Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan semoga kita termasuk dari
golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.

Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkenan
membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah ini. Harapan kami semoga makalah yang
telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca,
menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi
makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik dari aspek kualitas
maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan. Semua ini murni didasari oleh keterbatasan
yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik dan saran kepada segenap pembaca yang
bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas di kemudian hari.

Cirebon, 21 Agustus 2021

Penyusun
A. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan, terutama dalam kegiatan belajar, bahwa kelangsungan dan keberhasilan
proses belajar mengajar bukan hanya dipengaruhi oleh faktor intelektual saja, melainkan juga oleh faktor-
faktor non intelektual lain yang tidak kalah penting dalam menentukan hasil belajar seseorang, salah
satunya adalah kemampuan seseorang peserta didik untuk memotivasi dirinya. Motivasi sangat penting
artinya dalam kegiatan belajar, sebab adanya motivasi mendorong semangat belajar dan sebaliknya
kurang adanya motivasi akan melemahkan semangat belajar. Motivasi merupakan syarat mutlak dalam
belajar; seorang peserta didik yang belajar tanpa motivasi (atau kurang motivasi) tidak akan berhasil
dengan maksimal.

Motivasi memegang peranan yang amat penting dalam belajar, Maslow (1945) dengan teori
kebutuhannya, menggambarkan hubungan hierarkis dan berbagai kebutuhan, di ranah kebutuhan pertama
merupakan dasar untuk timbul kebutuhan berikutnya. Jika kebutuhan pertama telah terpuaskan, barulah
manusia mulai ada keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang selanjutnya. Pada kondisi tertentu akan
timbul kebutuhan yang tumpang tindih, contohnya adalah orang ingin makan bukan karena lapar tetapi
karena ada kebutuhan lain yang mendorongnya. Jika suatu kebutuhan telah terpenuhi atau terpuaskan, itu
tidak berarti bahwa kebutuhan tersebut tidak akan muncul lagi untuk selamanya, tetapi kepuasan itu
hanya untuk sementara waktu saja.

Manusia yang dikuasai oleh kebutuhan yang tidak terpuaskan akan termotivasi untuk melakukan kegiatan
guna memuaskan kebutuhan tersebut. Pada implikasinya pada dunia belajar, peserta didik atau pelajar
yang lapar tidak akan termotivasi secara penuh dalam belajar. Setelah kebutuhan yang bersifat fisik
terpenuhi, maka meningkat pada kebutuhan tingkat berikutnya adalah rasa aman. Sebagai contoh adalah
seorang peserta didik yang merasa terancam atau dikucilkan baik oleh peserta didik lain maupun gurunya,
maka ia tidak akan termotivasi dengan baik dalam belajar. Ada kebutuhan yang disebut harga diri, yaitu
kebutuhan untuk merasa dipentingkan dan dihargai.

Seseorang peserta didik yang telah terpenuhi kebutuhan harga dirinya, maka dia akan percaya diri, merasa
berharga, merasa kuat, merasa mampu/bisa, merasa berguna dalam didupnya. Kebutuhan yang paling
utama atau tertinggi yaitu jika seluruh kebutuhan secara individu terpenuhi maka akan merasa bebas
untuk menampilkan seluruh potensinya secara penuh. Dasarnya untuk mengaktualisasikan sendiri
meliputi kebutuhan menjadi tahu, mengerti untuk memuaskan aspek-aspek kognitif yang paling
mendasar. Guru yang berperan sebagai seorang pendidik harus tahu apa yang diinginkan oleh para peserta
didiknya. Seperti kebutuhan untuk berprestasi, karena setiap peserta didik memiliki kebutuhan untuk
berprestasi yang berbeda satu sama lainnya.

Tidak sedikit peserta didik yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah, mereka cenderung takut
gagal dan tidak mau menanggung risiko dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi. Meskipun banyak
juga peserta didik yang memiliki motivasi untuk berprestasi yang tinggi. Peserta didik memiliki motivasi
berprestasi tinggi kalau keinginan untuk sukses benar-benar berasal dari dalam diri sendiri. Peserta didik
akan bekerja keras baik dalam diri sendiri maupun dalam bersaing dengan peserta didik lain.
Seorang peserta didik yang datang ke sekolah memiliki berbagai pemahaman tentang dirinya sendiri
secara keseluruhan dan pemahaman tentang kemampuan mereka sendiri khususnya. Mereka mempunyai
gambaran tertentu tentang dirinya sebagai manusia dan tentang kemampuan dalam menghadapi
lingkungan. Ini merupakan cap atau label yang dimiliki peserta didik tentang dirinya dan
kemungkinannya tidak dapat dilihat oleh guru namun sangat mempengaruhi kegiatan belajar peserta
didik. Gambaran itu mulai terbentuk melalui interaksi dengan orang lain, yaitu keluarga dan teman sebaya
maupun orang dewasa lainnya, dan hal ini mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.

Meskipun demikian adanya, guru tetap dapat mempengaruhi maupun membentuk gambaran peserta didik
tentang dirinya itu, dengan tujuan agar tercapai gambaran tentang masing-masing peserta didik yang lebih
positif. Apabila seorang guru suka mengkritik, mencela, atau bahkan merendahkan kemampuan peserta
didik, maka peserta didik akan cenderung menilai diri mereka sebagai seorang yang tidak mampu
berprestasi dalam belajar. Hal ini berlaku terutama bagi anak-anak TK atau SD yang masih sangat muda.
Akibatnya minat belajar menjadi turun.

Sebaliknya jika guru memberikan penghargaan, bersikap mendukung dalam menilai prestasi peserta
didik, maka lebih besar kemungkinan peserta didik-peserta didik akan menilai dirinya sebagai orang yang
mampu berprestasi. Penghargaan untuk berprestasi merupakan dorongan untuk memotivasi peserta didik
untuk belajar. Dorongan intelektual adalah keinginan untuk mencapai suatu prestasi yang hebat,
sedangkan dorongan untuk mencapai kesuksesan termasuk kebutuhan emosional, yaitu kebutuhan untuk
berprestasi.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian motivasi peserta didik?

2. Apa saja sumber motivasi peserta didik?

3. Bagaimana cara-cara untuk motivasi peserta didik?

4. Faktor apa saja yang memotivasi peserta didik?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian motivasi peserta didik.

2. Untuk mengetahui sumber motivasi peserta didik.

3. Untuk mengetahui cara-cara untuk motivasi peserta didik.

4. Untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat memotivasi peserta didik
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Motivasi Peserta Didik

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti dorongan atau alasan. Motif merupakan tenaga
pendorong yang mendorong manusia untuk bertindak atau suatu tenaga di dalam diri manusia, yang
menyebabkan manusia bertindak atau melakukan sesuatu. Motivasi merupakan tenaga pendorong yang
mendorong manusia untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar,
menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai
suatu tujuan.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 80) “Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang
menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar”. Sejalan dengan itu,
Ratumanan (2002: 72) mengatakan bahwa; “Motivasi adalah sebagai dorongan dasar yang menggerakkan
seseorang bertingkah laku”. Sedangkan motivasi belajar adalah “Keseluruhan daya penggerak psikis di
dalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar
dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan (Tadjab, 1994: 102)”.

Dari beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa motivasi memiliki 3 komponen, yaitu: a)
kebutuhan, kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang dimiliki dari
apa yang ia harapkan; b) dorongan, merupakan kegiatan mental untuk melakukan suatu.; dan c) tujuan,
tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh individu. Seseorang yang mempunyai tujuan tertentu dalam
melakukan suatu pekerjaan, maka ia akan melakukan pekerjaan tersebut dengan penuh semangat.

Pengaruh motivasi terhadap seseorang tergantung seberapa besar motivasi itu mampu membangkitkan
motivasi seseorang untuk bertingkat laku. Dengan motivasi yang besar, maka seseorang akan melakukan
sesuatu pekerjaan dengan lebih memusatkan pada tujuan dan akan lebih intensif pada proses
pengerjaannya. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di
dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek
belajar itu dapat tercapai.

Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Sardiman, 2005: 189).
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari
luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi
ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sejalan
dengan itu pula, Suryabrata (1994: 72) juga membagi motivasi menjadi 2 yaitu: a) motivasi ekstrinsik,
yaitu motivasi yang berfungsi karena adanya rangsangan dari luar; dan b) motivasi intrinsik, yaitu
motivasi yang berfungsi meskipun tidak mendapat rangsangan dari luar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar pada dasarnya ada dua yaitu: motivasi yang
datang sendiri dan motivasi yang ada karena adanya rangsangan dari luar. Kedua bentuk motivasi belajar
ini sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar. Setiap motivasi itu bertalian erat hubungan dengan
tujuan atau suatu cita-cita, maka makin tinggi harga suatu tujuan itu, maka makin kuat motivasi seseorang
untuk mencapai tujuan.

B. Cara-cara untuk Motivasi Peserta Didik

Banyak cara yang dapat digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi, karena motivasi
merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan sikap. Sardiman (2007: 92-95) menjelaskan ada
beberapa contoh dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah. Beberapa
bentuk dan cara motivasi tersebut meliputi:

1. Memberi angka

Angka dalam hal ini merupakan simbol dari nilai kegiatan belajar. Angka-angka yang baik bagi para
siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Namun sebagai guru haruslah mengetahui bahwa pemaparan
angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna, langkah
yang dilakukan adalah guru memberi angka. Angka dapat dikaitkan dengan value yang terkandung dalam
setiap pengetahuan yang diajarkan kepada siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja, tetapi keterampilan
dan afektifnya.

2. Hadiah

Hadiah dapat sebagai motivasi, tetapi tidak selalu demikian, karena hadiah untuk sebuah pekerjaan,
mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berkat untuk pekerjaan tersebut.

3. Saingan/kompetisi

Saingan/kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan
individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

4. Harga diri

Membutuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan kepentingan tugas dan menerimanya sebagai
tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertahankan harga dirinya adalah salah satu bentuk
motivasinya yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk memacu prestasi
yang baik dengan menjaga harga dirinya.

5. Menilai ulangan

Para siswa akan menjaga giat belajarnya kalau mengetahui akan adanya ulangan. Oleh karena itu
memberi ulangan itu juga merupakan sarana motivasi, tetapi guru juga terlalu sering memberi ulangan
karena bisa membosankan siswa. Maka sebelum ulangan guru sebaiknya terlebih dahulu memberitahukan
akan adanya ulangan.

6. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pelajaran apalagi kalau terjadi kemajuan akan mendorong siswa untuk lebih giat
belajar. Semakin mengetahui grafik hasil belajar meningkat, maka akan ada motivasi pada diri siswa
untuk belajar terus menerus dengan harapan-harapan hasilnya terus meningkat.

7. Pujian

Apabila ada siswa yang sukses atau berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik perlu diberikan pujian.
Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif sekaligus merupakan motivasi. Pemberiannya harus
tepat, dengan pujian yang tepat akan nampak suasana yang menyenangkan dan mempertimbangkan
gairah belajar.

8. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat, dan bijak akan menjadi
alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.

9. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar adalah unsur kesengajaan, ada maksud untuk, hal ini lebih baik, bila dibandingkan
segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat berarti ada pada diri seseorang.

10. Minat

Motivasi erat hubungan dengan minat, motivasi muncul karena adanya kebutuhan. Begitu juga dengan
minat, sehingga tepatlah bahwa minat merupakan alat motivasi yang pokok dalam proses belajar.

11. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui akan diterima baik oleh siswa dan akan merupakan alat motivasi yang sangat
penting sekali dengan memahami tujuan yang harus dicapai karena di sana sangat berguna dan
menguntungkan maka akan timbul gairah untuk terus belajar. Guru mengembangkan dan mengarahkan
hingga dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna.

Cara lain untuk menumbuhkan motivasi yaitu dengan cara memberi ulangan, karena dapat memotivasi
siswa untuk belajar. Hasil yang baik, apabila diketahui oleh siswa, maka itu dapat lebih mendorong siswa
untuk lebih giat belajar lagi. Pujian merupakan motivasi yang baik, diberikan kepada siswa oleh guru
ketika siswa tersebut melakukan hal positif. Hukuman dapat menjadi motivasi bagi siswa, apabila
penyampaiannya diberikan secara bijak serta tepat, agar siswa dapat memahami apa maksud siswa itu
diberi hukuman. Minat peserta didik terhadap proses belajar dapat ditunjukkan dengan cara partisipasi
siswa terhadap kegiatan pembelajaran.

C. Sumber Motivasi Peserta Didik


Berdasarkan sumber penyebabnya motivasi dikategorikan menjadi motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
Sumber motivasi intrinsik adalah challenge, curiosity, control, dan fantasy sedangkan motivasi ekstrinsik
timbul karena ada rangsangan dari luar. Individu yang termotivasi secara ekstrinsik akan berpartisipasi
untuk menghasilkan outcome tertentu seperti reward, pujian dari guru atau terhindar dari hukuman.
Dalam proses pembelajaran, motivasi peserta didik dapat dianalogikan sebagai bahan bakar untuk
menggerakkan mesin. Motivasi belajar yang memadai akan mendorong peserta didik berperilaku aktif
untuk berprestasi dalam kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negatif terhadap
keefektifan usaha belajar peserta didik. Peranan guru untuk mengelola motivasi belajar peserta didik
sangat penting, dan dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas belajar yang didasarkan pada pengenalan
guru kepada peserta didik secara individual.

Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar peserta didik,
sebagai berikut:

 memberikan aktivitas dengan tingkat kesulitan tingkat menengah sehingga tidak akan
membosankan peserta didik karena terlalu mudah atau membuat peserta didik putus asa karena
terlalu sulit;
 memberikan informasi dan ide yang dikaitkan dengan pengetahuan peserta didik, serta kejutan
dan incongruity dalam aktivitas yang dilakukan di kelas;
 memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat memilih aktivitas dan terlibat dalam
pembuatan peraturan dan prosedur di kelas sehingga peserta didik merasa memiliki kontrol;
 melibatkan peserta didik dalam aktivitas make-believe, permainan, dan simulasi, namun kegiatan
ini harus relevan dengan materi pelajaran dan tidak mengganggu.

Usaha untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik memerlukan kondisi tertentu yang
mengedepankan keterlibatan dan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran. Sejauh mungkin peserta
didik perlu didorong untuk mampu menata belajarnya sendiri dan menggunakan interaksi antarpribadi
dengan teman dan guru untuk mengembangkan kemampuan kognitif/intelektual dan kemampuan sosial.
Di samping itu, keterlibatan orang tua dalam belajar peserta didik perlu diusahakan, baik berupa perhatian
dan bimbingan kepada anak di rumah maupun partisipasi secara individual dan kolektif terhadap sekolah
dan kegiatannya.

A. Peranan Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Peran guru dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa adalah salah satu kegiatan

Integral yang wajib ada dalam kegiatan pembelajaran. Selain memberikan dan mentransfer ilmu
pengetahuan guru juga bertugas untuk meningkatkan motivasi anak dalam belajar. Tidak bisa dipungkiri
bahwa semangat belajar seorang siswa dengan yang lain berbeda beda, untuk itulah penting bagi guru
untuk selalu senantiasa untuk membertikan motivasi kepada siswa supaya siswa senantiasa memiliki
semangat belajar dan mampu menjadi siswa yang berprestasi serta dapat mengembangkan diri secara
optimal.

Proses pembelajaran akan berhasil apabila siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh karena itu guru
perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa yang optimal. Guru dituntut kreatif untuk membangkitkan
motivasi belajar siswa.
Adapun peran guru dalam meningktkan motivasi belajar siswa sebagai beriku:

1. Menjadikan siswa yang aktif dalam kegiatan belajar mengajar Guru memberikan arahan kepada
siswa dengan memberikan ilmu pengetahuan dan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan
siswapun mengerjakan tugas dengan baik dengan tujuan untuk menumbuhkan motivasi siswa
dalam belajar sehingga siswa dapat menyelesaikannya dengan tuntas, contohnya: setelah guru
memberikan ilmu kepada siswa lalu guru memberikan pertanyaan dan siswa menjawab
pertanyaan dengan tuntas.
2. Menciptakan suasana kelas yang kondusif
Kelas yang kondusif disini adalah kelas yang aman, nyaman dan selalu mendukung siswa untuk
bisa belajar dengan suasana yang tenang dan mendukung proses pembelajaran dengan tata ruang
sesuai yang diharapkan.
3. Menciptakan metode pembelajaran yang bervariasi
Metode pembelajaran bervariasi ini agar siswa tidak bosan dan jenuh dalam suatu pembelajaran
maka diciptakanlah pembelajaran yang bervariasi. Tujuannya agar siswa selalu termotivasi dalam
kegiatan proses pembelajaran.
4. Meningkatkan antusias dan semangat dalam mengajar
Kepedulian seorang guru dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat penting
untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa. Karena apabila guru tidak antusias dan semangat
dalam proses belajar mengajar maka siswa tidak akan termotivasi dalam belajar.
5. Memberikan penghargaan
Pemberian penghargaan ini bisa berupa nilai, hadiah, pujian, dan sebagainya agar siswa
termotivasi akan belajar dan selalu ingin menjadi yang terbaik.
6. Menciptakan aktivitas yang melibatkan siswa dalam kelas Ciptakan aktivitas yang melibatkan
siswa dengan teman-teman mereka dalam satu kelas. Tujuannya agar satu sama lain akan
membagikan pengetahuan, gagasan, atau ide dalam penyelesaian tugas invidu siswa dengan
seluruh siswa di kelas
Dari uraian di atas bahwa peran guru dalam motivasi belajar ini sangatlah penting. Apabila guru
tida ikut serta dalam motivasi belajar siswa maka siswa kurang kreatif dan tidak terpancing untuk
bersikap aktif. Maka dari itu peran guru sangatlah berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa
dan tujuan utamanya untuk mencapai prestasi dan meningkatkan mutu belajar dalam proses
pembelajaran.

4. Faktor-faktor yang Memotivasi Peserta Didik

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi manusia untuk belajar. Motivasi belajar terjadi dari tindakan
perbuatan persiapan mengajar. Menurut Dimyati faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai
berikut:

1. Cita-cita/aspirasi siswa

Motivasi belajar tampak pada keinginan anak yang sejak kecil, seperti keinginan bermain. Keberhasilan
mencapai keinginan tersebut menumbuhkan keinginan bergiat. Bahkan dikemudian hari menimbulkan
cita-cita dalam kehidupan. Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan,
bahasa dan nilai-nilai kehidupan.
2. Kemampuan siswa

Keinginan seorang anak perlu dibarengi kemampuan dan kecakapan mencapainya. Keinginan membaca
perlu dibarengi kemampuan mengenal dan mengucapkan huruf ”R”. Misalnya dapat dibatasi dengan diri
melatih ucapan ”R” yang benar. Latihan berulang kali menyebabkan bentuknya kemampuan
mengucapkan ”R”. Dengan kemampuan pengucapan huruf ”R” akan terpenuhi keinginan akan
kemampuan belajar yang memperkuat anak-anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.

3. Kondisi siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang yang
sakit, lapar atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya seorang siswa yang sehat,
kenyang, dan gembira akan memusatkan perhatian pada pelajaran dan akan termotivasi untuk belajar.

4. Kondisi lingkungan siswa

Lingkungan siswa dapat berubah keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan
kehidupan masyarakat. Sebagai anggota masyarakat, maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan
sekitar, bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman teman yang nakal akan mengganggu
kesungguhan belajar, sebaliknya kampus, sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun akan
memperkuat motivasi belajar. Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib dan indah maka semangat
belajar akan mudah diperkuat.

5. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami perubahan berkat
pengalaman hidup, pengalaman teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar.
Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, tempat tinggal dan pergaulan juga mengalami
perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, rasio, ke semua lingkungan
tersebut mendinamiskan motivasi belajar.

6. Upaya guru dalam mengelola kelas

Upaya guru dalam membelajarkan siswa terjadi di sekolah maupun di luar sekolah. Upaya pembelajaran
di sekolah meliputi hal-hal sebagai berikut:

 menyelenggarakan tertib belajar di sekolah


 membina disiplin belajar dalam setiap kesempatan
 membina belajar tertib bergaul;
 membina belajar tertib lingkungan sekolah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Motivasi memegang peranan yang penting dalam proses belajar. Apabila tenaga pendidik dan orang tua
dapat memberikan motivasi yang baik pada peserta didik atau anaknya, maka dalam diri peserta didik
atau anak akan timbul dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Memberikan motivasi yang baik dan
sesuai, maka anak dapat menyadari akan manfaat belajar dan tujuan yang hendak dicapai dengan belajar
tersebut. Motivasi belajar juga diharapkan mampu menggugah semangat belajar, terutama bagi para
peserta didik yang malas belajar sebagai akibat pengaruh negatif dari luar diri peserta didik. Berdasarkan
definisi-definisi para ahli, maka motivasi belajar adalah dorongan atau hasrat kemauan untuk
melaksanakan kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan.

Seorang tenaga pendidik hanya sebagai fasilitator, motivator, dan inspirator dari proses kegiatan belajar
mengajar di kelas, sehingga semua kualitas dari dalam diri anak-anak didiknya, akan terbuka. Semua
kreativitas terletak di dalam diri anak-anak didik, karena anak-anak didik kita memiliki jiwa di mana
terletak sumber dari segala potensi-potensinya. Karena ketidaktahuannyalah maka kita sebagai seorang
tenaga pendidik adalah pemandu spiritual untuk membantu memberikan pengetahuan kepada jiwa anak-
anak didik kita. Keterlibatan jiwa seorang murid dalam suatu kegiatan belajar mengajar, akan
memberikan motivasi kuat kepada mereka. Anak-anak didik kita akan merasa dirinya berharga untuk
melakukan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Dimyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

M. Ngalim Purwanto. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Malcom, Brownlee. 1993. Pengambilan Keputusan Etis. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Mohibbin,Syah. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesi Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan.
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Islamuddin, Haryu. 2012. Psikologi Pendidikan. Cet.1 Pustaka Pelajar. Roemah, Noer. 2012. Psikologi
Pendidikan. Cet.I. Yogyakarta: Teras. Syah, Muhibbin 2004. Psioklogi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Marno dan Idris, 2010. Strategi & Metode Pengajaran.Cet. VII. Yogyakarta:Ar-ruzz Media.

Soemanto, Wasty, 2006. Psikologi Pendidikan. Cet.V. Jakarta: Asdi Mahasatya,

Anda mungkin juga menyukai