OLEH :
DELLA RAHMAH
NIM : 102011023494
diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 November 2006. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Anggota,
Penguji I Penguji II
Skripsi
ajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan PAI untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pend
Oleh
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
UIN JAKARTA
1427 H / 2006 M
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang tidak pernah berhenti
mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, yang telah menjadikan iman itu indah dalam
hati hamba-Nya serta menjadikan kecintaan kepada risalah-Nya lebih dicintai dari
segala apapun di dunia ini. Dengan curahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menjadi tauladan agung sepanjang masa dan mashum akan dosa serta pemupuk
ukhuwah sesama manusia. Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabat
dan pengikut sunnahnya yang selalu istiqomah menyeru dengan sruannya dan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari tidak sedikit tentunya kendala,
hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, baik yang menyangkut pengaturan
sebagainya. Namun dengan pertolongan Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang serta berkat kesungguhan hati dan kerja keras penulis dapat melewati
kesulitan yang dihadapi dan semua ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan serta
bantuan dari berbagai pihak yang selalu menyertai penulis. Untuk itu penulis
1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Ketua dan Sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku pembimbing yang telah bersedia
4. Seluruh dosen serta asisten dosen yang telah memberikan ilmu serta bimbingan
5. Ayahanda dan ibunda tercinta atas segala kasih sayangnya telah memberikan
Mita Laraswati, Sulastri Herawati, Ery Syafaati, Tuningsih, Suminar dan rekan-
rekan kelas B angkatan 2002 yang tidak dapat disebutkan yang saling
12. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi para pembaca, Amin. Dan semoga Allah SWT
pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada penulis. Amin Yaa
Rabbal A’lamin …
Della Rahmah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Kajian Teoritis................................................................................. 9
a. Pengertian Efektifitas.......................................................... 9
Peranannya................................................................................10
C. Variabel Penelitian.......................................................................... 36
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 64
B. Saran-saran...................................................................................... 65
DAFTAR
PUSTAKA
DAFTAR TABEL
3. Tanggapan siswa mengenai metode apakah yang tepat digunakan oleh guru
sahabat...................................................................................................................49
pelajaran.................................................................................................................51
7. Tanggapan siswa mengenai berapa lama biasanya guru aqidah akhlak dalam
menyampaikan cerita.............................................................................................53
8. Tanggapan siswa mengenai apakah bahasa yang digunakan oleh guru dalam
9. Tanggapan siswa mentgenai apakah cerita yang disampaikan oleh guru sesuai
kitab suci al-Qur’an dan prilaku yang disampaikan oleh guru dengan
12. Tanggapan siswa mengenai apakah mereka dapat mengingat kembali cerita
14. Tanggapan siswa mengenai apakah mereka dapat mengambil pesan baik dan
1
Rama Yulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalm Mulia, 1994), h. 1
2
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), Cet. Ke-1, h. 10
hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut
ukuran-ukuran Islam. Atau dengan kata lain pendidikan Islam merupakan
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari
pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran
agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran
agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan
kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.
Adapun tujuan dari pendidikan Islam yaitu mewujudkan insan kamil
dengan pola taqwa. Insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat
hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena ketaqwaan kepada Allah
SWT. Dan ini mengandung arti bahwa pendidikan Islam itu berguna bagi dirinya
dan masyarakat serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan
ajaran Islam dalam hubungannya dengan Allah dan sesamanya, dapat mengambil
manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup
di dunia dan akhirat nanti.3
Berbudi pekerti luhur atau berakhlak mulia merupakan salah satu
komponen dari tujuan pendidikan Islam. Sedangkan pendidikan akhlak atau yang
lebih dikenal dengan pendidikan aqidah akhlak adalah salah satu mata pelajaran
yang merupakan rumpun dari pendidikan agama Islam. Akhak secara terminology
diartikan sebagai suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.4 Kalau
melihat definisi akhlak tersebut maka pendidikan akhlak perlu dilakukan sejak
dini karena kalau kita keliru dalam mendidik anak didik maka yang tertanam
dalam jiwa mereka pun perbuatan yang keliru pula. Aqidah akhlak adalah ilmu
yang membahas tentang bagaimana kita berprilaku yang sesuai dengan keyakinan
dan ajaran agama yang dianut atau norma dan etika yang berlaku dalam Islam.
3
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. Ke-3, h. 28
4
H. Abudin Nata, MA., Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), Cet. Ke-2,
h. 3
Oleh sebab itu, pendidikan aqidah akhlak sudah menjadi salah satu bagian
dari pendidikan Islam yang dierikan oleh lembaga-lembaga pendidikan kepada
peserta didik dimulai dari madrasah Ibtidaiyh, Tsanawiyah, Aliyah bahkan sampai
ke perguruan tinggi. Karena kebesaran agama Islam antara lain terletak pada
kaidah-kaidah moralitas atau akhlak yang diajarkannya, yang meliputi seluruh
aspek kehidupan manusia, dan di dalam ajaran agama Islam tidak ada aktivitas
manusia yang terlepas dari tuntunan akhlak seperti tata cara bergaul, tingkah laku,
perasaan atau aspek apapun dari aktivitas manusia, baik politik, sosial, ekonomi,
kesenian dan lain-lain. Semuanya harus selaras dengan akhlak islamiyah dan
berdasarkan kepada tuntunan ibadah kepada Allah SWT.
Adapun tujuan utama pendidikan akhlak dalam Islam adalah agar manusia
berada dalam kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang lurus, jalan yang
telah digariskan oleh Allah SWT.5
Untuk mencapai dari tujuan pendidikan akhlak tersebut yang juga
merupakan bagian dari tujuan pendidikan Islam maka seorang guru harus
memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efesien mengena
kepada tujuan yang diharapkan. Karena guru sebagai pendidik dan pengajar
dalam hal ini bertanggung jawab terhadap kesuksesan proses belajar mengajar.
Seorang guru pun juga harus bisa memilih dalam penggunaan metode yang
disesuaikan dengan materi situasi, kondisi serta pesan yang ingin disampaikan.
Karena penggunaan metode yang tidak tepat akan menjadi penghambat jalannya
proses belajar mengajar sehingga tenaga dan waktu akan terbuang sia-sia.
Metode yang merupakan salah satu pendukung dalam kesuksesan proses
belajar mengajar diartikan sebagai jalan atau cara yang harus dilalui untuk
mencapai suatu tujuan.6 Atau dapat juga diartikan sebagai suatu cara yang
5
Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), Cet. Ke-1, h,
159
6
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), Cet. Ke-4, h. 61
dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa
sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan mudah dan yang menjadi tujuan
Metode bercerita adalah salah satu metode atau cara yang dilakukan oleh guru
dalam menyampaikan materi atau pesan yang disesuaikan dengan kondisi anak
didik. Guru yang mampu memberi informasi dalam penyampaian cerita akan
menimbulkan semangat dan minat belajar pada diri anak didik. Karena
didik. Karena anak didik itu akan selalu tertarik pada sesuatu yang baru, oleh
sebab itu metode bercerita salah satu variasi metode yang membantu guru dalam
1. Pembatasan Masalah
1.2. Karena ruang lingkup bidang studi Aqidah Akhlak itu cukup luas maka
2. Perumusan Masalah
Aqidah Akhlak pada materi kitab suci Al-Qur’an dan prilaku kehidupan
Akhlak pada materi kitab suci Al-Qur’an dan prilaku kehidupan sahabat di
Aqidah Akhlak pada materi kitab suci Al-Qur’an dan prilaku kehidupan
sahabat.
C. Tujuan Penelitian
pembelajaran bidang studi Aqidah Akhlak pada materi kitab suci Al-Qur’an
pembelajaran bidang studi Aqidah Akhlak pada materi kitab suci Al-Qur’an
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini tersusun dalam lima Bab yang berisi
serangkaian pembahasan yang saling berkaitan satu sama lain sebagai satu kesatuan.
BAB KEDUA: Kajian Teori, yang terdiri dari efektifitas metode bercerita
metode dan peranannya. pengertian metode bercerita, aspek-aspek yang terdapat dalam
cerita, fungsi dan tujuan bercerita serta pengertian tentang mata pelajaran aqidah
akhlak dan fungsi pendidikan aqidah akhlak, ruang lingkup, serta tujuan
A. KAJIAN TEORITIS
a. Pengertian Efektifitas
berarti ada efeknya (akibat, pengaruh, kesan), manjur atau mujarab, dapat
atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya). Jelasnya bila sasaran atau
7
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), cet. ke-8, h. 961
8
Hasan Sadhili, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve), jilid 2, h. 883
adalah efektif. Jadi kalau tujuan atau sasaran itu tidak selesai sesuai
yang baik.
1. Pengertian Metode
Yunani yaitu Metha yang berarti melalui hodos yang berarti jalan atau
cara. Metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai
9
Suwarno Handayani Ningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, (Jakarta:
PT. I Dayau Press dan Yayasan Masagung, 1990), cet. ke-10, hl. 16
10
Ramasulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), cet. ke-2, h.
2
Sedangkan Prof. Dr. Zakiah Daradjat dalam bukunya metodik
sebagai suatu cara kerja yang sistematik dan umum, seperti cara-cara
metode sebagai cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan
sangat efektif digunakan untuk suatu mata pelajaran tertentu, tapi tidak
efektif untuk mata pelajaran yang lainnya. Atau suatu metode efisien
11
Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), h. 1
12
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1997), h. 1
13
H. Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), h.
10
untuk suatu kondisi tertentu, tapi tidak efisien untuk kondisi yang lain.
b. Siswa/Pelajar
14
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), cet. ke-2, h.
107-109
pengetahuan yang cukup luas dan penguasaan bahasa serta
c. Bahan Pelajaran
Drill.
d. Guru/Pendidik
Peran.
e. Srana/Fasilitas
Yang dalam factor fasilitas antara lain, alat peraga, ruang, waktu,
f. Situasi
Tidak ada suatu metode yang baik untuk setiap tujuan dalam
mendatangkan hasil.
h. Waktu
efektif.
3. Peranan Metode
di antaranya:
15
H. M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet. ke-5, h. 97
belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang
metode mengajar.”16
belajar siswa.”17
didik.18
peran metode itu sangat penting tidak hanya sebagai alat dan strategi
Roestiyah NK, Strategi Beljar Mengajar, Salah Satu Unsur Pelaksanaan Belajar Mengajar;
16
c. Metode Bercerita
Sementara itu kata bercerita berasal dari kata cerita dalam kamus
19
Syamsir Arifin, Kamus Sastra Indonesia, (Jakarta: Balai PUstaka, 1991), cet. ke-10, h. 26
20
Soekanto, Seni Bercerita Islami, (Jakarta: Bina Mitra Press, 2001), cet. ke-2, h. 9
Adapun pengertian cerita dalam kamus umum Bahasa
suatu cerita.21
ini metode juga harus bervariatif. Dan cerita juga harus disesuaikan
21
Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai PUstaka, 1976), h. 186
dengan materi pelajaran yang sedang dibahas. Sehingga akan
tersebut.
sejarah sangat bermanfaat bagi anak didik karena dari kisah tersbut
mereka dapat meniru dari apa yang baik yang terdapat dalam kisah
tersebut.
tema. Oleh sebab itu seorang pendidik harus bisa memilih tema cerita
22
W.J.S. Poerwadarminta., Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982)
23
Aminuddin, M.Pd, Pengantar Apresiasi Karya Sastra, (Bandung: CV. Sinar Baru, Sinar
Baru, 1987), cet. ke-1, h. 93
adapula yang mengartikan tema sebagai gagasan, ide atau pokok
diantaranya yang banyak itu banyak pula tema cerita yang diterbitkan
yang tidak memiliki nilai pendidikan dan moral. Tema cerita yang
diantaranya adalah :
tidak hanya karena daya tarik ceritanya saja, melainkan harus sarat
24
J. Abdullah, Memilih Dongeng Islam Pada Anak, (Amanah: 1997), h. 2
kamu sebelum (Aku Mewahyukan) adalah termasuk orang-orang
ِ ﻷْﻟَﺒﺎ
ب َ ﻷوﻟﻲ ْا
ُ ِﺼ ِﻬ ِْﻋﺒَﺮٌ\ة َ َآ
َ َﺎن ﻓِﻲ ﻗ
ِ ﺼ ﻟَﻘَ ْﺪ
ْﻢ
Artinya: “Sesungguhnya di dalam kisah-kisah mereka terdapat
c. Aspek Psikologis
baik.
c. Mengembangkan imajinasi.
d. Mendidik akhlak.
e. Mengasah rasa.
25
Abdul Aziz Abdul Madjid, Mendidik dengan Cerita, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001),
cet. Ke-1, h. 64
26
Hapidin dan Winda Gunarti, Pedoman Perencanaan, Pengelolaan dan Evaluasi Pengajaran
di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: PGTK Darul Kalam, h. 62
27
Asnelli Ilyas, Mendambakan Anak Saleh, (Bandung: Al-Bayan, 1995), cet. Ke-2, h. 13
Jadi jelaslah metode bercerita disajikan kepada anak didik
Qur’an.
28
Bahroni S., Mendidik Anak Saleh Melalui Metode Pendekatan Seni Bermain, Cerita dan
Menyanyi, (Jakarta: t.pn, 1995), h. 24
b. Menanamkan nilai-nilai pendidikan yang baik
berupa cerita para Rasul atau umat yang terdahulu yang memiliki
pengajaran.
tingkah laku anak, karena dengan secara tidak langsung cerita itu
29
Diah Syukrisnawati, Seni Islam sebagai Media Pendidikan, (Jakarta: PGTK Darul Qalam,
1994), cet-1, j. 24
e. Membangkitkan rasa ingin tahu30
berupaya memahami isi cerita. Isi cerita yang dipahami tentu saja
sikap.
bukan hanya sebagai hiburan dan teman dikala tidur tetapi juga
berikut:
30
Ibid
2) Jangan menggunakan kata sifat, melainkan gunakanlah kata kerja.
sangat terbatas.
31
Diah Syukrisnawati, Seni Sebagai Media Pendidikan Islam, (Jakarta: Lembaga Pembinaan
dan Pembinaan Pengembangan TKKQ BKPMI, 1993), h. 27
b. Menyimpulkan Pokok Isi Cerita
jelas diri isi cerita yang disampaikan, dan mampu memahami inti
anak memahami isi cerita secara utuh. Anak dapat mengenal tokoh
memasuki dunia cerita itu seniri dan setelah puncak cerita dicapai
32
Wilson Nadeak, Cara-cara Bercerita, (Bandung: Bintang Cipta, 1987), cet. ke-1, h. 40
pokok-pokok isi cerita, pencerita selalu berpedoman kepada norma
ajaran Islam yang telah digariskan oleh Al-Qur’an dan hadits, serta
yang secara etimologi kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu “ “ ﻋﻘﺪ
yang berarti kepercayaan atau keyakinan.33
pekerti, adat kebiasaan, perangai, muru’ah atau segala sesuatu yang sudah
menjadi tabiat.34
pedoman khusus aqidah dan akhlak adalah upaya sadar dan terencana
bangsa.35
1. Fungsi
dan ketakwaan kepada Allah SWT. serta akhlaq mulia peserta didik
35
Departemen Agama RI, Pedoman Khusus Aqidah dan Akhlak, (Jakarta, 2004), h. 21
hari; (f) Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan
tinggi.36
2. Tujuan
c. Ruang Lingkup
Tsanawiyah meliputi:
36
Ibid., h. 22
37
Ibid.
1. Aspek Aqidah terdiri atas keimanan kepada sifat wajib, mustahil dan
jaiz Allah, keimanan kepada kita Allah, Rasul Allah, sifat-sifat dan
2. Apek akhlaq terpuji yang terdiri atas khauf, taubat, tawadlu, ikhlas,
bermusyawarah.
ghibah.38
pelaksanaan, yang melibatkan guru dan murid yang kemudian evaluasi. Langkah
1. Merupakan tujuan yang hendak dicapai dan materi yang akan disampaikan.
metode bercerita.
38
Ibid., h. 23
4. Memperhitungkan waktu yang akan diperlukan, termasuk waktu siswa untuk
seorang guru diawal memulai kegiatan belajar mengajar maka terlebih dahulu
bergantian untuk membaca materi yang akan dibahas point perpoint setelah
Setelah guru selesai menyampaikan materi dengan metode bercerita tadi lalu guru
dengan materi dan cerita yang telah disampaikan dan apabila waktunya masih
menjelaskan kembali mengenai materi dan cerita yang telah disampaikan. Lalu
guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi dan cerita yang telah
disampaikan.
dilakukan dengan tujuan mengetahui hasil yang telah dicapai siswa dari
memperhatikan dari seluruh siswa berapa persenkah siswa yang dapat menjawab
C. Kerangka Berfikir
namanya metode. Metode diartikan sebagai suatu cara yang sistematik yang
dalam mengajar dan metode sebagai alat untuk menciptakan proses belajar
mengajar.
keberhasilan proses belajar mengajar maka pemilihan metode yang tepat menjadi
metode yang digunakan oleh guru. Metode berceritaadalah suatu cara yang
digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik
dengan menuturkan cerita atau suatu peristiwa, kejadian atau pegalamannya yang
dengan cerita tersebut dapat disampaikan pesan-pesan yang baik dan dapat
mempengaruhi perasaan sikap dan tingkah laku. Oleh sebab itu dalam memilih
tema cerita harus diperhatikan beberapa aspek berikut: aspek religius, aspek
Selain memiliki fungsi metode bercerita juga memiliki tujuan yaitu agar
dalam kehidupan sehari-hari dan menambahkan rasa cinta anak kepada Allah,
Rasul, dan Al-Qur’an. Maka, sangat diperlukan metode bercerita ini pada proses
pembelajaran bidang studi Aqidah Akhlak terutama pada materi tentang kitab suci
Al-Qur’an dan prilaku sahabat yang dengan metode bercerita tersebut diharapkan
sehari-hari.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, yang berguna dalam menjawab
A. Tujuan Penelitian
bercerita dalam kegiatan pembelajaran aqidah akhlak pada materi kitab suci Al-
dan hal – hal apa sajakah yang menunjang pelaksanaan metode bercerita.
Waktu penelitian dan uji coba adalah sejak tanggal 6 Februari sampai
C. Variable Penelitian
Atau segala sesuatu yang dijadikan objek penelitian. Adapun variable pada judul
Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakterisik yang sama sehingga
13 adalah sebanyak 150 orang dari 4 kelas. Kemudian penulis hanya mengambil
sample sebanyak 50 orang responding dari keseluruhan jumlah siswa yang
Cara pengumpulan data ini ditempuh melalui beberapa teknik antara lain:
berkaitan dengan penelitian yang harus dijawab dan diisi oleh responden.
penulis, penulis segera meneliti angket satu per satu mulai dari nomor pertama
2. Tabulating
angket ke dalam tabulasi. Kemudian setelah data diolah, sehingga hasil angket
Keterangan:
kita.
dengan no.
antara frekuensi yang diobservasi dan frekuensi teoritis. Dan setelah itu baru
HASIL PENELITIAN
Selatan
dengan lainnya beberapa MTs. N hasil pemekaran beberapa MTs. Negeri Filian dan
kelas-kelas di DKI Jakarta, di antaranya MTs. N Johar Baru, MTs. N Jelembar, MTs.
menyongsong eraglobalisasi.
MTs. N 13 Jakarta lahir dan tumbuh di era globalisasi yang mau tidak mau
dituntut berperan ganda dalam menghadapi dampak modernisasi. Di satu sisi harus
dapat mencetak generasi yang memahami teknologi, namun di sisi lain tetap
dibangun dalam rangka wajib belajar 9 tahun. Bentuk fisik dan sarana madrasah
cukup memadai, terdiri dari ruang belajar, ruang serba guna, ruang kepala, guru
laboratorium IPA, perpustakaan, WC, gudang dan rumah dinas guru serta lapangan
proses belajar mengajar yang maksimal, namun hambatan alam dan geografis
madrasah yang jauh dari pemukiman penduduk, sehingga rawan terjadinya tindak
Bahkan yang lebih menghawatirkan lokasi madrasah dijadikan markas para pelaku
tindak kriminal. Hambatan lain adalah posisi bangunan diapit dua anak sungai yang
bertempat sebelah kiri depan halaman madrasah, dan karena lokasi madrasah lebih
rendah, maka di musim hujan terjadi arus balik yang menggenangi madrasah dan
tidak jarang masuk ruang belajar. Hal ini menyebabkan rusaknya sarana fisik dan
sulitnya guru dan siswa memasuki lokasi madrasah, karena jauhnya jarak jalan
dengan lokasi madrasah yang harus melewati hamparan sawah yang licin akibat
Namun demikian hambatan tersebut tidak pernah dan tidak akan menyerutkan
semangat pengabdian para pendidik dan siswa terdidik. Pimpinan madrasah terus
secara gotong royong dengan melibatkan aparat madrasah dan para siswa dan yang
lebih penting pimpinan madrasah terus memompa semangat guru, karyawan terlebih
para siswa agar tidak pernah menyerah, dengan terus belajar dan tetep percaya diri.
Upaya ini tidak sia-sia, sehingga proses belajar tetap berlangsung dengan lancar dan
kepercayaan masyarakat terus meningkat seiring makin eksisnya madrasah ini di hati
masyarakat.
Hal ini terbukti dari sumbangan masyarakat yang makin besar. Tahun
pelajaran pertama 1986/1987 terjaring 2 kelas, ini luar biasa untuk ukuran sekolah
yang masih baru. Bahkan pada tahun berikutnya rombongan belajar kelas satu
mencapai 4 kelas dan bahkan di akhiri menempati lokasi lama (KJ Petukangan)
lain adalah setiap tahun diadakan peringatan hari besar keagamaan yang mengambil
tempat di desa tertentu, tempat banyak siswa berdomisili dan tempat tersebut
memang membutuhkan sentuhan rohani seperti itu. Dalam ingatan penulis beberapa
kali diadakan program itu di antaranya di kampung Pabuaran Pondok Karya dan di
Memang untuk semua itu diperlukan kesamaan visi dan pembuatan program
yang realistis, kreatif, dan inovatif berdasarkan masukan berbagai pihak, termasuk
guru, siswa dan orang tua serta yang lebih menentukan adalah jiwa kepemimpinan
dari pimpinan Lokasi (Pinlok). Pimpinan madrasah pertama setelah MTs. N 3 KJ
dibuka adalah Bapak Drs. E. Komaruddin kepala MTs. N 3 Pondok Pinang dan
Pinloknya Bapak Drs. Asep Saefuddin. Duet keduanya terkenal disiplin yang
terkadang tanpa kompromi sehingga pada awalnya berat untuk diterima, namun
akhirnya menjadi ciri khas beliau dan itu dapat diterima pihak, terbukti tingkat
disiplin madrasah yang baru itu tidak kalah dengan sekolah negeri lainnya. Setahun
kemudian Drs. Komaruddin dimutasi ke MTs. N Jakarta Barat dan digantikan Bapak
Drs. Lukman Hakim dengan pimpinan lokasi tetap Bapak Drs. Asep Saefuddin.
antaranya Bapak Fakih Syukri sebagai guru Olah Raga dan Pembina Kesiswaan. Pada
menggantikan Bapak Drs. Asep Saefuddin yang ditarik ke MTs. N 3 Pusat pembina
OSIS bersama beberapa pembina lainnya seperti Bapak Syarifuddin, Bapak Bahroji
dan penulis sendiri. Tidak kalah pentingnya peran wali kelas dan guru yang dapat
berperan aktif di samping mengajar juga menjadi pembina kegiatan di luar jam
Bapak M. Yusuf dan Ibu Resnawati (Alm) serta pembantu madrasah merangkap
penjaga malam Bapak Ade Rasyid Posisi TU sekolah sama pentingnya dengan guru
mengingat walaupun berbeda tugas namun sama tujuannya yaitu mendidik siswa di
sekolah. Siswa dan orang tua menganggap siapapun yang berada di madrasah mereka
adalah guru layak disapa pak atau guru, sehingga dalam tindakan dan penampilan
petukangan. Beliau sangat disiplin dalam membimbing dan tentunya dengan gaya
siswa tidak dapat dianggap kecil terutama bidang ekstra kurikuler. Sebagai contoh
pimpinan madrasah mewajibkan guru dan karyawan hadir di madrasah, bila ada
Buah ini semua adalah kekompakan dan prestasi bidang kesiswaan utamanya
pramuka dan Volly yang selalu mendapat nomor pada Porseni tingkat DKI.
Menurut heman penulis paling tidak ada tiga faktor yang mendukung keadaan
di atas:
Pada saat itu visi dan misi madrasah baru diarahkan pada upaya secepat
dibutuhkan dilihat langsung oleh masyarakat pada saat itu, melalui kegiatan
sosial, keagamaan, kepramukaan, olah raga dan lain-lain. Pelaksanaan visi dan
misi ini tentu juga bergantung pada faktor kebijakan pimpinan yang konsisten
sesuai dengan visi dan misi ditetapkan, misalnya dalam hal penetapan perlunya
fairah olah raga di madrasah dengan menetapkan hari Jum’at sebagai wajib
Semua guru utamanya wali kelas ditopang pembina OSIS bebas membuat
program di kelasnya, mulai dari paparan tugas sehari-hari wali kelas termasuk
“home visit” sampai harus menjadi manajer team olah raga di kelasnya. Semua
wali kelas bersaing untuk menjadi yang terbaik, baik bidang akademik terlebih
ekstrakurikulernya.
3. Kemandirian Siswa
menampilkan sosok OSIS yang cukup mandiri, dengan bukti banyaknya prestasi
Pada awal tahun pelajaran 1992/1993, sudah mulai terdengar kabar bahwa
penyelenggara MI yang memang tahun pelajaran itu sudah menerima siswa kelas
lebih satu kilometer dari ja’an ulujami Raya depan Pesantren Darunnajah
Ulujami.
Akhirnya pada pertengahan tahun pelajaran itu madrasah dipindahkan ke
Namun pada saat sekarang ini setelah Dra. Hj. Farida Daulay, M.Pd.
menjadi kepala sekolah kendala banjir yang menjadi masalah sekolah sudah tidak
ada lagi karena setelah beliau diangkat menjadi kepala sekolah beliau melakukan
sekolah yang dekat dengan sungai. Akan tetapi sungai itu sekarang sudah ditutup
dan sekolahpun dipagar sehingga tidak ada masalah lagi apabila musim hujan
banyaknya jumlah murid yang ada. Dan letak gedung 2 MTs. N 13 berlokasi di Jl.
Tabel 1
1. Tanggapan siswa dalam mengikuti pelajaran bidang Aqidah Akhlak
Frekuensi yang
Frekuensi Teoritis
Jawaban diobservasi
(ft)
(fo)
a. Sangat Senang 17 12,5
b. Senang 28 12,5
c. Kurang Senang 5 12,5
d. Tidak Senang 0 12,5
Jumlah 50 50
2
fo fo fo fo - ft 2
ft
ft ft ft
2 2 2
ft ft ft
17 28 5 0
12,52 12,5
2
12,5
2
12,5
2
Maka dapat diperoleh hasil bahwa kai kuadrat observasi atau X2 jauh lebih
besar daripada
t
X 2
yaitu 7,815 < 37,84 > 11,345, dengan demikian hipotesis nihil
ditolak.
jawaban senang dalam mengikuti pelajaran Aqidah Akhlak yaitu sebanyak 28 orang
siswa dari 50 responden ini bertanda bahwa minat belajar siswa sudah cukup baik.
Walaupun ada beberapa siswa yang memilih jawaban kurang senang, mungkin
karena kesulitan mereka dalam memahaminya, oleh sebab itu sudah seharusnya
siswanya agar mereka mempunyai minat yang tinggi dalam mengikuti pelajaran
Aqidah Akhlak dan seorang guru juga harus kreatif dalam memilih metode agar
Frekuensi yang
Frekuensi Teoritis
Jawaban diobservasi
(ft)
(fo)
a. Metode ceramah dan cerita 43 12,5
b. Metode Tanya Jawab 5 12,5
c. Metode Diskusi - 12,5
d. Tidak Hafalan 2 12,5
Jumlah 50 50
Dengan demikian diperoleh hasil X2 jauh lebih besar daripada Xt2, yaitu: 7,815
metode ceramah dan cerita yang sering digunakan guru Aqidah Akhlak dalam
menyampaikan materi pelajaran. Tetapi perlu juga diperhatikan oleh seorang guru
bahwa perlulah pengunaan metode yang bervariatif yang disesuaikan dengan materi pelajaran dan kondi
Tabel 3
3. Tanggapan siswa mengenai metode yang tepat digunakan guru bidang studi Aqidah Akhlak me
Frekuensi yang
Frekuensi Teoritis
Jawaban diobservasi
(ft)
(fo)
a. Metode Cerita 31 12,5
b. Metode Diskusi 1 12,5
c. Metode Ceramah 8 12,5
d. Tidak Tanya Jawab 11 12,5
Jumlah 50 50
Dengan demikian diperoleh hasil X2 jauh lebih besar daripada Xt2 yaitu 7,815
Dengan demikian diperoleh hasil X2 jauh lebih besar daripada Xt2 yaitu 5,991
materi tentang kitab suci Al-Qur’an dan prilaku sahabat akan tetapi alangkah baiknya
apabila pengguna metode bercerita tersebut divariasi dengan metode lain seperti:
metode tanya jawab agar terjadi dialog antar siswa dan guru juga lebih menghidupkan
suasana belajar.
Tabel 5
5. Tanggapam siswa mengenai apakah mereka senang mendengarkan cerita
yang disampaikan oleh guru Aqidah Akhlak mengenai materi kitab suci Al-
Qur’an dan
prilaku sahabat
Frekuensi yang
diobservasi Frekuensi Teoritis
Jawaban
(ft)
(fo)
a. Sangat Senang 10 12,5
b. Senang 34 12,5
c. Kurang Senang 6 12,5
d. Tidak Senang - 12,5
Jumlah 50 50
2
fo fo fo fo -
ft ft ft ft
2 2 2 2
ft ft ft ft
10 34 6 0
12,52 12,5 12,5
12,502
2 2
12,5 12,5 12,5 12,5
2,52 21,52 6,52 12,52
12,5 12,5 12,5 12,5
0,5 36,98 3,38 12,5
53,36
db df - 1
4 1
3
Dengan df sebesar 3 maka, diperoleh X2 sebagai berikut :
Dengan demikian diperoleh hasil X2 jauh lebih besar daripada X 2t yaitu 7,815
mendengarkan cerita yang disampaikan oleh guru Aqidah Akhlak akan tetapi ada
pula yang menjawab kurang senang mendengarkan cerita yang disampaikan oleh guru
Aqidah Akhlak. Hal ini mungkin disebabkan karena alur cerita yang disampaikan
kurang menarik atau juga dalam menyampaikan cerita guru kurang berekspresi.
Tabel 6
6. Tanggapan siswa mengenai apakah mereka memperhatikan dengan baik
ketika guru sedang mengajar dengan menggunakan metode cerita
Frekuensi yang Frekuensi Teoritis
Jawaban diobservasi (ft)
(fo)
a. Selalu Memperhatikan 38 12,5
b. Cukup Memperhatikan 10 12,5
c. Kurang Memperhatikan 2 12,5
d. Tidak Memperhatikan - 12,5
Jumlah 50 50
2
fo fo fo fo - ft 2
ft
2
ft
2
ft
2 ft
ft ft ft
Dapat disimpulkan, mayoritas siswa menjawab selalu memperhatikan ketika guru sedang mengajar dengan
Tabel 7
7. Tanggapan siswa mengenai berapa lamakah biasanya guru Aqidah Akhlak dalam menyampaika
Frekuensi yang
Frekuensi Teoritis
Jawaban diobservasi
(ft)
(fo)
a. 15 menit 10 12,5
b. 20 menit 17 12,5
c. 35 menit 20 12,5
d. 40 menit 3 12,5
Jumlah 50 50
Mayoritas siswa menjawab bahwa lamanya guru bercerita 35 menit. Dan sebaiknya bagi seorang guru d
Tabel 8
8. Tanggapan siswa mengenai apakah bahasa yang digunakan oleh guru dalam bercerita dapat dip
Frekuensi yang
Frekuensi Teoritis
Jawaban diobservasi
(ft)
(fo)
a. Dapat Dipahami 32 12,5
b. Cukup Dipahami 16 12,5
c. Kurang Dipahami 2 12,5
d. Tidak Dapat Dipahami - 12,5
Jumlah 50 50
Dengan demikian diperoleh hasil X2 jauh lebih besar daripada X t2 yaitu 7,815
menyampaikan cerita sudah baik dapat dipahami. Hal ini terlihat dari mayoritas
Tabel 9
9. Tanggapan siswa apakah cerita yang disampaikan oleh guru sesuai
dengan materi yang sedang dibahas dan menarik dari segi isi dan
temanya
Frekuensi yang
Frekuensi Teoritis
Jawaban diobservasi
(ft)
(fo)
a. Sesuai 34 12,5
b. Cukup Sesuai 14 12,5
c. Kurang Sesuai 2 12,5
d. Tidak Sesuai - 12,5
Jumlah 50 50
Dengan demikian diperoleh hasil X2 jauh lebih besar daripada X 2t yaitu 7,815
Terlihat mayorita jawaban siswa (34) responden menjawab bahwa cerita yang
disampaikan oleh guru sesuai dengan materi yang sedang dibahas, dan memang
sudah seharusnya seperti itu agar apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Tabel 10
10. Tanggapan siswa mengenai apakah mereka dapat memahami materi
tentang kitab suci Al-Qur’an dan prilaku sahabat yang disampaikan oleh
guru dengan
menggunakan metode cerita
Frekuensi yang
Frekuensi Teoritis
Jawaban diobservasi
(ft)
(fo)
a. Paham 39 12,5
b. Cukup Paham 9 12,5
c. Kurang Paham 2 12,5
d. Tidak Paham - 12,5
Jumlah 50 50
2
fo fo fo fo -
ft ft ft ft
2 2 2 2
ft ft ft ft
39 9 2 0 12,52
12,52 12,5
2
12,502 12,5
12,5 12,5 12,5
26,52 3,52 10,52 12,52
12,5 12,5 12, 12,5
5
56,18 0,98 8,82 12,5
78,48
db df - 1
41
3
Dengan df sebesar 3 maka, diperoleh X2 sebagai berikut :
Dengan demikian diperoleh hasil X2 jauh lebih besar daripada X 2t yaitu 7,815
memahami materi mengenai kitab suci Al-Qur’an dan prilaku sahabat yang
disampaikan oleh guru dengan menggunakan metode bercerita. Hal ini menunjukkan
Tabel 11
11. Tanggapan siswa mengenal apakah guru memberikan kesempatan
kepada mereka untuk bertanya usai menyampaikan cerita
Frekuensi yang
Frekuensi Teoritis
Jawaban diobservasi
(ft)
(fo)
a. Sering 32 12,5
b. Cukup Sering 7 12,5
c. Kadang-kadang 11 12,5
d. Tidak Pernah - 12,5
Jumlah 50 50
Dengan demikian diperoleh hasil X2 jauh lebih besar daripada X 2t yaitu 7,815
kesempatan untuk bertanya usai guru menyampaikan cerita. Dalam hal ini terlihat
bahwa adanya interaksi antar siswa dan guru dan hal ini bagus karena menghidupkan
suasana belajar.
Tabel 12
12. Tanggapan siswa mengenai apakah mereka dapat mengingat kembali
cerita yangtelah disampaikan oleh guru
Frekuensi yang
Frekuensi Teoritis
Jawaban diobservasi
(ft)
(fo)
a. Ya 41 25
b. Tidak 9 25
Jumlah 50 50
Dengan demikian diperoleh hasil X2 jauh lebih besar daripada X 2t yaitu 3,841
siswa dan melatih daya konsentrasi. Hal ini terlihat dari jawaban mayoritas siswa
bahwa mereka dapat mengingat kembali cerita yang telah disampaikan oleh guru.
Tabel 13
13. Tanggapan siswa mengenai apakah usai menyampaikan ceritaguru
sering menyimpulkan kembali cerita yang telah disampaikan
Frekuensi yang
Frekuensi Teoritis
Jawaban diobservasi
(ft)
(fo)
a. Sering 17 12,5
b. Cukup Sering 6 12,5
c. Kadang-kadang 27 12,5
d. Tidak Pernah - 12,5
Jumlah 50 50
Dengan demikian diperoleh hasil X2 jauh lebih besar daripada X 2t yaitu 7,815
menyimpulkan kembali cerita yang telah disampaikan. Hal ini perlu dilakukan agar
Tabel 14
14. Tanggapan siswa mengenai apakah mereka dapat mengambil pesan atau
hikmah dan mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari – hari dari
sebuah
cerita yang telah disampaikan oleh guru
Frekuensi yang
Frekuensi Teoritis
Jawaban diobservasi
(ft)
(fo)
a. Ya 45 25
b. Tidak 5 25
Jumlah 50 50
pesan dan mengaplikasikannya didalam kehidupan sehari-hari dari sebuah cerita yang
telah disampaikan. Hal inilah yang menjadi tujuan yang telah disampaikan. Hal inilah
yang menjadi tujuan dari sebuah pembelajaran tidak hanya memahami, menghayati
17 26 7 0
12,52 12,5
2
12,5
2
12,50 2
Dengan demikian diperoleh hasil X2 jauh lebih besar daripada X 2t yaitu 7,815
guru Aqidah Akhlak sudah baik. Hal ini terlihat dari jawaban mayoritas responden
Dari hasil uji hipotesis di atas telah terlihat bahwa metode bercerita efektif
digunakan pada proses pembelajaran bidang studi Aqidah Akhlak khususnya pada
materi tentang kitab suci Al-Qur’an dan prilaku sahabat. Dan pelaksanaan metode
bercerita yang telah diujicobakan sudah cukup baik. Akan tetapi pada pelaksanaannya
kesulitan dalam mencari buku cerita dan harus mengeluarkan sedikit biaya untuk
membelinya dan mencarinya sendiri di toko-toko buku, 2. Seorang guru juga agak
kesulitan dalam memilih cerita yang disesuaikan dengan materi yang akan dibahas,
karena apabila cerita yang disampaikan tidak sesuai maka apa yang menjadi tujuan
pembelajaran sulit tercapai, 3. Dan dari segi waktu, metode bercerita itu
membutuhkan waktu yang tidak sedikit sehingga terkadang waktu yang disediakan
Penggunaan metode bercerita harus disesuaikan dengan materi yang akan dibahas, sehingga guru harus panda
Seorang guru harus mempersiapkan diri dengan cerita-cerita menarik yang didapatnya dari buku-buku cerita,
Mengingat waktu yang dibutuhkan untuk penggunaan metode bercerita cukup terbatas, maka hendaknya memb
Kerjasama yang baik antara guru dan anak didik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang efektifitas metode cerita pada
mata pelajaran Aqidah di atas, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
pengajaran bidang studi Aqidah Akhlak terutama pada materi mengenai kitab suci
Al-Qur’an dan prilaku sahabat. Akan tetapi metode bercerita ini pun pada saat-
tersebut juga harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan,
tujuan pembelajaran yang akan dicapai juga kondisi siswa. Hal ini juga
dimaksudkan agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh, karena penggunaan
variatif metode akan menimbulkan semangat dan motivasi siswa untuk belajar.
mendapatkan perhatian baik dari peserta didik atau siswa-siswi. Hal ini terlihat
dan evaluasi. Dan ternyata setelah diuji coba metode bercerita yang telah
dilakukan sudah cukup baik dan mendapat respon yang cukup baik pula dari
peserta didik.
3. Metode bercerita cukup membantu secara efektif, hal ini bisa dilihat dari hasil
nilai ulangan harian mereka yang menunjukkan cukup bagus. Dan dalam proses
anak didik hal ini terlihat dari perhatian mereka mengikuti dan mendengarkan
B. Saran
1. Kepada para guru hendaknya harus selalu aktif dan kreatif dalam menyampaikan
materi pelajaran sehingga apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran dapat
tidak membosankan.
2. Seorang guru juga harus pandai dalam memilih metode yang disesuaikan dengan
materi pelajaran, tujuan pembelajaran dan kondisi siswa hal ini dimaksudkan agar
dengan materi dan memilih tema cerita yang menarik dan mendidik dan usai
bercerita sebaiknya diseling dengan penjelasan-penjelasan dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya sehingga mereka paham dan tidak bosan
serta menghidupkan suasana. Dan usahakan juga dalam bercerita jangan terlalu
lama dan berceritalah sesuatu yang baru yang belum pernah mereka dengar dan
juga cerita yang disampaikan harus disesuaikan dengan materi yang sedang
dibahas. Dalam bercerita juga seorang guru harus dapat mengekspresikan cerita
tersebut dengan gerakan misalnya mimik muka dan suara yang sesuaikan dengan
dengan baik. Dan memberikan perhatian yang lebih kepada siswa-siswi yang
mengalami kesulitan. Sharing kepada mereka kesulitan apa yang mereka dapati
dalam memahami pelajaran dan cari solusinya. Dan bagi para siswapun
5. Pihak sekolah hendaknya menambah buku-buku cerita yang islami dan baru serta
perpustakaan dan dapat menambah wawasan mereka serta guru pun lebih mudah
untuk mendapatkannya.
ANGKET SISWA
Petunjuk pengisian:
1. Sebelum mengerjakan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini hendaklah
membaca basmallah terlebih dahulu.
2. Bacalah terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan dengan seksama sebelum anda
menjawab.
3. Jawablah pertanyaan-pertanyaan dengan memberi tanda X pada pilihan
jawaban anda.
4. Apabila telah selesai mengerjakan, taruhlah angket ini di meja anda akhir
dengan membaca hamdallah selanjutnya anda dipersilahkan meninggalkan
tempat.
Daftar Pertanyaan:
1. Bagaimana pendapat anda dalam mengikuti pelajaran bidang studi aqidah
akhlak
a. Sangat senang c. Kurang senang
b. Senang d. Tidak senang
2. Metode apa yang sering dilakukan oleh guru bidang studi Aqidah Akhlak
dalam menyampaikan materi pelajaran
a. Metode ceramah dan cerita c. Metode Diskusi
b. Metode tanya jawab d. Metode Hafalan
3. Menurut anda metode apa yang tepat digunakan guru dalam mengajarkan
materi tentang kitab suci Al-Qur’an dan Prilaku Sahabat
a. Metode cerita c. Metode ceramah
b. Metode diskusi d. Metode tanya jawab
4. Apakah guru Aqidah Akhlak sering menggunakan metode cerita ketika
mengajarkan materi tentang kitab suci Al-Qur’an dan Prilaku Sahabat
a. Sering c. Tidak pernah
b. Kadang-kadang d. Sangat sering
5. Apakah anda senang mendengarkan cerita yang disampaikan oleh guru
Aqidah Akhlak dalam menyampaikan materi pelajaran
a. Sangat senang c. Senang
b. Kurang senang d. Tidak senang
6. Ketika guru sedang mengajar dengan metode bercerita, apakah anda
memperhatikan
a. Selalu memperhatikan c. Cukup memperhatikan
b. Kurang memperhatikan d. Tidak memperhatikan
7. Berapa lama biasanya guru Aqidah Akhlak dalam menyampaikan cerita
a. 15 menit c. 20 menit
b. 35 menit d. 40 menit
8. Apakah bahasa yang digunakan oleh guru dalam bercerita dapat dipahami
a. Dapat dipahami c. Cukup dipahami
b. Kurang dipahami d. Tidak dapat dipahami
9. Apakah cerita yang disampaikan oleh guru sesuai dengan materi yang sedang
dibahas dan menarik dari segi isi dan temanya
a. Sesuai c. Cukup sesuai
b. Kurang sesuai
10. Apakah anda dapat memahami materi tentang kitab suci Al-Qur’an dan materi
tentang prilaku sahabat yang disampaikan oleh guru dengan menggunakan
metode bercerita
a. Paham c. Cukup paham
b. Kurang paham d. Tidak paham
11. Apakah guru anda memberikan kesempatan kepada anda untuk bertanya usai
menyampaikan cerita
a. Sering c. Cukup sering
b. Kadang-kadang d. Tidak pernah
12. Apakah anda dapat mengingat kembali cerita yang telah disampaikan oleh
guru
a. Ya b. Tidak
13. Usai menyampaikan cerita apakah guru sering menyimpulkan kembali cerita
yang telah disampaikan
a. Sering c. Cukup sering
b. Kadang-kadang d. Tidak pernah
14. Apakah anda dapat mengambil pesan baik atau hikmah dan
mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari dari sebuah cerita yang
telah disampaikan oleh guru
a. Ya b. Tidak
15. Bagaimana tanggapan anda dalam pelaksanaan metode cerita pada pengajaran
mengenai kitab suci Al-Qur’an dan tentang prilaku sahabat
a. Sangat baik c. Baik
b. Cukup baik d. Tidak baik