Skripsi
Diajukan kepada fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Sebagai syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam ( S.pd.I )
Disusun Oleh :
Susilawati
102011023477
Disusun Oleh :
SUSILAWATI
NIM : 102011023477
Dosen Pembimbing:
Sekretaris Jurusan
Drs. Sapiudin Shidiq, M.A
NIP. 1967 0328 200003 1 001 …………….......
…………………..
Penguji I
Drs. Abdul Haris, M.Ag
NIP. 19660901 1995 03 …………….......
…………………..
Penguji II
Drs. Sapiudin Shidiq, M.A
NIP. 1967 0328 200003 1 001 …………….......
…………………..
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
“ Susilawati “
Pembelajaran fiqih dan implementasinya pada ibadah shalat siswa kelas III
SMP Al-manshuriyah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pembelajaran fiqih
dan implementainya pada ibadah shalat siswa kelas III di SMP Al-manshuriyah
Jakarta kelas III Tahun ajaran 2009 / 2010.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
deskriptif analisis yang didukung dengan teknik pengumpulan data melalui
observasi, wawancara dan penyebaran angket yang berisi 25 pertanyaan tentang
pembelajaran fiqih (variabel x) dan implementasinya pada ibadah shalat siswa
(variabel y). angket ini disebarkan kepada siswa kelas III SMP Al-manshuriyah
Jakarta dengan teknik randon sampling, jawaban angket tersebut dihitung dengan
rumus prosentase kemudian diolah dan dijelaskan secara deskriptif. Kemudian
untuk mengetahui tingkat korelasi antara kedua variabel tersebut data dianalisis
dengan menggunakan koefisien korelasi product moment.
Dari hasil perhitungan dengan angka data korelasi antara pembelajaran
fiqih dan implementasinya pada ibadah shalat siswa diperoleh r hitung tersebut
dikonsultasikan dengan rtabel. Product moment pada table untuk nilai df (Degrees
of Freedom) = N – nr, yaitu 40-2 = 38 dengan memeriksa table nilai “r” product
moment ternyata bahwa df sebesar 38 pada taraf signifikasi 5 % rtabel = 0,304
ternyata “rxy” lebih besar dari pada rtabel maka hipotesis alternatif (ha) diterima,
sedangkan hipotesa nol di tolak sehingga dapat dikorelasikan ada korelasi yang
signifikan antara variabel x (pembelajaran fiqih) dan y (implementasinya pada
ibadah shalat siswa), sedangkan pada taraf I % diperoleh rtabel 0,393 dan pada taraf
ini juga ternyata perhitungan rxy lebih besar dari rtabel. Maka hipotesa alternatif
diterima dan hipotesa nol di tolak sehingga dapat diinterprestasikan pada taraf
signifikan 1 % ada korelasi positif yang signifikan antara variabel x (pembelajaran
fiqih) dan y (implementasinya pada ibadah shalat siswa).
Dengan demikian bahwa pada taraf signifikasi 5% maupun 1% terdapat
korelasi yang signifikan antara Variabel x (pembelajaran fiqih) dan Variabel y
(implementasinya pada ibadah Shalat siswa).
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segenap puja dan puji syukur yang mendalam penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, yang telah melimpahkan karunia, petunjuk, bimbingan dan yang
penting kesehatan lahir batin, sehingga dengan segala perjuangan penulisan
skripsi ini dapat tersusun sebagaimana mestinya. Shalawat serta salam semoga
tercurahkan oleh-Nya kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, para
sahabat, keluarga dan semua pengikutnya disepanjang zaman. Amin.
Diiringi dengan rasa hormat dan bangga penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang mendalam kepada :
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. H. Ahmad Syafi’ie Noor Dosen Bimbingan Skripsi yang telah
memberikan motifasi, nasihat dan arahan sehingga skripsi ini selesai
dengan baik.
5. Drs. Aminuddin Yakub, M.Ag, Penasehat Akademik yang telah
memberikan waktunya untuk selalu memberikan arahan dan nasehat serta
masukan sehingga skripsi dan perkuliahan ini selesai.
6. Para dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis, sehingga penulis memiliki bekal ilmu
pengetahuan.
7. H. Hamdani, SH Kepala Sekolah SMP Al-Manshuriyah Jakarta dan staf
guru-guru SMP Al-Mansyuriah yang telah membantu dalam penulisan
skripsi ini.
8. Ayahanda tercinta (Bp. Sukamdi) dan Ibunda tercinta (Ibu Nihaya) yang
telah menaruhkan kasih sayangnya yang tak terhingga dan khususnya
kepada suamiku tercinta (Muhammad Ali HS) yang selalu memberikan
cinta dan kasih sayangnya serta dukungannya, semangat dan do’a yang
tulus dan ikhlas sehingga penulis selalu semangat dalam menyelesaikan
skripsi ini, kepada buah hatiku (Allysa Nashwah Salsabila) I love you, ia
adalah semangat terkuat sehingga skripsi ini terselesaikan. Kepada adikku
(Endang. S) tank’s atas do’a dan dukungannya serta karib kerabat
(kakekku Bpk. Sabenih, Cing Ana, Pale Anto, Nini, Putra, Cing Mamud,
Cing Suroh, Roji, Ulfa, Masim dan si kecil Hafiz yang selalu memberikan
kasih sayang, perhatian dan nasihat-nasihat yang membuat penulis
termotivasi, sehingga dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini.
9. Guruku tercinta ayahanda (Dr. KH. Noor Muhammad Iskandar, SQ)
selaku pimpinan Pondok Pesantren Asshiddiqiyah serta para Ustaz dan
Ustazah yang telah memberikan ilmunya dan do’a sehingga penulis skripsi
ini terselesaikan dengan baik.
10. Spesial untuk pada sahabat-sahabatku tercinta yang lebih dulu
meninggalkan kampus emas ini, khususnya kelas 7A angkatan 2002 yang
selalu memberikan arahan dan motivasi yang kuat dalam penyusunan
skripsi ini, mudah-mudahan persaudaraan kita selalu diridhoi Allah SWT.
Kepada saudara dan teman-temanku di rumah terima kasih atas bantuan
dan motivasinya.
Semoga Allah melimpahkan rahmatnya pada mereka semua atas amal baik
yang telah diberikan. Akhirul kalam semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi yang membaca.
1
Khairon Rasyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), cet.l.h.135
2
Undang-undang Pendidikan Nasional, No.20 Tahun 2003.h. 14
Selain itu pun manusia sebagai mahluk sosial menghadapi lingkungan dan
masyarakat yang bervariasi. Dengan demikian pendidikan Islam tidak terbatas
hanya kepada “pengajaran” tentang ritus-ritus dan segi-segi formalistik agama.
Pendidikan agama Islam tidak hanya terletak pada ranah kognitif saja tetapi
juga mencakup pada ranah afektif dan psikomotorik. Sikap mental yang
dibarengi oleh tingkah laku yang baik. Apabila pengetahuan tidak dibarengi
dengan pembinaan sikap prilaku yang tidak diwujudkan pada pembiasaan
pengalamannya, maka hasil yang diharapkan tidak akan tercapai sebagaimana
tujuan pendidikan itu.
Secara jujur harus diakui bahwa pendidikan agama Islam masih belum
mendapat tempat dan waktu yang proporsional, terutama di sekolah umum.
Lebih dari itu karena tidak termasuk kelompok mata pelajaran yang di UAN
kan. Keberadaannya seringkali kurang mendapat perhatian. Pelaksanaan
pendidikan agama Islam di sekolah atau di madrasah dalam pelaksanaannya
masih terdapat berbagai permasalahan yang kurang menyenangkan. 3
Berbicara tentang pendidikan tidak lepas dari kegiatan belajar dan
membelajarkan karena keduanya saling terkait. Kegiatan belajar dan
membelajarkan merupakan hal yang berbeda tetapi membentuk suatu
kesatuan. Belajar dapat ditinjau dari dua segi, yaitu belajar sebagai proses
dapat diartikan upaya yang wajar melalui penyesuaian tingkahlaku. Sebagi
hasil belajar adalah tingkah laku yang diperoleh dari kegiatan belajar.
Membelajarkan adalah upaya pendidik untuk membantu agar peserta didik
melakukan kegiatan belajar, agar kegiatan pengajaran dapat berjalan secara
efesien dan efektif. Untuk itu diperlukan perencanaan yang tersusun secara
sistematis dengan proses pembelajaran yang lebih bermakna dan
mengaktifkan siswa.
Terlebih dalam mempelajari fiqh diperlukan adanya usaha yang efektif
dalam menyampaikan materi ilmu fiqh tersebut. Karena ilmu fiqh merupakan
suatu ilmu yang sangat penting diketahui oleh setiap orang. Ilmu fiqh yang
3
Abdul Majid. et.all, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan
Implementasi Kurukulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),cet.l.h.l
dibahas mengenai hukum Islam ini mengenai setiap manusia. Dalam
memperdalam diperlukan adanya ketentuan dan perhatian yang mendalam.
Kenyataan dalam kehidupan dan peradaban manusia di awal milinium
ketiga ini mengalami banyak perubahan. Dalam merespon fenomena itu,
manusia berpacu mengembangkan pendidikan baik di bidang ilmu-ilmu sosial,
ilmu alam, ilmu pasti maupun ilmu-ilmu terapan. Bersamaan dengan itu
muncul sejumlah krisis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya
krisis ekonomi, sosial, hukum, etnis, agama, golongan dan ras. Akibatnya
peranan serta aktivitas mata pelajaran fiqh sebagai pemberi nilai spiritual
terhadap kehidupan keberagamaan masyarakat dipertanyakan.
Terlebih melihat kenyataan yang terjadi sekarang banyak para pelajar
yang terpengaruh oleh arus modernisasi yang mengakibatkan mereka kurang
mengamalkan ajaran agama. Terutama masalah pelaksanaan ibadah, sering
kali terlihat siswa Madrasah Tsanawiyah yang belum melaksanakan shalat
dengan baik dan benar bahkan ada yang tidak melaksanakan sama sekali. Ini
menunjukan adanya ketidak sesuaian antara teori yang dimilikinya dari
pelajaran yang diajarkan di madrasah Tsanawiyah dengan pengalaman
ibadahnya (praktek).
Setelah ditelusuri, pembelajaran fiqih banyak mengalami beberapa
kendala, antara lain: waktu yang disediakan belum memadai untuk muatan
materi yang begitu padat dan penting, yakni menuntut pemantapan
pengetahuan hingga terbentuk watak dan kepribadian. Kendala lain adalah
kurangnya keikutsertaan guru mata pelajaran lain dalam memberi motivasi
kepada peserta didik untuk mempraktekan nilai-nilai fiqih dalam kehidupan
sehari-hari. Lalu lemahnya sumber daya guru dalam pegembangan
pendekatan dan metode yang lebih variatif. Minimnya berbagai sarana
penelitian dan pengembangan, serta rendahnya peran orang tua peserta didik. 4
4
Departemen Agama RI, Direktorat jenderal Kelembagaan Agama Islam, Kurikulum 2004
Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta : Departemen Agama RI, 2004), h. 45.
Hal tersebut melatarbelakangi penulis untuk mengadakan penelitian,
sehingga penulis mengambil judul “Pembelajaran Fiqih Dan Implementasinya
Pada Ibadah Shalat Siswa kelas III SMP Al-Manshuriyah Jakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Melihat latar belakang yang ada, maka penulis mengidentifikasi
masalah sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pembelajaran fiqih di SMP Al-Manshuriyah Jakarta.
2. Implementasi pembelajaran fiqih tersebut terhadap siswa kelas III SMP
Al-Manshuriyah Jakarta.
3. Dampak yang dapat mendukung dan menghambat pembelajaran fiqih.
4. Kaitan pelaksanaan ibadah siswa dengan pembelajaran fiqih.
1. Pembatasan Masalah
Karena luasnya masalah dalam penelitian, maka untuk memfokuskan
objek penelitian, penulis membatasi pembelajaran fiqih dan
implementasinya pada ibadah shalat siswa kelas III di SMP Al-
Manshuriyah Jakarta, difokuskan pada ibadah shalat wsjib.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka perumusan masalahnya
adalah bagaimana implementasi pembelajaran fiqh pada ibadah shalat
siswa?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui bagaimana pembelajaran fiqh dan impelementasinya
pada ibadah shalat siswa di SMP Al-Manshuriyah Jakarta.
2. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian antara lain untuk:
a. Untuk mengembangkan ilmu, terutama bagi penulis sendiri dalam
menekuni dan mendalami masalah-masalah yang dikaitkan dengan
pembelajaran fiqh terutama yang berkaitan dengan shalat.
b. Untuk mengembangkan wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam
merencanakan, mempersiapkan dan melaksanakan penelitian, baik
penelitian kepustakaan maupun lapangan.
c. Sebagai masukan bagi para pendidik dan memberikan motivasi dalam
meningkatkan pembelajaran fiqh di SMP Al-Manshuriyah Jakarta.
E. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data yang valid dan akurat dalam penulisan skripsi
ini penulis menggunakan dua prosedur penelitian, yaitu:
a. Pengertian belajar
7
5
Udin S. Winaputra, Drs. M.A. et.All, Materi Pokok Belajar dan Pembelajaran,
(Jakarta: Direktorat Jendral pembinaan Kelembangaan Islam dan Universitas Terbuka, I996),cet.2.
h.2.
6
Arif.S. Sadiman, et. All. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996). cet.l. h.7
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan
lingkungannya.
Burton menyatakan “learning is change in the individual due to
instruction of that individual and his environment, which fells a need
and makes him more capable op dealing adequately with his
environment. Dalam pengertian ini terdapat kata change atau
“perubahan” yang berarti bahwa seseorang telah mengalami perubahan
tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, ketrampilannya maupun
aspek sikapnya. 7
Proses belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja terlepas
dari adanya mengajar atau tidak. Proses belajar terjadi karena adanya
interaksi individu dengan lingkungannya. Menurut Arif S. Sadiman,
belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua
orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke
liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah
adanya perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan
yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan ketrampilan (psikomotorik)
maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). 8
Secara singkat dan secara umum, belajar dapat diartikan sebagai
perubahan prilaku yang relatip sebagai hasil adanya pengalaman.
Pengertian belajar memang selalu dikaitkan dengan perubahan, baik
yang meliputi keseluruhan tingkah laku individu maupun yang hanya
terjadi pada beberapa aspek dari kepribadian individu. Perubahan ini
dengan sendirinya dialami tiap-tiap individu atau manusia, terutama
hanya sekali sejak manusia dilahirkan. Sejak saat itu terjadi perubahan-
7
Moh. Uzer Usman, Drs. Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja
Rosdakarya.2003), Cet.5. h.5
8
Arif. S. Sadiman; Drs. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya,. h. 1
perubahan dalam arti perkembangan melalui fase-fasenya. Dan sejak
itu pula berlangsung proses belajar mengajar. 9
b. Mengajar
Mengajar menurut Burton adalah “The guidance of learning
activities, teaching is for purpose of aiding the pupil learn”. Mengajar
merupakan membimbing kegiatan siswa sehingga ia mau belajar.10
Mengajar adalah suatu perbuatan yang kompleks ( a highly
complexion process). Disebut kompleks karena dituntut dari
kemampuan personal, profesional, dan sosiokultural secara terpadu
dalam proses belajar mengajar. Dikatakan kompleks karena dituntut
adanya integrasi penguasaan materi dan metode, teori dan praktek
dalam intrruksi siswa.
Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang
memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri
dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan
intruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa
harus memainkan peran serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis
kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar mengajar
yang tersedia. 11
Dari teori-teori mengenai belajar dan pembelajaran dapat
disimpulkan bahwa belajar dan pembelajaran merupakan aktivitas
dimana guru dan murid berinteraksi. Interuksi demikian ini tidak saja
membutuhkan keterlibatan maksimal dari pihak murid melainkan juga
keterlibatan langsung dari pihak guru.
9
Alex Sobur , M.Si, Drs. Psikologi umum Dalam Lintasan Sejarah , (Bandung: Pustaka
Setia, 2003), Cet.l. h. 218-219
10
Moh. Uzer Usman, Drs. Menjadi Guru Profesional. h.2l
11
JJ. Hasibuan, Drs. Dip. Ed. et. all, Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995). Cet.6 h.3
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
12
Muhibbin Syah, Med., Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Jakarta :
Remaja Rosda Karya, 2001). Cet.XII. h. 132
13
Muhibbin Syah, Med., Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, ( h. 137)
lingkungan sosial .siswa adalah masyarakat dan tetangga juga
teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut.
Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi
kegialan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.
Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolahan keluarga, ketegangan
keluarga, dan demografi (letak rumah) keluarga. Semuanya dapat
memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan
hasil yang dicapai oleh siswa.
2) Lingkungan non sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah
gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa
dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar
yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini yang dipandang turut
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
c. Faktor pendekatan belajar (Approach to learning)
Faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Strategi dalam hal ini
berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian
rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar
tertentu. 14
14
Muhibbin Syah, Med., Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru Ibid. h. 38.
3. Ciri-ciri belajar
Ciri-ciri menunjukan bahwa seseorang melakukan kegiatan dapat
ditandai dengan adanya :
a. Perubahan tingkah laku yang actual atau potensial. Actual berarti
perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil belajar itu nyata dan
dapat dilihat seperti hasil belajar keterampilan motorik dan kognitif.
b. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bagi individu merupakan
kemampuan baru dalam bidang kognitif, afektif, atau psikomotorik,
yaitu kemampuan yang betul-betul diperoleh atau sebagai kemampuan
baru hasil perbaikan dan peningkatan dari kemampuan sebelumnya.
c. Adanya usaha aktifitas yang sengaja dilakukan oleh orang yang belajar
dengan pengalaman (memperhatikan, memikirkan, merasakan,
menghayati dan sebagainya) atau dengan latihan (melatih,
menirukan) 15
B. Pembelajaran Fiqh
1. Pengertian Fiqh
Fiqh menurut bahasa berarti paham, atau pengertian yang mendalam
tentang maksud dan tujuan suatu perkataan dan perbuatan, bukan hanya
mengetahui lahiriyah perkataan, atau perbuatan itu16. Pengertian ini
difahami dari kata “FIQIH” yang tercantum didalam beberapa ayat Al-
Qur’an, dan dalam hadis Nabawi, diantaranya adalah Firman Allah:
ﻻ ِء
َ َﻓﻤَﺎ ِﻟ َﻬ ُﺆ
( ٧٨: ) اﻟﺴﺎ ء
“Maka mengapa orang-orang (munafik) itu Hampir-hampir tidak
memahami pembicaraan sedikitpun” (An-Nisa : 78) 17
Pengertian Fiqih secara etimologi ini juga ditemukan dalam surat al-
hud, 11 ; 91. kemudian pengertian yang sama juga terdapat di dalam hadits
yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Muawiyah, sabda
Rasulullah saw :
15
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum nasional, (Jakarta :
Pedoman Ilmu Jaya, 1996) Cet. 2 hal. 57.
16
Muhammadiyah Djafar, H. Penghantar Ilmu Fiqh, (Jakarta: Kalam Mulia,
1993),cet.l.h.1
17
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surat An-nisa ayat 78, Mujamma’ Khadim al Haramain
asy Syarifain al Malik fahd li thiba’at al Mush-haf asy-Syarif Medinah Munawwarah P.O.Box.
3561, hal. 131-132
ﻰ اﻟ ّﺪ ﻳﻦ
ِ ﺧﻴْﺮًا ُﻳ َﻔ ِّﻘﻬْ ُﻪ ﻓ
َ َﻣﻦْ ُﻳ ِﺮ ِداﻟﻠّ ُﻪ ِﺑ ِﻪ
“Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang, maka ia akan
memberikan pemahaman agama (yang mendalam)” 18.
As-Saiyid al-Jurjani Di kutip oleh H. M. Abdullah Al-Manar.berkata
“fiqh pada lughah ialah memahami pembicaraan seseorang yang bicara. 19
Perkataan fiqh dijumpai dalam al-Quran dengan kata nafqoh,
tafqohum, yafqohu, yalafaqohu, yang disebut dalam tidak kurang dari dari
dua puluh ayat. Akan tetapi kata yang langsung mengaitkannya
dengan pengetahuan agama terdapat dalam ayat yang berbunyi :
18
As Suyuti jalaluddin, Abd Rahman, Al Jami’us Sagier, Juz 2. (Bandung: PT AL
ma’arif) h. 183
19
H.M. Abdullah al-manar, ibadah dan syariah, (Jakarta : Pamatas, 1999). H.6
20
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surat at-Taubah 122, Mujamma’ Khadim al Haramain
asy Syarifain al Malik fahd li thiba’at al Mush-haf asy-Syarif Medinah Munawwarah P.O.Box.
356, hal. 301-302
21
Majudin, Drasah Islamiyah, (Pasunan : Garoeda Buana Indah, 1995). Cet. 3. h.2
Sejalan dengan hal tersebut Ibnu Khaldun dalam muqoddimah al-
mubtada al khabar berkata dikutip oleh; H.M. Abdullah Al-Manar "fiqh
itu ialah ilmu yang dengannya diketahui segala hukum Allah yang
berhubungan dengan segala pekerjaan mukallaf, baik yang wajib, yang
haram, yang makruh dan yang mubah yang disimpukan (diistimbatkan)
dari al-Quran dan as-Sunnah dan dalil-dalil yang telah ditegaskan syara’
seperti qiyas” 22
Dalam terminologi Al-Quran dan Sunnah, Fiqh adalah pengetahuan
yang luas dan mendalam mengenai perintah-perintah dan realitas Islam
dan tidak memiliki relevansi khusus dengan bagian ilmu tertentu. Tetapi
dalam terminologi ulama, lambat laun secara khusus diterapkan pada
pemahaman yang mendalam atas hukum-hukum Islam. 23
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat fiqih
adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ dan setiap pekerjaan
mukallaf yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat amaliah yakni
menyangkut tindak tanduk manusia seperti hal yang wajib. haram,
makruh, mandub dan yang mubah
22
HM. Abdullah al-Manar, Ibadah Dan Syari’ah, h. 6
23
Murtadha Murthahari dan M. Baqir ash-Shadh, Pengetahuan Ushul Fiqh
Perbandingan, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1993),cet.l. h.l76
24
TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Prof. Dr. Penghantar ilmu fiqh, h. 43-44
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia, dan
c. Hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan lingkungan
Adapun ruang lingkup mata pelajaran fiqih di SMP Al-
Manshuriyah setara halnya dengan ruang lingkup di madrasah Tsanawiyah
terfokus pada aspek :
a. Fiqih ibadah
b. Fiqih muamalah
c. Fiqih jinayah
d. Fiqih siyasah 25
Salah satu materi pelajaran Fiqh dalam aspek ibadah adalah shalat.
Shalat mengajarkan seseorang untuk berdisiplin dan mentaati berbagai
peraturan dan etika dalam kehidupan dunia. Hal ini dari penetapan waktu
shalat yang mesti dipelihara oleh setiap muslim dan tata tertib yang
terkandung didalamnya. Dari segi sosial kemasyarakatan shalat
merupakan pengakuan aqidah setiap anggota masyarakat dan kekuatan
jiwa mereka yang berimplikasi terhadap persatuan dan kesatuan umat
persatuan dan kesatuan ini menimbulkan hubungan social yang harmonis
dan kesamaan pemikiran dalam menghadapi segala problema kehidupan
sosial kemasyarakatan.
3. Tujuan Ilmu Fiqh
Ilmu fiqh bertujuan sebagai bagian dari syari’ah Islam, maka sudah barang
tentu tujuannya, identik dengan tujuan syari’ah Islam itu sendiri, hanya
saja tujuan ilmu fiqh telah terinci dan tegas daripada tujuan syari’ah,
karena objeknya adalah segala perbuatan orang-orang mukallaf, yang
meliputi ibadah muamalah, munakahat, jinayah, dan sebagainya yang
bersifat lahiriyah. Ilmu fiqh adalah pedoman bagi orang-orang mukallaf
dalam melakukan segala aktifitasnya untuk mendidik rohani dan jiwanya.
Diantara tujuannya yaitu:
25
Depag. RI, kurikulum 2004 Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah. h.47
a. Melaksanakan ibadah shalat dengan baik, lengkap dengan rukun dan
sifat-sifatnya dapat mendidik rohani dan membersihkan jiwa sehingga
mampu menjadi sumber kebaikan bagi dirinya sendiri.
b. Melaksanakan ibadah zakat dengan ikhlas, dapat melatih diri bersifat
sosial, dan membersihkan jiwa dari sifat-sifat kikir, dan untuk
memperbaiki hubungan antara sikaya dengan si miskin.
c. Melaksanakan ibadah puasa dengan ikhlas, dapat meningkatkan
kesadaran untuk mencapai takwa yang merupakan kunci segala
kebahagiaan
d. Melaksanakan ibadah haji dengan ikhlas dapat memberikan
pengalaman dan wawasan yang lebih luas, tentang kebesaran dan
kekuasaan Allah, pencipta berbagai bangsa manusia dan alam
e. Melaksanakan muamalah yang meliputi: jual beli, sewa menyewa,
gadai, titipan dan sebagainya penuh dengan amanah (kejujuran) dan
menjauhi segala perbuatan yang dapat merugikan sesama manusia.
f. Melaksanakan munakahat dengan baik, sebagai suatu lembaga
pembentukan dan pembinaan masyarakat dengan baik, dan dari
masyarakal yang baik inilah yang dapat menjadi masyarakat yang adil
dan makmur. 26
26
Muhammadiyah Djafar, Drs. H. Pengantar- Ilmu Fiqih, h. 17
27
Departemen RI, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta:
Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam,2004).h.46
4. Implementasi Pembelajaran Fiqih
Kegiatan pembelajaran merupakan upaya menciptakan susana
paedagogis yang dan antragogis yang kondusif sesuai dengan situasi dan
kondisi unluk mencapai strandar kompetensi fiqh yang lebih efektif,
efesian dan menyenangkan. Untuk itu dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran fiqih perlu dikembangkan pedomannya, sebagai acuan bagi
guru, pedoman kegiatan pembelajaran beserta contoh-contohnya.
Cakupan materi pada setiap aspek dikembangkan dalam suasana
pembelajaran yang terpadu meliputi:
a. Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan
pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah swt sebagai sumber
kehidupan.
b. Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan dan
merasakan hasil-hasil pengamalan isi mata pelajaran fiqh dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap
dan prilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam
yang terkandung dalam al-Qurun dan hadis serta dicontohkan para
ulama,
d. Rasional, usaha mengingkatakan kualitas proses dan hasil
pembelajaran fiqh dengan pendekatan yang memfungsikan rasio
peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah
difahami dengan penalaran.
e. Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam
menghayati pelaksanaan ibadah sehingga lebih terkesan dalam jiwa
peserta didik.
f. Fungsional, menyajikan materi yang memberikan manfaat nyata
peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.
g. Keteladanan, yaitu pendidikan yang menempatkan dan memerankan
guru serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan, sebagai
cermin dan individu yang mengamalkan materi fiqih. 28
C. Kewajiban Shalat
1. Pengertian ibadah shalat
Pengertian ibadah secara lugahwi (etimologi)
Ibadah berasal dari bahasa Arab berasal dari kata
ﻋﺒﺎدة-ﻋﺒﺪا-ﻳﻌﺒﺪ- ﻋﺒﺪyang berarti taat, tunduk, patuh, merendahkan diri dan
hina. Kesemua pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan.
Seseorang yang tunduk, patuh, merendahkan diri, dan hina diri dihadapan
yang disembah disebut 'abid (yang beribadah). Budak disebut dengan
ﻋﺒﻴﺪkarena dia harus tunduk dan patuh serta merendahkan diri terhadap
majikannya. 29
Dalam Ensiklopedia Islam yang diterbitkan Departemen Agama RI
dikutip Balhaqi terdapat penjelasan bahwa secara lughawi ibadah berarti
mematuhi, tunduk, berdo'a. dalam Qur'an terdapat kata ta’budu dalam arti
taat, 30 misalnya dalam surat 36, yasin : 60 yang berbunyi :
28
Departemen RI, Kurikidum 2004 Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah., Op.Cit.
h.49
29
A. Ritonga dan Zainuddin.H, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Media Pratama, 1997), Cet.l.h.l
30
Baihaqi,, H. Fiqih Ibadah (Bandung: M2S Bandung, 1996).Cet.l.h.9
Sedangkan pengertian secara istilah adalah kepatuhan atau
ketundukan kepada zat yang memiliki puncak keagungan, Tuhan yang
Maha Esa. Ibadah mencakup segala bentuk kegiatan (perbuatan dan
perkataan) yang dilakukan oleh setiap mukmin-muslim dengan bertujuan
untuk mencari keridhaan Allah.
Pengertian Ibadah yang mencakup segala esensinya dirumuskan
oleh para ulama sebagai berikut:
Ibadah adalah suatu nama (konsep) yang mencakup semua
perbuatan yang disukai dan diridhai Allah, baik berupa perbuatan maupun
bentuk perbuatan, baik yang terlihat atau dalam kenyataan maupun yang
tersembunyi dalam bathin.
Dalam pengertian khusus, ibadah adalah segala kegiatan yang semua
ketentuannya telah ditetapkan oleh nash di dalam al-Qur'an dan as-Sunnah
dan tidak menerima perubahan, penambahan ataupun pengurangan. 32
Menurut istilah ahli tauhid, ibadah berarti meng-Esakan Allah,
menta’zimkan-Nya dengan sepenuh ta’zim serta menghinakan diri kita dan
menundukan jiwa kepada-Nya 33.
Ulama ahlak mengartikan ibadah yaitu mengerjakan segala taat
badaniyah dan menyelenggarakan segala syari'at.
Menurut ahli tasawuf pengertian ibadah terbagi tiga: pertama,
beribadah kepada Allah karena mengharap benar akan memperoleh
pahala-Nya atau karena takut akan siksa-Nya. Kedua, beribadah kepada
Allah karena memandang bahwa ibadah itu perbuatan mulia dilakukan
oleh orang yang mulia jiwanya. Ketiga. beibadah kepada Allah karena
memandang bahwa Allah berhak disembah (diibadati) dengan tidak
memperduliknn apa yang akan diterima atau yang diperoleh dari pada-
Nya. 34
Dari pendapat-pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa ibadah adalah segala perbuatan seorang hamba yang telah diatur
32
Baihaqi, H. Fiqih Ibadah., h.10
33
Zakiyah Darajat, Ilmu Fiqih, (Yogyakarta : Dana Bhakti Wakaf, 1995). H. 3
34
Hasbi ash-Shiddieqy, Kuliah Ibadah, (Semarang: Pustaka Putra, 2000).Cet.l.h.3
oleh syari’at Islam yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah
serta mengharapkan keridhaan-Nya.
Sedangkan pengertian shalat menurut bahasa bararti doa, sedang
doa adalah "keinginan yang ditunjukan kepada Allah swt, atau dalam arti
yang lebih umum” permintaan yang diajukan oleh satu pihak kepada pihak
yang lebih tinggi, permintaan yang ditunjukan kepada yang lebih rendah
dinamai perintah. 35
Shalat menurut pengertian bahasa adalah do’a pengertian itu antara
lain terlihat dari Firman Allah :
35
Ismail Syah. SH, H. Filsafat uikum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992).Cet.2.h.l83
36
Al-Qur’an dan Terjemahnya, at-TAubah ayat 103, Mujamma’ Khadim al Haramain asy
Syarifain al Malik fahd li thiba’at al Mush-haf asy-Syarif Medinah Munawwarah P.O.Box. 3561,
hal. 297
37
Sayid Sabiq" fiqhus sunnah, (Beirut: Dar Fikr, 1977) jilid 1 .h.197
yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Menurut cara-cara
dan syarat-syarat yang ditentukan. 38
Menurut Mahmud Syaltut dalam shalat telah terhimpun segala
bentuk dan cara yang dikenal oleh manusia dalam mengadakan
penghormatan dan pengagungan, tetapi mereka itu hanya menggunakan
salah satu cara seperti sekedar berdiri dengan penuh hormat, atau sekedar
tunduk, sujud dan sebagainya dan Allah menghimpun segala cara yang
dikenal itu dalam ibadah shalat untuk menggambarkan puncak keagungan
kepada-Nya.
Shalat merupakan salah satu tiang agama serta kewajiban pokok
yang ditetukan Tuhun di atas pundak hamha-hamba-Nya. dengan alasan:
a. Dari satu sisi yakni kebesaran dan kagungan Tuhan, shalat merupakan
konsekuensi dari keyakinan-keyakinan tentang sifat-sifat Allah yang
menguasai alam raya ini, termasuk manusia serta yang kepada-Nya
bergantung sesuatu. Keyakinan tersebut memerlukan pembuktian
dalam bentuk kongkrit, karena keyakinan tidak hanya terbatas dalam
hati tetapi harus dibuktikan dengan amal.
b. Dari segi lain yakni sisi manusia, ia adalah mahluk yang memiliki
naluri antara lain cemas dan mengharap, sehingga ia membutuhkan
sandaran dan keagungan dalam hidupnya.
Jadi, ibadah shalat merupakan ibadah yang wajib dikerjakan oleh
manusia yang direfleksikan melalui gerakan-gerakan sebagai suatu bentuk
penghambaan seseorang kepada Tuhannya dan shalat dalam pengertian
Etimologi dan terminology merupakan pengenjawantahan dan hakikat
tersebut, dan karena itu ia dibutuhkan oleh mahluk yang meyakini
kekuasaan Tuhan serta mahluk yang memiliki naluri cemas dan
mengharap.
38
Moh. Rifa'i, H. Ilmu Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: Toha Putra, 1978).h.79
Hukum melaksanakan shalat adalah “fardhu a’in” artinya shalat
merupakan kewajiban setiap pribadi Muslim yang memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a. Sudah akil baligh, yakni telah sampai pada usia tertentu, dimana taklif
atau tugas agama sudah menjadi tanggung jawabnya. Usia baligh ialah
15 tahun bagi laki-laki dan 12 tahun bagi perempuan
b. Berakal sehat, artinya untuk melaksanakan shalat dituntut suatu
kondisi normal
c. Sudah mengetahui adanya ajakan atau perintah shalat. Artinya bahwa
kewajibnn shalal yang diisyaratkan oleh Islam benar-benar telah
diketahui
d. Mampu melaksanakannya. Bagi seorang Muslim yang sudah sampai
pada tarnf tertentu, misalnya kesadarannya pun sudah tidak ada maka
shalat sudah tidak menjadi taklif baginya
e. Dalam kondisi bersih atau suci, baik badan maupun pakaian dari segala
najis dan hadas. 39
Dalam al-Quran banyak ayat-ayat yang menunjukan kewajiban
shalat. Diantaranya firman Allah: QS. Al- Baqarah ayat : 43
☺
⌧
⌧
Al-Ankabut ayat 45
َا
39
Rifai Syauqi Nawawi, Prof. Shalat Ilmiah dan Amaliyah, (Jakarta : Fikahati Aneska, 2001).
H. 17-18
☺ ⌧
(٤٥: )اﻟﻌﻨﻜﻮ ت
3. Kedudukan Shalat
Shalat dalam agama Islam menempati kedudukan yang tidak
ditandingi oleh ibadah manapun. Ia merupakan tiang agama dimana ia
tidak dapat tegak kecuali dengan itu. Rasulullah bersabda:
"pokok urusan adalah Islam, sedang tiangnya adalah shalat, dan
puncaknya adalah berjuang dijalun Allah.
Ia adalah ibadah yang mula pertama diwajibkan oleh Allah, dimana
titah itu disampaikan langsung oleh-Nya tanpa perantara, dengan berdialog
dengan rasul-Nya pada malam mi’raj. 41
Islam memandang shalat sebagai tiang agama dan intisari Islam
terletak pada shalat, sebab dalam shalat tersimpul seluruh rukun agama.
40
Al-Qur’an dan Terjemahnya, al-ankabut ayat 45, Mujamma’ Khadim al Haramain asy
Syarifain al Malik fahd li thiba’at al Mush-haf asy-Syarif Medinah Munawwarah P.O.Box. 3561,
hal. 635.
41
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah,. Op.Cit.h. 205.
Dalam shalat terdapat ucapan “syahadatain”, kesucian hati terhadap Allah,
agama dan manusia. Iman dan Islam tidak dapat dipisah-pisahkan satu
sama lain. Iman yakni membenarkan dan patuh atau taat mengerjakan
segala yang dikehendaki oleh kepercayaan hati (mengerjakan perintah dan
meninggalkan larangan Tuhan). Jelasnya apabila seseorang mengaku
beriman, tetapi ia tidak pernah mengerjakan shalat maka pengakuannya itu
tidak dibenarkan oleh syara’. 42
Begitu pentingnya shalat dalam Islam sehingga kewajiban shalat
tidak dapat ditawar-tawar lagi bagi umat Islam yang sudah baligh dan
berakal. Kewajiban shalat ini tidak memandang hamba sahaya atau orang
merdeka, kaya atau miskin, musafir atau bukan bahkan tidak memandang
derajat manusia, baik nabi, ulama, raja apalagi orang biasa, mereka semua
diwajibkan untuk shalat. Kewajiban shalat ini tidak akan gugur walaupun
manusia dalam keadaan apapun, seperti halnya orang yang sedang sakit
parah, selagi hatinya masih sadar.
Menurut Imam Taqiyuddin bahwa “Ketahuilah : bahwasannya
berdiri tegak atau sesuatu yang sefungsi dengan berdiri ketika orang itu
dalam keadaan lemah, seperti duduk dan berbaring adalah termasuk rukun
dalam shalat fardhu, karena adanya hadits riwayat Imron bin Hasin. Ra.
Berkata “aku pernah berpenyakit ambeyen, kemudian aku bertanya pada
Rasulullah SAW tentang shalat, maka Rasulullah mejawab : “Shalatlah
engkau dengan berdiri, jika engkau tidak mampu, maka shalatlah dengan
duduk, jika masih tidak mampu, maka baiklah dengan berbaring”. (H.R.
Bukhari)”. 43
Berdasarkan pendapat tersebut jelas kewajiban shalat tidak gugur
karena sakit, hal ini berbeda dengan ibadah lain, seperti puasa contohnya
yang boleh di qada diwaktu yang lain atau dengan membayar fidyah jika
orang tersebut sudah tidak mampu berpuasu di bulan Ramadhan.
42
Moh. Rifa’i, H. Ilmu Fiqih Islam Lengkap,.Op.Cit. h. 83.
43
Taqiyuddin Abu Bakar bin M. Al-Husaini, Kifayatul Akhyar. Terjemahan (Surabaya :
Bina Iman, 1995).hal : 104-105.
4. Hikmah shalat
a. Shalat Sebagai Tiang Agama
Agama Islam tidak memberikan kepada shalat predikat demikian
tinggi yaitu sebagai tiang agama kecuali karena shalat itu mempunyai
kedudukan yang tinggi, derajat yang agung dan keutamaan yang besar
menurut pandangan Allah dan Rasul-Nya. Allah memerintah kita
semua untuk selalu memelihara shalat, sebagaimana firman Allah:
⌧
☺
46
Al-Qur’an dan Terjemahnya, al-ankabut ayat 45, Mujamma’ Khadim al Haramain asy
Syarifain al Malik fahd li thiba’at al Mush-haf asy-Syarif Medinah Munawwarah P.O.Box. 3561,
hal. 638
Dengan shalat ruh seseorang dapat mencapai tingkatan yang
tinggi, dan ruh itulah yang merupakan tali penghubung antara seorang
hamba dengan tuhannya. Mengerjakan shalat merupakan bukti nyata
adanya iman, sekaligus sebagai syiar agama yang amat tinggi nilainya,
serta merupakan bukti kongkrit dan pernyataan rasa syukur kepada
Tuhan, atas segala nikmat yang tidak terhingga yang dianugerahkan
kepada manusia. Sebaliknya jika tidak mengerjakannya berarti
menjauhkan diri dari Tuhan, menjauhkan diri dari rahmat-Nya, dari
ampunan-Nya, dari ridha-Nya dan juga berarti mengingkari limpahan
nikmat serta kebaikan-kebaikan-Nya. 47
D. Kerangka Berfikir.
Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi kehidupan Muslim karena
pendidikan merupakan satu usaha membentuk pribadi manusia. Dalam
pendidikan agama Islam mencakup beberapa mata pelajaran diantaranya mata
pelajaran fiqih, yang mana mata pelajaran tersebut sangat berkaitan dengan
ibadah khususnya ibadah shalat.
Mata pelajaran fiqh adalah kurikulum Madarasah Tsanawiyah
merupakan salah satu bagian mata pelajaran pendidikan agama Islam yang
diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati dan mengamalkan hukum Islam, yang akan menjadi dasar
pandangan hidup siswa melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan
penggunaan pengalaman dan pembiasaan.
Pelajaran fiqh mempunyai tujuan untuk mengetahui hukum yang telah
ditetapkan syariat Islam yang di dalamnya terdapat nilai-nilai spiritual yang
menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial serta dapat
menimbulkan kedisiplinan yang tinggi.
47
Rifat Syauqi Nawawi, Prof. DR. H. Shalat Ilmiah dan Amaliah, op.cit.h.l3-15
Ibadah shalat merupakan ibadah yang wajib dilaksanakan oleh manusia
yang direfleksikan melalui gerakan-gerakan dan merupakan suatu bentuk
penghambaan seseorang kepada Tuhan-Nya. Agar kita melakukan shalat
dengan baik dan bernilai tinggi maka shalat tersebut harus dilaksanakan
dengan sempurna sesuai dengan syarat dan rukunnya.
Untuk mengetahui dengan jelas tentang cara pelaksanaan shalat maka
harus dipelajari dan dipahami ilmunya, ilmu yang merupakan pedoman
tatacara ibadah adalah fiqh, yang salah satu pembahasannya menjelaskan
tentang shalat dan tatacara pelaksanaannya.
Kemudian seorang yang telah memiliki suatu konsep (teori) ilmu
tentang sesuatu, maka ia harus mengamalkan ilmu tersebut agar ia
memperoleh manfaat atas ilmu yang telah ia miliki. Ilmu tersebut bukan hanya
sekedar teori saja, tetapi juga dibarengi dengan praktek (pengamalan).
Demikian juga halnya siswa-siswi yang telah memperoleh ilmu tentang
shalat dan tatacara pelaksaannya yang terkandung dalam bidang studi fiqih,
seharusnya mereka termotivasi untuk mengamalkan ilmu tersebut secara
maksimal dalam kehidupannya, yaitu dalam ibadah shalat, dengan demikian
mata pelajaran fiqh yang diberikan oleh guru kepada siswa memliki peran
terhadap pelaksanaan ibadah shalat siswa, dalam pelajaran fiqih tersebut
siswa-siswi diharapkan dapat memahami teori tentang shalat dan tatacara
tentang pelaksaannya sehingga dengan teori itu mereka mampu
mengamalkannya dengan benar.
Berdasarkan kesimpulan tersebut maka kerangka berfikir dalam
penelitian ini adalah jika pembelajaran fiqh yang diberikan guru kepada siswa
dapat diterima dan difahami dengan baik maka akan tumbuh kesadaran pada
diri siswa untuk melaksanakan ibadah shalat dengan baik, sehingga pelajaran
fiqh tersebut dapat menjadi sumber informasi dan motivasi bagi pelaksanaan
shalat siswa. Sebaliknya jika banyak diantara siswa tidak memahami dan
menguasai pelajaran fiqh dengan baik, maka peningkatan dan pengamalan
ibadah shalat siswa tidak dapat mencapai hasil yang optimal.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau yang menjadi titik
penelitian 48. Dalam penelitian ini disajikan dua jenis variabel penelitian yaitu :
a. Variabel bebas (Independent variable) yaitu tentang pembelajaran fiqih.
Variable ini disimbolkan dengan huruf X
b. Variabel terikat (dependent variable) atau variabel terpengaruh yaitu
bagaimana implementasi pembelajaran fiqih tersebut pada ibadah shalat
siswa di SMP Al-Manshuriyah Jakarta. Variabel ini disimbolkan dengan
huruf Y.
B. Populasi dan Sampel
29
48
Suharsimi Arikuntu, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta : Rineka Cipta,
1998), cet II,h.97
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,
benda, hewan, tumbuh-tumbuhan dan peristiwa sebagai sumber data yang
memiliki karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian 49. Dalam hal ini yang
menjadi populasi adalah seluruh siswa kalas III SMP Al-Mansyuriah Jakarta.
Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi. Adapun dalam
penelitian ini yang menjadi responden atau objek penelitiannya ialah seluruh
siswa dan siswi kelas III SMP Al-Mashuriyah Jakarta yang berjumlah 40
orang.
C. Tekhnik Pengumpulan Data.
Dalam pengumpulan data penulis menggunakan tekhnik-tekhnik
sebagai berikut:
1. Observasi, ialah melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan oleh peneliti
untuk memperoleh data tentang pembelajaran fiqih dan implementasinya
pada ibadah shalat siswa.
2. Wawancara, ialah tekhnik pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya baik dengan kepala
sekolah dan guru-guru bidang studi fiqih
3. Angket, ialah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain untuk
bersedia memberikan respon tentang pembelajaran fiqih dan
implementasinya pada ibadah shalat. 50
D. Tekhnik Analisis Data.
Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk
menguraikan keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh agar data
tersebut dapat dipahami bukan oleh orang yang mengumpulkan data saja, tapi
juga oleh orang lain. Apabila langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai
berikut :
1. Editing
49
Hermawan Rasito, Penghantar metodologi penelitian, (Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, 1992), h.49
50
Ridwan, Drs. M.B.A, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, (Bandung:
Alfabeta, 2007).h.l. Cet.IV
Yang pertama kali dilakukan adalah melakukan edit atau memilih/menyortir
data sehingga hanya data yang tercapai saja yang tersisa. Langkah editing
ini bertujuan untuk merapikan data agar bersih, rapi, dan tinggal
mengadakan pengolahan lebih lanjut.
2. Skoring
Setelah melewati tahap editing, maka selanjutnya penulis memberikan skor
terhadap pertanyaan yang ada pada angket. Dengan skor jawaban selalu = 4,
sering = 3, kadang-kadang = 2, jarang = 1 dan tidak pernah dengan skor =
0.
3. Tabulating
Selanjutnya adalah penghitungan terhadap hasil skor yang telah ada.
Berdasarkan sifat masalah dan jenis data dalam penelitian ini, maka penulis
menganalisa data dengan menggunakan teknik analisa korelasional. Teknik
analisa korelasional adalah teknik analisis statistic mengenai hubungan
antara dua variabel atau lebih
Untuk mengetahui apakah ada korelasi antara proses belajar mengajar
dengan implementasinya pada ibadah shalat siswa.
1. Prosentase
Prosentase artinya data diprosentasekan setelah ditabulasikan dalam
jumlah frekuensi jawaban responden untuk setiap alternative jawaban.
Rumusnya adalah :
F
P= X 100%
N
Keterangan:
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Number of Cases (Banyaknya Individu)
2. Korelasi
Tujuan dari korelasi adalah untuk mengetahui apakah benar terdapat
hubungan antara variabel X dengan variabel Y atau sebaliknya. Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut :
a. Menyiapkan table kerja yang terdiri dari 6 kolom :
Kolom 1 : Subjek penelitian
Kolom 2 : Skor variabel X
Kolom 3 : Skor variabel Y
Kolom 4 : Hasil perkalian antara deviasi skor X dan Y yaitu XY
Kolom 5 : Hasil pengkuadratan seluruh deviasi skor X yaitu X2
Kolom 6 : Hasil pengkuadratan seluruh deviasi skor Y yaitu Y2
Keterangan :
KD = Konstribusi variabel X terhadap variabel Y
R = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku
“Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertai UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Terbitan UIN Press, Jakarta 2002, cetakan ke-2
Table 1
Kisi-Kisi Angket
Tentang Pembelajaran Fiqh Dan Implementasinya Pada Ibadah Shalat
Siswa kelas III Di SMP Al-Manshuriyah Jakarta
Implementasi ibadah
shalat
a. Sikap anak • Merespon dengan melaksanakan 16, 17, 18, 19
shalat lima waktu
b. Minat anak • Melaksanakan shalat karena 20, 21, 22
kesadaran
c. Pengamalan anak • Mempraktikan makna shalat 23, 24, 25
dalam kehidupan sehari-hari
Setelah diperoleh angka indeks korelasi “r” product moment maka
dilakukan interprestasi secara sederhana yaitu dengan mencocokan hasil
penelitian dengan angka indeks korelasi “r” product moment seperti di bawah
ini: 51
Table 2
Interprestasi Data
Besarnya “r”Product Interprestasi
moment (rxy)
0,00 – 0,20 Antara Variabel X dan Variabel Y memang terdapat
korelasi akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau
sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan.
0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
yang lemah dan rendah.
0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
yang sedang atau cukup.
0,7 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
yang sangat kuat atau tinggi.
0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
yang sangat kuat.
51
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005),cet, ke-5,
h.193
BAB IV
HASIL PENELITIAN
52
Wawancara Pribadi Wakil Kepala Sekolah.
13 Masduki S.Kom L Guru Sarjana
14 Saadudin Attazani S.Pd.I L Guru Sarjana
15 Nuramaliah P Guru Sarjana
16 H. Supyan S.Ag L Bendahara Sarjana
17 Misbahtullah, S.Ag L Tata Usaha Sarjana
18 Zuhroh, S.Kom P Tata Usaha Sarjana
19 Salbini, SHI L Perpus/Lab Sarjana
20 Muhidin L Kebersihan SMU
21 Andika L Satpam SMU
(Sumber data tata usaha SMP Al-Mashuriyah Jakarta)
Memperhatikan tabel di atas, terlihat jumlah guru dan karyawan ada 21
orang dengan perincian laki-laki 14 orang dan perempuan 7 orang. Jika
diperlihatkan hampir 90% pendidikan akhir di SMP Al-Mashuriyah adalah
sarjana lengkap menurut dengan bidang studynya.
Tabel 4.
Keadaan siswa kelas III SMP Al-Mashuriyah Jakarta
No Tingkat Jumlah Ruang Belajar Junlah Siswa
1 Kelas I 3 92
2 Kelas II 2 70
3 Kelas III 1 40
Jumlah 6 202
Kepala Sekolah
H. Hamdani, SH
Fauziah, S.Ag
TU Administrasi Bendahara
Dewan Guru
Siswa
2. Metode Pengajaran
Metode pengajaran adalah suatu cara penyampaian bahan pelajaran
untuk materi tujuan yang ditetapkan. Maka fungsi metode pengajaran tidak
dapat diabaikan karena metode mengajar tersebut turut menentukan
berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar dan merupakan bagian
yang integral dalam satu system pengajaran. 54
Adapun metode pengajaran yang digunakan di SMP Al-Manshuriyah
ini menggunakan metode variatif dengan tujuan supaya tidak terpaku
dengan satu metode. Selain itu juga agar proses belajar mengajar tidak
membosankan, akan tetapi akan efektif dalam pembelajaran bila
penggunaannya tidak tepat dan tidak sesuai dengan situasi yang
mendukung kondisi psikologis anak didik. Oleh karena itulah disini
kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat.
Berbicara mengenai metode pengajaran fiqh di SMP Al-Manshuriyah
Jakarta sebagai berikut :
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah teknik penyampaian pesan pengajaran yang
sudah lazim dipakai oleh guru di sekolah. Metode ini merupakan salah
satu metode yang digunakan untuk merangsang siswa agar lebih
memperhatikan keterangan-keterangan guru, metode ini biasanya
digunakan pada siswa kelas 1 dan II, karena pada umumnya siswa
pada tingkat ini masih banyak bimbingan guru dan belum mampu
untuk berfikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah.
b. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan
cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan
53
Wawancara pribadi dengan guru Bidang Studi Fiqh, 01 Mei 2009
54
M. Basyirudin Usman, Drs. M.Pd, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta :
Ciputat Press, 2002) h. 31 Cet. 1.
jawaban, atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru
menjawab pertanyaan.
Dalam pembelajaran fiqh guru juga menggunakan metode tanya jawab.
Metode ini biasanya digunakan setelah guru menyampaikan materi
pelajaran disela-sela kegiatan belajar mengajar. Metode tanya jawab
ini digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa dan meningkatkan
perhatian siawa untuk belajar secara aktif.
c. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan
memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu
argumentasi secara rusional dan objektif.
Metode ini dimaksudkan untuk dapat merangsang siswa dalam belajar
berfikir secara kreatif, mengeluarkan pendapatnya secara rasional dan
obyektif dalam pemecahan suatu masalah. Metode diskusi ini biasanya
digunakan pada siswa kelas III, karena siswa pada tingkat tersebut
dianggap sudah mampu mempergunakan bahasa dengan baik.
Tujuannya adalah supaya mereka terbiasa berbicara di depan forum
dan sebagai persiapan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.
d. Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah cara mempelajari materi pelajaran dengan
cara mendemonstrasikan langsung materi yang sedang dibahas, metode
ini digunakan agar siswa lebih memahami serta mampu untuk
mempraktekannya langsung.
e. Metode Praktek
Metode praktek adalah suatu cara mempelajari dengan mempraktekkan
Pembahasan yang sedang dipelajari, misalnya pembahasan yang biasa
memakai metode ini ialah contoh :materi tentang mengkafani jenazah.
Seorang guru tidak dapat menggunakan metode ceramah saja dalam
pembahasan ini. Melainkan harus memadukannya dengan metode
praktek agar siswa dapat lebih memahami.
3. Sistem Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian yang berkenaan dengan seluruh
kegiatan yang dilakukan, baik kegiatan mengajar maupun belajar, sampai
sejauh mana tujuan yang yang ditetapkan dapat tercapai. 55
Sistem evaluasi yang digunakan guru fiqh dapat dilakukan melalui
penilaian yang bersifat formatif dan sumatif. Penilaian formatif diambil
melalui keaktifan siswa dalam pembelajaran, siswa yang dapat merespon
apa yang disampaikan oleh guru maka bias diberikan point plus tes harian
yang dilakukan sebelum pembelajaran dimulai atau setiap akhir pelajaran
dengan cara mengulang kembali ingatan siswa terhadap materi yang
diajarakan, dapat pula mengevaluasi melalui praktek-praktek. Adapun
penilaian yang bersifat sumatif diambil melalui tes akhir semester.
55
M.Basyirudin Usman. M.Pd. Drs., Metodologi pembelajaran Agama Islam, h.130
shalat siswa dapat dilihat dari peningkatan kegiatan belajar mengajar
melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Pendahuluan, dalam pendahuluan ini guru melakukan apersepsi yaitu
dengan menyatukan memori yang lama dengan yang baru pada saat
tertentu. Seorang guru yang akan memberikan pelajaran kepada
muridnya telebih dahulu mengetahui pelajaran yang telah mereka
pelajari sebelumnya, sehingga setiap pengajaran dimulai akan terjadi
keterkaitan antara bahan pelajaran yang lama dengan yang baru.
Pelajaran yang lama dapat diingat kembali sehingga dapat
menimbulkan rangsangan dan perhatian siswa dalam belajar.
Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana pelajaran yang sudah
disampaikan terserap dalam diri siswa dan untuk mengetahui apakah
siswa telah mempelajari materi yang akan diajarkan.
b. Kegiatan inti, berupa materi pelajaran dan pada akhir materi guru
melakukan tanya jawab.
c. Penutup, menyimpulkan materi bersama-sama, guru memberikan
motivasi kepada siswa dan mengadakan evaluasi, setelah itu diakhiri
dengan salam. 56
Adapun cara-cara yang ditempuh dalam meningkatkan implementasi
ibadah shalat siswa diantaranya :
1) Memberikan keteladanan
Keteladanan dari pendidik merupakan faktor yang sangat besar
pengaruhnya dalam menigkatkan implementasi ibadah shalat siswa. Di
SMP Al-Manshuriyah Jakarta selalu dibiasakan bagi para guru untuk
shalat berjama’ah di mushala dan membisakan diri dengan
melaksanakan shalat sunat dhuha di tengah waktu istirahat. Hal
tersebut diharapkan dapat memberikan motivasi dalam meningkatkan
pengamalan ibadah siswa.
2) Melalui pemberian nasihat
56
Hasil wawancara dengan guru fiqh SMP Al-Mansyuriah Jakarta, 01 Mei 2009.
Pemberian nasihat ini bisanya dilakukan secara klasikal kepada siswa
SMP Al-Manshuriyah Jakarta secara klasikal diberikan oleh guru
biasanya pada saat pembelajaran atau diakhir pembelajaran. Biasanya
dengan menanyakan kepada siswa siapa yang tidak melaksanakan
shalat di rumah, setelah itu guru memberikan nasihat tantang
pentingnya shalat bagi siswa yang sudah akil baligh.
57
Jhon M. Echol dan Hasan Shadili, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
1990).h.227.Cet. XVIII
ramadhan, yang di dalamnya tercantum aktifitas meliputi jumlah
pelaksanan pusa, shalat berjama’ah, shalat tarawih, tadarus al-Quran,
kuliah subuh dan pembayaran zakat fitrah.
e. Melibatkan dan memberikan pengajaran siswa untuk melaksanakan
ta’ziah sekaligus menyolatkan jenazah bila ada kematian yang
terdapat dilingkungan sekolah.
f. Latihan berinfak yang dilaksanakan siswa dengan cara mengumpulkan
uang pada setiap hari jum'at.
g. Untuk kelas III SMP, setiap akhir semester dua dilaksanakan ujian
praktek agama Islam yaitu praktek ibadah seperti hafalan do'a,
tayamum, shalat jenazah dan shalat sunat.
Disamping kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan
implemantasi pembelajaran fiqh terdapat pula kendala-kendala yang dapat
menghambat pembelajaran fiqh diantaranya:
a. Eksistensi perpustakaan yang tidak aktif dalam membantu aktifitas
siswa dalam pembelajaran.
b. Adanya keengganan siswa untuk membawa peralatan shalat yang akan
dipakai dalam shalat dzuhur.
c. Kurangnya praktek dan sarana pengajaran fiqh seperti : VCD, DVD,
dan OHP bahkan internet untuk menjadi media dan sumber belajar
mata pelajaian fiqh.
d. Banyaknya siswa yang belum lancar membaca al-Quran untuk
mempelajari dan menghafal dalil-dalil dalam pelajaran fiqh kurangnya
informasi dari orang tua mengenai kemajuan dan ibadah siswa.
D. Deskripsi Data
Dalam mengumpulkan data-data, penulis menggunakan beberapa teknik
yang diantaranya teknik angket dan observasi. Observasi yang mereka lakukan
adalah untuk mengetahui kondisi sekolah.
Adapun angket yang penulis buat adalah angket tertutup sebanyak 25 item
yang berbentuk pilihan yang harus dijawab oleh siswa dengan memberikan tanda
silang yang disebarkan kepada 40 siswa dan siswi kelas III di SMP Al-
Manshuriyah Jakarta.
Kemudian hasil angket yang telah dikumpulkan ditabulasikan kedalam
prosentase dan diolah kemudian dapat diperoleh kesimpulan, hal ini dapat dilihat
dan dijelaskan dalam analisis secara keseluruhan.
Table 5
Data Responden
No. Nama Siswa Jenis kelamin
1 Aang Kurniawan L
2 Abdul Rohim L
3 Ahmad Fadli L
4 Ahmad Reza L
5 Ari Setiawan L
6 Anis Nurazizah P
7 Annisa P
8 Bagus Ruslan L
9 Danik Lola V. P
10 Danu Samudra L
11 Dewi Lestari P
12 Eka Fatur R
13 Eko Saputra L
14 Elda F P
15 Elisna P
16 Eva Alfiana P
17 Hikmatul A P
18 Iga Giantini P
19 Imam Alaifin L
20 Indri Yanti P
21 Irfansyah L
22 Irfan Maulana L
23 Mar’atus Sholiha P
24 M. Fariz Akbar L
25 Qiqi Fadila P
26 Nova Riansyah L
27 Paldini P
28 Rafli Romahona L
29 Rio Aziz Kusuma L
30 Septiana H. P
31 Siti Fatimah P
32 Sudiro P. L
33 Surahmat L
34 Sutinyo L
35 Tri Jaka M L
36 Ulfa Istiana P
37 Yuda Wira Kusuma L
38 Yuliantuti P
39 Yenita P
40 Yani P
Tabel 6
Penggunaan Media
Guru menggunakan media dalam pembelajaran fiqh
Selalu 13 32,5 %
1
Sering 17 42,5 %
Kadang-kadang 9 22,5 %
Jarang 1 2,5 %
Tidak pernah - -
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat 42,5 % siswa mengatakan sering dan
32,5 % siswa mengatakan selalu bila dalam pembelajaran fiqh guru
menggunakan media dan sebagian kecil (22,5 %) siswa yang mengatakan
kadang-kadang bila dalam pembelajaran fiqh guru menggunakan media
dan hanya 2,5 % yang mengatakan jarang. Ini menandakan bahwa hampir
seluruh siswa mengatakan dalam pembelajaran fiqh guru menggunakan
media.
Tabel 7
Penggunaan media membuat siswa lebih paham dalam
pembelajaran Fiqh
No Alternatif jawaban N 100%
Selalu 10 20 %
2
Sering 20 50 %
Kadang-kadang 9 22,5 %
Jarang 1 2,5 %
Tidak pernah - -
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir semua siswa (50 %)
membuatnya lebih paham dalam pelajaran fiqh dan hanya sedikit siswa
paham dalam pelajaran fiqh dan hanya 1 (2,5 %) orang yang mengatakan
Tabel 8
materi shalat.
Tabel 9
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir semua siswa (47,5 %)
mushala pada praktek shalat dan sedikit sekali (2,25 %%) siswa yang
Jumlah 40 100%
metode ceramah dalam pembelajaran fiqh dan sebagian kecil (10 %) siswa
fiqh.
Tabel 11
Tabel 12
Memberi Perhatian
Jumlah 40 100%
mengatakan selalu (52,5 %) dan (42,5 %) guru fiqh menegur siswa yang
pelajaran. Ini menandakan bahwa seluruh siswa sangat setuju guru fiqh
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir semua siswa 95 % (55
sangat setuju guru fiqh memberi sanksi siswa yang tidak memperhatikan
pelajaran
Tabel 14
Pemberian reward
Guru memberi pujian kepada siswa yang berprestasi baik
No Alternatif jawaban N 100%
Selalu 3 7,5 %
9 Sering 17 42,5 %
Kadang-kadang 19 47,5 %
Jarang 1 2,5 %
Tidak pernah - -
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 7,5 % selalu, 42,5 % sering
kepada siswa yang berprestasi baik dan sedikit sekali (2,5 %) siswa yang
setuju guru fiqh memberi pujian kepada siswa yang berprestasi baik.
Tabel 15
Guru fiqh memberi pujian kepada siswa yang mendapat nilai bagus
No Alternatif jawaban N 100%
Selalu 20 50 %
10 Sering 14 25 %
Kadang-kadang 5 12,5 %
Jarang 1 2,5 %
Tidak pernah - -
Jumlah 40 100%
siswa sangat setuju guru fiqh memberikan pujian kepada siswa yang
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir semua siswa 50 %
Tabel 17
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 17,5 % siswa mengatakan
Tabel 18
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir semua siswa 82,5 %
mengatakan sering dan selalu guru fiqh mengulang materi yang telah
kadang. Ini menandakan bahwa hampir seluruh siswa sangat setuju guru
materi yang belum dimengerti dan sedikit sekali 17,5 % siswa yang
Tabel 20
15 Selalu 12 30 %
Sering 17 42,5 %
Kadang-kadang 10 25 %
Jarang 1 2,5 %
Tidak pernah - -
Jumlah 40 100%
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir seluruh siswa 47,5 %
lima waktu secara lengkap. Ini menandakan bahwa hampir seluruh siswa
Tabel 22
tepat pada waktunya dan sebagian kecil 17,5 % siswa yang mengatakan
Tabel 23
Jumlah 30 100%
Dari tabel dia atas dapat dilihat bahwa 10 % siswa mengatakan
tidak tenang bila meninggalkan shalat dan sebagian kecil siswa saja 7,5
shalat. Ini menandakan bahwa sebagain besar siswa sangat setuju merasa
Tabel 25
Jumlah 40 100%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian siswa 40 %
Tabel 26
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagaian kecil siswa 37,5 %
tua.
Tabel 27
Langsung melaksanakan shalat ketika pulang sekolah
No Alternatif jawaban N 100%
Selalu 14 35 %
22
Sering 18 45 %
Kadang-kadang 6 15 %
Jarang 2 5%
Tidak pernah - -
Jumlah 40 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa (45 %
sekolah.
Tabel 28
Mempraktekkan shalat dalam kehidupan sehari-hari
Merasa lebih sabar setelah melaksanakan shalat
No Alternatif jawaban N 100%
Selalu 26 65 %
23 Sering 12 30 %
Kadang-kadang 2 5%
Jarang - -
Tidak pernah - -
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh siswa 65 % selalu dan
Tabel 29
Melerai ketika ada perkelahian di sekolah
No Alternatif jawaban N 100%
Selalu 13 32,5 %
24 Sering 22 55 %
Kadang-kadang 5 12,5 %
Jarang - -
Tidak pernah - -
Jumlah 40 100%
bahwa sebagian besar siswa sangat selalu dan sering melerai ketika ada
perkelahian di sekolah.
Tabel 30
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir seluruh siswa selalu
dan sering 72,5 % dan 27,5 % menjalankan shalat tepat waktu membuat
lebih disiplin.
4. Pengujian Hipotesis
implementasinya pada ibadah shalat siswa diperoleh r hitung sebesar 0,85 setelah
tabel, product moment. Pada tabel untuk nilai DF (Degrees of Freedom) = N-nr
yaitu = 40-2 = 38, sedangkan memeriksa tabel nilai “r” product moment ternyata
sedangkan pada taraf signifikasi 1 % diperoleh r tabel = 0,393 hal ini berarti
bahwa pada taraf signifikasi 5 % maupun pada taraf signifikasi 1 % hipotesa kerja
atau hipotesa alternatif diterima karena teruji kebenarannya dan hipotesa nol atau
nihil ditolak karena pada taraf signifikasi 5 % maupun pada taraf signifikasi 1 %
“rxy” adalah lebih besar dari pada r tabel ( 0,85 > 0,304 dan 0,85 < 0,393 ) atau
dapat ditulis ( 0,85 > 0,393 > 0,304 ) dengan demikian disimpulkan bahwa pada
Selanjutnya apabila dilihat besarnya r hitung yang diperoleh 0,85 ternyata terletak
antara 0,70 – 0,90. berdasarkan pedoman yang telah disebutkan pada bab ketiga
(implementasinya pada ibadah shalat siswa) adalah korelasi sangat kuat atau
tinggi.
Tabel 31
1 Aang Kurniawan 47
2 Abdul Rohim 36
3 Ahmad Fadli 46
4 Ahmad Reza 43
5 Ari Setiawan 41
6 Anis Nurazizah 40
7 Annisa 42
8 Bagus Ruslan 45
9 Danik Lola V. 42
10 Danu Samudra 42
11 Dewi Lestari 40
12 Eka F. 43
13 Eko S. 43
14 Elda F 45
15 Elisna 48
16 Eva Alfiana 45
17 Hikmatul A 43
18 Iga Giantini 47
19 Imam Alaifin 49
20 Indri Yanti 44
21 Irfansyah 47
22 Irfan Maulana 41
23 Mar’atus Sholiha 42
24 M. Fariz Akbar 43
25 Qiqi Fadila 45
26 Nova Riansyah 43
27 Paldini 44
28 Rafli Romahona 42
29 Rio Aziz Kusuma 44
30 Septiana H. 42
31 Siti Fatimah 44
32 Sudirop 42
33 Surahmat 46
34 Sutinyo 43
35 Tri Jaka M 37
36 Ulfa Istiana 47
37 Yuda Wira Kusuma 47
38 Yulianti 41
39 Yenita 45
40 Yanti 45
Table 32
1 Aang Kurniawan 39
2 Abdul Rohim 33
3 Ahmad Fadli 35
4 Ahmad Reza 30
5 Ari Setiawan 35
6 Anis Nurazizah 34
7 Annisa 35
8 Bagus Ruslan 38
9 Danik Lola V. 37
10 Danu Samudra 36
11 Dewi Lestari 30
12 Eka F. 37
13 Eko S. 34
14 Elda F 38
15 Elisna 35
16 Eva Alfiana 33
17 Hikmatul A 31
18 Iga Giantini 31
19 Imam Alaifin 31
20 Indri Yanti 33
21 Irfansyah 25
22 Irfan Maulana 35
23 Mar’atus Sholiha 38
24 M. Fariz Akbar 39
25 Qiqi Fadila 38
26 Nova Riansyah 32
27 Paldini 32
28 Rafli Romahona 37
29 Rio Aziz Kusuma 38
30 Septiana H. 38
31 Siti Fatimah 38
32 Sudirop 36
33 Surahmat 33
34 Sutinyo 34
35 Tri Jaka M 39
36 Ulfa Istiana 38
37 Yuda Wira Kusuma 36
38 Yulianti 36
39 Yenita 39
40 Yanti 38
Tabel 33
Subyek x y xy x2 Y22
NΣxy − (Σx)(Σy )
rxy =
[ NΣx − (Σx) 2 ][ NΣy 2 − (Σy ) 2
2
40(61076) − (1741)(1391)
=
[40(76075) − (7441) 2 ][40(49676) − (1391) 2
2443040 − 2421731
=
[3043000 − 3031081][1987040 − 1934881]
21039
=
[11919][52159]
21309
=
621683121
21309
=
24933,57417
= 0,85
E. Interprestasi Data
interprestasi data terhadap angka indeks korelasi product miment melalui dua cara
yaitu :
y adalah korelasi positif yang sedang yang sangat kuat dan tinggi.
rumusan hipotesa kerja / alternatif (Ha) dan hipotesa nihil (Ho) yang
tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak, sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari
df = N – nr
= 40 – 2
= 38
Ternyata rxy atau ro (0,85) adalah lebih besar dari pada r tabel karena rxy
atau ro lebih kecil dari pada r tabel. Maka hipotesa alternative (Ha) diterima dan
hipotesa nihil (Ho) ditolak. Artinya terdapat korelasi positif yang signifikan antara
pembelajaran fiqh dan implementasinya terhadap ibadah shalat siswa SMP AL-
berikut :
KD = r2 x 100 %
= (0,85)2 x 100 %
= 0,7225 x 100 %
= 72,25 %
F. Ulasan
pembelajaran fiqh dan implementasinya pada ibadah shalat siswa SMP Al-
Manshuriyah berjalan dengan baik. Nilai ini didapat melalui penyebaran angket.
antara pembelajaran fiqh dan implementasinya pada ibadah shalat siswa termasuk
kategori korelasi positif dan termasuk koefisien yang sedang atau cukup, karena
pada taraf 0,70 – 0,90 yang artinya bahwa hubungan antara pembelajaran fiqh dan
implementasinya pada ibadah shalat siswa termasuk hubungan yang sangat kuat
melalui dua cara yaitu : pertama dengan cara kasar atau sederhana, cara
maka dapat diberi interprestasi secara kasar yaitu memang antara variable x
terdapat korelasi yang sangat kuat dan tinggi. Sehingga korelasi itu dianggap ada,
Kedua adalah dengan cara teliti atau dengan cara berkonsultasi pada nilai r
tabel product moment, cara ini ditempuh dengan terlebih dahulu mengetahui
0,304 ternyata “rxy” lebih besar dari pada r tabel, maka hipotesis alternative
diperoleh r tabel 0,393. pada taraf ini juga ternyata “rxy” lebih besar dari pada r
tabel, maka hipotesa alternatif diterima dari hipotesa nol ditolak, sehingga
Namun demikian jika dilihat dari jumlah prosentase siswa yang kurang
benar, dan dengan cara mengadakan kerjasama yang baik antara orangtua
shalat antara lain karena kurangnya perhatian dan kontrol dari sebagian
orangtua, latar belakang lulusan siswa sebelum masuk di SMP Al-
wujud hasil kerjasama yang baik antara sekolah dengan orangtua siswa dalam
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manshuriyah Jakarta secara umum baik, hal ini terlihat dari usaha yang
dilingkungan sekolah.
76
B. Saran
akan lebih berahasil sesuai dengan tujuan dan kurikulum yang telah
ditetapkan.
3. Bagi siswa hendaknya dapat belajar lebih aktif dan mengamalkan ilmu
Manar, HM. Abdullah Ibadah Dan Syari’ah, Jakarta: PT. Pamatar, 1999
Echol, Jhon M. dan Hasan Shadili, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia,
1990. Cet. XVIII
Majid, Abdul et.all, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan
Implementasi Kurukulum 2004, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004,
Cet. 1.
81
Nawawi, H, Rifat Syauqi. Shalat Ilmiah Dan Amaliah, Jakarta: PT. Fikahati
Aneska,2001
Ritonga A. dan Zainuddin.H, Fiqih Ibadah, Jakarta: Media Pratama,1997, Cet.l.
Rifa'i, H. Moh. Ilmu Fiqih Islam Lengkap, Semarang: Toha Putra, 1978
Alfabeta,2007).
Shiddieqy, Hasbi Ash., Kuliah Ibadah, Semarang: PT. Pustaka Putra, 2000.Cet.l
Sobur , Alex, M.Si, Psikologi umum dalam lintasan sejarah, Bandung : CV.
Pustaka Setia, 2003, Cet. 1.
Syah., H. Ismail Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992. Get. 2.
Winaputra Udin S. MA. et. All, Materi Pokok Belajar dan Pembelajaran, Jakarta:
Direktorat Jendral pembinaan Kelembagaan Islam dan Universitas
Terbuka, 1996, Cet.2
Nama :
Jenis Kelamin :
Kclas :
2. Angket ini bertujuan ilmiah semata-mata untuk penelitian skripsi dan tidak
Keterangan :
Pertanyaan
1. Sejak kapan Bapak menjabat Kepala Sekolah di SMP Al-Manshuriyah
Jakarta?
2. Sebelum menjabat Kepala Sekolah di SMP Al-Manshuriyah Jakarta
apakah Bapak pernah menjabat kepala sekolah di tempat lain ?
3. Kurikulum apakah yang dipergunakan di SMP Al-Manshuriyah Jakarta
4. Upaya apa saja yang Bapak lakukan dalam meningkatkan mutu sekolah ini
?
Jawaban
1. Saya menjabat kepala sekolah di SMP Al-Manshuriyah Jakarta dari tahun
1996 sampai sekarang
2. Sebelum menjabat kepala sekolah di SMP Al-Manshuriyah ini, saya belum
pernah menjabat kepala sekolah di tempat lain, oleh karena itu
kepercayaan yang telah diberikan ini saya jadikan pengalaman yang paling
berarti dan merupakan tanggung jawab yang besar yang harus saya jalani.
3. Kurikulum yang dipergunakan di SMP Al-Manshuriyah ialah kurikulum
perpaduan antara kurikulum KBK dengan KTSP tapi lebih mengacu pada
KTSP.
4. Upaya yang dilakukan dalam rangka peningkatan mutu sekolah
diantaranya meningkatkan mutu guru dengan mengikutsertakan berbagai
pelatihan, seminar yang berkaitan dengan pendidikan serta
mengikutsertakan berbagai kegiatan siswa dalam berbagai perlombaan
Berita Wawancara
Pertanyaan
1. Bgaimana pelaksanaan pembelajaran Fiqh di SMP Al-Manshuriyah
Jakarta dari segi kurikulum / metode dan evaluasi?
2. Tujuan apakah yang hendak Ibu capai dalam pembelajaran Fiqh ?
3. Kendala-kendala apa saja yang menunjang pelaksanaan pengajaran shalat
fardhu?
4. Hal-hal apa sajakah yang menunjang pelaksanaan pengajaran Shalat
fardhu?
5. Sebagai solusi menghadapi kendala-kendala tersebut, upaya apa saja yang
Ibu lakukan?
Jawaban
1. Pembelajaran Fiqh di SMP Al-Manshuriyah menggunakan kurikulum
yang sesuai dan berlaku yaitu KTSP.
- Metode yang digunakan adalah metode ceramah, Tanya jawab,
demonstrasi dll.
- Evaluasi : setiap kompetensi dasar selesai kita adakan penilaian, Mid
Test dan Ujian Akhir Semester
2. Tujuan pembelajaran Fiqh adalah untuk menciptakan siswa/siswi
beribadah sesuai dengan syari’at islam dan agar siswa-siswi melaksanakan
ibadah itu penuh keikhlasan, dan diterapkan dalam kehidupannya sehari-
hari.
3. Kendala-kendala yang dihadapi
- Adanya siswa/siswi yang belum dapat membaca al-Qur’an dengan
lancer dan fasih.
- Kurangnya control orang tua terhadap anak-anaknya di rumah
dalam melaksanakan ibadah.
4. Pendukung / penunjang pembelajaran shalat fardhu
- VCD Shalat - Mukena - TV
- Al-Qur’an - Masjid
5. Untuk menghadapi kendala terebut adalah :
- Mengajarkan membaca al-Qur’an terhadap siswa/siswi yang belum
lancer /fasih di luar jam pelajaran
- Mengadakan komunikasi dengan orang tua agar apa yang ingin
dicapai oleh pihak sekolah sejalan dengan yang diterapkan di
rumah, karena siswa/siswi lebih banyak berada di rumah