Anda di halaman 1dari 101

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

ROUND CLUB DALAM MENINGKATKAN HASIL


BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA
KELAS IV SDN 56 BASSIANG
KABUPATEN LUWU

RISKA RAMANG
1701414155

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS


COKROAMINOTO PALOPO
2022
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
ROUND CLUB DALAM MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA
KELAS IV SDN 56 BASSIANG
KABUPATEN LUWU

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Cokroaminoto Palopo

RISKA RAMANG
1701414155

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2022
PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


Round Club dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD Negeri 56
Bassiang Kabupaten Luwu
Nama : Riska Ramang
NIM : 17014141555
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Tanggal Ujian :
Tempat :

Menyetujui,

Pembimbing II, Pembimbing I,

M. Zulham, S.Pd., M.Pd. Sri Damayanti S., S.S., M.Hum.


Tanggal: Tanggal:

Mengesahkan,

Ketua Program Studi Dekan Fakultas


Pendidikan Guru Sekolah Dasar Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Iin Dwi Aristy, S.K.M., M.Kes. Dr. Sehe, M.Pd.


Tanggal: Tanggal:

ii
ABSTRAK

Riska Ramang. 2022, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round


Club dalam Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD
Negeri 56 Bassiang Kabupaten Luwu (dibimbing oleh M. Zulham dan Sri
Damayanti).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar bahasa


Indonesia siswa kelas IV SDN 56 Bassiang Kabupaten Luwu dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Round Club. Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan
subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDN56 Bassiang yang berjumlah 38
orang. Pengumpulan data dilakukan dengan pegamatan dan tes. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Round Club
dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indoneisa pada siswa kelas IV SDN 56
Bassiang. Hal tesebut terlihat dari hasil belajar siswa dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Round Club menunjukkan peningkatan hasil belajar
siswa. Dimana pada tes pada siklus I nilai rata-rata tes kemampuam membaca
siswa menaglami peningkatan menjadi 75 dengan tingkat ketuntasan belajar yang
dicapai yaitu sebesar 63% dan belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara
klasikal yang telah ditentukan yaitu 70%. Kemudian pada siklus II nilai rata-rata
tes kemampuam membaca siswa mengalami peningkatan menjadi 83 berada pada
kategori sangat baik dengan tingkat keberhasilan yang dicapai yaitu sebesar 82%
dan telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal yang telah
ditentukan yaitu 70%.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Bahasa Indonesia, Round Club


KATA PENGANTAR

Assalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillaahirabbil’alamin, puji syukur ke hadirat Allah
subhana wa ta’ala. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Club dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD
Negeri 56 Bassiang Kabupaten Luwu’’.
Penyusunan proposal ini melibatkan banyak pihak yang telah
memberikan bantuan, perhatian, motivasi, nasehat, bimbingan dan
arahan kepada penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Rahman Hairuddin, S.P., M.Si., Rektor Universitas Cokroaminoto Palopo
2. Dr. Sehe, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Cokroaminoto Palopo.
3. Iin Dwi Aristy Putri, S.K.M., M.Kes., Ketua Prodi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Universitas Cokroaminoto Palopo.
4. Sri Damayanti S., S.S., M.Hum., Wakil Rektor Bidang Sumber Daya
Universitas Cokroaminoto Palopo dan merupakan pembimbing I yang selalu
memberikan waktu, bimbingan dan arahan dalam penyusunan proposal ini.
5. M. Zulham, S.Pd., M.Pd., Dosen Pembimbing II yang senantiasa memberikan
motivasi, petunjuk, ilmu, serta membimbing dengan ikhlas dan penuh
kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik.
6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan
motivasi dan semangat untuk terus melangkah maju.
7. Staf Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan
pelayanan administrasi kepada penulis dengan baik.
8. Teman-teman angkatan 2017 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
yang telah dari semester awal sampai semester akhir ini.
9. Terkhusus kepada kedua orang tua penulis yang telah memberi berbagai
macam bantuan baik dorongan doa, motivasi maupun materi.
Sebesar apapun kemampuan yang dimiliki penulis, tidak akan
bisa menutupi kekurangan dan keterbatasan dari proposal ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak, demi kesempurnaan proposal ini. Semoga proposal
ini dapat bermanfaat di masa yang akan datang dan semoga Allah
memberikan Barokah seluas-luasnya. Aamin ya rabbal’aalamiin.
Wassalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Palopo, 2022

Riska Ramang
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
ABSTRAK .............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori......................................................................................5
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan........................................................15
2.3 Kerangka Pikir................................................................................16
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian...............................................................18
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................19
3.3 Subjek Penelitian...............................................................................19
3.4 Prosedur Penelitian...................................................................................19
3.5 Teknik Pengumpulan Data ...............................................................21
3.6 Instrumen Penelitian.........................................................................22
3.7 Teknik Analisis Data..........................................................................22
3.8 Indikator Keberhasilan Tindakan.......................................................25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .................................................................................26
4.2 Pembahasan .......................................................................................42

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................45
5.2 Saran ..................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
DAFTAR TABEL

1. Kriteria Observasi Aktivitas Siswa..................................................................23


2. Tabel 2 Kriteria Observasi Guru......................................................................24
3. Tabel 3 Observasi Aktivitas Guru....................................................................24
4. Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN 56 Bassiang
Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Club.........26
5. Kategori Penilaian Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN
56 Bassiang Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Round Club.......................................................................................................28
6. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Pada Siklus I ..........................30
7. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Siklus I ...........................................31
8. Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN 56 Bassiang
Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Club
Pada Siklus I ....................................................................................................33
9. Kategori Penilaian Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN
56 Bassiang Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Round Club Pada Siklus I ...............................................................................34
10. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Pada Siklus II .........................37
11. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Siklus II ..........................................38
12. Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN 56 Bassiang
Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Club
Pada Siklus II ..................................................................................................40
13. Kategori Penilaian Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN
56 Bassiang Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Round Club Pada Siklus II ..............................................................................41
DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pikir.................................................................................................17
2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas.....................................................................18
3. Grafik Ketuntasan Belajar Bahasa Indonesia ..................................................43
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan suatu usaha terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses mengajar agar peserta didik atau siswa
secara aktif mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Tujuan
pendidikan dapat tercapai baik apabila didukung oleh tenaga pengajar
atau guru yang berkualitas. Pembelajaran yang didesain guru secara
menarik akan memberikan pengaruh baik dan positif terhadap
perkembangan peserta didik atau siswa.
Proses belajar mengajar terjadi interaksi yang melibatkan guru
dengan siswa. Hal tersebut yang mendorong siswa untuk lebih aktif
dalam belajar. Kegiatan belajar dan mengajar yang berlangsung
hendaknya dapat menciptakan terjadinya interaksi antara siswa sangat
penting dan merupakan salah satu hal utama yang harus dipegang
dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang keliru akan
mengakibatkan kondisi siswa akan hanya bisa menerima, manja, tanpa
adanya kreativitas yang muncul untuk menemukan sendiri pengetahuan
atau apa yang diinginkannya untuk dipelajari.
Belajar sebagaimana dikemukakan Saminanto (2012) adalah
proses yang berisi seperangkat aktivitas positif yang dilakukan siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat
dicapai apabila tercipta proses pembelajaran aktif yang melibatkan
interaksi, baik antar siswa maupun interaksi antar siswa dengan guru
selama pembelajaran berlangsung. Aktif yang dimaksud dalam
pembelajaran yaitu guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa
sehingga siswa aktif untuk bertanya, mempertanyakan dan
mengemukakan gagasan.
Berdasarkan observasi melalui wawancara langsung dengan wali
kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 56 Bassiang ditemukan beberapa
kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia
yaitu belum terlalu terlihat adanya proses pembelajaran yang membuat
2

siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Pembelajaran yang


dilaksanakan terkesan kurang menarik, sehingga siswa terlihat tidak
begitu tertarik dalam mengikutinya. Guru biasanya hanya berceramah
dan meminta siswa untuk membaca buku paket yang menjadi sumber
belajar. Kebosanan siswa semakin terlihat saat kelas mulai ramai
dengan aktivitas siswa yang bukan merupakan aktivitas proses
pembelajaran, seperti mengobrol dengan teman, mengganggu teman
dan bermain-main. Melihat hal tersebut guru menegur siswa, untuk
sejenak siswa kurang merasa tertarik pada pembelajaran dan kurangnya
pemahaman saat pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan masalah tersebut peneliti berinisiatif melakukan
perbaikan proses pembelajaran pada siswa. Hal ini dilakukan dengan
tujuan agar siswa dapat ikut berperan aktif selama proses pembelajaran
berlangsung. Siswa saling bertukar pendapat dalam memahami konsep
himpunan serta mampu menyelesaikan soal dengan cara berdiskusi
dalam kelompok. Model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar salah satunya adalah
model pembelajaran kooperatif tipe Round Club. Setiap peserta didik
akan diajak berinteraksi dan berkomunikasi menyampaikan pendapat
dalam kelompok pembelajaran. Diharapkan dengan diterapkannya
model pembelajaran Round Club hasil belajar siswa dapat lebih
meningkat.
Oleh karena itu, diperlukan upaya guru untuk menciptakan
suasana pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan dengan
menerapkan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran
Round Club ini merupakan suatu strategi yang seluruh anggota
kelompok memiliki tanggung jawab, dapat mengembangkan daya pikir
siswa dan mengajarkan siswa cara berdiskusi yang baik dan teratur.
Jadi, model pembelajaran Round Club (keliling kelompok) yaitu setiap
siswa di dalam kelompoknya menanggapi tugas yang diberikan oleh
guru, tugas tersebut berisikan masalah yang harus di cari jawabannya
dengan cara berdiskusi. Pada proses pembelajaran dengan
3

menggunakan model Round Club dimaksudkan agar setiap siswa saling


membantu untuk dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru
dan setiap siswa mendapat kesempatan untuk menanggapi atau
memberikan pertanyaan kepada kelompok yang sedang presentasi,
sehingga setiap siswa dapat aktif dalam proses belajar mengajar yang
sedang dilaksanakan (Fitri, 2017).
Namun, karena kondisi yang harus memungkinkan siswa untuk
tetap belajar di rumah, guru memberikan buku pelajaran bagi siswa
yang tidak memiliki kapasitas lengkap dan menyarankan siswa untuk
mengumpulkan tugas di sekolah dua kali seminggu.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dilakukan sebuah
penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Round Club dalam Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Siswa Kelas IV SDN 56 Bassiang Kabupaten Luwu”. Penerapan model
ini dapat memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu
sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan oleh guru,
dengan demikian secara tidak langsung siswa akan menjadi lebih aktif
dalam proses pembelajaran dan hasil belajar pun semakin meningkat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan
sebelumnya maka rumusan masalah dalam penelitian adalah bagaimana
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Round Club dalam
meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN 56
Bassiang Kabupaten Luwu?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa
Indonesia siswa kelas IV SDN 56 Bassiang Kabupaten Luwu dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Round Club.

1.4 Manfaat Penelitian


4

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi


beberapa pihak antara lain:
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Round Club dalam meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia serta
juga diharapkan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan yang
secara teoretis dipelajari di bangku perkuliahan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa terutama pada pelajaran Bahasa Indonesia sehingga melalui
model ini hasil belajar siswa dapat meningkat seturut dengan
kognitifnya.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan kepada
guru untuk menambah kreasi dalam menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Round Club pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan
kepada pihak sekolah untuk memahami mengenai pentingnya
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Round Club dalam
rangka mengoptimalkan hasil belajar siswa pada pembelajaran bahasa
Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


1. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran bisa diartikan sebagai prosedur sistematis di mana
kita mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, atau suatu pendekatan yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.
Dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan
bertujuan yang tertata secara sistematis.
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),
merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pelajaran di kelas atau
yang lain. Model pembelajaran dapat diartikan pola pilihan, artinya para guru
boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai
tujuan pendidikannya.
Secara umum, model adalah cara teratur yang digunakan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki.
Jika dikaitkan dengan pembelajaran, maka Sudjana (dalam Lahir, dkk. 2017)
menyatakan bahwa model mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam
mengadakan hubungannya dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.
Pembelajaran dapat didefenisikan oleh Komalasari (dalam Susiloningsih,
2016) adalah sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik atau
pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara
sistematis agar subjek didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara
efektif dan efisien.
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur
kerja yang teratur atau sistematis, serta mengandung pikiran yang bersifat uraian
atau penjelasan. Uraian atau penjelasan menunjukkan bahwa suatu model
pembelajaran menyajikan bagaimana suatu pembelajaran dibangun atas dasar
6

teori-teori seperti belajar, pembelajaran, psikologi, komunikasi, sistem dan


sebagainya. Maka menurut Arends (dalam Marliani, 2015) bahwa model
pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di
dalamnya tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran memiliki peranan penting sebagai
kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran sebagai suatu kerangka dalam menentukan komponen-
komponen penunjang belajar.
Menurut Munandar (dalam Marliani, 2015) mengemukakan bahwa model
pembelajaran dapat digunakan untuk menentukan materi atau konten
pembelajaran dan metode-metode untuk penyampaian materi tersebut, dalam arti
bahwa model memberikan kerangka untuk menentukan pilihan. Berdasarkan
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran menjadi penentu
dalam keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar sehingga guru dituntut dapat
memilih model pembelajaran yang tepat. Berdasarkan beberapa pengertian
model pembelajaran menurut para ahli maka model pembelajaran adalah
pedoman untuk merancang aktivitas siswa dalam belajar sehingga dapat
membantu siswa dalam memper0leh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir
dan mengekspresikan ide.
b. Fungsi Model Pembelajaran
Fungsi model pembelajaran menurut Trianto (dalam Asyafah, 2010)
adalah: a) pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan kegiatan pembelajaran. b) pedoman bagi guru dalam
melaksanakan pembelajaran sehingga guru dapat menentukan langkah dan
segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pembelajaran tersebut. c) memudahkan
para guru dalam membelajarkan para muridnya guna mencapai tujuan yang
ditetapkannya dan d) membantu peserta didik dalam memperoleh informasi,
ide, keterampilan, nilai-nilai, cara berfikir dan belajar bagaimana belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
7

c. Jenis-jenis Model Pembelajaran


Ada empat jenis-jenis model pembelajaran sebagai berikut:
1) Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)
Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah
suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah nyata sebagai konteks
untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah
serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi
pelajaran. menurut Nurhadi (dalam Kharida, dkk. 2009) menyatakan bahwa
penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada materi pengelolaan
lingkungan dinilai tepat karena materi ini banyak berkaitan dan dekat dengan
kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar siswa. Tugas siswa merumuskan,
merancang pemecahan masalah dan memecahkan masalah yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari siswa. Guru berperan membantu dan mengarahkan
siswa dalam memecahkan masalah. Hasil dari pemecahan masalah bersama-
sama dengan siswa melakukan refleksi terhadap hasil pemecahan masalah.
Model pemecahan masalah yang digunakan pada materi pokok pengelolaan
lingkungan ini diharaapkan mampu untuk mengajak siswa lebih aktif dalam
pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat dicapai secara optimal.
2) Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning)
Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) merupakan
metode yang menggunakan belajar kontekstual, di mana para siswa berperan
aktif untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan, meneliti,
mempresentasikan dan membuat dokumen. Menurut Thomas (dalam, Rati dkk.
2017) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek merupakan
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola
pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Pembelajaran berbasis
proyek memiliki potensi yang amat besar untuk membuat pengalaman belajar
yang lebih menarik dan bermanfaat bagi peserta didik.
3) Model pembelajaran discovery learning
Model pembelajaran discovery learning adalah salah satu model untuk
mengembangkan cara belajar siswa aktif menemukan sendiri, menyelidiki
sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan,
8

tidak akan mudah dilupakan oleh siswa. Anak juga bisa belajar berpikir analisis
dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi. Menurut Hosnan
(dalam Putri, dkk. 2017) menyatakan bahwa kegiatan dalam model Discovery
Learning adalah stimulation (stimulus/pemberian rangsangan), problem
statement (pernyataan/identifikasi masalah), data collection (pengumpulan data)
data processing (pengolahan data), verification (pembuktian) dan generalization
(menarik kesimpulan).
4) Model pembelajaran kontekstual
Model pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang
menghubungkan antara konten pelajaran dengan situasi kehidupan nyata dan
mendorong siswa mengaitkan antara pengetahuan dan pengalaman yang di
dapatnya di sekolah dengan kehidupannya Dantes (dalam Primayana, dkk.
2014). Dengan demikian inti dari model pembelajaran kontekstual adalah
keterkaitan setiap materi pelajaran dengan kehidupan nyata.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar di mana siswa dalam
kelompok kecil. Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning berasal dari
kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama
dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu
tim. Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran di mana sistem
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang
secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam
belajar. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana
upaya berorientasi pada tujuan tiap individu menyumbang pencapaian untuk
mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif menggunakan pendekatan
melalui kelompok kecil siswa untuk memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan belajar.
Rusman (dalam Wahyuni, 2019) menyatakan bahwa model pembelajaran
kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai akan
dibagi sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Model pembelajaran
9

kooperatif mengutamakan kerja sama dalam ketergantungan positif rasa


tenggelam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Lie (dalam Murdiyanta, dkk. 2019) menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif tipe keliling kelompok Round Club adalah kegiatan pembelajaran di
mana masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk
memberikan kontribusi dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota
lain.
Menurut Slavin (dalam Nurdiana, 2020) mengemukakan “cooperative
learning refer to a variety of teaching methods in which students work in small
groups to help one another learn academic”. Pembelajaran kooperatif adalah
suatu model pembelajaran di mana upaya berorientasi pada tujuan tiap individu
menyumbang pencapaian untuk mencapai tujuan bersama.
Berdasarkan berbagai pendapat para ahli maka, dapat disimpulkan
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran berdasarkan teori belajar
kontruktivisme yaitu suatu proses belajar dengan membangun pengetahuan sedikit
demi sedikit, kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
tiba-tiba muncul begitu saja dalam pikiran.
b. Fungsi Model Pembelajaran
Fungsi model pembelajaran menurut Soekamto dan Winataputra (dalam,
Munawaroh dan Ali, 2014) model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi
para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas
belajar mengajar. Menurut Trianto (2010) fungsi model pembelajaran adalah
sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan
pembelajaran. untuk memilih model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat
dari materi yang akan diajarkan dan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan
dicapai dalam pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan peserta didik. Di
samping itu pula, setiap model pembelajaran juga mempunyai tahap-tahap
(sintaks) yang dapat dilakukan siswa dengan bimbingan guru. Sehingga model
pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan
para pembelajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
3. Model Pembelajaran Round Club
10

a. Pengertian Model Pembelajaran Round Club


Model pembelajaran Round Club atau keliling kelompok adalah kegiatan
pembelajaran dengan cara kelompok untuk bekerjasama saling membantu
mengkonstruksi konsep. Model pembelajaran keliling kelompok (Round Club)
bisa di gunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkat usia anak didik.
Istarani (dalam Fitri dan Yani, 2017) mengemukakan bahwa model
pembelajaran Round Club (keliling kelompok) yaitu pemberian kesempatan
kepada masing-masing siswa secara keliling atau berputar didalam kelompoknya
untuk menanggapi tugas yang diberikan oleh guru untuk dikerjakan di dalam
kelompok tersebut.
Menurut Huda (dalam Feriyanti, 2018) menyatakan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe keliling (Round Club) adalah kegiatan belajar yang
dibagi dalam beberapa kelompok masing-masing anggota kelompok
berkesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan, serta
pandangan orang lain.
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Round Club
Langkah pertama dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model Round
Club adalah tahap perencanaan (menyiapkan RPP, handout, desain model
pembelajaran, lembar kerja siswa, media pembelajaran), tahap pelaksanaan
(menerapkan model pembelajaran, memberikan handout, memberikan lembar
kerja, menggunakan media pembelajaran, memberikan materi, evaluasi), tahap
observasi (penilaian hasil belajar, respon, aktivitas), tahap refleksi (data hasil
belajar diolah secara kuantitatif dan kualitatif untuk mendapatkan gambaran
keberhasilan pencapaian belajar) dan revisi perencanaan jika masih di perlukan
untuk perbaikan.
Menurut Sani (dalam Feriyanti, 2018) langkah-langkah dalam model
pembelajaran Round Club adalah sebagai berikut:
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar.
2) Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok dan mengatur agar
mereka duduk berkeliling.
3) Guru memberikan tugas pada kelompok berkaitan dengan materi yang
dipelajari.
11

4) Guru meminta salah seorang peserta didik dalam masing-masing kelompok


untuk menilai tugas yang sedang mereka kerjakan dengan memberikan
pandangan dan pemikirannya.
5) Selanjutnya peserta didik yang lain ikut memberikan kontribusinya secara
bergantian. Giliran berbicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jam
atau dari kiri ke kanan.
Berdasarkan pengertian dan langkah-langkah di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa model Round Club terdiri dari tiga aspek yaitu pemecahan
masalah, penyajian hasil dan saling berkontribusi. Dari tiga aspek tersebut akan di
jadikan pedoman dalam penilaian observasi model Round Club.
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Round Club
Kelebihan model pembelajaran Round Club menurut Yunita (dalam
Feriyanti, 2018) menyatakan bahwa:
1) Adanya tanggung jawab pada setiap kelompok.
2) Adanya pemberian sumbangan atau ide pada kelompoknya.
3) Lebih dari sekedar belajar kelompok.
4) Bisa saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat, pandangan serta hasil
pemikiran.
5) Hasil pemikiran beberapa kepala lebih kaya dari pada satu kepala.
6) Dapat membina dan memperkaya emosional.
Kekurangan dalam model pembelajaran Round Club menurut Elina (2020)
tersebut diantaranya adalah:
1) Membuat perencanaan yang matang dalam pembelajaran.
2) Guru harus aktif dalam diskusi kelompok pada saat pembelajaran.
3) Agar siswa tidak ribut guru, harus membuat media yang dapat menarik minat
belajar siswa.
4) Guru harus cermat dalam memilih materi pembelajaran karena materi
pengayaan tidak dapat digunakan dalam model ini.
4. Hasil Belajar Bahasa Indonesia
a. Pengertian Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai
hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif
12

dan psikomotorik.
Konsep belajar dapat dipahami tentang makna hasil belajar, yaitu
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar berupa:
1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis.
2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorasi,
kemampuan analitis-sintesis, fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-
prinsip keilmuan.
3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri.
4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Menurut pendapat lain hasil belajar
mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Demikian hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Lebih lanjut lagi menurut Anas
(dalam Bate’e, 2015) mengatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan
peserta didik terhadap tujuan-tujuan khusus yang ingin dicapai dalam unit-unit
program pengajaran atau tingkat pencapaian terhadap tujuan-tujuan umum
pengajaran.
Hasil belajar merupakan dasar untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa
dalam memahami suatu materi pelajaran. Menurut Prayitno (dalam Abdullah,
2018) menyatakan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dan dikuasai
atau merupakan hasil dari proses belajar mengajar.
Menurut uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan dalam proses
pembelajaran yang dapat dinyatakan dalam bentuk nilai.
13

b. Fungsi Hasil Belajar Bahasa Indonesia


Pembelajaran bahasa Indonesia dalam interaksi belajar mengajar. Dalam
dunia pendidikan bahasa Indoneisa adalah bahasa resmi yang harus dipergunakan.
Hal ini mengandung makna yang sangat dalam bahasa Indonesia tidak bisa
tergantikan oleh bahasa apa pun selama penyelenggaraan pendidikan masih
dilakukan di bumi Indonesia. Selain itu, taraf sekolah yang dinyatakan sebagai
bertaraf internasional tidak bisa serta merta mengesampingkan fungsi dan
kedudukan bahasa Indonesia. Menurut Pamungkas (dalam Basri, 2017) bahasa
Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengembang kebudayaan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Fungsi informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi timbal balik antar
anggota keluarga ataupun anggota –anggota masyarakat.
2) Fungsi ekspresi, yaitu untuk menyalurkan perasaan, sikap, gagasan, emosi
atau tekanan-tekanan perasaan pembicara.
3) Fungsi adaptasi dan integrasi, yaitu untuk menyesuaikan dan membaurkan diri
dengan anggota masyarakat.
4) Fungsi kontrol sosial, bahasa berfungsi untuk mempengaruhi sikap dan
pendapat orang lain.
c. Jenis-jenis Hasil Belajar
Menurut Ali (dalam Jumiatih, 2020) mendeskripsikan jenis-jenis hasil
belajar dan manfaatnya sebagai berikut:
1) Evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang dilaksanakan setiap kali selesai
dipelajari suatu unit pelajaran tertentu. Manfaatnya, sebagai alat penilai proses
belajar-mengajar suatu unit bahan pelajaran tertentu.
2) Evaluasi sumatif, yakni evaluasi yang dilaksanakan setiap akhir pengajaran
suatu program atau sejumlah unit pelajaran tertentu. Manfaatnya, untuk
menilai hasil pencapaian siswa terhadap tujuan suatu program pelajaran dalam
suatu periode tertentu, seperti semester atau akhir tahun pelajaran.
3) Evaluasi diagnostik, yaitu evaluasi yang dilaksanakan sebagai sarana
diagnose. Manfaatnya, untuk meneliti atau mencari sebab kegagalan
pengajaran atau di mana kelemahan siswa dalam mempelajari suatu atau
14

sejumlah unit pelajaran tertentu.


4) Evaluasi penetapan, yakni evaluasi yang dilaksanakan untuk menempatkan
siswa pada suatu program pendidikan atau jurusan yang sesuai dengan
kemampuan dan minatnya.
d. Faktor-faktor Hasil Belajar
Faktor-faktor hasil belajar menurut Munadi (dalam Rosyidah, 2016) antara
lain:
1) Faktor Internal
a) Faktor fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang
prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat
jasmani dan sebagainya. Hali tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam
menerima materi pelajaran.
b) Faktor Psikologis. Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki
kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi
hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ).
Perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar siswa.
2) Faktor Eksternal
a) Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar.
Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan social.
Lingkungan alam misai suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada tengah
hari di ruangan yang kurang akan sirkulasi udara akan sangat berpengaruh dan
akan sangat berbeda pada pembelajaran pada pagi hari yang kondisinya masih
segar dan dengan ruangan yang cukup untuk bernapas lega.
b) Faktor instrumental. Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaannya
dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini
diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuana
belajar yang direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum,
saran dan guru.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
1. Susanti (2018) melakukan penelitian dengan judul “Penerapan model
Pembelajaran Round Club untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Kelas V SD Negeri 011 Pulau
15

Rambai Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar’’. Hasil dari penelitian


ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil siswa pada kompetensi
memahami yang dilaksanakan dalam dua siklus di SD. Setelah mendapatkan
tindakan atau siklus I diketahui bahwa motivasi dan hasil belajar siswa sudah
cukup baik.
2. Kosmajadi (2021) melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Round Club untuk Meningkatkan Hasil Belajar” penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Round Club, hasil
belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas IV
SDN Karangtumaritis I Kabupaten Indramayu. Hasil penelitian ini dilatar
belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa yang tidak mencapai nilai KKM.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Pada siklus I ketuntasan klasikal
mencapai 48% pada siklus II mencapai 88%. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran Round Club dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas IV SDN Karangtumaritis I
Kabupaten Indramayu.
3. Elina (2020) melakukan penelitian dengan judul “Pendidikan Mengenai
Model pembelajaran kooperatif tipe Round Club untuk meningkatkan hasil
belajar siswa’’. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar yang
diharapkan dapat berupa bertambahnya kemampuan-kemampuan siswa yang
mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar ini untuk
memberikan deskripsi mengenai penerapan model Round Club sebagai model
pembelajaran aktif untuk diterapkan di sekolah. Model pembelajaran Round
Club memungkinkan peserta didik mengeksplor dan memahami sendiri materi
yang diberikan guru sehingga pembelajaran tidak lagi membosankan. Dengan
demikian hasil belajar siswa pun dapat meningkat.
4. Yusriani (2017) melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Round untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa pada Konsep Perubahan Sifat Benda”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Round Club dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep perubahan sifat benda dikelas V
Sekolah Dasar Negeri Gempol Kramatwatu. Di samping itu, model
16

pembelajaran kooperatif tipe Round Club juga dapat meningkatkan hasil


penilaian sikap siswa dalam belajar.

2.3 Kerangka Pikir


Sekolah sebagai lembaga pendidikan berkewajiban memberikan kesempatan
belajar seluas-luasnya kepada siswa untuk mengembangkan dirinya seoptimal
mungkin.Akan tetapi, pada kenyataannya sering didapatkan sejumlah siswa yang
prestasi belajarnya jauh dibawa ukuran rata-rata (standar) yang ditetapkan. .Oleh
sebab itu, dibutuhkan sebuah model dan motivasi yang efektif kepada seluruh
siswa kelas IV SD Negeri 56 Bassiang, utamanya dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia. Untuk penelitian ini akan mengkaji tentang meningkatkan hasil belajar
Bahasa Indonesia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Round Club
kelas IV di SD Negeri 56 Bassiang, Round Club (Kelompok Keliling) merupakan
salah satu dari sekian banyak metode pembelajaran yang dapat dipergunakan guru
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini merupakan kegiatan
pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu
mengkontruksi konsep dan menyelesaikan persoalan atau inkuiri.
Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-
partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari empat atau lima orang, siswa
heterogen (kemampuan gender, karakter) ada kontrol dan fasilitasi, serta meminta
tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Model
pembelajaran ini dimaksudkan agar masing-masing anggota kelompok mendapat
serta pemikiran anggota lain. Oleh karena itu keempat poin di atas sangat penting
karena pembelajaran yang baik sesuai dengan yang diinginkan akan berjalan
dengan baik apabila empat point itu terpenuhi. Proses pembelajaran merupakan
interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Dalam proses pembelajaran baik guru maupun siswa dituntut aktif dalam
proses pembelajara. Suatu penelitian tentunya membutuhkan alur kerja yang jelas,
agar dalam proses pelaksanaannya tidak terjadi kekeliruan dan penyimpangan,
sehingga diperlukan koridor berupa acuan dalam bentuk kerangka pikir.
Adapun kerangka pikir yang dimaksud dalam penelitian ini dituangkan
dalam bentuk skema atau bagan seperti berikut:
17

Guru :
Belum menggunakan
Model Pembelajaran
Siswa :
Kooperatif Tipe Round
KONDISI Hasil belajar rendah dan
Club
AWAL perlu ditingkatkan.

Siklus I :
Menerapkan Model
Pembelajaran Kooperatif
Tipe Round Club

TINDAKAN Solusi :
Menerapkan Model
Pembelajaran Kooperatif
Tipe Round Club

Siklus II :
Melanjutkan penerapkan
Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Round
Club

Dengan penerapan Model


KONDISI
Pembelajaran Kooperatif
AKHIR
Tipe Round Club dapat
meningkatkan hasil belajar
siswa kelas IV di SDN 56
Bassiang Kabupaten Luwu

Gambar 1. Desain Kerangka Pikir


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penilitian


Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Menurut Arikunto (2006) penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar mengajar yang berupa sebuah tindakan, sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Dengan demikian
penelitian tindakan kelas menekankan pada kegiatan (tindakan) dalam
memperbaiki kualitas dan hasil belajar. Penelitian ini dilaksanakan dalam
beberapa siklus dengan setiap siklusnya terdiri dari tahapan-tahapan, yaitu:
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. PTK berfungsi sebagai alat
untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa PTK merupakan upaya guru dalam bentuk berbagai kegiatan
yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di
kelas.
Menurut Kemmis dan Mc Taggart penelitian tindakan kelas adalah yang
terdiri dari beberapa empat komponen dalam satu perangkat, yaitu perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat komponen dalam satu perangkat
tersebut dianggap sebagai satu siklus. Adapun gambar desain PTK yang akan
digunakan peneliti sebagai berikut:

Siklus 2

Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas


19

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN 56 Bassiang Kabupaten Luwu
yang terletak di Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu. Penelitian ini akan
dilaksanakan pada semester genap Tahun Ajaran 2021/2022.

3.3 Subjek Penelitian


Subjek dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Kooperatif
tipe Round Club dalam meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia. Objek
penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 56 Bassiang tahun ajaran 2021/2022.
Dengan jumlah 38 siswa, dari keseluruhan siswa di kelas IV di mana siswa laki-
laki berjumlah 22 orang dan siswa perempuan berjumlah 16 orang.

3.4 Prosedur Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, Salamah
(2012) mengatakan bahwa salah satu cirinya adalah dengan adanya langkah-
langkah yang terukur dan terencana dalam setiap siklus, sehingga rancangan
dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Berikut ini adalah tahap-tahap
penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti dapat diuraikan sebagai
berikut:
Peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran berdasarkan temuan- temuan
masalah yang didapat dari hasil observasi awal dan evaluasi pembelajaran
kooperatif tipe Round Club. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa tingkat
keberhasilan siswa masih rendah, terutama dilihat dari pertumbuhan sikap peduli,
santun serta nilai rata-rata hasil belajara siswa belum memadai sesuai dengan nilai
KKM yang telah ditentukan. Oleh karena itu peneliti ingin memperbaikinya
dengan mengadakan pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran
model kooperatif tipe Round Club. Penerapan strategi mengajar ini disertai
dengan penggunaan alat peraga/media dengan tujuan untuk memudahkan siswa
dalam memahami materi pembelajaran. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini
dilaksanakan dua siklus. Siklus I merupakan dasar bagi pelaksanaan siklus II.
Siklus yang kedua merupakan perbaikan dari kelemahan-kelemahan atau
kegagalan pembelajaran pada siklus yang pertama. Berikut ini adalah tahap-tahap
penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti:
20

a. Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini, peneliti bekerja sama dengan guru (wali kelas)
merencanakan dan menyusun kesiapan untuk melakukan penelitian. Hal-hal yang
perlu dipersiapkan antara lain:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2) Menyiapkan materi ajar.
3) Menyiapkan rencana pembelajaran.
4) Menyiapkan lembar kerja peserta didik.
5) Menyiapkan lembar observasi dan alat pengumpul data lainnya yang akan
digunakan dalam penelitian.
6) Membuat soal evaluasi.
b. Tindakan (Action)
Pada tindakan ini, peneliti bertindak sebagai pengajar. Tahap pelaksanaan
ini merupakan implementasi atau penerapan isi pertemuan, yaitu menggunakan
tindakan kelas. Peneliti melaksanakan dua kali pertemuan dan mengaplikasikan
langkah-langkah tindakan sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal
a) Guru mengucapkan salam kepada siswa.
b) Guru mengecek kehadiran siswa.
c) Guru meminta siswa membaca doa sebelum memulai pelajaran.
d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
e) Guru memberikan apersepsi (menjelaskan aspek penting tentang materi yang
diajarkan).
2) Kegiatan Inti
a) Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran
b) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secaraa heterogen.
c) Guru membagikan materi kepada masing-masing kelompok untuk
didiskusikan.
d) Masing-masing siswa dalam kelompok memberikan kontribusinya mengenai
pemahamannya tentang materi yang dibagikan oleh guru.
e) Setelah semua kelompok selesai berdiskusi, setiap kelompok membacakan
hasil diskusinya di depan kelas, lalu semua siswa membahasnya bersama baik
21

memberikan saran maupun kritik yang membangun.


f) Guru dan siswa membuat generalisasi terhadap keputusan bersama
berdasarkan yang telah dibuat oleh setiap siswa.
3) Kegiatan Akhir
a) Guru menjelaskan kembali hasil diskusi kelompok yang belum dimengerti.
b) Guru membuat kesimpulan tentang materi yang dipelajari.
c) Guru menutup pertemuan dengan mengucapkan salam.
c. Pengamatan
Observasi dilakukan untuk melihat sejauh mana tindakan yang dilakukan
guru dan siswa dalam melakukan proses pembelajaran sehingga akan diketahui
apa saja yang harus diperbaiki dalam proses pembelajaran. Pada penelitian ini
dibutuhkan observer yang membantu peneliti dalam mengamati aktivitas guru dan
siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi
Refleksi ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang
telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul saat proses observasi,
kemudian dilakukan evaluasi dengan maksud menyempurnakan siklus. Pada tahap
ini hasil observasi peserta didik dalam pembelajaran sudah tercapai, maka
dilanjutkan dengan tahapan yang sama pada siklus sebelumnya.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berupa observasi dan
tes untuk mengukur kompetensi siswa.
1. Observasi
Observasi digunakan untuk untuk memperoleh data tentang situasi belajar
mengajar, di mana peneliti sebagai guru dan guru sebagai observer. Observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai
proses biologis dan psikologis dua diantara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan.
Menurut Sugiyono (2016) teknik pengumpulan data dengan observasi
digunakan bila penelitian berkenan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-
gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
22

2. Tes
Tes adalah pemberian suatu tugas atau rangkaian tugas dalam bentuk soal
atau perintah yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Hasil pelaksanaan tugas
tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan tertentu terhadap
peserta didik. Fungsi tes dalam penelitian ini yaitu sebagai alat ukur hasil belajar
siswa pada ranah kognitif.

3.6 Instrumen Penelitian


Instrumen dalam penelitian ini adalah merupakan alat yang digunakan
peneliti untuk mengumpulkan data siswa dan guru dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Round Club dalam pembelajaran. Peneliti telah
menyiapkan instrumen untuk melihat ketercapaian siswa dan di bawah ini
penjelasan mengenai alat instrumen penelitian di dalam kelas.
1. Lembar Observasi
Di sini peneliti membuat lembar observasi yang akan digunakan untuk
mengamati aktivitas guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Berikut penjelasan observasi yang dilaksanakan peneliti.
a. Observasi keterlaksanaan pembelajaran
Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar yang disusun peneliti sebelumnya dari kegiatan awal,
kegiatan inti dan penutup, mengarah pada proses pembelajaran Round Club. Di
sini guru sebagai observer akan melihat peneliti membawakan model
pembelajaran Round Club. Observer akan melihat aktivitas peneliti dalam
pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran yang ditetapkan di Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b. Observasi aktivitas siswa di dalam kelas selama kegiatan belajar mengajar
Lembar observasi aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar yang
digunakan adalah lembar observasi aktivitas siswa dengan model pembelajaran
Round Club. Peneliti menyiapkan lembar observasi yang berisi aktivitas yang
telah dilaksanakan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Pedoman Tes
Tes yang digunakan yaitu tes tertulis dalam bentuk soal isian yang
digunakan untuk mengukur wawasan kognitif yang dimiliki oleh siswa.
23

3.7 Teknik Analisis Data


Pelaksanaan analisis data dilakukan dengan melakukan pengamatan dan
pencatatan terhadap proses belajar mengajar, dalam melaksanakan penelitian
tindakan kelas (PTK) terdapat dua jenis data yang dapat peneliti kumpulkan yaitu
data kualitatif dan data kuantitatif. Penelitian kualitatif, teknik analisis data yang
digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah yang
telah dirumuskan diproposal. Sugiyono (2018), mengatakan kualitatif adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis dan diperoleh dari hasil
pengamatan observasi dan tes dengan cara mengorganisasikan data sintesis,
menyusun pola, memilih mana yang penting dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Dalam penelitian ini data yang dianalisis adalah data kualitatif yang terdiri
atas:
1. Lembar pengamatan pelaksanaan pembelajaran
Penelitian yang dilakukan setiap pertemuan, yang menjadi observer adalah
guru atau observer, observer mengisi lembar observasi dengan memberikan tanda
ceklis apabila peneliti atau guru melakukan tindakan sesuai dengan keterlaksanaan
model pembelajaran pada lembar observasi yang telah disediakan. Hasil observasi
pelaksanan pembelajaran dapat dihitung melalui:

jumlah skor yang diperoleh


Nilai= x 100
skor maksimal

Tabel 1. Klasifikasi Pelaksanaan Pembelajaran


Rentang Nilai Klasifikasi
91–100 Sangat Baik
81 – 90 Baik
71-80 Cukup Baik
61-70 Kurang Baik
≤ 60 Tidak Baik
Sumber: Modifikasi Nurkancana (Ilyas, M. 2015)

2. Lembar observasi aktivitas siswa


Lembar observasi aktivitas siswa berisi rangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observer akan melakukan
penilaian dengan memberikan tanda ceklis terhadap kegiatan yang dilakukan oleh
24

siswa selama proses pembelajaran. Hasil observasi aktifitas siswa pada hasil
observasi dapat dihitung melalui:

jumlah skor yang diperoleh


Nilai= x 100
skor maksimal

Tabel 2 Kriteria Aktivitas Siswa


Rentang Nilai Kriteria
0 – 19 Tidak aktif
20 – 59 Kurang aktif
60 – 69 Cukup aktif
70 – 79 Aktif
80 – 100 Aktif sekali
Sumber (Trianto, 2011)
3. Analisis Data Hasil Belajar Siswa
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan jenis
data hasil belajar siswa. Rumus yang digunakan untuk menghitung data hasil
belajar, yaitu:
a. Ketuntasan individu
Data hasil belajar diperoleh dari penelitian individual melalui pemberian tes
pada setiap akhir siklus. Tingkat penguasaan hasil belajar siswa secara individual
dapat dikatakan tuntas apabila nilai akhir yang diperoleh mencapai nilai KKM
yaitu sebesar 70. Nilai ketuntasan dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Jumlah skor yang diperoleh
Nilai Akhir= x 100
skor maksimal

Setelah data hasil belajar dikumpulkan maka hasil perhitungan juga dapat
dikonversikan berdasarkan tabel.
Tabel 3. Kategori Penilaian
Rentang Nilai Kategori
91– 100 Sangat Tinggi
81–90 Tinggi
71–80 Cukup
61–70 Kurang
≤ 60 Sangat Kurang
Sumber: Modifikasi Nurkancana (Ilyas, M. 2015)
25

b. Ketuntasan secara klasikal


Ketuntasan klasikal adalah membandingkan hasil yang diperoleh apabila
jumlah siswa tuntas atau lebih dari 70%.

3.8 Indikator Keberhasilan Tindakan


Indikator keberhasilan adalah suatu kriteria yang digunakan untuk melihat
tingkat keberhasilan dari kegiatan PTK dalam meningkatkan atau memperbaiki
mutu proses belajar mengajar di kelas. Untuk memberikan gambaran tentang
keberhasilan hasil penelitian, penulis menetapkan indikator keberhasilan
penelitian sebagai berikut:
1. Dalam penelitian ini diterapkan dalam ketuntasan belajar secara individual
dengan kriteria kelulusan minimal 70.
2. Secara klasikal dinyatakan tuntas apabila nilai siswa yang mencapai KKM
70% dari jumlah keseluruhan siswa.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


1. Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IV SDN 56 Bassiang Sebelum
Penerepan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Club
Penelitian tindakan kelas ini mengambil subyek siswa kelas IV SDN 56
Bassiang yang berjumlah 38 orang siswa. Penelitian dilakukan pada jam pelajaran
Bahasa Indonesia sehingga tidak menggangu aktivitas belajar mengajar yang
sudah tertata. Sebelum dilakukan tindakan, terlebih dahulu dilakukan tes awal
yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV
SDN 56 Bassiang sebelum diberikan tindakan dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe round club. Adapun hasil tes awal pada
pembelajaran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN 56 Bassiang
Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Club
Nilai Tes
No Kode Siwa Kategori
Awal
1 S1 60 Belum Tuntas
2 S2 54 Belum Tuntas
3 S3 66 Belum Tuntas
4 S4 60 Belum Tuntas
5 S5 66 Belum Tuntas
6 S6 71 Tuntas
7 S7 66 Belum Tuntas
8 S8 60 Belum Tuntas
9 S9 31 Belum Tuntas
10 S10 31 Belum Tuntas
11 S11 49 Belum Tuntas
12 S12 71 Tuntas
13 S13 86 Tuntas
14 S14 71 Tuntas
15 S15 54 Belum Tuntas
16 S16 60 Belum Tuntas
17 S17 71 Tuntas
18 S18 31 Belum Tuntas
19 S19 43 Belum Tuntas
27

Tabel 4 Lanjutan
Nilai Tes
No Kode Siwa Kategori
Awal
20 S20 71 Tuntas
21 S21 71 Tuntas
22 S22 74 Tuntas
23 S23 66 Belum Tuntas
24 S24 31 Belum Tuntas
25 S25 66 Belum Tuntas
26 S26 60 Belum Tuntas
27 S27 60 Belum Tuntas
28 S28 83 Tuntas
29 S29 86 Tuntas
30 S30 71 Tuntas
31 S31 54 Belum Tuntas
32 S32 66 Belum Tuntas
33 S33 71 Tuntas
34 S34 49 Belum Tuntas
35 S35 71 Tuntas
36 S36 43 Belum Tuntas
37 S37 66 Belum Tuntas
38 S38 86 Tuntas
Jumlah 2349
Rata-rata 62 Belum Tuntas
Ketuntasan Klasikal 37% Belum Tuntas
Sumber: Data Diolah, 2022
Berdasarkan tabel hasil belajar Bahasa Indonesia siswa Kelas IV SDN 56
Bassiang sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe round club di
atas, diketahui bahwa 14 orang siswa memperoleh nilai di atas atau sama dengan
70 dan telah mencapai standar kriteria ketuntasan minimal sedangkan 24 orang
memperoleh nilai di bawah 70 dan belum mencapai standar kriteria ketuntasan
minimal dengan nilai rata-rata nilai hasil belajar Bahasa Indonesia siswa sebesar
62 dengan tingkat ketuntasan belajar secara klasikal yang diperoleh sebesar 37%
dengan kategori belum tuntas.
Lebih lanjut, hasil belajar Bahasa Indonesia siswa sebelum penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe round club di atas dapat dikelompokkan berdasarkan
kategori hasil belajar siswa seperti yang terlihat pada tabel berikut:
28

Tabel 5. Kategori Penilaian Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN
56 Bassiang Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Round Club
Jumlah Siswa Persentase
No Rentang Nilai Ketegori
(Orang) (%)
1 91-100 Sangat Tinggi 0 0
2 81-90 Tinggi 4 11
3 71-80 Cukup 10 26
4 61-70 Kurang 7 18
5 ≤ 60 Sangat Kurang 17 45
Jumlah 38 100
Sumber: Data Diolah, 2022
Bedasarkan data pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada siswa
(0%) yang memperoleh nilai dengan kategori sangat tinggi, sebanyak 4 orang
siswa (11%) yang memperoleh nilai dengan kategori tinggi, sebanyak 10 orang
siswa (26%) yang memperoleh nilai dengan kategori cukup, sebanyak 7 orang
siswa (18%) yang memperoleh nilai dengan kategori kurang dan tidak 17 orang
siswa (45%) yang memperoleh nilai dengan kategori sangat kurang. Berdasarkan
hasil tes awal yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Bahasa
Indonesia siswa masih berada di bawah rata-rata dan belum mencapai ketuntasan
belajar.
Permasalahan rendahnya hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor siswa dan faktor guru.
Pada pembelajaran Bahasa Indonesia, model pembelajaran yang digunakan yaitu
model yang berpusat pada guru (teacher centered). Hal ini terlihat pada saat guru
menyampaikan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menulis materi di papan
tulis, kemudian siswa diminta untuk mencatat ringkasan materi yang sudah ditulis
di papan tulis tersebut. Selama pengamatan guru lebih sering menggunakan media
papan tulis dan buku paket untuk menyampaikan materi. Hal tersebut
mengakibatkan peran siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia masih kurang
terlihat. Saat pembelajaran berlangsung ada beberapa siswa yang berbicara
sendiri, hal yang dibicarakan bukan materi pembelajaran akan tetapi hal lain.
Ketika guru sedang menerangkan materi, siswa tersebut hanya ramai dengan
teman sebangku atau tidak fokus terhadap pembelajaran. Oleh sebab itu untuk
mengatasi masalah-masalah di atas dibutuhkan suatu model pembelajaran yang
29

dapat menumbuhkan keaktifan dan kreativitas siswa demi meningkatkan hasil


belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sehingga hasil belajar siswa akan
mengalami peningkatan.
2. Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IV SDN 56 Bassiang Setelah
Penerepan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Club
a. Hasil Pelaksanaan Siklus I
1) Perencanaan
Pada perencanaan pembelajaran dibuat agar proses pembelajaran
berlangsung sesuai dengan yang diharapkan. Perencanaan yang telah dibuat
peneliti dengan bantuan guru, yang mana guru bertindak sebagai observer dan
peneliti melakukan pengajaran di ruang kelas. Adapun perencanaan dari siklus I
yaitu sebagai berikut:
a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan
model pembelajaran Kooperatif tipe Round Club.
b) Menyusun lembar observasi untuk menilai pelaksanaan proses pembelajaran
dan tingkat keaktifan siswa saat model pembelajaran Kooperatif tipe Round
Club dilaksanakan.
c) Menyusun soal yang akan diperlukan untuk menila hasil belajar Bahasa
Indonesia pada akhir pertemuan kedua.
2) Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II disusun dalam dua kali pertemuan,
dimana masing pertemuan berlangsung selama 2x35 menit atau satu jam mata
pelajaran. Pada siklus I ini penerapannya disamakan dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model Round Club. Setiap
pembelajaran awal guru memberikan motivasi/apersepsi siswa dengan bertanya
sesuatu yang berkaitan dengan materi yang akan diterangkan. Pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model Round Club ini pada awalnya guru
menjelaskan materi pembelajaran dan guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok dan memberikan bahan untuk melakukan tugas diskusi. Tujuan dari
adanya pelaksanaan ini agar siswa yang berada di dalam kelas dapat berpartisipasi
aktif selama proses pembelajaran dan akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Selanjutnya pertemuan terakhir untuk siklus I, siswa diberi tes untuk mengetahui
30

sejauh mana penguasa siswa terhadap materi pembelajaran yang telah diajarkan.
3) Pengamatan
a) Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran
Pada pengamatan pelaksanaan pembelajaran guru bertindak sebagai
observer dan peneliti melakukan pengajaran di ruang kelas. observer mengisi
lembar observasi dengan memberikan tanda ceklis apabila peneliti atau guru
melakukan tindakan sesuai dengan keterlaksanaan model pembelajaran pada
lembar observasi yang telah disediakan. Adapun hasil pengamatan pelaksanan
pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Pada Siklus I
Sko Nila
No Aspek Pengamatan Kategori
r i
Kegiatan Awal
1. Guru mengucapkan salam kepada siswa. 4 80 Cukup Baik
2. Guru mengecek kehadiran siswa. 4 80 Cukup Baik
Guru meminta siswa membaca doa
3. 4 80 Cukup Baik
sebelum memulai pelajaran.
Guru menyampaikan apersepsi dalam
4. 4 80 Cukup Baik
rangka menarik perhatian siswa.
Guru menyampaikan tujuan
5. 4 80 Cukup Baik
pembelajaran.
Guru memberikan motivasi kepada siswa
6. untuk dapat berpartisipasi aktif selama 4 80 Cukup Baik
proses pembelajaran.
Kegiatan Inti
Guru menyampaikan materi kepada
7. 4 80 Cukup Baik
siswa.
Guru membagi siswa menjadi beberapa
8. 5 100 Sangat Baik
kelompok secara heterogen.
Guru kemudian memberikan sebuah teks
9. cerita fiksi untuk didiskusikan dalam 4 80 Sangat Baik
kelompok.
Guru memfasilitasi setiap kleompok
10. untuk berdiskusi tentang teks cerita fiksi 4 80 Cukup Baik
yang telah diberikan sebelumya.
Guru membimbing kegiatan diskusi
11. 4 80 Cukup Baik
siswa.
Setiap kelompok secara bergiliran
12. 3 60 Tidak Baik
mempersentasikan hasil diskusinya.
Setiap kelompok diberi kesempatan
13. untuk memberikan tanggapan terhadap 3 60 Tidak Baik
penyampaian kelompok lain.
31

Guru memberikan umpan balik terhadap


14. 4 80 Cukup Baik
tanggapan siswa.
Tabel 6 Lanjutan

No Aspek Pengamatan Skor Nilai Kategori

Kegiatan Inti
Memberikan kesempatan kepada siswa
15
untuk bertanya tentang materi yang belum 3 60 Tidak Baik
.
dimengerti.
Kegiatan Penutup
16 Guru menyampaikan nilai-nilai yang dapat
4 80 Cukup Baik
. diperoleh dari materi.
17 Guru dan siswa bersama-sama
3 60 Tidak Baik
. menyimpulkan materi pembelajaran.
18 Guru melakukan refleksi terhadap proses
4 80 Cukup Baik
. pembelajaran.
19 Guru menutup pertemuan dengan
4 80 Cukup Baik
. mengucapkan salam.
Jumlah 1460
Rata-rata 77 Cukup Baik
Sumber: Data Diolah, 2022
Berdasarkan hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran pada tabel di
atas, diketahui bahwa keterlaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV
SDN 56 Bassiang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Round Club pada siklus I masih belum optimal dan masih perlu ditingkatkan. Hal
tersebut terlihat nilai rata-rata keterlaksanaan pembelajaran sebesar 77 dan berada
pada kategori cukup baik.
b) Pengamatan Aktivitas Siswa
Pada pengamatan aktivitas siswa, guru selaku observer observer akan
melakukan penilaian dengan memberikan tanda ceklis terhadap kegiatan yang
dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran untuk memperoleh gambaran
perilaku siswa saat berlangsungnya proses pembelajaran yang sudah diamati
observer. Adapun hasil pengamatan aktivtas siswa pada proses pembelajaran
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Siklus I
N Nila
Aspek Pengamatan Skor Kategori
o i
Kegiatan Awal
1. Siswa menjawab salam dari guru. 4 80 Aktif Sekali
32

Siswa membaca doa sebelum belajar


2. 3 60 Cukup Aktif
sesuai arahan guru.
Tabel 7 Lanjutan
N Nila
Aspek Pengamatan Skor Kategori
o i
Kegiatan Awal
Siswa memperhatikan apersepsi
(menjelaskan aspek penting tentang
3. 3 60 Cukup Aktif
materi yang diajarkan) yang diberikan
oleh guru.
Siswa memperhatikan tujuan
4. pembelajaran yang disampaikan oleh 3 60 Cukup Aktif
guru.
Kegiatan Inti
Siswa memperhatikan materi yang
6. 3 60 Cukup Aktif
disampaikan oleh guru.
Siswa membentuk kelompok sesuai
7. 3 60 Cukup Aktif
dengan arahan guru.
Siswa berdiskusi antara anggota
8. kelompok untuk membahasa materi dan 3 60 Cukup Aktif
tugas yang diberikan oleh guru.
Siswa mengikuti bimbingan guru selama
9. 3 60 Cukup Aktif
berdiskusi dalam kelompoknya.
10 Siswa mempersentasikan hasil diskusi
3 60 Cukup Aktif
. kelompoknya di depan kelas.
11 Siswa memberikan tanggapan terhadap
3 60 Cukup Aktif
. penyampaian kelompok lain.
12 Siswa bertanya tentang materi yang
3 60 Cukup Aktif
. belum dimengerti.
Kegiatan Penutup
Siswa memperhatikan penjelasan guru
12
tentang nilai-nilai yang dapat diperoleh 4 80 Aktif Sekali
.
dari materi.
13 Siswa memperhatikan kesimpulan yang
4 80 Aktif Sekali
. disampaikan oleh guru.
14 Siswa menutup pertemuan dengan
4 80 Aktif Sekali
. menjawab salam dari guru.
Jumlah 920
Rata-rata 66 Cukup Aktif
Sumber: Data Diolah, 2022
Berdasarkan hasil pengamatan aktvitas siswa pada tabel di atas, diketahui
bahwa aktivitas siswa selama proses pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV
SDN 56 Bassiang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
33

Round Club pada siklus I masih belum optimal dan masih perlu ditingkatkan. Hal
tersebut terlihat nilai rata-rata aktivitas siswa selama proses pembelajaran sebesar
66 dan berada pada kategori cukup aktif.
c) Pengamatan Hasil Belajar Siswa
Pengamatan hasil belajar siswa pada siklus I ini dilakukan dengan
memberikan lima soal essay kepada siswa terkait dengan teks fiksi pada
pembelajaran Bahasa Indoneisa. Adapun hasil tes pembelajaran Bahasa Indonesia
pada siklus I ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN 56 Bassiang
Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Club
Pada Siklus I
Nilai Tes
No Kode Siwa Kategori
Siklus I
1 S1 71 Tuntas
2 S2 66 Belum Tuntas
3 S3 71 Tuntas
4 S4 71 Tuntas
5 S5 86 Tuntas
6 S6 71 Tuntas
7 S7 74 Tuntas
8 S8 74 Tuntas
9 S9 66 Belum Tuntas
10 S10 49 Belum Tuntas
11 S11 71 Tuntas
12 S12 86 Tuntas
13 S13 100 Tuntas
14 S14 86 Tuntas
15 S15 66 Belum Tuntas
16 S16 60 Belum Tuntas
17 S17 86 Tuntas
18 S18 66 Belum Tuntas
19 S19 66 Belum Tuntas
20 S20 86 Tuntas
21 S21 86 Tuntas
22 S22 80 Tuntas
23 S23 80 Tuntas
24 S24 66 Belum Tuntas
25 S25 71 Tuntas
26 S26 66 Belum Tuntas
27 S27 66 Belum Tuntas
34

28 S28 86 Tuntas
29 S29 100 Tuntas

Tabel 8 Lanjutan
Nilai Tes
No Kode Siwa Kategori
Siklus I
30 S30 86 Tuntas
31 S31 66 Belum Tuntas
32 S32 66 Belum Tuntas
33 S33 86 Tuntas
34 S34 60 Belum Tuntas
35 S35 71 Tuntas
36 S36 60 Belum Tuntas
37 S37 71 Tuntas
38 S38 100 Tuntas
Jumlah 2837
Rata-rata 75 Tuntas
Ketuntasan Klasikal 63% Belum Tuntas
Sumber: Data Diolah, 2022
Berdasarkan tabel hasil belajar Bahasa Indonesia siswa Kelas IV SDN 56
Bassiang dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe round club pada
siklus I di atas, diketahui bahwa 24 orang siswa memperoleh nilai di atas atau
sama dengan 70 dan telah mencapai standar kriteria ketuntasan minimal
sedangkan 14 orang memperoleh nilai di bawah 70 dan belum mencapai standar
kriteria ketuntasan minimal dengan nilai rata-rata nilai hasil belajar Bahasa
Indonesia siswa sebesar 75 dengan tingkat ketuntasan belajar secara klasikal yang
diperoleh sebesar 63% dengan kategori belum tuntas.
Lebih lanjut, hasil belajar Bahasa Indonesia siswa dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe round club pada siklus I di atas dapat
dikelompokkan berdasarkan kategori hasil belajar siswa seperti yang terlihat pada
tabel berikut:
Tabel 9. Kategori Penilaian Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN
56 Bassiang Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Round Club Pada Siklus I
Jumlah Siswa Persentase
No Rentang Nilai Ketegori
(Orang) (%)
1 91-100 Sangat Tinggi 3 8
2 81-90 Tinggi 9 24
3 71-80 Cukup 12 32
4 61-70 Kurang 10 26
35

5 ≤ 60 Sangat Kurang 4 11
Jumlah 38 100
Sumber: Data Diolah, 2022
Bedasarkan data pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 3 orang
siswa (8%) yang memperoleh nilai dengan kategori sangat tinggi, sebanyak 9
orang siswa (24%) yang memperoleh nilai dengan kategori tinggi, sebanyak 12
orang siswa (32%) yang memperoleh nilai dengan kategori cukup, sebanyak 10
orang siswa (26%) yang memperoleh nilai dengan kategori kurang dan 4 orang
siswa (11%) yang memperoleh nilai dengan kategori sangat kurang. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa Kelas IV SDN 56 Bassiang memiliki
hasil belajar Bahasa Indonesia dengan penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Round Club pada siklus I berada pada kategori cukup. Disamping itu, hasil
belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN 56 Bassiang dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Round Club pada siklus I belum mencapai
kriteria ketuntasan minimal secara klasikal, namun telah mengalami penigkatan
dari hasil belajar siswa pada tes awal sebelum penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Round Club.
4) Refleksi
Berdasarkan data hasil belajar siswa serta lembar observasi aktivitas siswa,
pada pelaksanaan siklus I dinyatakan belum berhasil dan perlu dilakukan kembali
peningkatan pada siklus II. Dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang rendah
begitu dengan lembar observasi aktivitas siswa masih terbilang banyak yang
kurang dan cukup. Selain itu ketuntasan klasikal siswa masih rendah. Hal ini
disebabkan oleh kendala pada proses belajar dan mengajar yang dihadapi oleh
guru.
Kendala-kendala yang dihadapi pada pelaksanaan proses pembelajaran
siklus I antara lain:
a) Banyak siswa yang tidak aktif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh guru.
b) Banyak siswa yang tidak berani dalam menyampaikan pendapat dikarenakan
kurang percaya diri.
c) Siswa kurang aktif dalam menyimpulkan materi pembelajaran dan siswa
masih banyak yang ragu dalam menyimpulkan pelajaran.
36

d) Masih banyak siswa yang tidak memperhatikan guru ketika menyampaikan


materi pembelajaran.
e) Masih sedikit siswa yang aktif dalam berdiskusi.
f) Masih sedikit siswa yang bertanya saat diskusi.
b. Hasil Pelaksanaan Siklus II
5) Perencanaan
Pada perencanaan pembelajaran dibuat agar proses pembelajaran
berlangsung sesuai dengan yang diharapkan. Perencanaan yang telah dibuat
peneliti dengan bantuan guru, yang mana guru bertindak sebagai observer dan
peneliti melakukan pengajaran di ruang kelas. Adapun perencanaan dari siklus II
yaitu sebagai berikut:
d) Mengidentifikasi masalah yang terjadi pada siklus I dengan solusi dari
permasalahan tersebut.
e) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan
model pembelajaran Kooperatif tipe Round Club.
f) Menyusun lembar observasi untuk menilai pelaksanaan proses pembelajaran
dan tingkat keaktifan siswa saat model pembelajaran Kooperatif tipe Round
Club dilaksanakan.
g) Menyusun soal yang akan diperlukan untuk menila hasil belajar Bahasa
Indonesia pada akhir pertemuan kedua.
6) Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus III disusun dalam dua kali pertemuan,
dimana masing pertemuan berlangsung selama 2x35 menit atau satu jam mata
pelajaran. Pada siklus II ini penerapannya disamakan dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model Round Club.
Setiap pembelajaran awal guru memberikan motivasi/apersepsi siswa dengan
bertanya sesuatu yang berkaitan dengan materi yang akan diterangkan.
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Round Club ini pada
awalnya guru menjelaskan materi pembelajaran dan guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok dan memberikan bahan untuk melakukan tugas diskusi.
Tujuan dari adanya pelaksanaan ini agar siswa yang berada di dalam kelas dapat
berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran dan akan meningkatkan hasil
37

belajar siswa. Selanjutnya pertemuan terakhir untuk siklus II, siswa diberi tes
untuk mengetahui sejauh mana penguasa siswa terhadap materi pembelajaran
yang telah diajarkan.
7) Pengamatan
a) Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran
Pada pengamatan pelaksanaan pembelajaran guru bertindak sebagai
observer dan peneliti melakukan pengajaran di ruang kelas. observer mengisi
lembar observasi dengan memberikan tanda ceklis apabila peneliti atau guru
melakukan tindakan sesuai dengan keterlaksanaan model pembelajaran pada
lembar observasi yang telah disediakan. Adapun hasil pengamatan pelaksanan
pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Pada Siklus II
N
Aspek Pengamatan Skor Nilai Kategori
o
Kegiatan Awal
1. Guru mengucapkan salam kepada siswa. 5 100 Sangat Baik
2. Guru mengecek kehadiran siswa. 5 100 Sangat Baik
Guru meminta siswa membaca doa
3. 5 100 Sangat Baik
sebelum memulai pelajaran.
Guru menyampaikan apersepsi dalam
4. 4 80 Cukup Baik
rangka menarik perhatian siswa.
Guru menyampaikan tujuan
5. 4 80 Cukup Baik
pembelajaran.
Guru memberikan motivasi kepada siswa
6. untuk dapat berpartisipasi aktif selama 4 80 Cukup Baik
proses pembelajaran.
7. Guru menyampaikan materi kepada siswa. 4 80 Cukup Baik
Guru membagi siswa menjadi beberapa
8. 5 100 Sangat Baik
kelompok secara heterogen.
Guru kemudian memberikan sebuah teks
9. cerita fiksi untuk didiskusikan dalam 5 100 Sangat Baik
kelompok.
Guru memfasilitasi setiap kleompok
10
untuk berdiskusi tentang teks cerita fiksi 5 100 Sangat Baik
.
yang telah diberikan sebelumya.
11 Guru membimbing kegiatan diskusi
5 100 Sangat Baik
. siswa.
12 Setiap kelompok secara bergiliran
5 100 Sangat Baik
. mempersentasikan hasil diskusinya.
13 Setiap kelompok diberi kesempatan untuk 4 80 Cukup Baik
. memberikan tanggapan terhadap
38

penyampaian kelompok lain.


14 Guru memberikan umpan balik terhadap
4 80 Cukup Baik
. tanggapan siswa.

Tabel 10 Lanjutan
N
Aspek Pengamatan Skor Nilai Kategori
o
Kegiatan Inti
Memberikan kesempatan kepada siswa
15
untuk bertanya tentang materi yang belum 4 80 Cukup Baik
.
dimengerti.
Kegiatan Penutup
16 Guru menyampaikan nilai-nilai yang
5 100 Sangat Baik
. dapat diperoleh dari materi.
17 Guru dan siswa bersama-sama
5 100 Sangat Baik
. menyimpulkan materi pembelajaran.
18 Guru melakukan refleksi terhadap proses
4 80 Cukup Baik
. pembelajaran.
19 Guru menutup pertemuan dengan
4 80 Cukup Baik
. mengucapkan salam.
Jumlah 1720
Rata-rata 91 Sangat Baik
Sumber: Data Diolah, 2022
Berdasarkan hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran pada tabel di
atas, diketahui bahwa keterlaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV
SDN 56 Bassiang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Round Club pada siklus II sudah optimal. Hal tersebut terlihat nilai rata-rata
keterlaksanaan pembelajaran sebesar 91 dan berada pada kategori sangat baik.
b) Pengamatan Aktivitas Siswa
Pada pengamatan aktivitas siswa, guru selaku observer observer akan
melakukan penilaian dengan memberikan tanda ceklis terhadap kegiatan yang
dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran untuk memperoleh gambaran
perilaku siswa saat berlangsungnya proses pembelajaran yang sudah diamati
observer. Adapun hasil pengamatan aktivtas siswa pada proses pembelajaran
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Siklus II
N Nila
Aspek Pengamatan Skor Kategori
o i
39

Kegiatan Awal
1. Siswa menjawab salam dari guru. 5 100 Aktif Sekali
Siswa membaca doa sebelum belajar
2. 5 100 Aktif Sekali
sesuai arahan guru.

Tabel 11 Lanjutan

N Nila
Aspek Pengamatan Skor Kategori
o i
Kegiatan Awal
Siswa memperhatikan apersepsi
(menjelaskan aspek penting tentang
3. 4 80 Aktif Sekali
materi yang diajarkan) yang diberikan
oleh guru.
Siswa memperhatikan tujuan
4. pembelajaran yang disampaikan oleh 4 80 Aktif Sekali
guru.
Kegiatan Inti
Siswa memperhatikan materi yang
6. 4 80 Aktif Sekali
disampaikan oleh guru.
Siswa membentuk kelompok sesuai
7. 4 80 Aktif Sekali
dengan arahan guru.
Siswa berdiskusi antara anggota
8. kelompok untuk membahasa materi dan 3 60 Cukup Aktif
tugas yang diberikan oleh guru.
Siswa mengikuti bimbingan guru selama
9. 3 60 Cukup Aktif
berdiskusi dalam kelompoknya.
10 Siswa mempersentasikan hasil diskusi
3 60 Cukup Aktif
. kelompoknya di depan kelas.
11 Siswa memberikan tanggapan terhadap
3 60 Cukup Aktif
. penyampaian kelompok lain.
12 Siswa bertanya tentang materi yang
3 60 Cukup Aktif
. belum dimengerti.
Kegiatan Penutup
Siswa memperhatikan penjelasan guru
12
tentang nilai-nilai yang dapat diperoleh 4 80 Aktif Sekali
.
dari materi.
13 Siswa memperhatikan kesimpulan yang
4 80 Aktif Sekali
. disampaikan oleh guru.
14 Siswa menutup pertemuan dengan
4 80 Aktif Sekali
. menjawab salam dari guru.
106
Jumlah
0
Rata-raaa 76 Aktif
Sumber: Data Diolah, 2022
40

Berdasarkan hasil pengamatan aktvitas siswa pada tabel di atas, diketahui


bahwa aktivitas siswa selama proses pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV
SDN 56 Bassiang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Round Club pada siklus II sudah tergolong optimal. Hal tersebut terlihat nilai rata-
rata aktivitas siswa selama proses pembelajaran sebesar 76 dan berada pada
kategori aktif.
c) Pengamatan Hasil Belajar Siswa
Pengamatan hasil belajar siswa pada siklus II ini dilakukan dengan
memberikan lima soal essay kepada siswa terkait dengan teks fiksi pada
pembelajaran Bahasa Indoneisa. Adapun hasil tes pembelajaran Bahasa Indonesia
pada siklus II ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 12. Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN 56 Bassiang
Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Club
Pada Siklus II
Nilai Tes
No Kode Siwa Kategori
Siklus II
1 S1 86 Tuntas
2 S2 71 Tuntas
3 S3 86 Tuntas
4 S4 86 Tuntas
5 S5 100 Tuntas
6 S6 100 Tuntas
7 S7 100 Tuntas
8 S8 86 Tuntas
9 S9 86 Tuntas
10 S10 80 Tuntas
11 S11 71 Tuntas
12 S12 100 Tuntas
13 S13 100 Tuntas
14 S14 86 Tuntas
15 S15 71 Tuntas
16 S16 86 Tuntas
17 S17 86 Tuntas
18 S18 66 Belum Tuntas
19 S19 66 Belum Tuntas
20 S20 100 Tuntas
21 S21 86 Tuntas
22 S22 86 Tuntas
23 S23 100 Tuntas
41

24 S24 66 Belum Tuntas


25 S25 86 Tuntas
26 S26 71 Tuntas
27 S27 66 Belum Tuntas
28 S28 86 Tuntas
29 S29 100 Tuntas

Tabel 12 Lanjutan
Nilai Tes
No Kode Siwa Kategori
Siklus II
30 S30 86 Tuntas
31 S31 66 Belum Tuntas
32 S32 66 Belum Tuntas
33 S33 86 Tuntas
34 S34 66 Belum Tuntas
35 S35 71 Tuntas
36 S36 71 Tuntas
37 S37 86 Tuntas
38 S38 100 Tuntas
Jumlah 3154
Rata-rata 83 Tuntas
Ketuntasan Klasikal 82% Tuntas
Sumber: Data Diolah, 2022
Berdasarkan tabel hasil belajar Bahasa Indonesia siswa Kelas IV SDN 56
Bassiang dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe round club pada
siklus II di atas, diketahui bahwa 31 orang siswa memperoleh nilai di atas atau
sama dengan 70 dan telah mencapai standar kriteria ketuntasan minimal
sedangkan 7 orang memperoleh nilai di bawah 70 dan belum mencapai standar
kriteria ketuntasan minimal dengan nilai rata-rata nilai hasil belajar Bahasa
Indonesia siswa sebesar 83 dengan tingkat ketuntasan belajar secara klasikal yang
diperoleh sebesar 82% dengan kategori tuntas.
Lebih lanjut, hasil belajar Bahasa Indonesia siswa dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe round club pada siklus II di atas dapat
dikelompokkan berdasarkan kategori hasil belajar siswa seperti yang terlihat pada
tabel berikut:
Tabel 13. Kategori Penilaian Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN
56 Bassiang Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Round Club Pada Siklus II
No Rentang Nilai Ketegori Jumlah Siswa Persentase
42

(Orang) (%)
1 91-100 Sangat Tinggi 9 24
2 81-90 Tinggi 15 39
3 71-80 Cukup 7 18
4 61-70 Kurang 7 18
5 ≤ 60 Sangat Kurang 0 0
Jumlah 38 100
Sumber: Data Diolah, 2022
Bedasarkan data pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 9 orang
siswa (24%) yang memperoleh nilai dengan kategori sangat tinggi, sebanyak 15
orang siswa (39%) yang memperoleh nilai dengan kategori tinggi, sebanyak 7
orang siswa (18%) yang memperoleh nilai dengan kategori cukup, sebanyak 7
orang siswa (18%) yang memperoleh nilai dengan kategori kurang dan tidk ada
siswa (0%) yang memperoleh nilai dengan kategori sangat kurang. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa Kelas IV SDN 56 Bassiang memiliki
hasil belajar Bahasa Indonesia dengan penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Round Club pada siklus II berada pada kategori tinggi. Disamping itu, hasil
belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN 56 Bassiang dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Round Club pada siklus II telah mencapai
kriteria ketuntasan minimal secara klasikal dan telah mengalami penigkatan dari
hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Round
Club pada siklus I.
a) Refleksi
Refleksi dilakukan pada saat akhir siklus II. Dalam kegiatan refleksi ini,
peneliti berkonsultasi dengan guru tentang berbagai masalah dan kendala yang
terjadi pada saat siklus II. Refleksi dilakukan untuk mencari kekurangan atau
kendala yang ada pada saat pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Round Club pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi teks
fiksi. Dari pelaksanaan siklus II, nampak aktivitas pembelajaran menjadi lebih
baik karena kendala yang ditemui pada siklus I dapat diperbaiki pada siklus II ini.
Dengan berakhirnya perbaikan pada siklus II maka proses pembelajaran dan
prestasi belajar menjadi meningkat. Dengan demikian target dalam penelitian
telah tercapai sehingga penelitian berhenti pada siklus II.

4.2 Pembahasan
43

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Bahasa


Indonesia melalui penerapan pendekatan berbasis masalah pada siswa kelas IV
SDN 56 Bassiang. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Round Club selama dua siklus
telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia. Dari hasil pengamatan tes awal sebelum penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Round Club ketuntasan belajar hanya mencapai 37%
dan belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal. Setelah peneliti
melakukan tindakan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Round
Club pada siklus I ketuntasan belajar mengalami peningkatan menjadi 63%
namun belum juga memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal.
Selanjutnya pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Round Club pada
siklus II ketuntasan belajar siswa kembali mengalami peningkatan menjadi 82%
dan telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal.
Untuk lebih jelasnya, peneliti sajikan peningkatan ketuntasan belajar siswa
pada pembelajaran Bahasa Indonesia sebelum dan setelah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Round Club pada tabel berikut:
Tabel 13. Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Pada Pembelajaran Bahasa
Indonesia
No Kegiatan Siswa Yang Tuntas Siswa Yang Tidak Tuntas
. Pembelajaran Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1 Tes Awal 14 37% 24 63%
2 Siklus I 24 63% 14 37%
3 Siklus II 31 82% 7 18%
Sumber: Data Diolah, 2022
Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dilihat perbandingannya dalam
grafik sebagai berikut:
90%
82%
80%
70% 63% 63%
60%
50%
40% 37% 37%
30%
20% 18%

10%
0%
Tes Awal Siklus I Siklus II

Tuntas Tidak Tuntas


44

Gambar 3. Grafik Ketuntasan Belajar Bahasa Indonesia


Berdasarkan data di atas, diketahu bahwa melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Round Club dapat meningkatkan hasil belajar
Bahasa Indonesia pada siswa Kelas IV SDN 56 Bassiang yang ditandai dengan
peningkatan nilai rata-rata siswa. Pada tes awal yang dilakukan sebelu diberikan
tindakan, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori tuntas berjumlah 14 orang
sedangkan yang memperoleh nilai dengan kategori tidak tuntas berjumlah 24
orang dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 37%. Kondisi tersebut
mengalami peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I yaitu siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori tuntas berjumlah 24 orang, sedangkan yang
memperoleh nilai dengan kategori tidak tuntas berjumlah 14 orang dengan
persentase ketuntasan belajar sebesar 63%. Lebih lanjut kondisi tersebut
mengalami peningkatan nilai siswa pada siklus II yaitu siswa yang memperoleh
nilai dengan kategori tuntas berjumlah 31 orang, sedangkan yang memperoleh
nilai rata-rata dengan kategori tidak tuntas berjumlah 7 orang dengan persentase
ketuntasan belajar sebesar 82%. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan
penerapan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Round Club dapat
meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN 56 Bassiang.
Selain itu, proses pembelajaran Bahasa Indonesia melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Round Club pada siswa kelas IV SDN 56 Bassiang
berlangsung dinamis dan menyenangkan. Selain itu aspek keaktifan yang diamati
pada penelitian pada saat proses pembelajaran berlangsung juga mengalami
peningkatan dan mejadi semakin baik.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Round Club dapat meningkatkan hasil belajar
Bahasa Indoneisa pada siswa kelas IV SDN 56 Bassiang. Hal tesebut terlihat dari
hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Round
Club menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa. Dimana pada tes pada siklus I
nilai rata-rata tes kemampuam membaca siswa menaglami peningkatan menjadi
75 dengan tingkat ketuntasan belajar yang dicapai yaitu sebesar 63% dan belum
memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal yang telah ditentukan yaitu
70%. Kemudian pada siklus II nilai rata-rata tes kemampuam membaca siswa
mengalami peningkatan menjadi 83 berada pada kategori sangat baik dengan
tingkat keberhasilan yang dicapai yaitu sebesar 82% dan telah memenuhi kriteria
ketuntasan belajar secara klasikal yang telah ditentukan yaitu 70%.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan di atas, maka penelitian
megajukan saran sebagai berikut:
1. Untuk siswa, diharapkan bahwa hasil baik yang telah dicapai harus
dipertahankan dan hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Round Club ini dalam proses pembelajaran dalam rangka
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Untuk guru, diharapakan untuk dapat menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan akan membantu siswa dalam menyerap materi pelajaran dan
model pembelajaran kooperatif tipe Round Club dapat dijadikan sebagai salah
satu metode belajar mengajar khususnya dalam pembelajaran membaca
pemahaman.
46

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Nuraida, (2018). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia


Aspek Menulis Dengan Penggunaan Model Kooperatif Learning Tipe Stad.
Jurnal Pendidikan Tambusai. Vol. 2, No. 1

Basri Hasan, (2017). Penerapan Model Pembelajaran Role Playing Untuk


Mneingkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN 032
Kualu Kecamatan Tambang. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau. Vol. 1, No. 1

Bate’e Anugerah, (2015). Penerapan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group


Investigation Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika
SD Negeri 4 Idanogawo. Jurnal Bina Gogik. Vol. 2, No. 1

Elina; Kosmajadi E, (2020). Penerapan Model Pembelajaran Round Club Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Seminar Nasional Pendidikan, FKIP
UNMA 2020 “Transformasi Pendidikan Sebagai Upaya Mewujudkan
Sustainable Development Goals (SDCs) di Era Society 5.0”.

Feriyanti Leni, (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe


Round Club (Keliling Kelompok) Terhadap Kemampuan Menganalisis
Materi Sejarah. Jurnal Swarnadwipa. Vol. 2, No. 1

Fitri Ramadhani, dkk. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Round Club


Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. MES (Journal of
Mathematics Education and Science). Vol. 2, No. 2

Jumiatih, (2020). Efektivitas Metode Bercerita dalam Meningkatkan Hasil Belajar


Bahasa Indonesia. Jurnal Didaktia. Vol. 9, No. 1

Kharida L. dkk (2009). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk


Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Elastisitas Bahan.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Vol. 5

Kosmajadi E, dkk (2021). Penerapan Model Pembelajaran Round Club Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar. Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA
2021 “System Thinking Skills dalam Upaya Transformasi Pembelajaran di
Era Society 5.0”.

Lahir, Sri; Ma’ruf, dkk(2017). Peningkatan Prestasi Belajar Melalui Model


Pembelajaran yang tepat pada Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi.
Jurnal Edunomika. Vol. 1, No. 1

Marliani Novi, (2015). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis


Siswa Melalui Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP).
Jurnal Formatif. Vol. 5, No. 1

Mumun Munawaroh; Alamuddin Ali, (2014). Pengaruh Penerapan Model


47

Pembelajaran Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Matematika


Siswa Dengan Pokok Bahasan Relasi Dan Fungsi. Jurnal EduMa. Vol. 3,
No. 2

Murdiyanta Noveanna Ginayu; Rukmigarsari Ettie; Walida Sikky El, (2019).


Kemampuan Komunikasi dan Self Concept Matematis Siswa Menggunakan
Model Pembelajaran Round Club pada Materi Prisma dan Limas Kelas VIII.
JP3. Vol. 14, No. 6

Nurdiana, (2020). Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Model


Pembelajaran Kooperatif Round Robin pada Siswa Kelas III SDN 99/IX
Danau Kedap Increasing Skill Speaking Aspect Of Money Through
Cooperative Learning Model Of Round Robin Type In Grade III SDN 99/IX
Danau Kedap. Jurnal Ilmu Pendidikan Ahlussunnah. Vol. 3, No. 2

Primayana Kadek Hengki; Lasmawan I Wayan; Adnyana Putu Budi, (2019).


Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Berbasis Lingkungan Terhadap
Hasil Belajar IPA Ditinjau dari Minat Outdoor pada Siswa Kelas IV. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran IPA Indonesia. Vol. 9, No. 2

Putri Ihdi Shabrona; Juliani Rita; Lestari Ilan Nia, (2017). Penagruh Model
Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa dan
Aktivitas Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika. Vol. 6, No. 2

Rati Ni Wayan; Kusmaryatni Nyoman; Rediani Nyoman, (2017). Model


Pembelajaran Berbasis Proyek, Kreativitas dan Hasil Belajar Mahasiswa.
Jurnal Pendidikan Indonesia. Vol. 6, No. 1

Rosyidah Ummi, (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Metro.
Jurnal SAP. Vol. 1, No. 2

Susanti Desi, (2018) Penerapan Model Pembelajaran Round Club Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam Di Kelad V Sekolah Dasar Negeri 011 Desa Pulau Rambai Kecamatan
Kampar Timur Kabupaten Kampar. Journal of Natural Science and
Integration. Vol. 1, No. 1

Susiloningsih Wahyu, (2016). Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching


and Learning) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa PGSD pada
Mata Kuliah Konsep IPS Dasar. Jurnal Pedagogia. Vol. 5, No. 1

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan


Implementasinya dalam KTSP. Jakarta: Bumi Aksara.

Wahyuni, (2019). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Club


dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar PAI. Jurnal Pendidikan
Agama Islam. Vol. 4, No. 1
48

LAMPIRAN
49

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


SIKLUS I

Satuan Pendidikan : SDN 56 Bassiang


Muatan Terpadu : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : 4 / Genap
Tema : Daerah Tempat Tinggalku (Tema 8)
Sub Tema : Keunikan Daerah Tempat Tinggalku (Subtema 2)
Pertemuan : 1 (Pertama)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangga.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca dan menanya) berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR

Kompotensi Dasar Indikator

3.9 Mencermati tokoh-tokoh yang 3.9.1 Mengidentifikasi dan


terdapat pada teks fiksi. memahami tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks
fiksi dengan tepat.
3.9.2 Menjelaskan tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks
fiksi dengan tepat.

4.9 Menyampaikan hasil identifikasi


50

tokoh-tokoh yang terdapat pada teks 4.9.1 Mengidentifikasi,


fiksi secara lisan, tulis, dan visual. menyajikan dan
menunjukkan tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks
fiksi secara lisan, tulis, dan
visual dengan tepat.
4.9.2 Menceritakan tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks
fiksi secara lisan, tulis, dan
visual dengan tepat.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
 Dengan kegiatan membaca teks cerita fiksi, siswa dapat menuliskan
tokoh-tokoh dalam cerita fiksi.
D. MATERI
 Tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi.
E. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN
Sumber:
 Buku Guru dan Siswa Tema: Daerah Tempat Tinggalku Kelas 4 (Buku
Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan (2016).
Media:
 Buku Teks.
F. PENDEKATAN DAN METODE
Pendekatan : Scientific.
Metode : Round Club
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan  Guru mengucapkan salam kepada siswa. 15 Menit
 Guru mengecek kehadiran siswa.
 Guru meminta siswa membaca doa sebelum
memulai pelajaran.
 Guru menyampaikan apersepsi dalam rangka
menarik perhatian siswa.
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
 Guru memberikan motivasi kepada siswa
untuk dapat berpartisipasi aktif selama proses
pembelajaran.
51

Kegiatan Inti  Guru menyampaikan materi kepada siswa. 45 menit


 Guru membagi siswa menjadi enam kelompok
secara heterogen.
 Guru kemudian memberikan sebuah teks
cerita fiksi untuk didiskusikan dalam
kelompok.
 Guru memfasilitasi setiap kelompok untuk
berdiskusi tentang teks cerita fiksi yang telah
diberikan sebelumya.
 Guru membimbing kegiatan diskusi siswa.
 Setiap kelompok secara bergiliran
mempersentasikan hasil diskusinya.
 Setiap kelompok diberi kesempatan untuk
memberikan tanggapan terhadap penyampaian
kelompok lain.
 Guru memberikan umpan balik terhadap
tanggapan siswa.
 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang materi yang belum
dimengerti.
Kegiatan  Guru menyampaikan nilai-nilai yang dapat
Penutup diperoleh dari materi.
 Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan
materi pembelajaran.
 Guru melakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran.
 Guru menutup pertemuan dengan
mengucapkan salam.

H. PENILAIAN DAN HASIL BELAJAR


No Penilaian Skor
1 Jika menuliskan dengan benar tokoh-tohoh dalam sebuah 5
cerita dengan lengkap.
Jika menuliskan dengan benar tokoh-tohoh dalam sebuah 3
cerita tetapi tidak lengkap.
Jika menuliskan dengan benar tokoh-tohoh dalam sebuah 1
cerita tetapi salah.
2 Jika menuliskan dengan benar tokoh utama dalam sebuah 5
cerita.
Jika menuliskan tokoh utama dalam sebuah cerita tetapi 3
salah.
Tidak menjawab sama sekali. 1
3 Jika menuliskan dengan benar sikap tokoh utama dalam 5
sebuah cerita.
Jika menuliskan sikap tokoh utama dalam sebuah cerita tetapi 3
salah.
Tidak menjawab sama sekali. 1
52

4 Jika menuliskan peristiwa dengan benar dan lengkap yang 10


ada dalam sebuah cerita.
Jika menuliskan peristiwa dengan benar yang ada dalam 5
sebuah cerita tetapi tidak lengkap.
Jika menuliskan peristiwa yang ada dalam sebuah cerita 1
dengan tidak benar.
5 Jika menuliskan amanat dengan benar dan lengkap yang ada 10
dalam sebuah cerita.
Jika menuliskan amanat dengan benar yang ada dalam 5
sebuah cerita tetapi tidak lengkap.
Jika menuliskan peristiwa yang ada dalam sebuah cerita 1
dengan tidak benar.

jumlah skor yang diperoleh


Nilai= x 100
skor maksimal

ANGSA DAN TELUR EMAS


Alkisah, ada seorang petani sederhana memiliki seekor angsa. Angsa yang
dimiliki petani bukan sekadar angsa biasa, melainkan angsa yang cantik dan
istimewa. Keistimewaannya adalah angsa milik petani menghasilkan telur emas.
Petani senang memiliki angsa istimewa itu. Setiap pagi petani bisa mengambil
telur emas di kandang. Petani membawa telur emas dari angsa miliknya ke pasar.
Petani menjual telur emas dengan harga tinggi. Dalam waktu singkat petani
berubah menjadi kaya.
Kekayaan ternyata tidak membuat petani lebih bersyukur dan tetap rendah
hati. Sebaliknya, kekayaan membuat petani serakah. Petani menginginkan angsa
bias menghasilkan telur emas lebih banyak lagi dalam waktu singkat. Petani tidak
sabar dan ingin cepat menjadi orang kaya raya. Ketidaksabaran petani terhadap
angsa miliknya muncul karena angsa hanya memberikan sebuah telur setiap hari.
Petani merasa dia tidak akan cepat menjadi kaya dengan cara begitu.
Setiap hari sepulang dari pasar, petani menghitung uangnya. Suatu hari,
setelah menghitung uangnya, sebuah gagasan muncul di kepala petani. Petani
berpikir bahwa ia akan mendapatkan semua telur emas dalam diri angsa sekaligus
dengan cara memotong angsa. Gagasan petani pun dilaksanakan. Betapa kaget
dan sedihnya petani ketika tidak menemukan satu telur pun dalam perut angsa.
Angsa istimewanya terlanjur mati dipotong. Hanya penyesalan yang bisa petani
rasakan saat ini. Keinginan petani menjadi kaya raya semakin jauh dari angan-
53

angannya.
1. Sebutkan tokoh-tokoh yang ada pada cerita Angsa dan Telur Emas di atas!
2. Siapakah tokoh utama pada cerita Angsa dan Telur Emas di atas?
3. Bagaimana sikap tokoh utama pada cerita Angsa dan Telur Emas di atas?
4. Peristiwa apa yang terjadi berdasarkan cerita Angsa dan Telur Emas di atas?
5. Amanat apa yang bisa dipetik dari pada cerita Angsa dan Telur Emas di atas?

Mengetahui Luwu, 2022


Kepala Sekolah, Guru Kelas 4,

Hj. Rahmatia, S.Pd. Darna, S.Pd. Sd.


NIP. Nip.19651231 198611 2 073 NIP.197601042014102001
54

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


SIKLUS I

Satuan Pendidikan : SDN 56 Bassiang


Muatan Terpadu : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : 4 / Genap
Tema : Daerah Tempat Tinggalku (Tema 8)
Sub Tema : Keunikan Daerah Tempat Tinggalku (Subtema 2)
Pertemuan : 2 (Kedua)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangga.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca dan menanya) berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR

Kompotensi Dasar Indikator

3.9 Mencermati tokoh-tokoh yang 3.9.1 Mengidentifikasi dan


terdapat pada teks fiksi. memahami tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks
fiksi dengan tepat.
3.9.2 Menjelaskan tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks
fiksi dengan tepat.
4.9 Menyampaikan hasil identifikasi 4.9.1 Mengidentifikasi,
tokoh-tokoh yang terdapat pada teks menyajikan dan
fiksi secara lisan, tulis, dan visual. menunjukkan tokoh-tokoh
55

yang terdapat pada teks


fiksi secara lisan, tulis, dan
visual dengan tepat.
4.9.2 Menceritakan tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks
fiksi secara lisan, tulis, dan
visual dengan tepat.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
 Dengan kegiatan membaca teks cerita fiksi, siswa dapat menuliskan
tokoh-tokoh dalam cerita fiksi.
D. MATERI
 Tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi.
E. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN
Sumber:
 Buku Guru dan Siswa Tema: Daerah Tempat Tinggalku Kelas 4 (Buku
Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan (2016).
Media:
 Buku Teks.
F. PENDEKATAN DAN METODE
Pendekatan : Scientific.
Metode : Round Club
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan  Guru mengucapkan salam kepada siswa. 15 Menit
 Guru mengecek kehadiran siswa.
 Guru meminta siswa membaca doa sebelum
memulai pelajaran.
 Guru menyampaikan apersepsi dalam rangka
menarik perhatian siswa.
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
 Guru memberikan motivasi kepada siswa
untuk dapat berpartisipasi aktif selama proses
pembelajaran.
Kegiatan Inti  Guru menyampaikan materi kepada siswa. 45 menit
 Guru membagi siswa menjadi enam kelompok
secara heterogen.
56

 Guru kemudian memberikan sebuah teks


cerita fiksi untuk didiskusikan dalam
kelompok.
 Guru memfasilitasi setiap kleompok untuk
berdiskusi tentang teks cerita fiksi yang telah
diberikan sebelumya.
 Guru membimbing kegiatan diskusi siswa.
 Setiap kelompok secara bergiliran
mempersentasikan hasil diskusinya.
 Setiap kelompok diberi kesempatan untuk
memberikan tanggapan terhadap penyampaian
kelompok lain.
 Guru memberikan umpan balik terhadap
tanggapan siswa.
 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang materi yang belum
dimengerti.
Kegiatan  Guru menyampaikan nilai-nilai yang dapat 10 Menit
Penutup diperoleh dari materi.
 Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan
materi pembelajaran.
 Guru melakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran.
 Guru menutup pertemuan dengan
mengucapkan salam.

H. PENILAIAN DAN HASIL BELAJAR


No Penilaian Skor
1 Jika menuliskan dengan benar tokoh-tohoh dalam sebuah 5
cerita dengan lengkap.
Jika menuliskan dengan benar tokoh-tohoh dalam sebuah 3
cerita tetapi tidak lengkap.
Jika menuliskan dengan benar tokoh-tohoh dalam sebuah 1
cerita tetapi salah.
2 Jika menuliskan dengan benar tokoh utama dalam sebuah 5
cerita.
Jika menuliskan tokoh utama dalam sebuah cerita tetapi 3
salah.
Tidak menjawab sama sekali. 1
3 Jika menuliskan dengan benar sikap tokoh utama dalam 5
sebuah cerita.
Jika menuliskan sikap tokoh utama dalam sebuah cerita tetapi 3
salah.
Tidak menjawab sama sekali. 1
4 Jika menuliskan peristiwa dengan benar dan lengkap yang 10
ada dalam sebuah cerita.
Jika menuliskan peristiwa dengan benar yang ada dalam 5
57

sebuah cerita tetapi tidak lengkap.


Jika menuliskan peristiwa yang ada dalam sebuah cerita 1
dengan tidak benar.
5 Jika menuliskan amanat dengan benar dan lengkap yang ada 10
dalam sebuah cerita.
Jika menuliskan amanat dengan benar yang ada dalam 5
sebuah cerita tetapi tidak lengkap.
Jika menuliskan peristiwa yang ada dalam sebuah cerita 1
dengan tidak benar.

jumlah skor yang diperoleh


Nilai= x 100
skor maksimal

ANGSA DAN TELUR EMAS


Alkisah, ada seorang petani sederhana memiliki seekor angsa. Angsa yang
dimiliki petani bukan sekadar angsa biasa, melainkan angsa yang cantik dan
istimewa. Keistimewaannya adalah angsa milik petani menghasilkan telur emas.
Petani senang memiliki angsa istimewa itu. Setiap pagi petani bisa mengambil
telur emas di kandang. Petani membawa telur emas dari angsa miliknya ke pasar.
Petani menjual telur emas dengan harga tinggi. Dalam waktu singkat petani
berubah menjadi kaya.
Kekayaan ternyata tidak membuat petani lebih bersyukur dan tetap rendah
hati. Sebaliknya, kekayaan membuat petani serakah. Petani menginginkan angsa
bias menghasilkan telur emas lebih banyak lagi dalam waktu singkat. Petani tidak
sabar dan ingin cepat menjadi orang kaya raya. Ketidaksabaran petani terhadap
angsa miliknya muncul karena angsa hanya memberikan sebuah telur setiap hari.
Petani merasa dia tidak akan cepat menjadi kaya dengan cara begitu.
Setiap hari sepulang dari pasar, petani menghitung uangnya. Suatu hari,
setelah menghitung uangnya, sebuah gagasan muncul di kepala petani. Petani
berpikir bahwa ia akan mendapatkan semua telur emas dalam diri angsa sekaligus
dengan cara memotong angsa. Gagasan petani pun dilaksanakan. Betapa kaget
dan sedihnya petani ketika tidak menemukan satu telur pun dalam perut angsa.
Angsa istimewanya terlanjur mati dipotong. Hanya penyesalan yang bisa petani
rasakan saat ini. Keinginan petani menjadi kaya raya semakin jauh dari angan-
angannya.
58

1. Sebutkan tokoh-tokoh yang ada pada cerita Angsa dan Telur Emas di atas!
2. Siapakah tokoh utama pada cerita Angsa dan Telur Emas di atas?
3. Bagaimana sikap tokoh utama pada cerita Angsa dan Telur Emas di atas?
4. Peristiwa apa yang terjadi berdasarkan cerita Angsa dan Telur Emas di atas?
5. Amanat apa yang bisa dipetik dari pada cerita Angsa dan Telur Emas di atas?

Mengetahui Luwu, 2022


Kepala Sekolah, Guru Kelas 4,

Hj. Rahmatia, S.Pd. Darna, S.Pd. Sd.


NIP. Nip.19651231 198611 2 073 NIP.197601042014102001
59

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


SIKLUS II

Satuan Pendidikan : SDN 56 Bassiang


Muatan Terpadu : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : 4 / Genap
Tema : Daerah Tempat Tinggalku (Tema 8)
Sub Tema : Keunikan Daerah Tempat Tinggalku (Subtema 2)
Pertemuan : 1 (Pertama)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangga.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca dan menanya) berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR

Kompotensi Dasar Indikator

3.9 Mencermati tokoh-tokoh yang 3.9.1 Mengidentifikasi dan


terdapat pada teks fiksi. memahami tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks
fiksi dengan tepat.
3.9.2 Menjelaskan tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks
fiksi dengan tepat.
4.9 Menyampaikan hasil identifikasi 4.9.1 Mengidentifikasi,
tokoh-tokoh yang terdapat pada teks menyajikan dan
fiksi secara lisan, tulis, dan visual. menunjukkan tokoh-tokoh
60

yang terdapat pada teks


fiksi secara lisan, tulis, dan
visual dengan tepat.
4.9.2 Menceritakan tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks
fiksi secara lisan, tulis, dan
visual dengan tepat.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
 Dengan kegiatan membaca teks cerita fiksi, siswa dapat menuliskan
tokoh-tokoh dalam cerita fiksi.
D. MATERI
 Tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi.
E. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN
Sumber:
 Buku Guru dan Siswa Tema: Daerah Tempat Tinggalku Kelas 4 (Buku
Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan (2016).
Media:
 Buku Teks.
F. PENDEKATAN DAN METODE
Pendekatan : Scientific.
Metode : Round Club
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan  Guru mengucapkan salam kepada siswa. 15 Menit
 Guru mengecek kehadiran siswa.
 Guru meminta siswa membaca doa sebelum
memulai pelajaran.
 Guru menyampaikan apersepsi dalam rangka
menarik perhatian siswa.
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
 Guru memberikan motivasi kepada siswa
untuk dapat berpartisipasi aktif selama proses
pembelajaran.
Kegiatan Inti  Guru menyampaikan materi kepada siswa. 45 menit
 Guru membagi siswa menjadi enam kelompok
secara heterogen.
61

 Guru kemudian memberikan sebuah teks


cerita fiksi untuk didiskusikan dalam
kelompok.
 Guru memfasilitasi setiap kelompok untuk
berdiskusi tentang teks cerita fiksi yang telah
diberikan sebelumya.
 Guru membimbing kegiatan diskusi siswa.
 Setiap kelompok secara bergiliran
mempersentasikan hasil diskusinya.
 Setiap kelompok diberi kesempatan untuk
memberikan tanggapan terhadap penyampaian
kelompok lain.
 Guru memberikan umpan balik terhadap
tanggapan siswa.
 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang materi yang belum
dimengerti.
Kegiatan  Guru menyampaikan nilai-nilai yang dapat 10 Menit
Penutup diperoleh dari materi.
 Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan
materi pembelajaran.
 Guru melakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran.
 Guru menutup pertemuan dengan
mengucapkan salam.

H. PENILAIAN DAN HASIL BELAJAR


No Penilaian Skor
1 Jika menuliskan dengan benar tokoh-tohoh dalam sebuah 5
cerita dengan lengkap.
Jika menuliskan dengan benar tokoh-tohoh dalam sebuah 3
cerita tetapi tidak lengkap.
Jika menuliskan dengan benar tokoh-tohoh dalam sebuah 1
cerita tetapi salah.
2 Jika menuliskan dengan benar tokoh utama dalam sebuah 5
cerita.
Jika menuliskan tokoh utama dalam sebuah cerita tetapi 3
salah.
Tidak menjawab sama sekali. 1
3 Jika menuliskan dengan benar sikap tokoh utama dalam 5
sebuah cerita.
Jika menuliskan sikap tokoh utama dalam sebuah cerita tetapi 3
salah.
Tidak menjawab sama sekali. 1
4 Jika menuliskan peristiwa dengan benar dan lengkap yang 10
ada dalam sebuah cerita.
Jika menuliskan peristiwa dengan benar yang ada dalam 5
62

sebuah cerita tetapi tidak lengkap.


Jika menuliskan peristiwa yang ada dalam sebuah cerita 1
dengan tidak benar.
5 Jika menuliskan amanat dengan benar dan lengkap yang ada 10
dalam sebuah cerita.
Jika menuliskan amanat dengan benar yang ada dalam 5
sebuah cerita tetapi tidak lengkap.
Jika menuliskan peristiwa yang ada dalam sebuah cerita 1
dengan tidak benar.

jumlah skor yang diperoleh


Nilai= x 100
skor maksimal

ANGSA DAN TELUR EMAS


Alkisah, ada seorang petani sederhana memiliki seekor angsa. Angsa yang
dimiliki petani bukan sekadar angsa biasa, melainkan angsa yang cantik dan
istimewa. Keistimewaannya adalah angsa milik petani menghasilkan telur emas.
Petani senang memiliki angsa istimewa itu. Setiap pagi petani bisa mengambil
telur emas di kandang. Petani membawa telur emas dari angsa miliknya ke pasar.
Petani menjual telur emas dengan harga tinggi. Dalam waktu singkat petani
berubah menjadi kaya.
Kekayaan ternyata tidak membuat petani lebih bersyukur dan tetap rendah
hati. Sebaliknya, kekayaan membuat petani serakah. Petani menginginkan angsa
bias menghasilkan telur emas lebih banyak lagi dalam waktu singkat. Petani tidak
sabar dan ingin cepat menjadi orang kaya raya. Ketidaksabaran petani terhadap
angsa miliknya muncul karena angsa hanya memberikan sebuah telur setiap hari.
Petani merasa dia tidak akan cepat menjadi kaya dengan cara begitu.
Setiap hari sepulang dari pasar, petani menghitung uangnya. Suatu hari,
setelah menghitung uangnya, sebuah gagasan muncul di kepala petani. Petani
berpikir bahwa ia akan mendapatkan semua telur emas dalam diri angsa sekaligus
dengan cara memotong angsa. Gagasan petani pun dilaksanakan. Betapa kaget
dan sedihnya petani ketika tidak menemukan satu telur pun dalam perut angsa.
Angsa istimewanya terlanjur mati dipotong. Hanya penyesalan yang bisa petani
rasakan saat ini. Keinginan petani menjadi kaya raya semakin jauh dari angan-
63

angannya.
1. Sebutkan tokoh-tokoh yang ada pada cerita Angsa dan Telur Emas di atas!
2. Siapakah tokoh utama pada cerita Angsa dan Telur Emas di atas?
3. Bagaimana sikap tokoh utama pada cerita Angsa dan Telur Emas di atas?
4. Peristiwa apa yang terjadi berdasarkan cerita Angsa dan Telur Emas di atas?
5. Amanat apa yang bisa dipetik dari pada cerita Angsa dan Telur Emas di atas?

Mengetahui Luwu, 2022


Kepala Sekolah, Guru Kelas 4,

Hj. Rahmatia, S.Pd. Darna, S.Pd. Sd.


NIP. Nip.19651231 198611 2 073 NIP.197601042014102001
64

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


SIKLUS II

Satuan Pendidikan : SDN 56 Bassiang


Muatan Terpadu : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : 4 / Genap
Tema : Daerah Tempat Tinggalku (Tema 8)
Sub Tema : Keunikan Daerah Tempat Tinggalku (Subtema 2)
Pertemuan : 2 (Kedua)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangga.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca dan menanya) berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR

Kompotensi Dasar Indikator

3.9 Mencermati tokoh-tokoh yang 3.9.1 Mengidentifikasi dan


terdapat pada teks fiksi. memahami tokoh-tokoh yang
terdapat pada teks fiksi
dengan tepat.
3.9.2 Menjelaskan tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks fiksi
dengan tepat.
4.9 Menyampaikan hasil identifikasi 4.9.1 Mengidentifikasi,
tokoh-tokoh yang terdapat pada menyajikan dan
teks fiksi secara lisan, tulis, dan menunjukkan tokoh-tokoh
65

visual. yang terdapat pada teks fiksi


secara lisan, tulis, dan visual
dengan tepat.
4.9.2 Menceritakan tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks fiksi
secara lisan, tulis, dan visual
dengan tepat.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
 Dengan kegiatan membaca teks cerita fiksi, siswa dapat menuliskan
tokoh-tokoh dalam cerita fiksi.
D. MATERI
 Tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi.
E. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN
Sumber:
 Buku Guru dan Siswa Tema: Daerah Tempat Tinggalku Kelas 4 (Buku
Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan (2016).
Media:
 Buku Teks.
F. PENDEKATAN DAN METODE
Pendekatan : Scientific.
Metode : Round Club
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan  Guru mengucapkan salam kepada siswa. 15 Menit
 Guru mengecek kehadiran siswa.
 Guru meminta siswa membaca doa sebelum
memulai pelajaran.
 Guru menyampaikan apersepsi dalam rangka
menarik perhatian siswa.
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
 Guru memberikan motivasi kepada siswa
untuk dapat berpartisipasi aktif selama proses
pembelajaran.

Kegiatan Inti  Guru menyampaikan materi kepada siswa. 45 menit


 Guru membagi siswa menjadi enam kelompok
66

secara heterogen.
 Guru kemudian memberikan sebuah teks
cerita fiksi untuk didiskusikan dalam
kelompok.
 Guru memfasilitasi setiap kleompok untuk
berdiskusi tentang teks cerita fiksi yang telah
diberikan sebelumya.
 Guru membimbing kegiatan diskusi siswa.
 Setiap kelompok secara bergiliran
mempersentasikan hasil diskusinya.
 Setiap kelompok diberi kesempatan untuk
memberikan tanggapan terhadap penyampaian
kelompok lain.
 Guru memberikan umpan balik terhadap
tanggapan siswa.
 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang materi yang belum
dimengerti.
Kegiatan  Guru menyampaikan nilai-nilai yang dapat 10 Menit
Penutup diperoleh dari materi.
 Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan
materi pembelajaran.
 Guru melakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran.
 Guru menutup pertemuan dengan
mengucapkan salam.

H. PENILAIAN DAN HASIL BELAJAR


No Penilaian Skor
1 Jika menuliskan dengan benar tokoh-tohoh dalam sebuah 5
cerita dengan lengkap.
Jika menuliskan dengan benar tokoh-tohoh dalam sebuah 3
cerita tetapi tidak lengkap.
Jika menuliskan dengan benar tokoh-tohoh dalam sebuah 1
cerita tetapi salah.
2 Jika menuliskan dengan benar tokoh utama dalam sebuah 5
cerita.
Jika menuliskan tokoh utama dalam sebuah cerita tetapi 3
salah.
Tidak menjawab sama sekali. 1
3 Jika menuliskan dengan benar sikap tokoh utama dalam 5
sebuah cerita.
Jika menuliskan sikap tokoh utama dalam sebuah cerita tetapi 3
salah.
Tidak menjawab sama sekali. 1
4 Jika menuliskan peristiwa dengan benar dan lengkap yang 10
ada dalam sebuah cerita.
67

Jika menuliskan peristiwa dengan benar yang ada dalam 5


sebuah cerita tetapi tidak lengkap.
Jika menuliskan peristiwa yang ada dalam sebuah cerita 1
dengan tidak benar.
5 Jika menuliskan amanat dengan benar dan lengkap yang ada 10
dalam sebuah cerita.
Jika menuliskan amanat dengan benar yang ada dalam 5
sebuah cerita tetapi tidak lengkap.
Jika menuliskan peristiwa yang ada dalam sebuah cerita 1
dengan tidak benar.

jumlah skor yang diperoleh


Nilai= x 100
skor maksimal

ANGSA DAN TELUR EMAS


Alkisah, ada seorang petani sederhana memiliki seekor angsa. Angsa yang
dimiliki petani bukan sekadar angsa biasa, melainkan angsa yang cantik dan
istimewa. Keistimewaannya adalah angsa milik petani menghasilkan telur emas.
Petani senang memiliki angsa istimewa itu. Setiap pagi petani bisa mengambil
telur emas di kandang. Petani membawa telur emas dari angsa miliknya ke pasar.
Petani menjual telur emas dengan harga tinggi. Dalam waktu singkat petani
berubah menjadi kaya.
Kekayaan ternyata tidak membuat petani lebih bersyukur dan tetap rendah
hati. Sebaliknya, kekayaan membuat petani serakah. Petani menginginkan angsa
bias menghasilkan telur emas lebih banyak lagi dalam waktu singkat. Petani tidak
sabar dan ingin cepat menjadi orang kaya raya. Ketidaksabaran petani terhadap
angsa miliknya muncul karena angsa hanya memberikan sebuah telur setiap hari.
Petani merasa dia tidak akan cepat menjadi kaya dengan cara begitu.
Setiap hari sepulang dari pasar, petani menghitung uangnya. Suatu hari,
setelah menghitung uangnya, sebuah gagasan muncul di kepala petani. Petani
berpikir bahwa ia akan mendapatkan semua telur emas dalam diri angsa sekaligus
dengan cara memotong angsa. Gagasan petani pun dilaksanakan. Betapa kaget
dan sedihnya petani ketika tidak menemukan satu telur pun dalam perut angsa.
Angsa istimewanya terlanjur mati dipotong. Hanya penyesalan yang bisa petani
rasakan saat ini. Keinginan petani menjadi kaya raya semakin jauh dari angan-
68

angannya.

1. Sebutkan tokoh-tokoh yang ada pada cerita Angsa dan Telur Emas di atas!
2. Siapakah tokoh utama pada cerita Angsa dan Telur Emas di atas?
3. Bagaimana sikap tokoh utama pada cerita Angsa dan Telur Emas di atas?
4. Peristiwa apa yang terjadi berdasarkan cerita Angsa dan Telur Emas di atas?
5. Amanat apa yang bisa dipetik dari pada cerita Angsa dan Telur Emas di atas?

Mengetahui Luwu, 2022


Kepala Sekolah, Guru Kelas 4,

Hj. Rahmatia, S.Pd. Darna, S.Pd. Sd.


NIP. Nip.19651231 198611 2 073 NIP.197601042014102001
69

Lampiran 2. Lembar Observasi


LEMBAR OBSERVASASI
KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN

Hari / Tanggal :
Siklus :
Pertemuan :
Petunjuk Pengisian :
Berilah tanda (√ ) terhadap pelaksanaan pembelajaran pada kolom yang telah
disediakan.
Penilaian
No Aspek Pengamatan Skor
1 2 3 4 5
Kegiatan Awal
1. Guru mengucapkan salam kepada
siswa.
2. Guru mengecek kehadiran siswa.
3. Guru meminta siswa membaca doa
sebelum memulai pelajaran.
4. Guru menyampaikan apersepsi dalam
rangka menarik perhatian siswa.
5. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
6. Guru memberikan motivasi kepada
siswa untuk dapat berpartisipasi aktif
selama proses pembelajaran.
Kegiatan Inti
7. Guru menyampaikan materi kepada
siswa.
8. Guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok secara heterogen.
9. Guru kemudian memberikan sebuah
teks cerita fiksi untuk didiskusikan
dalam kelompok.
10 Guru memfasilitasi setiap kleompok
. untuk berdiskusi tentang teks cerita
fiksi yang telah diberikan sebelumya.
11 Guru membimbing kegiatan diskusi
. siswa.
12 Setiap kelompok secara bergiliran
. mempersentasikan hasil diskusinya.
13 Setiap kelompok diberi kesempatan
. untuk memberikan tanggapan
terhadap penyampaian kelompok lain.
70

14 Guru memberikan umpan balik


. terhadap tanggapan siswa.
15 Memberikan kesempatan kepada
. siswa untuk bertanya tentang materi
yang belum dimengerti.
Kegiatan Penutup
16 Guru menyampaikan nilai-nilai yang
. dapat diperoleh dari materi.
17 Guru dan siswa bersama-sama
. menyimpulkan materi pembelajaran.
18 Guru melakukan refleksi terhadap
. proses pembelajaran.
19 Guru menutup pertemuan dengan
. mengucapkan salam.

Keterangan:
1. Skor 5 klasifikasi sangat baik.
2. Skor 4 klasifikasi baik.
3. Skor 3 klasifikasi cukup baik.
4. Skor 2 klasifikasi kurang baik.Skor 1 klasifikasi tidak baik.

Palopo, 2022
Observer

(....................................)
71

LEMBAR OBSERVASASI
AKTIVITAS SISWA
Hari / Tanggal :
Siklus :
Pertemuan :
Petunjuk Pengisian :
Berilah tanda (√ ) terhadap pelaksanaan pembelajaran pada kolom yang telah
disediakan.
Penilaian
No Aspek Pengamatan Skor
1 2 3 4 5
Kegiatan Awal
1. Siswa menjawab salam dari guru.
2. Siswa membaca doa sebelum belajar
sesuai arahan guru.
3. Siswa memperhatikan apersepsi
(menjelaskan aspek penting tentang
materi yang diajarkan) yang diberikan
oleh guru.
4. Siswa memperhatikan tujuan
pembelajaran yang disampaikan oleh
guru.
Kegiatan Inti
6. Siswa memperhatikan materi yang
disampaikan oleh guru.
7. Siswa membentuk kelompok sesuai
dengan arahan guru.
8. Siswa berdiskusi antara anggota
kelompok untuk membahasa materi
dan tugas yang diberikan oleh guru.
9. Siswa mengikuti bimbingan guru
selama berdiskusi dalam
kelompoknya.
10. Siswa mempersentasikan hasil diskusi
kelompoknya di depan kelas.
11. Siswa memberikan tanggapan
terhadap penyampaian kelompok lain.
12. Siswa bertanya tentang materi yang
belum dimengerti.
Kegiatan Penutup
12. Siswa memperhatikan penjelasan
guru tentang nilai-nilai yang dapat
diperoleh dari materi.
72

13. Siswa memperhatikan kesimpulan


yang disampaikan oleh guru.
14. Siswa menutup pertemuan dengan
menjawab salam dari guru.

Keterangan:
1. Skor 5 klasifikasi aktif sekali.
2. Skor 4 klasifikasi aktif.
3. Skor 3 klasifikasi cukup aktif.
4. Skor 2 klasifikasi kurang aktif.
5. Skor 1 klasifikasi tidak aktif.

Palopo, 2022
Observer

(....................................)
73

Lampiran 3. Rubrik Penilaian Tes

Skor
No Hasil Pengerjaan Soal Skor
Maksimal
1 Jika menuliskan dengan benar tokoh-tohoh dalam 5 5
sebuah cerita dengan lengkap.
Jika menuliskan dengan benar tokoh-tohoh dalam 3
sebuah cerita tetapi tidak lengkap.
Jika menuliskan dengan benar tokoh-tohoh dalam 1
sebuah cerita tetapi salah.
2 Jika menuliskan dengan benar tokoh utama dalam 5 5
sebuah cerita.
Jika menuliskan tokoh utama dalam sebuah cerita 3
tetapi salah.
Tidak menjawab sama sekali. 1
3 Jika menuliskan dengan benar sikap tokoh utama 5 5
dalam sebuah cerita.
Jika menuliskan sikap tokoh utama dalam sebuah 3
cerita tetapi salah.
Tidak menjawab sama sekali. 1
4 Jika menuliskan peristiwa dengan benar dan lengkap 10 10
yang ada dalam sebuah cerita.
Jika menuliskan peristiwa dengan benar yang ada 5
dalam sebuah cerita tetapi tidak lengkap.
Jika menuliskan peristiwa yang ada dalam sebuah 1
cerita dengan tidak benar.
5 Jika menuliskan amanat dengan benar dan lengkap 10 10
yang ada dalam sebuah cerita.
Jika menuliskan amanat dengan benar yang ada 5
dalam sebuah cerita tetapi tidak lengkap.
Jika menuliskan peristiwa yang ada dalam sebuah 1
cerita dengan tidak benar.
Jumlah Skor Maksimal 35
74

Lampiran 4. Instrumen Tes

INSTRUMEN TES SIKLUS I

PUTRI TANDAMPALIK

Dahulu dikisahkan, di Sulawesi Selatan berdiri sebuah kerajaan bernama


Kerajaan Luwu yang dipimpin oleh seorang raja. Raja itu bernama La Busatana
Datu Maongge dan sering dipanggil Raja atau Datu Luwu. Ia sangat arif,
bijaksana, dan gagah berani. Karenanya, rakyat di negeri itu hidup makmur dan
tidak pernah kekurangan bahan pangan. Keadaan negeri itu juga aman dan damai.
Datu Luwu memiliki seorang putri yang sangat cantik dan ramah. Putri
Tandampalik, begitu ia biasa disapa. Kecantikan dan budi pekertinya yang baik
membuat ia dikenal hingga ke pelosok negeri. Kabar inipun terdengar sampai ke
telinga Raja Bone. Raja Bone memiliki seorang putra yang gagah dan tampan.
Meskipun seorang putra mahkota, tutur katanya baik dan sopan. Raja Bone
bermaksud meminang Putri Tandampalik untuk putranya. Akhirnya, ia mengutus
rombongan perwiranya ke Kerajaan Luwu.
Mendengar kabar akan datang utusan dari Bone untuk meminang putrinya,
Datu Luwu sangat bingung. Setiap hari, ia gelisah memikirkan pinangan itu.
Menurut adat Luwu, seorang putri dari Luwu tidak boleh menikah dengan lelaki
di luar sukunya. Akan tetapi, jika ia menolak pinangan tersebut pasti akan terjadi
peperangan yang dapat berdampak buruk bagi rakyatnya.
"Baiklah. Aku akan menerima pinangan itu. Biar aku saja yang dikutuk oleh
Dewa asalkan rakyatku tidak menderita," ucapnya dalam hati.
Beberapa hari kemudian, datang utusan dari Kerajaan Bone untuk meminang
Putri Tandampalik. Mereka datang dengan sangat sopan dan ramah. Tidak ada
rombongan prajurit yang datang ataupun armada perang di pelabuhan seperti yang
diperkirakan sebelumnya. Datu Luwu menyambutnya dengan ramah. Setelah
mereka mengutarakan maksudnya Datu Luwu tidak langsung menjawab pinangan
itu. Utusan Raja Bone memahami hal itu. Mereka akhirnya kembali ke Bone.
Kejadian yang tidak terduga pun terjadi. Keesokan harinya, Putri
75

Tandampalik jatuh sakit. Sekujur tubuhnya mengeluarkan cairan kental


menjijikkan yang berbau anyir. Dari tabib istana hingga tabib-tabib terkenal
lainnya dari pelosok negeri didatangkan untuk menyembuhkan Putri
Tandampalik. Hasilnya nihil. Putri Tandampalik tidak kunjung sembuh. Semakin
hari kondisi Putri Tandampalik semakin parah. Jika tidak segera diasingkan,
rakyat Luwu pasti akan tertular.
"Bagaimana caranya agar putriku lekas sembuh? Jika tidak kunjung sembuh.
rakyatku pasti akan tertular. Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak akan
mungkin tega membunuh anakku sendiri," pikir Datu Luwu.
Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya ia mendapatkan cara agar rakyatnya
tidak tertular penyakit putrinya. Satu-satunya cara adalah Putri Tandampalik harus
diasingkan keluar dari Negeri Luwu. Betapa berat hati Datu Luwu melepas
putrinya.
"Anakku, bukan ayahanda tidak sayang padamu, tetapi inilah satu-satunya
cara untuk menyelamatkan rakyat kita dari serangan penyakitmu," ujarnya pada
Putri Tandampalik.
"Hamba mengerti. Biarlah hamba pergi mengasingkan diri," jawab Putri
Tandampalik dengan lembut.
Pergilah Putri Tandampalik ke pengasingan didampingi oleh pengikut
setianya. Sebelum pergi, Datu Luwu memberikan sebilah keris pusaka kepada
putri kesayangannya itu. Berbulan-bulan sudah Putri Tandampalik dan
pengikutnya berlayar. Tibalah mereka di sebuah pulau yang subur dan berhawa
sejuk. Lalu, mereka menepi. Disana, seorang pengikut Putri Tandampalik
menemukan buah wajo. Akhirnya, daerah tersebut diberi nama Wajo. Disana
mereka membuat gubuk-gubuk kecil sebagai tempat tinggal. Mereka juga mulai
bercocok tanam. Dengan kehidupan yang sangat sederhana mereka terus bekerja
keras dengan semangat dan gembira.
Suatu waktu, Putri Tandampalik duduk di tepi danau yang terletak di tengah
pulau itu. Tiba-tiba seekor kerbau putih menghampiri dan menjilati kulit sang
Putri dengan lembut. Semula, sang Putri hendak mengusirnya. Tetapi, hewan itu
tampak jinak dan terus menjilatinya. Akhirnya, ia diamkan saja.
Sungguh ajaib! Setelah berkali-kali dijilat oleh kerbau itu, kulit sang Putri
yang mengeluarkan caitan tiba-tiba hilang tanpa bekas. Kulit sang Putri kembali
halus, mulus dan bersih seperti sediakala. Sang Putri terharu dan bersyukur
kepada Tuhan, karena penyakitnya telah sembuh. la kemudian berpesan kepada
para pengawalnya, “Mulai saat ini, aku minta kalian untuk tidak menyembelih
atau memakan kerbau putih yang ada di pulau ini, karena hewan itu telah
menyembuhkan penyakitku.” Permintaan sang Putri itu langsung dipenuhi oleh
seluruh pengawalnya. Hingga kini, kerbau putih yang ada di Pulau Wajo
dibiarkan hidup bebas dan beranak pinak. Kemudian oleh masyarakat setempat,
kerbau putih tersebut disebut sebagai sakkoli.
Pada suatu hari, pulau Wajo kedatangan serombongan pemburu. Mereka
adalah Putra Mahkota Kerajaan Bone yang didampingi oleh Anreguru
Pakanranyeng, Panglima Kerajaan Bone, dan beberapa pengawalnya. Saking
asyiknya berburu, Putra Mahkota Raja Bone tidak sadar kalau ia sudah terpisah
dari rombongannya dan tersesat di hutan.
Malam semakin larut, Putra Mahkota tidak dapat memejamkan matanya.
Suara-suara binatang malam membuatnya terus terjaga dan gelisah. Di tengah
76

gelapnya malam, tiba-tiba ia melihat seberkas cahaya dari kejauhan. Semakin


lama, pancaran cahaya itu semakin terang. Ia sangat penasaran ingin
mengetahuinya. Ia kemudian memberanikan diri untuk mencari sumber cahaya
itu.
Dengan tertatih-tatih, Putra Mahkota berusaha berjalan mengikuti kaki
melangkah menelusuri gelapnya malam. Akhirnya, sampailah ia di sebuah
perkampungan yang ramai dengan rumah-rumah penduduk. Setelah ia memasuki
perkampungan itu, sumber cahaya itu semakin jelas terdapat di sebuah rumah
yang nampak kosong. Dengan melangkah pelan-pelan, Putra Mahkota mendekati
dan memasuki rumah itu. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat seorang gadis
yang cantik sekali bak bidadari sedang menjerang air di dalam rumah itu. Gadis
cantik itu tidak lain adalah Putri Tandampalik.
Pangeran dan sang puteri segera jatuh cinta. Namun, Putra Mahkota tidak bisa
berlama-lama di Pulau Wajo karena ia harus kembali ke negerinya
untuk menyelesaikan beberapa kewajibannya di Istana Bone. Ia pun
mengajak sang puteri untuk kembali ke istananya. Mereka pun menikah dan pesta
besar segera diadakan.
Datu Luwu dan permasuri sangat gembira mendengar berita baik tersebut.
Mereka segera berangkat untuk menghadiri pesat pernikahan putrinya. Pesta
pernikahan mereka berlangsung sangat meriah. Seluruh keluarga dari dua
Kerajaan Besar di Sulawesi Selatan itu sangat gembira dengan pernikahan
tersebut. Putri Tandampalik dan Putra Mahkota hidup bahagia. Beberapa tahun
kemudian, Putra Mahkota naik tahta. Ia menjadi raja yang arif dan bijaksana.

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!


1. Sebutkan tokoh-tokoh yang ada pada cerita Legenda Putri Tandampalik di
atas!
2. Siapakah tokoh utama pada cerita Legenda Putri Tandampalik di atas?
3. Bagaimana sikap tokoh utama pada cerita Legenda Putri Tandampalik di atas?
4. Peristiwa apa yang terjadi berdasarkan cerita pada dongeng Legenda Putri
Tandampalik di atas?
5. Amanat apa yang bisa dipetik dari pada cerita Legenda Putri Tandampalik di
atas?
77

INSTRUMEN TES SIKLUS II

PANGLIMA TO DILATING

Dahulu di sebuah bukit Napo di daerah Tammajarra, Puloweli Mandar berdiri


sebuah Kerajaaan Balanipa yang dipimpin oleh Raja Balanipa yang sudah tiga
puluh tahun tidak pernah mau turun dari jabatannya. Raja Balanipa menginginkan
berkuasa selamanya. Ia mempunyai dua anak laki-laki dan dua anak perempuan.
Akan tetapi, kedua anak Iaki-Iakinya sudah dibunuh olehnya, karena ia tidak mau
mewariskan jabatan Raja kepada dua anak Iaki-Iakinya itu. Sang Permaisuri tidak
bisa berbuat apa-apa, ia selalu merasa cemas jika sedang mengandung. Ia takut
anak yang dikandungnya itu seorang bayi laki-laki lalu akan dibunuh lagi oleh
suaminya.
Pada suatu hari, sang Permaisuri sedang mengandung, sebentar lagi ia akan
melahirkan, pada saat itu Raja Balanipa hendak pergi berburu dalam waktu yang
lama. Maka sang Raja berpesan kepada panglima Puang Mosso untuk menjaga
permaisurinya dan juga meminta untuk membunuh bayinya apabila yang lahir
adalah bayi laki-laki. Setelah itu, berangkatlah Raja Balanipa ke Mosso.
Esok harinya, sang Permaisuri pun melahirkan seorang bayi laki-laki yang
tampan. Anehnya, lidah bayi itu berwarna hitam dan berbulu. Puang Mosso yang
mengetahui bahwa permaisuri melahirkan bayi laki-laki, ia merasa kasihan dan
tidak tega membunuh bayi itu.
“Aku tidak mungkin membunuh bayi yang tidak berdosa ini,” ucap Puang
Mosso sambil menatap bayi laki-laki di depannya. la berpikir keras untuk
menyelamatkan bayi laki-laki itu, akhirnya ia menitipkan bayi itu kepada
keluarganya yang tinggal di sebuah kampung jauh dari istana. Kemudian ia
menyembelih seekor kambing dan dikuburkannya. Lalu ia buatkan nisan di
atasnya. Sehingga sang Raja akan mengira bahwa isi kuburan itu adalah bayi laki-
lakinya.
Beberapa minggu kemudian sang Raja Balanipa pulang ke istana dan
78

langsung menemui Puang Mosso, “Bagimana keadaan permaisuri? Apakah sudah


melahirkan?” tanya sang Raja.
“Ampun Raja, permaisuri telah melahirkan seorang bayi laki-laki. Dan hamba
telah membunuh dan menguburkannya di samping kuburan kedua anak laki-laki
Raja yang lainnya,” jelas Puang Mosso.
Raja Balanipa segera menuju tempat kuburan bayi laki-lakinya itu, ia belum
yakin jika belum melihat langsung kuburan itu. Sesampainya di sana, tampaklah
sebuah kuburan kecil yang masih baru. Sang Raja pun percaya bahwa bayi Iaki-
lakinya sudah mati. la pun kembali menjalankan tugasnya sebagai raja dengan
perasaan tenang dan bahagia, karena tidak ada lagi yang akan menggantikannya.
Waktu terus berganti, Putra raja yang dahulu Puang Mosso titipkan di
kampung halamannya sudah besar, ia tampan dan kekar. Ia juga sangat akrab
dengan Puang Mosso, karena hampir setiap minggu Puang Mosso menemuinya
secara diam-diam, Puang Mosso juga menceritakan asal usulnya yang bahwa
sebenarnya ia adalah Putra Raja Balanipa. Kemudian Puang Mosso menitipkan
anak itu lagi kepada seorang pedagang yang akan berlayar menuju Pulau Salerno
yang berada sangat jauh dari bukit Napo. Puang Mosso sangat takut jika sang Raja
mengetahui bahwa anak laki-lakinya masih hidup.
Di Pulau Salerno, Putra Raja Balanipa itu tumbuh menjadi anak yang cerdas
dan gagah. Ia sangat tekun bekerja dan pandai memanjat pohon kelapa. Hingga
suatu hari ketika Ia sedang memanjat pohon kelapa, tiba-tiba
seekor burung rajawali raksasa menyambarnya, lalu membawanya terbang ke
tempat yang jauh yaitu di daerah Gowa, anak itu terlepas dari cengkeraman
rajawali raksasa sehingga terjatuh di tengah sawah dan ditemukan oleh seorang
petani.
Si petani pun segera melaporkan hal itu kepada Raja Gowa, Tumaparissi
Kalonna. Lalu Raja itu meminta petani untuk membawa anak itu ke istana. Sang
petani segera membawa anak yang ditemukannya itu ke istana, ketika sang Raja
melihat dan mengamati anak itu, ia Iangsung tertarik melihat tubuh anak itu yang
kekar, ia tertarik untuk merawat dan mendidiknya agar kelak menjadi panglima
perang yang gagah dan perkasa. Beberapa tahun kemudian Putra Raja Balanipa itu
benar-benar menjadi panglima perang yang tangguh sehingga pasukan Kerajaan
Gowa selalu menang dalam perang melawan kerajaan manapun. Raja Gowa
kemudian memberi gelar panglima perangnya itu dengan gelar I Manyambungi.
Sementara itu, di Kerajaan Balanipa, kondisinya sangat memprihatinkan,
Kerajaan itu sudah tak sesejahtera dulu, rupanya Raja Balanipa yang merupakan
ayah kandung Panglima I Manyambungi telah wafat dan digantikan oleh Raja
Lego yaitu seorang Raja yang sangat kejam dan bengis. Ia suka menganiaya
rakyat, baik yang berada di wilayah kekuasaannya maupun yang berada di negeri
luar yaitu negeri Samsundu, Mosso dan Todang-Todang. Hal tersebut membuat
raja-raja negeri bawahannya menjadi resah.
Mereka pun mengadakan musyawarah untuk mencari cara menyingkirkan
Raja Lego. Oleh karena panglima I Manyambungi sudah terkenal ke berbagai
daerah, maka para raja negeri bawahan pun mengenalnya dan mereka bersepakat
untuk mengundang Panglima I Manyambungi.
Maka diutuslah beberapa perwakilan dari kerajaan-kerajaan bawahan ke
Kerajaan Gowa. Setibanya di sana mereka langsung menyatakan maksudnya,
“Hormat kami Tuan, Kami adalah utusan dari kerajaan-kerajaan kecil di daerah
79

Polewali Mandar. Maksud kedatangan kami adalah ingin meminta bantuan Tuan
untuk melawan Raja Lego yang bengis dan kejam itu,” lapor seorang utusan.
“Siapa Raja Lego itu?” tanya I Manyambungi.
“Dia adalah Raja penguasa Kerajaan Balanipa yang menggantikan Raja
Balanipa. la suka menganiaya rakyat kami tanpa alasan yang jelas,” tambah_ salah
seorang utusan.
I Manyambungi sangat terkejut saat mendengar jawaban itu. Ia jadi teringat
dengan ayahnya, Raja Balanipa dan keluarganya yang pernah diceritakan oleh
Puang Mosso dahulu, “Bagaimana dengan Raja Balanipa dan keluarga istana
lainnya juga Panglima Puang Mosso?” tanya I Manyambungi cemas.
“Raja Balanipa dan permaisurinya telah wafat. Sementara beberapa keluarga
istana lainnya sudah mengungsi. Puang Mosso masih hidup, bahkan dialah yang
telah menyelamatkan keluarga istana. Maaf Tuan, bagaimana Tuan dapat
mengenal Puang Mosso?” tanya utusan yang lain heran.
Kemudian Panglima I Manyambungi menceritakan I asal-usulnya yang
merupakan anak dari Raja Balanipa. Para utusan dari Mandar itu pun terkejut dan
segera memberi hormat.
“Baiklah, aku bersedia membantu kalian, tapi dengan syarat Puang Mosso
yang harus datang sendiri menjemputku,” pesan Panglima I Manyambungi.
Para utusan itu pun menyanggupinya. Sesampainya di Mandar, mereka segera
menemui Puang Mosso. Mendengar laporan para utusan itu, Puang Mosso
menjadi heran dan cemas mengapa harus ia yang menjemputnya, siapakah
sebenarnya panglima perang dari Gowa itu. Puang Mosso terus berpikir selama
perjalanan ke Gowa.
Sesampainya di Gowa, Puang Mosso segera menghadap Panglima I
Manyambungi, hati Puang Mosso semakin berdebar kencang sedangkan I
Manyambungi yang selalu tersenyum sambil menatap Puang Mosso dengan mata
berkaca-kaca, “Kaukah Puang Mosso?” tanya Panglima I Manyambungi dengan
mata berkaca-kaca.
“Benar, Tuan!” jawab Puang Mosso kebingungan, “Maafkan aku Tuan,
bisakah Tuan menjulurkan lidah sebentar?” pinta Puang Mosso hati-hati.
I Manyambungi kemudian mengulurkan lidahnya, ketika melihat lidah I
Manyambungi berwarna hitam dan berbulu, maka semakin yakinlah Puang Mosso
jika panglima itu adalah putra Raja Balanipa yang dulu ia titipkan kepada seorang
pedagang.
Puang Mosso segera memeluknya sambil menangis haru, “Engkaulah putra
Raja Balanipa!” ucapnya sambil memeluk erat I Manyumbungi yang juga
membalas pelukannya.
“Benar Puang Mosso, terima kasih telah menyelamatkan nyawaku ketika aku
masih kecil dulu,” kata panglima I Manyumbungi. Puang Mosso menepuk-nepuk
bahu I Manyumbungi sambil mengangguk.
Kemudian saat tengah malam, Puang Masso dan Panglima I Manyambungi
beserta beberapa pengikutnya meninggalkan istana Kerajaan Gowa menuju bukit
Napo. Sejak saat itu, Panglima I Manyambungi dikenal dengan nama Panglima
To Dilating.
Sementara itu, Raja Lego semakin kejam terhadap rakyat yang lemah, semua
warga tak ada yang berani melawannya. Maka, saat melihat hal itu, Panglima To
Dilating mengajak para warga untuk memerangi Raja Lego, mereka
80

menyetujuinya dengan penuh semangat.


Pada waktu yang telah ditentukan, Panglima To Dilating beserta seluruh
warga segera menyerbu istana Raja Lego. Pertempuran sengit pun tidak didapat
dihindari lagi. Pasukan Raja Lego akhirnya menyerah.
Sementara itu, Raja Lego yang dihadapi langsung oleh Panglima To Dilating
masih mampu melakukan perlawanan. Keduanya saling mengadu kesaktian.
Namun akhirnya Raja Lego akhirnya kalah juga dan mati di ujung tombak
Panglima To Dilating. Seluruh warga menyambut kemenangan itu dengan sangat
gembira.
Akhirnya, Panglima To Dilating dinobatkan menjadi Raja di bukit Napo.
Hingga saat ini, makam Panglima To Dilating berada di bawah sebuah pohon
beringin yang rindang berada di atas bukit Napo, Polewali Mandar.
Sulawesi Barat.

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!


1. Sebutkan tokoh-tokoh yang ada pada cerita Panglima To Dilating di atas!
2. Siapakah tokoh utama pada cerita Panglima To Dilating di atas?
3. Bagaiaman sikap tokoh utama pada cerita Panglima To Dilating di atas?
4. Peristiwa apa yang terjadi berdasarkan cerita pada cerita Panglima To Dilating
di atas?
5. Amanat apa yang bisa dipetik dari pada cerita Panglima To Dilating di atas?
81

Lampiran 5. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran


1. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Pada Siklus I
Penilaian Sko Nila
No Aspek Pengamatan Kategori
1 2 3 4 5 r i
Kegiatan Awal
Guru mengucapkan salam Cukup
1. √ 4 80
kepada siswa. Baik
Guru mengecek kehadiran Cukup
2. √ 4 80
siswa. Baik
Guru meminta siswa membaca
Cukup
3. doa sebelum memulai √ 4 80
Baik
pelajaran.
Guru menyampaikan apersepsi
Cukup
4. dalam rangka menarik √ 4 80
Baik
perhatian siswa.
Guru menyampaikan tujuan Cukup
5. √ 4 80
pembelajaran. Baik
Guru memberikan motivasi
kepada siswa untuk dapat Cukup
6. √ 4 80
berpartisipasi aktif selama Baik
proses pembelajaran.
Kegiatan Inti
Guru menyampaikan materi Cukup
7. √ 4 80
kepada siswa. Baik
Guru membagi siswa menjadi
Sangat
8. beberapa kelompok secara √ 5 100
Baik
heterogen.
Guru kemudian memberikan
Sangat
9. sebuah teks cerita fiksi untuk √ 4 80
Baik
didiskusikan dalam kelompok.
Guru memfasilitasi setiap
kleompok untuk berdiskusi Cukup
10. √ 4 80
tentang teks cerita fiksi yang Baik
telah diberikan sebelumya.
Guru membimbing kegiatan Cukup
11. √ 4 80
diskusi siswa. Baik
Setiap kelompok secara
12. bergiliran mempersentasikan √ 3 60 Tidak Baik
hasil diskusinya.
Setiap kelompok diberi
kesempatan untuk
13. memberikan tanggapan √ 3 60 Tidak Baik
terhadap penyampaian
kelompok lain.
14. Guru memberikan umpan √ 4 80 Cukup
balik terhadap tanggapan Baik
82

siswa.
Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya
15. √ 3 60 Tidak Baik
tentang materi yang belum
dimengerti.
Kegiatan Penutup
Guru menyampaikan nilai-
Cukup
16. nilai yang dapat diperoleh dari √ 4 80
Baik
materi.
Guru dan siswa bersama-sama
17. menyimpulkan materi √ 3 60 Tidak Baik
pembelajaran.
Guru melakukan refleksi Cukup
18. √ 4 80
terhadap proses pembelajaran. Baik
Guru menutup pertemuan Cukup
19. √ 4 80
dengan mengucapkan salam. Baik
146
Jumlah 0
Cukup
Rata-rata 77 Baik

2. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Pada Siklus II

N Penilaian Sko Nila


Aspek Pengamatan Kategori
o 1 2 3 4 5 r i
Kegiatan Awal
Guru mengucapkan salam Sangat
1. √ 5 100
kepada siswa. Baik
Guru mengecek kehadiran Sangat
2. √ 5 100
siswa. Baik
Guru meminta siswa membaca
Sangat
3. doa sebelum memulai √ 5 100
Baik
pelajaran.
Guru menyampaikan apersepsi
Cukup
4. dalam rangka menarik √ 4 80
Baik
perhatian siswa.
Guru menyampaikan tujuan Cukup
5. √ 4 80
pembelajaran. Baik
Guru memberikan motivasi
kepada siswa untuk dapat Cukup
6. √ 4 80
berpartisipasi aktif selama Baik
proses pembelajaran.
Kegiatan Inti
Guru menyampaikan materi Cukup
7. √ 4 80
kepada siswa. Baik
Guru membagi siswa menjadi Sangat
8. √ 5 100
beberapa kelompok secara Baik
83

heterogen.
Guru kemudian memberikan
Sangat
9. sebuah teks cerita fiksi untuk √ 5 100
Baik
didiskusikan dalam kelompok.
Guru memfasilitasi setiap
10 kleompok untuk berdiskusi Sangat
√ 5 100
. tentang teks cerita fiksi yang Baik
telah diberikan sebelumya.
11 Guru membimbing kegiatan Sangat
√ 5 100
. diskusi siswa. Baik
Setiap kelompok secara
12 Sangat
bergiliran mempersentasikan √ 5 100
. Baik
hasil diskusinya.
Setiap kelompok diberi
13 kesempatan untuk memberikan Cukup
√ 4 80
. tanggapan terhadap Baik
penyampaian kelompok lain.
14 Guru memberikan umpan balik Cukup
√ 4 80
. terhadap tanggapan siswa. Baik
Memberikan kesempatan
15 kepada siswa untuk bertanya Cukup
√ 4 80
. tentang materi yang belum Baik
dimengerti.
Kegiatan Penutup
Guru menyampaikan nilai-
16 Sangat
nilai yang dapat diperoleh dari √ 5 100
. Baik
materi.
Guru dan siswa bersama-sama
17 Sangat
menyimpulkan materi √ 5 100
. Baik
pembelajaran.
18 Guru melakukan refleksi Cukup
√ 4 80
. terhadap proses pembelajaran. Baik
19 Guru menutup pertemuan Cukup
√ 4 80
. dengan mengucapkan salam. Baik
172
Jumlah 0
Sangat
Rata-rata 91 Baik
84

Lampiran 6. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa


1. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Siklus I

N Penilaian Sko Nil


Aspek Pengamatan Kategori
o 1 2 3 4 5 r ai
Kegiatan Awal
Siswa menjawab salam dari
1. √ 4 80 Aktif Sekali
guru.
Siswa membaca doa sebelum Cukup
2. √ 3 60
belajar sesuai arahan guru. Aktif
Siswa memperhatikan
apersepsi (menjelaskan aspek
Cukup
3. penting tentang materi yang √ 3 60
Aktif
diajarkan) yang diberikan oleh
guru.
Siswa memperhatikan tujuan
Cukup
4. pembelajaran yang √ 3 60
Aktif
disampaikan oleh guru.
Kegiatan Inti
Siswa memperhatikan materi Cukup
6. √ 3 60
yang disampaikan oleh guru. Aktif
Siswa membentuk kelompok Cukup
7. √ 3 60
sesuai dengan arahan guru. Aktif
Siswa berdiskusi antara
anggota kelompok untuk Cukup
8. √ 3 60
membahasa materi dan tugas Aktif
yang diberikan oleh guru.
Siswa mengikuti bimbingan
Cukup
9. guru selama berdiskusi dalam √ 3 60
Aktif
kelompoknya.
Siswa mempersentasikan hasil
10 Cukup
diskusi kelompoknya di depan √ 3 60
. Aktif
kelas.
Siswa memberikan tanggapan
11 Cukup
terhadap penyampaian √ 3 60
. Aktif
kelompok lain.
12 Siswa bertanya tentang materi Cukup
√ 3 60
. yang belum dimengerti. Aktif
Kegiatan Penutup
Siswa memperhatikan
12 penjelasan guru tentang nilai-
√ 4 80 Aktif Sekali
. nilai yang dapat diperoleh dari
materi.
Siswa memperhatikan
13
kesimpulan yang disampaikan √ 4 80 Aktif Sekali
.
oleh guru.
14 Siswa menutup pertemuan √ 4 80 Aktif Sekali
85

dengan menjawab salam dari


.
guru.
Jumlah 920
Cukup
Rata-raaa 66
Aktif
2. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Siklus II

N Penilaian Sko Nil


Aspek Pengamatan Kategori
o 1 2 3 4 5 r ai
Kegiatan Awal
Siswa menjawab salam dari
1. √ 5 100 Aktif Sekali
guru.
Siswa membaca doa sebelum
2. √ 5 100 Aktif Sekali
belajar sesuai arahan guru.
Siswa memperhatikan
apersepsi (menjelaskan aspek
3. penting tentang materi yang √ 4 80 Aktif Sekali
diajarkan) yang diberikan oleh
guru.
Siswa memperhatikan tujuan
4. pembelajaran yang √ 4 80 Aktif Sekali
disampaikan oleh guru.
Kegiatan Inti
Siswa memperhatikan materi
6. √ 4 80 Aktif Sekali
yang disampaikan oleh guru.
Siswa membentuk kelompok
7. √ 4 80 Aktif Sekali
sesuai dengan arahan guru.
Siswa berdiskusi antara
anggota kelompok untuk Cukup
8. √ 3 60
membahasa materi dan tugas Aktif
yang diberikan oleh guru.
Siswa mengikuti bimbingan
Cukup
9. guru selama berdiskusi dalam √ 3 60
Aktif
kelompoknya.
Siswa mempersentasikan hasil
10 Cukup
diskusi kelompoknya di depan √ 3 60
. Aktif
kelas.
Siswa memberikan tanggapan
11 Cukup
terhadap penyampaian √ 3 60
. Aktif
kelompok lain.
12 Siswa bertanya tentang materi Cukup
√ 3 60
. yang belum dimengerti. Aktif
Kegiatan Penutup
Siswa memperhatikan
12 penjelasan guru tentang nilai-
√ 4 80 Aktif Sekali
. nilai yang dapat diperoleh dari
materi.
86

Siswa memperhatikan
13
kesimpulan yang disampaikan √ 4 80 Aktif Sekali
.
oleh guru.
Siswa menutup pertemuan
14
dengan menjawab salam dari √ 4 80 Aktif Sekali
.
guru.
106
Jumlah
0
Rata-raaa 76 Aktif

Lampiran 9. Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN 56 Bassiang


Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round
Club

1. Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN 56 Bassiang Dengan


Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Club Pada Siklus I
Nomor Soal Jumlah
No Kode Siwa Nilai Kategori
1 2 3 4 5 Skor
1 S1 5 5 5 5 5 25 71 Tuntas
2 S2 5 5 3 5 5 23 66 Belum Tuntas
3 S3 5 5 5 5 5 25 71 Tuntas
4 S4 5 5 5 5 5 25 71 Tuntas
1
5 S5 5 5 5 0 5 30 86 Tuntas
6 S6 5 5 5 5 5 25 71 Tuntas
1
7 S7 5 5 5 0 1 26 74 Tuntas
1
8 S8 5 5 5 0 1 26 74 Tuntas
9 S9 5 5 3 5 5 23 66 Belum Tuntas
10 S10 3 5 3 5 1 17 49 Belum Tuntas
11 S11 5 5 5 5 5 25 71 Tuntas
1
12 S12 5 5 5 0 5 30 86 Tuntas
1 1
13 S13 5 5 5 0 0 35 100 Tuntas
1
14 S14 5 5 5 0 5 30 86 Tuntas
15 S15 5 5 3 5 5 23 66 Belum Tuntas
16 S16 5 5 5 5 1 21 60 Belum Tuntas
1
17 S17 5 5 5 0 5 30 86 Tuntas
18 S18 3 5 5 5 5 23 66 Belum Tuntas
19 S19 5 5 3 5 5 23 66 Belum Tuntas
20 S20 5 5 5 1 5 30 86 Tuntas
87

0
1
21 S21 5 5 5 0 5 30 86 Tuntas
1
22 S22 5 5 3 0 5 28 80 Tuntas
1
23 S23 5 5 3 0 5 28 80 Tuntas
24 S24 3 5 5 5 5 23 66 Belum Tuntas
25 S25 5 5 5 5 5 25 71 Tuntas
26 S26 3 5 5 5 5 23 66 Belum Tuntas
27 S27 5 5 3 5 5 23 66 Belum Tuntas
1
28 S28 5 5 5 0 5 30 86 Tuntas
1 1
29 S29 5 5 5 0 0 35 100 Tuntas
1
30 S30 5 5 5 0 5 30 86 Tuntas
31 S31 3 5 5 5 5 23 66 Belum Tuntas
32 S32 5 5 3 5 5 23 66 Belum Tuntas
1
33 S33 5 5 5 0 5 30 86 Tuntas
34 S34 3 5 3 5 5 21 60 Belum Tuntas
35 S35 5 5 5 5 5 25 71 Tuntas
36 S36 3 5 3 5 5 21 60 Belum Tuntas
37 S37 5 5 5 5 5 25 71 Tuntas
1 1
38 S38 5 5 5 0 0 35 100 Tuntas

2. Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN 56 Bassiang Dengan


Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Club Pada Siklus II
N Nomor Soal Jumlah
Kode Siwa Nilai Kategori
o 1 2 3 4 5 Skor
1
1 S1 5 5 5 0 5 30 86 Tuntas
2 S2 5 5 5 5 5 25 71 Tuntas
1
3 S3 5 5 5 0 5 30 86 Tuntas
1
4 S4 5 5 5 0 5 30 86 Tuntas
1 1
5 S5 5 5 5 0 0 35 100 Tuntas
1 1
6 S6 5 5 5 0 0 35 100 Tuntas
1 1
7 S7 5 5 5 0 0 35 100 Tuntas
88

1
8 S8 5 5 5 0 5 30 86 Tuntas
1
9 S9 5 5 5 0 5 30 86 Tuntas
1
10 S10 5 5 3 0 5 28 80 Tuntas
11 S11 5 5 5 5 5 25 71 Tuntas
1 1
12 S12 5 5 5 0 0 35 100 Tuntas
1 1
13 S13 5 5 5 0 0 35 100 Tuntas
1
14 S14 5 5 5 0 5 30 86 Tuntas
15 S15 5 5 5 5 5 25 71 Tuntas
1
16 S16 5 5 5 0 5 30 86 Tuntas
1
17 S17 5 5 5 0 5 30 86 Tuntas
18 S18 3 5 5 5 5 23 66 Belum Tuntas
19 S19 5 5 3 5 5 23 66 Belum Tuntas
1 1
20 S20 5 5 5 0 0 35 100 Tuntas
1
21 S21 5 5 5 0 5 30 86 Tuntas
1
22 S22 5 5 5 0 5 30 86 Tuntas
1 1
23 S23 5 5 5 0 0 35 100 Tuntas
24 S24 3 5 5 5 5 23 66 Belum Tuntas
1
25 S25 5 5 5 0 5 30 86 Tuntas
26 S26 5 5 5 5 5 25 71 Tuntas
27 S27 5 5 3 5 5 23 66 Belum Tuntas
1
28 S28 5 5 5 0 5 30 86 Tuntas
1 1
29 S29 5 5 5 0 0 35 100 Tuntas
1
30 S30 5 5 5 0 5 30 86 Tuntas
31 S31 3 5 5 5 5 23 66 Belum Tuntas
32 S32 5 5 3 5 5 23 66 Belum Tuntas
1
33 S33 5 5 5 0 5 30 86 Tuntas
34 S34 5 5 3 5 5 23 66 Belum Tuntas
35 S35 5 5 5 5 5 25 71 Tuntas
36 S36 5 5 5 5 5 25 71 Tuntas
89

1
37 S37 5 5 5 0 5 30 86 Tuntas
1 1
38 S38 5 5 5 0 0 35 100 Tuntas

Anda mungkin juga menyukai