Oleh
AHMAD FATONI
NIM: 104011000002
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh:
Ahmad Fatoni
Di bawah Bimbingan
Penguji I
Penguji II
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
ِ^َ_ْ`َR اaُbَ_ْc Wَc ِdِVWَeَfV اgِc اaُbU_َ`َh ْiُjَV َkْlِm ْا اِذَاaُ\َ]َٰ اPْRِTUV اWَXYRَWR
َPْRِTUVْۙ وَاiُjْ\ِ] ْاaُ\َ]َٰ اPْRِTUVُ اoِ اqَcْrَR ُواtُuْﻥWَc ُواtُuَْ اﻥkْlِm ْۚ وَاِذَاiُjَV ُoا
( 11 :
VدWefVٌ )اrْlَِ َْنaُ}َfْ~َh Wَfِ ُoتٍۗ وَاWََ دَرَﺝiْ}ِ~Vْااaُhْاُو
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “berilah
kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan,”berdirilah
kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-
orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan kepada derajat yang tinggi. Dan Allah maha tahu apa yang
kamu kerjakan. (Q.S. Al-Mujadalah: 11)2
1
Djunaidatul Munawwaroh dan Tanenji, Filsafat Pendidikan (Perspektif Islam dan
Umum), Proyek Pengadaan Buku Ajar/Daras, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003. hlm. 109
2
Depertement Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Penerbit
Diponegoro, 2005), Cet. Ke-10, hlm. 543
mengantarkan seseorang kejenjang kemuliaan, karena dengan ilmu itu dia akan
dapat menyadari mana perbuatan yang baik yang dapat mengantarkan kepada
kebahagiaan dan mana pula perbuatan yang jahat yang dapat menjerumuskan
kepada kesesatan dan kecelakaan. 3
Dalam kurikulum 1994 disebutkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam
adalah: “Meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan
siswa tentang Agama Islam dan bertaqwa kepada Allah s.w.t., serta berakhlak
mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, bernegara serta untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi”.4
Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu pengetahuan, sehingga
hanya orang yang berilmu pengetahuan sajalah yang dapat mencapai taraf
kesempurnaan hidup beragama setinggi-tingginya. Sedangkan yang bodoh
dipandang sebagai manusia yang tiada memiliki derajat yang tinggi dan mulia5
Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut, maka jalan yang
digunakan salah satunya melalui jalur pendidikan yang diselenggarakan dengan
baik dan terencana.
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dengan tingginya mutu sumber daya
manusia akan menjadi kemajuan dan peradaban suatu bangsa, dan sebaliknya
suatu bangsa akan sulit untuk maju jika sumber daya manusianya rendah dan
terbelakang, oleh karena itu masalah pendidikan haruslah mendapat perhatian
yang sungguh-sungguh demi terciptanya perubahan dan kemajuan mutu
pendidikan.
Pendidikan akan menghasilkan mutu yang baik jika semua komponen
pendidikan itu dapat berjalan dengan baik. Pada dasarnya, komponen-komponen
pendidikan itu dituntut untuk saling menunjang satu sama lain, sehingga dapat
tercapai suatu hasil pendidikkan yang optimal. Adapun komponen itu diantaranya
3
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), Cet. Ke-2, hlm. 32
4
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), Cet. Ke-II,
hlm. 87
5
H. M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan
Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), Cet-4, hlm. 129
seperti faktor guru sebagai tenaga proporsional, sarana dan prasarana, kurikulum,
dan sebagainya.
Belajar mengajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lain dalam proses belajar mengajar. Belajar menujukkan pada apa yang harus
dikerjakan oleh peserta didik, sedangkan mengajar menujukan pada apa yang
harus dilakukan oleh seorang guru sebagai tenaga pengajar. Hal tersebut menjadi
kegiatan belajar mengajar yang baik apabila terjadi interaksi untuk mencapai
pengajaran yang efektif.
Pada dasarnya, fungsi atau peranan yang penting guru dalam PBM (Proses
Belajar Mengajar) ialah sebagai ”Director of Learning” (direktur belajar). Artinya
setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa
agar mencapai keberhasilan belajar (kinerja akademik) sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam sasaran kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, semakin
jelaslah bahwa peranan guru dalam dunia pendidikan modern seperti sekarang ini
semakin meningkat dari sekedar pengajar menjadi direktur pengajar.
Kosekuensinya, tugas dan tanggung jawab guru pun menjadi lebih kompleks dan
berat pula.6
Guru sebagai tenaga pendidik merupakan faktor yang paling dominan
dalam membantu mewujudkan hasil pendidikan yang baik. Merekalah yang
bersentuhan langsung dengan peserta didik dalam mentransfer ilmu pengetahuan,
pengalaman-pengalaman, dan membina kepribadian peserta didik kearah yang
lebih baik. Menurut Zakiyah Daradjat dalam bukunya Kepribadian Guru
menyatakan bahwa kepribadian itulah yang akan membentuk apakah ia akan
menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya atau menjadi
perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya, terutama bagi anak
didik yang masih kecil (setingkat Sekolah Dasar) dan mereka yang sedang
mengalami kegoncangan jiwa (setingkat Sekolah Menengah).
Guru memiliki kepribadian yang baik akan selalu dihormati, dikagumi,
dan disayangi oleh peserta didik, hal itu pula yang dapat menimbulkan kecintaan
6
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2002), Cet. Ke-7. hlm. 250
mereka terhadap ilmu pengetahuan dan membentuk sikap dan tingkah laku
mereka yang baik. Di samping itu pula peserta didik akan menaruh rasa simpati
karena kewibawaan dan berusaha menunjukkan hal-hal yang positif di
hadapannya. Dan ada pula sebaliknya jika seorang guru tersebut tidak atau kurang
memiliki kepribadian yang baik, maka ia akan kurang dihormati, dihargai, dan
disayangi oleh peserta didik. Dari hal ini terkadang akan menimbulkan kurangnya
kecintaan mereka terhadap ilmu tersebut.
Kepribadian guru tersebut dapat tercermin dari sikap dan tingkah lakunya
dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun dimasyarakat. Seorang guru
harus memiliki sifat dan tingkah laku terpuji, karena mereka adalah teladan bagi
siswa dan masyarakat. Sifat dan tingkah laku itu seperti penyabar, baik hati,
ramah terhadap orang lain dan sebagainya. Dengan demikian tanggung jawab
yang dimiliki oleh seorang guru cukup besar, dan amanat yang oleh orang tua
murid titipkan harus dijalankan dengan sebaik-baiknya, karena pasti akan diminta
pertanggung jawabannya kelak.
Dalam kehidupan manusia untuk mencapai dan meraih cita-cita dan tujuan
hidup maka seseorang membutuhkan adanya daya pendorong, penggerak atau
bahasa psikologinya motivasi. Untuk membuat sesuatu sesuai dengan tujuan yang
diinginkan, tumbuhnya motivasi tersebut di samping berasal dari dalam diri
seseorang juga ada yang berasal dari luar dirinya.7
Seperti halnya dalam proses belajar mengajar di sekolah, motivasi
merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik, karena motivasi itu dapat
menimbulkan kegairahan dan ketekunan dalam belajar. Adapun motivasi dalam
diri peserta didik itu dapat merupakan bakat dan minatnya dalam belajar,
sedangkan yang berasal dari luar seperti guru, maka guru bagaimanakah yang
dapat menumbuhkan motivasi belajar tersebut.
Dalam kegiatan belajar, berlangsung dan keberhasilannya bukan hanya
ditentukan oleh faktor imtelektual, tetapi juga faktor-faktor yang non-intelektual,
termasuk salah satunya ialah motivasi. Oleh sebab itu, motivasi belajar dapat
7
Alisuf sabri, Psikologi berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1996), cet ke-1, hlm. 85
diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan
memberikan arah pada kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan.8
Motivasi juga sangat erat hubungannya dengan hasil belajar, karena
sebagaimana fungsi motivasi itu sendiri disamping sebagai penentu arah mencapai
tujuan, juga sebagai penentu hasil perbuatan atau hasil belajar siswa. Dengan
demikian maka bagi peserta didik yang mempunyai motivasi tinggi dalam
belajarnya, maka akan mendapat hasil yang optimal, sedangkan peserta didik yang
mempunyai motivasi rendah, akan mendapatkan pula hasil yang tidak optimal.
Dalam bukunya Ngalim Purwanto yang berjudul Psikologi Pendidikan
disebutkan beberapa aspek kepribadian yaitu sifat kepribadian, intelegensi,
pernyataan diri dan cara menerima kesan-kesan, kesehatan, bentuk tubuh, dan
sikap terhadap orang lain.9 Peneliti tidak melihat semua aspek yang ada melainkan
membatasi kepribadian ini hanya pada aspek sifat, sikap dan prilaku. Kepribadian
guru dalam skripsi ini dilihat dari persepsi siswa.
Adapun motivasi ekstrinsik terkait dengan guru yang merupakan salah
satu faktor timbulnya motivasi belajar yang berasal dari luar siswa. Motivasi
belajar ini dapat dilihat dari kemauan dan kesungguhan siswa dalam mengikuti
proses belajar mengajar di sekolah. Guru yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah guru bidang studi Pendidikan Agama Islam yang berada di SMP Islam Al-
Mukhlishin Ciseeng Bogor.
SMP Islam Al-Mukhlishin merupakan lembaga pendidikan formal. Seperti
kebanyakan Sekolah Menengah Pertama (SMP) lainnya, SMP Islam Al-
Mukhlishin mempunyai 2 jam pelajaran untuk mata pelajaran pendidikan agama
Islam setiap minggunya.
Guru pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-Mukhlishin sebanyak 2
orang. Seorang guru mengajar di dua kelas yaitu kelas 1 dan 2, sementara guru
yang mengajar di kelas 3 tidak mengajar di kelas 1 dan 2, begitupun sebaliknya.
8
Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1993),
Cet. Ke-4, hlm. 114-115
9
Ngalim Purwanto, psikologi pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosydakarya, 1994),
Cet ke-5, hlm. 157
Apakah guru pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-Mukhlishin dapat
memotivasi siswanya dengan kepribadiannya dalam hal ini, berkenaan dengan
sifat, sikap, dan prilaku dalam kesehariannya, dengan jam pelajaran yang sedikit
dan porsi pertemuan di kelas yang sedikit pula. Oleh karena itu, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang masalah tersebut yang kemudian dituangkan
dalam skripsi dengan judul “Hubungan Kepribadian Guru Pendidikan Agama
Islam dengan Motivasi Belajar Siswa di SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng
Bogor”.
Pemilihan judul di atas berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut:
1. Guru merupakan figur sentral dalam proses belajar mengajar di tangan
gurulah terletak berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan.
2. Guru dituntut mampu membangkitkan motivasi belajar siswa dalam upaya
menciptakan suasana belajar yang efektif dan kondusif.
3. Motivasi sangat erat hubungannya dengan hasil belajar, jika peserta didik
mempunyai motivasi tinggi dalam belajarnya, maka akan mendapat hasil
yang optimal.
4. SMP Islam Al-Mukhishin Ciseeng Bogor merupakan lembaga Pendidikan
formal. Penulis tertarik untuk mengetahui tentang kepribadian guru
Pendidikan Agama Islam yang ditampilkan dalam proses belajar mengajar
apakah berhubungan dengan upaya membangkitkan motivasi belajar
siswa.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Setiap guru menginginkan pelajaran yang disampaikannya dapat diserap
dan diterima dengan baik oleh siswanya. Guru dituntut mampu
membangkitkan motivasi belajar siswa dalam upaya menciptakan suasana
belajar yang efektif dan kondusif.
Dalam latar belakang masalah disebutkan bahwa kepribadian guru sangat
berpengaruh pada motivasi siswa dalam proses belajar mengajar. Di samping
mengajar pengetahuan, guru juga mempunyai peran untuk mendidik, yaitu
menanamkan nilai-nilai moral pada siswa. Oleh karena itu sebagai seorang
guru dituntut memiliki kepribadian yang baik sehingga dapat meningkatkan
motivasi siswa dalam belajar. Apabila guru memiliki kepribadian yang buruk.
Contohnya guru yang terlalu galak, maka hal itu akan membuat siswa takut
dan enggan untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah di atas dapat
diidentifikasikan beberapa masalah yaitu:
a. Apakah guru pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-Mukhlishin
mempunyai kepribadian yang baik?
b. Apakah model pembelajaran yang dilakukan guru pendidikan agama
Islam dapat meningkatkan motivasi belajar siswa?
c. Apakah guru pendidikan agama Islam mampu menciptakan suasana
belajar yang efektif dan kondusif?
d. Apakah guru pendidikan agama Islam dapat berkomunikasi dengan
siswa secara baik?
e. Bagaimana respon siswa terhadap kepribadian guru pendidikan agama
Islam?
f. Apakah ketika mengikuti pelajaran pendidikan agama Islam siswa
bersemangat karena termotivasi oleh gurunya?
g. Faktor apakah yang mempengaruhi kepribadian guru pendidikan
agama Islam dengan motivasi belajar siswa ?
2. Pembatasan Masalah
Agar masalah dalam skripsi ini lebih terarah, penulis merasa perlu
membuat batasan masalah yang akan dibahas. Pembatasan tersebut mengenai
masalah sebagai berikut:
a. Guru yang dimaksud adalah guru pendidikan agama Islam kelas 2
SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor.
b. Indikator kepribadian seperti: sifat, sikap, dan prilaku dalam PBM.
c. Indikator motivasi seperti: semangat, kemauan dan kesungguhan siswa
dalam PBM pendidikan agama Islam.
d. Materi pelajaran dibatasi hanya mata pelajaran pendidikan agama
Islam.
e. Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalahnya
adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana kepribadian guru di SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng
Bogor?
b. Bagaimana motivasi belajar siswa di SMP Islam Al-Mukhlishin
Ciseeng Bogor?
c. Adakah hubungan kepribadian guru pendidikan agama Islam dengan
motivasi belajar siswa SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor?
10
Ngalim Purwanto, psikologi pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosydakarya, 1994),
Cet ke-10, hlm. 154
11
Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2006), Cet-1, hlm. 487
12
Departement Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1988), Cet ke-1, hlm. 701
13
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Surabaya: PT. al-Ma’arif,
1998), Cet ke-7, hlm. 62
14
Sumadi Surjabrata, Psikologi Kepribadian, (Yogyakarta: Rakepress, 1974), Cet ke-7,
hlm. 278
Kata dinamis di atas menunjukkan bahwa kepribadian bisa berubah-ubah,
dan antar berbagai komponen kepribadian (yaitu sistem-sistem psikofisik) atau
dapat disebut juga sifat, sikap dan perilaku terdapat hubungan yang erat.
Hubungan-hubungan itu terorganisir sedemikian rupa sehingga secara
bersama-sama mempengaruhi pola perilakunya dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan.15
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, ada beberapa karakteristik untuk
mengenali kepribadian, yaitu:
a. Penampilan fisik.
b. Temperamen.
c. Kecerdasan dan kemampuan.
d. Arah minat dan pandangan mengenai nilai-nilai.
e. Sikap sosial.
f. Kecenderungan dalam motivasi.
g. Cara-cara pembawaan diri.16
15
Irwanto, Psikologi Umum Buku Panduan Untuk Mahasiswa, (Jakarta: PT. Prenhallindo,
2002), Hlm. 227
16
Zikri Neni Iska, Diktat Psikologi Umum, 2004. Hlm 98
17
Zakiah Daradjat, dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2001), Cet ke-2, hlm. 266
Dalam pengertian lain guru berarti orang yang bekerja dalam bidang
pendidikan dan mengajar yang ikut bertanggung jawab dalam membantu
anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing. Ketika menjelaskan
pengertian guru maka akan selalu dikaitkan dengan bidang tugas atau
pekerjaannya.
Ag. Soejono merinci tugas pendidik (termasuk guru) sebagai berikut:
a. Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak-anak didik dengan
berbagai cara seperti observasi, wawancara, melalui pergaulan, angket,
dan sebagainya.
b. Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah
perkembangan anak didik berjalan dengan baik.
c. Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik menemui
kesulitan dalam belajar dan mengembangkan potensinya.18
Penjelasan mengenai tugas guru di atas dapat diambil kesimpulan
sederhana bahwa guru selain harus memiliki ilmu pengetahuan yang luas juga
harus memiliki kepribadian yang baik.
Jadi kepribadian guru merupakan suatu kualitas pribadi yang dimiliki oleh
seorang guru yang bersifat unik dalam berintraksi dengan orang lain (siswa)
yang tercermin dalam kehidupannya sehari-hari, baik di sekolah maupun
masyrakat. Secara sederhana dapat disimpulkan kepribadian guru merupakan
satu kesatuan antara sifat-sifat pribadinya, dan peranannya sebagai pendidik,
pengajar dan pembimbing.
2. Aspek-aspek Kepribadian
Dikatakan bahwa kepribadian itu mengandung pengertian yang kompleks.
Ia terdiri dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun psikis. Beberapa
aspek kepribadian yang penting berhubungan dengan pendidikan, dalam
rangka pembentukan pribadi anak didik adalah sebagai berikut:
18
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), cet ke-7, hlm. 79
a. Pengetahuan. Kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki
seseorang, dan jenis pengetahuan apa yang lebih dikuasainya, semua
itu turut menentukan pribadinya.
c. Keterampilan. Keterampilan seseorang dalam mengerjakan sesuatu,
sangat mempengaruhi bagaimana cara orang itu bereaksi terhadap
situasi-situasi tertentu.
d. Penguasaan dan kuat lemahnya perasaan. Ada orang yang pandai
menguasai perasaan yang timbul dari dalam dirinya, dan ada yang
tidak. Ada orang yang pemarah dan ada pula orang yang sabar.
Seseorang mudah merasa tersinggung dan yang lain tidak. Dengan
demikian pula intensitas atau kuat lemahnya perasaan tidak sama pada
tiap orang. Keadaan perasaan yang berbeda tiap individu sangat
mempengaruhi kepribadiannya.19
Menurut Ngalim Purwanto, ada enam aspek keribadian yang berhubungan
dengan pendidikan, yaitu:
a. Sifat kepribadian
b. Intelegensi atau kecerdasan
c. Pernyataan diri dari cara menerima kesan-kesan
d. Kesehatan
e. Bentuk Tubuh
f. Sikap Terhadap Orang Lain. 20
19
Djunaidatul Munawwaroh dan Tanenji, Filsafat Pendidikan (Perspektif Islam dan
Umum), hlm. 164-165
20
Ngalim Purwanto, psikologi pendidikan, hlm. 157-158
Sementara yang kita ketahui bahwa kepribadian itu dapat berubah, hal ini
menunjukkan bahwa kepribadian itu mudah dipengaruhi oleh sesuatu. Karena
itu diperlukan usaha dalam membentuk diri dan pribadi. Setiap orang
memiliki sikap dan sifat yang unik, oleh sebab itu maka tak heran jika
ditemukan adanya sikap dan sifat guru yang berbeda-beda.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan prilaku pada masing-
masing guru, diantaranya:
a. Faktor-faktor yang ada dalam diri guru, yang mencakup keadaan dan
kondisi tubuh (fisik), keadaan psikis.
b. Faktor-faktor yang ada di luar diri guru, yang mencakup subjek didik
(siswa), pimpinan sekolah, teman sejawat, pegawai tata usaha dan
orang tua siswa serta situasi lingkungan.21
a. Faktor yang ada dalam diri guru
1) keadaan dan kondisi tubuh (fisik)
Sebagai contoh calon guru syarat kesehatan, karena kesehatan adalah
syarat yang tidak bisa diabaikan. Seorang guru yang berpenyakit menular
akan membahayakan kesehatan anak-anak didiknya dan membawa akibat
yang tidak baik dalam tugasnya sebagai pengjar dan pendidik. Jika seorang
guru merasa dirinya normal, maka dimata siswa sikap dan prilakunya akan
mantap. Dengan demikian, kesehatan merupakan syarat utama bagi guru,
sebagai orang yang setiap hari bekerja dan bergaul diantara anak-anak.
2) keadaaan psikis
Keadaan psikis guru yang kurang baik akan berpengaruh terhadap
sikap dan prilakunya di dalam menghadapi siswa. Apabila ia penggugup,
kurang sabar, kurang teliti, pendendam, tidak adil, dan lain-lain sifat
negatif, akan dapat mengganggu arus komunikasi belajar mengajar dengan
siswa. Akibatnya sudah dengan mudah dapat ditebak, kualitas
pembelajaran tidak akan didapatkan sesuai dengan yang diharapkan. Satu
21
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran secara Manusiawi, (Jakarta: PT. Rineke
Cipta, 1990), hlm. 254
faktor psikis yang paling penting adalah kemampuan yang dimiliki oleh
guru.
b. Faktor yang ada diluar guru
1) Subjek didik (siswa)
Siswa adalah manusia biasa yang tak lepas dari berbagai perasaan
simpati, empati dan antipati pada orang lain. Bagaimana seorang guru
bersikap dan berprilaku kepada siswa ditentukan oleh keadaan siswa
sendiri, guru dan interaksi antara keduanya. Keadaan siswa itu sendiri
bergeser dari waktu ke waktu. Siswa yang biasanya menyenangkan,
mengkin juga pada suatu saat menjengkelkan atau mungkin sebaliknya.
Dengan keadaannya itulah siswa dapat menjadi penyebab perubahan sikap
dan prilaku negatif sebaliknya ditekan oleh guru sampai pada tingkat
frekuensi yang paling minim.
2) Pimpinan sekolah
Pimpinan sekolah yang terdiri dari kepala sekolah dan wakil-wakilnya,
secara langsung maupun tidak langsung meruapkan ”motor penggerakan”
bagi guru untuk bersikap dan berprilaku. Jika pemimpin sekolah
bersikapbaik kepada guru, memberikan dorongan atau motivasi untuk hal-
hal yang berkenan dengan pelaksanaan tugas mengajar dan tugas-tugas
lain di sekolah, maka guru yang bersangkutan akan melaksanakan tugas-
tugasnya dengan mantap.
Sebaliknya, jika pimpinan sekolah kurang memberikan motivasi atau
bahkan tidak menyetujui apa yang sedang dan akan dilaksanakan oleh
guru, maka pelaksanaan tugasnya tidak akan mantap. Maka dari itu
kemantapan kerja guru akan berpengaruh terhadap kualitas proses
pembelajaran.
3) Teman sejawat.
Kesetiakawanan antar guru, selain dapat memberikan dorongan atau
motivasi kerja, terutama dalam menyiapkan dan menciptakan proses
belajar mengajar yang diinginkan.
4) Pegawai TU
Untuk memenuhi kebutuhan pengajaran, guru mungkin berhubungan
dengan pegawai tata usaha untuk meminta atau meminjam alat-alat
pembelajaran, buku pegangan atau media pendidikan.
5) Wali murid/Wali siswa
Dalam proses pembelajaran, baik itu dilingkungan sekolah maupun
lingkungan keluarga, orang tua merupakan salah satunya faktor pendukung
berhasilnya siswa dalam belajar, oleh karena itu hubungan guru dan orang
tua harus berhubungan dengan baik. Agar terjalin hubungan yang
harmonis antara guru dengan orang tua siswa. Hal-hal tersebut akan
berpengaruh terhadap kualitas proses pembelajaran di sekolah.
6) Situasi lingkungan
Situasi lingkungan yang kurang mendukung seperti letak geografis,
kenyamanan, keamanan, dan hubungan yang baik dengan masyarakat
sekitar, akan mempunyai pengaruh langsung bagi pandangan guru
terhadap lingkungan tersebut.
22
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT: Kreasi Jaya Utama, 1989),
Cet. Ke-2, hlm. 9
اaYَ`َْ}ِْ َﻥVَْ اlِ}َWَc َْ\ُْآaَVَْۚ وiُXَV َْ\ِV ِoَ اPِ] ٍ
َfْ رَﺡWَfَِc
ِذَاWَc ِۚrْ]َWْV اgِc ْiُوِرْهWَْ وَﺵiُXَV ْrِ`َْْْ وَاﺱiXُ ْ\َ ُْWَc َِۖVْaََ ﺡPِ]
َ )الPِْ}َآaَُfV اYِbُR َo اUِۗ اِنo اgَ}َ َkUَآaََc َْ]َtَ
(159:انrf
Artinya:
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah
mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah
dengan mereka dalam urusan itu. (Q.S. Ali ’Imran: 159)23
Pada kata-kata ْiُXَV َْ\ِV yang berarti lemah lembut merupakan salah satu
kepribadian yang harus dimiliki seorang guru. Hendaklah dalam membimbing
seorang guru bersifat lemah lembut terhadap siswanya. Jangan keras hati dan
kasar (galak), karena hal tersebut dapat menyebabkan siswa menjauhkan diri
dari gurunya, dan akan mempengaruhi kegiatan belajar mengajar, hal itu pula
akan berpengaruh terhadap prestasi belajarnya.
Sejalan dengan ayat di atas, guru mendapat penghormatan dan kedudukan
yang tinggi. Karena besar jasa dalam membimbing, mengarah, memberi
pengetahuan, membentuk akhlak, dan menyiapkan diri siswa agar dapat
menghadapi masa depan. Dikalangan umat Islam terdapat pandangan bahwa
status guru sangat tinggi nilainya, karena mempunyai fungsi kepemimpinan.
23
Depertement Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 71
24
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), Cet. Ke-2,
hlm. 116
Kepribadian yang terpancar dari sifat-sifat pendidik yang telah disebutkan
di atas, hendaknya dapat diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar. Sehingga dimungkinkan mencapai tujuan pendidikan yang
diinginkan.
Kepribadian merupakan ciri khas yang ada dalam setiap individu dalam
interaksi dengan orang lain. Kepribadian itu bersifat unik dan menjadikan
setiap individu berbeda satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, maka
setiap guru memiliki ciri khas masing-masing dalam mengajar dan
membimbing siswa sesuai dengan kepribadian yang dimilikinya.
Guru yang berkepribadian baik adalah pendidik yang berinteraksi dan
manjalankan hubungan dengan siswa secara baik dalam rangka tujuan
pendidikan. Kepribadian gurulah yang akan menjadi contoh dan idola bagi
siswa, yang selanjutnya menjadikan siswa, memiliki kepatuhan dan ketaatan
dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Siswa akan merasa senang melakukan semua kegiatan yang dapat
memuaskan hati gurunya, hal tersebut dapat berupa kegairahan dan
kesungguhan dalam mengikuti setiap pelajaran yang dajarkan oleh guru.
Sehingga dengan itu kemungkinan berpengaruh pula pada hasil belajarnya.
25
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen,
(Jakarta: CV. Eko Jaya, 2006), hlm. 4.
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan
antar umat beragama.26
Sedangkan menurut A. Tafsir pendidikan agama Islam adalah bimbingan
yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dia berkembang secara
maksimal sesuai dengan ajaran Islam.27
Guru bila disimpulkan dari beberapa pendapat di atas, mempunyai tugas
bukan saja mengajar dan memberi ilmu yang sesuai dengan kurikulum yang
berlaku. Guru selain mengajar juga harus mendidik dan memberi contoh yang
baik untuk muridnya. Begitu juga dengan guru Pendidikan Agama Islam,
mereka harus mengajar dan mendidik siswanya sesuai dengan ajaran Islam dan
menjaga kerukunan antar umat beragama tidak ada perbedaan satu sama
lainnya.
26
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. Ke-2, hlm. 130
27
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, hlm.
130
28
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2007), hlm. 44
menggunakan kata-kata mu’allim sebagai panggilan untuk seseorang yang
tinggi ilmu agamanya.
Kata Murabby berasal dari kata dasar Rabb. Tuhan adalah sebagai Rabb
al-’alamin dan Rabb al-nas, yakni yang menciptakan, mengatur dan
memelihara alam seisinya termasuk manusia. Manusia sebagai khalifah-Nya
diberi tugas untuk menumbuhkembangkan kreativitasnya agar mampu
mengkreasi, mengatur dan memelihara alam seisinya. Di lihat dari pengertian
ini, maka tugas guru adalah mendidik dan menyiapkan peserta didik agar
mampu berkreasi, sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk
tidak menimbulkan malapeteka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.
Kata mursyid biasa digunakan untuk guru dalam Thariqah (Tasawuf).
Seorang mursyid (guru) berusaha menularkan penghayatan (transinternalisasi)
akhlak dan/atau kepribadiannya kepada peserta didiknya, baik yang berupa etos
ibadahnya, etos kerjanya, etos belajarnya maupun dedikasinya yang serba
Lillahi Ta’ala.
Kata mudarris berasal dari akar kata darasa - yadrusu - darsan wa
durusan wa dirasatan, yang berarti: terhapus, hilang bekasnya, menghapus,
menjadikan usang, melatih, dan mempelajari. Dilihat dari pengertian ini, maka
tugas guru adalah berusaha mencerdaskan peserta didiknya, menghilangkan
ketidaktahuan atau memberantas kebodohan mereka, serta melatih
keterampilan mereka sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
Sedangkan kata mu’addib berasal dari kata adab, yang berarti moral, etika,
dan adab atau kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir dan batin), sehingga
guru adalah orang yang beradab sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk
membangun peradaban (civilization) yang berkualitas di masa depan.
Dari hasil telaah terhadap istilah-istilah guru dalam literatur kependidikan
Islam, ditemukan bahwa bahwa guru adalah orang yang memiliki fungsi dan
karakteristik serta tugas-tugas sebagai berikut:
FUNGSI GURU/PENDIDIK SERTA KARAKTERISTIK DAN
TUGASNYA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
FUNGSI
NO. KARAKTERISTIK DAN TUGAS
GURU/PENDIDIK
Orang yang berkomitmen terhadap
profesionalitas, yang melekat pada
dirinya sikap dedikatif, komitmen
1. Ustadz
terhadap mutu proses dan hasil kerja,
serta setiap continous improvement.
29
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, hlm. 50-51
30
Departement Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 593
31
Frista Artamanda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media, 2003),
hlm. 829
32
Ngalim Purwanto, psikologi pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosydakarya, 1994),
Cet ke-10, hlm. 60
33
Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi (Jakarta: Rineka Cipta, 1993) Cet. Pertama,
hlm. 160
34
H. M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional IAIN
Fakultas Tarbiyah, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2007), Cet Ke- 3, hlm. 85
Mc. Donald, sebagaimana dikutip oleh Sardiman AM dalam bukunya.
Mendefinisikan motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya ”feeling” dan didahului dengan adanya tanggapan
terhadap adanya tujuan.35
M. Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa motivasi adalah pendorong
suatu usaha yang didasari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar
menjadi tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga
mencapai hasil atau tujuan.36
M. Utsman Najati, motivasi adalah kekuatan penggerak yang
membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku
serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu.37
Selanjutnya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”motivasi adalah
usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu
melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki atau
mendapat kepuasan dengan perbuatannya.”38
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli bahwa
motivasi adalah sesuatu perubahan yang terdapat pada diri seseorang untuk
melakukan sesuatu guna mencapai tujuan.
Dapat disimpulkan bahwa motivasi sebagai suatu perubahan energi dalam
diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului
dengan adanya tujuan, maka dalam motivasi terkandung tiga unsur penting,
yaitu:
a. Bahwa motivasi itu diawali terjadinya perubahan energi pada setiap
diri individu manusia, perkembangan motivasi akan membawa
beberapa perubahan energi didalam sistem "Neurophysiological" yang
ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan manusia,
penampilannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
35
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: CV. Rajawali,
1996), Cet. Ket-6, hlm. 71
36
Ngalim Purwanto, psikologi pendidikan, hlm. 71
37
Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam
Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 132
38
Departement Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 593
b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa "feeling", afeksi seseorang.
Dalam ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan,
afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam
hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi yakni tujuan.39
Dengan demikian yang dimaksud motivasi belajar adalah keseluruhan
daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu
dapat dicapai.
39
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, hlm. 73
40
H. M Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, hlm. 85
c. Adanya cita-cita atau aspirasi. 41
b. Motivasi Ekstrinsik
Adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga
mendorong untuk melakukan kegiatan belajar. Contoh kongkret motivasi
ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar yaitu pujian dan
hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua, guru dan
seterusnya.
Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik
maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, siswa dapat
mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan
memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajarnya.
41
Akyas Azhari, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Dina Utama Semarang, 1996), Cet
ke-1, hlm. 75
menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik,
sebab tidak serasi dengan tujuan.
Disamping itu ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi
sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi seseorang melakukan usaha
karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan
menunjukan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha
yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang
belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi
seorang siswa akan sangat menentukan tingkatan pencapaian prestasi
belajarnya.42
Sejalan dengan arti dan fungsi motivasi tersebut, dalam Agama Islam ada
sejenis motivasi yang arti dan fungsinya sama yaitu ”niat”, seperti yang
dikemukakan oleh Rosulullah SAW dalam sebuah Hadits ”sesungguhnya amal
itu tergantung dari niatnya, dan dan setiap orang akan mendapatkan sesuatu
(balasan perbuatan) sesuai dengan niatya”.43
Dengan demikian niat itu sama dengan motivasi yang akan mendorong
orang untuk bekerja dan siswa untuk belajar, atau melakukan sesuatu dengan
sungguh-sungguh. Selanjutnya niat/motivasi itulah yang akan menentukan
balasan sebagai hasil pebuatannya.
C. Kerangka Berfikir
Kepribadian merupakan ciri khas yang ada dalam setiap individu dalam
interaksi dengan orang lain, kepribadian itu bersifat unik dan mejadikan setiap
individu berbeda dengan yang lainnya, dengan demikian maka setiap guru
memiliki ciri khas masing-masing dalam mengajar dan membimbing siswa sesuai
dengan kepribadian yang dimilikinya walaupun mereka mengajar bidang studi
yang sama.
Guru yang berkepribadian baik adalah guru yang berintraksi dan menjalin
hubungan dengan siswa secara baik dalam rangka tujuan pendidikan. Kepribadian
gurulah yang akan menjadi contoh dan idola bagi siswa, yang selanjutnya
menjadikan siswa memiliki kepatuhan dan ketaatan dalam menjalankan tugas-
tugas yang diberikan oleh guru, siswa akan merasa senang melakukan semua
kegiatan yang dapat memuaskan hati gurunya dapat berupa kegairahan dan
kesungguhan dalam mengikuti setiap pelajaran yang diajarkan oleh guru.
Sehingga dengan itu kemungkinan akan berpengaruh pula pada hasil belajarnya.
Motivasi belajar siswa merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu
tercapai. Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi intrinsik maupun
ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi siswa dapat mengembangkan
aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam
melakukan kegiatan belajar.
Kesiapan dan kematangan guru dalam membaca karakter anak dalam
belajar adalah bagian yang sangat penting guna menarik perhatian anak tehadap
pelajaran, karena dengan kematangan dalam persiapan yang mencakup rancangan
sikap dari kepribadian yang akan ditampilkan didepan kelas dapat membangkitkan
motivasi siswa untuk tertarik pada pelajaran. Jika seseorang guru pendidikan
agama Islam memiliki kepribadian yang baik dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan, maka akan terdapat hubungan pula dengan motivasi belajar siswa.
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan yang sifatnya sementara dan ditarik
berdasarkan fakta yang ada serta akan dibuktikan kebenarannya. Maka dugaan
sementara penelitian ini berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan di atas,
mengenai hubungan kepribadian guru pendidikan agama Islam dengan motivasi
belajar siswa SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor adalah:
Hipotesis Alternatif (Ha) : Ada hubungan positif yang signifikan antara
kepribadian guru pendidikan agama Islam dengan
motivasi belajar siswa.
Hipotesis Nihil (Ho) : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara
kepribadian guru pendidikan agama Islam dengan
motivasi belajar siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan objek pengamatan atau fenomena yang
diteliti.46 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang merupakan variabel
bebas (independent) dan variabel terikat (dependent).
Variabel penelitian adalah perubahan prilaku yang bisa diukur. Adapun
yang dijadikan variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas atau variabel independent (variabel X) adalah variabel
bebas yang sedang dianalisis hubungannya dengan variabel terikat.
Dalam hal ini variabel bebasnya adalah kepribadian Guru Pendidikan
Agama Islam.
2. Variabel terikat atau variabel dependent (variabel Y) adalah variabel
yang sedang dianalisis tingkat hubungannya oleh variabel independent
dalam hal ini variabel dependentnya adalah motivasi belajar siswa.
46
Ibnu Hajar, Dasar-dasar Penelitian Kwantitatif dalam Penelitian, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada), Cet ke-1, hlm. 156
47
Ibnu Hajar, Dasar-dasar Penelitian Kwantitatif dalam Penelitian. hlm. 156
Mengenai populasi guru, penulis mengambil guru di SMP Islam Al-
Mukhlishin Ciseeng Bogor. Karena jumlah guru tersebut cukup banyak, maka
untuk memudahkan penulis dalam penelitian ini, guru yang dijadikan sampel
adalah guru pendidikan agama Islam kelas 2A dan 2B.
Adapun populasi siswa yang menjadi objek penelitian adalah siswa kelas
2A dan 2B SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor. Tidak semua siswa
dijadikan sampel penelitian, tetapi yang dijadikan sampel penelitian adalah
kelas 2A sebanyak 20 siswa terdiri dari 20 siswa putri, dan kelas 2B sebanyak
20 siswa terdiri dari 20 siswa putra, dari jumlah keseluruhan siswa kelas 2
SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor sebanyak 77 siswa, jadi total
seluruh responden sebanyak 40 siswa.
Siswa yang dijadikan sampel penelitian dipilih secara acak (random
sampling) dari masing-masing kelas dengan batas jumlah sampel ditentukan
banyaknya sesuai ketentuan di atas. Dengan demikian siswa memiliki
kesempatan yang sama untuk menjadi responden.
1. Observasi
Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi ini dilakukan untuk
mendapatkan data yang berkaitan dengan penelitian dan merupakan alat
pengumpulan data dengan cara mendatangi langsung, mengamati dan
mencatat. Observasi ini dilakukan dengan cara mendatangi sekolah yang
menjadi tempat observasi.
2. Wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara atau interview adalah metode
pengumpulan data dengan jalan tanya jawab antara dua orang atau lebih secara
langsung. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang berdasarkan
dari laporan verbal, pada wawancara ini terdapat dialog yang dilakukan oleh
penulis dengan yang diwawancara. Untuk mendapatkan data yang objektif
penulis mengadakan wawancara kepada Kepala Sekolah SMP Islam AL-
Mukhlishin dan Guru Pendidikan Agama Islam.
3. Angket
Yaitu daftar pertanyaan yang diberikan kepada siswa kelas 2A dan 2B
SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor yaitu kelas 2A sebanyak 20 siswa
terdiri dari 20 siswa putri, dan kelas 2B sebanyak 20 siswa terdiri dari 20 siswa
putra, dari jumlah keseluruhan siswa kelas 2 SMP Islam Al-Mukhlishin
Ciseeng Bogor sebanyak 77 siswa, jadi total seluruh responden sebanyak 40
siswa dari seluruh jumlah siswa kelas 2 SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng
Bogor. Mengenai kisi-kisi angket kepribadian guru pendidikan agama Islam
dan motivasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1
Sifat guru 5, 6 2
Profesi guru 7, 8, 9, 10 4
2. Motivasi Intrinsik 11, 12, 13 3
Tabel 2
P= f x 100%
N
Keterangan:
P = Prosentase yang dicari
F = Frekuensi
N = Number of cases48
48
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1995),
Cet. Ke-6, Hlm 193
Keterangan:
r = Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
N = Jumlah Responden
∑ = Jumlah Skor
x = Variabel Bebas
y = Variabel Terikat
BAB IV
HASIL PENELITIAN
B. Deskripsi Data
Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, bahwa salah satu
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan angket, untuk memperoleh data tentang pandangan siswa terhadap
kepribadian guru dalam membangkitkan motivasi belajar siswa.
Angket disusun berdasarkan pokok penelitian dan indikator dari variabel
yang diteliti, yaitu pandangan siswa terhadap sifat, sikap, dan prilaku guru. Dan
motivasi siswa yang meliputi adanya motivasi dari dalam (intrinsik) pada siswa,
upaya guru membangkitkan motivasi dan dorongan orang tua terhadap belajar
siswa.
Angket terdiri dari 20 pertanyaan, 10 pertanyaan mengenai pandangan
siswa terhadap kepribadian guru dan 10 pertanyaan berikutnya mengenai motivasi
siswa dalam belajar.
Pembahasan mengenai hasil angket dengan membuat tabulasi yang
merupakan proses mengubah data dari instrumen pengumpulan data (angket)
menjadi tabel-tabel angka (persentase), dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:
Tabel 3
Sikap dan sifat dari prilaku guru
N=40
No Sikap Baik Guru F %
1 Selalu 23 57,5
Sering 15 37,5
Kadang-kadang 2 5
Tidak Pernah -
No Sikap Adil Guru F %
2 Selalu 19 47,5
Sering 11 27,5
Kadang-kadang 10 25
Tidak Pernah -
No Sikap fleksibel guru terhadap siswa F %
3 Selalu 14 35
Sering 19 47,5
Kadang-kadang 6 15
Tidak Pernah 1 2,5
No Sikap ekspresif guru terhadap siswa F %
4 Selalu 12 30
Sering 18 45
Kadang-kadang 8 20
Tidak Pernah 2 5
No Keikhlasan dan kejujuran guru dalam mengajar F %
5 Selalu 28 70
Sering 12 30
Kadang-kadang -
Tidak Pernah -
No Siswa mencontoh prilaku guru yang baik F %
6 Selalu 15 37,5
Sering 20 50
Kadang-kadang 5 12,5
Tidak Pernah -
Tabel 4
Profesi sebagai guru
N=40
No Ketepatan waktu Guru F %
7 Selalu 15 37,5
Sering 15 37,5
Kadang-kadang 10 25
Tidak Pernah -
No Penguasaan materi ajar F %
8 Selalu 28 70
Sering 8 20
Kadang-kadang 4 10
Tidak Pernah -
No Mengetahui bakat, minat dan watak siswa F %
9 Selalu 14 35
Sering 6 15
Kadang-kadang 20 50
Tidak Pernah -
No Kreatifitas dan keterampilan guru dalam mengajar F %
10 Selalu 16 40
Sering 15 37,5
Kadang-kadang 9 22,5
Tidak Pernah -
Tabel 4, No 7 di atas, guru selalu masuk ke kelas tepat waktu, (37,5%)
siswa menjawab selalu dan sering guru selalu masuk tepat pada waktunya dan
(25%) siswa menjawab kadang-kadang guru masuk tepat pada waktunya.
No 8 di atas, guru dapat menguasai materi, sebagian umu siswa menjawab
guru selalu menguasai materi (70%), (20%) siswa menjawab guru sering
menguasai materi, dan (10%) siswa menjawab kadang-kadang guru menguasai
materi.
No 9 di atas, guru mengetahui bakat, minat, dan watak siswa, sebagian
siswa menjawab kadang guru mengetahui bakat, minat, dan watak siswa (50%),
sebanyak (35%) siswa menjawa guru selalu mengetahui minat, bakat, dan watak
siswa, dan (15%) siswa menjawa guru sering mengetahui minat, bakat, dan watak
siswa.
No 10 di atas, guru mempunyai kecerdikan dan ketrampilan dalam
menciptakan metode pengajaran, minoritas siswa menjawab guru mempunyai
kecerdikan dan ketrampilan dalam menciptakan metode pengajaran (22,5%),
sebanyak (40%) siswa menjawab geru selalu menciptakan metode pengajaran
dengan kecerdikan dan ketrampilan, dan (37,%%) siswa menjawab guru sering
mempunyai kecerdikan dan ketrampilan dalam menciptakan metode pengajaran.
Tabel 5
Motivasi intrinsik pada siswa
N=40
No Semangat siswa dalam belajar F %
11 Selalu 12 30
Sering 18 45
Kadang-kadang 10 25
Tidak Pernah -
No Kegemaran siswa dalam membaca F %
12 Selalu 4 10
Sering 10 25
Kadang-kadang 26 65
Tidak Pernah -
No Menggunakan waktu belajar dengan baik F %
13 Selalu 8 20
Sering 11 27,5
Kadang-kadang 21 52,5
Tidak Pernah -
Tabel 6
Upaya-upaya guru pendidikan agama Islam
dalam membangkitkan motivasi belajar siswa
N=40
No Metode yang digunakan guru menyenangkan F %
14 Selalu 5 12,5
Sering 25 62,5
Kadang-kadang 10 25
Tidak Pernah -
No Guru menyuruh siswa belajar F %
15 Selalu 29 72,5
Sering 11 27,5
Kadang-kadang -
Tidak Pernah -
No Guru memotivasi siswa untuk belajar di luar sekolah F %
16 Selalu 7 17,5
Sering 21 52,5
Kadang-kadang 9 22,5
Tidak Pernah 3 7,5
No Pujian guru kepada siswa F %
17 Selalu 18 45
Sering 15 37,5
Kadang-kadang 7 17,5
Tidak Pernah -
No Pemberian evaluasi F %
18 Selalu 3 7,5
Sering 15 37,5
Kadang-kadang 22 55
Tidak Pernah -
Tabel 7
Motivasi yang diberikan orang tua kepada siswa
N=40
No Orang tua menyuruh siswa belajar F %
19 Selalu 27 67,5
Sering 9 22,5
Kadang-kadang 4 10
Tidak Pernah -
No Keterlibatan orang tua dalam mengajar siswa F %
20 Selalu 5 12,5
Sering 12 30
Kadang-kadang 16 40
Tidak Pernah 7 17,5
Tabel 7, No 19 di atas, orang tua suka menyuruh belajar, pada umumnya
siswa menjawab orang tua selalu menyuruh siswa belajar (67,5%), (22,5%) siswa
menjawab orang tua sering menyuruh siswa belajar, dan (10%) siswa menjawab
orang tua kadang-kadang menyuruh belajar.
No 20 di atas, (17,5%) siswa menjawab orang tua tidak pernah terlibat
dalam mengajar siswa dengan alasan berada di pondok pesantren, (40%) siswa
menjawab kadang-kadang orang tua terlibat dalam mengajar siswa, (30%) siswa
menjawab sering orang tua terlibat dalam mengajar siswa, dan (12,5%) siswa
menjawab orang tua selalu terlibat dalam mengajar siswa.
NOMOR
NILAI
RESPONDEN
1. 37
2. 38
3. 32
4. 38
5. 22
6. 23
7. 28
8. 38
9. 33
10. 29
11. 34
12. 36
13. 32
14. 38
15. 33
16. 38
17. 38
18. 28
19. 28
20. 29
21. 29
22. 30
23. 29
24. 35
25. 39
26. 33
27. 38
28. 34
29. 29
30. 27
31. 34
32. 33
33. 26
34. 33
35. 23
36. 27
37. 30
38. 34
39. 32
40. 34
Jumlah 1281
Tabel 9
Motivasi belajar siswa
SMP Islam Al-Mukhlishin
NOMOR
NILAI
RESPONDEN
1. 31
2. 31
3. 31
4. 29
5. 29
6. 26
7. 28
8. 30
9. 23
10. 25
11. 29
12. 32
13. 31
14. 31
15. 31
16. 31
17. 30
18. 31
19. 25
20. 34
21. 24
22. 26
23. 22
24. 35
25. 33
26. 31
27. 31
28. 31
29. 29
30. 26
31. 34
32. 28
33. 29
34. 28
35. 19
36. 26
37. 29
38. 34
39. 27
40. 32
Jumlah 1162
Data tingkat motivasi belajar siswa bila dikelompokkan dari nilai tertinggi
sampai nilai terendah rata-ratanya dapat diketahui dengan menggunakan rumus:
My = ∑y
N
My = Mean
∑y = Jumlah nilai variabel y
N = Number of class
My = 1162 = 29.05
40
Nilai rata-rata motivasi belajar siswa SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng
Bogor adalah 29.05. Sedangkan nilai tertinggi adalah 35.
Selanjutnya untuk melihat hubungan yang terjadi antara variabel-variabel
dalam penelitian, maka teknik analisa menggunakan analisa kuantitatif teknik
analisa product moment Karl person, untuk mencari koefisien korelasi antara dua
variabel, yaitu:
1. variabel independent (x) adalah kepribadian guru yang meliputi
pandangan siswa tentang sifat, sikap, dan prilaku guru yang ideal.
2. variabel dependent (y) adalah motivasi belajar siswa yang meliputi
adanya kesadaran siswa untuk belajar, upaya guru dalam
membangkitkan motivasi belajar siswa dan tugas orang tua memberikan
motivasi.
Adapun langkah-langkah perhitungan dapat dilihat pada rekaputilasi data
berikut:
Tabel 10
Uji Korelasi Antara Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam
Dengan Motivasi Belajar Siswa
di SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor
No
x y x² y² xy
Responden
1 37 31 1369 961 1147
2 38 31 1444 961 1178
3 32 31 1024 961 992
4 38 29 1444 841 1102
5 22 29 484 841 638
6 23 26 529 676 598
7 28 28 784 784 784
8 38 30 1444 900 1140
9 33 23 1089 529 759
10 29 25 841 625 725
11 34 29 1156 841 986
12 36 32 1296 1024 1152
13 32 31 1024 961 992
14 38 31 1444 961 1178
15 33 31 1089 961 1023
16 38 31 1444 961 1178
17 38 30 1444 900 1140
18 28 31 784 961 868
19 28 25 784 625 700
20 29 34 841 1156 986
21 29 24 841 576 696
22 30 26 900 676 780
23 29 22 841 484 638
24 35 35 1225 1225 1225
25 39 33 1521 1089 1287
26 33 31 1089 961 1023
27 38 31 1444 961 1178
28 34 31 1156 961 1054
29 29 29 841 841 841
30 27 26 729 676 702
31 34 34 1156 1156 1156
32 33 28 1089 784 924
33 26 29 676 841 754
34 33 28 1089 784 924
35 23 19 529 361 437
36 27 26 729 676 702
37 30 29 900 841 870
38 34 34 1156 1156 1156
39 32 27 1024 729 864
40 34 32 1156 1024 1088
Σ 1281 1162 41849 34232 37565
Dari data tersebut, maka dapat dicari nilai koefisien korelasi:
Untuk hipotesa maka “r” observasi yang didapat dari perhitungan statistik
dibandingkan dengan “r” dalam tabel nilai “r” product moment (r). Dengan
terlebih dahulu mencari derajat bebas (db) atau degrees of freedomnya (df) angka
yang diperoleh adalah:
df = N – nr
= 40 – 2 = 38
ro = 0,561
rt = pada taraf signifikansi 5% = 0,304
rt = pada taraf signifikansi 1% = 0,393
Tabel 11
Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment
dari Pearson untuk Berbagai df
df
(degrees of freedom)
Banyak variabel yang Banyak variabel yang
atau:
dikorelasikan dikorelasikan
db
(derajat bebas)
2 2
Harga “ r “ pada taraf Harga “ r “ pada taraf
signifikansi signifikansi
5% 1%
1 0,997 1,000
2 0,950 0,990
3 0,878 0,959
4 0,811 0,917
5 0,754 0,874
6 0,707 0,834
7 0,666 0,798
8 0,632 0,765
9 0,602 0,735
10 0,576 0,708
11 0,553 0,684
12 0,532 0,661
13 0,514 0,641
14 0,497 0,623
15 0,482 0,606
16 0,468 0,590
17 0,456 0,575
18 0,444 0,561
19 0,433 0,549
20 0,423 0,537
21 0,413 0,526
22 0,404 0,515
23 0,396 0,505
24 0,388 0,496
25 0,381 0,487
26 0,374 0,478
27 0,367 0,470
28 0,361 0,463
29 0,355 0,456
30 0,349 0,449
35 0,325 0,418
40 0,304 0,392
45 0,288 0,372
50 0,273 0,354
60 0,250 0,325
70 0,232 0,302
80 0,217 0,283
90 0,205 0,267
100 0,195 0,254
125 0,174 0,228
150 0,159 0,208
200 0,138 0,181
300 0,113 0,148
400 0,098 0,128
500 0,088 0,115
1000 0,062 0,081
Kp = r2 x 100%
r = 0,561 dibulatkan menjadi 0,6
Kp = 0,62 x 100
= 0,36 x 100
= 36%
Angka koefisien penentu sebesar 36% menunjukkan adanya hubungan
antara kepribadian guru pendidikan agama Islam dengan motivasi belajar siswa.
Sisanya 64% merupakan variabel yang tidak dimasukkan dalam penelitian.
Metode yang digunakan guru, keterampilan guru dalam menggunakan media
pelajaran dan sebagainya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepribadian (sikap, sifat, dan perilaku) guru pendidikan agama Islam yang
biasa terlihat, baik itu dilingkungan sekolah terutama di kelas, merupakan bagian
penting dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar.
Dari hasil angket, kepribadian guru dalam proses pembelajaran menunjukkan
kepribadian yang sangat baik, dengan rentangan perolehan nilai 70% dari angket
responden 40 orang siswa. Perbandingannya, sangat tinggi 70%, tinggi 50%,
sedang 30%, dan rendah 5%.
Begitu juga dengan motivasi belajar siswa. Dari hasil angket, motivasi belajar
siswa dalam proses pembelajaran menunjukkan morivasi yang sangat baik,
dengan rentangan perolehan nilai 72,5% dari angket. Perbandingannya, sangat
tinggi 72,5%, tinggi 62,5%, sedang 55%, dan rendah 17,5%.
Adapun hubungan kepribadian guru pendidikan agama Islam dengan motivasi
belajar siswa, memiliki nilai koefisien korelasi 0,561 yang berarti terdapat
korelasi yang positif, hasil korelasi ini adalah korelasi sedang. Hubungan
kepribadian guru pendidikan agama Islam (x) dengan motivasi belajar siswa (y)
mendapat angka koefisien determinasi sebanyak 36%, sedangkan sisanya 64%
merupakan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian.
B. Saran
Kepribadian guru di sekolah menjadi contoh bagi siswa, guru yang
berkepribadian kurang baik, cenderung tidak disukai oleh siswa apalagi
termotivasi. Untuk itu hendaklah sebagai guru terlebih guru pendidikan agama
Islam agar dapat memilki kepribadian yang baik, karena kepribadian seorang guru
yang tercermin dalam kesehariannya menjadi salah satu faktor berhasilnya proses
belajar mengajar. Siswa akan senang, semangat dan termotivasi untuk belajar di
kelas karena kepribadian gurunya.
Dalam hal memotivasi para siswanya, hendaklah seorang guru terlebih
guru pendidikan agama Islam lebih memotivasi siswanya agar dapat memotivasi
dirinya sendiri. Semangat dalam belajar, gemar membaca adalah motivasi dari
dalam diri siswa sendiri, motivasi mereka, sehinga tidak hanya menunggu
motivasi dari gurunya.
Belajar tidak hanya ketika berada di sekolah. Di rumah, bahkan
dimanapun berada, siswa diharapkan mempunyai motivasi untuk belajar. Itulah
tugas guru terlebih guru pendidikan agama Islam untuk memotivasi siswanya,
agar dapat menimbulkan motivasi belajar dalam diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
NAMA :.................................
JENIS KELAMIN :.................................
KELAS :.................................
HARI/TANGGAL :.................................
B. PETUNJUK PENGISIAN
1. Kami mengharapkan kesediaan Anda untuk menjawab pertanyaan
dengan sebenarnya, karena kejujuran anda dapat membantu kami dalam
mengumpulkan data yang dapat dipertanggung jawabkan dalam
pelatihan.
2. Kami juga memberitahukan bahwa angket ini untuk keperluan ilmiah
dan semua dan semua jawaban anda kami jamin kerasiaannya.
3. Jawablah pertanyaan tersebut dengan memilih salah satu alternatif
jawaban yang ada dengan membubuhkan tanda lingkar (O) sesuai
dengan keadaan dan pendapat anda.
C. PERTANYAAN
1. Apakah guru anda masuk ke ruang kelas tepat pada waktunya?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
4. Apalah guru anda menguasai bidang studi yang diajarkan kepada anda?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
9. Apakah guru anda memiliki sifat ikhlas dan jujur dalam melaksanakan
tugas?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
10. Apakah anda suka mencontoh perilaku yang baik pada guru anda?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
16. Apakah orang tua anda suka menyuruh anda untuk belajar?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
17. Apakah orang tua anda suka membantu kesulitan belajar anda di
rumah?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
18. Apakah guru anda memotivasi siswa untuk belajar di luar sekolah?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
19. Apakah guru anda memberi pujian terhadap siswa yang berprestasi?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
Pertanyaan-pertanyaan :
1. Bagaimana pendapat bapak/Ibu tentang propesi guru?
2. Metode apakah yang Bapak/Ibu guru untuk menumbuhkan minat dan motivasi
siswa dalam nengikuti pelajaran yang Bapak/Ibu berikan?
3. Apa yang Bapak/Ibu lakukan ketika menemukan siswa yang tidak mempunyai
motivasi dalam belajar?
4. Usaha apa yang Bapak/Ibu lakukan untuk meningkatkan kualitas kepribadian
(sikap, tingkah laku, dan penampilan) guru sehari-hari?
5. Apakah yang Bapak/Ibu lakukan untuk menciptakan komunikasi yang
harmonis dengan siswa?
6. Menurut Bapak/Ibu bagaimanakah sifat, sikap dan tingkah laku (kepribadian)
guru yang baik maupun tidak baik?
Lampiran
Pertanyaan-pertanyaan :
1. Bagaimana latar belakang berdirinya SMP Islam Al-Mukhlishin!
2. Apa saja visi dan misi juga strategi yang ada di SMP Islam Al-Mukhlishin!
3. Bagaimana keadaan guru dan siswa yang ada di SMP Islam Al-Mukhlishin!
4. Menurut Bapak/Ibu bagaimanakah kepribadian guru yang baik maupun tidak
baik!
5. Apakah yang Bapak/Ibu lakukan untuk menciptakan komunikasi yang
harmonis dengan guru dan siswa?
6. Usaha apa yang Bapak/Ibu lakukan untuk meningkatkan kualitas kepribadian
(sikap, tingkah laku, dan penampilan) guru sehari-hari?