Anda di halaman 1dari 39

HUBUNGAN PERFEKSIONISME DENGAN PROKRASTINASI

AKADEMIK SISWA DI SMAN BANDA ACEH

Proposal Skripsi

diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Sitti Keumala Fadhila

NPM.1906104030061

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang senantiasa memberikan

limpahan rahmat yang tidak mampu dihitung oleh hamba-Nya. Semoga dengan

rahmat-Nya kita selalu dalam lindungan Allah, serta menambah rasa syukur dan

taqwa dihadapan-Nya. Salawat dan salam semoga tercurah atas Nabi besar

Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat beliau.

Syukur Alhamdulillah atas izin Allah yang Maha segala-Nya dan berkah

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Hubungan

Perfeksionisme Dengan Perilaku Prokrastinasi Akademik Siswa Berprestasi di

SMAN Banda Aceh”.

Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Bimbingan dan Konseling di Universitas

Syiah Kuala.

Dalam proses penyelesaian proposal ini, penulis mengucapkan banyak terima

kasih atas bantuan, doa, dukungan, usaha, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak,

tanpa itu penulis tidak mungkin menyelesaikan proposal ini dengan baik. Oleh

karena itu, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tidak terhingga

terutama kepada ;

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Marwan selaku Rektor Universitas Syiah Kuala

2. Bapak Dr. Drs. Syamsul Rizal M.Kes selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala

i
3. Ibu Nurbaity, S.Pd., M.Ed selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bimbingan dan

Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah

Kuala

4. Ibu Dara Rosita S.T., S.Pd., M.Ed selaku dosen wali yang telah

memberikan informasi dan pengarahan selama penulis menempuh

perkuliahan beserta dosen dan staff akademik jurusan bimbingan dan

konseling yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama

mengikuti perkuliahan

5. Kepada orang tua yang sangat penulis cintai, kepada ayah Alm. Razali

Ibnusyah yang selalu saya rindukan semoga ayah dapat melihat saya dari

surga dan mendapatkan tempat terbaik disisi-Nya, dan mama Nurhayani

yang selalu memberikan doa restu, dukungan, dan dorongan bagi penulis

agar dapat menyelesaikan proposal penelitian ini

6. Kepada seluruh teman-teman seperjuangan khususnya Pendidikan

Bimbingan dan Konseling letting 2019 yang telah membantu penulis serta

memberikan semangat kepada penulis

7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan bantuan serta dukungan dalam penulisan proposal penelitian

ini.

Penulis menyadari penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis

berharap dan berdoa semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan

pahala yang berlipat ganda. Semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat untuk

penulis serta pembaca, dan menjadi hal positif bagi banyak pihak.

ii
Banda Aceh,
Penulis

Sitti Keumala Fadhila

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................................5
1.5 Anggapan Dasar..................................................................................................6
1.6 Hipotesis Penelitian.............................................................................................6
1.7 Definisi Operasional Variabel.............................................................................6
BAB II KAJIAN TEORI............................................................................................8
2.1 Perfeksionisme....................................................................................................8
2.1.1 Pengertian Perfeksionisme...........................................................................8
2.1.2 Aspek-Aspek Perfeksionisme.......................................................................9
2.1.3 Karakteristik Individu yang Perfeksionisme..............................................11
2.2 Prokrastinasi......................................................................................................12
2.2.1 Pengertian Prokrastinasi.............................................................................12
2.1.2 Ciri-Ciri Prokrastinasi Akademik...............................................................13
2.1.3 Faktor Penyebab Prokrastinasi Akademik.................................................14
2.1.4 Dampak Prokrastinasi Akademik...............................................................18
2.3 Hubungan Perfeksionisme dengan Perilaku Prokrastinasi Akademik..............18
2.4 Penelitian Terdahulu.........................................................................................19
BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................21
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian.......................................................................21

iii
3.2 Lokasi Penelitian...............................................................................................21
3.3 Populasi Penelitian............................................................................................21
3.4 Sampel Penelitian..............................................................................................22
3.5 Teknik Pengumpulan Data................................................................................23
3.5.1 Skala Perfeksionisme.................................................................................23
3.5.2 Skala Prokrastinasi Akademik....................................................................24
3.6 Teknik Analisis Data.........................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................28

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sebaran Populasi dan Sampel Penelitian


Tabel 2. Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi

v
vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan upaya dalam mengasah kemampuan yang ada dalam

diri seseorang serta membentuk karakter yang baik, yang dapat ditempuh secara

formal maupun informal. Pendidikan dapat diperoleh dari mana saja, salah satunya

sekolah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang melakukan kegiatan

belajar-mengajar dengan tujuan untuk mendidik siswa menuju pribadi yang lebih

baik.

Dunia pendidikan di sekolah pastinya memiliki tuntutan kepada peserta didik

dalam sistem belajar-mengajar. Peserta didik akan dihadapkan pada rutinitas belajar,

pemberian tugas oleh guru, serta hal lain yang harus dilakukan siswa di sekolah.

Dalam menyelesaikan tugas yang diberikan, siswa memerlukan pengaturan waktu

yang tepat agar tugas yang perlu disiapkan dapat berjalan lancar dan selesai dengan

baik.

Dalam hal ini, tidak semua siswa memiliki pengaturan waktu yang baik,

sehingga menimbulkan permasalahan dalam mengerjakan tugas. Beberapa siswa

melakukan penundaaan dalam mengerjakan tugas, seperti mengulur waktu untuk

belajar ketika akan ujian, menunda melaksanakan kegiatan di sekolah, bahkan

melakukan kegiatan lain yang lebih menyenangkan, dibandingkan memenuhi

kewajibannya di sekolah. Padahal, pengerjaan tugas tersebut memiliki jangka waktu

yang telah ditentukan.

1
Perilaku menunda-nunda dalam pengerjaan tugas yang diberikan ini disebut

dengan prokrastinasi. Perilaku prokrastinasi ini meluas dalam kegiatan sehari-hari,

namun biasanya prokrastinasi sering dijumpai pada tempat yang memiliki banyak

tuntutan dan tenggat waktu dalam pengerjaannya, hal ini disebut dengan

prokrastinasi akademik (Wijaya & Tori, 2018).

Prokrastinasi akademik menurut Steel & Klingsieck (2016) adalah perilaku

yang cenderung selalu atau hampir selalu menunda pekerjaan yang telah diberikan

kepada individu tersebut dan merasa cemas atas perilaku yang dilakukannya (dalam

Suhadianto & Pratitis, 2019). Perilaku prokrastinasi ini juga dinyatakan oleh

Ackerman dan Gross (dalam Erfantinanti, Purwanto, & Japar, 2016) yaitu bentuk

khusus dari perilaku penundaan dalam bidang akademik.

Blancgard & Gottry (dalam Sutrisno, Rini, & Pratitis, 2018) berpendapat

perilaku seseorang dalam mengerjakan tugas hingga waktu terakhir disebut dengan

prokrastinasi. Beberapa orang tersebut kurang memahami akan hal yang penting

untuk dikerjakan dan yang tidak penting untuk dikerjakan, sehingga mereka

melakukan penundaan dan terus menerus akan melakukan hal tersebut, padahal

perilaku prokrastinasi ini akan sangat berdampak negatif.

Perilaku prokrastinasi ini sering dilakukan oleh pelajar dalam menyelesaikan

tugas di sekolahnya, pelajar yang melakukan prokrastinasi terkadang memiliki

kesulitan dalam mengerjakan tugas yang harus dilakukan, sering mengalami

keterlambatan, dan mempersiapkan sesuatu secara berlebihan, hal ini menjadi

pemicu dalam perilaku prokrastinasi.

2
Menurut Salomon dan Rothblum dalam Syamsud Dluha (2016) frekuensi

penundaan terjadi dalam 46% tugas menulis, 30,1% tugas membaca, 27,6% tugas

belajar untuk ujian, 23% dalam menghadiri aktivitas kelas, 10,6 % dalam tugas

administrasi, dan 10,2 % dalam kinerja akademik keseluruhan.

Ursia dkk, (2013) menyebutkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi

prokrastinasi adalah jadwal pengumpulan tugas dan kesulitan tugas yang diberikan.

Dalam sejumlah penelitian ditemukan bahwa faktor internal penyebab prokrastinasi

akademik adalah perfeksionisme dan regulasi diri (Steel & Klingsieck, 2016; Zarrin

dkk, 2020). Perfeksionisme adalah keinginan untuk mencapai kesempurnaan diikuti

dengan standar yang tinggi untuk diri sendiri, standar yang tinggi untuk orang lain,

dan percaya bahwa orang lain memiliki pengharapan kesempurnaan untuk dirinya

(Hewwit & Fleet, 1991 dalam syamsud Dluha (2016)).

Sama halnya dengan penelitian Abdollahi dkk, (2020) yang menerangkan

bahwa seseorang dengan skala perfeksionisme yang lebih tinggi cenderung

melakukan prokrastinasi dibandingkan dengan individu yang mendapatkan skala

perfeksionisme yang lebih rendah.

Perfeksionisme bisa berpengaruh positif dan negatif. Seorang perfeksionis

mampu melaksanakan tugas dengan standar tinggi sesuai yang diharapkan. Namun,

perfeksionisme membuat seseorang enggan menyelesaikan tugas karena tidak

mampu mencapai standar tinggi (Gunawita dkk, 2008). Seorang perfeksionis yang

takut berbuat kesalahan justru menunda pekerjaannya. Perfeksionis merupakan hasil

pengaruh lingkungan sosial karena individu tersebut yakin orang lain memiliki

3
standar yang tidak realistis dan motif perfeksionis terhadap perilakunya. Seorang

perfeksionis menerima orang lain untuk mengontrol dirinya (Gunawinata dkk, 2008).

Ghosh dan Ray (2017) mengemukakan bahwa tiga dimensi perfeksionisme

memiliki hubungan yang positif dan signifikan, dimensi tersebut yaitu self-oriented,

other-oriented, dan socially prescribed perfectionism. Sementara itu, penelitian dari

Closson dan Boutilier (2017) menyatakan adanya perilaku prokrastinasi dimana

dengan self-oriented perfectionism (SOP) berkorelasi negatif dengan prokrastinasi

akademik sementara individu dengan socially prescribed perfectionism (SPP)

berkorelasi positif dengan prokrastinasi akademik.

Sederlund dkk. (2020) menerangkan bahwa model multidimensional dari

perfeksionisme ditemukan memiliki korelasi yang signifikan dengan prokrastinasi

maladaptif. Artinya, perfeksionisme memiliki hubungan yang cukup tinggi dengan

perilaku prokrastinasi pada diri seseorang.

Dalam wawancara pada tanggal 13 September 2022 dengan 4 siswa di SMAN

yang ada di Banda Aceh, terdapat fenomena yang berkaitan dengan perfeksionisme

dan prokrastinasi. Dalam pelaksanaan pembelajaran, pastinya terdapat tuntutan tugas

yang harus dikerjakan oleh siswa dengan sangat baik, yang membuat siswa

melakukan tugas semaksimal mungkin. Narasumber mengungkapkan terkadang

siswa menunda mengerjakan tugas dikarenakan menyiapkan semua materi mengenai

tugas tersebut dengan matang, ada juga siswa yang merasa tidak puas jika

mengerjakan tugas jika sederhana saja, dan ingin bersikap idealis. Siswa juga

melakukan penundaan karena merasa lelah, dan mood yang kurang baik serta merasa

bosan karena kesulitan dalam mencapai standar tinggi yang dibuatnya. Hal ini

4
menimbulkan sikap perfeksionisme pada siswa dalam melaksanakan tugas di

sekolah, yang membuat siswa melakukan prokrastinasi.

Dengan adanya keterkaitan antara perfeksionisme dengan perilaku

prokrastinasi akademik yang ada dalam diri seseorang. Sehingga, peneliti ingin

melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Perfeksionisme dengan Prokrastinasi

Akademik Siswa di SMAN Banda Aceh”

1.2 Rumusan Masalah

Dengan adanya latar belakang penelitian di atas, penulis merumuskan beberapa

rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu :

a. Bagaimana tingkat sikap perfeksionisme pada siswa di SMAN Banda

Aceh?

b. Bagaimana tingkat prokrastinasi akademik pada siswa di SMAN Banda

Aceh?

c. Apakah terdapat hubungan perfeksionisme dengan perilaku prokrastinasi

akademik pada siswa yang berprestasi di SMAN Banda Aceh?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan yang tepat atau

sahih, benar, dan valid, tentang :

a. tingkat sikap perfeksionisme pada siswa di SMAN Banda Aceh.

b. tingkat sikap prokrastinasi akademik pada siswa SMAN Banda Aceh

c. Hubungan perfeksionisme dengan prokrastinasi akademik pada siswa

SMAN Banda Aceh

5
1.4 Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh. Adapun

manfaat tersebut antara lain adalah ;

1.1.1 Manfaat Secara Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

yang bermanfaat dan menambah kontribusi keilmuan dalam meminimalisir perilaku

prokrastinasi akademik pada siswa, serta mengurangi perfeksionisme yang mengarah

kepada hal negatif yang berkaitan dengan penundaan akademik. Hasil penelitian ini

juga diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti lainnya.

1.4.2 Manfaat Secara Praktis

1. bagi guru mata pelajaran dan guru bimbingan dan konseling, hasil penelitian

ini berguna bagi penerapan serta pengembangan layanan bimbingan dan konseling

dalam bidang pribadi, sosial maupun belajar. Serta bagi guru mata pelajaran dapat

menjadi perbaikan dalam pembelajaran di kelas serta memberikan pengarahan untuk

tidak menunda-nunda dalam mengerjakan tugas.

2. bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan

dalam pengembangan literasi, serta menjadi referensi bagi peneliti yang membuat

penelitian sejenis.

3. bagi mahasiswa dan peserta didik lainnya, penelitian ini dapat memberikan

gambaran mengenai hubungan perfeksionisme dan prokrastinasi serta dapat menjadi

acuan untuk mengelola waktu dalam mengerjakan tugas dengan baik.

6
1.5 Anggapan Dasar

Anggapan dasar adalah hal yang diyakini oleh peneliti sebagai sebuah

kebenaran dan menjadi dasar dalam penelitian. Adapun asumsi peneliti yang menjadi

anggapan dasar dalam penelitian ini yaitu adanya hubungan antara perfeksionisme

dengan prokrastinasi akademik pada siswa berprestasi di sekolah.

1.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut ;

HO = Tidak ada hubungan yang signifikan antara perfeksionisme dengan

perilaku prokrastinasi akademik pada siswa berprestasi.

Ha = Terdapat hubungan yang signifikan antara perfeksionisme dengan

perilaku prokrastinasi akademik pada siswa berprestasi.

1.7 Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu perfeksionisme sebagai variabel

bebas (X) dan prokrastinasi akademik sebagai variabel terikat (Y). Variable yang

dicantumkan dalam penelitian ini dioperasionalkan sebagai berikut :

1.7.1 Perfeksionisme

Perfeksionisme adalah perilaku seseorang yang menuntut adanya

kesempurnaan dalam dirinya dalam melaksanakan tugas di sekolah, disertai dengan

pencapaian standar yang tinggi sehingga menilai dirinya dengan kritis dan ada rasa

kekhawatiran terhadap penilaian buruk dari orang lain. Perfeksionisme ini akan

dimanifestasikan dalam beberapa indikator, yaitu 1. Self-oriented Perfectionism, 2.

Other-Oriented Perfectionism, 3. Socially Prescribe Perfectionism

7
1.7.2 Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi akademik dapat didefinisikan sebagai perilaku menunda-nunda

tugas atau pekerjaan yang dibebankan dengan jangka waktu yang telah ditentukan,

perilaku ini juga dilakukan berulang-ulang. Prokrastinasi akademik ini akan

dimanifestasikan dalam beberapa indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati, 1.

Membuang waktu, 2. Task Avoidance, 3. Blaming others

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Perfeksionisme

2.1.1 Pengertian Perfeksionisme

Sikap perfeksionisme adalah usaha untuk selalu tampil sempurna dengan

menetapkan standar yang terlalu tinggi untuk diri sendiri maupun orang lain. Dalam

hal ini, Hill dalam Widianigrum (2017) menjelaskan bahwa perfeksionisme

merupakan suatu disposisi kepribadian yang ditandai dengan usaha seseorang dalam

mencapai kesempurnaan dan standar pribadi yang sangat tinggi serta khawatir

terhadap penilaian buruk dari orang lain.

Lebih lanjut dijelaskan oleh Ratna dan Widayat (dalam Apriyani Dyah, 2020)

perfeksionisme adalah ketetapan standar yang tinggi terhadap performa diri disertai

dengan kecenderungan evaluasi diri yang kritis, memiliki motivasi tinggi dalam

mencapai kesempurnaan, dan bangga terhadap usaha yang dilakukan. Hal yang sama

juga dijelaskan oleh Smith et al. (2016) yang menyatakan bahwa perfeksionisme

8
merupakan sifat kepribadian dengan ciri-ciri berjuang untuk menjadi sempurna dan

adanya pengaturan waktu yang berlebihan terkait standar yang tinggi untuk kinerja

diserta dengan evaluasi perilaku seseorang yang terlalu kritis.

Menurut Hill, dkk (dalam Apriyani Dyah, 2020) juga menjelaskan bahwa

perfeksionisme merupakan hasrat seseorang untuk mencapai kesempurnaan ditandai

dengan conscientious perfectionism yang berasal dari internal individu, dan self-

evaluated yaitu evaluasi terhadap diri sendiri secara kritis.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa perfeksionisme

merupakan usaha dan ambisi seseorang untuk mencapai kesempurnaan dalam

dirinya, yang disertai dengan evaluasi diri dengan kritis, dan memiliki rasa

kekhawatiran terhadap pandangan buruk dari orang lain.

2.1.2 Dimensi Perfeksionisme

Aspek-aspek perfeksionisme ini adalah hal yang melatarbelakangi perilaku

perfeksionisme, dapat berasal dalam diri individu maupun dari luar diri individu.

Dalam hal ini, Hewit dan Flett (dalam Insani Fuad, 2018) memaparkan bahwa

perfeksionisme memiliki aspek intrapersonal dan aspek sosial. Hal ini didapatkan

dari hasil analisis faktor terhadap MPS (Multidimensional Perfectionism Scale) yang

menghasilkan tiga komponen, yaitu self-oriented perfectionism sebagai dimensi

intrapersonal, dan other-oriented perfectionism dan socially prescribed perfectionism

sebagai dimensi sosial atau interpersonal.

a. Perfeksionisme self-oriented

Perfeksionisme ini fokus pada diri sendiri yang berkaitan dengan

menetapkan standar yang tinggi terhadap diri sendiri, kritik, dan

pengawasan yang berlebihan sehingga tidak bisa menerima kesalahan

9
sedikit pun. Dalam hal ini, seseorang akan memiliki hasrat yang sangat

besar untuk berusaha tidak pernah salah atau gagal.

b. Perfeksionisme other-oriented

Perfeksionisme ini fokus pada orang lain terkait dengan kecenderungan

individu yang menuntut orang lain memenuhi standar kesempurnaan yang

ada pada dirinya. Dalam hal ini, seseorang akan menunjukkan kemarahan,

kekacauan dan tidak dapat memberikan toleransi terhadap

ketidaksempurnaan orang lain.

c. Perfeksionisme socially prescribed

Perfeksionisme ini adalah persepsi bahwa orang lain menuntut dan

mengharapkan dirinya untuk selalu sempurna dan mencapai standar yang

tinggi. Tuntutan dari orang lain ini merupakan persepsi individu bahwa hal

tersebut harus dipenuhi.

Sedangkan menurut Hill et al. dalam jurnal Elizabeth Putri (2015) menjelaskan

sebuah pengukuran baru dalam perfeksionisme, yaitu the perfectionism inventory

yang terdiri dalam beberapa aspek, antara lain :

a. Ruminasi (rumination) merupakan kekhawatiran terhadap masa lalu dan

memiliki ketakutan akan masa depan.

b. Membutuhkan persetujuan (need for approval) merupakan kecenderungan

untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain dan peka terhadap kritik.

c. Memikirkan kesalahan (concern over mistakes) merupakan kecenderungan

untuk mengalami penderitaan ketika melakukan sebuah kesalahan .

d. Penuh perencanaan (plannfulness) merupakan kecenderungan untuk

membuat perencanaan dalam pengambilan keputusan kedepan.

10
e. Tekanan orang tua yang dirasakan (perceived parent pressure) merupakan

kecenderungan untuk tampil sempurna didepan orang tua, disebabkan

harapan orang tua terhadap dirinya.

f. Dorongan untuk hasil yang sangat baik (striving for excellence) merupakan

kecenderungan mendapatkan hasil yang sempurna dengan standar yang

tinggi.

g. Standar tinggi untuk orang lain (high standart for others) merupakan

kecenderungan memiliki standar yang tinggi terhadap orang lain untuk

mencapai kesempurnaan.

h. Keteraturan (organization) merupakan kecenderungan untuk mengatur

segala hal dengan baik dan rapi.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli diatas, dapat diliat bahwa aspek

perfeksionisme ini berbeda-beda. Namun dapat disimpulkan bahwa aspek

perfeksionisme adalah tuntutan mencapai kesempurnaan dalam diri sendiri dan orang

lain, serta adanya kekhawatiran terhadap masa depan dan hasil yang dicapai.

2.1.3 Karakteristik Individu yang Perfeksionisme

Karakteristik individu yang perfeksionisme adalah ciri-ciri yang

mengidentifikasikan seseorang yang mempunyai perilaku ini, individu yang

perfeksionisme memiliki tuntutan yang tinggi terhadap diri sendiri. Lebih lanjut,

dijelaskan oleh Ratna & Widayat (2012) yang menjelaskan mengenai karakteristik

individu yang perfeksionis, antara lain sebagai berikut :

a. Memiliki cita-cita tinggi dan standar pribadi yang tinggi (High-Self-

expectation) dalam berbagai hal, serta memiliki ekspektasi yang tinggi

untuk dirinya dan orang lain.

11
b. Melakukan usaha terbaik dalam mencapai kesempurnaan, dan tidak

menerima kesalahan dan kegagalan yang ada.

c. Kebanggan terhadap usaha sendiri, menyalahkan diri sendiri atas kesalahan

dan kegagalan atas apa yang dilakukan.

d. Reaksi negatif berlebihan, ketika mengalami kegagalan dan kesalahan akan

merasa frustasi dan takut akan resiko yang akan didapati.

e. Memberikan kritik pada orang lain jika hasil yang dicapai tidak sesuai

dengan yang diharapkan .

f. Memiliki motivasi yang tinggi untuk sempurna, mengerjakan segala

sesuatu dengan sempurna demi mendapatkan hasil yang diinginkan.

2.2 Prokrastinasi

2.2.1 Pengertian Prokrastinasi

Prokrastinasi merupakan perilaku menunda-nunda dalam mengerjakan

kewajiban yang harus dilakukan. Ferrari (Nurjan, 2020) menjelaskan bahwa

prokrastinasi dalam bahasa inggris adalah procrastination. Kata ini berasal dari

bahasa Latin procrastinare, terdiri dari pro yang berarti maju, dan crastinus yang

artinya hari esok. Reza (Haryanti & Hartini, 2016) menjelaskan bahwa prokrastinasi

adalah menunda atau menangguhkan tindakan dengan sengaja oleh seseorang dan

berlangsung dalam waktu yang lama. Prokrastinasi juga diidentifikasikan sebagai

kebiasaan buruk yang harus diubah (F.Sirois & pychyl, 2013).

Sejak zaman Mesir dan Yunani kuno, telah terjadi tindakan penundaan

penyelesaian tugas penting ke tugas yang lebih menarik, atau biasa disebut dengan

penundaan (Aviani & Primanita, 2020). Bukti penundaan telah muncul sejak zaman

Mesir dan Yunani kuno, salah satunya dapat dibuktikan dari karya Hesoid pada 800

12
SM. Karya ini mengkritik penundaan dan menyebabkan banyak kegagalan (Steel,

Ferrari, 2013).

Prokrastinasi dalam hubungannya dengan akademik yaitu perilaku menunda

tugas akademik (seperti mengerjakan pekerjaan sekolah, mempersiapkan diri untuk

ujian, atau mengerjakan tugas makalah) (Solomon dalam Nurjan, 2020) tugas

dikerjakan mendekati deadline, sehingga menciptakan perasaan tertekan, takut, dan

cemas (Schouwenburg dalam Kurniawan, 2017).

Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi

akademik adalah perilaku menunda-nunda secara sengaja, dan berulang pada

penyelesaian tugas akademik yang diberikan kepada seseorang dengan mengalihkan

kegiatan lainnya atau kegiatan non akademik.

2.1.2 Ciri-Ciri Prokrastinasi Akademik

Ciri-ciri prokrastinasi akademik merupakan hal-hal yang menunjukkan adanya

perilaku prokrastinasi, seseorang akan melakukan prokrastinasi apabila ada perilaku

menunda-nunda pekerjaan yang harus dilakukan. Hal ini juga dijelaskan oleh Rosario

et al., (Saman, 2017) mengemukakan bahwa ketidakmampuan mengelola dan

memanfaatkan waktu merupakan salah satu ciri dari prokrastinasi akademik. ada

beberapa aspek yang membangun prokrastinasi, yaitu : kepuasan hasil (outcome

satisfaction), preferensi untuk tekanan waktu (preference for pressure), keputusan

yang disengaja untuk menunda-nunda (intentional decisious to procrastinate) dan

kemampuan untuk memenuhi tenggat waktu (ability to meet deadlines) (Kim & Seo,

2015; Kiser, 2020; Mccloskey, 2011; Moran, 2009; Mortensen, 2014).

Prokrastinasi disebabkan karena adanya keyakinan irasional yang dimiliki.

Takut mengalami kegagalan, impulsif, perfeksionis, pasif dan menunda-nunda,

13
sehingga mengakibatkan seseorang mengerjakan tugas melebihi tenggat waktu yang

telah ditentukan, hal itu termasuk ciri-ciri prokrastinasi (Damri et al., 2017). Adapun

ciri-ciri atau karakteristik prokrastinasi menurut Ferrari, et al., (Trifiriani &

Agung,2017) dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain sebagai berikut :

a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang

dihadapi.

b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas. Pelaku prokrastinasi

mengerjakan aktivitas yang tidak diperlukan dalam menyelesaikan tugas

tanpa mempertimbangkan waktu.

c. Kesenjangan waktu yang dimilikinya antara rencana dengan kinerja aktual.

Pelaku prokrastinasi sulit menyelesaikan pekerjaan pada batas waktu yang

telah ditetapkan.

Berdasarkan pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa ciri-

ciri prokrastinasi dalam diri seseorang, antara lain penundaan dalam memulai

menyelesaikan tugas, keterlambatan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu

yang dimiliki antara rencana dan pengaplikasiannya, serta ketidakmampuan

mengelola dan memanfaatkan waktu yang ada.

2.1.3 Faktor Penyebab Prokrastinasi Akademik

Penyebab prokrastinasi akademik dibagi menjadi dua, yaitu faktor eksternal

dan faktor internal. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri

seseorang yang berpengaruh pada prokrastinasi berupa gaya pengasuhan dari orang

tua dan faktor lingkungan (Ferrari dalam Aviani & Primanita, 2020), serta tugas yang

terlalu sulit (Shalev, 2018). Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam

14
diri individu yang berpengaruh pada prokrastinasi seperti regulasi emosi, efikasi diri

dan keyakinan diri (Asri et al, 2017; Ferrari dalam Aviani & Primanita, 2020).

Menurut Bernard (Christoper, 2020) ada sepuluh penyebab perilaku

prokrastinasi, yaitu :

a. Kecemasan, individu cenderung menilai bahwa situasi-situasi yang

dihadapinya membawa ancaman dan berpotensi menimbulkan stress bagi

dirinya. Hal ini mengakibatkan respon emosional individu berupa

kecemasan semakin meningkat.

b. Kurangnya penghargaan pada diri (self-depreciation). Sebagian orang yang

memiliki kecenderungan self-depreciation yang lebih tinggi dibandingkan

orang lain, hal ini membuat individu mudah menyalahkan diri sendiri

bahkan dalam hal yang tidak terlalu penting.

c. Rendahnya toleransi terhadap ketidakyakinan (low discomfort tolerance),

ketika menghadapi tugas yang membosankan ataupun sulit untuk

dikerjakan, ada sebagian orang yang menjadi sangat tertekan sementara

orang lain tidak menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang sangat

menekan. Individu yang lebih mudah mengalami frustasi dan memiliki

toleransi terhadap ketidaknyaman yang lebih rendah dibandingkan orang

lain saat menghadapi stressor yang sama disebut “sensation sensitive” .

individu yang sensation sensitive ini terbiasa menghindari dan menarik diri

dari tugas yang dirasa menimbulkan frustasi.

d. Pencarian kesenangan (pleasure seeking), individu dengan plessure seeking

yang tinggi menolak mengorbankan kesenangan untuk mengerjakan tugas

sekalipun tugas itu penting.

15
e. Disorganisasi waktu (time disorganization), individu dapat menunda

melakukan pekerjaannya karena tidak memiliki waktu yang cukup untuk

mengerjakannya, namun dapat pula disebabkan terlalu banyak waktu yang

terbuang sia-sia.

f. Disorganisasi lingkungan (environmental disorganization), lingkungan

yang terlalu bising dan terlalu banyak gangguan akan mengakibatkan

sulitnya berkonsentrasi pada individu, sehingga membuat individu

menunda untuk melakukan pekerjaannya. Lingkungan yang berantakan dan

penyimpanan dokumen-dokumen mengenai tugas yang tidak rapi juga

dapat menghambat seseorang untuk segera melakukan tugasnya.

g. Rendahnya pendekatan terhadap tugas (poor task approach), bila seseorang

tidak mengerti bagaimana mengawali atau bagaimana mengerjakan tugas

yang diberikan kepadanya maka hal ini dapat membuat seseorang menunda

mengerjakan tugas.

h. Kurangnya asertifitas (lack of assertion), individu yang sulit berkata

“tidak” atau sulit untuk menolak permintaan orang lain, walaupun

sebenarnya ia tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan permintaan

tersebut karena harus mengerjakan pekerjaan lainnya, hal ini akan membuat

individu semakin sulit mengatur waktunya dan harus menunda salah satu

pekerjaan yang sebenarnya harus dikerjakan.

i. Kekerasan terhadap orang lain (hostility with others), perilaku menunda

dapat juga didorong oleh faktor kemarahan individu terhadap orang lain.

Kemarahan itu dapat berupa menolak untuk bekerja sama dengan orang

16
tersebut, ataupun menunda melakukan tugas yang diperintahkan dan

diharapkan oleh orang tersebut.

j. Stress dan kelelahan, stres dan kelelahan seringkali menimbulkan

kecenderungan pada individu untuk menunda melakukan tugasnya.

Sedangkan menurut Steel (dalam Elizabeth putri, 2015) menerangkan empat

faktor utama terjadinya perilaku prokrastinasi dalam diri individu, antara lain :

a. Fenologi prokrastinasi, merupakan Intended-action gap, mood, dan kinerja.

Hal ini menjelaskan bahwa seseorang yang melakukan prokrastinasi pada

awalnya tidak bermaksud untuk menunda. Seseorang menghindari cemas

dan meningkatkan kinerja dengan melakukan prokrastinasi. Mereka

beranggapan jika melakukan prokrastinasi data mengeluarkan seluruh

kemapuan fisik dan kognitif ketika tenggat waktu mendekat.

b. Karakteristik tugas. 1) Waktu pemberian reward dan punishment. Samuel

Johnson (dalam Steel, 2003) berpendapat bahwa temporal proximity

sebagai penyebab alami prokrastinasi, yang artinya kecemasan paling besar

akan timbul saat waktu terakhir. 2) Task aversiveness banyak hal yang

dapat membuat orang menunda mengerjakan tugas, ketika tugas dianggap

tidak menyenangkan, orang cenderung menghindari tugas tersebut, hal ini

yang dimaksud dengan task aversiveness.

Berdasarkan dengan pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor

penyebab prokrastinasi disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal

yaitu berasal dari dalam diri individu, seperti keyakinan diri, regulasi diri, dan efikasi

diri, serta kebosanan pada tugas. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang

17
berasal dari luar diri individu, seperti pengasuhan orang tua, bergantung pada

kelompok belajar, dan batas waktu yang ditentukan. Adapun faktor lain yang

mempengaruhi prokrastinasi adalah fenologi prokrastinasi dan karakteristik tugas.

2.1.4 Dampak Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi yang dilakukan oleh seseorang akan menimbulkan dampak

negatif pada prestasi yang akan dicapai seperti terlambat mengumpulkan tugas,

mendapatkan nilai jelek, dan lain sebagainya (Kim & Seo, 2014; You, 2015). Ada

beberapa dampak yang akan ditimbulkan dari prokrastinasi. Burka dan Yuen

(Cinthia, Rindia Ratu., & Kustanti, 2017) mengatakan bahwa prokrastinasi dapat

mengganggu dalam dua hal. Pertama, prokrastinasi mampu menciptakan masalah

eksternal pada prokrastinator (pelaku prokrastinasi) itu sendiri, misalnya menunda

mengerjakan tugas membuat individu tidak dapat menyelesaikan tugas dengan

maksimal. Kedua, prokrastinasi dapat menyebabkan masalah internal, yaitu perasaan

bersalah dan menyesal karena tidak dapat menyelesaikan tugas secara maksimal.

Prokrastinasi terkait dengan kinerja akademik yang tidak memuaskan dan

tingkat stress serta kecemasan yang lebih tinggi (Ferrari et al., 2005; F. M. Sirois,

2004; Trifiriani & Agung, 2017) dan berdampak pada depresi bahkan psikosomatis

atau kelainan jiwa (Trifiriani & Agung, 2017).

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi tidak mempunyai

dampay yang positif, namun berdampak negatif bagi para prokrastinator atau pelaku

prokrastinasi.

2.3 Hubungan Perfeksionisme dengan Perilaku Prokrastinasi Akademik

Perilaku prokrastinasi merupakan perilaku yang telah lama ada dan dapat

terjadi dalam berbagai bidang dan situasi. Prokrastinasi akademik merupakan suatu

18
penundaan terhadap tugas akademik yang penting untuk dilakukan dan menimbulkan

konsekuensi tertentu bagi procrastinator itu sendiri. Ada banyak faktor yang

menyebabkan perilaku prokrastinasi akademik, salah satunya adalah perfeksionisme.

Perfeksionisme merupakan salah satu hasil distorsi kognitif yang menuntut adanya

kesempurnaan (Burns, dalam wulandari 2002)

Perfeksionisme dapat berhubungan dengan prokrastinasi akademik dalam du

acara. Yang pertama tekanan atau tuntutan yang sangat tinggi serta adanya perasaan

inferioritas menyebabkan perfeksionisme cenderung berusaha menghindari tugas

tersebut. Tuckman (2003) mengatakan bahwa procrastinator adalah pencari

kesenangan dan berusaha menghindar dari hal-hal yang menekan mereka. Seorang

perfeksionis akan merasa gagal dalam melakukan tugas yang sempurna, dan akan

berusaha menghindari dan menunda penyelesaian tugas hingga detik-detik terakhir.

Dengan demikian, ia dapat menyalahkan sesuatu di luar dirinya dengan merasa bebas

dari tekanan-tekanan irasionalnya (misalnya, waktu yang tidak cukup untuk

membuat karya yang sempurna)

Yang kedua, seorang perfeksionis yang menuntut kesempurnaan akan

cenderung mengumpulkan sebanyak-banyaknya hal dalam menentukan suatu pilihan

atau karya yang sempurna. Perfeksionis akan terus menunda mengerjakan tugasnya

agar terlihat dapat menghasilkan karya yang sempurna tanpa cacat. Ketika

perfeksionis masih merasa belum cukup untuk mengumpulkan informasi maka

perfeksionis akan menunda mengerjakan tugasnya. Dalam hal ini, seseorang yang

perfeksionis melakukan prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan tugasnya

(Gunawita, V.A., Nanik., & Lasmono, H.K., 2008)

19
2.4 Penelitian Terdahulu

Sebuah penelitian tidak terlepas dari penelitian-penelitian terdahulu, begitu

juga dalam penelitian ini.Tujuan penelitian terdahulu yaitu sebagai acuan dan

referensi dalam penelitian, selain itu penelitian terdahulu dapat dijadikan

perbandingan terkait dengan topik yang diteliti. Adapun penelitian yang relevan

adalah sebagai berikut :

a. Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2017) tentang hubungan

perfeksionisme dengan prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan

skripsi pada mahasiswa Universitas Syiah Kuala dengan sampel 326 orang.

Penelitian Setiawan (2017) memiliki variabel yang sama dengan penelitian

ini, namun penelitian ini menggunakan subjek yang berbeda yaitu ditujukan

kepada siswa berprestasi di sekolah.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Muna (2020) tentang hubungan antara

motivasi berprestasi dengan prokrastinasi mahasiswa Universitas Syiah

Kuala, subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Syiah

Kuala yang berada di tiga fakultas, yaitu fakultas Kedokteran, fakultas

Pertanian, dan fakultas Sosial dan Ilmu Politik.

c. Penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2019) tentang hubungan motivasi

berprestasi dan dukungan sosial orang tua terhadap perilaku prokrastinasi.

Sampel yang terlibat dalam penelitian ini adalah 73 orang yang terdiri dari

mahasiswa Geografi angkatan 2013, 2014, 2015, 2016 dan 2017.

d. Penelitian yang dilakukan oleh Muna (2020) dan Fitri (2019) memiliki

kesamaan yaitu sama-sama meneliti prokrastinasi dengan variabel yang

berbeda-beda. Begitu juga dengan penelitian ini, penulis akan meneliti

20
hubungan perfeksionisme dengan prokrastinasi akademik. Jika Muna

(2020) dan Fitri (2019) memiliki subjek penelitian pada mahasiswa, maka

penelitian ini akan menggunakan subjek penelitian pada siswa di SMAN

Banda Aceh

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan jenis penelitian

korelasional yang bertujuan mendeteksi hubungan antara perfeksionisme dengan

prokrastinasi akademik pada siswa di SMAN Banda Aceh. Penelitian korelasi adalah

penelitian yang menentukan hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau

lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut, sehingga variabel

tersebut tidak dimanipulasi (Faenkel dan Wallen dalam Sya’bana & Agustina, 2020).

Penelitian ini memungkinkan suatu perkiraan tentang hubungan antar dua variable

(Darmadi dalam Resnani, 2017)

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN yang ada di Banda Aceh, antara lain SMAN

10 Fajar Harapan, SMAN 3 Banda Aceh, SMAN 4 Banda Aceh. Pemilihan lokasi

tersebut disebabkan peneliti mendapatkan fenomena atau masalah yang sesuai

dengan penelitian. Sekolah-sekolah dipilih adalah sekolah unggulan di Banda Aceh

21
berdasarkan pencapaian nilai UN Kemdikbud 2022, serta memiliki tuntutan kepada

peserta didik untuk mengerjakan tugas sekolah dengan baik

3.3 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan dari jumlah yang akan diamati atau diteliti

(Nisfiannor dalam Angesti, 2017). Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa di

sekola yang menjadi tempat penelitian dari keseluruhan kelas, yaitu sekolah SMAN

10 Fajar Harapan, SMAN 3 Banda Aceh, SMAN 4 Banda Aceh, SMAN 1 Banda

Aceh, dan SMAN 2 Banda Aceh.

Table 1. Sebaran Populasi dan Sampel Penelitian

Laki- Perempuan Jumlah Jumlah


Sekolah
laki Populasi Sampel

SMAN 10 Fajar Harapan 267 275 542 84

SMAN 3 Banda Aceh 397 597 994 90

SMAN 4 Banda Aceh 387 479 866 89

Total 1.051 1.351 2.402 263

Populasi ini dipilih karena siswa di sekolah tersebut merupakan siswa unggulan

yang diseleksi dengan sangat ketat pada masa penerimaan murid baru. Siswa SMA

dengan kisaran umur 15-17 tahun (remaja awal) mempunyai kapasitas untuk

memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien dikarenakan pertumbuhan

otak mencapai kesempurnaan (Yessy, 2015) sehingga akan memahami tanggung

jawab yang harus dilakukan, Piaget (dalam Santrock, 2011; dalam Jahja, 2021) juga

menjelaskan bahwa remaja akan termotivasi untuk memahami lingkungan

disekitarnya kerena perilaku adaptasi.

22
3.4 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil untuk menggeneralisasikan hasil penelitian

(Arikunto dalam Srilisnani et al, 2019). Table 1 diatas merupakan sebaran populasi

dan sample penelitian dari sekolah yang telah dipilih menjadi subjek penelitian.

Jumlah sampel sesuai populasi adalah 263. Penentuan jumlah sampel menggunakan

rumus slovin, yaitu n = N / (1 + (N x e 2)). Pengambilan jumlah sampel pada masing-

masing sekolah sesuai dengan proporsi jumlah populasi setiap sekolah. Penarikan

sampel menggunakan Teknik Clustered Random Sampling, dengan sekolah sebagai

cluster-nya. Clustered Random Sampling adalah Teknik sampel yang dipakai jika

populasi dalam penelitian berjumlah besar dan randomisasi dilakukan terhadap

kelompok bukan terhadap subjek secara individual (Azwar dalam Aidina &

Prihatsanti, 2018)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala psikologi. Skala psikologi

mengacu kepada alat ukur atribut non-kognitif, khususnya yang disajikan dalam

format tulis (Azwar 2013). Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan

Multidimensional Perfectionism Scale (MPS) dan Tuckman Procrastination Scale.

The Perfectionism Inventory (PI) merupakan skala psikologis yang terdiri dari

delapan aspek perfeksionisme. Tuckman Procrastination Scale (TPS) adalah alat

ukur yang dikembangkan oleh Tuckman yang terdiri dari 16 butir pernyataan. TPS

disusun untuk mengukur prokrastinasi akademik. kedua skala tersebut diadaptasi

oleh peneliti untuk memudahkan dalam pengambilan data.

23
3.5.1 Skala Perfeksionisme

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variable perfeksionisme ini adalah

dimensi dari perfeksionisme itu sendiri, yang diukur menggunakan skala psikologi

yaitu adaptasi dari Multidimensional Perfectionism Scale (MPS) yang terdiri dari :

d. Perfeksionisme self-oriented

Perfeksionisme ini fokus pada diri sendiri yang berkaitan dengan

menetapkan standar yang tinggi terhadap diri sendiri, kritik, dan

pengawasan yang berlebihan sehingga tidak bisa menerima kesalahan

sedikit pun. Dalam hal ini, seseorang akan memiliki hasrat yang sangat

besar untuk berusaha tidak pernah salah atau gagal.

e. Perfeksionisme other-oriented

Perfeksionisme ini fokus pada orang lain terkait dengan kecenderungan

individu yang menuntut orang lain memenuhi standar kesempurnaan yang

ada pada dirinya. Dalam hal ini, seseorang akan menunjukkan kemarahan,

kekacauan dan tidak dapat memberikan toleransi terhadap

ketidaksempurnaan orang lain.

f. Perfeksionisme socially prescribed

Perfeksionisme ini adalah persepsi bahwa orang lain menuntut dan

mengharapkan dirinya untuk selalu sempurna dan mencapai standar yang

tinggi. Tuntutan dari orang lain ini merupakan persepsi individu bahwa hal

tersebut harus dipenuhi.

Skala ini disusun dengan dua jenis pernyataan, yaitu favorable dan

unfavorable dengan menggunakan model Likert. Skala likert itu menpunyai empat

macam pilihan jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan

24
sangat tidak sesuai (STS). Penyekoran ini dilakukan dengan sistematika untuk item-

item favorable, jawaban yang sesuai mendapatkan skor 4 hingga sampai sangat tidak

sesuai mendapatkan skor 1, begitu juga dengan item unfavorable. Semakin tinggi

skor yang diperoleh pada skala ini, artinya individu memiliki kecenderungan

perfeksionisme. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh artinya individu

kurang memiliki kecenderungan perfeksionisme

3.5.2 Skala Prokrastinasi Akademik

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variable prokrastinasi akademik ini

adalah aspek yang dikemukakan oleh Tuckman (1998) yaitu :

a. Membuang waktu

b. Task avoidance

c. Blaming others

Skala ini disusun dengan dua jenis pernyataan, yaitu favorable dan

unfavorable dengan menggunakan model Likert. Skala likert itu menpunyai empat

macam pilihan jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan

sangat tidak sesuai (STS). Penyekoran ini dilakukan dengan sistematikan untuk item-

item favorable, jawaban yang sesuai mendapatkan skor 4 hingga sampai sangat tidak

sesuai mendapatkan skor 1, begitu juga dengan item unfavorable. Semakin tinggi

skor yang diperoleh pada skala ini, berarti semakin tinggi juga prokrastinasi

akademiknya. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah

prokrastinasi akademiknya.

25
3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara yang dipakai peneliti dalam menjelaskan

dan memahami data-data yang telah diperoleh, hal ini dilakukan untuk menarik

kesimpulan berdasarkan apa yang telah dikumpulkan. Dalam mencari hubungan

perfeksionisme dan prokrastinasi akademik pada siswa berprestasi di SMAN Banda

Aceh, analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif . Istijanto (Ashari et al, 2017)

menyatakan bahwa analisis deskriptif bertujuan untuk mengubah kumpulan data

yang masih menjadi bentuk yang lebih sederhana dan lebih mudah dimengerti, serta

menyajikannya dalam bentuk informasi yang lebih ringkas .

Untuk meramalkan kuat lemahnya hubungan antar variable x (perfeksionisme)

dengan variable Y (Prokrastinasi akademik) maka dalam penelitian ini diterapkan

analisis korelasi. Analisis yang diterapkan adalah analisis korelasi product moment

dari Karl Person. Korelasi Product Moment dari pearson adalah pengukuran

parametrik yang akan menghasilkan koefisien korelasi yang berguna untuk

mengukur kekuatan hubungan linier antara dua variabel. Apabila hubungan dua

variabel tidak linier, maka koefisien korelasi tersebut tidak menunjukkan kekuaan

hubungan dua variabel yang sedang diteliti, walaupun kedua variabel memiliki

hubungan yang kuat (Yudihartanti,2018).

Menurut akdon (Rochmah,2017) analisis korelasi product moment dari Karl

Pearson digunakan agar dapat mengetahui derajat hubungan antara variabel bebas

dan variabel terikat. Rumusnya adalah sebagai berikut :

n ∑ XY −∑ X ∑ Y
Rxy=
√¿ ¿ ¿

Keterangan :

26
r = Pearson r Correlation Coefficient

N = Jumlah Sampel

Setelah dilakukan analisis korelasi, maka akan menghasilkan nilai yang disebut

koefisien korelasi. Koefisien korelasi ini bisa bernilai negatif maupun positif yang

berkisar antara -1 sampai +1. Koefisien korelasi tersebut dapat diinterpretasikan

sebagai berikut :

Tabel 2. Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi


Besar Koefisien Korelasi (Positif atau Interpretasi Koefisien Korelasi
Negatif)

0,00 Tidak ada korelasi


0,01 – 0,20 Korelasi sangat lemah
0,21 – 0,40 Korelasi lemah
0,41 – 0,70 Korelasi sedang
0,71 – 0,99 Korelasi Tinggi
1,00 Korelasi Sempurna
(Sumber : Astuti, 2017)

Untuk memastikan korelasi dapat digeneralisasikan, maka digunakan

perhitungan signifikasi dengan menggunakan rumus Uji T. Signifikansi korelasi :

r √n−2
t hitung =
√ 1−r 2

Perhitungan korelasi product moment dan Uji T signifikansi korelasi ini akan

diolah oleh peneliti di Statistical Product and Service Solution (SPSS) 23.0 for

window.

27
DAFTAR PUSTAKA

Abdi Zarrin, S., Gracia, E., & Paixao, M. P (2020). Prediction of academic
procrastination by fear and elf-regulation. Educational Sciences : Theory and
Practice, 20(3), 34-43, https://doi.org/10.12738/jestp.2020.3.003
Abdollahi, Fatemeh, Shobarudin, Ibrahim (2016). Prediction of incindende and bio-
psycho-socio-cultural risk factors of post-partum depression immediately after
birth in an Iranian populatin. Serdang, Malaysia : Termedia & Banach
Aidina, N. R., & Prihatsanti, U. (2018). Hubungan Antara Kepercayaan Terhadap
Pemimpin Dengan Keterikatan Kerja Pada Karyawan Pt.Telkom Witel
Semarang. Empati, 6(4),137-142
AK Steel (2007). 430 Stainless stell. West Chester : AK Steel Corporation
Apriyani, D. (2020). Pengaruh Perfeksionisme Siswa dan Pola Asuh Orang Tua
Terhadap Prestasi Belajar. Jurnal Psikologi. Program Studi Psikologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman Samarinda
Ashari, b. H., Wibawa, B. M., & Persada, S. F (2017). Analisis Deskriptif dan
Tabulasi Silang pada Universitas di Kota Surabaya. Jurnal Sains Dan Seni Its,
6(1), 17-21
Asri, D. N., Setyosari, p., Hitipeuw, I., & State (2017). The Influence of Project-
based Learning Strategy and Self-regulated Learning on Academic
Procrastination of Junior High School Students’ Mathematics Learning.
American Journal of educational Research, 5(1), 88-96.
https://doi.org/10.12691/education-5-1-14
Angesti, A. F. 2017. Pengaruh EP, TDTA, dan WCTN terhdapa Harga Saham
Perusahaan Rokok di Bei. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, 6(70), 1-15
Avani, Y.I., & Primanita, R.Y (2020). Conflict Resolution & Subjective Well Being
Pasangan Suami Istri Masa Awal Pernikahan di Kurai limo Jorong Bukittinggi.
Jurnal RAP (Riset Aktual Psikologi Universitas Negeri Padang). 10(2), 193.
https://doi.org/10.24036/rapun.v10i2.106266
Azwar, Saifuddin (2013). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

28
Cintia, Rindita Ratu, & Kustanti, E. R (2017). Hubungan Antara Konformitas
Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa. Rindita. Jurnal Empat, 6(2),
31-37
Closson, L.M., & Boutilier. R.R (2017). Perfectionism, academic engagement, and
procrastination among undergraduates : The moderating role of honors student
status. Learning and Individual Differences, 57, 157-162.
https://doi.org/10.1016/j.lindif.2017.04.010
Damri, D., Engkizar, E., & Anwar, F. (2017). Hubungan Self-Efficacy dan
Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Tugas Perkuliahan.
Jurnal edukasi : jurnal Bimbingan dan Konseling, 3(1), 74.
https://doi.org/10.22373/je.v3il.1415
Elizabeth P. (2015). Hubungan Antara Perfeksionisme Dengan Prokrastinasi
Akademik Dalam Menyelesaikan Skripsi Pada Mahasiswa di Fakultas
Psikologi. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Psikologi Universitas Kristen
Satya Wacana
Erfantinni ,IH. Purwanto, Edy & Japar, Muhammad (2016). Konseling Kelompok
cognitive-Behavior Therapy Dengan Teknik Cognitive restructuring Untuk
Mereduksi Prokrastinasi Akademik. Jurnal Bimbingan dan Konseling.
Ferrari, J. R., O’Cllaghan,. & Newbegin, I. (2005). Prevalence of procrastination in
the United State, United Kingdom, and Australia : Arousal and avoidance
delays among adults. Nort American Journal of Psycology, 7(1), 1-6
Handayani, S. W. r. I., & Abdullah, A. (2016). Hubungan Stress Dengan
Prokrastinasi Pada Mahasiswa. Psikovidya, 20(june), 32-29
Haryanti, D., & Hartini, T. (2016). Efektivitas Konseling Kelompok Rasional Emosi
Keperilakuan Untuk Mengurangi Perilaku Prokrastinasi Akademik Pada
Siswa Kelas XII Mipa SMA N 2 Semarang Tahun Pelajaran 2016/2016. 3(2),
76-82
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Prenada Media
Kim, K. R., & Seo, E.H (2015). The relationship between procrastination and
academic performance: A meta-analysis. Personality and Individual
Differences, 82, 16-33. https://doi.org/10/1016/j.paid.2015.02.038
Kiser, M. M (2020). Validation Of The Pure Procrastination Scale [California State
University]. http://libraryl.nida.ac.th/termpaper6/sd/2554/19755.pdf
Klingsieck, K. B (2016). Academc Procrastination : Psychological antecedents
revisited. Australian Psychologist, 51(1), 36-46.
https://doi.org/10.111/ap.12173
Kurniawan, D.E (2017). Pengaruh Intensitas Bermain game Online Terhadap
Perilaku Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling

29
Universitas PGRI Yogyakarta. Jurnal Konseling Gusjigang, 3(1), 97-103.
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/gusjigang/article/download/1120/1071
Mccloskey, J. D (2011). Finnally, My Thesis on Academic Procrastination. (Issue
December). University of Texas
Moran, S. V (2009). 2009JSP.pdf. The Journal of Social Psychology, 149(2), 195-
211
Mortensen, C. C (2014). Investigating Procrastination And Delay From A Self-
Regulated Learning Perspective A. University of Oklahoma
Nurjan, S (2020). Analisis Teoritik Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Muaddib :
Studi Kependidikan dan Keislaman, 1(1),
61-83.https://doi.org/10.24269/muaddib.vlil.2568
Ray, D.P., Banerjee. P., SatyaP., Ghosh.R.K., Biswas.P.K (2017) Exploration of
Profitability in The Cultivation of Ramie (boehmeria nivea L. Gaudich) Fibre
for sustaining Rural Livelihood, International Journal of Agriculture,
Environment and Biotechnology, 10(3), p. 277. Doi : 10.5958/2230-
732x.2017.00034.1.
Resnani, R. (2017). Hubungan Antara Kebutuhan Untuk Sukses dan Ketekunan
Belajar Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi (Ppgt) Fkip Unib
Angkatan 2012. Jurnal PGSD, 10(1), 37-41.
https://doi.org/10.33369/pgsd.10.1.37-41
Rochmah, S. N. (2017). Hubungan Konsep Diri Guru Terhadap Regulasi Diri. Tunas
Siliwangi, 3(2), 160-174
Saman, A. (2017). Analisis Prokrastinasi Akademik Mahasiswa (Studi Pada
Mahasiswa Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu
Pendidikan). Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling, 3(2), 55-62.
https://doi.org/10.26858/jpkk.v0i0.3070
Santrock, John W. (2011). Perkembangan Anak Edisi 7 jidid 2. (Terjemahan : Sarah
Genis B) Jakarta : Erlangga
Sederlund, A., R. Burns, L., & Rogers, W. (2020). Multidimensional Models of
Perfectionism and Procrastination : Seeking determinants of both. International
Journal of environmental Research and Public Health, 17(14), 5099.
https://doi.org/10.3390/ijerph17145099
Sirios, F., & Pychyl, T. (2013). Procrastination and the priority of short-Term Mood
Regulation: Consequences for Future Self. Social and Personality Psychology
Compass, 7(2), 115-127. https://doi.org/10.1016/j.paid.2003.08.005
Shalev, I. (2018). Use of a self-regulation failure framework and the NIMH Research
Domain criterion (RDoC) to Understand the problem of procrastination.

30
Frontiers in Psychiatry, 9 (MAY), 1-4.
https://doi.org/10.3389/fpsyt.2018.00213s
Smith, M. M., Saklofske, D. H., Stoeber, J., & Sherry, S. B (2016). The big three
perfectionism Scale : A new measure of perfectionism. Journal of
Psychoeducational Assesment., 34(7), 670-687
Steel. P., & Klingsieck, K. b (2016). Academic Procrastination : Psychological
Antecedents Revisited. Australian Psychologist, 51(1), 36-46.
https://doi.org/10.1111/ap.12173
Suhadianto dan Pratitis, Nindia (2019). Eksplorasi Faktor Penyebab, Dampak dan
Strategi untuk Penanganan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa. Jurnal
RAP (Riset Aktual Psikologi). 10. 204-223. Doi:10.24036/rapun.vi0i2.106266
Sutrisno, A., Rini, A.P., & Pratitis, N.T.(2018). Prokrastinasi anggota polrestabes
Surabaya ditinjau dari jenis kelamin dan locus of control. Fenomena : Jurnal
Psikologi, 1(1), 1-12
Sya’bana, F. N. R., & Agustina, M. 2020. Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi
Dengan Pemahaman Gizi Orangtua. Jurnal Pendidikan Modern, 5 (3) , 127-
131. https://doi.org/10.37471/jpm.v5i3.95
Trifiriani, M., Agung, I. M. (2017). Academic Hardiness dan Prokrastinasi pada
Mahasiswa Academic Hardiness dan Procrastination on Undergraduate Student
Abstrack. Jurnal Psikologi, 13(2), 143-149.
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/psikologi/article/view/3626
Tuckman, B.W (1998). Using Tests As An Incentive To Motivate Procrastiation To
Study : Journal of Experimental Education, 66 (2), 141-147.
Ursia, N. r., Siaputra, I. B., & Sutanto, N. (2013). Prokrastinasi akademik dan self-
control pada mahasiswa skripsi Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.
Makara Seri Sosial Humaniora, 17(1), 1-18.
https://doi.org/10.7454/mssh.v17il.1798
Widyaningrum, A. A. (2017). Hubungan Antara Tipe Perfeksionisme dengan Gaya
Manajemen Konflik Pada Individu Dewasa Awal Yang Sedang Mengalami
Hubungan Pacaran. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Wijaya, Toni (2018). Manajemen Kualitas Jasa. Jakarta : Indeks
You, J. W. (2015). Examinig the Effect of Academic Procrastination on
Achievement Using LMS Data in e-Learning. Educational technology &
Society, 18(3), 64-74
Yudihartanti, Y (2018). Academic interventons for academic procrastination : A
review of the literatre. Journal of Prevention and Intervention in the
Community, 46(2), 117-130. https://doi.org/10.1080/10852352.2016.1198154

31
32

Anda mungkin juga menyukai