OLEH :
SINTIA ANWAR
202161028
OLEH :
HERTI
201961076
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang tiada terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala limpahan rakhmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga laporan hasil penelitian
ini dapat diselesaikan dengan baik. Terima kasih yang tiada terhingga tak lupa pula
penulis sampaikan kepada teman sejawat yang telah banyak berperan dalam
menyelesaikan laporan hasil penelitian ini.
Menyadari sedalam-dalamnya bahwa skripsi ini banyak terdapat
kekurangan sehingga saran dari para pembaca ataupun dari berbagai pihak sangat
diharapkan. Selama melaksanakan kegiatan penelitian mulai dari tahap persiapan,
pelaksanaan tindakan, pengumpulan data, pengolahan data sampai dengan
penulisan laporan hasil penelitian terdapat banyak pihak yang memberikan
bantuan dan dorongan semangat sehingga pada kesempatan ini penulis
menghaturkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Dr Ir Andi Bahrun, Msc, Agric M selaku Rektor Univeristas
Sulawesi Tenggara, yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti
untuk melaksanakan penelitian, sehingga dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
2. Dra Sasmin, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sulawesi Tenggara.
3. Bapak Chairan Zibar L.Parisu, S.Pd, M.Pd, selaku Kepala Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sulawesi Tenggara
4. Bapak Chairan Zibar L.Parisu, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing, memotivasi dan memberi petunjuk kepada penulis dalam
menyelesaikan Skripsi ini.
5. Bapak Aris Suziman, S.PdI., M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing, memotivasi dan memberi petunjuk kepada penulis dengan
penuh kesabaran dan ketelitian dalam menyelesaikan Skripsi ini.
6. Seluruh Dosen, Staf, dan karyawan Universitas Sulawesi Tenggara yang telah
banyak membantu dalam perkuliahan dan penelitian yang dilaksanakan.
7. Bapak dan ibu guru SDN 06 Kendari yang telah memberikan bantuan dan
dorongan kepada penulis.
8. Para Siswa-Siswi kelas V SDN Sikeli yang penulis banggakan dan cintai
sebagai subjek penelitian.
9. Ayah dan ibu tercinta yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dan do’a
yang tulus serta penuh kesabaran dan tidak pernah lelah mengiringi setiap
langkah penulis dalam menggapai cita-cita.
i
10. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
angkatan 2018 & 2017, yang telah memberikan motivasi dan dorongan
kepada peneliti.
Melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-
tingginya dan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak semoga
bantuan yang telah diberikan mendapat imbalan pahala dari Allah SWT. Amin.
Herti
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu tantangan dalam
pendidikan nasional kita. Para pendidik dihadapkan pada tantangan bagaimana
mendidik peserta didik agar adaptif terhadap perkembangan zaman. Adaptif dalam
arti dapat menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pengetahuan terus menerus berkembang dengan pesat, sehingga
pendidik harus terus menerus siap untuk selalu belajar sepanjang hayat kalau tidak
mau ketinggalan zaman. Teknologi juga berkembang dengan pesat sehingga perlu
dipelajari juga oleh pendidik yang akan dimanfaatkan untuk memudahkan
menjalankan tugas sebagai pendidik.
Berdasarkan hasil pengamatan dan sumber data (daftar nilai guru) yang di
peroleh di kelas, bahwa aktivitas dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
peserta didik masih rendah. Menghadapi permasalahan seperti ini, maka upaya
yang seharusnya dilakukan adalah bagaimana meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar peserta didik dalam belajar IPA. Dengan meningkatnya aktivitas dan hasil
belajar IPA maka akan memacu peserta didik untuk terus belajar dan menyenangi
IPA sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran akan terwujud. Permasalahan
aktivitas dan hasil belajar IPA peserta didik, disebabkan belum bervariasinya cara
yang dilakukan pendidik untuk membelajarkan peserta didik. Permasalahan ini
1
perlu segera dicarikan solusi/cara pemecahannya. Salah satu cara adalah dengan
memperbaiki proses pembelajaran, yaitu dengan penerapan strategi pembelajaran
Peer mediated instruction and intervention (PMII) tipe reverse role tutoring.
Telah banyak hasil penelitian tentang pengaruh strategi pembelajaran yang
diterapkan di sekolah-sekolah untuk meningkatkan aktivitas maupun hasil belajar
peserta didik. Dari hasil penelitian diketahui bahwa strategi pembelajaran dapat
membantu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar kognitif. Hal ini berarti strategi
pembelajaran peer mediated instruction and intervention (PMII) tipe reverse role
tutoring dapat pula diterapkan dalam proses pembelajaran. Diketahui bahwa
penerapan strategi pembelajaran PMII tipe reverse role tutoring belum pernah
dilakukan di SD Negeri Sikeli.
Penelitian melalui penerapan peer mediated instruction and intervention (PMII)
tipe reverse role tutoring telah banyak dilakukan oleh peneliti di luar negeri, tetapi
di Indonesia belum banyak diterapkan dalam proses pembelajaran maupun
penelitian. Pembelajaran IPA di SD belum pernah menerapkan strategi
pembelajaran peer Mediated Instruction & Intervention (PMII) dengan bermacam
tipenya, sehingga peneliti mencoba menerapkan strategi tersebut dengan tipe yang
lain yaitu tipe reverse role tutoring (RRT) di kelas V SD Negeri Sikeli.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dikemukakan
adalah sebagai berikut.
2
mengambil sebuah peran pembelajaran di dalam kelas atau mengajarkan kepada
peserta didik lain.
KAJIAN TEORITIK
Kajian Teori
Tinjauan Tentang Belajar
Istilah belajar yang bisa digunakan menunjukkan bahwa kita telah menemukan
sesuatu yang baru tentang sesuatu hal, seseorang, atau kita telah menemukan
pendirian yang baru. Vernon dan Donal dalam Sahabuddin (1999) mendefenisikan
belajar sebagai perubahan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan menurut L.B.
Curzon dalam Sahabuddin (1999) belajar adalah modifikasi yang tampak dari
perilaku seseorang melalui kegiatan dan pengalaman, sehingga penegtahuan,
keterampilan, dan sikapnya, termasuk penyesuaian cara-caranya terhadap
lingkungan yang berubah-ubah yang sedikit banyaknya permanen.
Sekitar 20 abad yang lalu Pluto mengajarkan bahwa tidak ada permulaan
belajar yang baik, kecuali karena timbulnya kekaguman. Kekaguman ini meyangkut
rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu merupakan suatu landasan bagi hasrat belajar.
Sekali hasrat belajar dapat dibangkitkan, maka proses belajar akan lancar
(Nurhayati, 2008).
4
mencapai tujuan tertentu. Kemp (1995) dalam Sanjaya (2010) menjelaskan bahwa
strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan
guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Senada dengan pendapat di atas, Dick dan Carey (1985) dalam Sanjaya (2010) juga
menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan
prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan
hasil belajar pada siswa.
1. penugasan dan pelatihan kepada peserta didik untuk berperan dalam PMII,
2. peserta didik mengajarkan kepada peserta didik yang lain,
3. pendidik memantau dan memfasilitasi semua kelompok PMII di dalam
kelas,
4. struktur didesain untuk meningkatkan tujuan akademik maupun tujuan
sosial seluruh peserta didik.
Penerapan PMII
Berbagai macam bentuk PMII telah banyak dilaksanakan dalam rentang waktu yang
sudah lama. Berbagai penelitian telah dilaksanakan dalam lingkungan pendidikan
dan nonkependidikan dengan hasil yang positif. Strategi PMII tidak hanya terbatas
pada pendidikan inklusif atau pendidikan khusus, tetapi juga ditemukan efektif pada
5
pendidikan secara umum. Kulik dan Kuliks (1992) dalam Hall dan Stegila (2009)
menyebutkan beberapa karakteristik keberhasilan penerapan PMII antara lain:
6
terbentuknya lingkungan belajar yang kaya dan dapat memanfaatkan semua
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki peserta didik (Putranti, 2007).
Metaanalisis pada PMII yang dilakukan oleh Johnson (2000) dalam Hall dan
Stegilla (2003) dilaporkan bahwa lebih dari 900 penelitian pada saling
ketergantungan sosial ditemukan. Dari penelitian ini 164 di antaranya meneliti
dampak PMII terhadap prestasi. Penelitian ini sebagian besar dilakukan sejak tahun
1970. PMII telah terbukti efektif untuk meningkatkan kemampuan akademik,
tingkah laku dan keterampilan sosial. Secara total 194 perbandingan PMII dan
metode kontrol diidentifikasi sejak beberapa penelitian membandingkan banyak
metode. Dasar penggunaannya secara luas adalah terhadap tiga faktor:
Bentuk-Bentuk PMII
PMII menyediakan alternatif untuk penataan kelas tradisional dalam ceramah,
demonstrasi, belajar mandiri, dan sebagainya. Peserta didik memikirkan supaya
dapat berperan seperti pendidik mereka. Melalui peran ini mereka mengajarkan
secara sistematis kepada peserta didik. Selama proses ini berlangsung pendidik
memantau dan memfasilitasi kemajuan peserta didik. Paling sering yang disebutkan
dan diteliti tujuan PMII adalah untuk membangun keterampilan sosial dan
keterampilan akademik (Tournaki dan Criscitiello, 2003).
7
Hall dan Stegilla (2009) membagi PMII menjadi dua macam yaitu
pembelajaran kooperatif dan PMII berpasangan. Pada pembelajaran kooperatif
(Cooperative learning) ditandai dua hal yaitu: 1) peserta didik dikelompokkan oleh
pendidik, dan 2) peserta didik berbagi pengetahuan dalam kelompok. Selanjutnya
pembelajaran kooperatif dibedakan menjadi dua macam yaitu team cooperative dan
group and re-group.
Pada PMII berpasangan terdapat dua ciri khas yang membedakan dengan
pembelajaran kooperatif, yaitu: 1) peserta didik dipasangkan oleh pendidik, serta 2)
peserta didik mengambil peran sebagai pendidik (tutor) dan atau peserta didik
(tutee). PMII berpasangan dibedakan menjadi tiga macam yaitu reverse role tutoring,
classwide peer tutoring, serta cros-age tutoring.
Staretgi pembelajaran PMII dengan tipe RRT ini peserta didik dikelompokkan
oleh pendidik berdasarkan kemampuan akademiknya. Peserta didik yang berperan
sebagai pendidik (tutor) dan berperan sebagai peserta didik (tutee). Tugas tutor
menyajikan masalah/materi dan tutee merespons secara tertulis.
Pada RRT ini ada pergantian peran seperti pada classwide peer tutoring
(CWPT), yang semula menjadi tutor akan berganti peran menjadi tutee, begitu juga
sebaliknya yang tadi berperan sebagi tutee akan menjadi tutor. Bedanya pada RRT
tutor tidak melakukan evaluasi, evaluasi dilakukan oleh pendidik pada akhir
pembelajaran (Hall dan Stegila, 2009). Menurut Hall dan Stegila (2009) langkah-
langkah pembelajaran PMII tipe reverse role tutoring sebagai berikut.
8
4. Pada tahap akhir guru akan melakukan evaluasi terhadap informasi yang
dieproleh siswa pada saat perlakuan, baik pada saat menjadi tutor maupun
sebagai tutee.
Reverse Role Tutoring merupakan upaya agar peserta didik mendapatkan
bantuan satu lawan satu serta kecukupan waktu untuk belajar dari teman mereka
sendiri dalam kelas. Setiap peserta didik berpasangan dengan peserta didik yang
lainnya. Selama menjadi tutor, peserta didik menjelaskan materi kepada peserta
didik lainnya yang menjadi tutee. Menurut Top & Osguthorpe (1987) dalam Hall &
Stegila (2009) peserta didik yang menjadi tutor dan menjadi tutee sama-sama
mendapatkan nilai yang cukup tinggi pada proses pembelajaran yang
dilaksanakannya.
1. Mampu meningkatkan rasa percaya diri siswa, karena mereka belajar dari
teman mereka sendiri.
2. Mampu memperkuat ikatan sosial antar siswa dalam kelas.
3. Dapat merangsang siswa untuk mengeksplorasi kemampuan mereka sendiri
dengan bantuan teman.
4. Pembelajaran ini dapat diterapkan dalam berbagai tingkat usia, tingkat
pendidikan, bahkan efektif diterapkan pada penderita cacat mental (autis).
Menurut Easley (2010), pembelajaran ini memiliki kelemahan yaitu untuk
mencapai tujuan yang diinginkan sangat bergantung pada individu masing-masing,
misalnya kemampuan siswa dalam berkomunikasi.
Aktivitas Belajar
Menurut Hamalik (2009), penggunaan asas aktivitas belajar besar nilainya
bagi pengajaran para siswa, karena:
9
h. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan
masyarakat.
Guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun bertindak,
dengan aktivitas siswa sendiri pelajaran menjadi berkesan dan dipikirkan, diolah
kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Siswa akan bertanya,
mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam bertindak, siswa
dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas. Bila siswa menjadi partisipan
yang aktif, maka ia memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan dengan baik
(Slameto, 2003). Proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek
psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehinga akselerasi perubahan
perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan
dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor (Hanafiah dan Suhana 2009).
Hasil Belajar
Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua
perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar
umumnya disertai perubahan tingkah laku (Aunurrahman, 2009). Keseluruhan
proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang paling
pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan
dijalankan secara profesional.
Setiap kegiatan belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru
dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan sebagai pencipta kondisi belajar siswa
yang didesain secara sengaja, sistemis dan bersinambungan. Sedangkan anak
sebagai subyek pembelajaran merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar
yang diciptakan guru (Fathurrohman dan Sutikno 2003).
10
bersifat positif dalam arti berorientasi yang lebih maju dari pada keadaan
sebelumnya (Syah, 2003).
Unsur hasil pembelajaran, yang ditinjau dari tiga ranah yang dijadikan titik
tujuan yang harus dicapai melalui pembelajaran, baik susunan maupun tingkat
pencapaian. Oleh karen hasil belajar merupakan sesuatu yang harus ditingkatkan,
pasti terkait dengan tindakan unsur yang lain, yaitu proses pembelajaran, peralatan
atau sarana pendidikan, guru, atau siswa sendiri (Arikunto, 2009).
Hasil belajar secara garis besar dipengaruhi oleh 2 faktor, internal dan
eksternal. Faktor internal misalnya meliputi sikap, minat, motivasi serta
kemampuan peserta didik. Sedangkan faktor eksternal meliputi fasilitas, lingkungan
sekolah dan strategi pembelajaran yang digunakan (Arikunto, 2009). Strategi
pembelajaran yang digunakan merupakan faktor eksternal yang sangat
berpengaruh pada hasil belajar peserta didik.
Menurut Carallo dalam Sabri (2007) berpendapat bahwa hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh lima faktor, yakni, (a) bakat belajar, (b) waktu yang tersedia untuk
belajar, (c) waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, (d) kualitas
pengajaran, dan (e) kemampuan individu. Empat faktor yang disebut diatas
berkenaan dengan kemampuan individual dan (d) adalah faktor diluar individual
(lingkungan).
Kerangka Berpikir
Berlakunya kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi yang telah direvisi melalui
kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan dipertanjaam lagi dengan
Kurikulum 2013 menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan
pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal (persekolahan).
Perubahan tersebut harus pula diikuti oleh pendidik yang bertanggungjawab atas
penyelenggaraan pembelajaran di sekolah (di dalam kelas ataupun di luar kelas).
Satu hal lagi bahwa Kurikulum 2013 sebagai hasil pembaharuan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan tersebut juga menghendaki, bahwa suatu pembelajaran
pada dasarnya tidak hanya mempelajari tentang konsep, teori dan fakta tapi juga
aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian materi pembelajaran tidak
11
hanya tersusun atas hal-hal sederhana yang bersifat hafalan dan pemahaman, tetapi
juga tersusun atas materi yang kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi dan
sintesis. Untuk itu, pendidik harus bijaksana dalam menentukan suatu strategi yang
sesuai yang dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif agar proses
belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Kenyataan yang dihadapi di lapangan khususnya di kelas V SD Negeri Sikeli,
menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik dalam membandingkan,
menghubungkan sebab akibat, memberi alasan, menyimpulkan, berpendapat,
mengelompokkan, menerapkan dan menganalisis pada proses pembelajaran sangat
rendah, sehingga hasil belajarnya juga rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan
hal tersebut adalah dengan penerapan strategi pembelajaran PMII tipe reverse role
tutoring dalam proses pembelajaran.
Strategi PMII tipe reverse role tutoring digunakan untuk mengetahui proses
kognitif dan cara berpikir tentang bagaimana materi pembelajaran diproses. Melalui
strategi PMII tipe reverse role tutoring dalam proses pembelajaran, diharapkan
peserta didik mampu belajar bersama dengan peserta didik lain melalui peran tutor
sebaya. Kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut.
Hipotesis Tindakan
Hasil belajar meningkat
Berdasarkan pembhasan teori yang telah dikemukakan di atas maka hipotesis
tindakan dari penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
12
2. Jika strategi pembelajaran peer mediated instruction and intervention
(PMII) tipe reverse role tutoring diterapkan maka hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPA di kelas V SD Negeri Sikeli dapat ditingkatkan
13
BAB III
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Sikeli. Subyek penelitian adalah kelas V
yang berjumlah 32 orang yang terdiri dari 14 laki-laki dan 18 perempuan.
Kemampuan awal yang menjadi subyek penelitian cenderung bervariasi dimana 18
siswa tergolong memiliki kemampuan yang rendah, 10 siswa berkemampuan
sedang, dan 4 orang siswa berkemampuan tinggi. Melihat kondisi yang demikian ini
maka sangat ideal dijadikan sasaran penelitian untuk mengetahui tingkat efektivitas
tindakan perbaikan pembelajaran.
Hasil belajar individual pada mata pelajaran IPA tampaknya heterogen,
artinya masih terdapat tiga kategori yaitu sejumlah siswa tergolong memiliki
kemampuan yang rendah, sebagian berkemampuan sedang dan sebagian kecil
memiliki kemampuan di atas rata-rata. Berdasarkan data awal, 18 siswa
berkemampuan rendah, 10 siswa berkemampuan sedang, dan 4 siswa
berkemampuan di atas rata-rata (cenderung tinggi).
Kelemahan yang mendasar adalah jika siswa dihadapkan pada masalah
materi pelajaran IPA yang cukup rumit, para siswa tidak mampu memecahkan
masalah yang rumit dan hanya mampu menyelesaikan masalah rutin yang sama
persis dengan materi hafalan yang dibacanya pada buku sehingga diperlukan cara
yang dapat memicu peningkatan daya nalar siswa. Oleh karena itu sangat tepat jika
kepada siswa diajarkan berbagai alternatif pemecahan masalah melalui penerapan
strategi pembelajaran PMII tipe reverse role tutoring. Selain itu juga dapat dilakukan
dengan sistem belajar kelompok (kooperatif) agar siswa yang berkemampuan dapat
disebar ke dalam kelompok-kelompok kecil sehingga siswa yang berkemampuan
tinggi dapat menjadi tutor sebaya.
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (cassroom action
research) dengan empat tahap kegiatan (Arikunto, 2007) yang didalamnya terdapat
4 kegiatan pokok yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan
refleksi. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kontribusi pembelajaran
yang dilaksanakan melalui pembelajaran PMII tipe Reverse Role Tutoring.
Pada setiap akhir tiap tatap muka diadakan evaluasi tindakan terutama yang
menyangkut kesesuaian rencana pembelajaran dengan aksi yang terjadi di dalam
kelas. Selain itu evaluasi ditujukan pada aktivitas belajar siswa yang terjadi di dalam
kelas. Pada akhir setiap siklus diadakan tes hasil belajar untuk mengetahui seberapa
besar kontribusi tindakan yang diberikan terhadap hasil belajar siswa.
14
Sasaran Penelitian
Sasaran yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah terwujudnya proses
pembelajaran yang efektif, kreatif, inovatif dan menyenangkan. Proses
pembelajaran yang berkualitas hanya dapat terwujud jika motivasi belajar siswa
dapat dikembangkan sehingga sikap positif siswa dalam pembelajaran dapat
ditingkatkan. Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang bermutu dapat
ditempuh dengan menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik siswa dan bahan ajar. Selain itu guru harus mampu membawa materi
ajar ke dalam dunia nyata siswa agar siswa menyenangi materi pelajaran yang
sedang dipelajarinya.
Untuk itu maka sasaran pembelajaran PMII tipe Reverse Role Tutoring
bertujuan: (1) untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, dan (2) untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Aspek-aspek yang diharapkan tampak sebagai
indikator dari aktivitas belajar meliputi: (1) siswa yang aktif/bersungguh-sungguh
menjelaskan materi dengan baik, (2) siswa yang serius mendengarkan dan
memperhatikan penjelasan guru atau teman, (3) siswa yang mengajukan
pertanyaan jika memperoleh kesulitan, (4) siswa aktif menjawab petanyaan atau
mengeluarkan pendapat baik dari guru maupun dari siswa yang lain (tunjuk tangan
dengan maksud menjawab, (5) siswa bekerja sama aktif dalam kelompok, dan (6)
siswa yang mampu menyimpulkan materi pelajaran (tunjuk tangan dengan maksud
ingin menyimpulkan).
15
5. Kerja sama dalam kelompok, indikatornya meliputi keuletan siswa dalam
bekerja sama menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru secara
kelompok.
6. Mengacungkan tangan, indikatornya adalah aktivitas mengacungkan tangan
untuk bertanya kepada guru terhadap hal-hal yang tidak/kurang dipahami
dan mengacungkan tangan untuk memberikan jawaban
C. Prosedur Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas. Prosedur penelitian yang
dilakukan mengacu pada Mendikbud (2015). Setiap siklus terdiri empat kegiatan
pokok, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing),
dan refleksi (reflection) yang telah diadaptasi sendiri seperti tampak pada gambar
2 berikut ini.
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan Analisis Refleksi
Siklus I & Pengumpulan
Perencanaan dan Interpretasi Data
Data
Tindakan I dan Tindak
Berhasil
16
Siklus I
Perencanaan
1. Identifikasi masalah dan menetapkan alternatif pemecahan masalah.
2. Menetapkan kompetensi dasar dan indikator.
3. Mengembangkan bahan pelajaran yang sesuai
4. Menetapkan tahapan pembelajaran
5. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
6. Menyiapkan lembar observasi aktivitas belajar
7. Menyiapkan tes hasil belajar
8. Menetapkan indikator ketercapaian tingkat aktivitas belajar siswa.
9. Menetapkan indikator keberhasilan pelaksanaan pembelajaran
Tindakan
10. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
11. Guru mengeksplorasi kemampuan siswa dan menyajikan secara singkat
mengenai materi yang akan diajarkan.
12. Guru menyampaikan pola urutan pembelajaran PMII tipe RRT,
pembentukan kelompok besar A dan B, serta memasangkan siswa.
13. Guru membimbing siswa dalam pelaksanaan pembelajaran tahap 1, yaitu
salah satu siswa berperan menjadi tutor dan pasangannya sebagai tutee
(siswa), selanjutnya siswa melaksakan peran yang telah ditentukan.
14. Guru membimbing siswa dalam pelaksanaan pembelajaran tahap 2, yaitu
pergantian peran dari siswa yang semula menjadi tutor selanjutnya menjadi
tutee dan sebaliknya.
15. Guru meminta siswa untuk menyampaikan kesimpulan dari materi yang
telah dipelajari.
16. Selama siswa menjalankan tugas yang telah diberikan, guru mengawasi
proses pembelajaran, dan memberi arahan jika menemukan siswa yang
kesulitan.
17. Guru menguji pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan
umengenai materi yang telah dipelajari.
18. Guru meminta siswa menyimpulkan informasi atau materi yang telah
mereka peroleh dari proses pembelajaran.
19. Di akhir pembelajaran guru memberikan penghargaan terhadap siswa yang
paling aktif dalam proses berlangsungnya pembelajaran.
Observasi
Melakukan observasi selama proses pembelajaran berlangsung yaitu untuk
merekam data yang diperlukan berkaitan dengan aktivitas belajar siswa. Indikator
aktivitas belajar siswa yang diamati meliputi: : (1) siswa yang aktif/bersungguh-
sungguh menjelaskan materi pelajaran dengan baik (2) siswa yang serius
mendengarkan/memperhatikan penjelasan teman, (3) siswa yang mengajukan
pertanyaan jika memperoleh kesulitan, (4) siswa aktif menjawab petanyaan atau
17
mengeluarkan pendapat baik dari guru maupun dari siswa yang lain (tunjuk tangan
dengan maksud menjawab, (5) kerja aktif dalam kelompok, dan (6) siswa yang
mampu menyimpulkan materi pelajaran (tunjuk tangan dengan maksud ingin
menyimpulkan).
Refleksi
20. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu,
jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.
21. Melakukan pertemuan dengan observer untuk membahas hasil evaluasi
tentang pelaksanaan tindakan pembelajaran.
22. Mencermati berbagai kelemahan atau kelebihan yang telah terjadi
23. Menetapkan alternatif perbaikan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk
digunakan pada siklus berikutnya.
Siklus II
Siklus II dilaksanakan bila hasil yang diperoleh pada siklus I belum mencapai hasil
yang diinginkan. Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II relatif sama dengan
yang dilakukan pada siklus I namun dilengkapi dengan perbaikan dari kekurangan
yang terjadi pada siklus I berdasarkan dari hasil refleksi yang telah dilakukan
sebelumnya dengan harapan hasil yang diperoleh meningkat dibanding perolehan
pada siklus I.
18
dengan diagram. Analisis hasil dilakukan pada setiap akhir siklus. Deskripsi hasil
penelitian sangat penting untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang
ditimbulkan oleh penerapan pembelajaran PMII Tipe Reverse Role Tutoring. Analisis
aktivitas belajar siswa digunakan teknik analisis kuantitatif yang dilengkapi dengan
tabel distribusi frekuensi dan persentase, terutama untuk melihat perkembangan
minat siswa pada setiap proses pembelajaran.
Analisis skor aktivitas belajar siswa dikonversi dalam bentuk kategori. Untuk
memudahkan interpretasi dilakukan dengan berpedoman pada ketetapan
Depdiknas (2006) yang telah diadaptasi sesuai dengan jumlah aspek yang
diobservasi yaitu 6 butir dengan skor 1-4 tiap butir sehingga skor minimal adalah 6
dan skor maksimum 24, seperti tampak pada Tabel 1 berikut:
19
65 – 76 Tuntas Sedang
77 – 88 Tuntas Tinggi
20
DAFTAR PUSTAKA
Muhibbin Syah Psikologi Belajar [Book]. - Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003.
Oemar Hamalik Proses Belajar Mengajar [Book]. - Jakarta : Bumi Aksara, 2009.
Sahabuddin Mengajar dan Belajar " Dua Aspek Dari Proses Yang Disebut
Pendidikan [Book]. - Makassar : Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar,
1999.
Slameto Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester [Book]. - Jakarta :
Bumi Aksara, 2003.
21
Yus Setriani Artikel Pengaruh Strategi Pembelajaran Pmii Tipe Rrt Terhadap Hasil
Belajar Kognitif [Online]. - 2010. - Juli 15, 2019. - http://karya-
ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/artcle/view/7526.
LAMPIRAN
Pertemuan ke- 1
Sekolah : SD Negeri Sikeli
Kelas/Semester : V / Genap
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Kompetensi Dasar
3.1 Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi
keseimbangan alam (ekosistem)
A. Materi Pembelajaran
Kegiatan Manusia yang Dapat Mengganggu Keseimbangan Lingkungan
1. Pembuangan Limbah Rumah Tangga
Mari, kita amati Gambar. Setelah makan, Andi selalu membantu ibunya
mencuci piring kotor. Agar hasil cucian bersih, Andi menggunakan bahan kimia yang
disebut detergen. Detergen ini memudahkan kotoran terlepas dari benda. Untuk
menggunakannya, detergen tersebut dilarutkan terlebih dahulu dalam air. Pakaian
kotor, mobil, dan motor juga dibersihkan dengan memanfaatkan detergen.
Setelah mencuci, air cucian yang mengandung detergen dibuang. Jika air
cucian tersebut dibuang ke sungai, di mana hewan dan tumbuhan air tinggal, apa
yang akan terjadi? Sisa detergen yang dibuang ke sungai dapat dikatakan sebagai
limbah cair. Masuknya limbah ke sungai menyebabkan jumlah oksigen di dalam air
menurun. Akibatnya sejumlah hewan air (terutama ikan) akan kesulitan bernapas.
Gejala ini ditandai dengan banyaknya gerakan insang pada ikan. Jika hal ini
dibiarkan, ikan akan mati. Selain itu, pencemaran air akan mengakibatkan rantai
makanan terganggu karena salah satu komponennya mati.Menurutmu, apakah yang
sebaiknya dilakukan agar gangguan akibat penggunaan bahan kimia berkurang?
2. Penggunaan Pupuk dan Pestisida
22
Selain detergen, bahan kimia lainnya yang dapat mengganggu lingkungan
adalah pupuk dan pestisida. Bahan kimia tersebut sebenarnya bermanfaat. Akan
tetapi, jika penggunaannya berlebihan dapat mengganggu lingkungan. Bagaimana
pupuk dapat mengganggu lingkungan? Pupuk dapat menyuburkan tanaman dan
utmbuhan liar di sekitar tanaman pertanian.
Eceng gondok hidup di perairan, seperti di danau, kolam atau sungai.
Awalnya, di sungai tersebut hanya dijumpai sedikit eceng gondok. Namun, karena
adanya limbah pupuk yang dibuang ke sungai tersebut, eceng gondok tumbuh
dengan pesat. Eceng gondok tersebut tumbuh memenuhi seluruh permukaan air.
Akibatnya, berbagai hewan yang hidup di sungai tersebut akan kesulitan bergerak.
Selain itu, mereka akan kesulitan mendapatkan oksigen untuk bernapas.
Banyak hewan air yang mati kekurangan oksigen. Bagaimana dengan
pestisida? Pestisida yang se mula dimanfaatkan untuk membunuh hama, dapat pula
membunuh serangga. Contohnya kepik yang bermanfaat membunuh hama akan
terbunuh pula. Penyemprotan pestisida yang berlebihanpun dan tidak sesuai
prosedur akan mengakibatkan pencemaran tanah. Pencemaran tanah dapat
membunuh cacing tanah yang berguna untuk menyuburkan tanah. Dengan
terbunuhnya cacing, kegemburan tanah menurun. Selain itu, hewan pemakan
cacing akan kehilangan sumber makanannya. Akhirnya, hal ini dapat memutuskan
rantai makanan yang ada pada lingkungan tanah. Bagaimana dengan keseimbangan
lingkungan di hutan?
C. Langkah-langkah Pembelajaran
No. Langkah-langkah Waktu
1. Kegiatan Awal
23
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari
ini.(Tahap 1)
Kegiatan Inti
5 menit
a. Menyampaikan materi pembelajaran secara singkat.
2. (Tahap 2)
b. Menjelaskan prosedur pembelajaran PMII tipe reverse
role tutoring.(Tahap 3) 10 menit
c. Membagi siswa ke dalam dua kelompok yakni kelompok
tutor untuk menyumbang ide dan tutee untuk menjadi
pendengar yang baik sehingga terjalin komunikasi yang 5 menit
baik, kemudian memasangkannya. (Tahap 3)
d. Guru membimbing siswa dalam menjalankan
tugas/peran masing-masing siswa agar siswa menjadi 5 menit
peduli, bekerja sama dan ikut bertanggung jawab
dalam terlaksananya pembelajaran yang diharapkan,
termasuk membimbing siswa dalam pertukaran peran.
(Tahap 4)
Kegiatan Akhir
5 menit
24
5 menit
25
b. membatasi penggunaan plastik
c. membangun rumah di daerah resapan air
d. mengolah limbah sebelum di buang ke lingkungan
Kunci Jawaban
1. B 5. C 9. C
2. A 6. A 10. A
3. B 7. A 11. E
4. E 8. A 12. D
5. C
Pedoman Penskoran
Jika menjawab benar skor 1
Jika tidak menjawab atau salah skor 0
Skor yang dicapai
Nilai Akhir = × 100
Skor maximal
……………….. …………………..
26
27