Anda di halaman 1dari 163

UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGGKATKAN

KINERJA GURU
(Studi Kasus di MTS YASPINA Rempoa Tnggerang Selatan)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Strata Satu (S1) Pendidikan Agama Islam

Disusun oleh:
Nama: Muhammad Rifqi Yansyah
NPM: 2017510098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
1442 H/2021 M.
FAKULTAS AGAMA ISLAM

Pendidikan Agama Islam

Skripsi

Muhammad Rifqi Yansyah

2017510098

Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru (Studi Kasus di MTS
YASPINA Rempoa Tangerang Selatan)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya kepala sekolah


dalam meningkatkan kinerja guru di MTS YASPINA Rempoa Tangerang Selatan,
dan adakah faktor-faktor penghambat juga pendukung dalam upaya meningkatkan
kinerja guru tersebut.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif Kualitatif,
artinya data yang dikumpulkan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Dengan
tujuan agar ditemukan data-data yang nyata secara langung dengan kondisi yang
sebenarnya.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan bahwa kepala skolah
dalam meningkatkan kinerja para tengaga pendidik yaitu dengan melakukan
beberapa upaya agar tujuan dari pencapaian tersebut berhasil. Seperti dengan
melakukan upaya menjalin hubungan yang baik dengan tenaga pendidik yang
lain, memberikan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan tenaga
pendidik. Mengevaluasi dan mengawasi kinerja pendidik secara langsung, yaitu
sebelum dan sesudahnya melakukan proses belajar mengajar. Namun masih
terdapat beberapa faktor menghambat dan pendukung, yaitu faktor penghambat,
dikeranakan jumlah guru yang berstatus PNS belum mencukupi, dan dikarenakan
sebagian dari guru adalah yang berstatus keluarga, maka ada beberapa tugas yang
tidak termanajemen dengan baik, antara tugas-tugas sekolah dengan diluar
sekolah. Adapun faktor pendukung dalam meningkatkan kinerja guru di MTS
YASPINA Rempa Tangerang Selatan, yaitu tingginya rasa kebersamaan dan
kekeluargaan yang terjalin di lingkungan sekolah, adanya kemauan belajar yang
tinggi dari tenaga pendidik tersebut, dan tingginya komitmen kepala sekolah
dalam meningkatkan kinerja guru du MTS YASPINA Rempoa Tangerang
Selatan.
Kata kunci: Kepala Sekolah, Guru, Kinerja.

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang

telah melimpahkan rahmat, petunjuk serta karuniaNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari

bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, izinkan

penulis menyampaikan rasa terimakasih penulis kepada yang terhormat:

1. Dr. Endang Sulastri, M. Si, selaku rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta.

2. Dr. Sopa M, Ag, selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Jakarta.

3. Busdiar, MA selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Jakarta, yang telah membimbing dan mensuport peneliti.

4. Dra. Siti Rahmah, M.Pd selaku dosen pembimbing yang senantiasa

membantu, membimbing serta mengarahkan dan memberikan masukan dalam

proses penulisan skripsi ini.

5. Kepada narasumber Moh.Husni Thamrin S.Sos selaku kepala sekolah di MTS

YASPINA Rempoa Jakarta Selatan dan Yuli Ambar Utami, S.Pd selaku waka

Kesiswaan yang telah banyak membantu penulis.

6. Kepada orang tua ibu Iyah (Almarhumah) dan ayah Satiri (Alm) tercinta yang

telah menjadi motivasi, kekuatan bagi penulis selama ini.

7. Dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmu

yang bermanfaat kepada penulis.

8. Dan seluruh rekan-rekan yang telah membantu dan mensupot penulis.

v
Semoga Allah SWT membala dengan sebaik-baiknya pembalasan kepada

pihak yang telah membantu penulis, baik secara moril maupun materil aamiin.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, penulis menyadari bahwa

dalam penulisan tugas akhir ini masih banyak kekurangan dan penulis

mengharapkan kritik serta saran dari pembaca. Dan penulis mohon maaf atas

segala kekurangan dalam penulisan ini dan semoga peneliti selanjutnya bisa lebih

baik lagi. Aamiin.

Jakarta, 12 januari 2021

Penulis,

Muhammad Rifqi Syansyah

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN (ORINALITAS) ............................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA SKRIPSI ...................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... iii

ABSTRAK ................................................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................v

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................. 1

B. Fokus dan Subfokus ......................................................................................................... 7

C. Perumusan Masalah ........................................................................................................ 8

D. Kegunaan Penelitian ........................................................................................................ 8

E. Sistematika Penulisan ...................................................................................................... 9

BAB II TINJUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Konseptual Fokus dan Subfokus ................................................................. 11

1. Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru .............................. 11

a. Pengertian Upaya ................................................................................................. 11

vii
b. Kepala Sekolah .................................................................................................... 13

c. Tenaga Kependidikan (guru) ............................................................................... 18

d. Kinerja .................................................................................................................. 30

e. Upaya dalam Meningkatkan Kinerja Guru .......................................................... 34

2. Faktor Penghambat dan Pendukung dalam Meningkatkan Kinerja Guru ....... 45

a. Faktor Penghambat dalam Meningkatkan kinerja Guru ...................................... 45

b. Faktor Pendukung dalam Mneingkatkan Kinerja Guru ....................................... 53

B. Hasil Penelitian yang Relevan ....................................................................................... 56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian ........................................................................................................... 58

B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................................... 58

C. Latar atau Setting Penelitian ........................................................................................ 59

D. Metode dan Prosedur Penelitian ................................................................................. 60

E. Data dan Sumber Data ................................................................................................. 61

F. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data .................................................................. 62

G. Teknik Analisa Data ..................................................................................................... 64

H. Validasi Data ................................................................................................................. 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tentang latar Penelitian

1. Sejarah Singkat Madrasah Tsanawiyah Nur Asy Syafi’iyah (YASPINA) Tahun

Pelajaran 2020-2021 .................................................................................................. 68

viii
2. Bagan Struktur Organisasi Madrasah Tsanawiyah Nur Asy Syafi’iyah (YASPINA)

Tahun Pelajaran 2020-2021 ....................................................................................... 70

3. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Tsanawiyah Nur Asy Syafi’iyah (YASPINA) Tahun

Pelajaran 2020-2021 .................................................................................................. 71

B. Hasil Temuan Penelitian ............................................................................................... 73

1. Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru ...................................... 73

a. Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru di MTS YASPINA

Rempoa Tangerang Selatan ..................................................................................73

b. Upaya Guru dalam Meningkatkan Kinerjanya .....................................................90

2. Faktor Penghambat dan pendukung Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan

Kinerja Guru .............................................................................................................. 97

a. Faktor Penghambat Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru .97

b. Faktor Pendukung Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru

..............................................................................................................................104

C. Pembahasan Temuan Penelitian .....................................................................................113

1. Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru .................................... 113

a. Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru di MTS YASPINA

Rempoa Tangerang Selatan ............................................................................... 113

b. Upaya Guru dalam Meningkatkan Kinerjanya .................................................. 120

2. Faktor Penghambat dan pendukung Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan

Kinerja Guru ........................................................................................................... 123

a. Faktor Penghambat Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru .....

123

ix
b. Pendukung Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru .......... 126

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Keimpulan .................................................................................................................. 130

B. Saran ........................................................................................................................... 131

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia, di samping

kebutuhan jasmaniah dan kebutuhan spiritual. Pendidikan menjadi sebuah

keharusan bagi setiap manusia agar dapat mengembangkan semua potensi

yang ada dalam diri manusia tersebut. Melalui proses pendidikan,

kedudukan manusia sebagai mahluk mulia akan terangkat derajatnya. Oleh

karena itu, pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam

proses pengembangan dalam diri manusia. “Pendidikan dalam bahasa

Indonesia dianggap sebagai usaha untuk mendidik dan mengajar yang

dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik, atau usaha mendidik yang

dilakukan oleh orang tua kepada anaknya”.1

Dunia pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

mengupayakan peningkatan sumber daya manusia, yang mampu menjadi

penerus dan pelaksana pembangunan disegala bidang. Dalam Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem

Pendidkan Nasional menyebutkan bahwa: pendidkan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, keterampilan diri, keprobadian,

1
Zainal Abidin, “Filsafat Pendidikan Islam”, (Lampung: STAIN Jurai Siwo Metro,
2014), h. 47-48v

1
2

kecerdasan, akhlak mulia, sertaketerampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangasa, agama dan Negara.2

Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional no 2 tahun 1989

dirumuskan bahawa pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan

peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan,

bagi peranannya di masa yang kan datang.3

Berangkat dari persoalan pendidikan, pasti tidak akan terlepas

dengan terjadinya proses pembelajaran. Menurut Yatim Riyanto,

“pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan

pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara

efektif dan efisien.4 Keberhasilan pendidikan tidak dapat dicapai tanpa

adanya kerjasama antara berbagai komponen yang terkait. Para pelaksana

pendidikan seperti kepala sekolah, guru dan murid merupakan faktor yang

dapat menentukan tinggi rendahnya kualitas pendidikan, seperti mutu

kelulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan dari guru, serta mutu

profesionalisme dan kinerja guru.5

Sedangkan “guru adalah orang yang melaksanakan pendidikan,

memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik”. Peran guru sangat

menentukan dalam upaya peningkatan mutu atau kualitas pendidikan.

2
Hasbunallah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013),
h. 4
3
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), h 8.
4
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (jakarta: Kencana Prenda Media Grup,
2009), h. 131
5
Nana Syaodih dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (konsep, prinsip
dan instrumen), (Bandung: Refika Aditama, 2006), h.
3

“Guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu

menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaikbaiknya dalam

kerangka pembangunan pendidikan”.6

Didalam kegiatan pendidikan, proses pembalajaran merupakan

suatu hal yang sangat penting dalam komponen pembelajaran utama itu

adlaah guru.7

Dan dalam proses peningkatan mutu pelayanan dan proses

pembelajaran kinerja guru sangat dibutuhkan untuk mencapau tujuan

pendidikan tersebut. adapun kinerja guru atau prestasi kinerja merupakan

hasil yang dapat dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang

dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan

kesungguhan serta penggunaan waktu. Kinerja asalah tingkat keberhasilan

seorang atau sekelompok orang dalan melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah

ditetapkan.8

kinerja guru dapat diartikan sebagai proses kerja yang dilakukan

ole seorang guru berdasarkan kemampuan dan kemauannya dalam

melaksanakan tugas yang diberikan secara jelas serta dapat dinikmati

hasilnya baikk secara optimis maupun kualitas. Guru yang memiliki

6
Aan Hasanah, “Pengambangan Profesi Guru”, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), h.39
7
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta; Bumi Aksara, 2001), h. 127
8
Sulistyorini, Hubun gan Antara Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim
Organisasi dengan Kinerja Guru, (Jakarta; Media Ilmu, 2001), h. 61
4

kinerja adalag guru yang memiliki kecapakan pembellajaran wawasan

keilmuan sosial yang luas dan bersikap positif terhadap pekerjaanya.9

Menurut Supardi, kinerja guru adalah kemampuan dan

keberhasilan guru dalam melaksnakan tugas-tugas pembelajaran yang

ditunjukan oleh indikator-indikator:

1. Kemampuan menyusun rencana dan perogram pembelajaran,

2. Kemampuan melaksnakan hubungan antar pribadi,

3. Kemampuan mengadakan hubungan natar pribadi,

4. Melaksanakan tugas secara tertib dan terartur,

5. Meninggalkan sekolah dengan izin kepala sekolah,

6. Mengisi buku agenda guru didalam kelas,

7. Mengikuti upacar bendera pada hari senin,

8. Mencatat kehadiran peserta didik setaip hari,

9. Tidak merokok saar berada dilingkungan sekolah,

10. Memeriksa setiap pekerjaan peserta didik.10

kepala sekolah bisa mencontoh pola kepemimpinan Nabi

Muhammad SAW, yakni sikap Nabi yang selalu toleransi terhadap

siapapun. Didalamnya terdapat proses interaksi antara Nabi Muhammad

SAW dengan umatnya.

9
E. Mulyasa, Manajemen dan Kepempinan Kepala sekolah, (Jakarta; Bumi Askara,
2003).
10
Supardi, Kinerja Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 40
5

Sejalan dengan firman Allah dalam surat An-Nahl (16) ayat 125,

yaitu:

AArtinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah


dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk.”11
Ayat ini menggambarkan bahwa para pemimpin hendaknya dapat

mengikuti pola yang Nabi ajarkan, dengan mengedepankan suasana

diologis dengan bersedia bertukar pikiran melalui cara yang lebih baik

dengan orang-orang yang dipimpinnya. Suasana diologis tumbuh dalam

sebuah kepemimpinan demokratis dengan ciri beusaha menyinkronkan

anatara kepentingan dan tujuan, mengutamanakan kerja sama dalam

pencapaian tujuan, terbuka terhadap kritik maupun menerima saran-saran

dan pendapat dari yang lainnya. Sikap seperti ini lah yang dilakukan Nabi

Muhammad SAW, ketika menerima kritikan dan saran.

kepala sekolah juga harus memiliki kemampuan menilai program

yang telah atau sedang dilaksanakan dari kinerja pelaksanaannya. Untuk

meningkatkan kinerja pelaksanaannya penilaian harus dilakukan secara

11
Departemen Agama RI, Al-Quran danTerjemahannya, (Bandung: Dipenogoro, 2014),
Cet. 7, h. 335
6

terus menerus, mengenai masalah penilaian ini dalam UU Sisdknas No. 20

tahun 2003 pasak 60 ayat (10 disebutkan “Akreditasi dilakukan untuk

melakukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur

pendidikan forman dan non formal pada setiap jenjang dan jenis

pendidikan”.12

Kepala sekolah dapat dikatakan menjadi seorang tenanga

fungsiona; guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana

diselenggarakannya proses belajar dan mengajar atapun tempat diamana

terjadinya interaksi antar guru yang memberi pelajaran.13

Dalam undang-undang sistem pendidikan nomor 20 Tahun 2003

menyatakan bahwa “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangkan mencerahkan kehidupan bangsa bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis

serta bertanggung jawab.14

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru

(studi kasus di MTS Yaspina rempoa Tangerang selatan).

12
Tim penyusun, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
Nasional (Jakarta; Redaksi Sinar Grafik, 2008), h. 28
13
Wahyujosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekilah: Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 83
14
Tim Penyusun, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003,
(Jakarta: Sinar Grafik, 2003), h. 12
7

B. Fokus dan Subfokus

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka fokus dan

subfokus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di MTS

yaspina rempoa Tangerang selatan.

a. Upaya; pengertian upaya,

b. Kepala Sekolah; pengertian kepala sekolah, peran kepala sekolah,

fungsi kepala sekolah, teknik supervisi individual kepala sekolah,

c. Tenaga Pendidik (Guru); pengertian tenaga pendidik (guru), tugas

peran dan tanggung jawab tenaga pendidik (guru), kompetensi

guru,

d. Kinerja; pengertian kinerja, dimensi kinerja,

e. Upaya dalam Meningkatkan Kinerja Guru; upaya kepala sekolah

dalam meningkatkan kinerja guru, upaya guru dalam mningkatkan

kinerjanya.

2. Faktor penghambat dan pendukung dalam meningkatkan kinerja guru

di MTS yaspina rempoa Tangerang selatan.

a. Faktor peghambat dalam Meningkatkan Kinerja Guru; dorongan

untuk bekerja, tanggung jawab terhadap tugas, minat terhadap

tugas, penghargaan terhadap tugas, peluang untuk berkembang,

perhatian dari kepala sekolah, hubungan interpersonal dengan

sesama guru, mgmp dan kkg, kelompok diskusi terbimbing,


8

layanan perpustakaan, imbalan jasa, rasa aman, hubungan antar

pribadi, kesempatan untuk berkembang.

b. Faktor Pendukung dalam Meningkatkan Kinerja Guru;

kemampuan, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan

pekerjaan yang dilakukan, hubungan dengan organisasi, fasilitas

kerja, tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal.

C. Permusan Masalah

Berdasarkan Fokus dan Subfokus diatas, maka dapat dikemukakan

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di

MTS Yaspina Rempoa Tangerang Selatan?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan kinerja

guru di MTS yaspina rempoa Tangerang selatan.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah atau

memberikan ilmu pengetahuan dan pemikiran yang bermanfaat

bagi perkembangan ilmu pendidikan, khususnya tentang upaya

kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru.


9

b. Memberikan kontribusi dan masukan-masukan untuk

pengembangan penelitian khususnya dalam bidang ilmu

pendidikan.

c. Dapat dijadikan kelanjutan sumber informasi ilmiah bagi penelitian

bidang pendidikan khususnya khususnya tentang upaya kepala

sekolah dalam meningkatkan kinerja guru.

2. Manfaat Praktisi

a. Bagi peneliti mampu mengetahui secara komperehensif tentang

perkembangan ilmu pendidikan.

b. Bagi akademisi untuk menambah literatur mengenai bidang

pendidikan, agar pembaca juga penulis dapat mengetahui

perkembangan ilmu pendidikan terutama dalam upaya kepala

sekolah dalam meningkatkan kinerja guru..

c. Bagi instansi hasil penelitian ini diharapkan akan dapat berguna

dalam meningkatkan dan mengembangkan bidang pendidikan.

E. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan berisi latar belakang, fokus dan subfokus

penelitian, perumusan masalah, kegunaan penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka berisi deskripsi konseptual fokus dan

subfokus penelitian, dan hasil penelitian yang relevan.


10

BAB III Metodologi Penelitian berisitujuan penelitian, tempat dan

waktu penelitian, latar penelitian, metode dan prosedur penelitian, data dan

sumber data, teknik dan prosedur pengumpulan data dan teknik analisis

data. validitas datameliputi; kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas

dan konfirmabilitas.

BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan, meliputi gambaran

umum tentang latar penelitian dan pembahasan tentang temuan penelitian.

BAB V Kesimpulandan Saran

Daftar Pustaka

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Konseptual Fokus dan Subfokus

1. Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru

a. Pengertian Upaya

Setiap kegiatan atau tindakan yang dilakukan tentunya

pasti ada upaya atau tratment tertentu, hal ini dilakukan untuk

mencapai suatu tujuan tertentu dan supaya apa yang diinginkan

atau yang telah direncanakan dapat tercapai dengan maksimal dan

sesuai dengan apa yang telah direncanakan atau diinginkan. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian Upaya,

yakni: Upaya adalah usaha, ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud,

memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, daya upaya).1

Atau dapat dikatakan bahwa upaya adalah usaha, akal

atau ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan,

mencari jalan keluar, dan sebagainya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga dijelaskan

bahwa; Upaya adalah tindakan yang dilakukan seseorang, untuk

mencapai apa yang diinginkan atau merupakan sebuah strategi.

Upaya adalah aspek yang dinamis dalam kedudukan (status)

terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan

kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan

1
Indrawan WS, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,(Jombang: Lintas Media), h. 568.

11
12

suatu upaya. Upaya dijelaskan sebagai usaha (syarat) suatu cara,

juga dapat dimaksud sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara

sistematis, terencana dan terarah untuk menjaga sesuatu hal agar

tidak meluas atau timbul.2

Selanjutnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga

dijelaskan lagi bahwa; Pengertian upaya dalam kehidupan sehari-

hari diartikan sebagai suatu usaha dan kegiatan yang dilakukan

oleh seseorang atau badan yang melaksanakan kegiatannya dalam

rangka untuk mewujudkan tujuan ataupun maksud dari apa yang

dikerjakan”.3

Poerwadarminta mengatakan bahwa upaya adalah usaha

untuk menyampaikan maksud, akal dan ikhtisar. Peter Salim dan

Yeni Salim mengatakan upaya adalah “bagian yang dimainkan

oleh guru atau bagian dari tugas utama yang harus nb

dilaksanakan.4

Dari pemaparan diatas, penulis menyimpulkan bahwa

upaya sebagai tindakan yang dilakukan oleh seorang atau

kelompok orang dalam melakukan rencana kegiatannya, yang

dilakukan secara sistematis, terencana, terarah dan

berkesinambungan. Baik dalam hal upaya untuk mencegah

terhadap sesuatu yang mendatangkan bahaya, upaya untuk

2
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta:Balai Pustaka, 1991), h.1131
3
Ibid.,h.1132
4
Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Modern English
Press, 2005), h. 1187.
13

memelihara atau mempertahankan kondisiyang telah kondusif atau

baik, sehingga tidak sampai terjadi keadaan yang tidak yang baik,

maupun upaya untuk mengembalikan seseorang yang bermasalah

menjadi seseorang yang mampu menyelesaikakan masalahnya.

b. Kepala sekolah

1) Pengertian Kepala Sekolah

Kata kepala sekolah jika diartikan perkata adalah

“pemimpin/leader”dalam suatu organisasi atau sebuah

lembaga. Dan sekolah adalah sebuah lembaga dimana menjadi

tempat menerima dan memberi pelajaran. Dengan demikian

secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai

seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk

memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakannya proses

belajar dan mengajar dan murid yang menerima pelajaran.5

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan

yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas

pendidikan.6

Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa

kepala sekolah merupakan bagian terpenting atau memiliki

peranan yang paling penting dalam meningkatkan kualitas

pendidikan, karena kepala sekolah juga menjadi seorang

pemimpin dengan melakukan manajerial tugasnya yaitu

5
Kholid Ummul, Definisi Kepala Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya 2016), h. 97
6
Rusuman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 10
14

melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan dan

pengawasan disekolah.

2) Peran Kepala Sekolah

Kepala sekolah merupakan pimpinan dan sekaligus

manajer pada suatu institusi pendidikan. Ia sebagai salah satu

kunci jaminan berhasil atau tidaknya institusi tersebut

mencapai tujuan yang telah direncanakan. Sudah pasti, kinerja

kepala sekolah tersebut akan menjadi barometer bagi

komunitas-komunitas lain, baik internal maupun eksternal,

dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.7

Kepala sekolah adalah manajer. Dialah yang

mengatur segala sesuatu yang ada di sekolah utnuk mencapai

tujuan sekolah. Dengan posisi sebagai manajer, kepala sekilah

mempunyai kewenangan oenuh terhadap arah kebijakan yang

ditempuh menuju visi dan misi sekolah. Kewenanngan tersebut

hanya dapat diterapkan secara maksimal jika dalam

kepemimpinannya tersebut kepala sekolah memposisikan diri

secara profesional. Tapi jika terjadi pembiasaan makna

manajer, khususnya makna pimpunan menjadi penguasa, kecil

kemungkinan tujuan sekolah secara maksimal dapat tercapai.8

7
Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), h.
29-30
8
Muhammad Saroni, Manajemen Sekolah Kiat Menjadi Pendidik yang Kompeten,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2006),h. 21
15

3) Fungsi Kepala Sekolah

a) Fungsi Kepala Sekolah

Menurut Swaringen yang dikutif dari butu

karangan Herabudi memberikan depalan fungsi kepala

sekolah, sebagai berikut:

(1) Mengkoordinasikan semua usaha sekolah,

(2) Memperlengkapi kepempinan sekolah,

(3) Meperluas pengalaman guru-guru,

(4) Menstimulasi usaha-usaha yang keratif,

(5) Memberikan fasilitas dan penilaian terus menerus,

(6) Menganalisa situasi berlajar mengajar,

(7) Memberikan pengetahuan/skill kepada setiap anggota

staff

(8) Membantu meningkatkan kemampuan mengjara guru-

guru.9

4) Teknik Supervisi Individual Kepala Sekolah’

Teknik supervisi indivisual kepala sekolah adalah

teknik yang digunakan pada pribadi yang mengalami masalah

kusus dan memerlukan bimbingan tersendiri dari kepala

sekolah. Teknik-teknik supervisi yang bersifat individual antara

lain kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi,

intervitasi, penyeleksian berbagai sumber materi untuk

9
Herabudi, Administrasi dan sepervisi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2009),
h.225
16

mengajar, dan menilai diri sendiri. Masing-masing teknik

tersebut diuraikan sebagai berikut:10

a) Kunjungan Kelas

Yakni kunjungan yang dilakukan kepala sekolah

kedalam kelas pada saat guru sedang mengajar dengan

tujuan untuk membantu guru yang bersangkutan

menghadapi masalah/kesulitan selama mengadakan

kegiatan pembelajaran. Kunjungna kelas dilakukan dalam

upaya kepala sekolah memperoleh data tentang keadaan

sebenarnya mengenai kemampuan dan keterampilan guru

dalam mengajar. Dengan kata tersebut, anaterguru dengan

kepala sekolah akan terjalin komunikasi tenang kesulitan

yang dihadapi guru dan kemudian mencari solusinya.

Kunjungan kelas dapat dilakukan dengan beberapa cara,

yaitu:

(1) Kunjungan kelas tanpa diberitahu,

(2) Kunjungan dengan pemberitahuan terlebih dahulu,

(3) Kunjungan atas undangan guru.

b) Observasi Kelas

Observasi kelas dilakukan bersamaan dengan

aktivitas kunjungan kelas. Observasi kelas merupakan

suatu kegiatan yang dilakukan kepala sekolah untuk

10
Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah,
(Bandung: Alfabeta, 2013), h. 227-231
17

mengamati guru yang sedang mengajar dikelas. Selama

dikelas kepala sekolah melakukan pengamatan yang teliti,

dengan menggunakan instrumen tertentu, terhadap

suasauana kelas yang diciptakan dan dikembangkan oleh

guru selama berlangsungnya jam pelajaran, dengan tujuan

untuk memperoleh data yang bersifat objektif.

c) Percakapan pribadi

Percakapan pribadi merupakan teknik pemberian

layanan langsung kepada guru dengan mengadakan

pembicaraan langsung tentang permasalahan yang dihadapi

oleh guru. Pertemuan pribadi antar kepala sekolah dengan

guru untuk membiarakan masalah khusus yang dihadapi

guru. Umumnya mater yang dipercakapkan adalah hasil-

hasil kunjungan kelas dan observasi kelas yang telah

dolakukan oleh kepala sekolah. Dalam percakapan ini,

kepala sekolah memberikan masukan tentang kelebihan

dan kekurangan guru dalam mengajar. Kemudian kepala

sekolah mendorong agar yang sudah baik ditingkatkan dan

yang masih kurang diperbaiki dan dioptimalkan.


18

c. Tenaga Pendidik (Guru)

1) Pengertian Tenaga Pendidik (Guru)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru

diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencariannya)

mengajar.11 Guru adalah pendidik professional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

menilai, melatih dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah.12

Guru adalah semua orang yang berwenang dan

bertanggungjawab untuk membimbing dan membina anak

didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah

maupun di luar sekolah. Guru merupakan jabatan atau profesi

yang memerlukan keahlian. Untuk menjadi guru diperlukan

syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional

yang harus menguasai seluk beluk pendidikan dan pengajaran

dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina

dan dikembangkan melalui pendidikan tertentu atau pendidikan

prajabatan.13

Menurut Moh Fadhil Al-Djamali dalam buku ilmu

Pendidikan Islam, menyebutkan bahwa guru adalah orang yang

mengarahkan manusia kepada kehidupan yang lebih baik

11
Indrawan WS, op.cit, h. 230.
12
UU RI No. 14, Tentang Guru dan Dosen, (Bandung: Citra Umbara, 2005), h. 2.
13
Nurfuadi, Profesionalisme Guru (Purwokerto: STAIN Press, 2012), h. 124-125.
19

sehingga terangkat derajat kemanusiaannya sesuai dengan

kemampuan dasar yang dimiliki oleh manusia. Marimba

mengartikan guru adalah orang dewasa yang bertanggung

jawab terhadap pendidikan peserta didik.14

Guru dikenal dengan al-mu’alimin atau al-ustadz

dalam bahasa arab, yang bertugas memberikan ilmu dalam

majelis taklim. Artinya, guru adalah seseorang yang

memberikan ilmu. Pendapat klasik guru adalah orang yang

pekerjaannya mengajar (hanya menekankan satu sisi tidak

melihat sisi lain sebagai pendidik dan pelatih). Guru disebut

pendidik professional karena guru itu telah menerima dan

memikul beban dari orang tua untuk ikut mendidik anak.15

2) Tugas, Peran dan Tanggung Jawab Tenaga Pendidik (Guru)

a) Tugas Guru

Setiap pekerjaan tentunya terdapat syarat dan

ketentuan masingmasing, termasuk juga untuk menjadi

seorang guru. Setelah syarat terpenuhi maka ia dapat

dikatakan sebagai seorang guru, tetapi selain syarat ada

tugas-tugas yang harus dilaksanakan dan sebagai seorang

guru maka ia harus bertanggung jawab penuh terhadap

tugas tersebut. Tugas guru tidak ringan. Profesi guru harus

14
Syafaruddin, dkk, ilmu Pendidikan Islam-Melejitkan Potensi Budaya Umum, (Jakarta:
Hijri Pustaka Utama, 2012), h. 54.
15
Jamil Siprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi
Guru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2016), h. 23
20

berdasarkan panggilan jiwa, sehingga dapat menunaikan

tugas dengan baik, dan ikhlas. Selain itu guru harus

mendapatkan haknya secara proporsional dengan gaji yang

patut diperjuangkan melebihi profesi-profesi lainnya,

sehingga keinginan peningkatan kompetensi guru dan

kualitas belajar anak didik bukan hanya sebuah slogan

diatas kertas. Tugas adalah “tanggung jawab yang telah

diamanahkan kepada seseorang untuk dilaksanakan atau

dikerjakan. Semua profesi pasti mempunyai tugas, dan

tugas itu bersifat sanga spesifik. Profesi sebagai guru, sama

seperti profesi lainnya, juga mempunyai tugas.16

Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut

kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri

sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas

guru sebagi profesi. Tugas guru sebagai pendidik berarti

meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada

anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti

meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan

teknologi kepada anak didik. Tugas guru sebagai pelatih

16
Hamka Abdul Aziz, Karakter Guru Profesional, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2012). h.
21
21

berarti mengembangkan ketrampilan dan menerapkannya

dalam kehidupan demi masa depan peserta didik.17

Tugas utama seorang guru pendidikan agama

Islam telah difirmankan dalam surat Ali imron ayat 164 :

Artinya: “Sungguh Allah telah memberi karunia


kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus
diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka
sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat -ayat Allah,
membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya
sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar
dalam kesesatan yang nyata.”18
Adapun tugas Guru adalah sebagai berikut:19

(1) Guru sebagai Pengajar

Guru harus mampu menampilkan pribadinya

sebagai cendekiawan (scholar) dan sekaligus sebagai

pengajar (teacher). Guru sebagai pengajar dan sebagai

pendidik.

17
Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Proposional (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media,
2010), h. 128
18
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: Dipenogoro, 2014),
Cet. 7
19
Udin Syaefudin Saud, Pengembangan Profesi Guru (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 36-
39.
22

(2) Guru sebagai Pengajar dan Pendidik

Guru harus mampu menampilkan pribadinya

sebagai ilmuwan dan sekaligus sebagai pendidik.

(3) Guru sebagai pengajar, pendidik, agen pembaharuan

dan pembangunan masyarakat.

Guru sebagai pengajar dan pendidik siswanya

dalam berbagai situasi (individual dan kelompok, di

dalam dan di luar kelas, formal, dan non-formal, serta

informal) sesuai dengan keragaman karakteristik dan

kondisi objektif siswa dengan lingkungan

kontekstualnya; lebih luas lagi sebagai penggerak dan

pelopor pembaharuan dan perubahan masyarakatnya

dimana ia berada.

(4) Guru yang berkewenangan berganda sebagai pendidik

profesional dengan bidang keahlian lain selain

kependidikan.

Mengantisipasi kemungkinan terjadinya

perkembangan dan perubahan tuntutan dan persyaratan

kerja yang dimanis dalam alam globalisasi mendatang,

maka tenaga guru harus siap secara luwes kemungkinan

alih fungsi atau alih profesi (jika dikehendakinya). Ide

dasarnya adalah untuk memberi peluang alternatif bagi

tenaga kependidikan untuk meraih taraf dan martabat


23

hidup yang layak, tanpa berpotensi mengurangi makna

dan martabat profesi guru, sehingga para guru sudah

siap menghadapi persaingan penawaran jasa pelayanan

profesional di masa mendatang.

b) Peran Guru

Dalam melaksanakan peran sebagai innovator,

seorang guru harus memiliki kemauan belajar yang cukup

tinggi untuk menambah pengetahuan dan keterampilannya

sebagai guru. Tanpa adanya semangat belajar yang tinggi,

mustahil bagi guru dapat menghasilkan inovasi-inovasi

yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu pembelajaran

di sekolah.

Adapun peran sebagai motivator terkait dengan

peran sebagai educator dan supervisor. Untuk

meningkatkan semangat dan gairah belajar yang tinggi,

siswa perlu memiliki motivasi yang tinggi, baik motivasi

dari dalam dirinya sendiri (intrisik) maupun dari luar

(ekstrinsik), yang utamanya berasal dari gurunya sendiri.20

Dalam buku bertajuk Dinamika Sekolah dan Bilik

Darjah, Kamaruddin Haji Husin (1993:8), memaparkan

peran guru dalam berbagai aspek. Yaitu sebagai (1).

Pendidik , (2) Pengajar, (3) Fasilitator, (4) Pembimbing, (5)

20
Suparlan, Menjadi Guru Efektif, ( Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2005), h. 29
24

Pelayan, (6) Perancang, ( 7) Pengelola, (8) Inovator, dan (9)

Penilai.21

Selain itu Mulyasa juga menegaskan tentang

peran guru, tertulis sebagai berikut:22

(1) Sebagai pendidik dan pengajar, bhawa setiap guru harus

memiliki kestabilan emosi, berkeinginan memajukan

siswa, bersikap relitas, jujur dan terbuka, serta peka

terhadap perkembangan, terutama inovasi pendidikan.

Untuk mencapai semua itu guru harus memiliki

pengetahuan yang luas, menguasai teori dan praktik

pendidikan, serta menguasai kurikulum dan merodologi

pembelajaran.

(2) Sebagai anggota masyarakat, bahwa setiap guru harus

pandai bergaul dengan masyarakat. Untuk itu harus

menguasai psikologi sosial, memiliki pengetahuan

tentang hubungan natar manusia, memiliki keterampilan

membina kelompok, dan menyelesaikan tugas bersama

kelompok.

(3) Sebagai pimpinan, bahwa setiap guru adalah pimpinan

yang harus memiliki kepribadian, prinsip hubungan

dengan manusia, teknik berkomunikasi, serta

menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi sekolah,

21
Suparlan, Guru Sebagai Profesi, ( Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2006), h.37.
22
Mulyasa, E. Standar dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 18
25

(4) Sebagai administrator, bahwa setiap guru akan

dihadapkan pada tugas administrasi yang harus

dikerjakan sekolah, sehingga harus memiliki priadi

yang jujur, teliti, rajin, serta memahami strategi dan

manajemen pendidikan.

(5) Sebagai pengelola pembelajaran, bahwa setiap guru

harus mampu dan mengasai berbagai metode

pembelajaran dan memahami situasi belajar mengajar

didalam maupun diluar.

c) Tanggung Jawab Guru

Tanggung jawab guru dapat dijabarkan kedaam

sejumlah kompetensi yang lebih khusus sebagai berikut:23

(1) Tanggung jawab moral, bahwa setiap guru harus

menghayati perilaku dna etika yang sesuai dengan

moral pancasila dan mengamalkannya dalam kehidupan

sehari-hari.

(2) Tanggung jawab dalam bidang pendidikan disekolah,

bahwa guru harus menguasai cara belajar mengajar

yang efektif, mampu mengembangkan kurikulum,

silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang

efektif, menjadi model bagi peserta didik, memberi

nasehat, melaksanakan evaluasi hasil belajar, dan

23
Ibid, h. 19
26

mengembangkan kemampuan siswa, melaksanakan

evaluasi hasil belajar.

(3) Tanggung jawab dalam bidang kemasyarakatan, bahwa

setiap guru harus turut serta mensukseskan

pembangunan yang harus kompeen dalam

membimbing, mengabdi, dan melayani masyarakat.

(4) Tanggung jawab dalam bidanga keilmuan, bahwa

setiap guru harus turut seta memajukan ilmu, terutama

yang menjadi spesifikasinya dengan melaksanakan

penelitian dan pengembangan.

3) Kompetensi Guru

Sesuai dengan Undang-Undang Peraturan No. 14

Tahun 2005, pada pasal 8 mengatakan tentang kompetensi

seorang guru. Ada empat kompetensi dasar yang harus dimiliki

oleh seorang guru, antara lain: kompetensi kepribadian,

kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan

kompetensi sosial.24

a) Kompetensi Kepribadian

Merupakan penguasaan kepribadian yang mantap, stabil,

dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta

didik dan berakhlak mulia. Selain itu, Mohammad Ali

24
Imam Wahyudi, Pengembangan Pendidikan Strategi Inovatif dan Kreatif dalam
Mengelola Pendidikan Secara Komprehensif, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2012), h. 111.
27

menjelaskan bahwa dalam kompetensi ini seorang guru

harus mampu:

(1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial,

dan kebudayaan nasional Indonesia.

(2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak

mulia dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

(3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil,

dewasa, arif, dan berwibawa.

(4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi

serta bangga menjadi guu, dan rasa percaya diri.

(5) Menjungjung tinggi kode etik profesi guru.

b) Kompetensi Pedagonik

Mohammad Ali juga mengemukakan bahwa

dalam kompetensi ini seorang guru harus mampu

melakuakan dan mempunyai kompetensi pedagonik, yaitu:

(1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,

moral, sosial, cultural, emosional, dan intelektual.

(2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang mendidik.

(3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata

pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.

(4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.


28

(5) Memanfaatkan teknoligi informasi dan komunikasi

untuk kepentingan pembelajaran.

(6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik

untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimiliki.

(7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun

dengan peserta didik.

(8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan

hasil belajar.

(9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk

kepentingan pembelajaran.

(10) Nelakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran.25

c) Kompetensi profesional

Merupakan kemampuan dalam penguasaan

materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang

memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi

standar kompetensi. Kompetensi profesional guru

merupakan kompetensi yang menggambarkan kemampuan

khusus yang yang sadar dan terarah kepada tujuan-tujuan

tertentu. Adapun dalam kompetensi ini seorang guru

hendaknya mampu untuk:

25
Feralys Novauli, Kompetensi Guru Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Pada SMP
Negeri Dalam Kota Banda Aceh, Darussalam Banda Aceh: Jurnal Administrasi Pendidikan, Vol.
3. No. 1, 2015, h. 49.
29

(1) Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir

keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang

ditempuh.

(2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar

mata pelajaran/bidang pengembangan yang ditempuh.

(3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu

secara kreatif.

(4) Mengembangkan keprofesionalan serta berkelanjutan

dengan melakukan tindakan reflektif.

(5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.26

d) Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan

berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesame

pendidik/tenaga kependidikan lain, orangtua/wali peserta

didik dan masyarakat sekitar. Selanjutnya, dalam

pengertian lain, terdapat criteria lain kompetensi yang harus

dimiliki oleh setiap guru. Dalam kompetensi ini seorang

guru harus mampu:

(1) Bersikap inklusif, bertindak objektif serta tidak

diskriminatif, karena pertimbangan jenis kelamin,

26
Sunhaji, Kualitas Sumber Daya Manusia-Kualifikasi. Kompetensi dan Sertifikasi Guru,
(Purwokerto: Jurnal Kependidikan, 2014), h. 150
30

agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga dan

status sosial ekonomi.

(2) Berkomunikasi secara efektif, simpatik, dan santun

dengan sesame pendidik, tenaga kependidikan, orangtua

dan masyarakat.

(3) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah

Republik Indonesia.

(4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan

profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.27

d. Kinerja

1) Pengertian Kinerja

Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu.

Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi

atau kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru.

Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud

adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran. Berkenaan

dengan kinerja guru, UU Republik Indonesia No. 20 Tahun

2003 tentang Sisdiknas Pasal 39 ayat (2), menyatakan bahwa

pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai

hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan

27
Ibid
31

serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,

terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.28

Keterangan lain menjelaskan dalam UU No. 14

Tahun 2005 Bab IV Pasal 20 (a) tentang Guru dan Dosen

menyatakan bahwa standar prestasi kerja guru dalam

melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban

merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses

pembelajaran yang bermutu serta menilai dan mengevaluasi

hasil pembelajaran.29

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

(Permendiknas) No. 41 tahun 2007, memberikan pengertian

kinerja guru adalah prestasi mengajar yang dihasilkan dari

aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam tugas pokok dan

fungsinya secara realisasi konkrit merupakan konsekuensi logis

sebagai tenaga profesional bidang pendidikan.30 Pengertian

kinerja guru menurut Burhanudin, mengemukakan bahwa

kinerja guru adalah gambaran kualitas kerja yang dimiliki guru

dan termanifestasi melalui penguasaan dan aplikasi atas

kompetensi guru.31

28
Sekretariat Negara RI, Undang -Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Sekratariat Negara RI: Jakarta, 2003), h. 15.
29
Sekretariat Negara RI, Undang -Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, (Sekratariat Negara RI: Jakarta, 2005), h. 10.
30
Sekretariat Negara RI, Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, (Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta),
2007, h. 2.
31
Burhanudin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan.
(Jakarta: Bumi aksara, 2007), h. 1.
32

2) Dimensi Kinerja

Indikator penilaian kinerja guru mengacu pada Permendiknas

Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, yaitu terdiri

dari:32

a) Perencanaan proses pembelajaran.

Perencanaan proses pembelajaran dapat diartikan

sebagai suatu proses kegiatan merumuskan tujuan-tujuan

apa yang ingin dicapai oleh suatu kegiatan pembelajaran,

cara apa yang digunakan untuk menilai pencapaian tujuan

tersebut, materi atau bahan apa yang akan disampaikan,

bagaimana cara menyampaikan bahan serta media atau alat

apa yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan

pembelajaran tersebut.33

Karena keberhasilan dari suatu kegiatan sangat

ditentukan oleh perencanaannya maka perencanaan

pembelajaran dapat berperan sebagai: acuan bagi guru

untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran agar lebih

terarah dan berjalan efien dan efektif, dan sebagai landasan

pokok bagi guru dan siswa dalam mencapai kompetensi

dasar dan indikator yang ditetapkan.

32
Sekretariat Negara RI, Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, (Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta,
2007), h. 3
33
E. Mulyasa, op.cit, h. 216.
33

b) Pelaksanaan proses pembelajaran.

Pelaksanaan proses pembelajaran adalah segala

upaya bersama antara guru dan siswa untuk berbagi dan

mengolah informasi, dengan harapan pengetahuan yang

diberikan bermanfaat dalam diri siswa dan menjadi

landasan belajar yang berkelanjutan, serta diharapkan

adanya perubahanperubahan yang lebih baik untuk

mencapai suatu peningkatan yang positif yang ditandai

dengan perubahan tingkah laku individu demi terciptanya

proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.

Sebuah proses pembelajaran yang baik akan

membentuk kemampuan intelektual, berfikir kritis dan

munculnya kreatifitas serta perubahan perilaku atau pribadi

seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.

Keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran merupakan

indikator pelaksanaan kurikulum yang telah dibuat oleh

lembaga bimbingan belajar, sehingga dalam proses

pembelajaran guru dituntut untuk menciptakan suasana

belajar yang kondusif sehingga memungkinkan dan

mendorong siswa untuk mengembangkan segala

kreatifitasnya dengan bantuan guru.

Peranan guru di sini sangatlah penting, yaitu guru

harus menyiapkan materi dan metode pembelajaran, serta


34

guru juga harus mengetahui dan memahami keadaan

siswanya demi kelancaran pembelajaran.

e. Upaya dalam Meningkatkan Kinerja Guru

1) Upaya kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru

Berbicara mengenai upaya kepala skeolah dalam

meningkatkan kinerja guru hal ini tidak terlepas dari tugas,

fungsi dan tanggung jawab kepala sekolah itu menjalani

kepemimpinannya. Maka dari itu, manajemen dalam

pendidikan sangatlah penting, dan peran kepala sekolah sangat

dibutuhkan dalam memanajemen proses belajar mengajar yang

ada di lingkungan sekolah.

Manajemen adalah proses yang berlangsung terus-

menerus, dimulai dari: membuat perencanaan dan pembuatan

keputusan (planning); mengorganisasikan sumberdaya yang

dimilki (organizing); menerapakan kepemimpinan untuk

menggerakkan sumberdaya (actuating); dan melaksanakan

pengendalian (controlling). Proses sebagaimana telah

diuraikan, sering disebut dengan konsep POAC (planning

organizing-actuating-controlling).34 Di bawah ini akan

dijelaskan empat fungsi-fungsi manajemen pendidikan:

34
Agus Wibowo, Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), h.
135.
35

Pertama planning berbicara tentang fungsi

manajemen, perencanaan menempati fungsi pertama dan

menentukan kearah mana suatu pendidikan akan dibawa.

Perencanaan baik akan mewujudkan tujuan dari suatu

pendidikan serta mutu pendidikan Islam.

Kedua organizing menggambarkan bahwa kesatuan

arah dari berbagai bagian organisasi, yaitu arah yang jelas,

kesatuan perintah atau komando, keseimbangan antara

wewenang dan tanggungjawab, pembagian kerja/tugas yang

tepat dan sesuai dengan kemampuan akan menentukan

keberhasilan dari suatu pendidikan untuk meningkatkan mutu

pendidikan Islam.

Ketiga actuating merupakan inti dari fungsi

manajemen, karena jika perencanaan dan pengorganisasian

yang baik namun tidak dilaksanakan maka akan kurang berarti

dan sia-sia. Untuk itu maka semua Sumber Daya Manusia

(SDM) dan sumber pendidikan yang ada harus dioptimalkan

untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi.

Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang

telah disusun. Setiap pelaku organisasi harus bekerja sesuai

dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi

masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program

kerja organisasi yang telah ditetapkan.


36

Keempat Controlling bukanlah hanya sekedar

mengendalikan pelaksanaan program dan aktivitas organisasi,

namun juga mengawasi sehingga bila perlu dapat mengadakan

koreksi dan perbaikan. Dengan demikian apa yang dilakukan

staff dapat diarahkan kejalan yang tepat dengan maksud

pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Inti dari controlling

adalah proses memastikan pelaksanaan agar sesuai dengan

rencana.35

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan

bahwa bermutu tidaknya penyelenggaraan sekolah dapat diukur

berdasarkan pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut. Manajemen

memiliki kedudukan strategis dalam memberikan dukungan

penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

Agar penyelenggaraan pendidikan lebih efektif dan efisien,

maka diperlukan manajemen.

Artinya bahwa tanpa adanya manajemen yang baik

dipastikan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secara

maksimal.

Upaya yang dapat dilakukan seperti: menjalin

hubungan kerjasama dengan guru, pemberian contoh teladan

yang baik, penempatan (pemberian Tugas) yang tepat,

pemberian motivasi (berusaha mempertinggi mutu ilmu

35
Agus Maimun dan Agus Zaenul Fitri, Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan
Alternatis Di Era Kompetitif, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), h.122
37

pengetahuan guru), berusaha mengadakan dan melengkapi

sarana dan prsarana sekolah, dan menghormati peraturan

sekolah. Untuk lebih jelasnya mengenai keempay macam

upaya tersebut akan di uraikan sebagai berikut:36

Menjalin hubungan kerjasama dengan guru, terbinanya

hubungan kerjasama yang baik antar kepala sekolah dengan

guru, maka tujuan sekolah dapat tercapai dengan mudah.

a) Pemberian contoh teladan yang baik, upaya meningkatkan

kinerja guru dalam proses belajar mengajar, seorang kepala

sekolah harus memberikan contoh teladan yang baik bagi

gruu-guru. Seperti disiplin melaksanakan tugas, tekun dalam

belajar, dan lain-lain. Teladan yang baik dari seorang

pemimpin untuk bawahannya sangat baik dibandungkan

dengan perinntah tanpa adanya contoh. Seperti yang

dinyatkan Sondang P. Siagian dalam bukunya bahwa

“Keteladanan seseorang terlihat dari apa yang dilakukan oleh

seorang dan bukan apa yang di kataknanya.”37

b) Penempatan (pemberian tugas) yang tepat.

Seorang kepala sekolah harus bisa menempatkan

guru-guru sesuai dengan kemampuan latar belakang

pendidikan yang dimiliki. Hal ini perlu terlebih dahulu

dilakukan sebelum mereka terjun secara langsung dalam

36
Wahyudi, Kepemimpinan Kepela Sekola, (Alfabeta, bandung: 2009), h. 74
37
Sondang P Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, (jakarta; Cahaya Quran, 2006),
h. 418
38

proses belajar mengajar. Seorang guru mengajar sesuai

dengan kemampuan dan latar belakang pendidikan mereka

turut menentukan keberhasilan dalam menjalankan tugas

sebagai pendidik. Sehingga kinerja merekapun menjadi lebih

baik jika dibandingkan dengan seorang guru yang

mengajarkan tidak sesuai dengan kemam[uan dan latar

belakang pendidikan yang dimiliki.

Oleh sebab itu, menurut Made Pidarta

“menempatkan guru-guru hendaklah sesuai dengan spesialis,

kegemaran / keterampilan dan atau waktu. 38

Didalam ajaran Islam, Nabi Muhammad SAW juga

memperhatikan, masalah penempatan ini. Seseorang harus

ditempatkan menurut keahlianya sebab seseorang akan

melakukan suatu pekerjaan sesuai kemampuan yang

dumilikinya. Misalnya seorang guru hatus ditempatkan untuk

diberikan tuas untuk mengajar mata pembelajaran sesuai

dengan kualifikasi pendidikan dan kemampuan yang

dimilikinya.

Mengenai hal ini Allah SWT telah menegasjan di

dalam Al-Quran surat Al-Isra’ ayat 84 yaitu:

38
Made Pidarta, Peranan Kepala Sekolah pada Pendidikan Dasar, (Jakarta: PT.
Gramedia, 2015), h. 69
39

Artinya: “Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut


keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih
mengetahui siapa yang lebih benar jalannya”.39
Berdasarkan ayat diatas dapat dipahami bahwa

seseorang harus diberikan amanah sesuai dengan

keahliannya.

c) Pemberian Motivasi (Guna mempertinggikan mutu ilmu

pengetahuan guru).

Motivasi merupakan suatu yang menenntukan

kinerja seorang kepala sekolah akan berpengaruh positif

untuk kemajuan pendidikan. Menurut Sondang, motibasi

mertupakan ‘daya dorong bagi seseorang untuk memberikan

kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan

organisasi mencapai tujuannya. Dengan pengertian, bahwa

terciptanya tujuan organisasi berarti tercapai pula tujuan

pribadi para anggota organisasi yang bersangkutan.40

d) Berusaha mengadakan dan melengkapi sarana dan prasarana

sekolah,

39
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: Dipenogoro, 2014),
Cet. 7
40
Sondang P. Siagian. op.cit. h. 102
40

e) Menghormati peratusan sekolah, tidak hanya guru, karyawan

maupun siswa juga harus menghormati peraturan sekolah.

f) Kunjungan Kelas

Yakni kunjungan yang dilakukan kepala sekolah

kedalam kelas pada saat guru sedang mengajar dengan tujuan

untuk membantu guru yang bersangkutan menghadapi

masalah/kesulitan selama mengadakan kegiatan

pembelajaran. Kunjungna kelas dilakukan dalam upaya

kepala sekolah memperoleh data tentang keadaan sebenarnya

mengenai kemampuan dan keterampilan guru dalam

mengajar. Dengan kata tersebut, anaterguru dengan kepala

sekolah akan terjalin komunikasi tenang kesulitan yang

dihadapi guru dan kemudian mencari solusinya. Kunjungan

kelas dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

(1) Kunjungan kelas tanpa diberitahu,

(2) Kunjungan dengan pemberitahuan terlebih dahulu,

(3) Kunjungan atas undangan guru.

g) Observasi Kelas

Observasi kelas dilakukan bersamaan dengan

aktivitas kunjungan kelas. Observasi kelas merupakan suatu

kegiatan yang dilakukan kepala sekolah untuk mengamati

guru yang sedang mengajar dikelas. Selama dikelas kepala


41

sekolah melakukan pengamatan yang teliti, dengan

menggunakan instrumen tertentu, terhadap suasauana kelas

yang diciptakan dan dikembangkan oleh guru selama

berlangsungnya jam pelajaran, dengan tujuan untuk

memperoleh data yang bersifat objektif.

h) Percakapan pribadi

Percakapan pribadi merupakan teknik pemberian

layanan langsung kepada guru dengan mengadakan

pembicaraan langsung tentang permasalahan yang dihadapi

oleh guru. Pertemuan pribadi antar kepala sekolah dengan

guru untuk membiarakan masalah khusus yang dihadapi

guru. Umumnya mater yang dipercakapkan adalah hasil-hasil

kunjungan kelas dan observasi kelas yang telah dolakukan

oleh kepala sekolah. Dalam percakapan ini, kepala sekolah

memberikan masukan tentang kelebihan dan kekurangan

guru dalam mengajar. Kemudian kepala sekolah mendorong

agar yang sudah baik ditingkatkan dan yang masih kurang

diperbaiki dan dioptimalkan.

2) Upaya Guru dalam Meningkatkan Kinerjanya

Mengantisipasi kemungkinan terjadinya

perkembangan dan perubahan tuntutan dan persyaratan kerja

yang dimanis dalam alam globalisasi mendatang, maka tenaga


42

guru harus siap secara luwes kemungkinan alih fungsi atau alih

profesi (jika dikehendakinya).

Ide dasarnya adalah untuk memberi peluang

alternatif bagi tenaga kependidikan untuk meraih taraf dan

martabat hidup yang layak, tanpa berpotensi mengurangi

makna dan martabat profesi guru, sehingga para guru sudah

siap menghadapi persaingan penawaran jasa pelayanan

profesional di masa mendatang.41

Kinerja mengarah pada suatu tingkat pencapaian

tugas yang dilakukan oleh seseorang. Kinerja adalah hasil kerja

yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam

suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab

masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi

bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai

dengan moral maupun etika.42

Kinerja guru dapat diartikan sebagai tingkat

keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas pendidikan sesuai

dengan tanggungjawab dan wewenangnya berdasarkan standar

kinerja yang telah ditetapkan selama periode tertentu dalam

kerangka mencapai tujuan pendidikan. Kinerja guru dapat

41
Udin Syaefudin Saud, op.cit, h. 36-39.
42
Abdus Salam Dz, Manajemen Insani dalam Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2014), h. 201.
43

dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi kompetensi yang

harus dimiliki oleh setiap guru.43

Terdapat kriteria dasar yang berkaitan dengan

kinerja guru, yaitu proses, karakteristik-karakteristik guru, dan

hasil atau produk (perubahan sikap siswa). Dalam proses

belajar mengajar, kinerja guru dapat dilihat pada kualitas kerja

yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, yang

mengacu pada kompetensi guru yang profesional. Kinerja

mempunyai lima dimensi, yaitu kualitas kerja, kecepatan atau

ketepatan kerja, inisiatif dalam bekerja, kemampuan dalam

bekerja, dan kemampuan mengkomunikasikan pekerjaan.44

Adapun kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki

oleh guru antara lain: (1) kompetensi pedagogik yaitu

kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik; (2)

kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang

mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi

teladan bagi peserta didiknya; (3) kompetensi sosial yaitu

kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan

efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua, atau wali

peserta didik, dan (4) kompetensi profesionalisme yaitu

43
Barnawi dan Mohammad Arifin, Instrumen Pembinaan, Peningkatan, dan Penilaian
Kinerja Guru Profesional (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 13-14.
44
Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, Teori Kinerja dan Pengukurannya (Jakarta:
Bumi Aksara, 2012), h. 68-72.
44

kemampuan menguasai materi pelajaran secara luas dan

mendalam diperoleh melalui pendidikan profesi.45

Kinerja atau performance dipengaruhi oleh beberapa

faktor yang disingkat “ACIEVE” yaitu: ability (kemampuan

pembawaan), capacity (kemampuan yang dapat

dikembangkan), incentive (insentif material dan non-material),

environment (lingkungan tempat kerja), validity (pedoman,

petunjuk, dan uraian kerja), dan evaluation (umpan balik hasil

kerja). Faktor-faktor ini dapat di intervensi dengan pendidikan

dan pelatihan adalah capacity atau kemampuan pekerja yang

dapat dikembangkan, sedangkan faktor lainnya diluar

jangkauan pendidikan dan pelatihan.46

Dalam meningkatkan kinerja ada beberapa tahap

yang harus dilewati, yaitu:

a) Meningkatkan prestasi bawahan;

b) Meningkatkan kebiasaan kerja;

c) Melakukan tindak lanjut yang efektif;

d) Melakukan tindakan disiplin yang efektif;

e) Memelihara prestasi yang meningkat. S

Setelah prestasi kerja dapat ditingkatkan dapat

langsung diupayakan tindak lanjut yang efektif. Hal tersebut

dapat dilakukan jika kebiasaan kerja pegawai sudah sangat

45
Nurfuadi, op.cit, h. 71-72.
46
Abdus Salam Dz, Op.Cit. h. 204.
45

baik. Sementara itu, jika prestasi sudah meningkat, kebiasaan

kerja telah membaik, tindak lanjut dan tindakan disiplin telah

efektif, semuanya itu harus senantiasa dipelihara.47

2. Faktor penghambat dan pendukung dalam meningkatkan kinerja

guru

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi yang

memperngaruhi kinerja guru, akan tetapi di kategorikan ke dalam

faktor penghambat dan pendukung dari kinerja guru. Faktor yang dapat

berdampak baik juga berdampak buruk, karena faktor pendukung yang

dapat meningkatkan kinerja dan menjadi motivasi bagi kinerja guru itu

sendiri. Sedangkan jika guru mengalami faktor penghambat,

a. Faktor penghambat dalam meningkatkan kinerja Guru

Menurut Mulyasa, faktor-faktor yang dapat menghambat

kinerja guru, yaitu:48

1) Dorongan Bekerja.

Bilamana seorang guru merasa bahwa minat atau

perhatiannya seusai dengan jenis dan sifat pekerjaan yang

dilakukan maka guru tersebut akan memiliki dorongan untuk

kerja yang tinggi. Tetapi jika malah sebaliknya, guru akan

merasa tertekan sehingga kinerjanya tidak maksimal dan baik.

2) Tanggung jawab terhadap tugas.

47
Barnawi dan Mohammad Arifin, Op.Cit. h. 80.
48
E.Mulyasa, Op.Cit.,h. 227.
46

Seseorang yang bertanggung jawab selalu memberikan

yang terbaik dari apa yang dikerjakannya. Bekerja dengan

penuh tanggung jawab berarti memperhatikan hal-hal yang

kecil yang dapat membuat perbedaan dari hasil yang

dikerjakan. Guru memiliki tugas dan tanggung jawab dalam

meningkatkan pendidikan di sekolah. Guru dapat berperan

serta dalam melaksanakan kegiatan disekolah. Karena dengan

adanya peran serta dari guru maka kegiatan sekolah dapat

berjalan dengan lancer, tetapi jika dari guru itu sendiri tidak

memiliki tanggung jawab terhadap tugas-tugasnya di sekolah,

ini akan menghambat dari proses belajar mengajar di

lingkungan sekolah.

3) Minat terhadap tugas.

Dan seharusnya minat menjadi rasa ketertarikan

seorang guru untuk melakukan suatu hal yang diikuti oleh rasa

senang sehingga akan menghasilkan kepuasan terhadap hasil

yang dicapai. Semakin tinggi minat yang dimiliki seorang guru

dalam menjalankan tugas, semakin tinggi pula hasil yang

dicapainya. Minat terhadap tugas merupakan rangkaian yang

ada pada setiap guru dan minat itu hampir bisa dipastikan

sebagai suatu kebutuhan.

4) Penghargaan terhadap tugas.


47

Agar seorang guru dapat melaksanakan tugas-tugasnya

dengan baik, penuh semangat dan disiplin yang tinggi sesuai

tuntutan kerja, maka perlu diberikan berbagai dukungan

penghargaan, terutama penghargaan yang dapat menunjang

dan mempermudah dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Bentuk dan jenis penghargaan yang perlu diberikan, antara lain

peningkatan kesejahteraan, khususnya penyediaan kebutuhan

fisik (sandang, pangan, dan papan); peningkatan

profesionalisme; peningkatan kualitas keimanan dan

ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; memberikan

perlindungan hukum dan rasa aman; peningkatan jenjang karir

yang jelas; pemberian kebebasan dalam pengembangan karier

dan dalam pelaksanaan tugas-tugasnya; pemberian kemudahan

dalam menjalankan tugas.

5) Peluang untuk berkembang.

Hal ini terkait dengan keberanian guru untuk bertindak

sebagai pengemban program, untuk memasukkan bahan-bahan

yang bersumber dari kehidupan sosial budaya di lingkungan

sekolah dimana mereka berada. Hal ini dapat dilakukan apabila

tercipta harmonisasi nilai orientasi pada tujuan dengan nilai

orientasi pada proses belajar. Oleh karena itu pembinaan

profesionalisme guru perlu dilakukan secara kontinyu dan

berkesinambungan, disamping itu penghargaan terhadap


48

kinerja guru harus diimbangi dengan pengembangan

kesejahteraan guru.

6) Perhatian dari kepala sekolah.

Kemampuan manajerial kepala sekolah akan

mempunyai peranan dalam meningkatkan kinerja guru.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan suatu

pola kerjasama antara manusia yang saling melibatkan diri

dalam satu unit kerja (kelembagaan). Dalam proses mencapai

tujuan pendidikan, tidak bisa terlepas dari perhatian kepala

sekolah terhadap warga sekolah agar tujuan pendidikan yang

telah digariskan dapat tercapai.

7) Hubungan interpersonal dengan sesama guru.

Seorang guru memang harus memiliki kemampuan

berkomunikasi dengan baik dan dalam hal ini kemampuan

komunikasi interpersonal perlu dimiliki oleh seorang guru

karena ini adalah faktor utama yang berdampak pada keaktifan

peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar.

8) MGMP dan KKG.

Seorang guru haruslah memiliki kegiatan untuk

mengembangkan kemampuan dan pengetahuannya, tetapi jika

seorang guru hanya mengandalkan kemampuannya yang tidak

pernh di kembangkan kembali dan tidak membuka diri dengan

kegiatan MGMP dan KKG sulit dalam segala hal termasuk


49

komunikasi, MGMP dan KKG sebagai organisasi atau forum

musyawarah guru mata pelajaran, yang dilaksanakan setiap

bulan sekali dimana guru mata pelajaran aktif dalam kegiatan

bersama, mempunyai network lokal, nasional dan internasional

yang kuat. Mempunyai metode implementasi ide yang efektif,

mengembangkan citra guru, mengembangkan kurikulum yang

sesuai dengan tuntutan zaman. Dalam kegiatan MGMP dan

KKG, guru diharapkan mampu mengekspresikan

pemikirannya, guru mempunyai kepribadian proaktif untuk

meningkatkan kemampuannya dalam mengajar dan berkreasi

dengan siswa.

9) Kelompok diskusi terbimbing.

Dalam kelompok diskusi terbimbing akan terlihat

adanya proses interaksi antara dua atau lebih individu yang

terlibat saling tukar menukar pengalaman, maupun informasi,

untuk memecahkan suatu masalah. Dalam kelompok diskusi

terbimbing ini diharapkan dapat mempertinggi partisipasi guru

secara individual dan mengembangkan rasa sosial antar sesama

guru.

10) Layanan perpustakaan.

Selain dari upaya kepala sekolah dalam menyediakan

sarana dan prasarana, seorang guru harus sering berkunjung ke


50

perpustakaan, karena perpustakaan sendiri memiliki fungsi

sebagai salah satu faktor yang mempercepat akselerasi transfer

ilmu pengetahuan, oleh karena itu perpustakaan merupakan

suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam sistem

pendidikan suatu lembaga. Selain itu juga perpustakaan

berfungsi sebagai sumber informasi, dan merupakan penunjang

yang penting artinya bagi suatu riset ilmiah, sebagai bahan

acuan atau referensi. Layanan diperpustakaan idealnya dapat

lebih memikat, bersahabat, cepat, dan akurat, ini berarti

orientasi pelayanan perpustakaan harus didasarkan pada

kebutuhan pengguna, antisipasi perkembangan teknologi

informasi dan pelayanan yang ramah, dengan kata lain

menempatkan pengguna sebagai salah satu faktor penting yang

mempengaruhi kebijakan pada suatu perpustakaan, kesan kaku

pelayanan diperpustakaan harus dieliminir sehingga

perpustakaan berkesan lebih manusiawi.

Menurut Surya, bahwa faktor mendasar yang terkait

erat dengan kinerja profesional guru adalah kepuasan kerja

yang berkaitan erat dengan kesejahteraan guru.49

1) Imbalan jasa. Imbalan jasa merupakan balas jasa kepada

seorang pegawai karena yang bersangkutan telah memberi

bantuan atau sumbangan untuk mencapai tujuan organisasi.

49
Mohamad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Bandung: Pustaka Bany
Quraisy, 2004), h. 10.
51

Pemberian imbalan harus memenuhi kriteria: memberikan rasa

nyaman (secure) sehingga memenuhi kebutuhan dasar

karyawan, seimbang (balanced) dalam arti pemberian imbalan

merupakan bagian dari penghargaan total termasuk di dalamnya

tunjangan dan promosi.

2) Rasa aman. Rasa aman berhubungan dengan jaminan

keamanan, stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi

yang bisa diperkirakan, bebas dari rasa takut, cemas dan

sebagainya.

3) Hubungan antar pribadi. Hubungan antar pribadi guru dapat

berbentuk bertanya kepada guru berpengalaman, sehingga

pengetahuan guru menjadi bertambah dan hasil kerjanya

meningkat. Dalam hal ini, dibutuhkan komunikasi, yaitu proses

penyampaian informasi.

Komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila ada

pentransperan dan pemahaman makna dari satu orang ke orang

lain. Suatu gagasan betapapun besarnya, tidak akan berguna

sebelum diteruskan dan dipahami orang lain. Apabila guru

mempunyai keterampilan berkomunikasi maka kinerja guru

juga akan meningkat.

Dengan komunikasi akan dapat membentuk saling

pengertian, menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih

sayang dan menyebarkan pengertian. Adanya komunikasi yang


52

baik mengakibatkan kinerja yang tinggi, karena masalah yang

timbul dapat diselesaikan dengan baik dan dapat dipecahkan

bersama-sama. Kualitas berkomunikasi juga ditentukan adanya

analisis tujuan, bernalar, menyangkut hal-hal yang diuraikan

atau dijelaskan kepada orang lain.

Kemampuan guru berkomunikasi akan

memperlihatkan sifat diri positif, terpercaya dan terbuka kepada

rekan sekerja. Suasana lingkungan kerja adalah kondisi atau

keadaan dalam lingkungan kerja, baik dalam arti fisik maupun

psikis yang mempengaruhi suasana hati orang yang bekerja,

yang mencakup fasilitas kerja tata ruang, kenyamanan,

hubungan dengan teman sejawat dan kebebasan berkreasi.

Lingkungan kerja secara tidak langsung berperan dalam

pencapaian kinerja guru, karena lingkungan kerja

mempengaruhi guru dalam melaksanakan tugas, kondisi, dan

hasil kerja nya.

4) Kesempatan untuk pengembangan dan peningkatan diri.

Kesempatan untuk pengembangan dan peningkatan diri guru

dapat dilaksanakan melalui pelaksanaan program

pengembangan keprofesionalan berkelanjutan. Pelaksanaan

program pengembangan keprofesionalan berkelanjutan ini

diharapkan dapat meningkatkan kompetensi pedagogik,

profesional, sosial dan kepribadian untuk memenuhi kebutuhan


53

dan tuntutan masa depan yang berkaitan dengan profesisebagai

guru. Kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan

dikembangkan atas dasar profil kinerja guru sebagai

perwujudan hasil penilaian kinerja guru dan didukung dengan

hasil evaluasi diri.

b. Faktor Penghambat dalam meningkatkan Kinerja Guru

1) Faktor personal/individu, meliputi: pengetahuan, keterampilan,

(skil), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan komitmen

yang dimiliki oleh setiap individu.

2) Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan

dorongan, semangat, arahan dan dukungan yang memberikan

manajer dan Team Leader.

Menurut Mathis dan Jackson, ada beberapa faktor yang

memengaruhi kinerja, yaitu:50

1) Kemampuan.

Kemampuan pada dasarnya merupakan hasil kerja yang

dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang

dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,

pengalaman dan kesungguhan serta waktu.

2) Motivasi.

50
Mathis & J.H. Jackson, Human Resource Management: Manajemen Sumber Daya
Manusia, Terjemahan Dian Angelia, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 68.
54

Motivasi kerja merupakan dorongan yang tumbuh

dalam diri seseorang, baik yang berasal dari dalam dan luar

dirinya untuk melakukan suatu pekerjaan dengan semangat

tinggi menggunakan semua kemampuan dan ketrampilan yang

dimilikinya yang bertujuan untuk mendapatkan hasil kerja

sehingga mencapai kepuasan sesuai dengan keinginannya.

Untuk dapat memberikan hasil kerja yang berkualitas dan

berkuantitas maka seorang pegawai/ guru membutuhkan

motivasi kerja dalam dirinya yang akan berpengaruh terhadap

semangat kerjanya sehingga meningkatkan kinerjanya.

3) Dukungan yang diterima.

Perasaan positif, menyukai, kepercayaan, dan perhatian

dari orang lain yaitu orang yang berarti dalam kehidupan

individu yang bersangkutan, pengakuan, kepercayaan

seseorang dan bantuan langsung dalam bentuk tertentu.

4) Keberadaan pekerjaan yang dilakukan.

Dalam hal ini terkait dengan tanggung jawab terhadap

pekerjaan yang dilakukan, yaitu kesanggupan seorang pegawai

dalam menjalankan pekerjaan yang diserahkan kepadanya

dengan baik, tepat waktu serta berani mengambil risiko untuk

keputusan yang dibuat atau yang dilakukan.

5) Hubungan dengan organisasi.


55

Dalam hal ini terkait dengan sejauh mana tekad dan

kesanggupan seorang pegawai dalam menjalankan tugas dan

kewajibannya, mentaati, melaksanakan, dan mengamalkan

sesuatu yang dipatuhi dengan penuh kesadaran dan tanggung

jawab.

3) Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang

diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap

sesama anggota tim, kekompakkan dan keeratan anggota tim.

4) Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja, atau

infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi,

dan kultur kinerja dalam organisasi.

5) Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan

perubahan lingkungan eksternal dan internal.

Jadi, faktor diatas dapat menjadi faktor penghambat

ataupun pendukung jika tidak disadari oleh guru itu sendiri, dapat

menjadi faktor pendukung apabila beberapa faktor dilakukan yang

akan berdampak baik bagi kinerjanya, dan sebaliknya akan

berdampak buruk atau kurang baik bagi proses belajar mengajar

jika tenaga pendidik itu sendiri menjadikan faktor tersebut menjadi

penghambat.
56

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang berkaitan dengan upaya guru PAI

mengembangkan multiple intelligences siswa. Adapun yang berkaitan

dengan multiple intelligences adalah:

1. Ana Rahmawati dalam penelitiannya, (2015) “Upaya Guru Pendidikan

Agama Islam Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spritual Pada

Siswa Di MI Ma’Arif NU 1 Kalipaten Kecamatan Purwajati

Kabupaten Banyumas”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan cara

mengadakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian

menunjukkan beberapa kegiatan pembiasaan, ekstrakurikuler, yang

dilaksanakan di MI Ma’arif NU 1 Kalitapen, diantaranya: 1.

Mengucapkan salam kepada bapak/ibu guru, 2. Berdo’a, 3. Mencium

Tangan, 4. Shalat Dhuha, 5. Dhuhur berjama’ah, 6. Infak Jum’at, 7.

Kegiatan Jalan Pagi dan 8. Ekstrakurikuler Keagamaan. Penelitian di

atas berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan, penulis

memfokuskan penelitian kepada upaya guru PAI dalam

mengembangkan multiple intelligence.

2. Nur Halimah, dengan judul “Upaya Kepala Sekolah dalam

Meningkatkan Kinerja Guru SMP NEGERI di Kecamatan

Gondokusumo Yogyakarta penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan dan mengalisis secara kritis tentang bagaimana upaya

kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di SMP NEGERI


57

Kecamatan Gondokusumo. Problematika yang dihadapi dna upaya

yang telah dilakukan untuk mengatasinya dan hasil yang didapat. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada SMP

Negeri di Kecamatan Gondokusumo pada umumnya tentang

bagaimana kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru untuk

mengatasi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan di sekolah.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil latar

beakang upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di

SMP Negeri kecamatan Gondokusumo.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Sarah Wulan dengan judul “Hubungan

Disiplin dengan Kinerja Guru SMA Negeri di Tiga Kecamatan Kota

Depok”. Hasil penelitiannya mengatakan terdapat hubungan positif

antara disiplin dengan kinerja. Dengan disiplin yang baik maka kinerja

guru pun lebih meningkat, kepala sekolah sebagai manajer dan

pemimpin mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kinerja

guru, masih ada guru yang memiliki kedisiplinan yang kurang

sehingga mempengarungi kinerjanya, penelitian ini menggunakan

metode kualitatif.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya kepala

sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di MTS YASPINA Rempoa

Tangerang Selatan, sebagai berikut:

1. Menjelaskan upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru

di MTS YASPINA RempoaTangerang Selatan.

2. Menjelaskan upaya guru dalam meningkatkan kinerjanya

3. Menjelaskan faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung

dalam meningkatkan kinerja guru

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian jalan. Pahlawan 00107 No. 18, RW. 7

RempoaKec. Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan, Banten 15412.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini di lakukan di sekolah MTS YASPINA

RempoaTangerang Selatan pada bulan November sampai dengan bulan

Desember 2020.

58
59

C. Latar atau Setting Penelitian

Peneliti melakukan suatu penelitian di MTS YASPINA

RempoaTangerang Selatan jl.. Pahlawan 00107 No. 18, RW. 7

RempoaKec. Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan, Banten 15412. Dan

YASPINA berstatus akreditasi A, Madrasah Nur Asy-Syafi’iyah saat ini

berstatus Akreditasi B dengan No. Kw. 28/1/Dam/005/353/2006/ Nomor

Statistik Madrasah : 21.2.28.04.06.043.

Sebelum peneliti menentukan untuk tempat yang ada di sekolah,

peneliti telah menentukan riset penelitian langsung ke lapangan teterlebih

dahulu, sehingga peneliti mudah untuk mendapatkan suatu informasi-

informasi dan gambaran-gambaran umum yang ada di sekolah untuk

mengenai suatu sasaran untuk melakukan riset penelitian yang ada di

sekolah MTS YASPINA Rempoa Tangerang Selatan. Dengan melakukan

berbagai pendekatan unsur-unsur yang terlibat dalam program untuk

memudahkan peneliti dalam mengakses informasi dari sasaran penelitian

tersebut. Peneliti melakukan observasi awal, dan ada yang membuat

peneliti tertarik, dalam penelitian ditemukan beberapa hal menarik untuk

diteliti. Setelah mengajukan izin kepada pihak sekolah dan mendapatkan

respon posistif untuk melakukan penelitian.

Dengan demikian maka peneliti memilih sekolah MTS

YASPINA Rempoa Tangerang Selatan sebagai objek untuk suatu

penelitian disekolah, dengan fokus penelitian “Upaya Kepala Sekolah


60

dalam Meningkatkan Kinerja Guru (Studi Kasus di MTS YASPINA

Rempoa Tangerang Selatan)”.

D. Metode dan Prosedur Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka jenis

penelitian ini dapat dikategorikan kedalam jenis penelitian kualitatif

dengan menggunakan Studi Kasus.

Kualitatif adalah metode yang melakukan pendekatan dengan

menjadikan peneliti sebagai active lerner dengan menceritakan fenomena

yang dialami murni dari sudut pandang subjek daripada bercerita atas

nama dirinya sebagai seorang ahli.1

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berupa kata-kata atau

gambar bukan angka-angka walaupun ada angka-angka itu hanya bersifat

sebagai penunjang. Data yang dihasilkan berupa data kualitatif yang


2
dikembangkan dengan metode deskriptif. sedangkan studi kasusu adaah

suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena dan konteks tidak

tampak tegas atau jelas dan menggunakan beberapa sumber atau multi

sumber bukti.3. Maka dari itu, peneliti menggunakan metode penelitian

Kualitatif dengan bertujuan untuk mengetahui upaya kepala sekolah dalam

meningkatkan kinerja guru studi kasus di MTS YASPINA Rempoa

Tangerang selatan.

1
Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:
Penerbit Salemba Humanika, 2011), h. 17
2
Moh. Nasir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2013), h. 54
3
Suharimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: PT, Renita Cipta, 1993), cet, Ke-2,
h. 309
61

Data yang didapat dengan melalui tahap observasi, wawancara dan

dokumentasi. Metode yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif

karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan berupa

angka. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan

data untuk memberi gambaran penyajian penelitian dilapangan tersebut.

E. Data dan Sumber Data

Data yang diambil data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil

wawancara dengan pihak yang bersangkutan, berupa data lisan dengan

penjelasan menguasai pembahasan peneliti.Untuk menunjang kelengkapan

pembahasan dalam penelitian ini, maka peneliti memperoleh data yang

bersumber dari:

a. Data Primer

yaitu data yang diperoleh peneliti dari sumber aslinya. Dalam hal

ini maka proses pengumpulan data akan di jadikan objek penelitian.

Dengan demikian, pengumpulan data primer merupakan bagian integral

dari proses penelitian yang digunakan untuk mengambil keputusan. Dan

dengan melakukan wawancara terhadap pihak yang bersangkutan

dengan penelitian ini. Adapun yang menjadi data sumber primer dalam

penelitian ini adalah kepala sekolah MTS YASPINA Rempoa Tangerang

Selatan.
62

b. Data Sekunder

yaitu data yang tidak langsung diperoleh dari dokumen-dokumen.

Dalam hal ini bersumber dari penelitian yang meliputi buku-buku

bacaan, jurnal, skripsi yang berkaitan dengan judul dan penelitian dan

data-data yang terkumpul.4

F. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian yaitu

dengan cara sebagai berikut:

1. Studi Lapangan

a. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kemmapuan seseorang

untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca

indra mata serta dibantu dengan panca indra lainnya. Observasi

bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang

kehidupan sosial yang sukar diperoleh dengan metode lainnya,

baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu digunakan

untuk menggali data tertentu. Hal ini guna mengetahui keadaan

yang sebenarnya tejadi dilokasi penelitian yang berkaitan dengan

permasalahan dan peneliti melakukan observasi upaya kepala

sekolah dalam meningkatkan kinerja guru studi kasus di MTS

YASPINA Rempoa Tangerang selatan. Mengadakan pengamatan

4
Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2008),
h. 103
63

langsung di MTS YASPINA Rempoa Tangerang selatan, mengenai

upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru.

b. Wawancara

Peneliti menggunakan wawancara untuk memperoleh

informasi yang berkenaan dengan hal-hal yang berkaitan dengan

data-data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

Jadi metode ini digunakan untuk mendapatkan suatu

informasi dan informan dengan tanya jawab agar memperoleh data

yang berkenaan dengan kondisi dan situasi di sekolah. Metode ini

merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan dengan face to

face yang disertai dengan pernyataan-pernyataan secara sistematis

berlandaskan tujuan penelitian. Selin itu, wawancara dilakukan

untuk memperoleh data yang berhubungan dengan upaya kepala

sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di MTS YASPINA

Rempoa Tangerang Selatan.

c. Studi Dokumen

Merupakan dengan cara mencari data mengenai hal-hal

atau variabel berupa arsip-arsip, catatan-catatan, dokumentasi

gambar dan pendapat lainnya yang berhubungan dengan penelitian

ini.
64

2. Studi Kepustakaan

Salah satu yang dilakukan dalam penelitian yaitu

mempelajari beberapa literatur tertulis baik yang bersumber pada

buku, jurnal, makalah, artikel, internet, maupun sumber tertulis

lainnya yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas. Yang

dihimpun dari berbagai tempat.

G. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian kualitiataf data di peroleh dari berbagai sumber

dengan menggunakan teknik pengumpulan data bermacam-macam, dan

dilakukan terus menerus selama penelitian berlangsung, dilakukan mulai

pengumpulan data sampai pada tahap penulisan laporan. Oleh sebab itu,

dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dan analisis data bukanlah

dua hal terpisah seperti yang lazim di lakukan para peneliti kualitatif. Hal

ini berarti, pengumpulan data dan analisis data di lakukan secara

bersamaan.5

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

yang dilakukan melalui tiga cara, yaitu reduksi data, penyajian data dan

pengambilan kesimpulan. Tiga cara ini menjadi model kegiatan analisi

yang memungkinkan data menjadi bermakna, yaitu sebagai berikut:

1. Redukdi data yaitu yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup

banyak, untuk itu maka perlu dicatat atau di rekam secara teliti dan

5
Arizzal, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), cet. Ke-11 h. 21.
65

rinci. Maka data yang dikumpulkan dianalisis, disusun secara

sistematis dan diambil inti sari sengingga ditemukan dengan

pokoknya.

2. Penyajian data adalah proses penyusunan infirmasi yang kompleks

dalam bentuk yang sitematis, sehingga menjadi lebih sederhana,

selektif dan dapat difahami maknanya, data yang diperoleh dilapangan

lalu disajikan, diatur sesuai dengan krnologinya sehingga mudah

dibaca dan difahami.

3. Penarikan kesimpulan, setelah melalui proses analisis data, baik

analisis dalam pengumpulan data atau sesudahnya, maka langkah akhir

adalah pengambilan kesimpulan.

H. Validasi Data

Peneliti dalam memeriksa keabsahan data menggunakan teknik

kredibilitas, transferbilitas, defendabilitas, dan konfirmalitas dalam

memeriksa keabsahan data.

1. Kredibilitas

Dalam kamus bahas Inggris Indonesia oleh Jhon M. Echols

mengartikan kata credibility adalah kepercayaan, keadaan dapat dipercaya

atau credilbe yang artinya dapat dipercaya.6 Uji kreadibilitas atau

kepercayaan terhadap hasil penelitian kualitatif dapat digunakan dengan

Tringulasi dalam pengujian kredibilitas data. Tringulasi pengujian

6
Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, An English-Indonesia Dictionary, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2015), h. 154.
66

kreadibilitas data ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai

sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian

pengujian kredibilitas data dapat melalui tringulasi sumber, tringulasi

teknik pengumpulan data, dan tringulasi waktu.7

2. Transferbilitas

Transferbilitas merupakan validitas eksternal dalam penelitian

kuantitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketetapan atau dapat

diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut

diambil. Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga hasil

penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam konteks dan situasi

sosial lain. Oleh karena itu, agar orang lain dapat memahami penelitian

kualitatif, maka penelitan dalam membuat laporannya harus memberikan

uraian yang rinci, jelas, dan dapat dipercaya.8

3. Defenbilitas

Defenbilitas menekankan perlunya peneliti untuk

memperhitungkan konteks yang berubah-ubah dalam penelitian yang

dilakukan. Peneliti bertanggungjawab menjelaskan perubahan-perubahan

yang tejadi dalam seting dan bagaimana perubahan-perubahan tersebut

dapat mempengaruhi cara pendekatan penelitian dalam studi tersebut.9

7
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi-Mixed, Methods,
(Bandung: Alfabet, 2017), h. 370
8
Sugiyono, Ibid., h. 373
9
Sugiyono, Ibid., h. 374
67

4. Konfirmabilitas

Konfirmabilitas atau objektivitas merujuk pada tingkat kemampuan

hasil penelitian yang dikonfirmasikan oleh orang lain. Terdapat sejumlah

strategi untuk meningkatkan konfrimabilitas. Peneliti dapat

mendokumentasikan prosedur untuk mengecek dan mengecek kembali

seluruh data penelitian.10

10
Sugiyono, Ibid., h. 375
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tentang latar Penelitian

1. Sejarah Singkat Madrasah Tsnawiyah Nur Asy Syafi’iyah

(Yaspina) Tahun Pelajaran 2020-20211

Madrasah Tsanawiyah Nur Asy-Syafi’iyah yang biasa

dikenal dengan nama YASPINA, berlokasi di Jln. Pahlawan 001/07

No.8 Kelurahan Rempoa, Kabupaten Tangerang Selatan, Provinsi

Banten. YASPINA berstatus akreditasi A, Madrasah Nur Asy-

Syafi’iyah saat ini berstatus Akreditasi B dengan No. Kw.

28/1/Dam/005/353/2006/ Nomor Statistik Madrasah :

21.2.28.04.06.043.

MTS YASPINA sebagai satu-satunya Madrasah Tsanawiyah

di Kelurahan Rempoa yang memiliki tempat atau lokasi yang strategis

karena berada diperbatasan langsung dengan DKI Tangerang yang

hanya berjarak 300 meter.

MTS YASPINA pertama kali didirikan pada bulan April

tahun 1984, pertama kali berudu menggunakan lokal Madrasah

Ibtidaiyah Nurul Islam yang berdiri sejak tahun 1965 berdiri di atas

tanah wakaf milik H. Nidin seluas 3000 M2.

Di atas tanah wakaf seluas 3000 M2 mulai dibangun lokal

tambahan dengan pondasi 4 lantai atas swadaya masyarakat Rempoa.

1
Ibu Yuli Ambar Utami, S.Pd selaku waka Kesiswaan, wawancara pribadi pada hari Kamis 13
Desember 2020, pada pukul 10.06 WIB.

68
69

Dengan perkembangannya pembangunan berlanjut dengan di

bangunnya 3 lokal dilantai 2, dengan peruntukan 2 lokal kelas dan

satu lokal aula. Dan dengan demikian jumlah lokal yang ada sudah 6

lokal kelas dan satu ruang aula.

MTS Yaspina Nur- Asy-Syafi’iyah berada dibawah lembaga

Yayasan Pendidikan Islam Nur Asy-Syafi’iyah. Karena YASPINA

tidak hanya mendirikan MTS, tetapi ada tingkat sekolah lainnya

seperti TK/TPA, Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam dan Madrasah

Tsanawiyah Nur Asy-syafi’iyah. Adapun lembaga pendidikan non

formal adalah pengajian umum YASPINA dan Majlis Tklim

Jam’iyatul Husna.
70

2. Bagan Struktur Organisasi Madrasah Tsnawiyah Nur Asy

Syafi’iyah (Yaspina) Tahun Pelajaran 2020-2021

Gambar 4.12

2
File Dokumen MTS YASPINA Rempoa
71

3. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Tsnawiyah Nur Asy Syafi’iyah

(Yaspina) Tahun Pelajaran 2020-20213

a. Visi

“Terwujudnya Generasi Muda yang Islami dan

Berintelektualitas Tinggi”

b. Misi

1) Memperkaya kurikulum dengan wawasan keislaman dan

kebangsaan,

2) Mengembangkan gagasan baru yang inovatif dalam

memperkaya muatan kurikulum,

3) Mengembangkan potensi siswa dalam bidang keilmuan dan

keahlian,

4) Mengoptimalkan kretivitas peserta didik dengan pelajaran

ekstrak kulikuler,

5) Mengoptimalkan sarana dan prasarana pendidikan sebagai

sumber belajar dan media pembelajaran yang efektif.

c. Tujuan

1) Membantu pemerintah dalam mensukseskan program wajib

belajar 9 tahun.

3
Ibid.
72

2) Melahirkan peserta didik Indonesia yang cerdas dan

berakhlakul karimah, yang taat pada agamanya (seperti shalat

berjama’ah, tahfidz, sholat dhuha, dan silaturrahim).

3) Mengantarkan peserta didik ke jenjang pendidikan berikutnya.

4) Mewujudkan peserta didik yang berkarakter dan berilmu

pengetahuan yang berbasis keislaman.

5) Melahirkan peserta didik yang mencintai bangsa dan

negaranya (Nasionalisme).

6) Madrasah mengembangkan kemampuan 4C (critical thinking,

creativity, communication, collaboration) untuk semua mata

pelajaran.

7) Madrasah mencapai nilai rata-rata UAMBNBK 8.5.

8) Madrasah dapat meningkatkan jumlah peserta didik setiap

tahun.

9) Madrasah memiliki sarana dan prasarana berstandar nasional.

10) Madrasah memiliki pendidik dan tenaga kependidikan

berstandar nasional dan profesional.

11) Madrasah memiliki tim lomba olimpiade sains, seni, olahraga,

dan pendidikan agama Islam yang dipersiapkan untuk

mengikuti perlombaan, mulai dari tingkat kecamatan sampai

dengan tingkat nasional.


73

B. Hasil Temuan Penelitian

Hasil wawancara peneliti akan menyajikan uraian tentang data

yang diperoleh melalui pengamatan yang terjadi di lapangan, hasil

wawancara yang dilakukan maupun deskripsi informasi yang didapat

lainnya. Uraian tersebut menggambarkan keadaan dari penelitian di

lapangan dengan bapak Moh.Husni Thamrin S.Sos selaku kepala sekolah

MTS YASPINA Rempoa Tangeran Selatan, dan ibu Yuli Ambar Utami,

S.Pd selaku waka Kesiswaan di MTS YASPINA Rempoa Tangerang

Selatan. Peneliti mendaoat teumuan sebagai berikut:

1. Upaya Kepala Sekolah dalam meningkatkan Kinerja Guru

a. Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru di MTS

YASPINA Rempoa Tangerang Selatan

Berdasarkan penemuan penelitian upaya menjadi

sebuah strategi yang harus dilakukan oleh semua dari pihak bidang

pendidikan, mulai dari kepala sekolah guru atau tenaga pendidik,

siswa dan orang-orang yang terlibat langsung di sekolah tersebut.

proses pencapaian tujuan pendidikan harus dilakukan atas dasar

kesepakatan bersama.

Kepala sekolah menjadi orang terpenting atau menjadi

contoh utama bagi guru dan murid-murid di sekolah. Apapun yang

dilakukan oleh kepala sekolah akan menjadi sorotan utama. Maka

dari itu, pengawasan dan keterlibatan langsung kepala sekolah


74

akan lebih memaksimalkan dalam pencapaian tujuan proses belajar

mengajar di sekolah.

Adapun usaha atau upaya yang dilakukan oleh kepala

sekolah di MTS YASPINA Rempoa adalah memanajeman sebaik

mungkin, hal ini di tegaskan oleh bapak Moh.Husni Thamrin

S.Sos selaku kepala sekolah MTS YASPINA Rempoa Tangerang

Selatan, misalnya seperti:

1) Perencanaan Kepala Sekolah

Pembelajaran sebelum melakukan proses belajar

mengajar perlu direncanakan dengan baik agar bisa berjalan

dengan lancar sesuai dengan yang diinginkan. Perencanaan

pembelajaran yang dibuat misalnya seperti, program tahunan,

program semester, silabus, RPP dan sebagainya.

a) Melakukan Rapat Program Kerja di Sekolah

Tahap awal sebelum terlaksananya proses belajar

mengajar adalah melakukan rapat internal mengenai

program kerja di sekolah. Dan bapak Moh. Husni selaku

kepala sekolah membiasakan melakukan rapat program kerja

sebelum para tenaga pendidik melakukan tugasnya dengan

mengajar para siswa dilingkungan sekolah, dan dalam

wawancara pribadi bapak Wawan menegaskan sebagai

berikut:

“Di awal pasti kita lakukan rapat, mengenai


program, atau sekaligus evaluasi yang lalu-lalu.
75

Terus akan ada program apa selanjutnya, atau


mengenai permasalahan. Pokoknya rapat
mengenai program kerja itu pasti dilakukan”. 4
Kepala sekolah di MTS YASPINA Rempoa akan

memaksimalkan usahanya dengan memberikan pengarahan

diawal mengenai program kerja yang telah terlaksana

ataupun yang sedang di rencanakan.

b) Memberikan Tugas Kepada Guru Sesuai dengan

Kemampuan yang Dimiliki Guru

Kepala skeolah harus bisa menugaskan guru-guru

sesuai dengan kemampuan latar belakang pendidikan yang

dimiliki. Hal ini perlu terlebih dahulu dilakukan sebelum

mereka terjun secara langsung dalam proses belajar

mengajar. Seorang guru yang mengajar sesuai dengan

kemampuan dan latar belakang pendidikan, mereka turut

menentukan keberhasilan dalam menjalankan tugas sebagai

pendidik. Sehingga kinerja tenaga pendidik pun menjadi

lebih baik sesuai dengan kemampuan dan latar belakang

pendidikan yang dimiliki. hal ini pun ditegaskan oleh bapak

Moh.Husni Thamrin S.Sos selaku kepala sekolah MTS

YASPINA Rempoa Tangerang Selatan, dan ibu Yuli Ambar

Utami, S.Pd selaku waka Kesiswaan di MTS YASPINA

Rempoa Tangerang Selatan. Yaitu:

4
Moh.Husni thamrin S.Sos selaku kepala sekolah MTS YASPINA Rempoa Tengaran Selatan ,
wawancara pribadi pada hari Kamis 13 Desember 2020, pada pukul 10.06 WIB.
76

“Pemberian tugas berdasarkan kemampuan dan


latar belakangnya itu jelas harus sesuai, bukan
hanya untuk keberhasilan saja. Seorang guru itu
kan harus punya ilmu dalam bidang pendidikan
juga, bukan hanya tau ilmu akademik, misalnya,
jago dalam itungan matematika dan IPA. Tetapi
harus tau tugas dan peran nya guru harus tau.
Kalau mereka jurusannya ilmu pendidikan pasti
sudah tau bukan”.5
Penegasan dari bapak kepala sekolah, bahwa

seorang guru bukan hanya mengetahui teori bidang

pendidikan tetapi peran, tugas dan harus menegtahui

bagaimana memanajemen kelas juga siswanya. Bapak

Moh.Husni Thamrin S.Sos berusaha mengenal karakter

semua tenaga pendidik yang bertugas di sekolahnya.

Memberikan tugas kepada tenaga pendidik sesuai dengan

kemapuan dan hobinya, karena jika tenaga pendidik

menyukai bidang mata pelajaran tersebut, maka tenaga

pendidik jauh lebih berhasil dalam proses mengjarnya. Dan

ibu Yuli Ambar Utami, S.Pd selaku waka Kesiswaan

memberikan penegasan mengenai hal ini, yaitu:

“Alhamdulilah kalau diberikan tugas ya sudah


kalau menurut saya. Tetapi kan, jadi guru itu
harus bisa semua mata pelajaran, seharusnya.
Karena akan lebih membantu sekolah juga kan.
Tetapi memang jika ada yang lebih pas dalam
bidang mata pelajaran itu, ya dia yang ditunjuk
dan ditugaskan di mata pelajaran tersebut.”6
Tidak hanya asal dalam pemberian tugas, tetapi

kebutuhan juga kemampuan harus di perhatikan. Di MTS

5
Ibid.
6
Ibu Yuli Ambar Utami, S.Pd selaku waka Kesiswaan, wawancara pribadi pada hari Kamis 13
Desember 2020, pada pukul 10.06 WIB.
77

YASPINA belum banyak tenaga pendidik yang bertugas. Hal

ini masih menjadi permasalahan dengan kemampuan tenaga

pendidik. Dalam satu tenaga pendidik ditugaskan satu mata

pelajaran dan mengajar beberapa kelas dengan mata pelajaran

yang di tugaskannya.

“Satu guru di tugaskan memegang satu mata


pelajaran, misalnya guru A bahasa indonesia, itu
bertugas di beberapa kelas. Dengan mata
pelajaran bahasa indonesia”. 7
c) Pengawasan dan Pemantauan Kinerja Tenaga Pendidik/

Guru

Pengawan dan pemantauan juga berusaha

dilakukan oleh bapak Moh.Husni Thamrin S.Sos selaku

kepala sekolah MTS YASPINA Rempoa, agar guru dapat

membuat perencanaan dengan baik. Kepala sekolah

melakukan pengawasan dan pemantauan secara rutin yaitu

berupa silabus fisik, RPP, dan lain sebagainya.

“Memantau tujuannya agar mengetahui


perencanaannya bagaimana, misalnya seperti
bukti fisik silabus, RPP dll.”8
Hal ini merupakan agar proses dalam belajar

mengejar tercapai sebelum terjadinya proses belajar

mengajar, karena tahap selanjutnya akan berjalan dengan

baik selama perencanaannya baik dan benar.

7
Ibid.
8
Ibid.
78

2) Pengorganisasian Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja

Guru

Jika di dalam ajaran Islam, Nabi Muhammad SAW

juga sangat memperhatikan masalah penempatan. Karena

seseorang tenaga pendidik harus ditempatkan menurut

keahliannya sebeb seseorang akan melakukan suatu pekerjaan

sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Misalnya, seorang

guru harus ditempatkan untuk diberikan tugas untuk mengajar

mata pelajaran sesuai dengan kualifikasi pendidikan dan

kemampuan yang dikuasainya. Hal ini jelas di tegaskan oleh

bapak kepala sekolah:

a) Penempatan (Pembarian Tugas) yang Sesuai Kepada Guru

“Iya, jika penempatan memang harus seuai dengan


kemampuan. Tetapi kita harus liat kebutuhan di
sekolah. Kami berusaha menugaskan dengan
menempatkan sesuai dengan yang di kuasai tenaga
pendidik, kalau berbicara soal penempatan, pasti
sudah direncanakan di awal. Karena harus sesuai
sama latar belakangnya dulu. Dan kita mengajar
dengan ilmu yang kita dapakatkan di masa kuliah,
dan itu harus sesuai. Kan yang jadi masalah itu,
gurunya faham atau tidak kan. Misal kayak guru
magang, memang betul ada latar belakang bidang
pendidikan atau jurusan pendidikan, tapi belum
tentu.”9
Hal ini akan memberikan keleluasaan dalam tugas

mengajar, dan salah satu upaya memberikan kenyamanan

bagi tenaga pendidik adalah memberikan tugas dan

9
Ibid.
79

penempatan tugas sesuai dengan keahlian seorang tenaga

pendidik.

“Kalau di MTS YAPINA alhamdulillah


penempatan berdasarkan kemampuan sudah,
karena ilmu yang didapatkan di masa kulih harus
sesuai. Tetapi, memang di sini belum ada
pengelompokan pendidik, Cuma salah satu upaya d
sekolah ini ada kerja sama dengan madrasah lain
atau dengan sekolah lain. misalnya ada MGMP
Ciputat dan Ciputat Timur. Di situ kami bisa garap
MPP sama-sama. Kalau penempatan disini sudah
sesuai, karena kan belum banyak guru, dan setiap
mata pelajaran gurunya satu. Ya di usahakan
maksimal dengan kemampuan dan dengan
usahanya.”10
Dengan tenaga pendidik yang sudah ditugaskan di

mata pelajaran masing-masing dan dengan penempatan tugas

di masing-masing keahlian, juga telah dilakukan oleh pihak

sekolah. Ini menjadi salah satu strategi atau usaha agar proses

belajar mengajar berjalan dengan seharusnya.

b) Melengkapi Sarana dan Prasarana di Sekolah

Selain upaya di atas, atau tenaga pendidik yang

menjadi saran dari upaya tersebut. Maka yang harus

diperhatikan juga mengenai kelangkapan sarana atau Pra

sarananya, sarana dan pra sarana menjadi kenyamanan bagi

tenga pendidik dalam melakukan proses belajar mengajar

dengan baik.

Sarana pendidikan adalah semua fasilitas atau

peralatan yang digunakan untuk mencapai tujuan secara

10
Ibid.
80

langsung sebagai penunjang kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan. Karena pra sarana secara tidak

langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau proses

belajar mengajar, seperti halaman, kebun, ruang kantor, ruang

kelas, tempat parkir, toilet, dan sebagainya.

Dan MTS YASPINA Rempoa telah memberikan

pelayanan sarana dan pra sarana berdasarkan keharusannya.

Hal ini ditegaskan oleh bapak Moh.Husni thamrin S.Sos

selaku kepala sekolah MTS YASPINA Rempoa, bahwa:

“Di MTS YASPINA berusaha memberikan


pelayanan yang baik, mulai dari guru, sarana atau
pra sarananya dan lain sebagainya. memberikan
apa yang dibutuhkan misalnya seperti alat atau
media untuk belajar. Sebelumnya juga pasti ada
perencanaan dalam pengadaan sarana dan pra
sarananya. Apa yang dibutuhkan,tetapi
menyeleksi dulu terhadap alat atau media yang
dibutuhkan. Pengadaan sarana dan prasarana juga
menjadi faktor ya, guru dan murid lebih nyaman
belajar mengajar di sekolah, terbantu dengan alat
yang dibutuhkan. Itu kan menjadi tujuan dari
pencapaian proses belajar mengajar. Saya pun
selaku yang paling bertanggung jawab disekolah
melakukan pengawasan dan pemeliharan
terhadap sarana dan pra sarana sekolah, karena itu
merupakan aktivitas yang harus dijalankan untuk
mejaga atau memelihara dari pemanfaatannya
sarana dan prasarana, itu pun demi keberhasilan
proses pembelajaran.”11
Dalam organisasi pendidikan yang menjadi

pemimpin adalah kepala sekolah. Kepala sekolah menjadi

penentu titik pusat dan irama sekolah. Dan permeliharaan

11
Moh.Husni thamrin S.Sos. Op.Cit
81

menjadi upaya untuk membuat kondisi sarana dan pra sarana

tetap terjaga dengan baik dan menghindari kerusakan yang

terlalu dini. Sarana dan pra sarana membantu tenaga pendidik

dalam proses belajar mengajar disekolah.

3) Pelaksanaan Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan

Kinerja Guru

Tahap setelah adanya perencanaan yang menjadi

tahap awal sebelum dilakukan proses belajar mengajar

disekolah, dan mengelompokan setiap tugas sesuai dengan

kompetensi tenaga pendidik, maka tahap pelaksanaan adalah

eksekusi langsung dari kepala sekolah menjadi beberapa bentuk

upaya meningkatkan kinerja guru, mengenai hal pelaksanaan

yang dilakukan kepala sekolah MTS YASPINA Rempoa

sebagai berikut:

a) Menjalin Kerjasama atau Komunikasi Baik dengan Guru

Menjalin kerjasama atau komunikasi baik dengan

guru menjadi upaya penting yang dilakukan kepala sekolah,

selain untuk tercapainyannya tujuan proses pembelajaran,

tetapi menjadi keselarasan dalam tahap proses belajar

mengajar. Komunikasi yang baik adalah satu hal penting

mencapai tujuan proses pembelajaran. Hal ini ditegaskan

pula oleh bapak kepala sekolah, yaitu:


82

“Komunikasi dengan guru ataupun antar guru


terjalin dengan baik. Sering pula guru konsultasi
mengenai kelas, murid atau hal lainnya.”12
Menjadi kepala sekolah bukan lagi hanya

memantau perkambangan, kekurangan, memberikan sarana

dan pra sarana yang dibutuhkan, tetapi melihat kondisi dan

peduli terhadap seorang tenaga pendidik adalah menjadi hal

penting. Memberikan dukungan dan motivasi, memberi ruang

untuk berkonsultasi menjadi upaya terbuka dari kepala

sekolah bagi tenaga pendidik

“Disini juga ada program solving atau pemecahan


masalah, entah berkaitan dengan siswa, wali
murid ataupun berkaitan dengan kegiatan-
kegiatan program sekola. Karena semua kan
bakalan baik-baik aja dengan terjalinnya
komunikasi yang baik.” 13
Komunikasi dan interaksi yang dilakukan oleh

kepala sekolah dengan guru ataupun antar guru harus berjalan

dengan baik agar pembelajaran berjalan dengan lancar.

Karena akan menciptakan hubungan yang harmonis dan

kekeluargaan di sekolah, sehingga kepala sekolah ataupun

guru akan merasa nyaman dan tidak akan tertekan dalam

melakukan proses belajar mengajar di sekolah. Dan menjadi

kepala sekolah bertanggung jawab penuh terhadap semua

12
Ibid.
13
Yuli Ambar Utami, S.Pd. Op.Cit
83

kegiatan di sekolah, dan mengupayakan agar tercipta

hubungan komunikasi yang baik di lingkungan sekolah.

b) Menjadi Contoh yang Baik

Seorang kepala sekolah harus memberikan

contoh teladan yang baik bagi guru dan lingkungan sekolah.

Hal baik yang dilakukan salah satunya adalah seperti disiplin

waktu, disiplin dalam melaksanakan tugas, tekun, selalu

berusaha melaksanakan tugas dengan baik, dan peneliti

mendapatkan penelitian bentuk wawancara yang

disampaikan, yaitu:

“Kepala sekolah menjadi sorotan atau salah satu


contoh ya di lingkungan sekolah. Jadi, saya
pribadi harus atau berupaya memberikan contoh
yang baik, ya seperti kedisiplinan waktu, tugas.
Karena tugas selain saya buat aturan tetapi saya
pun berusaha mematuhi atuaran yang telah dibuat
bersama.”14
Bapak Moh.Husni Thamrin S.Sos selaku kepala

sekolah MTS YASPINA Rempoa merasa perlu memberikan

contoh, bukan hanya untuk guru tetapi bagi murid-murid

disekolah. Karena kepala sekolah menjadi contoh utama yang

akan menjadi sorotan bagi lingkungan sekolah maupun

menilaian masyarakat.

14
Moh.Husni Thamrin S.Sos. Op.Cit
84

c) Memberikan Motivasi dan Dukungan untuk Tenaga Pendidik

atau Guru

Motivasi merupakan suatu yang sangat

menentukan kinerja seorang kepala sekolah dan motivasi

berpengaruh positif untuk kemajuan pendidikan. Karena

motivasi menjadi daya dorong bagi seseorang untuk

memberikan kontribusi yang sebesar mungkin demi

keberhasilan organisasi mencapai tujuan.

“Motivasi harus dilakukan, selain menjadi


dorongan atau penyemangat guru, juga
memberikan pemahaman untuk terus berusaha
mencapai proses belajar mengajar sebaik
mungkin, bentuk motivasinya juga bermacam-
macam, mulai dari material atau morilnya.”15
Selain itu, ibu yuli juga menegaskan, yaitu:

“Motivasi yang diberikan d sini seperti di


berikannya insentif, kalau rajin dan teladanya ada
insentifnya, apalagi yang masih muda-muda kan.
Masih kuat, masih semangat terus butuh
dorongan lebih. Kalau untuk motivasi yang kayak
dakwak gitu ya normal-normal aja, lebih ke
realistis sih karena kan kalo kerja kita bagus dan
disiplin ya pasti akan di berikan apreisasi yang
lebih juga kan.”16
Karena motivasi menjadi salah satu unsur yang

mempunyai peranan dalam meningkatkan kinerja tenaga

pendidik. Dan kepala sekolah selalu memberikan motivasi

kepada tenaga pendidik, selain untuk pencapaian proses

15
Ibid.
16
Yuli Ambar Utami, S.Pd. Op.Cit
85

belajar mengajar juga meningkatkan kinerja guru. Membuat

guru nyaman dan semangat menjadi bentuk usaha yang

dilakukan bapak Moh. Thamrin dan memberikan dukungan

dalam bentun materil juga menjadi salah satu motivasi guna

memberikan semangat bagi para guru. Dan agar guru merasa

dihargai dalam kinerjanya yang baik.

d) Memberikan Pembinaan dan Bimbingan bagi Tenaga

Pendidik atau Guru

Kepala sekolah melakukan bimbingan dan

mengawasi tenaga pendidik untuk dapat meneliti dan

memilih bahan-bahan mana yang sesuai dengan

perkembangan anak dan tuntutan kehidupan dalam

masyarakat. Misalnya melakukan percakapan pribadi sebagai

bentuk bimbingan.

Di MTS YASPINA bapak Moh. Thamrin

melakukan bentuk bimbingan seperti mengikut sertakan guru

dalam pelatihan-pelatihan yang diadakan di kecamatan

ataupun kabupaten. Dalam melakukan pembinaan yang

menyangkut pembinaan terhadap perencanaan pembelajaran

kepala sekolah selalu mengecek perangkat administrasi

pembelajaran yang dibuat oleh guru. Selain itu kepala

sekolah mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan


86

permasalahan yang terkait perencanaan pembelajaran seperti

pembuatan silabus dan RPP.

“Memberikan pembinaan yang wajar seperti


biasanya saja, ya memberikan kepercayaan atau
peluang bagi guru yang mau belajar, mengikuti
pelatihan-pelatihan yang di adakan di kecamatan,
kabupaten atau mana saja. Ini menjadi gambaran
bahwa guru juga tetap harus belajar terus, di bina
terus, tidak biasa saja. Sederhana juga di
pembinaannya seperti berkonsultasi aja seperti
biasanya, sekolah mengadakan pertemuan untuk
mendiskusikan permasalahan yang terkait
perencanaan pembelajaran seperti pembuatan
silabus dan RPP dan lainnya.”17

4) Pengawasan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru

a) Melakukan Kunjungan Kelas

Melakukan kunjungan kelas menjadi salah satu

tujuan mengetahui bagaimana seorang pengajar pengelola

kelas yang telah ditugaskan, kepala sekolah sebagai

penanggung jawab semua kegiatan yang ada di sekolah perlu

memantau atau melakukan kunjungan kelas.

Beberapa upaya memang dilakukan kepala

sekolah agar pengelolaan yang dilakukan seorang tenaga

pendidik sesuai dengan rencana dan menjadi tujuan

pembelajaran, karena itu, kepala sekolah ikut serta dalam

17
Moh.Husni Thamrin S.Sos. Op.Cit
87

mengupayakan pengawasan secara langsung. Berikut

pernyataan dari bapak kepala sekolah:

“Bukan hanya saat kunjungan kelas saja, Kami


masuk jam 06.45 jadi guru itu harus sudah ada
paling tidak 06.30, telat-telah kurang 5 menit
harus sudah masuk, jadi nanti setelah sudah bel
saya selaku kepala sekolah keliling. Dan tanya
sudah lengkap atau belum. Kalau belum biasanya
nanya ke guru piket, jika ada yang tidak hadir, di
tanya kenapa, mengapa atau alasannya. Kalau
alasan jelas saya izinkan untuk tidak masuk. Di
jam belajar juga seperti itu, dalam mengajar. Kan
ada jadwal mengajar. Kalau berapa guru d ruang
guru lalu berkerumun dalam satu kelas atau
ruangan di jam pelajaran, biasanya saya kasih
teguran, lalu meminta bertugas kembali. Itu
tujuannya kunjungan, sebagai bentuk pantauan
terhadap kinerja guru yang sedang bertugas. Di
khawatirkan juga mereka mengalami kesulitan di
proses belajar mengajar jadi saya bisa
membantu.”18
Mengenai kunjungan kelas yang dilakukan bapak

Moh.Thamrin adalah bentuk pengawasan, mengetahui sejauh

mana penguasaan kelas dan penglolaan dalam kelas, dan

menjadi bentuk keberhasilan kinerja dari seorang tenaga

pengajar dalam menjalankan tugasnya. Menjadi kewajiban

bagi kepala sekolah mengawasi juga menilai kinerja tenaga

pendidik.

b) Melakukan Observasi Kelas

18
Ibid.
88

Observasi kelas yang dilakukan oleh bapak

Moh.Thamrin selaku kepala sekolah hampir sama dengan

melakukan kunjungan kelas, dimana mengetahui pengelolaan

dan pemahaman tenaga pendidik. Namun ketika keliling dan

observasi setiap kelas bapak Moh.Thamrin mengetahui apa

saja yang kurang dari sarana atau alat untuk kelangsungan

belajar mengajar di sekolah, dan berikut penegasan dari

bapak Moh.Thamrin mengenai observasi kelas yang

dilakukan bapak kepala sekolah.

“Sama saja ka, cuma yang dilakukan dalam


observasi ini lebih untuk mengetahui apa yang
kurang dari alatnya yang harus diperbaiki apa
saja.”19
Selain mengetahui sejauh mana kinerja tenaga

pendidik dalam kelas dan dalam proses mengajar, observasi

dilakukan sama hal nya dengan kunjungan kelas, kepala

sekolah dituntut mengawasi atau melakuakan observasi kelas

dengan tujuan mengetahui sejauh mana kelengkapan

peralatan dan bahan yang ada untuk proses belajar mengajar.

c) Mengevaluasi Kinerja Guru

Evaluasi menjadi proses penyediaan informasi

untuk membuat keputusan atau rancangan perencanaan

program kedepannya. Evaluasi yang dilakuakan oleh kepala

sekolah di MTS YASPINA merupakan salah satu bentuk

19
Ibid.
89

pemberdayaan guru dalam proses mengetahui kinerja guru,

melihat data dan informasi beberapa bulan setelah

terlaksananya proses belajar mengajar disekolah. Untuk lebih

jelasnya ada penegasan dari bapak Moh. Thamrin yaitu:

“Saya harus mengevaluasi kinerja, RPP, program


yang telah terlaksana dan lain sebagainya. Saya
memberikan evaluasi sekaligus pengarahan kerja
itu 3 bulan sekali, seharusnya setiap bulan ya,
Cuma dilihat dari kebutuhan saja. Jika ada hal
yang urgensi untuk di evaluasi maka kita pun
melakukan evaluasi”.20
Bermacam-macam bentuk evaluasi yang

dilakukan oleh bapak Moh.Thamrin. sebagai bahan evaluasi

yang harus dilakukan dengan segala bentuk. Dengan tujuan

mengetahui yang kurang dan perlu diperbaiki. Bapak

Moh.Thamrin selaku kepala sekolah mengevaluasi jika ada

hal yang perlu dan sangat urgen dan harus dilakukan segera

maka dilakukannya evaluasi. Seperti tanggung jawab tenaga

pengajar dalam prihal kedisiplinannya, adapun penegasan

beliau sebagai berikut:

“Evaluasi dilakukan dengan harapan dapat


memperbaiki proses belajar mengajar yang sudah terlaksana,
agar proses belajar mengajar lebih baik. Dan evaluasi yang
dilakukan kepala sekolah MTS YASPINA sudah hampir
sesuai dengan yang seharusnya dilakukan. Melakukan
evaluasi sebagai bentuk rancangan kedepan agar lebih
baik”.21

20
Ibid.
21
Ibid.
90

b. Upaya Guru dalam Meningkatkan Kinerjanya

Aktivitas yang harus dilakukan oleh seorang guru

merupakan wujud dari kinerjanya, dan sebagai seorang tenaga

pengajar haruslah mempersiapkan sebelum melakukan belajar

mengajar, dan melakukan evaluasi setelah program belajar

mengajar terlaksana. Bentuk dari kinerja yang berhasil adalah

bagian dari proses atau perencanaan yang harus dilakukan seorang

guru. Maka dari itu, sebagain dari rencana harusnya memiliki

upaya sehingga rencana dapat berjalan dengan baik. Adapun tahap

dan upaya yang dilakukan oleh guru di MTS YASPINA Rempoa

Tangerang selatan, adalah sebagai berikut:

1) Melakukan Tahapan Sebelum Pengajaran

Melakukan rancangan atau tahap awal yang akan

menjadi kelanjutan dari proses belajar mengajar dengan baik,

dan guru di MTS YASPINA melakukan perencanaan semester,

menyusun RAB, pemilihan metode yang akan di gunakan saat

proses belajar mengajar, bahan dan pralatan yang akan

digunakan, mengevaluasi proses belajar mengajar sebelumnya.

Pernyataan ini ditegaskan oleh ibu Yuli Ambar Utami, S.Pd

selaku Waka Kesiswaan di MTS YASPINA, yaitu:

“Upaya itu harus dilakukan sebelum proses


pembelajaran, dan setelahnya juga. Sebagai bahan
evaluasi dari proses hari lalu. Dan upaya yang kami
lakukan seperti, melakukan perencanaan semester,
menyusun RAB, pemilihan metode yang akan di
91

gunakan saat proses belajar mengajar, bahan dan


pralatan yang akan digunakan”. 22
Karena upaya adalah salah satu bentuk usaha untuk

mencapai suatu tujuan, sebagai bentuk dari pemecahan masalah,

dan mencari jalan keluar. Tenaga pengajar di MTS YASPINA

berusaha melakukan evaluasi setelah dilakukannya proses

belajar mengajar, dengan maksua kesalahan atau kekurangan

dalam proses belajar mengajar tidak terulang kembali dan untuk

meningkatkan proses belajar menegajar di sekolah tersebut.

Selain itu, ibu yuli menegaskan, bahwa upaya yang

dilakukan para tenaga pendidik bukan hanya mengenai silabus,

menyusun program pengajaran dan lain sebagainya saja, tetapi

menguasai mata pelajaran yang akan di ajarkan juga menjadi

upaya penting sebelum melakukan proses belajar mengajar

dimulai.

“Menguasai mata pelajaran yang akan diajarkan juga


kami perhatikan, karena itu bukti dari usaha
mengajar kami. Selain itu kami pun berupaya terus,
seperti terus belajar ya, mengikuti pelatihan jika ada
kesempatan dan mengembangkan kemampuan
dengan membaca buku, membaca-baca artikel
mengenai perkembangan pendidikan, kamimpun
beusaha melakukan tugas profesi disiplin dengan
rasa pengabdian kami. ”23
Selain menyusun silabus atau RPP yang dilakukan

tenaga pendidik, tetapi menyiapkan diri dalam hal ilmu

pengetahuan juga menjadi upaya penting yang harus dilakukan,

22
Yuli Ambar Utami, S.Pd. Op.Cit
23
Ibid.
92

dengan begitu proses dari pengembangan kemampuan para

tenaga pendidik dapat berkembang lagi.

a) Tahap Pengajaran

Tahan pengajaran menjadi tahap kedua dalam

proses belajar mengajar, karena dalam tahap inilah proses

belajar mengajar bisa dikatakan berhasil dan tidaknya. Dalam

tahap kedua para guru dituntut dapat menyampaikan

informasi dengan baik, tepat dan akurat, dituntuk untuk

mengelola dan mengontrol kelas dan juga pelajar dengan

baik, menilai dan juga mengajarkan kepribadian yang baik.

Tenaga pengajar juga di tuntut memberikan

pelayanan dengan seharusnya tidak ada kekerasan juga tidak

terlalu memanjakan pelajar, tenaga pengajar harus

menggunakan tingkah laku verbal dan non verbal dengan

baik menggunakan prinsip psikologis.

Dan juga melakukan evaluasi setelah selesai

melakuakan proses belajar mengajar. Dalam hal ini ibu Yuli

Ambar Utami menegaskan dalam wawancara pribadi dengan

peneliti pada hari kamis tanggal 03 Desember 2020:

“Di era sekarang kinerja sangat dituntut, apalagi


orangtua dari wali murid berbeda dengan
orangtua dulu. Sekarang lebih sadar dan melek
dengan pentingnya proses mengajar bagi anak-
anak mereka. Dan yang harus kami lakukan yaitu
memberikan pelayanan yang terbaik. Dan kinerja
kami haruslah sama atau sebanding dengan yang
93

seharusnya era sekarang. Misal deh, dalam hal


kedisiplinan, kami mencoba memberikan contoh
hal kecil soal waktu, kami masuk jam 06.45 jadi
guru itu harus sudah ada paling tidak 06.30, telat-
telat kurang 5 menit harus sudah masuk. Dan
kami menuntut kinerja kami misalnya dari
dituntut untuk lebih baik dalam mengelola dan
mengontrol kelas dan juga pelajar dengan baik,
menilai dan juga mengajarkan kepribadian yang
baik. kami juga di tuntut memberikan pelayanan
dengan seharusnya tidak ada kekerasan juga tidak
terlalu memanjakan pelajar. Sikap guru itu gak
boleh kasar, harus lemah lembut tapi tidak juga
memanjakan.” 24
Dengan tahap kedua, kinerja akan menjadi

pelakasanaan proses belajar mengajar. Adapun upaya-upaya

yang sudah dilakukan guru di MTS YASPINA diharapkan

dapat menjadi contoh dan memberikan pembelajaran yang

sesuai. Tidak hanya itu, dalam proses pelaksanaan

pembelajaran belajar mengajar.

Dalam proses belajar mengajar langsung, tenaga

pendidik banyak dituntut mulai dari kedisiplinan dan dalam

pengelolaan kelas juga murid. Hal ini ditegaskan oleh ibu

Yuli Utami sebagai salah satu tenaga pendidik di MTS

YASPINA Rempoa, yaitu:

“Dari proses nya itu, banyak hal yang harus


dilakukan tenaga pendidik, selain menguasai
materi. Kami pun berusaha mengelola kelas dan
murid dengan baik, kami berusaha menjalin
komunikasi dengan siswa dan wali murid dengan

24
Ibid.
94

baik, itu kan untuk kelancaran proses mengajar.


Tidak hanya itu, hubungan dengan guru pun
menjadi upaya. Kenapa? Karena kan ketika kita
dilingkungan sekolah, terus komunikasinya baik-
baik saja dengan semua, ke tenaga pendiidk yang
lain itu gak stres, gak beban. Coba kalo
komunikasi gak baik, di kelas malah mikirin hal
di luar mata pelajaran yang sedang diajarkan.”25
Menjadi keharusan bagi tenaga pendidik

melakukan segala bentuk upaya sebagai bentuk uasaha yang

dilakukan demi mencapai tujuan proses belajar mengajar yang

baik dan tepat. Memelihara hubungan baik dengan wali murid

menjadi upaya selalu dilakukan tenaga pendidik di MTS

YASPINA Rempoa Tangerang Selatan.

Guru pun berusaha menciptakan dan memelihara

hubungan antar sesama guru, maupun murid dalam atau luar

kelas. Memberikan pengejaran atau metode yang menarik pun

dilakukan oleh para tenaga pendidik di MTS YASPINA

Tangerang Selatan bahkan bersedia menjadi teman, sebagai

bentuk pendekatan yang dilakukan. Dan pernyataannya yaitu:

“Semua guru mau d sukai murid. Ya usaha kita


dengan memberikan metode atau pengajarannya
dengan menarik, tetapi kembali lagi. Tidak semua
siswa sama dan menyukai ketika dalam kelas.
Memberikan pengajaran bukan hanya saat belajar
saja ya ka, tetepi ketika di luar mata pelajaran
juga, nah d situ kami sllu memberikan contoh
atau menjadi teladan yang baik, contohnya selain
itu, kami mengingatkan dna memperbaiki
kesalahan siswa, yang boleh dilakukan ya boleh,

25
Ibid.
95

yang tidak ya jangan. Kami memperhatikan


perkembangan siswa ka setiap harinya. Dan
memberikan ruang atau kami juga berusaha
menjadi tempat curhatnya mereka. Karena kalau
sudah nyaman mereka gak segan lagi cerita.
Sehingga kami tau yang harus dilakukan apa
terus berpengaruh tidak dengan pembelajaran dia
di sekolah. Begitu kira-kira.”26
b) Tahap Sesudah Melakukan Pengajaran

Tahap yang ketiga yang menjadi penilaian bagi

kinerja tenaga pendidik, tenaga pendidik di MTS YASPINA

melakukan evaluasi kinerja, atau dengan memberikan

informasi 3 bulan sekali kepada kepala sekolah. Guna di nilai

kinerja kekurangan dan keberhasilan kinerja selama proses

belajar mengajar, dan dalam wawancara tersebut di tegaskan,

yaitu:

“Setelahnya, kami melakukan evaluasi. Sebagai


bentuk informasi dari kinerja kami. Kekuarangan
atau keberhasilannya kan jadi terlihat. Selain dari
penialaian yang dilakukan bapak kepala sekolah
melalui observasi atau kunjungan kelas itu.”27
Selain melakukan evaluasi terhadap kinerjanya,

tenaga pendidik di MTS YASPINA melakukan evaluasi dan

menilai sejauh mana implementasi dari pengajaran tenaga

pendidik yang telah berhasil di implementasi siswa, atau

menilai siswa dalam keberhasilan belajarnya. Mulai dari

perkembangan, kedisiplinan, keaktifan, ke seriusan dalam

26
Ibid.
27
Ibid.
96

belajar dan lain sebagainya, dalam hal ini ditegaskan pula

oleh ibu yuli sebagai berikut:

“Setelah melakukan proses belajar mengajar, ada


proses setelah pengajaran, melakukan evaluasi
terhadap kinerja kami, melakukan penilaian
terhadap siswa. Siswanya sudah disiplin atau
masih banyak yang tidak tepat aturan, siswanya
bisa mengimplementasikan ilmu dari yang kami
ajarkan atau tidak. Atau ada faktor lain yang
membuat siswa sulit belajar. Pokoknya menilai
kinerja dan menilai siswa. Setelah dilakukannya
proses belajar mengajar.”28
Dalam hal ini tenaga pendidik di MTS YASPINA

Rempoa melakuakn penilaian yang fair dalam penjenjangan

dan penentu peringkat bari siswa. Karena penilain yang Fair

harus dilakukan, bukan hanya apresiasi bagi siswa tetapi

menjadi kepercayaan bagi wali murid karena bentuk

kepercayaan pun dapat dinilai ketika para tenaga pendidik

memberikan penilaian yang seharusnya dan pantas dibagi

siswa.

2. Faktor Penghambat dan Pendukung Upaya Kepala Sekolah

dalam Meningkatkan Kinerja Guru

Pada dasarnya kinerja dari seseorang merupakan hal yang

bersifat individu karena masing-masing dari karyawan mempunyai

tingkat kemampuan yang berbeda. Kinerja tenaga pangajar tergantung

pada kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang

28
Ibid
97

diperoleh. Dan yang menjadi faktor tenaga pendidik meliputi:

pengetahuan, keterampilan.

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, adapun faktor-

faktor yang mempengaruhi kinerja guru di MTS YASPINA,Faktor

pendukung dan penghambat dari upaya kepala sekolah dalam

meningkatkan kinerja guru di MTS YASPINA Rempoa Tangerang

Selatan, hasil yang diperoleh selama penelitian berlangsung akan

dideskripsikan secara lebih jelas, sebagai berikut:

a. Faktor Penghambat Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan

Kinerja Guru

Adapun faktor penghambat kepala sekolah dalam

meniningkatkan kinerja tenaga pendidiknya di MTS YASPINA

Rempoa Tangerang Selatan, yaitu meliputi:

1) Sedikitnya jumlah guru dan karyawan yang berstatus PNS atau

pegawai Negeri Sipil dibandingkan dengan guru honorer, dan

berpengaruh pada rendahnya penghasilan guru honor. Sehingga

berpengaruh pada kinerja guru, kurang maksimal dalam

memberikan pengabdian yang terbaik bagi sekolah. hal ini

ditegaskan oleh bapak kepala sekolah di MTS YASPINA

Rempoa Tangerang Selatan, yaitu:

“Disini belum banyak tenaga pendidiknya, ya


mungkin ini menjadi faktor penghambat bagi kami.
Tetapi kami melakukan semaksimal mungkin sebaik
mungkin tugas kami. Dan saya tetap harus
memperhatikan tenaga pendidik yang sudah
98

mengabdi di sini. Memang kurangnya tenaga


pendidik sangat berdampak ya, pada kinerjanya juga
nanti berkurang. Tetapi sejauh ini alhamdulillahnya
kinerja pendidik tetap masih dalam standar yang
baik menurut saya”.29
Dalam hal ini bapak Moh. Husni Thamrin S.Sos

selaku kepala sekolah MTS YASPINA Rempoa Tangerang

Selatan, bahwa dengan keterbatasan tenaga pendidik,

diusahakan tetap memberikan pelayanan dan pengabdian yang

maksimal. Dan menjadi penyemangat atau pondorong dilakukan

oleh bapak Moh. Thamrin. Selain itu, bapak Moh. Thamrin juga

membantu tenaga pendidik jika ada yang mengalami kesulitan

dan membutuhkan bantuan.

“Diawal pagi seperti biasa saya berkeliling. Selain


untuk memantau disini pula tugas dan perhatian
yang saya berikan kepala tenaga pendidik, agar
meminimalisir faktor penghambar kinerja. Ya
contohnya membantu tenaga pendidik yang
membutuhkan bantuan. Tetap memberikan motivasi
bahwa mereka yang telah diberikan tugas dan
dengan keterbatasan tenaga pendidik. Harus tetap
menjalankan tugas dengan seharusnya”. 30
Memantau dan berkeliling di awal masuk proses

belajar mnegajar atau saat proses belajar mengajar dilakukan

adalah menjadi bentuk dari upaya meminimalisir faktor

penghambat bagi guru yang dilakukukan oleh bapak Moh.

Thamrin selaku kepala sekolah.

29
Ibid.
30
Ibid.
99

2) Manajemen waktu para guru yang belum optimal antara tugas-

tugas disekolah dan tugas di luar sekolah, seperti tugas-tugas

dirumah. Dikarenakan sebagian guru adalah sudah berkeluarga,

dan memiliki peran serta tugas diluar sekolah. Hal ini sering

menjadi alasan bagi sebagian guru belum menyelesaikan tugas

yang menjadi tanggung jawabnya disekolah. Hal ini di nyatakan

oleh bapak kepala sekolah, yaitu:

“Kadang ada sebgaian guru yang lupa harus segera


membuat metode untuk mengajar di hari berikutnya,
atau mneyiapkan kebutuhan. Karena beralasan lupa
atau tidak sempat ketika dirumah. Karena kan sudah
tahu pasti, sebagian guru adalah yang sudah
berumah tangga. Jadi mereka juga memiliki
tanggung jawab diluar sekolah. hal wajar ya sekali
dua kali. Tetapi tetap selalu diingatkan, jangan
sampai anak murid terlantar apalagi sampai tidak
mendapatkan hak mendapatkan pengajaran yang
seharusnya. Jadi saya selalu menekankan, tidak
melupakan urusan di keluarganya, tetapi tidak juga
mengabaikan tugas dan tanggung jawanya selaku
guru di sini.”31
3) Kemampuan Pembawaan
Kemampuan yang harus dimiliki seorang tenaga

pengajar karena kemampuan Ability atau disebut dengan

kemampuan pembawaan terdiri atas kemampuan potensi

pendidikan (Knowledge) dan keterampilan (Skill), dengan kata

lain pendidikan yang memadai dan terampil dalam mengerjakan

pekerjaan sehari-hari maka akan lebih mudah mencapai kinerja

yang maksimal dengan skill yang telah dimiliki, dan tenaga

31
Ibid.
100

pendidik di MTS YASPINA telah memenuhi syarat dasar,

karena tenaga pendidik di MTS YASPINA adalah mempunyai

latar belakang pendidikan yang sesuai atau mereka yang

berpengalaman di dunia pendidikan. Hal ini ditegaskan oleh ibu

dengan bapak Moh.Husni Thamrin S.Sos selaku kepala sekolah

MTS YASPINA Rempoa Tangeran Selatan, dan ibu Yuli Ambar

Utami, S.Pd selaku waka Kesiswaan di MTS YASPINA

Rempoa, yaitu:

“Sebelum kita jadi tenaga pengajar, kami pasti di


lihat riwatyat pendidikan, jurusanya apa kalo emang
kuliah, dan jelas tenaga pendidikan harus mempunya
keahlian atau skill lah itu, kemampuan yang dibawa
itu pasti menjadi penilaian awal bagi sekolah, kita
ahli dalam bidang apa, menguasai apa. Itu jelas
dinilai kan, dan memang harus punya, dan menurut
saya pun semua tenaga pendidik pun pasti memiliki
kemampuan bawaan, atau keahliannya”. 32
Kemampuan merupakan hasil kerja yang dicapai

seseorang tenaga pendidik dalam melaksanakan tugas-tugas

yang akan diberikan atau dibebankan, dan tenaga pendidik di

MTS YASPINA kesempatan bagi tenaga pendidik

mengembangkan kemampuan yang mereka miliki.

Selain itu, bentuk kemampuan individu seperti

pengetahuan dasar mengenai bidang pendidikan, keterampilan,

kemampuan, kepercayaan diri, motivasi ataupun komitmen yang

dimiliki oleh setiap individu, dan sebagai tenaga pengajar harus

32
Ibid.
101

memiliki kemampuan dasar sebalum melaksanakan proses

belajar mengajar. Bapak Moh.Thamrin menegaskan

bahwasanya, kemampuan yang harus dimiliki mulai dari

beberapa hal, diantaranya penguasaan kelas, mengetahui

bagaimana melasanakan tugasnya yang sudah dibuat di RPP dan

silabusnya, dan beliau menegaskan yaitu:

“Sangat penting memiliki kemampuan bawaan untuk


menunjang peroses belajar mengajar. Dan di sekolah
kami alhamdulillah setiap tenaga pengajarnya di
haruskan memiliki kemampuan dasar atau
kemampuan bawaan, walaupun memang pasti
berbeda, tetapi mereka pun harus mengetahui sejauh
mana tugas dan peran tenaga pendidik, sehingga
tidak menyulitkan proses belajar mengajar yang
akan di bebankan kepada seorang tenaga pendidik
disini.”33
Faktor yang menjadi kendala bagi setiap tenaga

adalah di pertanyakannya kemampuan dasar, bagaimana cara

mengelola kelas dan siswa, sebelum mereka mendapatkan

kendala dalam kelas. Maka, sekolah menuntut adanya

pengalaman pendidikan sebagai bentuk awal dari keberhasilan

mengajar. Dan memudahkan proses belajar mengajar, selain

itupun kinerja guru tidak terlalu menjadi permasalahan bersar.

Selain itu, bukan hanya pernyataan di atas saja yang

menjadi faktor dalam kemampuan kepribadian pun dapat

menjadi faktor seseorang tidak secara maksimal dalam

33
Moh.Husni Thamrin S.Sos. Op.Cit
102

kinerjanya. Dan bapak Moh.Thamrin memberi pernyataannya,

yaitu:

“Ilmu pengetahuan iya, tetapi kan dalam


kemampuan juga bukan soal itu saja, ada yang
namanya kemampuan kepribadian, itu jelas ya.
Karena kan tenaga pendidik adalah faktor utama
dalam didikan selain orang tua, jadi harus memiliki
kepribadian yang baik, yang berakhlak mulia,
beriman, disiplin, bertanggung jawab, peka, objektif,
kritis, kreatif, berwawasan luas, mau
mengembangkan kemampuannya dalam akademik
dll. Kalau tidak begitu, itu bisa berpengaruh sama
kinerjanya. Tetapi di sini alhamdulilah kurang
lebihnya sesuai lah dengan yang seharusnya.
Memiliki kemampuan dasar dan memiliki
kemampuan kepribadian yang baik tentunya, sejauh
sama memantau pengelolaan kelas juga mereka
bisa”34
Dan ibu Yuli juga menegaskan dalam

wawancaranya, yaitu:

“Di jaman sekarang tuh gak bisa sama yang


namanya kekerasan, kita pun dinilai ya sama murid.
Penyebab banget kalau kita sebagai guru tidak
memiliki jiwa asuh, maksudnya harus medidik,
mendidik nya pun dengan yang seperti apa dulu
kan”.35
4) Lingkungan Tempat Kerja

Lingkungan dapat menjadi faktor utama, karena

lingkungan yang sesuai dapat menambah kenyaman ataupun

ketidaknyamanan proses belajar mengajar. Dan memberikan

kenyamanan atau tidaknya bagi tenaga pendidik, sehingga

34
Ibid.
35
Yuli Ambar Utami, S.Pd. Op.Cit
103

tenaga pendidik dapat memebrikan pelayanan dengan baik dan

melakukan proses belajar mengajar dengan jauh lebih baik. Dan

hal ini di tegaskan oleh bapak kepala sekolah mengenai

lingkungan tempat kerja yang harus sesuai tidak hanya demi

kenyamanan melainkan kelengkapan yang membantu proses

belajar mengajar diskolah. Dan bapak Moh.Thamrin

menegaskan, yaitu:

“Sesuai dengan yang seharusnya kak, lingkungan


kerja itu memang betul sangat berpengaruh terhadap
kenyaman, kinerja pendidik, kenyaman siswa dalam
proses belajar mengajar. Misalnya, kalo alatnya
kurang padahal itu sedang dibutuhkan, atau
tempatnya kotor membuat bau semua ruangan itu
jadi berpengaruh kan terhadap kenyamanan”.36
Dalam lingkungan kerja diartikan juga dalam iklim

atau suasana kerja yang berhubungan dengan hubungan antar

manusia (human relation), tetapi juga dapat diartikan suasana

dalam arti fisik, tempat kerja yang luas, bersih, sehat, dan

membuat tenaga pendidik merasa betah dalam mengajar, dimana

dapat mempengaruhi disiplin dan kinerja kerja. Lingkungan

kerja yang menyenangkan mungkin dapat menjadi kunci

pendorong bagi para pekerja untuk menghasilkan kinerja yang

baik. Dimana suasana lingkungan kerja juga dapat diartikan

sebagai serangkaian sifat lingkungan kerja yang dapat diukur

berdasarkan persepsi kolektif dari orang-orang yang hidup dan

36
Ibid.
104

bekerja di dalam lingkungan tersebut, dan diperhatikan untuk

mempengaruhi motivasi tenaga pendidik

b. Faktor Pendukung Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan

Kinerja Guru

1) Tingginya rasa Kebersamaan dan Kekeluargaan yang Terjalin di

Lingkungan Sekolah

Dapat terjalinya komunikasi yang baik seluruh pihak

yang berada di lingkungan sekolah adalah bentuk keberhasilan

dari upaya yang dilakukan oleh masing-masing pihak agar

proses belajar mengajar lebih maksimal terutama upaya yang

telah dilakukan oleh bapak Moh.Thamrin selaku kepala sekolah.

karena jika komunikasi yang baik terjalin, para guru lebih

nyaman dan adanya dedikasi tinggi terhadap tanggung jawab

dan melaksanakan tugas-tugasnya disekolah. Hal ini berdampak

baik pada kinerja guru tersebut. hal ini ditegaskan oleh bapak

Moh.Thamrin selaku kepala sekolah di MTS YASPINA

Rempoa Tangerang Selatan, yaitu:

“Kenapa komunikasi itu penting, ya karena itu akan


berdampak panjang pada kinerja dari masing-masing
tenaga pendidik termasuk saya. Karena dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab kita
membutuhkan lingkungan yang bersahabat, yang
nyaman. Dan jika komunikasi di lingkungan sekolah
baik, saya pun merasa bahwa upaya yang saya
lakukan atau yang kami semua lakukan berarti
105

sesuai target, karena itu akan berdampak positif bagi


kami juga bagi kinerja kami kak”. 37
Pada dasarnya, komunikasi yang terjalin baik atau

buruknya adalah tergantung pada masing-masing pihak, tetapi

harus ada pihak yang dapat melaksanakan upaya menjalin

hubungan baik dengan pihak lain. Contohnya adalah upaya yang

dilakukan oleh bapak kepala sekolah MTS YASPINA, sehingga

membuat lingkungan kerja atau sekolah lebih nyaman.

“Dulu kalau ketemu kan nyapa, sekarang mulai dari


diterapkannya online jadi proses belajar mengajar
dilakukan di rumah, tidak membuat saya atau tenaga
pendidik yang lain komunikasinya renggang. Tetap
saja, saya pun menanyakan kenadala atau evaluasi
tetap dilakukan. Justru banyak tantangan pada saat
ini ya, itu membuat kami bahkan semakin baik
komunikasinya walaupun lewat sosial media.”38
Komunikasi dibentuk bukan hanya pada saat

bertatap muka atau berinteraksi langsung, komunikasi dapat

tetap terjalin dengan baik melalui sosial media. Dikarenakan

upaya pemerintah menangani pandemik saat ini. Dan hal yang

komunikasi yang dilakukan oleh para tenaga pendidik juga

kepala sekolah saat menjalin komunikasi lewat sosial media

adalah membuat grup WhatsApp agar lebih memudahkan para

guru mengevaluasi kinerjanya ataupun yang mengalami kendala.

Hal ini juga dikatakan oleh bapak kepala sekolah yaitu:

“Sudah pasti ada hal-hal yang harus kita lakukan


agar komunikasi tetap terjalin, ya salah satunya

37
Ibid.
38
Ibid.
106

dengan membuat grup WhatsApp. Tujuannya


memudahkan semuanya saja agar komunikasi
berjalan baik, tugas tetap terlankasana dan terpantau,
sistem kita tetap berjalan, yang terpenting agar
proses belajar mengajar tidak terkendala”.39

2) Adanya Kemauan Belajar yang Tinggi pada Tenaga Pendidik

Pencapaian tujuan akan berhasil jika semua pihak dapat

bekerjasama dan melakukan masing-masing tugas dengan

seharusnya.

Begitupun dengan upaya yang dilakukan oleh bapak

kepala sekolah juga para tenaga pendidik dalam meningkatkan

kinerjanya. Ketika upaya telah dilakukan oleh kepala sekolah

maka, tenaga pendidik harus memiliki dorongan pribadi untuk

membantu mencapai tujuan kepala sekolah itu sendiri. Salah

satunya adalah dengan adanya kemauan dari tenaga pendidik

untuk mengembangkan kemampuannya. Jika kemampuan para

tenaga pendidik sangat membantu dalam proses belajar

mengajar akan terjadi pula pada kinerja yang dilakukan oleh

masing-masing tenaga pendidik. Dan hal ini berdampak sangat

baik bagi proses belajar mengajar.

“Kemauan belajar atau mengembangkan


kemampuan tenaga pendidik disini alhamdulillah
sangat tinggi. Pada saat ada kesempatan untuk
mengikuti seminar atau pelatihan mengenai
pengembangan atau hal-hal yang berhubungan
dengan kualitas tenaga pendidik, responnya sangat

39
Ibid.
107

baik. Langsung ada yang mau mengikuti. Bukan


hanya untuk sekolah saja tetapi hal itu juga untuk
dirinya juga masa depannya. Ya jika ada kesempatan
itu saya mendukung, dan saya kasih izin”.40
Kemauan yang sangat untuk belajar dan

mengembangkan wawasannya adalah upaya yang dapat

berdampak bersar pada kinerja dari tenaga pendidik, selain

mengikuti pelatihan yang sudah terjadwal, tenaga pendidik juga

membiasakan membaca hal-hal yang dapat menambah wawasan

juga dapat mengembangkan kemampuannya. Karena membaca

bukan ditekankan hanya pada siswa yang sedang belajar, tenaga

pendidik pun urut serta menjadi bagian penting dalam proses

belajar mengajar.

3) Tingginya Komitmen Kepala Sekolah dalam Meningkatkan

Mutu Sekolah

Peranan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu

pendidikan sangatlah penting, karena akan mempengaruhi

berhasil dan tidaknya mulu pendidikan itu sendiri. Dengan

demikian bapak Moh. Thamrin selaku kepala sekolah di MTS

YASPINA melakukan peningkatan mutu pendidikannya.

Khususnya dalam peningkatan kinerja tenaga pendidik dan

prestasi belajar peserta didik, misalnya dengan mengikutsertaan

guru-guru dalam pendidikan lanjutan dengan cara mendorong

para guru untuk memulai aktif dan berprestasi.

40
Ibid.
108

“Kepala sekolah menjadi peran utama dalam


memberikan kebijakan. Kepala sekolah bisa
dikatakan menjadi edukator yang tugasnya juga
membimbing guru, tenaga kependidikan, siswa
harus terus mengikuti perkembangan IPTEK jangan
GAPTEK, dan pastinya memberikan contoh teladan
yang baik. Terus kepala sekolah juga harus menjadi
manajer, sebagai administrator juga, menjadi
supervisor, harus bisa menjadi leader yang baik dan
profesional, lalu harus menjadi sebagai inovator dan
sekaligus menjadi motivator. Tujuannya untuk
meningkatkan mutu pendidikan yang terus akan
berkembang sesuai jaman. Maknya kepala sekolah
juga dituntut bukan hanya siswa yang dituntut
belajar agar pintar, guru ditunut melakukan tugasnya
dengan baik agar kinerjanya juga bagus, kepala
sekolahpun dituntut haru memiliki kemampuan
untuk mentrasformasikan ide atau recana-rencana
yang dibuat menjadi kenyatan. Salah satunya
melakukan berbagai macam upaya”. 41
Dalam hal ini, sebagai kepala sekolah meningkatkan

kemampuan mutu pendidikan akan mudah terlaksana jika semua

pihak dapat bekerjasama, saling bertanggung jawab atas tugas

yang diberikan kepada masing-masing dan memiliki tujuan yang

sama. Agar mutu pendidikan terus meningkat dengan lebih baik

lagi.

4) Kemampuan yang dapat Dikembangkan

Mendapatkan tugas yang harus dijalankan sebagai

seorang tenaga pendidik, harus memiiliki kemampuan sebalum

ia mengajarkan banyal hal pada siswa. Kemampuan dasar yang

sudah dimiliki seorang tenaga pendidik dapat dikembangkan

41
Ibid.
109

dalam proses pengajarannya. Kemampuan dalam bidang studi

seperti: pemahaman karakteristik dan isi bahan yang akan di

ajarkan, menguasai konsepnya, mengetahui metode ilmu yang

bersangkutan, dan lain sebagainya. Agar tenaga pendidik

mampu mengembangkan kemampuan dalam biang akademik

maka tidak hanya mempersiapkan di awal sebelum

dilakukannya proses belajar mengajar, tetapi mmebiasakan diri

dengan membaca buku, dan ditegaskan oleh ibu yuli sebagai

berikut:

“Harus, kemampuan akademik memang harus di


kembangkan, dengan apa? Ya dengan membiasakan
diri membaca buku, terus belajar kalau ada yang
tidak kita faham. Karena kebanyakan dari guru
jaman sekarang itu merasa lebih santai. Karena anak
muridnya sudah banyak belajar melalui teknologi,
apalagi kan sekarang pandemik, banyak d ajarkan
lewat orang tuanya juga. Dan lupa kita sebagai guru
juga harus tetap belajar.”42
Faktor dari ketidak berhasilannya peroses

pendidikan salah satunya karena kinerja dari para tenaga

pendidik terhambat atau menurun dengan beberapa faktor, salah

satunya adalah menganggap tidak perlu mengembangkan ilmu

pengetahuannya, malas membaca buku dan menganggap mampu

tanpa harus mempersiapkan pengetahuan yang akan di ajarkan.

Apalagi dalam pandemik ini, para guru atau tenaga pendidik

melakukan pengajaran secara langsung dengan murid ataupun

42
Ibid.
110

melalui orangtua, tetapi bantuan dari orangtua tidak

mengharuskan para tenaga pendidik tetap merasa aman dalam

proses belajar mengajarnya, sejatinya tenaga pendidik tetap

harus memantau dan membimbing selama proses belajar

mengajar.

5) Insentif Material dan Non-Material

Incentive dikatakan sebagai motivasi dan dukungan

bagi tenaga pendidik, dan motivasi dianggap bersifat individu

karena seseorang dapat termotivasi oleh berbagai pengaruh.

Salah satunya dengan diberikannya incentive atau imbalan. Hal

ini dapat mendorong para tenaga pendidik untuk menjadi lebih

produktif dalam proses belajar mengajarnya. Hal ini menjadi

sala satu faktor kinerja tenaga pendidik. Dan incentive diberikan

sebagai penyemangat juga penghargaan bagi tenaga pendidik

yang memang dianggap layak diberikan. Incentive menjadi

pendekatan tidak langsung bagi kepala sekolah kepada tenaga

pendidik.

“Ya bentuk motivasinya bermacam-macam, salah


satunya diberikan insetif, kalau rajin dan teladan ada
insentifnya, apalagi yang masih muda-muda. Masih
semangat kan, suka tantangan. Dan dukungan yang
kami berikan itu yang tadi bersifat moril maupun
materil.”43
Motivasi menjadi suatu energi yang menggerakan

diri tenaga pendidik dalam melakukan tugasnya. Motivasi juga

43
Moh.Husni Thamrin S.Sos. Op.Cit
111

merupakan usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang

atau kelompok orang tertentu bergerak melakukan sesuatu

karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau

mendapatkan kepuasan dengan perbuatannya. Dan sebagai

kepala sekolah memberikan motivasi berupa insentif ataupun

dorongan lainnya menjadi uasaha selanjutnya dalam

meningkatkan kinerja tenaga pendidik, karena motivasi menjadi

faktor terkuat bagi seseorang dapat melakukan tugasnya dengan

baik.

Selain perihal motivasi atau dorongan saja. Kepala

sekolah juga memberikan sanksi terhadap tenaga pendidik yang

tidak mentaati peraturan. Juga tidak baik dalam memberikan

pembelajaran para proses belajar mengajar. Dan berikut

penegasan dari bapak Moh. Thamrin:

“Apresiasi diberikan pada guru yang memang baik


ya, yang pantas diberikan apresiasi lebih dari guru
yang lain. tetapi jika ada guru yang memang
sebaliknya, atau tidak menjalankan tugas dengan
baik, ya diberikan peringatan terlebih dahulu. Tetapi
sejauh ini semua tenaga pengajar merespon baik jika
saya berikan pengarahan. Dan belum ada yang
melampaui batas ya. Masih hal wajar misalnya, telat
tetapi memang ada alasan.”44
Kepentingan terhadap faktor dari apa yang menjadi

penyebab kinerja tenaga pendidik menurun dan meningkat

adalah bagaimana kepala sekolah dapat mengelola atau

44
Ibid.
112

memenajemen dengan baik setiap hal yang berkaitan dengan

lingkungan sekolah, program dan lain sebagainya. di MTS

YASPINA Rempoa, Moh. Thamrin melakukan apresiasi untuk

tenaga pendidik yang memang lebih unggul dari tenaga pendidik

yang lain.

6) Evaluasi yang dilakukan tenaga pendidik setelah dilakukannya

proses belajar mengajar, melakukan penialain di dalam ruang

kelas hingga saat ujian akhir nasional sekolah hanya

menekankan pada anak didik dan tenaga pendidik jika tenaga

pendidik tidak melakukan perencanaan diawal tidak mengelola

dan menilai dengan seharusnya. Maka evaluasi dilakukan

sebagai bentuk informasi sehingga mengetahui kekuarangan dan

ketepatan dalam proses belajar mengajar. Adapun hal yang

ditegsakan oleh bapak Moh. Thamrin selaku kepala sekolah di

MTS YASPINA Rempoa, yaitu:

“Setiap lembaga pasti melakukan evaluasi sebagai


bentuk penilaian secara tidak langsung terhadap
kinerja dari tenaga pendidik selama yang telah di
beri tugas. Di MTS YASPINA Rempo melakukan
evaluasi 3 bulan sekali dan bisa saja melakukan
evaluasi yang tidak tertulis ya, jika ada hal-hal yang
harus d musyawarahkan mengenai kinerja tenaga
pendidik”.45
Menjadi keharusan bagi sekolah melakukan

evaluasi. Tidak hanya merencanakan program yang akan datang

45
Ibid.
113

melainkan mengetahui kinerja guru dan memperbaiki jika ada

yang tidak sesuai.

C. Pembahasan Temuan Penelitian

1. Upaya Kepala Sekolah dalam meningkatkan Kinerja Guru

Upaya menjadi trategi yang menjadi rencana akan

dilakukannya proses belajar mengajar. Dan pada saat dilakukan

wawancara mengenai upaya kepala sekolah dalam meningkatkan

kinerja guru banyak yang dapat dijadikan temuan termasuk upaya-

upaya yang telah dilakukan oleh bapak kepala sekolah. Adapun hasil

temuan penetian akan dibahas sebagai berikut:

a. Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru di MTS

YASPINA Rempoa Tangerang Selatan

1) Perencanaan Kepala Sekolah

Kepala sekolah memanajemen setiap hal yang

berkenaan dengan sekolah, termasuk dalam hal perencanaan.

Bapak Moh. Thamrin melakukan perencanaan mulai dari

penempatan dan bagaimana meningkatkan kinerja untuk para

pendidik.

a) Melakukan Rapat Program Kerja di Sekolah

Di MTS YASPINA Rempoa melakukan rapat

kerja program, tujuannya sebagai tareget atau pedoman

dalam target yang akan di capai, misalnya, melakukan


114

rancangan program-program yang harus ada untuk diikuti

oleh tenaga pendidik maupun siswa di lingkungan sekolah

tersebut.

b) Memberikan Tugas Kepada Guru Sesuai dengan

Kemampuan yang Dimiliki Guru

Dalam hal ini bapak Moh.Thamrin selaku kepala

sekolah di MTS YASPINA Rempoa perlu memberikan

tugas kepala tenaga pendidik sesuai dengan kemampuan

yang mereka miliki. Karena hal ini akan berpengaruh

terhadap kinerja dalam melakukan tugas belajar mengajar

di lingkungan sekolah. Tidak sesuai dalam memberikan

tugas akan menghambat proses belajar mengajar karena hal

itu akan menyulitkan tenaga pendidik.

c) Pengawasan dan Pemantauan Kerja Tenaga Pendidik atau

guru

Pengawasan tidak hanya dilakukan saat proses

belajar mengajar, bapak Moh. Thamrin melakukan

pengawasan mulai dari pembuatan silabus, RPP dan lain

sebagainya. Bertujuan agar perencanaan yang telah dibuat

oleh para tenaga pendidik memang sesuai dan tidak perlu di

perbaiki. Karena tahap selanjutnya akan berjalan dengan

baik selama proses perencanaan sebelum dilakukannya

proses belajar mengajar telah baik dan sesuai.


115

2) Pengorganisasian Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja

Guru

Pengorganisasian merekupakan kegiatan yang

mencakup seperti, menetapkan tugas yang harus dilakukan,

siapa yang akan ditunjuk dengan penempatan tugas sesuai

dengan kompetensi yang dimiliki, dan pada tahap ini kepala

sekolah melakukan pekerjaan-pekerjaan yang telah di

rencanakan dan memberikan tugas pada tenaga pendidik.

a) Penempatan (Pemberian Tugas) yang sesuai Kepada Guru

Maksud dari penempatan (pemberian tugas) yang

sesuai dengan guru adalah dimana guru tersebut

mendapatkan kepercayaan menjalankan tugas yang telah di

berikan oleh kepala sekolah. Namun bapak Moh. Thamrin

menempatkan guru pada satu bidang mata pelajaran

berusaha memberikan tugasnya sesuai dengan kemampuan

yang telah di miliki oleh tenaga pendidik tersebut. Hal ini

agar mempermudah dalam proses mengajar, karena tenaga

pendidik yang menguasai mata pelajaran tersebut akan

menjalankan tugasnya dengan lebih maksimal.

b) Melengkapi Sarana dan Prasarana di Sekolah

Sarana pendidikan adalah semua fasilitas atau

peralatan yang digunakan untuk mencapai tujuan secara

langsung sebagai penunjang kegiatan pembelajaran untuk


116

mencapai tujuan pendidikan. Karena pra sarana secara tidak

langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau proses

belajar mengajar, seperti halaman, kebun, ruang kantor,

ruang kelas, tempat parkir, toilet, dan sebagainya. Karena

sarana dan pra sarana bukan hanya memberikan

kenyamanan tetapi membantu dalam peroses belajar

mengajar. Sebagai kepala sekolah di MTS YASPINA

Rempoa bapak Moh. Thamrin berusaha memberikan sarana

dan pra sarana yang dibutuhkan oleh tenaga pendidik juga

pelajar di lingkungan sekolah.

3) Pelaksanaan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja

Guru

Ada pun upaya yang selanjutnya adalah melalui

pelaksanaan. Dengan melakukan upaya yang dapat

memeberikan dampak bagi meningkatkannya kinerja guru.

Dengan melakukan beberapa upaya dari kepala sekolah,

seperti:

a) Menjalin Kerjasama dengan Guru

Menjalin kerjasama dengna guru adalah upaya

yang perlu dilakukan, dan sebagai kepala sekolah dituntut

menjalin kerjasama dengan tenaga pendidik atau orang-

orang yang berada di lingkungan sekolah. Karena itu

berpengaruh penting terhadap proses belajar mengajar.


117

Menjalin kerjasama yaitu salah satunya adalah menjalin

komunikasi baik dengan tenaga pendidik ataupun siswa.

Dengan adanya komunikasi baik memberikan gambaran

bahwa tenaga pendidik bisa dengan leluasa meminta saran

atau program solving jika ada hal yang memang menjadi

kendala bagi tenaga pendidik.

b) Menjadi Contoh yang Baik

Dalam hal ini, Rasulullah SAW pun

memerintahkan bagi para pemimpin dapat menjadi contoh

yang baik bagi pengikutnya. Dalam hal ini kepala sekolah

berusha menjadi contoh yang baik dengan melakukan

tugasnya dengan baik dan profesional, memiliki sifat yang

berakhlak mulia. Karena setiap pemimpin akan menjadi

contoh utama bagi pengikutnya.

c) Memberikan Motivasi dan Dukungan untuk Tenaga

Pendidik

Selain memberikan kenyaman atau kelengkapan

dalam sarana dan prasarana, menjalin kerjasama yang baik

dengan tenaga pendidik, bapak Moh. Thamrin juga

berusaha memberikan motivasi ataupun dukungan.

Berbagai macam motivasi misalnya diberikannya insentif

kepada tenaga pendidik atas kinerja baik yang telah

dilakukan oleh tenaga pendidik.


118

d) Memberikan Pembinaan dan Bimbingan bagi Tenaga

Pendidik atau Guru

Bimbingan adalah satu hal yang perlu dilakukan

oleh para pemimpin, termasuk oleh bapak Moh. Thamrin

selaku kepala sekolah. Dan bapak Moh. Thamrin

memberikan bimbingan mulai dari perencanaan, dalam

proses pembelajaran yang sedang dilakukan tenaga

pendidik, ataupun setelah dilakukannya proses belajar

mengajar.

Di MTS YASPINA bapak Moh. Thamrin

melakukan bentuk bimbingan seperti mengikut sertakan

guru dalam pelatihan-pelatihan yang diadakan di kecamatan

ataupun kabupaten. Dalam melakukan pembinaan yang

menyangkut pembinaan terhadap perencanaan

pembelajaran kepala sekolah selalu mengecek perangkat

administrasi pembelajaran yang dibuat oleh guru. Selain itu

kepala sekolah mengadakan pertemuan untuk

mendiskusikan permasalahan yang terkait perencanaan

pembelajaran seperti pembuatan silabus dan RPP.

4) Pengawasan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru

Pengawasan menjadi proses pengendalian yang

dilakukan oleh bapak kepala sekolah. Pengawasan memberikan

nilai dari kinerja tenaga pendidik.


119

a) Melakukan Kunjungan Kelas

Bapak Moh.Thamrin selaku kepala sekolah perlu

melakukan kunjungan kelas dengan tujuan memberikan

pelayanan terhadap tenaga pendidik juga kepada siswa.

Selain ini bapak Moh. Thamrin melakukan bentuk

pengawasan, untuk mengetahui sejauh mana penguasaan

kelas dan penglolaan dalam kelas, dan menjadi bentuk

keberhasilan kinerja dari seorang tenaga pengajar dalam

menjalankan tugasnya. Menjadi kewajiban bagi kepala

sekolah mengawasi juga menilai kinerja tenaga pendidik.

b) Melakukan Observasi kelas

Dalam melakukan observasi kelas sama hal nya

dengan melakukan kunjungan kelas, namun bagi bapak

Moh. Thamrin dengan dilakukannya observasi kelas dapat

memantau kinerja dari tenaga pendidik juga dapat

mengetahui kelengkapan sarana dan pra sarana di

lingkungan sekolah. Dengan begitu proses dari upaya yang

dapat meningkatkan kinerja dapat terlihat ketika bapak

Moh. Thamrin melakukan observasi dengan menilai kinerja

pendidik.

c) Mengevaluasi Kinerja Guru

Evaluasi menjadi proses penyediaan informasi

untuk membuat keputusan atau rancangan perencanaan


120

program kedepannya. Evaluasi yang dilakuakan oleh kepala

sekolah di MTS YASPINA merupakan salah satu bentuk

pemberdayaan guru dalam proses mengetahui kinerja guru,

melihat data dan informasi beberapa bulan setelah

terlaksananya proses belajar mengajar disekolah.

Karena dalam proses ini, kepala sekolah akan

melakukan perencanaan untuk progran kerja sekolah dan

lain sebagainya.

b. Upaya Guru dalam meningkatkan Kinerjanya

Selain mengetahui upaya apa saja yang telah dilakukan

oleh kepala sekolah. peneliti juga perlu mengetahui upaya dari

guru dalam meningkatkan kinerjanya. Karena dalam hal ini ada

perencanaan yang akan dilakukan oleh seorang tenaga pendidik

dalam proses pencapaian belajar mengajar di sekolah. Adapun

upaya yang dilakukan oleh para tenaga pendidik adalah sebagai

berikut:

1) Melakukan Tahap Sebelum Pengajaran

Tenaga pendidik di MTS YASPINA Rempoa

Tangerang Selatan melakukan rancangan sebagai tahap awal

sebelum melakukan tugas mengajar. Seperti: melakuakan

perencanaan semeter, menyusun RAB, merancang pemilihan

metode yang akan diberikan kepada murid, dan menyiapkan


121

bahan atau alat yang akan digunakan saat melakukan proses

belajar mengajar. Tahap ini menjadi upaya awal yang dilakukan

oleh tenaga pendidik di MTS YASPINA karena pada tahap

perencanaan dianggap sangat penting sebelum melakukan

proses belajar mengajar. Karena dalam tahap perecanaan akan

berpengaruh jika tidak direncanakan dengan matang dan baik.

Selain itu, perencanaan dalam kesiapan mengajar

seperti, menguasai mata pelajaran yang akan diberikan juga

menjadi upaya awal yang harus dilakukan oleh para tenaga

pendidik di MTS YASPINA.

a) Tahap Pengajaran

Setelah melakukan berbagai perencanaan, upaya

yang selanjutnya harus diperhatikan dalam tahap pengajaran

adalah melakukan manajemen yang baik di dalam kelas

atau di lingkungan sekolah. dapat mengelola dan

mengontrol emosi sebagai bentuk dari upaya pengajaran

yang dilakukan oleh tenaga pendidik di MTS YASPINA.

Dalam proses pengajaran, guru dituntut menjadi

contoh baik selain kepala sekolah. Maka dari itu tenaga

pengajar di MTS YASPINA melakukan kerja dengan

sebaik mungkin, memberikan metode yang disukai

sehingga minat belajar siswa lebih meningkat, dan

menjadikan siswa lebih aktif dalam kelas. Memberikan


122

pengajaran atau metode yang menarik pun dilakukan oleh

para tenaga pendidik di MTS YASPINA Tangerang Selatan

bahkan bersedia menjadi teman, sebagai bentuk pendekatan

untuk proses belajar mengjara yang berhasil.

b) Tahap Sesudah Melakukan Pengajaran

Melakukan evaluasi terhadap kinerjanya sendiri

dilakukan oleh tenaga pendidik di MTS YASPINA, agar

dapat mengetahui sejauh mana harus dilakukannya

peningkatan kinerja pendidik. Tenaga pendidik di MTS

YASPINA melakukan evaluasi kinerja, atau dengan

memberikan informasi 3 bulan sekali kepada kepala

sekolah. Guna di nilai kinerja kekurangan dan keberhasilan

kinerja selama proses belajar mengajar. Menilai siswa

dengan Fair juga dilakukan oleh tenaga pendidik di MTS

YASPINA.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Upaya Kepala Sekolah dalam

Meningkatkan Kinerja Guru

a. Faktor Penghambat Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan

Kinerja Guru

Berdasarkan hasil temuan penelitian dan akan peneliti

bahas mengenai faktor penghambar upaya kepala sekolah dalam

meningkatkan kinerja guru, sebagai berikut:


123

1) Di MTS YAPINA Rempoa Tangerang Selatan jumlah guru dan

karyawan yang berstatus PNS atau pegawai Negeri Sipil lebih

sedikit dibandingkan dengan guru honorer, dan berpengaruh

pada rendahnya penghasilan guru honor.

Masing-masing tenaga pendidik mendapatkan tugas

mengjaar dalam satu mata pelajaran, tetapi mengajar

dibeberapa kelas. Hal ini mendeskripsikan bahwa di MTS

YASPINA masih membutuhkan tenaga pendidik tambahan

yang profesional.

Tetapi, dengan tenaga pendidik yang sudah ada dan

sudah diberikan tugas pada masing-masing mata pelajaran,

bapak Moh.Thamrin selaku kepala sekolah di MTS YASPINA

berusaha keras menutupi faktor yang dapat menghambat

kinerja guru itu sendiri, salah satunya tidak membebankan

tugas berlebihan pada tenaga pendidik, dan memberikan

kesempatan kepada tenaga pendidik mengajar sesuai dengan

keahlian yang dimiliki.

2) Manajemen waktu para guru yang belum optimal antara tugas-

tugas disekolah dan tugas di luar sekolah, seperti tugas-tugas

dirumah, hal ini menjadi faktor selanjutnya yang berdampak

pada mutu prndidikan juga pada kinerja guru itu sendiri.

Karena sebagian tenaga pendidik diMTS YASPINA sudah

berkeluarga ini menjadi perhatian penting bukan hanya untuk


124

kepala sekolah tetapi juga pada tenaga pendidik, yang tetap

harus profesional dalam menjalankan tugas-tugasnya.

3) Kemampuan pembawaan

Kemampuan pembawaan terdiri atas kemampuan

potensi pendidikan (Knowledge) dan keterampilan (Skill),

dengan kata lain pendidikan yang memadai dan terampil dalam

mengerjakan pekerjaan sehari-hari maka akan lebih mudah

mencapai kinerja yang maksimal dengan skill yang telah

dimiliki.

Dalam hal ini akan menjadi faktor utama, dimana

jika tidak ada Skill tapat menghambat tugas seorang tenaga

pendidik. Di MTS YASPINA seluruhnya adalah tenaga

pendidik dari latar belakang jurusan pendidikan. Karena ini

akan menghambat kinerja dan proses dari belajar mengajar di

sekolah dalam waktu dini ataupun jangka panjang.

Kemampuan bisa menjadi penentu dalam kesiapan

mengjaar seorang pendidik, karena di MTS YASPINA sangat

di perhatikan betul bukan hanya kemampuan bidang akademik

saja, melainkan keterampilan, kemampuan, kepercayaan diri,

motivasi ataupun komitmen yang dimiliki oleh setiap individu,

dan sebagai tenaga pengajar harus memiliki kemampuan dasar

sebalum melaksanakan proses belajar mengajar.


125

Dalam hal ini, kepala sekolah juga tenaga pendidik

yang bertugas menyeleksi tenaga pendidik baru, suatu upaya

yang dilakukan sebelum dilakukannya proses belajar mengajar

berjalan dengan rencana pengembangan kinerja pendidik.

4) Lingkungan Tempat Kerja

Merasa nyaman dalam pekerjaan akan meningkatkan

kinerja yang diberikan oleh seseorang termasuk tenaga

pendidik. Hal ini menjadi permasalahan besar, jika lingkungan

sekolah tidaklah sesuai dan tidak membantu tenaga pendidik

dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

Sarana dan pra sarana berusaha di lengkapi oleh

pihak sekolah. selalu memberikan pelayanan terhadap tenaga

pendidik jika di anggap perlu. Dan memberikan kesempatan

bagi tenaga pendidik untuk membuat lingkungannya menjadi

lebih nyaman. Seperti membuat meja dan ruangannya di hias

untuk lebih berwarna.

b. Faktor Pendukung Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan

Kinerja Guru

1) Tingginya rasa Kebersamaan dan Kekeluargaan yang Terjalin

di Lingkungan Sekolah

Pada upaya yang dilakukan oleh bapak Moh. Thamrin

selaku kepala sekolah adalah menjalin kerjasama dan

komunikasi yang baik dengan pihak-pihak yang berada


126

dilingkungan sekolah, dan ini akan berdampak baik pada

kinerja guru itu sendiri. Karena pada dasarnya jika lingkungan

nyaman dan hubungan kekeluargaan erat dalam sekolah

tersebut, akan mempengaruhi kualitas personal dari guru itu

sendiri.

2) Adanya Kemauan Belajar yang Tinggi pada Tenaga Pendidik

Pencapaian tujuan akan berhasil jika semua pihak dapat

bekerjasama dan melakukan masing-masing tugas dengan

seharusnya.

Kinerja guru merupakan hasil kemajuan dan prestasi

dalam melaksanakan pembelajaran, baik dalam merencanakan,

dalam melaksanakan proses pembelajaran maupun pada saat

evaluasi hasil pembelajaran. Karena itu, bapak Moh. Thamrin

beruupaya memberikan dukungan bagi tenaga pendidik untuk

terus mengembangkan potensi dan kemampuan mereka agar

lebih kreatif aktif dan inovatof. Karena guru adalah harapan

besar dalam berhasilnya proses belajar mengajar atau dalam

mutu pendidikan Nasional.

3) Tingginya Komitmen Kepala Sekolah dalam Meningkatkan

Mutu Sekolah, harus dilakukan untuk mencapai mutu

pendidikan Nasional. Dalam hal ini bapak Moh. Thamrin

menggerakan tenaga pendidik agar bekerjasama untuk

mencapai mutu pendidikan sekolah. Tidak hanya itu, kepala


127

sekolah melakukan upaya-upaya yang dapat meningkatkan

kinerja guru, salah satunya memberikan contoh baik yang di

harapkan dapat tertular pada tenaga pendidiknya.

4) Kemampuan yang dapat diKembangkan

Kemampuan yang dapat dikembangkan adalah

dalam bidang studi seperti: pemahaman karakteristik dan isi

bahan yang akan di ajarkan, menguasai konsepnya, mengetahui

metode ilmu yang bersangkutan, dan lain sebagainya. Agar

tenaga pendidik mampu mengembangkan kemampuan dalam

biang akademik maka tidak hanya mempersiapkan di awal

sebelum dilakukannya proses belajar mengajar, tetapi

mmebiasakan diri dengan membaca buku.

Dan tenaga pendidik di MTS YASPINA berusaha

bekerjasama dengan seklah lain. Berupaya meningkatkan

kemampuan tenaga pendidik.

Dan dalam hal ini pula kepala sekolah selalu

memberikan infirmasi juga kesempatan bagi tenaga pendidik

yang ingin mengikuti pelatihan.

5) Insentif Material dan Non-material

Faktor yang menjadi dapat meningkatkan atau justru

menurunkan kinerja tenaga pendidik selanjutnya adalah dalam

hal insentif. Karena banyak para guru yang bergantung pada

pekerjaannya sebagai guru. Maka di berikannya motivasi oleh


128

pihak sekolah sebagai bentuk apresiasi jika ada tenaga pendidik

yang menang menjalankan tuugas dengan benar, serta

bertanggung jawab atas pekerjaannya.

6) Evaluasi

Evaluasi menjadi salah satu informasi bagi

penilaian kinerja guru. Hal itu telah dilakukan oleh pihak

sekolah. Dengan tujuan meningkatkan kinerja, maka harus

mengetahui kekurangan dalam proses belajar mengajar yang

telah di tugaskan kepada tenaga pendidik. Dalam hal menilai

siswa, saat merancang silabus atau RPP ataupun saat proses

belajar belajar dilakukan.

Menjadi keharusan bagi sekolah melakukan

evaluasi. Tidak hanya merencanakan program yang akan

datang melainkan mengetahui kinerja guru dan memperbaiki

jika ada yang tidak sesuai. Dan pihak sekolah melakukan

evaluasi 3 bulan sekali, tetapi jika ada hal yang harus di

evaluasi mengenai kinerja ataupun mengenai proses belajar

mengajar yang lainnya, akan di ecaluasi dan di

musyawarahkan. Karena pihak sekolah pun ada program

solving.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian kualitatif dengan teknik wawancara,

observasi, dan dokumentasi yang dilakukan di MTS YASPINA Rempoa

Tangerang Selatan tentang “Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan

Kinerja Guru” dapat diambil beberapa kesimpulan. Maka kesimpulan

tersebut peneliti paparkan sebagai berikut:

1. Yang telah dilakukan oleh kepala sekolah adalah dengan melakukan

upaya-upaya yang baik dalam meningkatkan kinerja, mulai dari

melakukan perencanaan sebelum dilakukannya proses belajar

mengajar seperti melakukan rapat program kerja sekolah, memberikan

tugas kepada guru sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, dan

dengan melakukan pengawasan kinerja guru. Selain itu, upaya dalam

pengorganisasian dilakukan guna meningkatkan kinerja guru, seperti

menempatkan dan memberikan tugas yang sesuai dengan kemampuan

dari guru tersebut, melengkapi sarana dan prasarana, dan kepala

sekolah melakukan upaya secara internal dengan menjalin kerjasama

atau hubungan yang baik dengan tenaga pendidik, memberikan

kesempatan belajar mnegembangkan kemampuan para tenaga

pendidik.

2. Faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam meningkatkan

kinerja guru di MTS YASPINA REMPOA Tangerang Selatan. Yaitu,

129
130

tenaga pendidik di MTS YASPINA yang masing-masing diberikan

satu mata pelajaran tetapi memberikan pengajaran di beberapa kelas

yang berbeda, hal ini dapat dikatakan bahwa MTS YASPINA masih

membutuhkan beberapa guru profesional yang dapat membantu untuk

proses belajar mengajar, adapun faktor pendukung selain pada kulaitas

guru yang berkeinginan mengembangkan kemampuannya juga yang

telah terjalinnya komunikasi yang baik karena kerjasama yang

dilakukan para tenaga pendidik juga kepala seolah. Faktor yang

menjadi penghambat ataupun pendukung dapat terlaksana dan teratasi

jika adanya kerjasama dan dilakukan dengan baik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa permasalahan yang belum

terpecahkan, sehingga peneliti mengajukan beberapa saran. Saran tersebut

antara lain sebagai berikut:

Guru;

1. Diharapkan guru dapat lebih mengoptimalkan dan mengembangkan

kemampuan dengan aktif mengikuti pelatihan-pelatihan, agar

pembelajaran yang juga dapat membuat siswa aktif dalam belajar.

Sehingga kinerja tenaga pendidik terlihat jelas dalam proses

pengajarannya.

2. Adapun faktor-faktor yang menghambat kinerja guru, sebaiknya tetap

memberikan kinerja yang optimal guna memberi dampak baik dalam

proses belajar mengajar.


131

Kepala Sekolah;

1. Diharapkan upaya-upaya yang telah dilakukan tidak dilakukan sekali

saja, tetapi dapat mengembangkan upaya-upaya lainnya sebagai

strategi dalam pencapaian proses pembelajaran yang baik, dan untuk

meningkatkan kinerja guru.

2. Bagi kepala sekolah, diharapkan dapat memperhatikan adanya

faktor-faktor penghambat kinerja guru. Agar guru merasa lebih

terperhatikan, sehingga faktor penghambat menjadi faktor yang

dapat pendukung bagi kinerja guru, dan lebih maksimal dalam

memberikan pengajaran kepada murid.


V

Anda mungkin juga menyukai