Abstrak
Institusi pendidikan Islam selalu mengalami perkembangan selaras dengan
kebutuhan dan perubahan masyarakat. Perkembangan masyarakat ditandai
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kebutuhan untuk mendakwahkan
Islam. Abad ke-5 Hijriyah, pada saat berdirinya madrasah, perkembangan
keilmuan masyarakat khususnya muslim dapat dikatakan telah mencapai
tahapan sempurna, karena hampir seluruh ilmu baik al-ulum an-naqliyah
maupun al-ulum al-aqliyah telah disusun dan disistematisasikan. Kondisi
demikian seharusnya terrefleksikan dalam usaha pendidikan umat. Akan
tetapi karena kepentingan politik pemerintah yang menjadikan pendidikan
sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuannya, maka materi pelajaran di
madrasah sangat sarat dengan muatan politik atau tujuan-tujuan sektarian.
Ideologisasi materi pelajaran pada madrasah juga berimbas kepada metode
pembelajaran yang cenderung tertutup dan bersifat indoktrinasi, sehingga
tidak memberikan ruang untuk pengembangan cara berfikir yang kritis dan
bebas. Dengan menggunakan pendekatan sosial-politik, studi ini berusaha
menelusuri kelahiran madrasah Nizhamiyah yang dilatari multimotivasi.
Dengan dewan gurunya yang bermadzhab Syafi'i, madrasah Nizhamiyah
dipandang sebagai perwujudan kejayaan gerakan teologis-dogmatik yang
bergandengan dengan madzhab Sunni untuk mengimbangi dominasi dari
paham Mu’tazilah-Hambali serta dominasi Syi’ah. Sehingga mata kajian
yang ditempuh bercorak pemahaman Asy’ariyah dan fiqh-oriented. Ranah
“intelektualisme” hilang didalam proses pendidikan madrasah ini. Namun,
Nizhamiyah tetap dipahami sebagai lembaga pendidikan Islam terpenting
dan menjadi model dalam kajian sejarah sosial pendidikan Islam.
Berdasarkan pendahuluan diatas, maka pokok masalah pada kajian ini bisa
dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana biografi Nizam al-Mulk pendiri Madrasah
Nizhamiyah? Bagaimana latar sosial berdirinya Madrasah Nizhamiyah? Bagaimana
sistem pendidikan Madrasah Nizhamiyah? Bagaimana politik pendidikan Nizam al-
Mulk di Madrasah Nizhamiyah? Oleh karena itu, maka penulis disini akan mengkaji
pokok masalah diatas dengan sebuah judul makalah: “Politik Pendidikan Nizam al-
Mulk: Kajian sosial-politik tentang Madrasah Nizhamiyah.”
Nizam al-Mulk adalah gelar yang diberikan pada wazir yang berpengaruh
besar pada Dinasti Saljuq. Nama lengkapnya Abu Ali al-Hasan ibn Ali ibn Ishaq ibn
Abbas alTusiy. Dia dilahirkan di Tus pada 11 Zu al-Qa’adah 408 dan wafat pada 10
3 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), 81.
4 Marsal G. Hodgson, The Venture of Islam: Jilid II (Chicago: University of Chicago
Press, 1974), 46. 6 Fauzan Saleh, Teologi Pembaharuan: Pergeseran Wacana Islam
Sunni di Indonesia Abad XX (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2004), 321.
Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462 3
Ramadhan 485, akibat pembunuhan yang dilakukan oleh kelompok Hasysyasyin. 5
Pada usia muda, dia belajar ilmu hadits dan fiqh. Setelah menyelesaikan pelajaran,
beliau mendatangi Daud ibn
Mikail, dan bekerja pada anaknya Alb. Ketika Alb akan naik tahta menggantikan
pamannya Tugrul Bek, pada tahun 1063 M, ia mengangkat Nizam al-Mulk sebagai
wazir yang menggantikan al-Kunduri. Nizam sebagai wazir, berjasa besar untuk
membantu Alb meningkatkan kekuasaan Dinasti Saljuq meliputi wilayah yang
sangat luas. Setelah Alb wafat pada tahun 1072, Nizam tetap menjadi wazir, bahkan,
Malik Syah, memberinya kekuasaan yang lebih besar lagi.6
anutan kedua dinasti tersebut sempat berkembang luas di tengah masyarakat. Pada
masa kekuasaan Tugrul Bek, dengan al-Kunduri sebagai wazirnya, di Nisabur, masih
terjadi pertumpahan darah dalam suatu kekacauan yang timbul akibat pertentangan
antara Syi’ah dengan Sunni. Keadaan menjadi tidaklah aman, sehingga tokoh ulama’
Sunni, seperti alQusyairy (465) dan al-Juwaini (478) meninggalkan Nisabur,
mengungsi beberapa tahun ke daerah lain.11
dan mengikis habis sekaligus mengkanter ulang paham Syi’ah yang telah
berkembang sebelumnya. Hal ini yang menyebabkan aliran Sunni berkembang
dengan pesatnya.14
13 Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik
(Bandung: Angkasa, 2004), 73.
14 Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam Atas ..., 56.
15 Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam, terj: H. Muchtar Yahya dan M. Sanusi Latief,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1973), 251.
Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462 7
bukan menjadi persoalan bagi para Raja Saljuq, yang penting bagi mereka adalah
kelanggengan kekuasaannya. Dengan demikian, sikap membiarkan Nizam al-Mulk
dan penganut mazhabnya untuk mengambil prakarsa demikian merupakan bagian
strateginya. Yang terpenting, kekuasaan Nizam al-Mulk serta penganut mazhabnya
dimanfaatkan untuk melawan Syi’ah yang menjadi musuh utamanya.16
16 Maksum, Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), vii.
Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462 8
menengah, akan tetapi lembaga pendidikan tinggi sederajat dengan college, karena
pada abad pertengahan didalam sistem pendidikan Islam tidak ada tingkat
menengah, sehingga mereka yang mengikuti pendidikan tinggi harus terlebih
dahulu mengambil pelajaran bersama guru lain yang mempunyai kelas informal di
masjid-masjid. Madrasah Nizhamiyah di Baghdad sangatlah strategis letaknya yakni
dipinggir sungai Tigris, bersamaan dengan itu bangunannya sangat indah dibawah
rancangan arsitektur Abu Said al-Shafi. Peletakan batu pertama madrasah ini pada
bulan Zulhijjah tahun 457 H/ 1065 M, dan diresmikan pada tahun 459 H/ 1067 M.17
1. Sejarah Berdirinya
24 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992), 69-72.
25 Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam ..., 254.
26 Marsal G. Hodgson, The Venture of ..., 50.
27 -255.
Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam ...,
3. Kurikulum Pendidikan
28 Ibid, 256.
29 Ibid, 257-258.
30 Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi dalam Islam: Sejarah dan Peranannya dalam
Kemajuan Ilmu Pengetahuan, terj: Afandi dan Hasan Asari, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1994),
53.
Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462
13
pengajarannya.31 Hal ini diketahui dari kitab-kitab fiqh Syafi’iyah yang ditulis oleh
syaikh Nizhamiyah, seperti Abu Ishaq al-Syiraziy, Imam al-Haramyn dan al-
Ghazali yang mendominasi kajian fiqh pada zamannya dan pada masa-masa
berikutnya sampai sekarang. Kitab-kitab mereka itu, bersama derivasinya, yang
menjadi bahan kajian.32
31 Ibid, 50.
32 Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam ..., 258.
33 Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi dalam ..., 51.
34 Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam ..., 259.
35 George Makdisi, The Rise of Colleges: Institution of Learning in Islam and the West
(Edinburgh: Edinburgh University Press, 1981), 74.
Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462
14
469 Abu Nasr al-Qusyairi telah menyampaikan kuliah Asy’ariyah secara terbuka
di sana.36
Dari daftar yang disusun oleh Syalaby, bisa dilihat sederetan nama ulama’
besar yang pernah bertugas sebagai syaikh atau tenaga pengajar pada madrasah-
madrasah Nizhamiyah. Tiga puluh tiga orang diberi keterangan sebagai mudarris
di madrasah Bagdad pada kurun waktu antara 459-817. Tampaknya, yang paling
terkenal dan berpengaruh dari mereka ialah Abu Ishaq al-Syirazi dan Abu Hamid
al-Ghazali sebagaimana terdapat pada Tabaqat Syafi’iyyah. 38 Dari penolakan atas
penunjukan dirinya sebagai syaikh pada madrasah yang sengaja dibangun Nizam
untuknya, dapatlah dilihat bahwa Abu Ishaq, adalah sosok ulama’ yang tegar,
berkepribadian kuat, dan bila perlu, tidak ragu-ragu menentang kehendak
penguasa. Para penulis biografinya senantiasa menyebutkan sifat-sifat keutamaan
36 A. L. Tibawi, Islamic Education: Its Tradition and Modernization into the Arab National
System (London: Luzac and Company Ltd, 1979), 237.
37 George Makdisi, The Rise of ..., 75.
38 Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam ..., 259.
Beliau lahir pada tahun 393, belajar hadist dan fiqh di Faris dan Basrah
kemudian melanjutkan pelajaran ke Bagdad. Di kota ini, beliau belajar pada para
ulama, terutama dalam bidang fiqh, kepada Qadi Abu Tayib al-Bagdady (450)
murid utama Abu alHasan al-Masarjisy (364) salah seorang murid Abu Ishaq al-
Marwazy (340). Diantara para muridnya ini, terdapat Abu Bakar al-Syasyi (485)
yang pernah menjadi syaikh pada Madrasah Nizhamiyah. Dalam hal menulis, ia
meninggalkan usul fiqh dan fiqh. Sampai sekarang, kitab al-Muhazzab dan al-
Luma’-nya masih banyak digunakan sebagai buku daras ataupun rujukan. Kedua
kitab ini dan al-Tanbih, karyanya yang lain, mendapat perhatian dari kalangan
Syafi’iyah sehingga banyak yang memberikan syarah ataupun ikhtisar baginya.
Tidak kurang dari 37 syarah kitab al-Tanbih dan 7 syarah kitab alMuhazzab.40
penguasaan ilmu menjadi matang dan dinilai sejajar dengan gurunya, Imam al-
Haramayn.41
Setelah gurunya itu wafat pada tahun 478, ia bergabung dengan kelompok
ulama’ yang mendampingi Nizam al-Mulk di mu’askar-nya yang ketika berada
diluar Nisabur. Di majelis Nizam, beliau aktif mengikuti diskusi dengan ulama’,
sehingga ia menjadi terkenal. Nizam menaruh hormat kepadanya dan kemudian
mengangkatnya menjadi syaikh yang ada di Bagdad. Ini terjadi pada tahun 484.
Setelah Abu Ishaq wafat pada tahun 476, jabatan Syaikh Nizhamiyah Bagdad
mengalami penggantian berulang-ulang dalam waktu yang singkat. Mula-mula
diangkat al-Mutawalli (478), tetapi pada tahun 486 itu juga ia diganti dengan Ibn
al-Sabbag. Pada tahun berikutnya (477), jabatan itu diserahkan kembali kepada al-
Mutawalli. Setelah terakhir ini wafat pada tahun 478, terjadi lagi penggantian,
bahkan, pernah diberikan kepadanya. Keadaan ini, mengakibatkan berkurangnya
minat para siswa memasuki perguruan tersebut, mengingat bahwa untuk menjadi
faqih biasanya dibutuhkan waktu sekitar 4 tahun.44
41
Ibid,
53.
44
Ibid,
54.
fiqh yang menjadi buku daras atau pegangan ulama’ Syafi’iyah sekarang adalah
turunan dari kitab-kitab itu.43
42 M. M. Sharif, Alam Pemikiran Islam: Peranan Umat Islam dalam Pengembangan Ilmu
Pengetahuan, terj: Fachruddin, (Bandung: Diponegoro, 1979), 43.
43 Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam ..., 259.
44 Ibid, 259-260.
Tsaqofah : Jurnal Pendidikan Islam / Edisi VI-1/15 Februari 2021-ISSN : 2614-462
18
Dalam kaitan ini, selain berpengaruh positif, seperti dikemukakan diatas,
patronase juga membawa pengaruh negatif, yakni keterbatasan ruang gerak kegiatan
dan kebebasan ulama’ didalam melakukan kajian ilmiah, sehingga rasanya kurang
tepat, ada peneliti yang mengatakan Nizam al-Mulk dengan sistem madrasah yang
dikembangkannya itu bertanggungjawab atas terhambatnya kegiatan kajian filsafat
dan sains Islam.45 Dari kenyataan ini, dapat dikemukakan bahwa kemajuan kegiatan
ilmiah, selalu terkait dengan patronase penguasa. Sebenarnya hal ini tidaklah hanya
terjadi di dunia Islam. Pada banyak kasus lain, patronase itu dapat dilihat sebagai
alat yang ampuh untuk memajukan ilmu pengetahuan. Kebangkitan Eropa itu terjadi
setelah penguasa lepas
Dari uraian yang telah lalu diketahui bahwa madrasah ini sudah menjadi
fenomena yang menonjol sejak abad ke-5 H/11-12 M, terutama ketika wazir Bani
Saljuq Nizam al-Mulk mendirikan Madrasah Nizhamiyah. Walaupun bukan berarti
dia adalah orang pertama yang mendirikan madrasah, namun beliau berjasa dalam
mempopulerkan pendidikan madrasah bersamaan dengan reputasinya sebagai
wazir. Disamping itu, madrasah ini dianggap sebagai prototype pembangunan
lembaga pendidikan tinggi sesudahnya. 47 Ada beberapa motif alasan didirikan
Madrasah Nizhamiyah oleh Nizam alMulk menurut asumsi penulis, diantaranya
adalah:
berjasa dalam pendirian madrasah adalah Nizam al-Mulk. Untuk pertama kalinya
beliau mendirikan madrasah di Nisapur untuk Syekh al-Juwaini. Kemudian
beliau mendirikan madrasah Nizhamiyah di Bagdad. Di madrasah inilah Syaikh
Abu Ishaq alSyirazi memberi kuliah. Beliau adalah pengarang kitab al-Tanbih,
kitab fikih bermazhab
Syafi’i.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Armai, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik
(Bandung: Angkasa, 2004).
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999).
Dalimunthe, Fakhrur Rozy, Sejarah Pendidikan Islam: Latar Belakang, Analisa dan
Pemikirannya (Medan: Rimbow, 1986).
Hodgson, Marsal G., The Venture of Islam: Jilid II (Chicago: University of Chicago Press,
1974).
Idi, Abullah, dan Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam (Yogyakarta: Tiara Wacana,
2006).
Maksum, Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999).
Nakosteen, Mehdi, Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barat: Deskripsi Analisis Abad
Keemasan Islam, terj: Joko S.Kahhar dan Supriyanto Abdullah (Yogyakarta:
Risalah Gusti, 2003).
Pardi, Habib Husnial, Sejarah Sosial Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2005).
Sabine, G. B., Teori-teori Politik: Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangannya, terj: Soewarno
Hadiatmodjo, (Jakarta: Bina Cipta, 1977).
Saleh, Fauzan, Teologi Pembaharuan: Pergeseran Wacana Islam Sunni di Indonesia Abad XX
(Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2004).
Sharif, M. M., Alam Pemikiran Islam: Peranan Umat Islam dalam Pengembangan Ilmu
Pengetahuan, terj: Fachruddin, (Bandung: Diponegoro, 1979).
Stanton, Charles Michael, Pendidikan Tinggi dalam Islam: Sejarah dan Peranannya dalam
Kemajuan Ilmu Pengetahuan, terj: Afandi dan Hasan Asari, (Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1994).
Syalabi, Ahmad, al-Tarbiyyah al Islâmiyyah: Nuzhûmuhâ, Falsafatuhâ, Târîkhuhâ (Kairo:
Maktabah al-Nahdlah al-Misriyyah, 1990).
Tibawi, A. L., Islamic Education: Its Tradition and Modernization into the Arab National
System (London: Luzac and Company Ltd, 1979).
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002).
Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992).