Anda di halaman 1dari 76

PENGARUH MODELPROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN

MEDIA PREZI TERHADAP LITERASI SAINS DAN KEMAMPUAN


METAKOGNITIF SISWA PADA TEMATIK KELAS V

OLEH

LUH GEDE NUNUNG ERAYANI


NIM 1811031118

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PENDIDIKAN DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

2021

i
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN
MEDIA PREZI TERHADAP LITERASI SAINS DAN KEMAMPUAN
METAKOGNITIF SISWA PADA TEMATIK KELAS V

PROPOSAL

Diajukan Kepada

Universitas Pendidikan Ganesha

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program


Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

OLEH

LUH GEDE NUNUNG ERAYANI


NIM 1811031118

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PENDIDIKAN DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

2021

ii
PROPOSAL

DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS

DAN MEMENUHI SYARAT UNTUK MENCAPAI

GELAR SARJANA PENDIDIKAN

Menyetujui

Pembimbing I, Pembimbing II,

iii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan.......................................................................... iii
Daftar Isi............................................................................................. iv
Daftar Tabel........................................................................................ v
Daftar Gambar.................................................................................... vi
Daftar Tabel........................................................................................ vii
A. Latar Belakang Masalah Penelitian.............................................. 1
B. Identifikasi Masalah..................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah..................................................................... 8
D. Perumusan Masalah...................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian.......................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian........................................................................ 10
G. Kajian Teori.................................................................................. 11
1. Deskripsi Teoretis................................................................... 11
1.1 Model Problem Based learning........................................ 13
1.2 Media Prezi....................................................................... 18
1.3 Literasi Sains.................................................................... 19
1.4 Kemampuan Metakognitif................................................ 20
1.5 Pembelajaran tematik....................................................... 21
2. Hasil Penelitian Yang Relevan............................................... 22
3. Hipotesis Penelitian ............................................................... 26
H. Metode Penelitian.........................................................................
1. Rancangan Penelitian...............................................................
2. Prosedur Penelitian..................................................................
3. Populasi dan Sampel Penelitian...............................................
4. Variabel dan Definis Operasional Variabel.............................
5. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data..............................
6. Metode Analisis Data...............................................................
Daftar Rujukan
Lampiran-Lampiran

iv
DAFTAR TABEL
Tabel O1. Data Pencapaian Siswa......................................................
Tabel 02. Sintaks Problem Based Learning........................................
Tabel 03. Sintaks Pembelajaran Berbantuan Media Prezi..................
Tabel 04. Langkah Kegiatan Inti Pembelajaran Materi Siklus Air....
Tabel 05. Desain Penelitian................................................................
Tabel 06. Distribusi Populasi Penelitian.............................................
Tabel 07. Ringkasan Uji Kesetaraan Sampel Penelitian....................
Tabel 08. Sampel Penelitian...............................................................
Tabel 09. Matriks Tabulasi Silang......................................................
Tabel 10. Kategori Koefisisen Validitas Isi........................................
Tabel 11. Kriteria Reliabilitas Tes......................................................
Tabel 12. Kriteria Daya Beda............................................................
Tabel 13. Tingkat Kesukaran..............................................................
Tabel 14. Skala Penilaian atau Kategori Pada Skala Lima.................

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 01. Bagan Kerangka Berfikir................................................
Gambar 02.Kurva Juling Positif.........................................................
Gambar 03.Kurva Juling Negatif........................................................
Gambar 04. Kurva Distribusi Normal................................................

vi
A. Latar Belakang Masalah Penelitian
Pendidikan dalam paradigma abad ke 21 merupakan suatu hal yang
penting untuk dilaksanakan oleh setiap orang (Khoiriyah & Husamah, 2018).
Hal tersebut dikategorikan sebagai suatu aktivitas sadar maupun tak sadar
yang dilakukan guna memperoleh suatu tujuan tertentu. Dalam paradigma
pendidikan seperti sekarang proses belajar erat kaitannya dengan adanya
kemampuan literasi. Memasuki abad ke 21 kemampuan literasi merupakan
suatu bentuk kemampuan berkomunikasi seperti membaca, berbicara,
menyimak dan menulis. Dengan literasi dapat menjadi batu loncatan guna
menanamkan nilai budi pekerti luhur terhadap peserta didik (Teguh, 2017).
Selain itu hal tersebut juga berperan penting guna mengetahui informasi
secara lisan ataupun tertulis, adanya kemampuan berpikir kritis dalam
kegiatan pemecahan masalah, serta adanya kepekaan terhadap lingkungan
sekitar (Irianto & Febrianti, 2017).
Adanya kemampuan berfikir kritis dalam konteks pemecahan masalah
khususnya di sekolah dasar dikaitkan dengan adanya kemampuan literasi
saintifik. Menurut OECD dalam (Anjarsari, 2014) kemampuan literasi sains
merupakan suatu teknik dalam menggunakan pengetahuan sains,
mengidentifikasi pertanyaan, dan mengambil segala kesimpulan berdasarkan
bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan
dengan kealamiahan dan perubahannya akibat adanya suatu aktivitas manusia.
Dalam konteksnya hal tersebut diperuntukan bagi semua kalangan tidak
memandang kedepannya akan menjadi seorang saintis atau non saintis
(Santoso et al., 2017). Kemampuan literasi sains menurut Gormally dalam
(Setiawan, 2019a) terbagi menjadi 2 indikator bagian, yakni: memahami
metode penyelidikan yang mengarah pada pengetahuan ilmiah; serta
mengatur, menganalisis, sekaligus menafsirkan data kuantitatif dan informasi
ilmiah. Sejalan dengan hal tersebut OECD dalam (Kamza et al., 2021)
berpendapat bahwa literasi sains dapat dicirikan sebagai (1) suatu informasi
logis serta berkapasitas yang berguna untuk membedakan suatu masalah,
mendapatkan informasi baru, memperjelas suatu topik, dan serta mencapai

1
suatu kejelasan dengan fakta yang logis; (2) mengetahui kualitas informasi;
(3) peka terhadap sains dan inovasi yang membentuk materi, iklim ilmiah dan
sosial; (4) kemampuan untuk dikaitkan dengan masalah dan pemikiran yang
diidentifikasikan dengan sains. Sehingga kemampuan logika adalah suatu
harapan yang mesti diperoleh dalam mata pelajaran yang diidentikkan dengan
sains.
Dalam proses pemecahan masalah dengan menggunakan logika berfikir
dikaitkan dengan adanya kemampuan metakognitif dalam literasi sains.
Flavell dalam (Sukowati & Rusilowati, 2016) berpadapat bahwa kemampuan
metakognitif merupakan suatu kemampuan tingkat tinggi tentang cara berpikir
yang meliputi pengetahuan kognitif dan pengalaman kognitif. Pengetahuan
kognitif merupakan suatu pengetahuan mengenai proses kognisi yang berguna
dalam mengendalikan proses kognitif. Sedangkan pengalaman kognitif
merupakan proses yang ditempuh guna mengendalikan suatu kegiatan serta
tujuan dari adanya kognitif tersebut (Fadilla & Purwaningrum, 2021). Sejalan
dengan hal tersebut (Hutauruk, 2017)juga berpendapat bahwa metakognitif
merupakan suatu kemampuan untuk mengetahui apa yang kita ketahui dan apa
yang tidak kita ketahui. Nindiasari dalam (Hutauruk, 2017) menyatakan
bahwa seseorang yang memiliki keterampilan metakognitif merupakan
seseorang yang mampu menyusun strategi secara efektif, mengontrol strategi
kognitif, memotivasi diri, memiliki kepercayaan diri yang baik serta
kemandirian belajar yang tinggi.
Dalam tingkatan sekolah dasar literasi sains serta kemampuan
metakognitifdijumpai dalam mata pelajaran tematik terpadu. Pembelajaran
tematik terpadu merupakan suatu bentuk pendekatan pembelajaran yang
menghubungkan beberapa kompetensi dan mata pelajaran ke dalam suatu
tema(Febrita & Harni, 2020). Dalam konteksnya pembelajaran tersebut
menonjolkan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, dan penjelasan
tentang suatu kebenaran (Wibiwo & Cholifah, 2018). Pada dasarnya kegiatan
pembelajaran lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar
secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat memperoleh
pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai

2
pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa
akanmemahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya
dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
Menurut PISA dalam (Narut & Supradi, 2019) sejak tahun 2000
sampai tahun 2018 menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara
dengan peringkat literasi sains yang rendah. Hasil PISA untuk peserta didik
Indonesia pada tahun 2015 berada di bawah rata-rata nilai sains negara
OECD.Rata-rata nilai sains untuk domain literasi sains pada negara OECD
adalah 493, sedangkan Indonesia baru mencapai skor 403.Sedangkan pada
tahun 2006 hingga 2019 dapat diketahui bahwa pembelajaran secara umum
tidak dapat membimbing pelajar secara optimal untuk mencapai literasi
saintifik(Setiawan, 2019a). Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa pelajar
Indonesia secara keseluruhan tampak tidak mengapresiasi pengetahuan ilmiah,
kurang melihat peluang untuk menjadi ilmuwan, maupun memanfaatkan
penguasaan literasi sains secara praktis di luar penyelidikan ilmiah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru wali Kelas V yang dilakukan
di Gugus IV Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan pada tanggal 24 Januari
2022 diperoleh beberapa informasi antara lain; banyak siswa memperoleh nilai
di bawah KKM yang ditinjau dari kemampuan literasi dan metakognitif yang
dimiliki siswa tergolong rendah khususnya dalam pembelajaran tematik
tingkat sekolah dasar, minat siswa untuk belajar cenderung kurang, guru
masih jarang memanfaatkan model-model pembelajaran inovatif dan media
atau alat peraga pada saat proses pembelajaran.
Sedangkan dari hasil observasi didapatkan bahwa proses pembelajaran
masih berpusat pada guru (Teacher center) yang hanya menerapkan metode
ceramah, diskusi, dan tanya jawab, belum berorientasi kepada pengembangan
kemampuan literasi sains siswa. Guru jarang menyelipkan permasalahan yang
nyata dalam proses pembelajaran di dalam kelas hal ini tercermin pada
penyajian materi hanya terfokus pada teori semata. Pada proses pembelajaran
siswa cenderung mendengarkan, menghafal, dan menyalin isi materi
pembelajaran yang diberikan oleh guru tanpa menemukan makna dan
memahami penerapannya.

3
Berdasarkan hasil pencatatan dokumen, pencapaian KKM nilai ulangan
akhir semester (UAS) siswa kelas V di Gugus IV Kecamatan Pupuan
Kabupaten Tabanan tahun pelajaran 2021/2022 disajikan pada tabel 1 berikut
ini.
Tabel 01.
Data Pencapaian Siswa pada Ulangan Akhir Semester (UAS) Kelas V
SD di Gugus IV Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan pada Semester
Ganjil Tahun Ajaran 2021/2022.
Jumla Tidak Presentas
Nama KK Tunta Presentas
No h Tunta e Tidak
Sekolah M s e Tuntas
Siswa s Tuntas
SD
1 Negeri 1 11 65 5 6 45,45% 54,55%
Belimbing
SD
2 Negeri 2 19 65 9 10 47,36% 52,64%
Belimbing
SD
3 Negeri 4 11 65 5 6 45,45% 54,55%
Belimbing
SD
4 Negeri 5 14 65 7 7 50% 50%
Belimbing
SD
5 Negeri 1 20 65 9 11 45% 55%
Karyasari
SD
6 Negeri 1 13 65 6 7 46,15% 53,85%
Sanda
Total 88 41 47 46,59% 53,40%

Berdasarkan tabel di atas, nilai UAS yang diperoleh Siswa Kelas V SD


di Gugus IV Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan sebagian besar masih
berada di bawah KKM. Dari 88 siswa kelas V yang ada di Gugus IV
Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan, hanya 41 siswa atau baru 46,59%
siswa yang mampu mencapai KKM. Dengan demikian, dapat dibuktikan
bahwa sebagian besar siswa belum dapat mencapai KKM yang telah
ditentukan oleh sekolah.
Sebenarnya dari prospek tenaga pendidik sudah berupaya untuk melatih
serta meningkatkan literasi dan kemampuan metakognitif siswa. Misalnya
yang dilakukan oleh (Fajar & Putri, 2020) melalui penerapan service learning

4
berbasis flipped classroom terhadap kesadaran metakognitif dan literasi sains
siswa sekolah menengah. Diperoleh hasil bahwa literasi sains siswa
meningkat diakrenakan siswa ikut berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran service learning berbasis
flipped classroom. Hal serupa juga dilakukan oleh (Hadi et al., 2020) melalui
penerapan model pembelajaran discovery learning berpendekatan etnosains
untuk mengetahui profil literasi sains siswa smp dengan hasil yang didapat
bahwa penerapan hal tersebut memberikan dampak yang signifikan terhadap
tingkatan level literasi sains siswa. (Wulandari & Sholihin, 2015) juga
melakukan upaya yang sama dengan menggunakan model problem based
learning pada pembelajaran ipa terpadu untuk meningkatkan aspek sikap
literasi sains siswa smp. Upaya (Setiawan, 2017, 2019b) Ketika pembelajaran
biologi pada mata pelajaran Plantae dan Animalia di sekolah menengah,
disimpulkan bahwa perbandingan penerapan pendekatan saintifik dengan
beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
mencolok antara model pembelajaran dalam hal peningkatan dan efektivitas.
Bila dicermati, dari kajian pustaka yang sudah ada tersebut sebagian
besar kegiatan yang dilakukan dalam melatih literasi saintifik banyak
dilakukan di sekolah menengah.Sedangkan untuk tingkatan sekolah dasar
masih jarang untuk diterapkan.Alasan utama di balik asumsi tersebut ditinjau
dari pentingnya fokus pada anak-anak untuk mengembangkan keterampilan
penting dalam kehidupan sehari-hari, dalam melatih kompetensi ilmiah lebih
efektif dilakukan di sekolah dasar, di mana kompleksitas mata pelajaran lebih
sederhana dari pada di sekolah menengah. Dan lebih efisien untuk
membiasakan melakukan tindakan korektif sejak dini daripada di sekolah
menengah.
Dari adanya fenomena tersebut, maka perlu adanya suatu solusi untuk
mengatasi permasalahan tersebut. Adapun solusi yang dapat diberikan yaitu
dengan mengkolaborasikan antara model pembelajaran dengan media
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan literasi sains dan
metakognitif siswa. Model yang bisa digunakan ialah model pembelajaran
problem based learning dengan berbantuan media prezi untuk meningkatkan

5
kemampuan literasi siswa dan kemampuan metakognitif siswa kelas V Gugus
IV Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan. Hal tersebut dilihat dari
perkembangan kognitif peserta didik, anak kelas V berada pada tingkat
perkembangan di fase operasional formal. Pada fase operasional formal,
peserta didik sudah mampu berfikir secara sistematis, mengembangkan
hipotesis dan menyusun langkah strategis dalam memecahkan permasalahan.
Kemampuan berpikir demikian menuntut anak agar mampu berpikir tingkat
tinggi guna meningkatkan kemampuan metakognitifnya.
Model problem based learning menekankan pada pembelajaran yang
menuntut untuk berfikir tingkat tinggi yang menjadikan masalah sebagai
focus utama dalam kegiatan pengajaran dengan menekankan keterampilan
pemecahan masalah, materi, pengaturan diri dalam kegiatan pembelajaran
serta model pembelajaran yang mengahadapkan siswa pada masalah
kehidupan nyata (kontekstual) dari lingkungan sekitar ataupun luas sehingga
dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan daya nalar tinggi siswa
(Anugraheni, 2018). Dalam hal ini merupakan salah satu model pembelajaran
yang berkembang dari pendekatan scientific (Basuki et al.,
2020).Pembelajaran berbasis masalah adalah model yang mengajarkan siswa
untuk membangun pengetahuannya sendiri, mengembangkan keterampilan
dan pertanyaan yang lebih tinggi, serta mampu mengembangkan rasa percaya
diri. Keunggulan penggunaan model problem based learning menurut
kemendikbud dalam (Haryani, 2017) yakni, (1) proses pembelajaran penting
bagi siswa karena siswa belajar memecahkan masalah dengan menerapkan
pengetahuannya; (2) siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan
pada saat yang sama dan menerapkannya dalam konteks yang relevan; (3)
meningkatkan kemampuan berpikir kritis, mendorong siswa untuk bekerja
atas inisiatif sendiri, meningkatkan motivasi belajar internal, dan
mengembangkan hubungan interpersonal dalam kerja kelompok. Sejalan
dengan hal tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Aiman &
Amelia Ramadhaniyah Ahmad, 2020) bahwa penggunaan model problem
based learning mampu meningkatkan literasi sains siswa. (Darwati & Purana,
2021)menyatakan bahwa penggunaan model problem based learning pada

6
kegiatan pembelajaran akan memunculkan karakter dasar pembelajaran itu
sendiri yaitu kemampuan metakognitif. (Nuraini & Kristin, 2017)dengan
menerapkan model problem based learning akan dapat meningkatkan hasil
belajar IPA siswa kelas 5 SD, baik hasil belajar kognitif, afektif, dan
psikomotor. Pada aspek perkembangan metakognitif siswa menurut (Suciati,
2017) pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan kemampuan
kognitif siswa ialah penerapan literasi sains berbasis masalah (problem based
learning).
Dalam hal ini, penggunaan media sebagai alat bantu dalam kegiatan
pembelajaran sangat berperan penting. Mulai dari sebagai sesuatu yang
dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima
informasi (Hakim, 2017). Penggunaan media prezi sebagai kolaborasi dalam
model pembelajaran problem based learning merupakan jenis media
presentasi yang memfokuskan pada slide. Prezi menjadi unggul karena
program ini menggunakan zooming user interface (ZUI), yang
memungkinkan pengguna prezi untuk memperbesar dan memperkecil
tampilan media presentasi mereka (Rohiman & Anggoro, 2019). Selain itu,
dengan menggunakan media tersebut siswa akan menjadi lebih tertarik untuk
mengikuti pembelajaran dengan desain dari media tersebut yang menarik.
Selain itu (Saroha & Simbolon, 2019) menyatakan bahwa dengan
menggunakan media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar akan
memudahkan siswa mengingat suatu materi dalam jangka waktu yang cukup
lama daripada penyampaian materi dengan cara tatap muka atau ceramah.
Dalam penelitian tentang pengaruh model pembelajaran problem based
learning berbantuan dengan media prezi ini dilakukannya analisis agar
memang betul-betul mampu melatih kemampuan literasi dan metakognitif
siswa. Denganmenerapkan model pembelajaran problem based learning
berbantuan media prezi pada Gugus IV Kelas V Kecamatan Pupuan
Kabupaten Tabanan, diharapkan mampu menjadi suatu pedoman guru untuk
mengembangkan serta meningkatkan kemampuan siswa khususnya dalam
literasi sains dan kemampuan metakognitif siswa, sehingga dapat
menghasilkan lulusan yang baik dan berkompeten dalam memecahkan

7
permasalahan yang ada dengan menggunakan kemampuan saintifik serta
mampubersaing ditantangan kehidupan abad 21.
Berdasakan latar belakang di atas maka dilakukan penelitian yang
berjudul Pengaruh Model Problem Based Learning Berbantuan Media Prezi
Terhadap Literasi Sains dan Kemampuan Metakognitif Siswa Pada Tematik
Kelas V Gugus IV Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan Tahun Ajaran
2021/2022.

B. Identifikasi Masalah
1) Metode yang digunakan yakni metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab,
belum berorientasi kepada pengembangan kemampuan literasi sains siswa.
2) Kurang adanya konteks realita dalam proses pembelajaran di dalam kelas
hal ini tercermin pada penyajian materi hanya terfokus pada teori semata.
3) Kemampuan literasi dan metakognitif peserta didik kelas V tergolong
rendah yang ditinjau dari perolehan nilai yang didapat oleh siswa.
4) Kurangnya penggunaan model, media serta alat peraga yang inovatif. Guru
hanya memanfaatkan alat bantu seadanya seperti papan tulis, buku
penunjang serta beberapa gambar yang sangat terbatas yang ada di dalam
kelas.
5) Kurangnya partisifasi aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran karena guru
enggan memberikan reward atau motivasi seperti pujian, semangat dan lain
sebagainya.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah penelitian tersebut,maka pembatasan
masalah pada penelitian ini yakni:
1) Dalam kegiatan penelitian akan dilaksanakan di kelas V Gugus IV
Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan Tahun Ajaran 2021/2022
2) Penelitian ini akan memfokuskan penggunaan model pembelajaran
problem based learning sebagai acuan dalam aktivitas pembelajaran
untuk mengetahui kemampuan literasi sains dan metakognitif yang
dimiliki oleh siswa.

8
3) Produk yang dihasilkan berupa RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
dengan menggunakan media prezi sebagai media pengantar dalam
aktivitas pembelajaran.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang dan identifikasi masalah yang ada maka
rumusan masalahnya yakni:
1) Apakah terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model problem
based learning berbantuan media prezi terhadap keterampilan literasi
sains siswa pada tematik kelas V Gugus IV Kecamatan Pupuan
Kabupaten Tabanan?
2) Apakah terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model problem
based learning berbantuan media prezi terhadap kemampuan
metakognitif siswa pada tematik kelas V Gugus IV Kecamatan Pupuan
Kabupaten Tabanan?
3) Apakah terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model problem
based learning berbantuan media prezi terhadap keterampilan literasi
sains dan kemampuan metakognitif siswa pada tematik kelas V Gugus IV
Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan, maka tujuan dari
penelitian tersebut adalah:
1) Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan penggunaan model problem
based learning berbantuan media prezi terhadap keterampilan literasi sains
siswa kelas V Gugus IV Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan.
2) Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan penggunaan model problem
based learning berbantuan media prezi terhadap kemampuan metakognitif
siswa kelas V Gugus IV Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan.
3) Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan penggunaan model problem
based learning berbantuan media prezi terhadap keterampilan literasi sains

9
dan kemampuan metakognitif siswa pada tematik kelas V Gugus IV
Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
1) Manfaat teoretis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dalam
dunia pendidikan terkait dengan pengaruh model problem based learning
berbantuan media prezi terhadap literasi sains dan kemampuan
metakognitif pada tematik siswa kelas V. Serta diharapkan dapat
dijadikan sebagai sumber rujukan dalam mengembangkan model dan
media pembelajaran baru berkaitan dengan kemampuan literasi dan
metakognitif siswa.
2) Manfaat praktis
a. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat melatih siswa untuk
meningkatkan kemampuan literasi sains dan metakognitif khususnya
pada pembelajaran tematik kelas V sehingga literasi sains dan
kemampuan metakognitif siswa dapat meningkat. Serta diharapkan
dapat mengatasi permasalahan siswa yang berhubungan dengan
kegiatan pembelajaran.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam menciptakan
kegiatan pembelajaran yang aktif dan efektif guna meningkatkan
kemampuan literasi sains dan metakognitif siswa.
c. Bagi Peneliti Lain
Sebagai informasi atau bahan perbandingan untuk melakukan
penelitian berkaitan dengan pembelajaran menggunakan model
problem based learning berbantuan media prezi terhadap literasi
sains dan kemampuan metakognitif siswa.

G. Kajian Teori
1. Deskripsi Teoritis

10
1.1 Model Problem Based Learning
Model pembelajaran merupakan suatu metode yang digunakan untuk
mempermudah aktivitas pengajaran antara pendidik dengan peserta didik guna
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Aktivitas yang menggunakan
masalah sebagai suatu prinsip dalam titik awal mengintegrasikan ilmu
pengetahauan yang baru (Rahmah, 2018). Dalam hal ini menekankan pada
keaktifan siswa (student center), dalam pengkolaborasian antara konstruksi
pengetahuan dan unsur motivasi.Siswa mempelajari setiap proses pemecahan
masalah dengan bekerja bersama orang lain kemudian membagikan ide,
menjelaskan perbedaan yang di dapat dan mengkonstruksikan pemahaman
yang baru dipahaminya (Hendry & Wiggins, 2016). Model tersebut
menjadikan permasalahan sebagai prinsip utama dalam pembelajaran dengan
mengambil permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Menurut
(Parasamya & Wahyuni, 2017) model pembelajaran berdasarkan masalah
merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya
permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan
yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan nyata. Dengan
demikian penggunaan model problem based learning akanmampu
menciptakan pemikiran yang analitis dan kritis Amir dalam (Farisi dkk.,
2017). Serta akan membuat siswa menjadi aktif karena merasa tertantang
untuk bekerjasama untuk mengasah kemampuan menyelesaikan masalah
dengan cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat
memecahkan masalah serta menemukan solusinya. Menurut (Darwati &
Purana, 2021) karakteristik model pembelajaran problem based learning
antara lain:
a. Adanya suatu permasalah yang menekankan isu atau masalah yang ada di
lingkungan sekitar peserta didik daripada masalah yang ada dalam disiplin
akademik.
b. Otentik, dalam hal ini peserta didikakan mencari suatu solusi yang realistik
dengan dunia nyata.
c. Penyelidikan dan pemecahan masalah yang melibatkan secara langsung
peserta didik dalam proses tersebut.

11
d. Pandangan interdisipliner peserta didik dalam kegiatan menelaah berbagai
disiplin ilmu guna memberikan suatu gambaran terhadap keterlibatan
merekakedalam penyelidikan problem based learning.
e. Kolaborasi kelompok kecil yang terdiri atas 5 hingga 6 orang anggota.
f. Menunjukkan produk yang telah mereka hasilkan atau mempresentasikan
hasil pekerjaan mereka kepada teman, atau khalayak lainnya.

Menurut Sanjaya dalam (Nuraini & Kristin, 2017), keunggulan


penggunaan problem based learning antara lain: 1) Lebih mudah memahami
pelajaran, 2) Dapat memberikan pengetahuan baru serta meningkatkan
aktivitas pembelajaran 3) Merupakan pendekatan yang disenangi oleh siswa, 4)
Mengembangkan kemampuan berfikir kritis serta pengamplikasian
pengetahuan baru yang dimilikinya kedalam dunia nyata. 5) Membantu
kegiatan transfer pengetahuan yang ditemukannya guna memahami masalah
yang ada dalam kehidupan nyata (Darwati & Purana, 2021).

Dalam (Alan & Afriansyah, 2017) Sanjaya menyatakan bahwa


kelemahan problem based learning antara lain: 1) Kurangnya kepercayaan
yang dimiliki oleh siswa terkait permasalahan yang dihadapinya sulit untuk
dipecahkan, 2) Membutuhkan waktu yang panjang, 3) Tanpa adanya
pemahaman terkait mengapa mereka harus memecahkan permasalahan yang
dipelajari, maka kegiatan pembelajaran tidak akan mereka lakukan.

Arends dalam (Basuki et al., 2020) mengemukakan lima fase yang perlu
dilakukan untuk mengimplementasikan model pembelajaran tersebut yang
meliputi;

12
Tabel 02.
Sintaks Problem Based Learning
Fase Indikator Peran Guru
1 Orientasi siswa terhadap Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
masalah. menjelaskan logistik yang diperlukan,
dan memotivasi siswa untuk
terlibatdalam aktivitas pemecahan
masalah.
2 Pengorganisasian siswa Guru membantu siswa mendefinisikan
untuk belajar dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah
tersebut.
3 Membimbing pengalaman Guru mendorong siswa untuk
individu/ kelompok mengumpulkan informasi yang sesuai
dan melakukan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan serta
pemecahan masalah tersebut
4 Mengembangkan dan Guru membantu siswa dalam
menyajikan hasil karya merencanakan dan mempersiapkan
hasil karya yang sesuai seperti laporan,
video, dan model, dan membantu
mereka berbagi hasil pekerjaan dengan
yang lain.
5 Menganalisis dan Guru membantu siswa untuk
mengevaluasi proses melakukan refleksi terhadap
pemecahan masalah penyelidikan mereka dan proses yang
mereka gunakan.

1.2 Media Prezi


Media merupakan alat yang digunakan untuk membantu menyampaikan
informasi atau pengetahuan dalam kegiatan maupun proses dalam
pembelajaran. Sejalan dengan hal tersebut Azhar dalam (Nurrita, 2018)
menyatakan bahwa dengan menggunakan media akan membuat kegiatan
pembelajaran menjadi lebih menarik serta merangsang minat dan perhatian
siswa untuk belajar. Ada banyak macam media yang bisa digunakan sebagai
alat bantu dalam kegiatan pembelajaran. Media prezi merupakan salah satu
media yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar.

13
Selain kelebihan, media prezi juga mempunyai kelemahan yakni (Retnawati et
al., 2018); 1) Sulit memasukkan jumlah teks dalam jumlah besar , 2)
Menggunakan poin paragraf, 3) Penggunaan fungsi zoom yang berlebihan
dapat membingungkan penonton.
Manfaat yang diberikan dari adanya penggunaan media prezi dalam
proses belajar mengajar menurut (Vanka & Dwi Kurniasih, 2021) yakni dapat
membantu guru dalam menyampaikan pembelajaran agar lebih menarik dan
mudah di pahami siswa dan penerapannya menggunakan komputer dan
proyektor. Prezi sangat berguna dalam mendukung kesuksesan sebuah
presentasi dan Proses Belajar Mengajar PBM. Dengan adanya penggunaan
software prezi dalam kegiatan mengajar dapat menimbulkan minat belajar
siswa terhadap proses belajar, karena dengan mendapatkan
situasipembelajaran yang baru siswa akan merasakan perbedaan dalam proses
kegiatan pemeblajarannya sehingga dengan minat siswa yang timbul akan
memberikansituasi pembelajaran yang aktif juga, dimana siswa akan saling
berkomunikasi antara sesama siswa ataupun siswa dengan guru.Pada
prosesnya teks, gambar, video, dan media presentasi lainnya ditempatkan di
atas kanvas presentasi, dan dapat dikelompokkan dalam bingkai-bingkai yang
telah disediakan.Pengguna kemudian menentukan ukuran relatif dan posisi
antara semua objek presentasi dan dapat mengitari serta menyorot objek-objek
tersebut.

14
Tabel 03
Sintaks Pembelajaran Model Problem Based Learning Berbantuan Media
Prezi
Sintaks Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran diawali dengan
guru mengucapkan salam, berdoa dan
mengecek kehadiran siswa. Dilanjutkan
dengan menyanyikan salah satu lagi
wajib nasional sebagai ungkapan
perhormatan atas jasa-jasa para
pendahulu kita. Selanjutnya guru
Kegiatan Pembuka
melakukan apersepsi untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa atau untuk
mengingatkan siswa mengenai materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Selain
itu, guru juga menyampaikan tujuan
pembelajaran dan informasi mengenai
pelaksanaan kegiatan pembelajaran
Kegiatan Inti Tahap pertama guru akan memberikan
pengantar berkaitan tentang topic yang
akan dipelajari. Topic tersebut akan guru
sajikan dalam media bantu Prezi.Namun
sebelum itu siswa akan dibagi menjadi
beberapa kelompok kecil dengan tujuan
Orientasi siswa
untuk melatih kemampuan kerjasama
terhadap masalah
dari siswa tersebut. Selanjutnya guru
akan memberikan siswa sebuah
permasalahan yang berkaitan dengan
topic pembelajaran dalam hal ini
permasalahan akan disajikan dalam
bantuan media Prezi.
Dalam pengorganisasian kelompok kecil
untuk belajar guru akan membantu
Pengorganisasian siswa dalam melakukan orientasi
siswa untuk pembelajaran menggunakan media Prezi
belajar dalam hal ini mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah.
Membimbing Selanjutnya dalam tahap ini guru
pengalaman mendorong peserta didik untuk
individu/ mengumpulkan informasi yang di
kelompok butuhkan dalam proses mengamati
melaksanakan eksperimen dan
penyelidikan untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah dari
permasalahan yang sudah diberikan oleh

15
guru lewat media bantu prezi.
Pada tahap ini guru membantu peserta
Mengembangkan didik dalam merencanakan dan
dan menyajikan menyiapkan laporan, dokumentasi, atau
hasil karya model, dan membantu mereka berbagi
tugas dengan sesama temannya.
Menganalisis Pada tahap ini guru membantu peserta
dan didik untuk melakukan refleksi atau
mengevaluasi evaluasi terhadap proses dan hasil
proses penyelidikan yang mereka lakukan.
pemecahan
masalah
Pada akhir kegiatan pembelajaran guru
meminta masing-masing kelompok
untuk mengumpulkan hasil diskusi
kelompok mereka. Selanjutnya siswa
bersama guru menyimpulkan hal-hal
yang telah dipelajari selama kegiatan
pembelajaran secara lisan. Dalam
Kegiatan menyampaikan simpulan, siswa
Penutup menyampaikannya dengan sopan.
Sebelum mengakhiri kegiatan
pembelajaran guru menanyakan respon
siswa terhadap kegiatan pembelajaran
yang telah dilaksanakan kemudian guru
mengakhiri kegiatan pembelajaran
dengan mengucapkan salam kepada
siswa.

Materi yang relevan dengan model pembelajaran Problem Based


Learning Berbantuan Media Prezi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Materi IPa. Materi tersebut disampaikan dalam pembelajaran dengan
menampilkan masalah-masalah terkait materi tersebut yang dapat dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, hal yang diperoleh siswa
menjadi lebih bermakna dan tidak hanya sebatas teori semata, namun lebih
bersifat praktis. Berikut adalah langkah pembelajaran pada kegiatan inti yang
telah dicocokan dengan salah satu contoh materi di atas. Contoh materi yang
dipakai adalah siklus air..

16
Tabel 04.
Langkah Kegiatan Inti Pembelajaran Materi Siklus Air
Kegiatan Inti Tahap pertama guru akan
memberikan pengantar berkaitan
tentang topic yang akan dipelajari
yakni tema 8 lingkungan sahabatku
sub topic siklus air. Topic tersebut
akan guru sajikan dalam media bantu
Prezi.
Selanjutnya guru membagi siswa
Orientasi siswa
menjadi beberapa kelompok yang
terhadap masalah
terdiri ata 4-5 orang siswa dengan
tujuan untuk melatih kemampuan
kerjasama dari siswa tersebut.
Selanjutnya guru akan memberikan
siswa sebuah permasalahan yang
berkaitan dengan topic pembelajaran
dalam hal ini permasalahan akan
disajikan dalam bantuan media Prezi.
Dalam pengorganisasian kelompok
kecil untuk belajar guru akan
membantu siswa dalam melakukan
orientasi pembelajaran menggunakan
media Prezi. Tahapan ini akan
disajikan sebuah gambar gambar
yang berhubungan dengan topic yang
Pengorganisasian dipelajari yakni siklus air. Peserta
siswa untuk didik diarahkan untuk bertanya
belajar seputar gambar yang ditunjukkan
oleh guru dalam media prezi.
Selanjutnya guru akan mengarahkan
peserta didik menyimak
permasalahan yang dikemukakan
oleh guru. Setelah itu guru akan
membagikan siswa LKPD (Lembar
Kerja Peserta Didik).
Pada tahap ini dengan bantuan guru
Membimbing mengeksplorasi permasalahan yang
pengalaman ditemukan oleh setiap kelompok
individu/ berkenaan. Serta mencari solusi agar
kelompok topic yang dipelajari bisa
terselesaikan.
Mengembangkan Tahap ini siswa atau setiap kelompok
dan menyajikan akan menyajikan hasil karya yang
hasil karya telah dikerjakannya yang berkenaan
dengan topic permasalahan materi
siklus air.
17
Pada tahap terakhir, guru bersama-
sama dengan siswa akan
mengevaluasi permasalahan yang
Menganalisis dan sudah dikerjakan. Dalam tahap ini,
mengevaluasi guru akan meminta siswa untuk
proses pemecahan mengeluarkan argumentasi mereka
masalah berkenaan dengan topic
permasalahan yang ada pada
kelompoknya atau dari kelompok
lain.

1.3 Literasi Sains


Literasi sains mengacu pada pengetahuan, sikap dan kemampuan
individu dalam mengidentifikasi suatu masalah dalam kehidupan nyata.
Menurut Fadde dalam (Rohmah et al., 2018) Literasi sains dikategorikan
sebagai kemampuan individu untuk mengidentifikasi hal-hal ilmiah yang
mendasari keputusan nasional dan lokal, untuk mengekspresikan posisi yang
diinformasikan secara ilmiah dan teknologi, dan untuk menilai kualitas
informasi ilmiah berdasarkan sumbernya dan metode yang digunakan untuk
menghasilkan informasi tersebut. OECD dalam (Narut & Supradi, 2019)
menyatakan definisi literasi sains sebagai berikut:
1) Pengetahuan ilmiah serta kemampuan dalam mengidentifikasi masalah,
memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah,
serta menarik kesimpulan berdasarkan bukti yang berhubungan dengan
isu alamiah;
2) Memahami karakteristik utama pengetahuan
3) Peka terhadap bagaimana alam dan teknologi membentuk
material, lingkungan intelektual dan buday,
4) Adanya kemauan untuk terlibat dalam isu dan ide yang berhubungan
dengan sains.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa literasi sains merupakan
suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memahami,
mengkomunikaikan, serta menerapkan pengetahuan tentang sains dalam
memecahkan suatu permasalahan sehingga mempunya sikap dan kepekaan
terhadap diri dan lingkungan sekitar.

18
Adapun unsur pokok yang ada dalam literasi sains menurut Harlen dalam
(Yuliati, 2017) antara lain: 1) Konsep atau ide, 2) Proses yang berkaitan
dengan ketrampilan mental dan fisik, 3) sikap atau disposisi dalam
penyelidikan suatu permasalahan, 4) Memahami sifat pengetahuan ilmiah
tersebut.

1.4 Kemampuan metakognitif


Flavell dalam (In’am, 2012) metakognitif dikenal sebagai bentuk
pemikiran tentang pemikiran atau belajar dengan belajar . Sejalan dengan itu
Livingstone dalam (Susanti et al., 2020) menyatakan bahwa metakognitif
adalah pengetahuan yang diterima mengenai proses kognitif yang berupa
pengetahuan guna mengontrol proses yang mengacu pada pemecahan
masalah, pemahaman tentang konsep dan suatu ide tersebut. Kemampuan ini
berhubungan dengan aktivitas, kompleksitas tugas, serta kesadaran terkait
pemecahan masalah tersebut. Metakognitif terdapat didalam unsur- unsur
berpikir kritis dan berpikir kritis merupakan proses kognitif dalam tingkatan
analisis, sintesis, dan evaluasi (Malahayati et al., 2015). Menurut Warodi
dalam (Wicaksono et al., 2013) kegiatan metakognitif terbagi menjadi 3
kelompok, antara lain:
1) Kesadaran yang merupakan suatu kemampuan untuk mengenali suatu
hal secara eksplisit maupun implisit. Dalam cangkupan mengidentifikasi
apa yang diketahui dan menentukan tujuan belajar Hatler dalam
(Sunanto & Asyiah, 2018).
2) Penalaran merupakan suatu kegiatan bertanya kepada diri sendiri dan
menjelaskan dengan kata sendiri guna membangkitkan pemahaman.
3) Pengamatan merupakan suatu kegiatan yang berguna untuk
membandingkan serta membedakan suatu jawaban dalam proses
pemecahan masalah. Hatler dalam (Sunanto & Asyiah, 2018)
mengungkapkan hal tersebut meliputi kegiatan mengawasi proses
belajar, memantau belajar dengan pertanyaan sendiri, member umpan
balik, serta menjaga motivasi dan konsentrasi.

19
Menurut Swartz & Chang dalam (Zakiah, 2020) menyebutkan bahwa
tingkatan metakognitif siswa terbagi menjadi 4 tingkatan, antara lain:
1) Tacit use yaitu penggunaan pemikiran tanpa kesadaran. Merupakan
tingkatan yang menggunakan ketrampilan dalam memchkan masalah
dengan teknik coba-coba.
2) Aware use yaitu penggunaan pemikiran dengan kesadaran. Merupakam
tingkatan berfikir dalam menyelesaikan suatu permasalahan dengan
memberikan penjelasan dalam penggunaan langkah tersebut.
3) Strategicuse yaitu penggunaan pemikiran yang bersifat strategis. Dalam
tingkatan ini siswa sudah sadar dan mampu menyeleksi ketrampilan atau
strategi khusus dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
4) Reflectiveuse yaitu penggunaan pemikiran yang bersifat reflektif. Dalam
tingkatan ini, siswa sudah mampu menyadari dan memperbaiki
kesalahan yang dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
Karakter metakognitif menurut (Darwati & Purana, 2021) melibatkan
tiga macam pengetahuan : 1) pengetahuan deklaratif tentang diri sebagai
pembelajar, 2) pengetahuan prosedural atau tahu bagaimana menggunakan
strategi, dan 3) pengetahuan kondisional untuk memastikan penyelesaian
tugas-tugas dengan menerapkan prosedur dan strategi.

1.5 Pembelajaran tematik


Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran dalam kurikulum 2013
khususnya dalam jenjang pendidikan dasar. Pembelajaran tematik adalah
kegiatan pembelajaran yang menggabungkan materi dari beberapa mata
pelajaran menjadi suatu tema atau topic dalam pembahasan tertentu(Bella,
2021). Menurut Anwar dalam (Wafiqni & Nurani, 2019) tematik terintegrasi
kurikulum berbasis instruksi menekankan integrasi semua disiplin ilmu untuk
hadir siswa dengan pengalaman belajar yang didasarkan pada aplikasi dunia
nyata dan terstruktur untuk mendorong pembelajaran tingkat tinggi.
Pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga
dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Anwar et al., 2017).
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu.
20
Pembelajaran tematik ini merupakan model jarring laba-laba yang
menggunakan tema-tema tertentu sebagai pemersatu konsep (Hidayani,
2016). Dalam praktiknya, pendekatan pembelajaran tematik bertolak dari
suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan
memperhatikan keterkaitannya dengan isi muatan pelajaran.Tujuan dari
adanya tema ini yaitu untuk mengintegrasikan dengan konsep-konsep dari
muatan pelajaran lainnya.

2. Hasil Penelitian Yang Relevan


Dalam penelitian pengembangan ini merujuk pada penelitian yang sudah
pernah dilakukan sebelumnya, peneliti mengharapkan dapat memberikan
berbaga hal positif bagi penelitian ini.Kelebihan penelitian yang sudah pernah
dilakukan dapat dijadikan pedoman dalam penelitian ini, sedangkan
kelemahan dari penelitian yang sudah pernah dilakukan dapat sempurnakan
dalam penelitian ini.
1) Penelitian relevan pertama oleh (Adiwiguna et al., 2019) yang dilaksanakan
di SD Gugus I Gusti Ketut Pudja Kelas V dihasilkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan penggunaan model problem based learning
berorientasi Stem terhadap kemampuan berpikir kritis dan literasi sains
siswa.
2) Penelitian yang dilakukan oleh (Rahman et al., 2013) yang dilaksanakan di
SD Negeri 1 Cieurih didapatkan hasil bahwa model problem based learning
memiliki pengaruh yang lebih tinggi nilainya dari metode ekspositori
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika. Terdapat interaksi
antara model pembelajaran dan metakognisi belajar terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematika.
3) Penelitian yang dilakukan oleh (Mundzir & Sujana, 2017) dilaksanakan di
SDN Cimalaka, SDN Cibereum III dan SDN Palasah didapatkan hasil
pembelajaran IPA dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah
dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa sekolah dasar pada
materi peristiwa alam secara signifikan baik di kelompok tinggi, kelompok
sedang dan kelompok rendah.

21
4) Penelitian yang dilakukan oleh (Izzania et al., 2020) yang dilaksanakan di
Kelas IV SD Negeri Kota Bengkulu didapatkan hasil terdapat pengaruh
penggunaan model problem based learning pada materi siaga bencana
terhadap komponen konteks sains.
5) Penelitian yang dilakukan oleh (Eviani et al., 2020) yang dilaksanakan di
kelas V SD Negeri 18 Pontianak Barat didapatkan hasil bahwa adanya
suatu peningkatan kemampuan literasi sains peserta didik dalam
pembelajaran IPA kelas V Sekolah Dasar tanpa penerapan model
pembelajaran berbasis masalah
Berdasarkan hal tersebut, penelitian yang mengacu pada aktivitas
pengembangan model problem based learning berbantuan media prezi
dapat membantu mewujudkanpeningkatkan literasi sains dan kemampuan
metakognitif siswa guna mewujudkan hasil yang optimal dalam paradigma
pendidikan abad ke 21 ini.

3. Kerangka Berfikir
Dalam paradigma abad ke 21, ketrampilan literasi sains dan metakognitif
penting untuk dimiliki.Di tingkat sekolah dasar, hal tersebut dijumpai dalam
pembelajaran tematik terpadu.Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
di Gugus IV Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan khususnya di kelas V
diketahui bahwa banyak siswa memperoleh nilai di bawah KKM yang
ditinjau dari kemampuan literasi dan metakognitif yang dimiliki siswa
tergolong rendah khususnya dalam pembelajaran tematik tingkat sekolah
dasar, minat siswa untuk belajar cenderung kurang, guru masih jarang dalam
memanfaatkan model-model pembelajaran inovatif dan media atau alat
peraga pada saat proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi, proses
pembelajaran masih berpusat pada guru (Teacher center) yang hanya
menerapkan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab, belum berorientasi
kepada pengembangan kemampuan literasi sains siswa. Guru jarang
menyelipkan permasalahan permasalahan yang nyata dalam proses
pembelajaran di dalam kelas hal ini tercermin pada penyajian materi hanya
terfokus pada teori semata. Pada proses pembelajaran siswa cenderung

22
mendengarkan, menghafal, dan menyalin isi materi pembelajaran yang
diberikan oleh guru tanpa menemukan makna dan memahami penerapannya.
Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu terobosan baru dalam
kegiatan pembelajaran yang mampu menggiring siswa untuk ikut berperan
aktif dalam kegiatan pembelajaran terutama dalam menggunakan kemampuan
literasi sains dan metakognitif yang dimilikinya. Alternatif yang dapat
digunakan yakni menggunakan model problem based learning berbantuan
media prezi. Model problem based learning merupakan salah satu model
pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai fokus utama dalam kegiatan
pembelajaran. Masalah yang dimaksud berhubungan dengan lingkungan
konstektual siswa. Sehingga akan mendorong siswa untuk menggunakan
logika berfikirnya sehingga mampu mempengaruhi ketrampila literasi sains
dan metakognitifnya. Penggunaan media sebagai alat bantu dapat
mempermudah penyampaian pesan pengajaran yang ingin disampaikan guru
sehingga kegiatan pembelajaran bisa berjalan dengan mudah. Prezi disini
merupakan perangkat lunak berbasis internet yang dapat digunakan dalam
proses belajar mengajar. Dipilihnya prezi sebagai alat bantu dikarenakan
keunggulan yang dimiliki prezi yakni adanya zoomable canvas, yang menitik
beratkan pada pemfokusan slide ke setiap kalimat dengan pergerakan yang
variatif dan dinamis. Sehingga memudahkan siswa dalam memahami setiap
informasi yang igin disampaikan.Selain itu adanya kemudahan dalam
menyisipkan foto, gambar maupun video ke dalam slide sehingga
memudahkan penyusunan slide sekreatif mungkin.Selain itu media prezi
dapat diakses secara online kapan saja melalui komputer atau ponsel.Faktor
ini sangat penting karena dianggap pembelajaran yang dibutuhkan saat ini
tidak hanya di dalam kelas, tetapi dapat dilakukan secara fleksibel kapan saja
dan di mana saja.
Dalam Penelitian tersebut akan ditentukan 2 sampel sebagai kelas
eksperimen yang diberikan pengaruh model problem based learning
berbantuan media prezi dan 1 sampel menjadi kelas control yang tidak
mendapatkan pengaruh.

23
Di harapkan, melalui penerapan aktivitas pembelajaran menggunakan
metode dan model pembelajaran tersebut dapat mempengaruhi kemampuan
literasi sains dan metakognitif yang dimiliki oleh siswa. Adapun kerangka
berpikir yang tersusun sesuai penjelasan yang sudah diuraikan, seperti
gambar berikut:

24
Aktivitas Pembelajaran Tematik
Kelas V Gugus IV Kecamatan
Pupuan Kabupaten Tabanan Tahun
Pelajaran 2021/2022

Kegiatan masih berpusat kepada guru (Teacher


Center, Guru jarang menyelipkan permasalahan
yang nyata dalam proses pembelajaran,
Kurangnya keaktifan siswa, Kemampuan literasi
dan metakognitif rendah, kurangnya kemampuan
guru dalam mengkolaborasikan antara media dan
model pembelajaran

Kelompok Kontrol
Kelompok
Eksperimen

Perlakuan berupa Penerapan Model Tidak mendapat perlakuan


Problem Based Learning Berbantuan
Media Prezi

Kemampuan Literasi Sains dan


Metakognitif Siswa

Gambar 01. Bagan Kerangka Berfikir

25
4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, kajian teori, dan kerangka berfikir maka dapat di
rumuskan hipotesis sebagai berikut.
“Terdapat Pengaruh Yang Signifikan Model Problem Based Learning
berbantuan Media Prezi Terhadap Literasi Sains Dan Kemampuan
Metakognitif Siswa Pada Tematik Kelas V Gugus IV Kecamatan Pupuan
Kabupaten Tabanan Tahun Pelajaran 2021/2022”

H. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperimental
Research). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kemampuan
literasi sains dan metakognitif siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan
model problem based learning berbantuan media prezi dan siswa yang tidak
dibelajarkan menggunakan menggunakan model problem based learning
berbantuan media prezi.
Penelitian eksperimen ini dilakukan dengan menggunakan rancangan
nonequivalent post-test only control group design. Adapun pola desain dari
nonequivalent post-test only control group design adalah seperti tabel 5
berikut ini:

Tabel 05.
Desain Penelitian
“Non Equivalent Post-test Only Control Group Design”
Kelompok Perlakuan Post-test
Eksperimen X1 O1
Kontrol - O2
(Agung,2014)

26
Keterangan:
X1 = Perlakuan yaitu model Problem Based Learning berbantuan Media
Prezi
(Kelompok Eksperimen).
- = Tidak mendapat perlakuan berupa menggunakan model Problem
Based Learning berbantuan Media Prezi,
O1 = Tes akhir (post-test) kelompok eksperimen
O2 = Tes akhir (post-test) kelompok control

Berdasarkan Tabel 05, kelompok eksperimen diberikan perlakuan


menggunakan model Problem Based Learning berbantuan Media Prezi (X1).
Setelah diberikan perlakuan selanjutnya kelompok eksperimen diberikan tes
akhir (O1), sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan
menggunakan model problem based learning berbantuan media prezi.
kelompok kontrol juga diberikan tes akhir (o2).

2. Prosedur Penelitian
Terdapat tiga tahapan dalam penelitian ini, yaitu tahap persiapan penelitian,
tahap pelaksanaan penelitian dan tahap akhir eksperimen atau penyelesaian
penelitian.
a. Tahap persiapan penelitian
1) Melakukan penjajagan awal ke sekolah tujuan guna melakukan
observasi kegiatan pembelajaran sebelum diberikan perlakuan.
2) Melaksanakan diskusi bersama guru kelas V terkait kemampuan
literasi sains dan metakognitif yang dimiliki oleh siswa, KKM serta
jumlah siswa kelas V.
3) Menentukan sampel penelitian berdasarkan populasi yang ada di
Gugus IV Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan.
4) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
5) Mempersiapkan pembelajaran untuk kelompok eksperimen dengan
menggunakan model Problem Based Learning berbantuan Media
Prezi.
6) Melakukan konsultasi RPP dengan wali kelas dan dosen pembimbing.

27
7) Melakukan pemodelan jika guru belum dapat memahami jalannya
pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning
berbantuan Media Prezi.
8) Merancang instrumen penelitian yakni menyusun tes yang akan
digunakan pada saat post-test, merancang instrument penilaian hasil
belajar, dan mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing.
9) Menguji validitas instrumen tes kepada para ahli dan kemudian
memperbaiki instrumen tes sesuai saran ahli. Hasil uji coba
dikonsultasikan kembali dengan dosen, apabila sudah layak maka
instrumen tersebut siap digunakan.
b. Tahap pelaksanaan penelitian
1) Memberikan perlakuan pada kelas eksperimen berupa pembelajaran
dengan model Problem Based Learning berbantuan Media Prezi.
2) Perlakuan diberikan sebanyak 6 kali di kelas eksperimen.
c. Tahap akir eksperimen atau penyelesaian penelitian
1) Memberikan tes akhir (post-test) pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol untuk mendapatkan data signifikan atau tidak signifikan
penggunaan model Problem Based Learning berbantuan Media Prezi.
2) Terakhir barulah dilakukan analisis untuk mengolah data hasil belajar
siswa dan pengujian hipotesis.

3. Populasi dan Sampel Penelitian


a. Populasi
Populasi menurut Sugiyono dalam (Melyza & Aguss, 2021) merupakan
zona generalisasi yang terdiri atas subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. (Agung, 2014) menyatakan populasi
merupakan sekumpulan individu yang memiliki sifat dan ciri yang sama
dalam suatu penelitian serta kumpulan individu sejenis yang berada
pada wilayah tertentu dan pada waktu yang tertentu pula (Lestari &
Hadiyanti, 2019). Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan

28
bahwa populasi merupakan suatu individu sejenis yang mendiami suatu
wilayah.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD di Gugus
IV Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan yang berjumlah 6 rombel dari
6 sekolah.Adapun sebaran kelas V di IV Kecamatan Pupuan Kabupaten
Tabanan dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut.

Tabel 06.
Distribusi populasi penelitian
No Nama Sekolah Jumlah Siswa Kelas V
1 SD Negeri 1 Belimbing 11
2 SD Negeri 2 Belimbing 19
3 SD Negeri 1 Karyasari 11
4 SD Negeri 4 Belimbing 14
5 SD Negeri 5 Belimbing 20
6 SD Negeri 1 Sanda 13
Total 88

Untuk mengetahui kemampuan literasi dan metakognitif di masing-


masing siswa kelas V SD di Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan setara
atau tidak, maka seluruh anggota dari populasi diuji kesetaraan
kemampuannya dengan cara menganalisis nilai tematik dengan
menggunakan rumus anava satu jalur.

Tabel 7.
Ringkasan Uji Kesetaraan Sampel Penelitian
Sumber Ftab
JK Db  MK Fh Keputusan
Variasi 5% 1%
54,4  Non
antar A 282,3 5 1,62 2,37 3,34
Signifikan
34,6
Dalam  2.842,98  82 - - -
Total 3.125,27  87  - - - -

Berdasarkan hasil uji kesetaraan, diperoleh F hitung sebesar 1,62.


Selanjutnya F hitung dibandingkan dengan F tabel dengan taraf signifikan

29
5% dan 1%. Hasil penghitungan tersebut menunjukkan bahwa F hitung
lebih kecil daripada F tabel (1,62 < 2,37) untuk taraf signifikan 5% dan
( 1,62 < 3,34) untuk taraf signifikan 1 % Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya tidak terdapat
perbedaan kemampuan literasi sains dan metakognitif siswa kelas V SD di
Gugus IV Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan. Dengan kata lain,
kemampuan literasi dan metakognitif siswa di Gugus IV Kecamatan
Pupuan Kabupaten Tabanan memiliki kesetaraan.

b. Sampel penelitian
(Arikunto dalam (Febriati, 2011) menyatakan bahwa sampel
adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini
akan menggunakan teknik pengambilan random sampling. Teknik random
sampling yang digunakan adalah simple random sampling atau sampel
acak sederhana dengan teknik undian. Menurut (Agung, 2014)menyatakan
teknik simple random sampling atau sampel acak sederhana adalah suatu
skema penarikan sampel dengan sifat-sifatnya bahwa untuk setiap
kemungkinan subset dari sejumlah elemen-elemen n yang berbeda dari
elemenelemen dalam populasi N mempunyai kemungkinan yang sama
untuk terpilih sebagai sampel. Berdasarkan pendapat Agung bahwa teknik
simple random sampling, dilakukan dua kali pengundian. Pengundian
pertama dilakukan untuk menentukan kelompok yang terpilih sebagai
sampel penelitian, sedangkan pengundian pengundian kedua dilakukan
untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam penelitian
ini sampel yang diacak/di random adalah kelas, karena perubahan kelas
tidak memungkinkan untuk dilakukan.
Setelah uji kesetaraan dilakukan di 6 rombel pada 6 sekolah dasar
yang ada di Gugus IV Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan selanjutnya
dilakukan teknik simple random sampling menggunakan cara undian
untuk diambil dua sekolah yang dijadikan sampel penelitian. Dari hasil
undian diperoleh dua sekolah yang muncul yaitu SD Negeri 2 Belimbing
dan SD Negeri 1 Karyasari.

30
Selanjutya sampel diundi kembali untuk menentukan kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Setelah dilakukan pengundian, maka diperoleh satu kelas
sebagai kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan model Problem
Based Learning berbantuan Media Prezi dan satu kelas sebagai kelompok
kontrol yang tidak menggunakan model Problem Based Learning
berbantuan Media Prezi. Hasil undian yang pertama adalah kelas V SD
Negeri 2 belimbing ditetapkan sebagai kelompok eksperimen dan hasil
undian yang kedua yaitu kelas V SD Negeri 1 Karyasari ditetapkan sebagai
kelas kontrol. Berikut adalah tabel 7 yang menyajikan sampel pada masing-
masing perlakuan
Tabel 8.
Sampel Penelitian

Jumlah
Sekolah Kelompok Perlakuan Kelas
Siswa
SD Negeri 2 Eksperimen Menggunakan model V 19
Belimbing Problem Based
Learning berbantuan
Media Prezi
SD Negeri 1 Kontrol Tidak menggunakan V 20
Karyasari model Problem
Based Learning
berbantuan Media
Prezi
Total 39

4. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian


a. Variabel Penelitian
Variabel dikatakan sebagai suatu bentuk yang sudah ditetapkan dan akan
dipelajari oleh peneliti guna memperoleh suatu informasi setelah itu akan
ditarik suatu kesimpulan. Selain itu variabel juga dapat diartikan sebagai
suatu hal yang dijadikan fokus perhatian dalam suatu penelitian tertentu.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian merupakan segala
sesuatu yang dijadikan titik fokus dalam sebuah penelitian untuk dipelajari
sehingga diperoleh inforasi tentang hal tersebut.Penelitian ini menggunakan
dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

31
1) Variabel bebas
Variabel bebas merupakan satu atau lebih dari variabel-variabel
yang sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap variabel
tergantung.Variabel Bebas atau independen (variabel perlakuan atau
eksperimen) merupakan variabel yang akan dilihat pengaruhnya
terhadap variabel terikat/dependen, atau variabel dampak. Variabel ini
merupakan faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih peneliti untuk
menentukan hubungan atau pengaruh terhadap masalah yang diteliti.Jadi
variabel bebas merupakan variabel yang memberi pengaruh atau yang
menyebabkan terjadinya perubahan terhadap variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini model Problem Based
Learning berbantuan Media Prezi yang diterapkan pada kelompok
eksperimen. Model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan
Media Prezi adalah model pembelajaran yang menjadikan suatu masalah
sebagai fokus utama dalam kegiatan pembelajaran dengan bantuan media
prezi sebagai alat bantu ajar dalam proses pengajaran nantinya.

2) Variabel terikat
Variabel terikat disebut juga sebagai variabel tergantung, respon atau
variabel output. Tanpa variabel yang lain, maka variabel terikat tidak
akan ada. Variabel dependen (output) atau sering disebut variabel terikat
emrupakan suatu variabel yang dipengaruhi atau menajdi akibat dari
adanya suatu variabel bebas. Jadi variabel terikat merupakan variabel
yang diteliti dan terjadi akibat pengaruh variabel bebas.
Variabel terikat dalam peneitian ini adalah hasil belajar literasi sains dan
metakognitif siswa kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Pupuan
Kabupaten Tabanan. Hasil belajar adalah perolehan atau taraf
kemampuan yang telah dicapai siswa yang disebabkan oleh penguasaan
atas sejumlah bahan yang diberikan pada proses belajar mengajar dalam
waktu tertentu dalam hal ini difokuskan kepada kemampuan literasi sains
dan metakognitif siswa.

32
b. Definisi Operasional
1) Model Problem Based Learning berbantuan Media Prezi
Model pembelajaran Problem Based Learning adalah model
pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai obyek atau fokus utama
dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran siswa akan
diberikan suatu permasalahan yang bersifat konstektual dengan demikian
siswa akan terasah guna menggunakan kemampuan berfikir kritis untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut.
Media Prezi merupakan suatu media presentasi online yang
menyajikan fitur ZUI yang artinya memberikan kenyamanan kepada
pengguna untuk memperbesar dan memperkecil tampilan canvas.Serta
memudahkan siswa untuk mengakses media tersebut kapan dan dimana
saja.
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran terdiri dari kegiatan
pembuka, inti dan penutup. Sintaks model Problem Based Learning
berbantuan Media Prezi dititik beratkan pada kegiatan inti. Sintaks
tersebut terdiri atas: orientasi siswa terhadap masalah, pengorganisasian
siswa untuk belajar, membimbing pengalaman individu/ kelompok,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah.
2) Hasil belajar Literasi Sains
Secara operasional hasil belajar yang dimaksud adalah skor yang
didapatkan oleh siswa setelah menjawab tes hasil belajar yang diberikan
oleh guru.Alat yang digunakan untuk mengukur hasil belajar tersebut
adalah tes pilihan ganda dengan empat pilihan. Dengan kompetensi yang
diukur adalah kompetensi dasar yang telah diajarkan oleh guru.
3) Kemampuan Metakognitif
Untuk mengukur kemampuan metakognitif yang dimiliki oleh
siswa alat yang digunakan berupa tes subyektif atau soal essay. Instrumen
yang akan dihasilkan mengandalkan kompetensi dasar yang sudah
diajarkan oleh guru dengan menggunakan model problem based learning
berbantuan media prezi.

33
5. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
5.1 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini adalah tentang data hasil belajar
siswa yakni kemampuan literasi dan metakognitif siswa kelas eksperimen
yakni SD Negeri 2 Belimbing dan kelas control yakni SD Negeri 1 Karya
Sari. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode tes dan wawancara.
Metode tes merupakan suatu teknik pengumpulan data guna mengetahui
pengetahuan, ketrampilan, intelegensi serta kemampuan yang dimiliki oleh
anak melalui sederatan pertanyaan yang berupa tes obyektif dan subyektif.
Tujuan dari metode tes ini yaitu untuk memperoleh dan mengetahui
efektifitas terhadap penggunaan model problem based learning berbantuan
media prezi terhadap literasi sains dan kemampuan metakognitif siswa pada
tematik kelas V Gugus IV Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan. Dalam
metode tes tersebut akan disajikan soal sesuai dengan KD serta indikator
dalam kegiatan pembelajaran.
Metode wawancara merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh
pewawancara dengan seorang narasumber atau lebih yang di anggap mampu
memberikan penjelasan dengan tujuan dan pedoman melalui tatap muka
ataupun media komunikasi apapun. Adapun instrumen wawancara yang akan
digunakan terdiri atas dua bagian yang pertama identitas serta pertanyaan-
pertanyaan yang berhubungan dengan aktivitas pembelajaran di dalam kelas.
Dalam kegiatan wawancara akan dilakukan dengan dua narasumber yakni
guru wali kelas V dan siswa kelas V di Gugus IV Kecamatan Pupuan
Kabupaten Tabanan. Terkait instrumen yang akan digunakan akan disajikan
terlampir.

5.2 Instrumen Pengumpulan Data


Menurut Djaali dalam (Matondang, 2009) instrumen adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengukur suatu obyek atau mengumpulkan data mengenai
suatu variabel. Nurkancana juga menyebutkan bahwa suatu alat pengukur dapat

34
dikatakan alat pengukur yang valid apabila alat pengukur tersebut dapat
mengukur apa yang hendak diukur secara tepat.
Instrument pengumpulan data pada penelitian ini yakni instrumen tes pilihan
ganda untuk mengukur kemampuan literasi sains siswa dan keterampilan
metakognitif dengan menggunakan instrument tes essay.
5.2.1 Kisi-Kisi Instrument
5.2.2 Kisi-Kisi Instrumen Literasi Sains
Kemampuan literasi sains siswa diukur dengan menggunakan tes pilihan
ganda yang sesuai dengan taksonomi bloom yang sudah direvisi dan
disusun serta dikembangkan berdasarkan mata pelajaran IPA sesuai
silabus mata pelajaran IPA di kelas V SD semester genap yang dijabarkan
dalam kisi-kisi penguasaan konsep sebagai berikut.

3.8 Menganalisis siklus air dan dampaknya pada peristiwa di bumi serta

kelangsungan makhluk hidup.

Tabel
Kisi-kisi Instrumen Literasi Sains

Ranah Nomor Jumalah


Indikator
kognitif Soal Soal
3.8.1 Mengidentifikasi
manfaat air bagi
C1/K2 14 1
manusia, hewan, dan
tanaman.
3.8.2 Menjelaskan manfaat air
bagi manusia, hewan, C2/K2 13, 20 2
dan tanaman.
3.8.2 Menjelaskan terjadinya 3, 4, 9, 22,
C2/K2 7
siklus air. 23, 25, 40
3.8.4 Menggambarkan
pengaruh kualitas air C3/K2 27, 34 2
bagi kehidupan
3.8.5 Menganalisis ketersedian 8, 18, 28,
C4/K2 4
air bersih. 29
3.8.6 Menjelaskan cara
C2/K2 31 1
menjaga ketersediaan air
3.8.7 Menganalisis siklus air C4/K2 2, 17, 2
3.8.6 Menjelaskan hasil C2/K2 5, 10, 11, 6
analisis dampak siklus 12, 16, 33,
35
Ranah Nomor Jumalah
Indikator
kognitif Soal Soal
air terhadap kehidupan.
3.8.7 Mengambarkan faktor- 19, 21, 24,
faktor yang C3/K2 26, 30, 32, 7
mempengaruhi siklus air. 39
3.8.8 Membuat rancangan
percobaan tentang
C6/K3 36,37 2
terjadinya air tanah dan
air permukaan.
3.8.9 Menyimpulkan cara
memelihara keterbatasan C5/K3 26 1
air bersih.
3.8.10 Menggambarkan cara
6, 7, 15,
memelihara keterbatasan C3/K2 5
35, 38,
air bersih.
Jumlah 40
(Sumber: Kurikulum 2013 revisi 2017)
5.2.3 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Metakognitif
5.3 Pengujian Instrumen Penelitian
Setelah instrumen tersusun, agar instrumen tersebut memenuhi syarat sebagai
instrumen yang baik, maka dilakukan uji validitas butir dan uji
reliabilitas.Agar instrumen memenuhi syarat, yaitu instrumen yang baik, maka
dalam penyusunan instrumen (tes) juga meminta masukan dari para ahli
(expert judgement).Uji coba instrumen penelitian dilakukan untuk mendapat
gambaran secara empiris apakah seluruh instrumen layak digunakan sebagai
instrumen penelitian.
5.3.1 Pengujian Instrumen Penelitian Literasi Sains

1. Uji Validitas Tes (isi dan butir)


Agar validasi isi instrumen terpenuhi, peneliti menggunakan penilaian
pakar.Validitas isi yang digunakan menggunakan rumus Gregory.

36
Tabel 09.

Matriks Tabulasi Silang

Penilai 1
Kurang Relevan Sangat Relevan
Penilai Kurang Relevan A (- -) B (+ -)
2 Sangat Relevan C (- -) D (+ +)
(Candiasa,2011)

Dari able di atas dapat dicari validitas konten (content validity) dengan
menggunakan rumus Gregory:
D
Validitas isi=
A+ B+C + D
(Candiasa,2011)

A = Kedua Penilai Tidak Setuju

B = Penilai 1 Setuju, Penilai 2 Tidak Setuju


C Penilai 1 Tidak Setuju, Penilai 2 Setuju
D = Kedua penilai setuju

Nilai validitas isi diperoleh mencerminkan keseluruhan butir tes yang


dihasilkan. Untuk mengklasifikasikan di kategori mana koefisien
validitas itu berada, maka diketahui berdasarkan tabel berikut.

Tabel 10.
Kategori Koefisien Validitas Isi
Skor Kriteria
0,80<r11≤1,00 Validitas sangat tinggi
0,60<r11≤0,80 Validitas tinggi
0,40<r11≤0,60 Validitas sedang
0,20<r11≤0,40 Validitas rendah
r11≤0,20 Validitas sangat rendah
(Sumber Koyan, 2011)

37
2. Uji Validitas Butir Tes
Validitas merupakan suatu alat ukur yang menunjukkan tingkat kevalidan
suatu instrumen. Dalam hal ini untuk mengukur validitas butir tes digunakan
rumus korelasi point beserial (rpbi).Adapun rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut.

Rpbi =
M p −M t
St √ p
q
(Koyan, 2012:189

Keterangan:
Rpbi Koefisien korelasi point biseriel
Mp Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi butir yang
dicari validitasnya
Mt Rerata-rata skor total
St Standar deviasi dari skor total
P Proporsi peserta didik yang menjawab betul (banyaknya peserta
didik yang
menjawab betul dibagi dengan jumlah seluruh peserta didik)
Q Proporsi peserta didik yang menjawab salah (q = 1-p)

Suatu butir tes dinyatakan valid jika rpbi hitung lebih besar daripada rpbi tabel
dengan taraf signifikasi atau taraf kekeliruan 5%.

3. Uji Reliabilitas
Bentuk tes yang digunakan untuk mengukur literasi sains siswa adalah tes

pilihan ganda dengan skor 0-1, sehingga reliabilitas bersifat dikotomi dihitung

dengan menggunakan rumus KR-20 sebagai berikut.

[ ][ ]
S 2−∑ pq
n t
r 1. 1 =
n−1 S2
t

(Candiasa,2011)

38
Keterangan:
r1.1 = koefesien reliabilitas tes
n = jumlah/banyaknya butir tes
S2
t = standar deviasi skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar untuk tiap-tiap butir
q = proporsi siswa yang menjawab salah untuk tiap-tiap butir

Reliabilitas tes literasi sains siswa dihitung hanya untuk butir-butir soal yang

valid, dengan kata lain butir-butir soal yang tidak valid tidak disetarakan

dalam perhitungan reliabilitas. Sebagai kriteria derajat reliabilitas tes atau

instrumen evaluasi, dapat diuraikan kriteria yang dikemukakan oleh Guilford,

1951 sebagai berikut.

Tabel 3.9
Kriteria Reliabilitas Instrumen Literasi Sains

Batas Koefisien Reliabilitas (r) Kriteria


r 1.1≤0,20 Derajat Reliabilitas sangat rendah
0 , 20≤0 , 40 Derajat Reliabilitas rendah
0 , 40≤0 , 60 Derajat Reliabilitas sedang
0 , 60≤0 ,80 Derajat Reliabilitas tinggi
0 , 80≤1 , 00 Derajat Reliabilitas sangat tinggi
(Candiasa,2011)
4. Uji Daya Pembeda
Daya pembeda tes adalah kemampuan tes untuk membedakan antara peserta
didik yang pandai dan yang kurang mampu. Jika tes tersebut diberikan kepada
anak yang lebih pintar maka tes banyak dapat dijawab dengan benar.
Sedangkan jika tes diberikan kepada anak yang kurang mampu akan lebih
dijawab dengan salah. Daya pembeda tes yang baik adalah antara 20%-80%
atau antara 30%-70% (Koyan, 2011).
Rumus menghitung daya pembeda tes

D p=
∑ ( P A−P b)
n
(Koyan, 2011)

39
Keterangan:

Dp = Daya beda tes


n = Jumlah butir tes
PA = Proporsi testee kelompok atas yang dapat menjawab dengan
betul butir item yang bersangkutan
Pb = Proporsi testee kelompok bawah yang dapat menjawab dengan
betul butir item yang bersangkutan

Rumus menghitung daya pembeda butir tes


n B A nBB
DB = − atau D=P A −P B
NA nB

Keterangan:

DB = Daya beda butir


nBA = Jumlah subyek yang menjawab betul pada kelompok atas
nBB = Jumlah subyek yang menjawab betul pada kelompok bawah
NA = Jumlah subyek kelompok atas
NB = Jumlah subyek kelompok bawah
PA = Proporsi testee kelompok atas yang dapat menjawab dengan
betul butir item yang bersangkutan
PB = Proporsi testee kelompok bawah yang dapat menjawab dengan
betul butir item yang bersangkutan

40
Tabel 12.
Kriteria Daya Beda
Besar Daya Pembeda Kriteria

0,00 – 0,19 Kurang baik

0,20 – 0,39 Cukup baik

0,40 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Sangat baik

Fernandes (dalam Koyan, 2011) menyatakan jika “D” negatif berarti soal
tersebut buruk dan harus dibuang. Tes yang baik apabila memilki nilai D
antara 0,15-0,20 atau lebih.

5. Tingkat Kesukaran Butir Tes


Menurut (Amrianto et al., 2017) soal atau tes yang baik dinyatakan sebagai
soal tersebut memiliki tingkatan yang normal dengan tingkatan yang tidak
terlalu sulit maupun tingkatan yang terlalu mudah. Dari tingkat kesukaran tes
yang didapat dari hasil analisis butir soal digunakan untuk mengukur suatu tes
agar bisa menentukan tingkat kesukaran tes tersebut yang akan dilakukan
pengujian. Dengan begitu dalam pembuatan tes harus mempertimbangkan
tingkat kesukarannya juga agar tidak terlalu mudah maupun susah. Tingkat
kesukaran tiap butir dihitung dengan rumus:
nB
P=
n
(Koyan, 2011)
Keterangan:
P = tingkat kesukaran butir
nB = banyaknya subyek/siswa yang menjawab soal dengan benar
n = jumlah subyek/siswa seluruhnya yang mengikuti tes

41
Adapun kriteria tingkat kesukaran (P) butir dapat dilihat pada Tabel 3.13
Tabel 3.13
Kriteria Tingkat Kesukaran (P)

Besarnya P Kategori
0 , 00−0 ,29 Sukar
0 , 29−0 , 70 Sedang*
0,71−1,00 Mudah
(Koyan,2011)

5.3.2 Pengujian Instrumen Penelitian Kemampuan Metakognitif

1. Validitas Isi Kemampuan Metakognitif


Validitas isi tes kemampuan metakognitif adalah alat yang digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa sampai sejauh mana kemampuan metaognitif
yang diperolehnya. Isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap
keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan (diujikan).
Validitas isi kemampuan metakognitif membutuhkan bantuan dua pakar
(expert judges) sebagai penilai. Adapun validitas isi dilakukan dengan
menggunakan formula Gregory pada Tabel 3.15.
Tabel 3.15
Tabulasi Silang 2 x 2 Tes Kemampuan Metakognitif

Penilai 1
Kurang Relevan Relavan

Tidak Relevan (A) (B)


Penilai 2
Sangat Relevan (C) (D)
(Candiasa,2011)

Berdasarkan tabel di atas, validitas isi dapat dicari menggunakan rumus

Gregory sebagai berikut.

D
V=
A+ B+C+ D
(Candiasa, 2011)

42
Keterangan:
V = validasi isi
A = sel yang menunjukkan ketidaksetujuan antara penilai
B = sel yang menunjukkan perbedaan pandangan antara kedua pakar.
Penilai pertama setuju (sangat relevan), penilai kedua tidak
setuju (kurang relevan)
C = sel yang menunjukkan perbedaan pandangan antara kedua pakar.
Penilai pertama tidak setuju (kurang relevan), penilai kedua setuju
(sangat relevan)
D = sel yang menunjukkan persetujuan yang valid antar kedua penilai.

2. Validasi Butir Tes Kemampuan Metakognitif

Validasi butir kemampuan metakognitif dilakukan untuk menegaskan bahwa

butir instrumen non dikotomi adalah instrumen yang valid. Data hasil

kemampuan metakognitif ini bersifat non dikotomi karena tes kemampuan

metakognitif berupa rentangan sekor 1 samapai 5 dengan patokan yang sudah

ditetapkan terlebih dahulu, maka digunakan formula korelasi product

momment dengan rumus sebagai berikut.

N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r xy =
√{ N ∑ X 2− (∑ X )
2
} {N ∑ Y − (∑ Y )
2 2
}
(Candiasa,2011)
Keterangan:
r xy = koefesien korelasi product moment.
X = skor responden untuk butir yang dicari validitasnya,
Y = erata skor total
N = banyak responden atau peserta tes.

Jika rxy > rtabel maka butir bersangkutan dinyatakan valid, sebaliknya jika rxy <

rtabel maka butir bersangkutan dinyatakan tidak valid. Nilai rtabel dapat dilihat pada

Tabel Nilai Koefisien Korelasi Product Momment dengan taraf signifikansi yang

43
ditetapkan (misalnya 0,05), pada derajat kebebasan (dk) = n-1, yang mana n

menyatakan banyak respon.

3. Uji Reliabilitas Tes Kemampuan Metakognitif

Koefisien reliabilitas tes non dikotomi dihitung dengan menggunakan rumus

Alpha Cronbach. Sebelum melakukan perhitungan reliabilitas, terlebih

dahulu dibuat tabel dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.

a. Butir-butir yang dinyatakan tidak valid dikeluarkan dari instrumen. Jadi

reliabilitas instrumen dihitung hanya untuk butir-butir yang dinyatakan

valid.

σ
i2
b. Menghitung varians untuk tiap-tiap butir ( ) dan varian skor total (

σ
i2
) dengan rumus:
2
2 k ∑ x 2−( ∑ x )
σ =
k ( k−1 ) , yang menyatakan banyak responden.

Sehingga dapat dihitung harga koefisien reliabilitas instrumen dengan

menggunakan rumus Alpha-Cronbach sebagai berikut.

1−∑ σ 2
n i
r 11=( )( )
n−1 ∑ σt2
(Candiasa, 2011)

Keterangan:
∑ σ i2 = jumlah varians skor tiap-tiap butir
∑ σ t 2 = varians total
n = jumlah butir yang valid

44
Reliabilitas tes kemampuan metakognitif dihitung hanya untuk butir-

butir soal yang valid, dengan kata lain butir-butir soal yang tidak valid

dikeluarkan pada perhitungan reliabilitas. Sebagai kriteria derajat reliabilitas

tes atau instrumen evaluasi, dapat diuraikan kriteria yang dibuat oleh

Guilford (1951) sebagai berikut.

Tabel 3.18
Kriteria Reliabilitas Instrumen Kemampuan Metakognitif

Batas Koefisien Reliabilitas (r) Kriteria


r1.1≤0,20 Derajat Reliabilitas sangat rendah
0 , 20≤0 , 40 Derajat Reliabilitas rendah
0 , 40≤0 , 60 Derajat Reliabilitas sedang
0 , 60≤0 ,80 Derajat Reliabilitas tinggi
0 , 80≤1 , 00 Derajat Reliabilitas sangat tinggi
(Candiasa, 2011)

4. Uji Daya Pembeda Tes Kemampuan Metakognitif

Indeks daya beda butir untuk tes non dikotomi (politomi) dihitung dengan

formula Ferguson sebagai berikut.

N −∑ f
2
i
2 ( n+1 ) ( N 2 −∑ f i2 )
d= =
2 N2 nN 2
N −
n+1
(Candiasa, 2011)
Keterangan:
d = Indeks daya beda
N = banyak peserta tes
fi = frekuensi pada tiap-tiap sekor
n = banyak butir

Hasil perhitungan uji daya beda tes kemampuan metakognitif adalah

sebagai berikut.

5. Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Metakognitif

45
Indeks kesukaran butir untuk tes non dikotomi (politomi) dihitung dengan

formula sebagai berikut.

∑ U + ∑ L−( 2 NxSmin )
I=
2 N ( S mak −S min )

(Candiasa, 2011)
Keterangan:

∑U = total sekor kelompok atas


∑L = total sekor kelompok bawah
smak = Skor maksimum butir
s min = Skor minimum butir
N = Banyak peserta tes.

6. Metode dan Teknik Analisis Data


Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah seluruh responden
telah terkumpul. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
hasil belajar siswa kelas V SD Gugus IV Kecamatan Pupuan Kabupaten
Tabanan..Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan
metode analisis data kuantitatif.
Menurut (Rosana & Setyawarno, 2016) metode analisis deskriptif
kualitatif adalah cara peneliti untuk menganalisis dan mengolah data yang
berupa kata, kalimat, ataupun frasa tertentu dengan acuan objek yang
sistematis dalam penelitian, sehingga ditemukannya suatu kesimpulan.
Teknik ini juga dapat digunakan oleh peneliti untuk mengolah data yang
didapatkan melalui komentar, tanggapan, masukan, kritikan, dan saran dari
penguji ahli sehingga peneliti dapat melakukan revisi terhadap produk yang
telah dikembangkan.
Teknik analisis data yang dipakai adalah statistik deskriptif dan
statistik inferensial.Analisis statistik deskriptif berfungsi untuk
mengelompokkan data, menyelesaikan, memaparkan, serta menyajikan
hasil olahan. Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
nilai rata-rata (mean), median (nilai tengah), modus, standar deviasi (SD),
46
varians, histogram, dan PAP skala lima. Selanjutnya statistik inferensial
berfungsi untuk menggeneralisasi hasil penelitian yang dilakukan pada
sampel bagi populasi. Statistik inferensial yang dapat digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis parametrik yang meliputi uji normalitas
sebaran data, uji homogenitas varians dan . Adapun kedua teknik analisis
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

1) Analisis Statistik Deskriptif


Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tinggi rendahnya
kualitas dari hasil belajar siswa, baik yang dibelajarkan dengan menggunakan
model Problem Based Learning berbantuan Media Prezi maupun yang tidak
dibelajarkan dengan model tersebut.
a. Menghitung Mean (Rata-Rata)
Σx
Rumus : M =
n
(Agung, 2015)

Keterangan
M Rata-rata skor (mean)
Σx Total skor
n Jumlah ahli atau banyak kriteria

b. Menghitung Median

Rumus : Me=B+1 ¿)

(Agung, 2015)

47
Keterangan :
B = Batas bawah, dari daerah median
I = Batas bawah, dari daerah median
N = Banyak data/jumlah sampel
Fkb = Jumlah semua frekuensi sebelum kelas
media
fm = Jumlah semua frekuensi sebelum kelas
media

c. Menghitung Modus
b1
Rumus : Mo=B+i( )
b 1+ b 2
(Agung, 2015)

Keterangan
Mo = Modus
B = Batas bawah kelas interval modus
I = Panjang kelas interval
B1 = Frekuensi tertinggi dikurangi frekuensi
kelas interval terdekat yang lebih rendah
B2 = Frekuensi tertinggi dikurangi frekuensi
kelas interval yang terdekat yang lebih
tinggi

Mean, median, modus hasil tes hasil belajar siswa selanjutnya


disajikan ke dalam kurva polygon. Tujuan penyajian data ini adalah
untuk menafsirkan sebaran data hasil belajar pada kelompok eksperimen
dan kontrol.Hubungan antara mean (M), median (Md), dan modus (Mo)
dapat digunakan untuk menentukan kemiringan kurva polygon distribusi
frekuensi.Ketentuan kemiringan kurva polygon distribusi frekuensi
adalah sebagai berikut.

a) Jika mean lebih besar dari median dan median lebih besar dari modus
(Mo<Md<M), maka kurva juling positif yang berarti sebagian besar
skor cenderung rendah.
48
Gambar 02.Kurva Juling Positif
b) Jika modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean
(Mo>Md>M), maka kurva juling negatif yang berarti sebgaian besar
skor cenderung tinggi.

Gambar 03. Kurva Juling Negatif


c) Pada distribusi normal modus, median, dan mean bersekutu. Mo =
Md = M.

Gambar 04.Kurva Distribusi Normal

49
d. Standar Deviasi (Simpangan Baku)
Rumus: s=√ n ∑ X 2−¿ ¿ ¿
(Koyan, 2011)
Untuk menentukan tinggi rendahnya kualitas variabel-variabel tersebut,
skor rata-rata (mean) tiap-tiap variabel dikonversikan dengan
menggunakan kriteria rata-rata ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi).
Skala penilaian atau kategori pada skala lima sebagai berikut.

Tabel 14.
Skala Penilaian atau Kategori pada Skala Lima
Rentangan Skor Kategori
Mi +1,5 SDi s/d Mi + 3,0 SDi Sangat Baik
Mi + 0,5 SDi s/d Mi + 1,5 SDi Baik
Mi – 0,5 SDi s/d Mi + 0,5 SDi Cukup
Mi – 1,5 SDi s/d Mi – 0,5 SDi Kurang
Mi – 3,0 SDi s/d Mi – 1,5 SDi Sangat Kurang

Keterangan:
1
Mi= ( skor max + skor min )=rata rataideal
2
1
SDi= ( skor max−skor min )=standar deviasi ideal
6
e. Menghitung Varians

2 2
Rumus : s =n ∑ X −¿ ¿

(Koyan, 2011)

50
Keterangan
S2 = Varians kelompok dalam populasi
N = Jumlah sampel dalam kelompok
𝚺X = Jumlah skor

2. Analisis Statistik Inferensial


Menurut (Widiana, 2016) analisis statistic inferensial dimanfaat untuk dapat
mengetahui peningkatan pengetahuan konseptual peserta didik yang akan
diberikan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
a. Uji Normalitas Sebaran Data
Sebelum dilakukan pengujian untuk mendapatkan kesimpulan, maka data
yang diperoleh perlu diuji normalitas.Uji normalitas sebaran dilakukan
untuk menyajikan bahwa sampel benar-benar berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.Uji normalitas sebaran data untuk skor hasil
matematika siswa digunakan analisis Chi-Kuadrat dengan rumus sebagai
berikut.
2
(fo −fe)
X 2 =∑
fe
(Agung, 2017)

Keterangan
X2 = Koefisien Chi-Kuadrat
Fo = Frekuensi yang diobservasi
fe = Frekuensi yang diobservasi
Kriteria pengujian data berdist ribusi normal jika X2hitung <X2tabel dengan
taraf signifikasi 5% dan derajat kebebasannya dk = (k-1).

b. Uji Homogenitas Varians


Data dari skor awal kedua sampel diuji homogenitasnya untuk
menentukan bahwa kedua kelas tersebut memiliki penguasaan yang
relatif sama atau homogen, sehingga penelitian dapat dilakukan pada
51
kedua kelas tersebut. berdasarkan hasil perhitungan pada uji
homogenitas, maka kedua sampel tersebut homogen dan pelaksanaan
eksperimen dapat dilakukan pada kedua kelas tersebut. Uji homogenitas
untuk kedua kelompok digunakan uji manova dengan menggunakan
rumus sebagai berikut.
Uji homogenitas untuk kedua kelompok digunakan uji F dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.

Varians yang lebih besar


F=
Varians yang lebih kecil

(Agung, 2015)
Kriteria pengujian, jika F ≥Ftabel maka sampel tidak homogen, dan jika
F ≤Ftabel maka sampel homogen. Pengujian dilakukan dengan taraf
signifikan 5% denga4n derajat kebebasan untuK pembilang V1 = n1 – 1
dan derajat kebebasan untuk penyebut V2 = n2– 1.
Apabila uji asumsi di atas sudah dipenuhi maka analisis dilanjutkan
ke uji hipotesis menggunakan uji manova.

c. Uji Hipotesis (dengan uji manova)


Penelitian ini menggunakan satu variabel bebas dan dua variabel terikat,
sehingga uji hipotesis yang akan dilakukan menggunakan analisis uji
manova. Uji Manova dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan
kemampuan antara dua kelas sampel pada penggunaan model probelem
based learning berbantuan media prezi. Hipotesis yang digunakan
sebagai berikut.

H0: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh model


problem based learning berbantuan media prezi terhadap literasi
sains dan kemampuan metakognitif siswa kelas V Gugus IV
Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan

H1: Terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh model problem


based learning berbantuan media prezi terhadap literasi sains dan
kemampuan metakognitif siswa kelas V Gugus IV Kecamatan
52
Pupuan Kabupaten Tabanan

Adapun hipotesis yangt diujikan dalam penelitian ini adalah:

a) Perlakuan (X) dan kemampuan literasi sains (Y1)


H0: μA1 = μA2 Variabel Y1 (kemampuan literasi sains) Tidak
Menunjukkan Perbedaan Variabel X (Advance Organizer).
H1: μA1 ≠ μA2 Variabel Y1 (kemampuan literasi sains )
Menunjukkan Perbedaan.
b) Perlakuan (X) dan Sikap Ilmiah (Y2)
H0: μA1 = μA2 Variabel Y2 (kemampuan metakognitif ) Tidak
Menunjukkan Perbedaan Variabel X (Advance Organizer).
H1: μA1 ≠ μA2 Variabel Y1 (kemampuan metakognitif)
Menunjukkan Perbedaan.

Pengujian manova dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 23, adapun
langkah-langkah uji Analyze Variansi Multivariat (manova) dengan bantuan
program SPSS adalah sebagai berikut:

1) Buka SPSS, masukkan data yang ingin diuji pada kolom data view.
2) Cari variable view untuk menamai data yang dianalisis.
3) Klik noun pada kolom values pada deretan kolom k (kelompok).
4) Pada kolom value isi dengan kode kelompok misalkan 1 untuk eksperimen
dan 2 untuk kontrol.
5) Klik kiri analyze kemudian pilih general linier model dan yang terakhir
multivariate.
6) Setelah muncul kotak dialog, pindahkan data literasi sains (Y1) dan
kemampuan metakognitif (Y2) ke dalam kolom dependent variable.
Selanjutnya pindahkan data kelompok ke dalam kolom fixed factor.
7) Klik option lalu centang Homogeneity tests kemudian klik continue untuk
memunculkan hasil analiis homogenitas.

Selanjutnya dilakukan pengujian LSD (Least Significant Difference) dengan


tujuan untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda secara signifikan
apabila hipotesis nol ditolak. Hipotesis yang dapat diambil:

53
LSD = tα /2. db galat . S y x − y z

Dengan tα/2.dbg = tabel distribusi t dengan tingkat signifikan α dan derajat


bebas (db) galat.

Syx-yz = √ KTG efektif ¿ ¿

Selanjutnya membandingkan selisih dua rata-rata perlakuan dengan nilai LSD,


apabila > LSD maka memiliki pengaruh yang berbeda sedangkan apabila <
LSD memilikipengaruh yang sama.

54
Daftar Rujukan

Adiwiguna, P. S., Dantes, N., & Gunamantha, I. M. (2019). Pengaruh Model


Problem Based Learning ( Pbl ) Berorientasi Stem Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Dan Literasi Sains Siswa Kelas V Sd Di Gugus I Gusti Ketut
Pudja. Jurnal Pendidikan Dasar, 3(2), 94–103.
https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/1077699

Agung, A. A. G. (2014). Metode Penelitian Pendidikan. Singaraja: Aditya Media


Publishing.

Agung, A. A. G. (2015). Statistika Dasar Untuk Pendidikan. Yogyakarta:


Depublish.

Agung, A. A. G. (2017). Statistika Inferensial Untuk Pendidikan (Disertai


Aplikasi SPSS). Singaraja: Undiksha.

Aiman, U., & Amelia Ramadhaniyah Ahmad, R. (2020). Model Pembelajaran


Berbasis Masalah (Pbl) Terhadap Literasi Sains Siswa Kelas V Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar Flobamorata, 1(1), 1–5.
https://doi.org/10.51494/jpdf.v1i1.195

Alan, U. F., & Afriansyah, E. A. (2017). Kemampuan Pemahaman Matematis


Siswa Melalui Model Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition Dan
Problem Based Learning. Jurnal Pendidikan Matematika, 11(1).
https://doi.org/10.22342/jpm.11.1.3890.

Amrianto, Zein, A., & D, R. (2017). Analisis Soal Ujian Tengah Semester Ii Mata
Pelajaran Ipa Kelas VIII Smp Pembangunan Laboratorium Universitas
Negeri Padang Dan Smp Pertiwi Siteba Padang Tahunpelajaran 2015/2016.
1–23. https://osf.io/preprints/inarxiv/c9hg8/

Anjarsari, P. (2014). Literasi Sains Dalam Kurikulum Dan Pembelajaran Ipa Smp.
Prosiding Semnas Pensa VI ”Peran Literasi Sains”, 20.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/putri-anjarsari-ssi-mpd/
literasi-sains-dalam-kurikulum-dan-pembelajaran-ipa-smp.pdf

Anugraheni, I. (2018). Meta Analisis Model Pembelajaran Problem Based


Learning dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis di Sekolah
Dasar. A Journal of Language, Literature, Culture, and Education Polyglot,
14(1), 9–18. https://ojs.uph.edu/index.php/PJI/article/view/789

Anwar, M. F. N., Ruminiati, & Suharjo. (2017). Pembelajaran Tematik Terpadu


Berbasis Kearifan Lokal Dalam Membentuk Karakter Siswa. Cendekia, 978-
602-71836-6–7, 1005–1013. https://core.ac.uk/download/pdf/267023747.pdf

Basuki, Sudarmiani, & Moh.Rifa’I. (2020). Improving Social Skill And Civics
Learning Outcome Through Problem -Based Learning ( Pbl ) Assissted With
55
Digital Literacy To The Xi Graders Of Titl Vocational High School Smk
Gamaliel 1. Social Sciences, Humanities and Education Journal (SHE
Journal), 1(3), 58–67. https://doi.org/10.25273/she.v1i3.7565

Bella, R. A. (2021). Penilaian Kemampuan Literasi Sains Dalam Pembelajaran


Tematik. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar, 1145–1161.
http://103.98.176.9/index.php/mediapenelitianpendidikan/article/view/
5794/3721

Candiasa, I. M. (2011). Pengujian Instrumen Penelitian Disertai Aplikasi


ITEMAN dan BIGSTEPS. Singaraja: Undiksha Press.

Darwati, I. M., & Purana, I. M. (2021). Problem Based Learning (PBL) : Suatu
Model Pembelajaran Untuk Mengembangkan Cara Berpikir Kritis Peserta
Didik. WIDYA ACCARYA: Jurnal Kajian Pendidikan FKIP Universitas
Dwijendra, 12(1), 61–69.
https://garuda.kemdikbud.go.if/documents/detail/2161367

Diwangkari, N., Rahmawati, R., & Safitri, D. (2016). Analisis Keragaman Pada
Data Hilang Dalam Rancangan Kisi Seimbang. Jurnal Gaussian, 5(1), 153-
162.

Dwi Lestari, H., & Putu Parmiti, D. P. P. (2020). Pengembangan E-Modul Ipa
Bermuatan Tes Online Untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Journal of
Education Technology, 4(1), 73. https://doi.org/10.23887/jet.v4i1.24095

Dzulhijjah, P., Noer, A. M., & Linda, R. (2015). The Application Of Prezi
Dekstop As Presentation Media To Improvestudent Learning Achievement
On The Topic Of Hydrocarbon In Class X Sman 9 Pekanbaru. Jurnal Online
Mahasiswa (JOM) Bidang Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 2(2), 1–11.
https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/336367

Eviani, Utami, S., & Sabri, T. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Terhadap Kemampuan Literasi Sains IPA Kelas V SD. Jurnal
Pendidikan Dasar Flobamorata, 2(1), 1–20.
https://training.unmuhkupang.ac.id/index.php/jpdf/article/view/139

Fadilla, F., & Purwaningrum, J. P. (2021). Menumbuhkan Kemampuan


Representasi Matematis dan Metakognitif Siswa Kelas XIII SMP
Menggunakan Model CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, dan
Extending). AKSIOMA : Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika,
12(1), 155–168. https://doi.org/10.26877/aks.v12i1.7679

Fajar, N., & Putri, S. K. (2020). Pengaruh Penerapan Service Learning Berbasis
Flipped Classroom Terhadap Kesadaran Metakognitif dan Literasi Sains
Siswa. BIOEDUSAINS: Jurnal Pendidikan Biologi Dan Sains, 3(2l), 5–24.
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/BIOEDUSAINS/article/view/1584

Farisi, A., Hamid, A., & Melvina. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Problem

56
Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Ssiswa pada Konsep Suhu dan Kalor. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa, 2(3), 283–287.
http://www.jim.unsyiah.ac.id/pendidikan-fisika/article/view/4979

Febriati, ekaputri ciptani. (2011). Analisis Penerapan Psak 55 Atas Cadangan


Kerugian Penurunan Nilai. Jurnal Emba: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen,
Bisnis Dan Akuntansi, 1(3), 207–217.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/1648/1314

Febrita, I., & Harni. (2020). Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran
Tematik Terpadu terhadap Berfikir Kritis Siswa di Kelas IV SD. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 4(2), 1619–1633.
https://www.jptam.org/index.php/jptam/article/view/627

Feria, I. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Advance Organizer Terhadap


Keterampilan Berpikir Kritis Dan Sikap Ilmiah Peserta Didik Kelas VIII
Materi Gerak Benda SMP Negeri 1 Pubian Lampung Tengah (Doctoral
dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

Hadi, W. P., Munawaroh, F., Rosidi, I., & Wardani, W. K. (2020). Penerapan
Model Pembelajaran Discovery Learning Berpendekatan Etnosains untuk
Mengetahui Profil Literasi Sains Siswa SMP. Jurnal IPA & Pembelajaran
IPA, 4(2), 178–192. https://doi.org/10.24815/jipi.v4i2.15771

Hakim, D. L. (2017). Pelatihan Pembuatan Bahan Ajar Matematika Media Prezi.


UNES Journal of Community Service, 2(2), 157–163.
https://ojs.ekasakti.org/index.php/UJCS/article/view/38

Haryani, Y. D. (2017). Model Problem Based Learning Membangun. Cakrawala


Pendas, 3(2), 57–63. https://media.neliti.com/media/publications/266400-
model-problem-based-learning-membangun-k-0b165afb.pdf

Hendry, G., & Wiggins, S. (2016). The Discursive Construction of Group


Cohesion in Problem-based Learning Tutorials. Sage Journals Psychology
Learning & Teaching, 15(1), 180–194.
https://doi.org/10.1177/1475725716643267

Hidayani, M. (2016). Pembelajaran Tematik Dalam Kurikulum 2013. At-Ta’lim :


Media Informasi Pendidikan Islam, 15(1), 150–165.
https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/932971

Hudhana, W. D., & Fitriani, H. S. H. (2020). Pengembangan Media Prezi pada


Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas XI SMA se-Kota
Tangerang di Era Digital. Silampari Bisa: Jurnal Penelitian Pendidikan
Bahasa Indonesia, Daerah, Dan Asing, 3(2), 224–238.
https://doi.org/10.31540/silamparibisa.v3i2.996

Hutauruk, A. J. B. (2017). Pendekatan Matakognitif Dalam Pembelajaran

57
Matematika. Repository FKIP Unswagati.
http://fkip-unswagati.ac.id/ejournal/index.php/repository/article/view/
302/282

In’am, A. (2012). Perspektif Metakognitif Guru Dalam Pembelajaran Matematika


Di Sekolah Dasar. Jurnal Sekolah Dasar, 21(2), 133–144.
https://garuda.kemdikbud.go.if/documents/detail/137527

Izzania, R. D. S. M., Winarni, E. W., & Agusdianita, N. (2020). Pengaruh


Penggunaan Model Problem Based Learning pada Materi Siaga Bencana
terhadap Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas IV SD Negeri Kota
Bengkulu. Jurnal Riset Pendidikan Dasar, 3(3), 381–390.
https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/2032972

Jaedun, A. (2011). Oleh : Amat Jaedun. Metodologi Penelitian Eksperimen, 0–12.


http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-amat-jaedun-mpd/
metode-penelitian-eksperimen.pdf

Kamza, M., Husaini, & Ayu, I. L. (2021). Jurnal Basicedu. Jurnal Basicedu, 5(5),
4120–4126. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i5.1347

Khoiriyah, A. J., & Husamah, H. (2018). Problem-based learning: Creative


thinking skills, problem-solving skills, and learning outcome of seventh
grade students. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 4(2), 151–160.
https://doi.org/10.22219/jpbi.v4i2.5804

Koyan, I. W. (2011). Asesmen Dalam Pendidikan. Singaraja: Undiksha Press.

Lestari, M. F., & Hadiyanti, S. U. E. (2019). Pengaruh Pelatihan Terhadap


Motivasi Kerja Karyawan Di Pt Harmoni Mitra Utama Cabang Samarinda.
Jurnal Ekonomi Dan Manajemen, 13(2), 92–103.

Malahayati, E. N., Corebima, A. D., & Zubaidah, S. (2015). Hubungan


Keterampilan Metakognitif Dan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan Hasil
Belajar Biologi Siswa Sma Dalam Pembelajaran Problem Based Learning
(Pbl). Jps (Jurnal Pendidikan Sains), 3(4), 178–185.
Http://Journal.Um.Ac.Id/Index.Php/Jps/

Matondang, Z. (2009). Validitas Dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian.


Jurnal Tabularasa, 6(1), 87–97.
Https://Doi.Org/10.4028/Www.Scientific.Net/Amm.496-500.1510

Melyza, A., & Aguss, R. M. (2021). Persepsi Siswa Terhadap Proses Penerapan
Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan Pada Pandemi
Covid-19. Journal Of Physical Education, 2(1), 8–16.

Muharni, M., Alpusari, M., & Putra, Z. H. (2021). Pengembangan Media


Pembelajaran Sains Berbasis Prezi Untuk Siswa Sekolah Dasar Pada Materi
Penggolongan Hewan. Journal Of Natural Science And Integration, 4(1),

58
85–93. Https://Doi.Org/10.24014/Jnsi.V4i1.9968

Mundzir, M. F., & Sujana, A. (2017). Problem-Based Learning Untuk


Meningkatkan Kemampuan Literasi Sains Siswa Sd. Jurnal Pena Ilmiah,
2(1), 421–430. Https://Doi.Org/10.17509/Jpi.V2i1.10677

Narut, Y. F., & Supradi, K. (2019). Literasi Sains Peserta Didik Dalam
Pembelajaran Ipa Di Indonesia. Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar, 3(1), 61–
69. Http://Jurnal.Unikastpaulus.Ac.Id/Index.Php/Jipd/Article/View/214/169

Nuraini, F., & Kristin, F. (2017). Penggunaan Model Problem Based Learning
(Pbl) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas 5 Sd. E-
Jurnalmitrapendidikan, 1(4), 369–379.
Https://Doi.Org/10.1080/10889860091114220

Nurrita, T. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan


Hasil Belajar Siswa. Jurnal Ilmu-Ilmu Al-Quran, Hadist, Syari’ah Dan
Tarbiyah, 3(1), 171–187. Https://Doi.Org/10.1088/1742-
6596/1321/2/022099

Parasamya, C. E., & Wahyuni, A. (2017). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Fisika
Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
(Pbl). Jurnal Ilmiah Mahasiswa (Jim) Pendidikan Fisika, 2(1), 42–49.
Http://Www.Jim.Unsyiah.Ac.Id/Pendidikan-Fisika/Article/View/2145

Purnomo, B. H. (2011). Pendahuluan Kedudukan Observasi Dalam Tahapan Ptk


Metode Observasi. Metode Dan Teknik Pengumpulan Data Dalam
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), 8(1), 251–256.
Https://core.ac.uk/download/pdf/296601652.pdf

Rahmah, S. (2018). Peningkatan Hasil Belajar Materi Keunggulan Lokasi


Indonesia Melalui Pendekatan Problem Based Learning pada Siswa Kelas
VII B SMPN 6 Kota Bima. BRILIANT: Jurnal Riset Dan Konseptual
Volume, 3(1), 92–100.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.28926/briliant .v3i1.145

Rahman, F., Yurniwati, & Bintoro, T. (2013). Pengaruh Model Problem Based
Learning Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita. Jurnal
Didaktika Dwija Indria, 3(1), 457–462.
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/psdpd/article/view/10187

Retnawati, Y., Rasian, & Handayani, D. E. (2018). Keefektifan Model Problem


Solving Dengan Media Prezi Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah
Matematika Siswa Kelas IV Sd. Jurnal Sekolah, 2(4), 365–372.
https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/784131

Rohiman, R., & Anggoro, B. S. (2019). Penggunaan Prezi untuk Media


Pembelajaran Matematika Materi Fungsi. Desimal: Jurnal Matematika, 2(1),
23–32. https://doi.org/10.24042/djm.v2i1.3312

59
Rohmah, U. N., Zakaria Ansori, Y., & Nahdi, D. S. (2018). Pendekatan
Pembelajaran Stem Dalam Meningkatkan Kemampuan Literasi Sains Siswa
Sekolah Dasar. Pendekatan Pembelajaran Stem Dalam Meningkatkan
Kemampuan Literasi Sains Siswa Sekolah Dasar, 5(3), 152–162.
http://prosiding.unma.ac.id/index.php/semnasfkip/article/view/68

Rosana, D., & Setyawarno, D. (2016). Statistik Terapan untuk Penelitian


Pendidikan disertai dengan analisis dengan aplikasi SPSS versi 22. Uny
Press, 1–252.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/198810132015041004/pendidikan/ilovepdf_
merged.pdf

Santoso, A. B., Alimah, S., & Utami, N. R. (2017). Biological Science


Curriculum Study 5e Instructional Model dengan Pendekatan Jelajah Alam
Sekitar terhadap Kemampuan Literasi Sains. Journal of Biology Education,
6(2), 173–186. https://doi.org/10.15294/jbe.v6i2.19320

Saputri, I. J., Irafahmi, D. T., & Sumadi, S. (2016). Media Presentasi Prezi Pada
Mata Pelajaran Akuntansi Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.
Journal of Accounting and Business Education, 2(4).
https://doi.org/10.26675/jabe.v2i4.6075

Sari, A. K. P., & Wati, D. P. (2019). Penerapan Multimedia TAVAGIS Berbasis


Prezi dalam Pembelajaran Kurikulum 2013 bagi Guru Sekolah Dasar di
Kabupaten Kuningan. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 4(3), 369–380.
https://doi.org/10.30653/002.201943.185

Saroha, E., & Simbolon, N. (2019). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis


Prezi Pada Pembelajaran Tematik Di Sekolah Dasar Eliza Saroha, Naeklan
Simbolon. SEJ (School Education Journal), 9(4), 400–407.
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/school/article/view/16220/12745

Setiawan, A. R. (2017). Penerapan Pendekatan Saintifik untuk Melatihkan


Literasi Saintifik dalam Domain Kompetensi pada Topik Gerak Lurus di
Sekolah Menengah Pertama. Undergraduate Thesis.
https://doi.org/10.31227/osf.io/7htuj

Setiawan, A. R. (2019a). Pembelajaran Tematik Berorientasi Literasi Saintifik.


Jurnal Basicedu, 4(1), 51–69. https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i1.298

Setiawan, A. R. (2019b). Penyusunan Program Pembelajaran Biologi Berorientasi


Literasi Saintifik. Seminar Nasional Sains & Entrepreneurship VI (SNSE VI),
1(1), 348–355. https://doi.org/10.31226/osf.io/etg5n

Suciati, T. (2017). Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Anak Sekolah Dasar


Melalui Pembelajaran Literasi (pp. 313–328).
https://garuda.kemdikbud.go.if/documents/detail/1406890

Sukowati, D., & Rusilowati, A. (2016). Analisis Kemampuan Literasi Sains Dan

60
Metakogntif Peserta Didik. Physics Communication, 1(1), 16–22.
https://doi.org/10.15294/physcomm.v1i1.8961

Sunanto, L., & Asyiah, N. (2018). Pengaruh Strategi Metakognitif Terhadap


Kemandirian Belajar Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Jurnal
Profesi Keguruan, 4(1), 42–45.
https://garuda.kemdikbud.go.if/documents/detail/579646

Susanti, D., Anwar, C., Putra, F. G., Netriwati, Afandi, K., & Widyawati, S.
(2020). Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Tipe POE dan
Aktivitas Belajar terhadap Kemampuan Metakognitif. Jurnal Inovasi
Matematika (Inomatika), 2(2), 93–105.
https://doi.org/10.35438/inomatika.v2i2.199

Teguh, M. (2017). Aktualisasi Kurikulum 2013 Di Sekolah Dasar Melalui


Gerakan Literasi Sekolahuntuk Menyiapkan Generasi Unggul Dan Berbudi
Pekerti. Prosiding Seminar Nasional, 18–26.
https://training.unmuhkupang.ac.id/index.php/jpdf/article/view/217/120

Vanka, F. A., & Dwi Kurniasih, M. (2021). Pengaruh Strategi React dengan
Media Pembelajaran Berbasis Prezi Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematis. Jurnal Pendidikan Matematika : Judika Education, 4(1), 88–98.
https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/2253251

Wafiqni, N., & Nurani, S. (2019). Desain Model Pembelajaran Tematik. Jurnal
Pendidikan Dasar Islam, 10(4). https://doi.org/10.31227/osf.io/yv5u2

Wibiwo, A., & Cholifah, T. N. (2018). Model Penilaian Terintegrasi


Pembelajaran Tematik Dan Literasi Di Sekolah Dasar. Prosding Seminar
Nasional, 1(1), 434–447.
http://prosiding.lppm.unesa.ac.id/index.php/semnasppm2018/article/view/
175

Wicaksono, B., Akhdinirwanto, R. W., & Ashari. (2013). Peningkatan


Kemampuan Metakognitif Fisika Melalui Model Pembelajaran Problem
Based Learning Pada SMK Pancasila 1 Kutoarjo MS ID IS IK. Jurnal
Berkala Pendidikan Fisika, 3(2), 2–5.
http://jurnal.umpwr.ac.id/index.php/radiasi/article/view/446/316

Widiana, I. W. (2016). Pengembangan Asesmen Proyek Dalam Pembelajaran Ipa


Di Sekolah Dasar. JPI (Jurnal Pendidikan Indonesia), 5(2), 147.
https://doi.org/10.23887/jpi-undiksha.v5i2.8154

Wulandari, N., & Sholihin, H. (2015). Penerapan Model Problem Based Learning
( PBL ) Pada Pembelajaran IPA Terpadu Untuk Meningkatkan Aspek Sikap
Literasi Sains Siswa SMP. Prosiding Simposium Nasional Inovasi Dan
Pembelajaran Sains 2015, 2015(Snips), 437–440.
https://ifory.id/proceedings/2015/z4pZjcJkq/snips_2015_nisa_wulandari_510
187b3163bcc293be1ffd4c2555f11.pdf
61
Yuliati, Y. (2017). Literasi Sains Dalam Pembelajaran Ipa. Jurnal Cakrawala
Pendas, 3(2), 21–28. https://doi.org/10.31949/jcp.v3i2.592

Zakiah, N. E. (2020). Level kemampuan metakognitif siswa dalam peLevel


kemampuan metakognitif siswa dalam pembelajaran matematika berdasarkan
gaya kognitifmbelajaran matematika berdasarkan gaya kognitif. Jurnal Riset
Pendidikan Matematika, 7(2), 132–147.
https://journal.uny.ac.id/index.php/jrpm/article/view/30458/14992

62
Lampiran– Lampiran:
INSTRUMEN PENELITIAN
Pedoman Wawancara untuk Guru
Nama Sekolah :
Alamat Sekolah :
Nama Guru kelas :
Hari/ tanggal wawancara :
Tempat :

No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah Bapak/Ibu selalu mempersiapkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
sebelum mengajar?
2 Bagaimana usaha Bapak/Ibu untuk
membuat kelas tetap kondusif saat
kegiatan pembelajaran berlangsung?
3 Apakah Bapak/Ibu selalu menyediakan
soal evaluasi untuk siswa tiap akhir
kegiatan pembelajaran?
4 Apakah Bapak/Ibu selalu menggunakan
media dalam proses pembelajaran?
5 Apakah Bapak/Ibu selalu menggunakan
alat peraga dalam proses pembelajaran?
6 Apakah yang Bapak/Ibu lakukan ketika
ada siswa yang tidak tertib saat kegiatan
pembelajaran berlangsung?
7 Bagaimana Bapak/Ibu menyelenggarakan
kegiatan pembelajaran untuk membuat
siswa aktif?
8 Apakah Bapak/Ibu mengampu
ekstrakurikuler untuk mengembangkan
bakat siswa?

63
9 Apakah Bapak/Ibu selalu
mempertimbangkan validitas dan relevansi
materi ketika Bapak/Ibu memilih materi
pembelajaran untuk siswa?
10 Bagaimana kiat Bapak/Ibu untuk
mengembangkan materi pembelajaran
yang disajikan di kelas?
11 Apakah acuan yang Bapak/Ibu gunakan
untuk menentukan materi pembelajaran
yang akan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran?
12 Bagaimana Bapak/Ibu menyusun materi
pembelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran di kelas?
13 Apakah kriteria materi pembelajaran yang
Bapak/Ibu pilih dalam menyelenggarakan
kegiatan pembelajaran di kelas Bapak/Ibu?
14 Apa sajakah sumber pembelajaran yang
Bapak/Ibu gunakan dalam mengajar?
15 Bagaimanakah kemampuan menalar siswa
dala kegiatan pembelajaran?
16 Apakah siswa sudah mampu
mengemukakan pendapat secara alamiah
berkaitan dengan adanya pemberian
masalah oleh Bapak/Ibu?
17 Adakah tips dan trik yang Bapak/Ibu
lakukan guna membangkitkan daya
kreatifitas siswa?
18 Apa yang Bapak/Ibu lakukan jika ada
beberapa siswa yang tidak aktif di dalam
kelas?

64
INSTRUMEN PENELITIAN

Panduan Wawancara untuk Siswa

Nama Sekolah :

Alamat Sekolah :

Nama Siswa :

Kelas :

Hari/ tanggal wawancara :

No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah dalam kegiatan pembelajaran di
dalam kelas Bapak/Ibu melakukan
apersepsi sebelum memulai kegiatan
pembelajaran?
2 Apakah dalam kegiatan pembelajaran
Bapak/Ibu guru selalu menggunakan
media atau alat peraga?
3 Apakah kamu senang jika dalam
kegiatan pembelajaran menggunakan
media atau alat peraga?
4 Apa saja media yang pernah digunakan
oleh Bapak/Ibu guru dalam kegiatan
pembelajaran di dalam kelas?
5 Apakah kalian ikut aktif dalam
menggunakan media atau alat peraga
yang ada?
6 Apakah Bapak/Ibu guru kalian
melakukan evaluasi setelah pembelajaran
menggunakan

65
media?

7 Adakah kesulitan yang kalian temui pada


saat menggunakan media atau alat
peraga?
8 Setelah menggunakan media apakah
kalian lebih memahami pelajaran atau
mengalami kesulitan?

66
Kisi-Kisi Instrumen Literasi Sains dan Metakognitif
No Kompetensi Indikator Soal Jumlah Nomor
Dasar Soal Soal
Soal Obyektif
1 3.8 Menganalisis 1. Menyebutkan 1 1
Siklus Air dan pengertian siklus air
dampaknya pada
peristiwa dibumi
serta
kelangsungan
makhluk hidup
2. Mengklasifikasikan 5 2, 3, 4, 5,
proses terjadinya siklus 6
air (C3)
3. Memperkirakan 2 7,8
masalah yang terjadi
jika siklus air tidak
dijaga.
4. Menyebutkan contoh 2 9, 10
tindakan menghemat
air
5. Menganalisis macam- 3 11,12,13
macam siklus air
6. Menafsikan tumbuhan 1 14
yang bisa digunakan
dalam pelestarian
siklus air
7. Menelaah unsur yang 2 15,20
paling berperan dalam
proses siklus air
8. Menganalisis dampak 2 16, 17
yang ditimbulkan dari
67
adanya sumur bor bagi
siklus air
9. Menganalisis fungsi 2 18, 19
adanya air bagi
kehidupan
Soal Subyektif
1 4.8 Membuat 1. Melakukan pengamatan 3 1, 3, 4
karya tentang terkait siklus air yang
skema siklus air ada di lingkungan
berdasarkan sekitar
informasi dari 2. Menunjukkan kegiatan 2 2, 5
berbagai sumber yang mempengaruhi
siklus air

68
Uji Kesetaraan Populasi
A1 A2 A3 A4 A5 A6 Total
75 82 77 74 60 64
84 64 64 74 72 83
64 65 60 77 64 80
65 87 82 62 75 62
78 84 77 81 65 88
77 80 65 64 86 65
65 64 63 74 74 82
64 64 64 64 62 63
82 78 81 60 63 63
63 79 65 80 75 76
63 65 73 63 72 64
64 75 64 64
73 63 64 85
78 64 81
63 62
64 63
80 60
82 78
63 63
73
n1 =11 n2 =19
n3 =11 n 4=14 n5 =20 n6 =13 N = 88
∑ x 1=¿ 780 ∑ x 2=¿ 1399 ∑ x 3=¿771 ∑ x 4 =¿975 ∑ x 5=¿1376 ∑ x 6 =¿939 ∑ tot =¿6.240
x

∑ x 1 =¿55.998 ∑ x 2 =¿101.479 ∑ x 3 =¿54.683 ∑ x 4 =¿68.613 ∑ x 5 =¿ 95.772 ∑ x 6 =¿69.053 ∑ x tot =¿445.598


2 2
2 2 2 2 2

x 2=¿73,63 x 3=¿ 70,09 x 4 =¿69,64 x 5=¿ 68,8 x 6= 72,23 x tot =¿ 70,90


x 1=¿70,90

69
Keterangan:
A1: SD Negeri 1 Belimbing A4: SD Negeri 5 Belimbing
A2: SD Negeri 2 Belimbing A5: SD Negeri 1 Karya Sari
A3: SD Negeri 4 Belimbing A6: SD Negeri 1 Sanda

( ∑ X tot )
2
2
6.240
JK tot =∑ X tot − 2 =445.598− =3.125,27
N 88

(∑ x A ) ( ∑ X tot )
2 2

JK antarA =∑ −
nA N

( ∑ X A 1 ) (∑ X A 2 ) (∑ X A 3 ) (∑ X A 4 ) (∑ X A 5 ) (∑ X A 6 ) ( ∑ X Atot )
2 2 2 2 2 2 2

¿ + + + + + −
nA 1 n A2 nA3 nA 4 nA 5 nA 6 N

7802 13992 7712 9752 13762 939 2 62402


¿ + + + + + −
11 19 11 14 20 13 88

¿55.309,09 + +103.010,57 + 54.040,09 +67.901,78 +94.668,8+67.824,69 –


442.472,72 = 282,3

JK dalam=JK tot −JK antarA =3.125,27−282,3=2.842,97

Atau JK dalam :

( )
2
( Xa) 780 2 13992 7712 9752 13762 939 2
∑ X tot −∑
2
nA
=¿ 445.598−
11
+
19
+
11
+
14
+
20
+
13
=2.842,98 ¿

db A=a−1=6−1=5

JK antar 282,3
MK antar= = =56,46
a−1 6−1

bd dalam =N −a=88−6 = 82

JK dalam 2.842,98
MK dalam= = =34,67
db dalam 82

MK antar 56,46
F hitung = = =1,62
MK dalam 34,67

Anda mungkin juga menyukai