Anda di halaman 1dari 75

i

PENGARUH KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA


SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SMP NEGERI 1
BAJENG KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd) Porgram Studi Manajemen Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Oleh:
CHAIDIR SYAHID
NIM : 20300116081

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022

i
ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Chaidir Syahid

Nim : 20300116081

Tempat/Tgl Lahir : Limbung, 03 September 1995

Jurusan : Manajemen Pendidikan Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Alamat : Desa Bontosunggu

Judul : Pengaruh Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah

terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri 1 Bajeng

Kabupaten Gowa

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa

skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika kemudian hari terbukti

bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, atau dibuat oleh orang lain, sebagian

atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal

demi hukum.

Samata-Gowa, 11 Februari 2022

Chaidir Syahid
iii

KATA PENGANTAR

Assalamu' Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, alhamdulillahirabbil' alamin wassalatu wassalamu ala

asrafil ambiyai walmursalin wa'ala alihi washabihi ajmain, Amma ba'du. Puji

syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga

penulis dapat merampungkan skripsi dengan judul "Pengaruh Kompetensi

Manajerial Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri I Bajeng

Kabupaten Gowa ". Ini untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi

serta dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas UIN

Alauddin Makassar.

Penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang

tua tercinta ibunda Hasnah dg Ngai dan ayahanda Muh. Saleh dg Sijaya yang

telah mencurahkan segenap cinta dan kasih sayang serta tidak pernah lelah terus

mendoakan dan mendukung setiap langkahku. Semoga Allah SWT selalu

melimpahkan Rahmat, kesehatan, karunia, dan keberkahan di dunia dan di akhirat

atas budi baik yang telah diberikan kepada penulis. Serta ucapan terima kasih

kepada:

1. Prof. H. Hamdan Juannis, M.A., Ph.D. selaku Rektor UIN Alauddin

Makassar, Prof. Dr. H. Mardan, M.Ag., selaku Wakil Rektor I, Dr.

Wahyuddin, M. Hum., selaku Wakil Rektor II, Prof. Dr. Darussalam,

M.Ag., selaku Wakil Rektor III, Dr. H. Kamaluddin Abunawas, M.Ag.,

selaku Wakil Rektor IV atas jasa-jasanya dalam memberikan dan


iv

mengembangkan sarana pendidikan kepada penulis selama di perguruan

tinggi ini hingga selesai.

2. Dr. H. Marjuni, M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Alauddin Makassar, Dr. M. Shabir U., M.Ag. selaku Wakil Dekan I. Dr. M.

Rusdi T., M.Ag. selaku Wakil Dekan II, dan Dr. Ilyas, M.Pd., M.Si.

selaku Wakil Dekan III Fakulitas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin

Makassar atas jasa-jasanya dalam memberikan dukungan bagi penulis baik

dalam hal akademik, administrasi serta pembinaan yang diberikan

sehingga penlis dapat menyelesaikan studi peneliti.

3. Ridwan Idris, S.Ag., M.Pd dan Dr. Mardiah, S.Ag., M.Pd selaku ketua

jurusan dan sekretaris jurusan Manajemen Pendidikan Islam Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan Uin Alauddin Makassar yang telah memberikan

banyak ilmu selama penulis menimba ilmu di Program Studi Manajemen

Pendidikan Islam.

4. Prof. Dr. H. Moh. Natsir Mahmud, M. A. dan Wahyuni Ismail, S. Ag. M.Si.,

Ph.D. selaku Pembimbing I dan II yang telah banyak meluangkan waktu

untuk memberikan bimbingan, pengarahan, serta dorongan yang sangat

berharga bagi penulis.

5. H. Muh. Wayong, M. Ed., Ph. D. dan Dr. Syamsuddin., M. Pd. I selaku

Penguji I dan II yang telah memberikan banyak masukan, arahan dan

dorongan mangenai skripsi yang telah penulis buat.

6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen di Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

yang telah memberikan banyak ilmu selama penulis menimba ilmu di

Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar.
v

7. Semua pihak pegawai perpustakaan UINAM yang telah membantu

kelancaran penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.

8. Teman angkatan 2016 Jurusan Manajemen Pendidikan Islam yang selama ini

membantu dan selalu memberikan semangat apabila penulis dilanda

kesulitan, kalian sangat berarti dan akanku kenang selalu.

9. Para sahabat-sahabat penulis dan keluarga besar penulis yang selalu

memberikan dorongan, dukungan beserta doa, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah

membantu kelancaran penyusunan skripsi ini. Akhirnya, hanya kepada Allah

SWT penulis memohon ridho dan maghfirahnya, semoga segala dukungan serta

bantuan semua pihak mendapat pahala yang berlipat ganda di sisi Allah SWT,

semoga karya ini dapat bermanfaat kepada para pembaca, Aamin.

Samata-Gowa, 11 Februari 2021

Penulis;

Chaidir Syahid
NIM: 20300116081
vi

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.......................................................ii

KATA PENGANTAR....................................................................................iii

DAFTAR ISI...................................................................................................vi

ABSTRAK.......................................................................................................ix

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus...........................................5
C. Rumusan Masalah..........................................................................6
D. Kajian Pustakan.............................................................................7
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian...................................................12
BAB II TINJAUAN TEORITIS....................................................................
A. Tinjauan Umum Tentang Komite sekolah.....................................14
1. Pengertian Komite sekolah......................................................14
2. Kedudukan komite sekolah......................................................15
3. Tujuan komite sekolah.............................................................16
4. Peran dan fungsi komite sekolah.............................................17
5. Organisasi komite sekolah.......................................................21
B. Mutu pendidikan...................................................................................26
1. Pengertian mutu pendidikan....................................................26
2. Prinsip-prinsip mutu pendidikan..............................................29
3. Ruang lingkup mutu pendidikan..............................................31
4. Bentuk-bentuk mutu pendidikan..............................................32
5. Standar mutu pendidikan.........................................................37
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................
A. Jenis dan Lokasi Penelitian............................................................39
B. Sumber Data..................................................................................40
C. Teknik Pengumpulan Data.............................................................40
D. Instrumen Penelitian......................................................................41
E. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data..........................................42
F. Pengecekan Keabsahan Data.........................................................43

BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................


A. Hasil Penelitian..............................................................................49
1. Pemberi pertimbangan (advisory agency) ................................49
2. Pendukung (supporting agency)...............................................50
3. Pengontrol (controlling agency) ..............................................51
4. Mediator (mediator agency) .....................................................52
C. Pembahasan...................................................................................54

BAB V PENUTUP..........................................................................................59
vii

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................61

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii

DAFTAR TABEL
ix

ABSTRAK
Nama : Chaidir Syahid
Nim : 20300116081
Jurusan : Manajemen pendidikan islam
Judul : Pengaruh Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah terhadap
Kinerja Guru di SMP Negeri I Bajeng Kabupaten Gowa
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu pengalaman belajar dari seseorang agar dapat

mengembangkan segala potensi pada dirinya. Pendidikan bisa ditempuh melalui

formal dan informal itu tergantung kesepakatan dan kemauan dari peserta didik.

Faktor pendorong pengelolaan pendidikan adalah sumber daya manusia yang baik

dan berkompeten dalam bidang pendidikan.

Pada umumnya peserta didik memerlukan seseorang yang bisa dijadikan

panutan dan teladan yang dapat mengarahkan pada jalan yang di ridhoi Allah

Yang Maha Kuasa, peringatan bagi orang-orang yang mengerti dan dapat

menjelaskan serta mengamalkan syariat Allah SWT. Allah SWT mengutus

melalui keteladanan para Rasul-RasulNya menjelaskan berbagai syariat.1 Dalam

menempuh pendidikan seorang individu diharapkan mampu memiliki bekal agar

dalam pengembangan metode berfikir dapat memecahkan suatu masalah dalam

ketercapaiannya pada satuan pendidikan yang dimaksud.


Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

Tentang sistem pendidikan nasional (SISDIKNAS) bahwa :


Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan pengembangan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa , berakhlak mulia, sehat cakap, berilmu, keratif, mandiri
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

1
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah Dan Masyarakat
( Cet. II; Jakarta: Gema Insani Press, 2005), h. 260
2
Republik Indonesia,Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Cet. V; Jakarta : Sinar Grafika,2013), h. 3

1
17

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang baik yaitu

pendidikan yang mampu merubah pola pikir peserta didik menjadi berkualitas

dan mampu bersaing dalam lembaga kependidikan.

Keberhasilan dunia pendidikan dalam menciptakan sumber daya manusia

yang berkualitas tidak hanya bergantung pada seberapa banyak ilmu pengetahuan

yang diajarkan kepada peserta didik, tetapi juga keterampilan profesional yang

dilatihkan dan diajarkan kepada peserta didik. Apabila membahas tentang

perencanaan sumber daya manusia, yang menjadi fokus perhatian ialah langkah-

langkah tertentu yang diambil oleh manajemen guna lebih menjamin bahwa bagi

organisasi tersedia tenaga kerja yang tepat untuk menduduki sebuah kedudukan,

jabatan, dan pekerjaan yang tepat, ke semuanya dalam rangka mencapai tujuan

dan berbagai sasaran yang telah dan akan ditetapkan.3

Keberadaan kepala sekolah sebagai penggerak utama roda pendidikan

disuatu sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional menurut suatu

profesionalisme dan komitmen yang tinggi dalam menjalankan tugasnya. sebagai

kepala sekolah yang memiliki peran sebagai manajer mempunyai tugas dan

tanggung jawab yang besar dalam mengelola sekolahnya tidak terlepas dari

kemampuan kepala sebagai pemimpin sekolah dalam melaksanakan peranan dan

fungsinya sebagai kepala sekolah.4

Seorang kepala sekolah dituntut harus mampu memiliki kesiapan dalam

mengelola sekolah, kesiapan pimpinan yang dimaksud disini adalah kemampuan

manajerial yang berkaitan dengan Peraturan Menteri No 13 Tahun 2007 Tentang

Standar Kepala sekolah/Madrasah, ditegaskan bahwa ada lima kompetensi dasar

3
Sondang, Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Pt. Bumi Aksara 2006)
h. 41
4
Asep kurniawan, “kemampuan manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja
guru untuk menciptakan sekolah yang bermutu”, jurnal holistic, volume 12 nomor 1, 2011, h. 29

17
18

yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah, yakni “kompetensi kepribadian,

manajerial, supervisi, kewirausahaan, dan sosial”. 5

Kedudukan kepala sekolah dalam penyelenggaraan sebuah pendidikan di

sekolah merupakan figur utama yang memiliki tanggung jawab terhadap lancar

tidaknya kegiatan proses pendidikan di sekolah. Kepala sekolah sangat memiliki

peranan yang mempengaruhi dalam mengkoordinasikan, menggerakkan, dan

menyelaraskan semua sumber daya pendidikan yang tersedia di sekolah.

kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong

sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sarana sekolahnya melalui

berbagai program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap.

Kepala sekolah dituntut harus mempunyai kemampuan manajemen dan

kepemimpinan yang memadai agar mampu mengambil sebuah inisiatif dan

prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah.6


Sebagaimana Danim dan Suparno menyatakan bahwa ;

“Kepala sekolah bertanggung jawab menjaga, dan memotivasi guru, peserta didik,
dan staf administrasi sekolah agar mau dan mampu melaksanakan ketentuan dan
peraturan yang berlaku di sekolah. disinilah esensi bahwa kepala sekolah harus
mampu menjalankan peran kekepalasekolahannya dan kemampuannya di bidang
manajemen sekolah.”7
Pendapat sebelumnya menunjukkan bahwasanya peran kepala sekolah

sangat penting untuk menjadikan sekolah pada tingkatan yang efektif.

Kemampuan profesional kepala sekolah dan kemauan untuk bekerja keras dalam

memberdayakan seluruh potensi sumber daya sekolah menjadi jaminan

5
Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Ri No. 13 Tahun
2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
2007).
6
Ismuha, Dkk, “Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja
Guru Pada Sd Negeri Lamklat Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar”, Jurnal
Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 4, No 1, (2016) h, 47
7
Sudarman Denim, dan Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional
Kekepalasekolahan. (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), h. 4
19

keberhasilan sebuah sekolah. untuk mengefektifkan pelaksanaan pekerjaannya

dan dapat mendayagunakan seluruh potensi sumber daya yang ada di sekolah

maka kepala sekolah harus memahami peranannya.


Organisasi dengan pola kerjasama sebagai proses mencapai tujuan juga

dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat As-Saff ayat 4 yang berbunyi;

‫هّٰللا‬
‫ص‬ ُ ‫صفًّا َكاَنَّ ُه ْم بُ ْنيَانٌ َّم ْر‬
ٌ ‫ص ْو‬ َ ‫اِنَّ َ يُ ِح ُّب الَّ ِذ ْي َن يُقَاتِلُ ْو َن فِ ْي‬
َ ‫سبِ ْيلِ ٖه‬

Artinya : Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-


Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu
bangunan yang tersusun kokoh.8

Hal ini memang sangat ditekankan oleh Nabi Muhammad SAW saat

berdakwah di Madinah, ketika surat ini diturunkan. Dimana, penguatan organisasi

dan persekutuan menjadi titik tekan dakwah Nabi di Madinah, berbeda dengan

titik tekanan dakwah Nabi ketika di Mekah yang menitikberatkan pada penguatan

akidah dan semangat ummat Islam saat itu.

Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suryosubroto bahwa

kepala sekolah wajib mendayagunakan seluruh personil sekolah secara efektif dan

efisien agar tujuan penyelenggaraan pendidikan di sekolah tercapai dengan

optimal.9

Keberadaan kepala sekolah sebagai penggerak utama roda pendidikan di

suatu sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional menuntut

profesionalisme dan komitmen yang tinggi dalam melaksanakan tugas. kualitas

kepemimpinan dari kepala sekolah sangat menentukan mutu pendidikan pada

sekolah yang sedang dipimpinnya.

8
Kementerian Agama RI, Syaamil Al-Qur’an : Miracle The Reference, cet. 1, (Bandung :
PT Sygma Publishing, 2010), h. 1099.
9
Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta) 2010,
h, 86
20

Berhubungan dengan itu, Supriadi sebagaimana dikutip oleh Mulyasa

berpendapat: Erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai

aspek kehidupan sekolah seperti di siplin sekolah, iklim sekolah dan menurunnya

perilaku nakal dari peserta didik.10 Kepala sekolah memiliki peranan yang begitu

besar terhadap proses pencapaian dari tujuan pendidikan, demikian halnya dengan

guru. Guru akan baik kinerjanya jika kepala sekolah senantiasa membina dan

membimbingnya. Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem

pendidikan secara keseluruhan. Guru selalu berkaitan dengan komponen manapun

yang ada dalam pendidikan dan merupakan komponen yang paling mempengaruhi

terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas.

Berdasarkan undang-undang RI No. 14 tahun 2005 tenaga pendidik dan

dosen pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa ”Bahwa guru adalah pendidik profesional,

dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi siswa pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,

dan pendidikan menengah”.11

Sejak adanya peraturan perundang-undangan yang mengikat tentang tugas

dan fungsi dari guru secara profesional, maka guru dituntut untuk dapat

menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Supardi mengemukakan bahwa

guru sangat menentukan keberhasilan pendidikan di suatu negara, karena guru

adalah pemimpin pembelajaran, fasilitator, dan sekaligus merupakan pusat

inisiatif pembelajaran. Oleh sebab itu, guru harus mampu senantiasa

mengembangkan diri secara mandiri tidak bergantung kepada inisiatif kepala

sekolah dan supervisor saja.12

10
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya)
2006, h. 25
11
Undang-Undang Guru Dan Dosen, (Uu Ri No 14 Tahun 2005), (Cet. III; Jakarta: Sinar
Grafika, 2010).h. 3-8
12
Supardi, Kinerja Guru, (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada), 2014, h. 7
21

Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti lakukan, pada tanggal 13

November 2019 melalui pengamatan yang peneliti lakukan dimana guru masih

sering terlambat datang ke sekolah. Sedangkan hasil wawancara dengan guru,

peneliti memperoleh informasi bahwa kepala sekolah kurang melakukan

pengontrolan terhadap guru yang berkaitan dengan pengelolaan kelas dan adanya

guru yang absen dengan alasan tertentu sehingga tidak menghadiri rapat yang

dilakukan oleh kepala sekolah.13

Berdasarkan hasil dari observasi awal tersebut penulis tertarik untuk

mengambil judul penelitian skripsi yang berjudul pengaruh kompetensi manajerial

kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMP negeri 1 Bajeng.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran kompetensi manajerial kepala sekolah di SMP

Negeri 1 Bajeng kabupaten Gowa ?

2. Bagaimana gambaran kinerja guru di SMP Negeri 1 Bajeng Kabupaten

Gowa ?

3. Apakah terdapat pengaruh kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap

kinerja guru di SMP Negeri 1 Kabupaten Gowa?


C. Definisi Operasional Dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional bertujuan untuk menghindari terjadinya kekeliruan

dalam penafsiran tentang judul di atas, maka penulis merasa sangat perlu untuk

memperjelas dan mempertegas variabel yang diteliti, sehingga setelah

dirangkaikan maka dalam kalimat maksudnya dapat dimengerti yakni;

a. Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah (Variabel X)

13
Wawancara dengan Ibu Kurniati Nengsi, tanggal 13 November 2019
22

Kompetensi kepala sekolah adalah kepala sekolah sebagai manajer harus

mampu mengatur agar semua potensi berupa sumber daya manusia (SDM) dan

sarana prasarana sekolah di sekolah dapat berfungsi secara optimal. Hal ini dapat

dilakukan jika kepala sekolah mampu melakukan fungsi-fungsi manajemen

dengan baik, yang meliputi;

1. Perencanaa

2. Pengorganisasian

3. Pergerakan

4. Evaluasi14

b. Kinerja Guru (Variabel Y)

Kinerja guru adalah keberhasilan guru berdasarkan hasil gambaran kerja

yang dilakukan oleh guru berkaitan dengan tugas yang di embangnya sebagai

pendidik dan tanggung jawabnya. Oleh karena itu, untuk dapat menilai kinerja

dapat dilakukan dengan mengamati guru melalui indikator-indikator dari setiap

aspek kinerja yang meliputi:

1. Perencanaan pembelajaran

2. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran

3. Evaluasi atau penilaian pembelajaran15

Berdasarkan indikator-indikator yang dijelaskan sebelumnya, maka

pengukuran dan penilaian terhadap kinerja seorang guru akan lebih muda dan

berdasarkan indikator-indikator tersebut akan menjadi dasar dalam melakukan

penelitian yang dilakukan.

2. Ruang Lingkup Penelitian

14
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(Ktsp) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta; Grafindo Persada 2007), h. 1
15
Depdiknas, Tentang Guru dan Dosen,(Jakarta: Balai Pustaka 2008), h. 75
23

Ruang lingkup penelitian ini adalah kemampuan manajerial kepala sekolah

dan kinerja guru di SMP Negeri 1 Bajeng Kabupaten Gowa. Dengan tujuan untuk

mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kompetensi manajerial kepalah

sekolah terhadap peningkatan kinerja guru di SMP Negeri 1 Bajeng Kabupaten

Gowa.

D. Kajian Pustaka

Peneliti melakukan penelusuran terhadap penelitian-penelitian terdahulu,

dari hasil penelitian terdahulu, diperoleh beberapa masalah yang berkaitan dengan

masalah yang akan diteliti, yakni;

1. Diana Fatmawati Pawennary dalam skripsinya yang berjudul tentang

Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Menengah Pertama Se

Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul Penelitian ini menggunakan

pendekatan deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian adalah Kepala SMP se

Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul. Pengumpulan data

menggunakan angket tertutup yang bersifat tidak langsung. Responden

pada penelitian ini adalah 147 guru SMP se Kecamatan Banguntapan.

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif

kuantitatif dengan persentase. Untuk Validitas data menggunakan validitas

butir. Selanjutnya reliabilitas data menggunakan teknik Cronbach's Alpha.

Hasil penelitian menunjukkan kompetensi manajerial kepala sekolah se

kecamatan Banguntapan dalam kategori tinggi yaitu dengan capaian

persentase 76,58%.Dilihat per aspek; (1) aspek perencanaan memiliki

kategori tinggi dengan jumlah capaian persentase mencapai 77,31%; (2)

aspek kepemimpinan memiliki kategori tinggi dengan jumlah capaian

persentase mencapai 78,70%; (3) aspek pengorganisasian memiliki

kategori tinggi dengan jumlah capaian persentase mencapai 76,25%; (4)


24

aspek penggerakan memiliki kategori tinggi dengan jumlah capaian

persentase mencapai 76,15%; dan (5) aspek pengawasan memiliki kategori

tinggi dengan jumlah capaian persentase mencapai 75,40%.Berdasarkan

hasil tersebut maka, aspek yang mempunyai kategori tinggi adalah aspek

kepemimpinan dengan capaian jumlah persentase 78,70%. Kemudian

aspek yang memiliki jumlah persentase paling lemah adalah aspek

pengawasan dengan capaian jumlah persentase 75,40%.16 Persamaan

penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan yakni pada

metode penelitian yang menggunakan metode kuantitatif dan sama-sama

membahas tentang kompetensi manajerial kepala sekolah. Sedangkan yang

menjadi pembeda penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis

lakukan yakni penelitian tersebut ditujukan untuk kepala sekolah se

kecamatan banguntapan sedangkan pada penelitian yang penulis lakukan

yakni pada peningkatan kinerja guru.

2. Taswir dalam jurnalnya Manajerial Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan

Kinerja Guru Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2

Sinabang Kabupaten Simeulue. Dalam hasil penelitiannya tersebut

menjelaskan bahwa 1. Kemampuan manajerial kepala sekolah dalam

menyusun program perencanaan peningkatan kinerja guru yang

dirumuskan oleh kepala sekolah melibatkan pengawas sekolah dimulai

dengan tahun ajaran baru antara lain; melaksanakan supervisi terhadap

guru baik administrative maupun pembelajaran, melakukan penilaian

kinerja guru produktif, mengaktifkan forum KKG (Kelompok Kerja Guru)

dan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) di sekolah, pembagian

16
Dian Fatmawati Pawennari, Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Menengah
Pertama Se Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul, Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Pendidikan 2013), h. 78-79
25

tugas tambahan bagi guru misalnya wakil kepala sekolah, dan kepala

laboratorium. 2. Strategi yang dilakukan kepala sekolah dalam

pelaksanaan kinerja guru produktif yang telah dilakukan antara lain;

melakukan supervisi terhadap guru, membimbing guru dalam menyusun

perangkat pembelajaran, menerapkan berbagai model pembelajaran,

memberikan motivasi kerja kepada guru, mengikutsertakan guru dalam

berbagai kegiatan pelatihan, memberikan kesempatan bagi para guru untuk

melanjutkan pendidikan dalam rangka peningkatan kompetensi. 3.

Dampak yang ditimbulkan dari proses pembinaan yang dilakukan kepala

sekolah dalam usaha meningkatkan kinerja guru, yaitu dengan tidak

adanya perubahan sikap guru yang mengarah kepada perubahan yang lebih

baik. 4. Kendala yang di alami dalam upaya peningkatan kinerja guru

antara lain; keterbatasan jumlah guru yang produktif, keterbatasan biaya,

keterbatasan waktu, terbatasnya sumber daya manusia pelatihan/instruktur

dari berbagai jurusan keahlian.17 Persamaan penelitian tersebut dengan

penelitian yang penulis lakukan yakni membahas manajerial kepala

sekolah dan peningkatan kinerja guru. Sedangkan yang menjadi pembeda

penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan yakni

penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif sedangkan penelitian

yang penulis lakukan yang menggunakan metode kuantitatif, dan

penelitian tersebut lebih membahas tentang perencanaan, dampak dan

kendala yang dihadapi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru.

3. Dahlan, Hermanu Iriawan, dan Hamdan dalam jurnalnya Pengaruh

Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah terhadap Kompetensi Sosial Guru

17
Taswir, Manajerial Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pada Sekolah
Menengah Kejuruan (Smk) Negeri 2 Sinabang Kabupaten Simeulue, Jurnal Ilmiah Didaktika 15
No 2, (2014), h. 300-301
26

Di SMA Negeri 11 Makassar. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

kemampuan konseptual, kemampuan manusiawi dan kemampuan teknik

dapat memberikan pengaruh sebesar 43,40% terhadap kompetensi sosial

guru di SMA Negeri 11 Makassar. Tingkat kompetensi manajerial kepala

sekolah SMA Negeri 11 Makassar berada dalam kategori baik, dilihat dari

aspek kemampuan konseptual, kemampuan manusiawi, dan kemampuan

teknik, dan tingkat kompetensi sosial guru berada dalam kategori baik,

dilihat dari aspek kemampuan beradaptasi, kemampuan berkomunikasi,

dan kemampuan berinteraksi. Terdapat pengaruh yang signifikan antara

kompetensi manajerial kepala sekolah dengan kompetensi sosial guru. 18

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan

yakni sama-sama membahas tentang kompetensi manajerial dari kepala

sekolah dan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Sedangkan yang

menjadi perbedaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang

dilakukan penulis terletak pada variable ke 2 yang membahas tentang

kompetensi sosial guru sedangkan penelitian yang dilakukan penulis hanya

membahas peningkatan kinerja guru.19

4. Adi Anwar Faisal, dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh

Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru Sekolah

Dasar Negeri Se-Kecamatan Kotagede Yogyakarta”. Hasil skripsinya

yakni menunjukkan bahwa kemampuan manajerial kepala sekolah yang

terdiri dari aspek perencanaan, pengorganisasian, evaluasi dan

kepemimpinan dalam kategori baik dengan nilai rata-rata 3,03. Kinerja


18
Dahlan, Dkk, Pengaruh Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi
Sosial Guru di SMA Negeri 11 Makassar, Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Public 7 No 2 (2017), h.
66
19
Adi Anwar Faisal, “Pengaruh Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah Terhadap
Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Kotagede Yogyakarta. E-Journal Pascasarjana
UNY, Vol 1 Tahun 2013
27

guru yang terdiri dari aspek persiapan, proses dan penilain pembelajaran

dalam kategori baik dengan nilai rata-rata sebesar 3,35. Pengaruh

kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kinerja guru menunjukkan

bahwa faktor kemampuan manajerial memberikan sumbangan efektif

sebesar 0,591 dapat diartikan 59% kinerja guru dipengaruhi oleh

kemampuan manajerial kepala sekolah. Hal itu juga diartikan bahwa 41%

merupakan pengaruh dari variabel yang tidak diteliti. Penelitian tersebut

memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan penulis

lakukan yakni persamaannya adalah sama-sama menggunakan variabel

kemampuan manajerial kepala sekolah dan kinerja guru. Sedangkan yang

menjadi pembeda penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan

peneliti terletak pada lokasi penelitian, jumlah sampel, dan jenis

penelitian.

5. Taufiq Andrian, dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Kemampuan

Manajerial Kepala Sekolah dan Kompensasi Non-Finansial Terhadap

Kinerja Guru SMPN Se-Kabupaten Sleman”. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa kemampuan manajerial kepala sekolah mempunyai

[pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru SMP se-Kabupaten

Sleman dengan sumbangan efektif sebesar 38,1% . pemberian kompensasi

non-finansial mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

guru dengan memberikan sumbangan efektif sebesar 18,6%. Pengaruh

kemampuan manajerial kepala sekolah dan kompensasi non-finansial

secara simultan mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap

kinerja guru yakni sebesar 56,7%. Persamaan penelitian tersebut dengan

penelitian yang dilakukan oleh penulis yakni sama-sama membahas

tentang kompetensi manajerial kepala sekolah dan kinerja guru sedangkan


28

yang menjadi pembeda penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis

lakukan yakni pada variabel penelitian yang membahas tentang

kompensasi non finansial, lokasi dan jumlah sampel yang digunakan.20

E. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari masalah penelitian. Hipotesis

merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap

paling mungkin dan paling tinggi tingkat keberadaannya. Secara teknis, hipotesis

dapat didefinisikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang akan diuji

kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian, secara

statistik, hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan

diuji.21 Berdasarkan dengan pernyataan tersebut maka hipotesis dalam penelitian

ini yakni;

1. Hipotesis (H0) dinyatakan dengan dalam kalimat negatif.

● Tidak terdapat pengaruh Kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap

kinerja guru di SMP Negeri 1 Bajeng Kabupaten Gowa

2. Hipotesis (Ha) dinyatakan dengan kalimat positif.

● Terdapat pengaruh positif kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap

kinerja guru di SMP Negeri 1 Bajeng Kabupaten Gowa.

Berdasarkan dari teori hipotesis sebelumnya maka hipotesis peneliti adalah

Terdapat pengaruh positif kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap kinerja

guru di SMP Negeri 1 Bajeng Kabupaten Gowa.

F. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

20
Andriyan, rofiq, “Pengaruh Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan Kompensasi
Non Finansial Terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri Se-Kecamatan Sleman”
E-Journal Pascasarjana UNY 2 tahun 2013
21
Sumadi Suryabrata, Metodologi Pendidikan (Cet Xxv; Jakarta: Raja Grafindo, 2014), h.
21-22
29

1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui kemampuan manajerial kepala sekolah di SMP

Negeri 1 Bajeng kabupaten Gowa

b. Untuk mengetahui kinerja guru di SMP Negeri 1 Bajeng Kabupaten

Gowa

c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kemampuan manajerial

kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMP Negeri 1 Kabupaten

Gowa?

2. Kegunaan penelitian

a. Secara teoritis

1) Dapat memberikan informasi dan menambah khasanah keilmuan tentang

pengetahuan pengaruh manajerial kepala sekolah terhadap peningkatan

kinerja guru.

2) Dapat digunakan sebagai bahan referensi dan bahan informasi yang dapat

digunakan sebagai gambaran dalam penelitian selanjutnya.

b. Secara praktis

1) Bagi pembaca, sebagai bahan pertimbangan dan sambungan pikiran

tentang pengaruh kompetensi manajerial kepala sekolah dalam

meningkatkan kinerja guru.

2) Bagi peneliti, sebagai bahan pembelajaran dan sebagai persyaratan dalam

meraih gelar sarjana.

BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah


30

1. Pengertian Kompetensi

Kepala sekolah merupakan bagian dari komponen pendidikan yang dapat

berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru. Kepala sekolah memiliki

tanggung jawab terhadap penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi

sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta

pemeliharaan sarana dan prasarana.

Menurut Sagala, kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki oleh kepala sekolah dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.22 Kemampuan tersebut dimaksud

agar kepala sekolah dapat melaksanakan tugas secara baik, dan berkualitas, maka

demikian, kompetensi kepala sekolah adalah pengetahuan keterampilan dan nilai-

nilai-nilai dasar yang direfleksikan seorang kepala sekolah dalam kebiasaan

berpikir dan bertindak secara konsisten yang memungkinkannya menjadi

kompeten atau kemampuannya dalam mengambil sebuah keputusan tentang

penyediaan, pemanfaatan dan peningkatan potensi sumber daya yang ada untuk

meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya.

Menurut Undang-undang Guru dan Dosen Nomor 14 tahun 2005

disebutkan bahwa kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, perilaku dan

22
Sagala S, “Kemampuan Profesional Guru Dan Tenaga Kependidikan” (Bandung;
Alfabeta), 2009, h. 126
18

keterampilan yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dan dosen

dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.23

Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 13 tahun 2007 tentang

standard kepala sekolah bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala

sekolah yakni, 1) kompetensi kepribadian, 2) kompetensi manajerial, 3)

kompetensi kewirausahaan, 4) kompetensi supervise, dan 5) kompetensi sosial.24

Kompetensi seseorang menjadi ciri dasar setiap individu yang dapat

dikaitkan dengan standar kriteria yang efektif dari penjelasan di atas dapat

dikemukakan bahwa kompetensi di samping menentukan perilaku dan kinerja

seseorang juga dapat menentukan apakah seseorang itu pekerjaannya sesuai

dengan standar kriteria yang telah ditentukan.

2. Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah

Istilah manajerial merupakan kata sifat yang berhubungan dengan

kepemimpinan dan pengelolaan. Beberapa materi dari kata manajerial yang sering

disebutkan sebagai kata lain dari management yang berarti to handle yang berarti

mengurus, menangani, ataupun mengendalikan. Manajemen merupakan kata

benda yang dapat diartikan pengolahan, kata pimpinan atau kata laksana25

Kata manajemen menurut Mochtar Effendy yang berasal dari bahasa

Inggris yakni to manage yang bersinonim dengan kata to hand yang berarti

mengurus, to control memeriksa, dan to guide yang berarti memimpin. Jadi,

23
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen
(Bandung:Citra Umbara,2006) 2006
24
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standard
Kepala Sekolah/Madrasah
25
Ulbert Silalahi, Studi Tentang Ilmu Administrasi, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo,2002) h. 135

18
19

manajemen berarti pengendalian pengurusan, memimpin atau membimbing.26

Manajemen merupakan suatu disiplin ilmu untuk mengetahui kemana arah yang

dituju, kesukaran apa saja yang harus dihindari, kekuatan-kekuatan apa yang

harus dijalankan dan bagaimana memimpin para guru dan staf secara efektif tanpa

adanya pemborosan dalam proses pengerjaanya. Melayu S.P Hasibuan

mengatakan bahwa manajemen merupakan ilmu dan seni mengatur proses

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya secara efektif dan efisien

untuk mencapai suatu tujuan tertentu.27

Dari definisi sebelumnya, maka dapat diketahui bahwasanya manajemen

adalah suatu ilmu dan seni yang dimiliki oleh manusia dalam upaya

memanfaatkan sumber daya manusia, dan sumberdaya yang lainnya dalam

kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang

dilakukan secara efektif dan efisien dengan melibatkan semua anggota secara aktif

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Kompetensi manajerial dapat diartikan sebagai kemampuan mengelola

sumber daya melalui kegiatan perecenaaan, pengorganisasian, pergerakan atau

pelaksanaan, dan pengevaluasian. Menurut Kunandar kepala sekolah sebagai

manajer harus mampu mengatur agar semua potensi sekolah dapat berfungsi

secara optimal. Hal ini dapat dilakukan jika kepala sekolah mampu melaksanakan

fungsi-fungsi manajemen dengan baik, yang meliputi; 1 perencanaan, 2

pengorganisasian, 3 pengarahan atau pengendalian, dan 4 pengawasan.28

26
Moctar Efendy, Manajemen: Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, (Jakarta: Pt
Bhratara Karya Aksara,1986) h. 6
27
Malayu Sp Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian Dan Masalah, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2001), h. 2
28
Kunandar, Guru Professional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sikses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Grafindo Persada, 2007), h. 1
20

Pada prinsipnya pengertian manajemen mempunyai beberapa karakteristik

sebagai berikut: 1. Ada tujuan yang ingin dicapai, 2. Sebagai perpaduan ilmu dan

seni, 3. Merupakan proses yang sistematis, terkoordinasi, koperatif dan

terintegrasi dalam pemanfaatan unsur-unsurnya. 4. Ada dua orang atau lebih yang

bekerjasama dalam suatu organisasi, 5. Didasarkan pada pembagian kerja, tugas

dan tanggung jawab, 6. Mencakup beberapa fungsi, 7. Merupakan alat untuk

mencapai tujuan.29

Manajemen adalah suatu proses dimana pengelolaan sumber daya yang

memiliki empat fungsi. Hal ini sesuai dengan pendapat dari George R. Terry

dalam Sutopo yang menyatakan bahwa fungsi manajemen mencakup planning,

organizing, directing/actuating, dan controlling, 30

Proses kegiatan manajemen di dunia pendidikan merupakan suatu sistem

yang terdiri dari sub-sub sistem yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

Kegiatan tersebut merupakan suatu kesatuan yang saling mempengaruhi.

Perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan tidak dapat

dipisahkan satu dengan yang lainnya meski pelaksanaannya dikerjakan oleh unit-

unit yang berbeda. Apabila proses kegiatan tersebut menjadi suatu siklus proses

kegiatan yang dapat menunjang perkembangan dan peningkatan kualitas kerja.

Upaya pencapaian tujuan pendidikan harus direncanakan dengan

memperhitungkan sumber daya, situasi dan kondisi yang ada dalam rangka

mencapai tujuan yang efektif. Semua sumberdaya yang terkait dan pelaksanaan

kegiatan tersebut perlu dikoordinasikan secara terpadu agar tercapainya tujuan

tersebut, keterpaduan kerja organisasi memerlukan pengarahan, dorongan,

29
Malayu Sp Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian Dan Masalah, h. 3
30
Sutopo, Administrasi Manajemen dan Organisasi, (Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara, 1999). h. 14
21

koordinasi dan kepemimpinan yang efektif. pelaksanaan semua kegiatan tersebut

harus dikendalikan, dimonitor dan dievaluasi keefektifannya dan keefisienannya.

Hasilnya merupakan kebalikan yang sangat berguna untuk menyempurnakan

perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan kegiatan yang akan datang.31

Seorang manajer dalam hal ini kepala sekolah disamping harus

melaksanakan proses manajemen yang merujuk pada fungsi manajemen, juga

dituntut untuk memahami sekaligus menerapkan seluruh substansi kegiatan

pendidikan.

Sebagai administrasi, kepala sekolah bertugas untuk membangun

manajemen sekolah serta bertanggung jawab dalam pelaksanaan keputusan

manajemen dan kebijakan sekolah. Kepalah sekolah sebagai salah satu kategori

administrator pendidikan perlu melengkapi wawasan kepemimpinan

pendidikannya, dengan pengetahuan dan sikap yang antisipatif terhadap

perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, termasuk perkembangan

kebijakan makro pendidikan. Wujud perubahan dan perkembangan yang aktual

saat ini adalah semakin tingginya aspirasi masyarakat terhadap pendidikan dan

gencarnya tuntutan kebijakan pendidikan yang meliputi peningkatan aspek-aspek

pemerataan kesempatan, mutu efisiensi dan relevansi.

Di antara tugas dan fungsi seorang kepala sekolah adalah sebagai manajer.

A.F Stoner menjelaskan bahwa keberadaan manajer pada suatu organisasi

diperlukan. Menurut Stoner ada delapan fungsi seorang manajer yang harus

dilaksanakan dalam sebuah organisasi yaitu;

1) Bekerja dan dengan melalui orang lain

2) Dengan waktu dan sumber yang terbatas mampu menghadapi persoalan

31
Hendyat Sutopo, Manajemen Pendidikan, (Malang: Pasca Um, 2001), h. 5
22

3) Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan

4) Berpikir secara realistis dan konseptual

5) Adalah juru penengah

6) Seorang politisi

7) Seorang diploma

8) Mengambil keputusan yang sulit32

Kedelapan fungsi manajer yang dikemukakan oleh Stoner tersebut tentu

saja berlaku bagi setiap organisasi apapun, termasuk kepala sekolah. Dalam

rangka melaksanakan peran dan fungsinya sebagai manajer. Kepala sekolah harus

mempunyai strategi yang tepat untuk meningkatkan kinerja guru melalui

kerjasama yang kooperatif, memberikan dorongan dan kesempatan bagi guru

untuk meningkatkan profesinya . menurut Mulyasa ada beberapa strategi yang

dapat dilakukan kepala sekolah dalam peningkatan kinerja guru sebagai berikut;

1) Memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama yang

dimaksudkan bahwa dalam peningkatan kinerja tenaga kependidikan

kepala sekolah harus mementingkan kerjasama dengan tenaga

kependidikan dna pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap

kegiatan. Sebagai manajer kepala sekolah harus mau mendayagunakan

seluruh sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi dan

mencapai tujuan. Kepala sekolah harus mampu bekerja melalui orang lain.

2) Memberikan kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk

meningkatkan profesinya, sebagai manajer kepala sekolah harus bersikap

demokratis dan memberi kesempatan kepada semua tenaga kependidikan

untuk mengembangkan potensinya masing-masing.

32
James A.F Stoner, Management, (Second Edition, Englewood Cliffs: Prentice Hall Inc,
1982), h. 8-13
23

3) Mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam setiap

kegiatan di sekolah (partisipatif). Hal ini kepala sekolah dapat berpedoman

pada asas tujuan, keunggulan, mufakat, persatuan, empiris, keakraban dan

asan integritas.33

Kepala sekolah Dalam rangka mencapai tujuan organisasional, pada

dasarnya mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melakukan perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan terhadap seluruh sumber daya

yang ada dan kegiatan yang dilakukan di sekolahnya. Adapun penjelasan

mengenai unsur atau fungsi dari manajemen yakni;

a) Perencanaan (Planing)

Perencanaan adalah keseluruhan proses dan penentuan secara matang

tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditentukan.34 Dalam perencanaan ini dirumuskan dan

ditetapkan seluruh aktivitas lembaga yang menyangkut apa yang harus dikerjakan,

mengapa dikerjakan, dimana dikerjakan, kapan dikerjakan, siapa yang

mengerjakan dan bagaimana hal itu dikerjakan. Kegiatan yang dilakukan dalam

proses perencanaan dapat meliputi penetapan tujuan, penegakan strategi, dan

pengembangan rencana untuk mengkoordinasikan kegiatan. Kepala sekolah

sebagai manajer di sekolah mempunyai tugas untuk membuat perencanaan baik

dalam bidang program pembelajaran, dan kurikulum, guru dan kepegawaian,

kesiswaan, keuangan maupun perlengkapan.35

33
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),
h. 103
34
Aw. Widjaya, Perencanaan Sebagai Fungsi Manajemen, (Jakarta: Bina Aksara, 1987),
h. 33
35
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervise Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1998), h. 107
24

b) Pengorganisasian (organizing)

Menurut Terry dalam Ulbert Silalahi menjelaskan bahwa pembagian

pekerjaan yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kelompok

pekerjaan, penentuan hubungan-hubungan pekerjaan diantara mereka dan

pemberian lingkungan pekerjaan yang sepatutnya.36 Pengorganisasian merupakan

salah satu dari fungsi manajemen yang perlu mendapatkan perhatian dari kepala

sekolah. Fungsi ini perlu dilakukan untuk mewujudkan struktur organisasi

sekolah, uraian tugas tiap bidang, wewenang dan tanggung jawab menjadi lebih

jelas dan penentuan sumber daya manusia dan materil yang diperlukan. Menurut

Robbins mengenai kegiatan yang dilakukan mencakup;

a. Menetapkan tugas yang harus dikerjakan

b. Siapa yang mengerjakan

c. Bagaimana tugas itu dikelompokkan

d. Siapa melapor ke siapa

e. Dimana keputusan itu harus diambil.37

Wujud dari pelaksanaan organizing atau pengorganisasian tampaknya

kesatuan yang utuh, kekompakan, kesetiakawanan, dan terciptanya mekanisme

yang sehat sehingga kegiatan lancar, stabil, dan mudah mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

c) Pergerakan/ pengembangan (actuating)

Pergerakan ialah aktivitas untuk memberikan dorongan, pengarahan dan

pengaruh terhadap semua anggota kelompok agar mau bekerja secara sadar dan

36
Ulber Silalahi, Studi Tentang Ilmu Administrasi, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2002), h. 170
37
Stephen R. Robbins, Perilaku Organisasi Jilid I¸(Jakarta: Pt Aneka Gramedia, 2003), h.
5
25

sukarela dalam rangka mencapai suatu tujuan yang ditetapkan sesuai dengan

perencanaan dalam organisasi.

Fungsi pergerakan atau actuating adalah bagian dari proses kelompok atau

organisasi yang tidak dapat dipisahkan. Adapun istilah yang dapat dikelompokkan

ke dalam fungsi ini yakni directing, commaning, leading, dan coordinating.

Karena tindakan pergerakan sebagaimana tersebut, maka proses ini juga

memberikan motivasi untuk memberikan pergerakan dan kesadaran terhadap

dasar dari pada pekerjaan yang mereka lakukan, yaitu menuju tujuan yang telah

ditetapkan, disertai dengan memberi motivasi-motivasi baru, bimbingan atau

pengarahan sehingga mereka bisa mencari dan timbul kemauan untuk bekerja

dengan tekun dan baik.

Masalah pergerakan ini pada dasarnya erat kaitannya dengan unsur

manusia sehingga keberhasilan juga ditentukan oleh kemampuan kepala sekolah

dalam berhubungan dengan para guru dan karyawannya. Oleh sebab itu, perlu

kemampuan kepala sekolah dalam berkomunikasi, daya kreasi serta inisiatif yang

tinggi dan mampu mendorong semangat dari para guru dan karyawannya.38

d) Pengawasan/evaluasi (controlling/evaluating)

Pengawasan dan evaluasi dapat diartikan sebagai salah satu kegiatan untuk

mengetahui realisasi perilaku personel dalam organisasi pendidikan dan apakah

tingkat pencapaian tujuan pendidikan sesuai dengan yang dikehendaki. Kemudian

apakah perlu diadakan perbaikan. Pengawasan dilakukan untuk mengumpulkan

data tentang penyelenggaraan kerja sama antara guru, kepala sekolah, konselor,

supervisor dan petugas sekolah lainnya dalam satuan pendidikan. Pada dasarnya

ada tiga langkah yang perlu dilakukan dalam melaksanakan pengawasan yakni;

38
Soewadji Lazarath, Kepala Sekolah Dan Tanggung Jawabnya, (Jogjakarta: Kanisius,
1994), h. 4
26

a. Menetapkan alat ukur/standard

b. Mengadakan penilaian atau evaluasi;

c. Mengadakan tindakan perbaikan atau koreksi dan tindak lanjut.

Kegiatan pengawasan ini dimaksudkan untuk mencegah penyimpangan

dalam melaksanakan pekerja, menilai proses dan hasil kegiatan dan sekaligus

melakukan tindakan perbaikan.39 Menurut Onong Uchjana Efendy, evaluasi

merupakan tahap akhir setelah tahap-tahap penelitian, perencanaan, dan kegiatan

yang dilaksanakan oleh suatu organisasi. Dalam beberapa hal, evaluasi memiliki

karakteristik pengukuran dan penilaian, apakah kuantitatif atau kualitatif.

Evaluasi dalam hal ini diartikan sebagai pengukuran atau penilaian

terhadap suatu perencanaan yang telah dilakukan oleh organisasi yang biasa

dilakukan pada pertengahan, akhir bulan atau tahun. 40 Pengukuran merupakan

membedakan sesuatu dengan satu ukuran yang bersifat kuantitatif, sedangkan

penilaian merupakan mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran

baik buruk, dan penilaian bersifat kualitatif. Evaluasi dalam hal ini bertujuan

untuk mengetahui implikasi suatu lembaga pendidikan terhadap public/khalayak

dalam berbagi hal.

B. Kinerja Guru

a. Pengertian Kinerja Guru

Hamzah B. Uno menjelaskan bahwa guru ialah suatu profesi yang berarti

suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat

dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang pendidikan.41 Serta definisi lain

dari Ma’mur Asmani menjelaskan bahwa guru merupakan figur teladan yang
39
Ngalim Purwanto, Administrasi Dan Supervise Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1999), h. 106
40
Onong Uchjana Effendy, Human Relation Dan Public Relation, (Bandung: Mandar
Maju, 1993), h. 131
27

diikuti anak didik dan menjadi cermin masyarakat. 42 Melihat dari beberapa

pengertian maka dapat penulis simpulkan bahwasanya guru adalah seseorang

figure yang menjalankan sebuah profesi dan figure yang merupakan teladan bagi

anak didik dan masyarakat yang memiliki keahlian khusus untuk mengajar.

Di samping itu secara konseptual kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari

dua segi, yaitu kinerja pegawai secara individu dan kinerja organisasi. Kinerja

pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam organisasi. Sedangkan kinerja

organisasi adalah totalitas hasil kerja yang telah dicapai oleh suatu organisasi.

Kinerja pegawai dan kinerja organisasi mempunyai keterkaitan yang sangat erat,

karena tercapainya tujuan organisasi tidak dapat lepas dari sumber daya yang

dimiliki oleh organisasi yang digunakan atau dijalankan oleh pegawai yang

berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut.

A.A Anwar Prabu Mangkunegara mendefinisikan kinerja berasal dari kata

job performance atau actual performance yakni prestasi kerja atau prestasi

sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Kinerja merupakan hasil kerja

kualitas, kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.43 Kinerja dari seorang

guru merupakan jaminan akan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan lembaga

dengan baik dan maksimal. Kinerja dipengaruhi oleh cara-cara yang ditempuh,

usaha-usaha yang dilakukan, dari pada gilirannya akan memunculkan hasil kerja

yang dapat dicapai seseorang atau kelompok orang dalam lembaga pendidikan

sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya

41
H. Martinis Yamin Dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta, Gp Press, 2010),
h. 27
42
Jamal Ma’ruf Asmani, 7 Kompetensi Guru Menyenangkan Dan Profesional,
(Powerbook, 2009), h. 125
43
A.A Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h. 67
28

mencapai tujuan lembaga.44 Kinerja juga dapat diartikan penggabungan antara

kemampuan, motivasi dan lingkungan kerja. Ketiga elemen tersebut memiliki

keterikatan, yakni apabila salah satu diantara elemen tersebut kurang baik, maka

kinerja karyawan akan rendah, begitupun sebaliknya.45

Vroom menjelaskan bahwa variabel penentu untuk kinerja adalah ability

(kemampuan) yang cenderung meningkat seiring dengan peningkatan pengalaman

seseorang dalam menjalankan tugas.. selain itu, masalah motivasi juga merupakan

penentu untuk mencapai efektivitas kinerja menunjukkan tingkat keterkaitan

antara hasil dua metode dalam mengklasifikasikan outcome yaitu level dan

valance. Jika keduanya berada pada tingkat tinggi, maka individu dimotivasi

untuk memiliki kinerja yang lebih efektif.46 Berdasarkan teori tersebut diketahui

bahwa kinerja individu dipengaruhi oleh pengalaman seseorang dalam

menjalankan tugasnya, serta motivasi yang dimiliki seseorang tersebut untuk

bekerja lebih baik lagi.

Kinerja guru juga dapat diartikan sebagai hasil kerja berdasarkan penilaian

tentang tugas dan fungsi jabatan sebagai pendidik, manajer lembaga pendidikan,

administrasi, supervisor, inovator dan motivasi ataupun yang penilaiannya

dilaksanakan oleh suatu instansi tersebut baik lembaga internal maupun

eksternal.47

44
Mustika Sulisto Ningsih, Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Di Ma Al-
Hikmah Way Halim Kedaton Bandar Lampung, Skirpsi ( Lampung: Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan Uin Raden Intan, 2017), h. 22
45
Teguh Suripto, Meningkatkan Kinerja Karyawan Melalui Expectancy Theory Dalam
Motivasi, Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia V, No 2 2015, h. 119
46
Lina Anatan, Telaah Kritis Expectancy Theory Victor Harold Vroom, Jurnal
Manajemen, (Bandung: Universitas Kristen Maranatha, Vol 9, No 2, 2010), h. 22
47
Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010),
h. 31-32
29

Guru menjadi salah satu yang dapat menentukan keberhasilan siswa, guru

sangat berperan dalam meningkatkan proses belajar mengajar. Maka dari itu

seorang guru dituntut untuk dapat memiliki berbagai kompetensi dasar dalam

proses belajar mengajar.

Sesuai yang telah dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia

No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 39 ayat 2, menjelaskan bahwa

pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan

pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.48

Berdasarkan undang-undang RI No. 14 tahun 2005 tenaga pendidik dan

dosen pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa ”Bahwa guru adalah pendidik profesional,

dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi siswa pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,

dan pendidikan menengah”.49

Setelah itu diterangkan kembali dalam Undang-Undang No 14 tahun 2005

Bab IV pasal 20 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa standar prestasi kerja

guru dalam melaksanakan tugas ke profesionalnya, guru berkewajiban

merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu

serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. 50 Pendapat lain dijelaskan

oleh Soedijarto bahwa ada empat tugas gugusan kemampuan yang harus dikuasai

oleh seorang guru, yakni; merencanakan program belajar mengajar, melaksanakan

48
Undang-Undang Sitem Pendidikan Nasional (UU RI NO. 20 Th. 2005), (Cett. Iii,
Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h. 20
49
Undang-Undang Guru dan Dosen, (Uu Ri No 14 Tahun 2005), (Cet. III; Jakarta: Sinar
Grafika, 2010).h. 3-8
50
Undang-Undang Guru dan Dosen (Uu Ri No. 14 Th. 2005), (Cet. III Jakarta: Sinar
Grafika. 2010), h. 10
30

dan memimpin proses belajar mengajar, menilai kemajuan proses belajar

mengajar, membina hubungan dengan peserta didik.51

Selanjutnya dijelaskan lagi pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan menengah

dijabarkan beban kerja guru mencakup kegiatan pokok; merencanakan,

melaksanakan, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta

didik, melaksanakan tugas tambahan.52

Berkaitan dengan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar, terdapat tugas keprofesionalan guru menurut Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 Tentang Guru dan Dosen yang

kemudian di modifikasi oleh Depdiknas menjadi Alat Penilaian Kemampuan

Kinerja Guru (APKG). Alat Penilaian Kemampuan Guru meliputi: (1)

merencanakan pembelajaran, (2) Melaksanakan proses pembelajaran yang

bermutu, (3) Menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Indikator penilaian

terhadap kinerja guru dapat dilakukan dengan tiga kegiatan pembelajaran di kelas

yaitu;

1) Perencanaan pembelajaran

Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang

berhubungan denagan kemampuan guru menguasai bahan ajar. Kemampuan

guru dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yaitu mengembangkan silabus dan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Unsur-unsur atau komponen yang

ada dalam silabus terdiri dari: a) identitas silabus, b) standar kompetensi, b)

51
Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan Dan Bermutu, (Jakarta: Balai
Pustaka. 1993), h.
52
Permendiknas No 14 Tahun 2007 Tentang Standard Proses untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah, (Jakarta: Bsnp, 2007), h. 12-13
31

standar kompetensi (SK), c) kompetensi dasar (KD), d) materi pembeljaran,

e) kegiatan pembelajaran, e) kegaiatan pembelajaran, e) kegiatan

pembelajaran, f) indikator, g) alokasi waktu, h) sumber pembelajaran.

Program pembelajaran jangka waktu singkat (RPP), yang merupakan

penjabaran lebih rinci dan spesifik dari silabus ditandai oleh adanya

komponen-komponen, yaitu: a) identitas RPP, b) standar kompetensi (SK),

c) kompetensi dasar (KD), d) indikator, e) tujuan pembelajaran, f) materi

pembelajaran, g) metode pembelajaran, h) langkah-langkah kegiatan, i)

sumber pembelajaran, j) penilaian.

2) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran

Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan

pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas,

penggunaan media, sumber belajar dan pengguanaan merode serta strategi

pembelajaran. Semua tugas tersebut merupakan tuga serta tanggung jawab

guru yang secara optimal dalam pelaksanaannya menuntut kemampuan

guru. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran, meliputi:

a) Pengelolaan kelas

Kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas untuk

mewujudkan proses pembelajaran di kelas untuk mewujudkan proses

pembelajaran yang menyenangkan adalah tuntutan bagi seorang guru

dalam pengelolaan kelas, seperti pelaksanaan piket kebersian kelas,

ketepatan wakru masuk dan keluar kelas, melakukan absensi setiap

akan memulai proses pembelajaran dan melakukan pengaturan tempat

duduk siswa.

b) Penggunaan media dan sumber belajar


32

Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya

menggunakan media yang sudah tersedia seperti media cetak, media

audio, media audio visual. Kemampuan guru dalam penggunaan

media dan sumber belajar lebih ditekankan pada penggunaan objek

nyata yang ada disekitar sekolahnya, seperti memanfaatkan media

yang sudah ada.

c) Penggunaan metode pembelajaran

Guru diharapkan mampu memilih dan menggunakan metode

pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Karna

siswa memiliki interes yang sangat heterogen, idealnya seorang guru

harus menggunakan metode pembelajaran di dalam kelas seperti

metode ceramah dipadukan dengan tanya jawab, metode diskusi

dipadukan dengan penugasan dan sebagainya

3) Evaluasi atau penilaian pembelajaran

Penilaian hasil belajara adalah kegiatan atau cara yang ditujukan

untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga

proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini, seorang guru

dituntut memiliki kemampuan dalam pendekatan dan cara-cara evaluasi,

penyusunan alat-alat evaluasi, pengelolaan dan penggunaan hasil evaluasi.53

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan kinerja guru adalah

kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas pembelajaran sebaik

baiknya dalam perencanaan program pengajaran, pelaksanaan kegiatan

pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Kinerja guru yang dicapai harus

berdasarkan standar kemampuan profesional selama melaksanakan kewajiban

sebagai guru di sekolah.

53
Depdiknas, Tentang Guru dan Dosen,(Jakarta: Balai Pustaka 2008), h. 75
33

Standar kinerja merupakan tolok ukur suatu perbandingan yang digunakan

untuk menentukan antara apa saja yang telah dilakukan dengan apa yang

diharapkan. Maka dengan adanya standar kinerja tersebut maka seorang pendidik

akan mengetahui apakah hasil yang diperoleh bawahannya telah memenuhi

standar kinerja yang sesuai dengan indikator-indikator kinerja tersebut atau

menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika terjadi

penyimpangan maka dari arah yang semestinya dengan cepat dapat melakukan

tindakan-tindakan koreksi dan perbaikan.

b. Pengukuran Kinerja Guru

Pengukuran kinerja adalah suatu langkah yang dilakukan oleh lembaga

dalam upaya untuk mengetahui tingkat pencapaian kinerja yang digunakan

sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan,

pencapaian sasaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka

mewujudkan visi dan misi lembaga.54 Maka untuk dapat melaksanakan penilaian

kinerja guru, diperlukan pemahaman apa sebenarnya yang disebut kinerja guru.

Kinerja guru tersebut dapat dilihat serta diukur berdasarkan spesifikasi/ kinerja

kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru.55 Berkaitan dengan kinerja guru,

wujud perilaku yang dimaksud ialah kegiatan guru dalam proses pembelajaran

yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melakukan kegiatan

pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran.

Pada kurun waktu yang ditetapkan, seorang guru harus melakukan

penilaian atas kinerja, yakni dengan membandingkan antara hasil kerja yang

54
Muhaimin, Sutiah, Dan Sugeng Listyo Prabowo, Manajemen Pendidikan, (Jakarta:
Kencaana Prenada Media Group, 2009), h. 411
55
Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan
Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Penilaian Kinerja Guru (Jakarta,
2008), h. 21
34

sebenarnya diperoleh dan yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan kata lain,

sasaran tersebut harus diteliti satu persatu, mana yang telah dicapai sepenuhnya,

mana yang diatas standar atau target dan mana yang di bawah target atau tidak

mencapai target. Penilaian ini harus dilakukan oleh guru bersangkutan untuk

mengetahui kualitas kerja yang dimilikinya.

Berikut ini komponen kompetensi dalam instrumen yang digunakan untuk

menilai kinerja guru di lingkungan kemendikbud yakni;56

1) Kepribadian dan sosial yang meliputi ketaatan dalam menjelaskan agama,

tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan, keteladanan, etos kerja, inovasi,

dan kreativitas, kemampuan menerima kritik dan saran, kemampuan

berkomunikasi, dan kemampuan bekerjasama.

2) Persiapan pembelajaran yang meliputi kejelasan perumusan tujuan

pembelajaran, pemilihan materi ajar, pengorganisasian materi ajar,

pemilihan sumber/media pembelajaran, kejelasan skenario pembelajaran,

kerincian skenario pembelajaran, kesesuaian teknik dengan tujuan

pembelajaran, dan kelengkapan instrumen.

3) Pelaksanaan pembelajaran yang meliputi pra pembelajaran, kegiatan inti

pembelajaran (penguasaan materi pembelajaran, strategi pembelajaran,

pemanfaatan sumber belajar, keterlibatan siswa, penilaian proses dan hasil

belajar, penggunaan bahan), dan penutup yakni refleksi dan remedial

teaching.

Penilaian kualitas kinerja tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai,

biasanya setiap instansi menetapkan tujuan tertentu untuk dicapai setelah

56
Hajriana Zainal, Pengaruh Supervise Kepala Madrasah Dan Kompetensi Guru
Terhadap Motivasi Kerja Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Kota Malang, Tesis ( Malang; Program Megister Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana Uin
Maulana Malik Ibrahim, 2018), h. 44
35

penilaian kinerja, diantaranya tujuan dilakukannya pengukuran kinerja tersebut

adalah:

1) Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi

2) Menyediakan saran dan pembelajaran pegawai

3) Memperbaiki kinerja periode berikutnya.

4) Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan

pemberian reward

5) Memotivasi pegawai

6) Menciptakan akuntabilitas public.57

Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tingkat

kinerja guru dapat diukur melalui kemampuannya dalam membuat rencana

pengajaran, melaksanakan pengajaran, melakukan interaksi siswa dan menilai

pengajaran.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Lamatenggo menjelaskan bahwa kinerja guru akan menjadi optimal

bilamana diintegrasikan dengan komponen sekolah baik kepala sekolah, fasilitas

kerja, guru, karyawan, maupun anak didik. Ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu kepemimpinan

kepala sekolah, fasilitas kerja, harapan-harapan, dan kepercayaan personalia

sekolah. Dengan demikian nampaklah bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan

fasilitas kerja akan ikut menentukan baik buruknya kinerja guru. Selain itu banyak

faktor yang turut mempengaruhi kualitas kinerja guru, baik faktor internal guru

yang bersangkutan maupun faktor yang berasal dari luar seperti fasilitas sekolah,
57
Mustika Sulistio Ningsih, Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Di Ma Al-
Hikmah Wayhalim Kedaton Bandar Lampung, Skripsi (Lampung: Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan Uin Raden Intan, 2017), h. 28-29
36

peraturan dan kebijakan yang berlaku, kualitas manajerial dan kepemimpinan

kepala sekolah, dan kondisi lingkungan lainnya. Tingkat kualitas kinerja guru ini

selanjutnya akan turut menentukan kualitas lulusan yang dihasilkan serta

pencapaian lulusan yang dihasilkan serta pencapaian keberhasilan sekolah secara

keseluruhan.58

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

Rancangan penelitian ini menjelaskan tentang jenis penelitian yang akan

dilaksanakan, serta ditinjau dari segi tujuan dan sifatnya. Berdasarkan judul

pengaruh efektivitas kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kinerja guru

di SMP Negeri 1 Bajeng Kabupaten Gowa. Peneliti menggunakan pendekatan

penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang didasari pada filsafat positivisme.

Digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data

58
Lamatenggo, Kinerja Guru: Korelasi antara Persepsi Guru Terhadap Perilaku Kepemimpinan
Kepala Sekolah, Motivasi Kerja, dan Kinerja Guru Sekolah Dasar di Gorontalo, Tesis,
Universitas Negeri Jakarta, (2001), h. 35
37

menggunakan instrumen penelitian, observasi dan dokumentasi, analisis data

bersifat kuantitatif atau statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang

ditetapkan.59 Dalam hal ini bisa juga diartikan sebagai proses menemukan

pengetahuan yang menggunakan data-data lengkap yang berupa angkat sebagai

alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui. 60 Selanjutnya

penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian ex post facto. Penelitian

dengan rancangan ex post facto sering juga disebut dengan after the fact. Artinya,

penelitian yang dilakukan setelah suatu kejadian itu terjadi. 61 Sedangkan dalam

pengertian lain, Furchan menguraikan bahwa penelitian ex post facto merupakan

penelitian yang dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variabel bebas

terjadi karena perkembangan suatu kejadian secara alami.62

Adapun lokasi penelitian yakni di SMP Negeri 1 Bajeng Kabupaten Gowa,

pemilihan lokasi tersebut didasari bahwa sekolah tersebut secara geografis dekat

dengan rumah dan memudahkan peneliti untuk menuju lokasi penelitian.

B. Pendekatan Penelitian

Memperoleh kemudahan dan kejelasan suatu informasi dalam penelitian

ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono

metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat positivisme, dan digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

59
Sugiono, , Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif R&D, (Cet.
25, Bandung: Alfabeta, 2017), H.14
60
Margono, Metodelogi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 105
61
Sulaiman Saat Dan Sitti Mania, Pengantar Metodelogi Penelitian Panduan Bagi
Peneliti Pemula, (Sibuku, 2018), h. 143
62
Khalifah Mustamin, Metodelogi Penelitian Pendidikan (Makassar: Cv Berkah Utami,
2009), h. 24
38

kuantitatif atau statistic, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan.63

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis yang akan diselidiki

karakteristik atau ciri-cirinya.64 Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen

yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian

populasi.65 Jumlah populasi guru di SMA Negeri Bajeng Kabupaten Gowa

berjumlah 56 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti. 66

Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada

populasi, misalkan karena disebabkan keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka

peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang

dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.

63
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif R&D, (Cet.
25, Bandung: Alfabeta, 2017), h. 14
64
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif R&D, h. 14
65
Suharisme Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 130
66
Bambang Prasetyo Dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitaif Dan
Aplikasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 118
39

Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul

representative/mewakili. 67

Dijelaskan oleh Suharismi Arikunto, apabila subjek dari populasi kurang

dari 100, maka lebih baik diambil semua, tetapi jika subjeknya lebih dari jumlah

tersebut, dapat diambil sampel antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. 68

Mengingat jumlah populasi guru dalam penelitian ini kurang dari 100, yakni 56

orang guru, maka peneliti mengambil sampel keseluruhan dari semua populasi

yang ada di SMP Negeri 1 Bajeng Kabupaten Gowa. untuk mengambil seluruh

populasi maka teknik pengambilan sampel pada penelitian ini disebut sampling

jenuh.
Tabel 3.1
Jumlah Guru
Jenis kelamin Laki – laki 19

Perempuan 37

Jumlah 56

Status PNS 21

Non PNS 35

Jumlah 56

D. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini, yakni;

1. Angket (kuesioner)

Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

67
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif R&D, (Cet.
25, Bandung: Alfabeta, 2017), h. 118
68
Suharisme Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, h. 131
40

dijawab. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu

dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari

responden. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka,

dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau

internet.69 menggunakan angket/kuesioner maka peneliti akan memperoleh data

dari pribadi terkait dengan variabel penelitian. Berdasarkan yang dikemukakan

oleh Arikunto bahwasannya angket atau kuesioner dibeda-bedakan dari beberapa

jenis, jika dipandang dari cara menjawab maka;

a. Kuesioner terbuka, memberi kesempatan kepada responden untuk

menjawab dengan kalimatnya sendiri.

b. Kuesioner tertutup, bila pertanyaan disertai dengan jawaban yang telah

ditentukan oleh peneliti sehingga responden tinggal memilih.70

Angket atau kuesioner yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian

ini adalah angket tertutup. Angket yang digunakan berupa pertanyaan dalam

bentuk pilihan ganda atau bentuk-bentuk yang lain yang disebut dengan closed-

ended question.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data untuk data yang sudah

siap, sudah berlalu atau data sekunder. Peneliti tinggal mengambil atau menyalin

data yang sudah ada yang berhubungan dengan variabel penelitian. Pengambilan

data secara dokumentasi bisa untuk data dalam bentuk tulisan misalnya catatan
69
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif R&D, (Cet.
25, Bandung: Alfabeta, 2017), h. 199
70
S. nasution, metode research: penelitian ilmiah, (bandung: jemmars, 1991), h. 179
41

harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan kebijakan. Dalam bentuk

gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dalam bentuk karya

misalnya karya seni, film dan lain-lain.71

Teknik dokumen adalah teknik pengumpulan data dengan mempelajari

data-data yang telah didokumentasikan. Peneliti menyelidiki benda-benda tertulis

seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan notulen rapat, catatan

harian dan sebagainya.72

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti dalam kegiatannya, dalam pengumpulan data agar kegiatan tersebut

menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.73 Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah angket.

1. Angket

Angket yang digunakan dalam penelitian ini merupakan angket tertutup,

yaitu angket yang telah memuat alternative jawaban agar mempermudah para

responden dalam menjawab pertanyaan. Angket yang disajikan dalam bentuk

sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang

sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (X) atau

tanda check (√) .

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner (angket)

yang disusun dalam bentuk mode skala likert dengan empat skala. skala Likert ini

71
Suliman Saat, Dan Sitti Mania, Pengantar Metode Penelitian Panduan Bagi Peneliti
Pemula, (Sibuku, 2018), h. 88
72
Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 147
73
Suharismi Arikunto, Manajemen Penelitian Edisi Baru (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),
h. 134
42

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial (variabel penelitian).74 Instrumen

penelitian dalam skala likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan

ganda. Adapun alternative jawaban sebagai berikut:


Tabel 3.2
Skala Alternative Jawaban

Positif Negative

Sangat Sesuai (SS) : 5 Sangat Tidak sesuai (STS) : 1

Sesuai (S) : 4 Tidak Sesuai (TS) : 2

Kurang Sesuai (KS) : 3 Kurang Sesuai (KS) : 3

Tidak Sesuai (TS) : 2 Sesuai (S) : 4

Sangat tidak sesuai (STS) : 1 Sangat Sesuai (SS) : 5


Berdasarkan alternative jawaban tersebut, penulis dapat mengambil acuan

untuk dapat memberi nilai terhadap pertanyaan angket lalu kemuda menghitung

skor masing-masing hasil pertanyaan yang terdapat dalam kueisioner. Data skor

yang diperoleh tersebut yang akan digunakan untuk menganalisis data untuk

mendapatkan suatu kesimpulan terhadap penelitian yang dilaksanakan.

Angket yang digunakan yakni angket tertutup berdasarkan dengan teori

Arikunto, yang menjelaskan angket tertutup berupa pertanyaan yang disertai

jawaban yang telah ditentukan oleh peneliti sehingga responden tinggal memilih.

Table 3.3
Kisi-Kisi Angket

74
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Cet. I; Bandung: Alphabet, 2014), h. 312
43

Variable Sub Variabel Indikator

Kompetensi Perencanaan a. Kemampuan merencanakan visi dan

manajerial misi sekolah

kepala b. Kemampuan kepala sekolah dalam

sekolah (X) membuat rencana kerja 1 tahun dan 4

(teori tahun yang mecakup 8 SNP

Kunandar, c. Kemampuan merenanakan keuangan

Ngalim pengorganisasisan a. Menetapkan tugas yang harus


Purwanto, dikerjakan, siapa yang mengerjakan

Robbins) b. Bagaimana tugas dikelompokkan

Pergerakan a. Memelihara, menjaga dan memajukan

organisasi

b. Kemampuan dalam menggerakkan staf

Evaluasi a. Kemampuan dalam memilih metode

evaluasi tiap semester

b. Kemampuan menindak lanjuti hasil

evaluasi tiap semester

c. Mengadakan tindakan perbaikan atau

koreksi

Kinerja guru Merencanakan a. Membuat program tahunan dan

(Y) pembelajaran semester

b. Membuat silabus
(Undang-
c. Membuat RPP
undang
d. Membuat agenda harian
Republik
44

Indonesia Melaksanakan a. Pendahuluan

Nomor 14 proses pembelajaran b. Kegiatan inti

Tahun 2005 c. Penutup

pasal 20
Penilaian a. Teknik penilaian
Tentang
pembelajaran b. Program remedial
Guru dan

Dosen ) c. Analisis ulangan harian

F. Validitas dan Reliabilitas Instrument

1. Validasi Instrument

Validitas atau kesahihan berasal dari kata validity yang berarti sejauh

mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi

ukurannya. Validasi merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan sejumlah tes

telah mengukur apa yang seharusnya diukur.75

Dalam penelitian ini, untuk menguji valid atau tidaknya data, pengelolaan

data dilakukan secara statistic dengan dukungan komputer melalui bantuan paket

software SPSS.

Dasar pengambilan keputusan yaitu sebagai berikut;

1) Jika r hitung > r tabel (pada taraf signifikansi 5%), maka pertanyaan

tersebut dinyatakan valid

2) Jika r hitung < r tabel (pada taraf signifikansi 5%), maka pertanyaan

tersebut dinyatakan tidak valid

Untuk mengetahui data tersebut dikatakan valid atau tidaknya, ada

beberapa kriteria yang digunakan dan perlu diperhatikan. Kriteria tingkat validasi

75
Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran (Cet.I; Yogyakarta: Graha Ilmu,
2012), h. 138
45

tersebut yang nantinya akan digunakan untuk menguji dan mengetahui apakah

instrumen yang dikatakan valid atau tidak valid yang akan ditunjukkan melalui

tabel berikut.
Tabel 3.4
Kriteria Tingkat Validitas

Nilai r Keterangan

0,90 ≤ rxy 1,00 Sangat tinggi

0,70 ≤ rxy 0,90 Tinggi

0,40 ≤ rxy 0,70 Sedang

0,20 ≤ rxy 0,40 Rending

0,00 ≤ rxy 0,20 Sangat rendah

rxy 0,00 Tidak valid

2. Reliabilitas Instrument

Reliabilitas berasal dari kata reliability sejauh mana hasil dari suatu

pengukuran dapat dipercaya. Konsep reliabilitas merupakan hasil ukuran

berkaitan erat dengan error dalam pengambilan sampel yang mengacu pada

inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada sekelompok

orang yang berbeda.

Berdasarkan cara-cara melakukan pengujian tingkat reliabilitas instrumen

dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian

dapat dilakukan dengan test-rest (stability), equivalence, dan gabungan keduanya.

Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi

butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu. 76 Adapun rumus yang

76
Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran (Cet. I; Yogyakarta: Graha Ilmu,
2012), h. 155
46

akan dipergunakan yakni uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan

program SPSS. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji

statistic crown-bach alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel

jika memberikan nilai cronbach alpha > 0.60


Tabel 3.5
Kriteria Koefisien Reliabilitas
Nilai r Keterangan
r11 ≤ 0,20 Sangat rendah
0,20 ≤ r11 0,40 Rendah
0,40 ≤ r11 0,70 Sedang
0,70 ≤ r11 0,90 Tinggi
0,90 ≤ r11 1,00 Sangat tinggi

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

penelitian pendekatan kuantitatif, maka teknik analisis data berkaitan

dengan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan pengujian hipotesis

yang diajukan. Bentuk hipotesis mana yang diajukan, akan menentukan teknik

statistics mana yang digunakan.77 Untuk menganalisis data penulis menggunakan

2 teknik analisis data yaitu;

1. Teknik Analisis Statistic Deskriptif

Statistik deskriptif yaitu statistic yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau dengan menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau generalisasi.78 Adapun langkah analisis statistic

deskriptif sebagai berikut ini;

77
Ridwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, Dan Penelitian Pemula,
(Cet. V; Bandung: Alfabeta 2008), h. 132
78
Khalifah Mustamin Dkk, Metodelogi Penelitian Pendidikan (Makassar: Alauddin
Press, 2009), h. 57
47

1) Menghitung besarnya range dengan rumus;

R= NT-NR

Keterangan

R : range

NT : nilai tertinggi

NR : nilai terendah

2) Menghitung banyaknya kelas interval dengan rumus;

i = 1 + (3,33) log n

keterangan

i : interval

n : jumlah responden

3) Menghitung panjang kelas interval dengan rumus


R
P=
i

Keterangan

P : panjang kelas

R : range

I : interval s

4) Menghitung nilai rata-rata (mean)


❑ dengan rumus
∑ ❑ fi . xi
x= ❑

∑ ❑ fi

Keteranagn

X : rata-rata (mean)
48




❑ fi : jumlah frekuensi

Xi : nilai statistic79

5) Menghitung persentase frekuensi dengan rumus


F
p= × 100 %
N

Keterangan

P : Persentase

F : frekuensi

N : banyaknya sampel respon80

6) Menghitung nilai standar deviasi dengan rumus

√∫

SD= ❑ fi ¿ ¿ ¿ ¿

Keterangan

SD : standar deviasi



❑ fi : jumlah frekuensi

x : skor

N : responden81

7) Kategoritas

79
Muhammad Arif Tiro, Dasar-Dasar Statistic ( Cet. I; Makassar: State University Og
Makassar Press, 1999), h. 133
80
Anas Sudijono, Pengantar Statistic Pendidikan (Cet. Xvii; Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007), h. 43
81
Khaifah Mustamin Dkk, Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Makassar: Alauddin
Press, 2009), h. 57
49

Kategorisasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

efektivitas kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMP

Negeri 1 Bajeng Kabupaten Gowa melalui tiga pengkategorian yaitu rendah,

sedang, dan tinggi. Berikut ini tabel mengenai kategorisasi;

Table 3.6

Kriteria Kategorisasi
Rumus Kategori/kriteria
x < (µ - 1α) Rendah
(µ - 1α) ≤ x < (µ + 1α) Sedang
(µ + 1α) ≤ x Tinggi

Keterangan

µ : mean hipotetik

α : standar deviasi hipotetik 82

2. Teknik Analisis Statistic Inferensial

Statistics inferensial ialah teknik statistics yang digunakan untuk

menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.83 Adapun

langkah-langkah analisis statistic inferensial sebagai berikut;

1. Analisis regresi sederhana dengan rumus;

Persamaan regresi sederhana:

Y = a + bX

Keterangan

Y : subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan

82
Saifuddin Azwar, Penyusunan Skala Psikologi (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2015), h.
207
83
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D,
(Bandung, Alfabeta, 2012), h. 209
50

a : bilangan konstan

b : angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan

ataupun penurunan variabel independen yang didasarkan pada variabel

independen. Bila b (+) maka naik, dan jika b (-) maka terjadi penurunan.

X : subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.

Untuk menghitung nilai a dan b dengan menggunakan persamaan;

a=¿ ¿

Untuk menghitung nilai b dengan menggunakan


❑ persamaan;
nXY −(∫ ❑ X )(Y )

b= ❑
n ∫ ❑ X −¿ ¿
2


2. Uji korelasi

Uji korelasi (uji-r) digunakan untuk menguji tingkat berpengaruh antara

kedua variabel yang diteliti. Berikut ini adalah dalam mengetahui kriteria

korelasi.84

Tabel 3.7
Pedoman Umum Dalam Menentukan Kriteria Korelasi
Nilai korelasi (r) Interpretasinya
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat

84
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2017), h. 257
51

0,80 – 1,000 Sangat kuat


Adapun rumus dalam menemukan hasil korelasi adalah sebagai berikut;

❑ ❑ ❑
n (∫ ❑ xy )−(∫ ❑ x .∫ ❑ y )
❑ ❑ ❑
r=
√¿ ¿ ¿

Keterangan;

X : variable independent

Y : variable dependen

3. Uji signifikan ( uji t)

Uji-t ini digunakan untuk menguji dan mengetahui tentang ada tidaknya

pengaruh efektivitas kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap kinerja

guru di SMP Negeri 1 Bajeng kabupaten Gowa. Sebelum dilanjutkan dengan

menguji hipotesis yang telah ditentukan maka terlebih dahulu dicari kesalahan

baku regresi dan kesalahan baku koefisien b sebagai berikut;


a. Untuk regresi, kesalahan bakunya dirumuskan:


❑ ❑ ❑
¿
Se= ∫ ❑Y 2−(a ∫❑ Y )−b .∫ ❑YX ¿ n−2
❑ ❑ ❑

b. Untuk koefisien regresi b (penduga b) kesalahan bakunya dirumuskan;

S Sb
b= ¿
√ x2−¿ ¿¿¿

4. Uji Hipotesis

a. Menentukan formulasi hipotesis

Ho: µ= 0 (tidak ada pengaruh

Ha: µ = 0 (ada pengaruh)


52

b. Menentukan taraf nyata (α) dan nilai t tabel

α : 5%= 0,05
α
2 : 0,025

b : n-2

t : 0,05

c. Menghitung t hitung
r √n−2
T hitung=
√1−¿ ¿ ¿

d. Kriteria Pengujian

Jika t hitung > t tabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima

Jika t hitung < t tabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak

5. Menghitung Nilai Koefisien Determinasi (KD)

Koefisien determinasi merupakan ukiran yang menunjukkan tingkat

pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) dalam bentuk

persen (%). Adapun rumus menentukan nilai koefisien determinasi yaitu:


KD= r2 x 100%.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Tentang Kondisi SMP Negeri I Bajeng

a) Profil Sekolah SMP Negeri I Bajeng

Nama Lembaga : SMP NEGERI 1 BAJENG


53

Status Lembaga : Sekolah

Akreditasi : Type “B”

Nama Kepala Sekolah :

Alamat Sekolah : Jln. Batang Banoa No. 3 :Limbung

Status Sekolah : Negeri

Kecamatan : Limbung/Bajeng

Kabupaten : Gowa

Provinsi : Sulawesi Selatan

Negara : Indonesia

b) Visi, Misi, dan Tujuan SMP Negeri I Bajeng

 Visi

“BerIMTAQ, cerdas, dan berprestasi serta peduli lingkungan”

 Misi

1. Mewujudkan kegiatan yang bernuansa agamais

2. Mewujudkan ajaran agama, sebagai pencerminan perilaku keluhuran

budi pekerti

3. Mewujudkan proses belajar mengajar yang berorientasi pada

pembelajaran peserta didik aktif, kreatif, inovatif, menyenangkan.

4. Mewujudkan kualitas akademik dan non akademik

5. Mewujudkan semangat belajar untuk pengembangn IPTEK

berlandaskan IMTAQ

6. Melaksanakan pencegahan kerusakan dan pencemaran lingkungan

hidup
54

7. Melaksanakan perilaku hidup sehat dilingkungan sekolah.

 Tujuan

“terwujudnya sekolah yang bermutu dan berkualitas unggul dalam

IPTEK dan IMTAQ, bermartabat, berbudaya, berakhlaqul-karimah

dan mengedepankan nilai-nilai luhur yang berkarakter serta menjaga

kelestarian lingkungan”

c) Daftar Jumlah Guru

Table 4.1 daftar nama guru

Jenis Status
No Nama
kelamin kepegawaian
1 Dr. Syarif, MA Laki-laki PNS
2 Muh. Nur. AM, S. Pd Laki-laki PNS
3 Ruslan, S. Pd Laki-laki PNS
4 Hj. Suriati, S.Pd Perempuan PNS
5 St. Halijah, S. Pd Perempuan PNS
6 Nurbaya, S. Pd Perempuan PNS
7 Asmawati Said, S. Pd Perempuan PNS
8 Hj. St. Nursamsih, S. Pd Perempuan PNS
9 Suaeb, S. Pd Laki-laki PNS
10 Muh. Ilham, S. Pd Laki-laki PNS
11 Sahariah, S. Pd Perempuan PNS
12 Andi Condang, S. Pd Laki-laki PNS
13 Syahriar, S. Pd Laki-laki PNS
14 Ardiansah, S. Pd Laki-laki PNS
15 Hasmawati M, S,Pd Perempuan PNS
16 Hasmawati Solo, S. Kom Perempuan PNS
17 Nurdiana Thahir, S. Pd Perempuan PNS
18 Yuni Sofyani, S. Pd Perempuan PNS
55

19 Hernawati, S. Pd Perempuan PNS


20 Syamsinar, S. Si Perempuan PNS
21 Darman, S. Pd Laki-laki PNS
22 M. Hidayah, SE Laki-laki Honorer
23 Mustakim, S. Ag Laki-laki Honorer
24 Adi Hidayat, S. Pd Laki-laki Honorer
25 Munawir, STH. I Laki-laki Honorer
26 Rahmawati, S. Pd Perempuan Honorer
27 Fatmawati HL, S. Pd Perempuan Honorer
28 H. Muhammad Yunus DS, S. Pd Laki-laki Honorer
29 Hikmawati, S. Pd Perempuan Honorer
30 Syamsinar, S. Si Perempuan Honorer
31 Askar Arifin, S. Pd Laki-laki Honorer
32 Hasriani, S. Pd Perempuan Honorer
33 Kasmawati M, S. Pd Perempuan Honorer
34 Kurniati Ningsih, S. Pd Perempuan Honorer
35 Rasnah, S. Pd Perempuan Honorer
36 Rosita Fitriani, S. Pd Perempuan Honorer
37 Mutmainnah Anhar, S. Pd Perempuan Honorer
38 Julaeha, S. Pd Perempuan Honorer
39 Dewi Angraeni, S. Pd Perempuan Honorer
40 Rahmawati, S. Pd Perempuan Honorer
41 Ismail, S. Pd Laki-laki Honorer
42 Haslindah, S. Pd Perempuan Honorer
43 Nurbaeti, S. Pd Perempuan Honorer
44 Mukarramah, S. Pd Laki-laki Honorer
45 Masrifatul Jannah, S. Pd Perempuan Honorer
46 Syamsinar Haruna, S. Pd Perempuan Honorer
47 Haslindah Z, S. Pd Perempuan Honorer
48 Hasmawati, S. Amd Perempuan Honorer
56

49 Kartini, S. Pd Perempuan Honorer


50 H. Nasaruddin Marani, S. Pd Perempuan Honorer
51 Hartiwi Auliah Ningsih, S. Pd Perempuan Honorer
52 Sasmito, S. Pd Laki-laki Honorer
53 Zulfikar, S. Pd Laki-laki Honorer
54 H. Nurbadri, S.Pd Laki-laki Honorer
55 Nursaskia, S. Pd Perempuan Honorer
56 Indira Astute, S. Pd Perempuan Honorer
Sumber data: tata usaha SMP Negeri 1 Bajeng Kab. Gowa tahun ajaran
2021/2022 terlihat 19 Januari 2022

Berdasarkan dari data table di atas, dapat diketahui bahwa jumlah

keseluruhan guru di SMP Negeri 1 Bajeng Kab. Gowa adalah 56 orang, yang

terdiri dari jenis kelamin laki-laki 19 guru dan perempuan 37.

2. Respon terhadap kompetensi manajerial kepala sekolah


Gambaran respon guru terhadap kompetensi manajerial kepala sekolah 4

indikator terdiri dari 17 nomor pernyataan yang dibagikan kepada 56 guru sebagai

populasi penelitian. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut.

Tabel 4.2 skor Respon terhadap kompetensi manajerial kepala sekolah

No Responden Skor
1 Responden 1 80
2 Responden 2 76
3 Responden 3 79
4 Responden 4 75
5 Responden 5 71
6 Responden 6 72
57

7 Responden 7 77
8 Responden 8 73
9 Responden 9 75
10 Responden 10 74
11 Responden 11 76
12 Responden 12 74
13 Responden 13 70
14 Responden 14 75
15 Responden 15 72
16 Responden 16 75
17 Responden 17 72
18 Responden 18 76
19 Responden 19 72
20 Responden 20 76
21 Responden 21 68
22 Responden 22 66
23 Responden 23 74
24 Responden 24 72
25 Responden 25 70
26 Responden 26 72
27 Responden 27 74
28 Responden 28 72
29 Responden 29 70
30 Responden 30 73
31 Responden 31 80
32 Responden 32 69
33 Responden 33 77
34 Responden 34 75
35 Responden 35 75
36 Responden 36 77
37 Responden 37 72
38 Responden 38 67
39 Responden 39 74
40 Responden 40 73
58

41 Responden 41 74
42 Responden 42 76
43 Responden 43 80
44 Responden 44 75
45 Responden 45 68
46 Responden 46 75
47 Responden 47 71
48 Responden 48 72
49 Responden 49 72
50 Responden 50 76
51 Responden 51 72
52 Responden 52 70
53 Responden 53 67
54 Responden 54 72
55 Responden 55 55
56 Responden 56 56

Berdasarkan hasil data tabel 4.2 diatas di dapatkan skor tertinggi

dari skala yang digunakan yakni 80 dan skor terendah yakni 55 dari

jumlah sampel (n) yakni 56.


a. Skor maksimum dan skor minimum

Skor maksimum = 80

Skor minimum = 55

b. Rentang kelas (R)

R = skor maks – skor min

= 80 – 55

= 25

c. Jumlah interval kelas

K = 1 + 3,3 (log n)

= 1 + 3,3 log 56
59

= 1 + 3,3 (1,74)

= 1 + 5,74

= 6,74 (dibulatkan menjadi 7)

d. Panjang kelas

R
P = k
25
=7

= 3,57

=4

e. Tabel distribusi frekuensi


Tabel 4.4
Tabulasi Data untuk menghitung nilai rata-rata (Mean)
Interval fi xi f i . xi
55-58 1 41 41
59-62 6 44 264
63-66 6 47 282
67-70 7 50 350
71-73 7 53 371
74-77 5 56 280
78-81
Jumlah 32  291 1588
f. Menghitung rata-rata dengan menggunakan rumus:
x=
∑ f i . x i = 1588 =49,62
=50 (dibulatkan)
∑ f i 32
g. Menghitung presentasi frekuensi dengan rumus:
F
p= x 100
n

Tabel 4.5
Data Presentase Frekuensi
Interval fi Presentase
40-42 1 3,125
43-45 6 18,75
46-48 6 18,75
49-51 7 21,875
52-54 7 21,875
55-57 5 15,625
Jumlah 32 100%
c. Standar deviasi
60

Tabel 4.6
Data Standar Deviasi
Interv fi Xi x i−x ¿ f i. ¿
al
40-42 1 41 -9 81 81
43-45 6 44 -6 36 216
46-48 6 47 -3 9 54
49-51 7 50 0 0 0
52-54 7 53 3 9 63
55-57 5 56 6 36 180
Jumla 3  2
h 2 91 594

SD = √∑ f i .¿¿¿¿

√ 594
= 32−1


= 31
594

= √ 19,16

SD = 4,38

= 4 (Dibulatkan)
Hasil analisis data hubungan kualitas pengelolaan perpustakaan dengan jumlah

sampel 32 keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.7
Deskriptif Hubungan Kualitas Pengelolaan Perpustakaan
Statistik Skor statistik
Sampel 32
Skor terendah 40
Skor tertinggi 57
Rata-rata 50
Standar Deviasi 4
c. Kategori skor responden
Pengkategorian skor responden digunakan untuk mempermudah mengetahui gambaran
kompeten hubungan kualitas pengelolaan perpustakaan, dibagi menjadi tiga kategori
menurut Azwar mulai dari rendah, sedang, sampai tinggi, maka dihasilkan interpretasi
skor sebagai berikut:

Tabel 4.8

Kategorisasi

No Batas Inte Fr Pre Ka


Kategoris rval ek sen teg
61

asi ue tas ori


nsi e
1. x <(μ−1,0 σ ) x‹ 7 21, Re
45 88 nd
% ah
2. ( 45 20 62, Se
≤ xσ)‹
μ−1,0 σ ¿≤ x <(μ+1,0 5% da
54 ng
3. ( μ+1,0 σ ) ≤ x ≤x 5 15, Ti
54 62 ng
% gi
Jumlah 32 100
%
Tabel di atas menunjukkan bahwa kategori hubungan kualitas

pengelolaan perpustakaan dengan jumlah 32 responden yang terdiri dari

beberapa kategori sebagai berikut:

1) Kategori rendah terdapat 7 responden dengan persentase 21,88%

Kualitas pengelolaan perpustakaan ditemukan kategori yang masih

rendah,meliputi sarana prasarana tidak memenuhi standar sehingga

peserta didik tidak tertarik datang ke perpustakaan.

2) Kategori sedang terdapat 20 responden dengan pesentase 62,5%

artinya

Kualitas pengelolaan perpustakaan berada pada kategori sedang

yang meliputi kepala perpustakaan menyusun dengan baik buku-

buku sesuai dengan tema yang ada.

3) Kategori tinggi terdapat 5 responden dengan persentase 15,62%

Kualitas Pengelolaan Perpustakaan yang tinggi meliputi setiap

tahun buku yang ada diperpustakaan selalu up date setiap

tahunnya.
62

3. Respon tentang kinerja guru

Gambaran respon guru terhadap kompetensi manajerial kepala sekolah 4

indikator terdiri dari 17 nomor pernyataan yang dibagikan kepada 56 guru sebagai

populasi penelitian. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut.

Table 4.3 skor Respon tentang kinerja guru

No Responden Skor
1 Responden 1 80
2 Responden 2
3 Responden 3
4 Responden 4
5 Responden 5
6 Responden 6
7 Responden 7
8 Responden 8
9 Responden 9
10 Responden 10
11 Responden 11
12 Responden 12
13 Responden 13
14 Responden 14
15 Responden 15
16 Responden 16
17 Responden 17
18 Responden 18
63

19 Responden 19
20 Responden 20
21 Responden 21
22 Responden 22
23 Responden 23
24 Responden 24
25 Responden 25
26 Responden 26
27 Responden 27
28 Responden 28
29 Responden 29
30 Responden 30
31 Responden 31
32 Responden 32
33 Responden 33
34 Responden 34
35 Responden 35
36 Responden 36
37 Responden 37
38 Responden 38
39 Responden 39
40 Responden 40
41 Responden 41
42 Responden 42
43 Responden 43
44 Responden 44
45 Responden 45
46 Responden 46
47 Responden 47
48 Responden 48
49 Responden 49
50 Responden 50
51 Responden 51
52 Responden 52
64

53 Responden 53
54 Responden 54
55 Responden 55
56 Responden 56

B. Pembahasan
65

DAFTAR PUSTAKA

Anatan, Lina, Telaah Kritis Expectancy Theory Victor Harold Vroom,


Jurnal Manajemen, Bandung: Universitas Kristen Maranatha, Vol 9, N0 2, 2010
Arikunto, Suharisme, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: Rineka Cipta, 2006
Asmani Jamal Ma’ruf, 7 Kompetensi Guru Menyenangkan Dan
Profesional, Powerbook, 2009
Azwar, Saifuddin, Penyusunan Skala Psikologi Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2015
Dahlan, Dkk, Pengaruh Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Terhadap
Kompetensi Sosial Guru Di Sma Negeri 11 Makassar, Jurnal Ilmiah Ilmu
Administrasi Public 7 No 2 2017
Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional,
Penilaian Kinerja Guru Jakarta, 2008
Efendy, Moctar, Manajemen: Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran
Islam, Jakarta: Pt Bhratara Karya Aksara,1986
Efendy, Onong Uchjana, Human Relation Dan Public Relation, Bandung:
Mandar Maju, 1993
66

Hasibuan, Malayu Sp, Manajemen Dasar, Pengertian Dan Masalah,


Jakarta: Bumi Aksara, 2001
Ismuha, Dkk, “Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Dalam
Meningkatkan Kinerja Guru Pada Sd Negeri Lamklat Kecamatan Darussalam
Kabupaten Aceh Besar”, Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas
Syiah Kuala 4, No 1, 2016
Kasmir, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Teori Dan Praktik), Depok:
Raja Grafindo Persada, 2015
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (Ktsp) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Jakarta; Grafindo Persada
2007
Lazaruh, Soewadji, Kepala Sekolah Dan Tanggung Jawabnya, Jogjakarta:
Kanisius, 1994
Mangkunegara, A.A Anwar Prabu, Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013
Margono, Metodologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997
Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Ri
No. 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional 2007
Muhaimin, Dkk, Manajemen Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009
Mulyasa, E., Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Pt. Remaja
Rosdakarya 2006
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007
Munir, Abdullah Menjadi Kepala Sekolah Efektif. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010
Mustamin Khalifah Dkk, Metodologi Penelitian Pendidikan, Makassar:
Alauddin Press, 2009
Ningsih, Mustika Sulistio, Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Guru Di Ma Al-Hikmah Way Halim Kedaton Bandar Lampung, Skripsi Lampung:
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Uin Raden Intan, 2017
Pawennari, Dian Fatmawati, Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah
Menengah Pertama Se Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul, Skripsi
Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan 2013
Permendiknas No 14 Tahun 2007 Tentang Standard Prose Untuk Satuan
Pendidikan Dasar Dan Menengah, Jakarta: Bsnp, 2007
Prasetyo, Bambang Dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian
Kuantitatif Dan Aplikasi Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005
67

Purwanto, Ngalim, Administrasi Dan Supervise Pendidikan, Bandung:


Remaja Rosdakarya, 1998
Ribbons, Stephen R., Perilaku Organisasi Jilid I¸ Jakarta: Pt Aneka
Gramedia, 2003
Ridwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, Dan
Penelitian Pemula, Cet. V; Bandung: Alfabeta 2008
Saat, Sulaiman Dan Siti Mania, Pengantar Metodologi Penelitian
Panduan Bagi Peneliti Pemula, Sibuku, 2018
Sagala S, “Kemampuan Profesional Guru Dan Tenaga Kependidikan”
Bandung; Alfabeta 2009,
Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional Yang Relevan Dan Bermutu,
Jakarta: Balai Pustaka. 1993
Sondang, Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Pt. Bumi
Aksara 2006
Stoner, James A.F Management, Second Edition, Englewood Cliffs:
Prentice Hall Inc, 1982),
Sudarmi, Pengaruh Efektivitas Manajerial, Self-Efficacy, Stress Kerja Dan
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Dosen Kebidanan Di Provinsi Lampung, Jurnal
Manajemen Volume Xix, No 1 Program Doktor Manajemen Pendidikan
Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta 2015
Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran Cet. I; Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2012
Sudijono, Anas, Pengantar Statistic Pendidikan Cet. Xvii; Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2007
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif R&D, Cet. 25, Bandung: Alfabeta, 2017
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Cet. I; Bandung: Alphabet, 2014
Supardi, Kinerja Guru, Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada 2014
Suripto,Tegu, Meningkatkan Kinerja Karyawan Melalui Expectancy
Theory Dalam Motivasi, Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia V, No 2 2015
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Pendidikan Cet Xxv; Jakarta: Raja
Grafindo, 2014
Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta
2010
Susanto, Ahmad, Manajemen Peningkatan Kinerja Guru Konsep, Strategi,
Dan Implementasi, Kencana: Prenada Media Group, 2016
Sutopo, Administrasi Manajemen Dan Organisasi, Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara, 1999
68

Sutopo, Hendyat, Manajemen Pendidikan, Malang: Pasca Um, 2001


Taswir, Manajerial Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru
Pada Sekolah Menengah Kejuruan (Smk) Negeri 2 Sinabang Kabupaten
Simeulue, Jurnal Ilmiah Didaktika 15 No 2, 2014
Tiro, Muhammad Arif, Dasar-Dasar Statistic, Cet. I; Makassar: State
University Og Makassar Press, 1999
Ulber Silalahi, Studi Tentang Ilmu Administrasi, Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2002
Undang-Undang Guru Dan Dosen UU RI NO. 14 TH. 2005, Cet. III
Jakarta: Sinar Grafika. 2010
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru
Dan Dosen Bandung:Citra Umbara,2006
Widjaya, Aw., Perencanaan Sebagai Fungsi Manajemen, Jakarta: Bina
Aksara, 1987
Yamin H. Matinis Dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru, Jakarta: GP
Press, 2010
Zainal, Hajriana, Pengaruh Supervisi Kepala Madrasah Dan Kompetensi
Guru Terhadap Motivasi Kerja Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Kota Malang, Tesis, Malang; Program Magister Manajemen
Pendidikan Islam Pascasarjana Uin Maulana Malik Ibrahim, 2018

Anda mungkin juga menyukai