Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
HASBULLOH
NIM 18100110000042
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur senantiasa Penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt yang senantiasa
melimpahkan begitu banyak nikmat serta pertolongan kepada Penulis, sehingga
karya ini bisa selesai dan hadir ke hadapan para pembaca. Salawat serta Salam
semoga selalu tercurahkan kepada teladan alam semesta, Kanjeng Rasulullah
Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat. Semoga kita mendapatkan
“curahan syafa’atnya” di hari akhir nanti.
Tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang Penulis alami dalam menyusun
Penelitian ini, namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak Penulis
dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Dan karena itu pada kesempatan ini
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada seluruh pihak yang telah membantu Penulis dalam menyusun
Penelitian ini baik bantuan dalam bentuk moril ataupun materil. Semoga bantuan
dan kebaikan yang telah diberikan mendapatkan pahala dan keridloan Allah SWT.
Khususnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Ibu Hj. Marhamah Shaleh, Lc. MA. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Bapak Dr. Khalimi, MA, selaku Dosen Pembimbing, yang telah memberikan
pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hingga
terselesaikan PTK ini.
5. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen-dosen
di Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.
6. Bapak M Lutfi, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Putra Jaya, Depok. Yang
ii
telah memberikan izin dan kesempatan penulis untuk melaksanakan
penelitian.
7. Guru dan karyawan SD Putra Jaya, Depok. Terima kasih atas doanya.
8. Untuk ayahanda dan ibunda tercinta yang telah memberikan do’a dan restu
tiada henti.
9. Teristimewa untuk Istriku tercinta Siti Hamidah, S.S dan anak-anak tersayang
Dzikri Muhammad Hasbulloh dan Anisa Syakira. Semoga menjadi Istri dan
anak-anak yang sholih dan sholihah yang bisa mendo’akan kepada kedua
orang tuanya.
10. Terima kasih juga dihaturkan kepada pihak yang tidak tersebutkan namun
telah memberikan konstribusi yang berharga untuk penulis. Semoga Allah
SWT membalas kebaikan kalian.
Akhirnya hanya kepada Allah Swt sajalah penulis berharap semoga apa
yang penulis kerjakan mendapatkan keridhaan-Nya. Semoga skripsi yang masih
jauh dari sempurna ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Saran serta kritik
konstruktif sangat Penulis butuhkan untuk interpretasi yang lebih baik lagi.
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN/PENGESAHAN
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGESAHAN PENGUJI
ABSTRAK ....................................................................................................... i
iv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………………. . 31
A. Tempat dan Jadwal Penelitian……………………………………... 31
B. Metode Penelitian ………………………………………………… 31
C. Teknik Pengumpulan Data……………………………………… 32
D. Instrument penelitian …………………………………………… 32
E. Teknik Analisis Data …………………………………………….. 40
BAB V PENUTUP……………………………………………………….. 68
A. Kesimpulan ………………………………………………………. 68
B. Saran-saran………………………………………………………… 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
dunia dan akhirat. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan Muhammad
Saw adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, dan sejarah mencatat
bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau antara lain karena dukungan
akhlaknya yang terpuji.3
Seorang guru pendidikan agama Islam harus menjadi teladan yang baik bagi
peserta didiknya, agar ia memiliki pengaruh dalam mendidik, sehingga peserta
didik akan mencoba untuk meneladani perbuatan yang baik yang dilakukan oleh
guru tersebut. Seorang guru yang mengajak peserta didik untuk berakhlak mulia,
sedang akhlaknya sendiri tidak terpuji, maka tidak aka nada peserta didik yang
mau merespons ajakannya, melainkan akan menjatuhkan wibawanya sendiri
sebagai seorang guru.
3
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),
cet. I, h. 149.
4
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf Nilai-Nilai Akhlak/ Budi pekerti Dalam Ibadah dan
tasawuf, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), Cet. II, h. 38-39.
3
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri taudan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.5
Menurut imam Al-Ghazali, guru pendidikan agama Islam perlu memiliki
kompetensi personal religious dan kompetensi professional religious. Kompetensi
personal religious menurut Al-Ghazali mencakup: kasih sayang terhadap peserta
didik dan memperlakukannya sebagai anak sendiri, peneladanan pribadi
Rasulullah, bersikap objektif, bersikap luwes dan bijaksana dalam menghadapi
peserta didik, dan bersedia mengamalkan ilmunya.
Secara umum pada tingkat sekolah dasar (SD), pendidikan agama Islam
mendapat porsi yang sedikit sekali, yaitu seminggu sekali. Padahal pada masa ini
peserta didik memerlukan pendidikan agama yang banyak, mengingat pendidikan
agama Islam yang mereka peroleh akan menjadi dasar untuk mereka ke depan.
Hal ini sangat memperihatinkan dunia pendidikan agama Islam pada zaman
sekarang, kerena tidak sesuai lagi dengan hakikat pendidikan, yaitu pendidikan
5
Al-Quran dan Terjemahnya, op. cit., h. 670.
6
Nuraida dan Zahara, op. cit., h. 25-26.
7
Ibid., h. 21.
4
bukan hanya mencerdaskan otak, akan tetapi mampu merubah tingkah laku
(akhlak) seseorang dari akhlak yang buruk menjadi akhlak yang baik.
Oleh karena itu, ada sekolah dasar yang mencoba menambahkan porsi
pelajaran agama Islamnya dengan memasukan pelajaran Fikih, akidah akhlak, Al-
Quran hadis, dan bahasa Arab pada pelajaran muatan lokalnya guna memfasilitasi
kebutuhan siswa akan pelajaran agama Islam, diantaranya SD Putra Jaya.
Dari observasi yang penulis lakukan di SD Putra Jaya, terlihat para siswa
bersikap sopan kepada guru dan teman, meskipun ada beberapa anak yang terlihat
bercandanya keterlaluan terhadap temannya. Ketika sudah masuk waktu salat
zuhur para siswa bergegas menuju aula serbaguna sekolah untuk salat zuhur
berjama’ah, ada juga siswa yang harus disuruh terlebih dahulu oleh guru. Di
ruang kelas terlihat bersih dan rapih meskipun ada meja atau bangku yang ada
coretannya sedikit. Ketika ada guru yang melintas terlihat ada siswa yang
menghampiri untuk mengucap salam dasn mencium tangan guru dan ada juga
siswa yang tidak memperdulikan kehadiran gurunya
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dikemukakan dengan jelas apa
saja yang menjadi pokok permasalahan dalam hal ini, yaitu:
5
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
1. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam
meningkatkan akhlakul karimah siswa SD Putra Jaya?
2. Bagaimana akhlakul karimah siswa SD Putra Jaya?
6
2. Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, antara lain:
a. Sebagai bahan masukan dan informasi kepada para pendidik untuk
selalu memberikan suri tauladan yang baik kepada siswa, agar mereka
mempunyai akhlak yang mulia.
b. Hasil dari penelitian dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi guru
bidang studi agama Islam untuk selalu meningkatkan kualitas ibadah
dan akhlaknya.
c. Menjadi bahan masukan bagi para peserta didik agar meningkatkan
kualitas akhlaknya menjadi lebih baik.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Akhlakul Karimah Siswa
1. Pengertian Akhlak
Secara bahasa, pengertian akhlak diambil dari bahasa Arab yang berarti:
(a) perangai, tabi‟at, adat (diambil dari kata dasar khuluqun), (b) kejadian, buatan,
ciptaan (diambil dari kata dasar khalqun). Adapun pengertian akhlak secara
terminologis, para ulama telah banyak mendefinisikan, di antaranya Ibn
Maskawaih dalam bukunya Tahdzib al-Akhlak, beliau mendefinisikan akhlak
adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan
tanpa terlebih dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan. Selanjutnya Imam al-
Ghazali dalam kitabnya Ihya „Ulum al-Din menyatakan bahwa akhlak adalah
gambaran tingkah laku dalam jiwa yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan
dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.19
Perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab akhlak,
bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis (bersangkutan
dengan cabang ilmu bahasa yang menyelidiki asal usul kata serta perubahan-
perubahan dalam bentuk dan makna) antara lain berarti budi pekerti, perangai,
tingkah laku atau tabi‟at. Dalam kepustakaan, akhlak diartikan juga sikap yang
melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah laku) mungkin baik, mungkin buruk. 20
Hal ini dikarenakan bahwa akhlak yang ditimbulkan sesuai dengan kadar
keimanan seseorang kepada Allah Swt. Jika iman seseorang sedang bertambah,
maka yang muncul adalah akhlak yang baik. Sebaliknya, jika iman seseorang
sedang berkurang, maka yang muncul adalah akhlak yang buruk.
Dalam pengertian lain, Akhlak secara etimologi (arti bahasa) berasal dari
kata khalaqa, yang kata asalnya khuluqun, yang berarti perangai, tabiat, adat atau
19
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
September 2006), cet. I, h. 151.
20
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008), h.346.
7
8
khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak itu
berarti perangai, adat, tabiat, atau sistem perilaku yang dibuat.21
Suatu perbuatan atau sikap dapat dikategorikan akhlak apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut:
Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat
dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua, perbuatan
akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. Ini tidak
berarti bahwa pada saat melakukan suatu perbuatan yang bersangkutan dalam
keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur, mabuk. atau gila. Ketiga perbuatan
akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya
tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Keempat, perbuatan akhlak adalah
perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main, berpura-pura
atau karena bersandiwara.22 Jadi, apabila salah satu dari kriteria tersebut tidak ada
dalam perbuatan atau sikap seseorang, maka tidak dapat disebut sebagai akhlak.
21
Abu Ahmadi, dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, Agustus 2004), Cet. IV, h. 198.
22
Muhammad Alim, Op. cit., h. 151-152.
9
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah dan
kegiatan menanamkan nilai-nilai akhlak kepada Allah yang sesungguhnya akan
membentuk pendidikan keagamaan. Di antara nilai-nilai ketuhanan yang sangat
mendasar ialah:
1) Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Tuhan. Jadi tidak
cukup hanya “percaya” kepada adanya Tuhan, melainkan harus meningkat
menjadi sikap mempercayai Tuhan dan menaruh kepercayaan kepada-Nya.
2) Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah senantiasa hadir
atau bersama manusia dimanapun manusia berada. Bertalian dengan ini, dan
karena menginsafi bahwa Allah selalu mengawasi manusia. maka manusia
harus berbuat, berlaku dan bertindak menjalankan sesuatu dengan sebaik
mungkin dan penuh rasa tanggung jawab, tidak setengah-setengah dan tidak
dengan sikap sekadarnya saja.
3) Takwa, yaitu sikap yang sadar penuh bahwa Allah selalu mengawasi manusia.
Kemudian manusia berusaha berbuat hanya sesuatu yang diridhai Allah,
dengan menjauhi atau menjaga diri dari sesuatu yang tidak diridhai-Nya.
Takwa inilah yang mendasari budi pekerti luhur (al-akhlakul karimah).
4) Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan, semata-mata demi
memperoleh keridhaan Allah dan bebas dari pamrih lahir dan batin, tertutup
mapun terbuka. Dengan sikap ikhlas, manusia akan mampu mencapai tingkat
tertinggi nilai karsa batinnya dan karsa lahirnya, baik pribadi maupun sosial.
5) Tawakal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah dengan penuh
harapan kepada-Nya dan keyakinan bahwa dia akan menolong manusia dalam
mencari dan menemukan jalan yang terbaik. Karena manusia mempercayai
atau menaruh kepercayaan kepada Allah, maka tawakal adalah suatu
kemestian.
6) Syukur, yaitu sikap penuh rasa terima kasih dan penghargaan, dalam hal ini
atas segala nikmat dan karunia yang tidak terbilang banyaknya yang
dianugerahkan Allah kepada manusia. Bersyukur sebenarnya sikap optimis
dalam hidup, senantiasa mengharap kepada Allah. Karena itu bersyukur
11
kepada Allah hakikatnya bersyukur kepada diri sendiri, karena manfaat yang
besar akan kembali kepada yang bersangkutan.
7) Sabar, yaitu sikap tabah menghadapi segala kepahitan hidup, besar dan kecil,
lahir dan batin, fisiologis maupun psikologis, karena keyakinan yang tak
tergoyahkan bahwa kita semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada-
Nya. Jadi, sabar adalah sikap batin yang tumbuh karena kesadaran akan asal
dan tujuan hidup, yaitu Allah SWT.
23
Departemen Agama RI, Op. cit., h. 517.
13
sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk mendamaikannya. Hal ini
sesuai dengan Firman Allah Swt dalam Al-Qur‟an:
24
Departemen Agama RI, Op. cit., h. 516.
14
dengan pola hubungan yang lebih kompleks dan luas, sikap tepat janji
merupakan unsur budi luhur yang amat diperlukan dan terpuji.
8) Lapang dada (insyiraf), yaitu sikap penuh kesediaan menghargai pendapat dan
pandangan orang lain. Ketika ada seseorang yang memberikan pendapat
terhadap suatu masalah, maka hendaknya mendengarkan terlebih dahulu
pendapatnya sampai selesai, sebelum mengomentari pendapat orang tersebut.
9) Dapat dipercaya (al-amanah). Salah satu konsekuensi iman ialah amanah atau
penampilan diri yang dapat dipercaya. Amanah sebagai budi luhur adalah
lawan dari khianat yang amat tercela.
10) Perwira („iffah atau ta‟affuf). yaitu sikap penuh harga diri namun tidak
sombong, tetap rendah hati, dan tidak mudah menunjukkan sikap memelas
atau iba dengan maksud mengundang belas kasihan dan mengharapkan
pertolongan orang lain.
11) Hemat (qawamiyah), yaitu sikap tidak boros (isyraf) dan tidak pula kikir
(qatr) dalam menggunakan harta, melainkan sedang (qawam) antara keduanya.
Yaitu menggunakan harta seperlunya saja dan lebih mendahulukan kebutuhan
daripada keinginan.
12) Dermawan (al-munfiqun, menjalankan infaq), yaitu sikap kaum beriman yang
memiliki kesediaan yang besar untuk menolong sesama manusia, terutama
mereka yang kurang beruntung dengan mendermakan sebagian dari harta
benda yang dikaruniakan dan diamanatkan Tuhan kepada mereka. Sebab
manusia tidak akan memperoleh kebajikan sebelum mendermakan sebagian
dari harta benda yang dicintainya.
25
Departemen Agama RI, Op. cit., h. 150.
16
dari satu sistem nilai yang terdapat pada Al-Qur‟an atau Sunnah yang telah
dirumuskan melalui wahyu ilahi maupun yang disusun oleh manusia sebagai
kesimpulan dari hukum-hukum yang terdapat dalam alam semesta yang
diciptakan Allah SWT.
Setelah pola perilaku terbentuk maka sebagai kelanjutannya akan lahir
hasil-hasil dari pola perilaku tersebut yang berbentuk material (artifacts) maupun
non-material (konsepsi, idea). Jadi akhlak yang baik itu (Akhlakul Karimah) ialah
pola perilaku yang dilandaskan dan dimanifestsikan pada nilai-nilai Iman, Islam
dan Ihsan. Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang ihsan disebut muhsin berarti
orang yang berbuat baik.
Setiap perbuatan yang baik yang nampak pada sikap jiwa dan perilaku
yang sesuai atau dilandaskan kepada aqidah dan syariah Islam disebut ihsan.
Dengan demikian akhlak dan ihsan adalah dua pranata yang berada pada suatu
sistem yang lebih besar yang disebut akhlakul karimah. Dengan perkataan lain,
akhlak adalah pranata perilaku yang mencerminkan struktur dan pola perilaku
manusia dalam segala aspek kehidupan, sedangkan ihsan adalah pranata nilai yang
menentukan attribute kualitatif dari pada pribadi (akhlak). Jadi, akhlak yang
berkualitas Ihsan adalah akhlakul karimah. Dan orang yang berakhlakul karimah
disebut muhsin.27
27
Zakiah Daradjat, dkk., Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), cet.
X. h. 253-256.
18
Oleh karena itu, mempelajari ilmu ini akan membuahkan hikmah yang besar bagi
yang mempelajarinya di antaranya:
a. Kemajuan Rohaniah
Tujuan ilmu pengetahuan ialah meningkatkan kemajuan manusia di bidang
rohaniah (mental spiritual). Orang yang berilmu tidaklah sama derajatnya dengan
orang yang tidak berilmu. Orang yang berilmu, praktis memiliki keutamaan
dengan derajat yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan Firman Allah Swt dalam
Al-Qur‟an:
b. Penuntun Kebaikan
Ilmu akhlak bukan sekedar memberitahukan mana yang baik dan mana
yang buruk, melainkan juga mempengaruhi dan mendorong manusia supaya
membentuk hidup yang lurus dengan melakukan kebaikan yang mendatangkan
manfaat bagi sesama manusia.
28
Departemen Agama RI, Op. cit., h. 543.
19
d. Kerukunan Antartetangga
Tidak cuma dalam keluarga, pada lingkungan yang lebih luas, dalam hal
ini hubungan antar tetangga pun memerlukan akhlak yang baik. Untuk membina
kerukunan antar tetangga diperlukan pergaulan yang baik, dengan jalan
mengindahkan kode etik bertetangga.
5. Pengertian Siswa
Banyak sinonim (persamaan kata) yang digunakan dalam menyebut kata
siswa, yaitu peserta didik, anak didik, dan murid. Dengan berpijak pada
paradigma “belajar sepanjang masa”, maka istilah yang tepat untuk menyebut
individu yang menuntut ilmu adalah peserta didik dan bukan anak didik. Peserta
didik cakupannya lebih luas, yang tidak hanya melibatkan anak-anak, tetapi juga
pada orang-orang dewasa. Sementara istilah anak didik hanya dikhususkan bagi
individu yang berusia kanak-kanak. Penyebutan peserta didik ini juga
mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan tidak hanya di sekolah (pendidikan
formal), tapi juga lembaga pendidikan di masyarakat, seperti Majlis Ta‟lim,
Paguyuban, dan sebagainya.
Sama halnya dengan teori Barat, peserta didik dalam pendidikan Islam
adalah individu sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis,
sosial, dan religious dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.
Definisi tersebut memberi arti bahwa peserta didik merupakan individu yang
belum dewasa, yang karenanya memerlukan orang lain untuk menjadikan dirinya
dewasa. Anak kandung adalah peserta didik dalam keluarga, murid adalah peserta
didik di sekolah, anak-anak penduduk adalah peserta didik masyarakat sekitarnya,
dan umat beragama menjadi peserta didik ruhaniawan dalam suatu agama.
Dalam istilah tasawuf, peserta didik sering kali disebut dengan “murid”
atau thalib. Secara etimologi, murid berarti “orang yang menghendaki”.
Sedangkan menurut arti terminologi, murid adalah “pencari hakikat di bawah
bimbingan dan arahan seorang pembimbing spiritual (mursyid)”. Sedangkan
29
Muhammad Alim. Op. cit., h. 158-162.
21
thalib secara bahasa berarti “orang yang mencari”, sedang menurut istilah tasawuf
adalah “penempuh jalan spiritual, di mana ia berusaha keras menempuh dirinya
untuk mencapai derajat sufi”. Penyebutan murid ini juga dipakai untuk menyebut
peserta didik pada sekolah tingkat dasar dan menengah, sementara untuk
perguruan tinggi lazimnya disebut dengan mahasiswa (thalib).
Istilah murid atau thalib ini sesungguhnya memiliki kedalaman makna
daripada penyebutan siswa. Artinya, dalam proses pendidikan itu terdapat
individu yang secara sungguh-sungguh menghendaki dan mencari ilmu
pengetahuan. Hal ini menunjukkan bahwa istilah murid dan thalib menghendaki
adanya keaktifan pada peserta didik dalam proses belajar mengajar, bukan pada
pendidik. Namun, dalam pepatah dinyatakan: “tiada tepuk sebelah tangan”.
Pepatah ini mengisyaratkan adanya active learning bagi peserta didik dan active
teaching bagi pendidik, sehingga kedua belah pihak menjadi “gayung
bersambung” dalam proses pendidikan agar tercapai hasil secara maksimal.30
Murid atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang
menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Di dalam proses belajar-
mengajar, murid sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan
kemudian ingin mencapainya secara optimal. Murid akan menjadi faktor penentu,
sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai
tujuan belajarnya.
Selanjutnya, murid atau anak didik juga memiliki kepribadian yang unik,
yaitu mempunyai potensi dan mengalami proses perkembangan. Dalam proses
perkembangan itu, anak atau murid membutuhkan bantuan yang sifat dan
coraknya tidak ditentukan oleh guru tetapi oleh anak itu sendiri, dalam suatu
kehidupan bersama dengan individu-individu yang lain.31
Terlepas dari berbagai pengertian tentang siswa atau penyebutan nama lain
dari siswa, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa siswa merupakan
seseorang yang mempelajari suatu ilmu pengetahuan kepada seorang guru, agar
30
Abdul Mujib dan Mudzakkir, Op. cit, h. 103-104.
31
Zakiah Daradjat. dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1995), h. 268.
22
yang berkaitan dengan rumusan tentang akhlakul karimah yang khusus ini dengan
menggunakan latar belakang pendekatan yang berbeda-beda. Dengan
menggunkan pendekatan tasawuf dan fiqh, Imam al-Ghazali, sebagaimana dikutip
Fathiyah Hasan Sulaiman misalnya menganjurkan agar siswa memiliki niat
ibadah dalam menuntut ilmu, menjauhi kecintaan terhadap duniawi (zuhud),
bersikap rendah hati (tawadhu), menjauhkan diri dari pemikiran para ulama yang
saling bertentangan, mengutamakan ilmu-ilmu yang terpuji untuk kepentingan
akhirat dan dunia, memulai belajar dari yang mudah menuju yang sukar, dari yang
konkret menuju yang abstrak, dari ilmu yang fardhu „ain menuju ilmu yang fardhu
kifayah, tidak berpindah pada pelajaran yang lain sebelum menuntaskan pelajaran
yang terdahulu, mengedepankan sikap ilmiah (scientific) dalam mempelajari suatu
ilmu, mendahulukan ilmu agama daripada ilmu umum, mengenal nilai-nilai
pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, serta mengikuti nasihat pendidik.
Selanjutnya, Mohammad Athiyah al-Abrasyi lebih jauh menyebutkan dua
belas kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap peserta didik yang ingin
memperoleh keberkahan dan manfaat ilmu. Kedua belas kewajiban ini sebagai
berikut:
32
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, November 2010). cet. I, h.
181-186.
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Sekolah yang dijadikan tempat untuk melakukan kegiatan penelitian ialah
SD Putra Jaya (Jalan KH Abdurrahman Rt 01/01 Desa Pondok Jaya Kec.
Cipayung, Depok), dan waktu penelitian dilakukan pada tanggal 01-06 September
2014. Peneliti memilih sekolah tersebut dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Peneliti sudah mengenal keadaan sekolah tersebut, sehingga memudahkan
dalam melakukan penelitian.
2. Sekolah tersebut memungkinkan dalam melaksanakan penelitian, baik dari
segi jarak maupun keadaan sekolah.
3. Penulis mengajar pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan untuk
mendapatkan informasi yang relevan.
B. Metode Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang ingin diteliti, maka metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan analisis
deskriptif yaitu untuk memberikan gambaran tentang upaya guru pendidikan
agama Islam dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa di SD Putra Jaya (Jalan
KH. Abdurrahman Rt 01/01 Desa Pondok Jaya Kec. Cipayung, Depok).
Untuk memudahkan data, fakta dan informasi yang mengungkapkan dan
menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian
kepustakaan (Library research), yaitu pengumpulan data dan informasi dengan
bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruangan perpustakaan,
misalnya berupa buku-buku, majalah, naskah, catatan kisah sejarah, surat kabar,
internet dan sumber lain yang relevan dengan penelitian ini. Dan penelitian
lapangan (Field research)1, yaitu penulis menghimpun informasi, data dan fakta
dari objek yang diteliti untuk menemukan secara khusus dari realitas yang tengah
terjadi di lapangan agar lebih obyektif dan akurat, tentang upaya guru pendidikan
1
Syamsir Salam dan Jaenal Aripin. Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), Cet. I, h.4.
31
32
agama Islam dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa di SD Putra Jaya (Jalan
KH. Abdurrahman Rt 01/01 Desa Pondok Jaya Kec. Cipayung, Depok).
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan seperangkat alat untuk menggali atau
mencari data primer dari responden sebagai sumber data dalam sebuah
penelitian.4
Di bawah ini tabel instrument kisi-kisi penelitian upaya guru pendidikan
agama Islam dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa.
2
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, Februari 2011), cet. XI, h. 49.
3
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), cet. X, h.
173.
4
Bagong Suyanto dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Kencana. 2007), cet.
III. h. 59.
33
TABEL 3.1
Instrumen Kisi-kisi Angket
Pokok Pertanyaan: Upaya Guru PAI dalam Meningkatkan Akhlakul
Karimah Siswa.
Sub Pokok Butir Jumlah
Aspek yang Diungkap
Pertanyaan Soal Soal
Pendidikan dan 1. Ranah Kognitif:
1 1
pengajaran agama Memberikan pemahaman tentang
yang diberikan di akhlak yang baik dan buruk.
kelas. Memberikan pemahaman tentang
2 1
keuntungan orang yang
berakhlak baik.
Memberikan pemahaman tentang
3 1
mudharat (bahaya) orang yang
berakhlak buruk.
2. Ranah Psikomotorik:
Mengajarkan siswa berakhlak
4 1
yang baik.
Memberikan bimbingan yang
5 1
baik kepada siswa dalam
melakukan perbuatan.
3. Ranah Afektif:
Memberikan apresiasi
6 1
(penghargaan) kepada siswa
yang berakhlakul karimah.
Memberikan motivasi kepada
7 1
siswa untuk berakhlakul
karimah.
Memberikan teguran dan
8 1
arahan kepada siswa yang
34
berakhlak buruk.
Metode 1. Pengajaran:
Pembelajaran yang Memberikan pemahaman
Digunakan Guru tentang berakhlak yang baik.
PAI dalam Memberikan pemahaman
Meningkatkan tentang keuntungan orang
Akhlakul Karimah yang berakhlakul karimah.
Siswa. 2. Bimbingan:
Memberikan nasehat yang
baik kepada siswa.
Memberikan suri tauladan
(contoh) yang baik kepada 9 1
siswa.
3. Pelatihan: 10 1
Melatih dan membiasakan
siswa untuk berakhlak yang
baik.
Memperbaiki kebiasaan- 11,12 2
kebiasaan buruk siswa
dengan kebiasaan-kebiasaan
yang baik.
JUMLAH 12
TABEL 3.2
Instrumen Kisi-kisi Angket
Pokok Pertanyaan: Akhlakul Karimah Siswa Kelas V SD Putra Jaya
Sub Pokok Butir Jumlah
Aspek yang Diungkap
Pertanyaan Soal Soal
Akhlak Terhadap Berdo’a kepada Allah SWT 1, 2 2
35
sunnah.
Berpakaian rapih dan suci ketika 8, 9 2
TABEL 3.3
Instrumen Kisi-kisi Wawancara Kepada Guru Mata Pelajaran
Pokok Pertanyaan: Pendidikan dan Pengajaran Agama yang
diberikan di Kelas.
Sub Pokok
Aspek yang Diungkap Pertanyaan
Pertanyaan
Pendidikan dan 1. Ranah Kognitif: 1. Bagaimanakah
pengajaran agama Memberikan pemahaman akhlakul karimah
yang diberikan di tentang akhlak yang baik dan dikenalkan kepada
kelas. buruk. para siswa?
Memberikan pemahaman
tentang keuntungan orang
yang berakhlak baik.
Memberikan pemahaman
tentang mudharat (bahaya)
orang yang berakhlak buruk.
2. Ranah Psikomotorik: 2. Dengan cara apa
TABEL 3.4
Instrumen Kisi-kisi Wawancara Kepada Guru Mata Pelajaran
Pokok Pertanyaan: Metode Pembelajaran yang Digunakan Guru PAI dalam
Meningkatkan Akhlakul Karimah Siswa.
Sub Pokok
Aspek yang Diungkap Pertanyaan
Pertanyaan
Metode 1. Pengajaran: 4. Bagaimanakah
Pembelajaran yang Memberikan pemahaman akhlak ditanamkan
Digunakan Guru tentang berakhlak yang baik. kepada para
PAI dalam Memberikan pemahaman siswa?
Meningkatkan tentang keuntungan orang
Akhlakul Karimah yang berakhlakul karimah.
Siswa. 2. Bimbingan: 5. Bimbingan dan
Membimbing dan arahan seperti apa
mengarahkan siswa untuk yang bapak
berakhlak yang baik. berikan kepada
siswa agar
38
TABEL 3.5
Instrumen Kisi-kisi Wawancara Kepada Guru Mata Pelajaran Pokok
Pertanyaan: Akhlakul Karimah Siswa di SD Putra Jaya
Sub Pokok
Aspek yang Diungkap Pertanyaan
Pertanyaan
1. Akhlak Kepada Berdo’a kepada Allah SWT 8. Bagaimanakah
Allah SWT. ketika akan melakukan menurut bapak
segala perbuatan baik. akhlak siswa
Membaca wirid-wiridan kepada Allah Swt
setelah selesai sholat. terutama masalah
Melaksanakan sholat fardhu sholat?
39
5
Anas Sudjono. Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004), cet. XIV, h. 43.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Dalam mengumpulkan data, Penulis menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data, di antaranya angket dan wawancara. Angket diberikan atau
disebarkan kepada sebagian siswa kelas V SD Putra Jaya, Depok. Angket atau
kuesioner yang disebar terdiri dari 42 pertanyaan. Masing-masing 12 pertanyaan
untuk penilaian guru PAI dan 30 pertanyaan untuk penilaian siswa. Hasil angket
yang telah disebar kemudian dipersentasikan dengan menggunakan rumus
prosentase atau frekuensi relative. Hal ini dilakukan agar data yang telah
diperoleh dapat dengan mudah dimengerti dan dapat dianalisis untuk kemudian
dijelaskan.
Sedangkan wawancara dilakukan kepada guru PAI sebanyak 2 orang dan
guru non PAI sebanyak 2 orang yang mengajar di V SD Putra Jaya, Depok. Hal
ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini.
karena, guru PAI dan guru non PAI turut ikut serta dalam mengajar dan mendidik
siswa agar mempunyai akhlak yang baik.
B. Analisis Data
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Penulis kepada siswa kelas V
SD Putra Jaya Depok dan guru PAI serta guru non PAI yang mengajar di sekolah
tersebut. Maka, Penulis melakukan analisis data yang merupakan bagian penting
dalam metode ilmiah untuk menjawab masalah penelitian. Dalam menganalisa
data, penulis memberikan nilai berupa prosentase pada setiap jawaban dari angket
yang telah disebar kepada 60 siswa kelas V SD Putra Jaya Depok, mengenai
upaya guru PAI dalam meningkatkan Akhlakul Karimah Siswa di SD Putra Jaya,
Depok. Berikut ini prosentase hasil angket atau kuesioner tersebut, berdasarkan
setiap pertanyaan dan jawaban yang diberikan responden:
41
42
Tabel 4.2
Guru menjelaskan tentang keuntungan orang yang berakhlak baik.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
YA 59 98 %
TIDAK 1 2%
Jumlah 60 100%
Tabel 4.3
Guru menjelaskan tentang mudharat (bahaya) orang yang beraknlak buruk.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
YA 56 94%
TIDAK 4 6%
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel 4.3, dapat disimpulkan bahwa dalam menjelaskan
tentang mudharat (bahaya) orang yang buruk, guru PAI telah menjelaskannya
dengan sangat baik. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan YA
sebesar 94% dan yang menyatakan TIDAK hanya sebesar 6% saja. Hal ini
menunjukkan bahwa kompetensi guru PAI dalam mengajar sangat profesional.
Tabel 4.4
Ketika di dalam kelas, siswa diajarkan untuk berakhlak baik.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
YA 58 97%
TIDAK 2 3%
Jumlah 60 100%
Tabel 4.5
Guru berusaha memberikan bimbingan kepada siswa dalam melakukan
segala perbuatan yang baik.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
44
YA 58 97%
TIDAK 2 3%
Jumlah 60 100%
Tabel 4.6
Guru memberikan apresiasi (penghargaan) kepada siswa yang
berakhlakul karimah.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
YA 37 62%
TIDAK 23 38%
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel 4.7, dapat disimpulkan bahwa ketika ada siswa yang
mempunyai akhlak yang buruk, guru selalu memberikan motivasi (dorongan)
untuk berakhlak baik. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan YA
sebesar 91% dan yang menyatakan TIDAK hanya sebesar 9% saja. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kepeduliaan dan perhatian seorang guru terhadap
siswanya sudah sangat baik.
Tabel 4.8
Guru memberikan sanksi berupa teguran dan arahan kepada siswa yang
berakhlak buruk.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
YA 54 90%
TIDAK 6 10%
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel 4.8. dapat disimpulkan bahwa ketika ada siswa yang
berakhlak buruk, guru selalu memberikan sanksi berupa teguran dan arahan
kepada siswa tersebut. Terbukti dengan Jawaban responden yang menyatakan YA
sebesar 90% dan yang menyatakan TIDAK hanya sebesar 10% saja. Hal ini
menunjukkan bahwa memberikan sanksi itu sangat penting bagi seorang guru
untuk merubah akhlak siswa yang buruk.
Tabel 4.9
Guru selalu menasehati siswa untuk berakhlak baik.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
YA 55 92%
TIDAK 5 8%
Jumlah 60 100%
8% saja. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepeduliaan guru kepada siswanya
sudah sangat baik.
Tabel 4.10
Sebelum menyuruh kebaikan kepada siswanya, guru selalu memberikan
suri tauladan (contoh) yang baik terlebih dahulu.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
YA 55 92%
TIDAK 5 8%
Jumlah 60 100%
Tabel 4.11
Siswa dilatih oleh guru untuk berakhlak baik dengan melakukan amal
sholeh seperti melakukan sholat, puasa, shodaqoh, dan lain-lain.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
YA 57 95%
TIDAK 3 5%
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel 4.11, dapat disimpulkan bahwa siswa selalu dilatih oleh
guru untuk berakhlak baik dengan melakukan amal sholeh seperti melakukan
sholat, puasa, shodaqoh, dan lain-lain. Terbukti dengan jawaban responden yang
menyatakan YA sebesar 95% dan yang menyatakan TIDAK hanya sebesar 5%
saja. Hal ini menunjukkan bahwa guru telah menyadari akan pentingnya sholat,
47
puasa, shodaqoh dan amal sholeh lainnya dalam membentuk kepribadian seorang
siswa.
Tabel 4.12
Agar siswa berakhlak baik, guru selalu membiasakan siswa untuk
melakukan segala perbuatan yang baik.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
YA 58 96%
TIDAK 2 4%
Jumlah 60 100%
dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 45%, kadang 45%,
pernah 7% dan tidak pernah 3%. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran siswa
untuk membaca do’a ketika akan melakukan segala perbuatan yang baik sudah
cukup baik.
Tabel 4.14
Ketika selesai sholat, saya senantiasa mendo'akan kedua'orang tua.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 50 84%
Kadang-kadang 5 9%
Pernah 4 6%
Tidak Pernah 1 1%
Jumlah 60 100%
Tabel 4.15
Setelah selesai sholat, saya senantiasa membaca wirid-wiridan sholat.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 10 16%
Kadang-kadang 35 58%
Pernah 10 17%
Tidak Pernah 5 9%
Jumlah 60 100%
49
Tabel 4.16
Saya berusaha melaksanakan sholat fardhu lima waktu secara berjama’ah.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 10 17%
Kadang-kadang 38 63%
Pernah 10 16%
Tidak Pernah 2 4%
Jumlah 60 100%
Tabel 4.17
Saya berusaha bangun malam untuk mengerjakan sholat sunnah tahajjud.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 2 4%
50
Kadang-kadang 15 24%
Pernah 15 25%
Tidak Pernah 28 47%
Jumlah 60 100%
Tabel 4.18
Pada jam istirahat, saya senantiasa menyempatkan diri untuk mengerjakan
sholat sunnah dhuha terlebih dahulu.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 1 1%
Kadang-kadang 14 23%
Pernah 18 30%
Tidak Pernah 27 46%
Jumlah 60 100%
Tabel 4.19
Saya berusaha untuk melaksanakan puasa sunnah
pada hari senin dan kamis.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 2 3%
Kadang-kadang 19 32%
Pernah 17 29%
Tidak Pernah 21 36%
Jumlah 60 100%
Tabel 4.20
Saya tidak pernah memakai kaos oblong atau kaos bergambar ketika akan
melaksanakan sholat.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 7 12%
Kadang-kadang 24 40%
Pernah 22 36%
Tidak Pernah 7 12%
Jumlah 60 100%
Berdasarkan label 4.20, dapat diambil kesimpulan bahwa secara
keseluruhan siswa pernah memakai kaos oblong atau kaos bergambar ketika akan
melaksanakan sholat. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan
selalu sebesar 12%, kadang 40%, pernah 36% dan tidak pernah 12%. Hal ini
52
Tabel 4.21
Ketika akan melaksanakan sholat, saya memakai pakaian yang
bersih dan suci.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 45 75%
Kadang-kadang 11 18%
Pernah 3 6%
Tidak Pernah 1 1%
Jumlah 60 100%
Tabel 4.22
Saat hendak makan dan minum, saya menggunakan tangan kanan.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 58 97%
Kadang-kadang 2 3%
Pernah 0 0%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 60 100%
dan tidak pernah 0%. Hal ini menunjukkan bahwa etika siswa saat makan dan
minum sudah sangat baik.
Tabel 4.23
Ketika ada seseorang yang membutuhkan pertolongan, maka saya
berusaha untuk menolongnya.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 40 67%
Kadang-kadang 14 24%
Pernah 5 8%
Tidak Pernah 1 1%
Jumlah 60 100%
Tabel 4.24
Ketika ada seseorang meminta pendapat tentang suatu masalah, maka saya
berusaha untuk memberikan solusi (jalan keluar) yang terbaik.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 34 57%
Kadang-kadang 17 28%
Pernah 8 13%
Tidak Pernah 1 2%
Jumlah 60 100%
54
Tabel 4.25
Saya berusaha menyisakan uang jajan dan memberikannya untuk
kegiatan shodaqoh.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 11 18%
Kadang-kadang 34 56%
Pernah 13 22%
Tidak Pernah 2 4%
Jumlah 60 100%
Tabel 4.26
Saya berusaha meminta maaf, ketika mempunyai kesalahan
terhadap orang lain.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 43 71%
Kadang-kadang 12 21%
Pernah 4 7%
55
Tidak Pernah 1 1%
Jumlah 60 100%
Tabel 4.27
Dengan hati yang ikhlas, saya memaafkan kesalahan orang lain
yang meminta maaf kepada saya.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 43 71%
Kadang-kadang 11 19%
Pernah 4 8%
Tidak Pernah 2 2%
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel 4.27, dapat disimpulkan bahwa dengan hati yang ikhlas
siswa selalu memaafkan kesalahan orang lain yang meminta maaf kepadanya.
Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 71%, kadang
19%, pernah 8% dan tidak pernah 2%. Hal ini menunjukkan bahwa sikap rendah
hati siswa yang mau memaafkan kesalahan orang lain sudah sangat baik.
Tabel 4.28
Ketika berjanji dengan orang lain, saya berusaha untuk
menepati janji tersebut.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 36 60%
56
Kadang-kadang 17 29%
Pernah 7 11%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 60 100%
Tabel 4.29
Saya berusaha menasehati teman yang melanggar tata tertib sekolah.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 13 22%
Kadang-kadang 28 46%
Pernah 13 21%
Tidak Pernah 6 11%
Jumlah 60 100%
Tabel 4.30
Pada jam istirahat sholat zuhur, saya berusaha mengingatkan teman untuk
segera pergi ke Aula serba guna sekolah untuk salat.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
57
Selalu 22 36%
Kadang-kadang 21 36%
Pernah 12 20%
Tidak Pernah 5 8%
Jumlah 60 100%
Tabel 4.31
Ketika hendak bertamu ke rumah orang lain, saya tidak lupa
mengucapkan salam.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 53 88%
Kadang-kadang 4 7%
Pernah 2 3%
Tidak Pernah 1 2%
Jumlah 60 100%
Tabel 4.32
Saat berjumpa dengan teman di jalan, saya lebih mendahulukan
58
Tabel 4.33
Ketika pulang ke rumah. saya tidak lupa mengucapkan salam.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 46 77%
Kadang-kadang 10 17%
Pernah 2 3%
Tidak Pernah 2 3%
Jumlah 60 100%
Tabel 4.34
59
Apabila orang lain memberikan undangan kepada saya, maka saya berusaha untuk
memenuhi undangannya.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 31 51%
Kadang-kadang 21 36%
Pernah 7 12%
Tidak Pernah 1 1%
Jumlah 60 100%
Tabel 4.35
Dengan penuh kesadaran, saya membuang sampah ke tong sampah yang
telah disediakan sekolah.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 31 52%
Kadang-kadang 23 38%
Pernah 6 10%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 60 100%
Tabel 4.36
Ketika melihat kamar mandi yang kotor, saya berusaha
untuk membersihkannya.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 10 16%
Kadang-kadang 23 39%
Pernah 14 23%
Tidak Pernah 13 22%
Jumlah 60 100%
Tabel 4.37
Dengan penuh keikhlasan, saya berusaha membersihkan halaman rumah
saya yang kotor.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 22 36%
Kadang-kadang 25 41%
Pernah 8 14%
Tidak Pernah 5 9%
Jumlah 60 100%
dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 36%, kadang 41%,
pernah 14% dan tidak pernah 9%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran
siswa dalam menjaga kebersihan di halaman rumahnya cukup baik.
Tabel 4.38
Saya berusaha untuk tidak merusak tanam-tanaman orang lain
dan mengambil buahnya.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 26 44%
Kadang-kadang 17 28%
Pernah 11 18%
Tidak Pernah 6 10%
Jumlah 60 100%
Tabel 4.39
Saya berusaha menjaga dan merawat keindahan sekolah, dengan tidak mencorat-
coret dinding-dinding sekolah.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 36 61%
Kadang-kadang 11 18%
Pernah 8 13%
Tidak Pernah 5 8%
Jumlah 60 100%
Tabel 4.40
Ketika berada di luar sekolah, saya berusaha menjaga kebersihan dengan
tidak membuang sampah disembarang tempat.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 24 40%
Kadang-kadang 26 44%
Pernah 7 11%
Tidak Pernah 3 5%
Jumlah 60 100%
Tabel 4.41
Ketika akan berangkat ke sekolah, saya tidak lupa untuk mandi terlebih dahulu.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 56 94%
Kadang-kadang 3 5%
Pernah 1 1%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 60 100%
63
Tabel 4.42
Saya berusaha menjaga kebersihan pakaian sekolah dengan
tidak mencorat-coretnya.
Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase
Selalu 53 89%
Kadang-kadang 4 7%
Pernah 2 3%
Tidak Pernah 1 1%
Jumlah 60 100%
C. Interpretasi Data
Berdasarkan data-data yang telah terkumpul dan setelah data tersebut
dianalisis, maka dapat diinterpretasikan bahwa upaya-upaya yang dilakukan oleh
guru PAI dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa di SD Putra Jaya sangat
baik. Tebukti dari hasil penelitian, 93% siswa menyatakan YA guru menjelaskan
dengan baik tentang akhlak, 98% siswa menyatakan YA guru menjelaskan tentang
keuntungan orang yang berakhlak baik, 94% siswa menyatakan YA guru
64
menjelaskan tentang mudharat (bahaya) orang yang Berakhlak buruk, 97% siswa
diajarkan untuk berakhlak baik saat di dalam kelas, 97% guru berusaha
memberikan bimbingan kepada siswa dalam melakukan segala perbuatan yang
baik. 62% guru memberikan apresiasi (penghargaan) kepada siswa yang
berakhlakul karirnah.
Kemudian, 91% guru selalu memberikan motivasi (dorongan) untuk
berakhlak baik. 90% guru memberikan sanksi berupa teguran dan arahan kepada
siswa yang berakhlak buruk. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara kepada salah
seorang guru PAI, menurutnya akhlakul karimah dikenalkan kepada siswa melalui
materi tentang akhlak yang baik (akhlakul karimah), yaitu bagaimana siswa
bertingkah laku dengan baik yang berkonotasi kepada Ishlah (perbaikan). Hal ini
dapat dilakukan dengan memberikan contoh yang baik terlebih dahulu kepada
siswa, mengambil suri tauladan atau contoh yang baik dari sejarah Nabi
Muhammad saw serta rnencontoh para pemimpin yang baik. Bagi siswa yang
berakhlak baik, cukup dengan memberikan apresiasi dalam bentuk pujian. Dan
siswa yang berakhlak buruk, cukup dengan mengingatkan anak tersebut agar tidak
terjerumus terlalu dalam dan menyuruhnya untuk beristighfar serta menyadari atas
perbuatan yang telah dilakukan. 1 92% guru selalu menasehati siswa untuk
berakhlak baik. Selanjutnya, 92% guru selalu memberikan suri tauladan (contoh)
yang baik terlebih dahulu sebelum menyuruh kebaikan kepada siswanya, 95%
siswa dilatih oleh guru untuk berakhlak baik, dan 96% guru selalu membiasakan
siswa untuk melakukan segala perbuatan yang baik. Hal ini juga diperkuat dengan
hasil wawancara penulis bersama salah seorang wali kelas, menurutnya akhlak
ditanamkan kepada para siswa dengan keteladanan dan menjadikan sampel kasus
anak yang baik ataupun yang buruk beserta akibat-akibatnya. Bimbingan dan
arahan yang diberikan berupa memantau kehadiran siswa, memberikan nasehat,
memberikan materi yang sifatnya membangun kesadaran siswa tentang
pentingnya akhlakul karimah. Metode yang sering digunakan untuk memperbaiki
akhlak siswa yang buruk adalah dengan menegur dan memanggil siswa tersebut,
1
Ahmad Ridwan, Wawancara Pribadi dengan salah seorang Guru PAI yang berada di
Aula serbaguna Sekolah, Depok 4 September 2014.
65
jika hal tersebut gagal maka yang dipanggil adalah orang tuanya untuk datang ke
sekolah. Agar siswa tidak mengulangi perbuatan buruknya tersebut. Untuk
mempertahankan atau meningkatkan siswa yang telah berakhlak baik adalah
dengan memberikan motivasi, memberikan penghargaan dengan nilai yang baik
dan menanamkan kepada siswa untuk berperilaku baik bukan untuk mencari nilai
yang baik.2
Dalam menjawab pertanyaan tentang bagaimanakah akhlakul karimah
siswa di SD Putra Jaya Depok, dalam hal ini terbagi menjadi tiga kategori.
Pertama, Akhlak terhadap Allah Swt di SD Putra Jaya cukup baik untuk tingkat
umum. Hal ini dapat dilihat dari data yang penulis peroleh bahwa 45% siswa
menyatakan selalu dan 7% siswa menyatakan pernah membaca do'a ketika akan
melakukan segala perbuatan yang baik, 84% menyatakan selalu dan 6%
menyatakan pernah mendo’akan kedua orang tua ketika selesai sholat, 16%
menyatakan selalu dan 17% menyatakan pernah membaca wirid-wiridan setelah
selesai sholat, 17% menyatakan selalu dan 16% menyatakan pernah melaksanakan
sholat fardhu lima waktu secara berjama’ah, 4% menyatakan selalu dan 25%
menyatakan pernah mengerjakan sholat sunnah tahajjud, 1% menyatakan selalu
dan 30% menyatakan pernah mengerjakan sholat sunnah dhuha, 4% menyatakan
selalu dan 29% menyatakan pernah melaksanakan puasa sunnah pada hari senin
dan kamis, 12% menyatakan selalu dan 36% menyatakan pernah untuk tidak
memakai kaos oblong atau kaos bergambar ketika akan melaksanakan sholat, 75%
menyatakan selalu dan 6% menyatakan pernah memakai pakaian yang bersih dan
suci, yang terakhir 97% menyatakan selalu menggunakan tangan kanan saat
hendak makan dan minum. Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara penulis
bersama salah seorang guru PAI, menurutnya akhlak terhadap Allah SWT
khususnya yang berhubungan dengan ibadah mahdhoh seperti sholat, secara
keseluruhan siswa sudah baik, yaitu baik dalam arti lebih banyak yang mau
2
Siti Marfu’ah, Wawancara Pribadi dengan salah seorang Wali Kelas V yang berada di
Ruang Guru, Depok 4 September 2014..
66
sendiri tanpa harus disuruh-suruh untuk sholat. Yang penting maunya saja sudah
bagus, walaupun dalam pelaksanaanya masih ada saja siswa yang bercanda.3
Kemudian yang kedua, Akhlak terhadap manusia di SD Putra Jaya sudah
baik. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh bahwa 67% siswa menyatakan
selalu dan 8% siswa menyatakan pernah menolong seseorang yang membutuhkan
pertolongan, 57% menyatakan selalu 4dan 13% menyatakan pernah memberikan
solusi (jalan keluar) yang terbaik ketika ada seseorang yang meminta pendapatnya
tentang suatu masalah, 18% menyatakan selalu dan 22% menyatakan pernah
menyisakan uang jajan dan memberikannya untuk kegiatan shodaqoh, 71%
menyatakan selalu dan 7% menyatakan pernah meminta maaf ketika mempunyai
kesalahan terhadap orang lain, 71% menyatakan selalu dan 8% menyatakan
pernah memaafkan kesalahan orang lain yang meminta maaf kepadanya, 60%
menyatakan selalu dan 11% menyatakan pernah menepati janji dengan orang lain,
22% menyatakan selalu dan 21% menyatakan pernah menasehati teman yang
melanggar tata tertib sekolah, 36% menyatakan selalu dan 20% menyatakan
pernah mengingatkan teman untuk segera pergi ke Aula serba guna sekolah untuk
salat pada jam istirahat sholat zuhur, 88% menyatakan selalu dan 3% menyatakan
pernah mengucapkan salam ketika bertamu ke rumah orang lain, 22% menyatakan
selalu dan 20% menyatakan pernah mendahulukan mengucapkan salam sebelum
sapa, 77% menyatakan selalu dan 3% menyatakan pernah mengucapkan salam
ketika pulang ke rumah, yang terakhir 51% menyatakan selalu dan 12%
menyatakan pernah memenuhi undangan orang lain. Hal ini juga diperkuat dengan
hasil wawancara penulis bersama salah seorang wali kelas, untuk akhlak terhadap
manusia khususnya dengan teman. Menurutnya, secara keseluruhan siswa sudah
baik, meskipun ada sebagian kecil siswa masih bercanda yang keterlaluan.4
Selanjutnya yang ketiga, Akhlak terhadap lingkungan di SD Putra Jaya
sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh bahwa 52% siswa
menyatakan selalu dan 10% menyatakan pernah membuang sampah ke tong
sampah yang telah disediakan sekolah, 16% menyatakan selalu dan 23%
3
Aulia Nisa, Wawancara Pribadi dengan salah seorang Guru PAI yang berada di Aula
serbaguna Sekolah, Depok 4 September 2014..
4
Siti Marfu’ah, Op. Cit., 4 September 2014.
67
5
Lulu Farida, Wawancara Pribadi dengan salah seorang Wali kelasV yang berada di
Ruang guru, Depok 4 September 2014..
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
68
69
B. Saran
1. Kepada guru pendidikan agama Islam, agar para siswa lebih ditingkatkan
lagi dalam hal beribadah kepada Allah Swt, seperti mengerjakan salat,
puasa, membaca wirid dan zikir sesudah salat, sedekah dan lain
sebagainya. Caranya bisa dengan menyuruh siswa membuat jadwal
kesehariannya di rumah yang kemudian diberikan penilaian dan arahan
serta bimbingan kepada siswa tersebut. selain itu guru juga harus
70
Ahmadi, Abu dan Salimi, Noor. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
PT. Bumi Aksara, Agustus 2004.
Ali, Mohammad Daud. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008.
Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
September 2006.
Ardani, Mohamad. Akhlak Tasawuf Nilai-Nilai Akhlak/ Budi Pekerti Dalam
Ibadah dan Tasawuf. Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005.
Al-Qur’an dan Terjemahannya. Madinah Munawwaroh: Mujamma’ al-Malik
Fahd Li Thiba’at Al-Mush-Af Asy Syarif, 1990
Daradjat, Zakiah. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1996.
----------------- dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi
Aksara, 1995.
Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahnya, edisi Khat Madinah.
Bandung: Syamil Cipta Media, 2005.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia, 2008.
Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Intraksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia, 2011.
Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Muhaimin, et.al. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, April 2008.
Mujib, Abdul dan Mudzakkir. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, Juni 2008.
Mulyasa, E. Standar. Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, Oktober 2009.
Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Agama Islam. Ciputat: Gaya Media Pratama,
Agustus 2005.
------------------- Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, November 2010.
Nizar, Samsul. Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam. Ciputat: PT
Ciputat Press Group, Desember 2005.
Nuraida dan Aulia, Rihlah Nur. Character Building Guru PAI. Jakarta: aulia
Publishing house, September 2008.
Nuraida dan Zahara, Psikologi Pendidikan Untuk Guru PAI. Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Salam, Syamsir dan Aripin, Jaenal. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006.
Sholeh, Asrorun Ni’am. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: eLSAS, Juli 2006.
Sudjono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004.
Suyanto, Bagong dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana, 2007.
Ulwan, Abdullah Nashih. Tarbiyah Ruhiah. Jakarta: Robbani Press, Maret 2006.
Undang-Undang R.I. No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS dan PP R.I. No.
47 Tahun 2008 Tentang WAJIB BELAJAR. Bandung: Citra Umbara,
November 2008.
Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara, 2007.
ANGKET
UNTUK PENILAIAN GURU
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
Identitas Responden
Nama :
Jabatan :
Petunjuk:
a. Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang anda anggap paling
sesuai dengan keadaan sebenarnya.
b. Jawaban yang anda berikan tidak mempengarui nilai raport atau nilai
pelajaran anda di sekolah
c. Terima kasih atas bantuan dan partisipasinya dalam mengisi angket ini.
Identitas Responden
Nama :
Jabatan :
Petunjuk:
a. Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang anda anggap paling
sesuai dengan keadaan sebenarnya.
b. Jawaban yang anda berikan tidak mempengarui nilai raport atau nilai
pelajaran anda di sekolah
c. Terima kasih atas bantuan dan partisipasinya dalam mengisi angket ini.
29. Ketika akan berangkat ke sekolah, saya tidak lupa untuk mandi terlebih
dahulu.
a. Selalu c. Pernah
b. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
30. Saya berusaha menjaga kebersihan pakaian sekolah dengan tidak mencorat
coretnya.
a. Selalu c. Pernah
b. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
BERITA WAWANCARA
Nama : Ahmad Ridwan, S.Pd. I
Jabatan : Guru Agama
Tempat wawancara : Aula Serbaguna Sekolah
Hari/ Tanggal : Kamis, 04 September 2014
Pokok Pembicaraan
5. Bimbingan dan arahan seperti apa yang bapak berikan kepada siswa agar
mempunyai akhlak yang baik?
Jawaban:
Dengan mengingatkan siswa untuk tidak jauh dari ajaran Allah Swt
terutama salat. Ketika salatnya baik maka keperibadian mereka akan
terbentuk
6. Cara atau metode apa yagn sering bapak lakukan untuk memperbaiki
akhlak siswa yang buruk agar memiliki akhlak yang baik?
Jawaban:
Metode yang Pertama adalah personality yaitu dengan melakukan
pendekatan kepada siswa yang berakhlak buruk, kemudian melakukan
review kenapa siswa tersebut bisa melakukan perbuatan seperti itu.
metode Kedua ialah dengan melakukan pemantauan langsung kepada
siswa yang berakhlak buruk untuk kemudian diberikan nasihat yang baik.
Pokok Pembicaraan
5. Bimbingan dan arahan seperti apa yang Ibu berikan kepada Siswa agar
mempunyai akhlak yang baik?
Jawab:
Pertama, menghargai kehidupan para orang tua. Kalau orang tuanya
miskin, maka siswa seharusnya jangan nakal disekolah. Kedua, siswa
harus mempunya cita-cita, jangan sampai salah cita-cita dengan
pendidikan yang dijalankan. Karena harus sesuai antara cita-cita dengan
pendidikan yang dijalankan. Ketiga, siswa dilarang menjauhi ajaran
agama.
6. Cara atau metode apa yang Ibu lakukan untuk memperbaiki akhlak siswa
yang buruk agar memiliki akhlak yang baik?
Jawab:
Harus menjatuhkan dan mengawasi siswa. Kalau yang akhlak buruk, saya
akan memberikan sesuatu yang membuat dia malu. Seperti memberi
pertanyaan yang sulit di depan umum agar dia tidak bisa menjawab atau
dengan memasukan kehidupan orangtuanya.
Pokok Pembicaraan
1. Bagaimanakah akhlakul karimah dikenalkan kepada para siswa?
Jawab:
Dikenalkannya dari orangtua dulu, kalau di sekolah sifatnya hanya
pembiasaan, seperti mengikuti tata tertib sekolah dan kedisiplinan di
sekolah serta melakukan salat berjama’ah itu bagian dari usaha kami.
Disamping orangtua, sekolah, juga lingkungan pergaulan itu menentukan
akhlak seorang anak. Yang paling dominan adalah pengaruh dari teman.
3. Bagaimana tanggapan dan respon Ibu terhadap siswa yang berakhlak baik
dan buruk?
Jawab:
Untuk akhlak yang baik bagaimana hanya tinggal mempertahankannya
saja, supaya tetap konsisten berakhlak baik dan juga memberikan apresiasi
kepada siswa tersebut denga nilai yang baik. Untuk siswa yang berakhlak
buruk diberikan nasehat, kalau tidak berpengaruh juga, saya selalu
mengancamnya dengan memberikan nilai yang jelek. Disamping itu juga
kita harus memperingatkan bahwa perilaku seperti itu tidak baik.
4. Bagaimanakah akhlak ditanamkan kepada para siswa?
Jawab:
Dengan keteladanan dan menjadikan sampel kasus anak yang baik ataupun
yang buruk beserta akibat-akibatnya.
5. Bimbingan dan arahan seperti apa yang Ibu berikan kepada siswa agar
mempunyai akhlak yang baik?
Jawab:
Memantau kehadiran siswa, memberikan contoh yang baik, memberikan
nasehat, memberikan materi yang sifatnya membangun kesadaran siswa
tentang pentingnya akhlakul karimah. Kita tanamkan kepada siswa bahwa
berakhlak baik itu lebih penting dari pada segalanya serta memberikan
pemahaman kepada siswa kenapa harus berakhlak baik.
6. Cara atau metode apa yang sering Ibu lakukan untuk meperbaiki akhlak
siswa yang buruk agar memiliki akhlak yang baik?
Jawab:
Dengan memberikan teguran, caranya dengan memanggil siswa tersebut.
kalau tingkat kenakalannya suda di luar batas kewajaran, jaka saya
memberikan teguran dan memanggil orang tuanya untuk datang ke
sekolah, supaya tidka mengulangi lagi perbuatannya tersebut.
Pokok Pembicaraan
3. Bagaimana tanggapan atau respon Ibu terhadap siswa yang barakhlak baik
dan buruk?
Jawab:
Kalau yang sudah baik bisa dilanjutkan, kalau yang belum baik merupakan
tanggung jawab orang tua, guru, masyarakat, pemerintah juga harus turun
tangan, tidak bisa hanya dibebankan kepada guru agama atau wali kelas
saja. Jadi harus ada kerja samanya.
5. Bimbingan dan arahan seperti apa yang Ibu berikan kepada siswa agar
mempunyai akhlak yang baik?
Jawab:
Bimbingan kita berikan kepada siswa yang bermasalah sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi. Pihak sekolah termasuk kepala sekolah harus
ikut serta dalam pembinaan terhadap anak didik.
6. Cara atau metode apa yang Ibu sering lakukan untuk memperbaiki akhlak
siswa yang buruk agar memiliki akhlak yang baik?
Jawab:
Memberikan contoh yang baik, menghimbau para siswa untuk
mendengarkan ceramah-ceramah agama, baik dari TV maupun internet.