Dosen Pembimbing:
Naning Kurniawati, S.Pd. M.Pd
Disusun oleh :
Nama : Ayu Wijayanti
NIM : 3420190075
i
KATA PENGANTAR
ii
7. Ayah dan Ibu yang selalu memberikan doa, semangat, serta motivasi
kepada penulis sampai saat ini.
8. Seluruh teman-teman Angkatan 2019, yang berjuang bersama-sama untuk
meraih mimpi, terima kasih atas kenang-kenangan indah yang dirajut
bersama dalam menggapai impian.
9. Dan tak lupa kepada semua pihak yang selalu memotivasi saya untuk
selalu giat dalam belajar dan optimis mengejar cita-cita.
Semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal atas segala bantuan dan
jerih payah yang diberikan kepada peneliti hingga terselesaikannya penelitian ini.
Peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada penelitian ini,
oleh karena itu saran dan kritik yang konstruktif selalu peneliti harapkan dari
siapapun.
Ayu Wijayanti
NIM : 3420190075
iii
DAFTAR ISI
BAB I ........................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-kisi soal pretest dan posttest ............................................... 17
Tabel 3.2 Pedoman pemberian nilai kemampuuan pemahaman konsep .... 17
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Grafik Relasi Fungsi Surjektif .........................................................9
Gambar 2.2 Grafik Relasi Fungsi Injektif ...........................................................9
Gambar 2.3 Grafik Relasi Fungsi Binjektif ........................................................10
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
kurang tepat dapat mempengaruhi hasil dari pembelajaran seperti hasil
pembelajaran pada materi fungsi pada kelas 10 MA Walisongo Sugihwaras.
2
Berdasarkan hasil penelitian dan latar belakang di atas, peneliti
tertarik mengadakan penelitian lebih lanjut tentang penerapan model
pembelajaran peserta didik kelas 10 MA WAlisongo Sugihwaras Bojonegoro
dalam pembelajaran matematika melalui Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Dalam Pembelajaran Matematika Pada Materi Fungsi.
3
1.5 Tujuan Penelitian
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Kooperatif ( tipe Think - Pair – Share )
a. Pengertian
Model kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa. Pertama kali diperkenalkan oleh Frank Lyman dkk tahun
1985 dari University of Maryland menyatakan bahwa TPS merupakan
suatu cara efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi siswa,
dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk
mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan
dalam TPS lebih banyak waktu berpikir untuk merespon dan saling
membantu (Trianto, 2007).
Berikut definisi dan pengertian model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) dari beberapa sumber buku:
Menurut Yahya (2012), Think Pair Share adalah metode pembelajaran
yang dapat menumbuhkan semangat belajar siswa. Metode think pair
and share memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir dan
merespon serta saling membantu dalam mengkaji permasalahan yang
disajikan guru.
Menurut Huda (2015), Think Pair Share adalah model pembelajaran
yang memberi waktu bagi siswa untuk dapat berpikir secara individu
maupun berpasangan. Metode ini memberikan waktu pada siswa untuk
memikirkan jawaban dari pertanyaan atau permasalahan yang akan
diberikan oleh guru. Siswa saling membantu dalam menyelesaikan
masalah tersebut dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing.
Setelah itu dijabarkan atau menjelaskan di ruang kelas.
Menurut Trianto (2012) dan Istarani (2012), Think Pair Share adalah
jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa. Think Pair Share baik digunakan dalam melatih
kerangka berfikir siswa secara baik, untuk itu pembelajaran model ini
menekankan pada peningkatan daya nalar, daya kritis siswa, daya
imajinasi siswa, dan daya analisis terhadap suatu masalah.
Menurut Ngalimun (2017), Think Pair Share adalah model
pembelajaran kooperatif dengan sintaks. Guru menyajikan materi
klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok
dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi
kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa,
umumkan hasil kuis dan berikan reward.
5
b. Tujuan Dan Manfaat Think Pair Share
Menurut Isjoni (2009), melalui model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS), peserta didik dapat belajar secara berkelompok
bersama teman-temanya dengan cara saling menghargai pendapat dan
memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan
gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara
berkelompok.
Menurut Susilo (2005), beberapa keuntungan penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share di dalam proses
pembelajaran, antara lain yaitu:
Membantu menstrukturkan diskusi. Siswa mengikuti proses yang telah
ditentukan sehingga membatasi kesempatan pikirannya melantur dan
tingkah lakunya menyimpang karena harus melapor hasil pemikirannya
ke mitranya/temannya.
Meningkatkan partisipasi siswa dan meningkatkan banyaknya informasi
yang dapat diingat siswa.
Meningkatkan lamanya time on task dalam kelas dan kualitas kontribusi
siswa dalam diskusi kelas.
Siswa dapat mengembangkan kecakapan hidup sosialnya.
Adapun menurut Huda (2015), manfaat Think Pair Share (TPS),
antara lain yaitu sebagai berikut:
Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan
orang lain.
Mengoptimalkan partisipasi siswa.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan partisipasi
mereka kepada orang lain.
6
Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menghargai
pendapat orang lain.
Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat
sebagai implementasi ilmu pengetahuannya.
Guru lebih memungkinkan untuk menambahkan pengetahuan anak ketika
selesai diskusi.
b). Kekurangan
Kekurangan atau kelemahan Think Pair Share (TPS) adalah:
Sulit menentukan permasalahan yang cocok dengan tingkat pemikiran
siswa.
Bahan-bahan yang berkaitan dengan membahas permasalahan yang ada
tidak dipersiapkan baik oleh guru maupun siswa.
Kurang terbiasa memulai pembelajaran dengan suatu permasalahan yang
ril atau nyata.
Pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah relatif terbatas
7
Matematika perlu diberikan kepada siswa untuk membekali mereka
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif
serta kemampuan bekerjasama. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
(Depdiknas, 2006:346) menyebutkan pemberian mata pelajaran matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep
dan mengaplikasi konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien
dan tepat dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk menjelaskan keadaan/masalah.
e. Memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu: memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam pelajaran
matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Tujuan umum pertama, pembelajaran matematika pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah adalah memberikan penekanan pada
penataan latar dan pembentukan sikap siswa. Tujuan umum adalah
memberikan penekanan pada keterampilan dalam penerapan
matematika, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
membantu mempelajari ilmu pengetahuan lainnya.
Salah satu hal yang dipelajari pada matematika adalah fungsi. Pada
dasarnya, fungsi merupakan suatu relasi yang memetakan setiap anggota dari
suatu himpunan yang disebut sebagai daerah asal atau domain ke tepat satu
anggota himpunan lain yang disebut daerah kawan (kodomain).
Perlu diketahui bahwa tak semua relasi pemetaan adalah fungsi. Tapi
semua fungsi sudah pasti relasi. Begini penjelasannya:
Semua anggota di domain harus memiliki pasangan yang tepat satu
pasangan di kodomain.
Tidak semua anggota kodomain harus berpasangan dengan anggota lain
di domain.
Anggota kodomain dapat memiliki lebih dari satu pasangan di domain.
8
a. Sifat-sifat fungsi
Sifat fungsi terbagi menjadi 3 kelompok yaitu fungsi Surjektif, Injektif,
dan Bijektif. Pengelompokkan tersebut berdasarkan pada sifatnya. Adapun
perbedaannya yang akan dijelaskan dibawah ini:
1. Fungsi Surjektif (Fungsi Onto)
9
3. Fungsi Binjektif (Korespondensi Satu-satu)
Fungsi Bijektif adalah gabungan dari fungsi injektif dan surjektif. Pada
fungsi bijektif, semua anggota domain dan kodomain terpasangkan tepat
satu. Kebalikan fungsi dari fungsi injektif dan surjektif belum pasti
fungsi/pemetaan, namun kebalikan fungsi dari fungsi bijektif juga
merupakan fungsi/pemetaan.
10
Kemudian 𝑓(𝑥). dijadikan input untuk diproses di mesin g sehingga didapat
output berupa 𝑔(𝑓(𝑥)).
Contoh diatas jika dibuat dalam fungsi merupakan komposisi g dan f yang
dinyatakan dengan g o f sehingga:
(𝑔 𝑜 𝑓)(𝑥) = 𝑔(𝑓(𝑥))
11
penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan
hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
Dengan menerapkan model tersebut diharapkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran matematika dapat meningkat sesuai dengan nilai KKM
yang terdapat pada Sekolah tersebut. Hasil belajar siswa pada mata
pelajaran matematika sebelum menerapkan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) yaitu dengan
presentase ketuntasan sebesar 42,5% atau 17 siswa yang tuntas
sedangkan 57,5% atau 23 siswa belum tuntas. Adapun pembelajaran
dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team
Assisted Individualization) ini hasil belajar pada siklus I diperoleh
presentase ketuntasan sebesar 70% atau 28 siswa tuntas dan 30% atau 12
siswa belum tuntas, dan pada siklus II diperoleh presentase ketuntasan
sebesar 95% atau 38 siswa tuntas dan 5% atau 2 siswa belum tuntas.
Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan melalui tahapan siklus I dan
siklus II berpedoman dari rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah
disusun sebelumnya. Berdasarkan hasil belajar siswa yang diperoleh
setelah menggunakan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TAI (Team Assisted Individualization) menunjukkan peningkatan,
terlihat dari data awal dengan presentase ketuntasan sebesar 42,5%
dengan jumlah siswa mencapai KKM 17 siswa, sedangkan pada siklus I
presentase ketuntasan sebesar 70% dengan jumlah siswa mencapai KKM
28 siswa dan pada pelaksanaan siklus II presentase ketuntasan sebesar
95% dengan jumlah siswa mencapai KKM 38 siswa. Dengan hasil
belajar siswa pada siklus II yang diperoleh dengan nilai presentase
ketuntasan yaitu 95% dimana nilai tersebut telah melebihi nilai
presentase keberhasilan sebesar 75% maka siklus berhenti di siklus II dan
dinyatakan bahwa penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
(Team Assisted Individualization) berhasil meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Matematika materi kesebangunan dan simetri
kelas V SD Negeri Sukarajakulon I.
12
2. Siswanto, Retno Dwi.dkk. 2018. Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Auditorial, Intelectually, Repetition(Air) Untuk
Meningkatkan Pemecahan Masalah Siswasmk Kelas Xi.Pendidikan
Matematika. IKIP Siliwangi. Menyimpilkan bahwa Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Auditorial Intelectually Repetition(AIR)
dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa. Hal ini dilihat dari hasil tes
siklus pemecahan masalah matematika siswa, nilai rata-rata, dan
persentase DSK dari setiap siklus mengalami peningkatan. Aktivitas
belajar siswa dan guru dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Auditorial Intelectually Repetition(AIR) sangatdiminati
oleh seluruh siswa terlihat dari suasana pembelajaran matematika
selama dikelas pada setiap pertemuannya mengalamipeningkatan,
terlihat dari awal pertemuan yang kurang kondusif menjadi lebih
kondusif. Dengan menggunakan model pembelajaran ini
siswamenjadi lebih aktif dalam mengemukakan pendapat,
berdiskusi, dan bertanya. Respon siswa terhadap pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran koopertaif tipe
Auditorial Intelectually Repetition(AIR) menunjukan respon yang positif.
Hal ini terbukti dari data hasil angket skala sikap dan jurnal harian
siswa yang mengalami peningkatan dengan memberikan komentar
yang baik dan positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Auditorial Intelectually Repetition
(AIR).
13
siklus dari penelitian ini, terlihat bahwa hasil tes tindakan siklus I setelah
diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebesar 46,88%
mengalami peningkatan dibandingkan dengan tes awal. Namun indikator
keberhasilan penelitian ini belum tercapai, sehingga dilanjutkan pada
tindakan siklus II dimana hasil tindakan siklus II juga mengalami
peningkatan sebesar 68,75 % dari hasil tes tindakan siklus I. Karena
indikator keberhasilan penelitian ini belum juga tercapai, maka penelitian
dilanjutkan ketindakan siklus III. Hasil tes tindakan siklus ke III
menunjukkan peningkatan sebesar 18,75 % dari hasil tes tindakan siklus
II dengan persentase ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 87,5 %.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar matematika
dapat ditingkatkan melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Teams-Games-Tournament (TGT).
14
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif,
sedangkan jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini
dilaksanakan di MA Walisongo Sugihwaras yang terletak di Jl Raya
Sugihwaras No. 264 Desa Sugihwaras. Jenis penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut
Koentjaraningrat (1993: 89) mengartikan bahwa penelitian kualitatif adalah
desain penelitian yang memiliki tiga format. Ketiga format tersebut meliputi
penelitian deskriptif, verifikasi dan format Grounded research.
Penelitian kualitatif salah satu penelitian yang lebih cocok digunakan
untuk penelitian yang tidak berpola. Karena berpola, kamu bisa menggunakan
desain ini untuk membantu dalam penelitian.
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bentuk penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan adalah observasi, wawancara siswa , dan wawancara guru.
15
3.3 VARIABEL PENELITIAN
Variabel penelitian adalah suatu artribut atau sifat atau nilai dari orang,
opyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (sugiyono,
2012:61). Pada penelitian ini ditentukan 2 variabel,yaitu variable bebas atau
variable independen dan variable terikat atau dependen.
1. Variabel Independen (Bebas)
Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat) (Sugiyono, 2015: 61). Dalam penelitian ini variabel bebasnya
adalah model pembelajaran Tutor Sebaya.
2. Variabel Dependen (Terikat)
Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel independen (bebas) (Sugiyono,
2015: 61). Dengan kata lain ada atau tidaknya variabel terikat tergantung
ada atau tidaknya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya
adalah pemahaman konsep matematika.
16
pretest dan posttest dalam penelitian ini sama, yaitu berupa soal true false
sebanyak 8 soal dan soal essay sebanyak 2 soal.
17
Dapat menyajikan sebuah konsep dengan 4
benar dan lengkap
Mengaplikasikan Pembelajaran Jawaban kosong 0
dan rumus dalam pemecahan Tidak dapat mengaplikasikan rumus sesuai 1
masalah prosedur dalam menyelesaikan soal
pemecahan masalah
Dapat mengaplikasikan rumus sesuai 2
prosedur dalam menyelesaikan soal
pemecahan masalah tetapi masih banyak
kesalahan
Dapat mengaplikasikan rumus sesuai 3
prosedur dalam menyelesaikan soal
pemecahan masalah tetapi belum tepat
Dapat mengaplikasikan rumus sesuai 4
prosedur dalam menyelesaikan soal
pemecahan masalah dengan tepat
1. Observasi
18
mengetahui bagaimana kondisi Siswa kelas 10 MA Walisongo
Sugihwaras disaat proses belajar.
2. Interview (Wawancara)
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara mendalam, artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan
secara mendalam yang berhubungan dengan bagaimana perbandingan
metode pembelajaran langsung dengan pembelajaran kooperatif (tipe
Think – Pair – Share) dalam meningkatkan kemampuan belajar siswa
kelas 10 MA Walisongo Sugihwaras pada materi Fungsi, dengan
wawancara mendalam ini data – data dapat dikumpulkan semaksimal
mungkin serta peneliti menggunakan jenis wawancara terstruktur, yaitu
penulis melakukan wawancara dengan mengacu kepada pedoman
wawancara yang telah disusun secara baku.
3. Dokumentasi
19
DAFTAR PUSTAKA
Aina, H. 2017. Penerapan Strategi Pembelajaran Peer-Tutor Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Di MAS Babun
Najah Banda Aceh. Skripsi. Banda Aceh: FTK Universitas Islam Negeri
Ar-Raniry Darussalam-Banda Aceh.
20
Siswanto, Retno Dwi.dkk. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Auditorial, Intelectually, Repetition(Air) Untuk Meningkatkan Pemecahan
Masalah Siswasmk Kelas Xi.Pendidikan Matematika. IKIP Siliwangi.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Tiya, Kadir. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
Tournament (TGT) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Siswa SMPN. Universitas Haluoleo.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka
Utakatikotak.com/Apa-Perbedaan-Fungsi-Injektif-Surjektif-dan-Bijektif-
/kongkow/detail/19539
Yahya. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair And
Share (TPS) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Ciri-
Ciri Makhluk Hidup di SMP Negeri 2 Sakti Kabupaten Pidie. Jurnal
Pendidikan Serambi Ilmu.
21