Anda di halaman 1dari 23

TSAQOFAH

Jurnal Pendidikan Islam


ISSN: 2614-452; Vol. 6 No. 1 Pebruari 2021

POLITIK PENDIDIKAN NIZAM AL-MULK


Kajian Sosial-Politik Tentang Madrasah Nizhamiyah

Muhammad Rafiq Kurniawan, M.Pd.


Dosen Tetap STIT Al-Ishlah Bondowoso
elrafiq.kurniawan@gmail.com

Abstrak
Institusi pendidikan Islam selalu mengalami perkembangan selaras dengan
kebutuhan dan perubahan masyarakat. Perkembangan masyarakat ditandai
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kebutuhan untuk mendakwahkan
Islam. Abad ke-5 Hijriyah, pada saat berdirinya madrasah, perkembangan
keilmuan masyarakat khususnya muslim dapat dikatakan telah mencapai
tahapan sempurna, karena hampir seluruh ilmu baik al-ulum an-naqliyah
maupun al-ulum al-aqliyah telah disusun dan disistematisasikan. Kondisi
demikian seharusnya terrefleksikan dalam usaha pendidikan umat. Akan
tetapi karena kepentingan politik pemerintah yang menjadikan pendidikan
sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuannya, maka materi pelajaran di
madrasah sangat sarat dengan muatan politik atau tujuan-tujuan sektarian.
Ideologisasi materi pelajaran pada madrasah juga berimbas kepada metode
pembelajaran yang cenderung tertutup dan bersifat indoktrinasi, sehingga
tidak memberikan ruang untuk pengembangan cara berfikir yang kritis dan
bebas. Dengan menggunakan pendekatan sosial-politik, studi ini berusaha
menelusuri kelahiran madrasah Nizhamiyah yang dilatari multimotivasi.
Dengan dewan gurunya yang bermadzhab Syafi'i, madrasah Nizhamiyah
dipandang sebagai perwujudan kejayaan gerakan teologis-dogmatik yang
bergandengan dengan madzhab Sunni untuk mengimbangi dominasi dari
paham Mu’tazilah-Hambali serta dominasi Syi’ah. Sehingga mata kajian
yang ditempuh bercorak pemahaman Asy’ariyah dan fiqh-oriented. Ranah
“intelektualisme” hilang didalam proses pendidikan madrasah ini. Namun,
Nizhamiyah tetap dipahami sebagai lembaga pendidikan Islam terpenting
dan menjadi model dalam kajian sejarah sosial pendidikan Islam.

Kata Kunci: Politik Pendidikan, Nizam al-Mulk, dan Madrasah Nizhamiyah.

Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462 1


A. Pendahuluan

Politik sangat menentukan kemajuan dan kemunduran bagi pendidikan.


Apapun yang dicapai atau bentuk apapun dari pendidikan, baik yang positif
maupun negatifnya merupakan bagian proses kepentingan dan intrik-intrik politik. 1
Gerakan keilmuan, perubahan, dan transformasi masyarakat yang motor
penggeraknya ialah pendidikan terletak pada besarnya patronise politik. Demikian
pula stabilitas bangsa hingga tercapainya kejayaan karena terwujudnya kemajuan
pendidikan. Didalam konteks inilah, politik nampaknya menjadi tulang penyangga
tercapainya kejayaan sistem pendidikan hubungan politik serta pendidikan. Menurut
Harman ialah realitas empirik yang terjadi semenjak perkembangan peradaban
manusia. Namun kajiannya secara intens sebagai isu fundamental, dimulai saat
zaman Plato yang mendudukkan pendidikan sebagai alat positif dimana pemimpin
pemerintahan dapat membentuk jiwa manusia kearah yang benar untuk
mewujudkan negara yang harmonis.2

Menapaki sejarah sosial pendidikan Islam, gerakan keilmuan dan dinamika


pendidikan Islam sudah terbiasa dengan intrik-intrik politik. Dominasi kepentingan
politik terkadang menjadi penentu terhadap bentuk pendidikan Islam dan corak
ilmu pengetahuan yang diajarkan. Penguasa Islam pada umumnya patron of
knowledge yang berjasa didalam pelaksanaan pendidikan Islam dan pengembangan
keilmuan. Para khalifah yang berperan aktif didalam memperhatikan ilmu
pengetahuan karena menyadari bahwa pengetahuan adalah alat kekuasaan. 3
Menurut sejarah peradaban Islam, yang paling cemerlang terjadi ketika masa Dinasti
Saljuq dengan Madrasah Nizhamiyah yang dijadikan instrumen kebijakan politik.

1 G. B. Sabine, Teori-teori Politik: Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangannya, terj: Soewarno


Hadiatmodjo (Jakarta: Bina Cipta, 1977), 42.
2 Abullah Idi dan Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2006), 19. 3 Adurrahman Mas'ud, Menggagas Format Pendidikan Non
Dikotomik: Humanisme Relegius sebagai Paradigma Pendidikan Islam (Yogyakarta:
Gama Media, 2002), 112-113.
Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462 2
Oleh sebab itu, pemerintah dapat menanamkan doktrin kenegaraan untuk
memperkuat kedudukan kerajaan.3

Oleh karena Madrasah Nizhamiyah merupakan sebagai tempat penyadaran


warga negara pada hukum, maka kontrol ketat dari pemerintah terhadap madrasah
ini adalah logis. Patronase Nizam al-Mulk tidak hanya menyangkut kepada masalah
keuangan dan pengadaan sarana saja, melainkan pemerintah terlibat langsung dalam
menentukan tujuan pendidikan, menggariskan kurikulum, serta menentukan guru. 4
Campur tangan pemerintah pada Madrasah Nizhamiyah agaknya memberi implikasi
positif maupun negatif bagi kegiatan belajar dan kelangsungan madrasah tersebut.
Selain ketergantungan madrasah ini kepada uluran tangan para penguasa, madrasah
memainkan peran cukup besar dalam kancah politik, paling tidak ikut mengokohkan
dan melanggengkan kekuasaan politik para penguasa, disinilah terlihat jelas adanya
hubungan simbiosis mutualisme antara penguasa dengan madrasah. 6

Berdasarkan pendahuluan diatas, maka pokok masalah pada kajian ini bisa
dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana biografi Nizam al-Mulk pendiri Madrasah
Nizhamiyah? Bagaimana latar sosial berdirinya Madrasah Nizhamiyah? Bagaimana
sistem pendidikan Madrasah Nizhamiyah? Bagaimana politik pendidikan Nizam al-
Mulk di Madrasah Nizhamiyah? Oleh karena itu, maka penulis disini akan mengkaji
pokok masalah diatas dengan sebuah judul makalah: “Politik Pendidikan Nizam al-
Mulk: Kajian sosial-politik tentang Madrasah Nizhamiyah.”

B. Biografi Nizam al-Mulk Pendiri Madrasah Nizhamiyah

Nizam al-Mulk adalah gelar yang diberikan pada wazir yang berpengaruh
besar pada Dinasti Saljuq. Nama lengkapnya Abu Ali al-Hasan ibn Ali ibn Ishaq ibn
Abbas alTusiy. Dia dilahirkan di Tus pada 11 Zu al-Qa’adah 408 dan wafat pada 10
3 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), 81.
4 Marsal G. Hodgson, The Venture of Islam: Jilid II (Chicago: University of Chicago
Press, 1974), 46. 6 Fauzan Saleh, Teologi Pembaharuan: Pergeseran Wacana Islam
Sunni di Indonesia Abad XX (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2004), 321.
Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462 3
Ramadhan 485, akibat pembunuhan yang dilakukan oleh kelompok Hasysyasyin. 5
Pada usia muda, dia belajar ilmu hadits dan fiqh. Setelah menyelesaikan pelajaran,
beliau mendatangi Daud ibn

Mikail, dan bekerja pada anaknya Alb. Ketika Alb akan naik tahta menggantikan
pamannya Tugrul Bek, pada tahun 1063 M, ia mengangkat Nizam al-Mulk sebagai
wazir yang menggantikan al-Kunduri. Nizam sebagai wazir, berjasa besar untuk
membantu Alb meningkatkan kekuasaan Dinasti Saljuq meliputi wilayah yang
sangat luas. Setelah Alb wafat pada tahun 1072, Nizam tetap menjadi wazir, bahkan,
Malik Syah, memberinya kekuasaan yang lebih besar lagi.6

Kepribadiannya cukup terpuji, pengamalan agamanya pun baik. Sejarah


mencatat bahwa setiap kali ia mendengar azan, beliau segera menghentikan semua
kegiatannya untuk menyahuti panggilan itu. Beliau akrab dengan “sufi” dan sangat
hormat kepada para ulama’. Apabila tokoh ulama’ seperti Imam al-Haramain serta
Abu al-Qasim alQusyairy berkunjung kepadanya, mereka didudukkannya pada
tempat duduknya sendiri. Sebagai seorang alim, beliau memberikan perhatian yang
besar terhadap perkembangan ilmu dan pendidikan. Walaupun mengaku bukan ahli
hadits, kadang-kadang ia menyempatkan diri untuk mengajarkan (asma’) hadits,
dengan harapan dirinya tercatat sebagai “ahli hadits”.7

Motivasi Nizam al-Mulk untuk mendirikan Madrasah Nizhamiyah adalah


masalah politik yang tidak dipisahkan dengan kehendak mempertahankan negara,
baik keuntungan Nizam al-Mulk dan kesultanan Saljuq. Latar berdirinya Madrasah
Nizhamiyah erat hubungannya dengan kemenangan Dinasti Saljuq yang beraliran
Sunni, sehingga dijadikan sebagai pusat propaganda agama dan politik. Asumsi ini
5 Marsal G. Hodgson, The Venture of ..., 47.
6 Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barat: Deskripsi Analisis Abad
Keemasan Islam, terj:
Joko S.Kahhar dan Supriyanto Abdullah (Yogyakarta: Risalah Gusti, 2003), 52-54.
7 Fakhrur Rozy Dalimunthe, Sejarah Pendidikan Islam: Latar Belakang, Analisa dan
Pemikirannya (Medan:
Rimbow, 1986), 129.
Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462 4
beralasan, sebab Bani Saljuq terkenal fanatik pada mazhab Sunni, sehingga didalam
pemerintahannya mengikis habis Syi’ah yang dikembangkan oleh Bani Buwaih dan
menghadang paham
Ismailiyah yang dipropaganda Dinasti Fathimiyah di Mesir. 8

Disamping melalui Madrasah Nizhamiyah tersebut, dia ingin menanamkan


ideologi negara dalam memperkuat kedudukannya. Karena itu pula Nizam al-Mulk
memilih madrasah sebagai tempat penyaluran wakaf, sebab Madrasah ialah lembaga
yang independen, terbebas dari campur tangan pihak yang lain. Terhadap lembaga
pendidikan yang berkembang pada masa Bani Saljuq, pejabat negara tidak jarang
memberikan dukungan moril dan material. Hal ini dimaksudkan untuk kepentingan
politik, maka kelangsungan Madrasah tergantung uluran tangan Nizam al-Mulk dan
para penguasa, sehingga Madrasah Nizhamiyah berjalan dalam nuansa politik. 9

C. Latar Sosial Berdirinya Madrasah Nizhamiyah

Berdirinya Madrasah Nizhamiyah erat kaitannya dengan kondisi politik


pada waktu itu. Sebelum Bani Saljuq menguasai Baghdad, pusat pemerintahan Bani
Abbasiyah dikendalikan Bani Buwaih. Sekitar abad ke-4 dan 5 H, daerah Islam di
Timur Tengah berada dibawah pemerintahan orang-orang Syi’ah. Iraq dan Persia
dikuasai Bani Buwaih yang beraliran Syi’ah Zaidiyah dari tahun 320 hingga tahun
454 H. Sementara Afrika Utara, Mesir dan Syiria dikuasai Dinasti Fathimiyah dari
tahun 297 H hingga 567 H. Bahkan masa al-Basasiri, Dinasti Buwaih mengadakan
komplotan dengan Dinasti Fatimiyah di Mesir yang beraliran pada Syi’ah Sabi’iyah.
Dengan demikian, dua pusat penting di dunia Islam pada waktu itu berada dibawah
dominasi Syi’ah. Dalam konteks ini, orang Syi’ah sudah barang tentu mendapatkan

8 Ahmad Syalabi, al-Tarbiyyah al Islâmiyyah: Nuzhûmuhâ, Falsafatuhâ, Târîkhuhâ (Kairo:


Maktabah al-Nahdlah al-Misriyyah, 1990), 114.
9 Habib Husnial Pardi, Sejarah Sosial Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2005), 209.
Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462 5
angin segar mengembangkan ajaran Syi’ah. Di Baghdad misalnya, dakwah Syi’ah
berkembang terbuka dan sekolah Syi’ah mencapai puncaknya pada abad ke-5 H. 10

Seperti diketahui, sebelum Dinasti Saljuq, kekuasaan atas bagian terbesar


wilayah Islam dipegang oleh Dinasti Buwaihy (945-1055 M) dan Dinasti Fatimiyah
(969-1171 M). Irak, Iran dan belahan Timur lainnya dikuasai Buwaihi, sedangkan
Mesir, Afrika Utara dan
Syria berada dibawah kekuasaan Fatimiyah. Selama itulah, faham Syi’ah yang menjadi

anutan kedua dinasti tersebut sempat berkembang luas di tengah masyarakat. Pada
masa kekuasaan Tugrul Bek, dengan al-Kunduri sebagai wazirnya, di Nisabur, masih
terjadi pertumpahan darah dalam suatu kekacauan yang timbul akibat pertentangan
antara Syi’ah dengan Sunni. Keadaan menjadi tidaklah aman, sehingga tokoh ulama’
Sunni, seperti alQusyairy (465) dan al-Juwaini (478) meninggalkan Nisabur,
mengungsi beberapa tahun ke daerah lain.11

Ketika tahun 477 H, orang-orang Saljuq dibawah pimpinan Tughril Bek


merebut Baghdad dari tangan Bani Buwaih. Kedatangan mereka ke Baghdad dan
kemenangan mereka atas Bani Buwaih mendapat simpati dari masyarakat Sunni dan
khalifah al-Qayim sendiri yang memang tidak senang terhadap para penguasa Bani
Buwaih. Kemenangan yang diraih oleh Bani Saljuq atas Bani Buwaih merupakan
langkah awal kemenangan bagi aliran Ahl al-Sunnah atas aliran Syi’ah. Dengan
berakhirnya kekuasaan Buwaih yang telah 113 tahun lamanya mendampingi para
khalifah Abbasiyah di Baghdad dari aliran Syi’ah, maka berkuasalah Bani Saljuq
yang kemudian mendampingi para khalifah Abbasiyah dari aliran Sunni. 12

Selanjutnya, Bani Saljuq merasa berkewajiban menentang dan mengikis habis


paham yang menurut mereka menyimpang dari ajaran Islam. Langkah paling efektif
ialah dengan menyiarkan ajaran Ahl al-Sunnah dan merealisasikannya ke dalam
10 Ahmad Syalabi, al-Tarbiyyah al-Islâmiyyah: Nuzhûmuhâ, ..., 115-116.
11 Ibid, 117.
12 Fauzan Saleh, Teologi Pembaharuan: Pergeseran ..., 325.
Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462 6
pendidikan baik di masjid-masjid dan madrasah yang didirikan. Konsekuensi logis
dari keadaan itu maka terhentilah kegiatan Bani Buwaih dalam menyiarkan ajaran
Syi’ah kepada masyarakat.13 Atas prakarsa Perdana Menteri Nizam al-Mulk,
berdirilah lembaga pendidikan berupa madrasah diberbagai kota. Nizam al-Mulk
mendirikan Madrasah seperti di Baghdad, Baleh, Nisapur, Isfahan, Harat, Basrah,
Merw, Amul, dan Mosul. Madrasah ini dikenal dengan Madrasah Nizhamiyah yang
dinisbatkan kepada namanya, institusi-institusi pendidikan pada waktu itu dijadikan
media utama orang-orang Sunni dalam menghadang

dan mengikis habis sekaligus mengkanter ulang paham Syi’ah yang telah
berkembang sebelumnya. Hal ini yang menyebabkan aliran Sunni berkembang
dengan pesatnya.14

Dinasti Saljuq beraliran Sunni, yang diserahi amanah sebagai pelaksana


kekuasaan khilafah Abbasiyyah, tentu saja bertanggungjawab atas masalah-masalah
keagamaan. Aqidah dan praktik keagamaan sebagian masyarakat yang menyimpang
karena cenderung kepada Syi’ah berusaha diluruskan kembali. Disamping itu pula,
komunitas Syi’ah adalah ancaman bagi kekuasaan. Dengan terdapat dua alasan bagi
dinasti tersebut untuk berupaya mengembangkan ajaran Sunni, menggantikan ajaran
Syi’ah. Kekuatan politik serta militer Syi’ah telah dipatahkan oleh pasukan tangguh
dibawah pimpinan Tugrul Bek, sehingga pada tahun 1055 M, kedudukan mereka di
ibu kota digantikan Dinasti Saljuq. Akan tetapi, faham Syi’ah yang berkembang luas
itu tentu saja tidak dapat ditangani dengan kekuatan senjata.15

Maksum melukiskan bahwa sebenarnya antara mazhab yang diajarkan


Madrasah Nizhamiyah berbeda dengan mazhab yang diantut khalifah. Nizam al-
Mulk memilih mengajarkan mazhab Syafi’i dengan kalam Asy’ariyah. Sedangkan
khalifah bermazhab Hanafi dengan aliran Maturidiyahnya. Posisi seperti itu rupanya

13 Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik
(Bandung: Angkasa, 2004), 73.
14 Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam Atas ..., 56.
15 Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam, terj: H. Muchtar Yahya dan M. Sanusi Latief,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1973), 251.
Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462 7
bukan menjadi persoalan bagi para Raja Saljuq, yang penting bagi mereka adalah
kelanggengan kekuasaannya. Dengan demikian, sikap membiarkan Nizam al-Mulk
dan penganut mazhabnya untuk mengambil prakarsa demikian merupakan bagian
strateginya. Yang terpenting, kekuasaan Nizam al-Mulk serta penganut mazhabnya
dimanfaatkan untuk melawan Syi’ah yang menjadi musuh utamanya.16

D. Sistem Pendidikan Madrasah Nizhamiyah

Madrasah Nizhamiyah berdiri pada tahun 457 H dan operasionalnya baru


dimulai pada tahun 459 H. Madrasah ini bukan merupakan lembaga pendidikan
dasar ataupun

16 Maksum, Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), vii.
Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462 8
menengah, akan tetapi lembaga pendidikan tinggi sederajat dengan college, karena
pada abad pertengahan didalam sistem pendidikan Islam tidak ada tingkat
menengah, sehingga mereka yang mengikuti pendidikan tinggi harus terlebih
dahulu mengambil pelajaran bersama guru lain yang mempunyai kelas informal di
masjid-masjid. Madrasah Nizhamiyah di Baghdad sangatlah strategis letaknya yakni
dipinggir sungai Tigris, bersamaan dengan itu bangunannya sangat indah dibawah
rancangan arsitektur Abu Said al-Shafi. Peletakan batu pertama madrasah ini pada
bulan Zulhijjah tahun 457 H/ 1065 M, dan diresmikan pada tahun 459 H/ 1067 M.17

Goldziher menulis bahwa berdirinya madrasah tersebut erat hubungannya


dengan kemenangan Bani Saljuq beraliran Sunni atas Bani Buwaih beraliran Syi’i,
sehingga Madrasah Nizhamiyah adalah benteng teologi Sunni. Bahkan Madrasah ini
berfungsi sebagai pusat propaganda agama dan politik. 18 Menurut Azyumardi Azra,
madrasah didirikan untuk menciptakan atau memperoleh citra penguasa sebagai
orang shaleh dan memperhatikan kepentingan umat atau menunjang kepentingan-
kepentingan politik penguasa yang lain. 19 Bahkan menurut Abdurrasyid, lembaga-
lembaga pendidikan Islam menjadi salah satu konstalasi politik sebuah kekuasaan. 20

1. Sejarah Berdirinya

Pembangunan madrasah Nizhamiyah memakan waktu dua tahun, dimulai


pada bulan Zu al-Hijjah 457 dan dibuka secara resmi pada hari Sabtu 10 Zu al-
Qa’dah 459. Didalam beberapa catatan, bahwa pada hari itu atas arahan Nizam
diadakan upacara pembukaan. Para undangan ditempatkan sesuai kelayakannya
untuk mendengarkan pengajian perdana yang disampaikan Syaikh Abu Ishaq al-
Syirazy. Akan tetapi, ternyata, syaikh tidak berkenan hadir, bahkan, bersembunyi

17 Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam (Bandung: Mizan,1994), 48.


18 Marsal G. Hodgson, The Venture of ..., 48-49.
19 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru (Jakarta:
Logos Wacana Ilmu, 1999), viii.
20 252.
Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam ...,

Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462 9


sehingga tidak ditemukan oleh kurir yang ditugaskan mencari. Oleh sebab itulah,
Syaikh Ibn al-Sabbag (477)

diminta mengisi pengajian dan menduduki jabatan sebagai syaikh madrasah


tersebut. Meski demikian, Nizam tetap mengharapkan agar Abu Ishaq berkenan
menjadi syaikh pada madrasah tersebut. Dua puluh hari setelah didesak berulang-
ulang para muridnya, Abu Ishaq bersedia menerima jabatan yang memang
diperuntukkan baginya itu pada 1 Zu al-Hijjah 455.21

Abu Ishaq menjelaskan penolakannya dengan istilah balagani anna aksara


alatiha gastun. Dan agaknya mengapa ia tidak shalat di masjid kampus itu; setiap
kali masuk waktu, ia pergi shalat di masjid lain di luar kampus. 2223 Berbeda
dengan yang lain, Madrasah Nizhamiyah Bagdad, walau mengalami pasang surut
dalam hal kemajuannya, dapat bertahan cukup lama. Dari catatan guru yang
mengajar diketahui bahwa sampai dengan awal abad ke-9, madrasah ini masih
beroperasi. Sepanjang penelitian Syalaby, ulama’ paling akhir yang tercatat
sebagai tenaga pengajarnya adalah al-Fairuzabadiy yang meninggal dunia pada
tahun 817 H. Dan setelah itu, tidak ditemukan lagi keterangan tentang madrasah
ini, sehingga diperhitungkan beliau tidak melakukan kegiatannya lagi.
Bangunannya runtuh, bahkan terakhir, lokasinya pun tidak dapat ditunjuk
dengan pasti.25

2. Keuangan dan Fasilitas

Madrasah Nizhamiyah adalah Madrasah yang pertama kali menerapkan


manajemen terorganisir dalam pengelolaan kurikulum dan administrasinya. Bagi
para peserta didik dan pengajar diberikan tunjangan berkala, sehingga perhatian
mereka tercurah sepenuhnya kepada ilmu pengetahuan. Untuk mengelolah itu,
Madrasah Nizhamiyah memiliki pendanaan lebih dari cukup. Menurut Mahmud
21 Marsal G. Hodgson, The Venture of ..., 48.
22 Ibid, 50.
23 -253.
Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam ...,
Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462
10
Yunus anggaran pada Madrasah Nizhamiyah setiap tahunnya mencapai 600.000
Dinar. 60.000 Dinar daripadanya untuk kepentingan Madrasah Nizhamiyah di
Baghdad. Akan tetapi

menurut Ahmad Syalabi anggaran itu untuk Madrasah Nizhamiyah di Baghdad


hanya mencapai 15.000 Dinar setiap tahunnya.24

Perbedaan jumlah biaya kemungkinan bertolak dari sumber yang berbeda.


Namun yang pasti sumber dana Madrasah Nizhamiyah berasal dari wakaf yang
dikumpulkan dari orang kaya, saudagar, pedagang, dan para pejabat negara. Kata
Makdisi, saudagar terkenal sebagai pemberi wakaf kepada lembaga Syafi’iyah
adalah Abu Ali al-Mani’i. Nizam al-Mulk mewakafkan buku, tanah pertanian,
barang berharga dan juga pasar yang letaknya didepan Madrasah Nizhamiyah.
Anggaran sebesar itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan guru-guru dan
para siswa, termasuk ongkos makan, pakaian, alat-alat tidur dan kendaraan serta
keperluan lainnya yang merupakan kebutuhan pokok mereka. 25

Untuk menunjang kegiatan belajar, di Madrasah Nizhamiyah mempunyai


perpustakaan termasyur pada masanya. Perpustakaan ini mempunyai buku-buku,
dan manuskrip-manuskrip. Dengan perpustakaan, maka Madrasah Nizhamiyah
mendapatkan perhatian dari khalifah.2627 Ahmad Syalabi menceritakan bahwa
Abdul alSalam al-Qazwaini menghadiahkan pada Nizam al-Mulk sepuluh jilid
kitab Gharibul Hadits karangan Ibrahim al-Harbi yang ditulis tangan Umar Ibnu
Hajawaih. Tatkala Nizam al-Mulk mendirikan madrasah, maka di setiap sekolah
dilengkapi perpustakaan. Maka Nizam al-Mulk, kitab Gharibul Hadits dihadiahi
kepada perpustakaan agar dipelajari. Demikian khalifah al-Nashir li Dinillah, dia

24 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992), 69-72.
25 Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam ..., 254.
26 Marsal G. Hodgson, The Venture of ..., 50.
27 -255.
Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam ...,

Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462


11
memindahkan bukunya pada perpustakaan. Dana pembelian buku sebesar seribu
Dinar, diterima dari Muhib al-Din ibn Najjar, pengarang Zail Tarikh Baghdad.29

Madrasah Nizhamiyah disamping memiliki kelas dan perpustakaan, juga


dilengkapi dengan asrama siswa, dapur umum, kamar mandi, pasar serta tempat

Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam ...,


Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462
12
ibadah. Sedangkan para guru mendapat gaji, pakaian dan fasilitas rumah tangga.
Secara sketsa kasar, bangunan Madrasah Nizhamiyah di Baghdad berentuk segi
empat, terletak di tepi sungai Tigris. Bangunan tersebut ditopang tiang dengan
ruang berkubah setengah terbuka mengelilingi ”Shahn”. Pada bagian ini, yang
menghadap kiblat terdapat ruang untuk sholat, lengkap dengan mimbarnya. Di
bagian-bagian tertentu dari gedung, terdapat perpustakaan yang mudah untuk
dijangkau. Asrama siswa terdapat di lantai atas, sedangkan di bagian bawahnya
terdapat took, kamar mandi dan dapur. Kegiatan belajar diadakan didekat tiang-
tiang atau beranda-beranda, diperkirakan banyak terdapat ruang belajar. 28

3. Kurikulum Pendidikan

Berdasarkan aspek kurikulum, Madrasah Nizhamiyah memusatkan kajian


ilmuilmu agama, terutama ilmu fikih. Dengan demikian, Madrasah Nizhamiyah
memiliki peran sangat signifikan, sekaligus berfungsi sebagai pusat pengajaran
fikih, terutama mazhab Syafi’i. Studi fikih diuraikan oleh seorang Syaikh dalam
satu silabus yang disebut dengan ta’liqah. Ta’liqah berisi rincian materi pelajaran
disusun berdasar catatan sewaktu menjadi siswa.29 Sebagaimana diungkapkan
diatas, pendirian Madrasah Nizhamiyah tidak lepas dari upaya integrasi melalui
pengembangan aliran Sunni. Hal ini, tampak nyata pada tekanan materi pelajaran
yang diberikan, dimana ilmu agama mendominasi kurikulum di lembaga formal,
dan al-Qur’an berada pada porosnya. Tafsir dan hadits sebagai penopang untuk
pemahaman al-Qur’an merupakan bagian inti pengajarannya.30

Selain itu, mengingat bahwa Madrasah Nizhamiyah dan harta bendanya


diwakafkan bagi kepentingan penganut Madzhab Syafi’i dalam fiqh dan ushul
Fiqh, dapatlah dipastikan bahwa kedua ilmu ini juga menempati posisi penting di
dalam

28 Ibid, 256.
29 Ibid, 257-258.
30 Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi dalam Islam: Sejarah dan Peranannya dalam
Kemajuan Ilmu Pengetahuan, terj: Afandi dan Hasan Asari, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1994),
53.
Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462
13
pengajarannya.31 Hal ini diketahui dari kitab-kitab fiqh Syafi’iyah yang ditulis oleh
syaikh Nizhamiyah, seperti Abu Ishaq al-Syiraziy, Imam al-Haramyn dan al-
Ghazali yang mendominasi kajian fiqh pada zamannya dan pada masa-masa
berikutnya sampai sekarang. Kitab-kitab mereka itu, bersama derivasinya, yang
menjadi bahan kajian.32

Kemudian sesuai dengan tradisi keilmuan pada masa itu, keterampilan


berpendapat juga mendapat perhatian besar. Menurut Stanton, teologi dan filsafat
tidak tumbuh dari kurikulum pendidikan tinggi formal, tetapi diajarkan secara
pribadi di lembaga non-formal. Pendapat Stanton diatas perlu digarisbawahi,
mengingat bahwa diantara para syaikh ataupun guru Nizhamiyah terdapat tokoh-
tokoh ilmu kalam Asy’ariyah dan pendirian madrasah berkaitan langsung dengan
kepentingan pengembangan aliran Sunni. 33 Al-Ghazali misalnya, ia adalah tokoh
Asy’ariyah terkemuka yang selalu mengatakan bahwa beliau mempelajari ilmu
kalam dan ‘ulum al‘aqliyyah pada al-Juwainy, syaikh Madrasah Nizhamiyah
Nisabur. Jauh sebelumnya, pembahasan kalam Asy’ariyah ini, telah dilengkapi
dengan kajian filsafat sebagai pengantar dan penunjang argumentasi. Hal ini,
misalnya dapat dilihat pada kitab-kitab al-Baqillani.34

Dalam konteks tersebut, George Makdisi mengemukakan pendapat bahwa


Nizam berusaha memasukkan faham Asy’ariyah ke madarasah itu melalui pintu
belakang.35 Akan tetapi, A.L. Tibawi membantah hal ini, dan mengemukakan data
bahwa faham itu telah diajarkan pada Madrasah Nizhamiyah jauh sebelum
kedatangan al-Ghazali. Menurutnya, Abu Ishaq sendiri condong kepada faham
Asy’ariyah dan juga pada tahun

31 Ibid, 50.
32 Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam ..., 258.
33 Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi dalam ..., 51.
34 Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam ..., 259.
35 George Makdisi, The Rise of Colleges: Institution of Learning in Islam and the West
(Edinburgh: Edinburgh University Press, 1981), 74.
Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462
14
469 Abu Nasr al-Qusyairi telah menyampaikan kuliah Asy’ariyah secara terbuka
di sana.36

4. Profil Guru Besar

Jabatan guru besar merupakan jabatan yang paling bergengsi di Madrasah


Nizhamiyah. Kedudukannya sebagai wakil patron urusan administrasi madrasah.
Untuk membantu kelancaran tugasnya didalam menangani madrasah, seorang
professor dibantu asisten, beberapa staf pengajar, juru tulis, pustakawan, Imam
shalat, panitera, dan penerjemah. Pada saat dinas, para guru besar memakai jubah
khusus yang berwarna hitam dan biru sebagai tanda kebesaran. Selain bertugas
sebagai memimpin madrasah, guru besar sering diberi tugas diplomatik. Nizam
al-Mulk selalu berusaha mendapatkan ulama’ Sunni bermazhab Syafi’i untuk
menjadi syaikh atau guru pada setiap madrasahnya. Dan bahkan, sering terjadi
suatu madrasah sengaja dibangun untuk ulama’ dari kalangan tertentu. 37

Dari daftar yang disusun oleh Syalaby, bisa dilihat sederetan nama ulama’
besar yang pernah bertugas sebagai syaikh atau tenaga pengajar pada madrasah-
madrasah Nizhamiyah. Tiga puluh tiga orang diberi keterangan sebagai mudarris
di madrasah Bagdad pada kurun waktu antara 459-817. Tampaknya, yang paling
terkenal dan berpengaruh dari mereka ialah Abu Ishaq al-Syirazi dan Abu Hamid
al-Ghazali sebagaimana terdapat pada Tabaqat Syafi’iyyah. 38 Dari penolakan atas
penunjukan dirinya sebagai syaikh pada madrasah yang sengaja dibangun Nizam
untuknya, dapatlah dilihat bahwa Abu Ishaq, adalah sosok ulama’ yang tegar,
berkepribadian kuat, dan bila perlu, tidak ragu-ragu menentang kehendak
penguasa. Para penulis biografinya senantiasa menyebutkan sifat-sifat keutamaan

36 A. L. Tibawi, Islamic Education: Its Tradition and Modernization into the Arab National
System (London: Luzac and Company Ltd, 1979), 237.
37 George Makdisi, The Rise of ..., 75.
38 Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam ..., 259.

Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462


15
meliputi penguasaan ilmu fiqh yang mendalam sehingga disejajarkan dengan Ibn
Suraij (306), kuat hafalan, bijak

didalam berfatwa, mahir berdebat, mempunyai banyak murid, banyak menulis,


tetapi wara’, zuhud dan tekun beribadat.39

Beliau lahir pada tahun 393, belajar hadist dan fiqh di Faris dan Basrah
kemudian melanjutkan pelajaran ke Bagdad. Di kota ini, beliau belajar pada para
ulama, terutama dalam bidang fiqh, kepada Qadi Abu Tayib al-Bagdady (450)
murid utama Abu alHasan al-Masarjisy (364) salah seorang murid Abu Ishaq al-
Marwazy (340). Diantara para muridnya ini, terdapat Abu Bakar al-Syasyi (485)
yang pernah menjadi syaikh pada Madrasah Nizhamiyah. Dalam hal menulis, ia
meninggalkan usul fiqh dan fiqh. Sampai sekarang, kitab al-Muhazzab dan al-
Luma’-nya masih banyak digunakan sebagai buku daras ataupun rujukan. Kedua
kitab ini dan al-Tanbih, karyanya yang lain, mendapat perhatian dari kalangan
Syafi’iyah sehingga banyak yang memberikan syarah ataupun ikhtisar baginya.
Tidak kurang dari 37 syarah kitab al-Tanbih dan 7 syarah kitab alMuhazzab.40

Al-Ghazali (450-505), menjadi syaikh Madrasah Nizhamiyah Bagdad dari


tahun 484 sampai 488. Banyak peneliti mengaitkan perkembangan keilmuan Islam
sejak abad ke-6 dengan peran syaikh madrasah itu. Al-Ghazali berasal dari Tus,
Parsi, dilahirkan pada tahun 450. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di
negerinya, ia menuntut ilmu di Jurjan di Syaikh Abu Nasr al-Ismaily, kemudian
melanjutkan ke Nisabur. Disana dia menjadi pengikut tetap pengajian Imam al-
Haramayn al-Juwainy menjadi syaikh Madrasah ini dan belajar sehingga mahir
(bara’a) dalam berbagai ilmu: fiqh Syafi’i (almazhab), perbandingan mazhab (al-
khilaf), debat, (al-jadl), usul al-fiqh, usul al-din, dan mantiq. Dia mempelajari
(qara’a) al-hikmah dan filsafat sehingga menguasai (ahkama)nya serta dapat

39 Ahmad Syalabi, al-Tarbiyyah al-Islâmiyyah: Nuzhûmuhâ, ..., 117.


40 Marsal G. Hodgson, The Venture of ..., 51-52.
Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462
16
mengoreksi kesalahan yang terdapat pada pemikiran para filosof (tasadda li al-
raddi ‘ala mubti him). Sementara itu, ia menulis buku sehingga

penguasaan ilmu menjadi matang dan dinilai sejajar dengan gurunya, Imam al-
Haramayn.41

Setelah gurunya itu wafat pada tahun 478, ia bergabung dengan kelompok
ulama’ yang mendampingi Nizam al-Mulk di mu’askar-nya yang ketika berada
diluar Nisabur. Di majelis Nizam, beliau aktif mengikuti diskusi dengan ulama’,
sehingga ia menjadi terkenal. Nizam menaruh hormat kepadanya dan kemudian
mengangkatnya menjadi syaikh yang ada di Bagdad. Ini terjadi pada tahun 484.
Setelah Abu Ishaq wafat pada tahun 476, jabatan Syaikh Nizhamiyah Bagdad
mengalami penggantian berulang-ulang dalam waktu yang singkat. Mula-mula
diangkat al-Mutawalli (478), tetapi pada tahun 486 itu juga ia diganti dengan Ibn
al-Sabbag. Pada tahun berikutnya (477), jabatan itu diserahkan kembali kepada al-
Mutawalli. Setelah terakhir ini wafat pada tahun 478, terjadi lagi penggantian,
bahkan, pernah diberikan kepadanya. Keadaan ini, mengakibatkan berkurangnya
minat para siswa memasuki perguruan tersebut, mengingat bahwa untuk menjadi
faqih biasanya dibutuhkan waktu sekitar 4 tahun.44

Jabatan Imam Ghazali sebagai syaikh Nizhamiyah ini, ternyata memberi


kesempatan bagi tersebarnya pemikiran dan pengaruh al-Gazali di dunia ilmiah
Islam. ‘Uzlah dilakukkan selama 11 tahun tidak menghalangi produktivitasnya

41
Ibid,
53.
44

Ibid,
54.

Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462


17
didalam menulis. Setelah kembali dari Tus, dia menulis kitab atau risalah sebagai
media penyebar ilmu. Buku-bukunya didalam berbagai bidang banyak dipelajari
dan berpengaruh terhadap perkembangan pemikiran orang-orang kemudian. 42
Ihya’ ‘Ulum al-Din-nya menjadi salah satu rujukan penting bagi kajian tasawuf;
Maqasid dan juga Tahafut al-Falsafiyah-nya menjadi bahasan studi filsafat: Al-
Mustasfa’ karyanya didalam usul fiqh, adalah satu dari empat kitab induk aliran
mutakallimin serta walaupun kitabkitab fiqh yang ditulisnya; al-Basit, al-Wasit dan
al-Wajiz, namun, sebagian besar kitab

fiqh yang menjadi buku daras atau pegangan ulama’ Syafi’iyah sekarang adalah
turunan dari kitab-kitab itu.43

E. Politik Pendidikan Nizam al-Mulk di Madrasah Nizhamiyah

Latar belakang pembangunan madrasah Nizhamiyah yang digambarkan di


muka, agaknya telah tampak bahwa patronase penguasa amat besar pengaruhnya
terhadap pertumbuhan madrasah sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan.
Informasi tentang Madrasah Nizhamiyah, tidak pernah lepas dari masalah patronase
ini. Dukungan penguasa pada ulama’ tertentu yang ditunjuknya sebagai pimpinan di
madrasahnya sangatlah menentukan kelangsungan pengajarannya di madrasah itu.
Sesuai dengan hal ini ada yang dapat mengajar selama puluhan tahun, seperti Abu
Ishaq dan Imam alHaramayn, tetapi ada pula yang masa jabatannya sangat pendek.
Selain itu, kelangsungan dan juga pertumbuhan suatu madrasah pun erat kaitannya
dengan patronase ini. Selama wakaf yang diperuntukkan bagi madrasah dilindungi
dan dipelihara, dana yang disediakan oleh penguasa mengalir dengan lancar, selama
itu pulalah kegiatan suatu madrasah berjalan dengan lancar pula.44

42 M. M. Sharif, Alam Pemikiran Islam: Peranan Umat Islam dalam Pengembangan Ilmu
Pengetahuan, terj: Fachruddin, (Bandung: Diponegoro, 1979), 43.
43 Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam ..., 259.
44 Ibid, 259-260.
Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462
18
Dalam kaitan ini, selain berpengaruh positif, seperti dikemukakan diatas,
patronase juga membawa pengaruh negatif, yakni keterbatasan ruang gerak kegiatan
dan kebebasan ulama’ didalam melakukan kajian ilmiah, sehingga rasanya kurang
tepat, ada peneliti yang mengatakan Nizam al-Mulk dengan sistem madrasah yang
dikembangkannya itu bertanggungjawab atas terhambatnya kegiatan kajian filsafat
dan sains Islam.45 Dari kenyataan ini, dapat dikemukakan bahwa kemajuan kegiatan
ilmiah, selalu terkait dengan patronase penguasa. Sebenarnya hal ini tidaklah hanya
terjadi di dunia Islam. Pada banyak kasus lain, patronase itu dapat dilihat sebagai
alat yang ampuh untuk memajukan ilmu pengetahuan. Kebangkitan Eropa itu terjadi
setelah penguasa lepas

dari gereja memberikan dukungan bagi kegiatan penelitian dan pengembangan.


Sampai sekarang, kemajuan sains dan teknologi di Barat tidak lepas dari usaha riset
yang didukung pemerintah dengan dana yang besar. 46

Dari uraian yang telah lalu diketahui bahwa madrasah ini sudah menjadi
fenomena yang menonjol sejak abad ke-5 H/11-12 M, terutama ketika wazir Bani
Saljuq Nizam al-Mulk mendirikan Madrasah Nizhamiyah. Walaupun bukan berarti
dia adalah orang pertama yang mendirikan madrasah, namun beliau berjasa dalam
mempopulerkan pendidikan madrasah bersamaan dengan reputasinya sebagai
wazir. Disamping itu, madrasah ini dianggap sebagai prototype pembangunan
lembaga pendidikan tinggi sesudahnya. 47 Ada beberapa motif alasan didirikan
Madrasah Nizhamiyah oleh Nizam alMulk menurut asumsi penulis, diantaranya
adalah:

1. Pendidikan; Sebagaimana diketahui dalam sejarah bahwa Nizam al-Mulk adalah


seorang penguasa yang sangat peduli dengan pengembangan ilmu pengetahuan.

45 Marsal G. Hodgson, The Venture of ..., 53.


46 Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam ..., 261.
47 Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi dalam ..., 52.

Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462


19
Ia menyadari bahwa aktivitas pendidikan di masjid kurang efektif karena masjid
bukan merupakan tempat khusus pendidikan, akan tetapi tempat multi-fungsi.

2. Konflik antar kelompok keagamaan; Karier Nizam al-Mulk secara langsung


berkaitan dengan kondisi politik pada masa itu yang ditandai dengan konflik
antar-kelompok keagamaan dalam Islam, terutama antara kelompok Sunni dan
Syi’ah. Ketika kekhalifahan Abbasiyah melemah, kekuasaan atas sebagian besar
wilayah khalifah Abbasiyah dipegang Dinasti Buwaihi yang menganut aliran
Syi’ah Ismailiyah. Sementara di Mesir berdiri Dinasti Fathimiyah yang beraliran
Syi’ah. Keduanya berambisi untuk menanamkan aliran Syi’ah di tengah-tengah
masyarakat baik melalui propaganda maupun aktivitas pendidikan. Karena itulah,
ketika Bani Saljuq berhasil mengalahkan Bani Buwaihi mereka ini berkeinginan
untuk menghidupkan kembali ajaran Sunni. Untuk kepentingan ini, didirikanlah
madrasah sebagai alat propaganda dan indoktrinasi ideologi pada seluruh
wilayah kekuasaan mereka. Tokoh yang paling

berjasa dalam pendirian madrasah adalah Nizam al-Mulk. Untuk pertama kalinya
beliau mendirikan madrasah di Nisapur untuk Syekh al-Juwaini. Kemudian
beliau mendirikan madrasah Nizhamiyah di Bagdad. Di madrasah inilah Syaikh
Abu Ishaq alSyirazi memberi kuliah. Beliau adalah pengarang kitab al-Tanbih,
kitab fikih bermazhab
Syafi’i.

3. Politik; Sebagaimana diketahui bahwa persoalan politik di kalangan umat Islam


sangat berpengaruh terhadap perkembangan pemikiran Islam, terutama di bidang
teologi yang melahirkan beberapa aliran, seperti: Khawarij, Syi’ah, Jabbariyah,
Qadariyah, Muktazilah, dan juga Ahlus Sunnah. Faktor politik juga mempunyai
pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan pendidikan dan ilmu
pengetahuan dalam dunia Islam. Berkaitan dengan hal tersebut, diketahui bahwa
Madrasah Nizhamiyah yang didirikan oleh perdana Menteri Nizam al-Mulk juga
tidak terlepas dari faktor strategi politik.

Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462


20
F. Penutup

Dengan berdirinya institusi pendidikan yang diprakarsai negara, seperti


kasus Nizhamiyah ini, pendidikan Islam mengalami formalisasi setelah lebih empat
abad berada pada kebebasan. Hal ini mengawali proses pemberian imbalan material
bagi guru dan ilmuwan diterima sebagai tradisi yang dibenarkan. Dan disisi lain, hal
ini mempertegas prinsip dasar bahwa kegiatan belajar adalah kegiatan yang murni
bersifat keagamaan sehingga materi yang bersifat rasional-filosofis dipandang tiada
guna. Terkait geneologi kemunculan madrasah model ini, ada kesimpulan menarik
yang menyatakan bahwa sejak awal keberadaan institusi ini terbukti sarat dengan
bias politik. Kelemahan sistem institusi madrasah sebagai ekses bias-bias ini, yakni
kuatnya kontrol ideologi, program kurikulernya berkaitan erat dengan teologi, dan
pola pengajarannya bersifat formaldogmatik. Kemunculan madrasah ini dimaknai
kaitan antara pendidikan dan kekuasaan yang berfungsi sebagai transmitif terhadap
subyek terkena kekuasaan sehingga orientasi kekuasaan bersifat orientasi legitimatif.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Armai, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik
(Bandung: Angkasa, 2004).

Asari, Hasan, Menyingkap Zaman Keemasan Islam (Bandung: Mizan,1994).

Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999).

Dalimunthe, Fakhrur Rozy, Sejarah Pendidikan Islam: Latar Belakang, Analisa dan
Pemikirannya (Medan: Rimbow, 1986).

Hodgson, Marsal G., The Venture of Islam: Jilid II (Chicago: University of Chicago Press,
1974).

Idi, Abullah, dan Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam (Yogyakarta: Tiara Wacana,
2006).

Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462


21
Makdisi, George, The Rise of Colleges: Institution of Learning in Islam and the West
(Edinburgh: Edinburgh University Press, 1981).

Maksum, Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999).

Mas'ud, Adurrahman, Menggagas Format Pendidikan Non Dikotomik: Humanisme Relegius


sebagai Paradigma Pendidikan Islam (Yogyakarta: Gama Media, 2002).

Nakosteen, Mehdi, Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barat: Deskripsi Analisis Abad
Keemasan Islam, terj: Joko S.Kahhar dan Supriyanto Abdullah (Yogyakarta:
Risalah Gusti, 2003).

Pardi, Habib Husnial, Sejarah Sosial Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2005).

Sabine, G. B., Teori-teori Politik: Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangannya, terj: Soewarno
Hadiatmodjo, (Jakarta: Bina Cipta, 1977).

Saleh, Fauzan, Teologi Pembaharuan: Pergeseran Wacana Islam Sunni di Indonesia Abad XX
(Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2004).

Sharif, M. M., Alam Pemikiran Islam: Peranan Umat Islam dalam Pengembangan Ilmu
Pengetahuan, terj: Fachruddin, (Bandung: Diponegoro, 1979).

Stanton, Charles Michael, Pendidikan Tinggi dalam Islam: Sejarah dan Peranannya dalam
Kemajuan Ilmu Pengetahuan, terj: Afandi dan Hasan Asari, (Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1994).
Syalabi, Ahmad, al-Tarbiyyah al Islâmiyyah: Nuzhûmuhâ, Falsafatuhâ, Târîkhuhâ (Kairo:
Maktabah al-Nahdlah al-Misriyyah, 1990).

, Sejarah Pendidikan Islam, terj: H. Muchtar Yahya dan M. Sanusi Latief,


(Jakarta: Bulan Bintang, 1973).

Tibawi, A. L., Islamic Education: Its Tradition and Modernization into the Arab National
System (London: Luzac and Company Ltd, 1979).

Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002).

Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992).

Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462


22
Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462
23

Anda mungkin juga menyukai