Anda di halaman 1dari 35

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

TERHADAP HASIL BELAJAR IPA DALAM MATERI


PEREDARAN DARAH MANUSIA PADA SISWA
KELAS V SD NEGERI NO 173208 SIGOTOM
T.A 2023/2024

SKRIPSI

Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi


Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Quality

Oleh:

ARDI HARYANTO TAMBUNAN


NPM : 1905030198

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS QUALITY
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis
Nearpod pada materi Bagian–bagian Tumbuhan kelas IV SD Negeri 065013
Medan Tahun Ajaran 2023/2024”. Proposal penelitian ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Strata-1 Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Quality
Medan. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang turut
serta membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
menyelesaikan proposal penelitian ini, Oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Dedi Holden Simbolon, S.Si, M.Pd selaku Rektor Universitas
Quality.
2. Ibu Rita Herlina BR PA, M.Pd selaku Wakil Rektor Universitas Quality.
3. Ibu Dr. Gemala Widiyarti S.Sos, M.Pd selaku Dekan Universitas Quality.
4. Ibu Restio Sidebang S.Pd, M.Pd selaku Kaprodi Universitas Quality.
5. Ibu Siti Rakiyah S.Pd.,M.Hum sebagai dosen Pembimbing I yang telah
banyak memberikan bimbingan, motivasi, dan saran kepada penulis
sehingga proposal penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.
6. Bapak Muhammad Daliani S.Pd.,M.Si sebagai dosen Pembimbing II yang
telah banyak memberikan bimbingan, motivasi, dan saran kepada penulis
sehingga proposal penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.
7. Bapak dan Ibu dosen beserta staff pengajar/administrasi di Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Quality.
8. Teristimewa penulis ucapkan terimakasih banyak kepada orangtua tercinta
Manahara Tambunan S.Pd dan Emmi Gultom S.Pd yang senantiasa selalu
memberikan doa, motivasi dan dukungan baik secara moril maupun
material kepada penulis.

i
9. Kepada kakak tercinta, Martina Tambunan S.Pd.,M.Pd, yang selalu
mendukung dan juga turut mendoakan.
10. Kepada teman dekat penulis, Sarina Sormin, yang saling mendukung dan
memberi motivasi.
11. Kepada Kepala Sekolah dan Guru kelas V SD Negeri 173210 Sigotom
12. Kepada diri saya sendiri yang telah mampu bertahan, berjuang dan
berusaha bertanggung jawab dengan apa yang yang sudah saya mulai
diperkuliahaan ini. Terimakasih karena sudah tetap kuat.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam


penulisan proposal penelitian ini. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang dapat menambah wawasan dan membangun demi kesempurnaan
proposal penelitian ini. Semoga proposal penelitian ini bermanfaat bagi penulis
dan pembaca.

Medan, November 2023


Penulis

Ardi HaryantoTambunan
NPM: 1905030198
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

DAFTAR TABEL..............................................................................................v

DAFTAR GAMBAR........................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah...............................................................................3

1.3 Batasan Masalah....................................................................................4

1.4 Rumusan Masalah..................................................................................5

1.5 Tujuan Masalah......................................................................................5

1.6 Manfaat Penelitian.................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................6

2.1 Kerangka Teoritis..........................................................................................6

2.1.1 Pengertian Pembelajaran ................................................................. 6

2.1.2 Pengertian Hasil Belajar......................................................................7

2.1.3 Model Pembelajaran Problem Blased Learning..................................8

2.1.4 Materi Peredaran Darah Manusia......................................................13

2.1.5 Kajian Pustaka...................................................................................19

2.1.6 Hipotesis Penelitian...........................................................................19

BAB III METODE PENELITIAN................................................................21

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................21


iii
3.2 Populasi dan Sampel....................................................................................21

3.2.1 Populasi Penelitian.............................................................................21

3.2.2 Sampel Penelitian..............................................................................21

3.3 Variabel Penelitian.......................................................................................21

3.4 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................21

3.5 Jenis dan Desain Penelitian..........................................................................22

3.6 Prosedur Penelitian......................................................................................25

3.7 Teknik Analisis Data...................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................28

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah- langkah Model Pemberlajaran...........................................21

Tabel 3.1 Two Group Pretest-Postest Desain...................................................45

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tampilan Peredaran Darah Manusia..............................................16

Gambar 2.2 Tampilan Jantung Manusia...........................................................16

Gambar 2.3 Organ Paru-Paru dan Mekanisme Pertukaran 02 dan C02............19

Gambar 2.4 Bentuk Eritrosit..............................................................................24

Gambar 2.5 Tampilan Orang Normal Dan Penderita Anemia..........................26

Gambar 2.6 Tampilan Orang Normal dan Penderita Leukimia.........................29

Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian.........................................................42

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah serangkaian kegiatan yang dilewati oleh individu di kehidupannya.
Pendidikan berperan untuk mewujudkan generasi yang bermanfaat di masa depan. Proses
pembelajaran yang disampaikan ke peserta didik hendaklah mempunyai makna yang relavan
agar peserta didik bisa memanfaatkan pengetahuan yang diperolehnya dalam kehidupannya.
Pendidikan yang ditempuh oleh peserta didik akan membekali peserta didik dengan ilmu
pengetahuan (Ishak, 2021). Pendidikan pada abad 21 berhubungan dengan masalah-masalah
yang terdapat di kehidupan sehari-hari. Hasil pendidikan terdapat pola kompetensi dan pola
intelegensi yang berguna di abad ke-21. Pendidikan tidak hanya mempersiapkan peserta didik
untuk mempersiapkan masa depan, tetapi pendidikan yang didapatkan juga menciptakan
masa depan. Pendidikan yang ditempuh oleh peserta didik akan membentuk peserta didik
agar mempunyai kecakapan berpikir tingkat tinggi dan daya kreativitas yang tinggi (Rusman,
2015).
Pembelajaran pada abad 21 bertujuan untuk menciptakan kemampuan belajar peserta
didik, serta mewujudkan perkembangan pembelajaran menjadi pembelajaran sepanjang
hayat, aktif dalam pembelajaran, dan mempunyai kemandirian. Pembelajaran pada abad 21
menuntut banyak hal dari seorang guru. Guru perlu mempersiapkan peserta didik agar peserta
didik mempunyai keterampilan di abad-21. Tugas seorang guru adalah mendesain
pembelajaran, memanfaatkan media pembelajaran serta teknologi di dalam pembelajaran, dan
menerapkan nilai-nilai yang membentuk kepribadian dan akhlak yang baik (Tarihoran, 2019).
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ialah materi pembelajaran yang ada di sekolah
dasar. Hakikat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam menjadi landasan filosofis dalam
melaksanakan pembelajaran IPA di kelas. Pembelajaran IPA di kelas harus mewujudkan
penguasaan pengetahuan, sikap ilmiah, serta kemampuan proses sains pada diri peserta didik.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum
pendidikan di Indonesia, IPA selalu ada dalam pembelajaran dari jenjang Sekolah Dasar (SD)
hingga Perguruan Tinggi. IPA sendiri merupakan rumpun ilmu yang memiliki karakteristik
khusus yang mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian
dan hubungan sebab-akibatnya.
Dalam pembelajaran tematik yang membutuhkan langkah pemecahan masalah,
dibutuhkan keterampilan untuk dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu keterampilan tersebut adalah keterampilan berpikir kritis (critical thinking).

1
2

Keterampilan berpikir kritis mencakup kemampuan mengakses, menganalisis, mensintesis


informasi yang dapat dibelajarkan, dilatihkan dan dikuasai. Keterampilan berpikir kritis juga
menggambarkan keterampilan lainnya seperti keterampilan komunikasi dan informasi, serta
kemampuan untuk memeriksa, menganalisis, menafsirkan, dan mengevaluasi bukti. Berfikir
kritis merupakan pemikiran yang bersifat selalu ingin tahu terhadap informasi yang ada untuk
mencapai suatu pemahaman yang mendalam. Pentingnya berpikir kritis bagi setiap siswa
adalah mereka dapat menyelesaikan semua masalah yang ada di dunia nyata. Oleh karena itu,
peserta didik harus diberi kesempatan seluasluasnya untuk mengkontruksi pengetahuan dan
keterampilan sehingga interaksi dalam kelas dapat berjalan dengan baik.
Dalam pembelajaran, pendidik sangat berperan penting untuk membantu siswa
menyelesaikan masalah, untuk itu guru harus mendorong siswa untuk berperan aktif dalam
pembelajaran. Dengan situasi yang ada saat ini, maka perlu adanya sebuah model
pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dan kemampuan berpikir kritis
siswa. Model pembelajaran yang cocok adalah model pembelajaran Problem Based Learning.
Menurut Utomo, wahyudi & Hariyadi dalam Rachmawati, berpendapat bahwa, “model
pembelajaran Problem Based Learning suatu konsep pembelajaran dengan pendekatan
pemecahan masalah yang bertujuan untuk melatih aktivitas mental siswa dalam menghadapi
permaslahan didunia nyata”. Proses pembelajaran tidak hanya persiapan untuk masa depan,
tetapi juga menghasilkan seseorang dengan pola pikir kritis serta memiliki tingkat kreativitas
dan keterampilan yang tinggi. Pembelajaran dengan model ini dapat menumbuhkan
kemampuan berpikir dalam menggunakan wawasan yang dimiliki tanpa harus memikirkan
kualitas pendapat yang disampaikan.
Model pembelajaran Problem Based Learning ini memberikan kebebasan kepada siswa
untuk kegiatan pembelajaran di kelas. Sehingga melalui penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning diharapkan dapat menunjang siswa dalam belajar. Adapun alasan
kenapa peneliti memilih PBL karena berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti
dengan wali kelas V Bapak Amilda Tambunan mengatakan bahwa kemampuan berfikir kritis
siswa sangat rendah terutama pada materi Peredaran darah pada manusia dimana sebelumnya
siswa hanya mendengarkan penjelasan guru, sehingga siswa kurang dalam berfikir kritis
dinformasi yang mereka dapat juga sangat sedikit. Siswa juga jarang diberikan soal-soal yang
sulit seperti golongan C4, C5, dan C6. Sehingga ini juga menjadi salah satu penyebab siswa
kurang dalam berfikir kritis karena kurangnnya pembiasaan baik dalam pemencahan masalah
maupun berfikir secara kritis. Alasan yang lain juga karena PBL sebagai salah satu konteks
sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai
3

suatu konteks bagi siswa untuk belajar berfikir kreatif, inovatif, dan kritis. Problem
Based Learning juga melatih siswa mendorong untuk mempunyai inisiatif berfikir dalam
keterampilan pemecahan masalah pada pembelajaran siswa sehingga pola pikir siswa dapat
meningkat serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi yang
di ajarkan kepada siswa itu sendiri.
Berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning .
Penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa model pembelajaran Problem Based
Learning memang memberikan pengaruh yang segnifikan terhadap keterampilan berfikir
kritis yang dicapai oleh siswa. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Shofiyah
Muqbullah, Tati Sumiati dan Idat Muqodas dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemamuan berfikir kritis pada pembelajaran
IPA Sekolah Dasar kelas VB tahun Pelajaran 2018.10 Selanjutnya penelitian yang dilakukan
oleh Susi Muryaningsih ditemukan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based
Learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa materi akhlak terpuji kelas IV
MI Al-Khoiriyya Semarang.
Harapannya adalah semoga dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning dapat meningkatkan siswa untuk berfikir inovatif. Sehingga
menjadikan siswa lebih aktif dan mandiri dalam memecahkan masalah dengan cara berfikir
kreatif yang diharapkan mereka dapat menerapkan dalam kondisi nyata pada kehidupan
sehari-hari agar siswa mampu meningkatkan Hasil Belajar Siswa.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan secara umum masalah pada penelitian
ini adalah Bagaimana ”Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning
Terhadap Hasil Belajar IPA Dalam Materi Peredaran Darah Manusia Pada Siswa
Kelas V SD Negeri No 173208 Sigotom T.A 2023/2024”. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran Problem Bases Learning
terhadap hasil belajar siswa.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka ada beberapa permasalahan yang dapat di
identifikasi diantaranya :
1. Model pembelajaran masih banyak yang bersifat teacher contered, guru lebih
banyak memberi informasi dengan metode ceramah, diskusi dan Tanya jawab biasa.
2. Guru belum mampu mengembangkan/ menggabungkan cara belajar biasa dengan
model pembelajaran yang lain.
4

3. Kurang maksimalnya hasil belajar IPA sehingga siswa masih banyak memiliki nilai
dibawah KKM.

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas agar tidak terjadi
permasalahan yang terlalu luas maka perlu diadakan pembatasan masalah dalam
penelitian ini dengan meneliti tentang Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based
Learning Terhadap Hasil Belajar IPA Dalam Materi Peredaran Darah Manusia Pada
Siswa Kelas V SD Negeri No 173208 Sigotom T.A 2023/2024.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning pada mata pelajaran IPA Dalam Materi Peredaran Darah
Manusia Pada Siswa Kelas V SD Negeri No 173208 Sigotom T.A 2023/2024?
2. Bagaimana hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran
konvensional pada mata pelajaran IPA Dalam Materi Peredaran Darah Manusia
Pada Siswa Kelas V SD Negeri No 173208 Sigotom T.A 2023/2024?
3. Apakah ada pengaruh yang sifnifikan dalam penerapan model pembelajaran IPA
Dalam Materi Peredaran Darah Manusia Pada Siswa Kelas V SD Negeri No
173208 Sigotom T.A 2023/2024?

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran IPA Dalam Materi
Peredaran Darah Manusia Pada Siswa Kelas V SD Negeri No 173208 Sigotom T.A
2023/2024.
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPA Dalam Materi Peredaran
Darah Manusia Pada Siswa Kelas V SD Negeri No 173208 Sigotom T.A
2023/2024?
3. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran problem based
5

4. learning terhadap hasil belajar siswa pada Materi Peredaran Darah Manusia Pada
Siswa Kelas V SD Negeri No 173208 Sigotom T.A 2023/2024

1.6 Manfaat Penelitian


Pada penelitian ini akan diperoleh beberapa manfaat antara lain:
1. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam
memilih model pembelajaran dan strategi yang bervariasi daalm mengembangkan
proses pembelajaran sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada
siswa.
2. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dan menambah pengetahuan
pengetahuan bagi siswa.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagaimana keadaaan
objektif pendidikan dilapangan untuk sebagai bahan untuk perbaikan atau
perkembangan untuk selanjutnya.
4. Bagi Peneliti
Peneliti mendapatkan pengalaman dalam merencanakan pembelajaran dalam
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan
hasil belajar siswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru secara terprogram dalam disain
instruksional yang menciptakan proses interaksi antara sesama peserta didik, guru dengan
peserta didik dan dengan sumber belajar. Pembelajaran bertujuan untuk menciptakan
perubahan secara terus-menerus dalam perilaku dan pemikiran siswa pada suatu lingkungan
belajar. Sebuah proses pembelajaran tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar. Belajar
menurut Nana Sudjana (2001:28), adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Belajar menurut Morgan dalam Agus Suprijono (2009:3),
adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Salah satu
pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam
dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat
pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap
(afektif). Belajar tidak hanya meliputi mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan,
persepsi, kesenangan, kompetensi, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan, dan
cita-cita.
Mengajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengorganisasi atau menata sejumlah
sumber potensi secara baik dan benar, sehingga terjadi proses belajar anak (Sudarwan Danim,
2008:34). Mengajar menurut Nana Sudjana (2001:29) merupakan suatu proses, yaitu proses mengatur,
mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong
siswa melakukan proses belajar.
Menurut Gagne sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Nazarudin (2007:162)
pembelajaran dapat diartikan sebagai seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang
untuk mendukung proses belajar yang sifatnya internal. Menurut Nazarudin (2007:163)
pembelajaran adalah suatu peristiwa atau situasi yang sengaja dirancang dalam rangka
membantu dan mempermudah proses belajar dengan harapan dapat membangun kreatifitas
siswa. Menurut berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
suatu perubahan dari peristiwa atau situasi yang dirancang sedemikian rupa dengan tujuan
memberikan bantuan atau kemudahan dalam proses belajar mengajar sehingga bisa mencapai
tujuan belajar.
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah usaha-usaha yang dilakukan seseorang melalui perbuatan belajar,

6
7

sehingga memperoleh hasil dalam bentuk tingkah laku yang baru atau dengan kata
lain dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan siswa setelah proses
belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Menurut Sudjana
(2009: 22) hasil belajar adalah pkemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Dalam sisitem pendidikan nasional mengguanakan
klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Blomm yang secara garis besar membaginya menjadi
tiga rana, yaitu:
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif menitikberatkan pada proses intelektual. Terdapat enam tingkatan
dalam ranah pengetahuan, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi, dan
kreasi (Anderson dan Krathwohl, 2001).
Masing-masing tingkatan dijelaskan sebagai berikut :
a) Mengetahui
Mengetahui merupakan kemampuan siswa dalam mengambil pengetahuan dari memori
jangka panjangnya.
b) Memahami
Memahami diartikan dengan mengkonstruksi makna materi pembelajaran, termasuk apa
yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru.
c) Mengaplikasikan
Mengaplikasikan adalah kemampuan menerapkan atau menggunakan suatu prosedur
dalam keadaan tertentu.
d) Menganalisis
Memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian penyusunnya.
e) Mengevaluasi
Mengevaluasi artinya mengambil keputusan berdasarkan kriteria atau dengan kata lain
mampu menilai suatu topik permasalahan dan memberikan solusi untuk pemecahannya.
f) Mencipta
Memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau membuat
suatu produk yang original.
2. Ranah afektif
Ranah afektif adalah sikap, perasaan, emosi, dan karakteristik moral yang merupakan
aspek-aspek penting perkembangan siswa. Berbagai tingkatan yang dinilai yaitu (Sunarti dan
Rahmawati, 2014) :
8

a) Penerimaan : memberikan respon atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan


kepadanya.
b) Partisipasi : menikmati atau menerima nilai, norma dan objek yang mempunyai nilai
etika dan estetika.
c) Penilaian dan penentuan sikap : menilai ditinjau dari segi baik buruk, adil-tidak adil,
indah-tidak indah terhadap objek studi.
d) Organisasi : menerapkan dan mempraktikkan nilai, norma, etika, dan estetika dalam
perilaku sehari-hari.
e) Pembentukan pola hidup : penilaian perlu dilakukan terhadap daya tarik, minat, motivasi,
ketekunan belajar, sikap siswa terhadap mata pelajaran tertentu beserta proses
pembelajarannya.
3. Ranah Psikomotorik
Beberapa ahli mengklasifikasikan dan menyusun hirarki hasil belajar psikomotorik.
Simpson yang mengklasifikasikan hasil belajar psikomotorik menjadi enam. Persepsi
(perception) adalah kemampuan membedakan suatu gejala dengan gejala lain. Kesiapan (set)
adalah kemampuan menempatkan diri untuk memulai suatu gerakan, misalnya
mendemonstrasikan termometer. Gerakan terbimbing (giude response) adalah kemampuan
melakukan gerakan meniru model yang dicontohkan. Gerakan terbiasa (mechasism) adalah
kemampuan melakukan gerakan tanpa ada contoh model. Gerakan kompleks (adaptation)
adalah kemampuan melakukan serangkaian gerakan cara dan urutan yang tepat. Kreativitas
(origination) adalah menciptakan gerakan-gerakan baru yang tidak ada sebelumnya.

2.1.3 Model Pembelajaran Problem Based Learning


1. Pengertian Pembelajaran Problem Based Learning
Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran
yang pada kegiatan awal pembelajaran mempertemukan siswa kepada masalah kehidupan
nyata. Menurut taksonomi Bloom, Problem Based Learning merupakan salah satu model
yang disarankan dalam pembelajaran kurikulum 2013 untuk dapat membantu siswa untuk
berpikir tingkat tinggi. Problem Based Learning sebagai suatu model pembelajaran yang
ditandai dengan fleksibilitas dan keragaman isu di dalamnya yang dapat disajikan dalam
berbagai cara pada lintas mata pelajaran dan disiplin yang berbeda serta dalam konteks yang
beragam. Problem besed Learning merupakan suatu pendekatan yang berfokus pada
tantangan untuk membuat siswa berfikir.
PBL merupakan model pembelajaran yang sangat baik untuk mengembangkan
9

kemampuan berpikir kritis karena dapat berkembang sesuai dengan komponen berpikir kritis,
yaitu (1) PBL dapat memberikan pemahaman yang kuat dari pengetahuan dasar faktual dan
penerapan, (2) memberikan peluang bagi pengembangan kemampuan berpikir kritis, (3)
mendorong siswa untuk bertanya, (4) dalam PBL guru tidak mendominasi aktivitas kelas,
guru mengarahkan siswa untuk belajar. Hal ini berarti pembelajaran berbasis masalah
berfokus pada tantangan untuk membuat siswa berpikir. Berdasarkan beberapa definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning (PBL) adalah suatu pembelajaran yang
berpusat pada siswa disajikan dengan beragam masalah nyata untuk memotivasi siswa dalam
belajar dan mengarahkan siswa menuju pemahaman yang lebih besar.
2. Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Menurut Baden mengemukakan bahwa ada lima karakteristik dalam Problem Based Learning
yaitu:
a. Kompleks, kenyataanya bahwa tidak hanya satu jawaban benar yang menjadi focus
pengorganisasian untuk pembelajaran
b. Siswa bekerja dalam tim untuk menyelesaikan masalah, mengidentifikasi kesenjangan
belajar unuk mengembangkan solusi yang layak
c. Siswa mendapat informasi yang baru meskipun belajar sendiri
d. Pengajar bertindak sebagai fasilitator
e. Masalah mengarah ada pengembangan klinis kemampuan pemecahan masalah.

Menurut Rusman, karakteristik model PBL adalah sebagai berikut:


a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar
b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak
terstruktur
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective)
d. Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan
kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang
baru dalam belajar.
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal utama.
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi
sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBL.
g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif
h. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya
dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan
10

i. Sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar; dan


j. PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran PBL
memiliki karakteristik-karakteristik tersendiri sebagai sebuah model pembelajaran. Hal yang
paling mendasar dalam model PBL ini adalah bagaimana sutu masalah nyata dalam
kehidupan sehari-hari siswa dapat dipecahkan secara nyata juga ileh siswa dalam pelaksanaan
pembelajarannya.
3. Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Kemendikbud dalam materi kurikulum 2013 mengemukakan tujuan pembelajaran
berbasis masalah atau Problem Based Learning sebagai berikut:
a. Pembelajaran berbasis masalah bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi dan keterampilan memecahkan masalah.
b. Pemodelan peranan orang dewasa. Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting
menjembatani antara pembelajaran sekolah formal dan informal seperti mendorong kerja
sama dalam menyelesaikan tugas.
c. Belajar pengarahan sendiri (Self Directed Learning). Peserta didik menjadi pembelajar yang
mandiri, menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus
diperoleh dibawah bimbingan guru.
4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Keberadaan Problem Based Learning menurut Barret memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
a. Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata.
b. Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar.
c. Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubunganna tidak
perlu saat itu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa dengan menghafal atau
menyimpan informasi.
d. Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.
e. Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan baik dari perpustakaan, internet,
wawancara dan observasi.
f. Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri.
g. Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi
atau presentasi hasil pekerjaan mereka.
h. Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam bentuk
peer teaching.
Selain kelebihan model pembelajaran Problem Based Learning juga memiliki kelemahan.
Menurut Mustaji dikutip Mohammad Yusuf, kelemahan tersebut yaitu:
11

a. Dimana siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah
yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa susah untuk mencoba.
b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui pemecahana masalah membutuhkan cukup
waktu untuk persiapan.
c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari nyata.
5. Sintak Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Pada model pembelajaran Problem Based Learning terdapat langkah-langkah untuk sebuah
proses pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran tersebut menjelaskan tahapantahapan proses
pembelajaran yang akan dilakukan seperti yang dikemukakan E. Kokasih, langkah-langkah model
pembelajaran Problem Based Learning dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran


No Tahapan Aktifitas Guru dan Siswa
1 Mengorientasi siswa terhadap Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan
masalah sarana atau logistik yang dibutuhkan. Guru
memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas
pemecahan masalah nyata yang dipilih atau
ditentukan.
2 Mengorganisasi siswa untuk Guru membantu siswa mendefenisikan dan
belajar mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah yang diorientasikan pada tahap
sebelumnya.
3 Membimbing penyelidikan Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
individual maupun kelompok informasi yang sesuai dan melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah
4 Mengembangkan dan Guru membantu siswa untuk berbagai tugas dan
menyajikan hasil karya merencanakan atau menyiapkan karya yang
sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam
bentuk laporan, video atau model
5 Menganalisis dan mengevalusi Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi
proses pemecahan masalah atau evaluasi terhadap proses pemecahan
masalah yang dilakukan.

Penjabaran lagkah-langkah diatas, dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning


12

(PBL) didasarkan pada situasi bermasalah dan membingungkan, sehingga akan


membangkitkan rasa ingin tahu siswa kemudian siswa tertarik untuk menyelidiki
permasalahan tersebut. Pada saat siswa sudah melakukan penyelidikan, maka siswa
menggunakan tahapan berpikir kritis untuk menyelidiki masalah, menganalisa berdasarka
bukti dan mengambil keputusan berdasarkan hasil penyelidikan. Apabila proses belajar dapat
berjalan maksimal, maka siswa mampu berpikir kritis sehingga dapat memutuskan dengan
tepat apa yang seharusnya dipercayai dan apa yang harus dilakukan.
6. Muatan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Pembelajaran IPA di SD dilanjutkan untuk memberi kesempatan siswa memupuk rasa
ingin tahu secara alamiah, mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas
fenomena alam berdasarkan bukti, serta mengembangkan cara berpikir ilmiah. Tujuan mata
pelajaran IPA di SD/MI berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah :
a. Memperoleh keyakinan terhadap kesabaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsepkonsep IPA yang bermanfaat
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, Teknologi dan masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki dalam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan.
e. Mengingatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai
salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Sesuai dengan tujuan pembelajaran dan hakikat IPA, bahwa IPA dapat dipandang
sebagai produk, proses dan sikap, maka dalam pembelajaran IPA di SD harus memuat 3
dimensi IPA tersebut. Pembelajaran IPA tidak hanya mengajarkan penguasaan fakta, konsep
dan prisip tentang alam tetapi juga mengajarkan metode memecahkan masalah, melatih
kemampuan berpikir kritis dan mengambil kesimpulan melatih bersikap objektif, bekerja
sama dan menghargai pendapat orang lain. Model pembelajaran IPA yang sesuai untuk anak
usia sekolah dasar adalah model pembelajaran yang menyesuaikan situasi belajar siswa
dengan situasi kehidupan nyata di masyarakat.
13

2.1.4 Materi Peredaran Darah Manusia

a. Organ Peredaran Darah Manusia

Gambar 2.1 Organ Peredaran Darah Manusia


Mengalirnya darah di dalam tubuh disebut sistem peredaran darah. Sistem peredaran darah
dalam tubuh ada dua, yaitu peredaran darah kecil dan peredaran darah besar. Sistem peredaran darah
kecil, yaitu darah mengalir dari bilik kanan menuju paru-paru melalui arteri pulmonalis. Dalam paru-
paru terjadi pertukaran darah yang banyak mengandung karbon dioksida (CO 2) dengan darah yang
banyak mengandung oksigen (O2). Darah yang banyak mengandung O2 kembali ke jantung melalui
vena pulmonalis. Sistem peredaran darah kecil sebagai berikut.
Sistem peredaran darah besar, yaitu darah yang banyak mengandungoksigen (O 2) mengalir dari
bilik kiri jantung ke seluruh tubuh (kecuali paruparu) melalui arteri besar (aorta). Selanjutnya, terjadi
pertukaran darah yang banyak mengandung oksigen dengan darah yang banyak mengandung karbon
dioksida di seluruh tubuh. Darah yang banyak mengandung karbon dioksida kembali ke jantung
melalui vena ke serambi kanan. Sistem peredaran darah besar adalah sebagai berikut.

Bilik Kanan Arteri Pulmanalis Paru-paru vena pulmanalis Serambi Kiri

Fungsi atau peranan oegan peredaran darah pada manusia adalah sebagai berikut:

Bilik Kiri Arteri Besar (aorta) arteri Seluruh Tubuh Vena serambi kanan

1. Jantung
Jantung adalah organ tubuh manusia yang berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh.
Jantung memompa darah dengan cara berkontraksi dan berelaksasi secara bergantian,
14

sehingga jantung berdenyut, mengembang, dan mengempis. Jantung terletak di dalam rongga
dada sebelah kiri. Ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan tangan pemiliknya. Jantung
tersusun atas kumpulan otototot yang sangat kuat yang disebut miokardium. Jantung terdiri
atas empat ruang, yaitu serambi kanan, serambi kiri, bilik kanan, dan bilik kiri.

Gambar 2.2 Jantung Manusia


Antara bagian kanan dan kiri jantung dibatasi oleh sekat jantung yang disebut katup
jantung. Katup jantung berfungsi untuk mencegah bercampurnya darah yang mengandung
oksigen dengan darah yang mengandung karbon dioksida. Otot penyusun bilik jantung lebih
tebal dari pada otot pada serambi jantung. Hal ini disebabkan tugas bilik jantung lebih berat.
Tugasnya, yaitu memompa darah keluar dari jantung ke seluruh bagian tubuh.
Kontraksi dan relaksasi pada jantung mengakibatkan terjadinya denyut jantung atau
denyut nadi. Ketika jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi,pembuluh tersebut
ikut berdenyut. Dengan demikian, melalui denyut nadi kamu dapat mengetahui denyut
jantung. Denyut nadi akan terasa jelas dengan menekan pembuluh nadi pada pergelangan
tangan dan bagian leher di bawah telinga.
2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah merupakan saluran tempat mengalirnya darah dari jantung ke seluruh tubuh
dan dari seluruh tubuh kembali ke jantung. Pembuluh darah terdiri atas dua jenis, yaitu pembuluh nadi
dan pembuluh balik Pembuluh nadi disebut arteri. Pembuluh balik disebut vena. Pembuluh nadi atau
arteri yaitu pembuluh yang membawa darah yang kaya akan oksigen keluar dari jantung ke seluruh
tubuh. Pembuluh nadi yang paling besar disebut aorta. Pembuluh balik yaitu pembuluh darah yang
membawa darah yang kaya akan karbon dioksida dari seluruh tubuh menuju jantung.
Pembuluh nadi dan pembuluh balik bercabangcabang. Ujung cabang pembuluh terkecil
disebut, pembuluh kapiler. Pembuluh kapiler sangat halus berdinding tipis dan berpori. Dalam
pembuluh kapiler ini terjadi pertukaran dua zat, yaitu antara oksigen dan karbon dioksida. Panjang
seluruh pembuluh darah manusia jika dihubungkan dari satu ujung ke ujung yang lain dapat mencapai
15

sekitar 160.000 km.

3. Paru-Paru

Gambar 2.3 Organ Paru-Paru dan Mekanisme pertukaran O2 dan CO2


Paru-paru juga memiliki peranan yang penting dalam proses peredaran darah. Dalam proses
peredaran darah, paru-paru berperan sebagai penyuplai oksigen ke dalam darah. Darah yang telah
diedarkan ke seluruh tubuh tidak lagi mengandung oksigen. Akan tetapi banyak mengandung karbon
dioksida. Setelah kembali ke jantung, darah yang akan mengandung karbon dioksida tersebut
dipompa ke dalam paru-paru. Selanjutnya, karbon dioksida diambil dan diganti dengan oksigen
melalui proses pernapasan.
Paru-paru terdiri atas ribuan tabung bercabang. Tabung bercabang yang jumlahnya ribuan
semakin ke ujung semakin mengecil. Pada ujung yang mengecil terdapat kantong udara. Knatong
udara tersebut dinamakan “alveoli”. Masing-masing alveoli memiliki jaringan halus kapiler. Pada
jaringan halus kapiler inilah tempat terjadinya pertukaran oksigen dan karbon dioksida.
b. Komponen Penyusun Darah
Darah yang mengalir didalam tubuh kita terdiri dari beberapa unsur, yaitu sel darah
putih, sel darah merah, kepingkeping darah dan lasma darah. Peredaran darah keseluruh
tubuh dipompa oleh jantung. Darah mengalir mealui pembulu-pembulu darah yang terbesar
keseluruh tubuh.20 Komponen penyusun darah, terdiri atas plasma darah, sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Komposisi plasma darah
sekitar 55%, sedangkan sel-sel darah dan keping darah sekitar 45%.
Perbandingan jumlah sel darah merah dengan volume darah keseluruhan yang
dihitung dalam persentase disebut sebagai hematokrit. Contohnya jika kadar hematokrit Anda
diketahui 40 persen, ini artinya ada 40 mililiter sel darah merah per 100 mililiter darah Anda.
Rata-rata hematokrit normal pada wanita berkisar antara 38-46%, sementara pada laki-laki
berkisar antara 40-54%. Keberadaan hormone testosterone pada pria dapat memicu produksi
16

sel darah merah lebih banyak, ini yang menyebabkan hematokrit pada pria lebih tinggi.
1) Plasma Darah
Plasma darah adalah cairan berwarna bening kekuningan, mengandung 92% air, 7% protein
plasma, 1% bahan campuran kompleks organik, anorganik dan gas darah. Terdapat tiga jenis
protein plasma yang utama, yaitu albumin, globulin, dan fibrinogen. Albumin dan globulin
merupakan protein penyusun serum. Cairan serum tidak mengandung fibrinogen. Plasma darah
juga mengandung serum lipoprotein, yaitu senyawa biokimiawi yang mengandung protein dan
lemak. Serum lipoprotein dapat berbentuk enzim, antigen, dan toksin.
2) Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah memiliki bentuk seperti cakram dengan cekungan di bagian sentralnya
(bikonkaf). Membran sel darah merah juga bersifat elastik dan fleksibel, sehingga
memungkinkan sel untuk menembus kapiler (pembuluh darah terkecil). Setiap eritrosit
mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin yang dapat mengikat oksigen.

Gambar 2.4 Bentuk Eritrosit


Sel darah merah (eritrosit) berfungsi untuk mengedarkan oksigen ke seluruh jaringan
melalui pengikatan oksigen oleh hemoglobin.
3) Sel Darah putih (Leukosit)
Sel darah putih disebut juga leukosit. Tempat pembentukan sel darah putih yakni pada
sumsum merah tulang pipih, limpa, dan kelenjar getah bening. sel darah putih umumnya
berukuran lebih besar daripada sel darah merah, bentuk amoeboid (tidak beraturan), dan
berinti sel bulat atau cekung.
4) Keping Darah
Keping-keping darah atau trombosit atau platelet memiliki bentuk yang tidak beraturan
seperti pecahan keramik, tak berwama, dan tidak berinti. Keping-keping darah ini
berfungsi dalam proses pembekuan darah. Darah mengandung protein (trombin) yang
larut dalam plasma darah yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin atau benang-benang.
Fibrin ini akan membentuk anyaman dan terisi keping darah, sehingga mengakibatkan
penyumbatan dan akhirnya darah dapat membeku. Kulit terluka menyebabkan darah
17

keluar dari pembuluh. Trombosit ikut keluar juga bersama darah kemudian menyentuh
permukaan-permukaan kasar dan menyebabkan trombosit pecah. Trombosit akan
mengeluarkan zat (enzim) yang disebut trombokinase.
c. Kelainan Sistem Peredaran Darah
Terdapat beberapa kelainan pada sistem peredaran manusia, menyangkut darah,
pembuluh darah, dan jantung. Kelainan-kelainan pada pembuluh darah manusia meliputi:
1) Anemia
Anemia adalah suatu keadaan penurunan kapasitas sel darah merah atau kekurangan sel darah
merah dalam mengikat oksigen karena rendahnya konsentrasi hemoglobin di dalam darah.
penyakit anemia disebabkan makanan yang dikonsumsi kurang mengandung zat besi.

Gambar 2.5 Orang Normal Dan Penderita Anemia

2) Leukimia
Leukimia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan kenaikan jumlah leukosit dalam darah
secara drastis atau sering disebut dengan kelebihan sel darah putih (Leukosit). Penyakit leukimia
disebabkan papara radiasi, virus, dan pendirita sindrom down.
18

Gambar 2.6 Orang normal dan penderita leukimia


3) Hipotensi
Hipotensi adalah peyakit tekanan darah yang ditandai dengan turunnya tekanan darah dibawah
normal. Tekanan darah normal adalah 120/80 mmhg. Tekanan darang yang mengalir didalam
tubuh menjadi rendah sehingga oksigen yang mengalir di dalam tubuh menjadi sedikit. Penyakit
hipotensi biasanya disebabkan oleh dihidrasi, efek samping dari obat-obatan, ketidak seimbangan
hormon, dan kehamilan.
4) Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darahh tinggi adalah kondisi saat tekanan darah berada pada nilai 130/80
mmhg atau lebih. Kondisi ini dapat menjadi berbahaya, karena jantung dipaksa memompa darah
lebih keras ke seluruh tubuh, hingga bisa mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit, sepeti
gagal ginjal, stroke, dan gagal jantung. Penyakit hipertensi disebabkan karena faktor makanan.
Ciri-cirinya adalah pusing, dada terasa sakit, mual, englihatan kunang-kunang.
5) Jantung Korenor
Penyakit jantung korenor adalah kondisi ketika pembulu darah jantung tersumbat oleh timbunan
lemak. Bila lemak makin menumpuk, maka arteri akan makin menyempit dan membuat aliran
darah ke jantung berkurang. Bila kondisi tersebut tidak ditangani, arteri akan tersumbat
sepenuhnya, dan memicu serangan jantung.

d. Usaha Pencegahan Gangguan Pada Organ Peredaran Darah


Usaha-usaha pencegahan terhadap gangguan alat peredaran darah dengan melakukan
hidu sehat. Pola hidup sehat dapat dilakukan dengan beberapa hal berikut.
1) Makan Makan Yang Bergizi
Makanan memiliki pengaruh yang besar terhadap kesehatan tubuh, dalam memilih
makanan kita tidak boleh hanya memikirkan makanan mana yang membuat kita kenyang
dan enak, namun dalam memilih makanan kita harus memikirkan kandungan gizi pada
makan tersebut. Makanan bergizi memiliki peranan penting dalam tubuh sebagai sumber
energi. Bahkan pembangun, pelindung tubuh, dan pengatur tubuh. Makanan yang bergizi
merupakan makanan yang mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Adapun zat
gizi yang diperlukan tubuh adalah karbihidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air.
2) Olahraga Yang Teratur
Tubuh yang sehat merupakan tubuh yang aktif bergerak. Olahraga yang teratur dapat
mencegah dari berbagai penyakit. Ada banyaak manfaat lain yang dapat diperoleh dari
olahraga seperti memperlancar peredaran darah, menjaga kesehatan tulang dan sendi,
meningkatkan nafsu makan, dan meningkatkan daya pikir.
19

3) Tidur dan Istirahat Yang Cukup


Istirahat merupakan cara memulihkan kondisi tubuh setelah melakukan aktivitas. Selain
itu juga istirahat dapat mengurangi ketegangan otot-otot dan meringankan ketegangan
pikiran. Setiap orang dapat melakukan istirahat menurut kebutuhan masing-masing.
Namun, istirahat yang paling baik dilakukan adalah tidur. Tidur pada malam hari harus
secukupnya minimal 6 jam. Dengan melakukan tidur dan istirahat yang cukup akan
membuat tubuh terhindar dari penyakit.

2.1.5 Kajian Pustaka


Berikut ini adalah penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini:
1. Pujianti dan Rusyana dengan judul “Penerapan Model Problem Based Learning
Terhadap Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Pada Konsep Sistem Reproduksi”
penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh model PBL terhadap keterampilan
berfikir kritis siswa. Metode enelitian yang digunakan pre-experimental. Materi
disepesifikan yaitu reproduksi manusia. Instrumen tes berfikir kritis dengan pilihan
ganda hasil penelitian menuntukan penggunaaan model pembelajaran PBL
berpengaruh positif. Jurnal tersebut memiliki kesamaan dengana penelitian yang
dilakukan peneliti dalam hal variabelnya tentang model pembelajaran Problem Based
Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis. Dan memiliki perbedaan yang terletak
pada peneliti mencari pengaruh sedangkan pada jurnal ini mengenai penerapan PBL
marei yang dibahas juga berbeda.
2. Resti Fitria Ariani dalam Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. 4, No. 3,
Tahun 2020, dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning
terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SD pada Muatan IPA” jurnal tersebut
menjelakan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa Sekolah Dasar. Dimana model pembelajaran Problem Based Learning ini
adalah model yang berbasis dengan permasalahan yang mampu meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian ini menggunakan Meta Analisis dengan
langkah pertama yang dilakukan yaitu dengan merumuskan masalah, kemudian
mengumpulkan data, menyajikan data, kemudian kesimpulan. Dari beberapa jurnal
yang sudah dianalisis dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran
Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa
Sekolah Dasar.24 Jurnal tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian yang
20

dilakukan peneliti dalam hal variabelnya tentang Model Pembelajaran Problem Based
Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Perbedaan terletak pada
metode penelitian yang digunakan peneliti adalah eksperimen dengan mata pelajaran
Tematik tema 3 dan sujeknya adalah kelas V MI.

2.1.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara terhada permasalahan-


permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul maka didapat hipotesis
sebaagiberikut:
Ho : µ₁ = µ₂
Ha : µ₁ ≠ µ₂
Keterangan :
1. Ho : tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning
terhadap hasil belajar Siswa kelas V Dalam Materi Peredaran Darah Manusia pada
SD Negeri No 173208 Sigotom T.A 2023/2024.
2. Ha : ada pengaruh penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning
terhadap hasil belajar Siswa kelas V Dalam Materi Peredaran Darah Manusia pada
SD Negeri No 173208 Sigotom T.A 2023/2024.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


3.1.3 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 173208 Sigotom, Desa Godung Borotan,
Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara.
3.1.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2023/2024.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi Penelitian
Menurut Arikunto populasi adalah adalah keseluruhan subjek penelitian, apabila
seseorang meneliti seluruh elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Dalam hal ini yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD Negeri 173208 Sigotom pada tahun pelajaran
2023/2024 sebanyak 42 orang, yang terdiri dari laki-laki 22 Orang dan perempuan 20 Orang.
3.2.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu.
3.3 Variabel Penelitian
2.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang dapat dimanipulasi atau dapat dijadikan
sebagai jenis perlakuan, yaitu model pembelajaran Problem Based Learning dan
pembelajaran konvensional
3.3.2 Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini, yaitu hasil belajar siswa pada materi Peredaran Darah
Manusia Pada Siswa Kelas V SD Negeri No 173208 Sigotom T.A 2023/2024.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara atau jalan yang digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian
tindakan ini adalah dengan metode tes, dan dokumentasi.
3.4.1 Metode Tes
Metode tes adalah “sebuah pengumpulan data yang digunakan untuk menilai hasil-hasil
pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada Siswa-Siswanya dalam jangka waktu
22

tertentu. Pada penelitian ini metode tes digunakan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi peredaran darah, teknik yang digunakan berupa
tes pilihan ganda. Tes yang digunakan adalah post-test.
3.4.2 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Dalam
penelitian ini dokumen-dokumen yang dikumpulkan meliputi foto pelakasanaan
pembelajaran di kelas V SD Negeri 173208 Sigotom, data nama-nama dan jumlah siswa,
catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dan lain sebagainya,
sehingga akan diperoleh data yang lengkap dan tidak berdasarkan perkiraan semata.
3.5 Jenis dan Desain Penelitian
3.5.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperiment (eksperimen semu) yaitu penelitian yang
dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari sesuatu yang dikenakan pada subjek yaitu
siswa. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran
Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa.
3.5.2 Desain Penelitian
Penelitian ini melibatkan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, dimana kedua
kelas ini diberi perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning berbasis eksperimen sedangkan kelas kontrol diajarkan
dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diperoleh dengan dua perlakuan tersebut, maka
siswa diberikan tes sebanyak dua kali yaitu tes yang diberikan sebelum perlakuan (T 1) yang disebut
pretes dan tes sesudah perlakuan (T2) yang disebut postes. Rancangan penelitian ini sebagai berikut :
Tabel 3.3. Two group pre test-post test design
Kelas Pretes Perlakuan Postes
Eksperimen T1 X T2
Kontrol T1 O T2

Keterangan :
T1 = Tes awal (Pre-tes)
T2 = Tes akhir (Post-tes)
X1 = Pembelajaran dengan model Problem Based Learning
O = Pembelajaran dengan model konvensional
23

3.6 Prosedur Penelitian


Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Tahap Awal (Persiapan dan Perencanaan)
Kegiatan yang dilakukan meliputi:
a. Membuat surat persetujuan dosen pembimbing.
b. Menentukan masalah, judul, lokasi, dan waktu penelitian.
c. Menentukan populasi dan sampel
d. Melakukan studi pendahuluan (wawancara dengan guru bidang studi IPA mengenai masalah-
masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran IPA, dan melakukan observasi langsung ke
sekolah pada saat pelaksanaan pembelajaran).
e. Menyusun dan mengembangkan perangkat pembelajaran serta instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian


Kegiatan yang dilakukan meliputi:
a. Memvalidkan tes/ instrumen penelitian
b. Menentukan kelas sampel dan kelas kontrol dari populasi yang ada.
c. Melaksanakan pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan
awal yang dimiliki oleh siswa.
d. Melakukan uji normalitas dan homogenitas data tes awal.
e. Membagi kelompok belajar siswa untuk siswa kelas eksperimen.
f. Melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran sesuai desain penelitian.
g. Memberikan postes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan
akhir (hasil belajar) siswa setelah diberikan perlakuan.

3. Tahap Akhir Penelitian


a. Menghitung nilai rata-rata yang diperoleh siswa dari kedua kelompok penelitian.
b. Melakukan pengolahan data dengan uji hipotesis dengan uji t.
Menarik kesimpulan dari penelitian.
24

Studi Pendahuluan

Wawancara

Menganalisis hasil wawancara

Menentukan kelas sampel

Pretes

Analisis data

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pembelajaran Pembelajaran Konvensional


Problem Based
Learning

Penilaian Keterampilan Penilaian Sikap

Postes

Analisis data

Kesimpulan

Gambar 3.1 Skema Rancanagn Penelitian


25

3.7 Teknik Analisis Data


3.7.1 Menghitung Mean dari Pretes dan Postes
a. Menentukan sekor rata-rata

x 1=
∑ x1
n

Dimana :
x1 = Rata-rata hasil belajar fisika kelas eksperimen
𝚺xi = Jumlah skor siswa kelas eksperimen
n = Jumlah siswa

b. Menentukan simpangan baku

s=

n ∑ xi 2 −( ∑ xi ) 2
n ( n−1 )
c. Standart deviasi dan varians dari masing-masing kelompok dengan rumus:
n1 ∑ x 2 −( ∑ x1 )2
1
S 2=
1 n1 ( n1−1 )
Dengan
S12 = Varians kelompok 1 kelas eksperimen
𝚺x1 = jumlah skor sampel 1 (Sudjana, 2005: 67)

3.7.2 Uji Normalitas


Uji ini digunakan untuk melihat apakah sampel berdistribusi normal atau tidak. Pengujian ini
dilakukan pada saat pengumpulan data tes awal (pretes) Uji yang digunakan adalah Liliefors dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Untuk setiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku kemudian
menghitung peluang F(z) = P(z ≤ zi).
b. Menghitung proposisi z1, z2 ....zn yang lebih kecil atau yang sama dengan z, jika proposisi ini
dinyatakan dengan S (zi) rumus :
banyaknya Z 1 Z 2 … … … Z i yang ≤ Z i
S ( Zi ) =
n
c. Menghitung selisih F(z)- S(zi), kemudian tentukan harga mutlaknya.
d. Ambil harga paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.
e. Jika Lhitung lebih besar Ltabel, berarti data berdistribusi normal atau sebaliknya (Sudjana. 2005:
466).
3.7.3 Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data mempunyai varians yang homogen
atau tidak. Uji ini dilakukan pada saat pengumpulan data tes awal (pretes).
26

Ho : S12 = S22 atau kedua sampel mempunyai varians yang sama


Ha : S12 ≠ S22 atau kedua sampel tidak mempunyai varians yang sama
dengan menggunakan rumus:
varians terbesar
F=
varians terkecil
S
12
F=
S 2
2

Keterangan :
S 2
1 = Varians dari kelompok besar

S 2
2 = Varians dari kelompok kecil

F( 1−α )(n −1) F1


α ( n1−1 ,n 2−1)
1 2
Kriteria pengujian : hipotesis H 0 diterima jika <F< untuk taraf nyata
α, dimana Fβ (m,n) didapat dari daftar distribusi F dengan peluang β, dk pembilang = m dan dk penyebut
= n (Sudjana, 2005: 249).

3.7.4 Uji Hipotesis


Hipotesis yang diuji berbentul:
H 0 : μ1=μ2
H a : μ1 ≠ μ2
Untuk uji hipotesis digunakan uji t dengan rumus:
X 1−X 2
t hitung =


S 1 1
+
n1 n2
Dengan standar deviasi gabungan:

( n1 −1 ) s 21+ ( n2−1 ) s22


S2 =
n1 +n2−2
Keterangan:

x = Harga t perhitungan

X1 = Nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen


X2 = Nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol
n1 = Jumlah sample kelas eksperimen
n2 = Jumlah sample kelas kontrol
2
S = Varians hasil belajar gabungan dua kelas
2
s1 = Varians hasil belajar pada kelas eksperimen
2
s2 = Varians hasil belajar pada kelas kontrol
27

t
Kriteria pengujian adalah : Ho diterima jika – 1 − 1/2 α
< t < t1 − 1/2 α dimana t 1 − 1/2 α didapat dari
n +n
daftar distribusi t dengan dk = ( 1 2 - 2) dan peluang (1− 1/2 α ) dan α = 0, 05 . Untuk harga t
lainnya Ho ditolak (Sudjana, 2005: 239).

DAFTAR PUSTAKA

A.M., Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Anderson, L.W. dan D.R. Krathwohl. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing:
A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Addison Wesley
Longman, Inc

Andi Muhammad Fargly Ishak*, I. I. (2021). Penerapan Pendekatan STEM untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Kelas Lima Di. JOURNAL OF
EDUCATION, Vol. 1

Danim, Sudarwan. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. PT Remaja


Rosdakarya. Bandung, 2004.

Dr.Rusman, M. (2015). Pembelajaran Tematik Terpadu. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2013. Lampiran IV Peraturan


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang:
Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran. Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nazarudin. (2007). Manajemen Pembelajaran. Yogyakarta : Teras.

Sardiman (2007). Interaksi Motivasi Belajar Mengajar .Jakarta : Gravindo Persada.

Sudjana, Nana. (2008). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Sudjana. 2001. Metode dan Tehnik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production

Sunarti dan Selly Rahmawati, (2014). Penilaian dalam Kurikulum 2013,


Yogyakarta: Andi Offset

Sunarti, Selly Rahmawati. (2014). Penilaian dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Penerbit
ANDI.

Tarihoran, N. (2016). Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Motivasi Siswa
Terhadap Hasil Belajar PAI di SMA Negeri 1 Ciruas Serang. Jurnal Kajian Keislaman.
Vol. 3 No. 2 Hal. 15
28

Anda mungkin juga menyukai