Anda di halaman 1dari 80

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU

PENDIDIKAN DI SMAN 26 BONE KAB. BONE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana


Pendidikan (S.Pd) Jurusan Manajemen Pendidikan Islam
pada Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Alauddin
Makassar
Oleh:

ASTRI NILAWATI
NIM : 20300116061

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2022
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Astri Nilawati

Nim : 20300116061

Tempat/Tgl Lahir : Watu, 18 Agustus 1998

Jurusan : Manajemen Pendidikan Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Alamat : Desa Bontosunggu

Judul : Peran Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu

Pendidikan di SMAN 26 Bone Kab. Bone

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi

ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika kemudian hari terbukti bahwa ia

merupakan duplikat, tiruan, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau

seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Samata-Gowa, 09 Agustus 2022

Astri Nilawati

i
ii
KATA PENGANTAR

Assalamu' Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, alhamdulillahirabbil' alamin wassalatu wassalamu ala asrafil

ambiyai walmursalin wa'ala alihi washabihi ajmain, Amma ba'du. Puji syukur

kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat

merampungkan skripsi dengan judul "Peran Komite Sekolah dalam Meningkatkan

Mutu Pendidikan di SMAN 26 Bone Kab. Bone ". Ini untuk memenuhi salah satu syarat

menyelesaikan studi serta dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Universitas UIN Alauddin Makassar.

Penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua

tercinta ibunda Hj. Nuraeni dan ayahanda Bahtiar yang telah mencurahkan segenap

cinta dan kasih sayang serta tidak pernah lelah terus mendoakan dan mendukung setiap

langkahku. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat, kesehatan, karunia, dan

keberkahan di dunia dan di akhirat atas budi baik yang telah diberikan kepada penulis.

Serta ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. H. Hamdan Juannis, M.A., Ph.D. selaku Rektor UIN Alauddin

Makassar, Prof. Dr. H. Mardan, M.Ag., selaku Wakil Rektor I, Dr.

Wahyuddin, M. Hum., selaku Wakil Rektor II, Prof. Dr. Darussalam, M.Ag.,

selaku Wakil Rektor III, Dr. H. Kamaluddin Abunawas, M.Ag., selaku Wakil

Rektor IV atas jasa-jasanya dalam memberikan dan mengembangkan sarana

pendidikan kepada penulis selama di perguruan tinggi ini hingga selesai.

iii
2. Dr. H. Marjuni, M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Alauddin Makassar, Dr. M. Shabir U., M.Ag. selaku Wakil Dekan I. Dr. M. Rusdi

T., M.Ag. selaku Wakil Dekan II, dan Dr. Ilyas, M.Pd., M.Si. selaku Wakil

Dekan III Fakulitas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar atas jasa-

jasanya dalam memberikan dukungan bagi penulis baik dalam halakademik,

administrasi serta pembinaan yang diberikan sehingga penlis dapat

menyelesaikan studi peneliti.

3. Ridwan Idris, S.Ag., M.Pd dan Dr. Mardiah, S.Ag., M.Pd selaku Ketua Jurusan

dan Sekretaris Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan banyak ilmu selama

penulis menimba ilmu di Program Studi Manajemen Pendidikan Islam.

4. Dr. H. La Ode Ismail Ahmad, M. Th. I dan Dr. Mardhiah, S. Ag., M. Pd. selaku

Pembimbing I dan II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan

bimbingan, pengarahan, serta dorongan yang sangat berharga bagi penulis.

5. Drs. Suarga, M. M. dan Dr. Wahyuddin, M. Pd. I selaku Penguji I dan II yang

telah memberikan banyak masukan, arahan dan dorongan mangenai skripsi yang
telah penulis buat.

6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen di Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

yang telah memberikan banyak ilmu selama penulis menimba ilmu di Program

Studi Manajemen Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

7. Semua pihak pegawai perpustakaan UINAM yang telah membantu kelancaran

penelitian yang telah dilakukan oleh penulis.

8. Suami Chaidir Syahid dan anak-anakku yang selalu memberikan dukungan dan

semangat kepada penulis untuk terus menyelesaikan skripsi ini

9. Teman angkatan 2016 Jurusan Manajemen Pendidikan Islam yang selama ini

membantu dan selalu memberikan semangat apabila penulis dilanda kesulitan,


kalian sangat berarti dan akanku kenang selalu.

iv
10. Para sahabat-sahabat penulis dan keluarga besar penulis yang selalu memberikan

dorongan, dukungan beserta doa, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah

membantu kelancaran penyusunan skripsi ini. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT

penulis memohon ridho dan maghfirahNya, semoga segala dukungan serta bantuan

semua pihak mendapat pahala yang berlipat ganda di sisi Allah SWT, semoga karya

ini dapat bermanfaat kepada para pembaca, Aamin.

Samata-Gowa, 09 Agustus 2022

Penulis;

Astri Nilawati
NIM: 20300116061

v
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................... i

PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................. ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................... vi

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus .......................................... 6

C. Rumusan Masalah ......................................................................... 7

D. Kajian Pustakan ............................................................................. 7

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................. 13

BAB II TINJAUAN TEORITIS ...................................................................

A. Tinjauan Umum Tentang Komite sekolah .................................... 15

1. Pengertian Komite Sekolah ..................................................... 15

2. Kedudukan Komite Sekolah ................................................... 16

3. Tujuan Komite Sekolah........................................................... 17

4. Peran dan Fungsi Komite Sekolah. ......................................... 17

5. Organisasi Komite Sekolah ..................................................... 26

B. Mutu pendidikan ............................................................................ 32

1. Pengertian Mutu Pendidikan ................................................... 32

2. Prinsip-Prinsip Mutu Pendidikan ............................................ 35

3. Ruang Lingkup Mutu Pendidikan ........................................... 37

4. Bentuk-Bentuk Mutu Pendidikan............................................ 38

5. Standar Mutu Pendidikan ........................................................ 43


BAB III METODE PENELITIAN ..............................................................

vi
A. Jenis dan Lokasi Penelitian ........................................................... 44

B. Sumber Data .................................................................................. 45

C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 45

D. Instrumen Penelitian...................................................................... 46

E. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data ......................................... 46

F. Pengecekan Keabsahan Data......................................................... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................

A. Hasil Penelitian ............................................................................. 49

1. Pemberi Pertimbangan (Advisory Agency) .............................. 49

2. Pendukung (Supporting Agency) .............................................. 51

3. Pengontrol (Controlling Agency) ............................................ 52

4. Mediator (Mediator Agency) ................................................... 53

B. Pembahasan .................................................................................... 45

BAB V PENUTUP.......................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 65

vii
ABSTRAK
Nama : Astri Nilawati
Nim : 20300116061
Jurusan : Manajemen pendidikan islam
Judul : Peran Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
di SMAN 26 Bone Kab. Bone

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang: (1) peran komite
sekolah sebagai (advisitor agency) pemberi pertimbangan dalam meningkatkan mutu
pendidikan (2) peran komite sekolah sebagai (supporting agency) pendukung dalam
meningkatkan mutu pendidikan (3) peran komite sekolah sebagai (controlling agency)
pengontrol dalam meningkatkan mutu pendidikan (4) peranan komite sekolah sebagai
(mediator agency) mediator atau penghubung dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan dengan metode
penelitian kualitatif deskriptif. sumberdata berasal dari kepala sekolah, ketua komite
sekolah, sekretaris komite sekolah, tenaga pendidik dan orang tua siswa. Metode
pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi dengan
menggunakan analisis data pada saat wawancara dengan langkah-langkah berupa
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penerikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mutu pendidikan SMAN 26 Bone
dikatakan cukup baik, itu dapat dilihat dari segi input, proses, dan outputnya. Peran
komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan SMAN 26 Bone, meliputi: 1)
sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency): Komite sekolah memberikan
pertimbangannya dalam setiap rencana dan program yang telah disusun oleh sekolah
baik RAPBS dan sarana prasarana di sekolah. 2) sebagai pendukung (supporting
agency) peran komite sekolah sebagai badan pendukung berupa bantuan dukungan
finansial pengadaan sarana prasarana, pemberian motivasi dan saran kepada guru. 3)
sebagai pengotrol (controlling agency) komite sekolah melakukan pengontrolan atau
pengawasan pengambilan keputusan kepala sekolah dan alokasi dana yang dikelolaan
sekolah agar dapat dipertanggung jawabkan. 4) sebagai mediator (mediator agency)
komite sekolah sebagai penghubung atau mediator orang tua, masyarakat, agar
aspirasi dari orang tua dan masyarakat dapat tersampaikan
Adapu Implikasi dalam penelitian ini: 1) peran komite sekolah sebagai
pemberi pertimbangan sudah telaksana dengan baik, 2) peran komite sekolah sebagai
pendukung sudah terlaksana dengan baik, 3) peran komite sekolah sebagai pengontrol
sudah terlaksana dengan baik, dan. 4) peran komite sekolah sebagai mediator telah
terlaksana dengan baik.

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu proses pelatihan dan pemgajaran terutama di

peruntukkan kepada anak-anak dan remaja, baik di sekolah maupun di kampus,

dengan tujuan memberikan pengetahuan dan mengembangkan keterampilan.

Menurut John Dewey, pendidikan adalah sebuah kebutuhan hidup dan fungsi

sosial, yang bertumpuk pada masing-masing individu juga golongan masyarakat,

dengan kemungkinan mengalami kemajuan yang bisa diukur dengan kriteria

tertentu, secara demokrasi bisa dinilai dari kulitas masyarakat yang ada.

Salah satu masalah yang sering muncul dalam suatu pendidikan adalah

rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Berbagai

usaha telah dilakukan untuk peningkatan mutu pendidikan nasional antara lain

melalui berbagi pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan

alat pelajaran, perbaikan saran dan prasarana pendidikan, serta peningkatan mutu
manajemen sekolah. Akan tetapi, beberapa indikator mutu pendidikan belum

menunjukkan sebuah peningkatan yang berarti bagi sebagian sekolah. Sekolah

yang berada diperkotaan menunjukkan mutu pendidikan yang cukup

menggembirakan, akan tetapi sebagian lainnya masih memperihatinkan.1

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yakin manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, memiliki pengetahuan

1
Umeidi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah, 2001), h. 1

1
2

dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri

dan bertanggung jawab kemasyarakat dan kebangsaan.1

Dari tujuan pendidikan nasional diatas, ditegaskan bahwa salah satu ciri

manusia Indinesia yang menjadi tujuan pendidikan nasional ialah manusia yang

beriman dan bertakwa. Agar beriman dan bertakwa ini dapat terwujud, mutlak

diperlakukan adanya pendidikan keimanan dan ketakwaan dan itulah pendidikan

agama. Tujuan pendidikan nasional tersebut, menempati hirerarki tertinggi jika

dilihat dari taksonomi tujuan pendidikan. Ibarat sebuah pohon dimana tujuan

pendidikan nasional sebagai batangnya, sedangkan tujuan kelembagaan

(institusional) dan tujuan pengajaran (kurikuler) adalah sebagai cabang dan

rantingnya.

Pendidikan pada dasarnya adalah upaya untuk mempersiapkan peserta didik

agar mampu hidup dengan baik. Sebuah upaya untuk meningkatkan mutu

pendidikan khususnya pendidikan islam di Indonesia tidak pernah berhenti dan

selesai. Berbagai konsep dan wawasan baru itu diharapkan dapat meningkatkan

mutu sumber daya manusia agar mampu bersaing secara global. Dengan demikian
persoalan peningkatan mutu pendidikan sangat perlu dikaji dan diperjuangkan.

Merealisasikan peningkatan mutu pendidikan maka perlu adanya pembenahan

dari segi sumber daya manusianya, lembaga penyelenggara pendidikan mulai dari

SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK dan juga perguruan tinggi dan semua

lembaga itu perlu dukungan oleh suatu sumberdaya pendidikan. Sumber daya

pendidikan, yakni tenaga pendidik atau guru, manajemen, kurikulum, sarana dan

prasarana, serta dana yang yang diadakan serta di dayagunakan oleh pemerintah,

masyarakat, keluarga, peserta didik, baik secara sendiri-sendiri mapun dalam

bentuk kerja sama2.

1
Undang-Undang Dan Peraturan Pemerintah RI, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, 2006), h. 8-9
2
Sukirno, Pedoman Kerja Komite Sekolah ( Yogyakarta; Pustaka Widytama, 2006), h. 3
3

Pemberdayaan masyarakat merupakan prasyarat mutlak yang harus dipenuhi

untuk keberhasilan setiap kegiatan pendidikan. Oleh karena, itu masyarakat

merupakan penggerak yang utama dan paling penting. Karena itu, berkenaan

dengan adanya upaya peningkatan mutu pendidikan pemerintah sebenarnya telah

mengeluarkan sebuah kebijakan yaitu otonomi pendidikan. Otonomi pendidikan

sebagai bentuk desentralisasi pendidikan, yang melahirkan konsep penting bagi

penyelenggaraan pendidikan. Salah satu konsep penting tersebut adalah

Manajemen Berbasis Sekolah yang kemudian melahirkan komite sekolah sebagi

wujud dari partisipasi masyarakat dalam dunia pendidikan.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan suatu konsep yang

menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan dalam rangka

meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan agar dapat

mengakomodir keinginan masyarakat dan pemerintah3. Hal ini senada dengan ayat

Al-Qur’an dalam surat Ar-Ar’d ayat 11 yang berbunyi:

ِ ‫ِبا َ ْنفُس‬
ۗ‫ِه ْم‬ ‫ّٰللاَ ََل يُغَ ِي ُر َما ِبقَ ْو ٍم َحتهى يُغَ ِي ُر ْوا َما‬
‫ا َِّن ه‬
Terjemahan: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum
sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.4
Ayat di atas menjelaskan bahwasan baik buruknya suatu hal yang didapat

sangat tergantung pada apa yang diusahakannya. Tafsir tentang ayat di atas yakni

tafsir Jalalayn.

Tafsir Jalalayn surat ar_Ra’d ayat 11 ditafsirkan sebagai berikut:

sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, artinya Allah tidak

mencabut dari manusia nikmat-Nya (sehingga mereka mengubah keadaan yang ada

3
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah : Konsep, Stategi Dan Implementasi (Bandung :
PT Remaja Rosda Karya, 2006). h. 11
4
Kementerian Agama RI, Syaamil Al-Qur’an : Miracle The Reference, cet. ke-1
4

pada diri mereka sendiri) dari keadaan yang baik dengan melakukan perbuatan

durhaka.5

Pemberian otonomi yang luas pada sekolah merupakan bentuk kepedulian

terhadap gejala-gajala yang muncul di masyarakat serta upaya meningkatkan mutu

pendidikan secara umum. Kebijakan otonomi yang dimiliki oleh sekolah membuat

sekolah memiliki wewenang untuk pembangunan pendidikan yang lebih baik dan

berkualitas, melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi,

perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi

ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya melalui konsep

Manajemen Berbasis Sekolah.

Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah, yakni sekolah memiliki tanggung

jawab untuk mengelola dirinya berkaitan dengan permasalahan administrasi,

keuangan, dan fungsi dari setiap anggota sekolah dalam kerangka arah dan

kebijakan yang telah dirumuskan oleh pemerintah. Peran serta dan dukungan

masyarakat, baik dalam pengelolaan maupun penyelenggaraan pendidikan sangat

dibutuhkan. Menampung peran serta masyarakat dalam pendidikan, dibentuklah


komite sekolah.

Keberadaan komite sekolah ini telah mengacu pada Undang-Undang Nomor

25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) 2000-

2004, dalam rangka permberdayaan dan peningkatan keikutsertaan masyarakat

maka perlu dibentuk dewan pendidikan di tingkat kabupaten/kota, dan komite

sekolah di tingkat satuan pendidikan. Amanat rakyat ini searah dengan konsepsi

desentralisasi pendidikan, baik di tingkat kabupaten/kota maupun di tingkat

sekolah. Undang-Undang tersebut telah ditindak lanjuti dengan adanya keputusan

5
Al Jalalain, Tafsir Al-Jalalayn, Dicetak Dalam Tafsir Al-Shawy, Darlhya Al-Kutub Al-
Arabiyah, Indonesia, Juz II, hal 267
5

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 004/U/2002 tanggal 2 April tentang dewan

pendidikan dan komite sekolah6.

Lampiran II : Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 044/U/2002

tanggal 2 April 2002 tentang acuan pembentukan komite sekolah, dinyatakan

bahwa keberadaan komite sekolah berperan sebagai berikut:

1. Pemberian pertimbangan (advisitor agency) dalam penentuan dan pelaksanaan

kebijakan pendidikan di satuan pendidikan;

2. Pendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran

maupun tenaga dalam penyelenggaran pendidikan di satuan pendidikan;

3. Pengontrol (controling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas

penyelenggraan dan keluhan pendidikan di satuan pendidikan;

4. Mediator (mediator agency) dengan masyarakat di satuan pendidikan7.

Berdasarkan keputusan Mendiknas tersebut, komite sekolah merupakan

sebuah badan mandiri yang mewadahi peran serta dari masyarakat dalam rangka

meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidika dari satuan

pendidikan baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah, maupun


jalur pendidikan di luar sekolah. Untuk pemberian nama badan dapat disesuaikan

dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing-masing satuan pendidikan, seperti

komite sekolah, majelis madrasah sekolah, komite TK, atau nama-nama lain yang

disepakati bersama8.

Adapun tujuan komite sekolah yaitu 1) mewadahi dan menyalurkan aspirasi

dan prakarsa masyarakat dalam membuat kebijakan operasional dan program

pendidikan di satuan pendidikan; 2) meningkatkan rasa tanggung jawab dan peran

masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan; 3) menciptakan suasana dan

6
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007 ), h. 92
7
Kepmendiknas SK No. 044/U/2002, Tentang Acuan Pembentukan Komite Sekolah ( Jakarta:
Sinar Grafika, 2003), h. 122
8
Hasbullah, Otonomi Pendidikan ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006 ), h. 89-90
6

kondisi transparansi, akuntabilitas, dan demokrasi dalam sebuah penyelenggaraan

dan pelayanan yang bermutu di satuan pendidikan9.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat tarik kesimpulan bahwasannya

dewan pendidikan dan komite sekolah memang dipandang strategis sebagai suatu

wadah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Untuk dapat

memberdayakan dan meningkatkan peran serta masyarakat sekolah harus mampu

membina kerja dengan orang tua peserta didik dan masyarakat, menciptakan

suasana kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik dan warga sekolah. Itulah

sebabnya paradigma MBS mengandung makna sebagai manajemen partisipasi

yang melibatkan peran serta masyarakat sehingga semua kebijakan dan keputusan

yang telah diperoleh merupakan kebijakan dan keputusan bersama, untuk mencapai

keberhasilan bersama10. Partisipasi ini perlu dikelola dan dikoordinasikan dengan

secara baik agar lebih bermakna bagi sekolah, terutama dalam peningkat mutu dan

efektivitas pendidikan lewat suatu wadah, yakni dewan pendidikan di tingkat

kabupaten/kota dan komite sekolah di setiap satuan pendidikan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 19 Juni


2020 di SMAN 26 Bone Kab Bone yang di mana kepala sekolah menyatakan bahwa

sekolah dan komite sekolah saling bekerja sama dalam meningkatkan mutu

pendidikan. Pada awalnya sekolah ini masih meminjam bangunan dari SMP Negeri

1 Cenrana, akan tetapi berkat bantuan dari komite sekolah, sekolah 26 Bone ini

dapat memilki bangunan sendiri, hal ini tidak luput dari bantuan yang diberikan

oleh komite sekolah.

SMAN 26 Bone adalah salah satu dari lembaga penyelenggara pendidikan

mengambil sikap yang serius ter hadap permasalah pendidikan terutama dalam

peningkatan mutu pendidikan. Lembaga ini dalam menyelesaikan masalah tersebut

9
Hasbullah, Otonomi Pendidikan, h. 90
10
Hamzah. B. Uno, Profesi Kependidikan. h. 93
7

tidaklah bekerja sendiri, tetapi SMAN 26 Bone mengikutsertakan pihak komite

sekolah sebagai rekan kerjanya. Pilihan ini diambil karena lembaga pendidikan

menyadari bahwa bekerja sama akan lebih baik jika dilakukan dengan bersama

(stakeholders).

Berdasarkan tentang permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang bagaimana pengelolaan

yang dilakukan oleh komite sekolah serta upaya apa yang dilakukan oleh komite

sekolah untuk membantu meningkatkan mutu pendidikan, dengan memfokuskan

penelitian pada Peranan Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

di SMAN 26 Bone kab. Bone

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

1. Fokus Penelitian

Agar pokok permasalahan yang diteliti tidak melebar dari apa yang ditentukan,

maka penelitian ini hanya memfokuskan pada masalah tertentu.

a. Peranan Komite Sekolah yang terdiri pembemberi pertimbangan,

pendukung, pengontrol, dan mediator.


b. Mutu Pendidikan terdiri dari input, proses dan output.

2. Deskripsi Fokus

a. Peranan komite sekolah sebagai berikut;

1) Pemberi pertimbangan (advisitor agency), dalam penentuan dan pelaksanaan

kebijakan pendidikan di satuan pendidikan

2) Pendukung (supporting agency), baik berupa finansial, pemikiran maupun

tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

3) Pengontrol (controling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas

penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

4) Mediator (mediator agency) atau penghubung dengan masyarakat disatuan


pendidikan.
8

b. Mutu pendidikan berupa;

1) Input pendidikan yang meliputi sumberdaya manusia (kepala sekolah, tenaga

kependidikaan, pendidik dan siswa), dan sumberdaya sarana dan prasarana

(perlatan, perlengakapan dan lainnya).

2) Proses dari sebuah pendidikan yang meliputi proses pengambilan keputusan,

proses pengelolaan program, proses monitoring dan evaluasi

3) Output pendidikan berupa hasil kinerja sekolah yang berkaitan dengan

prestasi sekolah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah yang perlu

dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran komite sekolah sebagai (advisitor agency) pemberi

pertimbangan dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMAN 26 Bone kab.

Bone?

2. Bagaimana peran komite sekolah sebagai (supporting agency) pendukung

dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMAN 26 Bone kab. Bone?


3. Bagaimana peran komite sekolah sebagai (controlling agency) pengontrol

dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMAN 26 Bone kab. Bone?

4. Bagaimana peranan komite sekolah sebagai (mediator agency) mediator atau

penghubung dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMAN 26 Bone kab.

Bone?

D. Kajian Pustaka

Penelitian yang mengangkat tema mengenai komite sekolah bukanlah

merupakan tema baru dalam sebuah penelitian. Paling tidak ada beberapa penelitian

terdahuluan yang pernah mengangkat tema ini, penelitian tersebut;

1. Fitria Novitasari dalam skripsinya yang berjudul; Peran Komite Sekolah dalam
Meningkatkan Keterampilan Siswa Melalui Kegiatan Parent’s Day di Sekolah
9

Dasar Islam Surya Buana Malang. Yang hasil skripsinya peran komite sebagai

pemberi pertimbangan, memberikan pertimbangan atas munculnya usulan kegiatan

parent’s day di SDI Surya Buana Malang dengan menyetujui atas diadakannya

kegiatan tersebut guna untuk meningkatkan kerjasama dalam memajukan

pendidikan di sekolah. sebagai pendukung, komite sekolah di SDI Surya Buana

Malang mendorong dan mewujudkan partisipasi masyarakat yaitu orang tua siswa

dengan membuat sebuah paguyuban-paguyuban kelas yang beranggotakan orang

tua siswa dari masing-masing kelas, dalam hal ini anggota komite sekolah juga

mendukung dengan menyumbangkan tenaga untuk terjuan langsung dalam

pelaksanaan kegiatan parents’s day. Sebagai pengontrol komite sekolah

mengagendakan rapat satu bulan sekali untuk membahas kendala yang dihadapi

dalam kegiatan parent’s day dan menampung masukan-masukan dari guru/wali

kelas maupun dari orang tua siswa. Sebagai mediator, komite sekolah sebagai

penghubung atau mediator antara sekolah, orang tua, dan masyarakat, dengan

menampung aspirasi, masukan maupun kritikab dari orang tua dan selanjutnya akan

disampaikan ke kepala sekolah. 11 persamaan penelitian tersebut dengan penelitian


yang dilakukan penulis yang sama-sama membahas tentang peranan komite

sekolah. sedangkan yang menjadi pembeda antara penelitian tersebut dengan

penelitian yang digunakan penulis yakni pada pengembangan keterampilan siswa

dalam program sekolah.

2. M. Subkhan Noer dalam skripsinya Peran Komite Sekolah dalam Pengembangan

Madsarah di MAN Kendal. Membahas tentang peran komite sekolah dalam

pengembangan madrasah serta pola komunikasi komite sekolah dengan pihak

madrasah di MAN Kendal. Yang hasil skripsinya, Peran komite sekolah dalam

mewujudkan pengembangan di MAN Kendal adalah dengan membentuk komite

11
Fitria Novitasari, “Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Keterampilan Siswa
Melalui Kegiatan Parent’s Day Di Sekolah Dasar Islam Surya Buana Malang”, Skripsi Ilmu Tarbiyah
Dan Keguruan UIN Malang, 2013, h.101
10

sekolah yang teridri dari beberapa unsur yang sangat urgen dalam pengembangan

madrasah seperti pendidik, wiraswasta, birokrasi, kontraktor dan masyarakat

sekolah, selain itu komite sekolah menjadi jembatan antara pihak madrasah dan

msyarakat sekolah dalam rangka mewujudkan program pengembangan sekolah

yang dilakukan dengan sistem kekeluargaan, dan juga menjadi penyeimbang dan

pengkritis setiap kebijakan yang diambil oleh pihak sekolah terutema dan

mengembangkan peningkatan di bidang fisik sekolah juga menjadi patner

madrasah dalam mengontrol proses belajar mengajar di MAN Kendal, untuk terus

mengevaluasi tugasnya dengan mengadakan rapat minimal tiga bulan sekali atau

secara aksidental. Komunikasi dua arah dengan terus menjembatani dua

kepentingan dan menjadi motivator, monitor bagi pihak sekolah dengan terus

menjaga sistem kekeluargaan.12 Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian

yang dilakukan penulis yakni sama-sama membahas tentang peran komite sekolah.

sedangkan yang menjadi pembeda antara penelitian tersebut dengan penelitian

yang dilakukan peneliti yakni penelitian tersebut membahas tentang pola

komunikasi komite sekolah dengan pihak madrasah.


3. Windi Retno Bintari Dalam Skripsinya Peran Komite Sekolah dalam

Meningkatkan Mutu Sekolah di SD Negeri Megulung Lor Kecamatan Pituruh

Kabupaten Purwerejo. Berdasarkan hasil penelitian bahwa mutu pendidikan di

SDN Megulung Lor secara umum termasuk dalam kategori baik. Peran komite

sekolah yang terlaksana sejauh ini adalah: (1) memberikan pertimbangan dalam

penyusunan kurikulum dan pembelajaran; (2) menilai kualitas kebijakan yang

diambil oleh pihak sekolah, kualitas perencanaan sekolah dan kualitas program

sekolah; (3) melakukan pengawasan terhadap sumber daya pelaksana program dan

mengawasi partisipasi sekolah terhahadap program sekolah; (4) melakukan

12
M. Subkhan Noer, “Peran Komite Sekolah Dalam Pengembangan Madrasah Di Man
Kendal”, Skripsi Fakultas Tarbiyah, IAIN Walisongo. 2009, h. 98
11

penilaian terhadap angka partisipasi sekolah baik di tigkat gugus, kecamatan,

maupun kabupaten; (5) menilai angka mengulang sekolah; (6) menilai angka

bertahan sekolah; dan (7) menghubungkan komite sekolah dengan dewan

pendidikan setempat dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif.13 Persamaan

penelitian tersebut dengan peneliti yang dilakukan penulis sama-sama membahas

tentang peranan komite sekolah sebagai subjek penelitian. Sedangkan yang

menjadi pembeda antara penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh

penulis yakni membahas peranan komite pada sekolah dasar, sedangkan penelitian

yang penulis lakukan pada sekolah menengah atas.

4. Ariyadi Rabeli, Happy Fitria, dan Yessi Fitriani dalam jurnalnya Pengaruh

Supervisi Kepala Sekolah Dan Peran Komite Sekolah Terhadap Kinerja Guru,

berdasarkan hasil penelitian bahwasannya supervisi kepala sekolah memiliki

pengaruh terhadap kinerja guru hanya sebesar 23%, sedangkan sisanya dipengaruhi

oleh variabel lain. Hasil uji hipotesis t juga menunjukkan bahwa supervisi kepala

sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru SD Negeri Sanga Desa. Hasil penelitian

menjelaskan bahwa supervisi kepala sekolah berpengaruh signifikan terhdapa


kinerja guru, hal ini juga menunjukkan bahwa supervisi kepala sekolah telah

berperan aktif dalam melaksanakan peran dilihat dari indikator supervisi kepala

sekolah. Sedangkan pada perhitungan hipotesis pada peran komite sekolah

menunjukkan memiliki pengaruh terhadap kinerja guru sebesar 26% sedangkan

sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Hasil uji hipotesis t juga menunjukkan

bahwa peran komite sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru SD Negeri Sanga

Desa. Hal ini menunjukkan bahwa komite sekolah berperan dalam pengelolaan SD

Negeri Sanga Desa.14 Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis

13
Windi Retno Bintari, “Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah di SD
Negeri Megulung Lor Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo,” Skirpsi Fakultas Ilmu Pendidikan,
UN Yogyakarta, 2014, h 81
14
Ariyadi Ribeli, dkk, “pengaruh supervisi kepala sekolah dan peran komiote sekolah
terhdapa kinerja guru”, jurnal al-qiyam 1, no 2, (2020), h. 15
12

lakukan adalah pada peranan komite sekolah, sedangkan yang menjadi perbedaan

penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan penulis yakni 1. Penelitan

tersebut menggunakan metode kuantitatif sedangkan penulis menggunakan metode

kualitatif, 2. Penelitian tersebut memiliki 3 variabel yakni peranan supervisi kepala

sekola, peranan komite sekolah terhadap kinerja guru, sedangkan penulis hanya

membahas tentang peranan komite sekolah.

5. Syamsuddin dalam jurnalnya Peran Komite Sekolah Terhadap Penerapan

Kurikulum, dalam hasil penelitiannya menjelaskan bahwa komite sekolah sebagai

perangkat ikut serta dan bertanggung jawab terhadap kepentingan setiap sekolah.

tanggung jawab yang dimaksud adalah untuk membantu sekolah mencari jalan

keluar terhadap apa saka masalah yang dihadapi sekolah. komite sekolah

merupakan badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam

meningkatkan mutu, pemerataan pendidikan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan

di satuan pendidikan baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah

maupun jalur pendidikan luar sekolah. pelaksanaan kurikulum di sekolah tidak

terlepas dari dukungan komite sekolah. minimal dalam persoalan-persoalan


penyediaan sarana dan prasarana pendukung dalam pelaksanaan kurikulum

disekolah.15 Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan

adalah sama-sama membahas peranan komite sekolah dan metode penelitian

tersebut juga menggunakan metode kualitatif. perbedaan peneltian tersebut dengan

penelitian yang dilakukan penulis yakni penelitian tersebut membahas tentang

penerapan kurikulum sedang penelitian yang penulis lakukan yakni peningkatan

mutu pendidikan.

6. M. Imansyah, Yasir Arafat, dan Dessy Wardiah, dalam jurnalnya Pengaruh

Kepemimpianan Kepala Sekolah Dan Partisipasi Komite Sekolah Terhadap

15
Syamsuddin, ”Peran Komite Sekolah Terhadap Penerapan Kurikulum”, Jurnal Idarah 2, no
1, (2018), h. 97
13

Kinerja Guru dalam hasil penenelitiannya menunjukkan bahwa kepemimpinan

kepala seklah memiliki pengaruh terhadap kinerja guru hanya sebesar 6,3%

sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Hasil uji hipotesis t juga

menunjuukan bahwa kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja

guru di SMA Negeri Muara Enim. Sedangkan pada hasil perhitungan uji hipotesis

menunjukkan partisipasi komite sekolah memiliki pengaruh terhadap kinerja guru

hanya sebesar 6,0% sedangkan sisanya dipengaruhi variabel lain. Hasil uji hipotesis

t juga menunjukkan bahwa partisipasi komite sekolah berpengaruh terhadap kinerja

guru di SMA Negeri Muara Enim.16 Persamaan penelitian tersebut dengan peneliti

yakni pada penerapan peran komite sekolah sedangkan yang menjadi perbedaan

penelitian tersebut dengan peneliti yakni metode penelitian menggunakan metode

kuantitatif, dan menggunakan tiga variabel yakni pada kepemimpinan kepala

sekolah, peran komite sekolah, dan kinerja guru sedangkan peneltian yang peneliti

lakukan lakukan hanya membahas peranan komite sekolah dalam peningkatan

mutu.

Berdasarkan dari hasil penelitian tersebut maka penulis di sini akan


mengadakan penelitian tentang peranan komite sekolah, yang membahas tentang

“komite sekolah sebagai peranan dalam memberi pertimbangan, pendukung,

pengontrol, dan mediator guna meningkatkan mutu pendidikan di SMAN 26

Bone”.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berpijak dan pokok permasalahan, maka tujuan dari penelitian ini secara

umum sebagai berikut:

16
M. Imansyah, dkk, “pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan partisipasi komite sekolah
terhadap kinerja guru” jurnal manajemen kepemimpnan, dan supervisi pendidikan 5 No 2 (2020), h.
140-141
14

1) Untuk mengetahui peranan komite sekolah sebagai (advisitor agency)

pemberi pertimbangan dalam meningkatkan mutu di SMAN 26 Bone kab.

Bone.

2) Untuk mengetahui peranan komite sekolah sebagai (supporting agency)

pendukung dalam meningkatkan mutu di SMAN 26 Bone kab. Bone.

3) Untuk mengetahui peranan komite sekolah sebagai (controlling agency)

pengontrol dalam meningkatkan mutu di SMAN 26 Bone kab. Bone.

4) Untuk mengetahui peranan komite sekolah sebagai (mediator agency)

mediator atau penghubung dalam meningkatkan mutu di SMAN 26 Bone

kab. Bone.

2. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah yang ada di atas, dapat di jelaskan

beberapa mamfaat dari pelaksanaan penelitian masalah tersebut:

a. Secara teori, berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan menjadi

sumbangsih dalam meningkatan khazanah ilmu pengetahuan khusunya

berkaitan dengan peran komite sekoah dalam meningkatkan mutu pendidikan.


b. Secara praktis

 Bagi Peneliti

Memberikan wawasan dan bekal terkait dengan peran dan fungsi Komite

Sekolah yang dapat diterapkan di sekolah tempat mengajar kelak.

 Bagi Sekolah

Sebagai referensi untuk dapat menentukan kebijakan terkait dengan

program dan kinerja Komite Sekolah.

 Bagi Komite Sekolah

Dapat dijadikan referensi untuk lebih meningkatkan kinerjanya sebagai

wujud tanggung jawab terhadap program kerja yang telah ditetapkan


BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Tinjauan Umum Tentang Komite Sekolah

1. Pengertian Komite Sekolah

Komite sekolah didefinisakan dalam lampiran II Kepmendiknas No. 044

Tahun 2002 sebagai “Badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat

dalam rangkat meningkatkan mutu pendidikan di satuan pendidikan, baik

pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah, maupun jalur pendidikan luar

sekolah”1.

Udang-Udang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 56 Ayat 3 dijelaskan bahwa;


Komite sekolah sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam
meingkatkan mutu pelayanan dengan memberikan sebuah pertimbangan, arahan,
dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan.2
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor

75 Tahun 2016 Tentang Komite Sekolah Pasal 1 dijelaskan bahwa;


Komite sekolah adalah sebuah lembaga mandiri yang beranggotakan orang
tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli
akan pendidikan.3
Berdasarkan pengertian tersebut, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

komite sekolah adalah suatu badan mandiri yang dibentuk untuk mewadahi orang

tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, maupun masyarakat untuk bekerja sama

dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Komite sekolah merupakan badan atau organisasi yang dibentuk sebagai

wadah dari peran serta masyarakat terhadap pengelolaan pendidikn dengan tujuan

untuk meningkatkan kualitas mutu pelayanan pendidikan.4

1
Engkoswara dkk, Administrasi Pendidikan, (Bandung, Alfabeta.2012), h. 296-297
2
Rugaiyah dan Atiek Sismiati, Propesi Kependidikan, ( Bogor: Ghia Indonesia, 2011) h. 74
3
Permendikbud RI No. 75 Tahun 2016 Tentang Komite Sekolah, (Jakarta:2016)h. 4
4
Hartiwi, dkk “the effect of certified teacher and participal leadership toward teacher
performance”, internasional jurnal of education riview 2 (1), (2020), h, 70

15
16

Komite sekolah adalah sebuah lembaga yang bertanggung jawab untuk

menentukan visi, misi, dan tujuan dari sekolah, menetapkan dan memantau

anggaran operasional tahunan menggunakan, mengelola, dan mengevaluasi, dan

menentukan serta mengkaji kebijakan dan praktik untuk mendukung prestasi

peserta didik.1

Komite sekolah di bentuk berdasarkan musyawarah atau kesepakatan

bersama oleh para stakeholder sekolah. Komite sekolah terdiri dari orang tua/wali

peserta didik, wakil-wakil guru, kepala sekolah, wakil tokoh masyarakat

setempat,wakil pemerintah daerah, dan utusan dari dinas pendidikan.

Pembentukan anggota dari komite sekolah harus dilakukan secara akuntabel bahwa

anggota komite sekolah harus memiliki rasa tanggung jawab dalam kinerjanya.

Keberadaan komite sekolah begitu penting sebagai kekuatan sekolah untuk dapat

bekerjasama dalam menciptakan sekolah yang berkualitas

Menurut Sanafiah Faizal hubungan antara sekolah dan masyarakat dapat

dilihat dari dua segi yaitu : 1 sekolah sebagai patner kerja dari masyarakat dalam

melakukan fungsi pendidikan, dan 2 sekolah sebagai prosedur atau cara yang
menangani peranan pendidikan dari masyakarat lingkunganya.2 Dalam hal antara

sekolah dan masyarakat harus saling bekerja sama dan saling bertanggung jawab

dalam proses pendidikan di samping tanggung jawab dari pemerintahan pusat,

provinsi, dan kabupaten/kota.

2. Kedudukan dan Sifat Komite Sekolah

Komite sekolah memiliki kedudukan di setiap satuan pendidikan, yaitu

sekolah, pada seluruh jenjang pendidikan baik pada jenjang pendidikan dasar,

hingga pendidikan menengah baik itu sekolah negeri maupun swasta. Di setiap

1
Syamsuddin, “Peran Komite Sekolah Terhadap Penerapan Kurikulum”, Jurnal Idarah 2, No
1, h, 89
2
Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan (Surabaya: Usaha
Nasional, !981), h 148
sekolah terdapat satu komite sekolah. Dalam itu terdapat beberapa sekolah pada

satu lokasi, atau beberapa sekolah yang berbeda jenjang tetapi berada pada lokasi

berdekatan, atau sekolah yang dikelola oleh suatu penyelenggara pendidikan, atau

pertimbangan dapat dibentuk koordinator komite sekolah.

Komite sekolah adalan badan yang bersifat mandiri dan tidak mempunyai

hubungan hirarki dengan sekolah ataupun lembaga pemerintahan lainnya. Komite

sekolah memiliki kemandiriannya masing-masing, tetapi sebagai mitra yang harus

saling bekerja sama sejalan dengan konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).3

3. Tujuan Komite Sekolah

Berdasarkan buku pedoman kerja komite sekolah dijelaskan bahwa

dibentuknya komite sekolah bertujuan meningkatkan keikutsertaan atau partisipasi

orang tua/wali siswa dan tokoh masyarakat sebagai anggota komite sekolah dalam

membantu keberhasilan pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran di

sekolah/madrasah yang bersangkutan.4

Hasan Hariri menyebutkan hal berdasarkan SK Mendiknas Nomor

044/U/2002, tujuan dari dibentuknya komite sekolah adalah sebagai suatu


organisasi masyarakat sekolah sebagai berikut:

a. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam

melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan

pendidikan.

b. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan di sebuah satuan pendidikan.

3
Departemen Agama RI. Pedoman Komite Sekolah (Direktorat Jendral Kelembagaan Agama
Islam). 2003. h 11-12
4
Sukirno, Pedoman Kerja Komite Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka Widyamata, 2006). H. 3

17
c. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam

menyelanggarakan serta pelayanan pendidikan yang bermutu di sebuah satuan

pendidikan.5
Dengan demikian tujuan dibentuknya komite sekolah adalah untuk

mewadahi partisipasi para stakeholder agar turut serta dalam operasional

manajemen sekolah sesuai dengan peran dan fungsinya. Disamping itu, badan

ini juga bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar. Keberadaan

komite sekolah/madrasah harus bertumpu pada landasan partisipasi masyarakat

dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil pendidikan di sekolah.6 Oleh

karena itu, pembentukannya harus memperhatikan pembagian peran sesuai

posisi dan otonomi yang ada.

4. Peran dan Fungsi komite sekolah

Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua,

masyarakat, dan pemerintah, akan tetapi ungkapan bijak itu sampai saat ini hanya

bersifat slogan dan masih jauh dari harapan yang sebenarnya. Dapat dikatakan

bahwa tanggung jawab masing-masing belum maksimal, terutama pada peran serta

masyarakat yang sampai saat ini masih dirasakan belum banyak diterapkan.7

Peran masyarakat dalam pendidikan telah dikemukakan dalam UU Nomor 20

Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 54. Secara spesifik, pada

pasal 56 disebutkan bahwasannya di masyarakat ada dewan pendidikan, dan komite

sekolah atau komite madrasah yang memiliki peran sebagai berikut:

5
Hasan Hariri Dkk, Manajemen Pendidikan,(Yogyakarta: Media Akademi 2016), h.196-197
6
Khaeruddin dkk., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),Cet. II (Jogjakarta:
Nuansa Aksara, 2007), h. 250
7
Hasbullah. Otonomi Pendidikan. h. 91

18
a. Masyarakat berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang

meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui

dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah.

b. Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam

meningkatkan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan, dan

dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan di tingkat

nasional, provinsi, dan kabupaten/kota yang tidak mempunyai hubungan

hirarkis.

c. Komite sekolah atau komite madrasah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan

berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dan memberikan pertimbangan,

arahan, dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan

pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.8

Atas dasar untuk pemberdayaan masyarakat itulah, maka digulirkan konsep

komite sekolah sebagaimana yang telah dikemukankan sebelumnya. Berdasarakan

keputusan mendiknas No. 044/2002, keberadaan komite sekolah secara kontekstual

berperan sebagai berikut:


a) Pemberi pertimbangan (advisory agenc)

Fungsi pemberi pertimbangan bagi Komite Sekolah menurut Syaiful Sagala

adalah dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan pada tingkat

kabupaten/kota dan pada tingkat satuan pendidikan.9 Setiap kebijakan dan

program yang diputuskan hendaknya dikoordinasikan terlebih dahulu dengan

Komite Sekolah. Hal ini bertujuan untuk menganalisis apakah kebijakan dan

program sekolah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai serta situasi dan

kondisi sekolah. Sri Renani mengungkapkan bahwa idealnya, sekolah dan

8
Republik Indonesia UU RI No 20 Tahun 2003, h.29
9
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta 2009), h 256

19
yayasan pendidikan harus meminta pertimbangan kepada Komite Sekolah

dalam merumuskan kebijakan, program, dan kegiatan sekolah, termasuk juga

dalam merumuskan visi, misi, dan tujuan sekolah.10

Sehingga, dapat simpulkan bahwa peran Komite Sekolah sebagai pemberi

pertimbangan adalah melakukan koordinasi dengan pihak sekolah, dan

memberikan masukan dalam setiap kebijakan yang diambil oleh sekolah dengan

maksud untuk menganalisis resiko dan keuntungan dari setiap kebijakan. Hal

tersebut memungkinkan bahwa kebijakan yang ditetapkan oleh sekolah tidak

akan memberatkan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.

b) Pendukung (supporting agency)

Peran komite Sekolah sebagai pendukung bukan hanya pendukung dalam

bidang finansial saja seperti BP3 yang ada sebelum Komite Sekolah. Pernyataan

tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh Hasbullah bahwa peran

Komite Sekolah sebagai pendukung baik yang berwujud finansial, pemikiran,

maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di Satuan Pendidikan.11

Sri Renani mengungkapkan bahwa seharusnya penekanan peran Komite


Sekolah bukan pada aspek dana saja, tetapi juga berupa gagasan dalam rangka

penyelenggaraan dan peningkatan mutu pendidikan.12 Pendapat tersebut

didukung oleh pernyataan Syaiful Sagala yang berpendapat bahwa dana atau

keuangan dapat dicari manakala memiliki ide dan gagasan yang kreatif, serta

mampu menjalin kerjasama secara sinergis di antara semua stakeholder

pendidikan.13

10
Sri Renani, dkk.Komite Sekolah Sejarah dan Prospeknya di Masa Depan. (Yogyakarta:
HIKAYAT Publishing 2007), h. 81-82
11
Hasbullah, Otonomi Pendidikan, h. 92
12
Sri Renani, dkk.Komite Sekolah Sejarah dan Prospeknya di Masa Depan, h. 81
13
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, h. 258

20
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

peranan Komite Sekolah sebagai pendukung dalam Satuan Pendidikan dapat

bergerak dalam bidang finansial, tenaga maupun ide dan gagasan yang inovatif

untuk bersama-sama meningkatkan mutu pendidikan.

c) Pengontrol (controlling agency),

Komite sekolah memiliki peran sebagai pengawas (controlling agency).

Sesuai dengan peran tersebut Komite Sekolah memiliki hak untuk mengontrol

sekolah. Pendapat tersebut didukung Syaiful Sagala yang menyatakan bahwa

Komite Sekolah dalam perannya sebagai pengontrol melakukan aktivitas

sebagai berikut: (1) menanyakan proses pembelajaran kepada guru apakah telah

sesuai dengan standar; (2) menanyakan dan meminta laporan kondisi kesehatan,

gizi, serta bakat peserta didik; (3) ikut serta dalam penyusunan RKS dan RKT;

(4) memantau pelaksanaan Rencana Kegitan Sekolah (RKS) dan Rencana

Kegiatan Tahunan (RKT); (5) memantau penggunaan dana BOS; (6) ikut serta

dalam pembagian rapor; (7) mengontrol kesejahteraan guru dan tenaga

kependidikan lainnya; dan (8) mengontrol pelaksanaan PBM.14


Selain melakukan pengawasan terhadap kegiatan administrasi, Komite

Sekolah juga merupakan badan yang melakukan pengawasan sosial terhadap

sekolah. Menurut Sri Renani, pengawasan sosial yang dimaksud lebih

menitikberatkan pada implikasi sosial yang mengiringinya serta dilakukan

secara preventif.15

Jadi, peran Komite Sekolah sebagai pengontrol dapat disimpulkan bahwa

Komite Sekolah memiliki kewenangan untuk mengontrol setiap kebijakan dan

segala aktivitas sekolah baik dalam bidang akademik maupun non akademik

dalam rangka menciptakan system sekolah yang transparan.

d) Mediator (mediator agency),

14
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, h. 259
15
Sri Renani, dkk.Komite Sekolah Sejarah dan Prospeknya di Masa Depan, h. 82

21
Menurut Hasbullah pada dasarnya posisi Komite Sekolah berada di tengah-

tengah antara orang tua murid, murid, guru, masyarakat setempat dan pihak-

pihak lain yang terkait dengan sekolah. Posisi tersebut menjadikan Komite

Sekolah memiliki tanggung jawab untuk menghubungkan berbagai pihak yang

sama- sama memiliki kepentingan pada lembaga sekolah.16

Pendidikan untuk anak dimulai dari keluarga, kemudian berlanjut ke sekolah

dan masyarakat di sekitarnya. Pada saat anak sudah mulai belajar di sekolah,

bukan berarti keluarga dan masyarakat begitu saja melepas partisipasi dan

tanggung jawabnya pada pendidikan anak. Ketiga pihak tersebut harus tetap

bekerjasama untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak. Menurut

Syaiful Sagala, jika ada kerjasama yang sinergis antara keluarga, sekolah, dan

masyarakat, maka beberapa dari banyak program inovatif dapat dicoba

dilaksanakan oleh sekolah.17 Oleh karena itu, fungsi Komite Sekolah sangat

dibutuhkan dalam ha l tersebut. Komite Sekolah sebagai wakil stakeholder,

memungkinkan termobilisasinya partisipasi orang tua dan masyarakat kepada

sekolah. Jadi, pengelolaan sekolah dapat dilaksanakan secara transparan dan


terpantau oleh masyarakat. Transparansi pengelolaan pendidikan oleh sekolah

dapat membangun sikap saling percaya antara sekolah dan masyarakat

Fungsi penghubung Komite Sekolah menurut Syaiful Sagala menunjukkan

bahwa Komite Sekolah: (1) menghubungkan pihak sekolah dengan instansi-

instansi pemerintah yang ada di lingkungannya, pihak sekolah dan orang tua

siswa ; (2) menghubungi orang tua siswa yang dianggap mampu dan bersedia

untuk menjadi donatur terhadap penyelenggaraan kegiatan sekolah; (3) mencari

informasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan diri oleh sekolah; dan

16
Hasbullah, Otonomi Pendidikan, h. 90
17
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, h. 260

22
memberi laporan kepada masyarakat tentang penggunaan keuangan dan

pelaksanaan program.18

Fungsi Komite Sekolah sebagai mediator menjadi sangat penting mengingat

bahwa masyarakat memiliki hak untuk ikut aktif dalam penyelenggaraan

pendidikan di sekolah. Hal tersebut bertujuan agar sekolah tidak terisolasi dari

masyarakat. Hubungan antara sekolah dengan masyarakat yang baik harus

menjadi perhatian dari setiap kepala sekolah dan stafnya. Komite Sekolah sangat

berperan dalam menjembatani orang tua, masyarakat dan pihak sekolah untuk

bersama-sama mewujudkan sekolah yang bermutu.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik

kesimpulan fungsi Komite Sekolah sebagai mediator adalah sebagai

penghubung antara siswa, orang tua siswa, masyarakat dan instansi-instansi

pemerintah yang berkaitan dengan sekolah dalam rangka meningkatkan

hubungan yang sinergis untuk menciptakan pendidikan yang bermutu

Komite sekolah memiliki penjabaran peran kegiatan operasional komite

sekolah, adapun penjabarannya sebagai berikut ini;


1) Pemberi pertimbangan (advisory agency), dalam penentuan ean pelaksanaan

kebijakan pendidikan di satuan pendidikan indicator kinerjanya dengan

memberikan masukan dan pertimbangan mengenai;

a) Kebijakan penddidikan;

b) Program pendidikan

c) Rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS)

d) Kriteria kinerja satuan

e) Kriteria tenaga kependidikan

f) Kriteria fasilitas pendidikan

18
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, h. 260

23
2) Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran,

maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan,

indicator kinerjanya yakni;

a) Mendorong orang tua untuk berpartisipasi dalam pendidikan

b) Mendorong masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan

c) Menggalang dana dalam rangka pembiayaan pendidikan

d) Mendorong tumbuhnya perhatian masyarakat terhadap penyenggaraan

pendidikan yang bermutu

e) Mendorong tumbuhnya komitmen masyarakat terhadap

penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

3) Pengontrol (controlling agency), dalam rangka transparansi dan akuntabilitas

penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan, indicator

kinerjanya yakni;

a) Melakukan evaluasi dalam setiap kegiatan

b) Melakukan pengawasan terhadap kebijaksanaan program

penyelenggaraan pendidikan
c) Melakukan pengawasan terhadap kebijaksanaan program keluaran

pendidikan.

4) Mediator (mediator agency) dengan masyarakat di satuan pendidikan,

indicator kinerjanya yakni;

a) Melakukan kerja sama dengan masyarakat

b) Menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan

pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.19

Salah satu kunci keberhasilan hubungan kerja antara komite sekolah dalam

melaksanakan keempat peranannya adalah terciptanya komunikasi organisasi

yang efektif antar para pihak yang dapat dilakukan meliputi diskusi, pertemuan

19
Hasbullah, Otonomi Pendidikan, h. 92

24
kelompok, dan termasuk percakapan telepon. Dalam pertemuan ini semua pihak

yang terlibat dapat membawa pengalaman, ide dan menerima umpan balik yang

tepat.20

Dalam hal itu, untuk menjalankan peran komite sekolah juga berfungsi

dalam hal-hal sebagai berikut:

1) Mendukung tumbuhnya perhatian dan komitemen terhadap

penyelenggaraan pendidikan yang bermutu;

2) Mengupaya kerjasama dengan masyarakat (perorangan, organisasi, dunia

usaha, dan dunia) dan pemerintah berkaitan dengan penyelenggara

pendidikan yang bermutu.

3) Menampung dan menganalisis ide, pendapat, tuntutan dan berbagai

kebutuhan yang di ajukan oleh masyarakat.

4) Memberikan masukkan, pertimbangan, sera rekomendasi kepada satuan

pendidikan tentang;

a) Kebijakan dan program pendidikan

b) Rencana anggaran pendidikan dan belanja sekolah (RAPBS)


c) Kriteria kinerja satuan pendidikan

d) Kriteria tenaga kependidikan

e) Hal-hal lain yang bersangkutan dengan pendidikan.

5) Mendorong orang tua/ wali dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan

guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.

6) Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan

pendidikan di satuan pendidikan;

7) Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan program,

penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

20
Nakpodia e.d “the influence of communication on administration of secondary school in the
delta state Nigeria”, internasional ngoh journal. 5 desember (2010) : h, 65

25
8) Komite Sekolah menyampaikan hasil kajian pelaksanaan program sekolah

kepada stakeholder secara periodik, baik yang berupa keberhasilan maupun

kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran program sekolah

9) Menyampaikan laporan pertanggung jawaban bantuan masyarakat baik

berupa materi (dana, barang tak bergerak maupun bergerak), maupun non

materi (tenaga dan pikiran) kepada masyarakat dan pemerintah setempat.21

Ditegaskan dalam peraturan pemerintahan Nomor 17 Tahun 2010


tentang pasal 205, fungsi pengawasan komite sekolah lebih ditekankan.
Bab ini menjelaskan: (1) komite sekolah melaksanakan supervisi atas
penyelenggaraan dan penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan
pendidikan, (2) hasil pemantauan dilaporkan kepada rapat orang tua /
wali siswa yang menyelenggarakan dan menghadiri kepala sekolah dan
dewan guru.22
5. Organisasi Komite Sekolah

Pembentukan komite sekolah dilakukan secara transparan, akuntabel, dan

demokratis. Dilakukan secara transparan adalah bahwa komite sekolah harus dibentuk

secara terbuka dan diketahui oleh masyarakat secara luas mulai dari tahap

pembentukan panitia persiapan, proses sosialisasi oleh panitia persiapan, kriteria

calon anggota, proses seleksi calon anggota, pengumuman calon anggota, proses

pemilihan, dan penyampaian hasil pemilihan. Dilakukan secara akuntabel adalah

bahwa panitia persiapan hendaknya menyampaikan laporan pertanggungjawaban

kinerjanya maupun penggunaan dana kepanitiaan. Dilakukan secara demokratis

adalah bahwa dalam proses pemilihan anggota dan pengurus dilakukan dengan

musyawarah dan mufakat. Jika dipandang perlu, pemilihan anggota dan pengurus

dilakukan melalui pemungutan suara. Organisasi komite sekolah meliputi

keanggotaan dan kepengurusan komite sekolah disatuan pendidikan.

a. Keanggotaan komite sekolah

21
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Cet III, (Jakarta: Sinar Grafika 2010). h.122-
123
22
Novianti e, dkk “organizational communication in implementing school commitee role in
south Tangerang city” jurnal of education and learning 11, (2010). h, 59

26
Kenggotaan komite sekolah melibatkan dua unsur, yakni unsur-unsur

yang ada di masyarkat dan unusr dewan guru, yayasan/lembaga

penyelenggara pendidikan serta badan pertimbangan Desa. Anggota kmote

tersebut dibentuk berdasarkan unsur masyarakat dapat bearasal dari

komponen-kompenen sebagai berikut:

1) Perwakilan orangtua.wali dari peserta didik beradasrkan jenjang kelas

yang dipilih secara demokrasi.

2) Tokoh masyarakat (Ketua RT/RW, kepala dusun.ulama dan

budayawan)

3) Anggota masyarakat yang mempunyai perhatian atau dijadikan figur

dan mempunyai perhatian dalam meningkatkan mutu pendidikan

4) Pejabat pemerintahan setempat (Kepala Desa/lurah, kepolisian dan

koramil)

5) Dunia usaha/industri (pebgusaha industri, jasa, asosiasi dan lain-lain).

6) Pakar pendidikan yang mempunyai perhatian pada peningkatan mutu

pendidikan di satuan pendidikan.


7) Organisasi profesi tenaga pendidikan (PGRI,ISPI, dan lain-lain).

8) Perwakilan siswa bagi tingkat SLTP/SMU/SMK yang dipilih secara

demokrasiberdasarkan jenjang kelas.

9) Perwakilan forum alumni SD/SLTP/SMU/SMK yang telah dewasa

dan mandiri.23

Sedangkan anggota komite sekolah yang berasal dari unsur dewan guru,

yayasan/lembaga penyelenggaran pendidikan, badan pertimbangan desa

sebanayak-banyaknya berjumlah tiga orang. Secara keseluruhan, jumlah

anggoata harus gasal. Syarat-syarat, hak, dan kewajiban, serta masa

23
M. Misbah “peran dan fungsi komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan”, jurnal
pemikiran alternative pendidikan 14, no 1 (2009), h 6.

27
keanggotaan komite sekolah ditetapkan di dalam anggaran dasar/anggaran

rumah tangga.

b. Kepengurusan komite sekolah

Pengurus komite sekolah ditetapkan beradasarkan AD/ART yang

sekurang-kurangnya terdiri dari seorang ketua, sekretaris, bendahara, dan

bidang-bidang tertentu sesuai dengan kebutuhan yang ada. Pengurus komite

dipilih dari dan oleh anggota secara demokrasi. Khususnya jabatan ketua

komite bikan berasal dari kepala satuan pendidikan. Jika diperlukan dapat di

angkat petugas khusus yang menangani urusan administrasi komite sekolah

dan bukan pegawai sekolah, berdasarkan dari kesepakatan rapat komite

sekolah.

Pengurus komite sekolah adalah personal yang ditetpakan beradasarkan

dengan kriteria sebagai berikut;

1) Di pilih dari dan oleh anggota secara demokratis dan terbuka dalam

musyawarah komite sekolah.

2) Masa kerja ditetapkan oleh musyawarah anggota komite sekolah


3) Jika diperlukan pengurus komite sekolah dapat menunjuk atau dibantu oleh

tim ahli sebagai konsultan sesuai dengan bidang keahliannya.

Mekanisme kerja pengurus komite sekolah dapat diidentifikasi sebagai

berikut;

1) Pengurus komite sekolah terpilih bertanggung jawab kepada

musyawarah anggota sebagao forum tertinggi berdasarkan AD dan ART.

2) Pengurus komite sekolah menyusun program kerja yang disetuji bersama

melalui musyawarah anggota yang berfokus pada peningkatan mutu

pelayanan pendidikan bagi peserta didik.

28
3) Apabila pengurus komite sekolah terpilih dinilai tidak dapat produktif

dalam masa jabatannya, maka musyawarah anggota dapat

memberhentikan dan menggatikan dengan kepengurusan yang baru.

4) Pembiayaan pengurus komite sekolah diambil dari anggota komite

sekolah yang ditetapkan melalui musyawarah.24


Pengurus dari anggota komite sekolah yang telah dipilih secara

demokratis harus segera menyusun Anggaran Dasar (AD) dan

Anggaran Rumah Tangga (ART). Oleh karena itu, pada umumnya ada

pembentukan tim kecil yang diberi tugas untuk menyusun

rancangannyakemudian dibahas dalam rapat-rapat pleno komite

sekolah.

c. Anggaran dasar dan rumah tangga

Setiap komite sekolah wajib memiliki anggaran dasar dan anggaran

rumah tangga ( AD/ART). Anggaran dasar sekurang-kurangnya memuat:

1) Nama dan tempat kedudukan

2) Dasar, tujuan dan kegiatan;

3) Keanggotaan dan kepengurusan;

4) Hak dan kewajiban anggota dan pengurus;

5) Keuangan
6) Mekanisme kerja dan rapat-rapat

7) Perubahan AD dan ART serta pembubaran organisasi.

Anggaran rumah tangga sekurang-kurangnya memuat:

1) Mekanisme pemilihan, penetapan anggota, dan pengurus komite

sekolah.
2) Rincian tuigas komite sekolah mekanisme rapat.

24
Hasan Hariri dkk, Manajemen Pendidikan, h. 197-199

29
3) Kerja sama dengan pihak lain.

4) Ketentuan penutup.

d. Pembentukan Komite Sekolah

1. Prinsip pembentukan

Pembentukan komite sekolah harus dilakukan secara transparan,

akuntabel, berkeadilan, dan harus demokrasi. a) Dilakukan secara transparan

maksudnya adalah bahwa komite sekolah harus dibentuk secara terbuka dan

diketahui oleh masyarakat secara luas melalui dari tahap pembentukan

panitian persiapan, proses sosialisasi oleh panitia persiapan, kriteria calon

anggota, proses seleksi calon anggota, pengumuman calon anggota, proses

pemilihan sampai penyampaian hasil pemilihan. b) Dilakukan secara

akuntabel maksunya adalah panitia persiapan hendaknya menyampaikan

laporan pertanggung jawabaan kinerjanya maupun penggunaan kepanitian.

c) Dilakukan secara demokrasi maksudnya adalah bahwa dalam proses

pemilihan anggota dan pengurus dilakukan dengan cara musyawarah

mufakat. d) Dilakukan secara berkeadilan maksunya adalah perwakilan


masyarakat sekolah atau lainnya secara proposional dan adil. Jika dipandang

perlu pemilihan anggota pengurus dapat dilakukan melalui pungutan suara.

2. Mekanisme

Pembentukan komite sekolah diawali dengan pembentukan panitian

persiapan yang dibentuk oleh kepala dari satuan pendidikan dan atau oleh

masyarakat. Panitia persiapan berjumlah sekurang-kurangnya 5 (lima) orang

yang terdiri atas kelangan praktisi pendidikan (proses guru, kepala satuan

pendidikan, pelenyelenggara pendidikan), pemerhati pendidikan (LSM

peduli pendidikan, tokoh masyarakat, tokoh agama, dunia usaha dan

industri), dan orang tua/ wali peserta didik.

30
Panitia persiapa bertugas mempersiapkan pembentukan komite sekolah

dengan laingkah-langkah sebagai berikut;

a. Mengadakan forum sosialisasi kepada masyarakat (termasuk pengurus/

anggota BP3, majelis sekolah dan komite sekolah yang telah ada)

tentang komite sekolah menurut keputusan.

b. Menyusun kriteria dan mengidentifikasi calon anggota berdasarkan

usulan dari msyarakat.

c. Menyeleksi anggoita berdasarkan usulan dari masyarakat.

d. Menyusun nama-nama yang telah terpilih

e. Memfasilitasi pemilihan pengurus dan anggota komite sekolah

f. Menyampaikan nama pengurus dan anggota komite sekolah kepada

satuan pendidikan.

g. Panitia persiapan dinyatakan bubar setelah komite sekolah dibentuk.

3. Penetapan

Calon anggota komite sekolah yang disepakati dalam musyawarah atau

medapatkan dukungan suara terbanyak melalui pemungutan suara secara


langsung menjadi anggota komite sekolah sesuai dengan jumlah anggota

yang telah disepakati dari maisng-masing unsur. Komite sekolah ditetapkan

untuk pertama kali dengan surat keputusan kepala satuan pendidikan, dan

selanjutnya diatur dalam AD dan ART. Misalnya dalam anggaran dasar dan

anggaran rumah tannga disebutkan bahwa pemiliha anggota dan pengruru

komites ekolah ditetapkan melalui musyawarah komite sekolah. 25

25
Departemen Agama RI, Pedoman Komite Sekolah ( Direktorat Jendral Kelembagaan Agama
Islam), 2003. h.16-22

31
B. Mutu Pendidikan

1. Pengertian Mutu Pendidikan

Program mutu sebenarnya berasal dari dunia bisnis, mutu erat kaitannya

dengan penilian seseroang terhadapa suatu produk barang ataupun jasa.

Program mutu adalah program utama sebab kemajuan suatu usaha sangat

ditentukan oleh mutu sesuai dengan permintaan dan tuntutan penggunanya.

Permintaan dan tuntutan pengguna terhadap produk dan jasa layanan yang

diberikan harus selalu ditingkatkan. Mutu bukan hanya sekadar menjadi

masalah dan kepedulian dalam bidang bisnis melainkan juga dalam bidang-

bidang lainnya, seperti permintaan, layanan sosial, pendidikan bahasa pada

bidang keamanan dan keterteban sekalipun.26

Secara etimologis, mutu merupakan derajat (tingkat) atau keunggulan

suatu produk (hasil kerja atau upaya) baik berupa barang maupun jasa; baik

yang tangible maupun intangible. Merutu Juruan , mutu merupaka kesesuaian

dengantujuan atau manfaatnya. Crosby berpendapat banhwa mutu merupakan

kesesuai dengan kebutuhan yang meliputi availabiliti, delivery, realibility, dan


maintainbility, serta cost effeciviness. Selain itu, Deming menyatakan bahwa

mutu harus bertujuan memenuhi kebutuhan siswa sekarang dan dimasa yang

akan datang, menurut Elliot kualitas atau mutu merupakan suatu yang berbeda

untuk orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tepat, atau dikatakan

sesuai dengan tujuan. Menurut Goetch dan Gavis, “ kualiatas atau mutu

merupakan suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan layanan, orang,

proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan.27

Di dunia pendidikan mutu mengarah pada prestasi yang dicapai oleh

sekolah, prestasi yang dicapai dari hasil pendidikan dapat berupa hasil tes

26
Nana Syaodih Sukmadinata. Dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah:
Konsep, Prinsip, Dan Instrumen, (Bandung: Refika Aditama, 2008), h. 8
27
Rusman, Manajemen Kurikulum (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 554

32
kemampuan akademik dapat pula prestasi pada bidang lainnya seperti

olahraga, seni atau keterampilan teretntu, bahkan prestasi sekolah berupa

sebuah kondisi yang dirasakan dan dilihat langsung oleh penggunanya. Dalam

hal ini kedisiplinan, keakraban, saling menghormati, dan kebersihan

lingkungan sekolah.

Mutu merupakan sebuah gambar dan karakteristik meyeluruh yang

menunjukkan kemampuan dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau

tersirat. Oleh sebab itu penting proses manajemen dalam penyelenggaraan

pendidikan agara proses pencapain mutu itu terencana dan terorganisasi

dengan baik. Sebab pengertian mutu dalam konteks pendidikan berkaitan

dengan input, proses dan output.28

Input pendidikan mrupakan segala sesuatu yang harus tersedia karena

dibutuhkan untuk berlangsungnya sebuah proses bisa berupa sumberdaya

manusia, sarana dan prasarana, dan harapan-harapan bagi pedoman

berlangsungnya sebuah proses. Input sumber daya meliputi sumberdaya

manusia yakni (kepala sekolah, guru termasuk guru BP, karyawan, siswa dan
komite sekolah) dan sumber daya sarana dan prasarana( peralaatan,

perlengkapan, uang, bahan, dan lainnya). Input perangkat lainnya meliputi

struktur organisasi sekolah, peraturan perundang-undnagan, deskripsi tugas,

rencana, program dan Input harapan-harapan bisa berupa visi, misi, tujuan,

dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh sekolah maka sebuah kesiapan

Input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan secara baik.

Oleh sebab itu, tinggi rendahnya mutu Input, dapat diukur dari tingkat kesiapan

input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, maka makin tinggi pula mutu input

tersebut.

28
Umeidi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, h. 25

33
Proses dari sebuah pendidikan merupakan berubahnya sesuati menjadi

sesautu yang lebih baik dalam sebuah satuan pendidikan. Proses yang

dimaksud bisa saja berupa proses pengambilan keputusan, proses pengeloaan

kelembagaan, proses pengeloaan program, proses belajar mengajar, dan proses

monitoring dan evalusi. Proses dapat dikaatakan bermutu jika

pengkoordinasian input sekolah ( guru, siswa, kurikulum, dana, sarana dan

prasarana dan sebagainya ) dilakukan secara harmonis dan optimal.29

Seperti yang dikatakan oleh Sudjana mutu pendidikan merujuk pada

kegiatan penanganan dari sebuah input pendidikan menjadi keluaran atau hasil

yang berasal dari masukan dan umpan balik atau respon dan evaluasi karena

pendidikan merupakan sistem terbuka yang teridri dari masukan keluaran dan

umpan balik secara internal dan eksternal sebagai bagian dari sistem dari

sebuah proses mutu.30

Output pendidikan adalah hasil kinerja sekolah yang berkaitan dengan

prestasi sekolah dari proses penyelenggaraan pendidikan. Mutu dari output

sekolah dapat dilihat dari efektivitasnya, produktivitas, efisisensi, inovasi dan


motivasi kerja selama proses penyelenggaraan pendidikan. Output sekolah

juga dikatakan berkualitas atau bermutu jika prestasi belajar siswa

menunjukkan pencapaian yang tinggi seperti hasil ulangan, lomba akademik

atau ujian nasional, dan kegiatan ektrakulikuler.

Peningkatan mutu merupakan proses yang sistematis yang terus menerus

untuk meningkatkan kualitas sekolah dan faktor yang berkaitan dengan

29
Isep djuanda, “peningkatan mutu pendidikan dalam perspektif manajemen berbasis
sekolah”, jurnal kordinat 18, no 1, h. 6
30
Idhoci Anwar, Administrasi Pendidikan Dan Manajemen Biaya Pendidikan, ( Jakarta, Raja
Grafindo Persada, 2013) Cet I h. 16

34
kualitas sekolah dengan tujuan agar target sekolah dapat dicapai dengan efektif

dan efisien.31

Tujuan dari peningkatan mutu pendidikan diharapakan dapat

mewujudkan institusi yang bermutu dalam aspek akademik (kualitas

pembelajaran, kualitas penelitian, kualitas pengabdian maysrakat), sarana dan

prasarana, dan administrasi dalam menghasilkan lulusan yang dapat

mengembangkan potensi individu secara utuh ( kecerdasan intelektual,

emosional, dan motorik).

Oleh sebab itu peningkatan mutu harus berorientasi kepada kebutuhan

pelanggan seperti peserta didik dan masyrakat, karena kepuasan dan

kebanggan mereka sebagai penerima layanan harus menjadi acuan dalam

proses peningkatan mutu, yang akan mematangkan kualitas peserta didik

dengan cara membebaskan peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakmampuan,

buruknya akhlak dan keimanan.32

Disamping itu, pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang dapat

menghasilkan lulusan yang berkualitas yaitu lulusan yang memiliki prestasi


akademik yang mampu menjadi pelopor pembaharuan dan perubahan sehingga

mampu menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapinya,

baik itu di masa sekarang atau masa yang akan datang. Mutu pendidikan

bukanlah suatu konsep yang berdiri sendiri akan tetapi terkait erat dengan

tuntutan dan kebutuhan masyarakat.

2. Prinsip-Prinsip Mutu

Menurut Ahmad Baedowi pengembangan mutu sekolah didasarikan pada

prinsip-prinsip yakni kesamaan visi konsistensi dengan tujuan, berkelanjutan,

31
Erdiyanto, dkk, “manajemen penningkatan mutu pendidikan dimadrasah aliyah negeri 2
lebong, bengkulu”, jurnal manajemen pendidikan islam 5, (2020), no 2, h.34
32
Dedy Mulyasa, Pendidikan Bermutu Dan Berdaya Saing, (Bandung, Remaja Rosdakarya,
2014). h. 120.

35
partisipatif, dan amanah.33 Maka dengan adanya kelima prinsip mutu sekolah

tersebut, diharapkan sekolah dapat mengembangkan mutu sekolah mereka

dengan baik sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada.

Mutu pendidikan tidak terlepas dari konsep mutu secara umum, karena

konsep mutu pendidikan mengadopsi dari konsep mutu tersebut dapat

dikategorikan prinsip-prinsip manajemen mutu di dalam pendidikan. Di

samping pendapat lain menyatakan bahwa, proses penjamin mutu harus

dilakukan atas dasar prinsip-prinsip yakni mutu terjadi tanggung jawab semua

orang dalam organisasi, melakukan tindakan yang benar pada tahapan pertama

sehingga dapat dicegah terjadinya kesalahan, dan melaksanakan manajemen

yang didasrkan atas iklim organisasi yaitu kominikasi dan tim yang kompak.34

Prinsip-prinsip tersebut yang akan menentukan mutu pendidikan, sebab

jika lembaga pendidikan mempunyai prinsip maka hasilnya yang akan baik,

yaitu mutu pendidikan itu sendiri.

Dalam sistem penjamin mutu pendidikan dasar dan menengah dituliskan

bahwa sistem ini mempunyai prinsip-prinsip, yakni mandiri, terstandar, akurat,


sistematik, dan berkelanjutan, dilakukan terhadap keseluruhan unsur, dan

terdokumentasi.35 Prinsip diterapkan dalam pelaksanaan berlangsungnya mutu

serta menjadi pijakan yang kuat untuk mencapai mutu yang tinggi di sekolah

dasar dan menengah.

Demikian dapat disimpulkan bahwasannya prinsip-prisnip mutu adalah

fokus terhadap keinginan dan kebutuhan pelanggan, konsisten, keterlibatan

seluruh sumberdaya manusia, pengembangan yang berkelanjutan, partisipatif

33
Ahmad Baedowi, Dkk, Manajemen Sekolah Efektif, ( Tangerang Selata: Pustaka Alvabert,
2015), h. 406
34
Ridwan Abdullah Sani, Dkk, Penjamin Mutu Sekolah ( Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h. 15
35
Direktorat Jenderan Pendidikan Dasar Dan Menengah, Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan
Mutu Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan, (Jakarta: Kemendikbud, 2016)) h.
12

36
dari seluruh anggota atau perangkat organisasi, dan memperhatikan serta fokus

pada nilai-nilai.

3. Ruang Lingkup Mutu Pendidikan

Menurut Dedy Mulyasa, pendidikan yang bermutu lahir dari sistem

perencanaa yang baik dengan materi dan sistem tata kelola yang baik dan

disampaikan oleh guru yang baik dengan komponen pendidikan yang bermutu

khususnya guru.36 Maksudnya ialah pendidikan akan dikatakan bermutu jika

sekolah memiliki perencanaan kerja yang tepat bersifat akademik maupun non

akademik. Seperti halnya dengan program kerja, kurikulum, ekstrakulikuler,

serta didukung oleh para guru yang berkualitas dan berkompeten. Terdapat

keseimbangan atau keterkaitan antara faktor-faktor tersebut, sehingga dapat

mencapai mutu yang diinginkan.

Dalam mutu pendidikan, perlu adanya pengembangan mutu agar

memastikan bahwa mutu suatu sekolah berjalan dengan baik dan semestinya.

Dari hal itu, maka perlu diadakannya tim pengembangan mutu akan mengkaji

secara cermat setiap lingkup dengan rinci diantaranya adalah mutu


pembelajaran, pengelolaan sekolah, pengembangan kemampuan profesional,

dan dampingan luar sekolah. Mutu pembelajaran terdiri dari tiga unsur yaitu

guru, peserta didik, serta kurikulum. Sedangkan pengelolaan sekolah bertujuan

untuk melihat kemampuan sekolah untuk merealisasikan visi dan misi kedalam

kegiatan-kegiatan sekolah. Pengermbangan kemampuan profesional bertujuan

untuk mengembangkan kemampuan dari setiap sumber daya yang ada di

sekolah. Sedangkan dampingan luar sekolah bertujuan untuk menumbuhkan

minat dan bakat siswa.37

36
Dedy Mulyasa, Pendidikan Bermutu Dan Daya Saing, ( Bandung: Remaja Rosdakarya,
2014) h. 120
37
Ahmad Baedoi,Dkk, Manajemen Sekolah Efektif, h.406-411

37
Rohiat bahwa dalam konteks pendidikan, mutu dibagi menjadi 3 yaitu:

input, proses, dan output pendidikan. Input pendidikan terdiri dari sumber daya

serta perangkat lunak yang ada di sekolah. Sumber daya berupa tenaga

pendidik dan kependidikan serta peserta didik. Sedangkan perangkat lunak

yang termaksud merupakan struktur organisasi sekolah. Proses yang di maksud

merupakan proses pengambilan keputusan, pengelolaan kelembagaan,

pengelolaan program, proses belajar mengajar. Sedangkan output merupakan

hasil prestasi yang didapatkan dari sekolah baik yang sifatnya akademik

maupun non akademik.38

Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa ruang

lingkup dari mutu adalah manajemen mutu yang meliputi perencanaan mutu,

pelaksanaa mutu, dan pengendalian mutu, kemudian manusia yang sadar akan

mutu lalu menerapkan sistem ataupun proses yang menerapkan manajemen

mutu.

4. Bentuk-Bentuk Mutu Pendidikan

Dalam Petunjuk Pelaksanaan Penjamin Mutu Pendidikan Oleh Satuan


Pendidikan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah, Kemendikbud, dijelaskan bahwa peningkatan mutu pendidikan

telah terjamin dan diatur oleh pemerintah, langkah penjaminan mutu tersebut

adalah pemetaan mutu, evaluasi atau audit mutu, dan penyusunan standar di

atas SNP.39 Untuk mencapai mutu yang lebih baik maka terdapat tahapan atau

urutan langkah yang harus dilewati dan dipenuhi. Urutan langkah tersebut

mempunyai unsur dalam urutan fungsi manajemen, yakni perencanaan,

pengoganisasian, pelaksanaa, serta pengawasan dan evaluasi.

38
Rohiat, Manajemen Sekolah, ( Bandung: PT Refika Aditama, 2010) h. 52
39
Direktorat Jenderal Pendidika Dasar Dan Menengah, h.13

38
Peningkatan mutu dilakukan melalui tahapan manajemen mutu sekolah

yakni mengelola seluruh sumber daya sekolah, dengan mengarahkan semua

orang-orang yang terlibat di dalamnya untuk melaksanakan tugas sesuai

standar, dengan penuh semangat dan berpartisipasi dalam perbaikan

pelaksanaan pekerjaan sehingga menghasilkan lulusan-lulusan yang sesuai

dengan kebutuhan pihak yang berkepentingan.40 Dengan demikian proses

pendidikan dapat terus ditingkatkan karena semua orang bersemangat untuk

mencapai apa yang diingingkan dan untuk ketercapaian mutu akademik

maupun mutu non akademik.

Peningkatan mutu memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut; 1)

peningkatan mutu di lakukan di sekolah, 2) peningkatan mutu hanya dapat

dilakukan dengan kepemimpinan yang baik, 3) peningkatan mutu didasarkan

pada data dan fakta baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif, 4) peningkatan

mutu selalu memberdayakan dan melibatkan seluruh komponen yang ada

dilingkungan sekolah, dan 5) peningkatanb mutu memiliki tujuan bahwa

sekolah dapat memberikan kepuasan kepada siswa, orang tua dan


masyarakat.41

Total Qualiti Management merupakan pengembangan konsep dari

penjamin mutu yang selalu berusaha untuk membuat semua yang ada di dalam

organisasi tersbeut dapat memuaskan para peserta didik atau stakholder

eksternal.42 Dengan adanya TQM diharapkan disemua pihak dapat saling

bekerjasama untuk meningkatkan mutu secara terus-menerus dan

berkelanjutan sehingga membuat para stakeholder merasa puas dengan apa

yang mereka terima.

40
Ridwan Abdullah Sani, Dkk, Penjamin Mutu Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h.7
41
Maswan, “ manajemen mutu sekolah” jurnal tarbawi 12, no 2( 2015), h. 198
42
Ridwan Abdullah Sani, Dkk, Penjamin Mutu Sekolah, h. 9

39
Setidaknya ada sepuluh karakteristik TQM yang dianggap penting untuk

meningkatkan dunia pendidikan yakni; 1. Fokus pada pelanggan, 2.

Berorientasi pada kualitas, 3. Menggunakan pendekatan ilmiah, 4. Memiliki

komitmen jangka panjang, 5. Kerja sama tim, 6. Menyempurnakan kualitas

secara berkesinambungan, 7. Mengadakan pendidikan dan pelatihan, 8.

Menerapkan kebebasan yang terkendali, 9. Memiliki kesatuan tujuan, 10.

Melibatkan dan memberdayakan karyawan43.

Selain itu, peningkatan mutu juga ditentukan berdasarkan visi dan misi

yang dimiliki oleh sekolah. Utamanya adalah visi sekolah, pada intinya adalah

yang fundamental mengenai nilai, aspirasi, dan tujuan institusi persekolahan.

Visi sekolah merupakan kunci keberhasilan sebuah lembaga sekolah yang

dikelola secara profesional.44 Dengan itu visi dan misi adalah hal yang harus

lebih dahulu ada dalam pelaksanaan manajemem mutu. Karena dengan begitu

sekolah dapat mengetahui arah dan tujuan yang akan dituju.

Dalam peningkatan mutu pendidikan beberapa hal yang harus dipegang

unutk menerapkan program mutu pendidikan di antara sebagai berikut:


a. Peningkatan mutu pendidikan menuntut kepemimpinan professional

dalam bidang pendidikan.

b. Kesulitan yang dihadapi para profesioanl pendidikan merupakan

ketidakmampuan dalam menghadapi “kegagalan sistem” yang

mencegah mereka dari pengembangan atau penerapan cara atau proses

baru untuk memperbaiki mutu pendidikan yang ada.

43
Muh. Saifulloh, dkk, “startegi peningkatan mutu pendidikan di sekolah”, jurnal sosial
humaniora 5, no 2, (2012), h, 215
44
Sudarwan Danim, visi baru manajemen sekolah: dari unir birokrat ke lembaga akademik,
(jakarta: bumi aksara, 2008), h.73

40
c. Peningkatan mutu pendidikan harus melakukan loncatan-loncatan.

Norma dan kepercayaan lama harus diubah. Sekolah harus belajar saling

bekerjasama dengan sumber-sumber yang terbatas.

d. Uang bukan kunci utama dalam usaha peningkatan mutu pendidikan.

e. Kunci utama peningkatan mutu pendidikan adalah komitmen.

f. Ketakutan terhadap perubahan atau takut melakukan perubahan akan

mengakibatkan ketidaktahuan bagaimana mengatasi tuntutan-tuntutan

baru.

g. Program peningkatan mutu dalam bidang komersial tidak dapat dipakai

secara langsung dalam pedidikan, tetapi membutuhkan penyesuian-

penyesuian serta penyempurnaan

h. Salah satu komponen kunci dalam program mutu adalah sistem

pengukuran

i. Masyarakat dan manajemen pendidikan harus menjauhkan diri dari

kebiasaan menggunakan program singkat, peningkatan mutu pendidikan

dapat dicapai melalui perubahan yang berkelanjutan tidak dengan


program-program singkat.45

Mutu pendidikan sebagai salah satu pilar yang paling penting sebagai

pengembangan dari sumber daya manusia demi pembangunan nasional. Masa

depan suatu bangsa dikatakan berkualitas apabila keberadaan pendidikannya

juga berkualitas. Serta pendidikan yang berkualitas hanya didapatkan dari

lembaga pendidikan yang berkualitas pula. Oleh sebab itu, strategi dalam

upaya menciptakan pendidikan yang berkualitas adalah dengan cara

peningkatan mutu pendidikan. 46

45
Nana Syaodih Sukmadinata Dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah
(Konsep, Prinsip Dan Instrumen), h. 9-11
46
E.Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),
h. 216-217

41
Proses pendidikan yang bermutu harus didukung oleh personalia, seperti

administrator, guru, konselor, dan tata usaha yang bermutu serta profesional.

Selain itu, juga harus didukung dengan sarana dan prasana yang bermutu dan

media belajar, fasilitas serta sumber belajar yang memadai dan jumlahnya

tepat. Selain itu, disertai juga dengan daya yang mencukupi, manajemen yang

tepat dan lingkungan sekitar yang mendukung. Mutu pendidikan bersifat

menyeluruh, menyertai semua komponen, pelaksanaan dan kegiatan

pendidikan yang biasa disebut juga mutu total quality.47

Mulyadi dalam buku E.Mulyasa mengatakan bahwa TQM adalah

pendekatan sistem secara menyeluruh (bukan suatu bidang atau program

terpisah) dan merupakan bagian terpadu strategi tingkat tinggi. Sistem ini

bekerja secara horizontal menembus fungsi dan departemen, melibatkan semua

karyawan dari atas sampai bawah, meluas ke hulu dan hilir, mencakup mata

rantai pemasok dan customer.48

Menurut konsep manajemen mutu, mutu dalam pendidikan dapat

dipastikan seutuhnya jika lembaga pendidikan dapat melibatkan dan


memberdayakan seluruh anggotamya dalam menjalakan fungsinya secara

berkelanjutan.49

Dari pembahasan diatas, maka dapat dijelaskan bahwa TQM merupakan

suatu sistem manajemen yang melibatkan semua pihak mulai dari atasan

sampai pada bawahan yang bertujuan untuk meningkatkan kepuasan costumer.

47
Nana Syaodih Sukmadinata, Dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menegah
(Konsep, Prinsip Dan Instrumen), h. 7.
48
E.Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, h. 226
49
Yin cheong cheng, wai ming tam, “multi models of quality in education”, journal quality
assurance in education 5, no 1, (1997), h, 30

42
5. Standar Mutu Pendidikan

Sallis dalam bukunya mengemukakan bahwa standar mutu pendidikan

misalnya dapat berupa kemampuan dasar pada masing-masing bidang

pembelajaran dan sesuaikan dengan jenjang pendidikan yang ditempuh. Selain

itu suatu lembaga pendidikan juga harus menentukan standar mutu sekolah

mereka yang berkaitan dengan kurikulum, evaluasi, proses pembelajaran yang

akan dijadikan sebagai patokan atau alat ukur. Dibuatnya standar mutu proses

pembelajaran bertujuan untuk dapat melahirkan atau menciptakan lulusan-

lulusan yang sesuai serta berkompeten. Begitu pula dengan standar evaluasi

dibuat agar dapat mengukur kemampuan siswa dalam tiga aspek yakni,

kognitif, efektif, dan psikomotriknya.50

Baker dalam buku Engkoswari dan Komariah menjelaskan bahwa

standar sekolah yang baik dan yang bermutu yaitu; memiliki guru-guru yang

tenaga kependidikan yang profesional dibidangnya, memiliki kurikulum yang

jelas, memiliki filosofi visi yang kuat, memiliki lingkungan yang nyaman dan

kondusif, memiliki supervisi yang baik dan berkelanjutan, membantu guru


dalam menghadapi kesulitan, membuat jadwal yang terprogram untuk

pelatihan guru dan staf, memiliki sumberdaya manusi yang baik, memiliki

komunikasi yang baik dengan orangtua/wali peserta didik, memiliki visi dan

misi yang jelas, memiliki sarana dan prasarana yang memadai, memiliki

kebijakan yang baik dan dipatuhi oleh setiap warga sekolah, memiliki

kerjamasama yang baik antara guru dengan peserta didik dalam menghadapi

masalah peserta didik, dan memelihara hubungan baik dengan pemerintah

daerah.51

50
Edwar Sallis, Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, (Jogjakarta: IRCISOD) Cet Ke-I, h,
8-9.
51
Engkoswari dan Aan komariah, administrasi pendidikan, (bandung: alfabeta, 2012), h. 310-
311

43
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Dan Lokasi Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan

menggunakan metode kualittaif, metode penelitian kualitatif merupakan

metode naturalistik sebab penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alami

(natural setting). selain itu, data yang terkumpul bersifat kualitatif.1

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif

merupakan suatu metode yang digunakan untuk meneliti status kelompok

manusia atau objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu

kelas peristiwa pada masa sekarang.2

Berdasarkan dari teori sebelumnya, maka peneliti akan mendekripsikan

penelitian secara menyeluruh dengan menganalisis fenomena, peristiwa, sikap,

dan pemikiran dari seseorang baik secara individu maupun berkelompok, baik

yang di peroleh dari observasi, wawancara, maupun dokumentasi.


2. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di SMA 24 Bone yang berada di Desa

Nagauleng Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone. Peneliti memilih lokasi ini

karena letak sekolah yang srategis dan mudah di jangkau, dan merupakan satu-

satunya SMA yang berada di Kecamatan Cenrana.

1
Sugiyono, Metodelogi Penelitian Kualitatif Dan R&D, ( Bandung, Alfabeta, 2016), h, 14.
2
Djma’an Satori Dan Aan Komariah, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, CV Alfabeta,
2012),h.25

44
45

B. Sumber Data

1. Data primer

Sumber data utama (primer) yaitu sumber data yang diperoleh langsung

oleh peneliti melalui wawancara dan observasi dengan menggunakan

instrumen-instrumen yang telah ditetapkan, data primer dalam hal yakni Kepala

Sekolah, Ketua Komite Sekolah, Sekretaris komite sekolah, Guru, dan Orang

Tua Siswa.

2. Data sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data tambahan yaitu sumber data

tertulis. Sumber data tertulis dapat dibagi atas sumber dari buku dan majalah

ilmiah, sumber data arsip, dokumen-dokumen resmi dari sekolah, dan

dokumentasi. Penelitian akan menggunakan data sukender untuk membantu

memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan

melalui wawancara dan observasi.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dikenal oleh penelitian kualitatif pada


umumnya adalah wawancara dan dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu, yang

dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan

dan yang di wawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang di

ajukan.1 Teknik wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara

semi struktur, menurut Suharmin arikunto, dalam teknik ini mula-mula

peneliti menanyakan beberapa pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian

satu persatu di perdalam dengan mengorek keterang yang lebih lanjut,

1
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, h. 138.
dengan demikian jawaban yang diperoleh meliputi semua variabel dengan

keterangan yang mendalam.2

2. Dokumentasi

Menurut Margono, dokumentasi adalah cara untuk mengumpulkan

data melalu peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga

buku-buku tentang pendapat atau teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-

lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.3

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data dan informasi yang digunakana oleh peneliti. Instrumen

penelitian antara lain dapat berupa, petunjuk wawancara, daftar isian

pertanyaan.

Wawancara merupakan alat pengumpul informasi dengan casa

mengajukam beberapa pertanyaan dengan lisan dan dijawab dengan lisan pula.

Wawancara yang digunakan oleh penelliti yakni wawancara terstruktur yang

menggunakan pedoman wawancara. Peneliti terlebih dahulu menyiapkan


daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada responden secara tertulis.

E. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data

setelah melakukan pengumpulan data, seluruh data yang terkumpul

kemudian diolah oleh peneliti. Data dianalisis menggunakan metode dekriptif

kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan secara keseluruhan data yang di

dperoleh selama proses penelitian.

1. Reduksi (reduction)

2
Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2006), h. 12
3
Margono, Metodelogi Penelitian Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 181.

46
Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal pokok dan penting

kemudian dicari teman dan polanya. Padaa tahap ini peneliti memilah

informasi mana yang relevan dan yang mana tidak relevan dengan

penelitian. Setalah direduksi data akan mengerucut, semakin sedikit, dan

mengarah ke inti masalah, sehingga mampu memberikan gambaran yang

lebih jelas mengenai objek penelitian,

2. Penyajian data (data display)

Setelah dilakukan reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah

menyajikan data. Data disajikan dalam benuk tabel dan uraian penjelasan

yang bersifat deskriptif.

3. Penarikan kesimpulan (verification)

Tahap akhir dari pengolahan data adalag penarikan kesimpulan.

Setelah semua data tersaji permasalahn yang menjadi objek penelitian yang

dapat dipahami dan kemudian ditarik kesimpulannya yang merupakan

hasil dari penelitian ini.4

Adapun teknik analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknk analisis deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan

keadaan atau fenomena yang ada dilapangan iyaitu hasil peneltian dengan

dipilah-pilah secara sistematsi menrut katagorinya dengan menggunakan baha

yang dapat dengan mudah dicerna oleh semua orang.

F. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data pembukti bahwa apa yang telah dialami

oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada. Untuk mengetahui

keabsahan data peneliti menggunakan beberapa teknik, yakni;

4
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung: Alfabeta, 2012), h. 246

47
Triangulasi adalah pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan

sesuatu yang lain diluar daata itu, untuk keperluan pengecekan atau sebagai

perbandingan data itu5

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian yakni triangulasi sumber,

di mana triangulasi sumber bertujuan untuk menguji data dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi

sumber yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah kepala sekolah,

guru, dan orang tua siswa. Kepala sekolah, dan guru digunakan untuk

mengecek kebenaran data yang berkaitan dengan peran komite sekolah sebagai

pemberi pertimbangan, pendukung, dan pengontrol, sedangkan informasi yang

bersumber dari kepala sekolah dan orang tua siswa untuk mengecek kebenaran

data terkait dengan peran komite sekolah sebagai mediator.

5
Lexy J, Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif. h. 178

48
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Pemberi Pertimbangan (Advisory Agency) dalam Meningkatkan Mutu

Pendidikan.

Komite sekolah sebagai badan pemberi pertimbangan bagi sekolah

merupakan mitra kerja sekolah yang di mana komite sekolah selalu berkeja sama

dengan sekolah untuk bermusyawarah untuk kepentingan sekolah dengan selalu

melibatkan orang tua dan masyarakat dalam hal merumuskan kebijakan, program

dan kegiatan sekolah.

Setiap program yang akan dilaksankan oleh sekolah pasti komite sekolah

selalu dilibatkan untuk bersama-sama merumuskan segala macam program

maupun kebijakan yang akan diterapkan ataupun yang akan dilaksanakan karena

sekolah merasa bahwa dengan menjalin kerja sama yang baik dengan komite

sekolah dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam hal pendidikan.


Hal ini sebagai mana yang diungkapkan oleh Bapak Muchtar S. Pd selaku

Plt kepala sekolah SMAN 26 Bone sebagai berikut :


“Komite sekolah yang ada di SMAN 26 Bone ini selalu memberikan
pertimbangan dalam khususnya dalam meningkatkan mutu pendidikan, itu
dilihat dari adanya musyawarah dan diskusi bersama dengan komite sekolah
dan pihak sekolah apabila ada kebijakan atau keputusan kepala sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan.”1
Dengan hal ini, hal serupa juga di ungkapakan oleh Bapak Jahidin selaku

Ketua Komite SMAN 26 sebagai berikut:


“Komite sekolah selalu memberikan pertimbangan dan juga selalu ada
pembicaraan yang baik atau musyawarah dengan kepala sekolah apabila ada
kebijakan atau keputusan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan.”2

1
Hasil wawancara dengan Muchtar S.Pd Plt Kepala Sekolah SMAN 26 Bone
2
Hasil wawancara dengan Jahidin ketua komite sekolah SMAN 26 Bone

49
50

Adapun hasil wawancara pendukung dengan Bapak Abu Nawas S.Pd selaku

guru matematikan dan wali kelas mengatakan bahwa;


“ komite sekolah selalu memberikan pertimbangan atau masukan dan arahan
dalam peningkatan mutu pendidikan”1
Selain dari pada itu, posisi komite sekolah sebagai pemberi pertimbanganpun

masih berlanjut pada pemberian masukan dan pertimbangan dalam hal

rancanagan anggaran dan pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS).

Sebagaimana yang peneliti temukan di lapangan dari hasil wawancara dengan

Kepala Sekolah SMAN 26 Bone yang menyatakan bahwa dalam upaya

peningkatan mutu pendidika di SMAN 26 bahwa keterlibatan komite sekolah

bersifat menyeluruh, mulai dari pemberian masukan dan pertimbangan dalam

menetapakan RAPBS. Berikut hasil wawancaranya :


“Dalam perannya sebagai badan yang memberikan pertimbangan atau
nasehat, komite sekolah di SMAN 26 Bone dalam fungsi perencanaan
pendidikan memiliki peran dalam memberikan masukan dan pertimbangan
dalam menetapkan RAPBS termasuk dalam penyelenggaraan rapat-rapat
RAPBS.”2
Serupa dengan yang di ungkapkan oleh Sekretaris komite sekolah yakni Bapak

Syarifuddin yang menyatakan bahwa:


“ kami selaku komite sekolah selalu ikut serta dan bahkan dilibatkan dalam
penyusunan RAPBS, dalam rapat itu biasanya kami komite sekolah hanya
memberikan beberapa masukan saja”3
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat peneliti simpulkan bahwasannya

peran komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan dalam meningkatkan mutu

pendidikan bersifat menyeluruh, mulai dari pemberian masukan dan

pertimbangan dalam menetapkan RAPBS, memberikan pertimbangan dalam

melaksanakan proses pengelolaan pendidikan, sarana prasarana, dan alokasi

anggaran sekolah SMAN 26 Bone Kab Bone.

1
Hasil wawancara dengan Abu Nawas S.Pd guru SMAN 26 Bone
2
Hasil wawancara dengan Muchtar S.Pd Plt Kepala Sekolah SMAN 26 Bone
3
Hasil wawancara dengan bapak Syarifuddin sekretaris komite sekolah SMAN 26 Bone
51

2. Pendukung (Supporting Agency) dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Peran komite sekolah sebagai badan pendukung bagi penyelenggaraan dan

upaya peningkatan mutu pendidikan, yakni berupa dukungan finansial, tenaga,

dan dukungan pikiran. Secara nyata yang terjadi di sekolah di mana komite

sekolah memberikan dukungan berupa pemecahan masalah biaya sekolah bagi

anak kurang mampu, penambahan sarana dan prasarana yang dibutukan sekolah.

Dengan peranannya sebagai supporting agency ini, komite sekolah selalu

berusaha mendorong dan menyadarkan para orang tua dan masyarakat agar

berpartisipasi dalam pendidikan. dalam hal ini komite sekolah juga berperan

dalam penggalangan dana dalam rangka pembiayaan pendidikan. Sebagaimana

yang telah dikemukakan oleh Bapak Muchtar S. Pd selaku Plt kepala sekolah

SMAN 26 Bone sebagai berikut:


“Komite sekolah mempunyai peran yang sangat mendukung dan baik mulai
dari sarana dan prasarana, dan sosialisasi kepada masyarakat khususnya
orang tua siswa. Misalnya dalam pengembangan fisik sekolah, komite
sekolah melakukan serangkaian kegiatan dari perencanaan, penggalangan
dana, sampai dengan pelaksanaan.”4
Komite sekolah juga ikut membantu dalam menunjang sarana dan prasarana

sekolah terutama untuk menunjang kegiatan sekolah sebagaimana yang


dikemukakan oleh Bapak Jahidin ketua komite sekolah SMAN 26 Bone sebagai

berikut :
“Komite sekolah perananya sangat mendukung khususya peningkatan mutu
pendidikan di SMAN 26. Misalkan pada waktu rencana pengadaan ruang,
serta penambahan fasilitas siswa seperti pengadaan computer di sini komite
sekolah berperan sebagai penggalang dana kepada orang tua siswa yang
dikira-kira bisa membantu.”5
Sehubungan dengan hal ini, hal serupa juga di ungkapkan oleh salah satu

orang tua siswa. Berikut hasil wawancaranya :


“Komite sekolah sangat mendukung dalam meningkatkan sarana dan
prasarana sekolah, seperti halnya pada saat penggalang dana dimana komite
sekolah ini meminta dana sesuai dengan kemampuan dari orang tua siswa”6

4
Hasil wawancara dengan Bapak Muchtar S.Pd Plt Kepala Sekolah SMAN 26 Bone
5
Hasil wawancara dengan Bapak Jahidin ketua komite sekolah SMAN 26 Bone
6
Hasil wawancara dengan orang tua siswa SMAN 26 Bone
52

Peran komite sekolah bukan hanya pada pemenuhan sarana dan prasarana

saja akan tetapi juga dalam memberikan dukungan berupa motivasi dan saran

kepada guru agar senantiasa bekerja dengan baik dan meningkatkan

kemampuannya. Hal ini di ungkapkan oleh bapak Abu Nawas S.Pd guru

matematika dan wali kelas;


“komite sekolah tidak hanya memberikan dukungan dalam bentuk finansial
saja tetapi juga memberikan dorongan dan motivasi kepada kami guru untuk
mengajar dengan ikhlas dan senantiasa meningkatkan kemampuan kami
sebagai seorang guru”7
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat peneliti simpulkan bahwasannya

peran komite sekolah sebagai pendukung dalam meningkatkan mutu pendidikan

yakni secara nyata bagi anak kurang mampu, sarana prasarana yang diperlukan

sekolah dan pemberian saran dan motivasi agar para guru senantiasa dapat

meningkatkan kinerjanya.

3. Pengontrol (controlling agency) dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Peran komite sekolah selanjutnya adalah sebagai pengontrol dalam rangka

transparasi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di

sekolah. Peran pengawasan yang dilakukan oleh komite sekolah meliputi control
terhadap pengambilan keputusan dan perencanaan pendidikan di sekolah, di

samping alokasi dana dan sumber-sumber daya bagi pelaksanaan program di

sekolah.

Berikut adalah hasil wawancara dengan bapak Muchtar plt kepala sekolah

SMAN 26 Bone sebagai berikut:


“Peran yang dilakukan komite sekolah di SMAN 26 Bone yang bertindak
sebagai pengontrol atau pengawas yaitu dalam program kerja sekolah, dan
penambahan fasilitas sekolah”8
Sehubungan dengan hal ini, serupa dengan yang diungkapkan oleh bapak

Jahidin ketua komite sekolah SMAN 26 Bone sebagai berikut:


“kalau masalah kontrol, saya biasanya mengontrol atau melakukan
pengawasan terhadap kebijakan kepala sekolah dan program kerja sekolah,
maupun dalam pengembangan dan penambahan fasilitas sekolah serta

7
Hasil wawancara dengan Abu Nawas S.Pd guru SMAN 26 Bone
8
Wawancara dengan bapak mucthar ketua komite sekolah SMAN 26 Bone
53

biasanya sekolah memberikan saya hasil laporan dari setiap kegiatan yang
ada”9
Adapun hasil wawancara pendukung dengan bapak Syarifuddin selaku

Sekretaris komite sekolah SMAN 26 Bone mengatakan bahwa:


“Dalam hal pengontrolan biasanya komite sekolah mengontrol ataupun
melakukan pengasan baik itu komite sekolah datang langsung meninjau
kegiatan yang dilaksanakan sekolah, seperti saat pembangunan fasilitas
sekolah berupa Masjid komite datang langsung melihat bagaiama progress
dari pembagunan fasilitas sekolah tersebut”
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat peneliti simpulkan bahwasannya

peran komite sekolah sebagai peran controlling ini juga dimaksudkan agar komite

sekolah sebagai partner sekolah dan kepala sekolah yang bisa memberikan

pengawasan terhadap program kerja sekolah dan penambahan fasilitas sekolah

yang terkhusus peningkatan mutu pendidikan di SMAN 26 Bone.

4. Mediator (Mediator Agency) dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Komite sekolah sebagai penghubung atau mediator antara pemerintah,

sekolah, orang tua, dan masyarakat. Dalam hal ini komite sekolah menampung

atau mendegar setiap aspirasi orang tua dan masyarakat untuk disampaikan

kepada sekolah.

Aspirasi orang tua dan masyarakat yang disalurkan melalui komite sekolah
dimanfaatkan oleh sekolah sebagai masukan bagi koreksi ke arah perbaikan.

Komite sekolah juga mensosialisasikan kebijakan dan program yang telah

ditetapkan sekolah sehingga dapat akuntabel (dipertanggung jawabkan) kepada

masyarakat.

Begitu juga halnya, dalam setiap menjalankan programnya sekolah. maupun

komite sekolah senantiasa meminta bantuan kepada masyarakat, sebagaimana

yang diutarakan oleh Bapak Jahidin Ketua komite sekolah SMAN 26 Bone

menjelaskan terjadinya hubungan yang harmonis antara pihak sekolah dengan

masyarakat. Berikut hasil wawancaranya:


“selain dalam pengembangan hal fisik, komite sekolah juga berperan sebagai
penghubung antara sekolah, orang tua dan masyarakat. Dimana, apabila ada

9
Wawancara dengan bapak Jahidin ketua komite sekolah SMAN 26 Bone
54

peserta didik yang mendapat masalah di sekolah atau nakal-nakal di sekolah,


maka disini komite sekolah yang menyampaikan maksud sekolah terhadap
siswa tersebut kepada orang tuanya dengan secara kekeluargaan. Dan jika ada
keluhan dari masyarakat atau orang tua siswa maka kami sampaikan kepada
pihak sekolah”10
Sehubungan dengan hal ini, hal serupa yang dinyatakan oleh Bapak Muchtar

Plt kepala sekolah SMAN 26 Bone sebagai berikut :


“komite sekolah disini sangat berperan sebagai mediator atau penghubung
antara pemerintah sekolah, orang tua dan masyarakat. Baik itu jika ada
masalah yang ada di sekolah, kemudian jika ada himbauan yang disampaikan
oleh sekolah biasanya komite sekolahlah yang menyampaikana kepada orang
tua siswa dan masyarakat sekitar sekolah”11
Hal serupa juga dinyatakan oleh salah satu orang tua sisiwa. Berikut hasil

wawancaranya :
“Komite sekolah sangat berperan sebagai penghubung antara sekola dengan
orang tua siswa, dalam hal menyampaikan maksud sekolah kepada siswa atau
kepada orang tuanya itu disampaikan baik oleh komite sekolah dengan cara
kekeluargaan dan begitupula ketika kami memiliki keluahan maka komite
sekolah akan cepat menyelesaikan masalah kami”12
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat peneliti simpulkan bahwasannya

peran komite sekolah sebagai mediator dalam meningkat mutu pendidikan yakni

komite sekolah sebagai penghubung dalam menyampaikan aspirasi orang tua dan

masyarakat terhadap pihak sekolah dan turut memasyarakatkan kebijakan

sekolah.
Dalam hal ini kita bisa lihat bersama dari hasil penelitian yang peneliti

temukan di lapangan bahwa komite sekolah di SMAN 26 Bone ini sangat

berperan sebagai Pemberi Pertimbangan (Advisory Agency), Pendukung

(Supporting Agency), Pengontrol (Controling Agency), dan sebagai Mediator

(mediator agency) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada pembahasan ini, peneliti berusaha untuk menjelaskan dan menjawab

apa yang sudah peneliti temukan dengan beberapa data yang sudah ditemukan, baik

dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berangkat dari sini, peneliti

10
Hasil wawancara dengan bapak Jahidin ketua komite sekolah SMAN 26 Bone
11
Hasil wawancara dengan bapak Jahidin ketua komite sekolah SMAN 26 Bone
12
Hasil wawancara dengan orang tua siswa SMAN 26 Bone
55

mencoba mendeskripsikan data-data yang telah peneliti temukan berdasarkan dari

logika dan diperkuat dengan teori-teori yang suadah ada yang kemudian di harapkan

bisa didapatkan sesuatu yang baru.

1. Mutu Pendidikan

Secara umum mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari

barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan

kebutuhan yang diharapkan. Dalam konteks pendidikan, mutu mencakup input,

proses dan output pendidikan.13

Input pendidikan adalah segala hal yang harus tersedia karena dibutuhkan

untuk berlangsungnya proses. Segala hal meliputi sumberdaya dan perangkat

lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Input

sumberdaya meliputi sumberdaya manusia (kepala sekolah, guru- termasuk guru

BP-, karyawan, siswa) dan sumberdaya selebihnya (peralatan, perlengkapan,

uang, bahan dan lain sebagainya).14

Dari segi input SMAN 26 Bone dapat dikatakan bermutu hal ini dilihat dari

peserta didiknya yang mempunyai motivasi untuk selalu meningkatkan diri


untuk berprestsi sesuai dengan bakat dan kemampuannya, di SMAN 26 Bone

juga memiliki pendidik atau guru-guru dan staf sekolah yang memadai, dan guru-

guru tersebut telah menempuh jenjang pendidikan S1 dan S2 sebagian besar dari

mereka berstatus PNS.

SMAN 26 Bone juga di dukung oleh sarana dan prasarana sekolah untuk

meningkatkan mutu pendidikan, seperti ada ruang sholat, laboratorium

computer, dan juga ada perpustakaan yang di dalamnya terdapat buku-buku

pelajaran guna menambah wawasan pengetahuan peserta didik dalam

meningkatkan mutu pendidikan.

13
Rohiat, Manajemen Sekolah; Teori Dasar dan Praktik. 2008. Bandung: PT Refika Aditama, h 51
14
Rohiat, Manajemen Sekolah; Teori Dasar dan Praktik. h 52
56

Proses dari sebuah pendidikan merupakan berubahnya sesuati menjadi

sesuatu yang lebih baik dalam sebuah satuan pendidikan. Proses yang dimaksud

bisa saja berupa proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan

kelembagaan, proses pengeloaan program, proses belajar mengajar, dan proses

monitoring dan evalusi.

Dari segi proses di SMAN 26 Bone dapat dikatakan bermutu di karenakan

sekolah SMAN 26 Bone dalam pengambilan keputusan, baik dalam proses

pengelolaan kelembagaan saling bekerja sama.

Output pendidikan adalah hasil kinerja sekolah yang berkaitan dengan

prestasi sekolah dari proses penyelenggaraan pendidikan. Mutu dari output

sekolah dapat dilihat dari efektivitasnya, produktivitas, efisisensi, inovasi dan

motivasi kerja selama proses penyelenggaraan pendidikan.

2. Peranan komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, yang menyatakan bahwa komite sekolah adalah partisipasi yang

berlaku pada masyarakat selama ini belum diartikan secara universal. Makna
partisipasi yang berlaku secara universal adalah kerjasama yang erat antara

perencana dan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan

mengembangkan suatu program pembangunan.15 Komite sekolah diatur dalam

Keputusan menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 044 / U / 2002

Tahun 2002, tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Komite sekolah

merupakan suatu badan atau lembaga non-profit dan non-politis, yang dibentuk

berdasarkan musyawarah demokratis para stakeholder pendidikan sekolah,

sebagai representasi dari berbagai unsur yang bertanggung jawab terhadap

peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan.16

15
Rohiat, Manajemen Sekolah; Teori Dasar dan Praktik..h.53
16
Depertamen Agama RI. Pedoman Komite Sekolah. 2003. hal. 9
57

Komite sekolah itu tidak selalu berorientasi pada uang, tetapi juga pada hal

hal yang dapat diadakan bersama, seperti membentuk sistem belajar yang baik,

turut serta memecahkan persoalan-persoalan yang ada dan masih banyak lagi

kegiatan lainnya yang dapat dikerjakan bersama tanpa harus mengeluarkan uang.

Jadi komite sekolah itu tidak harus dibentuk untuk membiayai sekolah tersebut

dan yang terpenting jika suatu daerah tergolong miskin bukan berarti tidak dapat

terbentuk komite sekolah, sebab dalam meningkatkan mutu pendidikan dapat

dengan berbagai cara dan tidak hanya dengan uang.

Kontribusi komite sekolah terhadap sekolah yang menyangkut kelembagaan

dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan terjadwal untuk menanmpung

dan membahas berbagai kebutuhan, masalah, aspirasi, serta ide-ide yang

disampaikan oleh anggota komite sekolah, memikirkan upaya-upaya yang

mungkin dilakukan untuk memajukan sekolah, terutama yang menyangkut

kelengkapan fasilitas sekolah, fasilitas pendidikan, pengadaan biaya pendidikan

dan membahas laporan tahunan sekolah sehingga memperoleh gambaran yang

tepat atas penerimaan komite sekolah.


Komite sekolah merupakan badan yang bersifat mandiri dan tidak

mempunyai hubungan hirarkis dengan sekolah maupun lembaga pemerintah

lainnya. Adapun pembentukan Komite Sekolah bertujuan sebagai berikut :

a. Mewadahi dan menyalurkan inspirasi dan prakarsa masyarakat dalam

melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan

pendidikan.

b. Meningkatkan tanggungjawab dan peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan di satuan pendidikan.


58

c. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis

dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di

satuan pendidikan17

Adapun peran yang dijalankan oleh Komite yang ada di SMAN 26 Bone

dalam meningkatkan mutu pendidikan sebagai berikut:

1. Sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency): Komite SMAN 26

Bone sebagai mitra kerja kepala sekolah telah memberikan

pertimbanagannya dalam setiap rencana dan program yang telah disusun

oleh sekolah, selain itu juga komite sekolah memiliki peran

mengidentifikasi sumber daya pendidikan yang ada di sekolah serta

memberikan masukan dan pertimbangan dalam menetapkan RAPBS

termasuk dalam penyelenggaraan rapat-rapat RAPBS.

2. Sebagai badan pendukung (supporting agency), peran komite sekolah

sebagai badan pendukung bagi upaya peningkatan mutu pendidikan

SMAN 26 Bone dapat berupa dukungan finansial, tenaga, dan dukungan

pikiran. Misalnya, komite sekolah ikut membantu dan menunjang dalam


masalah sarana dan prasarana sekolah, dan juga dalam pengembangan

fisik sekolah komite sekolah melakukan serangkaian kegiatan dari

perencanaan, penggalian dana, pelaksanaan sampai pelaporan, dan juga

dalam pengembangan fisik sekolah komite sekolah. ini dilakukan agar

SMAN 26 Bone bisa bersaing dengan sekolah lain karena meningkatnya

sarana dan prasarana ataupun pengembangan fisik sekolah.


Sebagai badan pengontrol (controling agency), komite sekolah di SMAN 26 Bone
melakukan kontrol atau pengawasan pengambilan keputusan kepala sekolah atau
perencanaan pendidikan di sekolah, dan juga mengawasi kualitas pendidikan di
SMAN 26 Bone dengan mengontrol kegiatan sekolah, dan juga mengawasi atau
mengontrolpenambahan fasilitas sekolah dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan. Hasil pengawasan terhadap sekolah akan dijadikan bahan pertimbangan
yang cukup menentukan bagi penyelenggara pendidikan dan peningkatan mutu

17
Depertamen Agama RI. Pedoman Komite Sekolah. 2003. hal. 13-14
59

pendidikan.

3. Sebagai badan mediator (mediator agency), komite sekolah sebagai

penghubung atau mediator antara pemerintah, sekolah orang tua dan

masyarakat memiliki arti, bahwa aspirasi orang tua dan masyarakat

ataupun ada penyampaian sekolah terhadap orang tua siswa semuanya itu

melalui komite sekolah. Peran sebagai mediator ini memerlukan

kecermatan dalam mengedintifikasi kepentingan, kebutuhan dan keluhan

orang tua dan masyarakat. Aspirasi yang disalurkan melalui komite

sekolah dimanfaatkan oleh sekolah sebagai masukan bagi koreksi ke arah

perbaikan. Keberadaan SMAN 26 Bone ini banyak memberi manfaat,

yang mana dengan adanya komite sekolah maka aspirasi orang tua bisa

terwakilkan dan juga apabila ada penyampaian sekolah kepada orang tua

itu disampaikan oleh komite sekolah secara kekeluargaan. Selain itu

pihak sekolah juga selalu mendapat dukungan dari komite sekolah agar

terus dapat meningkatkan mutu pendidikan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari peran komite sekolah dalam

meningkatkan mutu pendidikan SMAN 26 Bone adalah sebagai berikut:

1. Peran Komite Dalam Meningkatakan Mutu Pendidikan SMAN 26 Bone

a. Sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency): Komite sekolah

memberikan pertimbangan dalam menetapkan RAPBS termasuk dalam

penyelenggaraan rapat-rapat RAPBS serta pengadaan sarana dan prasarana

b. Sebagai badan pendukung (supporting agency), peran komite sekolah

sebagai badan pendukung komite sekolah ikut membantu dan menunjang

dalam masalah sarana dan prasarana sekolah, dan juga dalam

pengembangan fisik sekolah komite sekolah melakukan serangkaian

kegiatan dari perencanaan, penggalian dana, pelaksanaan sampai

pelaporan.

c. Sebagai badan pengontrol (controling agency), komite sekolah di SMAN


26 Bone melakukan kontrol atau pengawasan pengambilan keputusan

kepala sekolah dan pengawasan terhadap transparansi alokasi dana RAPBS

agar dapat di pertanggung jawabakan.

d. Sebagai badan mediator (mediator agency), komite sekolah sebagai

penghubung atau mediator bahwa aspirasi orang tua dan masyarakat

ataupun ada penyampaian sekolah terhadap orang tua siswa semuanya itu

melalui komite sekolah.

60
61

B. Saran Peneliti

Sehubungan dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka peneliti

mengajukan beberapa saran, sebagai berikut:

1. Pihak sekolah meningkatkan hubungan kemitraan baik dengan orang tua,

masyarakat dan instansi terkait untuk meningkatkan peran masyarakat

dalam pendidikan di sekolah secara optimal.

2. Komite sekolah dan pihak sekolah sendiri diharapkan dapat mencari

terobosan baru yang dapat menggali dan menghasilkan dana untuk

menunjang keberhasilan program peningkatan mutu pendidikan.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ridwan, Dkk. Penjamin Mutu Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 2015
Anwar, Idhoci. Administrasi Pendidikan Dan Manajmen Biaya Pendidikan, Cet I
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013
Arikunto, Suharismi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006
Ariyadi Ribeli, dkk, “Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Peran Komiote
Sekolah Terhdapa Kinerja Guru”, Jurnal Al-Qiyam 1, No 2, 2020,
Baedowi, Ahmad, Dkk. Manajemen Sekolah Efektif, Tanggerang Selatan: Pustaka
Alvabert, 2015
Bintari, Windi Retno , Peran Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
di SD Negeri Megulung Lor Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo,”
Skirpsi Fakultas Ilmu Pendidikan, UN Yogyakarta, 2014
Cheng, Yin Cheong, Wai Ming Tam, “Multi Models Of Quality In Education”,
Journal Quality Assurance In Education 5, No 1, 1997,
Danim, Sudarman. Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrat Ke Lembaga
Akademik, Jakarta: Bumi Aksara 2008
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah. Petunjuk Pelaksanaan
Penjamin Mutu Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan, Jakarta:
Kemendikbud, 2016
Engkoswara, Dkk. Administrasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2012
Engkoswari Dan Aan Komariah. Administrasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta,
2012
Erdiyanto, dkk, “Manajemen Penningkatan Mutu Pendidikan Dimadrasah Aliyah
Negeri 2 Lebong, Bengkulu”, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 5, No 2
2020
Hariri, Hasan Dkk. Manajemen Pendidikan, Yogyakarta: Media Akademi, 2016
Hartiwi, dkk “The Effect Of Certified Teacher And Participal Leadership Toward
Teacher Performance”, Internasional Jurnal Of Education Riview 2 (1),
(2020),
Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Cet. XII; Jakarta: Rajawali Pers, 2015
Hasbullah. Otonomi Pendidikan, Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2006
Isep Djuanda, “Peningkatan Mutu Pendidikan Dalam Perspektif Manajemen
Berbasis Sekolah”, Jurnal Kordinat 18, No 1
Kementerian Agama RI, Syaamil Al-Qur’an : Miracle The Reference, cet. ke-1
M. Imansyah, dkk, “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Partisipasi
Komite Sekolah Terhadap Kinerja Guru” Jurnal Manajemen
Kepemimpnan, Dan Supervisi Pendidikan 5 No 2. 2020
Margono. Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2002
Maswan, “ Manajemen Mutu Sekolah” Jurnal Tarbawi 12, No 2. 2015

62
63

Misbah, M. “Peran Dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu


Pendidikan”, Jurnal Pemikiran Alternative Pendidikan 14, No 1. 2009
Moleong, Lexi J. Metodelogi Penenliatian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005
Mulyasa, Dedy. Pendidikan Bermutu Dan Berdaya Saing, Bandung: Rosda, 2014
Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah : Konsep Strategi Dan Implementasi,
Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006
Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007
Nakpodia e.d “The Influence Of Communication On Administration Of Secondary
School In The Delta State Nigeria”, Internasional Ngoh Journal. 5
Desember 2010
Nanik Nur Hidayati, Upaya Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Prestasi
Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Kaliboto, Jurnal Pendidikan dan Studi
Keislaman 8 No 3. 2018
Novianti e, dkk “Organizational Communication In Implementing School
Commitee Role In South Tangerang City” Jurnal Of Education and
Learning 11, 2010
Patjastuti, Sri Renani. Komite Sekolah, Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2008
Permendikbud RI No. 75 Tahun 2016 Tentang Komite Sekolah, Jakarta, 2016
Republik Indonesia, Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasinal, Bandung: Fokusmedia, 2009
Rohiat. Manajemen Sekolah, Bandung: PT Refika Aditama, 2010
Rugaiyah Dan Atiek Sismiati. Profesi Kependidikan, Bogor: Ghalia Indonesia,
2011
Rusman. Manajemen Kurikulum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009
Saifulloh, Muh, dkk, “Startegi Peningkatan Mutu Pendidikan Di Sekolah”, Jurnal
Sosial Humaniora 5, No 2. 2012
Salllis, Edwar. Manajemen Mutu Terpadu Pendidika,Cet I Jogjakarta: IRCISOD
Satori, Djma’an Dan Aan Komariah, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: CV
Alfabeta, 2012
Sirajuddin. Peranan Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Agama Islam di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng,
Skripsi Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Uin Alauddin, 2016
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif Dan R&D, Bandung: Alfabet, 2016
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2012
Sukirno. Pedoman Kerja Komite Sekolahi, Yogyakarta: Pustaka Widytama, 2006
Sukmadinata, Nana Syaodih, Dkk. Pengendaloan Mutu Pendidikan Sekolah
Menengah: Konsep, Prinsip, Dan Instrumen, Bandung: Refika Aditama
2006
Syamsuddin, “Peran Komite Sekolah Terhadap Penerapan Kurikulum”, Jurnal
Idarah 2, No 1. 2018
64

Syamsuddin, ”Peran Komite Sekolah Terhadap Penerapan Kurikulum”, Jurnal


Idarah 2, No 1. 2018
Teguh Triwiyanto, “Hambatan Implementasi Program Kerja Komite Sekolah Untu
Meningkatkan Peran Serta Masyarakar”, Jurnal Manajemen dan Supervisi
Pendidikan 2 No 2. 2018
Umeidi. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah,
2001
Uno, Hamzah B. Profesi Kependidikan, Jakarta: Pt Bumi Aksara, 2007
Yulianti. Strategi Pemimpin Madrasah Dalam Meningkatkan Peran Komite
Madrasah Di Mtsn Malang 1, Skripsi Fakultas Tarbiyah Uin Malang, 2007
65
85

LAMPIRAN IV

DOKUMENTASI PENELITIAN

Foto wawancara dengan PLT Kepala sekolah SMAN 26 Bone

foto wawancara dengan guru / wali kelas di SMAN 26 Bone


86

Foto wawancara dengan ketua komite SMAN 26 Bone

Foto wawancara dengan orang tua / wali siswa


87

Foto visi dan misi sekolah SMAN 26 Bone

Struktru organisasi SMAN 26 Bone


88

Foto kondisi sekolah dari dalam


89
90

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ASTRI NILAWATI lahir di Watu di salah satu desa di

kabupaten Bone. Lahir pada tanggal 18 Agustus 1998 dari

rahim seorang Perempuan yang sangat mulia bernama Hj.

Nuraeni dan memiliki seorang ayah yang begitu tangguh dan

gigih bernama Bahtiar. Anak ke 2 dari 3 bersaudara.

Pendidikan di mulai dari SD Negeri 76 Watu Cenrana lulus

tahun 2010, pada tahun yang sama peneliti juga melanjutkan pendidikan di SMP

Negeri I Cenrana lulus pada tahun 2013, selanjutnya peneliti melanjutkan pendidikan

di SMA Negeri I Tellusiattinge kelas MIPA I dan lulus tahun 2016. Di tahun yang

sama peneliti melanjut pendidikan pada perguruan tinggi UIN Alauddin Makassar,

dengan jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

Akhir kata peneliti sangat mengucapkan syukur yang sebesar-besarnya atas

keberhasilan dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Peran Komite Sekolah

dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMAN 26 Bone Kabupaten Bone”

Anda mungkin juga menyukai