Anda di halaman 1dari 21

Pengaruh Metode Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Berpikir Kritis

Siswa dalam Materi Bangun Ruang Sisi Datar pada Kelas VIII MTSN 06

Tulung Agung

Oleh:

Nama: Fidria Fitriana

NIM: 12204183107
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan Penelitian........................................................................................3
D. Hipotesis Penelitian.....................................................................................3
E. Kegunaan Penelitian...................................................................................3
G. PENEGASAN ISTILAH...............................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................8
A. Problem Based Learning (PBL)..............................................................................8
B.Berpikir Kritis........................................................................................................10
C. Penelitian Terdahulu.............................................................................................11
D. Kerangka Berpikir...............................................................................................12
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................14
A.Rancangan Penelitian.............................................................................................14
B. Populasi dan Sampel Penelitian............................................................................15
C. Sumber Data, Variabel, Data dan Pendukungnya..............................................15
D. Teknik Pengumpulan Data..................................................................................16
G. Teknik Analisis Data.............................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan tradisional termasuk Pendidikan Sekolah Menengah Pertama

(SMP) pelajaran Matematika dengan materi Bangun Ruang telah

dipastikan dalam pencapaiannya untuk membantu siswa mengembangkan

kebiasaan berpikir kritis, keterampilan dan kemampuan pemecahan

masalah yang akan berguna bagi masa depan siswa serta dapat

mengembangkan kecerdasan1. Guru sangat berperan dalam kegiatan

belajar mengajar bagi siswa Sekolah Menengah Pertama2.

Matematika merupakan ilmu tentang struktur, keteraturan, dan hubungan

yang telah berkembang dari praktik unsur menghitung, mengukur, dan

menggambarkan bentuk benda 3. Di dunia modern, matematika seperti

matematika terapan tidak hanya relevan, tetapi juga penting. Ide

matematika terapan adalah untuk membuat sekelompok metode yang

memecahkan masalah dalam sains. Bidang matematika terapan modern

1
Wandari, K. A. (2018). PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION
(GI) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI PENGETAHUAN
AWAL MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP PGRI 6 BANDAR LAMPUNG TAHUN
PELAJARAN 2017/2018 (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).
2
Purwono, J. (2014). Penggunaan media audio-visual pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam
di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pacitan. Jurnal teknologi pendidikan dan pembelajaran,
2(2).
3
Shadiq, F. (2009). Model-model pembelajaran matematika SMP. Yogyakarta: P4TK Matematika
Depdiknas.

1
termasuk fisika matematika, biologi matematika, teori kontrol, teknik

kedirgantaraan, dan keuangan matematika4. Matematika merupakan mata

pelajaran yang menarik dan bervariasi yang dapat membuka banyak

kesempatan bagi siswa. Belajar matematika membuat siswa lebih baik

dalam memecahkan masalah.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka siswa dapat menggunakan

pembelajaran berbasis masalah (PBL) dalam berpikir kritis dalam

pelajaran Matematika. Salah satu tujuan dari PBL adalah untuk

meningkatkan pembelajaran aktif siswa dan mengurangi pengalaman

mereka dari jenis pembelajaran pasif. 5 Selain itu, PBL juga dinilai dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Oleh karena itu, peneliti

akan membahas penelitian dengan judul Pengaruh Metode Pembelajaran

Berbasis Masalah Terhadap Berpikir Kritis Siswa dalam Materi Bangun

Ruang Sisi Datar pada Kelas VIII MTSN 06 Tulung Agung.

B. Rumusan Masalah

Dengan latar belakang yang telah dijelaskan oleh penulis di atas, maka

agar penelitian ini lebih relevan dan lebih kredibel penulis akan

merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah Pengaruh Metode

Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Berpikir Kritis Siswa dalam


4
Puspitasari, N. (2016). Kontribusi Matematika Terhadap Ilmu Komputer Di D3 Manajemen
Informatika Politeknik Indonusa Surakarta. Jurnal Informa: Jurnal Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat, 3(2), 18-25.
5
Lidinillah, D. A. M. (2013). Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Jurnal
Pendidikan Inovatif, 5(1), 17.

2
Materi Bangun Ruang Sisi Datar pada Kelas VIII MTSN 06 Tulung

Agung?

C. Tujuan Penelitian

Dengan rumusan masalah yang telah ditulis di atas, maka bisa disimpulkan

bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

metode pembelajaran berbasis masalah terhadap berpikir kritis siswa

dalam materi bangun ruang sisi datar pada kelas VIII MTSN 06 Tulung

Agung.

D. Hipotesis Penelitian

1. Terdapat pengaruh pengaruh metode pembelajaran berbasis masalah

terhadap berpikir kritis siswa dalam materi bangun ruang sisi datar pada

kelas VIII MTSN 06 Tulung Agung.

2. Tidak terdapat pengaruh metode pembelajaran berbasis masalah

terhadap berpikir kritis siswa dalam materi bangun ruang sisi datar pada

kelas VIII MTSN 06 Tulung Agung.

E. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan berbagai manfaat

kepada beberapa pihak, diantaranya adalah:

1. Manfaat teoretis

Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menambah keilmuan

mengenai pengaruh dari model pembelajaran berbasis masalah

3
terhadap berpikir kritis siswa dalam materi bangun ruang sisi datar

pada kelas VIII MTSN 06 Tulung Agung.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa

Hasil dari penelitian dapat digunakan untuk menambah ilmu

pengetahuan siswa mengenai pembelajaran matematika.

b. Bagi guru

Hasil penelitian ini bisa digunakan untuk menambah wawasan

kepada guru dan direalisasikan terhadap peserta didik sehingga

dapat memahami metode pembelajaran siswa.

c. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan bagi sekolah

untuk bisa menggunakan penelitian ini sebagai acuan untuk

mengembangkan proses belajar mengajar di sekolah.

d. Bagi peneliti lain

Diharapkan penelitian ini bisa menjadi acuan lebih lanjut supaya

bisa dikembangkan dengan lebih baik

F. BATASAN MASALAH

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh dari model pembelajaran berbasis masalah terhadap berpikir

kritis siswa dalam materi bangun ruang sisi datar kelas VIII.

2. Penelitian dilakukan kepada siswa kelas VIII MTSN 06 Tulung

Agung.

4
G. PENEGASAN ISTILAH

Untuk memberikan pengertian terhadap judul yang ada, maka penulis akan

menguraikan judul sesuai definisinya agar dapat memahami isi dari

penelitian ini.

1. Secara konseptual

a. Model pembelajaran adalah setiap kegiatan yang sengaja dilakukan, atau

sumber daya yang disediakan, untuk membantu proses pembelajaran di

tingkat individu maupun di tingkat sekolah. 6

b. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) adalah metode pengajaran di mana

masalah dunia nyata yang kompleks digunakan sebagai kendaraan untuk

mempromosikan siswa belajar konsep dan prinsip yang bertentangan

dengan presentasi langsung fakta dan konsep. PBL dapat dimasukkan ke

dalam situasi belajar apa pun. 7

c. Berpikir kritis adalah proses disiplin intelektual untuk secara aktif dan

terampil mengkonseptualisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis,

dan/atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan

oleh, pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi,

sebagai panduan untuk keyakinan dan tindakan.8


6
Ita, E. (2018). Manajemen Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini di TK Rutosoro Kecamatan
Golewa Kabupaten Ngada Flores Nusa Tenggara Timur. Jurnal Dimensi Pendidikan Dan
Pembelajaran, 6(1), 45-52.
7
Devi, D. S. (2012). Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Pembelajaran IPA Kelas VIII SMP Negeri 5
Sleman. Laporan Penelitian. UNY.
8
Nuryanti, L., Zubaidah, S., & Diantoro, M. (2018). Analisis kemampuan berpikir kritis siswa
SMP. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 3(2), 155-158.

5
d. Bangun ruang sisi datar adalah bangun ruang dengan sisi berbentuk

mendatar. Bangun ruang sisi datar meliputi balok, prisma, limas, dan

kubus.

2. Secara Operasional

Dalam penelitian ini penulis akan melihat pengaruh metode

pembelajaran berbasis masalah terhadap berpikir kritis siswa dalam materi

bangun ruang sisi datar pada kelas VIII MTSN 06 Tulung Agung. Peneliti

akan memeriksa pengaruh PBL terhadap berpikir kritis tersebut

menggunakan uji t.

B. SISTEMATIKA PENULISAN

Penelitian yang berjudul “PENGARUH METODE PEMBELAJARAN

BERBASIS MASALAH TERHADAP BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM

MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR PADA KELAS VIII MTSN 06

TULUNG AGUNG.” menggunakan sistematika sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah; rumusan

masalah; tujuan penelitian; hipotesis penelitian; kegunaan penelitian;

batasan masalah ; penegasan istilah.

2. Bab II Landasan Teori

Pada bab ini akan dibagi menjadi dua sub pembahasan yaitu: kajian

teori; dan kajian penelitian terdahulu. Pada kajian teori akan diuraikan

tentang pembelajaran matematika, berpikir kritis serta metode PBL.

6
3. Bab III Metode Penelitian

Dalam bab ini akan diuraikan tentang rancangan penelitian; populasi,

sampling dan sampel penelitian; sumber data, variabel, data dan

pengukurannya; teknik pengumpulan data dan instrument penelitian

serta; analisis data; prosedur penelitian.

4. Bab IV Laporan Hasil Penelitian

Pada bagian ini berisi hasil penelitian dan pembahasan, terdiri dari:

hasil penelitian dan pembahasan dari hasil penelitian tersebut.

5. Bab V Penutup

Penutup berisi kesimpulan dan saran. Bagian akhir terdiri dari daftar

rujukan; lampiran-lampiran; surat pernyataan keaslian; daftar riwayat

hidup.

7
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah gaya mengajar yang

mendorong siswa untuk menjadi penggerak pendidikan belajar mereka.

Pembelajaran berbasis masalah menggunakan masalah dunia nyata yang

kompleks sebagai materi pelajaran di kelas, mendorong siswa untuk

mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan mempelajari

konsep alih-alih hanya menyerap fakta.9

Siswa belajar tentang suatu subjek melalui pengalaman pemecahan

masalah terbuka yang ditemukan dalam materi pemicu dalam

pembelajaran berbasis masalah (PBL). Pendekatan PBL memungkinkan

pengembangan keterampilan dan sifat-sifat lain yang diinginkan daripada

berfokus pada pemecahan masalah dengan jawaban yang ditentukan. Ini

melibatkan peningkatan kolaborasi dan komunikasi kelompok, serta

pengembangan pengetahuan.

Metode ini memungkinkan siswa untuk memperoleh keterampilan yang

akan berguna dalam praktek masa depan mereka. Ini meningkatkan

pemikiran kritis, pencarian literatur, dan merangsang pembelajaran terus-

menerus dalam pengaturan kolaboratif. Proses tutorial PBL melibatkan

bekerja dalam kelompok kecil. Setiap siswa mengambil peran dalam


9
Devi, D. S. (2012). Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Pembelajaran IPA Kelas VIII SMP Negeri 5
Sleman. Laporan Penelitian. UNY.

8
kelompok yang mungkin formal atau informal dan peran sering

bergantian. Hal ini difokuskan pada refleksi dan penalaran siswa untuk

membangun pembelajaran mereka sendiri. Proses ini mengidentifikasi apa

yang sudah mereka ketahui, apa yang perlu mereka ketahui, dan

bagaimana dan di mana mengakses informasi baru yang dapat mengarah

pada penyelesaian masalah. 10

Peran guru adalah memfasilitasi pembelajaran dengan mendukung,

membimbing, dan memantau proses pembelajaran. Guru bertujuan untuk

membangun kepercayaan diri siswa ketika menangani masalah, sekaligus

memperluas pemahaman mereka. Proses ini didasarkan pada

konstruktivisme. 11

Keuntungan dari PBL adalah berfokus pada siswa, yang memungkinkan

pembelajaran aktif dan pemahaman serta retensi pengetahuan yang lebih

baik. Ini juga membantu mengembangkan keterampilan hidup yang dapat

diterapkan di banyak bidang12. Hal ini dapat digunakan untuk

meningkatkan pengetahuan konten sekaligus mendorong pengembangan

komunikasi, pemecahan masalah, berpikir kritis, kolaborasi, dan

keterampilan belajar mandiri. Menggunakan pengalaman dunia nyata,

PBL membantu mempersiapkan siswa untuk tampil optimal. Sudut

10
Atmojo, S. E. (2013). Penerapaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Peningkatan
Hasil Belajar Pengelolaan Lingkungan. Jurnal Kependidikan: Penelitian Inovasi Pembelajaran,
43(2).
11
Al-Tabany, T. I. B. (2017). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Dan
Konteksual. Prenada Media.
12
Wiratama, K. Y. A., Japa, I. G. N., & Suarjana, I. M. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Masalah Berorientasi Masalah Matematika Terbuka Terhadap Hasil Belajar Matematika.
MIMBAR PGSD Undiksha, 3(1).

9
pandang alternatif dapat menawarkan wawasan dan solusi yang berbeda

untuk suatu masalah dengan memanfaatkan kecerdasan kelompok kolektif.

B. Berpikir Kritis

Sebagai pedoman untuk keyakinan dan tindakan, berpikir kritis adalah

proses disiplin intelektual untuk secara aktif dan terampil memahami,

menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan/atau mengevaluasi

pengetahuan yang diperoleh dari, atau dihasilkan oleh, pengamatan,

pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi13.

Wade (1995) membuat daftar delapan kualitas berpikir kritis.

Mempertanyakan, mendefinisikan masalah, meninjau bukti, menganalisis

asumsi dan bias, menghindari penalaran emosional, menghindari

penyederhanaan yang berlebihan, mempertimbangkan interpretasi

alternatif, dan membiarkan ambiguitas adalah bagian dari pemikiran

kritis.14

Berpikir kritis adalah cara berpikir tentang subjek, konten, atau masalah

apa pun di mana pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan

secara terampil mengambil alih struktur yang melekat dalam pemikiran

dan memaksakan standar intelektual pada mereka.15 Berpikir kritis terdiri

13
Nuryanti, L., Zubaidah, S., & Diantoro, M. (2018). Analisis kemampuan berpikir kritis siswa
SMP. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 3(2), 155-158.
14
Wade, C. (1995). Using writing to develop and assess critical thinking. Teaching of psychology,
22(1), 24-28.

15
Rachmanto, A. (2019). Proses berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah pola bilangan
berdasarkan kerangka kerja Norris dan Ennis (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel
Surabaya).

10
dari empat langkah: mengumpulkan informasi, mengevaluasi informasi,

menarik kesimpulan, dan mengevaluasi kesimpulan tersebut. Saat

melakukan penelitian dan menulis untuk audiens akademis, penalaran

kritis diperlukan untuk menafsirkan temuan. Keterampilan berpikir kritis

menghubungkan dan mengatur ide.

C. Penelitian Terdahulu

Penelitian dari Idris yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran

Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik” ,

bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis peserta didik

yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional dan

pembelajaran berbasis masalah. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya

perbedaan antara kemampuan berpikir kritis peserta didikyang diajar

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan peserta didik

yang diajar menggunakan model pembelajaran langsung. 16

Penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis

Masalah Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Mi Panyabungan”

bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan

model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikirkritis

siswa MI Panyabungan. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan, maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara model

16
Idris, N. W. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Peserta Didik. Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika, 16(1), 39-50.

11
pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis siswa

MI Panyabungan.17

D. Kerangka Berpikir

Salah satu kualitas dalam sains adalah kemampuan berpikir kritis, yang

berada dalam ranah matematika. Keterampilan berpikir kritis diharapkan tidak

hanya mampu memecahkan masalah, tetapi juga mampu memahami esensi

masalah dan menganalisis masalah, khususnya dalam matematika. Keterampilan

berpikir kritis ini diperlukan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, khususnya

matematika. Di kelas, siswa membaca buku teks yang memuat banyak kalimat.

Konteks kalimat dalam jumlah banyak kemungkinan besar akan membuat siswa

bosan dan kehilangan minat membaca. Akibat dari kenyataan tersebut, diperlukan

strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis

anak dimulai dari tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses belajar

mengajar Sebagai akibat dari paradigma Pembelajaran Berbasis Masalah, minat

siswa terhadap materi yang akan diajarkan harus tumbuh, demikian pula

kemampuan berpikir kritisnya. Akibatnya, peneliti merasa bahwa pembelajaran

berbasis masalah dapat membantu dalam pengembangan keterampilan berpikir

kritis pada siswa.

17
Nasution, A. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Mi Panyabungan (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara).

12
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah prosedur atau teknik khusus yang digunakan

untuk mengidentifikasi, memilih, memproses, dan menganalisis

informasi tentang suatu topik. Dalam suatu penelitian, bagian metodologi

memungkinkan pembaca untuk secara kritis mengevaluasi validitas dan

reliabilitas keseluruhan studi atau penelitian.

Rancangan penelitian adalah pendekatan ilmiah untuk mengumpulkan

dan menganalisis data yang valid dan terarah dengan tujuan menemukan,

menghasilkan, dan memverifikasi pengetahuan yang dapat digunakan

untuk memahami, memecahkan, dan memprediksi masalah18.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

kuantitatif sebagai metode penelitiannya. Pendekatan deskriptif adalah

teknik penelitian untuk menggambarkan fenomena masa kini atau

sejarah. Analisis dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif

untuk menguji hipotesis, serta alat statistik. Tujuan dari strategi penelitian

ini adalah untuk menentukan apakah data yang dievaluasi berpengaruh.19

18
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D, (Bandung: alfabeta, 2012), hal 2.
19
Soendari, T. (2012). Metode Penelitian Deskriptif. Bandung, UPI. Stuss, Magdalena & Herdan,
Agnieszka, 17.

13
B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan semua hal yang akan dijadikan bahan untuk kajian

oleh subjek penelitian.20 Populasi yang dijadikan oleh peneliti adalah semua siswa

kelas VIII MTSN 06 Tulung agung. Sedangkan Sampel dari penelitian ini yaitu

sesuai dengan ketentuan peneliti yaitu siswa kelas VIII MTSN 06 Tulung agung

yang menerapkan PBL pada pelajaran Matematika Bangun ruang sisi datar.

C. Sumber Data, Variabel, Data dan Pendukungnya

1. Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini adalah semua data yang berhubungan

dalam proses penelitian yaitu data siswa dan data hasil belajar siswa.

2. Variabel Data

a. Variable Bebas

Variable bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran

berbasis masalah (PBL).

b. Variable Terikat

Variable terikat dalam penelitian ini adalah berpikir kritis.

3. Skala Pengukuran Data

Dalam penelitian ini, sekala data yang digunakan adalah yang

bermanfaat untuk mengetahi hasil pembelajaran matematika yang

berupa skala angka yang didapatkan dari nilai Post Test

20
Turmudi dan Sri Harini, Metode Statistika. (Malang: Malang Press, 2008), hal. 9

14
D. Teknik Pengumpulan Data

Beberapa teknik pengumpulan data penelitian yang digunakan yaitu

sebagai berikut:21

1. Dokumentasi, Secara khusus, teknik yang memerlukan pengumpulan

berbagai jenis data tertulis yang berkaitan dengan subjek penelitian

sebelumnya, yang kemudian dikumpulkan dan diatur sesuai kebutuhan.

2. Kepustakaan, Secara khusus, metode pengumpulan dan pencarian data

yang diterbitkan dari sumber terpercaya melalui studi literatur yang

dikumpulkan dari buku-buku terkait penelitian.

3. Browsing, Secara khusus, pendekatan pengumpulan data untuk

menambahkan sumber bahan yang berhubungan dengan penelitian

melalui pencarian di internet berdasarkan sumber yang kredibel yang

dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian ini.

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, pendekatan analisis data adalah suatu metode

pengelolaan dan penyajian data yang menggunakan perhitungan untuk

menjelaskan data dan menguji hipotesis dengan menggunakan uji statistik.22

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier

berganda. Ada beberapa asumsi-asumsi yang harus dipenuhi sebelum data diolah

kedalam regresi linier berganda.

21
Agusta, I. (2003). Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Kualitatif. Pusat Penelitian Sosial
Ekonomi. Litbang Pertanian, Bogor, 27.
22
Jogiyanto Hartono, M. (Ed.). (2018). Metoda Pengumpulan dan Teknik Analisis Data. Penerbit
Andi.

15
1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji

normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskidastisitas dan uji

autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi variabel dependen dan independen berdistribusi normal

atau tidak. Dalam penelitian ini pengujian normalitas akan

menggunakan normal probability plot. Adapun ketentuan dalam

pengambilan keputusan uji normalitas adalah sebagai berikut:

1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti

arah diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

b. Uji Multikolinearitas

Merupakan uji yang dilakukan untuk memastikan didalam sebuah

model regresi ada interkorelasi atau kolinearitas antar variabel

bebas. Ketentuan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :

1) Jika nilai tolerance < 0,1 dan VIF > 10 maka terjadi

multikolinearitas.

16
2) Jika nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10 maka tidak terjadi

multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi

terjadi ketidaksamaan varian residual dari suatu pengamatan ke

pengamatan lain. Jika varian dari pengamatan yang satu ke

pengamatan lain tetap, maka ini disebut homoskedastisitas. Model

regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi

heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi gejala

heteroskedastisitas tersebut dilakukan dengan cara melihat pola

gambar

scatterplots dari output SPSS. Ketentuan dalam uji ini adalah

sebagai berikut:

1) Titik-titik data penyebar di atas dan di bawah atau di sekitar

angka 0.

2) Titik-titik tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.

3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola

bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.

4) Penyebaran titik-titik data tidak berpola

d. Uji autokolerasi

17
Autokorelasi berarti terdapatnya korelasi antara anggota sampel

atau data pengamatan yang diurutkan berdasarkan waktu sehingga

data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Autokorelasi muncul pada

regresi yang mengatakan data berskala atau time series. Ada

beberapa model pengujian yang bisa digunakan untuk mendekati

autokorelasi. Model yang baik harus bebas dari autokorelasi.

Pengujian autokorelasi yang banyak digunakan adalah model

Durbin-Watson. Kriteria pengujian Durbin-Watson adalah sebagai

berikut:

1) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) yang

berarti terdapat autokorelasi.

2) Jika d terletak diantara dU dan (4-dU) atau dL < (4-d) > dU atau

d > dU yang berarti tidak terjadi autokorelasi.

3) Jika d terletak diantara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-

dL) maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

2. Uji Hipotesis

a. Uji Parsial (Uji t)

Untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara individual

terhadap variabel dependen. Tahap-tahap pengujian sebagai berikut:

1) Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif

18
2) Menentukan taraf signifikansi dengan menggunakan signifikansi 0,05

jika > 0,05 maka hipotesis ditolak jika < 0,05 maka hipotesis diterima

3) Menentukan t hitung dan t kritis t hitung ≤ t kritis jadi hipotesis

ditolak t hitung > t kritis jadi hipotesis diterima

4) Pengambilan keputusan

b. Uji Simultan (Uji F)

Uji F atau uji koefisien regresi secara serentak, yaitu mengetahui

variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen. Tahap-

tahap pengujian sebagai berikut:

1) Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif

2) Menentukan taraf signifikansi dengan signifikansi 0,05 jika > 0,05

maka hipotesis ditolak jika < 0,05 maka hipotesis diterima

3) F hitung dan F kritis F hitung ≤ F kritis jadi hipotesis ditolak F hitung

> F kritis jadi hipotesis diterima 4) Pengambilan keputusan

c. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen.

19

Anda mungkin juga menyukai