Tugas Akhir
Oleh
NIM : 2019820122
2023
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PEMBIMBING
Tanggal : .....................................
MENGETAHUI
KAPRODI
Tanggal : ...................................
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, serta kekuatan lahir
batin sehingga peniliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tentu
masih banyak kekurangan dan kelemahannya, untuk itu peneliti ingin
menyampaikan permohonan kritik dan saran dalam rangka
penyempurnaan skripsi ini.
3
8. Yang paling istimewa yaitu kepada kedua orang tua tersayang, Mamah
Yayah Sunayah dan Ayah Zarfinal Adnin. Terimakasih atas
kepercayaan yang telah diberikan kepada saya untuk melanjutkan
pendidikan kuliah, serta cinta, do’a, motivasi, semangat dan nasihat
yang tidak hentinya diberikan kepada anaknya dalam penyusunan
skripsi ini.
9. Sahabat tercinta yang selalu ada saat senang dan sedih, Aprilia
Widiyati yang telah berjuang bersama hingga sekarang dan tidak
pernah bosan dalam memberikan dukungan, perhatian, dan
memberikan yang terbaik bagi kelancaran skripsi penulis.
10. Kepada seseorang yang tak kalah penting kehadirannya, Dimas
Handika Putra. Terimakasih telah menjadi bagian dari perjalanan skripsi
penulis. Berkontribusi banyak dalam penulisan skripsi ini, baik tenaga
maupun waktu kepada penulis. Telah mendukung, menghibur,
mendengarkan keluh kesah, dan memberikan semangat untuk pantang
menyerah.
11. Terakhir, terimakasih untuk diri saya sendiri, Nada Fauziah karena
telah mampu berusaha keras dan berjuang sejauh ini. Mampu
mengendalikan diri dari berbagai tekanan diluar keadaan dan tak
pernah memutuskan menyerah sesulit apapun proses penyusunan
skripsi ini dengan menyelesaikan sebaik dan semaksimal mungkin.
Peneliti menyadari bahwa ini masih jauh dari kata sempurna. Maka
dari itu peneliti memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam
penulisan skripsi ini masih banyak kasalahan yang disengaja ataupun
tidak disengaja. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.
4
Jakarta, 09 Januari 2024
Nada Fauziah
NIM: 2019820122
5
DAFTAR ISI
6
C. HIPOTESIS PENELITIAN.............................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 54
7
DAFTAR TABEL
8
DAFTAR GAMBAR
9
BAB I
PENDAHULUAN
10
mengasuh, dan membimbing anaknya hingga mencapai tahapan tertentu
sehingga pada akhirnya seorang anak siap untuk hidup di masyarakat.
Pasalnya, salah satu tugas umum bagi orang tua ialah memilih dan
menerapkan pola asuh yang sesuai agar dapat menciptakan keluarga
yang dinilai ideal, jika pola asuhnya baik akan berbanding lurus dengan
perkembangan anak nantinya. Setiap orang tua dalam menjalani
kehidupan tentunya memiliki tugas dan peran yang sangat penting, ada
pun tugas dan peran orang tua terhadap anaknya dapat dikemukakan
sebagai berikut; (1) Melahirkan, (2) Mengasuh, (3) Membesarkan, (4)
Mengarahkan menuju kepada kedewasaan serta menanamkan norma-
norma dan nilai yang berlaku. Di samping itu juga harus mampu
mengembangkan pertumbuhan pribadi dengan penuh tanggung jawab
dan penuh kasih sayang. Pengetahuan ini sangat lah penting bukan
hanya bagi perkembangan tumbuh anak, melainkan juga bagi mental dan
sosio-emosional anak.
11
berbasis gender (BKKBN, 2023). Tugas BKKBN yang utama adalah untuk
mengendalikan jumlah penduduk melalui penyelenggaraan program
kependudukan dan Keluarga Berencana, serta meningkatkan kualitas
sumber daya manusia (SDM) Indonesia melalui pembangunan keluarga
berdasarkan Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Dari data
tersebut membuktikan bahwa kesenjangan sosial kerap hadir ketika
memiliki lebih dari dua anak, fokus orang tua akan terpecah karena harus
membaginya ke masing-masing anak dengan umur, kemampuan, serta
kepribadian yang berbeda. Masalah lain muncul ketika anak pertama
merasa cemburu karena terabaikan oleh ayah dan ibunya yang mulai
sibuk dengan keadaan anak kedua sehingga anak pertama merasa tidak
mendapat perhatian yang sama seperti dulu lagi. Kehadiran saudara
kandung baru menjadi suatu hal yang membingungkan bagi anak
pertama. Rutinitas sehari-hari anak pertama sering kali terganggu dan
berubah dalam beberapa hal akibat kehadiran saudara kandung baru
dalam keluarga. Hal ini dikarenakan kehadiran anak mulai beradaptasi
dengan perubahan baru yang terjadi (Potter & Perry dalam Nurhidayah,
dkk. 2018:31). Perasaan cemburu yang dimiliki anak ini dapat
menimbulkan perubahan sikap pada sang anak, seiring bertambahnya
usia anak pertama ini perlahan mulai berubah. Bisa tiba-tiba sang anak
marah tanpa sebab, mulai lebih sering menangis, bahkan berkata kasar
hanya demi mendapat perhatian Ayah dan Ibu.
12
penyesuaian dan membahayakan bagi pribadi seseorang. Menurut
Havnes (dalam Rahmawati, 2013:32), Sibling Rivalry menimbulkan
dampak negatif dan positif terhadap perkembangan anak. Dampak positif
dari Sibling Rivalry ini yaitu saat saudara lahir, anak yang lebih tua telah
mengembangkan kemandirian penuh, terutama bermain, dan peningkatan
kemampuan untuk bertanggung jawab yang mengarah ke konsep diri
yang lebih bagus. Dampak negatifnya yaitu mencederai saudaranya
seperti memukul, mendorong, dan mencakar lawannya, sedangkan pada
anak yang lebih besar cenderung akan memaki saudara atau
menganggap saudara kandungnya sebagai lawan. Berdasarkan hal
tersebut sebagai orang tua harus benar-benar menyiapkan sikap baik dari
awal agar dapat membagi perhatian dan kasih sayangnya kepada anak-
anak mereka secara menyeluruh, sehingga tidak berdampak Sibling
Rivalry.
Sejak berabad-abad silam Sibling Rivalry ini sudah terjadi dan telah
diabadikan dalam ayat-ayat Al-Qur’an melalui kisah para nabi seperti
halnya dalam kisah putra Nabi Adam yaitu Qabil dan Habil ketika Qabil
membunuh saudaranya sendiri karena disebabkan oleh sifat dengkinya,
dan terjadilah pembunuhan yang pertama kali terjadi dalam sejarah umat
manusia, sebagaimana yang telah tercantum dalam surat Al-Maidah: 27
13
Dari ayat tersebut kisah ini menunjukkan bahwa Allah hanya
menerima amal ibadah yang dilakukan dengan niat yang benar dan ikhlas.
Serta menunjukkan bahaya persaingan yang tidak sehat dan
kecemburuan yang berlebihan dalam hubungan antara saudara. Oleh
karena itu, perlu adanya upaya berhati-hati dalam menghadapi situasi
persaingan antar saudara dan menjaga hubungan yang baik. Kita harus
senantiasa berusaha untuk saling membantu dan mendukung satu sama
lain, serta menghindari persaingan yang tidak sehat dalam setiap aspek
kehidupan.
Faktor Internal
a. Perbedaan usia: Siswa yang berusia yang jauh dari satu sama lain
mungkin mengalami sibling rivalry yang lebih besar.
b. Jenis kelamin: Siswa perempuan sering mengalami sibling rivalry
yang lebih parah atau intens dibandingkan dengan anak laki-laki.
c. Urutan kelahiran: Siswa yang lahir terlebih awal mungkin
mengalami sibling rivalry yang lebih besar.
14
d. Jumlah saudara kandung: Siswa yang memiliki banyak saudara
kandung mungkin mengalami sibling rivalry yang lebih parah.
e. Pola asuh orang tua: Siswa yang merasa tidak diperhatikan sama
dengan saudara kemudian mungkin mengalami sibling rivalry yang
lebih besar.
Faktor Eksternal
15
Erik Erikson melihat perkembangan sosial pada anak terkait dengan
kemampuan mereka dalam mengatasi krisis atau komplik yang terjadi
pada setiap perpindahan tahap agar siap menghadapai berbagai
permasalahan yang akan dijumpai dikehidupan mendatang. Terjadinya
interaksi sosial dalam masyarakat terjadi apabila terpenuhi dua syarat
sebagai berikut; Kontak & Sosial, yaitu hubungan sosial antara individu
satu dengan individu yang lainnya, yang bersifat langsung, seperti dengan
bersentuhan, percakapan, maupun tatap muka sebagai wujud aksi dan
reaksi. Komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari seseorang
kepada orang lain yang dilakukan secara langsung maupun dengan alat
bantu agar orang lain memberikan tanggapan atau tindakan tertentu
(Soejono, 2010:3).
Interaksi sosial harus dilatih dari anak ketika anak masih kecil.
Salah satu contoh interaksi sosial pada anak adalah hubungan antara
anak dengan teman sebaya yang dilakukan dilingkungan sekolah maupun
lingkungan masyarakat. Dalam berinteraksi dengan teman sebaya, anak
akan memilih anak yang lain yang seusianya dan dalam berinteraksi
dengan teman sebaya lainnya, anak dituntut untuk dapat menerima teman
sebayanya, anak harus mampu menerima persamaan usia, menunjukkan
minat terhadap permainan, dapat menerima teman lain dari kelompok.
Atau dapat lepas dari orang tua atau orang dewasa lainnya, dan
menerima kelas sosial yang berbeda (Kartini 2010:66). Interaksi sosial
merupakan suatu hal yang penting untuk setiap anak, terutama dengan
anak yang seusia. Anak yang tidak pernah berinteraksi dengan teman
sebaya akan memiliki kesulitan untuk bersosialiasi saat mereka sudah
besar, seringkali anak yang dibiarkan bermain sendiri bisa kesulitan saat
harus berinteraksi secara sosial.
Ketika pola hubungan anak yang tidak baik dengan saudaranya maka
pola hubungan yang tidak baik tersebut akan dibawa anak ke hubungan
sosial di luar rumah (Ayu, 2013:37). Anak usia sekolah dasar sangat
16
penting di perkenalkan dengan dunia lingkungan bermain, bermasyarakat
dan lingkungan sekolah. Oleh karena itu, anak harus memiliki kemampuan
dalam berinteraksi dengan teman sebaya. Kemampuan berinteraksi dan
bekerjasama dengan teman sebaya disebut dengan kecerdasan
interpersonal. Kecerdasan interpersonal penting dalam kehidupan
manusia karena pada dasarnya manusia tidak dapat menyendiri. Disinilah
anak membutuhkan kecerdasan interpersonal untuk membangun
hubungan sosial terhadap temannya disekolah.
17
dapat melihat bagaimana seseorang dapat menyesuaikan diri dalam
sosialnya. Bagi beberapa orang lingkungan penyebab terjadinya kesulitan
dalam menyesuaikan diri. Seseorang yang dapat menyesuaikan diri
dengan baik maka penerimaan orang-orang yang berada disekitar individu
tersebut akan baik pula. Begitupun sebaliknya, jika penyesuaian sosial diri
seseorang kurang baik maka bisa jadi penerimaan orang yang berada
disekitar individu tersebut juga kurang baik.
18
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
19
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
a. Akademis
20
Bagi Guru / Tenaga Pengajar:
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi panduan dalam
membantu anak menghadapi perilaku penyesuaian sosialnya
dan interaksi dengan lingkungan sekolah seperti; Guru, Siswa,
atau Peneliti selanjutnya.
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
22
usia tumbuh kembang. Perkembangan anak dalam kehidupan banyak
ditentukan perkembangan psikologis yang termasuk didalamnya adanya
perasaan kasih sayang atau hubungan anak dan orang tua atau orang lain
disekelilingnya karena memperbaiki perkembangan psikososial.
Terpenuhinya kebutuhan ini akan meningkatkan ikatan kasih sayang yang
erat (bonding) dan terciptanya basic trust atau rasa percaya yang kuat.
2. Sibling Rivalry
Cemburu merupakan hal yang tidak normal dan sering terjadi pada
anak-anak. Hal ini terjadi karena adanya persaingan antar saudara
kandung atau biasa disebut sibling rivalry, yaitu kondisi dimana anak ingin
mendapatkan cinta, kasih sayang, dan perhatian dari salah satu atau
kedua orang tua untuk mendapatkan pengakuan atau sesuatu yang lebih.
Persaingan antar saudara kandung merupakan perasaan bersaing yang
terjadi pada anak laki-laki atau perempuan yang pada prinsipnya ingin
mendapatkan hal yang sama baik berupa kasih sayang maupun perhatian
dari orang tuanya. Tanpa disadari, dalam kehidupan sehari-hari banyak
orang tua yang membanding-bandingkan anaknya secara tidak langsung
dan orang tua seringkali tidak menyadari adanya hubungan yang tidak
sehat antara saudara kandung sehingga menjadi salah satu penyebab
terjadinya sibling rivalry (Indanah & Hartaniyah, 2017:266).
23
ibunya dianggap mengancam posisi anak sebelumnya, ditujukan dengan
perasaan iri hati".
24
tugas dari orang tua atau memanfaatkan alokasi sumber daya keluarga,
kakak beradik biasanya akan melakukan negosiasi mengenai bagian
masing-masing. 4) Sebagai sarana untuk belajar mengenai konsekuensi
dari kerjasama dan konflik. 5) Sebagai sarana untuk mengetahui manfaat
dari komitmen dan kesetiaan. 6) Sebagai pelindung bagi saudaranya. 7)
Sebagai penerjemah dari maksud orang tua dan teman sebaya terhadap
adiknya. 8) Sebagai pembuka jalan ide baru tentang suatu perilaku
dikenalkan pada keluarga. Dapat disimpulkan bahwasannya kakak
beradik menurut teori diatas sebagai relasi yang saling menguntungkan
dan memegang peranannya masing-masing sebagai kakak maupun adik.
25
dimainkan oleh saudara kandung dalam kehidupan anak, yang mencakup
uji coba perilaku, peran sebagai guru dan pelatih keterampilan negosiasi,
serta memberikan pemahaman tentang konsekuensi dari kerjasama dan
konflik. Selain itu, hubungan saudara kandung juga berfungsi sebagai
pelindung, penerjemah maksud orang tua, dan pembuka jalan ide baru
dalam lingkungan keluarga. Dengan demikian, anak dan dinamika
keluarga membentuk fondasi penting dalam perkembangan individu,
dengan saudara kandung berperan sebagai relasi saling menguntungkan
yang memegang peran khusus dalam memberikan pelajaran berharga
bagi anak-anak.
1) Sikap orang tua. Sikap orang tua pada anaknya dipengaruhi oleh
sejauh mana anak mendekati keinginan dan harapan orang tua.
2) Urutan posisi. Semua anak diberi peran menurut urutan kelahiran
dan mereka diharapkan memerankan peran tersebut. Jika anak
menyukai peran yang diberikan kepadanya, semua berjalan
dengan baik, begitu sebaliknya.
3) Jenis kelamin. Anak laki-laki dan perempuan bereaksi sangat
berbeda terhadap saudara laki-laki atau perempuan.
4) Perbedaan usia. Perbedaan usia yang terlalu dekat membuat
anak berselisih untuk mencari perhatian.
5) Jumlah saudara. Jumlah saudara yang lebih sedikit cenderung
menghasilkan hubungan yang lebih banyak perselisihan daripada
jumlah saudara yang besar.
Sedangkan menurut Priatna dan Yulia dalam Muarifah & Fitriana
(2019:51) terdapat dua faktor penyebab munculnya sibling rivalry yaitu
26
faktor internal dan eksternal.
27
3) Perasaain iri dan cemburu, dimana karakteristiknya yakni anak
menunjukkan ketidaksukaan terhadap kedekatan orang tua
dengan saudaranya. Rasa cemburu muncul jika anak merasa
kesal salah satu orang tuanya memperlakukan anak berbeda satu
sama lain. Biasanya ditunjukkan dengan mencari perhatian
secara berlebihan seperti salah satu anak menyakiti dirinya
sendiri saat melihat orang tua memuji saudaranya agar orang tua
mengalihkan perhatian padanya. Anak juga menunjukkan dengan
sikap sebaliknya yaitu anak mejadi penurut dan patuh, hal ini
dilakukan untuk memperebutkan perhatian orang tua. Orang tua
lebih sering untuk mendambakan anak yang baik, patuh dan
pintar.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat tiga reaksi sibling rivalry yaitu: Perilaku agresif
yang meliputi agresi verbal dan agresi fisik. Kompetisi atau
semangat untuk bersaing, seperti tidak mau kalah,
menjegal, kurang ramah, bersikap jahat. Serta perasaan iri
atau cemburu, seperti menjadi pengadu dan merasa
khawatir.
1. Anak
Pertama, anak dapat tumbuh sangat agresif, karena perilaku
persaingan agresif yang berlangsung lama pada awal masa
kanak-kanak dimana pada tahap ini konsep diri mulai terbentuk.
28
Dampak kedua adanya sibling rivalry, yaitu anak menjadi rendah
diri, karena anak yang merasa gagal dalam merebut cinta kasih
dari orang tua dan bila hal ini terjadi secara berulang-ulang akan
menimbulkan perasaan kecewa dan hilang kepercayaan dirinya.
Anak tumbuh menjadi individu yang sulit beradaptasi terhadap
krisis yang ditemui pada tahap perkembangan selanjutnya,
terutama pada masa penuh krisis seperti pada masa adolence.
2. Orang Tua
Orang tua dapat menjadi stres dengan tingkah laku yang
ditunjukkan anak-anak dengan sibling rivalry.
3. Masyarakat
Anak yang tumbuh menjadi dewasa dengan kepribadian yang
terbentuk dari dampak negatif siblingivalry yaitu, perilaku
psikologis merusak dapat berupa perilaku agresif atau perilaku
kriminal tertentu yang mengganggu masyarakat. Meskipun sibling
rivalry mempunyai pengertian yang negatif tetapi ada segi
positifnya. Oleh karena itu, agar segi positif tersebut dapat
dicapai, maka orang tua harus menjadi fasilitator (Elisabeth Siwi
& Endang, 2015:52), antara lain:
29
3. Penyesuaian Sosial
30
Menurut para ahli penyesuaian sosial diartikan sebagai suatu
tingkah laku yang mendorong individu untuk menyesuaikan diri dengan
orang lain dan kelompok sesuai dengan kesadaran dalam diri dan
tuntutan lingkungan. Wujud penyesuaian sosial berupa kemampuan
individu berhubungan dengan orang lain.
Teori berikut ini jika peneliti simpulkan penyesuaian sosial
merupakan proses kunci dalam interaksi manusia, di mana kemampuan
beradaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial memainkan peran utama
dalam keberhasilan individu. Azwar (2015) menekankan pentingnya
adaptasi terhadap tuntutan sosial dan harapan individu. Menurut Susanto
(2012), penyesuaian sosial mencakup adaptasi terhadap lingkungan
sosial dan pemenuhan kebutuhan. Gerungan (2012) menyebutkan bahwa
penyesuaian sosial melibatkan upaya individu untuk mengubah diri atau
lingkungan. Schneirders (dalam Agustiani, 2012) menyoroti aspek mental
dan tingkah laku dalam menyesuaikan diri dengan keinginan internal dan
tuntutan lingkungan, mencapai keseimbangan antara keduanya. Secara
umum, penyesuaian sosial adalah tingkah laku yang mendorong individu
berhubungan dengan orang lain, mencapai keseimbangan antara
kebutuhan internal dan tuntutan lingkungan.
31
baik dengan setiap kelompok yang dimasukinya, baik teman
sebaya, dan kelompok orang dewasa.
3. Sikap sosial
Individu dapat memperlihatkan dan menunjukkan sikap yang
menyenangkan terhadap orang lain, individu mampu
berpartisipasi dan dapat menjalankan perannya sebagai
individu yang baik dalam berbagai kegiatan sosial, hal
tersebut mampu membuat penilaian dari orang lain bahwa
individu tersebut dapat menyesuaikan diri dengan baik secara
sosial.
4. Kepuasan pribadi
Individu memiliki perasaan puas di dalam dirinya, ditandai
dengan adanya rasa puas dan bahagia karena turut ikut ambil
bagian dalam aktivitas kelompoknya dan mampu menerima
keadaan diri sendiri dengan adanya kontak sosial dan apa
adanya dalam situasi sosial. Bentuk kepuasan pribadi adalah
percaya diri, kehidupan bermakna dan terarah, dan
keterampilan.
Berdasarkan teori yang di kemukan oleh Hurlock di atas maka
peneliti menyimpulkan bahwa aspek-aspek penyesuaian sosial terdiri atas
penampilan nyata yang ditunjukan oleh remaja, penyesuaian diri remaja
atau cara beradaptasi remaja dengan teman atau teman sekelompoknya,
sikap sosial remaja ketika bersama teman atau kelompoknya dan
kepuasan pribadi remaja tentang percaya diri dengan kemampuan yang
dimiliki.
32
1. Kondisi fisik
Faktor fisik yang meliputi keturunan, kesehatan, bentuk
tubuh dan hal-hal lain berkaitan dengan fisik. Keadaan tersebut
mendorong seseorang yang memiliki kekurangan atau
menderita penyakit akan cenderung memiliki perasaan-
perasaan negatif, misalnya rendah diri, kurang merasa percaya
diri. Kondisi yang demikian memiliki dampak diantaranya
dimana individu menarik diri dari lingkungannya, yang secara
langsung akan membuat individu mengalami kesulitan dalam
melakukan penyesuaian sosial.
2. Faktor perkembangan dan kematangan
Faktor ini meliputi perkembanga intelektual, sosial, moral,
dan kematangan emosional. Hal ini merupakan bagian yang
terpenting karena akan membantu individu dalam
menyelesaikan masalah dan menghadapi konflik dengan tepat.
3. Faktor psikologi
Faktor-faktor pengalaman individu, frustasi dan konflik yang
dialami, dan kondisi-kondisi seseorang dalam penyesuaian diri.
Individu akan belajar dari pengalaman dalam menghadapi
suatu masalah, dan membantu individu bagaimana bersikap
dan bertindak terhadap lingkungannya. Pengalaman yang
positif pada diri individu akan mendorong untuk terus
mengembangkan diri yang akan berpengaruh pada
penyesuaian sosialnya, namun sebaliknya jika pengalaman
buruk akan berdampak pada kemunduran aspek mental dan
akan membuat individu mengalami kesulitan dalam melakukan
penyesuaian sosial.
4. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan terdiri atas keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan
paling berpengaruh terhadap penyesuaian sosial, hal itu
33
dikarenakan individu memperoleh pengalaman sosial awal dari
interaksi dengan orang tua dan saudara. Sedangkan
lingkungan sekolah dan masyarakat menjadi pengalaman
lanjutan yang diperoleh individu selaras dengan
pertumbuhannya, yang ikut mempengaruhi terhadap
ketertarikan individu pada suatu hubungan sosial. Lingkungan
masyarakat memberikan pengalaman sosial yang jauh lebih
luas dari lingkungan keluarga maupun sekolah.
5. Faktor budaya
Budaya yang ada di lingkungn sekitar individu dan agama
akan berpengaruh pada kepribadian individu seperti nilai-nilai,
kepercayaan yang akan menentukan sikap individu dalam
lingkungan sosial
Pendapat lain dikemukakan tentang faktor yang mempengaruhi
penyesuaian sosial oleh Kartono (2012:120), yaitu :
1. Sifat yang dimiliki sejak lahir : pemalu, pendiam
Anak yang pemalu dan pendiam seringkali mengalami
kesulitan dalam bergaul di lungkungannya karena merasa
kurang percaya diri dengan dirinya. Dan seringkali timbul
kekhawatiran akan dia tidak diterima di lingkungannya.
2. Persepsi tentang kebutuhan pribadi dan lingkungan sosial.
Persepsi terhadap kebutuhan pribadi dan lingkungan
mempengaruhi terhadap penyesuaian sosial. Jika seseorang
tidak dapat memahami apa yang menjadi kebutuhan diri serta
lingkungan maka orang akan mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri. Sebaliknya jika seseorang memiliki
pemahaman tentang kebutuhan diri serta lingkungan maka
akan lebih mudah melakukan penyesuaian sosial dengan
lingkungannya.
3. Pembentukan kebiasaan dalam hidup bermasyarakat
Pembentukan kebiasaan dalam hidup bermasyarakat
34
mempermudah seseorang dalam menyesuaikan diri degan
lingkungan sosial bermasyrakat karena terbiasa menerima dan
memahami berbagai perbedaan yang timbul dalam masyarakat.
Kesimpulan dari teori berikut ini adalah kemampuan individu untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang ada. Berikut adalah
beberapa faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial. Faktor Internal:
Faktor ini mencakup kondisi jasmani, perkembangan, dan kematangan
individu. Kondisi jasmani yang sehat dapat mempengaruhi penyesuaian
sosial yang lebih baik. Perkembangan dan kematangan melalui proses
belajar dan pengalaman juga mempengaruhi cara individu menyesuaikan
diri dengan lingkungan. Faktor Eksternal: Faktor eksternal mencakup
biografi, nasional, budaya, dan agama individu. Kompetensi linguistik,
kemauan untuk belajar, motivasi dalam pelatihan, kemampuan
komunikasi, nilai, dan orientasi kepribadian juga mempengaruhi
penyesuaian sosial.
35
3. Adanya kesanggupan menghargai dan menjalakan hukum
tertulis maupun tidak tertulis.
4. Ada kesanggupan menghargai orang lain mengenai hak-
haknya dan pribadinya.
5. Ada kesanggupan untuk bergaul dengan orang lain
dalam bentuk persahabatan.
6. Adanya simpati terhadap kesejahteraan orang lain.
Berupa memberi pertolongan terhadap orang lain, bersikap
jujur, cinta kebenaran, rendah hati, dan sejenisnya.
Kesimpulan dari teori berikut secara umum, ciri-ciri penyesuaian
sosial yang baik mencakup kemampuan mengendalikan diri, tidak terlibat
dalam konflik, mampu menerima perbedaan, beradaptasi dengan
lingkungan sosial, menunjukkan sikap yang menyenangkan, dan mampu
menangani masalah.
4) Kerangka Berfikir
36
bersikap agresif untuk mempertahakannnya. Dampak pada anak yang
lebih muda dapat memunculkan egois karena perasaan memiliki semua
perhatian dan kasih saying yang selalu tertuju pada dirinya sehingga anak
merasa dapat memiliki seluruh perhatian dan kasih sayang yang diberikan
oleh kedua orangtua nya untuk dirinya sendiri.
37
Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti ingin membuktikan adakah
pengaruh antara sibling rivalry sebagai variabel independen dan
penyesuaian sosial sebagai variabel dependen. Adapun bagan kerangka
berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Fenomena:
Masih banyak terjadinya persaingan
antara saudara kandung (sibling rivalry)
5) Hipotesis Penelitian
38
Ha : Adanya pengaruh sibling rivalry terhadap kemampuan
penyesuaian sosial pada anak kelas VI di SDN 05 Rawa Barat.
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
di Jl. Birah III No.3, RT.4 /RW.5, Rawa Barat, Kec. Kebayoran Baru, Kota
Jakarta Selatan, Dki Jakarta, kode pos 12180. Waktu penelitian ini
• Map
• Waktu Penelitian
40
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
Bulan
1. Judul Skripsi
2. Bab 1
3. Bab 2
4. Bab 3
4. Seminar
Proposal
B. Metode Penelitian
kuantitatif dimana datanya diolah dalam bentuk angka atau data kualitatif
41
Dalam hal ini, peneliti ingin mencari tahu ada tidaknya pengaruh sibling
rivalry terhadap kemampuan penyesuaian sosial pada anak kelas VI 05
Rawa Barat.
1. Populasi
kelas.
2. Sampel
42
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari
dalam penelitian ini diambil dari 2 kelas yang ada di kelas VI SDN
1. Observasi
43
mana orang tidak dapat diwawancarai atau di mana subjek
penelitian dirahasiakan.
2. Kuisioner
daftar pertanyaan.
sebagai berikut:
44
terhadap kedekatan 21,22,
orang tua dengan
saudaranya, mencari
perhatian, atau jadi
pengadu, atau merasa
khawatir.
3. Dokumentasi
45
Teknik dalam pengumpulan data yang digunakan adalah
relevan.
mengkorelasikan skor item dengan total item-item tersebut. Uji validitas ini
𝑛 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟=
√(𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 )√(𝑛 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 )
Keterangan :
46
r = Koefisien korelasi antara Y dan X
∑x = Jumlah skor x
∑y = Jumlah skor y
N = Jumlah responden
Kriteria ketentuan korelasi product moment nilai r hitung > r table. Jika
r hitung lebih besar dari r table maka instrument valid dan jika r hitung
2. Uji Reabilitas
instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang
sejauh mana suatu pengukuran dapat menghasilkan hasil yang stabil bila
𝑟 𝑘 ∑ 𝑆𝑖
11= × {1− }
𝑘−1 𝑆𝑡
Keterangan :
St = Varians total
47
K = Jumlah item
dengan membandingkan :
1. Uji Normalitas
penelitian yang diperoleh berasal dari data yang diperoleh berasal dari
data yang berdistibusi secara normal atau tidak. Dalam penelitian ini
normal.
c) Kesimpulan :
48
Jika siginifikasi ≥ 5% maka HO diterima ,yang berarti
2. Uji Homogenitas
dua atau lebih dari dua kelomok populasi data sama atau tidak.
H1 :Varian dari dua atau lebih dari dua populasi data adalah
tidak homogeny
3. Uji Linearitas
49
bila signifikasi (linearlity) > 0,005,bila tidak maka analisis regresi
4. Uji Hipotesis
Y = a + bX
Keterangan :
Y : variabel Dependen
X : Variabel Independen
a : Nillai Konstanta
b : Koefisien variabel X
b. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk menyatakan
50
independen terhadap variabel dependen. Jika R2 sama
square.
KD = R2 X 100%
Keterangan:
c. Uji T
Setelah ditentukan koefisien determinasi,selanjutnya
berikut:
1. Merumuskan Hipotesis
51
Ha : terdapat signifikan pengaruh sibling
t=
4. Kriteria pengujian:
ditolak
diterima
H. Prosedur Penelitian
a) Tahap persiapan
yang diteliti
52
2. Melakukan konsultasi dengan pembimbing mengenai
b) Tahap pelaksanaan
53
DAFTAR PUSTAKA
Ayu Citra Triana Putri. 2013. Dampak Sibling Rivalry (Persaingan Saudara
Kandung Pada Anak Usia dini. Jurnal Development and Clinical
Psychologi. http://lib.unnes.ac.id/18553.pdf. . Diakses 28/11/2023.
Indanah, & Hartaniyah, D. (2017). Sibling Rivalry Pada Anak Usia Todler.
University Research Colloquium, 6, 257–266.
Rahmawati, A. (2013). Sibling rivalry pada anak usia dini. Jurnal Ilmiah
Pendidikan, Sejarah dan Sosial Budaya, Vol. 15, No.1.
54
Riduwan. (2015). Skala Pengukuran Variable-Variabel Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
55