswa tentang metode yang digunakan guru dalam


mengajarkan bidang studi akhlak.
No. Item Jawaban N F P(%)
4. a. Menggunakan metode 50 9 18%
ilmiah dengan mengajak
siswa memperhatikan
fenomena yang ada
b. Menghiasi diri dengan 2 4%
sifat terpuji dan menjauhi
sifat tercela
c. Melalui hikmat, tuntunan 10 20%
atau nasehat
d. Semua 29 58%
e. Dan lain-lain 0 0%
JUMLAH 50 100%
Tabel 1.7. Nilai Jawaban Soal 1 Point 4

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 29 responden yang


menjawab semua (58%), 10 responden yang menjawab melalui
54

hikmah, tuntunan atau nasehat (20%), dengan memperhatikan


fenomena yang tengah terjadi (18%), 2 responden yang menjawab
menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji dan menjauhkan diri dari
sifat-sifat tercela (4%), dan yang menjawab dan lain- lain tidak ada
(0%). Jadi dapat diketahui bahwa metode yang digunakan oleh guru
dalam pendidikan akhlak yaitu melalui metode ilmiah, dengan
memperhatikan fenomena alam sebagai bukti adanya Allah SWT,
menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji dan menjauhkan diri dari
sifat-sifat tercela, serta melalui hikmah, tuntunan dan nasehat.

e. Jawaban siswa tentang manfaat yang diperoleh setelah mempelajari


bidang studi akhlak
No. Item Jawaban N F P(%)
5. a. Bertambahnya keimanan 50 1 2%
dalam diri
b. Lebih memahami diri dan 2 4%
orang lain
c. Mampu membedakan 12 24%
sifat terpuji dan tercela
d. Semua 33 66%
e. Dan lain-lain 2 4%
JUMLAH 50 100%
Tabel 1.8. Nilai Jawaban Soal 1 Point 5

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 1 responden yang


menjawab bertambahnya keimanan dalam diri (2%), 2 responden yang
menjawab lebih memahami diri dan orang lain dalam kehidupan
sehari-hari (4%), 12 responden yang menjawab terbiasa mengamalkan
akhlak yang terpuji dan menjauhi akhlak yang buruk (24%), 33
responden yang menjawab semua (66%) dan 2 responden yang
menjawab dan lain-lain (4%) yang mana jawabannya adalah selalu
55

ingat akan nikmat Allah, dan takut melakukan perbuatan jelek. Jadi
dapat diketahui bahwa manfaat siswa setelah mengikuti mata
pelajaran akhlak adalah keimanan yang bertambah, dapat
mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, dan terbiasa
mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk.

f. Jawab siswa tentang tingkah laku yang menonjol dalam diri setelah
belajar bidang studi akhlak
No. Item Jawaban N F P(%)
6. a. Lebih hormat kepada guru 50 7 14%
b. Membiasakan diri untuk 1 2%
peduli terhadap sesama
c. Menyayangi orang tua dan 1 2%
anggota keluarga lain
d. Semua 39 78%
e. Dan lain-lain 2 4%
JUMLAH 50 100%
Tabel 1.9. Nilai Jawaban Soal 1 Point 6

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 7 responden yang


menjawab lebih hormat kepada guru (14%), 1 responden yang
menjawab membiasakan diri untuk peduli dengan sesama (2%), 1
responden yang menjawab sangat menyayangi orang tua dan anggota
keluarga lain (2%), 39 responden yang menjawab semua (78%) dan 2
responden yang menjawab dan lain-lain (4%) yang mana
jawabannya adalah selalu menghormati yang lebih tua, dan mencintai
sesamanya . Jadi dapat diketahui bahwa sikap siswa setelah mengikuti
mata pelajaran akhlak yaitu lebih hormat kepada guru, selalu
menolong teman, dan sangat menyayangi orang tua dan anggota
keluarga lain.
56

2. Tentang Perubahan Tingkah Laku Siswa di MTs An-Najah Jakarta


Selatan
a. Jawaban siswa tentang hal yang dilakukannya sebelum berangkat ke
sekolah.
No. Item Jawaban N F P(%)
7. a. Membiasakan diri untuk 50 6 12%
berdoa
b. Langsung pergi atau 2 4%
berangkat
c. Berpamitan kepada orang 32 64%
tua
d. Semua 10 20%
e. Dan lain-lain 0 0%
JUMLAH 50 100%
Tabel 1.10. Nilai Jawaban Soal 2 Point 1

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 6 responden yang


menjawab membiasakan diri untuk berdo’a (12%), 2 responden yang
menjawab langsung pergi / berangkat (4%), 32 responden yang
menjawab berpamitan kepada orang tua (64%) 10 responden yang
menjawab semua (20%) dan yang menjawab dan lain-lain tidak ada
(0%). Jadi dapat diketahui bahwa tingkah laku siswa ketika akan
berangkat ke sekolah adalah berpamitan / sungkem kepada orang tua.

b. Jawaban siswa tentang sikap atau tingkah laku yang diterapkan


apabila di uji dengan musibah bencana alam
No. Item Jawaban N F P(%)
8. a. Selalu tenang atas 50 2 4%
musibah yang di alami
b. Menerima musibah 5 10%
57

tersebut dengan lapang


dada
c. Meningkatkan keimanan 17 34%
dan memohon ampun
kepada Allah
d. Semua 26 52%
e. Dan lain-lain 0 0%
JUMLAH 50 100%
Tabel 1.11. Nilai Jawaban Soal 2 Point 2

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 2 responden yang


menjawab selalu tenang atas musibah yang di alami (4%), 5
responden yang menjawab menerima musibah tersebut dengan lapang
dada (10%), 17 responden yang menjawab meningkatkan keimanan
dan memohon ampunan kepada Allah (34%), 26 responden yang
menjawab semua (52%) dan yang menjawab dan lain-lain tidak ada
(0%). Jadi dapat diketahui bahwa sikap siswa ketika menghadapi
suatu musibah berupa bencana alam yaitu selalu tenang atas musibah
yang dihadapi, menerimanya dengan lapang dada, dan meningkatkan
keimanan dan memohon ampun kepada Allah.

c. Jawaban siswa tentang sikap atau kebiasaan yang dilakukan bersama


teman
No. Item Jawaban N F P(%)
9. a. Mengerjakan tugas 50 5 10%
bersama-sama
b. Menasihati teman bila 17 34%
melakukan perbuatan
tercela
c. Memberikan sebagian 1 2%
58

makanan
d. Semua 21 42%
e. Dan lain-lain 6 12%
JUMLAH 50 100%
Tabel 1.12. Nilai Jawaban Soal 2 Point 3
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 5 responden yang
menjawab mengerjakan tugas atau PR bersama-sama teman (10%), 17
responden yang menjawab menasehati teman yang melakukan
perbuatan yang tidak terpuji (34%), 1 responden yang menjawab
memberikan sebagian makanan kepada teman (2%), 21 responden
yang menjawab semua (42%) dan 6 responden yang menjawab dan
lain-lain (12%) yang mana jawabannya adalah membantu teman yang
sakit, meminjami uang, mengingatkan teman yang berbuat jelek,
bersama-sama pergi ke perpustakaan, membantunya apabila
mempunyai masalah, dan mendengarkan cerita suka dukanya. Jadi
dapat diketahui bahwa kebiasaan siswa yang dilakukan terhadap
temannya, yaitu mengerjakan tugas atau PR bersama-sama teman,
menasehati teman yang melakukan perbuatan yang tidak terpuji, dan
memberikan sebagian makanan kepada teman

d. Jawaban siswa tentang sikap yang dilakukan saat bertemu dengan


guru diluar sekolah
No. Item Jawaban N F P(%)
10. a. Mengucapkan salam 50 48 96%
b. Pura-pura tidak melihat 0 0%
atau melempar pandangan
c. Tersenyum 0 0%
d. Mencium tangan guru 2 4%
e. Dan lain-lain 0 0%
JUMLAH 50 100%
Tabel 1.13. Nilai Jawaban Soal 2 Point 4
59

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 48 responden yang


menjawab mengucapkan salam (96%), responden yang menjawab
pura- pura tidak melihat atau melempar pandangan tidak ada (0%),
responden yang menjawab tersenyum tidak ada (0%), 2 responden
yang menjawab berjabat tangan (4%) dan yang menjawab dan lain-
lain tidak ada (0%). Jadi dapat diketahui bahwa sikap siswa bila
bertemu dengan gurunya adalah mengucapkan salam

e. Jawaban siswa tentang sikap yang diambil saat mengetahui teman


yang sakit
No. Item Jawaban N F P(%)
11. a. Mengunjunginya 50 38 76%
b. Membiarkan seolah-olah 1 2%
tidak mengetahuinya
c. Memberitahu teman yang 6 12%
lain
d. Semua 1 2%
e. Dan lain-lain 4 8%
JUMLAH 50 100%
Tabel 1.14. Nilai Jawaban Soal 2 Point 5

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 38 responden yang


menjawab mengunjunginya (76%), 1 responden yang menjawab
membiarkan seolah-olah tidak mengetahuinya (2%), 6 responden
yang menjawab memberitahu teman-teman yang lain (12%), 1
responden yang menjawab semua (2%) dan 4 responden yang
menjawab dan lain-lain (8%) yang mana jawabannya adalah
menyumbang dengan uang, mendoakannya agar cepat sembuh,
memberitahu guru, dan membawakan buah-buahan. Jadi dapat
diketahui bahwa sikap siswa ketika mengetahui temannya sakit adalah
60

mengunjunginya.

f. Jawaban siswa tentang sikap yang dilakukan bila mengetahui


masyarakat sekitar sedangan mengadakan peringatan hari besar Islam
No. Item Jawaban N F P(%)
11. a. Membantu dengan 50 33 66%
pikiran, tenaga dan biaya
b. Mendoakan agar acara 9 18%
tersebut berjalan lancar
c. Membantu bila diminta 3 6%
d. Semua 3 6%
e. Dan lain-lain 2 4%
JUMLAH 50 100%
Tabel 1.15. Nilai Jawaban Soal 2 Point 6

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 33 responden yang


menjawab membantu mereka dengan tenaga, pikiran maupun
biaya (66%), 9 responden yang menjawab berdo’a mudah-mudahan
berjalan dengan lancar (18%), 3 responden yang menjawab membantu
kalau disuruh (6%), 3 responden yang menjawab semua (6%) dan 2
responden yang menjawab dan lain-lain (4%) yang mana
jawabannya adalah ikut membantu bergotong-royong, dan
membantu dengan biaya. Jadi dapat diketahui bahwa partisipasi siswa
ketika masyarakat mengadakan peringatan hari besar Islam adalah
membantu mereka dengan tenaga, pikiran maupun biaya

3. Tentang Pengaruh Pendidikan dan Pembinaan Akhlak Terhadap


Anak Dalam Ruang Lingkup Sekolah
Dalam bagian ini, penulis mengelompokkan hasil penelitian angket
diatas secara terperinci dalam bentuk tabel sebagai berikut:
a. Tentang Pendidikan dan Pembinaan Akhlak
61

Item Pertanyaan Jumlah


No Nama
1 2 3 4 5 6 Skor

1 2 1 - 1 - 1 5
2 1 2 2 4 3 - 12
3 4 4 1 1 4 4 18
4 3 4 1 4 3 4 19
5 4 1 1 4 4 4 18
6 4 2 1 4 4 1 16
7 4 1 4 4 4 4 21
8 4 4 3 4 4 4 23
9 4 4 1 1 4 4 18
10 4 4 2 3 4 4 21
11 - 1 2 3 1 1 8
12 2 4 1 4 4 4 19
13 4 1 3 3 4 4 19
14 - 1 2 4 4 4 15
15 - 4 2 4 4 4 18
16 3 4 - 4 4 4 19
17 4 1 1 3 - 4 13
18 2 4 1 4 4 4 19
19 3 4 2 2 3 4 18
20 4 4 - 1 4 4 17
21 4 1 1 4 3 2 15
22 4 1 1 4 4 4 18
23 3 4 1 1 3 4 16
24 2 4 1 4 4 4 19
25 2 3 4 1 3 1 14
26 4 1 1 4 3 4 17
27 4 2 1 4 4 4 19
28 4 4 1 4 4 3 20
62

29 4 4 - 4 3 4 19
30 4 1 - 4 3 4 16
31 4 4 2 3 4 4 21
32 - 1 2 4 4 4 15
33 4 3 3 4 3 2 21
34 2 1 2 1 4 4 14
35 4 1 3 4 4 4 20
36 4 1 4 4 4 1 18
37 - 4 1 1 4 4 14
38 4 4 3 3 4 4 22
39 4 2 1 4 4 4 19
40 2 1 1 1 2 4 11
41 4 3 1 4 4 4 20
42 4 4 1 4 4 4 21
43 2 1 3 3 4 4 17
44 2 4 1 4 4 4 19
45 4 1 - 3 4 1 13
46 4 1 2 3 3 1 14
47 1 1 3 4 4 - 13
48 4 1 4 3 4 4 20
49 4 1 1 2 2 4 14
50 4 4 2 4 3 4 21
JUMLAH 866
Tabel 1.16 Skor Angket Pendidikan Akhlak

b. Tentang Perubahan Tingkah Laku Siswa


Item Pertanyaan Jumlah
No Nama Siswa
7 8 9 10 11 12 Skor

1 3 2 2 1 1 1 10
2 2 1 - 1 3 1 8
63

3 1 4 4 1 1 1 12
4 3 3 2 1 1 1 11
5 3 4 2 1 1 1 12
6 1 3 1 1 1 1 8
7 4 4 4 4 3 2 21
8 4 3 4 1 1 1 14
9 4 4 - 1 1 1 11
10 3 4 4 1 1 1 14
11 3 3 2 1 1 1 11
12 3 4 2 1 1 2 13
13 3 4 4 1 1 1 14
14 3 3 2 1 1 1 11
15 4 4 - 1 3 2 14
16 3 3 1 1 1 1 10
17 4 4 4 1 - - 13
18 4 4 4 1 - 4 17
19 3 3 2 1 2 3 14
20 3 2 4 1 1 1 12
21 2 1 4 1 3 1 12
22 3 4 2 1 1 2 13
23 3 3 2 4 1 1 14
24 4 4 - 1 3 2 14
25 3 4 1 1 1 2 12
26 3 4 4 1 1 1 14
27 4 4 4 1 3 3 19
28 3 4 3 1 1 2 14
29 3 4 4 1 1 1 14
30 3 3 4 1 1 1 13
31 3 4 4 1 1 1 14
32 3 3 2 1 1 1 11
64

33 3 4 2 1 1 1 12
34 3 3 4 1 1 1 13
35 4 2 4 1 4 2 17
36 1 4 4 1 1 1 12
37 4 4 - 1 1 1 11
38 3 2 4 1 1 4 15
39 3 4 4 1 1 1 14
40 3 3 - 1 - 1 8
41 3 3 4 1 - 1 12
42 3 4 2 1 1 1 12
43 3 4 2 1 1 3 14
44 1 4 2 1 1 2 11
45 3 3 2 1 1 1 11
46 3 2 1 1 1 - 8
47 1 3 2 1 1 1 9
48 3 3 2 1 1 4 14
49 3 3 1 1 1 1 10
50 1 4 4 1 1 1 12
JUMLAH 629
Tabel 1.17 Skor Angket Perubahan Tingkah Laku

Adapun jawaban yang diberikan oleh siswa dari alternatif


jawaban yang peneliti berikan dapat disimpulkan menjadi beberapa hal,
antara lain sebagai berikut:
a. Akhlak siswa baik dalam hubungannya dengan sesama manusia.
b. Kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam pendidikan akhlak
c. Menerapkan materi pelajaran akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
d. Manfaat mempelajari akhlak

Setelah diketahui jawaban dari masing-masing responden maka


untuk langkah selanjutnya adalah menganalisa data. Hal ini bertujuan
65

untuk mengetahui hubungan dari kedua variabel tersebut, rumus yang


digunakan adalah “korelasi product moment” yaitu:
Σ = xy
𝑟𝑥𝑦 =
(∑ 𝑥 2 )(∑ 𝑦 2 )
Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
a. Membuat tabulasi data tentang variabel X dan variabel Y.
b. Mencari mean dari kedua variabel yaitu Mx dan My.
c. Mencari deviasi tiap-tiap nilai dari kedua variabel tersebut, x
untuk variabel x dan y untuk variabel y.
d. Mengalikan deviasi variabel x dan y kemudian dijumlahkan

e. Mengkuadratkan masing-masing deviasi variabel x,


kemudian dijumlahkan dan mengkuadratkan variabel y kemudian
dijumlahkan.

Maka nilai mean dari masing-masing variabel adalah:


a. Variabel x atau variabel bebas tentang pendidikan dan pembinaan
akhlak
∑𝑥
𝑀𝑥 =
𝑁
Keterangan:
Mx = Mean yang hendak dicari
∑x = Jumlah dari Skor atau Nilai yang ada
N = Jumlah responden
Maka:
∑ 𝑥 866
𝑀𝑥 = = = 𝟏𝟕, 𝟑𝟐
𝑁 50

b. Variabel y atau variabel yang terikat tentang tingkah laku siswa


∑𝑦
𝑀𝑦 =
𝑁
Keterangan:
66

My = Mean yang hendak dicari


∑y = Jumlah dari Skor atau Nilai yang ada
N = Jumlah responden
Maka:
∑ 𝑦 629
𝑀𝑦𝑥 = = = 𝟏𝟔, 𝟓𝟖
𝑁 50

Berdasarkan batasan di atas maka data yang diperoleh ditabulasikan


agar mudah dicari tingkatan masing-masing yang telah dicapai oleh
responden. Secara rinci hal ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

No X Y x y xy x2 y2
1 5 10 -12,32 -2,58 31,7856 151,7824 6,6564
2 12 8 -5,32 -4,58 24,3656 28,3024 20,9764
3 18 12 0,68 -0,58 -0,3944 0,4624 0,3364
4 19 11 1,68 -1,58 -2,6544 2,8224 2,4964
5 18 12 0,68 -0,58 -0,3944 0,4624 0,3364
6 16 8 -1,32 -4,58 6,0456 1,7424 20,9764
7 21 21 3,68 8,42 30,9856 13,5424 70,8964
8 23 14 5,68 1,42 8,0656 32,2624 2,0164
9 18 11 0,68 -1,58 -1,0744 0,4624 2,4964
10 21 14 3,68 1,42 5,2256 13,5424 2,0164
11 8 11 -9,32 -1,58 14,7256 86,8624 2,4964
12 19 13 1,68 0,42 0,7056 2,8224 0,1764
13 19 14 1,68 1,42 2,3856 2,8224 2,0164
14 15 11 2,68 -1,58 -4,2344 7,1824 2,4964
15 18 14 5,68 1,42 8,0656 32,2624 2,0164
16 19 10 1,68 -2,58 -4,3344 2,8224 7,1824
17 13 13 -4,32 0,42 -1,8144 18,6624 0,1764
18 19 17 1,68 4,42 7,4256 2,8224 19,5364
67

19 18 14 0,68 1,42 0,9656 0,4624 2,0164


20 17 12 -0,32 -0,58 0,1856 0,1024 0,3364
21 15 12 -2,32 -0,58 1,3456 5,3824 0,3364
22 18 13 0,68 0,42 0,2856 0,4624 0,1764
23 16 14 -1,32 1,42 -1,8744 1,7424 2,0164
24 19 14 1,68 1,42 2,3856 2,8224 2,0164
25 14 12 -3,32 -0,58 1,9256 11,0224 0,3364
26 17 14 -0,32 1,42 -0,4544 0,1024 2,0164
27 19 19 1,68 6,42 10,7856 2,8224 41,2164
28 20 14 2,68 1,42 3,8056 7,1824 2,0164
29 19 14 1,68 1,42 2,3856 2,8224 2,0164
30 16 13 -1,32 0,42 -0,5544 1,7424 0,1764
31 21 14 3,68 1,42 5,2256 13,5424 2,0164
32 15 11 -2,32 -1,58 3,6656 5,3824 2,4964
33 21 12 3,68 -0,58 -2,1344 13,5424 0,3364
34 14 13 -3,32 1,42 -4,7144 11,0224 2,0164
35 20 17 2,68 4,42 11,8456 7,1824 19,5364
36 18 12 0,68 -0,58 -0,3944 0,4624 0,3364
37 14 11 -3,32 -1,58 5,2456 11,0224 2,4964
38 22 15 4,68 2,42 11,3256 21,9024 5,8564
39 19 14 1,68 1,42 2,3856 2,8224 2,0164
40 11 8 -6,32 -4,58 28,9456 39,9424 20,9764
41 20 12 2,68 -0,58 -1,5544 7,1824 0,3364
42 21 12 3,68 -0,58 -2,1344 13,5424 0,3364
43 17 14 -0,32 1,42 -0,4544 0,1024 2,0164
44 19 11 1,68 -1,58 -2,6544 2,8224 2,4964
45 13 11 -4,32 -1,58 6,8256 18,6624 2,4964
46 14 8 -3,32 -4,58 15,2056 11,0224 20,9764
47 13 9 -4,32 -3,58 15,4656 18,6624 12,8164
48 20 14 2,68 1,42 3,8056 7,1824 2,0164
68

49 14 10 -3,32 -2,58 8,5656 11,0224 6,6564


50 21 12 3,68 -0,58 -2,1344 13,5424 0,3364
JUMLAH 248,4 968,88 79,915
Tabel 1.18. Koefisien Korelasi Product Moment Tentang Pengaruh
Pendidikan Akhlak Tehadap Tingkah Laku Siswa

Keterangan:
No = Nomor unit responden
X = Nilai angket pelaksanaan pendidikan akhlak
Y = Nilai angket tingkah laku siswa
x = Penyimpangan nilai x dari rata-rata (x = X - Mx)
y = pentimpangan nilai y dari rata-rata (y = Y - My)

x2 = x dikuadratkan

y2 = y dikuadratkan

Selanjutnya hasil dari tabel tersebut di atas dimasukkan ke


dalam rumus “korelasi product moment” sebagai berikut:
Σ = 𝑥𝑦 248,4
𝑟𝑥𝑦 = =
√(∑ 𝑥 2 ) (∑ 𝑦 2 ) √(968,88)(79,915)
248,4
=
√77428,0452
248,4
=
278,258
= 0,892

Dari perhutangan dengan menggunakan rumus “product


Moment” dapat kita ketahui bahwa keofisien korelasi atau hubungan
antara dua variabel tersebut adalah 0,892.
Langkah selanjutnya adalah membuktikan hipotesa. Adapun hipotesa
yang akan dikemukakan adalah:
69

a. Hipotesa Kerja (Ha)


Ada pengaruh pendidikan akhlak terhadap tingkah laku siswa
di MTs. An-Najah Jakarta Selatan
b. Hipotesa Nol (Ho)
Tidak ada pengaruh pendidikan akhlak terhadap tingkah laku
siswa di MTs. An-Najah Jakarta Selatan.

Dari kedua hipotesa tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa


hipotesa kerja yang menyatakan tidak ada pengaruh pendidikan akhlak
terhadap tingkah laku siswa di MTs. An-Najah Jakarta Selatan ditolak.
Sedangkan hipotesa yang menyatakan ada pengaruh pendidikan akhlak
terhadap tingkah laku siswa di MTs. An-Najah Jakarta Selatan diterima.
Setelah diketahui adanya korelasi atau hubungannya antara kedua
variabel tersebut, untuk mengetahui berapa besar hubungan yang
ditimbulkan, maka menggunakan tabel interpretasi r, yaitu:2
Besaran Nilai “r” Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Tinggi

Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Cukup

Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak Rendah

Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah

Antara 0,00 sampai dengan 0,200 Tidak Berkolerasi

Besarnya hasil dari “r” kerja adalah 0,892 yang letaknya antara
0,800 sampai 1,00, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengaruh

2
Suharsimi Arikunto. Metodologi Penelitian Pendidikan (Edisi Revisi). (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), hal, 245.
70

pendidikan akhlak terhadap tingkah laku siswa di MTs. An-Najah Jakarta


Selatan adalah tinggi.
Hal ini disebabkan oleh materi pendidikan akhlak di MTs. An-Najah
Jakarta Selatan yang mudah dipahami siswa. Dilihat dari dari metode yang
digunakan oleh guru dalam pendidikan akhlak yaitu melalui metode
ilmiah, dengan mengajak siswa memperhatikan fenomena yang tengah
terjadi.
Apabila pendidikan akhlak dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien, maka tingkah laku yang diperlihatkan juga akan baik. Terbukti
dengan tingkah laku siswa sebelum berangkat ke sekolah yaitu berpamitan
terlebih dahulu kepada orang tua, ketika siswa menghadapi suatu musibah
berupa bencana alam mereka selalu tenang, menerimanya dengan lapang
dada, dan selalu meningkatkan keimanan kepada Allah SWT serta
memohon ampun kepadaNya. Kemudian kebiasaan siswa yang dilakukan
terhadap temannya yaitu mengerjakan tugas atau PR bersama-sama,
menasehati teman yang melakukan perbuatan yang tidak terpuji, dan
memberikan sebagian makanan kepada temannya. Selanjutnya tingkah
laku siswa bila bertemu dengan gurunya adalah mengucapkan salam,
ketika mengetahui temannya sakit tingkah laku siswa tersebut adalah
mengunjunginya. Dan apabila masyarakat mengadakan peringatan hari
besar Islam partisipasi siswa tersebut adalah membantu mereka dengan
tenaga, pikiran maupun biaya.
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Secara umum pelaksanaan pendidikan akhlak di MTs. An-Najah Jakarta
Selatan sudah bagus dan efektif. Yang mana pelaksanaan pendidikan akhlak
di MTs. An-Najah Jakarta Selatan adalah untuk pokok bahasan mengenai
kisah-kisah, yang ditekankan adalah unsur tingkah laku keteladanan dari
tokoh dalam kisah tersebut, bukan unsur sejarahnya.
Selanjutnya dalam kegiatan belajar- mengajar, guru selalu
memperhatikan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, baik secara
keseluruhan maupun perseorangan, kemudian mencari cara yang tepat untuk
mengatasinya. Tidak hanya itu, guru juga dituntut aktif melakukan analisis
terhadap hasil tes formatif dalam rangka perbaikan proses belajar-
mengajar, baik yang berkaitan dengan metode, sarana, alat pelajaran, maupun
alat evaluasi itu sendiri.
Kemudian dalam pendidikan akhlak banyak terdapat dalil, baik berupa
ayat Al- Qur’an, maupun Hadits Nabi. Jika dipandang perlu ayat atau
hadits tersebut di hafal oleh siswa, terutama ayat atau hadits yang pendek dan
populer. Oleh karena itu, hasil belajar yang diharapkan dari siswa banyak
berbentuk sikap dan tingkah laku, maka perlu dikembangkan alat evaluasi
berupa skala sikap dan lembar pengamatan, disamping tes yang berbentuk
objektif dan uraian.
Dapat diketahui bahwa siswa-siswi MTs. An-Najah Jakarta Selatan
pada hakekatnya bertingkah laku baik. Dalam artian tingkah laku yang
ditonjolkan oleh siswa yaitu hubungan antara manusia dengan manusia. Hal
ini berdasarkan tingkah laku siswa sebelum berangkat ke sekolah yaitu
berpamitan terlebih dahulu kepada orang tua, ketika siswa menghadapi suatu
musibah berupa bencana alam mereka selalu tenang, menerimanya dengan
lapang dada, dan selalu meningkatkan keimanan dan memohon ampunan
kepada Allah. Kemudian kebiasaan siswa yang dilakukan terhadap temannya

74
75

yaitu mengerjakan tugas atau PR bersama-sama, menasehati teman


yang melakukan perbuatan yang tidak terpuji, dan memberikan sebagian
makanan kepada temannya. Selanjutnya tingkah laku siswa bila bertemu
dengan gurunya adalah mengucapkan salam, ketika mengetahui temannya
sakit tingkah laku siswa tersebut adalah mengunjunginya. Dan apabila
masyarakat mengadakan peringatan hari besar Islam partisipasi siswa tersebut
adalah membantu mereka dengan tenaga, pikiran maupun biaya.
Bahwa hubungan pendidikan akhlak terhadap tingkah laku siswa di
MTs. An-Najah Jakarta Selatan menunjukkan tingkat yang tinggi dengan
korelasi product moment sebesar 0,892 yang terletak antara interprestasi nilai
“r” yaitu 0,800 sampai dengan 1,00.

B. Saran
Setelah penulis mengadakan penelitian , maka di akhir penulisan ini
penulis ingin menyampaikan beberapa saran untuk Kapala Sekolah, guru
aqidah akhlak, dan untuk wali murid di MTs. Negeri Pandaan dan harapan
penulis mudah-mudahan penelitian ini dapat dijadikan acuan. Adapun saran-
saran dari penulis adalah sebagai berikut:
1. Untuk Kepala Sekolah
Diharapkan kegiatan di MTs. An-Najah Jakarta Selatan ini selalu diawasi
dengan sebaik-baiknya, misalnya mengawasi kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Di samping itu Kepala Sekolah
diharapkan melengkapi perpustakaan dengan buku-buku yang menunjang
berlangsungnya proses belajar-mengajar.
2. Untuk Guru Bidang Studi
Diharapkan setiap guru menyadari serta bertanggung jawab terhadap maju
dan tidaknya pendidikan yang dilaksanakan, juga memberi contoh yang
baik pada anak didiknya dan meningkatkan hubungan yang harmonis
antara wali murid sehingga ketika ada problem siswa dapat terselesaikan
dengan mudah.
76

3. Untuk Wali Murid


Diharapkan wali murid menanyakan dan mengetahui aktifitas anaknya
baik yang dilaksanakan di dalam sekolah maupun di luar sekolah,
sehingga anaknya bertambah aktif dalam belajarnya.
DAFTAR PUSTAKA

A. Baron, Robert dan Donn Byrne. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga, 2005.

AE. Sinolungan. Psikologi Perkembangan Peserta Didik.. Jakarta: Gunung

Agung, 1997.

Asmara, Toto. Kecerdasan Ruhaniyah. Jakarta: Gema Insani, 2001.

Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium

Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Arikunto, Suharsimi. Metodologi Penelitian Pendidikan – Sebuah Pendekatan

(Edisi Revisi), Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Bin As-Said Al-Mahribi, Ter Al-Maghribi. Begini Seharusnya Mendidik Anak.

Jakarta: Darul Haq, 1999.

Daradjat, Zakiah. Remaja Harapan dan Tantangan. Jakarta: Ruhama, 1995.

--------------------- Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Daud Ali, Mohammad. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2004.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahannya. Bandung: PT.

Syaamil Cipta Media, 2006.

Hamka. Tafsir Al-Azhar. Juz I. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982.

--------- Tafsir Al-Azhar, Juz II. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982.

--------- Tafsir Al-Azhar, Juz III. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982.

--------- Tafsir Al-Azhar, Juz IV. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982.

--------- Tafsir Al-Azhar, Juz IX. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982

76
77

--------- Tafsir Al-Azhar, Juz XIV. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982.

--------- Tafsir Al-Azhar, Juz XXVIII. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982.

Hasbullah. Dasar – Dasar Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005.

Husain Albari, Subhan. Agar Anak Rajin Shalat. Yogjakarta: Diva Press, 2011.

Jalaluddin, Psikologi Agama. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005.

Jaya, Yahya. Keimanan dan Ketaqwaan Menurut Al-Ghazali dalam Ihya Ulum

ad-din. Padang: IAIN “IB”, 1998.

Langgulung, Hasan. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna,

1998.

Mahmud, Dimyati. Psikologi: Suatu Pengantar. Yogyakarta: BFEA, 1990.

Mariel dan AV. Kelli. Moral Education Theori and Practice. New York: A

Wheaton & Co.Ltd, 1978.

Mufidah Ch. Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender. Malang: UIN

Malang Press, 2008.

Mujib, Abdul. Fitrah dan Kepribadian Islam: Sebuah Pendekatan Psikologis.

Jakarta: Darul Falah, 1999.

Mujib, Abdul. Nuansa - Nuansa Psikologi Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2001.

Nasution, Harun. Islam Rasional, Gagasan dan Pemikirannya. Bandung: Mizan,

1999.

Noor, Mawardi. Pengalaman Iman dan Taqwa Menurut Al-Qur’an. Jakarta: Mala

Press, 1997.
78

Madjid, Nurcholish. Islam Doktrin dan Peradaban. Sebuah Telaah Kritis Tentang

Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodrenan. Jakarta: Yayasan

Wakaf, 1995.

Nashih Ulwan, Abdullah. Pendidikan Anak dalam Islam. Terjemahan dari

Tarbiyatul Aulad fil Islam oleh Drs. Jamaluddin Miri, Lc. Jakarta:

Pustaka Amani, 2002.

Nazir, Muhammad. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988.

Rahardjo, Dawam. Ensiklopedi Al-Qur’an Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-

Konsep Kunci, Jakarta: Paramadina, 1999.

Said Mursi, Muhammad. Melahirkan Anak Masya Allah: Sebuah Terobosan

Baru. Jakarta: Cendikia, 2001.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:

Alfabeta, 2012.

-------- Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method). Bandung: Alfabeta, 2011.

Sudjono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo, 2001.

Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi askara, 2009.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT.

Rosdakarya, 1995.

Tafsir, Ahmad. Pendidikan Agama dalam Keluarga. Jakarta: Remaja Rosdakarya,

2000.

Taqi Falsafi, Muhammad. Anak: Antara Kekuatan Gen dan Pendidikan, Bogor:

Cahaya, 2002.

Umarie, Barmawie. Materia Akhlak. Yogyakarta: CV. Ramadani, 1978.


Lampiran Angket Penelitian

Nama Responden : ………………………………..


Kelas / Tingkat : ………………………………..

PEDOMAN ANGKET

I. Petunjuk Pengisian
1. Bacalah terlebih dahulu dengan teliti sebelum memberikan jawaban
dari setiap pertanyaan
2. Tulislah jawaban yang paling tepat sesuai dengan keadaan anda
sebenarnya (obyektif) dan berilah tanda silang (x) pada huruf yang telah
tersedia.
3. Jawaban yang anda berikan tidak akan berpengaruh pada nilai bidang
studi.

II. Daftar Pertanyaan dan Alternatif Jawaban


A. Tentang Pendidikan dan Pembinaan Akhlak
1. Aktifitas apa saja yang anda lakukan selama mengikuti mata
pelajaran aqidah akhlak?
a. Masuk kelas setiap hari dengan antusias
b. Mengerjakan tugas mata pelajaran akhlak dengan baik
c. Bertanya kepada guru apabila belum memahami
d. Jawaban a,b, dan c dipilih
e. …………………………………………………..… (jawaban lain)

2. Apa yang mendorong anda menyukai mata pelajaran akhlak


disekolah?
a. Materinya yang mudah di pahami
b. Guru yang mahir dalam menyampaikan materi
c. Penggunaan metode dan media pembelajaran yang menyenangkan
d. Jawaban a,b, dan c dipilih
e. …………………………………………………..… (jawaban lain)

3. Kesulitan apa yang anda alami selama proses belajar mengajar bidang
studi akhlak?
a. Kurang mahir dalam membaca dan menulis ayat Al-Qur’an/Hadits
b. Kesulitan dalam memahami penjelasa yang disampaikan guru
c. Kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru
d. Jawaban a,b, dan c dipilih
e. …………………………………………………..… (jawaban lain)

4. Metode apa yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar


bidang studi akhlak?
a. Menggunakan metode ilmiah dengan mengajak siswa
memperhatikan fenomena yang tengah terjadi
b. Menghiasi diri dengan sifat terpuji dan menjauhkan diri dari sifat
tercela
c. Melalui hikmah, tuntunan, atau nasehat
d. Jawaban a,b, dan c dipilih
e. ……………………………………………...…….. (jawaban lain)

5. Manfaat apa saja yang anda rasakan setelah mempelajari bidang studi
akhlak?
a. Bertambahnya keimanan dalam diri
b. Lebih memahami diri sendiri dan orang lain
c. Mampu membedakan sifat terpuji dan tercela
d. Jawaban a,b, dan c dipilih
e. ……………………………………………...…….. (jawaban lain)
6. Tingkah laku apa yang menonjol dalam kepribadian anda setelah
belajar bidang studi akhlak?
a. Lebih hormat kepada guru
b. Membiasakan diri untuk peduli dengan sesama
c. Menyayangi orang tua dan anggota keluarga yang lain
d. Jawaban a,b, dan c dipilih
e. ……………………………………………...…….. (jawaban lain

B. Tentang Tingkah Laku Siswa di MTs. An-Najah Jakarta Selatan


7. Apa yang anda lakukan ketika berangkat ke sekolah?
a. Membiasakan diri untuk berdoa
b. Langsung pergi / berangkat
c. Berpamitan / bersalamam dengan orang tua
d. Jawaban a,b, dan c dipilih
e. ……………………………………………...…….. (jawaban lain)

8. Bagaimana tingkah laku anda ketika mendapatkan masalah atau


cobaan seperti bencana alam?
a. Selalu tenang atas masalah atau cobaan yang dialami
b. Menerima musibah tersebut dengan lapang dada
c. Meningkatkan keimanan dan memohon ampun kepada Allah
d. Jawaban a,b, dan c dipilih
e. ……………………………………………...…….. (jawaban lain)

9. Sikap atau kebiasaan apa yang anda lakukan bersama teman?


a. Mengerjakan tugas secara berkelompok atau diskusi
b. Menasehati teman yang melakukan perbuatan tidak terpuji
c. Memberikan sebagian makanan kepada teman
d. Jawaban a,b, dan c dipilih
e. ……………………………………………...…….. (jawaban lain)
10. Apa yang anda lakukan ketika bertemu atau berhadapan dengan guru
di luar sekolah?
a. Mengucapkan salam
b. Pura-pura tidak melihat atau melempar pandangan
c. Tersenyum
d. Jawaban a,b, dan c dipilih
e. ……………………………………………...…….. (jawaban lain)

11. Tingkah laku apa yang anda lakukan ketika mendengar kabar bahwa
teman anda sakit?
a. Mengunjunginya
b. Membiarkan seolah-olah tidak mengetahuinya
c. Memberi tahu teman-teman yang lain
d. Jawaban a,b, dan c dipilih
e. ……………………………………………...…….. (jawaban lain)

12. Apabila masyarakat disekitar anda melaksanakan dan memperingati


hari besar Islam, apa partisipasi anda?
a. Membantu mereka dengan tenaga, fikiran dan biaya
b. Mendo’akan agar acara tersebut berjalan lancar
c. Membantu apabila diminta
d. Jawaban a,b, dan c dipilih
e. ……………………………………………...…….. (jawaban lain
Lampiran Wawancara
Guru Bidang Studi Akhlak

A. Tentang Pendidikan dan Pembinaan Akhlak di MTs. An-Najah Jakarta


Selatan
1. Aktifitas apa saja yang siswa lakukan selama mengikuti mata
pelajaran akhlak?
2. Apa yang mendorong siswa menyukai mata pelajaran akhlak?
3. Kesulitan apa yang siswa rasakan ketika mengikuti proses belajar-
mengajar akhlak?
4. Bagaimana metode yang digunakan dalam pendidikan akhlak?
5. Apa manfaat yang siswa peroleh setelah mengikuti mata pelajaran
akhlak?
6. Tingkah laku apa saja yang bapak/ibu lihat setelah siswa mengikuti mata
pelajaran akhlak?

B. Tentang Tingkah Laku Siswa di MTs. An-Najah Jakarta Selatan


1. Apa yang siswa lakukan ketika akan memulai pembelajaran akhlak di
kelas?
2. Bagaimana tingkah laku siswa ketika menghadapi suatu musibah
berupa bencana alam?
3. Kebiasaan apa yang dilakukan siswa terhadap temannya di sekolah?
4. Bagaimana tingkah laku siswa apabila bertemu dengan guru atau pihak
sekolah?
5. Bagaimana tingkah laku siswa apabila mengetahui ada temannya yang
tidak masuk kelas?
6. Apabila sekolah atau masyarakat mengadakan peringatan hari besar,
bagaimana antusias siswa terhadap acara tersebut?

Anda mungkin juga menyukai