SKRIPSI
Oleh:
FITRI WIJAYANTI
NIM : 111 13 098
i
ii
iii
iv
MOTTO
﴾٣١﴿ َ ظ ْل ٌم
ع ِظم ٌم ُ َاَّللِ ِإ َّن الش ِْر َك ل
َّ ي َِل ت ُ ْش ِر ْك ِب ُ ان ِِل ْبنِ ِه َو ُه َو يَ ِع
َّ َظهُ يَا بُن ُ َو ِإ ْذ قَا َل لُ ْق َم
Artinya : “Ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia
memberikan pelajaran kepadanya : Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-
benar kezaliman yang besar”
(QS. Luqman ayat 13)
v
PERSEMBAHAN
1. Kedua orang tuaku, ayahanda tercinta Bapak Mugiran dan ibunda tercinta
Ibu Siti Mahmudah atas perjuangannya banting tulang, kalimah do’a dan
2. Kepada bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si. selaku pembimbing dan sekaligus
F.S yang selalu ada memberikan semangat dan bantuan untuk segera
vi
KATA PENGANTAR
الر ِح ِمم
َّ من
ِ ْالرح
َّ ِبِ ْس ِم هللا
sadar sampai detik ini kita masih diberi denyut nafas kehidupan dalam menempuh
hidup memerankan diri sebagai khalifatullah dimuka bumi dan sebagai Abdullah
(hamba Allah). Teriring Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi
sehingga karena tauladan beliaulah saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang
penyusunan skripsi ini mungkin terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis
dengan rendah hati dan tangan terbuka akan menerima masukan, kritik dan saran
Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, saran,
pertimbangan dan kritik dari berbagai pihak, maka bersamaan dengan selesainya
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
vii
4. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si selaku dosen pembimbing dalam penyusunan
6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang tidak dapat saya sebutkan
7. Kepada Kepala SMP Negeri 2 Salatiga, yang telah mengizinkan saya untuk
melakukan penelitian.
8. Kepada Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 2 Salatiga yang sudah
Hanya untaian atas terima kasih serta doa semoga Allah SWT membalas semua
FITRI WIJAYANTI
NIM. 111 13 098
viii
ABSTRAK
Wijayanti, Fitri, 2017. Problematika Guru PAI Dalam Proses Belajar Mengajar
PAI (Studi Kasus Di SMP Negeri 2 Salatiga). Skripsi Jurusan
Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama
Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M.Si.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
MOTTO ..................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ....................................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
x
BAB II LANDASAN TEORI
A. Guru ...................................................................................... 11
B. PAI ........................................................................................ 14
E. Analisis Data......................................................................... 42
B. Analisis Data......................................................................... 61
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................... 67
B. Saran ..................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 7. Dokumentasi
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
dan nilai yang di dalamnya terdapat hubungan antara pendidik dan peserta
1
Pendidikan dan pengajaran merupakan masalah yang cukup kompleks,
adalahmenyampaikanmateripelajarankepadasiswamelaluiinteraksikomunikasi
dalammenyampaikanmaterisangattergantungpadakelancaraninteraksiantara
guru
dengansiswanya.Ketidaklancarankomunikasimembawaakibatterhadappesan
mendidik dan membentuk karakter peserta didik. Guru sering disebut sebagai
karena itu, guru dipandang sebagai sosok yang harus digugu dan ditiru.
bahwa guru kencing berdiri, murid kencing berlari, karena apa yang
2
dilakukan seorang guru akan menjadi contoh bagi warga disekitarnya
juga dianggap sebagai orang yang serba bisa. Melalui Pendidikan Agama
Islam, guru mampu menanamkan nilai sosial yang hidup dan dipertahankan
Pasal 12 ayat (1a) dengan jelas menyebutkan bahwa pengajaran agama (di
3
nilai-nilai agama tertentu, maka pendidikan keagamaan sifatnya sangat
pada tingkat yang lebih rinci. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tidak
siswa dapat menjadi manusia yang bertaqwa serta memiliki budi pekerti
luhur, sesuai dengan tujuan dari pendidikan Islam. Seperti yang dikatakan
4
dan merupakan suatu kondisi yang pencapaiannya membutuhkan upaya
perilaku nyata.
murid-murid.
B. Fokus Penelitian
Negeri 2 Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
5
2. Untuk mengetahui upaya dalam mengatasi problematika Guru PAI di
D. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat Praktis
6
yang tidak serius dan malas dalam belajar. Serta meningkatkan pengajaran
terhadap siswa untuk lebih memahami ilmu pengetahuan agama Islam serta
memberi tugas-tugas tambahan kepada siswa agar siswa selalu giat dalam
faktor kemauan dari anak yang kurang, belum bisa baca tulis Al-Qur’an atau
kurang lancar dalam membaca Al-Qur’an, bahkan ada yang masih tahap
membaca buku Iqro’, sifat malas yang ada pada siswa, ketika dirumah
Faktor Eksternal (orang tua dan lingkungan rumah). Solusi dari kendala dan
7
orang tua juga harus memotivasi anak, 4. Guru membimbing bacaan siswa
dan siswa hendaknya sering membaca Al Qur’an, 6. Guru dan orang tua
8
Memberikan sangsi berupa kredit point bagi siswa yang melanggarnya,
sedangkan objek dalam penelitian ini ditujukan pada guru PAI di SMP
Negeri 2 Salatiga.
F. Sitematika Penulisan
Skripsi ini peneliti susun dalam lima bab, yang secara sistematis dapat
BAB I: PENDAHULUAN.
9
memuat tentang problematika Guru PAI dalam proses
belajar mengajar.
BAB V: PENUTUP
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Guru
Guru dalam bahasa arab dikenal dengan sebutan “al mu’alim atau al
ustadz” yang bertugas memberikan ilmu pada majelis ta’lim (tempat memperoleh
ilmu). Dalam hal ini al mu’alim atau al ustadz juga mempunyai pengertian orang
2005:12).
Dalam UU Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 guru adalah pendidik
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
yang mempunyai tanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai
dengan ajaran Aama Islam dan bertanggungjawab kepada Allah. (Zuhairini, 2004:
54). Nurdin (2010:128) menguraikan bahwa guru adalah orang yang bertanggung
pendidik yang mengajarkan ajaran Islam dan membimbing anak didik ke arah
11
pencapaian kedewasaan serta membentuk kepribadian muslim yang berakhlak,
ialahsebagai berikut :
12
mengubah tingkah lakunya. Sebagai teladan bagi peserta didik dan orang-
orang di sekitarnya, mengharuskan guru melaksanakan kode etik keguruan
yang menjadi dasar berperilaku. Baik dalam interaksinya dengan kepala
sekolah, teman sejawat, bawahan, peserta didik, dan masyarakat pada
umumnya.
8. Guru sebagai pribadi
Sebagai individu yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, guru
harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Karena,
seorang guru merupakan salah satu panutan bagi masyarakat. Guru dituntut
untuk meningkatkan pengetahuannya, selalu mengontrol emosinya, berbaur
dengan masyarakat sekitarnya, serta selalu melaksanakan ajaran-ajaran
agamanya.
9. Guru sebagai peneliti.
Manusia adalah makhluk yang unik, satu sama lain berbeda. Manusia
yang satu memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Namun,
mereka juga memiliki kelemahan yang tidak dimiliki yang lainnya. Demikian
pula dengan peserta didik, mereka memiliki keunikan yang beraneka ragam
dari waktu ke waktu. Karenanya guru tidak bisa memperlakukan mereka
dengan cara yang sama untuk semua peserta didik dan untuk zaman yang
berbeda. Hal ini menuntut guru mencari suatu sistem pembelajaran yang
sesuai dengan perkembangan zaman, tingkat perkembangan, serta kebutuhan
peserta didik tersebut.
10. Guru sebagai pendorong kreativitas.
Dalam proses pembelajaran, peserta didik terkadang tidak memiliki
motivasi belajar, apalagi menciptakan hal-hal baru yang dapat meningkatkan
kompetensinya. Sebagai motivator , guru berkewajiban meningkatkan
dorongan peserta didik untuk kreatif dalam belajar. Motivasi merupakan salah
satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena peserta
didik akan sungguh-sungguh belajar apabila memiliki motivasi yang tinggi.
11. Guru sebagai pembangkit pandangan.
Guru harus menanamkan pandangan yang positif terhadap martabat
manusia kedalam pribadi peserta didik. Sebagai seorang guru tentunya tidak
ingin peserta didik menjadi orang yang akan memperbudak orang lain,
melainkan menjadi orang yang menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia. Sehingga terjadi kehidupan masyarakat yang sejahtera lahir dan
batin.
12. Guru sebagai pekerja rutin
Guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan rutin yang amat
diperlukan dan sering kali memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak
dilakukan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru
pada semua peranannya.(Zakiah Daradjat, 2001: 99).
13
yang memiliki berbagai macam karakteristik dan juga dihadapkan pada problem
pembelajaran yang terjadi. Seorang guru harus mau dan berusaha mencari
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
Muhaimin bahwa pendidikan adalah upaya yang secara sadar dirancang untuk
kehidupannya), sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual
adalah usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa dalam rangka menanamkan,
membina, dan mengembangkan potensi anak didik agar menjadi manusia utama
yang berakhlak mulia yang terwujud dalam berfikir, bertindak, bersikap dan
14
setiap lembaga pendidikan baik pendidikan dasar, menengah maupun perguruan
tingi baik negeri maupun swasta. Adapun tujuan diberikannya materi PAI adalah
untuk memperkuat iman, ketakwaan terhadap tuhan Yang Maha Esa sesuai yang
sebagai berikut :
ajaran Islam.
agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar
atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”
15
Pendidikan agama Islam merupakan komponen yang tak terpisahkan dari
sistem pendidikan Islam yang jangkauan serta sasarannya lebih luas, namun
diarahkan untuk:
agama,
semata tetapi juga untuk dipraktekkan atau diamalkan dalam kehidupan sehari-
Pada dasarnya peranan guru Pendidikan Agama Islam dan guru umum
yang ia miliki kepada anak didiknya, agar mereka lebih banyak memahami
dan mengetahui ilmu pengetahuan yang lebih luas lagi. Akan tetapi peranan
guru Pendidikan Agama Islam selain berusaha memindahkan ilmu, juga harus
menanamkan nilai-nilai agama Islam kepada anak didiknya agar mereka bisa
16
2. Syarat guru Pendidikan Agama Islam
pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua. Mereka ini, tatkala
pula bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang
guru atau sekolah karena tidak sembarang orang dapat menjabat guru.
Dilihat dari ilmu pendidikan Islam, maka secara umum untuk menjadi
guru yang baik dan diperkirakan dapat memenuhi tanggung jawab yang
a. Takwa
mendidik anak agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa
Rasulullah SAW menjadi teladan bagi umatnya. Sejauh mana seorang guru
17
b. Berilmu
untuk sementara, yakni menerima guru yang belum berijazah. Tetapi dalam
keadaan normal ada patokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin
baik mutu pendidikan dan pada gilirannya makin tinggi pula derajat
masyarakat.
c. Sehat jasmani
yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular
Guru yang berpenyakit tidak akan bergairah mengajar. Kita kenal ucapan
“Mens sana in corpore sano”, yang artinya dalam tubuh yang sehat
terkandung jiwa yang sehat. Walaupun pepatah itu tidak benar secara
18
d. Berkelakuan baik
Budi pekerti guru maha penting dalam pendidikan watak murid. Guru
antara tujuan pendidikan ialah membentuk akhalak baik pada anak dan ini
hanya mungkin jika guru itu berakhlak baik pula. Guru yang tidak berakhlak
dengan akhlak baik dalam Ilmu Pendidikan Islam adalah akhlak yang sesuai
memang tidak mudah. Banyak tuntutan yang harus dipenuhi serta memiliki
tanggung jawab yang besar. Akan tetapi dibalik itu semua terdapat nilai-nilai
amalan yang akan menjadikan manfaat bagi seorang guru, baik manfaat
19
keilmuan. Maka tugas pendidik dalam proses pembelajaran secara berurutan
adalah:
dalam proses pendidikan agama Islam. Setiap kendala yang ada, pasti memiliki
adalah keterbatasan sumber belajar yang ada, keterbatasan alokasi waktu, dan
Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan; yang menimbulkan
yang perlu dipecahkan, diatasi atau disesuaikan (Sutan Rajasa, 2002: 499).
20
problematika dalam penelitian ini adalah suatu masalah yang memerlukan
merupakan suatu masalah yang terjadi dan menuntut adanya perubahan dan
terlaksana.
dihadapi yaitu:
guru.
21
Secara umum problem yang dialami guru dalam pembelajaran dapat
dibagi menjadi 2, yaitu faktor internal dan eksternal. (Iskandar Agung, 2010: 54).
1. Faktor Internal
Problem internal yang dialami oleh guru pada umumnya berkisar pada
a. Penguasaan bahan/materi
rancangan dan penyiapan bahan ajar harus cermat, baik dan sistematis.
rencana pembelajaran.
didik secara utuh. Namun masih banyak guru yang punya anggapan
c. Keterampilan mengajar
22
mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, penggunaan media
yang telah dicapai siswa saja, melainkan ingin mengetahui sejauh mana
penggali data seperti tes perbuatan, tes tertulis dan tes lisan. (Syaiful
2. Faktor Eksternal
Problem eksternal yaitu problem yang berasal dari luar diri guru itu
sendiri, diantaranya;
23
D. Belajar Mengajar
1. Pengertian Belajar
berikut :
lingkungannya.”
tingkah laku yang terjadi melalui latihan atau pengalaman sebagai hasil
Sedangkan prestasi belajar adalah sebagai hasil apa yang telah dicapai oleh
2. Teori-teori Belajar
sebagai berikut :
24
a. Teori belajar menurut konsepsi ahli-ahli Ilmu Jiwa Daya
meningkat kalau dilatih untuk memecahkan soal, daya ingatan lebih tinggi
saja seperti menghafal tahun, diberi soal-soal yang semuanya tidak bernilai
praktis.
b. Teori Tanggapan
ilmu Jiwa Daya karena dianggap tidak ilmiah, sebab psikologi daya tak
c. Teori Thorndike
dilakukan pada anjing herder yang karena kebiasaan mengeluarkan air liur
25
kalau melihat lampu warna merah. Dalam hal ini sinar merah stimulusnya
– dan air liur adalah response nya. Mengajar menurut Thorndike dengan
jadi perbuatan ini kalau sering diulang menjadi suatu proses yang
orang akan meletakkan persoalan itu pada suatu medan context sehingga
terpecahkan masalahnya.
e. Teori Behaviorisme
yaitu berupa tingkah laku. Tingkah laku ialah reaksi organisme sebagai
reaksi itu terhadap prangsang yang sudah tertentu. Dalam hal ini reaksi itu
f. Teori Gestalt
26
1) Belajar berdasarkan keseluruhan
yang lain sebanyak mungkin. Mata pelajaran yang bulat lebih mudah
Siswa belajar tak hanya inteleknya saja, tetapi juga emosional dan
4) Terjadi transfer
27
5) Belajar harus dengan insight
3. Prinsip-prinsip belajar
Prinsip belajar merupakan petunjuk atau cara yang perlu diikuti untuk
melakukan kegiatan belajar. Ada banyak sekali teori dan prinsip belajar yang
dikemukaan para ahli yang satu dengan yang lain. Dari berbagai prinsip belajar
tersebut terdapat prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai
sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu
atau hasil kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru. Siswa akan
berhasil belajar jika guru mengajar secara efisien dan efektif. Itu sebabnya,
guru perlu mengenal prinsip-prinsip belajar agar para siswa belajar aktif dan
a. Pengalaman dasar
28
b. Motivasi belajar
secara aktif, tetapi juga berfungsi sebagai pemberi arah dan penggerak
dalam belajar. Motivasi belajar dapat tumbuh dari dalam diri sendiri, yang
dorongan dari luar seperti pemberian angka, kerja kelompok, hadiah, atau
teguran yang disebut motivasi ekstrinsik. Kedua jenis motivasi ini berguna
Hasil belajar yang telah diperoleh oleh siswa perlu dimantapkan agar
kepada siswa untuk mengulang dan melatih hal-hal yang telah dipelajari
4. Teori-teori Mengajar
cara paling singkat dan tepat. Dalam hal ini pengertian waktu yang
29
siswa ada perbedaan individual, sehingga memerlukan pelayanan yang
kemajuannya, maka bahan pelajaran yang diberikan pun akan sama pula.
keluar.
30
kelangsungannya teknik belajar yang tidak tepat untuk dijelaskan.
Kemungkinan lain yang dapat diamati ialah memberikan model teori dan
teknik assesmen yang sesuai, dan banyak aspek mengajar yang dilukiskan
dengan cara yang di bimbing oleh hal-hal yang praktis, pribadi guru
banyak berbicara.
dari keputusan guru adalah jawaban siswa atau sekelompok siswa, kepada
juga siswa yang mandir, yang tidak berpengaruh terhadap faktor pengajar
karena dia mau belajar sendiri. Akan tetapi menurut Slameto (2010: 56-72)
peserta didik dalam hal ini kesehatan, baik kesehatan jasmani maupun
31
mengakibatkan orang tersebut tidak dapat belajar secara maksimal.
memori siswa tersebut tidak dapat berjalan lancar. Berbeda dengan siswa
علَى َما َي ْنفَعُكَ َوا ْست َ ِع ْن ْ ْف َوفِى ُك ِل َخم ٌْر اِحْ ِر
َ ص َّ َوأ َحب إلَى هللاِ ِمنَ ْال ُمؤْ ِم ِن ال
ِ ض ِعم
)(روه مسلم.))ان
ِ طَ ش ْم َ ْإن لَ ْوت َ ْفتَح
َّ ع َم َل ال َّ َ ف.َ َو َماشَا َء فَ َعل.ِقَدَ ُر هللا
32
tercepat saat berangkat untuk menghadapi musuh dan mengejarnya. Ia
juga akan menjadi orang yang kuat pendiriannya dalam melakukan amar
ma’ruf nahi munkar, sabar dalam menghadapi gangguan pada semua itu,
dan mampu menanggung beban berat di jalan Allah. Lebih dari itu, ia
Nawawi,2011: 160-161).
kesiapan)
a) Inteligensi
(1) The ability to meet and adapt to novel situasions quikly and
effectively
(2) The ability to utilize abstract concepts effectively
(3) The ability to grasp relationships and to learn quickly.
33
bukan persoalan otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ
tubuh lainnya. Akan tetapi memang harus diakui bahwa peran otak
b) Perhatian
(Slameto, 2010:105).
c) Minat
Minat yaitu suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada
34
196). Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan
d) Bakat
mengetik.
35
Al Qur’an menyebut bakat dengan istilah Syakilah terdapat
b. Faktor eksternal yaitu faktor dari luar individu. Faktor ekstern terdiri dari:
tua, dan latar belakang kebudayaan). Faktor keluarga (orang tua) sangat
atau kurangnya perhatian dan bimbingan orang tua, akrab atau tidaknya
36
2) Faktor sekolah (metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu
37
BAB III
METODE PENELITIAN
usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengan suatu
problemnya.
berdasarkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
38
B. Lokasi Penelitian
problematika Guru PAI dalam belajar mengajar. Dalam hal ini peneliti
C. Sumber Data
Adapun jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
melalui
1. Data Primer
Sumber data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata
langsung yang peneliti dapatkan berasal dari Guru PAI SMP Negeri 02
Salatiga.
2. Data Sekunder
foto, film, rekaman video, dan benda-benda yang dapat memperkaya data
39
D. Prosedur Pengumpulan Data
a. Metode Wawancara
pertanyaan itu.
40
mana siswa dalam memahami Pendidikan Agama Islam di SMP
Negeri 02 Salatiga.
b. Metode Observasi
41
3. Proses belajar mengajar bidang studi PAI.
c. Metode Dokumentasi
(Moleong, 2015:160).
meliputi :
E. Analisis Data.
data yang ada sehingga dapat ditarik kesimpulan yang benar. Analisis
lain :
42
a. Data Reduction (Reduksi Data)
43
pengamatan,dan triangulasi. Sedangkan kriteria kebergantungan dan
G. Tahap-tahap Penelitian.
44
3) Penarikan kesimpulan berupa penemuan baru yang belum
pernah ada.
45
BAB IV
PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
SMP Negeri 2 Salatiga tentang problematika guru PAI dalam proses belajar
1. Sejarah Sekolah
berlangsung cukup lama. Dibangun pada tahun 1917, SMP Negeri 2 Salatiga
mulai beroperasi mulai tanggal 25 Mei 1960. Dengan luas tanah 25.200 m2
Tengah. Status tanah dan bangunan SMP Negeri 2 Salatiga ini merupakan
milik pemerintah.
2. Letak Geografis
Pada saat ini SMP Negeri 2 Salatiga merupakan salah satu sekolah
memiliki lokasi yang strategis, lahan yang cukup luas dan berbagai fasilitas
seperti lapangan olahraga ( Ruang Terbuka Hijau yang luas, lapangan sepak
bola, Basket, Tenis lapangan serta arena bermain yang luas), ruang kelas
peninggalan jaman Belanda yang merupakan aset budaya yang tak ternilai
46
baik di tingkat Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah maupun Nasional. Hasil
SMP Negeri 2 Salatiga optimis masa yang akan datang akan lebih
cerah dan mampu bersaing dibidang prestasi. Untuk itu semua kekurangan
Hal tersebut sebagai upaya agar SMP Negeri 2 Salatiga menjadi salah satu
Darma Wanita dan SD Negeri Salatiga 05, sangatlah tepat jika dikatakan
di jalan Kartini juga terdapat salah satu sekolah jenjang pendidikan tinggi,
lokasi sekolah yang memiliki luas bangunan lebih dari 9.000 m2 ini sangat
47
Dalam urusan kedinasan pun SMP Negeri 2 Salatiga cukup
Olahraga Kota Salatiga yang hanya berjarak kurang lebih 800 meter,
membuat urusan kedinasan bertambah lancar. Bahkan jarak yang cukup dekat
Daerah, Kantor Walikota dan Wakil Walikota Salatiga, serta gedung DPRD
tambahan.
Lebih lanjut lagi, letak SMP Negeri 2 Salatiga yang berada di kaki
Gunung Merbabu menjadikan sekolah ini menjadi salah satu sekolah yang
masih diselimuti udara yang sejuk baik pagi maupun di siang hari.
masih tampak kokoh menjadikan sirkulasi udara di dalam kelas juga baik
Salatiga memiliki keragaman siswa dari semua strata sosial. Mulai dari yang
berasal dari keluarga mampu maupun kalangan pejabat sampai dengan yang
berasal dari keluarga tidak mampu, merupakan kekuatan tersendiri dari SMP
48
sumber-sumber yang lain, memberikan dukungan yang positif bagi
informatika harus diadopsi dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, guna
yang disampaikan oleh guru bersifat nyata sesuai dengan kondisi yang
3. Profil Sekolah
Kecamatan : Sidorejo
Kab./Kota : Salatiga
b. NSS : 201036204002
49
d. Tahun Didirikan : 1917
Cabang Salatiga.
a. Visi Sekolah
Slogan:
“PRIMA BERKARAKTER”
Visi:
lingkungan. ”
50
Visi tersebut mencerminkan profil dan cita-cita sekolah dengan
indikator:
prinsip nasionalisme.
b. Misi Sekolah
Maha Esa.
nasionalisme.
51
a. Meningkatnya nilai Ujian Nasional ( UN ) mencapai 8,50.
Jawa Tengah.
propinsi.
52
o. 100 % pemerintah dan masyarakat percaya akan bentuk-bentuk
pelayanan sekolah.
pemanfaatannya optimal.
pemanfaatannya optimal.
t. Memiliki ruang kantor Tata Usaha yang rapi, sejuk, lengkap dan tertata
u. Memiliki ruang arsip abadi yang tertata, terawat dan lengkap dengan
dokumen-dokumen sekolah.
v. Memiliki Masjid dan Kapel yang memadahi sebagai tempat ibadah dan
optimal.
x. Memiliki pagar sekolah yang baik guna menciptakan situasi belajar yang
aman.
53
6. Data Guru dan Data Siswa
a. Data Guru
Tabel 4.1
Data Guru SMP Negeri 2 Salatiga
Tenaga Pendidik / Tk Jumlah Keterangan
Guru Kontrak -
Guru Honorer 3
Tabel 4.2
Data Siswa SMP Negeri 2 Salatiga
Jumlah
Jml Kelas VII Kelas VIII Kelas IX (Kls. VII + VIII
Th. (Calonsi + IX)
Pljrn swa
Baru) Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml
Siswa Rombel Siswa Rombel Siswa Rombel siswa Rombel
54
7. Data Ruang Kelas dan Sarana Prasarana
Tabel 4.3
Data Ruang Kelas SMP Negeri 2 Salatiga
Ruang 24 - - 24 - 24
Kelas
Tabel 4.4
Data Sarana Prasarana
Ketersediaan* Kondisi*
No. Jenis prasarana
Ada Tidak Baik Rusak
1 Ruang kelas
2 Ruang perpustakaan
3 Ruang laboratorium IPA
(Biologi)
4 Ruang laboratorium IPA
(Fisika)
5 Ruang laboratorium Bahasa
6 Ruang laboratorium TI & K
55
No. Jenis prasarana Ketersediaan* Kondisi*
7 Ruang Studio Musik
8 Ruang Tari
9 Ruang Pertemuan/Aula
10 Ruang Multimedia
13 Ruang Komite
14 Ruang OSIS
17 Ruang Satpam
18 Ruang pimpinan
19 Ruang guru
21 Tempat beribadah
23 Ruang UKS
24 Jamban
25 Gudang
26 Ruang sirkulasi
27 Tempat
bermain/berolahraga
( Sumber : Dokumentasi SMP Negeri 2 Salatiga )
56
c. Kegiatan Pembelajaran dan Kegiatan Ekstrakurikuler
a. Kegiatan Pembelajaran
Tabel 4.5
Kegiatan Pembelajaran SMP Negeri 2 Salatiga
1. Mata pelajaran:
1). Pendidikan Agama 6). IPA
2). PKn 7). IPS
3). Bhs. Indonesia 8). Seni Budaya
4). Bhs. Inggris 9). Penjaskes
5). Matematika 10). T I K
2. Muatan lokal:
1). Bhs. Jawa
2). Keterampilan Elektronika / Hasta Karya
57
No. Komponen Muatan Kurikulum
8). Seni Budaya VII : 75 VIII : 76 IX : 86
9). Penjaskes VII : 75 VIII : 75 IX : 75
10).T I K VII : 76 VIII : 75 IX : 75
11). Bahasa Jawa VII : 76 VIII : 76 IX : 76
12). Ket. Elektronika VII : 75 VIII : 76 IX : 76
13). Hasta Karya VII : 77 VIII : 77 IX : 77
14). Prakarya VII : 76 VIII : 75 IX : -
58
No. Komponen Muatan Kurikulum
5). Di sekolah kami, kelulusan juga mempertimbangkan kehadiran di
kelas mencapai minimal 90%.
b. Kegiatan Ekstrakurikuler
Tabel 4.6
Kegiatan Ekstrakulikuler SMP Negeri 2 Salatiga
Ekstrakurikuler ekstrakurikuler
59
5 Atletik
6 Drumblek
7 Tenis Meja
8 Sepak Bola
9 PMR
10 Jurnalistik (Mading,Pinastika)
12 Rebana
13 Pendalaman Alkitab
14 Seni Rupa
15 Seni Tari
16 Band
18 Paskibra
19 Karawitan
20 Qosidah
21 Judo
22 Cheerleader
23 Futsal
24 ICT
60
B. Analisis Data
membaca tulisan Arab yang baik apalagi sudah sekolah menengah. Tetapi di
sekolah ini ternyata masih terdapat siswa yang belum bisa mengenal huruf
2. Faktor Waktu
pendidikan agama Islam sangatlah minim yaitu hanya 2 jam pelajaran. Dalam
biaya sekolah bagi siswa menyebabkan pihak sekolah tidak berani memungut
biaya walau untuk membeli kebutuhan siswa seperti LKS. Sementara itu,
61
buku paket, buku paket penjelasannya kurang dan itu membuat guru lebih
Sekolah).
HP untuk proses pembelajaran. Namun hal itu juga punya sisi negatif kadang
di kelas siswa malah fokus sama Hpnya dan tidak mencari informasi tentang
pelajaran tetapi malah buka Facebook, Watshaap atau BBM. Guru merasa itu
malah jadi penghambat, tapi sampai hari ini peraturan itu belum di hapus
sehingga Guru harus lebih tegas kepada siswa yang main-main dengan
5. Kurangnya prasarana
anak-anak akan mempelajari tentang ilmu tajwid, lebih mudahnya harus ada
punya Lab PAI, kalau masjid ada, tapi belum lengkap, belum ada alat-alat
62
C. Cara Mengatasi Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMP N 02 Salatiga
ekstrakurikuler BTA, solusi ini sangat membantu siswa agar dapat keluar dari
membaca tulisan Arab sehingga materi BTA dapat disesuaikan dengan siswa
karena kemampuan siswa yang sudah seragam, solusi ini tepat diberikan
kebosanan dan jika siswa tidak mempunyai orang tua atau orang yang
63
2) Faktor Waktu
agama Islam adalah 2 jam pelajaran, waktu yang sangat minim sekali dalam
tidaklah cukup. Selain itu ada dua kelas yang mendapat jadwal pelajara
Agama Islam di jam-jam yang kurang pas, seperti setelah jam istirahat. Guru
masuk siswa belum ada, mereka masih menikmati waktu istirahat padahal bel
waktu yang tersedia. Solusi yang dilakukan oleh guru pendidikan agama
Islam tersebut belumlah cukup, karena materi pendidikan agama Islam yang
biaya sekolah bagi siswa menyebabkan pihak sekolah tidak berani memungut
biaya walau untuk pembelian buku. Akibatnya anak tidak memiliki buku,
64
mereka hanyamempunyai buku paket yang dipinjamkanoleh sekolah. Buku
tetapi hal tersebut tidak bisa maksimal. Selain itu secara diam-diam guru
membawa handphone ke sekolah dengan alasan tertentu. Namun hal itu juga
malah asyik dan fokus dengan Hpnya saja, jadi tidak mencari informasi tetapi
buka Facebook, Watshaap atau BBM, solusi yang dilakukan gur pendidikan
Agama Islam adalah Guru harus lebih tegas kepada siswa yang main-main
5) Kurangnya prasarana
anak-anak akan mempelajari tentang ilmu tajwid, lebih mudahnya harus ada
65
Laboraturium dengan segala sarana prasarananya. Tapi di SMP N 2 belum
punya Lab PAI, kalau masjid ada, tapi belum lengkap, belum ada alat-alat
kalau memang anak-anak itu harus praktik memang sebaiknya di sekolah itu
harus praktik, harus mempunyai LAB PAI, tapi di SMP N 2 belum punya Lab
PAI, kalau masjid ada, tapi di masjid itu belum lengkap semuanya, belum ada
masih ada anak yang belum menerima pembelajaran karna kelasnya itu kelas
di Sekolah).
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
problematika guru PAI dalam proses belajar mengajar PAI di SMP Negeri
tulisan Arab, faktor waktu, tidak adanya buku penunjang (LKS), faktor
B. Saran
67
1. UntukKepala Sekolah
belajar mengajar
ekstrakurikuler.
pelajaran.
2. Bagi guru
pembelajaran.
3. Bagi siswa
Arabdengan baik.
disampaikan guru.
68
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jogjakarta: Ar Ruzz Media.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan anak didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah,Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak dalam
Keluarga. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
E. Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Rosda
Karya.
Khajjaj, Abi al Khusain Muslim bin al. Shahih Muslim. Libanon: Beirut. t.t. Juz.
4.
Mahmud. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Sudjana, Nana. 1998. Cara belajar siswa aktif dalam proses belajar mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung :
Penerbit Alfabeta.
Suparlan. 2005. Manjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publising.
Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta : AR-RUZZ.
Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
2
2
Pedoman Wawancara
mengajar PAI?
“Kedisplinan dalam arti misalnya sikap kedisiplinan sini bagus dari 8 kelas yang
saya ajar itu setiap saya ngasih tugas dan sebaginya, atau besok harus membawa
apa gitu, jalan paling dari 8 kelas ada 2 kelas yang agak kurang yaitu kelas F
dan H, menurut saya kalau perintah harus diulang berkali-kali, masuknya juga
telat kan jamnya habis istirahat, saya masuk siswa belum ada, kalau kelas yang
“Pemahaman kalau dilihat dari nilai itu bagus karena setiap ulangan UTS dan
UAS rata-rata nilainya di atas 7 semua, palingh hanya 1 atau 2 yang dapat nilai
4 atau 5 tapi KKM disini tinggi yaitu 80 jadi meskipun yang dapet 7 itu ya tetap
masuknya remidi gitu, Cuma menurut saya selama ini nilainya di atas 7 itu bagus
dan habis dijelaskan ada pertanyaan yang banyak itu malah kadang mereka suka
halal dan hara, belum sampai keciri-ciri mereka sudah tanya “Pak ini halal atau
haram?”. Cuma disini pemahamannya kan agamanya di SMP tidak sedalam MTS
jadi kalau dibandingkan dengan mereka kan kalah jauh kendalanya tu Cuma di
sini, tiap kelas pasti ada beberapa anak yang belum bisa baca Al-Qur’an baca,
3. Menurut Bapak adakah problematika dalam proses belajar mengajar PAI yang
“Ya problemnya itu ada satu dua anak di tiap kelas yang tidak bisa baca
Qur’an, kalau nulis itu banyak kalau baca Qur’an ada beberapa sehingga
ketika penilaian lisan itu anaknya pasti nggak bisa, apalagi menghafal,
“Nggak bisa baca, kan kita nggak boleh memakai buku, LKS sekarang nggak
boleh, akibatnya anak nggak punya buku, hanya buku paket, buku paket
penjelasannya kurang dan itu membuat kita itu lebih keras untuk menambahi
tapi ya tidak bisa maksimal jadi pemahamannya itu saja kendalanya, dan
soal-soal kurang sekali jadi guru sudah buat tapi tidak sebanyak LKS gitu lo.
Yang pertama tidak bisa baca. Yang kedua, karena tidak diperbolehkan
2
membeli buku jadi untuk latihan soal berkurang, buku paket dari pemerintah
menyelesaikan dari problema yang Ibu hadapi dalam proses belajar mengajar
PAI?
“Yang tidak bisa baca Qur’an itu yang pertama dari sekolah sudah di fasilitasi
untuk ikut ekskul BTA biasanya hanya belajar membaca dan metode khusus
nahh.. itu sama bu Midah, tetapi anak terkadang sudah seperti itu tidak mau ikut,
alasannya mau cari sendiri di rumah, berarti sudah kita percaya, jadi kalau dari
kelas 8 kok belum bisa berarti nanti naik kelas 8 harus bisa, entah itu belajar dari
sekolah atau dia cari Guru sendiri gitu, itu untuk yang tidak bisa baca, kadang
orang tua ambil raport itu tak sampaikan ke orang tuanya. Terus untuk yang
kedua tadi yang nggak boleh tetapi yaa secara diam-diam ya saya meminta
mereka untuk membeli, kalau dulu kan dibagikan dari sekolah, sekarang buku itu
saya minta penerbitnya untuk di taruh di foto copyan di sekitar sini di SMP
Negeri 2 dari situ nanti, anak saya persilahkan kalau mau beli saya persilahkan
kalau enggak ya gapapa. Biasanya anak minta beli, jadi otomatis akan datang
kesana sendiri, gitu paling sekarang yang nggak punya buku paling 5, 3 anak jadi
6. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mencari menemukan dan
3
“Faktor pendukung karena anak di sini boleh bawa Hp dan laptop, ada wifi
juga, maka kalau seandainya sumber belajar itu kurang, langsung pada buka
Faktor penghambat, karena Hp itu juga punya sisi negatif kadang di kelas
palah fokus sama Hpnya, jadi tidak mencari informasi tetapi mungkin buka
Hp yang sekolah mengijinkan tapi banya Guru merasa itu yang jadi
penghambat tapi sampai hari ini peraturan itu belum di hapus, jadi masih
4
5
Responden : Dra. Sumidah
kecuali manakala ada hafalan surat yang belum hafal itu dia diam tapi tetap
“Anak-anak itu kan memang ada 3 model dalam belajar ada yang hanya
menyimpulkan bisa menemukan konsep, tapi anak ada yang harus visual
harus melihat, maka bu Midah juga di samping anak-anak itu sudah melihat
penjelasan atau pun hasil presentasi anak dan hasil diskusi, di samping itu
ada anak yang belum keluar semua potensinya ,manakala anak itu belum
6
tapi karna kita harus belajar tentang ayat al-Qur’an sebagai dasar akhlak
itu, surat An-Nisa : 146, Al-Baqarah:153, Al-Imran: 134, nah itu pertama
kali kan harus bisa mengenal bagaimana bisa membaca ayat itu dengan baik
dan benar, materi yaitu ilmu tajwid tentang nun mati atau tanwin bila mana
bertemu dengan huruf Hijaiyah yang 5 hukum. Bacaan itu di situ harus ada
kinestetiknya, anak saya suruh maju, “Ayo siapa yang menemukan bacaan
3. Menurut Ibuk adakah problematika dalam proses belajar mengajar PAI yang
“Problematika itu misalnya seperti ini kalau memang anak-anak itu harus
LAB PAI, tapi di SMP N 2 belum punya Lab PAI, kalau masjid ada, tapi di
masjid itu belum lengkap semuanya, belum ada alat-alatnya mendukung kan
kalau di masjid kan hanya untuk ibadah saja, sebenarnya kalau anak-anak
misalnya ingin mempelajari tentang ilmu tajwid ya.. sebenarnya harus ada
Lab, ada ruangannya, ada LCD nya. Yang kedua anak-anak itu menerima
pembelajaran karna kelasnya itu kelas besar hanya 1,2 anak tidak tau persis
materi yang di ajarkan seperti tadi ilmu tajwid yang belum mengenal Ilmu
Tajwid itu memang tidak merasa tidak tertarik, nahh.. sebagai Guru harus
memperhatikan perbedaan dari anak-anak itu kenapa anak itu kok bicara
sendiri, nahh Guru mendekatinya. “Apasih ilmu tajwid, ya saya suruh tadi
dia nggak mau bergerak, kinestetiknya tidak sampai karena ternyata dia
tidak mudeng dan tidak mau bertanya, bilamana ada anak yang
di hadapinya.
4. Menurut Ibuk jika ada problrmatika yang Ibuk hadapi mohon kasifikasikan
“Bu midah tadi sudah menyampaikan manakala bahwa ada anak yang suruh
maju saya beri kebebasan biasanya kalau saya tidak langsung tunjuk dia itu
kan di perintah, saya yang bisa menemukan bacaan Idgham kalau itu anak-
anak yang sudah tau sudah mudeng kan akan langsung bergerak, sebutkan
nama dan nomer kan langsung mencatat, itu langsung saya beri centangan
dalam keaktrifan siswa. Tapi, kalau sudah hampir semuanya sudah maju,
tapi ada anak 3 atau 4 anak yang tidak maju itu sebagai Guru sebagai
ini ternyata yang belum kenal trus mengenalkan, menjelaskan, sambil anak-
anak yang lain yang ini di bimbing., klasifikasinya seperti itu, manakala ada
anak yang diam harus dilayani atau mungkin kalau kamu belum mengenal
menyelesaikan dari problema yang Ibu hadapi dalam proses belajar mengajar
PAI?
di jelaskan yang jelas di layani lagi sesuai kebutuhan. Tapi, manakala pada
tes tidak mengerjakan, diadakan remidial, kalau yang tidak bisa 1 kelas
harus ada remidila teaching, tapi kalau hanya ada beberapa anak cuma
6. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mencari menemukan dan
“Kalau ada anak-anak yang belum bisa membaca huruf arab ya khususnya
untuk ayat Al-Qur’an, itu kalau memang dari rumah, memang belum pernah
Tetapi untuk faktor pendukungnya kami sebagai guru agama itu selalu
mengambil sikap untuk memberikan ekstra. Tetapi, yang namanya ekstra itu
kadang anak terhambat dengan kegiatan yang lain ada ekrtakulikuler yang
lain, kadang anak tidak bisa rajin, mengikuti ekstra itu juga menjadi
dino sebtu” tapi dia hari sabtu mengikuti ekstra yang lain mengikuyi les di
luar pasti anak itu nggak ikut, berarti kan permasalahannya tidak
terpecahkan. Karena, setiap kelas sekitar 3-4 anak itu anak yang belum bisa
baca tulis Al-Qur’an dan itu yang menjadi kendala, sehingga di dalam
memahami dalil mereka kurang baik, nilai jeleknya pasti ada di situ.Solusi
tadi yang pendekatan ke anak seperti itu, tapi yang paling berat ya itu anak
kecuali manakala ada hafalan surat yang belum hafal itu dia diam tapi tetap
“Anak-anak itu kan memang ada 3 model dalam belajar ada yang hanya
menyimpulkan bisa menemukan konsep, tapi anak ada yang harus visual
harus melihat, maka bu Midah juga di samping anak-anak itu sudah melihat
penjelasan atau pun hasil presentasi anak dan hasil diskusi, di samping itu
ada anak yang belum keluar semua potensinya ,manakala anak itu belum
2
tapi karna kita harus belajar tentang ayat al-Qur’an sebagai dasar akhlak
itu, surat An-Nisa : 146, Al-Baqarah:153, Al-Imran: 134, nah itu pertama
SSkali kan harus bisa mengenal bagaimana bisa membaca ayat itu dengan
baik dan benar, materi yaitu ilmu tajwid tentang nun mati atau tanwin bila
mana bertemu dengan huruf Hijaiyah yang 5 hukum. Bacaan itu di situ harus
ada kinestetiknya, anak saya suruh maju, “Ayo siapa yang menemukan
9. Menurut Ibuk adakah problematika dalam proses belajar mengajar PAI yang
“Problematika itu misalnya seperti ini kalau memang anak-anak itu harus
LAB PAI, tapi di SMP N 2 belum punya Lab PAI, kalau masjid ada, tapi di
masjid itu belum lengkap semuanya, belum ada alat-alatnya mendukung kan
kalau di masjid kan hanya untuk ibadah saja, sebenarnya kalau anak-anak
misalnya ingin mempelajari tentang ilmu tajwid ya.. sebenarnya harus ada
Lab, ada ruangannya, ada LCD nya. Yang kedua anak-anak itu menerima
pembelajaran karna kelasnya itu kelas besar hanya 1,2 anak tidak tau persis
materi yang di ajarkan seperti tadi ilmu tajwid yang belum mengenal Ilmu
Tajwid itu memang tidak merasa tidak tertarik, nahh.. sebagai Guru harus
memperhatikan perbedaan dari anak-anak itu kenapa anak itu kok bicara
sendiri, nahh Guru mendekatinya. “Apasih ilmu tajwid, ya saya suruh tadi
dia nggak mau bergerak, kinestetiknya tidak sampai karena ternyata dia
tidak mudeng dan tidak mau bertanya, bilamana ada anak yang
di hadapinya.
10. Menurut Ibuk jika ada problrmatika yang Ibuk hadapi mohon kasifikasikan
“Bu midah tadi sudah menyampaikan manakala bahwa ada anak yang suruh
maju saya beri kebebasan biasanya kalau saya tidak langsung tunjuk dia itu
kan di perintah, saya yang bisa menemukan bacaan Idgham kalau itu anak-
anak yang sudah tau sudah mudeng kan akan langsung bergerak, sebutkan
nama dan nomer kan langsung mencatat, itu langsung saya beri centangan
dalam keaktrifan siswa. Tapi, kalau sudah hampir semuanya sudah maju,
tapi ada anak 3 atau 4 anak yang tidak maju itu sebagai Guru sebagai
ini ternyata yang belum kenal trus mengenalkan, menjelaskan, sambil anak-
anak yang lain yang ini di bimbing., klasifikasinya seperti itu, manakala ada
anak yang diam harus dilayani atau mungkin kalau kamu belum mengenal
menyelesaikan dari problema yang Ibu hadapi dalam proses belajar mengajar
PAI?
di jelaskan yang jelas di layani lagi sesuai kebutuhan. Tapi, manakala pada
tes tidak mengerjakan, diadakan remidial, kalau yang tidak bisa 1 kelas
harus ada remidila teaching, tapi kalau hanya ada beberapa anak cuma
12. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mencari menemukan dan
“Kalau ada anak-anak yang belum bisa membaca huruf arab ya khususnya
untuk ayat Al-Qur’an, itu kalau memang dari rumah, memang belum pernah
Tetapi untuk faktor pendukungnya kami sebagai guru agama itu selalu
mengambil sikap untuk memberikan ekstra. Tetapi, yang namanya ekstra itu
kadang anak terhambat dengan kegiatan yang lain ada ekrtakulikuler yang
lain, kadang anak tidak bisa rajin, mengikuti ekstra itu juga menjadi
dino sebtu” tapi dia hari sabtu mengikuti ekstra yang lain mengikuyi les di
luar pasti anak itu nggak ikut, berarti kan permasalahannya tidak
terpecahkan. Karena, setiap kelas sekitar 3-4 anak itu anak yang belum bisa
baca tulis Al-Qur’an dan itu yang menjadi kendala, sehingga di dalam
memahami dalil mereka kurang baik, nilai jeleknya pasti ada di situ.Solusi
tadi yang pendekatan ke anak seperti itu, tapi yang paling berat ya itu anak
masuk, nggak boleh, dan saya begitu bel itu masuk kelas sudah
siap.”
kalau tidak secara datail kan anak sak karepe dewe, jenenge we
“Ada pasti ada yang sudah saya amati kalau anak-anak yang di
oleh orang tuanya yang kebetulan setelah saya tanyai secara jujur,
terselip 1,2 anak yang sama sekali tidak bisa baca Qur’an itu jadi
mengajar PAI?
yang berkaitan dan yang dia rasakan sulit. Kemudian, kalau sudah
selama dia bertanya saya kasih jawaban. Solusi yang itu diberikan
ya harus saya tangani secara individu saya panggil dan saya beri
pengarahan saya suruh praktik ini itu saya beri tugas yang sesuai
sementara materi kan sudah di patok ini, sampaikan tapi dia dari
rumah tidak ada sangu atau bekal sehingga dia menerimanya sulit
banget”
DENAH SMP NEGERI 2 SALATIGA
DAFTAR GAMBAR
2
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Fitri Wijayanti
Nim. 11113098