Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL SKRIPSI

PERAN MANAJEMEN PENDIDIKAN DALAM


MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SMAN 41 JAKARTA

Disusun oleh:
Rahman Fadillah
(1103620053)

Manajemen Pendidikan 2020 C

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PERAN MANAJEMEN PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN MUTU


PENDIDIKAN

Dipersiapkan dan disusun oleh:

Rahman Fadillah
1103620053

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji


Pada tanggal 5 bulan Desember tahun 2021

Dosen Penguji Tanda tangan


1. ………………….

………………….
Pembimbing I
2. ………………….

………………….
Pembimbing II

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan


untuk memperoleh derajat Sarjana S-1
tanggal 5 bulan Desember tahun 2021

Dekan Ketua Jurusan

……………….. ………………..
NIK. NIP.

1
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan Karya asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas Negeri Jakarta
maupun di Perguruan Tinggi lain.
2. Skripsi ini belum dipublikasikan, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang
dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
3. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh, serta sanksi
lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Universitas Negeri Jakarta.

Jakarta, 6 Desember 2021


Yang membuat pernyataan

Rahman Fadillah

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya kepada
kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Peran
Manajemen Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan”. Laporan proposal
skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi pada program
Strata-1 di Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Jakarta, Jakarta.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini tidak akan selesai
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Siti Zulaikha, S.Ag., M.Pd. selaku Ketua Jurusan Manajemen
Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta
2. Ibu Prof. Dr. Rugaiyah, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengantar Metodologi dan Penelitian
3. Bapak Dimas Kurnia Robby, M.Pd. selaku asissten dosen pengampu mata
kuliah Pengantar Metodologi dan Penelitian
4. Orang tua, saudara-saudara kami, atas doa, bimbingan, serta kasih sayang
yang selalu tercurah selama ini.
Kami menyadari proposal skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga
akhirnya laporan proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang
pendidikan dan penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut.
Amiin.

Jakarta, 6 Desember 2021

3
Rahman Fadillah

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI........................................................................1


LEMBAR PERNYATAAN.........................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................5
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................5
1.2 Identifikasi Masalah.........................................................................................10
1.3 Rumusan Masalah..............................................................................................10
1.4 Tujuan Penelitian...............................................................................................10
1.5 Manfaat Penelitian.............................................................................................11
BAB II KAJIAN PUSTAKA....................................................................................12
2.1 Definisi Manajemen..........................................................................................12
2.1.1 Pengertian Manajemen...............................................................................12
2.1.2 Fungsi Manajemen.....................................................................................13
2.2 Definisi Manajemen Pendidikan.......................................................................15
2.2.1 Pengertian Manajemen Pendidikan............................................................15
2.2.2 Fungsi Manajemen Pendidikan..................................................................17
2.3 Konsep Mutu Pendidikan..................................................................................18
2.4 Manajemen Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.....................20
2.4.1 Teknik Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan....................................23
2.5 Definisi Manajemen Berbasis Sekolah..............................................................24
2.5.1 Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah........................................................25
2.6 Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah meningkatkan Mutu Pendidikan.26
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................27
3.1 Tujuan Penelitian...............................................................................................27
3.2 Metode Penelitian..............................................................................................27
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................................29
3.4 Teknik Pengumpulan Data................................................................................29

4
3.5 Data dan Sumber Data.......................................................................................31
3.6 Teknik Analisis Data.........................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................33

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta kompetensi yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.1
Dalam pengertian pendidikan diatas terdapat kata “sadar” dan terencana” yang
dimana maksud dari kata tersebut adalah dalam setiap pihak yang terlibat dalam
pendidikan yakni pendidik, peserta didik, lembaga pendidikan, dan pemerintah
daerah maupun pemerintah pusat hendaklah menyadari dengan seksama bahwa
pentingnya menghadirkan diri dengan niat yang ikhlas dalam setiap proses belajar
mengajar, dan merencanakan pendidikan yang dilakukan pemerintah agar dapat
dilakukan dengan sungguh-sungguh. Seluruh pihak tersebut harus saling
bekerjasama agar dapat tercapainya tujuan pendidikan yakni mencerdaskan
kehidupan bangsa yang dimuat dalam alenia ke 4 UndangUndang Dasar 1945.2
Demi tercapainya tujuan pendidikan tersebut maka dibutuhkan perencanaan
pendidikan yang dalam hal ini berarti pemilihan atau penentuan
program/strategi/langkah yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan.
Masalah mutu harus diperhatikan bagi semua pihak, agar dapat eksis dan
hidup berkelanjutan di era globalisasi yang memiliki muatan kompetensi global.
Pihak-pihak yang dimaksud adalah dunia industri atau perusahaan, instansi
pemerintah, dunia pendidikan dan berbagai pihak lainnya. Menurut Husain Umar

1
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 Ayat (1).
2
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Alenia ke 4.

6
dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan”
mutu merupakan gambaran secara menyeluruh dari suatu barang atau jasa, yang
menunjukan kemampuan dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan oleh
pelanggan.3
Manajemen merupakan suatu aktivitas dengan proses yang khas yang terdiri
dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, pengawasan dan
pengevaluasian, dengan pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lain,
dalam pelaksanaannya tentu berdasarkan pada prinsip-prinsip tertentu dan dengan
pola kegiatan yang terarah dan sistematis. Prinsip di sini dapat didefinisikan
sebuah pernyataan fundamental yang menjadi pedoman pemikiran dan tindakan
dengan berdasarkan prinsip-prinsip ini seseorang manajer atau pimpinan dapat
menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan yang fundamentalis dalam tindakan.
Pendidikan hakikatnya merupakan proses belajar seumur hidup bagi setiap
individu. Tidak dimulai ketika individu masuk ke gedung sekolah yang besar dan
tidak pula diakhiri ketika individu memakai toga. Lebih dari itu, pendidikan
berlangsung sepanjang hayat.
Menurut Abdul Hadis dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Mutu
Pendidikan” mutu adalah hal yang penting untuk direncanakan oleh lembaga, dan
meningkatkan mutu merupakan suatu keharusan bagi berbagai lembaga termasuk
lembaga pendidikan.4
Di dalam dunia pendidikan terdapat manajemen mutu pendidikan atau yang
biasa disebut dengan Total Quality Management (TQM) merupakan suatu sistem
pengendalian mutu untuk memenuhi kepuasan pelanggan dengan baik dan
berkesinambungan.5
Menurut pendapat tim dosen administrasi UPI dalam bukunya yang berjudul
“Manajemen Pendidikan” Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan bangsa

3
Husain Usman, Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.
407.
4
Abdul Hadis, Manajemen Mutu Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 66.
5
H.E Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h. 176

7
tentu bukan hanya sekedar penyelenggaraan pendidikan, tetapi pendidikan yang
bermutu, baik dari sisi input, proses, output, maupun outcome. Input pendidikan
yang bermutu adalah guruguru yang bermutu, peserta didik yang bermutu,
kurikulum yang bermutu, fasilitas yang bermutu, dan berbagai aspek
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.6
Menurut Tim Dosen Adminsitrasi Pendidikan Universitas Pendidikan
Indonesia, bahwa manajemen merupakan komponen integral dan tidak dapat
dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan.7 Karenanya tanpa
manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal,
efektif, dan efisien. Konsep tersebut juga berlaku di sekolah yang memerlukan
manajemen yang efektif dan efisien. Dalam kerangka inilah tumbuh kesadaran
akan pentingnya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang memberikan
kewenangan penuh kepada sekolah dan guru dalam mengatur/mengelola
pendidikan dan pengajaran, merencakana, mengorganisasi, mengawasi,
mempertanggung jawabkan, dan memimpin sumber daya manusia dan barang-
barang untuk membantu pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
Salah satu tolak ukur dari pendidikan yang bermutu dari suatu institusi
pendidikan ialah kemampuan institusi pendidikan tersebut untuk melahirkan
sumber daya manusia yang bermutu. Namun masalah mutu pendidikan saat ini
telah lama menjadi bahan perbincangan. Dalam dunia industri misalnya
mengeluhkan mengenai mutu lulusan yang tidak berkompeten karena suatu
pendidikan yang bermutu dapat dilihat dari hubungannya dengan dunia kerja8
Indonesia sebagai Negara berkembang berusaha menampilkan yang terbaik
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mencetak generasi penerus yang

6
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan
(Bandung: Alfabeta, 2011), h. 288.
7
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan
(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 27-29
8
Abdul Hadis dan Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan, (Bandung : Alfabeta), h. 70.

8
sesuai dengan arah perkembangan zaman saat ini, era globalisasi. Dengan segala
pertimbangan kurikulum terus berubah-ubah.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
Pasal 51 ayat 1 dinyatakan bahwa “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar
pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah.”9
Manajemen berbasis sekolah atau School Based Management dapat didefinisikan
dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan
melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara
langsung dalam proses pengembilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu
sekolah atau untuk mencapai tujuan mutu sekolah dalam pendidikan nasional.
Dengan adanya manajemen berbasis madrasah diharapkan dapat mengembangkan
potensinya yang juga terkait dengan Manajemen Peningkaan Mutu Pendidikan
Berbasis Sekolah (MPMBS).
Upaya dalam peningkatan mutu pendidikan merupakan isu yang terus
menerus akan menjadi perbincangan dalam pengelolan/ manajemen pendidikan.
Peningkatan mutu pendidikan merupakan usaha yang harus diupayakan dengan
terus menerus agar harapan untuk pendidikan yang berkualitas dan relevan dapat
tercapai. Pendidikan yang berkualitas merupakan harapan dan tuntutan seluruh
stakeholder pendidikan. Semua orang tentunya akan lebih suka menntut ilmu pada
lembaga yang memiliki mutu yang baik. Atas dasar ini maka sekolah/ lembaga
pendidikan harus dapat memberikan pelayanan dan mutu yang baik agar tidak
ditinggalkan dan mampu bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya.
Dengan merujuk pada hal di atas, penulis akan memaparkan manajemen
dalam meningkatkan mutu pendidikan.

9
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Pasal 51 ayat 1

9
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa
permasalahan yang muncul. Adapun masalah-masalah yang muncul sebagai berikut:
1. Kepemimpinan Kepala Sekolah kurang memperhatikan guru dalam melakukan
tindakan pembelajaran
2. Guru kurang mampu menciptakan kondisi belajar yang kondusif
3. Kurangnya kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja mengajar guru dalam
meningkatkan mutu pendidikan pada siswa
4. Kurang tepatnya pendekatan belajar yang digunakan guru di dalam
menyampaikan materi ajar.

1.3 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, adapun rumusan masalah
adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari manajemen?
2. Apa pengertian dari manajemen pendidikan?
3. Apa pengertian dari mutu pendidikan?
4. Bagaimana manajemen pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan?
5. Apa pengertian dari manajemen berbasis sekolah?
6. Bagaimana implementasi manajemen berbasis sekolah meningkatkan mutu
pendidikan?

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi dan menambah
wawasan kajian pustaka mengenai peran dari manajemen pendidikan dalam
meningkatkan mutu pendidikan.

10
1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini memliki manfaat sebagai bahan informasi
serta memperkaya konsep-konsep dan mengembangkan ilmu pengetahuan
mengenai peran manajemen pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan.

2. Manfaat Praktis
Selain manfaat teoritis, manfaat praktis dari penelitian ini dapat
digunakan oleh beberapa pihak yaitu sebagai berikut:
a. Bagi Peneliti
Untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman mengenai konsep peran
manajemen pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Serta dapat
memperkaya wawasan kajian pustaka dan pengetahuan peneliti setelah
membandingkan hasil pengamatan tersebut dengan teori-teori yang diperoleh
dari sumber-sumber yang relevan.
b. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi pengelola pendidikan
terutama bagi lembaga dan pihak-pihak yang ingin memanfaatkan hasil
penelitian ini dalam rangka peningkatan mutu di lembaga pendidikannya.

11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Manajemen


2.1.1 Pengertian Manajemen

Setiap organisasi, baik organisasi formal maupun organisasi non formal harus
mempunyai manajemen. Sebuah organisasi akan berjalan dengan baik dan lancar
apabila diatur oleh manajemen yang baik pula. Ini berarti bahwa peran manajemen
itu sangat penting dan strategis untuk mengatur sebuah organisasi. Organisasi formal
seperti lembaga pendidikan diperlukan manajemen yang matang, kridebel dan dapat
dipercaya. Sebab manajemen sebuah sekolah mempunyai tanggung jawab yang
besar untuk mengatur dan mengola lembaga pendidikan tersebut.

Kata ‘manajemen’ berasal dari bahasa Latin, yaitu dari asal kata ‘manus’ yang
berarti tangan, dan agere’ yang berarti melakukan.10. Kata-kata ini digabung
menjadi kata kerja ‘managere’ yang artinya menangani. Managere kemudian di
pindahkan ke dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja yaitu to manage, dengan
kata benda management, dan manager untu orang melakukan kegiatan manajemen.
Kemudian managament diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi
manajeme atau pengelolaan11

Menurut Kahirul Umam, manajemen secara umum diartikan kegiatan untuk


mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan terlebih dahulu dengan
menggunakan orang-orang lain (getting things done through the effort of other
people). Dari pengertian tersebut tersirat adanya empat unsur manajemen, yaitu
pimpinan, orang-orang (pelaksana) yang dipimpin, tujuan yang akan dicapai, dan
adanya kerja sama dalam mencapai tujuan tersebut.12

10
Mukhtar dan Iskandar, Orientasi baru supervise pendidikan (Jakarta:Gaung Perdana Press, 2013), hlm.3
11
ibid
12
Khairul Umam, Manajemen Organisasi, Pustaka Setia Bandung, 2012, hal:13

12
Sedangkan menurut R. Eko Indrajit dkk kata manajemen seringkali disebut
sebagai ‘pengelolaan’ yang merupakan kata yang digunakan sehari-hari, sehingga
diandaikan semua orang tahu artinya. Defenisi sesungguhnya kata tersebut ternyata
banyak sekali, tergantung pada cara pandang, kepercayaan, atau pengertian
sesorang. Ada yang mendefenisikan sebagai kekuatan yang mengendalikan bisnis,
sehingga menentukan berhasil tidaknya bisnis, ada pula yang menyebutnya
bagaimana mendapatkan sesuatu melalui orang lain, perencanaan dan implementasi,
dan sebagainya.13

“management is adistinct process consisting of palnning, organizing, actuating,


and controling, performed to determine and accomplish stated objectives by the use
of human beings and other resources”14

Dari beberapa pengertian tersebut di atas, bahwa manajemen itu merupakan


pengelolaan sebuah organisasi dan manajemen mempunyai peran yang sangat
penting dalam sebuah lembaga, baik itu lembaga formal maupun lembaga non
formal. Dengan adanya manajemen, semua urusan yang berkaitan dengan
pengelolaan akan berjalan dengan lancar.

2.1.2 Fungsi Manajemen

Kehadiran manajemen dalam organisasi adalah untuk melaksanakan kegiatan


agar suatu tujuan tercapai dengan efektif dan efesien. Secara tegas tidak ada
rumusan yang sama dan berlaku umum untuk fungsi manajemen. Namun demikian,
fungsi manajemen dapat di telaah dari aktivitas-aktivitas utama yang dilakukan para
manajer yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. 15

Fungsi manajemen yang sesuai dengan profil kinerja pendidikan secara umum
adalah melaksanakan fungsi planning, organizing, staffing, coordinating, leading,
(facilitating, motivating, innovating), reporting, controlling. Namun demikian dalam
13
R. ekoIndrajit & R. Djokopranoto, Manajemen Perguruan Tinggi Modern, 2006, hal:27
14
ibid
15
Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, CV. Alfabeta, Bandung, 2012, hlm. 87.

13
operasionalisasinya dapat dibagi dua yaitu: fungsi manajemen pada tingkat/level
makro/messo seperti departemen dan dinas dengan melakukan fungsi manajemen
secara umum pada level institusi pendidikan mikro yaitu sekolah yang menekankan
pada fungsi planning, organizing, motivating, innovating, controlling.

Menurut sastrohadiwiryo fungsi-fungsi manajemen terdiri dari

1) Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah proses dari rangkaian kegiatan untuk menetapkan terlebih
dahulu tujuan yang diharapkan padasuatu jangka waktu tertentu atau priode
waktu yang telah ditetapkan. Serta tahapan yang harus dilalui untuk mencapai
tujuan tersebut.
2) Pengorganisasian (Organizing)
Penggorganisasian adalah proses dan ranglkaian kegiatan dalam pembagian
pekerjaan yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kelompok
pekerjaaan, penentuan hubungan pekerjaan yang aik diantara mereka, serta
pemeliharaan lingkungan dan fasilitas pekerjaaan yang pantas.
3) Pengarahan (Directing)
Pengarahan adalah satu rangkaian kegiatan untuk memberi petunjuk atau
instruksi dari seorang atasan kepada awahan atau beerapa bawahan, atau kepada
orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal dan dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
4) Pemotivasian (Motivating)
Pemberian motifasi adalah suatu proses dan rangkaian kegiatan yang seorang
manajer dalam memerikan inspirasi, semangat, dan kegirahan kerja serta
dorongan kepada karyawan untuk dapat melakukan suatu kegiatan sebagaimana
yang diharapkan.
5) Pengendalian (Controlling)
Pengendalian adalah suatu proses dan rangkaian kegiatan untuk mengusahakan
agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah

14
ditetapkan dan tahapan yang harus dilalui. Dengan demikian, apabila ada
kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana dan tahapan, perlu diadakan suatu
tindakan perbaikan,(corrective action).

Dalam dunia pendidikan fungsi kepengawasan dilaksanakan sebagai bagian dari


pelaksanaan manajerial. Pada level sekolah, pengawas lebih berperan sebagai
“quality assurance” dengan tugas supervisi sebagai upaya pembinaan terhadap staf
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan16

2.2 Definisi Manajemen Pendidikan

2.2.1 Pengertian Manajemen Pendidikan

Manajemen pendidikan merupakan kegiatan untuk mengatur segala hal yang ada
dalam lembaga pendidikan. Pada lingkup lembaga sekolah, manajemen pendidikan
dipimpin oleh manajer pendidikan yaitu kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan
pihak yang berwenang dan memiliki otoritas tertinggi dalam menjalankan tugasnya
untuk mengatur lembaga pendidikan sekolah. Banyak dari persoalan pendidikan
yang dihadapkan kepada seorang kepala sekolah, salah satunya yaitu persoalan
mengenai kesehatan mental peserta didik. Hal ini merupakan problema yang sering
dilupakan oleh para kepala sekolah di Indonesia. Bahkan hingga saat ini belum
terlihat adanya perencanaan lebih lanjut mengenai kesadaran manajemen pendidikan
dalam lingkup sekolah akan krisisnya kesehatan mental peserta didik. Para kepala
sekolah sering kali disibukkan dengan kegiatan-kegiatan akademik saja, atau bahkan
disibukkan dengan proses-proses birokrasi yang panjang dalam pelaksanaan segala
kegiatan manajerial yang ada.
Manajemen Pendidikan dalam kamus bahasa Belanda-Indonesia disebutkan
bahwa istilah manajemen berasal dari “administratie” yang berarti tata-usaha. Dalam
pengertian manajemen tersebut, administrasi menunjuk pada pekerjaan tulis-menulis
di kantor. Pengertian inilah yang menyebabkan timbulnya contohcontoh keluhan
16
Engkoswara dan Aan Komariah,. Ibid, hlm. 93

15
kelambatan manajemen yang sudah disinggung, karena manajemen dibatasi
lingkupnya sebagai pekerjaan tulis-menulis17.
Yamin mengemukakan bahwa Manajemen pendidikan mengandung arti sebagai
suatu proses kerja sama yang sistematik, sistemik, dan komprehensif dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Manajemen pendidikan juga dapat
diartikan sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses
pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek,
menengah, maupun tujuan jangka panjang.18
Menurut E. Mulyasa Manajemen pendidikan merupakan proses pengembangan
kegiatan kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Proses pengendalian kegiatan tersebut mencangkung perencanaan,
pengorganisasian, aktualisasi dan pengawasan sebagai suatu Proses untuk visi
menjadi aksi.19
Jadi yang dimaksud manajemen pendidikan ini adalah adalah suatu kegiatan atau
rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerja sama sekelompok
manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan memanfaatkan sumber daya
yang ada dan menggunakan fungsi-fungi manajemen agar tercapainya tujuan secara
efektif dan efisien.

2.2.2 Fungsi Manajemen Pendidikan

Fungsi manajemen sebagai suatu karakteristik dari pendidikan muncul dari


kebutuhan untuk memberikan arah kepada perkembangan, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif dalam operasional sekolah. Kerumitan yang meningkat karena
luas dan banyaknya program telah mendorong usaha untuk merinci dan
mempraktikkan prosedur administrasi dengan sistematis. Usaha ini telah

17
Siswanto, Pengantar Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2011, hlm. 70.
18
Moh. Yamin, Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan, Yogyakarta: Diva Press, 2009. hlm. 19
19
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004 hlm.7

16
menghasilakn uraian tentang praktik-praktik yang berhasil dan prangkat-prangkat
asas yang konstruktif20.
Kontribusi manajemen pendidikan terhadap keberhasilan dan kegagalan belajar
siswa adalah 32%.Dengan bertumpu pada landasan tersebut, pendidikan memulai
usahanya dengan sungguh-sungguh untuk mengembangkan suatu teori dan ilmu
administrasi pendidikan21.
Istilah manajemen berhubungan dengan usaha untuk tujuan tertentu dengan jalan
menggunakan sumber daya-sumber daya yang tersedia dalam organisasi/lembaga
pendidikan Islam dengan cara yang sebaik mungkin22.
Manajemen bukan hanya mengatur tempat melainkan lebih dari itu adalah
mengatur orang per orang. Dalam mengatur orang, diperlukan senidengan
sebaikbaiknya sehingga kepala-kepala sekolah yang baik adalah kepala yang mampu
menjadikan setiap pekerja menikmati pekerjaan mereka.Jika setiap orang yang
bekerja dapat menikmati pekerjaan mereka, hal itu menandakan keberhasilan
seorang kepala sekolah.23.

Di dalam proses manajemen digambarkan fungsi-fungsi manajemen secara


umum yang ditampilkan ke dalam perangkat organisasi dan mulai dikenal dengan
teori manajemen klasik. Para ahli manajemen mempunyai perbedaan pendapat
dalam merumuskan proses manajemen sebagaimana prnjelasan berikut:24
a. Menurut skinner, fungsi manajemen meliputi: planning, organizing, staffing,
directing and controlling.
b. Steppen P.Robbin, fungsi manajemen meliputi: planning, organizing, leading,
and controlling

20
Rohiat, Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktik, Refrika Aditama, Bandung, 2009, hlm. 14.
21
ibid
22
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, Teras, Yogyakarta, 2009, hlm. 26
23
ibid
24
Ibid, hlm. 27

17
c. Gulick mengedepankan proses manajemen mulai dari planning, organizing,
staffing,directing, coordinating, reporting, dan budgeting.
d. Fayol yang dikenal sebagai bapak manajemen ilmiah (scientific Managemen)
mengedepankan proses manajemen sebagai berikut: planning, organizing,
commanding, coordinating, controlling.

Berdasarkan proses manajemen sebagaimana telah dikemukakan oleh para ahli


tersebut di atas, para pakar maajemen pada era sekarang mengabstraksikan proses
manajemen menjadi proses yaitu: planning, organizing, actuating, controlling,
(POAC). Empat proses ini digambarkan dalam bentuk siklus karena adanya saling
ketertarikan antara proses yang pertama dan berikutnya, begitu juga setelah
pelaksanaan controlling Lazimnya dilanjutkan dengan membuat Planning baru25

2.3 Konsep Mutu Pendidikan


Secara umum, mutu dapat diartikan sebagai gambaran dan karakteristik
menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukan kemampuannya dalam
memuaskan kebutuhan yang diharapakan atau yang tersirat. Dalam konteks
pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan.26

Secara terminologi, istilah mutu memiliki pengertian yang cukup beragam,


mengandung banyak tafsir dan pertentangan. Hal ini disebabkan karena tidak ada
ukuran yang baku tentang mutu itu sendiri. Sehingga sulit kiranya untuk
mendapatkan sebuah jawaban yang sama, apabila sesuatu itu bermutu atau tidak.
Namun demikian, ada kriteria umum yang telah disepakati bahwa sesuai itu
dikatakan bermutu, pasti ketika bernilai atau mengandung makna yang baik. Secara
esensial istilah mutu menunjukan kepada suatu ukuran penilaian atau penghargaan
yang diberikan atau dikenakan kepada barang dan atau kinerjanya.27

25
Ibid
26
H.E Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h. 157.

18
Menurut Crosby dalam buku Abdul Hadis yang berjudul manajemen mutu
pendidikan, mengatakan bahwa mutu merupakan aturan-aturan yang telah disepakati
untuk dijadikan pedoman bersama dalam setiap tahapnya mulai dari tahap input,
proses, hingga outputnya.28 Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan
perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya,
kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda untuk
memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan
sebaik-baiknya

Konsep mutu, telah menjadi suatu kenyataan dan fenomena dalam seluruh aspek
dan dinamika masyarakat global memasuki persaingan pasar bebas dewasa ini29.
Mutu juga disebut kualitas, menurut Sallis dalam Onisimus Amtu, menjelaskan
bahwa mutu atau kualitas adalah sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan
dan kebutuhan seseorang atau sekelompok orang30. Mutu produk adalah barang atau
produk terbaik yang bisa bertahan dalam persaingan Spanbaur (1992) dalam
Onisimus Amtu31.

Standar kualitas dalam sebuah organisasi itu meliputi bahan baku, proses
produksi dan produk jadi. Menurut Deming dalam Onisimus menjelaskan bahwa
kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar 79. Feigerbaum 1986
mengatakan bahawa mutu atau kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full
costumer satisfaction). Artinya suatu produk yang berkualiatas akan dapat
memberikan kepuasan kepada pelanggannya. Carvin & Davis (1994)
mendefenisikan kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi
atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen32.
27
Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership, Menuju Sekolah Efektif (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2016), h. 9
28
Abdul Hadis, Manajemen Mutu Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 85.
29
Ibid, hlm 117
30
Umam, Op. Cit, hlm. 33
31
Op. cit
32
Op. cit

19
Dari deskripsi diatas bahwa mutu pendidikan adalah kemampuan suatu lembaga
pendidikan dalam memberdayakan sumber-sumber pendidikan yang ada sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat melaksanakannya dengan optimal
sehingga dapat menjadi suatu prestasi bagi lembaga pendidikan tersebut dan
menghasilkan output yang baik.

2.4 Manajemen Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Menurut H. E Mulyasa Manajemen peningkatan mutu pendidikan merupakan


suatu metode peningkatan mutu yang bertumpu pada lembaga itu sendiri,
mengaplikasikan sekumpulan teknik, mendasarkan pada ketersediaan data kuantitatif
dan kualitatif, dan pemberdayaan semua komponen lembaga pendidikan, untuk
secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasi guna
memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarkat.33
Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (school based management)
merupakan sistem pengelolaan persekolahan yang memberikan kewenangan dan
kekuasaan kepada sekolah untuk mengatur sesuai dengan potensi, tuntutan, dan
kebutuhan sekolah itu sendiri. 34
Dalam hal ini, memberikan kesempatan
pengendalian lebih besar bagi kepala sekolah, guru, murid dan orang tua atas proses
pendidikan di sekolah mereka.
Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi persoalan yang akan terus dibahas
dalam pengelolaan /manajemen Pendidikan. Meningkatkan kualitas pendidikan
adalah usaha yang harus diupayakan terus menerus agar harapan agar pendidikan
yang berkualitas dan relevan dapat tercapai. Semua orang tentunya akan lebih suka
menuntut ilmu pada lembaga yang memiliki mutu yang baik. Atas dasar itu, lembaga
pendidikan harus dapat memberikan pelayanan dan kualitas yang baik agar tidak
terlantar dan mampu bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya. 35
Misalnya
33
H. E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta : Bumi Aksara, 2015), h. 160
34
Ibid. h. 177
35
Muhammad Fadhli, Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan, Jurnal Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari -
Juni 2016, h, 10

20
dalam Peningkatan mutu dalam proses pembelajaran sangat terkait dengan interaksi
antara peserta didik dan pendidik berkaitan dengan materi tertentu, maka tidak hanya
kondisi peserta didik yang berpengaruh, tetapi juga kondisi pendidik tidak kalah
pentingnya mempengaruhi kualitas pembelajaran. Pendidik adalah mediator yang
bisa memberi pengalaman mendasar yang memungkinkan peserta didik
menunjukkan potensi yang luar biasa yang dimilikinya. 36

Konsep TQM (Total Quality Management) dalam pendidikan memandang


bahwa lembaga pendidikan merupakan industri jasa dan bukan sebagai proses
produksi. TQM dalam hal ini tidak membicarakan permasalahan input (peserta
didik) dan output (lulusan), tetapi mengenai pelanggan yang mempunyai kebutuhan
dan cara memuaskan pelanggan tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa TQM
memandang produk usaha pendidikan sebagai jasa dalam bentuk pelayanan yang
diberikan oleh pengelola pendidikan beserta seluruhan sumber-sumber pendidikan
kepada para pelanggan sesuai dengan standar mutu tertentu. Lulusan merupakan
produk pendidikan.

Pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa pendidikan kualitas tidak bisa dilihat
saat ini dari kualitas lulusannya, tapi juga mencakup bagaimana lembaga pendidikan
dapat memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai dengan standar kualitas yang berlaku.
Pelanggan dalam hal ini adalah pelanggan internal (mahasiswa, pendidik, dan tenaga
kependidikan) serta pelanggan eksternal (orang tua siswa, masyarakat dan pengguna
lulusan).37

Dengan demikian manfaat yang diperoleh dari implementasi TQM yaitu antara
lain:

1. Mutu terjaga dengan baik


2. Merupakan metode pencegahan menemukan secara dini kesalahan

36
Abd. Wahid Tahir, Implementasi Manajemen Berbasis Madrasah Dalam Peningkatan Mutu, Jurnal
Lentera Pendidikan, Vol. 20 No. 240 2 Desember 2017, h. 247.
37
Ibid. h. 177

21
3. Mengurangi jumlah kesalahan
4. Memperbaiki hubungan dengan pelanggan dan masyarakat stakeholder
5. Sebagai tolok ukur tercapainya suatu visi dan misi
6. Menunjukkan di mana letak kesalahan atau kekurangan 38

Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam buku


Ibrahim Bafadal, manajemen mutu pendidikan bertujuan untuk memandirikan
dengan cara memberdayakan sekolah dengan cara memberikan kebebasan
wewenang dalam rangka meningkatkan mutu sekolah tersebut. Dengan
kemandiriannya, diharapkan :

a. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang lebih mengetahui kekuatan,


kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya, untuk kemudian dapat
mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolah
b. Sekolah dapat mengembangkan sendiri program-program sesuai dengan
kebutuhannya
c. Sekolah dapat bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masingmasing
kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah
d. Sekolah dapat melakukan persaingan sehat dengan sekolah lain untuk
meningkatkan mutu pendidikan39

2.4.1 Teknik Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan

Untuk bisa menghasilkan mutu, menurut Bresman Rajagukguk terdapat


empat usaha mendasar yang harus dilakukan dalam suatu lembaga pendidikan,
yaitu :
1. Menciptakan situasi “menang-menang” (win-win solution) dan bukan situasi
“kalah-menang” diantara fihak yang berkepentingan dengan lembaga
38
Suranto, Manajemen Mutu dalam Pendidikan (TQM in Education), (Semarang: Ghyyas Putra, 2009), h.
14.
39
Ibrahim Bafadal, Manajemen Peningkat Mutu Sekolah Dasar (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 84-85.

22
pendidikan (stakeholders). Dalam hal ini terutama antara pimpinan lembaga
dengan staf lembaga harus terjadi kondisi yang saling menguntungkan satu
sama lain dalam meraih mutu produk/jasa yang dihasilkan oleh lembaga
pendidikan tersebut.
2. Perlu ditumbuhkembangkan motivasi instrinsik pada setiap orang yang
terlibat dalam proses meraih mutu. Setiap orang dalam lembaga pendidikan
harus tumbuh motivasi bahwa hasil kegiatannya mencapai mutu tertentu
yang meningkat terus menerus, terutama sesuai dengan kebutuhan dan
harapan pengguna/langganan.
3. Setiap pimpinan harus berorientasi pada proses dan hasil jangka panjang.
Penerapan manajemen mutu terpadu dalam pendidikan bukanlah suatu proses
perubahan jangka pendek, tetapi usaha jangka panjang yang konsisten dan
terus menerus.
4. Dalam menggerakkan segala kemampuan lembaga pendidikan untuk
mencapai mutu yang ditetapkan, haruslah dikembangkan danya kerjasama
antar unsur-unsur pelaku proses mencapai hasil mutu. Janganlah diantara
mereka terjadi persaingan yang mengganggu proses mencapai hasil mutu
tersebut. Mereka adalah satu kesatuan yang harus bekerjasama dan tidak
dapat dipisahkan satu sama lain untuk menghasilkan mutu sesuai yang
diharapkan.40
2.5 Definisi Manajemen Berbasis Sekolah
Dampak dari pelaksanaan Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 dan
Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 2004 adalah pemerintah daerah diberi hak,
wewenang, dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah
(kabupaten/kota) berdasarkan.

Bresman Rajagukguk, Paradigma Baru Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, Jurnal Tabularasa Pps
40

Unimed, Vol.6 No.1, Juni 2009, h. 79.

23
Konsekwensi logis dari pelaksanaan Undang-Undang Otonomi Daerah tersebut
adalah perubahan terhadap manajemen pendidikan. Karena itu, manajemen
pendidikan berbasis pusat diubah menjadi manajemen pendidikan berbasis sekolah
(MBS). Selanjutnya pada Pasal 51 Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pengelolaan satuan
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan
berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis
sekolah/madrasah.
Istilah MBS seringkali didengar dari perbincangan orangorang di sekitar kita,
namun masih banyak orang yang belum memahami istilah tersebut. Para pakar
pendidikan telah banyak memberikan kajian dan ulasan terhadap istilah tersebut.
Slamet PH,(2000), mengemukakan bahwa istilah MBS berasal dari tiga kata yaitu
manajemen, berbasis, dan sekolah.
Manajemen adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya melalui
sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan. Berbasis berarti ”berdasarkan pada” atau ”berfokuskan pada”. Sekolah
adalah suatu organisasi terbawah dalam jajaran Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas) yang bertugas memberikan ”bekal kemampuan dasar” kepada peserta
didik atas dasar ketentuanketentuan yang bersifat legalistik dan profesionalistik.41
Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud dalam manajemen berbasis sekolah
ini adalah bahwa ”manajemen berbasis sekolah” adalah pengkoordinasian dan
penyerasian sumber daya yang dilakukan secara otonomis oleh sekolah melalui
sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan sekolah dalam bingkai
pendidikan nasional, dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait
dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan
(partisipatif).42

41
PH, Slamet., 2000. Menuju Pengelolaan Pendidikan Berbasis Sekolah.
42
Hamid, Hamid. "Manajemen Berbasis Sekolah." Al-Khwarizmi: Jurnal Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam 1.1 (2013): 87-96.

24
2.5.1 Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah

Tujuan pelaksanaan MBS adalah untuk memberdayakan sekolah, terutama


sumber daya manusianya (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua, dan
masyarakat sekitarnya), melalui pemberian kewenangan, fleksibilitas, dan sumber
daya lain untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh sekolah yang
bersangkutan. Tujuan utama MBS adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Dengan adanya MBS, sekolah dan masyarakat tidak perlu lagi menunggu perintah
dari pusat/atas. Mereka dapat mengembangkan suatu visi pendidikan yang sesuai
dengan keadaan setempat dan melaksanakan visi tersebut secara mandiri.

2.6 Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah meningkatkan Mutu Pendidikan


MBS dipandang sebagai alternatif dari pola umum pengoperasian sekolah yang
selama ini merumuskan wewenang di kantor pusat dan daerah. MBS adalah strategi
untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan mendelegasikan kewenangan
pengambilan putusan penting dari pusat dan daerah ke tingkat sekolah. Dengan
demikian, MBS pada dasarnya sistem manajemen di mana sekolah merupakan unit
pengambilan putusan penting tentang penyalahgunaan pendidikan secara mandiri.
MBS memberikan kesempatan pengendalian lebih besar bagi kepada sekolah, guru,
murid, dan orang tua atas proses pendidikan di sekolah mereka. MBS memberikan
kesempatan pengendalian lebih besar bagi kepada sekolah, guru, murid, dan orang
tua atas proses pendidikan di sekolah mereka.43
Karena dengan MBS sekolah dapat dengan leluasa mengelola dan sekaligus
meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya masing-masing. Pengalaman
ditunjukkan oleh negara maju seperti Australia dan Amerika Serikat serta beberapa
sekolah di Indonesia yang telah melaksanakan MBS, menunjukan bahwa penerapan
MBS merupakan cara efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Sukmawati, Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui Manajemen Berbasis Sekolah. Jurnal
43

Cakrawala Kependidikan Vol. 9. No. 2. September 2011:105 - 211

25
Implementasi MBS akan berbeda antara sekolah yang satu dengan sekolah yang
lain dan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Namun demikian
implementasi MBS akan berhasil apabila bertolak dari strategi yang mengacu pada
prinsip-prinsip, karakteristik MBS itu sendiri. Slamet P.H. dalam Muhamad
Syaifudin dkk (2007:4) menyatakan bahwa strategi utama yang perlu ditempuh
dalam implementasi MBS adalah sebagai berikut:
1. Menyosialisasikan konsep MBS
2. Melakukan analisis situasi
3. Merumuskan tujuan situasional yang akan dicapai melalui pelaksanaan MBS
4. Mengidentifikasikan fungsi-fungsi yang dilibatkan untuk mencapai tujuan MBS
5. Menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi melalui analisis SWOT
6. Memiliki langkah-langkah pemecahan masalah atau tantangan
7. Membuat rencana jangka pendek menengah dan panjang
8. Melaksanakan program-program untuk merealisasikan rencana jangka pendek
MBS
9. Melakukan pemantauan dan evaluasi proses hasil MBS.44

Untuk menunjang strategi seperti tersebut di atas, di sekolah perlu memiliki


iklim sekolah yang kondusif bagi tercapainya suasana yang aman, nyaman, dan
tertib, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan
menyenangkan. Iklim sekolah juga akan mendorong terwujudnya proses
pembelajaran yang efektif yang lebih menekankan pada learning to know, learning
to do, learning to be dan learning to live together.

BAB III
METODE PENELITIAN

44
Op.Cit

26
3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui adakah pengaruh positif
peran manajemen pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan terhadap standar
proses di SMAN 41 Jakarta.

3.2 Metode Penelitian


Metode penelitian pada dasarnya merupkan cara ilmiah untuk medapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata
kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmia, data, tujuan, dan kegunaan. Cara
ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu
rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan
dengan carcara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia.
Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indra manusia,
sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan.
Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan
langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.45
Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan
pemecahan masalah ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan
data, menganalisis dan menginterpretasi.46
Dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistik, jumlah teori yang harus
dimiliki oleh peneliti kualitatif jauh lebih banyak karena harus disesuaikan dengan
fenomena yang berkembang dilapangan.47
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu metode dimana
segala aspek harus diamati sepenuhnya, sedangkan hasil analisa datanya hanya
berlaku untuk tempat dan jangka waktu tertentu.

45
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, Dan R &D, (Bandung:
Alfabeta, 2017), h. 2
46
Cholid Narbuko & aBu achmadi, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h.
47
Sugiono, Ibid, h. 213

27
Salah satu hal penting untuk dipertimbangkan dalam memilih kasus ialah peneliti
yakin bahwa dari kasus tersebut akan dapat diperoleh pengetahuan lebih lanjut dan
mendalam secara ilmiah. Dalam hal ini Studi Kasus disebut sebagai Instrumental
Case Study. Selain itu, Studi Kasus bisa dipakai untuk memenuhi minat pribadi
karena ketertarikannya pada suatu persoalan tertentu, dan tidak untuk membangun
teori tertentu.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian


a. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini adalah tempat yang digunakan peneliti untuk
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian dilakukan di
SMAN 41 Jakarta. Alasan memilih SMAN 41 Jakarta sebagai tempat penelitian
karena peran manajemen pendidikan di sekolah tersebut seperti jajaran staff
kepala sekolah dan staff guru pernah memberikan dampak signifikan bagi mutu
pendidikan kepada siswa SMAN 41 Jakarta, baik itu meningkatkanya hasil Ujian
Nasional siswa kelas XII ataupun ujian akhir semester untuk setiap kelas.

b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2021.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Untuk mengumpulkan data yang objektif dan falid, penulis menggunkan teknik
pengumpulan data dengan metode observasi, wawancara (interview), dan
dokumentasi:

a. Metode observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik lain, yaitu wawancara dan kuesioner
selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang,
tetapi objek-objek alam yang lain. Obeservasi (pengamatan) adalah alat

28
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara
sistematik gejala-gejala yang diselidiki.48
Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data yaitu fakta
mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui obsevasi. Data itu
dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih,
sehingga benda-benda yang sangat kecil maupun yang sangat jauh dapat
diobservasi dengan jelas.49
Dengan teknik observasi ini, peneliti mendapat gambaran mengenai
penelitian peran manajemen pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan
di SMAN 41 Jakarta. Hal yang diobservasikan ialah interaksi kepada kepala
sekolah, waka kurikulum, Guru, peserta didik dan lingkungan sekolah.

b. Metode wawancara/interview.
Teknik wawancara/interview merupakan cara yang digunakan untuk
mendapatkan data dengan cara mengadakan secara langsung dengan informan.
Menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmad wawancara adalah proses tanya
jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau
lebih secara bertatap muka dengan mendengerkan secara langsung informasi
yang disampaikan.50
Berdasarkan kutipan diatas penulis menyimpulkan bahwa
wawancara/interview ialah metode yang digunakan untuk memperoleh data yang
valid dan objektif secara langsung dengan pewawancara. Metode ini merupakan
metode yang praktis untuk mendapatkan data penelitian yang diperlukan, dan
informasi yang dibutuhkan terkait masalah penelitian yang diteliti dapt diperoleh
dengan pihak-pihak yang mewakili.

48
Cholid Narbuko & aBu achmadi, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 72
49
S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 83
50
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Ibid, h. 83

29
Penelitian menggunkan metode wawancara bebas terpimpin karena
dalam pelaksanaanya tidak terlalu formal dan terbuka tetapi tidak menyimpang
dari permasalahan penelitian. Wawancara bebas tepimpin adalah kombinasi
antara wawaran bebas dan wawancara terpimpin. Jadi dalam wawancara hanya
memuat pokok-pokok masalah yang diteliti selanjutnya dalam proses wawancara
berlangsung mengikuti situasi pewawancara, apabila menyimpang dari pokok
permasalah yang diabahas.51 Penulis menggunakan metode ini untuk
mewawancarai kepala sekolah, waka kurikulum, Guru, dan peserta didik untuk
mendapatkan informasi peran manajemen pendidikan dalam meningkatkan mutu
pendidikan di SMAN 41 Jakarta.
c. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi ialah cara memperoleh data mengenai penelitian
yang bersifat dokumen yang berada di lingkungan penelitian, seperti profil
sekolah, data pengurus sekolah (guru, karyawan, peserta didik dan sarana
prasarana sekolah) dan data terkait admistrasi sekolah.
Metode dokumentasi ialah metode pengumpulan data yang berbentuk,
tulisan, arsip, gambar, foto dan lain-lainnya.

3.5 Data dan Sumber Data


Data Primer
Jenis data ini diperoleh secara langsung dari informan melalui wawancara.
Dalam menetapkan informan peneliti menggunakan teknik snowball sampling.
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel sumber data, yang pada
awalnya jumlahnya sedikit, lama kelamaan menjadi besar (Sugiyono, 2009:85) 52.
Dengan teknik snowball sampling ini peneliti memilih satu informan yaitu
Anissatul Masruroh selaku guru Bimbingan Konseling SMAN 41 Jakarta. Beliau
menjadi key-informan atau informan kunci untuk selanjutnya memberikan
petunjuk siapa informan yang berkompeten yang mampu memberikan data.
51
S. Margono, Ibid, h. 85
52
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta

30
Data Sekunder
Sumber sekunder adalah data yang berasal dari sumber bacaan dan berbagai
sumber lainnya yang terdiri dari buku absensi bulan Mei kelas X-A, XI-A dan
XII-C, catatan kelas, catatan hasil nilai siswa, sampai dokumen-dokumen resmi
siswa. Penelitian ini menggunakan sumber sekunder berupa Rencana
Perencanaan Pembelajaran (RPP) untuk mengkuatkan penemuan dan
melengkapi sumber primer yang telah dilakukan melalui wawancara langsung
pada narasumber yang ada di SMAN 41 Jakarta.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan
data dan memilih mana yang penting serta mana yang perlu dipelajari serta
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami (Sugiyono, 2007: 333-345)53.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif yang digunakan peneliti sebagaimana yang dikemukakan Miles dan
Hubberman (Sugiyono, 2007: 204) yaitu pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data dan langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan. Langkah-
langkah tersebut sebagi berikut54.

a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan penyerderhanaan yang dilakukan melalui seleksi,
pemfokusan dan keabsahan data mentah menjadi informasi yang bermakna,
sehingga memudahkan penarikan kesimpulan.

b. Penyajian Data

53
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
54
Ibid, hlm 204

31
Penyajian data yang sering digunakan pada data kualitatif adalah bentuk
naratif. Penyajian-penyajian data berupa sekumpulan informasi yang tersusun
secara sistematis dan mudah dipahami.

c. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam analisis data yang
dilakukan melihat hasil reduksi data tetap mengaju pada rumusan masalah secara
tujuan yang hendak dicapai. Data yang telah disusun dibandingkan antara satu
dengan yang lain untuk ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan
yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

 Mukhtar dan Iskandar, Orientasi baru supervise pendidikan (Jakarta:Gaung Perdana


Press, 2013),
 Khairul Umam, Manajemen Organisasi, Pustaka Setia Bandung, 2012
 R. ekoIndrajit & R. Djokopranoto, Manajemen Perguruan Tinggi Modern, 2006
 Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, CV. Alfabeta, Bandung,
2012
 Siswanto, Pengantar Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2011
 Moh. Yamin, Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan, Yogyakarta: Diva Press,
2009
 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004
 Rohiat, Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktik, Refrika Aditama, Bandung,
2009
 Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, Teras, Yogyakarta, 2009

32
 Soekidjo Notoatmodjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta
 Neti Karnati, Manajemen Perkantoran: Analisis Teori dan Aplikasi dalam
Organisasi Pendidikan, Aceh: Bunda Ratu
 Hamid, Hamid. "Manajemen Berbasis Sekolah." Al-Khwarizmi: Jurnal Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 1.1 (2013): 87-96.
 PH, Slamet., 2000. Menuju Pengelolaan Pendidikan Berbasis Sekolah. Makalah,
disampaikan dalam Seminar Regional dengan Tema ” Otonomi Pendidikan dan
Implementasinya dalam EBTANAS” pada Tanggal 8 Mei 2000 di Universitas Panca
Marga Probolinggo, Jawa Timur
 Moeljono Notosoedirdjo, Latipun, Kesehatan Mental, Malang: Umm Press, 1999
 Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung :
Alfabeta
 Moleong, Lexy J, 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
 Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pers UGM.
 Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
 H.E Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: Bumi
Aksara, 2015)
 Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership, Menuju Sekolah Efektif
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016)
 Abdul Hadis, Manajemen Mutu Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2014)
 Muhammad Fadhli, Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan, Jurnal Itqan, Vol.
VII, No. 1, Januari - Juni 2016
 Abd. Wahid Tahir, Implementasi Manajemen Berbasis Madrasah Dalam
Peningkatan Mutu, Jurnal Lentera Pendidikan, Vol. 20 No. 240 2 Desember 2017
 Suranto, Manajemen Mutu dalam Pendidikan (TQM in Education), (Semarang:
Ghyyas Putra, 2009)

33
 Ibrahim Bafadal, Manajemen Peningkat Mutu Sekolah Dasar (Jakarta: Bumi Aksara,
2012)
 Bresman Rajagukguk, Paradigma Baru Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan,
Jurnal Tabularasa Pps Unimed, Vol.6 No.1, Juni 2009
 Hamid, Hamid. "Manajemen Berbasis Sekolah." Al-Khwarizmi: Jurnal Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 1.1 (2013)
 Sukmawati, Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui Manajemen Berbasis
Sekolah. Jurnal Cakrawala Kependidikan Vol. 9. No. 2. September 2011

34

Anda mungkin juga menyukai