Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING


UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTS NW BAGEK POLAK
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian

Dosen Pengampu : Ulfa Lu’luilmaknum,S.Pd.,M.Pd

Oleh:
NAMA : LISA KATUN NADA
NIM : E1R020067
KELAS : 6C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

1
UNIVERSITAS MATARAM
2023
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTS NW BAGEK POLAK

Oleh:
LISA KATUN NADA (E1R020067)

Ditinjau dan disahkan:


Pada tanggal :

Mengetahui,
Dosen pembimbing

Ulfa Lu’luilmaknum,S.Pd.,M.Pd

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. 1


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 6
1.2 Batasan Masalah ........................................................................................ 6
1.3 Rumusan Masalah ..................................................................................... 8
1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 8
1.6 Definisi Operasional .................................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 9
A. Kajian Pustaka ........................................................................................... 9
1. Model Problem Based Leangning ......................................................... 9
2. Kemampuan Pemecahan Masalah ........................................................ 10
3. Aritmatika Sosial .................................................................................. 12
B. Penelitian Releven ..................................................................................... 13
C. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 14
D. Hipotesis Penelitian .................................................................................. 14
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 16
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 16
B. Desain Penelitian ....................................................................................... 16
C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 16
D. Populasi dan Sampel .................................................................................. 17
E. Variabel Penelitian .................................................................................... 17
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 17
G. Instrumen Penelitian ................................................................................. 18
H. Teknik Analisis Data ................................................................................. 19

3
I. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ........................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting dalam kehidupan.Banyak hal
disekitar kita yang berhubungan dengan matematika.Matematika sendiri merupakan dasar bagi
ilmu-ilmu lainnya. Menurut (Fendrik, 2019), matematika merupakan salah satu bidang ilmu yang
memiliki pengaruh penting dalam kehidupan, karena matematika dapat mempersiapkan dan
mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, logis, dan tepat dalam menyelesaikan sebuah
masalah yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran matematika,siswa hendaknya harus memiliki lima dasar kemampuan salah
satunya yaitu kemampuan pemecahan masalah (Utami & Wutsqa, 2017),kemampuan pemecahan masalah
ini sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika yang tercantum dalam kurikulum 2004 yakni
matematika sendiri dapat melatih cara berpikir dan bernalar menarik kesimpulan,
mengembangkanpemikiran divergen orisinil, rasa ingin tahu membuat prediksi dan dugaan serta coba-
coba, mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan mengembangkan kemampuan
menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan, antara lain melalui pembicaraan lisan,
catatan, grafik, peta dan diagram dalam menjelaskan gagasan. Berdasarkan hal tersebut,kemampuan dasar
yang harus dimiliki siswa adalah kemampuan pemecahan masalah .
Polya mengemukakan bahwa langkah-langkah pemecahan masalah matematika mencakup 4 langkah
menurut Budhayanti (Wilujeng & Novitasari, 2018), yakni : (1) Memahami masalah (understand the
problem), (2) Merencanakan pemecahan (devising a plan), (3) Menyelesaikan masalah sesuai rencana
(carry out a plan), (4) Melakukan pengecekan kembali pada semua.
Kemampuan pemecahan masalah ini sangatlah penting dimiliki oleh siswa .Namum ternyata fakta
yang diperoleh di MTS NW BAGEK POLAK ,siswa hanya diarahkan pada kemampuan menghafal
informasi saja .Hal ini terlihat ketika proses pembelajaran berlangsung,siswa-siswa disana hanya
menulis,menghafal rumus,dan mengerjakan soal latihan yang mirip dengan apa yang sudah dijelaskan
oleh gurunyadan ketika diberikan soal yang berbeda siswa kebingungan dalam menyeesaikan soal
tersebut.Selain hal ini,siswa juga masih kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang bentuknya
cerita,hal ini dikarenakan siwa belum memahami konsep dari materi. Dampak dari permasalahan ini
menjadikan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa tidak berkembang dan dapat dikatakan
tergolong masih rendah.

4
Berdasarkan data PISA dan TIMSS pada tahun 2015, ternyata Indonesia berada pada peringkat 44
dari 49 negara peserta dengan nilai 386. Sedangkan hasil uji PISA, Indonesia berada pada peringkat 63
dari 64 negara peserta dengan nilai 386. Skor rerata internasional untuk TIMSS dan PISA
adalah 500. Kedua hasil uji studi membuktikan bahwa Indonesia menduduki posisi di bawah rata-rata,
yang mana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah yang disebabkan beberapa
faktor. Salah satunya, kurang berlatih dalam menyelesaikan soal-soal yang non rutin (Afriansyah, 2016).
Oleh karena itu, guru perlu meninjau kembali pembelajaran matematika agar dapat menghasilkan
kemampuan pemecahan masalah siswa sesuai dengan yang diharapkan.
Salah satu materi matematika yang banyak menyajikan soal cerita yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari adalah aritmetika sosial. Aritmatika sosial melibatkan pemahaman dan penerapan konsep-
konsep matematika dalam konteks sosial, seperti perbandingan, proporsi, persentase, dan keuangan.
Penguasaan konsep-konsep tersebut tidak hanya membutuhkan pemahaman teoritis, tetapi juga
kemampuan siswa untuk menerapkannya dalam pemecahan masalah nyata. Oleh karena itu, penting bagi
pendidik untuk menggunakan pendekatan pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa pada materi aritmatika sosial.
Adapun model pembelajaran yang diterapkan oleh guru selama ini adalah model pembelajaran
konvesional dengan metode ceramah.Dengan menggunakan model tersebut, maka kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa menjadi tidak berkembang dengan baik dan siswa menjadi tidak
aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan adanya model lain guna meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis siwa.
Sebenarnya ada banyak cara untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran
yang diangap efektif untuk meningkatkan kemapuan pemecahan masalah matematis adalah model PBL
(Problem Based Learning). Model PBL menekankan pada penerapan pengetahuan dalam pemecahan
masalah nyata. Dalam konteks aritmatika sosial, model ini memungkinkan siswa untuk menghadapi
masalah matematika yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, seperti menghitung persentase diskon
saat berbelanja, membandingkan harga barang, atau merencanakan anggaran keuangan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya,diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Amala ,D., &
Saraswati ,S. (2022). yang mengkaji terkait dengan pengaruh model PBL terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas vii pada materi aritmatika sosial.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi aritmetika sosial
yang diajar menggunakan model problem based learning lebih baik daripada kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa pada kelas yang diajarkan dengan konvesional,terlihat dari nilai rata-rata post
tes sehingga disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif terhadap kemampuan pemecahan masalah

5
matematika dengan model PBL.Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ulva Elvina .,dkk (2020)
yang juga mengkaji terkait pengaruh model problem based learning terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa kelas VII SMP se-Kabupaten Kuantan singingi pada materi aritmetika
sosial.Hasil keseluruhan penelitian menunjukkan bahwa terdapatnya pengaruh model PBL terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematis (KPMM) siswa kelas VII pada materi Aritmetika Sosial
ditinjau dari level sekolah tinggi, sedangkan untuk sekolah level sedang dan rendah tidak terdapat
pengaruh yang signifikan di SMP Negeri se-Kabupaten Kuantan Singingi.
Dalam penelitian ini,problem based learning akan disajikan dalam bentuk LKPD sehingga proses
penemuan serta perumusan masalah matematika siswa lebih mudah dan menyenangkan.Tentunya, ini
adalah suatu pembeda antara penelitian saya dengan penelitian-penelitian yang lainnya ,dimana penelitian
sebelumnya hanya menggunakan soal biasa yang disajikan dalam kertas tampa adanya variasi
pembelajaran yang menbuat siswa seneng dan mudah memahami terkait pemecahan masalah matematika
yang disajikan.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait pengaruh model PBL
untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII MTS NW BAGEK
POLAK .

1.2 Batasan Masalah


1. Kemampuan pemecahan masalah yang dimaksud adalah langkah-langkah siswa dalam
memecahkan masalah matematika sesuai dengan indikator yang dikemukakan oleh Polya yakni :
(1) Memahami masalah (2) Merencanakan pemecahan (3) Menyelesaikan masalah sesuai
rencana (4) Melakukan pengecekan kembali pada semua.
2. Problem Based Learning yang dimaksud adalah soal –soal berbentuk masalah yang akan
disajikan melalui LKPD pada proses pembelajaran
3. Temapat yang menjadi objek penelitian adalah MTS NW BAGEK POLAK siswa kelas
VII,subjek penelitian yakni siswa kelas VII A dan VII B yang dipilih secara rendom.
4. Materi pembelajaran yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah melalui
model PBL adalah materi aritmatika sosial sub materi (Untung,rugi,harga jual,harga beli,serta
persentase keuntungan dan kerugian).

1.3 Rumusan Masalah


Apakah terdapat pengaruh model PBL (Problem Based Learning) untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII MTS NW BAGEK POLAK ?

6
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model
PBL (Problem Based Learning) untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa kelas VII MTS NW BAGEK POLAK.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Manfaat teoritis :dapat memberikan wawasan pembaca serta dapat memberikan dukungan
empiris terhadap model pembelajaran,khusunya dalam konteks penggunaan model pembelajaran
PBL yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa .
2. Bagi peniliti : Dapat mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajran PBL untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan matematika siswa di MTS NW BAGEK POLAK.
3. Bagi siswa : Memberikan pengalaman belajar serta dapat meningkatkan keaktifan siswa karena
siswa berpartisipasi untuk menyelesaikan masalah dalam proses pembelajaran
4. Bagi guru : Memberikan alternatif variasi terkait model pembelajaran yang bisa digunkan untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa yakni model PBL.
5. Bagi peneliti selanjutnya : Dapat dijadikan landasan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dalam
melakukan penelitian yang serupa.

1.6 Definisi Operasional


a). Kemampuan pemecahan masalah matematika
Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah kemampuan siswa dalam mengidentifikasi
masalah matematika, menganalisis informasi yang relevan, merumuskan strategi pemecahan masalah,
melaksanakan langkah-langkah pemecahan masalah yang tepat, dan mengevaluasi solusi yang dihasilkan.
Dari penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika adalah
bagaimana cara siswa merumuskan masalah,dan menyelesaikan masalah yang diberikan sehingga
menemukan solusi dari masalah tersebut.
b). Aritmatika Sosial
Materi aritmatika sosial ini merupakan materi pembelajaran yang mencakup konsep-konsep
matematika yang terkait dengan situasi sosial, seperti perbandingan, proporsi, persentase, dan keuangan.
Materi ini berfokus pada penerapan konsep-konsep tersebut dalam konteks kehidupan sehari-hari,
termasuk masalah keuangan pribadi, manajemen anggaran, atau perbandingan harga barang.

7
c). Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Model PBL adalah Pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pemecahan masalah
nyata yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam model ini, siswa secara aktif terlibat dalam
proses mengidentifikasi, menganalisis, merumuskan, dan memecahkan masalah matematika dengan
menggunakan konsep-konsep yang dipelajari.Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa model
PBL ini adalah model pembelajaran yang menitik beratkan pada masalah.
d). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Perbedaan yang signifikan antara kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sebelum dan
setelah penerapan model PBL. Peningkatan ini dapat diukur melalui perubahan dalam kinerja siswa dalam
menghadapi dan memecahkan masalah matematika pada materi aritmatika sosial, baik dari segi
keakuratan, kecepatan, atau kualitas solusi yang dihasilkan.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Model Problem Based Learning
a) Pengertian Model Problem Based Learning
PBL merupakan model pembelajaran mengarahkan siswa dengan berbagai masalah
sehingga siswa mampu memaksimalkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, keterampilan
memecahkan masalah dan mendapatkan ilmu baru terpaut pada masalah itu (Lestari &
Yudhanegara, 2015).
Sejalan dengan, Sanjaya (Hidayat, 2016) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis
masalah tidak diharapkannya siswa sebatas mendengarkan, mencatat lalu menghafal materi
pembelajaran. Namun siswa lebih dapat aktif berpendapat, berinteraksi, mengumpulkan,
mengolah data, serta menyimpulka. Menurut Gunantara, dkk. (2014:2), “problem based learning
merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dunia nyata.
Menurut Tan (Rusman, 2013) PBL merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam
PBL kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau
tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan
mengembangkan kemampuan berfikirnya secara berkesinambungan.
Menurut (Sianturi et al., 2018) model Problem Based Learning (PBL), fokus
pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-
konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah
tersebut. (Elizabeth & Sigahitong, 2018) mengatakan bahwa PBL adalah proses pembelajaran
yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata. ( et al., 2016) juga
mengatakan bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam
memecahkan masalah nyata. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran problem based learning (PBL) adalah model pembelajaran yang memulai aktifitas
pembelajaran dengan memberikan permasalahan kepada siswa dan melibatkan siswa aktif
berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.

b). Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning


Menurut Ibrahim dalam Suprihatiningrum (2013) mengemukakan bahwa sintak PBL
adalah sebagai berikut:
a. Fase 1 (Orientasi siswa kepada masalah).

9
Menjelaskan tujuan pembelajaran menjelaskan logistik yang dibutuhkan dan memotivasi
siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih.
b. Fase 2 (Mengorganisasikan siswa kepada masalah).
Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
c. Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok).
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
d. Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya).
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai sepert aporan,
model dan berbagi tugas dengan teman.
e. Fase 5 (Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah).
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi telah dipelajari/meminta kelompok presentasi
hasil karya.

2. Kemampuan Pemecahan masalah Matematika


Masalah adalah suatu pertanyaan yang mengundang jawaban. Suatu pertanyaan memiliki
probabilitas tertentu untuk dijawab dengan tepat bila pertanyaan itu dirumuskan dengan baik dan
sistematis. Hal ini berarti, masalah membutuhkan suatu pemecahan yang menuntut kemampuan
tertentu pada diri individu yang akan memecahkan masalah tersebut.
Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan yang harus dimiliki seseorang
untuk melangsungkan kehidupannya karena di kehidupan sehari-hari banyak ditemukan situasi
yang merupakan contoh situasi pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah matematis
adalah kemampuan siswa dalam memahami masalah, merencanakan strategi dan melaksanakan
rencana pemecahan masalah.
Menurut Polya (Jamaluddin, 2021), pemecahan masalah adalah usaha mencari jalan keluar
dari suatu kesulitan, mencapai tujuan yang tidak dengan mudah dapat dicapai. Hamimah (2019)
mengungkapkan bahwa memecahkan suatu masalah matematika itu bisa merupakan kegiatan
menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika
dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain.
Dalam dunia pendidikan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa akan menjadi
masalah apabila pertanyaan itu harus dipahami dan merupakan tantangan yang harus dipecahkan
namun siswa sulit untuk memecahkannya. Sejalan dengan hal tersebut Melinda Rismawati et al.,

10
(2022) mengungkapkan bahwa faktor – faktor penyebab siswa kesulitan dalam memecahkan
masalah matematika :
(1) rendahnya analisis pemecahan masalah yang dimiliki siswa dalam mengerjakan soal
berbentuk himpunan;
(2) siswa kurang cermat pada saat mengerjakan soal himpunan;
(3) langkah penyelesaian tidak terstruktur;
(4) kesusahan dalam memlaksankan prosedur penarikan suatu kesimpulan akhir;
(5) tidak berlatih terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal;
(6) siswa kurang mampu untuk menguraikan soal dalam konteks yang lebih konkret. Dari
uraian tersebut, kita menegtahui bahwa sebagian besar siswa melakukan kesalahan dalam
pemecahan masalah karena rendahnya tingkat kemampuan mereka dalam melakukan
prosedur pemecahan masalah.
Pemecahan masalah merupakan suatu keterampilan yang meliputi kemampuan untuk
mencari informasi, menganalisis situasi dan mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk
mengasilkan alternatif sehingga dapat mengambil suatu tindakan keputusan untuk mencapai
sasaran.Untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis diperlukan beberapa
indikator.Adapun indikator dalam memecahkan masalah menggunakan langkah-langkah polya
adalah sebagai berikut.
a. Memahami masalah, pada tahap ini subjek dapat menentukan hal-hal yang diketahui dan di
tanyakan pada masalah yang di berikan
b. Merencanakan penyelesaian, pada tahap ini subjek dapat menentukan hubungan antara yang
diketahui dan ditanyakan pada masalah yang diberikan guna mendapatkan suatu yang dibutuhkan
untuk memecahkan masalah serta subjek dapat menetapkan rancangan penyelesaian
c. Melaksanakan rencana penyelesaian, pada tahap ini subjek bisa melaksanakan proses rancangan
penyelesaian masalah secara benar serta mendapatkan solusi yang benar dari permasalahan.
d. mengevaluasi kembali, pada ini subjek dapat mengevaluasi kembali proses penyelesaian masalah
yang sudah dilakukan dan menafsirkan solusi dari masalah yang di berikan.
Tabel.Penskoran langkah-langkah polya
Rubik Analiti
Memahami masalah 0: Terjadi kesalahan pemahaman yang lengkap terhadap
masalah
1: Terjadi beberapa kesalahan pemahaman, atau kesalahan
interpretasi terhadap beberapa bagian dari masalah
2: Memahami masalah dengan benar

11
Membuat rencana 0: Tidak ada usaha, atau rencana yang dibuat tidak sesuai
1: Sebagian rencana benar yang didasarkan pada sebagian
dari masalah yang dipahami atau diinterpretasi dengan
benar.
2: Rencana yang dibuat membawa kepada jawaban benar
jika diinterpretasikan dengan baik
Melaksanakan rencana/ 0 : Tidak ada jawaban, atau jawaban salah karena rencana
Memperoleh jawaban yang tidak sesuai
1: Salah menulis, salah perhitungan, atau hanya sebagian
jawaban jika masalah terdiri dari beberapa jawaban.
2: Jawaban benar.
Sumber: (Jackson Pasini Mairing, 2018)

3. Materi Ajar Aritmatika sosial


a). Memahami keuntungan dan juga Kerugian
Laba atau keuntungan adalah selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian suatu
barang.Syarat untung .nilai harga jual harus lebih tinggi dari harga pembeliannya .Secara matematis
ditulis sebagai berikut :
Untung = harga jual – harga beli
Kerugian atau rugi adalah selisih antara harga pembelian dengan harga penjualan suatu
barang.Syarat rugi : nilai harga beli lebih tinggi dari harga penjualannya. Secara matematis ditulis sebagai
berikut :
Rugi = harga beli- harga jual
Berdasarkan untung dan juga rugi dapat dinnyatakan dengan persentase (%).Persentase
keuntungan atau kerugian selalu dibandingkan dengan harga pembelian.Oleh karena itu, untuk mencari
persentase untung atau rugi digunakan persamaan sebagai berikut :
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔
% untung = ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑙𝑖 × 100%
𝑟𝑢𝑔𝑖
% rugi = ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑙𝑖 × 100%

b). Menentukan Bunga Tunggal


Bunga tunggal adalah bunga yang dihitung berdasarkan besar modal yang dihitung dalam kurung
waktu tertentu.Secara matematis persentase untuk menghitung bunga tunggal dinyatakan sebagai berikut
:B = M×𝐼 %×𝑡
Keterangan :

12
B= Bunga
I= Suku bunga tunggal pertahun
M= Tabungan Awal
t = waktu
c). Rabat,Pajak,Bruto,Neto,dan Tara
1. Rabat (Diskon)
Rabat artinya potongan harga yang diberikan penjual kepada pembeli dalam rangka promosi,cuci
gudang,atau keperluan lainnya.
Rabat = % rabat × harga kotor
Harga bersih = Harga kotor – rabat
Harga kotor adalah harga kotor sebelum dipotong rabat (diskon)
Harga bersih adalah harga barang setelah dipotong rabat (diskon)
2. Pajak
Terdapat tiga macam pajak yaitu pajak penghasilan (PPh),Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB),dan
pajak pertambahan nilai (PPN).Pajak merupakan kewajiban dasar warga negara untuk menyerahkan
sebagian harta kekayaannya kepada negara menurut peraturan yang di tetapkan oleh pemerintah .Berikut
rumus untuk menentukan nilai pajak :
Harga setelah pajak = Harga awal + nilai pajak
3. Bruto,Neto dan Tara
Berat barang beserta kemasan pembungkusnya disebut berat kotor atau bruto.Berat bersih barang
setelah dikurangi dengan kemasannya disebut neto.Berat kemasan barang yang biasannya berupa
karung,plastik, kardus dan sebagainya disebut tara.Bruto,neto dan tara memiliki hubungan yang
dinnyatakan sebagai berikut :
Bruto = neto + tara
Neto = Bruto – tara
Tara = % tara × bruto = bruto – neto

B. Penelitian Yang Releven


1. Penelitian ini dilakukan oleh Amala durotul & Saraswati sari ( 2022) . Program studi Pendidikan
matematika Universitas Hasyim Asy’ari Jombang dengan judul Pengaruh Model Problem Based
Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas Vii Pada Materi Aritmetika
Sosial. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model problem based learning memiliki
pengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII pada materi
aritmetika sosial

13
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nisak Khoirin & Istiani Adha ( 2017 ) . Program sttudi Pendidikan
Matematika Universitas Indraprasta PGRI Jakarta dengan judul Pengaruh Penerapan Problem Based
Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa untuk kelas X SMA
Ngunut tahun pelajaran 2017/2018.Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa.
3.Penelitian yang dilakukan oleh Usman Anggraini Trisantri .,dkk (2021). Program studi Pendidikan
Matematika, Universitas Negeri Gorontalo dengan judul Pengaruh Model Problem Based Learning
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada Materi Aritmatika Sosial di
SMP Negeri 2 Limboto .Dari hasik penelitian dapat disimpulkan bahwa pengaruh penggunaan model
Problem Based Learning lebih baik terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
pada materi aritmatika sosial kelas VII SMP Negeri 2 Limboto.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka Berpikir

Rendahnya kemampuan
pemecahan masalah peserta
didik

Kelaa Eksperimen Menerapkan Kelaa kontrol tampa menerapkan


Model Pembelajaran Problem Model Pembelajaran Problem
Based Leraning (PBL) Based Leraning (PBL)

Tes Tes

Hasil Belajar Hasil Belajar

Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam


meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik
pada mata pelajaran matematika aritmatika sosial.

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan
masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena
jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta

14
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban
teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data. Berdasarkan
kerangka berpikir di atas, maka rumusan hipotesis penelitian ini adalah.
. Ho : Terdapat pengaruh kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas VII MTS NW BAGEK POLAK yang diajarkan dengan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
H1 : Tidak terdapat pengaruh kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas VII MTS NW BAGEK POLAK yang diajarkan dengan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, karena data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini bersifat angka atau numerik. Data hasil penelitian akan dianalisis dengan
menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesis penelitian dan memberikan kesimpulan
secara objektif.
Metode penelitian ini quasy eksperiment .Sugiyono (2011:114) “dalam metode quasy eksperiment
ini memiliki kelompok kontrol, sehingga tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-
variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Metode ini dikembangkan untuk mengatasi
kesulitan dalam menentukkan kelompok kontrol dalam penelitian”. Populasi penelitian ini adalah seluruh
kelas VII MTS NW BAGEK POLAK , yang terpilih sebagai kelas sampel adalah kelas VII A DAN VIIB
melalui proses perbandingan.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Post-test Only Control Group Design. Dalam desain ini
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Dalam desain ini baik
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dibandingkan. Kelas eksperimen yang mendapatkan
perlakuan sedangkan kelas kontrol tidak mendapatkan perlakuan.

Table 1. Post-test Only Control Group Design


Kelompok Treatment(Perlakuan) Posttest
Eksperimen X O

Kontrol - O

Keterangan :
X = Perlakuan yang diberikan (treatment) diberikan kepada siswa dengan
menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL)
O = Test akhir dilakukan setelah diberikan perlakuan (treatment)
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTS NW Bagek Polak.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di semester ganjil kelas VII MTS NW Bagek Polak
T.P 2023/2024

16
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII MTS NW Bagek
Polak T.P. 2023/2024 yang terdiri dari tiga kelas kelas VIIIA,VIIIB,VIIIC di masing-masing
kelas terdiri dari 23 orang.
2. Sampel
Pengambilan sampel adalah melalui cluster random sampling. Teknik sampling dengan
menggunakan cluster random sampling digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu,
melainkan terdiri dari kelompok- kelompok individu atau cluster, dengan catatan anggota berasal dari
kelompok- kelompok yang mempunyai karakteristik yang sama (homogen).34 Sistem
pengambilan sampel pada penelitian ini dengan sistem undian dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pengambilan kartu undian pertama adalah untuk kelas eksperimen dan pengambilan kartu
undian kedua untuk kelas kontrol.
2. Peneliti mengundi pengambilan kedua kartu undian secara acak. Berdasarkan sistem
undian, didapatkan pengambilan kartu undian pertama sebagai kelas eksperimen adalah
kelas VIII-A dan pengambilan kartu undian kedua sebagai kelas kontrol adalah kelas
VIII-B di MTS NW BAGEK POLAK
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Problem
Based Learning (X).
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa pada materi aritmatika sosial (Y)
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah bagaimana cara-cara atau ketetapan yang digunakan untuk
pengumpulkan data. Maka dalam penelitianini digunakan teknik sebagai berikut :
1. Tes
Teknik tes terdiri dari tiga macam yakni ada tes lisan,tes tulis dan tes perbuatan. Dalam
penelitian ini,peneliti menggunakan post-test sama seperti tes tulis dan dilaksanaan pada saat
proses pembelajaran berakhir .Untuk tesnya ,berupa 5 soal uraian . Tujuan tes ini adalah untuk

17
mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika setelah diajarkan
menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL)
G. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan
mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya”.
(Arikunto, 2009: 101).Instrumen pengumpulan data merupakan alat ukur dalam
penelitian.Karena pada dasarnya peneliti adalah melakukan pengukuran,maka harus ada alat ukur
yang digunakan.

Tes kemampuan pemecahan masalah matematis yang akan digunakan adalah dalam bentuk tes
objektif yang berbentuk soal yang membutuhkan penyelesaian yang dilakukan dakhir (post test) dengan
jumlah soal sebanyak 5 butir. Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala 100.

Sebelum soal-soal dibuat, terlebih dahulu disusun kisi-kisi instrumen tes untuk menjamin validasi
isi. Kisi-kisi instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis pada materi lingkaran dalam
penelitian ini , dapat dilihat pada Tabel 2. sebagai berikut

Tabel.2
Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Indikator
Jawaban

Mengidentifikasi unsur-unsur Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, ditanya, dan


yang diketahui, ditanya, dan kecukupun unsur- unsur yang diperlukan serta
kecukupun unsur-unsur yang melengkapinya bila diperlukan dan menyatakannya dalam
diperlukan untuk pemecahan simbol matematika yang relevan.
masalah Menyusun model matematika masalah dalam bentuk
gambar dan atau ekspresi matematik

18
Merumuskan masalah situasi Merumuskan masalah situasi sehari-hari dalam
sehari-hari dalam matematika. matematika dan mengidentifikasi beberapa strategi yang
dapat digunakan untuk menyelesaikan model matematika
yang bersangkutan.
Memunculkan berbagai Memunculkan berbagai kemungkinan atau alternatif cara
kemungkinan atau alternatif penyelesaian rumus-rumus atau pengetahuan dengan
cara penyelesaian rumus-rumus menetapkan atau memilih strategi yang paling relevan dan
atau pengetahuan mana yang menyelesaikan model matematika berdasarkan gambar an
dapat digunakan dalam ekspresi matematik yang disusun
pemecahan masalah tersebut

Mengidentifikasi kesalahan- Mengidentifikasi kesalahan-kesalahan perhitungan,


kesalahan perhitungan, kesalahan kesalahan penggunaan rumus, memeriksa kecocokan
penggunaan rumus, memeriksa antara yang telah ditemukan dengan apa yang ditanyakan,
kecocokan antara yang telah dan dapat menjelaskan kebenaran jawaban tersebut
ditemukan dengan apa yang
ditanyakan, dan dapat menjelaskan
kebenaran jawaban tersebut.
Jumlah Skor satu butir tes pemecaan masalah matematis

H. Teknik Analisis Data


Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua bagian,yaitu analisis
deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif dilakukan dengan penyajian data melalui tabel
distribusi frekuensi histogram, rata-rata dan simpangan baku. Sedangkan pada analisis inferensial
digunakan pada pengujian hipotesis statistik dan diolah dengan teknik analisis data sebagai berikut:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya dengan
tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik deskriptif
dalam penelitian ini menggunakan kelas interval, frekuensi, kategori, dan persentase. Penelitian
ini terdapat lima kategori yang digunakan untuk menggambarkan keadaan hasil dari penelitian
dari sampel yang diolah, mulai dari kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat
rendah. Penetapan kriteria skor masing-masing variabel tersebut sebagai berikut :

19
a.. Tes pemahaman matematis. Jumlah item 5soal, untuk skor tertinggi yang diperoleh yaitu 100
dan skor terendah yaitu 0.

2. Statistik Inferensial
Statistik inferensial disebut juga probabilitas atau statistik induktif karena kesimpulan yang
diberlakukan untuk populasi berdasarkan data 20 sampel itu kebenarannya bersifat peluang.
Dalam statistik inferensial terdapat statistik parametris dan nonparametris. Pada penelitian ini
statistik yang digunakan adalah statistik parametris. Statistik parametris digunakan untuk menguji
parameter populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data sampel (Dian
Putri Anggraeni, 2022).
Analisis data ini dilakukan dengan statistika inferensial yaitu uji hipotesis dengan
menggunakan uji t satu sampel. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu
dilakukan uji persyaratan analisis yang meliputi :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah data mempunyai
distribusi normal atau tidak. Suatu distribusi dikatakan normal jika taraf signifikansinya lebih
besar dari 0,05. Sedangkan jika taraf signifikansinya kurang dari 0,05 maka distribusinya
dikatakan tidak normal. Uji normalitas dilakukan untuk data hasil post-test. Data tersebut
dihitung menggunakan dengan uji Kolmogorov-Smirnov dengan kriteria:
1. Signifikan uji (∝) = 0.05
2. Jika sig. > ∝ maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
3. Jika sig. < ∝ maka sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

20
Dalam pengambilan keputusan, bandingkan L hitung dan L tabel dengan menggunakan
tabel nilai kritis uji Liliefors dengan taraf nyata α = 5%. Jika L hitung ≤ L tabel maka sampel
berdistribusi normal, sebaliknya jika L hitung > L tabel maka sampel tidak berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas ini dilakukan untuk memastikan apakah data memiliki varian
yang sama antar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.Metode yang digunakan untuk uji
homogenitas data dalam penelitian ini adalah Levene Test yaitu test of homogenity of variance.
Untuk menentukan homogenitas digunakan kriteria sebagai berikut:
1. Signifikan uji (∝) = 0.05
2. Jika sig. > ∝ maka varian setiap sampel sama(homogen)
3. Jika sig. < ∝ maka varian setiap sampel tidak sama( tidak homogen)
c. Uji Hipotesis
Teknik analisis ini digunakan untuk menguji apakah terdapat peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa setelah diajarkan dengan menggunakan
model pembelajaran problem based learning (PBL). Uji perbandingan (uji t) yaitu uji
perbandinga mean satu sampel .
Pada penelitian ini, jumlah sampel masing-masing kelas baik kontrol VIIA maupun
eksperimen VIIB berjumlah sama. Dalam perhitungan uji t,Sugiyono berpendapat,”bila jumlah
anggota sampel 𝑛1 = 𝑛2 dan varians homogen, maka dapat digunakan rumus t-test baik
separated varians maupun polled varians”.Pada penelitian ini, jumlah sampel di kelas eksperimen
A dan di kelas eksperimen B sama,yakni 23 siswa.
Teknik t-test adalah teknik statistik yang dipergunakan untuk menguji signifikansi
perbedaan 2 buah mean yang berasal dari dua buah distribusi. Data yang akan dianalisi diperoleh
dari nilai hasil belajar matematika pada saat post-test adapun rumus yang digunakan :
𝑥̅1 − 𝑥̅ 2
𝑡 − 𝑡𝑒𝑠𝑡 =
𝑠12 − 𝑠22

𝑛1 − 𝑛2

2−(∑ 1)2
∑ 𝑋1
𝑆𝐷12 = 𝑁−1
2−(∑ 2)2
∑ 𝑋2
𝑆𝐷22 =
𝑁−1

21
Keterangan :
𝑛1 = jumlah data pertama (kelas kontrol VIIIA)
𝑛2 =Jumlah data pertama (kelas eksperimen VIIB)
𝑥̅1 =Nilai rata-rata hitung data pertama
𝑥̅ 2 = Nilai rata-rata hitung data kedua
𝑠12 =Variansi data pertama
𝑠22 =Variansi data kedua
𝑆𝐷12 = Nilai varian pada distribusi sampel kelas kontrol
𝑆𝐷22 = Nilai varian pada distribusi sampel kelas eksperimen
Untuk kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :
1. 𝐻0 ditolak jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 artinya tidak terdapat pengaruh model pembelajaran
Problem based learning (PBL) terhadap peningkatan kemmapuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas VII MTS NW BAGEK POLAK .
2. 𝐻0 diterima jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 artiny terdapat pengaruh terdapat pengaruh model
pembelajaran Problem based learning (PBL) terhadap peningkatan kemmapuan pemecahan
masalah matematika siswa kelas VII MTS NW BAGEK POLAK.

I. Validitas dan Reliabilitas Instrumen


a. Uji Validitas Instrume
Uji validitas data ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar kelayakan atas butir-butir dari
soal .Adapun metode yang digunakan dalam uji ini nantinya yaitu menggunakan metode moment
person dengan sig sebesar 5%.
b) Uji Reliabilitas Instrumen Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan Teknik Alpha
cornbarch menggunakan program SPSS. Arikunto (2012:100) menyatakan bahwa suatu tes dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang
tetap. Uji reliabilitas tes dengan menggunakan SPSS versi 16.

22
DAFTAR PUSTAKA
Afriansyah, E.A. Dan Muna, D.N. (2016). Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa
Melalui Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing Dan Number Head Together.
Jurnal pendidikan Matematika STKIP Garut, 3 (1).

Amala ,D., & Saraswati ,S. (2022). Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa Kelas VII Pada Materi Aritmetika Sosial.Jurnal program study
pendidikan matematika, 14(1):66-72.

As’ari, AbdurRahman. dkk. 2016. Matematika SMP/Mts Kelas VII. Jakarta: Kemendikbud.

Arikunto,Suharsimi.(2009).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. .

Anggraeni, Dian Putri. 2022. Pengaruh Kecemasan Matematis (Math Anxiety) terhadap Kemampuan
Pemahaman Matematis pada Materi Relasi dan Fungsi Siswa Kelas VIII di MTS Hidayatul
Mubtadiin Sidodadi Jember Tahun Pelajaran 2021/2022. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Kegururan. Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember: Jember.

Ananda, A.,A., & Firmansyah.Pengaruh Problem Based Learning Berbantuan Powerpoint Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa.Jurnal Matematis Pedagogik 7(2):167-177.

Elizabeth, A., & Sigahitong, M. M. (2018). Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik SMA. Prisma Sains : Jurnal Pengkajian Ilmu Dan
Pembelajaran Matematika Dan IPA IKIP Mataram, 6(2), 66.
https://doi.org/10.33394/jps.v6i2.1044.

Fendrik, Muh. 2019. Pengembangan Kemampuan Koneksi Matematis dan Habits Of Mind pada Siswa.
Surabaya: Media Sahabat Cendikia.

Gunantara, G., Suarjana, M., & Riastini, P. N. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 2(1), 1–10.
https://doi.org/10.1073/pnas.070399 3104.

Hidayat, A. (2016). Pengaruh Problem Based Learning Dengan Pendekatan Problem Solving Dan Self
Efficacy Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMP Negeri 1 Rumbio Jaya. Jurnal
Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika,1(2),1–10.http://journal.stkiptam.ac.id/ind
ex.php/cendekia/article/view/62 5/351.

Hamimah. (2019). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. AdMathEdu, 1(1): 8-15.

Jamaluddin.(2021). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Materi Himpunan di Kelas VII
SMP Negeri 1 Tanasitolo. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Muhammadiyah Makassar: Makassar

Lestari, K. E., & Yudhanegara, M. R. (2015). Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung: PT Refika
Aditama.

Polya, G. (1981). Mathematical discovery: On understanding, learning and teaching problem solving.
New York, NY: John Wiley & Sons, Inc.

23
Rusman. (2013). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja
Grafindo.

Rismawati, Melinda., Rupinus, I., dan Anita, B. (2022). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Kelas VIII pada Pokok Bahasan Himpunan. Kadikma, 13(1): 60-67.

Sianturi, A., Sipayung, T. N., & Simorangkir, F. M. A. (2018). Pengaruh Model Problem Based Learning
(PBL) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMPN 5 Sumbul. UNION: Jurnal
Ilmiah Pendidikan Matematika, 6(1), 29–42. https://doi.org/10.30738/.v6i1.2082.

Suprihatiningrum, J. (2013). Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi.Jogjakarta: Ar-RuzzMedia

Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Utami, R. W., & Wutsqa, D. U. (2017). Analisis kemampuan pemecahan masalah matematika dan self-
efficacy siswa SMP negeri di Kabupaten Ciamis. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4(2), 166.
https://doi.org/10.21831/jrpm.v4i2.14897

Ulva, E., Maimunah, & Murni, A. (2020). Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VII SMPN SeKabupaten Kuantan
Singingi Pada Materi Aritmetika Sosial. Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika, 4(2),
1230–1238.

Usman, A.,T ., Usman , K., Zakiah ,S., Abdullah ,W.,A., Kaluku,A., & Oroh , A., F. Pengaruh Model
Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada
Materi Aritmatika Sosial di SMP Negeri 2 Limboto.Jurnal Pendidikan Islam, 17(2) .

Wilujeng, H., & Novitasari. (2018). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP
Negeri 10 Tangerang. Prima: Jurnal Pendidikan Matematika, 2(2), 137–147

24

Anda mungkin juga menyukai