Anda di halaman 1dari 27

“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM

PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI FUNGSI DI MA


WALISONGO SUGIHWARAS”
PROPOSAL SKRIPSI

Dosen Pembimbing:
Naning Kurniawati, S.Pd. M.Pd
Disusun oleh :
Nama : Ayu Wijayanti
NIM : 3420190075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI BOJONEGORO
TAHUN PELAJARAN 2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan


hidayah, ilmu, kesehatan, dan kesempatan yang sangat berharga, sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Dalam Pembelajaran Matematika Pada Materi Fungsi Di
Ma Walisongo Sugihwaras” ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu
meskipun masih terdapat banyak kekurangan yang memerlukan tambahan dan ide
untuk menyempurnakan karya ini.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kehadiran baginda nabi
besar Muhammad SAW yang telah menunjukan pada jalan yang penuh dengan
cahaya keilmuan yang diridhoi Allah SWT dan semoga kita mendapat
pertolongan Syafaat-nya kelak, Amin.
Penulisan dan penyusunan proposal skripsi ini dimaksudkan untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program studi jurusan
Pendidikan Matematika di Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro.
Penulisan yakin tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, proposal
skripsi ini tidak dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nahdlatul
Ulama Sunan Giri Bojonegoro.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Nahdlatul
Ulama Sunan Giri Bojonegoro.
4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas
Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro yang telah banyak memberikan
ilmunya kepada penulis sejak berada dibangku kuliah.
5. Kepala Sekolah MA Walisongo Sugihwaras yang telah memberikan izin
untuk penelitian di Sekolah tersebut.
6. Seluruh siswa kelas 10 dan segenap sivitas akademik MA Walisongo
Sugihwaras Bojonegoro.

ii
7. Ayah dan Ibu yang selalu memberikan doa, semangat, serta motivasi
kepada penulis sampai saat ini.
8. Seluruh teman-teman Angkatan 2019, yang berjuang bersama-sama untuk
meraih mimpi, terima kasih atas kenang-kenangan indah yang dirajut
bersama dalam menggapai impian.
9. Dan tak lupa kepada semua pihak yang selalu memotivasi saya untuk
selalu giat dalam belajar dan optimis mengejar cita-cita.
Semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal atas segala bantuan dan
jerih payah yang diberikan kepada peneliti hingga terselesaikannya penelitian ini.
Peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada penelitian ini,
oleh karena itu saran dan kritik yang konstruktif selalu peneliti harapkan dari
siapapun.

Bojonegoro, 05 April 2022


Penulis

Ayu Wijayanti
NIM : 3420190075

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ....................................................................................... v


DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vi

BAB I ........................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1


1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah ............................................................................... 3

1.4 Rumusan Masalah ............................................................................ 3


1.5 Tujuan Masalah ................................................................................ 4

1.6 Manfaat Penelitian ........................................................................... 4


BAB II ......................................................................................................... 5

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 5


2.1 Pembelajaran Kooperatif ( tipe Think - Pair – Share )................... 5

2.2 Pembelajaran Matematika ............................................................... 7


2.3 Materi Fungsi Dalam Matematika ................................................... 8

2.4 Hasil Penelitian Terdahulu .............................................................. 11


BAB III ........................................................................................................ 15
METODE PENELITIAN ........................................................................... 15

3.1 Jenis Penelitian ................................................................................. 15


3.2 Populasi Dan Sampel ........................................................................ 15

3.3 Variabel Penelitian ........................................................................... 16


3.4 Intrumen Penelitian .......................................................................... 16

3.5 Teknis Pengumpulan Data ............................................................... 18


3.6 Teknik Analisis Data ........................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 20

iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-kisi soal pretest dan posttest ............................................... 17
Tabel 3.2 Pedoman pemberian nilai kemampuuan pemahaman konsep .... 17

v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Grafik Relasi Fungsi Surjektif .........................................................9
Gambar 2.2 Grafik Relasi Fungsi Injektif ...........................................................9
Gambar 2.3 Grafik Relasi Fungsi Binjektif ........................................................10

vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pembelajaran matematika dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting,


karena kita tidak dapat terlepas dari penggunaan matematika mulai dari
masalah sederhana sampai masalah yang rumit. Pembelajaran matematika di
sekolah diharapkan tidak hanya sebatas membuat catatan dan meragukan
kebenarannya, tetapi peserta didik mampu menangkap arti dan makna dari
pembelajaran yang diberikan oleh guru (Fajar dkk, 2018). Selain itu
matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah, dinilai cukup
memegang peranan penting dalam membentuk peserta didik menjadi
berkualitas dalam berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan sistematis
(Arnidha, 2017).

Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang kandungan ilmunya


bermanfaat untuk melangsungkan kehidupan sehari – hari. Dengan demikian
dalam dunia pendidikan, matematika harus dipelajari oleh semua siswa mulai
dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Karena matematika
menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan siswa dalam menempuh suatu
jenjang pendidikan. Hal ini terbukti dengan dijadikannya matematika sebagai
salah satu pelajaran yang diujiankan dalam ujian akhir nasional (UAN).
Selain itu matematika juga menjadi salah satu materi ujian seleksi dalam
penerimaan tenaga kerja.
Materi – materi yang terdapat dalam mata pelajaran matematika sangat
identik dengan kegiatan berhitung seperti : menjumlahkan, mengurangi,
mengkalikan, dan membagi. Beberapa kegiatan matematika tersebut menjadi
dasar atau pondasi dalam mengerjakan operasi hitung matematikadan sebagai
bekal dalam menghadapi materi matematika yang lain. Maka dari itu perlu
adanya penguasaan dasar kemampuan berhitung matematika dengan baik
untuk lanjut pada materi selanjutnya.
Kemampuan berhitung dapat dikuasai dengan baik apabila proses
pembelajaran memenuhi syarat pembelajaran yang baik. Pembelajaran yang
baik dilakukan dengan cara melakukan persiapan yang matang sebelum
melakukan pembelajaran seperti mempersiapkan RPP, didukung dengan
melaksanakan pembelajaran yang bervariatif seperti menggunakan model
pembelajaran yang sesuai, dan penggunaan alat bantu mengajar seperti media
pembelajaran yang dapat menyampaikan materi lebih mudah diterima oleh
siswa. Pemilihan model pembelajaran dan media pembelajaran harus
dilakukan dengan matang. Pemilihan model dan media pembelajaran yang

1
kurang tepat dapat mempengaruhi hasil dari pembelajaran seperti hasil
pembelajaran pada materi fungsi pada kelas 10 MA Walisongo Sugihwaras.

Pembelajaran bentuk fungsi ini sangat diperlukan untuk pemahaman


materi matematika yang lainnya. Namun pada umumnya kemampuan
menghitung atau memahami tentang fungsi ini masih terbilang rendah, karena
kebanyakan siswa belum bisa menjawab soal tersebut dengan benar. Oleh
karena itu siswa yang sering kali mendapat kesulitan dalam memahami materi
ini merupakan suatu masalah bagi siswa untuk kedepannya. Perihalnya jika
siswa belum bisa mengatasi masalah ini dengan baik maka akan berpengaruh
pada materi materi selanjutnya dan itu akan sangat mempengaruhi prestasi
siswa untuk kedepannya. Oleh sebab itu diharapkan semua orang bisa
menggunakan bahasa matematika untuk menyampaikan ide-ide maupun
informasi yang didapatnya. Namun masih banyak peserta didik yang
beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang menyulitkan,
menyeramkan dan tidak menyukainya sehingga berdampak pada prestasi
belajar mereka yang rendah, pernyataan tersebut juga sesuai dengan hasil
penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya.
Model kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa. Pertama kali diperkenalkan oleh Frank Lyman dkk tahun 1985 dari
University of Maryland menyatakan bahwa TPS merupakan suatu cara efektif
untuk membuat variasi suasana pola diskusi siswa, dengan asumsi bahwa
semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara
keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam TPS lebih banyak waktu
berpikir untuk merespon dan saling membantu (Trianto, 2007).
Rendahnya penerapam model dalam pembelajaran matematika ini juga
dialami peserta didik MA Walisongo Sugihwaras. Hasil wawancara dengan
salah satu guru matematika MA Walisongo Sugihwaras terkait hasil belajar,
menunjukan bahwa hasil belajar peserta didik kelas 10 MA Walisongo masih
tergolong rendah yaitu dengan rata-rata sebesar 40% peserta didik yang
tuntas. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian peserta didik pada
materi Fungsi belum memenuhi batas kriteria ketuntasan minimal (KKM)
yaitu 70. Rendahnya hasil belajar peserta didik kelas 10 MA Walisongo salah
satunya dipengaruhi oleh rendahnya penerapan model peserta didik, karena
penerapan model pembelajaran merupakan aspek yang penting dalam hasil
belajar . Faktor yang menyebabkan redahnya penerapan model pembelajaran
matematika di MA Walisongo Sugihwaras Bojonegoro adalah pembelajaran
yang terpusat pada cara yang monoton. Akibatnya penerapan model
pembelajaran matematika kurang optimal.

2
Berdasarkan hasil penelitian dan latar belakang di atas, peneliti
tertarik mengadakan penelitian lebih lanjut tentang penerapan model
pembelajaran peserta didik kelas 10 MA WAlisongo Sugihwaras Bojonegoro
dalam pembelajaran matematika melalui Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Dalam Pembelajaran Matematika Pada Materi Fungsi.

1.2 Identifikasi masalah


Peneliti melakukan identifikasi masalah agar penelitian yang dilakukan
dapat terarah. Adapun identifikasi yang terdapat pada latar belakang
diantaranya sebagai berikut:
1. Sikap siswa yang merasa bosan terhadap pembelajaran matematika
karena kurang terciptanya media yang menarik di MA Walisongo
2. Proses pembelajaran matematika selama ini dengan menggunakan
media pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi
masih terbatas di MA Walisongo Sugihwaras
3. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa khususnya siswa
MA masih relatif rendah.
4. Siswa kurang mampu mengidentifikasi masalah yang berkaitan
dengan soal kemampuan pemecahan masalah.
1.3 Batasan Masalah
Batasan Masalah Melihat luasnya cakupan masalah-masalah yang
teridentifikasi, maka penulis merasa perlu memberikan batasan terhadap
masalah yang akan dikaji agar lebih terarah dan jelas, masalah dalam
penelitian ini dibatasi hanya pada kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas 10 di MA Walisongo Sugihwaras pada materi fungsi
dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kooperatif tipe TPS

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah pembelajaran dengan Model kooperatif Tipe tps dapat
meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa di
kelas 10 di MA
2. Apakah pembelajaran dengan Model Kooperatif Tipe tps dapat
meningkatakan ketuntasan belajar matematika siswa di kelas 10 MA

3
1.5 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:


1. Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
melalui pembelajaran kooperatif tipe TPS di kelas 10 di MA
2. Untuk meningkatkan ketuntasan belajar matematika siswa melalui
pembelajaran kooperatif tipe TPS di kelas 10 di MA

1.6 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Kepada Kepala sekolah, memberikan saran dan bahan masukan bagi
kepala sekolah untuk memberikan perhatian yang fokus pada pelaksanaan
berbagai program media pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di MA Walisongo
Sugihwaras rumah
2. Kepada guru, sebagai bahan informasi mengenai kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa yang diberi penyajian pada pokok bahasan
materi fungsi
3. Kepada siswa, sebagai masukan bagi siswa agar siswa mampu memahami
materi pelajaran matematika dengan baik.
4. Kepada peneliti, menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam
penelitian lapangan.
5. Kepada peneliti lainnya, sebagai bahan informasi awal dan bandingan bagi
peneliti lain untuk melakukan penelitian yang sejenisnya.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Kooperatif ( tipe Think - Pair – Share )

a. Pengertian
Model kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa. Pertama kali diperkenalkan oleh Frank Lyman dkk tahun
1985 dari University of Maryland menyatakan bahwa TPS merupakan
suatu cara efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi siswa,
dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk
mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan
dalam TPS lebih banyak waktu berpikir untuk merespon dan saling
membantu (Trianto, 2007).
Berikut definisi dan pengertian model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) dari beberapa sumber buku:
 Menurut Yahya (2012), Think Pair Share adalah metode pembelajaran
yang dapat menumbuhkan semangat belajar siswa. Metode think pair
and share memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir dan
merespon serta saling membantu dalam mengkaji permasalahan yang
disajikan guru.
 Menurut Huda (2015), Think Pair Share adalah model pembelajaran
yang memberi waktu bagi siswa untuk dapat berpikir secara individu
maupun berpasangan. Metode ini memberikan waktu pada siswa untuk
memikirkan jawaban dari pertanyaan atau permasalahan yang akan
diberikan oleh guru. Siswa saling membantu dalam menyelesaikan
masalah tersebut dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing.
Setelah itu dijabarkan atau menjelaskan di ruang kelas.
 Menurut Trianto (2012) dan Istarani (2012), Think Pair Share adalah
jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa. Think Pair Share baik digunakan dalam melatih
kerangka berfikir siswa secara baik, untuk itu pembelajaran model ini
menekankan pada peningkatan daya nalar, daya kritis siswa, daya
imajinasi siswa, dan daya analisis terhadap suatu masalah.
 Menurut Ngalimun (2017), Think Pair Share adalah model
pembelajaran kooperatif dengan sintaks. Guru menyajikan materi
klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok
dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi
kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa,
umumkan hasil kuis dan berikan reward.

5
b. Tujuan Dan Manfaat Think Pair Share
Menurut Isjoni (2009), melalui model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS), peserta didik dapat belajar secara berkelompok
bersama teman-temanya dengan cara saling menghargai pendapat dan
memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan
gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara
berkelompok.
Menurut Susilo (2005), beberapa keuntungan penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share di dalam proses
pembelajaran, antara lain yaitu:
 Membantu menstrukturkan diskusi. Siswa mengikuti proses yang telah
ditentukan sehingga membatasi kesempatan pikirannya melantur dan
tingkah lakunya menyimpang karena harus melapor hasil pemikirannya
ke mitranya/temannya.
 Meningkatkan partisipasi siswa dan meningkatkan banyaknya informasi
yang dapat diingat siswa.
 Meningkatkan lamanya time on task dalam kelas dan kualitas kontribusi
siswa dalam diskusi kelas.
 Siswa dapat mengembangkan kecakapan hidup sosialnya.
Adapun menurut Huda (2015), manfaat Think Pair Share (TPS),
antara lain yaitu sebagai berikut:
 Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan
orang lain.
 Mengoptimalkan partisipasi siswa.
 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan partisipasi
mereka kepada orang lain.

c. Kelebihan Dan Kekurangan Think Pair Share


Setiap model pembelajaran biasanya memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing, begitu juga dengan Think Pair Share (TPS).
Menurut Istarani (2014), kelebihan dan kekurangan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share adalah sebagai berikut:
a). Kelebihan
Kelebihan atau keunggulan Think Pair Share (TPS) adalah:
 Dapat meningkatkan daya nalar siswa, daya kritis siswa dan analisis
terhadap suatu permasalahan.
 Meningkatkan kerja sama antara siswa karena mereka dibentuk dalam
kelompok.

6
 Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menghargai
pendapat orang lain.
 Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat
sebagai implementasi ilmu pengetahuannya.
 Guru lebih memungkinkan untuk menambahkan pengetahuan anak ketika
selesai diskusi.

b). Kekurangan
Kekurangan atau kelemahan Think Pair Share (TPS) adalah:
 Sulit menentukan permasalahan yang cocok dengan tingkat pemikiran
siswa.
 Bahan-bahan yang berkaitan dengan membahas permasalahan yang ada
tidak dipersiapkan baik oleh guru maupun siswa.
 Kurang terbiasa memulai pembelajaran dengan suatu permasalahan yang
ril atau nyata.
 Pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah relatif terbatas

2.2 Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan suatu proses belajar dan mengajar dengan


segala interaksi di dalamnya. Suherman (2003: 8) menyatakan bahwa
pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar
program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Sehingga
kemampuan yang dimiliki guru untuk mengorganisir komponen di
dalamnya sangat diperlukan agar tujuan pembelajaran tercapai.
Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas
pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan
pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh
peserta didik atau murid (Sagala, 2009: 61).
Pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan pembentukan
pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran
suatu hubungan diantara pengertian-pengertian itu. Dalam pembelajaran
matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui
pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari
sekumpulan objek (abstraksi). Siswa diberi pengalaman menggunakan
matematika sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan informasi
misalnya melalui persamaan-persamaan, atau tabel-tabel dalam model-
model matematika yang merupakan penyederhanaan dari soal-soal cerita
atau soalsoal uraian matematika lainnya.

7
Matematika perlu diberikan kepada siswa untuk membekali mereka
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif
serta kemampuan bekerjasama. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
(Depdiknas, 2006:346) menyebutkan pemberian mata pelajaran matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep
dan mengaplikasi konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien
dan tepat dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk menjelaskan keadaan/masalah.
e. Memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu: memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam pelajaran
matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Tujuan umum pertama, pembelajaran matematika pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah adalah memberikan penekanan pada
penataan latar dan pembentukan sikap siswa. Tujuan umum adalah
memberikan penekanan pada keterampilan dalam penerapan
matematika, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
membantu mempelajari ilmu pengetahuan lainnya.

2.3 Materi Fungsi Dalam Matematika

Salah satu hal yang dipelajari pada matematika adalah fungsi. Pada
dasarnya, fungsi merupakan suatu relasi yang memetakan setiap anggota dari
suatu himpunan yang disebut sebagai daerah asal atau domain ke tepat satu
anggota himpunan lain yang disebut daerah kawan (kodomain).
Perlu diketahui bahwa tak semua relasi pemetaan adalah fungsi. Tapi
semua fungsi sudah pasti relasi. Begini penjelasannya:
 Semua anggota di domain harus memiliki pasangan yang tepat satu
pasangan di kodomain.
 Tidak semua anggota kodomain harus berpasangan dengan anggota lain
di domain.
 Anggota kodomain dapat memiliki lebih dari satu pasangan di domain.

8
a. Sifat-sifat fungsi
Sifat fungsi terbagi menjadi 3 kelompok yaitu fungsi Surjektif, Injektif,
dan Bijektif. Pengelompokkan tersebut berdasarkan pada sifatnya. Adapun
perbedaannya yang akan dijelaskan dibawah ini:
1. Fungsi Surjektif (Fungsi Onto)

Fungsi Surjektif atau onto memiliki ciri-ciri yaitu anggota kodomainnya


boleh memiliki pasangan lebih dari satu, namun tidak boleh ada anggota
kodomain yang tidak dipasangkan. Fungsi surjektif biasanya dipenuhi
apabila jumlah anggota kodomain sama atau lebih sedikit dari anggota
domain.

2. Fungsi injektif adalah fungsi into atau fungsi satu-satu.


Fungsi f: A → B dikatakan fungsi injektif Jika dan hanya jika anggota
kodomain hanya dipasangkan satu kali dengan anggota domain. Pada fungsi
injektif, anggota himpunan daerah kodomain boleh tidak memiliki pasangan,
namun semua anggota kodomain yang terpasangkan hanya ada satu, tidak
boleh ada yang lebih dari satu.

9
3. Fungsi Binjektif (Korespondensi Satu-satu)
Fungsi Bijektif adalah gabungan dari fungsi injektif dan surjektif. Pada
fungsi bijektif, semua anggota domain dan kodomain terpasangkan tepat
satu. Kebalikan fungsi dari fungsi injektif dan surjektif belum pasti
fungsi/pemetaan, namun kebalikan fungsi dari fungsi bijektif juga
merupakan fungsi/pemetaan.

Fungsi komposisi adalah beberapa fungsi yang tersusun dan terhubung


saling bekerja sama. Contohnya adalah seperti ini :
Jika fungsi f dan g merupakan mesin yang bekerja beriringan. Maka fungsi f
menerima input berupa (𝑥) yang akan diolah di mesin f dan menghasilkan
output berupa 𝑓(𝑥).

10
Kemudian 𝑓(𝑥). dijadikan input untuk diproses di mesin g sehingga didapat
output berupa 𝑔(𝑓(𝑥)).
Contoh diatas jika dibuat dalam fungsi merupakan komposisi g dan f yang
dinyatakan dengan g o f sehingga:
(𝑔 𝑜 𝑓)(𝑥) = 𝑔(𝑓(𝑥))

3.1 Hasil Penelitian Terdahulu


Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian yang sistematis tentang hasil-
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan
dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun penelitian yang pernah
dilakukan antara lain :

1. Cahyaningsih, Ujiati, 2018. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif


Tipe Tai (Team Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika. Universitas
Majalengka. Menyimpulkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) pada siswa kelas
V mata pelajaran Matematika, dilaksanakan selama dua siklus dengan
empat tindakan. Adapun pelaksanaan pembelajaran dilakukan sesuai
dengan langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
(Team Assisted Individualization) yaitu, Pertama, Guru memberikan
tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara
individual yang sudah dipersiapkan oleh guru. Kedua, Guru memberikan
kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau
skor awal. Ketiga, Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap
kelompok terdiri dari 5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda
baik Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 4 No.1 Edisi Januari 2018 p-ISSN:
2442-7470 e-ISSN: 2579-4442 10 tingkat kemampuan tinggi, sedang,
maupun rendah. Keempat, Hasil belajar siswa secara individual
didiskusikan dalam kelompok. Kelima, Guru memfasilitasi siswa dalam
membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada
materi pembelajaran yang telah dipelajari, Keenam, Guru memberikan
kuis kepada siswa secara individual, dan Ketujuh, Guru memberi

11
penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan
hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
Dengan menerapkan model tersebut diharapkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran matematika dapat meningkat sesuai dengan nilai KKM
yang terdapat pada Sekolah tersebut. Hasil belajar siswa pada mata
pelajaran matematika sebelum menerapkan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) yaitu dengan
presentase ketuntasan sebesar 42,5% atau 17 siswa yang tuntas
sedangkan 57,5% atau 23 siswa belum tuntas. Adapun pembelajaran
dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team
Assisted Individualization) ini hasil belajar pada siklus I diperoleh
presentase ketuntasan sebesar 70% atau 28 siswa tuntas dan 30% atau 12
siswa belum tuntas, dan pada siklus II diperoleh presentase ketuntasan
sebesar 95% atau 38 siswa tuntas dan 5% atau 2 siswa belum tuntas.
Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan melalui tahapan siklus I dan
siklus II berpedoman dari rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah
disusun sebelumnya. Berdasarkan hasil belajar siswa yang diperoleh
setelah menggunakan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TAI (Team Assisted Individualization) menunjukkan peningkatan,
terlihat dari data awal dengan presentase ketuntasan sebesar 42,5%
dengan jumlah siswa mencapai KKM 17 siswa, sedangkan pada siklus I
presentase ketuntasan sebesar 70% dengan jumlah siswa mencapai KKM
28 siswa dan pada pelaksanaan siklus II presentase ketuntasan sebesar
95% dengan jumlah siswa mencapai KKM 38 siswa. Dengan hasil
belajar siswa pada siklus II yang diperoleh dengan nilai presentase
ketuntasan yaitu 95% dimana nilai tersebut telah melebihi nilai
presentase keberhasilan sebesar 75% maka siklus berhenti di siklus II dan
dinyatakan bahwa penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
(Team Assisted Individualization) berhasil meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Matematika materi kesebangunan dan simetri
kelas V SD Negeri Sukarajakulon I.

12
2. Siswanto, Retno Dwi.dkk. 2018. Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Auditorial, Intelectually, Repetition(Air) Untuk
Meningkatkan Pemecahan Masalah Siswasmk Kelas Xi.Pendidikan
Matematika. IKIP Siliwangi. Menyimpilkan bahwa Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Auditorial Intelectually Repetition(AIR)
dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa. Hal ini dilihat dari hasil tes
siklus pemecahan masalah matematika siswa, nilai rata-rata, dan
persentase DSK dari setiap siklus mengalami peningkatan. Aktivitas
belajar siswa dan guru dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Auditorial Intelectually Repetition(AIR) sangatdiminati
oleh seluruh siswa terlihat dari suasana pembelajaran matematika
selama dikelas pada setiap pertemuannya mengalamipeningkatan,
terlihat dari awal pertemuan yang kurang kondusif menjadi lebih
kondusif. Dengan menggunakan model pembelajaran ini
siswamenjadi lebih aktif dalam mengemukakan pendapat,
berdiskusi, dan bertanya. Respon siswa terhadap pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran koopertaif tipe
Auditorial Intelectually Repetition(AIR) menunjukan respon yang positif.
Hal ini terbukti dari data hasil angket skala sikap dan jurnal harian
siswa yang mengalami peningkatan dengan memberikan komentar
yang baik dan positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Auditorial Intelectually Repetition
(AIR).

3. Purwaningsih, Sri. 2018. Pengaruh Keaktifan Dan Motivasi Terhadap


Hasil Belajar Siswa Dalam Penerapan Model Pembelajarankooperatif
Tipe Stad Materi Turunan Fungsi Pada Siswakelas Xi Is 2 Sma N 15
Semarang. SMA N 15 Semarang. Menyimpulkan bahwa Keaktifan dan
motivasi belajar berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas
XI IS 2 SMA negeri 15 Semarang dalamimplementasi model
pembelajaran kooperatif tipe STAD materi turunan fungsi. Dan besar
pengaruh keaktifan dan motivasi terhadap hasil belajar dalam
pembelajaran berbasis masalah adalah sebesar 72,5%.

4. Tiya, Kadir. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


Teams Games Tournament (TGT) dalam Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Siswa SMPN. Universitas Haluoleo. Menyimpulkan
bahwa Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada setiap tindakan

13
siklus dari penelitian ini, terlihat bahwa hasil tes tindakan siklus I setelah
diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebesar 46,88%
mengalami peningkatan dibandingkan dengan tes awal. Namun indikator
keberhasilan penelitian ini belum tercapai, sehingga dilanjutkan pada
tindakan siklus II dimana hasil tindakan siklus II juga mengalami
peningkatan sebesar 68,75 % dari hasil tes tindakan siklus I. Karena
indikator keberhasilan penelitian ini belum juga tercapai, maka penelitian
dilanjutkan ketindakan siklus III. Hasil tes tindakan siklus ke III
menunjukkan peningkatan sebesar 18,75 % dari hasil tes tindakan siklus
II dengan persentase ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 87,5 %.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar matematika
dapat ditingkatkan melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Teams-Games-Tournament (TGT).

Dari beberapa penelitian yang dilakukan diatas terdapat persamaan dengan


penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu Penerapan Model
Kooperatif. Jika penelitian yang dilakukan oleh Ujiati Cahyaningsih (2018)
menggunakan Tipe Tai (Team Assisted Individualization), penelitian yang
dilakukan oleh Retno Dwi Siswanti, dkk (2018) menggunakan tipe Auditorial
Intelectually Repetition(AIR) (2018), penelitian dari Sri Purwani (2018)
menggunakan Tipe Stad, dan peneliti dari Kadir Tiya (2013) menggunakan
Tipe Teams Games Tournament (TGT), maka penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti ini berbeda, dimana peneliti bermaksud Menggunakan Tipe yang
berbeda-beda untuk mengetahui Penerapan Pembelajaran Kooperatif siswa
MA Walisongo pada pokok pembahasan Materi Fungsi.

14
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif,
sedangkan jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini
dilaksanakan di MA Walisongo Sugihwaras yang terletak di Jl Raya
Sugihwaras No. 264 Desa Sugihwaras. Jenis penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut
Koentjaraningrat (1993: 89) mengartikan bahwa penelitian kualitatif adalah
desain penelitian yang memiliki tiga format. Ketiga format tersebut meliputi
penelitian deskriptif, verifikasi dan format Grounded research.
Penelitian kualitatif salah satu penelitian yang lebih cocok digunakan
untuk penelitian yang tidak berpola. Karena berpola, kamu bisa menggunakan
desain ini untuk membantu dalam penelitian.
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bentuk penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan adalah observasi, wawancara siswa , dan wawancara guru.

3.2 Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2016: 117) populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini populasinya
adalah seluruh peserta didik kelas 10 MA Walisongo Sugihwaras tahun
pelajaran 2021/2022 yang berjumlah 48 Siswa-siswi.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono 2016: 118). Sampel dalam penelitian
ini adalah kelas 10 MA Walisongo Sugihwaras.

15
3.3 VARIABEL PENELITIAN
Variabel penelitian adalah suatu artribut atau sifat atau nilai dari orang,
opyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (sugiyono,
2012:61). Pada penelitian ini ditentukan 2 variabel,yaitu variable bebas atau
variable independen dan variable terikat atau dependen.
1. Variabel Independen (Bebas)
Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat) (Sugiyono, 2015: 61). Dalam penelitian ini variabel bebasnya
adalah model pembelajaran Tutor Sebaya.
2. Variabel Dependen (Terikat)
Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel independen (bebas) (Sugiyono,
2015: 61). Dengan kata lain ada atau tidaknya variabel terikat tergantung
ada atau tidaknya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya
adalah pemahaman konsep matematika.

3.4 INSTRUMEN PENELITIAN


Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono,2016:148).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes. Tes digunakan
untuk mendapat hasil belajar matematika peserta didik MA Walisongo
Sugihwaras dengan jenis tes yaitu pretest dan posttest. Pretest adalah tes yang
dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana materi atau
pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasi oleh peserta didik (Effendy,
2016). Pretest diberikan kepada peserta didik dengan tujuan untuk
mengetahui sejauhmana penerapan pembelajaran dalam pembelajran pada
materi fungsi. Posttest adalah tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengetahui apakah semua materi yang tergolong penting sudah dapat
dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik (Effendy, 2016). Posttest
digunakan untuk mengetahui terjadinya penerapan pembelajaran kooperatif
dalam pelajaran matematika pada materi fungsi. Soal yang diberikan saat

16
pretest dan posttest dalam penelitian ini sama, yaitu berupa soal true false
sebanyak 8 soal dan soal essay sebanyak 2 soal.

Tabel 3.1 kisi-kisi soal pretest dan posttest


Indikator Pembelajaran Kooperatif Pada Nomer Butir
Materi Fungsi Soal
Menyatakan ulang sebuah Fungsi 1,2,3,4
Menyajikan Pernyataan atau Pengertian kedalam 5,6,7,8
bentuk representasi matematika
Mengaplikasikan Pembelajaran dan rumus dalam 9,10
pemecahan masalah

Tabel 3.2Pedoman Pemberian Nilai Kemampuan Pada materi Fungsi


Indikator Pembelajaran
Keterangan Skor
Kooperatif Pada Materi Fungsi
Menyatakan ulang sebuah Fungsi Jawaban kosong 0
Tidak dapat menyatakan ulang Fungsi 1
Dapat menyatakan ulang konsep tetapi 2
masih banyak kesalahan
Dapat menyatakan ulang konsep tetapi 3
belum tepat
Dapat menyatakan ulang konsep dengan 4
tepat
Menyajikan Pernyataan atau Jawaban kosong 0
Pengertian kedalam bentuk Dapat menyajikan sebuah konsep dalam 1
representasi matematika bentuk representrasi matematis tetapi
belum tepat dan masih banyak kesalahan
Dapat menyajikan sebuah konsep dalam 2
bentuk representasi matematis namun
kurang lengkap
Dapat menyajikan sebuah konsep dengan 3
benar namun kurang lengkap

17
Dapat menyajikan sebuah konsep dengan 4
benar dan lengkap
Mengaplikasikan Pembelajaran Jawaban kosong 0
dan rumus dalam pemecahan Tidak dapat mengaplikasikan rumus sesuai 1
masalah prosedur dalam menyelesaikan soal
pemecahan masalah
Dapat mengaplikasikan rumus sesuai 2
prosedur dalam menyelesaikan soal
pemecahan masalah tetapi masih banyak
kesalahan
Dapat mengaplikasikan rumus sesuai 3
prosedur dalam menyelesaikan soal
pemecahan masalah tetapi belum tepat
Dapat mengaplikasikan rumus sesuai 4
prosedur dalam menyelesaikan soal
pemecahan masalah dengan tepat

3.5 TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :

1. Observasi

Hasil observasi dalam penelitian ini dicatat dalam catatan lapangan


merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. dalam
penelitian kualitatif, peneliti mengandalkan pengamatan dan wawancara
dalam pengumpulan data di lapangan. Observasi merupakan suatu teknik
untuk mengamati secara tidak langsung atupun langsung terhadap
kegiatan – kegiatan yang sedang berlangsung. Teknik ini digunakan
penulis untuk mengumpulkan data tentang keadaan ketika proses
pembelajaran dan bagaimana ketika ia dalam bersosialisasi dengan
teman-temannya. Penulis menggunakan metode observasi untuk

18
mengetahui bagaimana kondisi Siswa kelas 10 MA Walisongo
Sugihwaras disaat proses belajar.

2. Interview (Wawancara)
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara mendalam, artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan
secara mendalam yang berhubungan dengan bagaimana perbandingan
metode pembelajaran langsung dengan pembelajaran kooperatif (tipe
Think – Pair – Share) dalam meningkatkan kemampuan belajar siswa
kelas 10 MA Walisongo Sugihwaras pada materi Fungsi, dengan
wawancara mendalam ini data – data dapat dikumpulkan semaksimal
mungkin serta peneliti menggunakan jenis wawancara terstruktur, yaitu
penulis melakukan wawancara dengan mengacu kepada pedoman
wawancara yang telah disusun secara baku.
3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan


menghimpun atau menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen
tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumtasi digunakan untuk
memperoleh data sekolah dan nama peserta didik kelas 10 MA
Walisongo Sugihwaras.

3.6 TEKNIK ANALISIS DATA


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah catatan aktivitas
peserta didik dan guru, skor angket percaya diri, nilai tes yang menunjukkan
kemampuan berfikir mengenai materi fungsi dalam pelajaran matematis
peserta didik, dan deskripsi hasil wawancara. Teknik analisis data yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif komparatif untuk
menganalisis data kuantitatif dengan membandingkan hasil antar siklus.

19
DAFTAR PUSTAKA
Aina, H. 2017. Penerapan Strategi Pembelajaran Peer-Tutor Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Di MAS Babun
Najah Banda Aceh. Skripsi. Banda Aceh: FTK Universitas Islam Negeri
Ar-Raniry Darussalam-Banda Aceh.

Aini Quratullain, 2013. Penggunaan metode Preview, Resd, Summarre, Test


(PQRST) Dalam Meningkatkan Kemampuan Pada Siswa Tunarungu.
Universitas Pendidikan Indonesia.

Arnidha, Y. 2017. Analisis Pemahaman Konsep Matematika Siswa Sekolah Dasar


Dalam Penyelesaian Bangun Datar. JPGMI, 3(1): 53-61.
Cahyaningsih, Ujiati, 2018. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai
(Team Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika. Universitas Majalengka.

Effendy, I. 2016. Pengaruh Pemberian Pre-Test dan Post-Test Terhadap Hasil


Belajar Mata Diklat HDW.DEV.2.A Pada Siswa SMK Negeri 2 Lubuk
Basung. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro, 81-88.
Fajar, A.P., Kodirun, Suhar, &L. Arapu. 2018. Analisi Kemampuan Konsep
Matematis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 17 Kendari. Jurnal Pendidikan
Matematika, 9(2): 229-239.
H. Wicaksana and B. Usodo, “Eksperimentasi Model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dan Discovery Learning (DL) dengan Pendekatan
Saintifik Pada Materi himpunan Ditinjau Dari Adversity Quotient (AQ)
Siswa,” Jurnal Pembelajaran Matematika, vol. 4, no. 3, 2016.
Huda, Miftahul. 2015. Cooperative Learning - Metode, Teknik, Struktur dan
Model Penerapan. Yogyakarta: Pusta Pelajar.

Isjoni. 2009. Cooperatif Learning. Bandung: Alfabeta.


Ngalimun. 2017. Stategi Pembelajaran. Yogyakarta: Parama Ilmu.
passinggrade. co.id/ relasi- dan-fungsi/

Purwaningsih, Sri. 2018. Pengaruh Keaktifan Dan Motivasi Terhadap Hasil


Belajar Siswa Dalam Penerapan Model Pembelajarankooperatif Tipe Stad
Materi Turunan Fungsi Pada Siswakelas Xi Is 2 Sma N 15 Semarang.
SMA N 15 Semarang.

rianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.


Sagala, S. 2009. Konsep dan MaknaPembelajaran Untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

20
Siswanto, Retno Dwi.dkk. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Auditorial, Intelectually, Repetition(Air) Untuk Meningkatkan Pemecahan
Masalah Siswasmk Kelas Xi.Pendidikan Matematika. IKIP Siliwangi.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suherman, E. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:


UPI.
Susilo, Herawati. 2005. Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share. Malang:
Universitas Negeri Malang.

Tiya, Kadir. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
Tournament (TGT) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Siswa SMPN. Universitas Haluoleo.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka
Utakatikotak.com/Apa-Perbedaan-Fungsi-Injektif-Surjektif-dan-Bijektif-
/kongkow/detail/19539

Yahya. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair And
Share (TPS) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Ciri-
Ciri Makhluk Hidup di SMP Negeri 2 Sakti Kabupaten Pidie. Jurnal
Pendidikan Serambi Ilmu.

21

Anda mungkin juga menyukai